daya terima pasien terhadap menu telur di ruang

28
DAYA TERIMA PASIEN TERHADAP MENU TELUR DI RUANG PERAWATAN KEBIDANAN RSUD CENGKARENG Fatria Triguna Wijaya Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul fatria.triguna@yahoo.com . Abstrak Penyelenggaraan makanan RS merupakan serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan. Kemudian pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi. Salah satu cara untuk mengevaluasi makanan yang disajikan adalah dengan menghitung daya terima makanan konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang daya terima menu telur yang disajikan dalam bentuk lauk kepada pasien di ruang perawatan kebidanan RSUD Cengkareng. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif mengunakan desain cross-sectional dengan metode survei dan teknik wawancara. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariate dengan uji korelasi spearman. Hasil uji cita rasa dan daya terima tertinggi di ruang perawatan kebidanan RSUD Cengkareng yaitu pada menu rendang telur masing-masing sebesar 87,1% dan 90,3% dan ada hubungan signifikan antara cita rasa dengan daya terima menu telur pada pasien di ruang perawatan kebidanan RSUD Cengkareng. Kata Kunci : Penyelenggaraan Makanan, Daya Terima dan Citarasa Abstract Organizing food RS is a series of activities ranging from planning the menu planning, grocery needs, budget planning, procurement of foodstuffs, reception and storage. Then cooking foodstuffs, distribution and record-keeping, reporting and evaluation. One way to evaluate the food served is by calculating the power received food consumers. This research aimed to get information about the power received the egg menu is served in the form of a side dish to patients in obstetrics care room Cengkareng Hospitals. This research is descriptive research using cross-sectional design with method survey and interview techniques. Data analysis Univariate and bivariate is done with test correlation of spearman. The taste test results and receive test the highest in midwifery care room Cengkareng Hospitals is menu rendang eggs each of 87.1% and 90.3% and there is a significant relationship between the taste with the egg on the menu the patient received preoperative care obstetrics Cengkareng Hospitals. Keywords: Organizing food, Resources Received and the taste

Upload: lamphuc

Post on 31-Dec-2016

238 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

DAYA TERIMA PASIEN TERHADAP MENU TELUR DI RUANG

PERAWATAN KEBIDANAN RSUD CENGKARENG

Fatria Triguna Wijaya

Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul

[email protected]

.

Abstrak

Penyelenggaraan makanan RS merupakan serangkaian kegiatan mulai dari

perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan

anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan.

Kemudian pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta

evaluasi. Salah satu cara untuk mengevaluasi makanan yang disajikan adalah

dengan menghitung daya terima makanan konsumen. Penelitian ini bertujuan

untuk memperoleh informasi tentang daya terima menu telur yang disajikan dalam

bentuk lauk kepada pasien di ruang perawatan kebidanan RSUD Cengkareng.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif mengunakan desain cross-sectional

dengan metode survei dan teknik wawancara. Analisis data dilakukan secara

univariat dan bivariate dengan uji korelasi spearman. Hasil uji cita rasa dan daya

terima tertinggi di ruang perawatan kebidanan RSUD Cengkareng yaitu pada

menu rendang telur masing-masing sebesar 87,1% dan 90,3% dan ada hubungan

signifikan antara cita rasa dengan daya terima menu telur pada pasien di ruang

perawatan kebidanan RSUD Cengkareng.

Kata Kunci : Penyelenggaraan Makanan, Daya Terima dan Citarasa

Abstract

Organizing food RS is a series of activities ranging from planning the menu

planning, grocery needs, budget planning, procurement of foodstuffs, reception

and storage. Then cooking foodstuffs, distribution and record-keeping, reporting

and evaluation. One way to evaluate the food served is by calculating the power

received food consumers. This research aimed to get information about the power

received the egg menu is served in the form of a side dish to patients in obstetrics

care room Cengkareng Hospitals. This research is descriptive research using

cross-sectional design with method survey and interview techniques. Data

analysis Univariate and bivariate is done with test correlation of spearman. The

taste test results and receive test the highest in midwifery care room Cengkareng

Hospitals is menu rendang eggs each of 87.1% and 90.3% and there is a

significant relationship between the taste with the egg on the menu the patient

received preoperative care obstetrics Cengkareng Hospitals.

Keywords: Organizing food, Resources Received and the taste

Pendahuluan

Penyelenggaraan makanan RS

merupakan serangkaian kegiatan

mulai dari perencanaan menu,

perencanaan kebutuhan bahan

makanan, perencanaan anggaran

belanja, pengadaan bahan makanan,

penerimaan dan penyimpanan.

Kemudian pemasakan bahan

makanan, distribusi dan pencatatan,

pelaporan serta evaluasi (PGRS,

2013).

Penelitian yang dilakukan oleh

Almatsier dan kawan-kawan tahun

1992, tentang persepsi pasien

terhadap makanan yang disajikan di

10 Rumah Sakit. Dari penelitian

tersebut diperoleh data 92% Rumah

Sakit menyajikan makanan tidak

memenuhi standar yang telah

ditetapkan dalam Penuntun Diet, 31%

Rumah Sakit belum melaksanakan

penyuluhan atau konsultasi gizi, 75%

Rumah Sakit belum melaksanakan

secara teratur evaluasi asupan gizi dan

status gizi pasien rawat inap, serta

43% pasien yang diteliti menyatakan

persepsi kurang baik terhadap mutu

makanan yang disajikan, dan 75%

pasien masih membawa makanan dari

luar Rumah Sakit.

Pada penelitian Ama, Al Yasir Nene

(2012), tentang analisis persepsi

contoh terhadap karakteristik lauk

hewani menunjukkan terdapat contoh

yang menyatakan tidak suka terhadap

warna, aroma, tekstur, dan rasa dari

ayam. Demikian juga pada telur dan

ikan, terdapat contoh yang

menyatakan tidak suka terhadap

aroma telur, tekstur ikan serta rasa

dari telur dan ikan. Berbeda dengan

lauk hewani lainnya, sebanyak 32.5%

dan 7.5% contoh menyatakan sangat

suka pada rasa dan tekstur daging.

Pada penelitian Irfanny, Anwar dkk

tahun 2012 tentang evaluasi

penyelenggaraan makanan lunak dan

analisis sisa makanan lunak di

beberapa RS di Jakarta menunjukkan

bahwa responden yang tidak

menghabiskan lauk hewani pada

setiap waktu makan cukup besar yaitu

di atas 35%. Hampir sama dengan

penelitian Eliya rata-rata dalam sehari

38,5% responden tidak menghabiskan

lauk hewani yang dihidangkan.

Penelitian Harvie (2011)

menunjukkan bahwa 33% responden

tidak menghabiskan hidangan telur

yang disajikan dan penelitian Murni

(2012) menunjukkan 57,1%

1

responden tidak menghabiskan

hidangan telur yang disajikan.

Ironisnya penggunaan telur pada

setiap penyelenggaraan makan

sebagai salah satu menu lauk hewani

di beberapa RS cukup tinggi.

Penggunaan telur di beberapa Rumah

Sakit di Jakarta lebih kurang 250-300

butir per hari.

Telur merupakan sumber protein

hewani yang mempunyai nilai gizi

tinggi. Selain murah, telur juga

merupakan sumber protein hewni

yang mudah didapatkan dan diolah.

Dalam ilmu gizi telur dijadikan

patokan untuk membandingkan nilai

gizi bahan makanan lainnya. Oleh

sebab itu, telur merupakan sumber zat

gizi yang sangat penting yang

dibutuhkan untuk perkembangan dan

pertumbuhan embrio. Protein telur

mempunyai nilai biologis tinggi

karena mengandung asam-asam

amino yang lengkap dibandingkan

dengan sumber protein hewani

lainnya. Telur juga mengandung

berbagai zat gizi penting seperti

protein, vitamin A, D, E, dan B,

Fosfor dan zink. Telur digunakan

sebagai standarisasi dari protein yang

lain, karena protein berfungsi

memperbaiki organ tubuh. Otot, kulit,

dan organ-organ tubuh semua

tersusun dari protein (Arief, 2008).

