documentdd

Upload: danu-rutebe-amin

Post on 06-Jul-2015

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KADERISASI DAN PENETAPAN CALEG PARTAI POLITIK(Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara) D i s u s u n oleh: NAMA NIM Dosen Pembimbing Dosen Pembaca : ANDHIKA S.G TOBING : 05090648 : Muryanto Amin, S.Sos, M.Si : Drs.Tony P.Situmorang, M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

KADERISASI DAN PENETAPAN CALEG PARTAI POLITIK(Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara)

Nama NIM Departemen Fakultas

: Andhika S.G Tobing : 050906048 : Ilmu Politik : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

ABTRAKSI Sebagai agen demokrasi, partai politik mempunyai tugas yang tidak ringan. Penyaluran aspirasi konstituen dan merubahnya menjadi kebijakan publik yang bertanggung jawab menjadi tugas utama para pemegang kekuasaan. Selain itu, ada tugas yang tak kalah penting yang harus diemban oleh partai politik yaitu melakukan kaderisasi setelah melalui proses rekrutmen politik. Kaderisasi di partai politik manapun merupakan urat nadi bagi sebuah partai politik, karena sistem kaderisasi adalah sebuah proses yang sangat penting untuk dilakukan demi menjaga kesinambungan kepemimpinan dari satu generasi ke generasi yang lain. Untuk memperoleh hasil regenerasi yang baik, maka dibutuhkan proses kaderisasi yang sistematis dan penanganan yang khusus. Setiap partai politik memiliki pola rekrutmen yang berbeda, dimana pola perekrutan anggota partai disesuaikan dengan sistem politik yang dianutnya. Dalam melakukan perekrutan alon anggota legislatif DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara menggunakan sistem rekrutmen terbuka, yaitu dengan menyediakan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian calon anggota legislatif dari Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif, yaitu dengan menggunakan metode wawancara dan studi pustaka untuk mengeksplorasi tentang sistem kaderisasi Partai Demokrat dan proses penetapan calon anggota legislatif Partai Demokrat pada Pemilu 2009. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pertimbangan yang diambil Partai Demokrat dalam memilih dan menentukan calon anggota legislatif untuk mengikuti Pemilu Legislatif 2009 adalah faktor ketokohan yang memiliki basis massa yang banyak dengan harapan akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk meraih dukungan suara yang banyak dari masyarakat.

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

i ix x

A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Pembatasan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Kerangka Teori a. Sistem dalam Proses Perkaderan F.1.1 Pengertian Sistem F.1.2 Konsep Sistem b. c. Kaderisasi dalam Partai Politik di Indonesia Kriteria dalam Penetapan Seorang Calon Anggota Legislatif G. Defenisi Konsep H. Defenisi Operasional I. Metode Penelitian I.1 I.2 I.3 I.4 Jenis Penelitian Lokasi Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisa Data

1 5 7 7 7 8 8 8 10 13

17 18 18 20 20 20 20 21 22

J. Sistematika Penulisan

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

BAB II

ROFIL DEWAN PIMPINAN DAERAH (DPD) PARTAI DEMOKRAT PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Singkat Partai Demokrat B. Deskripsi tentang Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara C. Keanggotaan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara C.1 Kewajiban Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara C.2 Hak Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara C.3 Visi, Misi dan Tujuan DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara C.3.1. Visi Partai Demokrat C.3.2 Misi Partai Demokrat C.3.3 Tujuan Partai Demokrat D. Program Kerja DPD Partai Demokrat Sumatera Utara E. Hasil Rekapitulasi KPU Sumut untuk DPRD Tingkat I dari Partai Demokrat 40 30 30 31 31 32 30 29 29 27 24

BAB III

PERTIMBANGAN PEMILIHAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF DPD PARTAI DEMOKRAT PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sistem Kaderisasi Partai Demokrat B. Calon Anggota Legislatif B.1 Mekanisme Penjaringan Calon Anggota Legislatif DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara B.2 Pola Rekrutmen Calon Anggota Legislatif DPD Partai Demokrat Sumatera Utara B.3 Strategi Rekrutmen Calon Anggota Legislatif 58 51 43 50

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

DPD Partai Demokrat Sumatera Utara

63

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran

81 81 83

DAFTAR PUSTAKA

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 1998, tonggak demokrasi di Indonesia resmi ditancapkan. Pergolakan massa yang dimotori mahasiswa pada waktu itu membuat semuanya berubah. 1 Pergolakan massa yang dimotori mahasiswa pada waktu itu membuat semuanya berubah. Jatuhnya Rezim Orde Baru, bukan saja telah membuka peluang bagi kehidupan politik bangsa Indonesia, tetapi juga menumbuhkan hasrat para tokoh politik untuk dapat menggapai kekuasaan lewat partai politik. Mundurnya Soeharto dari kursi kepresidenan menandai dimulainya babak baru kehidupan politik di negeri ini. Harapan akan terciptanya kehidupan politik nasional yang demokratis begitu kuat menancap dibenak publik. Secara legal formal, Orde Baru tumbang dan berganti suatu sistem baru bertajuk Reformasi. Pada masa reformasi ini, pembatasan yang selama puluhan tahun mereduksi aspirasi politik ke dalam tiga partai politik, yaitu Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), tak mampu lagi dipertahankan. Euforia politik yang mewarnai masa-masa itu diwujudkan melalui pendirian partai politik yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Maka, kehidupan politik pun memasuki babak baru yang penuh gairah. Hanya dalam waktu satu tahun, sebanyak 181 partai politik hadir dan menyatakan diri siap mengikut i Pemilihan Umum 1999. Semua berlomba untuk mengisi kevakuman pemimpin nasional.

1

Koirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hal.7

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

Dua pemilihan umum yang diselenggarakan secara demokratis (tahun 1999 dan 2004) telah menjadi tempat seleksi alam bagi partai politik. 2 Partai yang besar dan kuat akan tetap hidup sementara yang kecil dan lemah akan tersingkir dengan sendirinya. Terbukti pada Pemilu 2004 yang lalu, dari puluhan partai politik yang ada, hanya ada beberapa partai politik yang berhasil memenuhi ambisinya untuk memenangi pertarungan perebutan kekuasaan. Partai Golkar, PDIP, PKB, PPP, PAN, PKS dan Partai Demokrat adalah tujuh partai politik yang berhasil mendominasi peta politik nasional di badan legislatif dan eksekutif. Satu lagi perubahan besar dalam perpolitikan Indonesia adalah dengan adanya sistem pemilu yang diadakan secara langsung. Kemenangan ini bukan otomatis berarti selesainya tugas partai politik. Kemenangan di dalam pemilihan umum hanyalah langkah awal dari proses yang panjang. Partai politik merupakan salah satu inti dari pelaksanaan demokrasi modern. 3 Sebagai agen demokrasi, partai politik mempunyai tugas yang tidak ringan. Penyaluran aspirasi konstituen dan merubahnya menjadi kebijakan publik yang bertanggung jawab menjadi tugas utama para pemegang kekuasaan. Selain itu, ada tugas yang tak kalah penting yang harus diemban oleh partai politik yaitu melakukan kaderisasi setelah melalui proses rekrutmen politik. Semua tanggung jawab ini sangat penting untuk bisa diemban dengan baik oleh partai politik apabila proses demokratisasi di Indonesia benar-benar bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Setiap partai politik memiliki pola rekrutmen yang berbeda, dimana pola perekrutan anggota partai disesuaikan dengan sistem politik yang dianutnya. 4 Pembahasan menarik tentu tentang peran dan fungsi pemerintah dalam memposisikan dirinya secara proporsional dan juga kemampuan partai untuk mengatur dirinya sendiri dan kemampuan untuk mempertahankan domain perannya dari intervensi kekuasaan.2

Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program 2004-2009, Jakarta: Buku Kompas, 2004, hal. 9 3 Koirudin, Op.cit., hal. 1 4 Fadillah Putra, Partai Politik dan Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hal. 19Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

Persoalan kaderisasi ini dikatakan sebagai persoalan penting karena sesungguhnya di dalam partai perlu digodok calon pemimpin lokal maupun pemimpin nasional yang memiliki visi demokrasi dan bermental jujur. 5 Untuk itu, sangat perlu dan mendesak bagi partai politik, terutama para ketua umumnya, untuk segera memikirkan langkah-langkah strategis yang bisa merubah keadaan ini. Mereka harus segera melakukan perombakan mendasar terhadap sistem rekrutmen politik di dalam partai politik yang mereka pimpin sehingga bisa mendukung proses kaderisasi pemimpin nasional. Idealnya, sebuah partai politik menominasikan calon anggota legislatif (caleg) yang telah bergabung dengan partai politik beberapa tahun sebelum pemilu. 6 Dengan demikian, proses inisiasi sang calon anggota legislatif dengan partai politik telah berlangsung baik. Partai politik mengenal calon anggota legislatif tersebut dengan baik, dan calon anggota legislatif pun telah menyatu dengan ideologi, visi, misi, dan program partai politik dengan baik. Calon anggota legislatif seharusnya tersaring melalui proses perekrutan berdasarkan kriteria yang demokratis, objektif terukur, memperhatikan keahlian, dan bebas dari korupsi, gratifikasi, kolusi, serta nepotisme dengan alasan ketika calon anggota legislatif harus memperjuangkan visi, misi, dan program partai politik, sang calon tidak merasa dilematis karena telah mengetahui konsekuensi menjadi bagian dari partai politik. Partai Demokrat dalam merekrut seorang calon anggota legislatif menetapkan beberapa kriteria yaitu calon anggota legislatif adalah seorang individu yang mempunyai prestasi yang baik selama menjadi kader partai, memiliki kredibilitas dan loyalitas yang tinggi terhadap partai, selalu memperjuangkan visi dan misi partainya, disukai oleh masyarakat, mempunyai dana yang cukup yang nantinya akan digunakan untuk kampanye dan mempunyai reputasi yang baik di partai maupun di masyarakat.

