buku panduan zakat dd

21
SEKAPUR SIRIH Puji dan syukur, senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Rabbul ‘Alamin, yang senantiasa memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kami, sehingga kami diberikan kesempatan dan kemampuan untuk menulis risalah zakat ini guna membantu kaum muslimin (khususnya di Indonesia) yang ingin membersihkan harta benda kekayaannya dengan cara Zakat, Infaq, dan Shodaqoh, dapat melaksanakannya, dengan cara yang mudah, praktis dan mandiri. Shalawat dan salam semoga senantiasa untuk Nabi akhiruz - zaman Muhammad SAW, yang telah berhasil mengemban misi Allah, mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliyah menuju keceriaan dan keselamatan. Beliau juga telah berhasil untuk mengentaskan manusia dari lembah kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan, menjadi manusia yang merdeka, adil dan makmur. Semoga kita tetap menjadi pengikutnya yang setia serta memperoleh syafa’atnya kelak di hari kiamat. Amien. Terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung terbitnya “Buku Panduan Zakat Praktis” ini, terutama BANK BNI SYARIAH atas dukungannya, semoga Allah melapangkan jalan menuju kesuksesan. Harapan kami, meskipun buku ini jauh dari sempurna, namun tetap dapat memberikan pengertian tentang zakat yang cukup memadai, mudah dan praktis, serta dapat mendorong para muzakki (wajib zakat) untuk segera menunaikannya. Sebab jika bukan kita (para muzakki) yang menolong saudara-saudara kaum dhu’afa, kepada siapa mereka meminta bantuan. Akhirnya, kami berserah diri kepada Allah, semoga buku ini tercatat sebagai amal shaleh. Amien. Jakarta, Oktober 2003 Penulis HASAN RIFA’I ALFARIDY

Upload: meditcakepbgt

Post on 20-Jun-2015

1.085 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Panduan Zakat Dd

SEKAPUR SIRIH Puji dan syukur, senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Rabbul ‘Alamin, yang senantiasa memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kami, sehingga kami diberikan kesempatan dan kemampuan untuk menulis risalah zakat ini guna membantu kaum muslimin (khususnya di Indonesia) yang ingin membersihkan harta benda kekayaannya dengan cara Zakat, Infaq, dan Shodaqoh, dapat melaksanakannya, dengan cara yang mudah, praktis dan mandiri.

Shalawat dan salam semoga senantiasa untuk Nabi akhiruz - zaman Muhammad SAW, yang telah berhasil mengemban misi Allah, mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliyah menuju keceriaan dan keselamatan. Beliau juga telah berhasil untuk mengentaskan manusia dari lembah kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan, menjadi manusia yang merdeka, adil dan makmur. Semoga kita tetap menjadi pengikutnya yang setia serta memperoleh syafa’atnya kelak di hari kiamat. Amien.

Terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung terbitnya “Buku Panduan Zakat Praktis” ini, terutama BANK BNI SYARIAH atas dukungannya, semoga Allah melapangkan jalan menuju kesuksesan.

Harapan kami, meskipun buku ini jauh dari sempurna, namun tetap dapat memberikan pengertian tentang zakat yang cukup memadai, mudah dan praktis, serta dapat mendorong para muzakki (wajib zakat) untuk segera menunaikannya. Sebab jika bukan kita (para muzakki) yang menolong saudara-saudara kaum dhu’afa, kepada siapa mereka meminta bantuan.

Akhirnya, kami berserah diri kepada Allah, semoga buku ini tercatat sebagai amal shaleh. Amien.

Jakarta, Oktober 2003

Penulis

HASAN RIFA’I ALFARIDY

Page 2: Buku Panduan Zakat Dd

SAMBUTAN

Kesadaran ummat muslim negara kita untuk membayarkan zakat nampaknya menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini tentunya seiring dengan kesadaran untuk membersihkan harta yang dimiliki serta sekaligus banyaknya upaya penyadaran dan kemudahan yang diberikan oleh Lembaga Amil Zakat. Perbankan syariah yang beroperasi dengan satu komitmen guna peningkatan kesejahteraan ummat melalui sistem ekonomi yang berkeadilan, memiliki tanggung jawab terhadap upaya sosialisasi dan penghimpunan dana zakat ini. Salah satu upaya ini kami lakukan melalui kerjasama dengan DOMPET DHUAFA REPUBLIKA, yang juga meliputi infaq/shadaqah dan wakaf tunai. Melalui jaringan kami yang luas termasuk jaringan ATM, tentunya kami memberikan kemudahan kepada masyarakat yang ingin melaksanakan kewajiban membayar zakat , infaq/shadaqah atau wakaf tunai. Termasuk melalui rekening penampungan Dompet Dhuafa di BNI Syariah. Harapan kami, dengan diterbitkannya buku “Panduan Zakat Praktis” oleh Tim Dewan Syariah Dompet Dhuafa Republika ini, dapat memberikan panduan kepada masyarakat dalam dalam menghitung kewajibannya. Dengan semakin banyak masyarakat yang berzakat akan semakin banyak pula masyarakat kurang mampu yang terbantu diantaranya melalui program-program yang dibuat oleh Dompet Dhuafa Republika. Sehingga tujuan peningkatan kesejahteraan ummat tercapai. Insya Allah membawa berkah. Jakarta, Oktober 2003

Ramadhan 1424 H

PT. BANK NEGARA INDONESIA (Persero) Tbk DIVISI USAHA SYARIAH Drs. Rizqullah, MBA Pemimpin

Page 3: Buku Panduan Zakat Dd

BAB I PENDAHULUAN

Ummat Islam adalah ummat yang mulia, ummat pertengahan (ummatan washatan) yang dipilih Allah ke muka bumi untuk mengemban risalah agar mereka menjadi saksi atas segenap ummat dan bangsa. Tugas ummat Islam adalah mewujudkan tata kehidupan dunia dan yang adil, makmur, tenteram dan sejahtera dimanapun mereka berada. Karena itu ummat Islam seharusnya menjadi rahmat sekalian alam.

