dbd mini contoh

66
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia, DBD merupakan penyakit endemis, yang merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia.DBD merupakan penyakit menular yang perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan wabah, serta tingginya mobilitas masyarakat yang sejalan dengan tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai daerah di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya,terjadi peningkatan angka kesakitan (incidence rate / IR) dan peningkatan jumlah wilayah yang terjangkit DBD dari tahun ke tahun, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di berbagai daerah di Indonesia. 2 Jumlah kasus DBD cenderung meningkat mulai awal tahun dan mencapai puncaknya pada bulan Maret dan April. Demam Berdarah Dengue (DBD)merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue. Virus ini termasuk dalam Arthropod borne virus (Arboviruses), genus flavivirus, yang terdiri dari 4 serotipe, yaitu serotipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya ditemukan di seluruh Indonesia. Virus tersebut ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus DKI Jakarta sendiri merupakan salah satu provinsi yang menyumbangkan angka kesakitan paling banyak. Pada tahun 2011, didapatkan IR di DKI Jakarta sebanyak 202,4/100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) sebesar 0,2 % sedangkan IR di Jakarta 1

Upload: ngakan-putu-wiga-kusuma

Post on 03-Dec-2015

63 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

aa

TRANSCRIPT

Page 1: DBD Mini Contoh

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Di Indonesia, DBD merupakan penyakit endemis, yang merupakan salah satu

masalah kesehatan di Indonesia.DBD merupakan penyakit menular yang perlu diwaspadai

karena dapat menimbulkan wabah, serta tingginya mobilitas masyarakat yang sejalan

dengan tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai daerah di

Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya,terjadi peningkatan

angka kesakitan (incidence rate / IR) dan peningkatan jumlah wilayah yang terjangkit DBD

dari tahun ke tahun, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di berbagai daerah

di Indonesia.2Jumlah kasus DBD cenderung meningkat mulai awal tahun dan mencapai

puncaknya pada bulan Maret dan April.

Demam Berdarah Dengue (DBD)merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

virus Dengue. Virus ini termasuk dalam Arthropod borne virus (Arboviruses), genus flavivirus,

yang terdiri dari 4 serotipe, yaitu serotipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya

ditemukan di seluruh Indonesia. Virus tersebut ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus

DKI Jakarta sendiri merupakan salah satu provinsi yang menyumbangkan angka

kesakitan paling banyak. Pada tahun 2011, didapatkan IR di DKI Jakarta sebanyak

202,4/100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) sebesar 0,2 % sedangkan IR di Jakarta

Utara sebanyak 168/100.000 penduduk. Jumlah kasus DBD di Kecamatan Tanjung Priuk juga

terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2009. Pada tahun 2007 sebanyak 1318

kasus, 2008 sebanyak 1113, 2009 sebanyak 1161. Tahun 2010 sampai sekarang jumlah kasus

di Kecamatan Tanjung Priuk mengalami penurunan, yaitu tahun 2010 sebanyak 1330 kasus

dan tahun 2011 sebanyak 631.1

Dalam upaya mengatasi demam berdarah di kebon baru, dilakukannya kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ). PSN merupakan cara pemberantasan yang lebih

aman, murah dan sederhana. Oleh sebab itu kebijakan pemerintah dalam pengendalian

1

Page 2: DBD Mini Contoh

vektor DBD lebih menitikberatkan pada program ini, walaupun cara ini sangat tergantung

pada peranserta masyarakat. Bentuk peranserta masyarakat lain yang diharapkan dapat

meningkatkan ABJ (Angka Bebas Jentik) adalah dengan mengikutsertakan ketua Rukun

tetangga (RT). Ketua RT diharapkan mampu memotivasi warganya untuk mengamati

keberadaan jentik di rumah masing-masing, kemudian menuliskan hasilnya ke form jentik

dan menyerahkan form tersebut kepada ketua RT. Peranserta aktif dari pemilik rumah,

diharapkan mampu meningkatkan ABJ di lingkungan masing-masing. Pada penelitian ini,

akan dilakukan analisis data untuk melihat adanya hubungan antara laporan ABJ dengan

frekuensi jumlah kasus di kelurahan Kebon Baru periode Febuari – April 2015 2

I.2 RUMUSAN MASALAH

Dengan berlandaskan kondisi yang telah dipaparkan di latar belakang, maka

muncul keingintahuan peneliti yang dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan

berikut:

a. Berapa Jumlah penderita DBD di Kelurahan Kebon Baru ?

b. Berapa ABJ ( Angka Bebas Jentik ) setiap RW dalam PSN dan apakah sudah

mencapai target?

c. Apakah terdapat hubungan antara ABJ dengan frekuensi jumlah kasus DBD ?

d. Berapa HI ( House Index ) RW di kelurahan kebon baru

e. Apakah terdapat hubungan antara HI dan frekuensi kasus DBD

I.3 TUJUAN

I.3.1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui frekuensi jumlah kasus DBD di Kelurahan Kebon Baru

Bulan Febuari – April 2015

2

Page 3: DBD Mini Contoh

b. Untuk mengetahui ABJ setiap RW di Kelurahan Kebon Baru periode bulan

Febuari – April 2015

c. Untuk mengetahui HI setiap RW di Kelurahan Kebon Baru periode bulan

Febuari – April 2015

I.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi :

a. Adanya hubungan antara ABJ dengan frekuensi jumlah kasus DBD di

Kelurahan Kebon Baru

b. Adanya hubungan antara HI dengan frekuensi jumlah kasus DBD di kelurahan

Kebon Baru

I.4 MANFAAT

1.4.1 Bagi masyarakat

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat

dalam melaksanakan program PSN di Kelurahan Kebon Baru

1.4.2 Bagi peneliti

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis

dalam meneliti secara langsung di lapangan.

b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program internsip

dokter umum Indonesia.

1.4.3 Bagi Puskesmas Kebon Baru

a. Memberi gambaran mengenai frekuensi jumlah kasus DBD di Kelurahan

Kebon Baru periode bulan Febuari – April 2015

3

Page 4: DBD Mini Contoh

b. Memberi gambaran mengenai tingkat ABJ dan HI pada Kelurahan Kebon

Baru periode bulan Febuari – April 2015

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu puskesmas dalam

mensukseskan program PSN dan menjalankan program PSN yang semakin

terintregasi

4

Page 5: DBD Mini Contoh

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini

dapat terjadi pada semua kelompok umur terutama pada anak-anak

2.2 Proses Timbulnya Penyakit DBD

2.2.1 Demam Dengue

Demam dengue adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari dengan dua atau

lebih manifestasi gejala, seperti : nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, ruam pada

kulit, manifestasi perdarahan, dan leukopenia serta di tunjang dengan pemeriksaan

laboratorium serologis IgM dan IgG

2.2.2. Demam Berdarah Dengue

Gejala yang di timbulkan antara lain demam yang tinggi (380C – 400C),

manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai

timbulnya renjatan ( sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma

yang dapat menyebabkan kematian. Trombositopenia dengan hemokonsetrasi

secara bersamaan adalah temuan laboratorium klinis khusus dari DBD

2.2.3. Dengue Shock Syndrome

Dengue shock syndrom merupakan suatu keadaan yang sangat buruk,

penderita DBD dalam keadaan apapun perlu mendapatkan perawatan dan

5

Page 6: DBD Mini Contoh

pemantauan yang serius, terutama jika demam mendadak turun. Selain menjadi

indikasi kesembuhan, penurunan suhu tubuh sering menjadi gejala awal penderita

memasuki tahap dengue shock syndrome.

