dd b10

22
KONJUNGTIVITIS ADALAH Konjungtivitis adalah suatu peradangan atau infeksi selaput transparan yang berada di permukaan dalam kelopak mata dan yang mengelilingi bola mata bagian luar. Bila pembuluh darah halus yang berada dalam konjunctiva meradang, maka pembuluh darah ini akan nampak. Itulah sebabnya mengapa bola mata yang berwarna putih menunjukkan warna merah (mata merah). Meskipun mata merah ini mengalami iritasi, hal ini jarang mempengaruhi penglihatan. Pengobatan yang diberikan dapat menghilangkan rasa tidak nyaman pada mata merah ini. Oleh karena mata merah ini dapat menular kepada mata orang lain, maka diagnosis dini dan pengobatan dapat mengurangi penyebaran mata merah. Mata merah dapat disebabkan oleh adanya infeksi dengan virus, bakteri, zat kimia, benda asing atau reaksi alergi. Orang yang memakai lensa kontak harus berhenti memakainya segera setelah menunjukkan gejala awal mata merah ini. GEJALA Mata merah memperlihatkan adanya: 1. Kemerahan pada satu mata atau kedua mata; 2. Rasa gatal pada satu mata atau kedua mata; 3. Rasa mengganjal pada satu mata atau kedua mata; 4. Pengeluaran kotoran mata dari satu mata atau kedua mata yang dapat membentuk kerak pada malam hari sehingga pada pagi pagi hari kelopak mata tidak dapat dibuka; 5. Pengeluaran air mata; 6. Reflex pupil (anak mata) masih normal; 7. Ketajaman penglihatan masih normal. Mata merah harus segera diobati. Mata merah dapat menular kepada orang lain selama 2 minggu setelah dimulai adanya gejala-gejala. Diagnosis dini dan pengobatan secepatnya dapat melindungi penularan terhadap orang lain. PENYEBAB Penyebab mata merah adalah: Virus, Bakteri, Alergi, Zat Kimia, Benda asing, Saluran air mata yang tersumbat (pada bayi baru lahir). Konjungtivitis yang disebabkan oleh virus dan bakteri dapat menyerang satu atau dua mata sekaligus. Konjungtivitis virus biasanya menghasilkan kotoran

Upload: intan-nararia

Post on 09-Dec-2015

238 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: DD B10

KONJUNGTIVITIS ADALAHKonjungtivitis adalah suatu peradangan atau infeksi selaput transparan yang berada di

permukaan dalam kelopak mata dan yang mengelilingi bola mata bagian luar. Bila

pembuluh darah halus yang berada dalam konjunctiva meradang, maka pembuluh darah ini

akan nampak. Itulah sebabnya mengapa bola mata yang berwarna putih menunjukkan

warna merah (mata merah). Meskipun mata merah ini mengalami iritasi, hal ini jarang

mempengaruhi penglihatan. Pengobatan yang diberikan dapat menghilangkan rasa tidak

nyaman pada mata merah ini. Oleh karena mata merah ini dapat menular kepada mata

orang lain, maka diagnosis dini dan pengobatan dapat mengurangi penyebaran mata

merah. Mata merah dapat disebabkan oleh adanya infeksi dengan virus, bakteri, zat kimia,

benda asing atau reaksi alergi. Orang yang memakai lensa kontak harus berhenti

memakainya segera setelah menunjukkan  gejala awal mata merah ini.

GEJALAMata merah memperlihatkan adanya:

1. Kemerahan pada satu mata atau kedua mata;

2. Rasa gatal pada satu mata atau kedua mata;

3. Rasa mengganjal pada satu mata atau kedua mata;

4. Pengeluaran kotoran mata dari satu mata atau kedua mata yang dapat membentuk kerak

pada malam hari sehingga pada pagi pagi hari kelopak mata tidak dapat dibuka;

5. Pengeluaran air mata;

6. Reflex pupil (anak mata) masih normal;

7. Ketajaman penglihatan masih normal.

 

Mata merah harus segera diobati. Mata merah dapat menular kepada orang lain selama 2

minggu setelah dimulai adanya gejala-gejala. Diagnosis dini dan pengobatan secepatnya

dapat melindungi penularan terhadap orang lain.

PENYEBABPenyebab mata merah adalah:

Virus,

Bakteri,

Alergi,

Zat Kimia,

Benda asing,

Saluran air mata yang tersumbat (pada bayi baru lahir).

 

Konjungtivitis yang disebabkan oleh virus dan bakteri dapat menyerang satu atau dua mata

sekaligus. Konjungtivitis virus biasanya menghasilkan kotoran mata yang berbentuk cair.

Konjungtivitis bakteri sering menghasilkan kotoran mata yang lebih kental dan berwarna

kuning kehijauan.

Page 2: DD B10

Kedua jenis konjungtivitis ini dapat terjadi bersamaan dengan flu atau dengan gejala saluran

pennafasan, seperti nyeri tenggorokan. Kedua konjungtivitis ini sangat menular. Penyakit ini

menyebar secara langsung atau tidak langsung setelah bersentuhan dengan kotoran mata

penderita. Penyakit ini dapat menyerang segala usia, baik anak-anak maupun dewasa.

Namun konjungtivitis bakteri lebih sering terjadi pada penderita anak-anak.

