dbd baru

36
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sesuai dengan Visi dan Misi Rencana Strategis Depkes tahun 2010 – 2014 yaitu tent ang “Masyarakat Yan g Mandiri dan Berkeadilan” yang di tuangkan ke da la m 4 mi si yait u : Me ni ngka tkan de ra ja t kese hata n ma syar aka t me lalui pember dayaa n masyar akat , termas uk swasta dan mas yarakat madani, Melindungi kes eha tan mas yar aka t dengan menjamin te rsedia nya upaya kesehata n ya ng paripurna, merata, be rmut u dan  berkeadilan, Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan, serta Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik, maka diperlukan suatu re ncana pe mbanguna n kese ha ta n yang benar- benar mata ng. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan der aja t kes ehat an yang optimal. Der ajat keseha tan mer upak an salah sat u fakto r yang sangat berpeng aruh pada kuali tas sumber daya manus ia. Sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing manusia. Lingkungan merupakan agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-  pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Salah satu peran lingkungan adalah sebagai reservoir. Lingkungan mempunyai dua unsur pokok yang sangat erat terkait satu sama lain yaitu 1

Upload: heru-hunter

Post on 31-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kasus dbd

TRANSCRIPT

Page 1: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 1/36

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sesuai dengan Visi dan Misi Rencana Strategis Depkes tahun 2010 – 

2014 yaitu tentang “Masyarakat Yang Mandiri dan Berkeadilan” yang

dituangkan kedalam 4 misi yaitu : Meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan

masyarakat madani, Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin

tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan

 berkeadilan, Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan,

serta Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik, maka diperlukan

suatu rencana pembangunan kesehatan yang benar-benar matang.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan merupakan salah satu

faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Sumber 

daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing

manusia.

Lingkungan merupakan agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-

 pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu

organisasi. Salah satu peran lingkungan adalah sebagai reservoir. Lingkungan

mempunyai dua unsur pokok yang sangat erat terkait satu sama lain yaitu

1

Page 2: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 2/36

unsur fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik dapat mempunyai

hubungan langsung dengan kesehatan dan perilaku sehubungan dengan

kesehatan seperti polusi air akibat pembuangan limbah ke sungai yang dapat

menimbulkan Diare, ISPA, DBD, dan lainnya.

Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat di Indonesia . Pola penyebaran penyakit inipun

semakin meluas. Penyakit DBD sebagian besar menyerang pada anak-anak,

hal ini dikarenakan sistem imunitas/kekebalan tubuhnya yang masih rentan.

Akan tetapi dewasa ini kecenderungan penderita DBD tidak didominasi oleh

anak-anak saja, dari umur 5 tahun sampai dengan 45 tahun menjadi usia yang

dominan dari seluruh jumlah penderita DBD.

Jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Kalimantan Barat

setiap tahunnya selalu ditemukan. Berdasarkan data penyebaran kasus DBD

dari Dinas Kesehatan Kubu Raya selama 3 tahun terakhir jumlah kasus DBD

di Puskesmas Sungai Durian selalu ditemukan, mulai dari tahun 2007

ditemukan sebanyak 20 kasus, tahun 2008 sebanyak 38 kasus, tahun 2009

ditemukan sebanyak 416 kasus, dan tahun 2010 sebanyak 47 kasus.

Berdasarkan data tersebut desa dengan jumlah kasus DBD paling

 banyak tiap tahunnya adalah Desa Kuala Dua. Selama dua bulan terakhir yaitu

 pada bulan September sampai Oktober 2010 ditemukan 25 kasus, 10

diantaranya meninggal dunia.Oleh karena itu, diperlukan tindakan cepat untuk 

mengantisipasi kemungkinan terjadinya ledakan jumlah penderita DBD

ditahun berikutnya.

2

Page 3: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 3/36

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi pokok 

 permasalahan adalah “Apakah ada Hubungan Antara Faktor Lingkungan Fisik 

dan Lingkungan Biologi dengan Kejadian DBD di Desa Kuala Dua,

Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya?”.

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara faktor lingkungan fisik dan biologi

dengan kejadian penyakit DBD di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya,

Kabupaten Kubu Raya.

I.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui gambaran keberadaan tempat penampungan air, tutup

 penampungan air, kasa nyamuk, jentik dalam penampungan air, predator 

(ikan pemakkan jentik) dan kejadian DBD di Desa Kuala Dua, Kecamatan

Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya.

2. Mengetahui hubungan antara keberadaan tutup penampungan air dengan

kejadian DBD di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten

Kubu Raya.

3. Mengetahui hubungan keberadaan kasa nyamuk dengan kejadian DBD di

Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya.

3

Page 4: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 4/36

4. Mengetahui hubungan keberadaan jentik dalam penampungan air dengan

kejadian DBD di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten

Kubu Raya.

5. Mengetahui hubungan keberadaan predator (ikan pemakkan jentik)

dengan kejadian DBD di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya,

Kabupaten Kubu Raya.

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, meningkatkan kesadaran akan pentingnya

menjaga kebersihan lingkungan, dan membantu masyarakat untuk 

meminimalisir angka kejadian demam berdarah.

I.4.2 Bagi Akademik 

Memperkaya kajian dalam bidang kesehatan masyarakat terutama

dalam masalah kesehatan lingkungan.