Bahwa kenyataan ummat Islam kini jauh dari kondisi ideal, adalah sebagai akibat belum mampu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ra’du; 11). Potensi-potensi dasar yang dianugerahkan Allah kepada ummat Islam memiliki banyak intelektual dan ulama, disamping sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah. Jika seluruh potensi itu dikembangkan dengan seksama, dirangkai dengan potensi aqidah Islamiyah (Tauhid) dan kandungan ajaran Islam yang jernih, tentu akan memperoleh hasil yang optimal. Pada saat yang sama, kemandirian, kesadaran beragama, dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin semakin meningkat, serta pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan semakin dipersempit.

Salah satu pokok ajaran Islam yang belum ditangani secara serius ialah penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq dan shodaqoh dalam arti yang seluas-luasnya. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasullah SAW serta penerus-penerusnya dizaman keemasan Islam. Padahal ummat Islam (Indonesia) sebenarnya memiliki potensi dana yang sangat besar.

Hipotesa awal, Indonesia berpenduduk 204,8 juta jiwa, diperkirakan 83% ummat Islam atau lebih kurang 166 juta jiwa. Dengan asumsi penduduk yang telah berkewajiban menunaikan zakat adalah mereka yang memiliki pengeluaran diatas Rp. 200.000 / kapita / bulan, maka jumlahnya mencapai 18,7 % (SUSENAS 1999). Apabila dikurangi dengan berbagai kriteria, maka rata-rata harta yang wajib dizakati dari harta (maal) adalah 20 dinar emas murni (1 dinar = 4,25 gram) atau setara dengan 85 gram emas. Jika harga emas Rp 80.000 per gram *, maka zakat dapat dihimpun dari sektor ini setiap tahun adalah 2,5% x 85 x 80.000 x 30.000.000 = 5. 100.000.000.000.00.

Jika ditambah dengan zakat perniagaan, pertanian, peternakan serta zakat emas dan perak, juga infaq, shadaqah, kafarat, fidyah, wakaf dan lain-lainnya, maka ummat Islam memiliki potensi dana yang sangat besar, dan dapat digunakan untuk membantu ummat Islam yang kurang mampu secara optimal. Sehingga kebutuhan-kebutuhan dasar ummat Islam dapat terpenuhi secara layak dan baik.

Terdorong dari pemikiran inilah, kami mencoba untuk menuliskan risalah zakat yang ringkas agar dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca.

Page 4: Buku Panduan Zakat Dd

Risalah ini merupakan revisi dan penyempurnaan dari buku yang pertama, serta dilengkapi dengan beberapa objek zakat dan para mustahiq yang belum ada pada cetakan sebelumnya. Meski demikian kami sadar bahwa risalah ini masih tetap jauh dari sempurna, karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan risalah ini agar menjadi berkualitas. Harapan kami risalah ini bermanfaat bagi ummat.

Semoga Allah SWT mengampuni kekurangan dan kesalahan yang ada dalam risalah ini, serta tetap mencatatnya sebagai amal shaleh. Amiin.

BAB II PENGERTIAN ZAKAT

1. Makna Zakat

enurut bahasa (lughat), zakat artinya tumbuh, berkembang, subur atau bertambah; “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah (Q.S Al Baqarah : 276), shadaqah itu tidak akan mengurangi harta (H.R Tirmidzi),

atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (Q.S At Taubah : 103).

Menurut hukum (istilah Syara) zakat itu nama pengambilan tertentu dari harta yang tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. (Al Mawardi dalam kitab al Hawi)

Sementara itu istilah infaq dan shadaqah. Sebagian fuqaha (ulama fiqih) mengatakan bahwa infaq adalah segala macam bentuk pengeluaran (pembelanjaan) baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, ataupun yang lain. Sedangkan shadaqah adalah segala bentuk pembelanjaan (infaq) di jalan Allah. Berbeda dengan zakat, shadaqah tidak dibatasi dengan ketentuan-ketentuan khusus (tidak berpembatasan). Shadaqah selain dalam bentuk harta (maal) dapat juga berupa sumbangan tenaga atau pemikiran dan bahkan sekedar senyuman.

2. Penyebutan Zakat dalam Al-Quran

1. Zakat (Q.S. Al Baqarah : 43) 2. Shadaqah (Q.S. At Taubah : 104) 3. Haq (Q.S. Al An’am : 141) 4. Nafaqah (Q.S. At Taubah : 34) 5. Al Afwu (Q.S. Al a’raf : 199)

M

Page 5: Buku Panduan Zakat Dd

3. Hukum Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat agama Islam. Oleh sebab itu hukum menunaikan zakat adalah wajib setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. (Q.S Al Bayyinah : 5); hadits nabi SAW : Islam didirikan atas lima sendi. Bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasullah SAW, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan berpuasa di bulan Ramadhan (H.R Muslim)

4. Zakat adalah Ibadah

Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur berdasarkan Al Quran dan As sunnah. Sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.

5. Macam-macam Zakat

1. Zakat nafs (jiwa), juga disebut zakat Fitrah 2. Zakat Maal (harta)

6. Syarat-syarat Wajib Zakat

1. Muslim, aqil dan baligh 2. Memiliki harta yang mencapai nisab

BAB III ZAKAT MAAL

1. Pengertian Maal

Menurut bahasa ialah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki dan menyimpannya. Sedangkan menurut syara adalah segala yang dapat dipunyai (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya (kebiasaan).

Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta/kekayaan) apabila memenuhi dua syarat, yakni (1) dapat dimiliki / disimpan / dihimpun / dikuasai, (2) dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dan lain-lain. Sedangkan sesuatu yang tidak dapat dimiliki tetapi diambil manfaatnya seperti udara, sinar matahari, dan lain-lain, tidaklah termasuk kekayaan (maal).

Page 6: Buku Panduan Zakat Dd

2. Syarat-syarat Kekayaan yang Wajib Dizakati

1. Milik penuh (Al Milkuttam)

Harta yang dimiliki secara penuh artinya pemilik harta tersebut memungkinkan untuk mempergunakan dan mengambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut juga berada dibawah kontrol dan kekuasaannya. Adapun harta itu didapatkan melalui proses pemilikan yang dibenarkan oleh syara, seperti usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain. Sedangkan harta yang diperoleh dengan cara yang haram maka zakat tidaklah wajib atas harta tersebut. Karena harta tersebut harus dibebaskan dari kewajiban zakat yakni dengan mengembalikan kepada yang berhak ataupun ahli warisnya.