Konjuntivitis yang disebabkan oleh alergi dapat mengenai kedua mata sebagai respon

adanya reaksi alergi terhadap serbuk sari bunga. Sebagai respon terhadap benda penyebab

alergi (alergen), tubuh akan membentuk zat kekebalan (antibodi) yang disebut

sebagai Imunoglobulin E (IgE). Zat kekebalan ini akan merangsang sel yang ada dalam

selaput lendir mata dan saluran nafas untuk melepaskan zat penyebab peradangan

termasuk zat Histamin.

Bila terdapat keadaan konjungtivitis alergi, maka akan timbul gejala rasa gatal, pengeluaran

air mata, mata yang meradang, bersin dan hidung berlendir pada penderita. Pada

umumnya, konjungtivitis alergi dapat diatasi dengan pemberian obat tetes mata yang

mengandung obat anti alergi.

Bagi konjungtivitis akibat iritasi, biasanya disebabkan oleh zat kimia atau benda asing

(debu, dan lain-lain). Usaha untuk membersihkan benda asing atau zat kimia ini

menyebabkan mata menjadi merah dan mengalami iritasi. Keadaan ini memberikan gejala

pengeluaran air mata, yang biasanya akan berhenti dengan sendirinya dalam waktu 1 hari.

Faktor-faktor resiko terjadinya konjungtivitis, antara lain:

1. Bersentuhan dengan benda yang menyebabkan alergi;

2. Bersentuhan dengan penderita konjungtivitis virus dan bakteri;

3. Mengunakan lensa kontak, sehingga mata dapat memberikan reaksi peradangan mata.

 

PENGOBATANAnjuran yang mesti dilakukan sebelum berobat ke dokter:

1. Stop menggunakan lensa kontak;

2. Cuci tangan sesering mungkin untuk mengurangi kemungkinan penularan kepada orang

lain;

3. Jangan meminjamkan handuk kepada orang lain.

 

Pengobatan Konjungtivitis Virus

Tidak ada obat khusus untuk mengatasi keadaan ini. Penyakit ini sering dimulai dari satu

mata dan menyebar ke mata yang lain dalam beberapa hari. Penyakit ini dapat sembuh

dengan sendirinya secara berangsur-angsur. Pemberian obat anti virus mungkin diberikan

oleh dokter bila ternyata diketahui penyakit ini disebabkan oleh Herpes zoster virus.

Pengobatan Konjungtivitis Bakteri

Bila penyakit ini disebabkan oleh bakteri, maka dokter akan memberikan pengobatan tetes

mata yang mengandung antibiotika. Infeksi akan sembuh dalam beberapa hari. Salep mata

antibiotika biasanya diberikan untuk penderita anak-anak. Pemberian Salep mata lebih

Page 3: DD B10

mudah diberikan kepada anak-anak dari pada pemberian tetes mata. Meskipun demikian,

pemberian salep mata akan membuat penglihatan kabur selama 20 menit setelah diberikan.

Pengobatan Konjungtivitis Zat Kimia

Keadaan ini diatasi dengan  pencucian pada larutan larutan ringer laktat atau cairan Garam

fisiologis (NaCl 0,8%). Luka karena zat kimia, terutama akibat bahan Alkali, merupakan

keadaan gawat darurat karena dapat menimbulkan kecacatan mata dan kerusakan di dalam

bola mata. Penderita dengan konjungtivitis zat kimia ini tidak boleh menyentuh mata yang

sakit karena dikhawatirkan dapat menyebar ke mata yang lainnya.

Pengobatan Konjungtivitis Alergi

Pada keadaan ini, dapat diberikan bermacam obat untuk mengatasi keadaan alergi

penderita, termasuk pemberian obat seperti tablet Anti Histamin, obat untuk mengatasi

kedaan peradangan seperti Decongestan, obat steroid dan tetes mata yang mengandung

anti peradangan. Penyakit dapat diredakan dengan menghindari penyebab keadaan alergi,

bila memungkinkan dan diketahui penyebabnya.

Untuk mengurangi gejala konjungtivitis, ada beberapa hal yang dapat dilakukan di rumah,

seperti:

1. Berikan kompres kepada mata dengan menggunakan kain bersih yang telah dibasahi

dengan air bersih. Bila terdapat mata merah pada satu mata, jangan pergunakan kain itu

untuk mengompres mata yang lainnya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi resiko

penyebaran mata merah.

2. Cobalah obat tetes mata. Obat tetes mata yang dijual di toko farmasi (yang disebut tetes

mata buatan) dapat mengurangi gejala mata merah. Beberapa tetes mata mengandung Anti

histamin atau zat lain yang dapat membantu keadaan konjungtivitis akibat alergi.

3. Hentikan penggunaan lensa kontak. Bila menggunakan lensa kontak, maka berhentilah

dahulu memakainya sebelum mata terasa nyaman kembali. Waktu yang diperlukan untuk

melepas lensa konak ini tergantung dari penyebab konjungtivitis yang diderita.