I.4.3 Bagi Masyarakat

Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan dan menjaga

lingkungan untuk mengurangi frekuensi terjangkitnya berbagai macam

 penyakit.

4

Page 5: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 5/36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Lingkungan

Menurut Pranoto, (1991) penyakit DBD melibatkan 3 organisme yaitu

virus dengue, nyamuk aedes, dan host manusia. Secara alamiah ketiga

kelompok organisme tersebut secara individu atau populasi dipengaruhi oleh

sejumlah faktor lingkungan fisik and lingkungan biologi.

1. Lingkungan Fisik 

Termasuk macam kontainer, bentuk, warna kedalaman air, penutup

tempat penampungan air (ada atau tidak), dan keberadaan kasa nyamuk dalam

rumah.

2. Lingkungan Biologi

Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan penyakit DBD

adalah adanya jentik dan predator pemakan jentik.

II.2 Penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD)

II.2.1 Pengertian

Demam Berdarah Dangue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang

disebabkan oleh virus Dangue dan ditularkan oleh nyamuk  Aides Aigepty

yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa

 penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan

tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik-bintik perdarahan (petechia),

5

Page 6: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 6/36

ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah,

kesadaran menurun dan bertendensi menimbulkan renjatan (syok) dan

kematian (Mubin, 2005:8).

II.2.2 Penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue ini disebabkan oleh empat macam

virus dengue dengan tipe Den 1, Den 2, Den 3, dan Den 4. Keempat virus

tersebut dalam group B Arthropod Borne Viruses ( Arboviruses). Dan keempat

tipe virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain

Jakarta dan Yogyakarta. Dari empat tipe virus yang banyak berkembang di

masyarakat adalah virus dengue dengan tipe Den 1 dan Den 3. Keempat tipe

virus tersebut merupakan genus dari flaviverus famili flaviviridae. Setiap

serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi – silang dan wabah yang

disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Penyakit

Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ini

disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes

Albopictus (http://litbang.depkes.go.id/maskes/05-2004/demamberdarah.htm).

II.2.3 Gejala-Gejala Yang Ditimbulkan Oleh Demam Berdarah Dengue

Pada awal serangan penderita Demam Berdarah Dengue memiliki hal-

hal sebagai berikut :

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 0C – 40 0C)

2. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk uji tourniquet positif puspura

 pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.

6

Page 7: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 7/36

3. Hepatomegali (pembesaran hati)

4. Syok, tekan nadi turun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik 

sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

5. Trombositopeni, pada hari ke 3-7 ditemukan penurunan trombosit

sampai 100.000 / mm3.

6. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai hematokrit.

7. Pendarahan hidung dan gusi. Rasa sakit pada otot dan persendian,

timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

(http://www.geocities.com/mitra-sejati-2000/dbd.htm)

II.2.4. Cara Pencegahan

Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat dicegah dengan

memberantas jentik-jentik nyamuk demam berdarah (Aedes Aegypti) dengan

cara PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Upaya ini merupakan cara yang

 paling mudah, murah, ampuh, terbaik dan dapat dilakukan oleh masyarakat

dengan cara sebagai berikut :

a. Membersihkan atau menguras tempat penyimpanan air seperti : bak 

mandi, drum, vas bunga, tempat minum burung, perangkat semut, dan

lain-lain sekurang-kurangnya satu minggu sekali.

 b. Tutuplah tempat penampungan air dengan rapat, agar supaya nyamuk 

tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu.

c. Kuburlah atau buang pada tempatnya barang-barang bekas seperti :

kaleng bekas, ban bekas, botol-botol pecah dan barang yang lainnya

7

Page 8: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 8/36

yang dapat menampung air hujan agar tidak menjadi tempat berkembang

 biak nyamuk.

d. Tutuplah lubang-lubang pada pagar yang terbuat dari bambu dengan

tanah atau adukan semen.

e. Lipatlah kain atau pakaian yang bergelantungan dalam kamar agar 

nyamuk tidak hinggap di situ.

f. Untuk tempat-tempat yang tidak mungkin atau sulit untuk dibersihkan

dan dikuras, taburkanlah bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut

yang fungsinya untuk membunuh jentik-jentik nyamuk.

Selain 6 cara di atas, cara memberantas nyamuk Aedes Aegypti dapat

 juga dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Penyemprotan menggunakan zat kimia

 b. Pengasapan dengan insektisida

c. Memutus daur hidup nyamuk dengan menggunakan ovitrap dan

memelihara ikan cupang atau ikan pemakan jentik 

Untuk memberantas jentik-jentik nyamuk dapat menggunakan serbuk 

ABATE, dengan komposisi takaran 1 gram serbuk ABATE untuk 10 liter air.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue

adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3

M PLUS” yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan

 beberapa plus lainnya yang sesuai dengan kondisi setempat.

(http://felori.wordpress.com/cara-menangani-DBD)

8

Page 9: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 9/36

II.3 Kerangka Teori

Menurut Hendrick L. Blum, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat, yaitu faktor :

1. Perilaku

2. Lingkungan

3. Keturunan

4. Pelayanan Kesehatan.

Ke 4 faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat di atas

tidak berdiri sendiri sendiri, namun saling berpengaruh. Menurut Hendrik .L.