5 6

Koirudin, Op.cit., hal. 12 http://www.koranindonesia.com

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

Partai politik tanpa kaderisasi tidak berarti apa-apa, hukum alamnya setiap manusia akan mengalami tua dan penurunan daya kemampuan, begitu juga dengan partai politik, ia membutuhkan regenerasi. Regenerasi pasti dilakukan tetapi untuk memperoleh hasil regenerasi yang baik, maka dibutuhkan proses kaderisasi yang sistematis dan penanganan yang khusus. Sistem kaderisasi akan berjalan baik jika semua pihak yang saling terkait saling bantu membantu dan bekerja sama dalam membentuk pola pengkaderan. Dibutuhkan kerja sama antara pihak yang melakukan pengkaderan terhadap anggota baru partai, yaitu pihak yang diajak untuk menjadi kader maupun unsur pendukung lainnya yang dibutuhkan, misalnya seperti materi yang mampu membentuk pola berpikir dan bekerja seorang kader sesuai dengan tujuan partai politik yang bersangkutan. Bila partai politik mampu menghasilkan kader partai yang berkualitas, berarti partai politik mampu menyediakan pemimpin nasional masa depan yang berkualitas pula. Apabila proses kaderisasi ini macet, maka transfer kepemimpinan dari generasi tua kepada generasi yang lebih muda juga akan macet. Kemandegan proses kaderisasi di dalam partai politik ini telah menimbulkan kekecewaan yang dalam di banyak kalangan. Kekecewaan ini diwujudkan dengan pembentukan partai-partai politik baru dan munculnya wacana calon perseorangan ditengah keinginan kolektif untuk membangun sebuah sistem demokrasi perwakilan yang memposisikan partai politik sebagai satu-satunya agen perubahan. Mahkamah Konstitusi pun mengamininya dengan mengeluarkan keputusan yang mendukung munculnya calon perseorangan di dalam proses politik di Indonesia. Dikatakan sebuah kaderisasi berhasil ketika dari proses kaderisasi tersebut mampu menciptakan pribadi yang tangguh dan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap partai, sehingga antara dirinya dan partai merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan mampu menjadi solusi dari masalah-masalah yang mucul bagi partai dikemudian hari. Keberhasilan partai politik dalam melakukan proses rekrutmen politik yang bisa menghasilkan kader-kader muda yang handal akan dengan sendirinya menghapuskan kekecewaan publik.Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

Selanjutnya, wajah-wajah baru akan muncul dan siap untuk menggantikan posisi generasi lama. Dengan begitu, kesinambungan kepemimpinan nasional bisa terjaga dan proses demokratisasi di Indonesia akan bisa berjalan dengan baik demi untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Pada pemilu 2009 ini terdapat sistem pemilihan yang berbeda dari beberapa pemilihan umum sebelumnya. Sistem yang digunakan pada pemilu kali ini adalah sistem proporsional dengan daftar calon terbuka, sedangkan cara penetapan calon anggota legislatif juga terdapat perubahan yakni tidak lagi menggunakan nomor urut, tapi berdasarkan suara terbanyak sesuai dengan hasil keputusan yang telah ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) pada tanggal 23 desember 2008 yang memutuskan untuk menggunakan sistem suara terbanyak dan menghapuskan sistem nomor urut pada Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD. Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan permohonan pengujian pasal 214 UU No 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, mengubah sistem Pemilu legislatif dari sistem proporsional terbuka ke sistem distrik. Sistem pemilu untuk anggota DPR dan DPRD sekarang sama dengan sistem Pemilu untuk anggota DPD yang menggunakan sistem distrik. Maka dengan terjadinya perubahan sistem pemilihan tersebut, segala kegiatan yang partai politik pada Pemilu 2009 yang berjumlah 44 partai juga terdapat perubahan, khususnya dalam hal penetapan calon anggota legislatifnya. Seperti halnya partai politik pada umumnya, Partai Demokrat dalam hal memilih calon anggota legislatif haruslah seorang individu yang mengerti tentang azas, ideologi, platform, peraturan partai dan juga merupakan orang benar-benar dikehendaki oleh rakyat atau para konstituen. Hal ini dapat dimengerti karena seorang calon anggota leglislatif jika terpilih nantinya haruslah memperjuangkanAndhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

kepentingan partai yang mengusungnya. Dengan demikian ini akan menjamin tetap sterilnya tujuan besar partai dari kepentingan-kepentingan orang yang tidak memahami arah dan perjuangan Partai Demokrat. Dan Partai Demokrat juga akan terhindar dari para kutu loncat/oportunis partai. Namun pada kenyataannya, pada Pemilu 2009 ini terlihat calon anggota legislatif dari Partai Demokrat untuk daerah pemilihan Sumatera Utara bukanlah seorang kader atau anggota Partai Demokrat, tetapi berasal dari partai politik lain seperti H. Abdul Wahab Dalimunthe yang dulunya adalah seorang kader dari Partai Golkar dan juga seorang tokoh yang berpengaruh di PKS (Partai Keadilan Sejahtera) Sumut yang juga menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua FKS DPRD Sumut yaitu H Arifin Nainggolan memilih ikut bergabung dengan Partai Demokrat dan kdua orag tersebut langsung mendapat nomor urut 1 sebagai calon anggota legislatif untuk tingkat DPR-RI dari Partai Demokrat. Dari kedua calon anggota legislatif tersebut terlihat bahwa penetapan daftar calon anggota legislatif di Partai Demokrat disinyalir tidak dilakukan atas dasar peraturan dan kriteria yang telah ditetapkan. Dan ini juga membuktikan bahwa sistem kaderisasi Partai Demokrat masih tergolong lemah. Hal ini tentu telah merusak sistem kaderisasi Partai Demokrat dan akan memunculkan kecemburuan pada kader sejati partai Partai Demokrat. Perekrutan calon anggota legislatif dari non kader yang dilakukan oleh Partai Demokrat untuk mengikuti Pemilu 2009 menunjukan ketidakmampuan partai dalam melakukan pengkaderan. Namun dalam proses penetapan calon anggota legislatif Partai Demokrat seperti yang terlihat pada H. Abdul Wahab Dalimunthe dan H Arifin Nainggolan tidak banyak menimbulkan masalah di antara para kader-kader partainya. Berdasarkan dari gambaran latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, maka penelitian ini akan menjawab pertanyaan penelitian yaitu Apakah Sistem Kaderisasi yang dilakukan oleh DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara menjadi pertimbangan dalam hal penetapan Calon Legislatif pada Pemilu 2009?

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan hasil uraian yang sistematis, diperlukan adanya pembatasan masalah atau disebut ruang lingkup penelitian. Pembatasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian dan faktor mana saja yang tidak termasuk dalam ruang lingkup penelitian tersebut. Adapun pembatasan masalah yang kan diteliti adalah: penelitian hanya dilakukan pada Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat (DPD) Provinsi Sumatera Utara dan penelitian hanya dilakukan untuk mengetahui Kaderisasi Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara dan proses pencalegan Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat (DPD) Provinsi Sumatera Utara dalam Pemilu 2009.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk melihat memahami model/sistem pengkaderan yang dilakukan DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan penetapan calon anggota legislatif serta untuk melihat bagaimana Partai Demokrat dalam melakukan pembinaan para kader partainya.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1) Secara akademis penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Politik khususnya dalam kajian Kaderisasi yang dilakukan oleh partai politik.Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

2) Secara praktis, dari hasil penelitian ini ingin dilihat apa saja kriteria yang digunakan oleh Partai Demokrat untuk dalam hal penetapan seorang Calon Legislatif dan apakah sistem kaderisasi menjadi sebuah pertimbangan dalam menetapkan seorang calon anggota legislatif.

F. Kerangka Teori

F.1. Sistem dalam Proses Perkaderan F.1.1 Pengertian Sistem

Menurut Prof.Pamudji, sistem adalah: 1) Suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau terorganisasi, atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan tekad atau keseluruhan yang kompleks atau utuh. 7 2) Suatu kebulatan atau keseluruhan yang utuh, dimana di dalamnya terdapat komponen-komponen yang pada gilirannya merupakan sistem tersendiri yang mempunyai fungsi masing-masing, saling berhubungan satu sama lain menurut pola, atau norma tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan. 8 Menurut Gabriel Almond, suatu sistem mempunyai ciri-ciri: (1) kelengkapan (comprehensiveness), (2) saling ketergantungan (inter-dependence), (3) adanya batas (boundary). Suatu sistem dikatakan lengkap bila mencakup semua interaksi yang meliputi masukan dan keluaran yang mempengaruhi penggunaan paksaan fisik, dalam semua strukturnya, termasuk struktur yang tidak terjabarkan, seperti kekerabatan dan garis keturunan, serta gejala anomi, seperti keributan-keributan dan demonstrasi jalanan, bukan sekedar interaksi yang terjadi7

S.Padmuji, Teori Sistem dan Penerapannya dalam Managemen, Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1981, hal. 4-7 8 S.Padmuji, Perbandingan Pemerintahan, Jakarta: Bina Aksara, 1985, hal. 9-10Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

di dalam struktur yang berkaitan dengan negara, seperti parlemen, para eksekutif dan birokrasi dan unit-unit yang terorganisasikan secara formal, seperti partaipartai, kelompok-kelompok berarti kepentingan berbagai dan media komunikasi dari saling itu

ketergantungan,

bahwa

sub-rangkaian

sistem

terhubungkan secara dekat satu sama lain sehingga suatu perubahan pada satu sub-rangkaian akan menghasilkan perubahan di semua sub-rangkaian; dengan kata lain, bagian-bagian atau sub-sub rangkaian dari sistem itu memiliki validitas hanya ketika seluruh sistem bekerja. Menurut Prof. Soemantri, sistem adalah: Sekelompok bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud. Apabila salah satu bagian rusak atau tidak dapat menjalankan tugasnya, maka maksud yang hendak dicapai tidak akan terpenuhi, atau setidak-tidaknya sistem yang telah terwujud akan mendapat gangguan. 9 Menurut Drs. Musanef, sistem adalah: 1) Suatu sarana yang menguasai keadaan dan pekerjaan agar dalam menjalankan tugas dapat diatur.10 2) Suatu tatanan dari hal-hal yang paling berkaitan dan berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan dan satu keseluruhan. 11 Jadi, sistem adalah kesatuan yang utuh dari sesuatu rangkaian, yang saling berkaitan satu sama lain. Bagian atau anak cabang dari suatu sistem, menjadi induk sistem dari rangkaian selanjutnya. Begitulah seterusnya sampai pada bagian terkecil. Jika salah satu bagian rusak atau tidak berfungsi dengan baik, maka akan mengganggu kestabilan sistem itu sendiri. Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri atas empat elemen: 1. Objek yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia dapat benda fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat sistem tersebut.9

