dampak faali dari program pelatihan (exercise program ...digilib.unm.ac.id/files/disk1/6/universitas...

7
DAMPAK FAALI DARI PROGRAM PELATIHAN (EXERCISE PROGRAM) PADA ORANG DEWASA Sarifin Program Studi Ilmu Keolahragaan FIK Universitas Negeri Makassar Jln. Wijaya Kusuma Raya No.14, Kampus Banta-bantaeng Kode Pos 90222, Tlp. (0411) 872602 Abstract: Dampak Faali Dari Program Pelatihan (Exercise Program) Pada Orang Dewasa. Ketika tubuh melakukan latihan fisik yang merupakan salah satu bentuk stressor fisik dapat menyebabkan gangguan homeostatic, maka tubuh akan memberi tanggapan berupa mekanisme umpan balik negatif. Tanggapan tersebut berupa: respon „jawaban sewaktu‟ adalah perubahan fungsi organ tubuh yang sifatnya sementara dan berlangsung tiba-tiba, sebagai akibat dari aktivitas fisik. dengan melakukan training „pelatihan‟ akan terjadi perubahan penting di dalam tubuh sedangkan dengan melakukan exercise perubahan yang terjadi kurang penting. Dampak Faali atau sistem tubuh akibat program pelatihan yang dilakukan pada orang dewasa adalah terjadinya perubahan otot, perubahan kardiorespirasi, aspek hormonal, pada individu yang terlatih terjadi peningkatan pengaturan panas tubuh karena dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi panas dengan mudah, hal ini disebabkan oleh besarnya volume plasma dan lebih responsifnya mekanisme termoregulator, perubahan penampilan atau performa dengan meningkatnya kapasitas endurance „daya tahan‟. Kata kunci: program pelatihan, orang dewasa. Di dalam dunia olahraga antara pria dan wanita terdapat perbedaan yang cukup signifikan, ini dapat dilihat dari faktor faali. Untuk pria dewasa muda atau pada atlet golongan ini, telah dilakukan pengukuran yang relatif lengkap. Namun pengukuran- pengukuran tersebut telah dilakukan juga pada wanita, dengan menggunakan prinsip fisiologi dasar yang hampir identik seperti pada pria kecuali perbedaan-perbedaan kuantitatif yang disebabkan oleh perbedaan dalam ukuran tubuh, komposisi tubuh, dan ada tidaknya hormon sekspria testosteron. Umumnya, sebagaian besar nilai kuantitatif untuk wanita seperti kekuatan otot, ventilasi paru, dan curah jantung, di mana semuanya berkaitan dengan massa otot akan bervariasi antara dua pertiga dan tiga perempat nilai pada pria (Guyton,1994 : 374). Ketika tubuh melakukan latihan fisik yang merupakan salah satu bentuk stressor fisik dapat menyebabkan gangguan homeostatic, maka tubuh akan memberi tanggapan berupa mekanisme umpan balik negatif (Sugiharto, 2003:7). Tanggapan tersebut berupa: respon „jawaban sewaktu‟ adalah perubahan fungsi organ tubuh yang sifatnya sementara dan berlangsung tiba-tiba, sebagai akibat dari aktivitas fisik. Perubahan fungsi ini akan hilang dengan segera dan kembali normal setelah aktivitas dihentikan. Adaptasi „jawaban lambat‟ adalah perubahan struktur atau fungsi organ-organ tubuh yang sifatnya lebih menetap karena latihan fisik yang dilakukan dengan teratur dalam periode waktu tertentu. Reaksi adaptasi hanya akan timbul apabila beban latihan yang diberikan intensitasnya cukup memadai dan berlangsung cukup lama. Berdasarkan teori stres fisik adaptasi jaringan terjadi sebagai respon terhadap stres fisik. Menurut McArdle menyebutkan bahwa ada dua istilah latihan yang kita kenal yaitu acute exercise dan chronic exercise. Acute exercise adalah latihan yang dilakukan hanya sekali saja atau disebut juga dengan exercise, sedangkan chronic exercise adalah latihan yang dilakukan secara berulang-ulang sampai beberapa hari atau sampai beberapa bulan (training). Hal penting yang perlu diperhatikan ialah bahwa dengan melakukan training 8

Upload: phamdien

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK FAALI DARI PROGRAM PELATIHAN (EXERCISE PROGRAM ...digilib.unm.ac.id/files/disk1/6/universitas negeri makassar-digilib... · tubuh akibat program pelatihan yang dilakukan pada

Sarifin, Dampak Faali Dari Program Pelatiha Pada Orang Dewasa 8

DAMPAK FAALI DARI PROGRAM PELATIHAN (EXERCISE PROGRAM)

PADA ORANG DEWASA

Sarifin

Program Studi Ilmu Keolahragaan FIK Universitas Negeri Makassar Jln. Wijaya Kusuma Raya

No.14, Kampus Banta-bantaeng Kode Pos 90222, Tlp. (0411) 872602

Abstract: Dampak Faali Dari Program Pelatihan (Exercise Program) Pada

Orang Dewasa. Ketika tubuh melakukan latihan fisik yang merupakan salah

satu bentuk stressor fisik dapat menyebabkan gangguan homeostatic, maka

tubuh akan memberi tanggapan berupa mekanisme umpan balik negatif.

