dd malaria

18
Nama : Rizalia R. St. Panduko (2010730158) Nadirah Kaliky (2010730147) Tutor : Dr. Fachri, Sp.P MALARIA Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi terutama di daerah luar jawa dan bali. Malaria ini sudah dikenal sejk 3000 tahun yang lalu. Seorang ilmuan Hippocrates (400-377 SM) sudah membedakan jenis-jenis malaria. ]Alphonse Laveran (1880) menemukan plasmodium sebagai penyebab malaria., dan Ross (1897) menemukan perantara malaria adalah nyamuk Anopheles DEFINISI Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak ba ibu hamil, selain itumalaria secara langsung menyebabkananemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. ETIOLOGI Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manu juga menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptil dan mamali spesies dari genus Plasmodium yang menimbulkan infeksi pada manusia. Ke spesies ini adalah P. vivax, P. ovale, P. malariae, dan P. falciparum. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah me mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit. Pembiakan aseksu jaringan hati dan di eritrosit. EPIDEMIOLOGI

Upload: urban-durban

Post on 21-Jul-2015

147 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Nama

: Rizalia R. St. Panduko (2010730158) Nadirah Kaliky (2010730147)

Tutor

: Dr. Fachri, Sp.P

MALARIA Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi terutama di daerah luar jawa dan bali. Malaria ini sudah dikenal sejk 3000 tahun yang lalu. Seorang ilmuan Hippocrates (400-377 SM) sudah membedakan jenis-jenis malaria. ]Alphonse Laveran (1880) menemukan plasmodium sebagai penyebab malaria., dan Ross (1897) menemukan perantara malaria adalah nyamuk Anopheles DEFINISI Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. ETIOLOGI Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptil dan mamalia. Ada empat spesies dari genus Plasmodium yang menimbulkan infeksi pada manusia. Keempat spesies ini adalah P. vivax, P. ovale, P. malariae, dan P. falciparum. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit. Pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. EPIDEMIOLOGI

Untuk sebagian besar dunia barat, malaria merupakan penyakit yang terlupakan. Namun setiap tahun, malaria menginfeksi 500 juta orang di seluruh dunia dan hampir 1 juta jiwa. Dengan 90% dari kasus-kasus yang fatal yang terjadi di Afrika, penyakit ini merenggut kehidupan sebagian besar anak-anak dan wanita hamil. Malaria terdapat pada sebagian besar kawasan tropis di dunia. Di Afrika, Haiti dan Papua Nugini umumnya dijumpai P. falciparum, P. vivax banyak di Amerika Latin. Di Amerika Selatan, Asia Tenggara, negara Oceania dan India umumnya P. falciparum dan P. vivax. Sedangkan P. ovale biasanya hanya di Afrika.

Gambar 1. Malaria Burden Worldwide Situasi Malaria Di Indonesiaa.

Stratifikasi Malaria Upaya penganggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007 dapat dipantau dengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API). Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan API, dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia bagian timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat desa/fokus malaria tinggi.

Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009 Gambar 2. Peta Stratifikasi Malaria 2008

Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009 Gambar 3. Peta Stratifikasi Malaria 2009

API dari tahun 2008-2009 menurun dari 2,47 per 1000 penduduk menjadi 1,85 per 1000 penduduk. Bila dilihat perprovinsi dari tahun 2008-2009 provinsi dengan API yang tertinggi adalah Papua Barat, NTT dan Papua terdapat 12 provinsi yang diatas angka API nasional.

Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009 Gambar 5. API per 100.000 Penduduk per provinsi Tahun 2009 b. Plasmodium Plasmodium penyebab malaria yang ada di Indonesia terdapat beberapa jenis yaitu Plasmodium falsifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae , Plasmodium ovale dan yang mix atau campuran. Pada tahun 2009 penyebab malaria yang tertinggi adalah Plasmodium vivax (55,8%), kemudian Plasmdium falsifarum, sedangkan Plasmodium ovale tidak dilaporkan. Data ini berbeda dengan data RISKESDAS 2010, yang mendapatkan

86,4% penyebab malaria adalah Plasmodium falsifarum, dan plasmodium vivax sebanyak 6,9%.

Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009 Gambar 6. Plasmodium Penyebab Malaria Tahun 2009 c. Sebaran kejadian Luar Biasa (KLB) Tahun 2006 2009 Dari tahun 2006 2009 Kejadian Luar Biasa (KLB) selalu terjadi di pulau Kalimantan walaupun kabupaten/kota yang terjangkit berbedabeda tiap tahun. Pada tahun 2009, KLB dilaporkan terjadi di pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten), Kalimantan (Kalimantan Selatan), Sulawesi (Sulawesi Barat), NAD dan Sumatera (Sumatera Barat, Lampung) dengan total jumlah penderita adalah 1.869 orang dan meninggal sebanyak 11 orang. KLB terbanyak pulau Jawa yaitu sebanyak 6 kabupaten/kota. Sebaran KLB dari tahun 2006 2009 dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini.

Sumber : Ditjen PP & Pl Depkes RI, 2009 Gambar 7. Kejadian Luar Biasa (KLB) Tahun 2006 -2009 d. Data Rumah Sakit Menurut statistik rumah sakit, angka kematian (CFR) penderita yang disebabkan malaria untuk semua kelompok umur menurun drastis dari tahun 2004 ke tahun 2006 (dari 10,61% menjadi 1,34%). Namun dari tahun 2006 sampai tahun 2009 CFR cenderung meningkat hingga lebih dua kali lipat. Hal ini perlu menjadi perhatian dan dilakukan evaluasi agar dapat diketahui penyebab meningkatnya angka kematian dan dilakukan upaya pencegahannya.