 

Untuk menghindari penyebaran konjungtivitis, perlu dilakukan tindakan seperti:

1. Jangan menyentuh mata dengan tangan;

2. Cuci tangan seserring mungkin;

3. Gunakan handuk dan kain pembersih muka yang bersih setiap hari;

4. Jangan meminjamkan handuk atau kain pembersih muka;

5. Gantilah sarung bantal lebih sering;

6. Jangan menggunakan kosmetik untuk mata, misalnya mascara;

7. Jangan meminjamkan kosmetik untuk mata atau peralatan mata pribadi kepada orang lain.

 

Pencegahan konjungtivitis pada bayi baru lahir juga perlu dilakukan. Mata bayi yang baru

lahir sangat peka terhadap bakteri yang secara normal berada di dalam jalan lahir Ibu.

Bakteri ini tidak menyebabkan gangguan kepada Ibu. Pada keadaan yang jarang terjadi,

bakteri ini dapat menyebabkan konjungtivitis yang disebut sebagai Ophthalmia neonatorum,

Page 4: DD B10

yang membutuhkan pengobatan dengan segera. Oleh karena itu, segera setelah dilahirkan,

mata bayi diberikan salep mata Antibiotika untuk mencegah infeksi mata.

Page 5: DD B10

Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Konjungtivitis (Radang Mata)Wednesday, October 29, 2014

Conjunctivitis atau Konjungtivitis adalah peradangan pada conjunctiva (konjungtiva), selaput lendir yang

menutupi bagian putih mata dan bagian kelopak mata dalam.

Konjungtivitis biasanya akan mengenai kedua belah mata, meskipun dapat dimulai dari satu mata dan

menyebar ke mata yang lainnya dalam satu atau dua hari. Juga mungkin bersifat asimetris, yakni

pengaruhnya lebih berat hanya pada salah satu mata.

Konjungtivitis merupakan kondisi mata yang sangat umum terjadi. Jadi bukan suatu kondisi serius

meskipun dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan menjengkelkan. Ada banyak sekali penyebab

konjungtivitis dan pengobatannya akan tergantung dari penyebabnya.

Penyebab konjungtivitis

Page 6: DD B10

Ada lima jenis konjungtivitis, masing-masing disebabkan penyebab yang berbeda:

Bacterial conjunctivitis (konjungtivitis bakteri)

Konjungtivitis bakteri adalah infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri, seperti Staphylococcus,

Streptococcus atau Haemophilus. Organisme ini dapat berasal dari kulit pasien itu sendiri atau dari

saluran pernapasan bagian atas atau diperoleh dari orang lain yang menderita konjungtivitis.

Viral conjunctivitis (konjungtivitis virus)

Konjungtivitis virus sering dikaitkan dengan flu biasa. Kemungkinan disebabkan oleh virus yang disebut

dengan "adenovirus". Jenis konjungtivitis yang satu ini dapat menular dengan cepat dari orang ke orang

dan menyebabkan epidemi konjungtivitis.

Chlamydial conjunctivitis (konjungtivitis klamidia)

Jenis lain konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme yang disebut Chlamydia trachomatis.

Organisme ini juga dapat mempengaruhi bagian tubuh lain dan dapat menyebabkan infeksi menular

seksual klamidia.

Allergic conjunctivitis (konjungtivitis alergi)

Konjungtivitis alergi umum terjadi pada orang yang memiliki gejala-gejala lain dari penyakit alergi, seperti

demam, asma dan eksim. Konjungtivitis ini sering disebabkan oleh antigen seperti serbuk sari, tungau,

debu atau kosmetik.

Reactive conjunctivitis (konjungtivitis reaktif) - konjungtivitis kimia atau iritan

Sebagian orang rentan terhadap bahan kimia atau asap rokok, ini dapat menyebabkan iritasi pada

konjungtiva yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan, kemerahan dan berair. Untuk mencegahnya,

sedapat mungkin menghindari penyebabnya.

Page 7: DD B10

Gejala konjungtivitis

Konjungtivitis bakteri

Mempengaruhi kedua belah mata. Mata biasanya akan terasa berpasir dan rasa tidak nyaman karena

debit yang lengket. Kelopak mata atas dan bawah mungkin akan merekat di pagi hari atau saat bangun

tidur, dan mungkin terdapat krusta atau debit pada bulu mata.

Konjungtivitis virus

Mata memerah dan mungkin terdapat cairan yang encer. Seringkali kelopak mata membengkak dan

bahkan konjungtiva pada putih mata juga membengkak. Mata menjadi tidak nyaman, dan mungkin juga

terjadi gejala seperti pilek. Kadang-kadang terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar telinga

atau leher. Konjungtivitis jenis ini juga dapat menyebar dan mempengaruhi kornea (keratitis), dan dapat

bertahan selama beberapa minggu dan menyebabkan penglihatan kabur.

Konjungtivitis klamidia

Satu atau kedua belah mata akan merah dengan debit yang lengket dan terkadang kelopak mata ikut

bengkak. Kornea mungkin juga akan terpengaruh dalam kondisi ini.

Konjungtivitis alergi

Konjungtivitis alergi biasanya berhubungan erat dengan munculnya rasa gatal pada mata. Mata biasanya

sebentar-sebentar merah. Kondisi ini dapat terjadi dalam waktu-waktu tertentu dalam satu tahun,

misalnya selama musim tertentu ketika banyak serbuk sari di udara.

