dasteori

Upload: dwiki-prakasa-putra

Post on 04-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Dasteori

    1/12

    BAB V

    STUDI KHUSUS FASIES BATUGAMPING JATIBUNGKUS

    5.1. Dasar teori

    Dasar teori ini merupakan pengantar untuk pembahasan studi khusus fasies

    batugamping Jatibungkus, diantaranya meliputi pembentukan batuan karbonat, jenis

    batuan karbonat, analisa petrografi batuan karbonat, klasifikasi batuan karbonat dan

    konsep fasies sedimentasi.

    5.1.1. Pembentukan Batuan Karbonat

    Karbonat merupakan anion kompleks (CO3)2- dan kation divalen logam

    seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Zn, Ba, Sr, dan Cu. Ikatan antara kation logam dan kelompok

    karbonat tidak sekuat ikatan internal dalam struktur CO3 tidak sekuat ikatan kovalen

    dalam karbon dioksida (CO2). Dalam kehadirannya dengan ion hidrogen kelompok

    karbonat terpecah untuk menghasilkan CO2 dan air. Reaksi penguraian ini umumnya

    yang berbuih menampakkan asam pada batugamping.

    Asam tersebut merupakan dasar kimia untuk pengujian yang membedakan

    karbonat dan nonkarbonat. Tes buih tersebut juga digunakan untuk membedakan

    dolostones, dimana membuihnya lambat dan limestone membuihnya cepat. Karbonat

    terdapat secara alami sebagai sedimen dan terumbu pada samudera dengan

    temperatur dan iklim tropikal. Sebagai batuan purba dan sebagai endapan mineral

    ekonomis penting.

    Umumnya karbonat dikelompokkan kedalam kelompok yang memiliki

    struktur kristal lattice, atau susunan interal dari atom, kelompoknya diketahui dari

    sistem kristalnya. Dimana mereka terbentuk dan dinamakan sistem kristalografi

    hexagonal, ortorombik, dan monoklin. Kebanyakan mineral karbonat berada pada

    sistem hexagonal contohnya kalsit (CaCO3) dan dolomit (Ca, Mg (CO3)2). Aragonit

    memiliki komposisi yang sama dengan kalsit, CaCO3 namun kristalnya berada pada

    sistem ortorombik.

    Sistem monoklin dicirikan oleh tembaga karbonat biru dan hijauazurit dan

  • 7/30/2019 Dasteori

    2/12

  • 7/30/2019 Dasteori

    3/12

    5.1.2. Jenis Batuan Sedimen Karbonat

    Batuan sedimen karbonat memiliki jenis yang berbeda berdasarkan komposisi

    kimia, fragmen organik maupun lingkungan pembentukan (Sroor,M, 2010). Jenis

    batuan sedimen karbonat diantaranya batugamping, dolomit, batukapur (chalk), marl,

    coquina dan travertin (Gambar 5.1.).

    Gambar 5.1.Jenis-jenis batuan sedimen karbonat dari M. Sroor (2010)

    A. Batugamping

    Batugamping merupakan batuan sedimen yang tersusun atas mineral kalsit

    (kalsium karbonat : CaCO3). Seperti kebanyakan batuan sedimen lainnya,

    batugamping terdiri dari butiran, sekitar 8090% butir gamping merupakan fragmen

    skeletal dari organisme laut seperti terumbu atau foraminifera. Butir karbonat lainnya

    yang menyusun batuan gamping seperti ooid, peloid, intraclasts, dan extraclast.

    Beberapa batugamping tidak seluruhnya tersusun butiran dan terbentuk oleh

  • 7/30/2019 Dasteori

    4/12

    presipitasi kimia kalsit atau aragonit contoh travertin.

    Komponen batugamping :

    1. Butiran Butiran nonskeletal ooids : bundar maupun bundar tanggung terkonsentrasi

    sekitar nukleus (0,2 : 0,5 mm), Pisolites merupakan ooids dengan diameter

    > 2mm, Peloids merupakan butir membundar tersusun dari mikrokristalin

    karbonat namun tanpa struktur inertial.

    Butiran skeletal : moluska, brachiopoda, cnidarian, foraminifera, sponges,arthopoda dan kalsipera.

    Alga : rhodophyta, cholorophyta, chyrophyta, cyanophyta2. Matriks

    Mikrit : terbentuk pada partikal kalkareous bergerak dengan diameter

    dari 0,06 hingga 2mm yang telah terendapkan lebih dulu secara mekanis

    daripada lapisan cairnya.