Soemantri, Sistem-Sistem Pemerintahan Negara-Negara, Bandung: Tarsito, 1976, hal. 17 Musanef, Sistem Pemerintahan di Indonesia, Jakarta: CV Haji Masagung, 1989, hal. 7 11 Ibid.10

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

2. Atribut yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya. 3. Hubungan internal di antara objek-objek di dalamnya. 4. Lingkungan tempat di mana sistem berada. Sistem juga dapat bermakna sebagai sejumlah bagian yang berkomposisi saling terkoneksi, atau disebut sebagai kompleks. Sistem dapat dijelaskan sebagai: a. Kerangka teoritis untuk mengumpulkan data mengenai fenomena politik. b. Kesatu integrasi saling berhubungan berdasarkan serangkaian hipotesa variabel politik, misalnya sistem internasional yang melibatkan pemerintah dunia. c. Serangkaian hubungan diantara variabel politik dalam sebuah sistem internasional. Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri atas empat hal, yaitu: 1. Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel. 2. Berisi atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya. 3. Memiliki hubungan internal di antara objek-objek di dalamnya.12

F.1.2. Konsep Sistem Konsep sistem dalam proses perkaderan merupakan suatu hal yang harus diperhatikan, karena sebuah partai politik memerlukan suatu sistem untuk melakukan proses kaderisasi. Setiap partai politik memiliki sistem kaderisasi yang berbeda tergantung dari model partai yang dianutnya. Menurut Haryanto pada umumnya terdapat dua model partai yang berbeda berdasarkan komposisi dan keanggotaannya yaitu: 13

12 13

http://id.wikipedia.org/wiki/sistem Ichlasul Amal (Eds), Teori-Teori MutakhirPartai Politik Edisi Revisi, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 1996, hal.45

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

1. Partai anggota (atau massa) Partai anggota atau partai massadengan ciri utamanya jumlah anggota atau pendukung yang banyak. Meskipun demikian, partai jenis ini memiliki program agak kabur. Partai ini membutuhkan struktur dan organisasi yang lebih lengkap (dari tingkat lokal sampai nasional) dan kuat dibanding partai kader. Jumlah anggota tinggi dan keterikatan pada partai lebih kuat dan mendalam. Keterlibatan anggota dalam partai (seleksi kandidat, formulasi kebijakan) lebih tinggi dibanding partai kader. Tingginya jumlah anggota dan aktifis merupakan suatu kelebihan partai anggota. Anggota adalah suatu sumber daya yang penting. Oleh karenanya, politisi berasal dari partai anggota lebih dekat dengan pemilihnya. Partai-partai besar di Eropa pada umumnya merupakan partai anggota. 2. Partai kader (atau partai pemilih) Partai kader mengandalkan kader-kadernya untuk loyal. Partai kader ini tidak memiliki terlalu banyak anggota seperti pada partai massa karena memang partai ini tidak mementingkan jumlah, tetapi lebih mendahulukan disiplin anggotanya dan ketaatan dalam berorganisasi. Doktrin dan idelogi partai harus tetap terjamin kemurniannya. Biasanya hanya pengurus atau kandidat direkrut oleh partai, bukan anggota biasa. Tingkat organisasi partai kader kurang tinggi. Partai ini lebih mementingkan sukses di pemilu, maka disebut partai pemilih. Jumlah pemilih dibanding jumlah anggota sangat tinggi, akan tetapi pada umumnya keterikatan pemilih pada partai tidak terlalu kuat. Karena jumlah anggota kecil partai kader membutuhkan penggunaan media untuk komunikasi dengan pemilih.

Menurut Ichlasul Amal, model atau tipologi partai politik berdasarkan tingkat komitmen partai terhadap ideologi dan kepentingan terdapat lima jenis partai politik, yaitu: 14

14

Ibid.

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

1. Partai Proto adalah tipe partai politik sebelum mencapai tingkat perkembangan seperti dewasa ini. Ciri yang paling menonjol dari partai ini adalah pembedaan antara kelompok anggota atau ins dengan non anggota atau outs. Selebihnya partai ini belum menunjukkan ciri sebagai partai politik dalam pengertian modern. Karena itu sesungguhnya partai ini dibentuk berdasarkan pengelompokkan ideologis masyarakat. 2. Partai Kader merupakan perkembangan lebih lanjut dari Partai Proto. Keanggotaan partai ini terutama berasal dari golongan kelas menengah ke atas. Akibatnya, ideologi yang dianut partai ini adalah konservatisme ekstrim atau maksimal reformis moderat. 3. Partai Massa, muncul saat terjadi perluasan hak pilih rakyat sehingga dianggap sebagai respon politis dan organisasional bagi perluasan hak-hak pilih serta pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih tersebut. Partai massa berorientasi pada basis pendukungnya yang luas, misalnya buruh, petani, dan kelompok agama dan memiliki ideologi yang cukup jelas untuk memobilisasi massa serta mengembangkan organisasi yang cukup rapi untuk mencapai tujuan-tujuan ideologisnya. 4. Partai Diktatorial sebenarnya merupakan sub tipe dari partai massa, tetapi memiliki ideologi yang lebih kaku dan radikal. Pemimpin tertinggi partai melakukan kontrol yang sangat ketat terhadap pengurus bawahan maupun anggota partai. Rekrutmen anggota partai dilakukan secara lebih selektif daripada partai massa. 5. Partai Catch-all merupakan gabungan dari partai kader dan partai massa. Istilah Catch-all pertama kali dikemukakan oleh Otto Kirchheimer untuk memberikan tipologi pada kecendrungan perubahan karakteristik. Catchall dapat diartikan sebagai menampung kelompok-kelompok sosial sebanyak mungkin untuk dijadikan anggotanya. Tujuan utama partai ini adalah memenangkan pemilihan umum dengan cara menawarkan program-progam dan keuntungan bagi anggotanya sebagai pengganti idelogi yang kaku.Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

Sebagian besar partai politik pemenang Pemilu di Indonesia masuk ke dalam kategori model partai Catch-all. Dalam hal ini Partai Demokrat termasuk ke dalam model partai Catch-all. Sebagai Partai Catch-all, Partai Demokrat memang hidup dengan tidak mengandalkan ideologi, namun penguatan pada kuantitas basis massa. Selama ini mekanisme sistem kaderisasi yang digunakan Partai Demokrat lebih banyak menghasilkan tokoh karbitan, dan saat sekarang cara ini tidak sesuai lagi dengan tingkat pendidikan dan daya nalar para pemilih. Di samping itu, persoalan-persoalan yang muncul bermuara pada bagaimana mekanisme sistem kaderisasi tersebut.

F.2. Kaderisasi dalam Partai Politik di Indonesia Secara umum pengertian partai politik didefinisikan sebagai kumpulan orang yang membentuk sebuah partai yang bertujuan untuk merebut kekuasaan, mempertahankan kekuasaan dengan cara yang legitimasi melalui pemilihan umum. 15 Menurut Prof. Miriam Budiardjo partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional, untuk melaksankan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. 16 Seorang sarjana bernama Sigmund Neumann dalam buku karyanya Modern political Parties memberikan defenisi partai politik 17 adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda. DenganK. Ramanathan, Konsep Azas politik, Jakarta: ALMS Digital Enterprise, 2000, hal. 167 Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta: Buku Obor, 1998, hal. 16 17 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, hal. 40416 15

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

demikian partai politik merupakan perantara yang menghubungkan kekuatankekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi dan yang mengkaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang lebih luas. Salah satu fungsi partai politik salah satunya adalah melakukan rekrutmen politik. Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai memerlukan dilakukannya kaderisasi karena setiap partai butuh kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian partai dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri. Pengertian kader menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: 18orang yang diharapkan atau dipersiapkan untuk dapat memegang jabatan atau pekerjaan penting dalam pemerintahan, partai atau sebagainya. Pengertian kader menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah: 19 1) Kader adalah orang yang dicalonkan untuk memegang pekerjaan penting dalam pemerintahan, partai, perusahaan, dan sebagainya. 2) Kader adalah orang yang diharapkan bakal mampu memangku jabatan yang penting di kemudian hari Pengertian kader menurut Kamus Umum disini maksudnya adalah sama dengan pengkaderan yakni: proses, cara, mendidik atau membentuk seorang kader. 20 Pengertian kader menurut Kamus Umum, khususnya bidang hukum dan politik adalah: tenaga binaan untuk dijadikan pimpinan suatu organisasi, partai dan sebagainya 21 Kaderisasi adalah suatu bagian dari kegiatan rekrutmen politik dimana adanya proses penyiapan sumber daya manusia (SDM) agar kelak mereka menjadiUmichulsum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Kashiko Press, 2006 Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English, 2002 20 Ibid. 21 Zainul Bahri, Kamus Umum, Khususnya Bidang hukum dan Politik, Bandung: Angkasa Bandung, 199619 18

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

para pemimpin yang mampu membangun peran dan fungsi organisasi secara lebih bagus dalam jabatan-jabatan administratif maupun politik. 22 Menurut Czudnowski dalam Imawan (1992), kaderisasi didefinisikan sebagai suatu proses yang berhubungan dengan individu-individu atau kelompok individu yang dilantik dalam peran-peran politik aktif. 23 Kaderisasi ini berlangsung dalam suatu tatanan politik yang jelas. Tatanan ini membutuhkan kontinuitas institusional. Namun kontinuitas ini juga mengandung pengertian terjadinya pergeseran/penggantian pada tingkat personal, karenanya kaderisasi memiliki fungsi memelihara sistem sekaligus sebagai saluran bagi terjadinya perubahan. Kaderisasi di partai politik merupakan urat nadi bagi sebuah partai. Kaderisasi adalah proses penyiapan sumber daya manusia (SDM) agar kelak mereka menjadi para pemimpin yang mampu membangun peran dan fungsi organisasi secara lebih bagus. Ini merupakan bentuk pendidikan politik, dimana selama ini peran tersebut terabaikan. Para pemimpin parpol besar di Indonesia kerap berasal bukan dari kualifikasinya, melainkan dari unsur kebangsawanan tertentu. Kemampuan sebuah partai untuk melakukan pengemblengan atau pematangan terhadap SDM-nya sangatlah dipengaruhi oleh kemampuan para pengurusnya untuk memfasilitasi pengadaan pendidikan dan pelatihan secara lebih intensif di bidang-bidang tertentu terhadap kader-kadernya. Hal ini dilakukan sejauh menyangkut peningkatan kemampuan simultan dan terencana pada semua tingkatan kepengurusan partai. Bagaimanapun partai membutuhkan kaum muda terididik yang berkualitas untuk menjadi sasaran pengkaderan ini. Kaum muda sangat menentukan masa depan dan kualitas sebuah partai politik di masa mendatang. Setiap anggota partai politik belum tentu otomatis menjadi kader partai. Bagi anggota yang tertarik untuk menjadi kader partai, terlebih dahulu haruslah22 23