2. Berkembang (An Namaa)

Harta yang berkembang artinya harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau mempunyai potensi untuk berkembang. Misalnya pertanian, perdagangan, ternak, emas, perak, uang dan lain-lain. Pengertian berkembang menurut bahasa sekarang adalah bahwa sifat kekayaan (harta) itu dapat memberikan keuntungan atau pendapatan lain sesuai dengan istilah ekonomi.

3. Cukup Nishab

Nishab artinya harta yang telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syara. Sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari zakat.

4. Lebih dari Kebutuhan Pokok (Al Hajatul Ashliyyah)

Kebutuhan pokok itu adalah kebutuhan minimal yang diperlukan untuk kelestarian hidup. Artinya apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka yang bersangkutan tidak dapat hidup dengan baik (layak), seperti belanja sehari-hari, pakaian, rumah, perabot rumah tangga, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lain-lain. Ataupun segala sesuatu yang termasuk kebutuhan primer atau kebutuhan hidup minimum (KHM).

5. Bebas dari Hutang

Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi jumlah senishab yang harus dibayar pada waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut terbebas dari zakat. Sebab zakat hanya diwajibkan bagi orang kaya (memiliki kelebihan), sedang orang yang mempunyai hutang tidaklah termasuk orang kaya, oleh karena itu perlu menyelesaikan hutang-hutangnya. Zakat diwajibkan untuk menyantuni orang-orang yang sedang berada dalam kesulitan yang sama atau mungkin lebih parah kondisinya dari fakir miskin.

Page 7: Buku Panduan Zakat Dd

6. Sudah Satu Tahun (Al Haul)

Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah berlalu masanya selama dua belas bulan Qomariyyah. Persyaratan satu tahun ini hanya berlaku bagi ternak, uang, harta benda yang diperdagangkan, dan lain-lain. Tapi hasil pertanian, buah-buahan, rikaz (barang temuan), dan lain-lain yang sejenis tidak dipersyaratkan satu tahun.

3. Harta (maal) yang Wajib Dizakati

1. Binatang ternak, syarat-syaratnya:

1. Sampai nishab yaitu mencapai kuantitas tertentu yang ditetapkan hukum syara. Jumlah minimal (nishab) untuk 5 ekor, kambing/domba 40 ekor, dan lain-lain.

2. Telah dimiliki satu tahun, syarat ini berdasarkan praktek yang pernah dilaksanakan oleh Nabi SAW dan para Khulafaur-Rasyidin. Hal ini merupakan ketetapan ijma’. Menghitung masa satu tahun anak-anak berdasarkan masa satu tahun induknya.

3. Digembalakan, maksudnya ialah sengaja diurus sepanjang tahun untuk dimaksud memperoleh susu, daging dan hasil perkembangbiakannya. Ternak gembalaan ialah ternak yang memperoleh makanan di lapangan penggembalaan terbuka.

4. Tidak untuk dipekerjakan demi kepentingan pemiliknya, seperti untuk membajak, mengairi tanaman, alat transportasi dan sebagainya. (biasanya hewan besar seperti sapi, kerbau, unta, dan lain-lain). Ternak yang wajib dizakati antara lain : unta, sapi, kerbau, kuda, kecuali kuda tunggangan (hewan besar) dan kambing, domba, biri-biri (hewan kecil) serta jenis lainnya, kecuali hewan yang diharamkan menurut agama seperti babi.

2. Harta Peniagaan dan Perusahaan

Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk dijualbelikan dalam berbagai jenisnya (Q.S. Al Baqarah : 267 dan HR Abu Dawud). Baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, hewan ternak, mobil perhiasan dan lain-lain. Maupun berupa jasa, seperti konsultan, jasa kontruksi, pengacara, notaris, travel biro, biro reklame, transportasi, akuntan publik, dan lain-lain. Diusahakan oleh perorangan maupun oleh usaha perserikatan seperti CV, Firma, Koperasi, Yayasan, PT, Dan sebagainya.

3. Hasil Pertanian

Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman keras, tanaman hias, rumput-rumputan, daun-daunan dan lain-lain (Q.S. Al An’am : 141)

Page 8: Buku Panduan Zakat Dd

4. Ma’din dan Kekayaan Laut

Ma’din (hasil tambang) yaitu sesuatu benda yang terdapat dalam perut bumi (selain air) dan memiliki nilai ekonomis. Ma’din dapat dibagi menjadi tiga macam : 1. Benda padat yang dapat dibentuk (dicairkan dan diolah) seperti emas,

perak, alumunium, timah, tembaga, besi, giok, dan lain-lain. 2. Benda padat yang tidak dapat dibentuk seperti kapur, zionit, marmer,

zamrud, batu bara, dan lain-lain. 3. Benda cair seperti minyak.

5. Rikaz

Rikaz adalah harta terpendam dari zaman purbakala atau biasa disebut harta karun. Termasuk didalamnya barang (harta) yang ditemukan atau tidak ada pemiliknya (luqathah).

6. Emas dan Perak/ Simpanan

Emas dan perak merupakan logam mulia yang memiliki dua fungsi selain merupakan tambang elok sehingga sering dijadikan perhiasan, emas dan perak juga dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu ke waktu. Syariat Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang potensial / berkembang. Oleh karena itu, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang lain termasuk dalam kategori emas, atau harta wajib zakat.

Termasuk dalam kategori emas dan perak yang merupakan mata uang yang berlaku pada waktu itu, adalah mata uang yang berlaku saat ini di masing-masing negara. Oleh karena itu segala macam bentuk penyimpangan uang seperti tabungan, deposito, cek, atau surat berharga lainnya, termasuk dalam kriteria penyimpangan emas dan perak. Demikian pula pada harta kekayaan lainnya seperti rumah, vila, tanah, kendaraan dan lain-lain, yang melebihi keperluan menurut syara’, atau dibeli / dibangun dengan tujuan investasi dan sewaktu-waktu dapat diuangkan. Pada emas dan perak atau lainnya, jika dipakai dalam bentuk perhiasan. Asal tidak berlebihan, maka tidak diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut.