Tanda khas dari dengue shock syndrome antara lain kulit menjadi dingin,

kongesti, sianosis, nadi cepat, letargi kemudian menjadi gelisah dan dengan cepat

memasuki tahap kritis dari shock. Gejala yang sering sebelum shock adalah nyeri

perut akut. Pasien yang shock dalam bahaya kematian bila pengobatan yang tepat

tidak segera diberikan. Penderita akan sembuh dengan cepat setelah terapi

penggantian volume yang tepat

2.3. Vektor Penularan DBD

Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus

Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Aedes Aegypti merupakan

vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di pedesaan (daerah

rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan. Namun

Aedes Aegypti berkembang biak di tempat lembab dan genangan air bersih.

Sedangkan Aedes albopictus berkembang biak di lubang-lubang pohon, dalam

potongan bambu dan genangan air lainnya

2.3.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti. 9

Telur→ Jentik→ Kepompong→Nyamuk dewasa

6

Page 7: DBD Mini Contoh

Gambar 1. Siklus Hidup nyamuk 10

Perkembangan sempurna dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa kira-kira 8 – 10 hari.

Stadium telur

Nyamuk betina dewasa, bertelur pada dinding container yang basah, di atas

permukaan air. Telur nyamuk keras dan menempel erat pada dinding container

seperti lem dan dapat bertahan hingga 8 bulan tanpa air dalam musim dingin. Hanya

diperlukan sedikit air untuk telur dapat menetas dan menjadi sumber jentik

7

Page 8: DBD Mini Contoh

Gambar 2. Stadium telur

Stadium larva

Hanya diperlukan sedikit air yang diperlukan oleh telur untuk menetas menjadi larva

( air yang dibutuhkan hanya sampai menutup permukaan telur ). Larva akan memakan

mikroorganisme dalam container, molting tiga kali lalu metamorfosis menjadi pupa

Gambar 3. Stadium larva nyamuk

Stadium pupa

Pada stadium ini akan terjadi proses pembentukan tubuh dari nyamuk dewasa dan

akan meninggalkan air.

8

Page 9: DBD Mini Contoh

Gambar4. Stadium pupa

Stadium dewasa

Setelah mencapai tahap ini maka nyamuk akan mencari makan. Nyamuk jantan

dewasa maka akan menghisap nectar dari bunga, dewasa betina akan menghisap

darah dari manusia dan hewan untuk bereproduksi. Nyamuk dapat terbang dari 1

hingga 1.5 mil/jam.

Gambar 5. Stadium nyamuk dewasa

9

Page 10: DBD Mini Contoh

2.4. Cara Penularan DBD

Gambar 1.1 Cara penularan DBD

Virus Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti, nyamuk Aedes aegypti tersebut dapat mengandung virus Dengue pada saat

menggigit manusia yang sedang mengalami Viremi. Kemudian virus yang berada di

kelenjer liur akan berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation

period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada gigitan berikutnya.

Di tubuh manusia, virus membutuhkan waktu masa tunas 4-6 hari (intrinsic

incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada

nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami

viremia.

2.5. Gejala Klinis DBD3

Infeksi Dengue memiliki gambaran klini yang luas. Perjalanan klinis mulai dari asimtomatik

yang akan sembuh dengan sendirinya sampai dengan infeksi Dengue yang berat yang

ditandai dengan kebocoran plasma dengan atau tanpa perdarahan.

Kriteria WHO (2009):

1. Suspek Infeksi Dengue ialah penderita demam tinggi mendadak tanpa sebab

10

Page 11: DBD Mini Contoh

yang jelas berlangsung selama 2-7 hari dan disertai dengan 2 atau lebih tanda tanda : mual,

muntah, bintik perdarahan, nyeri sendi, tanda-tanda perdarahan :

sekurang-kurangnya uji tourniquet (Rumple Leede) positif, leucopenia dan

trombositopenia. Infeksi Dengue dapat bermanifestasi 2 macam yaitu infeksi Dengue Ringan

dan Berat.

Tanda-tanda yang mengarah kepada infeksi Dengue Berat adalah :

• Nyeri abdominal

• Muntah yang terus menerus

• Tanda-tanda kebocoran plasma (asites, efusi pleura)

• Perdarahan mukosa (epistaksis, gusi)

• Letargi

• Pembesaran hati > 2 cm

• Pemeriksaan Lab. : Peningkatan hematokrit dan penurunan trombosi

Catatan : DD ditegakkan setelah melewati masa kritis (saat demam turun) dengan

dasar nilai hematokrit normal atau tidak ditemukan adanya kebocoran plasma

sistematik. Pasien dapat dipulangkan setelah diobservasi dalam waktu 24 jam

setelah melewati masa kritis.

2. Demam Dengue (DD) ialah demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta seperti

sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata, pegal, nyeri sendi ( athralgia ), rash, mual, muntah

dan manifestasi perdarahan. Dengan hasil laboratorium leucopenia ( lekosit < 5000 /mm3 ),

jumlah trombosit cenderung menurun < 150.000/mm3 dan didukung oleh pemeriksaan

serologis.

11

Page 12: DBD Mini Contoh

3. Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah demam 2 - 7 hari disertai dengan

manifestasi perdarahan, Jumlah trombosit < 100.000 /mm3, adanya tanda tanda

kebocoran plasma (peningkatan hematokrit ≥ 20 % dari nilai normal, dan/atau efusi

pleura, dan/atau ascites, dan/atau hypoproteinemia/ albuminemia) dan atau hasil

pemeriksaan serologis pada penderita tersangka DBD menunjukkan hasil positif atau terjadi

peninggian (positif) IgG saja atau IgM dan IgG pada pemeriksaan dengue rapid test

(diagnosis laboratoris).

4.Sindrom Syok Dengue (SSD) ialah kasus DBD yang masuk dalam derajat III

dan IV dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan

lemah, menyempitnya tekanan nadi (≤ 20 mmHg) atau hipotensi yang ditandai dengan kulit

dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah sampai terjadi syok berat (tidak terabanya

denyut nadi maupun tekanan darah).

Derajat Beratnya Penyakit DBD3

Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat:

Derajat I : Demam dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji Tourniquet positif.

Derajat II : Terdapat perdarahan spontan antara lain perdarahan kulit (petekie), perdarahan

gusi, epistaksis atau perdarahan lain. (mesntruasi berlebihan, perdarahan saluran cerna).

Derajat III : Derajat I atau II disertai kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan

nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin

dan lembab, dan anak tampak gelisah.