Koirudin, Op.cit., hal.113 Koirudin, Op.Cit, hal.100

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

mengikuti proses seleksi untuk menjadi kader. Kemudian setelah lulus seleksi, anggota tersebut harus mengikuti proses pengkaderan yang dilakukan oleh partai politik dalam rangka pelaksanaan fungsi pendidikan politik. Selama mengikuti proses pengkaderan, calon kader itu akan mendapatkan pendidikan politik kader. Peran kader partai politik sangat vital untuk membangun suatu kepemimpinan partai yang berkualitas. Bagaimanapun wajah partai politik ke depan sangat ditentukan oleh kualitas kader-kader yang dimilikinya, yang pada gilirannya akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa. Meskipun peran dan fungsi partai politik sudah demikian bebas dibanding zaman sebelumnya, namun masalah kaderisasi ini menjadi persoalan serius. Masih banyak partai politik yang belum mampu melakukan pengkaderan yang baik sehingga mereka melakukannya dengan asal comot. Dalam sejarah bangsa ini, kaderisasi adalah fungsi yang terabaikan semenjak awal kehidupan partai politik sampai masa pasca Orde Baru sekarang ini. Pada masa lalu, kaderisasi dilakukan bukan oleh partai politik, tapi oleh ormas-ormas-ormas yang menjadi underbow partai. Pimpinan partai tinggal menerima kader-kader yang telah dihasilkan oleh ormas-ormas tersebut. Pada masa Orde Baru, dengan pemberlakuan undang-undang yang mengharuskan proses fusi partai-partai politik yaitu PDI, PPP, dan Golkar, maka tangan kekuasaan untuk mengontrol dan mengendalikan proses kepemimpinan dalam partai politik yang ada semakin lebih mudah dilakukan. Argumennya ketika dilakukan fusi, maka pemerintah Orde Baru semata-mata bergerak hanya demi stabilitas politik untuk pembangunan ekonomi. Pemerintah memandang bahwa kehidupan partai politik perlu dikendalikan dan diatur agar tidak mengundang hadirnya kebebasan liberal seperti di era multi partai sebelumnya, yang terbukti gagal menghadirkan demokrasi dan pembangunan ekonomi yang baik. Pada masa demokratisasi sekarang ini, pimpinan partai politik seharusnya melakukan pendidikan kader secara berjenjang dan berkesinambungan untuk menghasilkan kaderkader partai politik yang akan menjadi pimpinan nasional di

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

masa mendatang. Kaderisasi para pemimpin partai politik sangat tergantung pada sistem kepolitikan yang dibangun.

F.3. Kriteria dalam Penetapan Seorang Calon Anggota Legislatif Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk memilih dan menetapkan seorang calon anggota legislatif yaitu: 24 1. Usia, dimana seorang calon haruslah memiliki usia yang cukup yaitu 21 tahun untuk dapat dicalonkan menjadi anggota legislatif. Usia adalah merupakan hal yang penting karena dapat menentukan tingkat analisa seseorang dalam menghadapi masalah. Biasanya faktor usia juga dapat mengukur kematangan dan pengalaman seseorang dalam masyarakat. 2. Popularitas, yakni seorang calon adalah orang yang dikenal oleh masyarakat luas dan memiliki reputasi yang baik. 3. Pendidikan, yaitu seorang calon anggota legislatif haruslah mempunyai tingkat pendidikan minimal sarjana agar calon tersebut dapat memahami dan mengatasi masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. 4. Keuangan atau finansial, hal ini adalah suatu syarat yang juga dianggap penting, seorang calon anggota legislatif haruslah mempunyai dana yang cukup besar untuk digunakan ketika mengadakan kampanye. 5. Akseptabilitas, yakni penerimaan masyarakat terhadap seorang calon anggota legislatif. Penerimaan ini akan muncul ketika mayarakat merasa calon tersebut adalah orang yang benar-benar dapat menyuarakan kepentingannya. 6. Kapabilitas, yakni kemampuan untuk menyerap aspirasi masyarakat, kemudian merumusan aspirasi itu ke dalam bentuk peryataan yang jelas dan meyampaikan hasil rumusan itu kepada masyarakat.

24

Richard.S Katz dan William Crotty, Handbook of Party Politics, London: Sage Publications

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

G. Defenisi Konsep

Defenisi konsep merupakan hal yang penting dalam penelitian yang dipakai untuk menggambarkan secara abstrak keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. 25 Dalam penelitian ini penulis menggunakan defenisi konsep sebagai beikut: 1. Kaderisasi adalah suatu bagian dari kegiatan rekrutmen politik dimana adanya proses penyiapan sumber daya manusia dengan melakukan pelatihan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu untuk dipersiapkan agar kelak mereka menjadi para pemimpin yang mampu membangun peran dan fungsi organisasi secara lebih bagus dalam jabatan-jabatan administratif maupun politik. Kaderisasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang berhubungan dengan individu-individu atau kelompok individu yang dilantik dalam peranperan politik aktif. 2. Calon Anggota Legislatif adalah seseorang yang nantinya akan bertindak untuk mewakili partainya dalam lembaga legislatif yang dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemlihan umum.

H. Defenisi Operasional

Yang dimaksud dengan defenisi operasional adalah merupakan penjelasan bagaimana variabel-variabel akan diukur. 26 Dengan adanya defenisi operasional, maka akan dapat mempermudah peneliti yaitu dengan cara memberikan parameter-parameter dan indikator-indikator dari variabel yang diteliti. Maka adapun defenisi operasionalnya adalah sebagai berikut:

25

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial, Format-Format Kualitatif dan Kualitas, Surabaya: Airlangga University Press, 2001, hal. 48 26 Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3S, 1989, hal. 23Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

1. Kaderisasi Untuk mengukur kaderisasi dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu: a. Mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh partai politik. b. Memegang suatu jabatan di dalam susunan kepengurusan partai politik. c. Menjalankan tugas-tugas serta tanggung jawab yang diberikan partai politik. 2. Calon anggota legislatif Untuk mengukur calon anggota legislatif dapat dilihat dari tiga indikator yaitu: a. Menjalani proses rekrutmen calon anggota legislatif Rekrutmen diartikan sebagai seleksi pemilihan atau seleksi seseorang untuk menjadi calon anggota legislatif yang sesuai dengan kriteria dan syarat yang telah ditetapkan oleh partai. Funsi rekrutmen sangat penting karena merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Cara yang ideal untuk melakukan rekrutmen adalah digunakannya penilaian terhadap kemampuan seseorang sebagai tolak ukur utama dalam rekrutmen. b. Pendidikan dan pelatihan Pelatihan ini dimaksudkan untuk membentuk kader partai yang tangguh dan berkualitas yang nantinya akan dipersiapkan untuk menjadi seorang calon anggota legislatif. c. Menjalankan tugas partai Para calon anggota legislatif akan diberikan tanggung jawab atas terbentuknya sumberdaya manusia (SDM) partai yang tangguh dan unggul sesuai dengan kompetensi kader itu sendiri, sehingga akan lebih optimal dalam menjalankan misi partai ditengah-tengah masyarakat. Calon anggota legislatif mempunyai tugas untuk membangun citra partai yang positif dimata masyarakat untuk mengaktualisasikannya secara

berkesinambungan dan terus menerus.

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

I. Metode Penelitian

I.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang mencoba mengungkapkan dan menggambarkan kaderisasi Partai Demokrat dan bagaimana proses penetapan calon anggota legislatif DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara. Tujuan dari deskriptif disini adalah membuat, menggambarkan, meringkas berbagai kondisi dan situasi yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Dengan mentapkan fokus pada masalah yang akan diteliti diharapkan nantinya penelitian akan mendapat data yang maksimal untuk menggambarkan fenomena aktual yang terjadi.

I.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Taman Multatuli Indah Blok FF No.39-40 Medan.

I.3. Teknik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. 27 a. Data Primer Untuk mendapatkan data primer, dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan panduan atau pedoman wawancara. Wawancara dengan melakukan komunikasi secara

27

Burhan Bungin, Op.Cit., hal. 51

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

langsung untuk mendapatkan informasi secara mendalam dengan mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan pada informasi dengan mengacu pada interview guide yang telah dirumuskan peneliti. Sehingga data yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut merupakan data pendukung bagi terlaksananya penelitian. Adapun informan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Bapak Mustopawiyah Sitompul, SE yang menangani bidang Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi (OKK), Sekretaris DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara Bapak H. Rahmad P. Hasibuan, SH, Ibu Nurhasanah, S.Sos dan beberapa pengurus DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara yang memahami tentang sistem kaderisasi yang dilakukan DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara. b. Data Sekunder Data sekunder adalah semua data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dari buku-buku referensi, jurnal yang sesuai dengan objek kajian penelitian serta berkaitan dengan permasalahan, dalam hal ini mengenai bagaimana sistem kaderisasi dalam partai politik yang nantinya akan dijadikan sebagai panduan dalam melakukan penelitian.

I.4. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah emnggunakan jenis analisa data kualitatif, yaitu tanpa menggunakan alat bantu rumus statistik. Penelitian ini bersifat deskripsi dengan tujuan memberi gambaran mengenai situasi atau kejadian yang terjadi. Penulis mengumpulkan data-data dari buku, koran, dan situs internet yang berisi tentang sistem kaderisasi partai politik, khususnya Partai Demokrat, kemudian melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh atau para pengurus partai yang mempunyai kapasitas dan memahami bidang kaderisasi yang dilakukan oleh DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara. Data-data yang terkumpul melalui wawancara dan dokumentasi akan ditampilkan dalam bentuk uaraian lalu

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

dianalisis

kemudian

dieksplorasi

secara

mendalam,

selanjutnya

akan

menghasilkan suatu kesimpulan yang menjelaskan masalah yang diteliti.