Blum (1974) derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan. Diantara keempat

faktor tersebut yang sangat berpengaruh adalah keadaan lingkungan yang

tidak memenuhi syarat kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan

kesehatan, baik masyarakat di perkotaan maupun perdesaan yang disebabkan

karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat di bidang

kesehatan, ekonomi maupun tekhnologi. Lingkungan yang diharapkan adalah

lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan

 bebas dari polusi, tersedia air bersih, sanitasi yang memadai, perumahan,

 pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan,

serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dalam

memelihara nilai – nilai budaya bangsa.

9

Page 10: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 10/36

Gambar II.2.1 : Kerangka Teori

Gambar kerangka tersebut dimodifikasi dari konsep teori H. L Blum

10

Lingkungan terbagi menjadi 2 :

Keberadaan tempat penampungan air 

Keberadaan tutup penampungan air 

Keberadaan kasa nyamuk 

Fisik 

Biologi Keberadaan jentik 

Keberadaan predator (ikan pemakan jentik)

Kejadian

DBD

Perilaku

Lingkungan

Genetik 

YankesDerajat

Kesehatan

Page 11: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 11/36

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

III.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori pada bab II, maka kerangka konsep yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

ssssss

III.2 Variabel Penelitian

III.2.1 Variabel Bebas

11

Lingkungan Fisik :

a. Keberadaan tempat

 penampungan air.

 b. Keberadaan tutup

 penampungan air.

c. Keberadaan kasa nyamuk.

Lingkungan biologi :

a. Keberadaan jentik.

 b. Keberadaan predator (ikan

Kejadian DBD

Page 12: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 12/36

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lingkungan fisik dan

lingkunngan biologi. Lingkungan fisik yang terkait antara lain penampungan

air, tutup penampungan air, dan kasa nyamuk.Lingkungan biologi yang terkait

antara lain jentik dan predator ( ikan) pemakan jentik.

III.2.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian DBD.

III.3 Definisi Operasional

Tabel III.1

Definisi Operasional

VariabelDefinisi

Operasional

Cara

Ukur 

Alat

Ukur 

Hasil

Ukur 

Skala

Pengukura

n

Variabel bebas

Lingkungan Fisik 

− Keberadaan

Tempat

Penampung

an Air 

− Keberadaan

tutup

 penampung

Ada atau

tidak tempat

yang

digunakan

untuk 

menampung

air hujan.

Ada atau

tidak tutup

 pada setiap

Observasi

Observasi

Checklist

Cheklist

Ada

Tidak 

Ada

Tidak 

 Nominal

 Nominal

12

Page 13: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 13/36

an air.

−Keberadaan

kasa

nyamuk 

Lingkungan

Biologi

− Keberadaan

Jentik.

− Keberadaan

Predator 

 pemakan

 jentik 

(ikan).

 penampunga

n air hujan.

Ada atau

tidak kasa

nyamuk di

dalam rumah

untuk 

menghalangi

masuknya

nyamuk.

Ada atau

tidak jentik 

dalam

 penampunga

n air .

Ada atau

tidak 

 predator 

 pemakan

 jentik dalam

 penampunga

n air.

Observasi

Observasi

Observasi

Checlist

Checlist

Checklist

Ada

tidak 

Ada

Tidak 

Ada

tidak 

 Nominal

 Nominal

 Nominal

Variabel Terikat

Kejadian DBD Kondisi atau

keadaan

wawancar 

a

wawanca

ra

Sakit

Tidak 

 Nominal

13

Page 14: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 14/36

 penyakit

DBD yang

diderita oleh

anggota

keluarga di

Desa Kuala

Dua yang

 berdasarkan

data

Puskesmas

Sungai Rayamenjadi

 positif DBD

 pada dua

 bulan

terakhir 

Sakit

III.4 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis

alternatif (Ha). Berdasarkan kerangka konsep yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan keberadaan tempat penampungan air dengan kejadian

demam berdarah di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten

Kubu Raya.

2. Terdapat hubungan antara keberadaan tutup penampungan air dengan

kejadian demam berdarah di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya,

Kabupaten Kubu Raya.

14

Page 15: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 15/36

3. Terdapat hubungan keberadaan kasa nyamuk dengan kejadian demam

 berdarah di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu

Raya.

4. Terdapat hubungan keberadaan jentik nyamuk pada penampungan air 

dengan kejadian demam berdarah di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai

Raya, Kabupaten Kubu Raya.

5. Terdapat hubungan keberadaan predator (ikan) pemakan jentik nyamuk 

dengan kejadian demam berdarah di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai

Raya, Kabupaten Kubu Raya.

15

Page 16: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 16/36

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

IV.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional  dengan sifat

 penelitian analitik  yang dilakukan dengan Cross Sectional , karena data dari

variabel-variabel yang diteliti diperoleh secara bersamaan

(Notoatmodjo,2002).

IV.2 Waktu dan Tempat Penelitian

IV.2.1 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini di mulai pada bulan Oktober 2010 sampai

dengan November 2010.

IV.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian,

Kabupaten Kubu Raya, Desa Kuala Dua.

