dasteori
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Dasteori
1/12
BAB V
STUDI KHUSUS FASIES BATUGAMPING JATIBUNGKUS
5.1. Dasar teori
Dasar teori ini merupakan pengantar untuk pembahasan studi khusus fasies
batugamping Jatibungkus, diantaranya meliputi pembentukan batuan karbonat, jenis
batuan karbonat, analisa petrografi batuan karbonat, klasifikasi batuan karbonat dan
konsep fasies sedimentasi.
5.1.1. Pembentukan Batuan Karbonat
Karbonat merupakan anion kompleks (CO3)2- dan kation divalen logam
seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Zn, Ba, Sr, dan Cu. Ikatan antara kation logam dan kelompok
karbonat tidak sekuat ikatan internal dalam struktur CO3 tidak sekuat ikatan kovalen
dalam karbon dioksida (CO2). Dalam kehadirannya dengan ion hidrogen kelompok
karbonat terpecah untuk menghasilkan CO2 dan air. Reaksi penguraian ini umumnya
yang berbuih menampakkan asam pada batugamping.
Asam tersebut merupakan dasar kimia untuk pengujian yang membedakan
karbonat dan nonkarbonat. Tes buih tersebut juga digunakan untuk membedakan
dolostones, dimana membuihnya lambat dan limestone membuihnya cepat. Karbonat
terdapat secara alami sebagai sedimen dan terumbu pada samudera dengan
temperatur dan iklim tropikal. Sebagai batuan purba dan sebagai endapan mineral
ekonomis penting.
Umumnya karbonat dikelompokkan kedalam kelompok yang memiliki
struktur kristal lattice, atau susunan interal dari atom, kelompoknya diketahui dari
sistem kristalnya. Dimana mereka terbentuk dan dinamakan sistem kristalografi
hexagonal, ortorombik, dan monoklin. Kebanyakan mineral karbonat berada pada
sistem hexagonal contohnya kalsit (CaCO3) dan dolomit (Ca, Mg (CO3)2). Aragonit
memiliki komposisi yang sama dengan kalsit, CaCO3 namun kristalnya berada pada
sistem ortorombik.
Sistem monoklin dicirikan oleh tembaga karbonat biru dan hijauazurit dan
-
7/30/2019 Dasteori
2/12
-
7/30/2019 Dasteori
3/12
5.1.2. Jenis Batuan Sedimen Karbonat
Batuan sedimen karbonat memiliki jenis yang berbeda berdasarkan komposisi
kimia, fragmen organik maupun lingkungan pembentukan (Sroor,M, 2010). Jenis
batuan sedimen karbonat diantaranya batugamping, dolomit, batukapur (chalk), marl,
coquina dan travertin (Gambar 5.1.).
Gambar 5.1.Jenis-jenis batuan sedimen karbonat dari M. Sroor (2010)
A. Batugamping
Batugamping merupakan batuan sedimen yang tersusun atas mineral kalsit
(kalsium karbonat : CaCO3). Seperti kebanyakan batuan sedimen lainnya,
batugamping terdiri dari butiran, sekitar 8090% butir gamping merupakan fragmen
skeletal dari organisme laut seperti terumbu atau foraminifera. Butir karbonat lainnya
yang menyusun batuan gamping seperti ooid, peloid, intraclasts, dan extraclast.
Beberapa batugamping tidak seluruhnya tersusun butiran dan terbentuk oleh
-
7/30/2019 Dasteori
4/12
presipitasi kimia kalsit atau aragonit contoh travertin.
Komponen batugamping :
1. Butiran Butiran nonskeletal ooids : bundar maupun bundar tanggung terkonsentrasi
sekitar nukleus (0,2 : 0,5 mm), Pisolites merupakan ooids dengan diameter
> 2mm, Peloids merupakan butir membundar tersusun dari mikrokristalin
karbonat namun tanpa struktur inertial.
Butiran skeletal : moluska, brachiopoda, cnidarian, foraminifera, sponges,arthopoda dan kalsipera.
Alga : rhodophyta, cholorophyta, chyrophyta, cyanophyta2. Matriks
Mikrit : terbentuk pada partikal kalkareous bergerak dengan diameter
dari 0,06 hingga 2mm yang telah terendapkan lebih dulu secara mekanis
daripada lapisan cairnya.