J. Sistematika Penulisan

Bab I :

Pendahuluan Pada Bab I ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II :

Profil Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara Pada Bab II ini akan diuraikan tentang gambaran umum Partai Demokrat secara keseluruhan, deskripsi singkat tentang DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara, apa-apa saja program DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara pada tahun 20042009, daftar susunan nama calon anggota legislatif dari Partai Demokrat pada Pemilu 2009

Bab III :

Pertimbangan Pemilihan Calon Anggota Legislatif Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara Dalam Bab III ini, akan dijelaskan tentang bagaimana kaitan kaderisasi Partai Demokrat dalam proses penetapan calon anggota legislatif pada Pemilu 2009 dan hal-hal apa yang menjadi pertimbangan partai dalam hal penetapan calon anggota legislatif pada Pemilu 2009

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

Bab IV :

Kesimpulan dan Saran Bab IV ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi yang berisi kesimpulan dari hasil-hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta berisi saran-saran yang mungkin berguna bagi penulis secara khusus dan berguna bagi siapa saja yang tertarik membacanya.

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

BAB II PROFIL DEWAN PIMPINAN DAERAH (DPD) PARTAI DEMOKRAT PROVINSI SUMATERA UTARA

A. Sejarah Singkat Partai Demokrat 28

Partai Demokrat didirikan atas inisiatif saudara Susilo Bambang Yudhoyono yang terilhami oleh kekalahan terhormat saudara Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan Calon wakfl Presiden dalam Sidang MPR tahun 2001. Dari perolehan suara dalam pemilihan cawapres dan hasil pooling public yang menunjukkan popularitas yang ada pada diri Susilo Bambang Yudhoyono (selanjutnya disebut SBY), beberapa orang terpanggil nuraninya untuk memikirkan bagaimana sosok SBY bisa dibawa menjadi Pemimpin Bangsa dan bukan direncanakan untuk menjadi Wakil Presiden RI tetapi menjadi Presiden RI untuk masa mendatang. Hasilnya adalah beberapa orang diantaranya saudara Vence Rumangkang menyatakan dukungannya untuk mengusung SBY ke kursi Presiden, dan bahwa agar cita-cita tersebut bisa terlaksana, jalan satu-satunya adalah mendirikan partai politik. Perumusan konsep dasar dan platform partai sebagaimana yang diinginkan SBY dilakukan oleh Tim Krisna Bambu Apus dan selanjutnya tehnis administrasi dirampungkan oleh Tim yang dipimpin oleh saudara Vence Rumangkang. Juga terdapat diskusi-diskusi tentang perlunya berdiri sebuah partai untuk

mempromosikan SBY menjadi Presiden, antara lain : Pada tanggal 12 Agustus 2001 pukul 17.00 diadakan rapat yang dipimpin langsung oleh SBY di apartemen Hilton. Rapat tersebut membentuk tim pelaksana yang mengadakan pertemuan secara marathon setiap hari. Tim itu terdiri dari : (1). Vence Rumangkang, (2).

28

http://www.demokrat.or.id

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

Drs. A. Yani Wahid (Alm), (3). Achmad Kurnia, (4). Adhiyaksa Dault, SH, (5).Baharuddin Tonti, (6). Shirato Syafei. Di lingkungan kantor Menkopolkampun diadakan diskusi-diskusi untuk pendirian sebuah partai bagi kendaraan politik SBY dipimpin oleh Drs. A. Yani Wachid (Almarhum). Pada tanggal 19 Agustus 2001, SBY memimpin langsung pertemuan yang merupakan cikal bakal pendirian dari Partai Demokrat. Dalam pertemuan tersebut, saudara Vence Rumangkang menyatakan bahwa rencana pendirian partai akan tetap dilaksanakan dan hasilnya akan dilaporkan kepada SBY. Selanjutnya pada tanggal 20 Agustus 2001, saudara Vence Rumangkang yang dibantu oleh saudara Drs. Sutan Bhatoegana berupaya mengumpulkan orang-orang untuk merealisasikan pembentukan sebuah partai politik. Pada akhimya, terbentuklah Tim 9 yang beranggotakan 10 (sepuluh) orang yang bertugas untuk mematangkan konsep-konsep pendirian sebuah partai politik yakni: (1) Vence Rumangkang; (2) Dr. Ahmad Mubarok, MA.; (3) Drs. A. Yani Wachid (almarhum); (4) Prof. Dr. Subur Budhisantoso; (5) Prof. Dr. Irzan Tanjung; (6) RMH. Heroe Syswanto Ns.; (7) Prof. Dr. RF. Saragjh, SH., MH.; (8) Prof. Dardji Darmodihardjo; (9) Prof. Dr. Ir. Rizald Max Rompas; dan (10) Prof. Dr. T Rusli Ramli, MS. Disamping nama- nama tersebut, ada juga beberapa orang yang sekali atau dua kali ikut berdiskusi. Diskusi Finalisasi konsep partai dipimpin oleh Bapak SBY. Untuk menjadi sebuah Partai yang disahkan oleh Undang- Undang Kepartaian dibutuhkan minimal 50 (limapuluh) orang sebagai pendirinya, tetapi muncul pemikiran agar jangan hanya 50 orang saja, tetapi dilengkapi saja menjadi 99 (sembilanpuluh sembilan) orang agar ada sambungan makna dengan SBY sebagai penggagas, yakni SBY lahir tanggal 9 bulan 9. Pada tanggal 9 September 2001, bertempat di Gedung Graha Pratama Lantai XI, Jakarta Selatan dihadapan Notaris Aswendi Kamuli, SH., 46 dari 99 orang menyatakan bersedia menjadi Pendiri Partai Demokrat dan hadir menandatangani Akte Pendirian Partai Demokrat. 53 (lima puluh tiga) orang selebihnya tidak hadir tetapi memberikan surat kuasa kepada saudara Vence Rumangkang. Kepengurusanpun disusun danAndhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

disepakati bahwa Kriteria Calon Ketua Umum adalah Putra Indonesia asli, kelahiran Jawa dan beragama Islam, sedangkan Calon Sekretaris Jenderal adalah dari luar pulau jawa dan beragama Kristen. Setelah diadakan penelitian, maka saudara Vence Rumangkang meminta saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso sebagai Pejabat Ketua Umum dan saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal sementara Bendahara Umum dijabat oleh saudara Vence Rumangkang. Pada malam harinya pukul 20.30, saudara Vence Rumangkang melaporkan segala sesuatu mengenai pembentukan Partai kepada SBY di kediaman beliau yang saat itu sedang merayakan hari ulang tahun ke 52 selaku koordinator penggagas, pencetus dan Pendiri Partai Demokrat. Dalam laporannya, saudara Vence melaporkan bahwa Partai Demokrat akan didaftarkan kepada Departemen Kehakiman dan HAM pada esok hari yakni pada tanggal 10 September 2001. Pada tanggal 10 September 2001 jam 10.00 WIB Partai Demokrat didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh saudara Vence Rumangkang, saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso, saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung, saudara Drs. Sutan Bhatogana MBA, saudara Prof. Dr. Rusli Ramli dan saudara Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH dan diterima oleh Ka SUBDIT Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM. Kemudian pada tanggal 25 September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh & HAM Nomor

M.MU.06.08.-138 tentang pendaftaran dan pengesahan Partai Demokrat. Dengan Surat Keputusan tersebut Partai Demokrat telah resmi menjadi salah satu partai politik di Indonesia dan pada tanggal 9 Oktober 2001 Departemen Kehakiman dan HAM RI mengeluarkan Lembaran Berita Negara Nomor : 81 Tahun 2001 Tentang Pengesahan. Partai Demokrat dan Lambang Partai Demokrat. Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakemas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober 2002 di Hotel Indonesia yang

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

dihadiri Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) seluruh Indonesia. Sejalan dengan deklarasi berdirinya Partai Demokrat, sebagai perangkat organisasi dibuatlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Sebagai langkah awal maka pada tahun 2001 diterbitkan AD/ART yang pertama sebagai peraturan sementara organisasi. Pada tahun. 2003 diadakan koreksi dan revisi sekaligus didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI sebagai Persyaratan berdirinya Partai Demokrat. Sejak pendaftaran tersebut, AD/ART Partai Demokrat sudah bersifat tetap dan mengikat hingga ada perubahan oleh forum Kongres ini.

B. Deskripsi tentang DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara

Dewan Pimpinan Daerah Provinsi Sumatera Utara terletak di Komplek Citra Permai No.AA4 Jalan Bilal Medan. Pada tahun 2009 ini, struktur organisasi Partai Demokrat di Provinsi Sumatera Utara terdiri dari tiga puluh tiga DPC yang berada di seluruh Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, yakni: DPC Kab. Asahan, DPC Kota Binjai, DPC Kab. Dairi, DPC Kab. Deli Serdang, DPC Kab. Humbang Hasundutan, DPC Kab. Simalungun, DPC Kab. Labuhan Batu, DPC Kab. Labuhan Batu Utara, DPC Kab. Labuhan Batu Selatan, DPC Kab. Langkat, DPC Kab. Mandailing Natal, DPC Kota Medan, DPC Kab. Nias, DPC Kab. Nias Selatan, DPC Kab. Nias Barat, DPC Kab. Nias Utara, DPC Kota Padang Sidempuan, DPC Kab. Pak-Pak Barat, DPC Kota Pematang Siantar, DPC Kab. Samosir, DPC Kab. Serdang Bedagai, DPC Kota Sibolga, DPC Kab.Tanah Karo, DPC Kota Tanjung Balai, DPC Kab. Tapanuli Selatan, DPC Kab. Tapanuli Tengah, DPC Kab. Tapanuli Utara, DPC Kota Tebing Tinggi, DPC Kab. Toba Samosir, DPC Padang Lawas, DPC Padang Lawas Utara, DPC Kab. Batubara, DPC Kota Gunung Sitoli dan pada tingkat kelurahan/desa, Partai Demokrat juga telah memiliki sebanyak 5785 DPAC yang berada di seluruh kelurahan/ desa.Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

Dewan Pimpinan Daerah adalah pelaksana partai di tingkat provinsi yang kepengurusannya bersifat kolektif. Di dalam suatu daerah Kelurahan/Desa atau daerah yang dipersamakan tingkatannya dengan Kelurahan/Desa, atau daerah lain yang karena keadaannya dapat dipersamakan dengan Kelurahan/Desa dan disana terdapat sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang anggota partai dapat dibentuk Kantor Pimpinan Ranting. Pengesahan berdirinya Pimpinan Ranting di Kelurahan/Desa ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Anak Cabang. Dalam suara daerah Kecamatan atau daerah yang dipersamakan tingkatnya dengan Kecamatan dapat dibentuk Dewan Pimpinan Anak Cabang. Pengesahan berdirinya Dewan Pimpinan Anak Cabang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang. Dewan Pimpinan Daerah memiliki kewenangan untuk menentukan kebijakan Tingkat Provinsi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres, Rapat Tingkat Nasional serta Peraturan Partai lainnya dan berwenang untuk mensahkan Komposisi Personalia Dewan Pimpinan Cabang. Dalam suatu daerah Kabupaten/Kota atau daerah-daerah yang karena keadaannya dapat dipersamakan dengan Kabupaten/Kota dapat dibentuk Dewan Pimpinan Cabang. Pengesahan berdirinya Dewan Pimpinan Cabang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah. Bilamana terdapat kekosongon jabatan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi, maka Dewan Pimpinan Daerah (DPD) mengadakan rapat Pleno untuk mengusulkan salah seorang nama dan pengurus harian sampai ada ketentuan selanjutnya dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Dewan Pimpinan Daerah berwenang untuk menentukan kebijakan tingkat provinsi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres, Rapat Tingkat Nasional serta peraturan partai lainnya; mensahkan komposisi personalia Dewan Pimpinan Cabang.