Adapun alasan dipilihnya Puskesmas Sungai Durian, Kabupaten Kubu

Raya, Desa Kuala Dua ini sebagai tempat dengan alasan sebagai berikut :

1. Berdasarkan data dari Puskesmas Sungai Durian, Desa Kuala Dua,

Kecamatan Sungai Raya memiliki jumlah kasus DBD yang angkanya

lebih tinggi dari 7 desa lainnya.

2. Berdasarkan data Puskesmas Sungai Durian, Desa Kuala Dua, Kecamatan

Sungai Raya memiliki angka kematian yang cukup tinggi.

16

Page 17: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 17/36

IV.3 Populasi dan Sampel

IV.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah semua penduduk yang tinggal di wilayah

kerja Puskesmas Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, khususnya daerah desa

Kuala Dua yang berjumlah 6342 KK.

IV.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi

yang diteliti), (Arikunto, s. 1998), sedangkan menurut Sugiyono (1997),

sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

 populasi (Riduwan, 2003). Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode (Azwar, A, 2003) dalam rumus :

Keterangan :

 N = Jumlah sampel awal

P = Proporsi 2010 di Desa Kuala Dua

Q = 1 - p

L = Penyimpangan derajat ketepatan yang dipergunakan lazimnya 5%

 N1 = Jumlah sampel sebenarnya

 N = Jumlah populasi

S = Stándar Deviasi

17

 

Page 18: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 18/36

Dengan perhitungan sebagai berikut :

 

= 300

Dari perhitungan menggunakan rumus tersebut didapat jumlah sampel

yaitu 286 sampel.

IV.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

IV.4.1 Data Primer 

Data primer diperoleh dengan observasi pada responden sebagai

sasaran dalam penelitian dengan instrumen pengumpulan data adalah cheklist.

Cheklist sebagai alat pengumpulan data digunakan sebagai alat ukur.

IV.4.2 Data Sekunder 

Data yang berhubungan dengan penelitian terdiri dari :

1. Jumlah penduduk dan KK.

2. Data kasus demam berdarah dari Puskesmas Sungai Durian.

18

Page 19: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 19/36

IV.5 Teknik Pengolahan dan Penyajian Data

IV.5.1 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing.

Data yang diperoleh melalui checklist diperiksa untuk mengetahui

kelengkapan data dan untuk mengetahui bahwa semua pertanyaan sudah

diisi dengan jelas dan benar.

2. Coding.

Memberikan item-item yang tidak diberikan skor atau mengubah kata-kata

menjadi angka.

3. Skoring.

Data yang ada diolah dan dikelompokkan diberi skor.

4. Tabulating

Pengelompokan data pada suatu table untuk memudahkan analisis.

IV.5.2 Teknik Penyajian Data

Data yang telah diolah kemudian disajiakan dalam bentuk tabel dan

dalam bentuk narasi.

IV.6 Teknik Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini mencakup analisa univariat dan

 bivariat. Analisa univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi dan

 persentase dari tiap variabel penelitian, sedangkan analisa bivariat dilakukan

19

Page 20: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 20/36

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel

terikat. Pada analisa bivariat akan dilakukan pengujian data secara statistik 

untuk melihat ada tidaknya hubungan antara dua variabel.

Pengujian statistiknya dengan uji Chi Square (Uji X2) dengan tingkat

kepercayaan 95 % (α = 0,05). Untuk menentukan ada atau tidak adanya

hubungan kedua variabel tersebut dapat dilihat dari nilai p. Jika nilai p (≤

0,05) maka ada hubungan antara kedua variabel tersebut, berarti Ho ditolak.

Apabila nilai p (> 0,05) maka tidak ada hubungan antara kedua variabel

tersebut, berarti Ho diterima.

20

Page 21: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 21/36

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 HASIL

V. 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kuala Dua merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan Sungai

Raya yang memiliki jumlah 1432 KK. Luas wilayah Desa Kuala Dua sebesar 

± 4,35 Km². Masyarakat pada umumnya menggunakan air sebagai sumber 

kehidupan dari sumber air hujan sebesar 65% dan air sumur sebesar 35%.

Kondisi geografis daerah Kuala Dua sebagian besar adalah daerah

 perairan, hal ini dapat dilihat dari rumah warga yang dibangun ditepian aliran

sungai. Jarak antar rumah satu dengan rumah lain sangat berdekatan, bahkan

 pakarangan untuk tempat bermain atau bersantai tidak ada, hal ini karena

daerah yang sempit serta pemukiman yang padat.

V.2 Hasil Analisis Univariat

Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah faktor lingkungan fisik 

dan biologi dengan Kejadian DBD di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai

Raya, Kabupaten Kubu Raya. Data tentang variabel yang diteliti diambil

dengan melakukan wawancara kepada responden dengan menggunakan list

dan melakukan observasi disetiap tempat penampungan air dan ventitasi

rumah yang ada di setiap rumah responden. Sebelum dilakukan pembahasan

 pada setiap variabel penelitian, terlebih dahulu didiskripsikan karakteristik 

21

Page 22: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 22/36

 personal responden yang meliputi umur dan tingkat pendidikan. Berdasarkan

hasil wawancara diperoleh data sebagai berikut:

V.2.1 Tingkat Pendidikan responden

Distribusi tingkat pendidikan penduduk Desa Kuala Dua sebagian

 besar telah mengenyam pendidikan dasar 6 tahun, yaitu pada pendidikan SD

sebanyak 15 orang (50%) dan SLTP sebanyak 7 orang (23,3%). Data

mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa Kuala Dua selengkapnya dapat

dilihat pada tabel V.2.1.