3. SemenSparit : lebih kasar dari mikrit, dengan ukuran butir > 4 m dan
kristalin.
Klasifikasi batugamping
1. Berdasarkan ukuran butir Grabau (1902) : kalsirudit (>2mm), kalsirenit(2mm : 64 m), dan kalsilutit (-64m)
2. Berdasarkan tekstur deposisi Dunham (1962) : a. Grainstone (butiran tanpamatriks), b. Butiran dengan kontak matriks (packstone), c. Wackestone,
butir kasar memfragmen dalam matriks, d.Mudstone, matriks dengan butiran
sedikit.
-
7/30/2019 Dasteori
5/12
3. Berdasarkan tekstur deposisi material organik Embry dan Klovan (1972) : a.Ukuran butir kasar floatstone dan rudstone, b. Organik bercampur selama
pengendapan :Baffle stone,Bind stone dan Frame stone.
4. Berdasarkan komposisi Folk (1962) : a. alochem (intraklas, ooids, pellets,bioklas), b. matriks kalsit berukuran kriptokristalin/mikrit dan c. semen
kalsit/spar.
B. Dolomit
Tersusun atas kalsium magnesium karbonat CaMg (CO3) (dikenal dengan
magnesium limestone).
C. Batukapur (Chalk)
Lunak, putih, porous, terbentuk dari limestone pada kondisi laut dalam dari
akumulasi gradual tiap lempeng kalsit. Batukapur tersusun kebanyakan dari kalsium
karbonat dengan jumlah lempung dan lanau minor. Umumnya nodul rijang terlapis
dalam batukapur. Batukapur dapat pula merujuk pada penyusun lainnya, termasuk
magnesium silikat dan kalsium sulfat.
D. Marl
Merupakan kalsium karbonat atau lumpur kaya gampingan terbentuk dari
cangkang porous dan fragmen cangkang terakumulasi pada kondisi air tawar.
E.Coquina
Batugamping yang tersusun dari agregat cangkang dan fragmen cangkang.
F.Travertin
Merupakan batuan sedimen terestrial, terbentuk dari presipitasi mineral
karbonat dari cairan pada tanah atau air permukaan. Travertin membentuk stalaktit
pada gua batugamping.
5.1.3. Klasifikasi batuan karbonat
Klasifikasi Dunham (1962)
Klasifikasi Dunham didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping.
-
7/30/2019 Dasteori
6/12
Menurut Dunham, dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang
tetap (Gambar 5.2.).
Gambar 5.2. Klasifikasi Batuan Sedimen Karbonat Dunham (1962) dengan
modifikasi oleh Embry & Klovan (1971)
Mudstone : Batuan terdiri dari lumpur karbonat atau matriks karbonat berukuran
kriptokristalin. Butiran (fosil,ooid, dsb) : kurang dari 10%.
Wackestone: Butiran lebih dari 10%. Butiran mengambang didalam matriks lumpur
(mud-supported)
Packstone : Butiran berukuran pasir banyak, terdapat lumpur karbonat diantara
butiran. Butirannyagrain supported
.Grainstone : Butiran berukuran pasir terdapat spar pada ruang antar butiran;
lumpur sedikit/tidak ada. Butirannya grain supported.
Floatstone : Butiran berukuran pasir banyak, terdapat lumpur karbonat diantara
butiran. Butirannya grain supported. Terdiri dari > /mencapai 10% butiran
berukuran > 2mm. Butiran tertanam dalam matriks lumpur.
Rudstone : Butiran pasir terdapat spar pada ruang antar butiran; lumpur
sedikit/tidak ada. Butirannya grain supported. Presentase butiran 10% atau lebih ;
spar dijumpai pada ruang antar butiran. Butiran berukuran > 2mm
Boundstone: terdiri dari kerangka (koral dan stromatolit).
-
7/30/2019 Dasteori
7/12
Klasifikasi Embry and Klovan (1971) membagi boundstone menjadi 3 kelompok
(sekarang lebih dikenal sebagai modifikasi dari Dunham) sebagai berikut (Gambar
5.2.) :
Bafflestone : Organisme berperan sebagai baffles dan menjadi fragmen pada batuan
dengan sedikit ikatan antar fragmen, dikelilingi oleh mikrit (organisms acted as
baffles).