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

C. Keanggotaan DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara C.1 Kewajiban Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara29

1. Melaksanakan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres dan Keputusan Partai Demokrat. 2. Menetapkan strategi dan perjuangan partai dan memimpin pelaksanaan garis-garis kebijaksanaan partai di daerahnya. 3. Memberikan petunjuk-petunjuk kepada cabang dan anak cabang di dalam melaksanakan keputusan dan garis-garis kebijaksanaan partai serta ketentuan-ketentuan partai. 4. Memberikan arahan atas kegiatan-kegiatan Fraksi di Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi. 5. Mengatur keseragaman, kerja sama dan koordinasi perjuangan partai di dalam dan di luar lembaganegara di daerahnya. 6. Menyampaikan laporan lengkap kepada Musyawarah Daerah dan Pimpinan Pusat tentang seluruh kebijaksanaan Dewan Pimpinan Daerah baik ke dalam maupun ke luar. 7. Menyampaikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Daerah tentang pelaksanaan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres, peraturan partai dan keputusan Musyawarah Daerah yang diamanatkan kepada Dewan Pimpinan Daerah maupun kebijaksanaan yang dijalankan oleh Dewan Pimpinan Daerah baik ke dalam maupun ke luar. 8. Mensahkan susunan Dewan Pimpinan Cabang. 9. Memberhentikan sementara seorang anggota atau anggota pimpinan partai di semua tingkatan di bawahnya.

29

Arsip DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

C.2 Hak Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara 1. Membuat peraturan-peraturan pelaksanaan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan garis-garis kebijaksanaan bagi kelancaran usahausaha partai dalam rangka pelaksanaan keputusan-keputusan kongres, Musyawarah Daerah dan keputusan-keputusan partai. 2. Memberikan rekomendasi susunan dan komposisi Dewan Pimpinan Cabang kepada Dewan Pimpinan Pusat untuk disahkan. 3. Memberhentikan sementara seorang anggota atau anggota pimpinan partai di semua tingkat yang berada di bawahnya. 4. Membatalkan suatu keputusan yang diambil oleh Dewan Pimpinan Cabang maupun Dewan Pimpinan Anak Cabang ataupun Keputusan Musyawarah Cabang dan Musyawarah Anak Cabang, apabila keputusan tersebut nyata-nyata bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ataupun membahayakan keselamatan partai, negara dan bangsa. 5. Bertindak mewakili partai dalam menghadapi masalah-masalah daerah dan dalam mengadakan hubungan kerja sama serta persahabatan di daerahnya sesuai petunjuk dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP).

C.3 Visi, Misi dan Tujuan DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara 30 C.3.1. Visi Partai Demokrat Partai Demokrat bersama masyarakat luas berperan mewujudkan keinginan luhur rakyat Indonesia agar mencapai pencerahan dalam kehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur, menjunjung tinggi semangat Nasionalisme, Humanisme dan Internasionalisme, atas dasar ketakwaan

30

Ibid.

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam tatanan dunia baru yang damai, demokratis dan sejahtera.

C.3.2 Misi Partai Demokrat 1. Memberikan garis yang jelas agar partai berfungsi secara optimal dengan peranan yang signifikan di dalam seluruh proses pembangunan Indonesia baru yang dijiwai oleh semangat reformasi serta pembaharuan dalam semua bidang kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan kedalam formasi semula sebagaimana telah diikrarkan oleh para pejuang, pendiri pencetus Proklamasi kemerdekaan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan titik berat kepada upaya mewujudkan perdamaian, demokrasi (Kedaulatan rakyat) dan kesejahteraaan. 2. Meneruskan perjuangan bangsa dengan semangat kebangsaan baru dalam melanjutkan dan merevisi strategi pembangunan Nasional sebagai tumpuan sejarah bahwa kehadiran partai Demokrat adalah melanjutkan perjuangan generasi-generasi sebelumnya yang telah aktif sepanjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sejak melawan penjajah merebut Kemerdekaan, merumuskan Pancasila dan UUD 1945, mengisi

kemerdekaan secara berkesinambungan hingga memasuki era reformasi. 3. Memperjuangkan tegaknya persamaan hak dan kewajiban Warganegara tanpa membedakan ras, agama, suku dan golongan dalam rangka menciptakan masyarakat sipil (civil society) yang kuat, otonomi daerah yang luas serta terwujudnya representasi kedaulatan rakyat pada struktur lebaga perwakilan dan permusyawaratan.

C.3.3. Tujuan Partai Demokrat 1. Menegakkan, mempertahankan, dan mengamankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai jiwa Proklamasi Kemerdekaan.Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

2. Mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. 3. Melakukan segala usaha dan ikhtiar untuk membangun masyarakat Indonesia humanisme. 4. Meningkatkan partisipasi seluruh potensi bangsa dalam mewujudkan kehisupan bernegara yang memiliki pemerintahan yang bersih, efektif, efisien, serta dinamis menuju terwujudnya Indonesia yang demokratis, sejahtera, maju, dan modern dalam suasana aman dan penuh kedamaian lahir dan batin. baru yang berwawasan nasionalisme, pluralisme, dan

D. Program Kerja DPD Partai Demokrat Sumatera Utara 31

Partai

Demokrat

termasuk

kekuatan

politik

di

Indonesia

yang

diperhitungkan oleh banyak orang, peluang besar akan menjadi pemenang utama pada pemilu 2009. Oleh Karena itu tepat kalau Partai Demokrat harus mempersiapkan program umum ke depan. Penyusunan program umum partai adalah merupakan penyiapan bingkai kerja (frame work) bagi jajaran dan kader partai yang senantiasa berada dalam kehidupan masyarakat pluralis. Oleh karenanya program yang disusun, seyogyanya berangkat dari geografis, geopolitik dan geoekonomi serta wawasan partai. Secara garis besar program umum Partai Demokrat adalah sebagai berikut: Mengembangkan, Memperkuat dan Membina Partai Kesuksesan Partai Demokrat mengusung Bapak DR. H. Susilo Bambang yudhoyono menjadi Presiden Republik Indonesia, sudah menjadi suatu indikator bahwa Partai Demokrat telah diperhitungkan dalam kancah perpolitikan di

31

Ibid.

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

Indonesia. Walaupun sesungguhnya figur Bapak SBY tidak luput dari keberhasilan besar itu. Keberhasilan pelaksanaan manajemen partai politik terutama dalam mencapai visi dan misi, tujuan dan sasaran organisasi banyak dipengaruhi oleh efektivitas koordinasi pada tingkat DPP, DPD dan DPC. Di samping itu kemampuan, loyalitas, keuletan, moralitas dan militansi seorang kader sangat diperlukan bahkan menjadi syarat utama untuk menjadi pimpinan/pengurus partai. Kader partai yang akan kita bina tidak hanya dipersiapkan dalam kepemimpinan partai politik, tetapi kader dalam segala lini, termasuk memimpin di masyarakat dan pemerintahan. Program pengembangan partai untuk tumbuh dan kuat di akar rumput, maka haruslah kita sadar bahwa Partai Demokrat tidak sekedar sebagai wadah perpolitikan saja, tetapi harus berperan sebagai organisasi masyarakat yang peduli pada kehidupan rakyat kecil. Mereka itu yang harus kita angkat harkat dan martabatnya sebagai manusia sesuai kodrat alam. Oleh karena itu program partai mendatang benar-benar berorientasi pada : 1. Manajemen partai harus pada tataran keselarasan, keserasian dan

keseimbangan. 2. Manajemen partai haruslah bersih, simpatik, berwibawa, akuntabel, terbuka dan komunikatif. 3. Pembinaan kader dimulai dari struktur organisasi yang terendah adalah ranting (Pekarting=Pembinaan Kader Ranting, Pekarancab=Pembinaan Kader Anak Cabang, Pekercab=Pembinaan Kader Cabang, Perkarda= Pembinaan Kader Daerah, Pekapus=Pembinaan Kader Pusat). 4. Partai harus membuat wadah koordinasi yang kuat baik daerah maupun pusat untuk merekam, mendiskusikan dan mencari solusinya terhadap isu-isu yang berkembang di masyarakat, baik isu perpolitikan maupun isu pembangunan yang sedang berjalan. Wadah ini harus melibatkan para tokoh masyarakat, agama, dan para akademis.