BAB IV

NISHAB DAN KADAR ZAKAT 1. Harta Perternakan

1. Unta Nishab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 5 ekor unta, maka ia telah berkewajiban zakat. Selanjutnya zakatnya semakin bertambah, jika jumlah unta yang dimiliki bertambah.

Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Anas bin Malik, maka dapat dibuat tabel sebagai berikut:

Page 9: Buku Panduan Zakat Dd

Jumlah Zakat

5 – 10 10 - 14 15 – 19 20 – 24 25 - 35 36 – 45 46 – 60 61 – 75 76 – 90 91 - 120

1 ekor kambing / domba 1) 2 ekor kambing / domba 3 ekor kambaing / domba 4 ekor kambing / domba 1 ekor unta bintu makhad 2) 1 ekor unta bintu labun 3) 1 ekor unta hiqah 4) 1 ekor unta jadz’ah 5) 2 ekor unta bintu labun 2 ekor unta hiqah

Keterangan: 1. Kambing berumur 2 tahun atau lebih, atau domba berumur satu tahun

atau lebih 2. Unta betina umur 1 tahun, masuk tahun ke-2 3. Unta betina umur 2 tahun, masuk tahun ke-3 4. Unta betina umur 3 tahun, masuk tahun ke-4 5. Unta betina umur 4 tahun, masuk tahun ke-5

Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor bintu labun setiap jumlah itu bertambah 50 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor hiqah.

2. Sapi, Kerbau dan Kuda

Nishab kerbau dan kuda disetarakan dengan nishab sapi, yakni 30 ekor. Artinya apabila seseorang telah memiliki 30 ekor sapi (kerbau dan kuda), maka ia telah terkena kewajiban zakat. Berdasarkan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh At Timidzi dan Abu Daud dari Muadz bin Jabbal RA, maka dapat dibuat tabel sebagai berikut:

Jumlah (ekor) Zakat

30 - 39 40 - 59 60 - 69 70 – 79 80 - 89

1 ekor sapi betina / betina tabi’ 1) 1 ekor sapi betina musinnah 2) 2 ekor tabi’ 1 ekor musinnah dan 1 ekor tabi’ 2 ekor musinnah

Keterangan: 1. Sapi berumur 1 tahun, masuk tahun ke-2 2. Sapi berumur 2 tahun, masuk tahun ke-3

Page 10: Buku Panduan Zakat Dd

Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi’ dan setiap jumlah itu bertambah 40 ekor zakatnya bertambah 1 ekor musinnah.

3. Kambing / domba

Nishab kambing / domba adalah 40 ekor, artinya apabila seseorang telah memiliki 40 ekor kambing / domba, maka ia telah terkena kewajiban zakat.

Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Anas bin Malik, maka dapat dibuat tabel sebagai berikut:

Jumlah (ekor) Zakat

40 – 20 121 - 200 201 - 300

1 ekor kambing (2 Th) atau domba (1 Th) 2 ekor kambing / domba 3 ekor / domba

Selanjutnya, setiap jumlah itu bertambah 100 ekor, maka zakatnya bertambah 1 ekor.

4. Ternak Unggas (ayam, bebek, burung) dan ikan.

Nishab pada ternak unggas dan perikanan tidak ditetapkan berdasarkan jumlah (ekor), sebagaimana halnya unta, sapi dan kambing. Tapi dihitung berdasarkan skala usaha. Nishab ternak unggas dan perikanan tidak ditetapkan berdasarkan jumlah (ekor), sebagaimana halnya unta, sapi dan kambing. Tapi dihitung berdasarkan skala usaha. Nishab ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 20 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas murni) atau sama dengan 85 gram emas. Apabila seseorang berternak ikan, dan pada akhir tahun (tutup buku) ia memiliki kekayaan yang berupa modal kerja dan keuntungan lebih besar atau setara dengan 85 gram emas murni, maka ia telah terkena kewajiban zakat sebesar 2,5%. Dengan demikian usaha ini dapat digolongkan kedalam zakat perniagaan.

Contoh: Seorang peternak ayam broiler memelihara 1000 ekor ayam perminggu, pada akhir tahun (tutup buku) terdapat laporan keuangan sebagai berikut: 1. Stok ayam broiler 5600 ekor

(dalam berbagai umur), ditaksir harga sebesar Rp. 15.000.000,-

2. Uang kas / bank setelah pajak Rp. 10.000.000,- 3. Stok pakan dan obat-obatan Rp. 2.000.000,- 4. Piutang (dapat tertagih) Rp. 4.000.000,- +

Jumlah Rp. 31.000.000,- 5. Utang jatuh tempo Rp. 5.000.000,- Saldo Rp. 26.000.000,- Besar zakat = 2,5 % x Rp. 26.000.000.00 = Rp. 650.000,-

Page 11: Buku Panduan Zakat Dd

Catatan: Kandang dan alat-alat peternakan tidak diperhitungkan sebagai harta yang wajib dizakati, karena tidak diperjual belikan. • Nishab : 85 gram emas murni, jika @ Rp. 60.000,00 maka 85 x Rp.

60.000,00 = Rp. 5. 100.000,00

2. Harta Perniagaan dan Perusahan

A. Harta Perniagaan / Trading

Harta Perniagaan adalah harta yang disiapkan untuk diperjual-belikan, baik dikerjakan oleh individu maupun kelompok / syirkah (PT, CV, PD, FIRMA)

Azas Pendekatan Zakat Perniagaan

1. Nishabnya 85 gram emas, dan zakatnya 2.5% 2. Acuan perhitungannya adalah Annual Report Basis (laporan buku tahunan) 3. Objeknya adalah aktiva lancar profit / laba, termasuk hibah atau donasi,

royalti, hasil sewa asset, selisih kurs / revaluasi maupun penghargaan (berupa harta) yang diterima.

4. Tidak dikenakan pada modal investasi / aktiva tetap. 5. Seluruh kewajiban perusahaan merupakan komponen pengurang dari

jumlah zakat yang diperhitungkan. 6. Komoditas yang diperdagangkan halal. 7. Diperhitungkan “after tax” 8. Bagi perusahaan yang tidak memiliki statement (income statement

financial statement, dan cash flow statement) atau memilikinya tetapi tidak lengkap maka diperhitungkan secara taksiran.