Tabel V.2.1. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Kuala Dua Tahun

2010

No Tingkat Pendidikan

Jumlah

Frekuensi Persentase

(%)

1. Tidak Sekolah 3 10,02. SD 15 50,0

3. SMP 7 23,3

4. SMA 5 16,7

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel V.2.1. di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar 

 penduduk Desa Kuala Dua tingkat pendidikannya adalah SD ( 50 %).

V.2.2 Keberadaan tempat penampungan air responden

Hasil penelitian mengenai keberadaan tempat penampungan air 

diperoleh dari pemeriksaan ada atau tidak tempat penampungan air, kemudian

diperoleh hasil bahwa sebagian besar rumah responden memiliki tempat

22

Page 23: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 23/36

 penampungan air sebanyak 28 responden (93,3%) dan yang tidak memiiki

tempat penampungan air sebanyak 2 responden (6,7%). Hasil selengkapnya

ditampilkan pada tabel V.2.2

Tabel V.2.2 Keberadaan Tempat Penampungan Air Penduduk di Desa

Kuala Dua Tahun 2010

No Tempat Penampungan Air

Jumlah

Frekuensi Persentase

(%)

1. Ada 28 93,3

2. Tidak Ada 2 6,7

Jumlah 30 100

V.2.3 Keberadaan tutup penampungan air 

Hasil penelitian mengenai keberadaan tutup tempat penampungan air 

diperoleh dari pemeriksaan ada atau tidak tutup tempat penampungan air,

kemudian diperoleh hasil bahwa sebagian besar rumah responden yang

memiliki tutup tempat penampungan air sebanyak 28 responden (90%) dan

yang tidak memiliki tutup tempat penampungan air sebanyak 3 responden

(10%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada tabel V.2.3.

Tabel V.2.3 Keberadaan Tutup Tempat Penampungan Air Penduduk di

Desa Kuala Dua Tahun 2010

No Tutup Air

Jumlah

Frekuensi Persentase

(%)

1. Tidak Ada 3 10,0

2. Ada 27 90,0

Jumlah 30 100

23

Page 24: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 24/36

V.2.4 Keberadaan kasa nyamuk 

Hasil penelitian mengenai keberadaan kasa nyamuk diperoleh dari

 pemeriksaan ada atau tidak kasa nyamuk, kemudian diperoleh hasil bahwa

sebagian besar rumah responden yang memakai kasa nyamuk sebanyak 4

responden (13,3%) dan yang tidak memakai kasa nyamuk sebanyak 26

responden (86,3%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada tabel V.2.4.

Tabel V.2.4. Keberadaan Kasa Nyamuk Penduduk di Desa Kuala Dua

Tahun 2010

No Keberadaan Kasa

Jumlah

Frekuensi Persentase

(%)

1. Tidak Ada 26 86,7

2. Ada 4 13,3

Jumlah 30 100

V.2.5 Keberadaan jentik nyamuk 

Hasil penelitian mengenai pemeriksaan jentik pada tempat

 penampungan air diperoleh dari pemeriksaan ada atau tidak jentik nyamuk,

kemudian diperoleh hasil bahwa sebagian besar rumah responden yang tidak 

terdapat jentik nyamuk di dalam tempat penampungan airnya sebanyak 18

responden (60%) dan yang terdapat jentik nyamuk sebanyak 12 responden

(40%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada tabel V.2.5.

24

Page 25: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 25/36

Tabel V.2.5. Keberadaan Jentik Nyamuk Penduduk di Desa Kuala Dua

Tahun 2010

No Keberadaan Jentik   JumlahFrekuensi Persentase

(%)

1. Ada 12 40,0

2. Tidak Ada 18 60,0

Jumlah 30 100

V.2.6 Keberadaan predator (ikan)

Hasil penelitian mengenai pemeriksaan predator (ikan) pada tempat

 penampungan air diperoleh dari pemeriksaan ada atau tidak predator (ikan) di

dalam penampungan air, kemudian diperoleh hasil bahwa sebagian besar 

rumah responden yang tidak memiliki predator (ikan) di dalam tempat

 penampungan airnya sebanyak 28 responden (93,3%) dan yang memiliki

 predator (ikan) di dalam tempat penampungan airnya sebanyak 2 responden

(6,7%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada tabel V.2.6.

Tabel V.2.6 Keberadaan Predator (ikan) Pada Tempat Penampungan Air

Penduduk di Desa Kuala Dua Tahun 2010

No Keberadaan Ikan

Jumlah

Frekuensi Persentase

(%)

1. Tidak Ada 28 93,3

2. Ada 2 6,7

Jumlah 30 100

25

Page 26: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 26/36

V.2.7 Kejadian DBD di Desa Kuala Dua.