Pemkaian telur rata-rata di RSUD

Cengkareng sebanyak 300 butir telur

untuk satu hari. RSUD Cengkareng

menggunakan siklus menu 10 hari,

pemakaian telur dalam 1 hari adalah 2

kali penyajian. Menu telur terdiri dari

telur rebus, telur ceplok bumbu

kecap, omelet isi sayuran, semur

telur, telur kalio (bumbu kuning),

rendang telur, pindang telur.

Salah satu cara untuk mengevaluasi

makanan yang disajikan adalah

dengan menghitung daya terima

makanan konsumen. Daya terima

makanan adalah presentase makanan

yang di konsumsi dari total

keseluruhan yang disediakan. Daya

terima ini banyak dipengaruhi

beberapa faktor diantaranya adalah

penampilan makanan saat disajikan

dan rasa makanan (Dewi, 2007 dalam

Megawati, 2015 ).

Daya terima pasien terhadap makanan

yang disajikan dapat dilihat dari

makanan sisa, bila makanan yang

disajikan dengan baik dapat

dihabiskan pasien berarti pelayanan

gizi dirumah sakit tersebut tercapai

(Depkes, 2001). Dengan demikian,

melalui indikator tersebut daya terima

pasien dapat dikatakan baik bila

pasien telah mencapai kepuasan.

Pelayanan makanan dirumah sakit

dapat ditentukan dengan beberapa

indikator diantaranya: waktu

pelayanan, penampilan makanan

(warna dan bentuk), dan rasa

makanan (aroma, bumbu masakan,

suhu makanan). Pola makan pasien

juga mempengaruhi daya terima

makanan yang disajikan. Menurut

Mukrie (1990), makanan yang

disajikan sesuai dengan kebiasaan

makan pasien karena akan

berpengaruh terhadap selera makan.

Pada penelitian Refnita (2001)

menunjukkan adanya hubungan yang

bermakna antara kebiasaan makan,

penampilan makanan dan suhu

makanan dengan daya terima makan

siang pekerja. Hal ini sejalan dengan

penelitian Iskandar (2003), yang

menunjukkan adanya hubungan yang

bermakna antara frekuensi makan,

penampilan makanan, dan flavour

(cita rasa) makanan dengan daya

terima makan siang pekerja. Pada

penelitian Hermawati (2003),

diperoleh hasil ada hubungan yang

bermakna antara kualitas makanan

yang disajikan dengan daya terima

(p=0,006). Hal ini juga menunjukan

bahwa daya terima dipengaruhi oleh

penampilan dan rasa makanan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Siti Sundari (2008) dengan judul

hubungan penampilan makanan, rasa

makanan dan kinerja pegawai, hasil

analisis hubungan penampilan makan

dengan daya terima hasilnya

bermakna, begitu pula dengan

hubungan rasa makanan dengan daya

terima makanan. Senada dengan

penelitian Juandini pada tahun 2010

dalam penelitiannya di RS Tk. II

Dustira Cimahi menyatakan ada

hubungan penilaian penampilan dan

rasa terhadap daya terima. Begitu

juga dengan hasil penelitian

Megawati (2015) yang menyatakan

bahwa Ada hubungan antara citarasa

makanan dengan daya terima

makanan lunak pasien rawat inap

RSIJ Sukapura.

Selama ini belum pernah ada

penelitian yang menyangkut tentang

daya terima menu telur pada pasien di

RSUD Cengkareng. Atas dasar inilah,

penulis berminat mengetahui

bagaimana daya terima pasien

terhadap menu telur di ruang

perawatan kebidanan RSUD

Cengkareng.

Metode

Penelitian ini dilakukan di

ruang perawatan kebidanan RSUD

Cengkareng pada bulan Maret tahun

2016. Penelitian ini merupakan studi

analitik yang dilakukan dengan desain

penelitian secara Cross Sectional.

Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pasien yang dirawat

diruang perawatan kebidanan RSUD

Cengkareng selama penelitian

berlangsung. Pengambilan sampel

menggunakan cara Purposive

Sampling.

Variabel terikat pada penelitian

ini adalah daya terima menu telur.

Variabel bebas pada penelitian ini

adalah data karakteristik (umur,

pendidikan, pekerjaan, diagnose

penyakit), citarasa makanan

(penampilan makanan (warna dan

bentuk), rasa makanan (aroma,

bumbu, temperatur). Data yang

diambil dalam penelitian ini terdiri

dari daya terima menu telur dan cita

rasa menu telur yang diperoleh

dengan cara observasi dan wawancara

kepada responden menggunakan

kuesioner. Data menggunakan skala

ordinal dan menggunakan analisis

bivariat uji Korelasi Spearman.

Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis pada tabel 1

menunjukkan bahwa dari 200

responden paling banyak berusia

antara 20-35 tahun yakni sebanyak

139 responden (69.5%).

Tabel 1.Distribusi Frekuensi Usia

Usia N (%)

< 20 10 5.0

20-35 139 69.5

36-45 51 25.5

Total 200 100.0

Hasil analisis pada tabel 2

menunjukkan dari 200 responden

yang berada di ruang perawatan

kebidanan sebagian besar memiliki

diagnose post partum secara Sectio

Caesar sebanyak 184 responden

(94.0%).

Tabel2.Distribusi Frekuensi Diagnosa

Penyakit Responden

Diagnosa Penyakit n (%)

PPN 16 6.0

SC 184 94.0

Total 200 100.0

Hasil analisis pada tabel 3

menunjukkan bahwa dari 200

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 86 responden

(43.0%) berpendidikan menengah.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi

Pendidikan Responden

Pendidikan N (%)

Dasar 84 42.0

Menengah 86 43.0

Tinggi 30 15.0

Total 200 100.0

Hasil analisis pada tabel 4

menunjukkan bahwa dari 47

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 23 responden

(48.9%) menilai citarasa tinggi,

sebanyak 24 responden (51.1%)

menilai citarasa rendah.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Citarasa

Menu Telur Rebus

Kategori N (%)

Tinggi 23 48.9

Rendah 24 51.1

Total 47 100

Berdasarkan tabel 5 analisis

data menunjukkan bahwa dari 17

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 3 responden

(17.6%) menilai citarasa tinggi dan

sebanyak 14 responden (82.4%)

menilai citarasa rendah.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Citarasa

Menu Telur Ceplok Bumbu Kecap

Kategori n (%)

Tinggi 3 17.6

Rendah 14 82.4

Total 17 100

Pada tabel 6, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 35

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 22 responden

(62.9%) menilai citarasa tinggi dan

sebanyak 13 responden (37.1%)

menilai citarasa rendah..

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Citarasa

Menu Telur Bumbu Kuning

Kategori N (%)

Tinggi 22 62.9

Rendah 13 37.1

Total 35 100

Pada tabel 7, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 20

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 17 responden

(85.0%) menilai citarasa tingggi dan

menilai citarasa rendah sebanyak 3

responden (15%).

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Citarasa

Menu Telur Omelet Isi Sayuran

Kategori N (%)

Tinggi 17 85

Rendah 3 15

Total 20 100

Pada tabel 8, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 34

responden di ruang perawatan

kebidanan, sebanyak 20 responden

(58.8%) menilai citarasa tinggi dan 14

responden (41.2%) yang menilai

citarasa rendah.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Citarasa

Menu Semur Telur

Kategori n (%)

Tinggi 20 58.8

Rendah 14 41.2

Total 34 100

Pada tabel 9, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 31

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak masing-masing

27 responden (87.1%) menilai

citarasa tinggi dan menilai citarasa

rendah sebanyak 4 responden

(12.9%).

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Citarasa

Menu Rendang Telur

Kategori N (%)

Tinggi 27 87.1

Rendah 4 12.9

Total 31 100

Pada tabel 10, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 16

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 9 responden

(56.2%) menilai citarasa tinggi dan

menilai citarasa rendah sebanyak 7

responden (43.8%).