Derajat IV : Seperti derajat III disertai Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba

dan tekanan darah tidak terukur.

12

Page 13: DBD Mini Contoh

2.6. Tata Laksana DBD4

2.6.1. Kasus DBD yang diperbolehkan berobat jalan.

Penderita diperbolehkan berobat jalan jika hanya mengeluh panas, tetapi

keinginan makan dan minum masih baik. untuk mengatasi panas diperbolehkan

memberikan obat panas paracetamol. Sebagian besar kasus DBD yang berobat jalan

ini adalah kasus DBD yang menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan hari

kedua.

2.6.2. Kasus DBD derajat I dan II

Pada hari ke-3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini

mempunyai resiko terjadinya shock.

2.6.3. Kasus DBD derajat III dan IV

Dengue shock syndrome termasuk kasus kegawatan yang membutuhkan

penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara cepat.

Biasanya di jumpai kelainan asam basa dan elektrolit.

2.7. Epidemiologi DBD4

Epidemi dengue dilaporkan sepanjang abad kesembilan belas dan awal abad

keduapuluh di Amerika, Eropa selatan, Afrika utara, Mediterania timur, Asia,

Australia, dan pada beberapa pulau di Samudra India, Pasifik selatan dan tengah

serta Karibia.

Kejadian luar biasa penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dicatat

pertama kali terjadi di Australia pada tahun 1897. Penyakit perdarahan serupa juga

berhasil dicatat pada tahun 1928 saat terjadi epidemik di Yunani. Kejadian luar biasa

pertama penyakit Demam Berdarah Dengue di Asia ditemukan di Manila pada tahun

1954. Pada tahun 1958 terjadi Kejadian Luar Biasa penyakit Demam Berdarah

13

Page 14: DBD Mini Contoh

Dengue “Thai” yang ditemukan di Bangkok-Thonburi dan sekitarnya. Tahun 1960 di

Singapura ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue dalam jumlah yang lebih

banyak lagi dengan hasil isolasi virus dengue menunjukkan tipe 1dan 2.

Kejadian Luar Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue terjadi juga di wilayah

Asia lainnya. Virus dengue tipe 1 dan 4 telah diisolasi dari penderita di kamboja pada

tahun1961. Di Penang, Malaysia Barat, penyakit Demam Berdarah Dengue ini

pertama kali ditemukan pada tahun 1962

Tahun 1968, empat belas tahun sesudah kejadian Luar Biasa pertama di

Manila, Demam Berdarah Dengue dilaporkan untuk pertama kalinya di Indonesia

yaitu berupa Kejadian Luar Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue di Jakarta dan

Surabaya mencatat 58 kasus DBD dengan 24 kematian (CFR=41,5%). Pada tahun

beriktnya kasus DBD menyebar ke lain Kota yang ada di Indonesia dan di laporkan

meningkat setiap tahunnya.

Sejak tahun 1994, seluruh propinsi di Indonesia telah melaporkan terjadinya

kasus DBD dan daerah tingkat II yang melaporkan terjadinya kasus DBD juga

meningkat. Namun angka kematian menurun tajam dari 41,3% tahun 1968 menjadi

3% tahun 1984 dan seja tahun 1991 CFR stabil dibawah 3% .

Selama tahun 2003 di Indonesia tercatat 51.516 kasus (IR= 23,87; CFR= 1,5%);

tahun 2004 tercatat 79.462 kasus (IR= 37,11; CFR= 1,2%); tahun 2005 tercatat 95.279

kasus (IR= 43,42; CFR= 1,36%); tahun 2006 tercatat 114.656 kasus (IR= 52,48; CFR=

1,04%); dan tahun 2007 tercatat 158.115 kasus (IR= 71,78; CFR= 1,01%);tahun 2008

tercatat 137.469 kasus (CFR 0,86%);tahun 2009 tercatat 158.912 kasus

(IR=35,7;CFR=0,89%).

14

Page 15: DBD Mini Contoh

Tahun 2008 propinsi Jambi melaporkan CFR Demam Berdrah Dengue sebesar

3,67% dengan isiden rate 8,64 per 100.000 penduduk, mengalami penurunan pada

tahun 2009 dengan CFR 2,12%, Insiden Rate 7,96 per 100.000 penduduk. Propinsi

lampung tahun 2008 melaporkan CFR Demam Berdarah Dengue sebesar 0,83%

dengan Insiden Rate 68,83 per 100.000 penduduk, mengalami penurunan pada

tahun 2009 ( IR= 24,85; CFR= 1,07%). Propinsi DKI Jakarta tahun 2008 (IR= 317,09;

CFR= 0,09%) mengalami penurunan pada tahun 2009 (IR= 312,65; CFR=0,11%).

2.8. Pencegahan DBD5

Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara utama

yang dilakukan untuk memberantas DBD, karena vaksin untuk mencegah dan obat

untuk membasmi virusnya belum dipakai di Indonesia

2.8.1. Pencegahan Primer6

Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada

periode pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit.

a. Host (Manusia)

Dapat dilakukan dengan cara membangun tubuh agar memiliki daya tahan

yang kuat, sekalipun terajangkit virus Dengue penyakitnya tidak terlalu berat. Tidak

ada diet atau makanan khusus yang bisa mencegah tubuh terhadap ancaman virus

Dengue, makanan bergizi khususnya yang berpotensi tinggi baik untuk meningkatkan

daya tahan tubuh , istirahat, olahraga dan mencegah gigitan nyamuk juga penting

untuk dilakukan.

b. Agent (Virus Dengue)

15

Page 16: DBD Mini Contoh

Belum ada obat yang dapat membunuh virus Dengue, virus Dengue belum

dapat dibasmi. Maka satu-satunya cara dengan memotong rantai penularan penyakit

DBD, dengan membasmi vektornya. Virus Dengue berada dalam tubuh nyamuk

sepanjang hidup nyamuk, jika nyamuk mati dengan sendirinya virus Dengue akan

ikut mati. Sekalipun mungkin virusnya masih bisa hidup, diluar tubuh nyamuk

bukanlah habitat virus Dengue sehingga virus dapat bertahan hidup.

c. Environment (Lingkungan)

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain

dengan pemberantasan nyamuk dewasa dan jentik nyamuk.

1. Pemberantasan Nyamuk Dewasa

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan

cara penyemprotan dengan insektisida. Penyemprotan tidak di

lakukan di dinding seperti pada pemberantasan nyamuk penular

malaria, tetapi pada bendabenda yang bergantungan karena

nyamuk mempunyai kebiasaan hinggap pada bendabenda

bergantungan.

2. Pemberantasan Jentik

Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal

dengan istilah pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah

Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara:

a. Fisik

Cara ini dikenal dengan kegitan 3M yaitu: Menguras bak

mandi, bak WC, dan lain lain; Menutup tempat penampungan air

16

Page 17: DBD Mini Contoh

rumah tangga; serta Mengubur barangbarang bekas yang

menampung air.

b. Kimia

Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan

menggunakan insektisida pembasmi jentik ini antara lain dikenal

dengan istilah larvasidasi.

c. Biologi

Misalnya memelihara ikan pemakan jentik, seperti ikan kepala

timah, ikan gupi, ikan cupang/tempalo dan lain-lain.