9. Besarnya jumlah zakat yang harus dikeluarkan adalah berdasarkan “book value”

10. Usaha patungan dengan non muslim labanya dipisahkan secara proposional berdasarkan modal masing-masing.

11. Deviden yang telah dikeluarkan zakatnya tidak lagi menjadi komponen zakat yang diperhitungkan.

12. Kompensasi rugi tahun lalu tidak diperkenankan dikurangkan pada penghasilan tahun berjalan.

13. Jika tidak memungkkinkan membayar zakat dalam bentuk uang, maka dapat menggantinya dengan materi lain yang bernilai dan dapat diperjualbelikan kepada pihak lain.

14. Diperkenankan membayar zakat cicilan secara dimuka per-periode tertentu.

15. Apabila terjadi likuidasi, maka zakatnya diperhitungkan dari total kekayaan perusahaan, dan nilainya berdasarkan “harga jual”.

B. Zakat Perusahaan

Syarat-syarat sebagai objek zakat 1. Kepemilikan dikuasai oleh muslim baik individu maupun patungan. 2. Bidang usaha halal.

Page 12: Buku Panduan Zakat Dd

3. Dapat diperhitungkan nilainya. 4. Dapat berkembang. 5. Memiliki kekayaan minimal setara 85 gram emas. 6. Dianalogikan pada zakat perniagaan.

Cara menghitung zakat perniagaan / perusahaan Kekayaan yang dimiliki badan usaha tidak akan lepas dari salah satu atau lebih dari tiga bentuk dibawah ini : 1. Kekayaan dalam bentuk barang. 2. Uang tunai / bank 3. Piutang.

Maka yang dimaksud harta perniagaan yang wajib dizakati adalah ketiga bentuk harta tersebut dikurangi dengan kewajiban perusahaan, seperti utang yang harus dibayar (jatuh tempo) dan pajak. Contoh: Sebuah perusahaan meubel pada tutup buku per 31 Desember tahun 2000 dengan keadaan sebagai berikut:

1. Stok meubel 5 set seharga Rp. 10.000.000,- 2. Uang tunai / bank Rp. 15.000.000,- 3. Piutang Rp. 2.000.000,-

Jumlah Rp. 27.000.000,- 4. Utang dan pajak Rp. 7.000.000,-

Saldo Rp. 20.000.000,- Besar zakat 2,5% x Rp. 20.000.000,- = Rp. 500.000,-

3. Hasil Pertanian

Nishab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 653 kg.

Apabila hasil pertanian tersebut termasuk makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, kurma, dan lain-lain, maka nishabnya adalah 653 kg dari hasil pertanian tersebut. Tetapi jika hasil pertanian itu selain makanan pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga, dan lain-lain, maka nishabnya disetarakan dengan harga nishab dari makanan pokok yang paling umum di daerah (negeri) tersebut, misalnya untuk Indonesia adalah beras.

Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, atau sungai / mata air, maka 10%, sedangkan apabila diairi dengan disirami / irigasi (ada biaya tambahan) maka zakatnya 5%.

Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa pada tanaman yang disirami (irigasi) zakatnya 5%. Artinya 5% yang lainnya dialokasikan untuk biaya pengairan. Imam Az Zarkoni berpendapat bahwa apabila pengelolaan lahan pertanian diairi dengan air hujan (sungai) dan disirami (irigasi) dengan perbandingan 50 : 50, maka zakatnya 7,5% (3/4 dari 10%).

Page 13: Buku Panduan Zakat Dd

Pada sistem pengairan saat ini, biaya tidak sekedar air, akan tetapi ada biaya-biaya lain seperti pupuk, insektisida, dan lain-lain. Maka untuk mempermudah perhitungan zakatnya, biaya pupuk, insektisida dan sebagainya diambil dari hasil panen, kemudian sisanya (apabila lebih nishab) dikeluarkan zakatnya 10% atau 5% (tergantung sistem pengairan).

Contoh: Pada sawah tadah hujan ditanami padi. Dalam pengelolaan dibutuhkan pupuk dan insektisida seharga Rp. 200.000,00. Hasil panen 5 ton beras, 1 kg beras harganya Rp. 1.000,00. Hasil panen (bruto) 5 ton beras = 5.000 kg Saprotan = Rp. 200.000,00 atau = 200 kg Netto = 4.800 kg Besar zakat : 10% x 4.800 kg = 480 kg Jika airnya disirami (ada biaya) Maka zakatnya 5% x 4.800 kg = 240 kg

Hasil pertanian yang bukan merupakan makanan pokok, seperti buah-buahan, sayuran, daun, dammar, kayu dan lain-lain, yang memiliki hasil panen tertentu, zakatnya dihitung setiap kali musim panen. Sedangkan hasil pertanian yang tidak memiliki musim panen (tertentu) atau panen secara terus menerus, zakatnya dihitung berdasarkan harga yang senilai dengan harga nishab makanan pokok yang berlaku di negeri yang bersangkutan.

4. Emas dan Perak / harta simpanan

Nishab emes dan perak adalah 20 dinar (85 gram emas murni) dan perak adalah 200 dirham (setara 595 gram perak). Artinya bila seseorang telah memiliki emas atau perak sebesar 20 dinar atau 200 dirham dan sudah memilikinya selama setahun. Maka ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5%.

Demikian juga macam jenis harta yang merupakan harta simpanan dan dapat dikategorikan dalam emas dan perak, seperti uang tunai, tabungan, cek, saham, surat berharga ataupun bentuk lainnya. Maka nishab dan zakatnya sama dengan ketentuan emas dan perak. Artinya jika seseorangn memiliki bermacam-macam bentuk harta dan jumlah akumulasinya lebih besar atau sama dengan nishab (85 gram emas) maka ia telah terkena kewajiban zakat (2.5%).