Tanggapan tersebut berupa: respon „jawaban sewaktu‟ adalah perubahan

fungsi organ tubuh yang sifatnya sementara dan berlangsung tiba-tiba,

sebagai akibat dari aktivitas fisik. dengan melakukan training „pelatihan‟

akan terjadi perubahan penting di dalam tubuh sedangkan dengan melakukan

exercise perubahan yang terjadi kurang penting. Dampak Faali atau sistem

tubuh akibat program pelatihan yang dilakukan pada orang dewasa adalah

terjadinya perubahan otot, perubahan kardiorespirasi, aspek hormonal, pada

individu yang terlatih terjadi peningkatan pengaturan panas tubuh karena

dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi panas dengan mudah, hal ini

disebabkan oleh besarnya volume plasma dan lebih responsifnya mekanisme

termoregulator, perubahan penampilan atau performa dengan meningkatnya

kapasitas endurance „daya tahan‟.

Kata kunci: program pelatihan, orang dewasa.

Di dalam dunia olahraga antara pria dan

wanita terdapat perbedaan yang cukup

signifikan, ini dapat dilihat dari faktor faali.

Untuk pria dewasa muda atau pada atlet

golongan ini, telah dilakukan pengukuran

yang relatif lengkap. Namun pengukuran-

pengukuran tersebut telah dilakukan juga

pada wanita, dengan menggunakan prinsip

fisiologi dasar yang hampir identik seperti

pada pria kecuali perbedaan-perbedaan

kuantitatif yang disebabkan oleh perbedaan

dalam ukuran tubuh, komposisi tubuh, dan

ada tidaknya hormon sekspria testosteron.

Umumnya, sebagaian besar nilai kuantitatif

untuk wanita seperti kekuatan otot,

ventilasi paru, dan curah jantung, di mana

semuanya berkaitan dengan massa otot

akan bervariasi antara dua pertiga dan tiga

perempat nilai pada pria

(Guyton,1994 : 374). Ketika tubuh

melakukan latihan fisik yang merupakan

salah satu bentuk stressor fisik dapat

menyebabkan gangguan homeostatic, maka

tubuh akan memberi tanggapan berupa

mekanisme umpan balik negatif (Sugiharto,

2003:7). Tanggapan tersebut berupa:

respon „jawaban sewaktu‟ adalah

perubahan fungsi organ tubuh yang sifatnya

sementara dan berlangsung tiba-tiba,

sebagai akibat dari aktivitas fisik.

Perubahan fungsi ini akan hilang dengan

segera dan kembali normal setelah aktivitas

dihentikan. Adaptasi „jawaban lambat‟

adalah perubahan struktur atau fungsi

organ-organ tubuh yang sifatnya lebih

menetap karena latihan fisik yang

dilakukan dengan teratur dalam periode

waktu tertentu. Reaksi adaptasi hanya akan

timbul apabila beban latihan yang diberikan

intensitasnya cukup memadai dan

berlangsung cukup lama. Berdasarkan teori

stres fisik adaptasi jaringan terjadi sebagai

respon terhadap stres fisik. Menurut

McArdle menyebutkan bahwa ada dua

istilah latihan yang kita kenal yaitu acute

exercise dan chronic exercise. Acute

exercise adalah latihan yang dilakukan

hanya sekali saja atau disebut juga dengan

exercise, sedangkan chronic exercise

adalah latihan yang dilakukan secara

berulang-ulang sampai beberapa hari atau

sampai beberapa bulan (training). Hal

penting yang perlu diperhatikan ialah

bahwa dengan melakukan training

8

Page 2: DAMPAK FAALI DARI PROGRAM PELATIHAN (EXERCISE PROGRAM ...digilib.unm.ac.id/files/disk1/6/universitas negeri makassar-digilib... · tubuh akibat program pelatihan yang dilakukan pada

Sarifin, Dampak Faali Dari Program Pelatiha Pada Orang Dewasa 9

„pelatihan‟ akan terjadi perubahan penting

di dalam tubuh sedangkan dengan

melakukan exercise perubahan yang terjadi

kurang penting. Perubahan yang terjadi

pada waktu seseorang melakukan exercise

disebut dengan respon. Sedangkan

perubahan yang terjadi karena training

disebut adaptasi (Supriadi, 2000:69).