Diagnosis konjungtivitis

Dokter biasanya akan mendiagnosa konjungtivitis dari pemeriksaan mata langsung dan dari riwayat

kesehatan Anda. Terkadang swab diambil dari mata terutama jika pengobatan standar tidak

menunjukkan hasil yang positif. Dalam beberapa kasus konjungtivitis yang parah atau tidak menanggapi

pengobatan, mungkin penderita perlu dirujuk ke spesialis mata.

Page 8: DD B10

Pengobatan konjungtivitis

Konjungtivitis bakteri

Biasanya diobati dengan tetes atau salep mata antibiotik spektrum luas, misalnya kloramfenikol atau

asam fusidic. Mata juga harus dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan air masak yang

didinginkan untuk menghilangkan kerak yang lengket. Penelitian membuktikan bahwa 64 persen kasus

konjungtivitis bakteri akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu lima hari, obat mata antiobiotik diduga

tidak berkontribusi besar dalam meningkatkan angka kesembuhan.

Konjungtivitis virus

Tidak ada pengobatan efektif untuk konjungtivitis virus. Tapi mata dapat dibuat lebih nyaman dengan

penggunaan salep pelumas seperti Lacri-Lube. Kompres dingin pada mata dan tablet seperti parasetamol

atau ibuprofen dapat membantu mengurangi gejala.

Karena konjungtivitis virus mudah sekali menular, pastikan agar selalu menjaga kebersihan, seperti

mencuci tangan dan wajah dan tidak menggunakan handuk secara bersama-sama. Juga sedapat

mungkin hindari kontak dengan orang lain.

Kondisi ini dapat berlangsung dalam waktu yang lama, dan dalam beberapa kasus tetes kortikosteroid

dapat membantu, namun harus diberikan dalam pengawasan ketat seorang dokter spesialis mata.

Konjungtivitis klamidia

Terapinya adalah dengan salep chlorotetracycline pada kedua belah mata dan tablet tetrasiklin untuk

mengendalikan infeksi di lokasi tubuh lain. Anak-anak tidak boleh diobati dengan tetrasiklin, namun

eritromisin dapat digunakan untuk mereka. 

Konjungtivitis alergi

Dapat diobati dengan menggunakan obat tetes antihistamin topikal. Obat tetes, seperti natrium

kromoglikat (misalnya tetes mata Opticrom), dapat digunakan untuk mencegah reaksi alergi. Tetes

kortikosteroid terkadang juga diperlukan, namun hanya boleh diberikan dibawah pengawasan dokter

spesialis mata.

Page 9: DD B10

Konjungtivitis pada bayi

Harus diperlakukan dengan sangat hati-hati dan serius. Spesimen diambil dari debit mata yang lengket

dan harus diperiksa oleh dokter spesialis mata. Pengobatannya akan tergantung dari penyebab yang

mendasarinya, yaitu berdasarkan hasil tes dari laboratorium.

Mencegah konjungtivitis

Kebersihan tangan dan wajah sangatlah penting. Jangan pernah menggunakan handuk secara bersama-

sama, apalagi ada anggota keluarga lain yang terkena konjungtivitis. Orang yang terkena konjungtivitis

harus menggunakan handuk khusus untuk mereka sendiri. Jangan pernah menggunakan tetes mata

secara bersama-sama. Buang bekas tisu untuk membersihkan mata di tempat yang aman dan obat tetes

mata harus dibuang ketika pengobatan telah selesai.

Page 10: DD B10

BLEFARITIS (PERADANGAN PADA KELOPAK MATA)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Blefaritis terbagi menjadi anterior (mempengaruhi tepi anterior dan bulu mata) dan posterior (mempengaruhi kelenjar meibom). Blefaritis adalah salah satu gangguan kelopak mata yang paling umum sering dikaitkan dengan gangguan film air mata. Hal ini lebih umum sering terjadi pada wanita muda. Salah satu yang paling menyertai gejalanya madarosis yang terinfeksi. Infeksi Staphylococcus dikaitkan dengan madarosis, poliosis dan trichiasis dari bulu mata. Blefaritis ditandai dengan peradangan pada tepi kelopak mata. Hal itu dapat menyebabkan mata merah, gatal, dan iritasi kelopak mata pada satu atau kedua mata. Blefaritis juga dapat menyebabkan terjadinya konjungtivitis dan sifatnya terulang (Osaiyuwu dan Ebeigbe, 2010).

Blefaritis melibatkan kulit dan bulu mata sedangkan gangguan kelenjar meibom diakibatkan seboroik, obstruktif atau campuran. Blefaritis terjadi interaksi yang kompleks dari berbagai faktor, termasuk sekresi yang abnormal, organisme atau mikroba dan kelainan film air mata. Blefaritis dengan berbagai gejala dan tanda, dan berhubungan dengan kondisi dermatologis seperti dermatitis seboroik, dan rosasea (Jackson, 2008).