2.8.2. Pencegahan Sekunder6

Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belangsung (awal

periode patogenesis) dengan tujuan proses penyakit yang tidak berlanjut,

pencegahan sekunder meliputi :

Diagnosis dini dan pengobatan segera

a. Diagnosis Dini

Diagnosa demam berdarah dengue ditegakkan dari gejala klinis dan hasil

pemeriksaan darah (laboratorium).

Gejala Klinis :

1. Demam tinggi mendadak bersifat akut 2-7 hari

2. Manifestasi hemoragi (sedikitnya tes tourniket positif)

3. Hepatomegali

4. Shock

Temuan laboratorium :

a. Trombositopenia

17

Page 18: DBD Mini Contoh

(100.000/µl atau kurang), nilai trombosit normal 150.000/µl –

450.000/µl.

b. Hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit sedikitnya 20% diatas rata-rata), persentase

hematokrit normal 37% - 47%.

Dua dari observasi klinis, ditambah satu temuan laboratorium atau

sedikitnya peningkatan hematokrit, cukup untuk menentukan diagnosa DBD.

Bila patokan hemokonsentrasi dan trombositopeni menurut kriteria WHO

dipakai secara murni maka banyak penderita DBD yang tidak terjaring dan

luput dari pengawasan. Dalam kenyataan di klinik tidak mungkin mengukur

kenaikan hemokosentrasi pada saat penderita pertama kali datang sehingga

nilai hematokritlah yang dapat dipakai sebagai pegangan. Penelitian pada

penderita DBD berkesimpulan nilai hematokrit≥ 40% dapat dipakai sebagai

pet unjuk adanya hemokosentrasi dan selanjutnya diperhatikan kenaikannya

selama pengawasan.

b. Pengobatan Segera

Terhadap virus Dengue tidak ada obat yang spesifik untuk memberantasnya

pengobatan ditujukan untuk mengatasi akibat perdarahan atau shock dan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh penderita serta terapi simtomatik untuk

mengurangi gejala dan keluhan penderita. Keberhasilan tatalaksana DBD terletak

pada bagian mendeteksi secara dini fase kritis yaitu saat suhu turun yang merupakan

fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi klinis disertai

pemantauan perembesan plasma dan gangguan hemostasis. Fase kritis umumnya

terjadi pada hari ketiga sakit. Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatik

18

Page 19: DBD Mini Contoh

dan suportif. Tujuan pengobatan itu sendiri adalah untuk mengganti cairan

intravaskuler (volume plasma) yang hilang dalam memperbaiki keadaan umum

penderita, jenis tindakan pengobatan yang harus segera dilakukan adalah penggatian

cairan tubuh, dengan cara Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter sampai 2 liter

air dalam 24 jam. Air yang dapat diberikan antara lain teh manis, sirup, air gula, air

buah dan oralit.

2.8.3. Pencegahan Tersier7

Upaya yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir periode

patogenesisi) dengan tujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan

rehabilitasi. Pencegahan tersier dapat dilakuka dengan cara : Pemberian cairan

intravena diberikan pada kondisi penderita tidak memungkinkan untuk diberikan

cairan melalui oral, antipiretik seperti parasetamol diberikan jika diperlukan. Oksigen

tambahan dapat diberikan pada penderita dengan renjatan disertai sianosis, dan

pemberian antibiotik jika diduga ada infeksi sekunder. Transfusi darah diberikan

pada keadaan manifestasi perdarahan yang nyata.

2.9 Ukuran Kepadatan Populasi Penular8

2.9.1 Survei Nyamuk

Survei nyamuk dilakukan dengan cara penangkapan nyamuk dengan umpan manusia

di dalam dan di luar rumah, masing-masing selama 20 menit per rumah dan

penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah yang sama.

Penangkapan nyamuk biasanya menggunakan alat yang bernama aspirator. Setelah

nyamuk ditangkap dan terkumpul, kemudian nyamuk dihitung dengan menggunakan

indeks biting/landing rate dan resting per rumah. Apabila ingin diketahui rata-rata

19

Page 20: DBD Mini Contoh

umur nyamuk di suatu wilayah, dilakukan pembedahan perut nyamuk yang

ditangkap untuk memeriksa keadaan ovariumnya dengan menggunakan mikroskop.

2.9.2 Survei Jentik (Pemeriksaan Jentik)

Survei jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan

nyamuk Aedes aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada

tidaknya jentik.

2. Jika memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar seperti bak

mandi, tempayan, drum dan bak penampungan air lainnya, jika pandangan pertama

tidak menemukan jentik maka harus ditunggu selama ½-1 menit untuk memastikan

bahwa benar jentik tidak ada.

3. Jika memeriksa tempat penampungan air yang berukuran kecil seperti vas bunga,

pot tanaman dan botol yang airnya keruh, maka airnya perlu dipindahkan ke tempat

lain.

4. Ketika memeriksa jentik di tempat yang agak gelap atau airnya keruh, maka

digunakan senter.

3. Pencegahan dan Pengendalian Vektor DBD9

Vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu

infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (Pengendalian vektor

merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau menekan populasi vektor

serendah-rendahnya sehingga tidak berarti lagi sebagai penular penyakit dan

menghindarkan terjadinya kontak antara vektor dan manusia

20

Page 21: DBD Mini Contoh

Upaya pencegahan tidak harus dilakukan manakala kita sudah benar-benar sakit.

Tetapi, upaya pencegahan harus dilakukan jauh sebelumnya yaitu pada kondisi sehatpun

harus ada upaya yang positif. Tindakan pencegahan merupakan upaya untuk memotong

perjalanan riwayat alamiah penyakit pada titik-titik atau tempat-tempat yang paling

berpotensi menyebabkan penyakit atau sumber penyakit

Pencegahan penyakit DBD dapat dilakukan dengan cara mengendalikan nyamuk

Aedes aegypti sebagai vektor utama DBD. Pencegahan yang efektif seharusnya dilaksanakan

secara integral bersama-sama antara masyarakat, pemerintah dan petugas kesehatan.

Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara utama yang

dilakukan untuk memberantas DBD karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk

membasmi virusnya belum tersedia. Sasaran pemberantasan DBD dapat dilakukan pada

nyamuk dewasa dan jentik. Upaya pemberantasan meliputi:

a. Pencegahan dengan cara menguras, menutup, dan mengubur atau dikenal dengan

gerakan 3 M, yaitu:

1. Menguras tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya

seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

3. Mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung

air hujan seperti kaleng bekas, plastik, dll.

b. Pemberantasan vektor/nyamuk, penyemprotan/fogging fokus pada lokasi yang

ditemui kasus

c. Kunjungan ke rumah-rumah untuk pemantauan jentik dan abatisasi

d. Penyuluhan dan kerja bakti melakukan 3 M

21

Page 22: DBD Mini Contoh

Kegiatan PSN DBD selain dilakukan dengan cara 3 M, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia juga mencanangkan 3 M plus yaitu 3 M ditambah dengan:

a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang

sejenis seminggu sekali

b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak

c. Menutup lubang-lubang atau potongan bambu/pohon dengan tanah atau lain

d. Menaburkan bubuk larvasida misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras

e. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air

f. Memasang kawat kasa

g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar

h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai

i. Menggunakan kelambu

j. Memakai obat nyamuk yang dapat mencegah dari gigitan nyamuk .

3. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) 9

Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan

nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau kader

atau petugas pemantau jentik (jumantik) (Depkes RI, 2010: 2). Program ini bertujuan untuk

melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD dan memotivasi keluarga atau

masyarakat dalam melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD. PSN DBD adalah

kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD di tempat

perkembangbiakannya.

Program PJB dilakukan oleh kader, PKK, jumantik atau tenaga pemeriksa jentik lainnya.

Kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk termasuk memotivasi masyarakat dalam

22

Page 23: DBD Mini Contoh

melaksanakan PSN DBD. Dengan kunjungan yang berulangulang disertai dengan penyuluhan

masyarakat tentang penyakit DBD diharapkan masyarakat dapat melaksanakan PSN DBD

secara teratur dan terus-menerus. Tata cara pelaksanaan PJB yaitu:

1. Dilakukan dengan cara mengunjungi rumah-rumah dan tempat-tempat umum

untuk memeriksa Tempat Penampungan Air (TPA), non-TPA dan tempat

penampungan air alamiah di dalam dan di luar rumah atau bangunan serta

memberikan penyuluhan tentang PSN DBD kepada keluarga dan masyarakat

2. Jika ditemukan jentik, anggota keluarga atau pengelola tempat-tempat umum

diminta untuk ikut melihat atau menyaksikan kemudian lanjutkan dengan PSN

DBD (3 M atau 3 M plus)

3. Memberikan penjelasan dan anjuran PSN DBD kepada keluarga dan petugas

kebersihan tempat-tempat umum

4. Mencatat hasil pemeriksaan jentik di Kartu Jentik Rumah/Bangunan yang

ditinggalkan di rumah yang diperiksa serta pada Formulir Juru Pemantau Jentik (JPJ-

1) untuk pelaporan ke puskesmas dan dinas yang terkait lainnya.

5. Berdasarkan hasil pemantauan yang tertulis di formulir JPJ-1 maka dapat

dicari ABJ dan dicatat di formulir JPJ-2.

4. Pemberdayaan Masyarakat9

Pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau meningkatkan

kemandirian masyarakat. Dalam pemberdayaan masyarakat hal yang terutama adalah

adanya partisipasi masyarakat yaitu keterlibatan masyarakat dalam pembangunan, meliputi

kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek

pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta

masyarakat dalam pembangunan pedesaan merupakan aktualisasi dari kesediaan dan

23

Page 24: DBD Mini Contoh

kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi

program yang dilaksanakan

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan sangatlah penting untuk mencegah

penyakit, meningkatkan usia hidup dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Untuk

mencapai tujuan tersebut perlu adanya upaya pengorganisasian masyarakat yang pada

hakikatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya yang ada di dalam

masyarakat itu sendiri melalui upaya preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif kesehatan

mereka sendiri

Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang

bersifat persuasif dan melalui memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan,

merencanakan, serta memecahkan masalah dengan menggunakan sumber daya/potensi

yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat. Tujuan

pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan antara lain:

1. Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan

individu, kelompok dan masyarakat

2. Manimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu

tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka

3. Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya perilaku

sehat Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat adalah pembentukan jumantik.

Jumantik merupakan warga masyarakat setempat yang telah dilatih oleh petugas

kesehatan mengenai penyakit DBD dan upaya pencegahannya sehingga mereka dapat

mengajak masyarakat seluruhnya untuk berpartisipasi aktif mencegah penyakit DBD. Tujuan

pembentukan jumantik agar dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan

24

Page 25: DBD Mini Contoh

keluarga untuk membiasakan diri dalam menjaga kebersihan lingkungan, terutama tempat-

tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk penular DBD. Syarat-syarat yang harus dipenuhi

untuk menjadi jumantik sebagai berikut:

1) Bertempat tinggal di daerah yang bersangkutan

2) Usia produktif (15-64 tahun)

3) Sehat jasmani maupun rohani

4) Dapat membaca dan menulis dengan tingkat pendidikan minimal lulus SD

5) Mampu berkomunikasi dengan baik dan jelas

6) Mampu menjadi motivator

7) Mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik

25

Page 26: DBD Mini Contoh

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan studi cross sectional, yaitu Studi epidemiologi yang

mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan dengan

mengamati status paparan, penyakit atau outcome lain secara serentak pada individu-

individu dari suatu populasi pada suatu saat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

distribusi kasus DBD di Kelurahan Kebon Baru dan untuk mengetahui hubungan antara nilai

ABJ dengan frekuensi kasus DBD di Kelurahan Kebon Baru dan HI dengan frekuensi kasus

DBD di Kelurahan Kebon Baru.

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kebon Baru Periode Febuari – April 2015

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

III.3.1 POPULASI PENELITIAN

Populasi target dalam penelitian ini adalah semua penduduk di Kelurahan

Kebon Baru yang berdomisili di Kebon Baru dari periode bulan Febuari – April 2015.

3.4 VARIABEL PENELITIAN

3.4.1 VARIABEL BEBAS

- Nilai ABJ dari Kelurahan Kebon Jeruk periode bulan Febuari – April 2015

- Nilai HI dari Kelurahan Kebon Jeruk periode bulan Febuari – April 2015

3.4.2 VARIABEL TERGANTUNG

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah angka frekuensi kasus DBD

dari Kelurahan Kebon Jeruk periode bulan Febuari – April 2015

26

Page 27: DBD Mini Contoh

3.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

3.5.1 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data diperoleh dari laporan rekapitulasi kegiatan PSN di tujuh tatanan,

formulir rekapitulasi dan monitoring PSN -30M Wil. Kec Tebet. Data kasus DBD per

RW Kebon Baru 2015

.

3.6 METODE PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

3.6.1 TEKNIK PENGOLAHAN DATA

- Pengolahan Data (editing)

Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat di

proses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data

sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera

dilaksanakan.

- Pengkodean (Coding)

Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya,

menjadi bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.

- Pemasukan Data (Entry)

Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.

- Pembersihan Data (Cleaning data)

Data yang telah di masukan kedalam komputer diperiksa kembali untuk

mengkoreksi kemungkinan kesalahan.

3.6.2 TEKNIK ANALISIS DATA

Pada penelitian ini digunakan analisa biavariat. Analisa bivariat merupakan

analisa yang dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian.