Adaptasi sistem tubuh akibat latihan

aerobik adalah sebagai berikut (McArdle,

2001:466-477): (1) Perubahan otot , (2)

Perubahan kardiorespirasi, (3) Aspek

hormonal, (4) Pada individu yang terlatih

terjadi peningkatan pengaturan panas tubuh

karena dapat menyesuaikan diri terhadap

kondisi panas dengan mudah, hal ini

disebabkan oleh besarnya volume plasma

dan lebih responsifnya mekanisme

termoregulator, (5) Perubahan penampilan

atau performa dengan meningkatnya

kapasitas endurance „daya tahan‟.

Sedangkan pada usia lanjut proses

ketuaan akan terjadi perubahan fungsi dan

struktur sel tubuh manusia. Maturitas akan

terjadi pada sekitar usia 20 atau 25 tahun,

dan pertumbuhan akan berhenti, dan proses

ketuaan ini akan mulai nampak usia kira

kira 30 tahun. Akan terjadi proses

berkurangnya jumlah dan ukuran satuan

fungsional pada setiap sistem tubuh. Jadi

dapat dikatakan, proses ketuaan ditandai

oleh menurunnya kemampuan tubuh untuk

beradaptasi atau pulih dari suatu

rangsangan. Begitu pula orang tua akan

berkurang kemampuannya dalam

melaksanakan kegiatan fisik.Pada proses

ketuaan, terjadi proses kehilangan massa

tulang pada sekitar usia 30 - 35 tahun dan

menjadi lebih cepat pada manopause (pada

wanita) dan pada usia 50 - 55 tahun (pada

pria). Berarti tulang mereka akan lebih

rapuh. Proses lain yang terjadi adalah

bertambahnya lemak tubuh dan

mengecilnya otot-otot. Dalam tingkat sel,

terjadi penurunan cadangan ATP, CP dan

glikogen. Pada sel syaraf, terjadi penurunan

fungsi syaraf, sehingga semua gerakan

menjadi lebih tidak presisi. Tendon dan

ligamen akan menjadi lebih

kaku,sedangkan pada paru-paru terjadi

penurunan fungsi yang menyebabkan

supply oksigen ke seluruh tubuh akan

berkurang, dan ini akan nampak pada

latihan yang intensif. Sistem kardiovaskuler

jugs menurun, yaitu kemampuan adaptasi

terhadap. latihan. Jadi memang orang tua

akan lebih lemah, lambat dan kurang

kekuatan serta kemampuannya dalam setiap

aktivitas. Kecuali aktivitas-aktivitas ringan,

di mana kebutuhan enersi masih dapat

dipenuhi. Beberapa penyakit akan lebih

sering ditemui pada usia tua, misalnya:

artritis; penyakit kardiovaskuler, diabetes

melitus, dislipoproteinemia, emfisema dan

hipertensi. Ini juga akan menghalangi

kemampuan orang tua dalam latihan fisik.

(Tilarso ;Cermin Dunia Kedokteran No. 48,

1988: 20).

PEMBAHASAN

Latihan

Kata ”latihan” dalam lingkup

pembinaan olahraga sehari-hari sering

digunakan untuk menyebutkan secara

praktis istilah ”exercise” dan ”training”

yang sesungguhnya kedua istilah itu

mempunyai makna yang berbeda. Kata

”respons” dan ”adaptasi” juga sering

digunakan secara bergantian dalam buku

teks fisiologi kerja sehubungan dengan

perubahan yang terjadi didalam tubuh.

Istilah-istilah exercise, training, respons

dan adaptasi ini perlu diperjelas karena

berkaitan dengan pengaruhnya terhadap

tubuh serta ciri beban latihan dan prinsip

latihan itu sendiri. Dalam Oxforf

Dictionary of Sport Science and Medicine

(Kent, 1994), kata ”exercise” diartika

sebagai : 1) gerakan-gerakan dan kegiatan

fisik yang melibatkan penggunaan

kelompok otot besar seperti dansa,

kalistenik, permainan dan aktivitas yang

lebih formal seperti jogging, berenang dan

berlari, 2) susunan gerakan apa saja yang

dirancang untuk melatih atau memperbaiki

keterampilan, sedangkan “training”

diartikan sebagai suatu program exercise

yang dirancang untuk membantu

pembelajaran keterampilan, memperbaiki

kesegaran jasmsni untuk menyiapkan atlet

menghadapi kompetisi tertentu.