Blefaritis kronik merupakan paling umum pada pasien saat pemeriksaan klinis mata seperti iritasi. Berdasarkan gejala klinis yang paling sering adalah blefaritis posterior 24%, mata kering 21% dan blefaritis anterior 12%. Hasil survei Amerika Serikat prevalensi gejala blefaritis selama 12 bulan terakhir adalah terasa gatal dan terbakar, iritasi setelah menggunakan komputer selama lebih dari 3 jam, kelopak mata terasa berat dan bengkak, serpihan bulu mata, mata kering atau iritasi, mata terasa berair terutama di pagi hari dan mata merah. 79,3% melaporkan memiliki gejala paling sedikit satu gejala selama 12 bulan dan 63% melaporkan memiliki gejala lebih dari satu (Lindstrom, 2011)

Berdasarkan penelitian Werdich et al 2011 melaporkan survei pasien blefaritis menunjukkan prevalensi yang sama tinggi masing-masing 86% dan 94%. Prevalensi temuan klinis sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan gejala yang dilaporkan sendiri. Empat belas persen dari total pasien melaporkan tidak ada gejala dan enam persen tidak memiliki tanda-tanda klinis blefaritis. Data normalisasi menunjukkan bahwa kebanyakan pasien memlikiki penyakit ringan sampai sedang berdasarkan kedua gejala dan temuan pemeriksaan klinis. Insidensi adalah 50% dan 36% untuk ringan, 32% dan 50 % sedang, dan hanya 4% dan 8% untuk gejala yang parah dan tanda blefaritis masing-masing.

Secara demografis, kecenderungan lebih tinggi penularan blefaritis ditemukan pada populasi kelas sosial ekonomi rendah, dan penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Terdapat hubungan antara blefaritis dengan beberapa penyakit inflamasi (gastritis, ulkus peptikum, asma, atrophy, dan colitis ulseratif), kondisi psikologis (kecemasan, sindrom iritasi usus, neurosis dan depresi), hormonal

Page 11: DD B10

(hipotiroidi dan hipertrofi prostat), penyakit kardiovaskular (arteri koronaria, hiperlipidemia, hipertensi dan penyakit jantung iskemik)dan kondisi mata lainnya (kalazion dan pterygium) (Nemet et al, 2011).

Berdasarkan latar belakang di atas maka tertarik dengan Blefaritis.

1.2.Tujuan

1.2.1. Menjelaskan definisi Blefaritis

1.2.2. Menjelaskan anatomi palpebra

1.2.3. Menjelaskan etiologi blefaritis

1.2.4. Menjelaskan faktor resiko blefaritis

1.2.5. Menjelaskan patofisiologi blefaritis

1.2.6. Menjelaskan manisfestasi klinis blefaritis

1.2.7. Menjelaskan klasifikasi blefaritis

1.2.8. Menjelaskan penatalaksanaan blefaritis

BAB 2

TELAAH PUSTAKA

2.1. Definisi Blefaritis

Blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut (Ilyas, 2010).

2.2 Anatomi Palpebra

Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, otot dan jaringan fibrosa, yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra sangat mudah digerakkan karena kulitnya paling tipis di antara kulit di bagian tubuh lain. Di palpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak dengan pembesaran. Di bawah kulit terdapat jaringan areolar longgar yang bisa mengembang pada edema massif. Musculus orbicularis oculi melekat pada kulit. Permukaan dalamnya dipersarafi nervus cranialis facialis (VII), dan fungsinya adalah untuk menutup palpebra. Otot ini terbagi atas bagian orbital, praseptal dan pratarsal. Bagian orbital, yang terutama berfungsi untuk menutup mata dengan kuat, adalah suatu otot sirkular tanpa insersio temporal. Otot praseptal dan pratarsal memiliki caput medial superficial dan profondus yang berperan dalam pemompaan air mata (Eva dan Whitcher, 2009).

Page 12: DD B10

Tepian palpebra ditunjang oleh tarsus, yaitu lempeng fibrosa kaku yang dihubungkan ke tepian orbita oleh tendo-tendo kantus medialis dan lateralis. Septum orbitale, yang berasal dari tepian orbita, melekat pada aponeurosis levatoris, kemudian menyatu dengan tarsus. Pada palpebra inferior, septum bergabung dengan tepi bawah tarsus. Septum merupakan sawar yang penting antara palpebra dan orbita (Eva dan Whitcher, 2009).

Terbenam di dalam lemak terdapat kompleks otot levator-retraktor utama palpebra superior dan padanannya, fasia kapsulopalpebra di palpebra inferior. Otot levator berorigo di apeks orbita. Saat memasuki palpebra, otot ini membentuk aponeurosis yang melekat pada sepertiga bawah tarsus superior. Pada palpebra inferior, fasia kapsulopalpebra berasal dari musculus rectus inferior dan berinsersio pada batas bawah tarsus. Ia berfungsi menarik palpebra inferior membentuk lapisan berikutnya, yang melekat pada konjungtiva. Otot-otot simpatis ini juga merupakan retraktor palpebra. Konjungtiva melapisi permukaan dalam palpebra. Konjungtiva palpebralis menyatu dengan konjungtiva yang berasal dari bola mata dan mengandung kelenjar-kelenjar yang penting untuk pelumasan kornea (Eva dan Whitcher, 2009).

Palpebra superior lebih besar dan lebih mudah digerakkan daripada palpebra inferior. Sebuah alur yang dalam, biasanya terdapat di posisi tengah palpebra superior bangsa kulit putih, merupakan tempat melekatnya serat-serat otot levator. Alur ini jauh lebih dangkal atau bahkan tidak ada pada palpebra pada orang Asia. Dengan meningkatnya usia, kulit tipis palpebra superior cenderung menggantung di atas alur palpebra tersebut dan bisa sampai menyentuh bulu mata. Penuaan juga menipiskan septum orbitale sehingga terlihat bantalan lemak di bawahnya (Eva dan Whitcher, 2009).