Tabel 10. Distribusi Frekuensi

Citarasa Menu Telur Pindang

Kategori N (%)

Tinggi 9 56.2

Rendah 7 43.8

Total 16 100.0

Pada tabel 11, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 47

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 40 responden

(85.1%) memiliki daya terima baik

dan memiliki daya terima kurang

sebanyak 7 responden (14.9%).

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Daya

Terima Menu Telur Rebus

Kategori n (%)

Baik 40 85.1

Kurang 7 14.9

Total 47 100.0

Pada tabel 12, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari dari 17

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 12 responden

(70.6%) memiliki daya terima baik

dan memiliki daya terima kurang

sebanyak 5 responden (29.4%).

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Daya

Terima Menu Telur Ceplok Bumbu

Kecap

Kategori n (%)

Baik 12 70.6

Kurang 5 29.4

Total 17 100.0

Pada tabel 13, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 35

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak masing-masing

31 responden (88.6%) memiliki daya

terima baik dan memiliki daya terima

kurang sebanyak 4 responden

(11.4%).

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Daya

Terima Menu Telur Bumbu Kuning

Kategori n (%)

Baik 31 88.6

Kurang 4 11.4

Total 35 100.0

Pada tabel 14, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari dari 20

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak masing-masing

17 responden (85%) memiliki daya

terima baik dan memiliki daya terima

kurang sebanyak 3 responden (15%).

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Daya

Terima Menu Telur Omelet Isi Sayur

Kategori N (%)

Baik 17 85

Kurang 3 15

Total 20 100

Pada tabel 15, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 34

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak masing-masing

28 responden (82.4%) memiliki daya

terima baik dan memiliki daya terima

kurang sebanyak 6 responden

(17.6%).

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Daya

Terima Menu Semur Telur

Kategori n (%)

Baik 28 82.4

Kurang 6 17.6

Total 34 100.0

Pada tabel 16, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 31

responden sebanyak 28 responden

(90.3%) memiliki daya terima baik

dan sebanyak 3 responden (9.7%)

memiliki daya terima kurang.

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Daya

Terima Menu Rendang Telur

Kategori n (%)

Baik 28 90.3

Kurang 3 9.7

Total 31 100.0

Pada tabel 17, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 16

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak masing-masing

11 responden (68.8%) memiliki daya

terima baik dan memiliki daya terima

kurang sebanyak 5 responden

(31.2%).

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Daya

Terima Menu Telur Pindang

Kategori n (%)

Baik 11 68.8

Kurang 5 31.2

Total 16 100.0

Hasil uji korelasi Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara citarasa

dan daya terima pada menu telur

rebus. Korelasi koofesien 0.464.

Hal ini menunjukkan semakin

tinggi citarasa maka semakin baik

daya terima.

Tabel 18. Sebaran Responden

Berdasarkan Citarasa Dan

Daya Terima Menu Telur

Rebus

Kategori

Citarasa

Kategori Daya

Terima

Total

Baik Kurang

n n n

Tinggi 18 6 24

Rendah 22 1 23

Total 40 7 47

Tabel 19. Sebaran Responden

Berdasarkan Citarasa Dan

Daya Terima Menu Telur

Ceplok Bumbu Kecap

Kategori

Citarasa

Kategori Daya

Terima

Total

Baik Kurang

n n n

Tinggi 3 0 3

Rendah 9 5 14

Total 12 5 17

.

Hasil uji korelasi Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara citarasa

dan daya terima pada menu telur

ceplok bumbu kecap. Korelasi

koofesien 0.499.

Hal ini menunjukkan semakin

tinggi citarasa maka semakin baik

daya terima

Tabel 20. Sebaran Responden

Berdasarkan Citarasa Dan

Daya Terima Menu Telur

Bumbu Kuning

Kategori

Citarasa

Kategori Daya

Terima

Total

Baik Kurang

n n n

Tinggi 21 1 22

Rendah 10 3 13

Total 31 4 35

Hasil uji korelasi Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara citarasa

dan daya terima pada menu telur

bumbu kuning. Korelasi koofesien

0.525.

Hal ini menunjukkan semakin

tinggi citarasa maka semakin baik

daya terima.

Tabel 21. Sebaran Responden

Berdasarkan Citarasa Dan

Daya Terima Menu Omelet

Isi Sayuran

Kategori

Citarasa

Kategori Daya

Terima

Total

Baik Kurang

N n n

Tinggi 15 2 17

Rendah 2 1 3

Total 17 3 20

Hasil uji korelasi Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara citarasa

dan daya terima pada menu telur

omelet isi sayuran. Korelasi koofesien

-0.546.

Hal ini menunjukkan semakin

tinggi citarasa maka semakin baik

daya terima.

Tabel 22. Sebaran Responden

Berdasarkan Citarasa Dan

Daya Terima Menu Semur

Telur

Kategori

Citarasa

Kategori Daya

Terima

Total

Baik Kurang

N n n

Tinggi 15 5 20

Rendah 13 1 14

Total 28 6 34

Hasil uji korelasi Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara citarasa

dan daya terima pada menu semur

telur. Korelasi koofesien 0.231.

Hal ini menunjukkan semakin

tinggi citarasa maka semakin baik

daya terima.

Tabel 23. Sebaran Responden

Berdasarkan Citarasa Dan

Daya Terima Menu Rendang

Telur

Kategori

Citarasa

Kategori Daya

Terima

Total

Baik Kurang

n n n

Tinggi 26 1 27

Rendah 2 2 4

Total 28 3 31

Hasil uji korelasi Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara citarasa

dan daya terima pada menu rendang

telur. Korelasi koofesien 0.348.

Hal ini menunjukkan semakin

tinggi citarasa maka semakin baik

daya terima.

Tabel 24. Sebaran Responden

Berdasarkan Citarasa Dan

Daya Terima Menu Telur

Pindang

Kategori

Citarasa

Kategori Daya

Terima

Total

Baik Kurang

n n N

Tinggi 7 2 9

Rendah 4 3 7

Total 11 5 16

Hasil uji korelasi Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara citarasa

dan daya terima pada menu telur

pindang. Korelasi koofesien -0.545.

Hal ini menunjukkan semakin

tinggi citarasa maka semakin baik

daya terima.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa:

1. Umur responden paling

banyak yaitu antara umur

20-35 tahun sebanyak 139

responden (69,5%),

jenjang pendidikan

terakhir responden paling

banyak memiliki jenjang

pendidikan menengah

sebanyak 86 responden

(40,0%),dan hamper

semua responden memiliki

diagnose post partus

Sectio Caesar, yaitu

sebanyak 184 responden

(94,0%).

2. Mayoritas responden di

ruang perawatan

kebidanan RSUD

Cengkareng menilai

citarasa tertinggi pada

menu rendang telur

sebesar 87,1%.

3. Mayoitas responden di

ruang perawatan

kebidanan RSUD

Cengkareng memiliki daya

terima paling baik pada

menu rendang telur

sebesar 90,3%.

4. Ada hubungan yang

sangat signifikan antara

citarasa dengan daya

terima menu telur pada

pasien di ruang perawatan

kebidanan RSUD

Cengkareng.

Daftar Pustaka

Almatsier, S., Jus’at,I & Akmal.

1992. Persepsi Pasien

Terhadap Makanan di Rumah

Sakit (Survey Pada 10 Rumah

Sakit) Di DKI Jakarta. Dalam

Gizi Indonesia 17(1/2): 87-96.

Ama, Al Yasir Nene. 2012. Persepsi,

Konsumsi dan Kontribusi

Lauk Hewani Pada Pasien

Rawat Inap di RSUD

Cibinong. Dalam Gizi

Indonesia 31(5):78-91.

Andrini, Yudhit Novi. 2012.

Penyelenggaraan Makanan,

Daya Terima, Dan Konsumsi

Pangan Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Salam

Sejahtera Bogor. Skripsi

Departemen Gizi Masyarakat

FEM IPB. Bogor.

Apriadji, Harry Wied. 1980. Gizi

Keluarga. Penebar Swadaya

Anggota IKAPI. Jakarta.

Arief, Irfan. 2008. Telur Sumber

Protein Hewani. Jakarta.