    3. SemenSparit : lebih kasar dari mikrit, dengan ukuran butir > 4 m dan

    kristalin.

    Klasifikasi batugamping

    1. Berdasarkan ukuran butir Grabau (1902) : kalsirudit (>2mm), kalsirenit(2mm : 64 m), dan kalsilutit (-64m)

    2. Berdasarkan tekstur deposisi Dunham (1962) : a. Grainstone (butiran tanpamatriks), b. Butiran dengan kontak matriks (packstone), c. Wackestone,

    butir kasar memfragmen dalam matriks, d.Mudstone, matriks dengan butiran

    sedikit.

  • 7/30/2019 Dasteori

    5/12

    3. Berdasarkan tekstur deposisi material organik Embry dan Klovan (1972) : a.Ukuran butir kasar floatstone dan rudstone, b. Organik bercampur selama

    pengendapan :Baffle stone,Bind stone dan Frame stone.

    4. Berdasarkan komposisi Folk (1962) : a. alochem (intraklas, ooids, pellets,bioklas), b. matriks kalsit berukuran kriptokristalin/mikrit dan c. semen

    kalsit/spar.

    B. Dolomit

    Tersusun atas kalsium magnesium karbonat CaMg (CO3) (dikenal dengan

    magnesium limestone).

    C. Batukapur (Chalk)

    Lunak, putih, porous, terbentuk dari limestone pada kondisi laut dalam dari

    akumulasi gradual tiap lempeng kalsit. Batukapur tersusun kebanyakan dari kalsium

    karbonat dengan jumlah lempung dan lanau minor. Umumnya nodul rijang terlapis

    dalam batukapur. Batukapur dapat pula merujuk pada penyusun lainnya, termasuk

    magnesium silikat dan kalsium sulfat.

    D. Marl

    Merupakan kalsium karbonat atau lumpur kaya gampingan terbentuk dari

    cangkang porous dan fragmen cangkang terakumulasi pada kondisi air tawar.

    E.Coquina

    Batugamping yang tersusun dari agregat cangkang dan fragmen cangkang.

    F.Travertin

    Merupakan batuan sedimen terestrial, terbentuk dari presipitasi mineral

    karbonat dari cairan pada tanah atau air permukaan. Travertin membentuk stalaktit

    pada gua batugamping.

    5.1.3. Klasifikasi batuan karbonat

    Klasifikasi Dunham (1962)

    Klasifikasi Dunham didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping.

  • 7/30/2019 Dasteori

    6/12

    Menurut Dunham, dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang

    tetap (Gambar 5.2.).

    Gambar 5.2. Klasifikasi Batuan Sedimen Karbonat Dunham (1962) dengan

    modifikasi oleh Embry & Klovan (1971)

    Mudstone : Batuan terdiri dari lumpur karbonat atau matriks karbonat berukuran

    kriptokristalin. Butiran (fosil,ooid, dsb) : kurang dari 10%.

    Wackestone: Butiran lebih dari 10%. Butiran mengambang didalam matriks lumpur

    (mud-supported)

    Packstone : Butiran berukuran pasir banyak, terdapat lumpur karbonat diantara

    butiran. Butirannyagrain supported

    .Grainstone : Butiran berukuran pasir terdapat spar pada ruang antar butiran;

    lumpur sedikit/tidak ada. Butirannya grain supported.

    Floatstone : Butiran berukuran pasir banyak, terdapat lumpur karbonat diantara

    butiran. Butirannya grain supported. Terdiri dari > /mencapai 10% butiran

    berukuran > 2mm. Butiran tertanam dalam matriks lumpur.

    Rudstone : Butiran pasir terdapat spar pada ruang antar butiran; lumpur

    sedikit/tidak ada. Butirannya grain supported. Presentase butiran 10% atau lebih ;

    spar dijumpai pada ruang antar butiran. Butiran berukuran > 2mm

    Boundstone: terdiri dari kerangka (koral dan stromatolit).

  • 7/30/2019 Dasteori

    7/12

    Klasifikasi Embry and Klovan (1971) membagi boundstone menjadi 3 kelompok

    (sekarang lebih dikenal sebagai modifikasi dari Dunham) sebagai berikut (Gambar

    5.2.) :

    Bafflestone : Organisme berperan sebagai baffles dan menjadi fragmen pada batuan

    dengan sedikit ikatan antar fragmen, dikelilingi oleh mikrit (organisms acted as

    baffles).