Kantus lateralis terletak 1-2 mm lebih tinggi dari kantus medialis. Karena longgarnya insersio tendo ke tepian orbita, kantus lateralis akan sedikit naik saat melihat ke atas (Eva dan Whitcher, 2009).

2.2.1 Persarafan Sensoris Palpebra

Persarafan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama dan kedua nervus trigeminus (V). Nervus lacrimalis, supraorbitalis, supratrochlearis, infrarochlearis, dan nasalia eksterna adalah cabang-cabang divisi oftalmika nervus kranial kelima. Nervus infraorbitalis, zygomaticofacialis, dan zygomaticotemporalis merupakan cabang-cabang divisi maksilaris (kedua) nervus trigeminus (Eva dan Whitcher, 2009).

2.2.2. Pembuluh Darah dan Limfe Palpebra

Pasokan darah palpebra datang dari arteria lacrimalis dan opthalmica melalui cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya. Anastomosis di antara arteria palpebralis lateralis dan medialis membentuk cabang-cabang tarsal yang terletak di dalam jaringan areolar submandibular. Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena opthalmica dan vena-vena yang membawa darah dari dahi dan temporal. Vena-vena itu tersusun dalam pleksus pra dan pascatarsal. Pembuluh limfe segmen lateral palpebra berjalan ke dalam kelenjar getah bening preaurikular dan parotis. Pembuluh limfe dari sisi medial palpebra mengalirkan isinya ke dalam kelenjar getah bening submandibular (Eva dan Whitcher, 2009).

2.3. Etiologi Blefaritis

Page 13: DD B10

Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman Streptococcus alfa atau beta, Pneumococcus dan Pseudomonas. Demodex folliculorumselain dapat merupakan penyebab dapat pula merupakan vektor untuk terjadinya infeksi Staphylococcus. Dikenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif dan blefaritis angularis. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis (Ilyas, 2010).

2.4. Faktor Resiko Blefaritis

Berdasarkan American Optometric Association 2002, ada beberapa hal faktor resiko blefaritis antara lain:

Penyakit sistemik yang mendasarinya

Dermatitis seboroik

Akne rosasea

Dermatitis atopik dan psoriasis

Sika keratokojuntivitis

2.5. Patofisiologi Blefaritis

Blefaritis anterior dapat disebabkan bakteri stafilokokk dan seborreik. Blefaritis stafilokok dapat disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif atau Staphylococcus epdiermidis(stafilokok koagulase-negatif). Blefaritis seborreik (non-ulseratif) umumnya berkaitan dengan keberadaanPityrosporum ovale meskipun organisme ini belum terbukti menjadi penyebabnya. Sering kali kedua jenis blefaritis ada secara bersamaan (infeksi campur). Seborrhea kulit kepala, alis, dan telinga sering menyertai blefaritis seborreik. Pada blefaritis posterior merupakan peradangan palpebra akibat disfungsi kelenjar meibom. Blefaritis anterior dan posterior bisa terjadi secara bersamaan. Dermatitis seboroik umumnya disertai dengan disfungsi kelenjar meibom. Kolonisasi atau infeksi strain stafilokokok dalam jumlah memadai sering disertai dengan penyakit kelenjar meibom dan bisa menjadi salah satu penyebab gangguan fungsi kelenjar meibom. Lipase bakteri dapat menimbulkan peradangan pada kelenjar meibom dan konjungtiva serta menyebabkan terganggunya film air mata (Eva dan Whitcher, 2009).

2.6. Manifestasi Klinis Blefaritis

Gejala utamanya blefaritis anterior adalah iritasi, rasa terbakar dan gatal pada tepi palpebra. Mata yang terkena “bertepi merah.” Banyak sisi atau “granulasi” terlihat menggantung di bulu mata palpebra superior dan inferior. Sedangakan blefaritis posterior bermanifestasi dalam aneka macam gejala yang mengenai palpebra, air mata, konjungtiva dan kornea. Perubahan kelenjar meibom mencakup peradangan muara meibom, sumbatan muatan kelenjar oleh sekret yang kental, pelebaran kelenjar meibom dalam lempeng tarsus dan keluarnya sekret abnormal lunak mirip keju bila kelenjar itu dipencet. Tepi palpebra tampak hiperemis dan telangiektasia. Palpebra juga membulat dan menggulung ke dalam sebagai akibat parut pada konjungtiva tarsal, membentuk hubungan yang abnormal antara

Page 14: DD B10

film air mata prakornea dan muara-muara kelenjar meibom. Air mata mungkin berbusa atau sangat berlemak (Eva dan Whitcher, 2009).

2.7. Klasifikasi Blefaritis

2.7.1 Blefaritis Bakterial

Infeksi bakteri pada kelopak dapat ringan sampai sangat berat. Diduga sebagian besar infeksi kulit superficial kelopak diakibatkan Streptococcus. Bentuk infeksi kelopak dikenal sebagai folikulitis, impetigo, dermatitis eskematoid. Pengobatan pada infeksi ringan ialah dengan memberikan antibiotic lokal dan kompres basah dengan asam borat, Pada blefaritis sering diperlukan pemakaian kompres hangat. Infeksi yang berat diberikan antibiotic sistemik (Ilyas, 2010).