Buckle, K.A. et al. 2013. Ilmu

Pangan.Universitas Indonesia.

Jakarta.

Clark Nancy, RD, MS. 1996.

Petunjuk Gizi Untuk Setiap

Cabang Olahraga. Jakarta.

Dewi, Krisma. 2007. Hubungan

Antara Penampilan Makanan

Dan Rasa Makanan Dengan

Daya Terima Makan Siang

Siswa SPK Sungai Liat

Bangka Tahun 2007. Dalam

Gizi Indonesia 32(3):7-21.

Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan, 1996, Kamus

Besar Bahasa Indonesia,

Balai Pustaka, Jakarta.

Depkes RI, 2003. Pedoman

Pelayanan Gizi Rumah Sakit,

Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2005. Pedoman

Pelaksanaan Pelayanan Gizi

Rumah Sakit, Jakarta. Depkes

RI

Eliya, Tati. Gambaran Sisa Konsumsi

Makanan Lunak Pasien Rawat

Inap Ditinjau Dari

Pembagian Waktu Makan

Dan Jenis Makanan Serta

Faktor Penyebabnya Di

RSUD Pasar Rebo Jakarta.

Dalam Gizi Indonesia 32(4):

91-108.

Hartatik, Tatik. 2005. Gambaran

Daya Terima Terhadap Daya

Terima Terhadap Cita Rasa

Makanan Pada Pasien

Dewasa di Perawatan Kelas II

Rumah Sakit Haji Jakarta.

Dalam Gizi Indonesia

34(3):96-107.

Harvie, Nabilah Khairani. 2011. Sisa

Makakan Lunak Ditinjau Dari

Citarasa Makanan Rumah

Sakit Dan Konsumsi Makanan

Dari Luar Pada Pasien Rawat

Inap Kelas III Di RSUD Budhi

Asih Jakarta Timur, Tahun

2011. Karya Tulis Ilmiah

Jurusan Gizi Poltekkes Jakarta

II.

Hermawati, Dede. 2003. Hubungan

Persepsi Terhadap Kualitas

Makanan Yang Disajikan

Dengan Daya Terima

Mahasiswa Di Kantin Timur

ITB. Bandung: Jurusan Gizi

Politeknik Kesehatan

Kemenkes Bandung.

Humaira. 2014. Analisis

Penyelenggaraan Makanan,

Tingkat Kesukaan Dan Sisa

Konsumsi Pangan Narapidana

Di Lembaga Pemasyarakatan

Pandeglang, Bogor. Skripsi

Departemen Gizi Masyarakat

FEM IPB.

Irena, Juandini. 2010. Hubungan

Penilaian Penampilan dan

Rasa Makanan Terhadap

Daya Terima 3 Macam Resep

Hidangan Pada Pasien Di

Ruang Rawat Inap RS Tk.II

03.05.01 Dustira Kota Cimahi

Tahun 2010. Dalam Gizi

Indonesia 35(2): 109-120.

Irfanny, Anwar dkk. 2012. Evaluasi

Sistem Penyelenggaraan

Makanan Lunak Dan Analisis

Sisa Makanan Lunak Di

Beberapa Rumah Sakit Di Dki

Jakarta, Tahun 2011. Dalam

Gizi Indonesia 35(2):97-108.

Kurniah, Illiyun. 2010. Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan

Daya Terima Makan Siang

Karyawan Di RS Brawijaya

Women And Children

Kebayoran Baru Jakarta

Selatan Tahun 2009. Jurnal

FKM UIN Vol. 4 No.1.

Lydiawati, Ticha. 2008. Daya Terima

Konsumsi Energi Dan Zat

Gizi Pasien Rawat Inap

Penderita Kardiovaskular Di

RSUP Fatmawati Jakarta.

Skripsi Departemen Gizi

Masyarakat FEM IPB.

Moehyi, Sjahmien. 1992. Makanan

Institusi dan Jasa Boga.

Bharatara, Jakarta.

Muchtadi, Deddy. 1989. Evaluasi

Nilai Gizi Pangan. Institut

Pertanian Bogor.

Megawati, Yeni. 2015. Hubungan

Antara Citarasa Makanan

Dan Pola Makan Dengan

Daya Terima Makanan Lunak

Pasien Rawat Inap Di Rumah

Sakit Islam Jakarta Sukapura

Jakarta Utara. Dalam Gizi

Indonesia 34(3):97-108.

Murni, Dewi. 2012. Hubungan

Karakteristik Sampel Dan

Citarasa Makanan Terhadap

Daya Terima Telur Dalam

Menu Makanan Lunak Pada

Pasien Di RS Sukmul Medika

Jakarta, Tahun 2012. Dalam

Gizi Indonesia 31(1):91-101.

Mutmainnah. 2008. Daya Terima

Makanan Dan Tingkat

Energi- Protein Pasien Rawat

Inap Penderita Penyakit

Dalam Di Rumah Sakit Dr. H.

Marzoeki Mahdi. Skripsi

Departemen Gizi Masyarakat

FEM IPB.

Nurdiani, Reisi. 2011. Analisis

Penyelenggaraan Makan Di

Sekolah Dan Kualitas Menu

Bagi Siswa Sekolah Dasar Di

Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan

8(3):214-226.

Nursafitri, Rinjani. 2013. Analisis

Sistem Penyelenggaraan

Makanan, Ketersediaan

Energi Dan Zat Gizi Serta

Daya Terima Menu Asrama

Sekolah Smart Ekselensia

Indonesia, Parung, Bogor.

Jurnal Gizi dan Pangan

9(3):312-335.

Paramita, Nadya Bellatrix. 2011.

Analisis Tingkat Ketersediaan

Dan Daya Terima Makanan

Di Sekolah Terhadap Tingkat

Kecukupan Zat Gizi Pada

Siswa-Siswi SD Marsudirini,

Parung, Bogor. Skripsi

Departemen Gizi Masyarakat

FEM IPB.

Persagi. 2009. Tabel Komposisi

Pangan Indonesia. Elex

Media Komputindo. Jakarta.

Kemenkes RI, 2013. Pedoman

Pelayanan Gizi Rumah Sakit.

Kementerian Kesehatan RI.

Purwita, Sari. 2000. Daya Terima

Makanan Pasien Rawat Inap

Terhadap Makanan Biasa Di

Rumah Sakit H Thamrin

Jakarta. Karya Tulis Ilmiah

FKM UI. Jakarta.

Refnita, 2001. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Daya

Terima Makan Siang Tenaga

Kerja Wanita Di PT. Adis

Dimention Footwear Serang.

Skripsi. FKM UI. Depok.

Saepuloh. 2003. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Daya Terima

Pasien Dewasa Diit Makanan

Biasa (Studi Di Ruang Rawat

Inap Kelas II Dan III Rumah

Sakit Immanuel Bandung).

Tesis Universitas Diponegoro.

Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/1081

2/ (diakses pada tanggal 26

November 2015).

Sholehah, Hidayatus et al. 2015.

Hubungan Daya Terima

Makanan Dengan Tingkat

Kecukupan Energi Dan

Protein Taruna di Asrama

Politeknik Ilmu Pelayaran

Semarang. Jurnal Gizi

Universitas Muhammadiyah

Semarang Vol. 4, No. 1.

Suhendrawati. 2013. Hubungan Daya

Terima Makanan Biasa,

Makanan Lunak Dengan

Lama Hari Rawat Pada

Pasien Bedah Kelas III Lantai

6 Barat Di Rumah Sakit Budhi

Asih Jakarta. Skripsi UEU.

Jakarta.

Sundari, Siti. 2008. Hubungan

Penampilan Makanan, Rasa

Makanan Dan Kinerja

Pegawai Distribusi Makanan

Terhadap Daya Terima

Makanan Di Ruang Rawat

Inap Kelas VIP Dan Kelas 1

RSUD R. Syamsudin S. H.

Kota Sukabumi. Karya Tulis

Ilmiah Poltekkes Kemenkes

Bandung Jurusan Gizi.

Bandung.

Sutyawan dan Setiawan, Budi. 2013.