Lamb (1984) mengindentikkan

“exercise” dengan “acute exercise”,

sedangkan “training” bersesuaian dengan

istilah “chronic exercise”. Acute exercise

adalah latihan dengan periode pemberian

Page 3: DAMPAK FAALI DARI PROGRAM PELATIHAN (EXERCISE PROGRAM ...digilib.unm.ac.id/files/disk1/6/universitas negeri makassar-digilib... · tubuh akibat program pelatihan yang dilakukan pada

Sarifin, Dampak Faali Dari Program Pelatiha Pada Orang Dewasa 10

beban kerja tunggal, sedangkan chronic

exercise adalah pemberian beban kerja

yang dilakukan berulang-ulang melebihi

beberapa hari atau bulan. Menurut Rushall

dan Pyke (1990), serta Dick (1995)

exercise merupakan unit dasar suatu sesi

latihan yang disebut “training unit” yaitu

pelaksanaan suatu tugas dengan tujuan

yang telah ditetapkan, seperti berenang 20

meter, melempar cakram, dan melakukan

usaha melompat sejauh dua meter. Menurut

Janssen (1989) exercise adalah usaha yang

mengerahkan tenaga, atau menurut Fox

(1993) yaitu aktivitas apa saja yang

melibatkan pembangkitan tenaga melalui

penggiatan otot. Sedangkan latihan

(training) menurut Bompa (1994) adalah

suatu program exercise untuk

mengembangkan kinerja dan kapasitas

energi atlet menghadapi kejuaraan tertentu.

Jadi jelas bahwa exercise adalah

aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi,

sedangkan training merupakan exercise

yang dilakukan secara berulang-ulang yang

harus memenuhi ciri-ciri beban latihan dan

prinsip pembebanan.

Dosis Latihan

Aktivitas pengguanaan energi dari

suatu item latihan disebut beban-lebih

(overload), sedangkan jumlah beban-lebih

untuk setiap segmen latihan disebut

ransang latihan (stimulator). Keseluruhan

ransang latihan yang menghasilkan beban-

lebih dalam segmen latihan yang

membentuk suatu beban umum sesi latihan

disebut session load (Rushall dan Pyke,

1990). Session load ini oleh Nossek (1981)

dan Harre (1982) disebut beban latihan

(training load). Tidak semua aktivitas fisik

dapat merupakan stimulator bagi fungsi

organ tubuh (Pyke dan Woodman, 1991).

Suatu latihan menguntungkan sepanjang

latihan itu cukup memberi rangsang yang

kuat untuk beradaptasi terhadap stress dari

suatu usaha fisik. Jika stress tidak cukup

menantang tubuh maka tidak akan terjadi

penyesuaian, atau sebaliknya suatu stress

sedemikian berat dimana hal itu tidak dapat

ditoleransi, malahan akan berakibat cedera

atau over training, atau penyesuaian hanya

terjadi jika suatu rangsang mencapai

intensitas yang proporsional pada ambang

kapasitas individu (Harre, 1982; Bompa,

1994). Besarnya beban latihan perlu dikaji

sebelum diaplikasikan untuk program

latihan, agar tidak menimbulkan jejas

mikro atau stressor organ (Setyawan,

1996). Karena beban latihan harus terukur,

maka disebut dosis latihan (Kent,

199Karena beban latihan harus terukur,

maka disebut dosis latihan (Kent, 1994).

Ada dua bentuk dosis latihan :

dosis eksternal dan dosis internal (Nossek,

1981); Harre, 1982; Bompa, 1994). Dosis

eksternal (outer load) adalah jumlah beban

kerja yang direncanakan bagi seseorang

atlet yang menyusun kerangka sesi latihan

dari suatu program latihan. Untuk

menyusun program latihan yang benar,

seorang pelatih perlu mengenal

karakteristik dosis eksternal. Komponen-

komponen dosis eksternal menurut Nossek

(1981), Fox (1993), dan Bompa (1994),

adalah (1). Volume, yaitu jumlah kerja

yang ditampilkan selama satu sesi latihan

atau satu fase latihan. Volume latihan dapat

berupa durasi, jarak tempuh, dan jumlah

pengulangan (repetisi). (2). Intensitas, yaitu

komponen kaulitatif dari kerja yang

dilakukan dalam suatu periode waktu yang

tersedia. Intensitas latihan dinyatakan

dalam bentuk presentase beratnya beban

yang diangkut dengan satu ulangan

maksimal (pada latihan kekuatan), dan

tingkat keseriusan pengerahan kecepatan

(pada latihan kecepatan dan daya tahan).

(3). Kepadatan (density), yaitu kekerapan

dimana seorang dipaparkan serangkaian

ransang atau beban latihan per unit waktu.

Istilah kepadatan menunjukkan hubungan

waktu-antara fase kerja dan pemulihan

yang dinyatakan rasio kerja-istirahat. (4).

Frekuensi, yaitu jumlah sesi latihan dalam

suatu periode tertentu (hari, minggu,

bulan).