    Bindstone : Organisme menjadi kerak dan saling mengikat pada lumpur karbonat

    (organisms encrusting and binding).

    Framestone : Organisme membentuk kerangka pada batuan dengan sifat yang kaku

    /ikatan antar butir tidak terlihat jelas batas-batasnya (organisms building a rigid

    framework)

    Klasifikasi Folk (1962)

    Berdasarkan Presentase kehadiran (1) allochems, (2) semen kalsit / spar, dan

    (3) mikrokristalin / matriks kalsit berukuran kriptokristalin (mikrit). Allochem berupa

    : intraklas, ooids, pellets, bioklas (Gambar 5.3.).

    - Intraklas : intra-formational rock fragments terdiri dari kalsit

    kriptokristalin - mikrokristalin atau terdiri dari bioklas berukuran halus (ostrakoda)

    bentuk lebih membundar; ukuran umumnya > 2mm hingga kurang dari beberapacm.

    - Ooids : Butiran karbonat berukuran < 1 mm; bentuk membundar

    (spherical); konsentris; untuk ooid berukuran lebih kasar (> beberapa mm) disebut

    pisolit.

    - Pellets : Butiran terdiri dari kalsit / aragonit berukuran kriptokristalin-

    mikrokristalin, ukuran maksimum < 2mm, memanjang (elips).

    - Bioklas : cangkang organisme berkomposisi kalsit/aragonit.

  • 7/30/2019 Dasteori

    8/12

    Gambar 5.3.Klasifikasi Batuan Karbonat Folk (1962)

    5.1.4. Analisis Petrografi Batuan karbonat

    Analisis sayatan tipis batugampingdan dolostone dapat menghasilkan banyak

    informasi tentang lingkungan sedimen terendapkan. Proporsi lumpur karbonat dan

    fragmen lebih besar menyajikan sebuah indikasi tentang lingkungan pengendapan.

    Proporsi yang tinggi pada butir halus material karbonat merujuk pada tatanan energi

    relatif rendah, dimana kehadiran lumpur mencirikan lingkungan dengan energi lebih

    tinggi. Rasio lumpur dengan komponen fragmental juga merupakan dasar klasifikasi

    menggunakan skema Dunham (1962) untuk karbonat mudstones, wackestones,

    packstones, dan grainstones. Jika rasionya tidak terlihat jelas pada handspecimen,

    sayatan tipis akan menyingkap kehadiranframeworkorganisme seperti coral dan alga

    yang membentuk kemas boundstone. Material fragmental secara alami menyediakan

    bukti lebih jauh tentang kondisi sedimen yang terendapkan, contohnya konsentrasi

    Ooids yang tinggi mengindikasikan tatanan dominasi ombak, daerah laut dangkal,

    dimana batuan tersusun oleh material biogenik yang semuanya berasal dari kelompok

    moluska seperti Bivalve atau Gastropoda sebagai indikator tatanan laguna.

    Kehadiran cangkang material yang rusak merefleksikan energi dari tatanan

    atau jumlah transport dan sedimen reworking. Hal tersebut memungkinkandeterminasi kelompok fosil kedalam bioklas yang lebih besar sepanjang dari bentuk

    keseluruhan dan struktur intenalnya (Gambar 5.4.).

    Petunjuk tambahan ada pada mineral yang membentuk asal bioklas, cangkang

    yang menyusun aragonit berekristalisasi dan kemas asalnya hilang. Sama halnya

  • 7/30/2019 Dasteori

    9/12

    dengan kalsit tinggi magnesium berekristalisasi dan menghasilkan bioklas dengan

    kemas terekristalisasi. Organisme seperti Brachiopoda dan Bivalvia yang membentuk

    kalsit dengan magnesium rendah akan kehilangan struktur primernya (Nichols, 2009).

    Perlu dicatat bahwa semua karbonat dapat beralterasi diagenetik yang dapat

    merubah struktur dan mineralogi pada cangkang dan lumpur karbonat. Alterasi

    diagenetik dapat terjadi dengan sementasi sederhana dari sedimen dengan sedikit

    alterasi pada material untuk melengkapi rekristalisasi yang mengubah semua kemas

    deposisi batuan.