27

Page 28: DBD Mini Contoh

BAB IV

HASIL PENELITIAN

IV.1 KEADAAN GEOGRAFIS

Kelurahan Kebon Baru merupakan salah satu dari tujuh Kelurahan Kecamatan

Tebet dalam lingkungan Kotamadya Jakarta Selatan dengan luas wilayah 129,66 Ha

yang terdiri dari 14 RW, 153 RT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Utara : Kel. Bukit Duri

Selatan: Kel. Cikoko

Barat : Kel. Tebet Timur

Timur : Kel. Bidara Cina

Dengan jumlah penduduk tahun 2014 : 41.272 orang

Gambar 1. Peta Kelurahan Kebon Baru

28

Page 29: DBD Mini Contoh

IV.2 KEADAAN DEMOGRAFIS

IV.2.1 LUAS WILAYAH

No RW RT LUAS

1 1 10 7 HA

2 2 10 7 HA

3 3 10 27,66 HA

4 4 17 10 HA

5 5 9 4,5 HA

6 6 11 5,5 HA

7 7 14 7,5 HA

8 8 9 7 HA

9 9 10 7,5 HA

10 10 10 8 HA

11 11 10 9 HA

12 12 11 7 HA

13 13 12 8 HA

14 14 10 14 HA

TOTAL 14 153 129,66 HA

IV.2.2 JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2014

Jumlah penduduk : 41.272 orang

Status warga Negara :

WNI : 41.268 orang

WNA : 4 orang

Jenis kelamin :

o Perempuan : 20.899 orang

o Laki-laki : 20.373 orang

Kepadatan penduduk : 4 orang

29

Page 30: DBD Mini Contoh

Jumlah KK : 12.499 KK

IV.2.3 JUMLAH PENDUDUK MENURUT GOLONGAN USIA DI

KELURAHAN KEBON BARU TAHUN 2014

Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 1676 1616 3292

5-9 1951 1718 3669

10-14 1656 1627 3265

15-19 1586 1445 3031

20-24 1897 1767 3664

25-29 1729 1839 3568

30-34 1706 1899 3605

35-39 2013 1909 3922

40-44 1991 1847 3838

45-49 1425 1245 2670

50-54 1071 1079 2150

55-59 790 790 1580

60-64 585 617 1202

65-69 375 441 816

70-74 244 286 532

75- keatas 202 246 448

20.899 20.373 41.272

30

Page 31: DBD Mini Contoh

No. Keterangan

Kelompok Umur

( tahun ) Jumlah

1 Bayi 0-12 bulan 2400

2 Usia balita 13-60 bulan 2044

3 Usia sekolah 5-20 tahun 13629

4 Usia lanjut >60tahun 2998

5 Wanita Usia Subur 15-49 tahun 24298

6 Pasangan Usia Subur 4701

IV.2.4 TARGET KESEHATAN

31

Page 32: DBD Mini Contoh

IV.3 SUMBER DAYA KESEHATAN YANG ADA DI PUSKESMAS KEBON BARU

TAHUN 2014

IV.3.1 DATA KEPEGAWAIAN

NO TENAGA KESEHATAN

GOL/ STATUS KEPEGAWAIAN

PNS HONORER

1 Dokter Umum 2 / III C/ III B

2 Bidan 1 / III C

3 Perawat I / III D

4 Perawat I / II C

5 Dokter Gigi 1

6 Bidan 1

7 Perawat 1

8 Gizi 1

9 Asisten Apoteker 1

10 Tata Usaha 1

11 Loket 1

12 Cleaning Service 1

13 Penjaga Malam 1

JUMLAH 5 9

IV.4 SARANA PELAYANAN KESEHATAN

Puskesmas Kelurahan : 1

Bidan Swasta : 8

Praktek dokter umum : 9

Praktek dokter gigi : 2

Balai pengobatan swasta : 8

32

Page 33: DBD Mini Contoh

Apotik : 1

Posyandu : 20

Puskesmas Kelurahan Kebon Baru memiliki prasarana terdiri dari :

a. Luas tanah : 207m2

b. Luas bangunan : 116m2

No. Keterangan Jumlah

1 Daya Listrik 7700 watt

2 PAM dan Jet PAM 1 unit

3 Telepon 1 unit

4 Komputer 3 unit

5 Printer 2 unit

6 Sepeda motor 1 unit

33

Page 34: DBD Mini Contoh

IV.5 PREVALENSI KASUS DBD DI KELURAHAN KEBON BARU PERIODE

FEBRUARI – APRIL 2015

Bulan

RW

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14Jumlah

Februari 1 1 1 3Maret 3 2 1 1 1 8April 3 2 1 1 2 9Total 6 3 1 3 2 2 3

IV.6 TABEL DISTRIBUSI ABJ DI RW KELURAHAN KEBON BARU PERIODE

FEBUARI – APRIL 2015

RW 01 ABJ PSN

Bulan 1 2 3 4ABJ total

ABJ rata2

Febuari 96.52 96.47 95.6tidak ada 288.59 96.19667

Maret 96.

87 96.

28 97.55 96.75 387.45 96.8625

April 97.13 97.12 97.75tidak ada 292 97.33333

rata-rata 96.7975

RW02 ABJ PSN

Bulan 1 2 3 4ABJ total

ABJ rata2

Febuari 95.6 94.46 95.56 94.48 380.1 95.025Maret 94.48 95.3 95.42 94.79 379.99 94.9975

April 95.43 96.3 95.33tidak ada 287.06 95.68667

rata-rata 95.23639

34

Page 35: DBD Mini Contoh

RW03 ABJ PSN

Bulan 1 2 3 4ABJ total

ABJ rata2

Febuari 0 96.1tidak ada 98.79 194.89 97.445

Maret 0 95.75 97.17tidak ada 192.92 96.46

Apriltidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

Rata-rata 96.9525

RW04 ABJ PSN

Bulan 1 2 3 4ABJ total

ABJ rata2

Febuari 98.35 98.83 98.56 98.79 394.53 98.6325Maret 98.33 98.59 98.51 98.51 393.94 98.485

April 99.41 97.79tidak ada

tidak ada 197.2 98.6

Rata-rata 98.5725

RW05 ABJ PSN

Bulan 1 2 3 4ABJ total

ABJ rata2

Febuari 100 100 100 100 100 100Maret 100 100 100 100 100 100

April 100 100tidak ada

tidak ada 100

Rata-rata 100

RW06 ABJ PSN

Bulan 1 2 3 4ABJ total

ABJ rata2

Febuari 99.28 99.74 99.48 99.75 398.25 99.5625Maret 100 99.5 99.48 99.48 398.46 99.615

April 100 99.74 97.49tidak ada 297.23 99.07667

99.41806

35

Page 36: DBD Mini Contoh

RW07 ABJ PSN

Bulan 1 2 3 4ABJ total

ABJ rata2

Febuari 98.94 99.37 99.79 99.58 397.68 99.42Maret 99.36 99.36 99.55 99.79 398.06 99.515

April 99.79 99.37 99.79tidak ada 298.95 99.65

Rata-rata 99.52833

RW08 ABJ PSN

Bulan 1 2 3 4ABJ total

ABJ rata2

Febuari 98.53 97.68 98.53 98.28 393.02 98.255Maret 97.02 98.82 98.53 98.19 392.56 98.14