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD diperoleh dari hasil

wawancara kepada responden, kemudian dari hasil wawancara diketahui

 bahwa sebagian besar kejadian DBD yang menyerang masyarakat Desa

Kuala Dua dimana yang tidak pernah sakit DBD sebanyak 27 responden

(90%) dan yang pernah sakit 3 responden (10%). Hasil selengkapnya

ditampilkan pada tabel V.2.7.

Tabel V.2.7 Kejadian DBD Penduduk di Desa Kuala Dua Tahun 2010

No Kejadian DBD

Jumlah

Frekuensi Persentase

(%)

1. Sakit 3 10,0

2. Tidak Sakit 27 90,0

Jumlah 30 100

V.3 Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

 bebas dengan variabel terikat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor 

lingkungan fisik dan lingkungan biologi dengan kejadian demam berdarah

dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Durian, Desa Kuala Dua,

Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Pengujian hipotesis

 penelitian ini menggunakan uji Chi Square. Pengujian data penelitian

menggunakan bantuan program dari program komputer yang diperoleh hasil

analisis sebagai berikut:

26

Page 27: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 27/36

V.3.1 Hubungan antara keberadaan tempat penampungan air dengan kejadian DBD.

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

keberadaan tempat penampungan air dengan kejadian DBD di Desa Kuala

Dua.

Tabel V.3.1 Hubungan Antara Keberadaan Tempat Penampungan Air Dengan

Kejadian DBD

No TempatPenampungan

 Air 

Kejadian DBDTotal

OR(95%CI)

PValue

Sakit Tidak Sakit

n % n % n %

1

2

 Ada

Tidak Ada

3

0

10,7 %

0%

25

2

89,3 %

100%

28

2

100%

100%

0,893(0,785-1,015)

0,626

Total 3 27 30

Berdasarkan Tabel V.3.1 di atas dapat diketahui bahwa kejadian DBD

 pada responden yang pernah sakit DBD ada 30 responden, dimana 3

responden (10,7%) dengan rumah ada tempat penampungan air. Hasil uji

statistik  Chi Square menunjukkan bahwa p = 0,626 (p <0,05) Ho diterima,

artinya tidak terdapat hubungan antara keberdaan tempat penampungan air 

dengan kejadian DBD di Desa Kuala Dua.

V.3.2 Hubungan antara keberadaan tutup tempat penampugan air dengan kejadian

DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

keberadaan tutup tempat penampungan air dengan kejadian DBD di Desa

Kuala Dua.

27

Page 28: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 28/36

Tabel V.3.2 Hubungan Antara Keberadaan Tutup Tempat Penampungan Air

Dengan Kejadian DBD

No Tutup TempatPenampungan

 Air 

Kejadian DBDTotal

OR(95%CI)

PValue

Sakit Tidak Sakit

n % n % N %

1

2

 Ada

Tidak Ada

3

0

11,1%

0

24

3

89,9%

100%

27

3

100%

100%

1,125(0,985-1,285)

0,543

Total 3 27 30

Berdasarkan Tabel V.3.2 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 11,1

% responden yang memiliki tutup tempat penampungan air pernah Sakit

DBD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,543 maka dapat disimpulkan

 bahwa tidak ada hubungan antara keberadaan tutup tempat penampungan air 

dengan kejadian DBD.

V.3.3 Hubungan antara keberadaan kasa nyamuk dengan kejadian DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

keberadaan kasa nyamuk dengan kejadian DBD di Desa Kuala Dua.

Tabel V.3.3 Hubungan Antara Keberadaan Kasa Nyamuk Dengan Kejadian

DBD

No

Kasa Nyamuk

Kejadian DBDTotal

OR(95%

CI)

P

Value

Sakit Tidak Sakit

n % n % n %

1

2

 Ada

Tidak Ada

1

2

25%

7,7%

3

24

75%

92,3%

4

26

100%

100%

0,283(0,017-3,660)

0,250

Total 3 2730

28

Page 29: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 29/36

Berdasarkan Tabel V.3.3 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 25%

responden yang memiliki kasa nyamuk pernah Sakit DBD. Hasil uji statistik 

diperoleh nilai p=0,250 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara keberadaan kasa nyamuk dengan kejadian DBD.

V.3.4 Hubungan antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

keberadaan jentik dengan kejadian DBD di Desa Kuala Dua.

Tabel V.3.4 Hubungan Antara Keberadaan Jentik Di Tempat Penampungan Air

Dengan Kejadian DBD

No Jentik DiTempat

Penampungan Air 

Kejadian DBDTotal OR

(95%CI)

PValue

Sakit Tidak Sakit

n%

n% n %

1

2

 Ada

Tidak Ada

1

2

8,3%

11,1%

11

16

91,7%

89,9%

12

18

100%

100%

0,727(0,59-9,041)

0,804

Total 3 27 30 100%

Berdasarkan Tabel V.3.4 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 8,3%

responden yang terdapat jentik pada tempat penampungan air pernah Sakit

DBD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,804 maka dapat disimpulkan

 bahwa tidak ada hubungan antara keberadaan jentik pada penampungan air 

dengan kejadian DBD.

29

Page 30: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 30/36

V.3.5 Hubungan antara keberadaan predator (ikan) dengan kejadian DBD 

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

keberadaan jentik dengan kejadian DBD di Desa Kuala Dua.