Contoh : Seorang memiliki harta kekayaan sebagai berikut: 1. Tabungan Rp. 5.000.000,- 2. Uang tunai (diluar kebutuhan pokok)Rp. 2.000.000,- 3. Perhiasan emas (berbagai bentuk) 100 gram 4. Utang jatuh tempo Rp. 1.500.000,-

Perhiasan emas atau yang lain tidak wajib dizakati kecuali sebaliknya dari jumlah maksimal perhiasan yang layak dipakai. Jika layaknya seseorang

Page 14: Buku Panduan Zakat Dd

memakai perhiasan maksimal 60 gram maka yang wajib dizakati hanyalah perhiasan yang selebihnya dari 60 gram.

Dengan demikian jumlah harta yang wajib dizakati, sebagai berikut: 1. Uang tabungan, deposito,

Obligasi, dll Rp. 5.000.000,- 2. Uang tunai Rp. 2.000.000,- 3. Emas (100 – 60 = 40 gram)

@ Rp.60.000,00 Rp. 2.400.000,- Jumlah Rp. 9.400.000,-

4. Utang Rp. 1.500.000,- Saldo Rp. 7.900.000,- Besar zakat = 2,5 % x Rp. 7.900.000,- Rp. 197.500,-

Catatan:

• Perhitungan harta yang wajib dizakati dilakukan setiap tahun pada bulan yang sama

• Zakat dihutang 2,5% dari saldo akhir tahun berjalan.

BAB V

ZAKAT (PENGHASILAN) PROFESI

Dasar hukum

Firman Allah SWT : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian” (Q.S. Adz Dzariyat : 19)

Firman Allah SWT : “……Dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya…………” (Q.S. Al Hadid : 7)

Firman Allah SWT : “Wahai orang-orang yang beriman, infaqkanlah (zakat) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik………” (Q.S. Al Baqarah : 267)

Hadits Nabi SAW : Bila suatu kaum enggan mengeluarkan zakat, Allah akan menguji mereka dengan kekeringan dan kelaparan (H.R. Thabrani)

Hadits Nabi SAW : Bila zakat bercampur dengan harta lainnya maka ia akan merusak harta itu. (H.R. Al Bazar dan Baehaqi).

Page 15: Buku Panduan Zakat Dd

Hasil Profesi

Hasil profesi (pegawai negeri, swasta, konsultan, dokter, notaris dan lain-lain) merupakan sumber pendapatan (kasab) yang tidak banyak dikenal dimasa salaf (generasi terdahulu). Oleh karenanya bentuk kasab ini tidak banyak dibahas, khususnya yang berkaitan dengan zakat. Lain halnya dengan bentuk kasab yang lebih popular saat itu, seperti pertanian, peternakan, dan perniagaan, mendapat porsi pembahasan yang sangat memadai dan detail.

Meskipun demikian bukan berarti harta yang didapat dari hasil profesi tersebut bebas dari zakat, sebab zakat pada hakekatnya adalah pungutan harta yang diambil dari orang-orang kaya untuk dibagikan kepada orang-orang miskin diantara mereka (sesuai dengan ketentuan syara). Dengan demikian apabila seseorang dengan hasil profesinya ia menjadi kaya, maka wajib atas kekayaannya itu zakat.

Akan tetapi jika hasilnya tidak mencukupi kebutuhan hidup (dan keluarga) nya, maka ia menjadi mustahiq (penerima zakat), sedang jika hasilnya sekedar untuk menutupi kebutuhan hidupnya, atau lebih sedikit, maka bagiannya tidak wajib zakat.

Kebutuhan hidup yang dimaksud adalah kebutuhan pokok, yakni pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, dan biaya yang diperlukan untuk menjalankan profesinya.

Ketentuan Zakat (Penghasilan) Profesi

Zakat profesi memang tidak dikenal dalam hasanah keilmuan Islam, sedangkan hasil profesi yang berupa harta dikategorikan berdasarkan qiyas atas kemiripan (syabbah) terhadap karakteristik harta zakat yang telah ada, yakni: (1) model memperoleh harta penghasilan (profesi) mirip dengan panen (hasil pertanian), sehingga harta ini dapat diqiyaskan kedalam zakat pertanian berdasarkan nishab (653 kg gabah kering giling atau setara dengan 552 kg beras) dan waktu pengeluaran zakatnya (setiap kali panen). (2) Model harta yang diterima sebagai penghasilan berupa uang, sehingga bentuk harta ini dapat diqiaskan dalam zakat harta (simpanan / kekayaan) berdasarkan kadar zakat yang harus dibayarkan (2,5%). Dengan demikian hasil profesi seseorang apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat, maka wajib baginya untuk menunaikan zakat.

Contoh : Abdul Baihaqie adalah seorang karyawan swasta yang berdomisili di Bogor. Mempunyai seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil. Penghasilan bersih per bulan Rp. 1.500.000,00,- Perhitungan zakatnya a. Pemasukan

Gaji / bulan Rp. 1.500.000,- b. Nishab

Nishab = 552 kg beras @ Rp. 2000 Rp. 1.104.000,-

Page 16: Buku Panduan Zakat Dd

c. Zakat (dapat) dibayar stiap bulan Sebesar 2,5% Zakat : 2,5% x Rp. 1.500.000 Rp. 37.500,-

BAB VI HARTA LAIN-LAIN

1. Saham

Pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjelaskan operasional perusahaannya.

Jenis Saham:

• Saham yang dimiliki oleh individu atau lembaga terdiri dari saham biasa (kommon stock) dan saham prefern (preferred stock)

• saham yang dimilliki oleh perusahaan (treasury stock) yakni saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar, kemudian dibeli oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasury yang nantinya dapat dijual kembali.

Azas pendekatan atas saham

• Nishab zakat saham diqiaskan dengan zakat perniagaan • Haul zakat saham dihitung per annual report • Zakat kepemilikan saham awal / pra Initial Public Offering (IPO) masih

disatukan dengan zakat maal lain yang dimiliki oleh muzakki pada periode haul tersebut

• Saham yang dimiliki atas dasar book value ditambah nilai deviden • Saham yang dijual (divestasi) dihitung berdasarkan Intrinsic value.