April 100 98.36 98.23tidak ada 296.59 98.86333

Rata-rata 98.41944

RW09 ABJ PSN

Bulan 1 2 3 4ABJ total

ABJ rata2

Febuari 97.63 97.7 97.13 97.71 390.17 97.5425Maret 97.12 97.14 97.13 96.77 388.16 97.04

April 96.84 98.58 96.84tidak ada 292.26 97.42

Rata-rata 97.33417

RW10 ABJ PSN

Bulan 1 2 3 4ABJ total

ABJ rata2

Febuaritidak ada

tidak ada 100 100 200 100

Maret 100 100 98.81 100 398.81 99.7025

April 99.45 100 100tidak ada 299.45 99.81667

Rata-rata 99.83972

36

Page 37: DBD Mini Contoh

RW11 ABJ PSN

Bulan 1 2 3 4ABJ total

ABJ rata2

Febuari 97.11 97.91 93.44 96.34 384.8 96.2Maret 97.91 97.4 97.92 96.86 390.09 97.5225

Apriltidak ada

tidak ada 96.81

tidak ada 96.81 96.81

Rata-rata 96.84417

RW12 ABJ PSN

Bulan 1 2 3 4ABJ total

ABJ rata2

Febuaritidak ada 98.85 99.05 96.78 294.68 98.22667

Maret 99.31 99.08 99.25 99.31 396.95 99.2375

April 99.54 99.77 99.6tidak ada 298.91 99.63667

Rata-rata 99.03361

RW13 ABJ PSN

Bulan 1 2 3 4ABJ total

ABJ rata2

Febuari 98.14 97.35tidak ada 96.78 292.27 97.42333

Maret 97.04 98.71 96.24 97.16 389.15 97.2875

April 95.64 97.39 96.66tidak ada 289.69 96.56333

Rata-rata 97.09139

37

Page 38: DBD Mini Contoh

RW14 ABJ PSN

Bulan 1 2 3 4ABJ total

ABJ rata2

Febuari 99.41 97.8 99.42 98.87 395.5 98.875Maret 98.87 97.19 99.71 99.19 394.96 98.74

Apriltidak ada 99.15 98.57

tidak ada 197.72 98.86

Rata-rata 98.825

IV.7 TABEL DISTRIBUSI NILAI HI DI RW KELURAHAN KEBON BARU

PERIODE FEBUARI – APRIL 2015

RW 01 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI total

Febuari 3.50% 3.54% 4.43%tidak ada 11.47%

Maret 3.10% 3.71% 2.46% 3.25% 12.52%

April 2.87% 2.89% 2.26%tidak ada 8.02%

10.67%

RW 02 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 4.40% 5.60% 4.49% 5% 19.49%Maret 5.63% 4.74% 4.60% 5.20% 20.17%

April 4.60% 3.71% 4.72%tidak ada 13.03%

17.56%

38

Page 39: DBD Mini Contoh

RW 04 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 1.65% 1.17% 1.44% 1.20% 5.46%Maret 1.67% 1.40% 1.49% 1.30% 5.86%

April 0.59% 2.22%tidak ada

tidak ada 2.81%

4.71%

RW 05 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 0 0 0 0 0.00%Maret 0 0 0 0.40% 0.40%

Apriltidak ada 0 0

tidak ada 0.00%

0.13%

RW 06 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 0.72% 0.25% 0.51% 0.25% 1.73%Maret 0 0.49% 0.52% 0.51% 1.52%

April 0 0.26% 0.25%tidak ada 0.51%

1.25%

RW 07 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 1.07% 0.64% 0.21% 0.42% 2.34%Maret 0.64% 0.64% 0.45% 0.21% 1.94%

April 0.21% 0.64% 0.21%tidak ada 1.06%

1.78%

39

Page 40: DBD Mini Contoh

RW 08 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 1.40% 2.31% 1.49% 1.70% 6.90%Maret 2.38% 1.18% 1.47% 3.57% 8.60%

April 0 1.65% 0tidak ada 1.65%

5.72%

RW 09 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 2.36% 2.29% 2.87% 2.29% 9.81%Maret 2.88% 2.85% 2.89% 3.22% 11.84%

April 2.29% 1.42% 3.17%tidak ada 6.88%

9.51%

RW 10 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI total

Febuaritidak ada

tidak ada 0 0 0.00%

Maret 0.00% 0 0.18% 0 0.18%

April 0.54% 0 0tidak ada 0.54%

0.24%

RW 11 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 2.88% 2.09% 6.20% 3.60% 14.77%Maret 2.08% 2.60% 2.08% 3.14% 9.90%

April 3.64% 2.61% 3.39%tidak ada 9.64%

11.44%

40

Page 41: DBD Mini Contoh

RW 12 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI total

Febuaritidak ada 1.19% 0.98% 3.40% 5.57%

Maret 0.47% 0.95% 0.77% 0.71% 2.90%

April 4.77% 0.24% 0tidak ada 5.01%

4.49%

RW 13 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI total

Febuari 1.86% 2.64%tidak ada 3.20% 7.70%

Maret 2.76% 1.28% 3.76% 2.84% 10.64%

April 4.35% 2.61% 3.34%tidak ada 10.30%

9.55%

RW 14 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 0 2.56% 0.31% 0.92% 3.79%Maret 0.94% 2.76% 0.32% 0.60% 4.62%

Apriltidak ada 0.94% 1.28%

tidak ada 2.22%

3.54%

41

Page 42: DBD Mini Contoh

IV.8 TABEL PERBANDINGAN ANGKA ABJ DENGAN JUMLAH INSIDEN DBD

DI RW KELURAHAN KEBON BARU PERIODE FEBUARI – APRIL 2015

RWABJ rata2

Insiden DBD

1 96.8 62 95.24 33 96.95 04 98.57 15 100 06 99.42 37 99.53 28 98.42 09 97.33 0

10 99.84 211 96.84 012 99.03 313 97.09 014 98.83 0

IV.9 TABEL PERBANDINGAN ANGKA HI DENGAN JUMLAH INSIDEN DBD DI RW KELURAHAN

KEBON BARU PERIODE FEBUARI – APRIL 2015

RW HIInsiden DBD

1 10.67% 62 17.56% 33 5.38% 04 4.71% 15 0.13% 06 1.25% 37 1.78% 28 5.72% 09 9.51% 0