Tabel V.3.5 Hubungan Antara Keberadaan Predator (ikan) Di Tempat

Penampungan Air Dengan Kejadian DBD

No Predator DiTempat

Penampungan Air 

Kejadian DBDTotal OR

(95%CI)

PValue

Sakit Tidak Sakit

n%

n% N %

1

2

 Ada

Tidak Ada

0

3

0%

10,7%

2

25

100%

89,3%

2

28

100%

100%

0,893(0,785-

1,015)

0,626

Total 3 27 30 100%

Berdasarkan Tabel V.3.5 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 

100% responden yang memiliki predator(ikan) pada tempat penampungan air 

 pernah Sakit DBD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,626 maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara keberadaan predator(ikan) pada

 penampungan air dengan kejadian DBD.

V.4 Pembahasan

V.4.1 Hubungan Keberadaan Tempat Penampungan Air dengan Kejadian DBD

Tempat penampungan air merupakan suatu alat/wadah yang digunakan

oleh warga untuk menyimpan air yang mereka dapat dari air hujan atau

sumber lainnya. Sebenarnya maksud dari penampungan air ini sangat baik 

yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari misalkan mencuci baju, masak 

30

Page 31: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 31/36

minum dan lain-lain, tetapi oleh karena salah penerapan dan kurangnya

 pengetahuan warga tentang penyakit DBD maka tempat penampungan air 

tesebut dapat menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk  Aides Aigepty.

Berdasarkan analisa keberadaan tempat penampungan air terhadap

kejadian DBD terlihat bahwa proporsi kejadian DBD warga yang mempunyai

tempat penampungan air adalah sebesar 10,7% sedangkan yang tidak 

mempunyai tempat penampungan air adalah 0% atau tidak ada.. Hasil uji

statistik diperoleh nilai p value adalah 1,00 (p>0,05), maka dapat disimpulkan

tidak ada hubungan antara Keberadaan Penampungan Air dengan Kejadian

DBD.

Walaupun tidak ada hubungan antara Keberadaan Penampungan Air 

dengan Kejadian DBD tetapi tetap diperlukan suatu perlakuan yang benar 

terhadap tempat penampungan air tersebut misalkan dengan sering melakukan

3M, hal ini bertujuan agar tempat penampungan air ini tidak menjadi tempat

hidup dan berkembang biak bagi nyamuk  Aides Aigepty.

V.4.2 Hubungan Penggunaan Tutup Air dengan Kejadian DBD

Pentingnya ketersediaan tutup pada tempat penampungan air sangat

mutlak diperlukan untuk menekan jumlah nyamuk yang hinggap pada tempat

 penampungan air tersebut, dimana tempat penampungan air tersebut menjadi

media berkembangbiaknya nyamuk  Aedes aegypti. Apabila semua masyarakat

telah menyadari pentingnya penutup tempat penampungan air, diharapkan

keberadaan nyamuk dapat diberantas, namun kondisi ini tampaknya belum

dilaksakanakan secara maksimal.

31

Page 32: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 32/36

Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa dari 30 responden

terdapat 3 responden atau sebesar 10% yang tempat penampungan airnya

tidak ditutup . Oleh sebab itu dengan kondisi tidak adanya tutup tempat

 penampungan air tersebut maka dapat menyebabkan kejadian BDB.

Berdasarkan analisa keberadaan tutup pada tempat penampungan air 

terhadap kejadian DBD, terlihat bahwa proporsi kejadian DBD warga yang

mempunyai tutup pada tempat penampungan airnya adalah sebesar 88,9%

sedangkan yang tidak mempunyai tutup pada tempat penampungan air adalah

11,1%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value adalah 1,00 (p>0,05), maka

dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara penggunaan tutup pada

 penampungan Air dengan Kejadian DBD.

Walaupun tidak ada hubungan antara keberadaan tempat penampungan

air dengan kejadian DBD tetapi tetap pelu dilakukan tindakan pencegahan

agar tidak terjadi kasus DBD yang lebih besar. Hal ini sejalan dengan

 penelitian yang dilakukan oleh Widia Eka Wati yang meneliti tentang

Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadiandemam Berdarah

Dengue (Dbd) Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 antara

tutup pada penampungan air dengan kejadian DBD tidak ada hubungan.

V.4.3 Hubungan Penggunaan Kasa Nyamuk dengan Kejadian DBD

Kasa nyamuk merupakan suatu piranti rumah yang berfungsi sebagai

 penyaring bagi organisme atau partikel lain dapat masuk kedalam rumah.

Penggunaan kasa ini sangat baik bagi pencegahan penyakit DBD karena

32

Page 33: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 33/36

segala jenis nyamuk dapat tersaring di kasa tersebut sebelum masuk kedalam

rumah.

Berdasarkan analisa penggunaan kasa nyamuk dengan kejadian DBD

maka dapat terlihat bahwa proporsi kejadian DBD warga yang mempunyai

kasa nyamuk adalah sebesar 25,0% sedangkan yang tidak mempunyai kasa

nyamuk adalah 75,0% Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value adalah

0,858 (p<0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara

 penggunaan kasa rumah dengan kejadian DBD.