Oleh karena semua komponen ini

dengan mudah dapat diukur, maka dalam

penyusunannya harus dinyatakan dalam

bentuk angka. Dosis internal (inner load)

merupakan reaksi (respons) fisiologis,

biokimia, dan psikologis akibat dari

pemaparan suatu dosis eksternal. Reaksi

terhadap dosis eksternal ini dapat berupa

meningkatnya frekuensi denyut jantung,

frekuensi pernafasan, angka keringat,

akumulasi asam laktat darah, naiknya

10 Jurnal ILARA, Volume I I, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 8 – 14

Page 4: DAMPAK FAALI DARI PROGRAM PELATIHAN (EXERCISE PROGRAM ...digilib.unm.ac.id/files/disk1/6/universitas negeri makassar-digilib... · tubuh akibat program pelatihan yang dilakukan pada

Sarifin, Dampak Faali Dari Program Pelatiha Pada Orang Dewasa 11

tekanan darah, tingginya keterlibatan

sistem endokrin, dan lain-lain.(Harre, 1982;

Lamb, 1984; Bompa, 1994; Dick, 1995).

Untuk memberi pengaruh terhadap

peningkatan kapasitas fungsional

organisme, maka suatu program latihan

harus disusun secara sistematik, terencana

dan berulang-ulang, atau mengikuti prinsip-

prinsip latihan.Perubahan otot. Pembesaran

jaringan dapat terjadi akibat proses

hipertrofi atau hiperplasi. Hipertofi berarti

bertambahnya massa atau ukuran sel,

sedangkan hiperplasi adalah bertambahnya

jumlah sel dari proses pembelahan. Pada

otot skelet manusia belum ditemukan bukti,

bahwa pembebanan latihan fisik dapat

terjadi hiperplasia tetapi hanya terjadi

hipertrofi.

Namun demikian, besar dosis

atau pembebanan latihan fisik terhadap

mekanisme hipertrofi belum jelas tetapi

fakta dilapangan menunjukkan, bahwa

beban latihan fisik dengan overload

progression dapat menimbulkan hipertrofi.

Substansi hipertrofi otot skelet terutama

meliputi: (1) penambahan jumlah myofibril

aktin dan miosin secara pararel, (2)

penambahan sejumlah enzim untuk

metabolisme energi. Sedangkan pada usia

lanjut otot akan mengalami penurunan,

yaitu : Jumlah sel-sel otot lurik = turun

50% pada usia 80. Berat otot lurik = pada

21 thn = 45% dari berat badan,untuk usia

70 thn berat otot lurik = 27% dari berat

badan . ( Tilarso ;Cermin Dunia

Kedokteran No. 48, 1988: 20).

Perubahan Kardiorespirasi

Fungsi kardiovaskular dalam

olahraga adalah mengangkut oksigen dan

nutrisi lain ke otot. Untuk itu, selama aliran

darah otot meningkat secara dramatis

selama latihan. Hampir separuh dari

kenaikan aliran ini merupakan akibat

vasodilatasi intramuskular yang disebabkan

oleh pengaruh langsung kenaikan

metabolisme otot, separuh penyebab

kenaikan lainnya disebabkan oleh banyak

faktor, dimana yang paling penting

mungkin kenaikan tekanan darah arteri

dalam tingkat sedang yang terjadi selama

latihan, biasanya naik kira-kira 30%.

Kenaikan aliran darah juga meregangkan

dinding anteroil dan lebih lanjut

menurunkan tahanan vaskular. Oleh sebab

itu, kenaikan tekanan darah sebanyak 30

persen sering dapat meningkatkan aliran

darah, lebih dari sekedar menggandakan,

hal ini akan menambah kenaikan aliran

yang lebih besar yang telah disebabkan

oleh vasodilatasi metabolik paling sedikit

dua kali lipat lagi. Selama olahraga karena

curah kerja otot meningkatkan konsumsi

oksigen, dan selanjutnya konsumsi oksigen

akan melebarkan pembuluh darah otot,

sehingga meningkatkan aliran balik vena

dan curah jantung. Konsumsi oksigen

normal pada pria dewasa muda sewaktu

istirahat adalah sekitar 250 ml per menit.

Namun pada keadaan maksimum, hal ini

dapat ditingkatkan sampai tingkat berikut :

Pria rata-rata terlatih 3600 ml/menit, pria

rata-rata terlatih dalam atletik 4000

ml/menit, pelari maraton pria 5100

ml/menit

Jadi kapasitas pernapasan

maksimum adalah sekitar 50% lebih besar

daripada ventilasi paru sesungguhnya

selama latihan maksimum. Hal ini jelas

menyediakan elemen keamanan bagi atlet,

memberikan ventilasiekstra yang dapat

digunakan pada kondisi seperti (1) latihan

pada ketinggian, (2) latihan pada kondisi

sangat panas, dan (3) abnormalitas sistem

pernapasan. Hal yang penting adalah bahwa

sistem pernapasan secara normal bukanlah

pembatas utama pengangkutan oksigen ke

dalam otot selama metabolisme aerob otot

maksimum. Kita akan melihat secara

singkat bahwa kemampuan jantung untuk

memompa darah ke otot merupakan faktor

pembatas yang lebih besar. Kecepatan

pemakaian oksigen dalam metabolisme

aerob maksimum disingkat menjadi VO2

Maks. progresif dari latihan atletik terhadap

VO2 Maks yang dicatat dalam suatu

kelompok subjek yang dimulai pada tingkat

tanpa latihan dan kemudian meningkatkan

program latihan selama 7-13 minggu.