10 0.24% 211 11.44% 012 4.49% 313 9.55% 014 3.54% 0

IV.10 HASIL DARI UJI KORELASI ANTARA NILAI ABJ DAN FREKUENSI DBD

42

Page 43: DBD Mini Contoh

Correlations

ABJInsiden_DB

D

ABJ Pearson Correlation

1 -.105

Sig. (2-tailed) .722

N 14 14

Insiden_DBD

Pearson Correlation

-.105 1

Sig. (2-tailed) .722

N 14 14

Hasil menyatakan bahwa P > 0.05 dan maka hipotesa awal diterima yaitu ABJ tidak

berhubungan dengan frekuensi DBD

IV.11 HASIL DARI UJI KORELASI ANTARA NILAI ABJ DAN FREKUENSI DBD

Correlations

Insiden_DBD HI

Insiden_DBD

Pearson Correlation

1 .166

Sig. (2-tailed) .570

N 14 14

HI Pearson Correlation

.166 1

Sig. (2-tailed) .570

N 14 14

Hasil menyatakan bahwa P > 0.05 dan maka hipotesa awal diterima yaitu HI tidak

berhubungan dengan frekuensi DBD

BAB V

43

Page 44: DBD Mini Contoh

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 14 RW, distribusi frekuensi DBD

di kelurahan Kebon Baru adalah sebagai berikut RW 1 menduduki peringkat tertinggi yaitu

jumlah 7 kasus, diikuti oleh RW 2,6,7,10,12 dengan 3 kasus, RW 4 dengan 1 kasus dan

sisanya tidak ada. Pada laporan rekapitulasi PSN didapatkan bahwa banyak RW yang tidak

melaporkan hasil PSNnya, RW yang terbanyak tidak melaporkan hasil PSN adalah RW 3

yaitu sebanyak 7 kali,diikuti oleh RW 13 sebanyak 3 kali, lalu RW 10 sebanyak 2 kali dan

RW 1,4,5,12,14 sebanyak 1 kali.

Dari data penelitian didapatkan ABJ rata-rata dari setiap RW, ABJ adalah persentase

rumah dan atau tempat umum yang tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik. Angka

bebas jentik ini diperoleh dari survey jentik yang biasanya dilakukan oleh pemerintah melalui

program dari departemen kesehatannya. Kegiatan PSN di Kebon Baru dilakukan oleh kader

jumantik, petugas kesehatan puskesmas kelurahan kebon baru, dan petugas dari Kelurahan

Kebon Baru. Dari angka ABJ yang didapatkan saat PSN, angka ABJ dikatakan baik apabila

>95%. Didapatkan pada RW 02 beberapa nilai ABJ yang dibawah 95% sebanyak 3 kali dan

pada RW 11 sebanyak 1 kali. RW 1 memiliki angka ABJ rata-rata 96.79% dan memiliki

insiden DBD sebanyak 6 kali,RW 02 memiliki angka ABJ rata – rata 95,23% dan meiliki

insiden DBD sebanyak 3 kali, RW 06 memiliki angka ABJ sebesar 99,41% dan memiliki

insiden DBD sebanyak 3 kali, RW 07 memiliki angka ABJ sebesar 99,52% dan memiliki

insiden DBD sebanyak 3 kali, RW 10 memiliki angka ABJ sebesar 99.83% dan memiliki

insiden DBD sebanyak 3 kali, RW 12 memiliki angka ABJ sebsar 99,03% dan memiliki

insiden DBD sebanyak 3 kali, walaupun di Kebon Baru tidak ada insiden DBD yang

berakibat fatal pagi penduduk setempat, namun hal ini merupakan ancaman nyata yang

terjadi sehari-hari. Dari hasil uji korelasi Pearson didapatkan bahwa p-value dari hubungan

44

Page 45: DBD Mini Contoh

ABJ dengan jumlah insiden DBD di kelurahan Kebon Baru adalah 0,722 ,dengan ini

didapatkan bahwa hipotesa null dari hubungan antara ABJ dengan frekuensi DBD di

Kelurahan Kebon Baru diterima.

Salah satu cara untuk melihat kepadatan jentik di suatu daerah adalah dengan melihat

nilai HI (House Index), HI didapatkan dari jumlah rumah yang positif jentik dibagi total

rumah yang diperiksa.Nilai HI diintrepetasikan menurut table WHO1972 untuk menilai

kepadatan jentik disuatu daerah atau DF (Density Figure). Dari data penelitian didapatkan

bahwa nilai HI RW rata-rata di kelurahan Kebon Baru terdapat pada RW 2, 11, 1,13, dan 9.

Nilai HI ini tergolongkan sebagai kepadatan sedang. RW yang lain terdapat pada kepadatan

rendah. Setelah dilakukan uji data dengan menggunakan metode korelasi Pearson,

didapatkan nilai p-value sebesar 0.5, dengan ini didapatkan bahwa hipotesa bahwa tidak ada

hubungannya antara HI di kelurahan Kebon Baru dengan frekuensi insiden kasus DBD tidak

meiliki hubungan yang signifikan.

Salah satu kelemahan dari studi ini adalah ketergantungan hasil yang didapatkan oleh

jumantik PSN, sedangkan banyak RW di kelurahan Kebon Baru yang tidak melaporkan hasil

PSN kepada kelurahan. Laporan yang tidak ada inilah yang membuat hasilpun menjadi hal

yang bermasalah.

45

Page 46: DBD Mini Contoh

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari penelitian ini maka:

1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara nilai ABJ dari RW dengan

frekuensi DBD Kelurahan Kebon Baru periode bulan Febuari – April 2015

2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara nilai HI dari RW dengan

frekuensi DBD Kelurahan Kebon Baru periode bulan Febuari – April 2015

VI.2 SARAN

VI.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan

- Pengetahuan mengenai 3M perlu ditingkatkan bagi masyarakat Kelurahan

Kebon Baru

- Perlunya ditingkatkan motivasi dalam kegiatan PSN bersama, misalnya

diadakan suatu penghargaan (reward) bagi yang menemukan jentik terbanyak

- Perlunya dibuat pusat penyelidikan entomologi untuk mengetahui usia larva

dan saat nyamuk bertelur

- Perlunya perubahan pendekatan atau cara baru dalam penanganan terhadap

kasus DBD di Jakarta ( early diagnosis dan prompt treatment )

VI.2.2 Bagi Masyarakat Kebon Baru

- Perlunya dibangun kesadaran bagi masyarakat untuk selalu melakukan 3M.

- Diadakannya perlombaan mengenai ide-ide pencegahan DBD di wilayah

Kelurahan Kebon Baru

- Perlunya kerjasama antar RW yang lebih aktif dalam melakukan PSN

46

Page 47: DBD Mini Contoh

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal P2PL DepKes RI. Informasi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2012.

2. Sukowati, Supratman. 2010. Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Pengendaliannya di Indonesia. Jakarta : Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan, Kementerian Kesehatan.

3. World Health Organization. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. New edition. Geneva. 2009.

4. Achmadi U.F.(2008): Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah: Penerbit UI Press, Jakarta.

5. Aditama, TY. 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011.

6. Infodatin. 2013. Situasi Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.

7. CDC,2014. Mosquito life’s cycle. National Center for Emerging and Zoonotic Infectious Disease

8. Suwandono et al. (2007.) Dengue Virus epidemiology in major cities of Indonesia; presented at Seminar on Management of Dengue Outbreaks; University of Indonesia; Jakarta; November 22

9. Anies.2006. Manajemen Berbasis Lingkungan, Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyaki Menular. Jakarta: Elex Media Komputindo

47