2.7.2 Blefaritis Superfisial

Bila infeksi kelopak superficial disebabkan oleh Staphylococcus maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotic seperti sulfasetamid dan sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotic krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom yang biasa menyertainya (Ilyas, 2010).

2.7.3. Blefaritis Sebore

Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun) dengan keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus lateral, hyperemia, hipertrofi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis, dan jaringan keropeng.

Blefaritis sebore merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Dapat dilakukan pembersihan dengan nitras argenti 1%. Salep sulfonamide berguna aksi keratolitiknya. Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo bayi. Pada blefaritis sebore antibiotik diberikan lokal dan sistemik seperti tetrasiklin oral 4 kali 250 mg (Ilyas, 2010).

2.7.4. Blefaritis Skuamosa

Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kelenjar kulit di daerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang dengan kulit berminyak. Blefaritis ini berjalan bersama dengan dermatitis sebore (Ilyas, 2010).

Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolic ataupun oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan merasa panas dan gatal. Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai dengan madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya tanpa mengakibatkan perdarahan (Ilyas, 2010).

Page 15: DD B10

Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah keratitis dan konjungtiva (Ilyas, 2010).

2.7.5. Blefaritis Ulseratif

Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi Staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit ini bersifat infeksius. Ulserasi berjalan lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis) (Ilyas, 2010).

Pengobatan dengan antibiotic dan hygiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotic sistemik dan diberi roboransia. Penyulitnya adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superficial, keratitis pungtata, hordeolum, dan kalazion (Ilyas, 2010).

2.7.6. Blefaritis Angularis

Blefaritis angularis merupakan infeksi Staphylococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eskternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi pungtum lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan Staphylococcus aureus atau Morax Axenfeld. Biasanya kelainan bersifat rekuren. Blefaritis angularis dapat diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut balik mata yang akan menyumbat duktus lakrimal (Ilyas, 2010).

2.7.7. Blefaritis Virus

2.7.7.1. Herpes Zoster

Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf trigeminus. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas (Ilyas, 2010).

Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan terasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrate pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superficial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata (Ilyas, 2010).

Pengobatan herpes zoster tidak merupakan obat spesifik tapi hanya simtomatik. Pengobatan steroid superficial tanpa masuk ke dalam mata akan mengurangkan gejala radang. Terdapat berbagai pendapat mengenai pengobatan steroid sistemik. Pengobatan stroid dosis tinggi akan mengurangkan gejala yang berat. Hati-hati kemungkinan terjadinya viremia pada penderita penyakit yang menahun. Infeksi herpes zoster diberi analgesic untuk mengurangkan rasa sakit, penyulit yang dapat terjadi pada

Page 16: DD B10

herpes zoster oftalmik adalah uveitis, parese otot penggerak mata, glaucoma, dan neuritis optik (Ilyas, 2010).

2.7.7.2. Herpes Simpleks

Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kronik. Dikenal bentuk blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang mengakibatkan kedua kelopak lengket (Ilyas, 2010).

Tidak terdapat pengobatan spesifik. Bila terdapat infeksi sekunder dapat diberi antibiotic sistemik atau topikal. Pemberian kortikosteroid merupakan kontraindikasi karena dapat mengakibatkan menularnya herpes simpleks pada kornea. Asiklovir dan IDU dapat diberikan terutama pada infeksi dini (Ilyas, 2010).

2.7.8. Blefaritis Jamur

2.7.8.1. Infeksi Superfisial

Infeksi jamur pada kelopak superficial biasanya diobati dengan griseofulvin terutama efektif untuk eipdermomikosis. Diberikan 0,5-1 gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi rata. Pengobatan diteruskan 1-2 minggu setelah terlihat gejala menurun. Untuk infeksi kandida diberi pengobatan nistatin topikal 100.000 unit per gram (Ilyas, 2010).

2.7.8.2. Infeksi Jamur Dalam

Pengobatan infeksi jamur dalam adalah secara sistemik. Infeksi Actinomyces dan Nocardia efektif diobati dengan sulfonamid, penisilin atau antibiotic spektrum luas. Amfoterisin B dipergunakan untuk pengobatan Histoplasmosis, sporotrikosis, aspergilosis, torulosis, kriptokokosis dan blastomikosis (Ilyas, 2010).

Pengobatan Amferoterisin B dimulai dengan 0,05-0,1 mg/Kg BB, yang diberikan intravena lambat selama 6-8 jam. Dilarutkan dalam dekstrose 5% dalam air. Dosis dinaikkan sampai 1 mg/Kg BB, dosis total tidak boleh melebihi 2 gram. Pengobatan diberikan setiap hari selama 2-3 minggu setelah gejala berkurang. Penyulit yang terberat adalah kerusakan ginjal yang akan membuat urea darah meningkat dan terdapatnya cast dan darah dalam urin. Bila terjadi peningkatan urea nitrogen darah melebihi 50 atau kreatinin lebih 2 maka pengobatan harus dihentikan. Obat ini toksik dan memerlukan penentuan indikasi pemakaian yang tepat (Ilyas, 2010).

2.7.8.3. Blefaritis Pedikulosis

Kadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang buruk akan dapat bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia didaerah margo palpebra. Pengobatan pedikulosis adalah dengan aplikasi salep merupakan ammoniated 3%. Salep fisotigmin dan tetes mata DFP cukup efektif untuk tuma atau kutu ini (Ilyas, 2010).