Penyelenggaraan Makanan,

Daya Terima Makanan, Dan

Tingkat Asupan Siswa Asrama

Kelas Unggulan Sma 1 Pemali

Bangka Belitung. Jurnal Gizi

dan Pangan 8(3): 207- 214.

Tresnawati, Murni Mutia. 2009.

Analisis Sistem Pengelolaan,

Tingkat Ketersediaan, Dan

Daya Terima Menu Makanan

Katering Sekolah. Skripsi

Departemen Gizi Masyarakat

FEM IPB. Bogor.

Tryascipta, Didik. 2015.

Penyelenggaraan Makanan

Pada SMA Negeri Cahaya

Madani Banten Boarding

School Dan Penilaian Menu

Makanan Pada Siswa. Skripsi

Departemen Gizi Masyarakat

FEM IPB. Bogor.

Winarno. 2004. Kimia Pangan dan

Gizi. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

DAYA TERIMA PASIEN TERHADAP MENU TELUR DI RUANG

PERAWATAN KEBIDANAN RSUD CENGKARENG

Fatria Triguna Wijaya

Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul

[email protected]

.

Abstrak

Penyelenggaraan makanan RS merupakan serangkaian kegiatan mulai dari

perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan

anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan.

Kemudian pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta

evaluasi. Salah satu cara untuk mengevaluasi makanan yang disajikan adalah

dengan menghitung daya terima makanan konsumen. Penelitian ini bertujuan

untuk memperoleh informasi tentang daya terima menu telur yang disajikan dalam

bentuk lauk kepada pasien di ruang perawatan kebidanan RSUD Cengkareng.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif mengunakan desain cross-sectional

dengan metode survei dan teknik wawancara. Analisis data dilakukan secara

univariat dan bivariate dengan uji korelasi spearman. Hasil uji cita rasa dan daya

terima tertinggi di ruang perawatan kebidanan RSUD Cengkareng yaitu pada

menu rendang telur masing-masing sebesar 87,1% dan 90,3% dan ada hubungan

signifikan antara cita rasa dengan daya terima menu telur pada pasien di ruang

perawatan kebidanan RSUD Cengkareng.

Kata Kunci : Penyelenggaraan Makanan, Daya Terima dan Citarasa

Abstract

Organizing food RS is a series of activities ranging from planning the menu

planning, grocery needs, budget planning, procurement of foodstuffs, reception

and storage. Then cooking foodstuffs, distribution and record-keeping, reporting

and evaluation. One way to evaluate the food served is by calculating the power

received food consumers. This research aimed to get information about the power

received the egg menu is served in the form of a side dish to patients in obstetrics

care room Cengkareng Hospitals. This research is descriptive research using

cross-sectional design with method survey and interview techniques. Data

analysis Univariate and bivariate is done with test correlation of spearman. The

taste test results and receive test the highest in midwifery care room Cengkareng

Hospitals is menu rendang eggs each of 87.1% and 90.3% and there is a

significant relationship between the taste with the egg on the menu the patient

received preoperative care obstetrics Cengkareng Hospitals.

Keywords: Organizing food, Resources Received and the taste

Pendahuluan

Penyelenggaraan makanan RS

merupakan serangkaian kegiatan

mulai dari perencanaan menu,

perencanaan kebutuhan bahan

makanan, perencanaan anggaran

belanja, pengadaan bahan makanan,

penerimaan dan penyimpanan.

Kemudian pemasakan bahan

makanan, distribusi dan pencatatan,

pelaporan serta evaluasi (PGRS,

2013).

Penelitian yang dilakukan oleh

Almatsier dan kawan-kawan tahun

1992, tentang persepsi pasien

terhadap makanan yang disajikan di

10 Rumah Sakit. Dari penelitian

tersebut diperoleh data 92% Rumah

Sakit menyajikan makanan tidak

memenuhi standar yang telah

ditetapkan dalam Penuntun Diet, 31%

Rumah Sakit belum melaksanakan

penyuluhan atau konsultasi gizi, 75%

Rumah Sakit belum melaksanakan

secara teratur evaluasi asupan gizi dan

status gizi pasien rawat inap, serta

43% pasien yang diteliti menyatakan

persepsi kurang baik terhadap mutu

makanan yang disajikan, dan 75%

pasien masih membawa makanan dari

luar Rumah Sakit.

Pada penelitian Ama, Al Yasir Nene

(2012), tentang analisis persepsi

contoh terhadap karakteristik lauk

hewani menunjukkan terdapat contoh

yang menyatakan tidak suka terhadap

warna, aroma, tekstur, dan rasa dari

ayam. Demikian juga pada telur dan

ikan, terdapat contoh yang

menyatakan tidak suka terhadap

aroma telur, tekstur ikan serta rasa

dari telur dan ikan. Berbeda dengan

lauk hewani lainnya, sebanyak 32.5%

dan 7.5% contoh menyatakan sangat

suka pada rasa dan tekstur daging.

Pada penelitian Irfanny, Anwar dkk

tahun 2012 tentang evaluasi

penyelenggaraan makanan lunak dan

analisis sisa makanan lunak di

beberapa RS di Jakarta menunjukkan

bahwa responden yang tidak

menghabiskan lauk hewani pada

setiap waktu makan cukup besar yaitu

di atas 35%. Hampir sama dengan

penelitian Eliya rata-rata dalam sehari

38,5% responden tidak menghabiskan

lauk hewani yang dihidangkan.

Penelitian Harvie (2011)

menunjukkan bahwa 33% responden

tidak menghabiskan hidangan telur

yang disajikan dan penelitian Murni

(2012) menunjukkan 57,1%

1

responden tidak menghabiskan

hidangan telur yang disajikan.

Ironisnya penggunaan telur pada

setiap penyelenggaraan makan

sebagai salah satu menu lauk hewani

di beberapa RS cukup tinggi.

Penggunaan telur di beberapa Rumah

Sakit di Jakarta lebih kurang 250-300

butir per hari.

Telur merupakan sumber protein

hewani yang mempunyai nilai gizi

tinggi. Selain murah, telur juga

merupakan sumber protein hewni

yang mudah didapatkan dan diolah.

Dalam ilmu gizi telur dijadikan

patokan untuk membandingkan nilai

gizi bahan makanan lainnya. Oleh

sebab itu, telur merupakan sumber zat

gizi yang sangat penting yang

dibutuhkan untuk perkembangan dan

pertumbuhan embrio. Protein telur

mempunyai nilai biologis tinggi

karena mengandung asam-asam

amino yang lengkap dibandingkan

dengan sumber protein hewani

lainnya. Telur juga mengandung

berbagai zat gizi penting seperti

protein, vitamin A, D, E, dan B,

Fosfor dan zink. Telur digunakan

sebagai standarisasi dari protein yang

lain, karena protein berfungsi

memperbaiki organ tubuh. Otot, kulit,

dan organ-organ tubuh semua

tersusun dari protein (Arief, 2008).

Pemkaian telur rata-rata di RSUD

Cengkareng sebanyak 300 butir telur

untuk satu hari. RSUD Cengkareng

menggunakan siklus menu 10 hari,

pemakaian telur dalam 1 hari adalah 2

kali penyajian. Menu telur terdiri dari

telur rebus, telur ceplok bumbu

kecap, omelet isi sayuran, semur

telur, telur kalio (bumbu kuning),

rendang telur, pindang telur.

Salah satu cara untuk mengevaluasi

makanan yang disajikan adalah

dengan menghitung daya terima

makanan konsumen. Daya terima

makanan adalah presentase makanan

yang di konsumsi dari total

keseluruhan yang disediakan. Daya

terima ini banyak dipengaruhi

beberapa faktor diantaranya adalah

penampilan makanan saat disajikan

dan rasa makanan (Dewi, 2007 dalam

Megawati, 2015 ).

Daya terima pasien terhadap makanan

yang disajikan dapat dilihat dari

makanan sisa, bila makanan yang

disajikan dengan baik dapat

dihabiskan pasien berarti pelayanan

gizi dirumah sakit tersebut tercapai

(Depkes, 2001). Dengan demikian,

melalui indikator tersebut daya terima

pasien dapat dikatakan baik bila

pasien telah mencapai kepuasan.