Dikeluarkan pada periode transaksi. Contoh: Nyonya Salamah memiliki 500.000,- lembar saham PT. Abdi Ilahi. Harga nominal Rp. 5.000.00 per lembar. Pada akhir tahun buku tiap lembar saham memperoleh deviden Rp. 300,00,-

Perhitungan Zakat Nilai saham (book value) (500.000 x Rp. 5.000,-) Rp. 2.500.000,000- Deviden (500.000 x Rp. 300,-) Rp. 150.000.000- Total Rp. 2.650.000.000- Zakat : 2,5% x Rp. 2.650.000,000,- Rp. 66.750.000,-

Page 17: Buku Panduan Zakat Dd

2. Rezeki tak terduga dan undian (kuis) berhadiah Harta yang diperoleh sebagai rezeki nomplok (tanpa usaha), atau memperoleh hadiah (yang tidak mengandung unsur judi), merupakan salah satu sebab dari kepemilikan harta dan dapat diqiaskan dengan harta temuan (luqathah) atau rikaz. Maka apabila perolehan harta tersebut mencapai nishab (setar 85 gram emas), maka wajib zakat atas harta tersebut sebesar 20% yang harus dikeluarkan pada saat memperolehnya, setelah dikurangi biaya atau pajak.

Contoh:

Fitri memperoleh hadiah dari tabungan Ummat Bank Muammalat, berupa voucher umrah seharga 2000 UU$. Pajak undian ditanggung pemenang. Perhitungan zakat Nilai hadiah UU$ 2.000,- Pajak 20% x UU$ 2.000,- UU$ 400,- Total penerimaan UU$ 1.600,- Zakat 20% x US$ 1.600,- UU$ 320,-

Page 18: Buku Panduan Zakat Dd

BAB VII PEMBAGIAN HARTA ZAKAT

1. MASHARIFUZ ZAKAT (Orang yang berhak menerima zakat)

Orang-orang yang berhak menerima harta zakat, terbagi atas delapan golongan, sebagaimana yang telah diterangkan Allah dalam Al-Quran dan Rasulullah dalam As Sunnah .(Q.S. At Taubah : 58 – 60), hadits Nabi SAW : Aku telah menemui Rasullah SAW lalu aku membaiatnya. Ia menyebutkan sebuah hadits panjang ketika itu, datang seorang laki-laki yang mengatakan : Berilah aku sedekah ! Maka Rasullah berkata kepada orang itu : Allah tidak menyukai ketentuan nabi atau orang lain mengenai sedekah, kecuali ketentuan-Nya, maka sedekah itu dibagi kedalam delapan bagian, kalau engkau termasuk kedalam bagian itu kuberikan hakmu. (H.R. Abu Dawud).

1 & 2 Fakir dan miskin

Fakir dan miskin adalah mereka yang kebutuhannya tidak tercukupi. Mereka dari golongan : 1. Orang yang tidak punya harta dan usaha sama sekali 2. Orang yang punya usaha atau harta, tapi tidak mencukupi untuk diri dan

keluarganya, yaitu penghasilannya tidak memenuhi kebutuhannya. 3. Orang yang punya harta dan usaha, tapi hanya dapat memenuhi separuh

atau lebih dari kebutuhan keluarganya.

3. Amil Zakat

Amil zakat adalah mereka yang diangkat oleh penguasa atau badan perkumpulan, untuk mengurus zakat. Hadits Nabi SAW : Aku (Abdullah bin As Sa’dy) telah diangkat Umar untuk menjadi seorang amil zakat. Maka manakala aku telah selesai mengerjakan urusan itu dan aku serahkan kepadanya. Umarpun menyuruh memberikan kepadaku upahku. Disaat itu aku berkata : Saya beramal karena Allah. Mendengar itu Umar berkata : aku sendiri dimasa Rasullah SAW sering dijadikan seorang amil, dan aku juga pernah mengatakan kepada Rasullah seperti apa yang engkau katakan kepadaku ini. Perkataanku dijawab Rasul dengan sabdanya : Apabila diberikan sesuatu kepada engkau denga tidak engkau memintanya, maka makanlah dan sedekahkanlah. (H.R. Bukhari Muslim). Adapun tugas Amil terdiri dari tiga bagian : 1) Urusan pengumpulan zakat, 2). Urusan pengelola, 3). Urusan pembagian zakat.

4. Golongan Muallaf

Golongan Muallaf antara lain ialah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya bertambah terhadap Islam, atau terhalang niat jahat mereka atas kaum muslimin, atau harapan akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh.

Page 19: Buku Panduan Zakat Dd

5. Dana untuk memerdekakan budak

Riqab artinya budak belian (hamba sahaya). Dana untuk memerdekakan budak artinya, dana yang dipergunakan untuk membebaskan budak belian dan atau untuk menghilangkan segala macam perbudakan.

6. Orang yang berhutang (Gharimin)

Gharimin adalah orang yang mempunyai hutang. Sedang ia tidak (sulit) memiliki bagian harta yang lebih untuk membayar hutangnya. Orang berhutang itu ada dua macam. 1. Orang yang berhutang karena kefaqirannya dan tidak mempunyai suatu

acara apapun untuk dapat melunasi hutang-hutang dalam batas waktu yang telah ditentukan.

2. Orang yang berhutang karena kebutuhan yang sangat mendesak, seperti mengobati sakit, paillit, membayar denda, dll. Dan ia tidak menemukan cara-cara lain, dalam waktu singkat, untuk mendapatkan pertolongan kecuali dengan cara berhutang. Kemudian ia merasa kesulitan untuk membayar hutang.

7. Di Jalan Allah (Fi Sabilillah)

Fi Sabilillah adalah orang Islam yang berhutang dengan nama Allah, dibawah panji-panji Al-Quran, tujuannya adalah untuk mengeluarkan manusia dari penyembahan terhadap makhluk menjadi hanya kepada Allah SWT, mengeluarkan manusia dari kesempitan hidup jahiliyyah kepada kelapangan cahaya Islam, dan dari aniaya (kedholiman) kepada keadilan Islam.

Ciri yang jelas dari jihad fi-sabilillah adalah perjuangan yang sesuai dengan ajaran Islam yang benar, berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah, tidak dicampuri dengan unsur-unsur kesukuan dan kebangsaan, tidak dicampuri dengan faham kapitalis barat atau sosialisme timur, dan senantiasa menjadikan Islam sebagai dasar, sumber, tujuan, arah, pedoman dan penuntun dalam perjuangan.