Bindstone : Organisme menjadi kerak dan saling mengikat pada lumpur karbonat
(organisms encrusting and binding).
Framestone : Organisme membentuk kerangka pada batuan dengan sifat yang kaku
/ikatan antar butir tidak terlihat jelas batas-batasnya (organisms building a rigid
framework)
Klasifikasi Folk (1962)
Berdasarkan Presentase kehadiran (1) allochems, (2) semen kalsit / spar, dan
(3) mikrokristalin / matriks kalsit berukuran kriptokristalin (mikrit). Allochem berupa
: intraklas, ooids, pellets, bioklas (Gambar 5.3.).
- Intraklas : intra-formational rock fragments terdiri dari kalsit
kriptokristalin - mikrokristalin atau terdiri dari bioklas berukuran halus (ostrakoda)
bentuk lebih membundar; ukuran umumnya > 2mm hingga kurang dari beberapacm.
- Ooids : Butiran karbonat berukuran < 1 mm; bentuk membundar
(spherical); konsentris; untuk ooid berukuran lebih kasar (> beberapa mm) disebut
pisolit.
- Pellets : Butiran terdiri dari kalsit / aragonit berukuran kriptokristalin-
mikrokristalin, ukuran maksimum < 2mm, memanjang (elips).
- Bioklas : cangkang organisme berkomposisi kalsit/aragonit.
-
7/30/2019 Dasteori
8/12
Gambar 5.3.Klasifikasi Batuan Karbonat Folk (1962)
5.1.4. Analisis Petrografi Batuan karbonat
Analisis sayatan tipis batugampingdan dolostone dapat menghasilkan banyak
informasi tentang lingkungan sedimen terendapkan. Proporsi lumpur karbonat dan
fragmen lebih besar menyajikan sebuah indikasi tentang lingkungan pengendapan.
Proporsi yang tinggi pada butir halus material karbonat merujuk pada tatanan energi
relatif rendah, dimana kehadiran lumpur mencirikan lingkungan dengan energi lebih
tinggi. Rasio lumpur dengan komponen fragmental juga merupakan dasar klasifikasi
menggunakan skema Dunham (1962) untuk karbonat mudstones, wackestones,
packstones, dan grainstones. Jika rasionya tidak terlihat jelas pada handspecimen,
sayatan tipis akan menyingkap kehadiranframeworkorganisme seperti coral dan alga
yang membentuk kemas boundstone. Material fragmental secara alami menyediakan
bukti lebih jauh tentang kondisi sedimen yang terendapkan, contohnya konsentrasi
Ooids yang tinggi mengindikasikan tatanan dominasi ombak, daerah laut dangkal,
dimana batuan tersusun oleh material biogenik yang semuanya berasal dari kelompok
moluska seperti Bivalve atau Gastropoda sebagai indikator tatanan laguna.
Kehadiran cangkang material yang rusak merefleksikan energi dari tatanan
atau jumlah transport dan sedimen reworking. Hal tersebut memungkinkandeterminasi kelompok fosil kedalam bioklas yang lebih besar sepanjang dari bentuk
keseluruhan dan struktur intenalnya (Gambar 5.4.).
Petunjuk tambahan ada pada mineral yang membentuk asal bioklas, cangkang
yang menyusun aragonit berekristalisasi dan kemas asalnya hilang. Sama halnya
-
7/30/2019 Dasteori
9/12
dengan kalsit tinggi magnesium berekristalisasi dan menghasilkan bioklas dengan
kemas terekristalisasi. Organisme seperti Brachiopoda dan Bivalvia yang membentuk
kalsit dengan magnesium rendah akan kehilangan struktur primernya (Nichols, 2009).
Perlu dicatat bahwa semua karbonat dapat beralterasi diagenetik yang dapat
merubah struktur dan mineralogi pada cangkang dan lumpur karbonat. Alterasi
diagenetik dapat terjadi dengan sementasi sederhana dari sedimen dengan sedikit
alterasi pada material untuk melengkapi rekristalisasi yang mengubah semua kemas
deposisi batuan.