Pelayanan makanan dirumah sakit

dapat ditentukan dengan beberapa

indikator diantaranya: waktu

pelayanan, penampilan makanan

(warna dan bentuk), dan rasa

makanan (aroma, bumbu masakan,

suhu makanan). Pola makan pasien

juga mempengaruhi daya terima

makanan yang disajikan. Menurut

Mukrie (1990), makanan yang

disajikan sesuai dengan kebiasaan

makan pasien karena akan

berpengaruh terhadap selera makan.

Pada penelitian Refnita (2001)

menunjukkan adanya hubungan yang

bermakna antara kebiasaan makan,

penampilan makanan dan suhu

makanan dengan daya terima makan

siang pekerja. Hal ini sejalan dengan

penelitian Iskandar (2003), yang

menunjukkan adanya hubungan yang

bermakna antara frekuensi makan,

penampilan makanan, dan flavour

(cita rasa) makanan dengan daya

terima makan siang pekerja. Pada

penelitian Hermawati (2003),

diperoleh hasil ada hubungan yang

bermakna antara kualitas makanan

yang disajikan dengan daya terima

(p=0,006). Hal ini juga menunjukan

bahwa daya terima dipengaruhi oleh

penampilan dan rasa makanan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Siti Sundari (2008) dengan judul

hubungan penampilan makanan, rasa

makanan dan kinerja pegawai, hasil

analisis hubungan penampilan makan

dengan daya terima hasilnya

bermakna, begitu pula dengan

hubungan rasa makanan dengan daya

terima makanan. Senada dengan

penelitian Juandini pada tahun 2010

dalam penelitiannya di RS Tk. II

Dustira Cimahi menyatakan ada

hubungan penilaian penampilan dan

rasa terhadap daya terima. Begitu

juga dengan hasil penelitian

Megawati (2015) yang menyatakan

bahwa Ada hubungan antara citarasa

makanan dengan daya terima

makanan lunak pasien rawat inap

RSIJ Sukapura.

Selama ini belum pernah ada

penelitian yang menyangkut tentang

daya terima menu telur pada pasien di

RSUD Cengkareng. Atas dasar inilah,

penulis berminat mengetahui

bagaimana daya terima pasien

terhadap menu telur di ruang

perawatan kebidanan RSUD

Cengkareng.

Metode

Penelitian ini dilakukan di

ruang perawatan kebidanan RSUD

Cengkareng pada bulan Maret tahun

2016. Penelitian ini merupakan studi

analitik yang dilakukan dengan desain

penelitian secara Cross Sectional.

Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pasien yang dirawat

diruang perawatan kebidanan RSUD

Cengkareng selama penelitian

berlangsung. Pengambilan sampel

menggunakan cara Purposive

Sampling.

Variabel terikat pada penelitian

ini adalah daya terima menu telur.

Variabel bebas pada penelitian ini

adalah data karakteristik (umur,

pendidikan, pekerjaan, diagnose

penyakit), citarasa makanan

(penampilan makanan (warna dan

bentuk), rasa makanan (aroma,

bumbu, temperatur). Data yang

diambil dalam penelitian ini terdiri

dari daya terima menu telur dan cita

rasa menu telur yang diperoleh

dengan cara observasi dan wawancara

kepada responden menggunakan

kuesioner. Data menggunakan skala

ordinal dan menggunakan analisis

bivariat uji Korelasi Spearman.

Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis pada tabel 1

menunjukkan bahwa dari 200

responden paling banyak berusia

antara 20-35 tahun yakni sebanyak

139 responden (69.5%).

Tabel 1.Distribusi Frekuensi Usia

Usia N (%)

< 20 10 5.0

20-35 139 69.5

36-45 51 25.5

Total 200 100.0

Hasil analisis pada tabel 2

menunjukkan dari 200 responden

yang berada di ruang perawatan

kebidanan sebagian besar memiliki

diagnose post partum secara Sectio

Caesar sebanyak 184 responden

(94.0%).

Tabel2.Distribusi Frekuensi Diagnosa

Penyakit Responden

Diagnosa Penyakit n (%)

PPN 16 6.0

SC 184 94.0

Total 200 100.0

Hasil analisis pada tabel 3

menunjukkan bahwa dari 200

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 86 responden

(43.0%) berpendidikan menengah.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi

Pendidikan Responden

Pendidikan N (%)

Dasar 84 42.0

Menengah 86 43.0

Tinggi 30 15.0

Total 200 100.0

Hasil analisis pada tabel 4

menunjukkan bahwa dari 47

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 23 responden

(48.9%) menilai citarasa tinggi,

sebanyak 24 responden (51.1%)

menilai citarasa rendah.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Citarasa

Menu Telur Rebus

Kategori N (%)

Tinggi 23 48.9

Rendah 24 51.1

Total 47 100

Berdasarkan tabel 5 analisis

data menunjukkan bahwa dari 17

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 3 responden

(17.6%) menilai citarasa tinggi dan

sebanyak 14 responden (82.4%)

menilai citarasa rendah.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Citarasa

Menu Telur Ceplok Bumbu Kecap

Kategori n (%)

Tinggi 3 17.6

Rendah 14 82.4

Total 17 100

Pada tabel 6, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 35

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 22 responden

(62.9%) menilai citarasa tinggi dan

sebanyak 13 responden (37.1%)

menilai citarasa rendah..

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Citarasa

Menu Telur Bumbu Kuning

Kategori N (%)

Tinggi 22 62.9

Rendah 13 37.1

Total 35 100

Pada tabel 7, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 20

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 17 responden

(85.0%) menilai citarasa tingggi dan

menilai citarasa rendah sebanyak 3

responden (15%).

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Citarasa

Menu Telur Omelet Isi Sayuran

Kategori N (%)

Tinggi 17 85

Rendah 3 15

Total 20 100

Pada tabel 8, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 34

responden di ruang perawatan

kebidanan, sebanyak 20 responden

(58.8%) menilai citarasa tinggi dan 14

responden (41.2%) yang menilai

citarasa rendah.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Citarasa

Menu Semur Telur

Kategori n (%)

Tinggi 20 58.8

Rendah 14 41.2

Total 34 100

Pada tabel 9, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 31

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak masing-masing

27 responden (87.1%) menilai

citarasa tinggi dan menilai citarasa

rendah sebanyak 4 responden

(12.9%).

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Citarasa

Menu Rendang Telur

Kategori n (%)

Tinggi 27 87.1

Rendah 4 12.9

Total 31 100

Pada tabel 10, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 16

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 9 responden

(56.2%) menilai citarasa tinggi dan

menilai citarasa rendah sebanyak 7

responden (43.8%).

Tabel 10. Distribusi Frekuensi

Citarasa Menu Telur Pindang

Kategori n (%)

Tinggi 9 56.2

Rendah 7 43.8

Total 16 100.0

Pada tabel 11, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 47

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 40 responden

(85.1%) memiliki daya terima baik

dan memiliki daya terima kurang

sebanyak 7 responden (14.9%).

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Daya

Terima Menu Telur Rebus

Kategori n (%)

Baik 40 85.1

Kurang 7 14.9

Total 47 100.0

Pada tabel 12, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari dari 17

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak 12 responden

(70.6%) memiliki daya terima baik

dan memiliki daya terima kurang

sebanyak 5 responden (29.4%).

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Daya

Terima Menu Telur Ceplok Bumbu

Kecap

Kategori n (%)

Baik 12 70.6

Kurang 5 29.4

Total 17 100.0

Pada tabel 13, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 35

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak masing-masing

32 responden (91.4%) memiliki daya

terima baik dan memiliki daya terima

kurang sebanyak 3 responden (8.6%).

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Daya

Terima Menu Telur Bumbu Kuning

Kategori n (%)

Baik 32 91.4

Kurang 3 8.6

Total 35 100.0

Pada tabel 14, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari dari 20

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak masing-masing

19 responden (95%) memiliki daya

terima baik dan memiliki daya terima

kurang sebanyak 1 responden (5%).