Dalam penelitian ini, sangat mengejutkan

bahwa VO2 Maks meningkat hanya sekitar

10%. Frekuensi latihan, baik 2 kali atau 5

kali per minggu, memberikan sedikit

perbedaan dalam peningkatan VO2 Maks.

Seperti yang dikemukakan, VO2 Maks

pelari maraton adalah sekitar 45% lebih

besar daripada orang yang tidak terlatih.

Sebagian VO2 Maks yang lebih besar ini

Page 5: DAMPAK FAALI DARI PROGRAM PELATIHAN (EXERCISE PROGRAM ...digilib.unm.ac.id/files/disk1/6/universitas negeri makassar-digilib... · tubuh akibat program pelatihan yang dilakukan pada

Sarifin, Dampak Faali Dari Program Pelatiha Pada Orang Dewasa 12

ditentukan oleh genetik ; yaitu, orang yang

memiliki ukuran dada lebih besar dan otot

pernapasan lebih kuat terseleksi menjadi

pelari maraton.(Guyton,1994:382).

Aspek Hormonal

Perbedaan hormonal antara pria

dan wanita tentulah bertanggung jawab

untuk bagian yang besar, bila tidak untuk

sebagian besar perbedaan pada performa

atletik. Testosteron yang disekresi oleh

testis pria memiliki daya anabolik kuat,

yang berarti dapat menyebabkan dengan

hebat peningkatan deposisi protein ke

seluruh tubuh, terutama dalam otot.

Kenyataannya, pria yang jarang melakukan

aktivitas olahraga namun dianugerahi

dengan testosteron yang baik mempunyai

otot yang tumbuh 40% lebih besar atau

lebih dari wanita. Sedangkan pada wanita

Estrogen telah diketahui meningkatkan

deposisi pada lemak, terutama dalam

jaringan tertentu seperti payudara, pinggul

dan jaringan subkutan. Karena alasan ini,

rata-rata wanita bukan atlet memiliki

komposisi lemak tubuh sebesar 25%

dibandingkan dengan pria bukan atlet, yang

memiliki sekitar 15%. Pada pelari maraton

yang telah melatih diri sehingga kelebihan

lemak sangat sedikit, pelari pria memiliki

komposisi lemak tubuh sekitar 4% dan atlet

wanita 6%. Jadi, baik dalam keadaan

terlatih baik maupun tidak, wanita

umumnya memiliki lemak tubuh 50% lebih

banyak dibandingkan pria. Ini merupakan

suatu hambatan untuk mencapai performa

pada perlombaan yang ditentukan oleh

kecepatan atau kekuatan tubuh, namun

sebaliknya merupakan penolong dalam

lomba daya tahan tubuh yang meletihkan

yang memerlukan lemak sebagai energi.

Estrogen memainkan peran lain

yang lebih tidak kentara dalam atletik,

karena estrogenlah yang disekresi oleh

ovarium wanita setelah pubertas, yang

menyebabkan tinggi badan wanita lebih

pendek dari pria. Setelah pubertas, sentakan

sekresi estrogen menyebabkan dorongan

pertumbuhan yang cepat yang

menyebabkan wanita pascapubertastumbuh

lebih cepat dari pria. Pertumbuhan ini

berlangsung singkat karena kartilago epifisi

dari tulang panjang, tempat dimana

pertumbuhan terjadi dengan cepat

menjalankan rangkiannya dan menghilang.

Sehingga epifisi menyatu dengan badan

tulang panjang, dengan demikian tidak

terdapat lagi pertumbuhan memanjang.

Tidak dapat di kesampingkan pengaruh

hormon seks terhadapa watak seseorang.

Tidak diragukan lagi bahwa testosteron

meningkatkan agresivitas dan bahwa

estrogen berkaitan dengan watak yang

lebih halus. Bagian terbesar dari olahraga

kompetisi adalah semangat agresif yang

mendorong seseorang pada usaha

maksimum, dengan pengendalian yang

bijaksana.(Guyton,1994:375).