Walaupun tidak ada hubungan antara penggunaan kasa nyamuk 

dengan kejadian DBD tetapi tetap perlu dilakukan suatu tindakan misalkan

dengan memasang kasa nyamuk di rumah untuk menghindari adanya

organisme ataupun nyamuk yang dapat menyebabkan panyakit.

V.4.4 Hubungan Keberadaan Jentik Nyamuk dengan Kejadian DBD

Keberadaan jentik nyamuk yang hidup sangat memungkinkan

terjadinya demam berdarah dengue. Jentik nyamuk yang hidup di berbagai

tempat seperti bak air, atau hinggap di lubang pohon, lubang batu,

 pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu (Depkes

RI, 1992).

Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu

antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia (Sutaryo, 2005).

Oleh kerena itu apabila keberadaan jentik nyamuk dibiarkan maka yang

terjadi adalah kejadian demam berdarah dengue yang akan terus meningkat.

Hasil pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa dari 30 rumah responden

33

Page 34: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 34/36

yang diperiksa ada 12 orang atau 40% rumah yang mempunyai jentik di dalam

tempat penampungan airnya.

Berdasarkan analisa tentang keberadaan jentik dengan kejadian DBD

maka dapat terlihat bahwa proporsi kejadian DBD warga yang terdapat jentik 

nyamuk adalah sebesar 91,7% sedangkan yang tidak memiliki jentik nyamuk 

adalah 8,3% . Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value adalah 1,00

(p<0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara keberadaan

 jantik dengan kejadian DBD.

Walaupun tidak ada hubungan antara keberadaan jentik dengan

kejadian DBD tetapi harus perlu dilakukan pengurasan agar jentik yang ada

dapat mati dan tidak dapat berkembang biak.

V.4.5 Hubungan Keberadaan ikan dengan Kejadian DBD

Hubungan keberadaan ikan dengan kejadian DBD adalah ikan yang

dimaksud disini adalah ikan predator pemakan jentik sebagai contoh adalah

ikan cupang, hal ini dimaksudkan agar jentik yang ada didalam tempat

 penampungan air tidak dapat hidup karena terdapat pemangsa didalam temoat

 penampungan air tesebut.

Berdasarkan analisa tentang keberadaan ikan dengan kejadian DBD

maka dapat terlihat bahwa proporsi kejadian DBD warga yang terdapat ikan

adalah sebesar 10,7% sedangkan yang tidak terdapat ikan adalah sebesar 

89,3%. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value adalah 1,00 (p<0,05),

maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara keberadaan jantik dengan

kejadian DBD.

34

Page 35: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 35/36

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitipada bab V, maka peneliti

menyimpulkan sebagai berikut :

VI.1.1 Pekerjaan responden di Desa kuala Dua Kecamatan Sungai Raya yaitu sebesar 

56,7% yang bekerja sedangkan yang tidak bekerja sebesar 43,3%.

VI.1.2 Tingkat Pendidikan responden di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya

yaitu tidak bekerja sebesar 10,0%, SD sebesar 50,0%, SMP 23,3%, SMA

16,7%.

VI.1.3 Tempat penampungan air di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya adalah

sebesar 93,3% yang mempunyai tempat penampungan sedangkan 6,7% tidak 

ada.

VI.1.4 Tutup penampungan air di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya adalah

sebesar 90% ada dan 10% tidak ada.

VI.1.5 Keberadaan kasa di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya adalah sebesar 

86,7% tidak ada dan 13,3% ada.

VI.1.6 Keberadaan jentik di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya adalah sebesar 

60% tidak ada jentik sedangkan 40% ada.

VI.1.7 Keberadaan ikan di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya adalah sebesar 

93,3% tidak ada sedangkan 6,7% ada.

35

Page 36: DBD baru

7/16/2019 DBD baru

http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 36/36

VI.1.8 Tidak ada hubungan antara Tempat penampungan air dangan kejadian DBD

di Desa Kuala Dua (Kecamatan Sungai Raya) p=0,626.

VI.1.9 Tidak ada hubungan antara Tutup penampungan air dengan kejadian DBD di

Desa Kuala Dua (Kecamatan Sungai Raya) p=0,543.

VI.1.10Tidak ada hubungan antara penggunaan kasa nyamuk dengan kejadian DBD

di Desa Kuala Dua (Kecamatan Sungai Raya) p=0,283

VI.1.11Tidak ada hubungan antara keberadaan jentik nyamuk dengan kejadian DBD

di Desa Kuala Dua (Kecamatan Sungai Raya) p=0,804

VI.1.12Tidak ada hubungan antara keberadaan predator dengan kejadian DBD di

Desa Kuala Dua (Kecamatan Sungai Raya) p=0,626

VI.2 Saran

VI.2.1 Bagi Puskesmas Sungai Durian perlu dilakukan penyuluhan intensif bagi

kelompok masyarakat yang belum memahami sebab-sebab terjadinya DBD.

VI.2.2 Bagi masyarakat perlunya merubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku

yang mendukung hidup sehat seperti mejaga kebersihan lingkungan,

melakukan 3M.

VI.1.3 Bagi petugas penyuluh yang akan memberikan penyuluhan diharapkan

menggunakan media sehingga pesan lebih mudah disampaikan dan mudah

diterima/dipahami oleh masyarakat.