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Daya

Terima Menu Telur Omelet Isi Sayur

Kategori n (%)

Baik 19 95

Kurang 1 5

Total 20 100

Pada tabel 15, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 34

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak masing-masing

28 responden (82.4%) memiliki daya

terima baik dan memiliki daya terima

kurang sebanyak 6 responden

(17.6%).

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Daya

Terima Menu Semur Telur

Kategori n (%)

Baik 28 82.4

Kurang 6 17.6

Total 34 100.0

Pada tabel 16, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 31

responden sebanyak 29 responden

(93.5%) memiliki daya terima baik

dan sebanyak 2 responden (6.5%)

memiliki daya terima kurang.

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Daya

Terima Menu Rendang Telur

Kategori n (%)

Baik 29 93.5

Kurang 2 6.5

Total 31 100.0

Pada tabel 17, hasil analisis

menunjukkan bahwa dari 16

responden di ruang perawatan

kebidanan sebanyak masing-masing

13 responden (81.2%) memiliki daya

terima baik dan memiliki daya terima

kurang sebanyak 3 responden

(18.8%).

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Daya

Terima Menu Telur Pindang

Kategori n (%)

Baik 13 81.2

Kurang 3 18.8

Total 16 100.0

Hasil uji korelasi Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara citarasa

dan daya terima pada menu telur

rebus. Korelasi koofesien 0.464.

Hal ini menunjukkan semakin

tinggi citarasa maka semakin baik

daya terima.

Tabel 18. Sebaran Responden

Berdasarkan Citarasa Dan

Daya Terima Menu Telur

Rebus

Kategori

Citarasa

Kategori Daya

Terima

Total

Baik Kurang

n n n

Tinggi 16 1 17

Rendah 24 6 30

Total 40 7 47

Tabel 19. Sebaran Responden

Berdasarkan Citarasa Dan

Daya Terima Menu Telur

Ceplok Bumbu Kecap

Kategori

Citarasa

Kategori Daya

Terima

Total

Baik Kurang

n n n

Tinggi 3 0 3

Rendah 9 5 14

Total 12 5 17

.

Hasil uji korelasi Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara citarasa

dan daya terima pada menu telur

ceplok bumbu kecap. Korelasi

koofesien 0.499.

Hal ini menunjukkan semakin

tinggi citarasa maka semakin baik

daya terima

Tabel 20. Sebaran Responden

Berdasarkan Citarasa Dan

Daya Terima Menu Telur

Bumbu Kuning

Kategori

Citarasa

Kategori Daya

Terima

Total

Baik Kurang

n n n

Tinggi 0 0 0

Rendah 32 3 35

Total 32 3 35

Hasil uji korelasi Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara citarasa

dan daya terima pada menu telur

bumbu kuning. Korelasi koofesien

0.525.

Hal ini menunjukkan semakin

tinggi citarasa maka semakin baik

daya terima.

Tabel 21. Sebaran Responden

Berdasarkan Citarasa Dan

Daya Terima Menu Omelet

Isi Sayuran

Kategori

Citarasa

Kategori Daya

Terima

Total

Baik Kurang

n n n

Tinggi 17 0 17

Rendah 2 1 3

Total 19 1 20

Hasil uji korelasi Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara citarasa

dan daya terima pada menu telur

omelet isi sayuran. Korelasi koofesien

-0.546.

Hal ini menunjukkan semakin

tinggi citarasa maka semakin baik

daya terima.

Tabel 22. Sebaran Responden

Berdasarkan Citarasa Dan

Daya Terima Menu Semur

Telur

Kategori

Citarasa

Kategori Daya

Terima

Total

Baik Kurang

n n n

Tinggi 15 5 20

Rendah 13 1 14

Total 28 6 34

Hasil uji korelasi Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara citarasa

dan daya terima pada menu semur

telur. Korelasi koofesien 0.231.

Hal ini menunjukkan semakin

tinggi citarasa maka semakin baik

daya terima.

Tabel 23. Sebaran Responden

Berdasarkan Citarasa Dan

Daya Terima Menu Rendang

Telur

Kategori

Citarasa

Kategori Daya

Terima

Total

Baik Kurang

n n n

Tinggi 16 0 16

Rendah 13 2 15

Total 29 2 31

Hasil uji korelasi Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara citarasa

dan daya terima pada menu rendang

telur. Korelasi koofesien 0.348.

Hal ini menunjukkan semakin

tinggi citarasa maka semakin baik

daya terima.

Tabel 24. Sebaran Responden

Berdasarkan Citarasa Dan

Daya Terima Menu Telur

Pindang

Kategori

Citarasa

Kategori Daya

Terima

Total

Baik Kurang

n n n

Tinggi 9 0 9

Rendah 4 3 7

Total 13 3 16

Hasil uji korelasi Spearman

dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara citarasa

dan daya terima pada menu telur

pindang. Korelasi koofesien -0.545.

Hal ini menunjukkan semakin

tinggi citarasa maka semakin baik

daya terima.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa:

1. Umur responden paling

banyak yaitu antara umur

20-35 tahun sebanyak 139

responden (69,5%),

jenjang pendidikan

terakhir responden paling

banyak memiliki jenjang

pendidikan menengah

sebanyak 86 responden

(40,0%),dan hamper

semua responden memiliki

diagnose post partus

Sectio Caesar, yaitu

sebanyak 184 responden

(94,0%).

2. Mayoritas responden di

ruang perawatan

kebidanan RSUD

Cengkareng menilai

citarasa tertinggi pada

menu rendang telur

sebesar 87,1%.

3. Mayoitas responden di

ruang perawatan

kebidanan RSUD

Cengkareng memiliki daya

terima paling baik pada

menu rendang telur

sebesar 90,3%.

4. Ada hubungan yang

sangat signifikan antara

citarasa dengan daya

terima menu telur pada

pasien di ruang perawatan

kebidanan RSUD

Cengkareng.

Daftar Pustaka

Almatsier, S., Jus’at,I & Akmal.

1992. Persepsi Pasien

Terhadap Makanan di Rumah

Sakit (Survey Pada 10 Rumah

Sakit) Di DKI Jakarta. Dalam

Gizi Indonesia 17(1/2): 87-96.

Ama, Al Yasir Nene. 2012. Persepsi,

Konsumsi dan Kontribusi

Lauk Hewani Pada Pasien

Rawat Inap di RSUD

Cibinong. Skripsi Departemen

Gizi Masyarakat FEM IPB.

Bogor.

Andrini, Yudhit Novi. 2012.

Penyelenggaraan Makanan,

Daya Terima, Dan Konsumsi

Pangan Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Salam

Sejahtera Bogor. Skripsi

Departemen Gizi Masyarakat

FEM IPB. Bogor.

Apriadji, Harry Wied. 1980. Gizi

Keluarga. Penebar Swadaya

Anggota IKAPI. Jakarta.

Arief, Irfan. 2008. Telur Sumber

Protein Hewani. Jakarta.

Buckle, K.A. et al. 2013. Ilmu

Pangan.Universitas Indonesia.

Jakarta.

Clark Nancy, RD, MS. 1996.

Petunjuk Gizi Untuk Setiap

Cabang Olahraga. Jakarta.

Dewi, Krisma. 2007. Hubungan

Antara Penampilan Makanan

Dan Rasa Makanan Dengan

Daya Terima Makan Siang

Siswa SPK Sungai Liat

Bangka Tahun 2007. Karya

Tulis Ilmiah Jurusan Gizi

Poltekkes Kemenkes

Bandung.

Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan, 1996, Kamus

Besar Bahasa Indonesia,

Balai Pustaka, Jakarta.

Depkes RI, 2003. Pedoman

Pelayanan Gizi Rumah Sakit,

Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2005. Pedoman

Pelaksanaan Pelayanan Gizi

Rumah Sakit, Jakarta. Depkes

RI

Eliya, Tati. Gambaran Sisa Konsumsi

Makanan Lunak Pasien Rawat

Inap Ditinjau Dari

Pembagian Waktu Makan

Dan Jenis Makanan Serta

Faktor Penyebabnya Di

RSUD Pasar Rebo Jakarta.