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

5. Untuk menjadi organisasi sosial yang kuat, perlu ada gerakan sosial yang menarik empati masyarakat.

Sasaran dan Pokok-Pokok Program Pencapaian tujuan Partai Demokrat dilakukan melalui pelaksanaan program umum secara bersungguh-sungguh dengan berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai sasaran yang ditentukan baik sasaran ke dalam maupun sasaran keluar. A. Sasaran ke dalam adalah : 1. Memantapkan Partai Demokrat sebagai organisasi kekuatan social politik dalam mengembangkan kepercayaan rakyat dalam memikul dan

melaksanakan tugas pembaruan dan pembangunan bagi kepentingan rakyat. 2. Mantapnya Partai Demokrat sebagai organisasi kekuatan social politik yang semakin bertumbuh, mengakar, berkualitas, mandiri dan demokratis sehingga lebih tanggap dan mampu memperjuangkan aspirasi rakyat serta

meningkatkan pemantapan perwujudan kehidupan bernegara yang memiliki pemerintahan yang bersih, efektif, efisien serta dinamis menuju Indonesia yang demokratis, sejahtera, maju dan modern dalam suasana aman, dan penuh kedamaian lahir dan batin. 3. Meningkatnya kemampuan dan peranan pengurus dan anggota di semua tingkatan organisasi Partai Demokrat melalui program pelatihan

kepemimpinan dan wawasan nusantara bagi kader-kader Partai Demokrat. 4. Meningkatnya peranan semua perangkat organisasi di semua tingkatan 5. Terwujudnya kader Partai Demokrat yang berkualitas, beriman, tidak tercemar, bermoral baik dan memiliki militansi yang tinggi.

B. Sasaran keluar adalah : 1. Tetap tegaknya dan utuhnya negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

2. Suksesnya pembangunan nasional yang menjadi program pemerintah dalam mengusung perubahan menuju terwujudnya rakyat yang aman, adil da sejahtera. 3. Kemenangan Partai Demokrat pada pemilu 2009 baik untuk pemilihan legislatif maupun untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. 4. Gairahnya semangat partisipasi aktif rakyat dalam pembangunan nasional. 5. Suksesnya Partai Demokrat membanguna opini publik bahwa Partai Demokrat adalah partai yang dapat diharapkan oleh masyarakat Indonesia Sasaran sebagaimana dimaksud di atas diupayakan untuk dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan terencana, terarah, terkoorinir dan terus menerus yang dapat dirangkum dalam : 1. Konsolidasi 2. Pembangunan nasional 3. Pemilu tahun 2009. Pokok-pokok program Partai Demokrat untuk 5 (lima) tahun ke depan adalah meliputi konsolidasi pembangunan nasional dan pemilu tahun 2009. A. Program Operasional Konsolidasi 1. Konsolidasi partai adalah segala usaha dan kegiatan yang terencana, terarah dan terpadu yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna, untuk memperkuat apa yang telah dicapai dan mempersiapkan diri dalam rangka usaha mencapai tujuan bersama. 2. Memperkokoh kesetiaan Partai Demokrat kepada ideologi Pancasila. Bahwa negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang demokratis, meletakkan kedaulatan di tangan rakyat, menjamin hak azasi manusia, dan terwujudnya masyarakat yang aman, adil dan sejahtera. 3. Meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai ideologi, paham dan pola pikir yang bertentangan atau tidak sesuai dengan Pancasila. 4. Konsolidasi organisasi meliputi kegiatan-kegiatan di bidang keanggotaan, kaderisasi, kelembagaan, penggalian dan pendayagunaan dana, hubungan

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

dengan organisasi sosial/kemasyarakatan, profesi serta penerangan, penerbitan dan media massa.

B. Program Operasional Pemberhasilan Pembangunan Nasional dan Daerah 1. Bidang Politik Dalam bidang politik Partai Demokrat Sumatera Utara menetapkan beberapa hal yaitu: Memberdayakan kader partai baik pengurus, anggota DPRD dan yang berada di ormas, organisasi profesi untuk peka, kritis dan tanggap mengawasi setiap gerak pembangunan Berperan serta mendorong dan meningkatkan pendidikan politik rakyat Berperan menjaga NKRI yang demokratis, konstitusional serta mencegah upaya-upaya memecah persatuan dan kesatuan bangsa 2. Bidang Ekonomi, Koperasi dan UKM Dalam bidang Ekonomi, Koperasi dan UKM Partai Demokrat Sumatera Utara menetapkan beberapa hal yaitu: Memperjuangkan pemerataan pembangunan Mendorong terciptanya lapangan kerja, memperluas kesempatan kerja dan usaha, perlindungan kerja dan kesejahteraan tenaga kerja Mendorong masyarakat untuk terus menumbuh kembangkan koperasi Turut mengawasi agar produksi dan penyediaan, kebutuhan pokok rakyat mencukupi dan pemerataan distribusi 3. Hukum dan HAM Dalam bidang Hukum dan HAM Partai Demokrat Sumatera Utara menetapkan beberapa hal yaitu: Turut berupaya meningkatkan kesadaran hukum rakyat

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

Turut berperan mendorong penegakan supremasi hukum dalam rangka pemulihan keamanan, ketertiban dan kepastian hukum Peka dan tanggap terhadap kasus-kasus hukum terutama yang berhubungan dengan rakyat Menyelenggarakan seminar/lokakarya/diskusi tentang masalah hukum yang aktual

4. Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Dalam bidang Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Partai Demokrat Sumatera Utara menetapkan beberapa hal yaitu: Mendorong tumbuhnya unit-unit usaha di bidang agroindustri dan agrobisnis Melakukan pengawasan dan pencegahan illegal logging Mendorong usaha kehutanan yang berbasis keragaman produk seperti wisata alam, tanaman obat-obatan, rotan, madu, dan sebagainya. 5. Kelautan dan Perikanan Dalam bidang Kelautan dan Perikanan Partai Demokrat Sumatera Utara menetapkan beberapa hal yaitu: Mengembangkan koperasi nelayan Mengembangkan industri perikanan berskala rumah tangga Mendorong program kebaharian melalui wadah budi daya laut dan perikanan 6. Pendidikan, Kebudayaan dan SDM Dalam bidang Hukum dan HAM Partai Demokrat Sumatera Utara menetapkan beberapa hal yaitu: Mendorong pemberantasan buta aksara Mendorong terlaksanya wajib belajar 9 tahun Menumbuhkembangkan kebudayaan daerah Turut menggalakkan pendidikan non-formal Memperjuangkan penambahan APBD untuk anggaran pendidikan

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

7. Agama, Aliran Kepercayaan, Sosial dan Kesehatan Dalam bidang Agama, Aliran Kepercayaan, Sosial dan Kesehatan Partai Demokrat Sumatera Utara menetapkan beberapa hal yaitu: Mendorong terciptanya kerukunan antar umat beragama Berperan aktif dalam mendorong tumbuhnya kehidupan beragama yang dinamis Memperjuangkan berbagai kebutuhan sosial masyarakat seperti sarana kesehatan, pelayanan kesehatan, kemampuan kepemilikan rumah yang layak, sarana olahraga, pembinaan keluarga sejahtera, dan lain-lain. 8. Buruh Tani, Nelayan dan Tenaga Kerja Dalam bidang Buruh Tani, Nelayan dan Tenaga Kerja Partai Demokrat Sumatera Utara menetapkan beberapa hal yaitu: Mendorong perbaikan penghasilan masyarakat petani dan nelayan Mendorong upaya penciptaan lapangan kerja, kesempatan kerja, perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja Mendorong kader partai untuk mengembangkan koperasi petani dan nelayan 9. Pemberdayaan Perempuan Dalam bidang Pemberdayaan Perempuan Partai Demokrat

Sumatera Utara menetapkan beberapa hal yaitu: Berperan aktif untuk meningkatkan peranan wanita dalam

kesejahteraan keluarga Mendorong dan mengembangkan program peningkatan kedudukan wanita dalam pembangunan di segala bidang Turut berperan untuk memantapkan peran dan fungsi organisasi

10. Bidang Pemuda, Olahraga, dan Informasi Dalam bidang Bidang Pemuda, Olahraga, dan Informasi Partai Demokrat Sumatera Utara menetapkan beberapa hal yaitu:

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

Memantapkan peran dan fungsi organisasi muda sebagai organisasi kader dan perjuangan Partai Demokrat Melibatkan generasi muda Partai Demokrat dalam berbagai kegiatan partai di setiap jajaran partai Melakukan berbagai event kegiatan olahraga dalam rangka pembinaan generasi muda

11. Bidang Energi, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Kelestarian Alam dan Bencana Alam Dalam bidang Bidang Energi, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Kelestarian Alam dan Bencana Alam Partai Demokrat Sumatera Utara menetapkan beberapa hal yaitu: Berperan aktif agar masyarakat benar-benar berperan memelihara dan menjaga kelestarian sumber energi, pemanfaatan energi secara hemat Turut menjaga, mengawasi dan menggerakkan agar lingkungan hidup tetap dipelihara dan dikelola sebaik-baiknya. 12. Perdagangan dan Perindustrian Dalam bidang Perdagangan dan Perindustrian Partai Demokrat Sumatera Utara menetapkan beberapa hal yaitu: Berusaha mendorong pemerintah agar daerah produksi dan penyediaan bahan kebutuhan pokok rakyat mencukupi, bermutu dan

penyebarannya merata, tepat waktu dan harga yang layak. Mendorong pemerintah daerah membantu meningkatkan pengusaha ekonomi lemah Memperjuangkan agar badan usaha membantu pemodalan,

manajemen, produksi dan pemasaran hasilnya 13. Pariwisata dan Pertahanan Dalam bidang Pariwisata dan Pertahanan Partai Demokrat Sumatera Utara menetapkan beberapa hal yaitu:

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

Turut berupaya membina dan mengembangkan objek-objek wisata serta kesiapan masyarakat dalam rangka pelayanan turis Mendukung upaya kekuatan Hankamnas serta kepolisian dalam rangka keutuhan nasional serta terpeliharanya keamanan

14. PEMDA dan Pertahanan Dalam bidang PEMDA dan Pertahanan Partai Demokrat Sumatera Utara menetapkan beberapa hal yaitu: Mendorong pemerintah daerah untuk memperhatikan infrastruktur bagi daerah yang terbelakang agar tidak terjadi kesenjangan pembangunan Melakukan pengamatan terhadap PERDA serta menyikapinya melalui kader partai di legislatif bila dirasa memberatkan masyarakat dan bertentangan dengan perundang-undangan Turut mengawasi kebijakan pemerintah dalam pembebasan tanah untuk kepentingan pembangunan

E. Hasil Rekapitulasi KPU Sumut untuk DPRD Tingkat I dari Partai Demokrat 32

Tabel 1 Hasil Rekapitulasi KPU Sumut

NO DAPIL SUMUT 1 1 2 3 432

Nama Calon Legislatif

Hasil Suara

H.Arifin Nainggolan, SH, M.Si Hj. Meilizar Latif, SE, MM M.Yusuf Siregar, SH Nurhasanah, S.Sos

35.006 15.258 12.702 10.978

Ibid

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

5 6 7

Drs. Tunggul Siagian Enda Mora Lubis, SH Robert Nainggolan, SE, Ak.