2.7.9. Alergi

Page 17: DD B10

2.7.9.1. Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak penyebabnya adalah bahan yang berkontak pada kelopak, maka dengan berjalannya waktu gejala akan berkurang. Pengobatan dengan melakukan pembersihan kelopak dari bahan penyebab, cuci dengan larutan NaCl, beri salep mengandung steroid sampai gejala berkurang (Ilyas, 2010).

2.7.9.2. Blefaritis Urtikaria

Urtikaria pada kelopak terjadi akibat masuknya obat atau makanan pada pasien yang rentan. Untuk mengurangi keluhan umum diberikan steroid topikal ataupun sistemik, dan dicegah pemakaian steroid lama. Obat antihistamin untuk mengurangi gejala alergi (Ilyas, 2010)

2.8. Penatalaksanaan Blefaritis

Pengobatan pada blefaritis akut adalah menjaga kebersihan dan pemberian obat antibiotik Tidak ada pengobatan yang lengkap untuk blefaritis kronik. Pengobatan blefaritis antara lain :

1. Menjaga higene (misalnya kompres)2. Pemakaian shampoo anti ketombe misalnya selenium3. Obat tetes mata atau salep antibiotik misalnya eritromisin, bacitracin, polimiksin, gentamisin (American Optometric Association, 2002)

Peradangan yang jelas pada struktur-struktur mengharuskan pengobatan aktif, termasuk terapi antibiotik sistemik dosis rendah jangka panjang, biasanya doxycyline (100 mg dua kali sehari) atau eritromisin (250 mg tiga kali sehari), tetapi juga berpedoman pada hasil biakan bakteri dari tepi palpebra dan steroid topikal lemah (sebaiknya jangka pendek) misalnya prednisolon 0,125% dua kali sehari (Eva dan Whitcher, 2009)

Page 18: DD B10

BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman Streptococcus alfa atau beta, Pneumococcus dan Pseudomonas. Demodex folliculorum selain dapat merupakan penyebab dapat pula merupakan vektor untuk terjadinya infeksi Staphylococcus. Dikenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif dan blefaritis angularis. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis (Ilyas, 2010). Gejala utamanya blefaritis anterior adalah iritasi, rasa terbakar dan gatal pada tepi palpebra. Mata yang terkena “bertepi merah.” Banyak sisi atau “granulasi” terlihat menggantung di bulu mata palpebra superior dan inferior. Sedangkan blefaritis posterior bermanifestasi dalam aneka macam gejala yang mengenai palpebra, air mata, konjungtiva dan kornea (Eva dan Whitcher, 2009). Dan memiliki beberapa klasifikasi blefaritis sesuai dengan penyebabnya (Ilyas, 2010).

3.2. Saran

Dalam penanganan blefaritis sebaiknya harus benar-benar teliti, sebab blefaritis dapat menimbulkan komplikasi. Terutama kebersihan mata juga perlu dijaga dalam kebiasaan sehari-hari. Selama ini blefaritis mungkin salah satu penyakit mata yang ringan, tetapi juga dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Penatalaksanaan blefaritis pasien diberikan edukasi bagaimana melakukan perawatan mata.

Page 19: DD B10

DAFTAR PUSTAKA

American Optometric Association.,2002. Quick Reference Guide Care Of The Patient With Blepharitis. American Optometric Association • 243 N. Lindbergh Blvd. • St. Louis, MO 6314. Eva,P.R.,Whitcher,J.P., 2009. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum.Edisi ke-17.Jakarta:EGC.hal 78-80. Ilyas,S., 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3.Jakarta: FKUI.hal 89-97 Jackson,W.B., 2008. Blepharitis: Current Strategies for Diagnosis and Management. Can J Ophthalmol . 2008 Apr;43(2):170-9. doi: 10.1139/i08-016. Avalaible from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18347619 {Accesed 04 Januari 2014} Lindstrom, R.L., 2011. A CME Monograph Blepharitis 2010 Update on Research and Management.Opthalmology Times.Avalaible from: http://mededicus.com/downloads/Blepharitis-Update-on-Research-and-Management.pdf {Accesed 26 Desember 2013} Nemet,A.Y.,Vinker,S.,Kaiserman,I.,2011.Associated Morbidity Of Blepharitis.Ophthalmology. 2011 Jun;118(6):1062-8. doi: 10.1016/j.ophtha.2010.10.015. Epub 2011 Jan 26. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21276617 {Accesed 04 Januari 2014} Osaiyuwu,A.B., Ebeigbe,J.A., 2010. Clinical Findings And Management Of Chronic Blepharitis In A 25-Year Old Female – A Case Report.Nigeria.University Of Benin, Benin City. Avalaible from:www.pdffactory.com {Accesed 04 Januari 2014} Werdich,X.Q.,Ruez,T.,Singh,R.P., 2011.Prevalence and Severity of Blepharitis Symptoms and Signs amongst Patients with Age-Related Macular Degeneration. Cole Eye Institute, Cleveland Clinic Foundation, Cleveland, OH, USA. Avalible from: http://www.omicsonline.org/2155-9570/2155-9570-2-141.php {Accesed 04 Januari 2014}