Pengaturan Panas Tubuh Akibat

Latihan

Hampir semua energi yang

dilepaskan pada metabolisme nutrien

internal pada akhirnya diubah menjadi

panas tubuh. Ini berlaku pada energi yang

menyebabkan kontraksi otot, karena :

efisiensi maksimum untuk pengubahan

energi nutrien menjadi energi kerja, dalam

kondisi terbaik sekalipun hanyalah 20-

25% ; sisa energi nutrien diubah menjadi

panas selama berlangsungnya reaksi kimia

intraseluler. Hampir semua energi yang

digunakan untuk kerja otot masih menjadi

panas tubuh karena hanya sebagian saja

enegi ini yang digunakan untuk (1)

mengatasi tahanan cairan terhadap gerakan

otot dan sendi, (2) mengatasi friksi darah

yang mengalir melalui pembuluh darah,

dan (3) pengaruh sejenis lainnya yang

mengubah energi kontraksi otot menjadi

panas. Komsumsi oksigen oleh tubuh dapat

meningkatkan sebesar 20 kali lipat pada

atlet yang terlatih baik dan bahwa jumlah

panas yang dilepaskan ketubuh secara

langsung sebanding dengan komsumsi

oksigen, bahwa panas dalam jumlah besar

masuk kejaringan tubuh internal selama

lomba atletik daya tahan. Dengan

menggandakan aliran panas yang cepat ini

kedalam tubuh dihari yang sangat panas

dan lembab dimana mekanisme berkeringat

tak dapat mengeliminasi panas tersebut,

seorang atlet dengan mudah dapat

mengalami situasi yang tak dapat

ditoleransi bahkan letal yang disebut heat

stroke. Heat stroke adalah kenaikan suhu

12 Jurnal ILARA, Volume I I, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 8 – 14

Page 6: DAMPAK FAALI DARI PROGRAM PELATIHAN (EXERCISE PROGRAM ...digilib.unm.ac.id/files/disk1/6/universitas negeri makassar-digilib... · tubuh akibat program pelatihan yang dilakukan pada

Sarifin, Dampak Faali Dari Program Pelatiha Pada Orang Dewasa 13

pada tubuh dari tingkat yang normal

menjadi bersifat destruktif terhadap sel-sel

jaringan, terutama merusak sel-sel otak.

Apabila ini terjadi, mulai timbul gejala

multipel, meliputi kelemahan yang ekstrim,

kelelahan, nyeri kepala, pusing, mual,

banyak berkeringat, kelam pikiran, gaya

jalan sempoyongan, koleps, dan tidak

sadar. Penurunan suhu tubuh tidak dengan

sendirinya dapat turun dengan mudah,

salah satu alasannya adalah bahwa pada

suhu yang tinggi ini sering kali terjadi

kegagalan mekanisme pengaturan suhu

tubuh itu sendiri. Alasan kedua adalah

bahwa suhu tinggi menggandakan semua

reaksi kimia intra seluler, jadi masih

membebaskan lebih banyak

panas.(Guyton,1994:386)

Daya Tahan

Daya tahan (strength endurance)

adalah kemampuan seluruh organisme

tubuh untuk mengatasi lelah pada waktu

melakukan aktivitas yang menuntut

strength dalam waktu yang lama.

Ketahanan ditinjau dari kerja otot adalah

kemampuan kerja otot atau sekelompok

otot dalam jangka waktu yang tertentu,

sedangkan pengertian ketahanan dari sistem

energi adalah kemampuan kerja organ-

organ tubuh dalam jangka waktu tertentu.

Ada beberapa macam ketahanan, sebagai

contoh ;ketahanan jangka panjang,

menengah, dan pendek. Untuk istilah dalam

sistem energi , ada ketahanan aerobik,

anaerobik alaktik, dan anaerobik laktik.

Ketahanan selalu terkait erat dengan lama

kerja (durasi) dan intensitas kerja, semakin

lama durasi latihan dan semakin tinggi

intensitas kerja yang dapat dilakukan

seorang olahragawan, berarti ia memiliki

ketahanan yang

baik.(Sukadiyanto,2005:57).

Sedangkan pemberian dosis latihan

untuk daya tahan orang tua harus lebih

rendah dapat juga yang biasa. Program

latihan harus dimulai dengan beban yang

lebih rendah (ringan), lebih-lebih bila orang

tersebut lama tidak aktif berolahraga.

Misalnya untuk usia 65 tahun, beban dapat

dimulai dengan 2 - 3 METs (misalnya

berjalan kaki 2 - 3 mph = 3,2-4,8 Km/jam).

Lalu intensitas ini juga harus dipertahankan

lama, barulah ditingkatkan misalnya

sampai 50-70% VO max. DeVries

menganjurkan, intensitas latihan sekitar

40% V0 max dan Smith dan Gilligan

menganjurkan 40-70% V0 max. Karena

orang tua kurang cepat adaptasi dan

menurun pemulihannya terhadap reaksi

luar, maka setiap perubahan beban latihan

harus berangsur-angsur

(meningkat/menurun).