8. Ibnu Sabil

Ibnu Sabil adalah orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan dan tidak dapat mendatangkan bekal tersebut dengan cara apapun, atau orang yang hendak melaksanakan perjalanan yang sangat penting (dharurat) sedang ia tidak memiliki bekal.

2. ORANG YANG HARAM MENERIMA ZAKAT

a. Orang yang kafir dan mulhid (atheis) secara umum orang kafir tidak berhak (haram) menerima bagian dari harta zakat, tapi boleh menerima shadaqah (sunnah) kecuali mereka termasuk dalam kategori muallaf

b. Orang kaya dan orang mampu berusaha. Seseorang dikatakan kaya, apabila ia memiliki sejumlah harta yang cukup untuk memenuhi

Page 20: Buku Panduan Zakat Dd

kebutuhan pokok diri dan keluarganya, sampai ia mendapatkan harta berikutnya. Atau seseoranng yang memiliki harta yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidupnya dari waktu ke waktu.

c. Keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib (Ahlul Bait)

Keluarga Bani Hasyim yaitu Keluarga Ali bin Abi Thalib, keluarga Abdul Muthallib, kelurga Abbas Bin Abdul Muthallib dan keluarga Rasullah SAW diharamkan untuk menerima zakat. Hal ini berlaku apabila negara tidak menjamin kebutuhan hidup mereka, akan tetapi apabila negara tidak menjaminnya, maka kedudukan mereka sama dengan anggota masyarkat yang lain, dan berhak untuk menerima zakat apabila termasuk dalam kategori mustahiq zakat.

d. Orang yang menjadi tanggung jawab para wajib zakat (muzakki)

Muzakki adalah orang kaya. Artinya ia masih memiliki kelebihan harta setelah digunakan untuk mencukupi diri dan keluarganya (orang yang menjadi tanggung jawabnya). Oleh sebab itu, jika ia melihat para anggota keluarganya masih terdapat kekurangan, maka ia berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terlebih dahulu. Dan jika masih memiliki kelebihan (mencapai nishab) barulah ia terkena wajib zakat. Jadi tidak dibenarkan seorang suami berzakat kepada istri atau orang tuanya.

BAB VIII HIKMAH ZAKAT

akat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, transendental dan horisontal. Oleh sebab itu, zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan ummat manusia, terutama ummat Islam. Zakat memiliki banyak hikmah,

baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun hubungan sosial kemasyarakatan diantara manusia, antara lain : 1. Menolong, membantu, membina dan membangun kaum dhuafa dan lemah

papa, untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Dengan kondisi tersebut mereka akan mampu malaksanakan kewajiban-kewajibannya terhadap Allah SWT.

2. Memberantas penyakit iri hati, rasa benci dan dengki dari diri manusia yang biasa timbul dikala ia melihat orang-orang disekitarnya berkehidupan cukup, apalagi mewah. Sedang ia sendiri tak punya apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari mereka (orang kaya) kepadanya.

3. Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa (menumbuhkan ahlaq mulia, menjadi murah hati, memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi) dan mengikis sifat bakhil (kikir) dan serakah yang menjadi tabiat manusia, sehingga dapat merasakan ketenangan batin karena terbebas dari tuntutan Allah dan tuntutan kewajiban kemasyarakatan.

Z

Page 21: Buku Panduan Zakat Dd

4. Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri diatas prinsip-prinsip : Ummatan Wahidan (ummat yang satu), Musawah (persamaan derajat, hak dan kewajiban), Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam), dan Takaful Ijtimai (tanggung jawab bersama).

5. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta (social distrution) keseimbangan dalam kepemilikian harta (social ownership), dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat.

6. Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi ekonomi atau pemerataan karunia Allah dan merupakan perwujudan solidaritas sosial, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persaudaraan ummat dan bangsa sebagai penghubung antara golongan kuat dan lemah.

7. Dapat mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera dimana hubungan seorang dengan lainnya rukun, damai dan harmonis yang dapat menciptakan situasi yang tenteram dan aman lahir dan batin. Dalam masyarakat seperti itu akan tumbuh lagi bahaya komunisme (Atheis) dan paham atau ajaran yang sesat dan menyesatkan. Sebab, dengan dimensi dan fungsi ganda zakat, persoalan yang dihadapi kapitalisme sudah dijawab. Akhirnya sesuai janji Allah, akan tercipta sebuah masyarakat baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’an al Karim 2. Tafsir Al-Qur’an Al Adzim, Al Hafidz Abu Alfida ‘Ismail Ibnu Katsir (MD 774

H) 3. Al Mu’jam Al Mufahris li Alfadz Al-Qur’an Al Karim, Ustaz Muhammad Fuad

Abdul Baqi, Daar Al Fikr, 1407 H 4. At Tibyan fi Ulum Al-Qur’an, Muhammad Aly Ash Shabuny, 1390 H 5. Al Jami’ Ash Shahih, Imam Muhammad bin Ismail Al Bukhari, (MD 256) 6. Shahih Muslim, Imam Muslim Bin Al Hajjah Al Qusyairi Al Naisaburi (MD

261 H) 7. Bustanul Ahbar – Mukhtashar – Nailul Author, Asy Syekh Faisal bin Abdul

Azis Al Mubarak, Kairo – Mesir, 1374 H 8. Pedoman Zakat, Prof DR. Hasbi Asy Syiddieqy, Bulan Bintang, Jakarta,

1953 M 9. Fiqh Az Zakat, Prof. DR. Qardawi, muassasah Ar Risalah, Bairur Libanon,

1973 M 10. Al Fiqh Al Manhaji’ Ala Madzhabi Imam Asy Syafii, Dr. Musthofa, et .al,

Darul Qalam – Damsyik, 1987 M 11. Musykilah Al Fakr wa Kaifa’ Alajaha Al Islam, Prof. DR. Yusuf Qardawi,

Maktabah Wabbah, Kairo – Mesir, 1977 M 12. Minhaj Ash Shalihin, Izzudin Baliq, Beirut – Libanon, 1398 H 13. Islamic Economic; Theory and Practice, Muhammad Abdul Manan, pent.

Potan Arif Harahap, Jakarta, 1922 M.