Karya Tulis Ilmiah Jurusan

Gizi Poltekkes Jakarta II,

2003

Hartatik, Tatik. 2005. Gambaran

Daya Terima Terhadap Daya

Terima Terhadap Cita Rasa

Makanan Pada Pasien

Dewasa di Perawatan Kelas II

Rumah Sakit Haji Jakarta.

Karya Tulis Ilmiah FKM UI.

Jakarta.

Harvie, Nabilah Khairani. 2011. Sisa

Makakan Lunak Ditinjau Dari

Citarasa Makanan Rumah

Sakit Dan Konsumsi Makanan

Dari Luar Pada Pasien Rawat

Inap Kelas III Di RSUD Budhi

Asih Jakarta Timur, Tahun

2011. Karya Tulis Ilmiah

Jurusan Gizi Poltekkes Jakarta

II.

Hermawati, Dede. 2003. Hubungan

Persepsi Terhadap Kualitas

Makanan Yang Disajikan

Dengan Daya Terima

Mahasiswa Di Kantin Timur

ITB. Bandung: Jurusan Gizi

55

Politeknik Kesehatan

Kemenkes Bandung.

Humaira. 2014. Analisis

Penyelenggaraan Makanan,

Tingkat Kesukaan Dan Sisa

Konsumsi Pangan Narapidana

Di Lembaga Pemasyarakatan

Pandeglang, Bogor. Skripsi

Departemen Gizi Masyarakat

FEM IPB.

Irena, Juandini. 2010. Hubungan

Penilaian Penampilan dan

Rasa Makanan Terhadap

Daya Terima 3 Macam Resep

Hidangan Pada Pasien Di

Ruang Rawat Inap RS Tk.II

03.05.01 Dustira Kota Cimahi

Tahun 2010. Karya Tulis

Ilmiah. Jurusan Gizi

Politeknik Kesehatan

Kemenkes Bandung.

Irfanny, Anwar dkk. 2012. Evaluasi

Sistem Penyelenggaraan

Makanan Lunak Dan Analisis

Sisa Makanan Lunak Di

Beberapa Rumah Sakit Di Dki

Jakarta, Tahun 2011. Dalam

Gizi Indonesia 35(2):97-108.

Kurniah, Illiyun. 2010. Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan

Daya Terima Makan Siang

Karyawan Di RS Brawijaya

Women And Children

Kebayoran Baru Jakarta

Selatan Tahun 2009. Skripsi

FKM UIN. Jakarta.

Lydiawati, Ticha. 2008. Daya Terima

Konsumsi Energi Dan Zat

Gizi Pasien Rawat Inap

Penderita Kardiovaskular Di

RSUP Fatmawati Jakarta.

Skripsi Departemen Gizi

Masyarakat FEM IPB.

Moehyi, Sjahmien. 1992. Makanan

Institusi dan Jasa Boga.

Bharatara, Jakarta.

Muchtadi, Deddy. 1989. Evaluasi

Nilai Gizi Pangan. Institut

Pertanian Bogor.

Megawati, Yeni. 2015. Hubungan

Antara Citarasa Makanan

Dan Pola Makan Dengan

Daya Terima Makanan Lunak

Pasien Rawat Inap Di Rumah

Sakit Islam Jakarta Sukapura

Jakarta Utara. Skripsi

Fikes UEU.

Murni, Dewi. 2012. Hubungan

Karakteristik Sampel Dan

Citarasa Makanan Terhadap

Daya Terima Telur Dalam

Menu Makanan Lunak Pada

Pasien Di RS Sukmul Medika

Jakarta, Tahun 2012. Karya

Tulis Ilmiah Jurusan Gizi

Poltekkes Jakarta II.

Mutmainnah. 2008. Daya Terima

Makanan Dan Tingkat

Energi- Protein Pasien Rawat

Inap Penderita Penyakit

Dalam Di Rumah Sakit Dr. H.

Marzoeki Mahdi. Skripsi

Departemen Gizi Masyarakat

FEM IPB.

Nurdiani, Reisi. 2011. Analisis

Penyelenggaraan Makan Di

Sekolah Dan Kualitas Menu

Bagi Siswa Sekolah Dasar Di

Bogor. Tesis Sekolah Pasca

Sarjana IPB.

Nursafitri, Rinjani. 2013. Analisis

Sistem Penyelenggaraan

Makanan, Ketersediaan

Energi Dan Zat Gizi Serta

Daya Terima Menu Asrama

Sekolah Smart Ekselensia

Indonesia, Parung, Bogor.

Skripsi Departemen Gizi

Masyarakat FEM IPB.

Paramita, Nadya Bellatrix. 2011.

Analisis Tingkat Ketersediaan

Dan Daya Terima Makanan

Di Sekolah Terhadap Tingkat

Kecukupan Zat Gizi Pada

Siswa-Siswi SD Marsudirini,

Parung, Bogor. Skripsi

Departemen Gizi Masyarakat

FEM IPB.

Persagi. 2009. Tabel Komposisi

Pangan Indonesia. Elex

Media Komputindo. Jakarta.

Kemenkes RI, 2013. Pedoman

Pelayanan Gizi Rumah Sakit.

Kementerian Kesehatan RI.

Purwita, Sari. 2000. Daya Terima

Makanan Pasien Rawat Inap

Terhadap Makanan Biasa Di

Rumah Sakit H Thamrin

Jakarta. Karya Tulis Ilmiah

FKM UI. Jakarta.

Refnita, 2001. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Daya

Terima Makan Siang Tenaga

Kerja Wanita Di PT. Adis

Dimention Footwear Serang.

Skripsi. FKM UI. Depok.

Saepuloh. 2003. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Daya Terima

Pasien Dewasa Diit Makanan

Biasa (Studi Di Ruang Rawat

Inap Kelas II Dan III Rumah

Sakit Immanuel Bandung).

Tesis Universitas Diponegoro.

Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/1081

2/ (diakses pada tanggal 26

November 2015).

Sholehah, Hidayatus et al. 2015.

Hubungan Daya Terima

Makanan Dengan Tingkat

Kecukupan Energi Dan

Protein Taruna di Asrama

Politeknik Ilmu Pelayaran

Semarang. Jurnal Gizi

Universitas Muhammadiyah

Semarang Vol. 4, No. 1.

Suhendrawati. 2013. Hubungan Daya

Terima Makanan Biasa,

Makanan Lunak Dengan

Lama Hari Rawat Pada

Pasien Bedah Kelas III Lantai

6 Barat Di Rumah Sakit Budhi

Asih Jakarta. Skripsi UEU.

Jakarta.

Sundari, Siti. 2008. Hubungan

Penampilan Makanan, Rasa

Makanan Dan Kinerja

Pegawai Distribusi Makanan

Terhadap Daya Terima

Makanan Di Ruang Rawat

Inap Kelas VIP Dan Kelas 1

RSUD R. Syamsudin S. H.

Kota Sukabumi. Karya Tulis

Ilmiah Poltekkes Kemenkes

Bandung Jurusan Gizi.

Bandung.

Sutyawan dan Setiawan, Budi. 2013.

Penyelenggaraan Makanan,

Daya Terima Makanan, Dan

Tingkat Asupan Siswa Asrama

Kelas Unggulan Sma 1 Pemali

Bangka Belitung. Jurnal Gizi

dan Pangan 8(3): 207- 214.

Tresnawati, Murni Mutia. 2009.

Analisis Sistem Pengelolaan,

Tingkat Ketersediaan, Dan

Daya Terima Menu Makanan

Katering Sekolah. Skripsi

Departemen Gizi Masyarakat

FEM IPB. Bogor.

Tryascipta, Didik. 2015.

Penyelenggaraan Makanan

Pada SMA Negeri Cahaya

Madani Banten Boarding

School Dan Penilaian Menu

Makanan Pada Siswa. Skripsi

Departemen Gizi Masyarakat

FEM IPB. Bogor.

Winarno. 2004. Kimia Pangan dan

Gizi. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.