Sumber : Ditjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI, 2009 Gambar 8. Gambar Pasien Rawat Inap Penyakit Malaria Tahun 2004 2009 Sedangkan untuk jumlah pasien rawat inap yang keluar dari tahun 2004 2009 berfluktuasi dan pasien rawat inap laki-laki lebih banyak dari perempuan.

Sumber : Ditjen Bina Pelayan Medik Depkes RI, 2009

Gambar 9. Gambar Pasien Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penyakit Malaria Tahun 2004 2009 Masih dari data statistik rumah sakit, admission rate dari tahun 2004 2008 cenderung meningkat. Pada tahun 2004 admission rate 1,19 meningkat menjadi 1,53 pada tahun 2008. Untuk rawat jalan tahun 2004 2006 pasien baru lebih banyak laki-laki sedangkan tahun 2007 2008 perempuan yang dapat dilihat pada gambar 10. pasien baru lebih banyak

Sumber : Ditjen Bina Pelayan Medik Depkes RI, 2009 Gambar 10. Gambar Admission rate dari tahun 2004 2008

Sumber : Ditjen Bina Medik Depkes RI, 2009

Gambar 11. Gambar pasien Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penyakit Malaria 2004 2008

e.

Prevalensi Malaria Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2010 Prevalensi malaria berdasarkan RISKESDAS 2010 diperoleh dalam bentuk point prevalence. Data malaria dikumpulkan dengan dua cara yaitu wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan pemeriksaan darah menggunakan dipstick (Rapid Diagnostic Test / RDT). Spesies parasit malaria yang paling banyak ditemukan adalah Plasmodium falciparum (86,4%) sedangkan sisanya adalah Plasmodium vivax dan campuran antara P. falciparum dan P. vivax.

Sumber: RISKESDAS 2010 Gambar 12. Gambar Point Prevalence Malaria Menurut karakteristik umur, point prevalence paling tinggi adalah pada umur 5-9 tahun (0,9%), kemudian pada kelompok umur 1-4 tahun (0,8%) dan paling rendah pada umur 15 tahun (10,8%), nomor dua paling tinggi pada kelompok umur 1-4 tahun (10,7%) dan paling rendah tetap pada umur 100.000/l darah menandakan infeksi yang berat. Tes Antigen: P-F Test

Yaitu mendeteksi antigen dari P. falciparum (Histidine Rich protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitas baik, tidak memerlukan alat khusus. Tes Serologi

Tes ini berguna mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada keadaan di mana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostik sebab antibodi baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia.

PENGOBATAN Secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria dengan memakai obat ACT (Artemisinin base Combination Therapy). Golongan artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Tabel 2. Pengobatan Golongan Artemisinin Nama Obat Artesunat Kemasan/Tablet/Cap Oral: 50 mg/200 mg Dosis Hari I: 2 mg/kg BB, 2x sehari, Hari II-V: dosis tunggal Injeksi IM/IV: 60 mg/amp 2,4 mg/kg Hari I: 1,2 mg/kg/hari minimal 3hari

/ bisa minum oral Suppositoria: 100/200 mg/sup Artemeter Oral: 40 mg/50 mg 1600 mg/ 3 hari atau 5 mg/kg/12 jam 4 mg/kg dibagi 2 dosis Hari I: 2 mg/kg/hari untuk 6 hari Injeksi: 80 mg/amp 3,2 mg/kg BB Hari I: 1,6 mg/kg selama 3 hari/bisa minum oral Artemisinin Oral: 250 mg 20 mg/kg dibagi 2 dosis Hari I: 10 mg/kg utnuk 6 hari Suppositoria:100/200/300/400/ 500 mg/ supp Dihidroarte misinin Oral: 20/60/80 mg 2800 mg/ 3hari: yaitu 600 mg dan 400 mg hari I, dan 2 400mg 2 hari berikutnya 2 mg/kg BB/dosis 2 sehari Hari I dan 1 sehari 4 hari selanjutnya

Suppositoria: 80 mg/ sup Artheether Injeksi IM: 150 mg/amp

arteeher (artemotil): 4,8 dan 1,6 mg/kg 6 jam kemudian dan hari I: 1,6 mg/kg 4 hari selanjutnya

Penggunaan golongan artemisinin secara monoterapi akan mengakibatkan terjadinya rekrudensi. Karenanya WHO memberikan petunjuk penggunaan artemisinin dengan mengkombinasikan dengan obat anti malaria yang lain dan disebut sebagai ACT. Kombinasi ACT yang tidak tetap misalnya: Artesunat + meflokuin Artesunat + amodiakin Artesunat + klorokuin Artesunat + sulfadoksin-pirimetamin Artesunat + pironadirin Artesunat + chlorproguanil-dapson

Dihidroartemisinin + piperakuin + trimethoprin Artecom + primakuim Dihidroartemisinin +naptokuin.

Obat non-ACT ialah:

Klorokuin difosfat/sulfat, 250 mg garam (150 mg basa), dosis 25 mg basa/kg BB untuk 3 hari Sulfadoksin-Pirimetamin (SP), 500 mg sulfadoksin + 25 mg pirimetamin, dosis orang dewasa 3 tablet dosis tunggal. Kina sulfat, 1 tablet 220 mg, dosis yang dianjurkan ialah 30 10 mg/kg BB selama 7 hari, dapat dipakai untuk P. falciparum dan P. vivax. Primakuin, 1 tablet 15 mg, dipakai sebagai obat pelengkap/pengobatan radical terhadap P. falciparum maupun P. vivax.

Sumber: Sudoyo, Aru W. et al. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Jakarta: InternaPublishing. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan, dan pemberantasannya. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN %20MALARIA.pdf http://www.bu.edu/themovement/category/current-news/