10.029 7.012 6.376

DAPIL SUMUT II 8 9 10 11 Drs. Hasbullah Hadi, SH, SpN Drs. Tahan Manahan Panggabean, MM Guntur Manurung, SE H. Marahalim Harahap, S.Ag., M.Hum 34.702 21.044 17.043 12.037

DAPIL SUMUT III 12 Salomo Tabah Ronal Pardede, SE 18.467

DAPIL SUMUT IV 13 14 Mustofawiyah Sitompul, SE Drs, Khairul Fuad, BA 22.183 12.463

DAPIL SUMUT V 15 16 Dr. H. Amarullah Nasution, SE, MBA Hj. Ida Budiningsih, SH 19.131 14.123

DAPIL SUMUT VI 17 18 Drs. Jamaluddin Hasibuan Tiasah Ritonga 45.008 14.229

DAPIL SUMUT VII 19 Ramli 12.303

DAPIL SUMUT VIII 20 21 Palar Nainggolan, SH Sopar Siburian, SH 47.305 12.775

DAPIL SUMUT IX 22 23 Ir. Jhon Hugo Silalahi, MM Megalia Agustina 33.387 6.748

DAPIL SUMUT X

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

24

Drs. Layari Sinukaban

17.244

DAPIL SUMUT XI 25 26 27 H. Saleh Bangun T. Dirkhansyah Abu Subhan Ali, SE, Ak. Ristiawati 51.509 15.998 12.629

Apabila dibandingkan dengan Pemilu tahun 2004, dimana Partai Demokrat hanya memperoleh 10 kursi di DPRD Tingkat I Sumatera Utara, maka pada Pemilu legislatif tahun 2009 ini, Partai Demokrat memperoleh kenaikan yang cukup signifikan yaitu 28 kursi atau sebesar 28% kursi.

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF DPD PARTAI DEMOKRAT PROVINSI SUMATERA UTARA

A. Sistem Kaderisasi Partai Demokrat

Partai Demokrat belum memiliki sistem kaderisasi yang tertruktur, hal ini terjadi karena Partai Demokrat masih tergolong sebagai partai baru sehingga belum memiliki Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang mengatur tentang kaderisasi. 33 Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Mustofawiyah Sitompul, SE.Menurut Bapak Mustofawiyah Sitompul, SE, Bagi Partai Demokrat sistem kaderisasi bukan merupakan suatu keharusan yang wajib dilakukan karena di kemudian hari hal ini akan menimbulkan kejenuhan pada para anggotanya. Sistem kaderisasi yang dijalankan Partai Demokrat belum terstruktur dan memiliki konsep yang jelas, karena masih terhitung sebagai partai baru, Partai Demokrat belum memiliki Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) atau peraturan partai yang mengatur tentang kaderisasi. 34

Selama ini sistem kaderisasi Partai Demokrat belum berjalan sebagaimana mestinya. 35 Hal ini dapat dilihat dari belum terlaksananya beberapa indikator yang dapat diukur dari kaderisasi. Untuk mengukur kaderisasi dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu: 1. Mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh partai politik. Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara untuk pertama kalinya mengadakan pelatihan kader Partai Demokrat se- Sumatera UtaraWawancara dengan Bapak Mustofawiyah Sitompul, SE, di kantor DPD Partai Demokrat Sumatera Utara pada tanggal 11 Agustus 2009 34 Wawancara dengan Bapak Mustofawiyah Sitompul, SE, di kantor DPD Partai Demokrat Sumatera Utara pada tanggal 11 Agustus 2009 35 Wawancara dengan Bapak Mustofawiyah Sitompul, SE, di kantor DPD Partai Demokrat Sumatera Utara pada tanggal 11 Agustus 2009Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.33

pada tanggal 23 Juni 2008. Acara ini ddibuka secara resmi oleh Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Sumatera Utara Palar Nainggolan, SH.

Pelatihan kepemimpinan kader Partai Demokrat ini diselenggarakan di Cipanas, Jawa Barat. Kegiatan pelatihan kader yang pertama kali digelar di Sumatera Utara ini, diikuti oleh 487 peserta dari pengurus DPD, DPC, DPAC, DPRt yang tersebar di seluruh kecamatan se-Sumatera Utara dan berlangsung selama sepekan. Pelatihan ini setiap harinya diikuti oleh 50 orang peserta. Dasar pemikiran perlunya pelatihan kader ini adalah untuk menghadapi Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009, dimana Partai Demokrat membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni dalam menghadapi Pemilu 2009 dalam melakukan kompetisi politik, dimana Partai Demokrat menargetkan perolehan suara sebesar 15 %. Pelatihan kader yang pertama di Sumatera Utara ini dapat menjadikan kader-kader Partai Demokrat lebih bisa menghayati mengapa para kader ini menjatuhkan pilihannya menjadi anggota Partai Demokrat. Pelatihan Kader Partai Demokrat Sumatera Utara ini adalah sebagai Program Kerja Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara melaksanakan instruksi partai dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat yang secara nasional telah berlangsung di Cipanas. Materi yang diberikan dalam pelatihan ini adalah: sejarah Partai Demokrat, ideologi, visi dan misi partai, dasar-dasar kepemimpinan, keterampilan komunikasi, motivasi, negosiasi dan meningkatkan posisi tawar. Pelatihan dilakukan dalam bentuk ceramah, diskusi pemecahan masalah, evaluasi dan lainlain. Pelatihan Kader ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kader Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara, sehingga mereka dapat mengenal Partai Demokrat secara keseluruhannya dan menghayatinya dalam mengemban misi partai di tengah-tengah keluarga para kader dan juga memperjuangkan Partai Demokrat lebih besar lagi dalam kehidupan bermasyarakat agar ke depan para kader Partai Demokrat dapat berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Andhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

Banyak manfaat yang dapat diterima selama mengikuti pelatihan dengan program yang padat dengan ilmu yang cukup mendalam tentang Partai Demokrat, sehingga nantinya ilmu yang mereka peroleh juga akan ditransfer kepada para kader di Provinsi Sumatera Utara dan ke depan para kader Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara menjadi kader-kader partai yang handal dan yang terutama adalah menjadikan Provinsi Sumatera Utara sebagai basis Partai Demokrat. Tujuan pelatihan adalah membentuk kecakapan dan militansi kader menghadapi Pemilu 2009 dan Partai Demokrat membutuhkan pemimpin yang handal. Diharapkan pelatihan ini akan mencapai sasaran bahwa seluruh kader Partai Demokrat akan memahami ideologi, visi dan misi partai dan setiap kader partai mampu melakukan pendekatan, negosiasi dan menjaring kader. Kader juga diinginkan bisa membangun citra partai dan terjun langsung ke masyarakat. Kader juga diinginkan bisa membangun citra partai dan terjun langsung ke masyarakat. Dalam pelatihan ini para kader juga akan dilatih menangkal isu-issu negatif yang merugikan partai, manajemen konflik dan cara pengambilan keputusan juga akan diajarkan dalam pelatihan ini. Kepada para peserta pelatihan kader juga akan diberikan materi undang-undang, undang-undang Partai Demokrat, kampanye penggalangan dan lain-lain. 2. Memegang suatu jabatan di dalam susunan kepengurusan partai politik. Kaderisasi adalah sebuah proses yang singkat karena diperlukan suatu sistem yang berkesinambungan. Salah satu indikator dalam melakukan kaderisasi adalah seorang kader pernah memegang suatu jabatan di dalam kepengurusan partai politik. Dalam hal ini, untuk dapat dipilih dan ditetapkan pada jabatan di dalam Partai Demokrat, kader Partai Demokrat harus membuktikan kesetiaan, kemampuan, pengabdian, dan disiplinnya kepada partai. Adapun syarat-syarat seorang anggota Partai Demokrat dapat dipilih sebagai pengurus partai adalah sebagai berikut: a) Anggota partai yang dapat dipilih dan ditetapkan sebagai pengurus anak ranting, pengurus ranting dan pengurus anak cabang partai adalah anggotaAndhika S. G. Tobing : Kaderisasi Dan Penetapan Caleg Partai Politik (Studi: DPD Partai Demokrat Propisi Sumatera Utara dalam Penetapan Caleg pada Pemilu 2009 di Sumatera Utara), 2009.

yang tidak tercela dan berdomisili di wilayah dukuh/dusun/rukun warga, atau kelurahan/desa dan/atau kecamatan yang bersangkutan. b) Anggota partai yang dapat dipilih dan ditetapkan menjadi pengurus DPC partai adalah anggota partai yang sekurang-kurangnya telah 3 (tiga) tahun terus menerus menjadi anggota; pernah menjadi pengurus partai tingkat kecamatan atau alat kelengkapan partai; dinyatakan lulus kaderisasi partai; serta berperilaku tidak tercela dan berdomisili di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan. c) Anggota partai yang dapat dipilih dan ditetapkan menjadi pengurus DPD partai adalah anggota partai yang sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun terus menerus menjadi anggota; pernah menjadi pengurus partai atau alat kelengkapan partai tingkat kabupaten/kota; dinyatakan lulus kaderisasi partai; serta berperilaku tidak tercela dan berdomisili di wilayah provinsi yang bersangkutan. d) Anggota partai yang dapat dipilih dan ditetapkan menjadi pengurus DPP partai adalah anggota partai yang sekurang-kurangnya telah 5 (lima) tahun terus menerus menjadi anggota; pernah menjadi pengurus partai atau alat kelengkapan partai tingkat provinsi; dinyatakan lulus kaderisasi; serta berprilaku tidak tercela. 3. Menjalankan tugas-tugas serta tanggung jawab yang diberikan partai politik. Dalam melakukan kaderisasi, para kader Partai Demokrat juga diberikan tugas yaitu memegang teguh asas partai, melaksanakan visi dan misi Partai Demokrat, tujuan Partai Demokrat, fungsi Partai Demokrat, tugas Partai Demokrat, dan kebijakan Partai Demokrat, menaati peraturan dan keputusan Partai Demokrat, menjunjung tinggi disiplin Partai Demokrat, menjaga nama baik dan kehormatan Partai Demokrat, serta merekrut anggota baru. Adapun tanggung jawab yang diberikan Partai Demokrat kepada kadernya pertama-tama adalah membangun pe