Gambar 5.4.Bioklas pada struktur sedimen dan batugamping
Fasies dari G. Nichols (2009)5.1.5. FasiesSedimentasi
Fasies model memberikan petunjuk bagaimana sistem alam berupa
sedimentasi bekerja. Studi tentang lingkungan pengendapan purba dimulai dengan
pengukuran stratigrafi dan korelasi, kaitannya dengan kehadiran tipe batuan masa
sekarang, geometri 3D, dan struktur sedimen internalnya.
Pengukuran stratigrafi vertikal mengimplikasikan ini akan dibagi menjadi
sebuah seri dengan unit berbeda, masing-masing berdasarkan karakteristik dan
-
7/30/2019 Dasteori
10/12
-
7/30/2019 Dasteori
11/12
Empat Penggunaan Fasies Model
Secara umum dalam tubuh model fasies, memungkinkan asumsi 4 fungsi
utama :
1. Berperan sebagai norma, bertujuan sebagai pembanding.2. Berperan sebagai framework dan petunjuk untuk observasi di masa
mendatang.
3. Berperan sebagaipredictorpada keadaan geologi terbaru.4. Harus bersifat sebagai dasar terintegrasi untuk interpretasi pada sistem
yang disajikan.
Hubungan antara ruang sistem pengendapan dan suksesi stratigrafi yang
dihasilkan, dikembangkan pertama kali oleh Johannes Walther (1973) dengan hukum
korelasi fasiesnya : merupakan pernyataan dasar untuk pengamatan penting terhadap
fasies dan area fasies yang dapat diletakkan secara utama sehingga dapat diobservasi
satu sama lainnya di masa sekarang. Fasies batuan merupakan tubuh dari batuan
sedimen dengan karakteristik khusus dan dibedakan dari tubuh batuan terdekatnya.
Fasies jarang tersusun secara acak. Analisis lingkungan menunjukkan perlapisan
vertikal yang berasal dari sekuen lingkungan yang terlihat dari setiap sisi pada
permukaan bumi. Sebuah sekuen vertikal yang memungkinkan dari fasies dihasilkandari sekuen lingkungan lateral (Gambar 5.5.). Fasies dibedakan dengan kriteria dasar
yang terobservasi di lapangan seperti geometri, litologi, struktur sedimen, fosil,
warna, dan tekstur arus purba. Mendefinisikan karakteristik untuk fasies termasuk
diantaranya tren sedimentasi, perlapisan (ketebalan lapisan), laminasi, kontak
perlapisan, variasi lateral, ukuran butir, litologi, mineralogi, paleontologi, orientasi
arus purba, struktur sedimen dan struktur biogenik.
Fasies dapat dan akan berulang secara vertikal sepanjang sekuen sedimentasi,
namun dapat menghasilkan banyak karakter sebagai hasil dari lingkungan dan atau
evolusi berubah dari waktu, contohnya kandungan fosil. Fasies dapat pula berubah
secara lateral sepanjang pengendapan sebagai hasil dari perubahan lingkungan
-
7/30/2019 Dasteori
12/12
dengan jarak pada waktu yang sama. Fasies merupakan produk dari proses yang
bekerja pada lingkungan pengendapan.
Gambar 5.5.Sekuen Vertikal Fasies Dihasilkan dari Sekuen Lingkungan Lateral oleh
Walther (1973)
Sekuen Fasies
Sekuen fasies merupakan seri vertikal dari fasies dimana terbagi secara
gradasi satu sama lainnya. Umumnya sekuen fasies dicirikan : menghalus keatas,
mengkasar keatas, menipis keatas, menebal keatas, dan membesar keatas. Sebuah
sekuen hanya terdapat sekali pada sebuah kolom batuan atau dapat pula berulang.
Analisis fasies terdiri dari dua tahap :
i. Mencirikan, mendefinisikan, menggambarkan fasies; kemudianii. Menginterpretasi fasies sesuai aturan dari proses pengendapan dan lingkungan
Interpretasi terhadap sebuah fasies terdiri dari dua level yaitu interpretasi dari
fasies individu, diikuti oleh interpretasi dari semua fasies secara kolektif. Interpretasi
dari proses dan lingkungan berdasarkan pertimbangan observasi lingkungan modern,
interpretasi analogi purba dan eksperimen laboratorium.