Jadi orang tua harus lebih lama

pemanasan dan pemulihan

(pendinginannya). Harus dihindari

perubahan beban/aktivitas yang cepat/tiba-

tiba. Lama latihan ini harus cukup,untuk

membakar kalori yang ada, sehingga

dianjurkan lamanya kira-kira 1 jam atau

kira-kira 10% dari kalori sehari-hari. Jadi ±

10% x 1800 = 2200 Kcal atau sekitar 200

Kcal harus dibakar perhari dengan beban

ringan. Bila beban lebih berat maka lama

latihan dikurangi. Bila seseorang telah

dapat berlatih reguler maka lama minimal

latihannya harus kira-kira 30 menit.

Latihan-latihan yang diberikan ini

sebaiknya 3x seminggu. Macam latihan

yang diberikan umumnya yang bersifat

lama dan melibatkan otot besar tubuh. Jadi

yang dianjurkan adalah berjalan, jogging,

bersepeda dan latihan ditambah beberapa

bentuk lain misalnya, permainan-

permainan untuk meningkatkan koordinasi,

keseimbangan dan kelenturan tubuh.

(Tilarso ;Cermin Dunia Kedokteran No. 48,

1988: 20).

PENUTUP

Dampak Faali atau sistem tubuh

akibat program pelatihan yang dilakukan

pada orang dewasa adalah terjadinya

perubahan otot, perubahan kardiorespirasi,

aspek hormonal, pada individu yang

terlatih terjadi peningkatan pengaturan

panas tubuh karena dapat menyesuaikan

diri terhadap kondisi panas dengan mudah,

hal ini disebabkan oleh besarnya volume

plasma dan lebih responsifnya mekanisme

termoregulator, perubahan penampilan atau

performa dengan meningkatnya kapasitas

endurance „daya tahan‟.

Page 7: DAMPAK FAALI DARI PROGRAM PELATIHAN (EXERCISE PROGRAM ...digilib.unm.ac.id/files/disk1/6/universitas negeri makassar-digilib... · tubuh akibat program pelatihan yang dilakukan pada

Sarifin, Dampak Faali Dari Program Pelatiha Pada Orang Dewasa 14

DAFTAR RUJUKAN

Andriewongso, 2007. Olahraga Ringan

Lebih Efektif, SmartFM, Indonesia.

(www.Andriewongso.com, diakses

14 Januari 2008).

Bowers RW. (1992). Sport Physiology. 3rd

edition. New York : Wm C Brown

Pub.

Falsing NF brasel JA Cooper DM. Effect of

low and high intensity exercise on

circulation Growth Hormone in

men J clinical endocrinol Metb

1992.

Fox, T.L.E.L., Bowers, R.W., dan Foss

M.L. (1993). The Physiological

Basis for Exercise and Sport, fifth

edition. Lowa: Brown &

Benchmark Publisher.

Ganong W.F. (1999). Fisiologi Kedokteran.

Alih bahasa Ken Ariata Tengadi.

Jakarta : Penerbit buku kedokteran

EGC.

Guyton,M.D. 1994. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

McClenaghan,Rotella,Pate.1993. Dasar-

dasar Ilmiah Kepelatihan : IKIP

Semarang Press.

Marieb EN, . Human Anatomy and

Physiology. 5 th ed. USA :

Benjamin Cumming, 2001

McArdle, William D, Katch, Frank I. &

Katch, Victor L. 2001. Exercise

Physiology: Energy, Nutrition, and

Human Performance. Philadelphia

etc: Lippincott Williams and

Wilkins.

Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia

dari Sel ke Sistem, alih bahasa

Brahm U. Pendit. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Sukadiyanto, (2005). Pengantar Teori dan

Metodologi Melatih Fisik.

Universitas Negeri Yogyakarta

Sugiharto. 2000. Pembentukan Radikal

Bebas Oksigen Dalam Aktivitas

Fisik. Lab Jurnal Ilmu

Keolahragaan dan Pendidikan

Jasmani, 10 (1): 22-32.

Supriadi. 2000. Pengaruh Latihan Aerobik

dan Anaerobik Terhadap Luas

Penampang Serabut Otot Merah

(Slow Twitch) dan Otot Putih (Fast

Twitch) Pada Tikus Wistar. Tesis

Surabaya: Program Pasca Sarjana

UNAIR.

Sri Pamoedjo Rahardjo, 2004. Demografi

dan Konflik dalam Masyarakat.

Sinar Harapan No. 4629.

Copyright © Sinar Harapan ).

Warren MP Constantini NW. sport

endocrinology New Jersey Human

Pressing 2000.

14 Jurnal ILARA, Volume I I, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 8 – 14