    Gambar 5.4.Bioklas pada struktur sedimen dan batugamping

    Fasies dari G. Nichols (2009)5.1.5. FasiesSedimentasi

    Fasies model memberikan petunjuk bagaimana sistem alam berupa

    sedimentasi bekerja. Studi tentang lingkungan pengendapan purba dimulai dengan

    pengukuran stratigrafi dan korelasi, kaitannya dengan kehadiran tipe batuan masa

    sekarang, geometri 3D, dan struktur sedimen internalnya.

    Pengukuran stratigrafi vertikal mengimplikasikan ini akan dibagi menjadi

    sebuah seri dengan unit berbeda, masing-masing berdasarkan karakteristik dan

  • 7/30/2019 Dasteori

    10/12

  • 7/30/2019 Dasteori

    11/12

    Empat Penggunaan Fasies Model

    Secara umum dalam tubuh model fasies, memungkinkan asumsi 4 fungsi

    utama :

    1. Berperan sebagai norma, bertujuan sebagai pembanding.2. Berperan sebagai framework dan petunjuk untuk observasi di masa

    mendatang.

    3. Berperan sebagaipredictorpada keadaan geologi terbaru.4. Harus bersifat sebagai dasar terintegrasi untuk interpretasi pada sistem

    yang disajikan.

    Hubungan antara ruang sistem pengendapan dan suksesi stratigrafi yang

    dihasilkan, dikembangkan pertama kali oleh Johannes Walther (1973) dengan hukum

    korelasi fasiesnya : merupakan pernyataan dasar untuk pengamatan penting terhadap

    fasies dan area fasies yang dapat diletakkan secara utama sehingga dapat diobservasi

    satu sama lainnya di masa sekarang. Fasies batuan merupakan tubuh dari batuan

    sedimen dengan karakteristik khusus dan dibedakan dari tubuh batuan terdekatnya.

    Fasies jarang tersusun secara acak. Analisis lingkungan menunjukkan perlapisan

    vertikal yang berasal dari sekuen lingkungan yang terlihat dari setiap sisi pada

    permukaan bumi. Sebuah sekuen vertikal yang memungkinkan dari fasies dihasilkandari sekuen lingkungan lateral (Gambar 5.5.). Fasies dibedakan dengan kriteria dasar

    yang terobservasi di lapangan seperti geometri, litologi, struktur sedimen, fosil,

    warna, dan tekstur arus purba. Mendefinisikan karakteristik untuk fasies termasuk

    diantaranya tren sedimentasi, perlapisan (ketebalan lapisan), laminasi, kontak

    perlapisan, variasi lateral, ukuran butir, litologi, mineralogi, paleontologi, orientasi

    arus purba, struktur sedimen dan struktur biogenik.

    Fasies dapat dan akan berulang secara vertikal sepanjang sekuen sedimentasi,

    namun dapat menghasilkan banyak karakter sebagai hasil dari lingkungan dan atau

    evolusi berubah dari waktu, contohnya kandungan fosil. Fasies dapat pula berubah

    secara lateral sepanjang pengendapan sebagai hasil dari perubahan lingkungan

  • 7/30/2019 Dasteori

    12/12

    dengan jarak pada waktu yang sama. Fasies merupakan produk dari proses yang

    bekerja pada lingkungan pengendapan.

    Gambar 5.5.Sekuen Vertikal Fasies Dihasilkan dari Sekuen Lingkungan Lateral oleh

    Walther (1973)

    Sekuen Fasies

    Sekuen fasies merupakan seri vertikal dari fasies dimana terbagi secara

    gradasi satu sama lainnya. Umumnya sekuen fasies dicirikan : menghalus keatas,

    mengkasar keatas, menipis keatas, menebal keatas, dan membesar keatas. Sebuah

    sekuen hanya terdapat sekali pada sebuah kolom batuan atau dapat pula berulang.

    Analisis fasies terdiri dari dua tahap :

    i. Mencirikan, mendefinisikan, menggambarkan fasies; kemudianii. Menginterpretasi fasies sesuai aturan dari proses pengendapan dan lingkungan

    Interpretasi terhadap sebuah fasies terdiri dari dua level yaitu interpretasi dari

    fasies individu, diikuti oleh interpretasi dari semua fasies secara kolektif. Interpretasi

    dari proses dan lingkungan berdasarkan pertimbangan observasi lingkungan modern,

    interpretasi analogi purba dan eksperimen laboratorium.