bab ii tinjauan pustaka a. lansia (lanjut usia) 1 ...repository.ump.ac.id/5486/3/febi nur ekasari...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia (Lanjut Usia)
1. Definisi Lansia
Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap
perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai
usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut
adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang
bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut WHO (1989),
dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah-
pisahkan.
Usia lanjut atau lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih, yang secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya
(Depkes RI, 2003 : 100).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), lanjut usia (lansia)
adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 60
tahun ke atas. (Notoatmdjo, 2007)
10
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
11
2. Aspek-aspek penduduk lansia
Menurut Notoatmdjo (2007) batasan penduduk lansia dapat dilihat
dari aspek-aspek biologi, ekonomi, soaial, dan usia atau batasan usia
yaitu :
1) Aspek Biologi
Penduduk lansia ditinjau dari aspek biologi adalah penduduk
yang telah menjalani proses penuaan, dalam arti menurunnya daya
tahan fisik yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap
serangan berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal
ini disebabkan seiring meningkatnya usia, sehingga terjadi perunahan
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta system organ. Proses penuaan
berbeda dengan “pikun” (demensia) yaitu perilaku aneh atau sifat
pelupa dari seseorang di usia tua. Pikun merupakan akibat dari tidak
berfungsinya beberapa organ otak yang dikenal dengan penyakit
Alzheimer.
2) Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi menjelaskan bahwa penduduk lansia
dipandang lebih sebagai beban daripada potensi sumber daya bagi
pembangunan. Warga tua dianggap sebagai warga yang tidak
produktif dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi yang lebih muda.
Bagi penduduk lansia yang masih memasuki lapangan pekerjaan,
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
12
produktivitasnya sudah menurun dan pendapatannya lebih rendah
dibandingkan pekerja usia produktif. Akan tetapi, tidak semua
penduduk yang termasuk dalam kelompok umur lansia ini tidak
memiliki kualitas dan produktivitas rendah.
3) Aspek Sosial
Dari sudut pandang social, penduduk lansia merupakan
kelompok sosial tersendiri. Di Negara Barat, penduduk lansia
menduduki strata social di bawah kaum muda. Di masyarakat
tradisional di Asia seperti Indonesia, penduduk lansia menduduki
kelas social yang tinggi harus dihormati oleh masyarakat yang usianya
lebih muda.
4) Aspek Umur
Dari ketiga aspek di atas, pendekatan umur atau usia adalah
yang paling memungkinkan untuk mendefinisikan penduduk usia
lanjut.
3. Batasan Usia Lanjut
1. Menurut Undang-Undang
Batasan usia lanjut didasarkan atas Undang-Undang No. 13 Tahun
1998 adalah 60 tahun. Namun, berdasarkan pendapat beberapa ahli
dalam program kesehatan Usia Lanjut, Departemen Kesehatan
membuat pengelompokkan seperti di bawah ini :
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
13
a. Kelompok Pertengahan Umur :
Kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia
lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa
(45-54 tahun).
b. Kelompok Usia Lanjut Dini :
Kelompok dalam masa prasenium. Yaitu kelompok yang mulai
memasuki usia lanjut (55-64 tahun).
c. Kelompok Usia Lnjut
Kelompok dalam masa senium (65 ke atas).
d. Kelompok Usia Lanjut dengan Risiko Tinggi :
Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia
lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau
cacat. (Notoatmodjo dalam bukunya Kesehatan masyarakat Ilmu
dan Seni, 2007)
2. Batasan usia lanjut menurut WHO
Menurut WHO dalam Nugroho (2000) dalam bukunya mengatakan
organisasi kesehatan dunia batasan-batasan lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan yaitu kelompok umur 45 sanpai dengan umur 59
b. Lanjut usia (elderly) yaitu umur antara 60 sampai dengan umur 74
tahun.
c. Lanjut usia tua (old) yaitu umur antara 75 sampai dengan 90 tahun
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
14
d. Usia sangat tua (very old) yaitu umur 90 tahun keatas.
4. Problema Usia Lanjut Saat Ini
Dengan meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia saat
ini membuat jumlah penduduk yang tergolong lanjut usia (lansia) semakin
meningkat. Ini menimbulkan permasalahan tersendiri yang menyangkut
aspek kesehatan dan kesejahteraan mereka.
Aspek kesehatan pada lansia ditandai dengan adanya perubahan faali
akibat proses menua meliputi : (Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia,
Depkes, 2005).
1. Gangguan penglihatan, yang biasanya disebabkan oleh degenerasi
macular senilis, katarak dan glaucoma. Secara rinci dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Degenerasi macular senilis
Penyebab penyakit ini belum diketahui namun dapat dicetuskan
oleh rangsangan cahaya berlebihan. Kelainan ini mengakibabkan
distrosi visual, penglihatan menjadi kabur serta dapat timbul
distrosi persepsi visual. (Notoatmodjo dalam bukunya Kesehatan
mayarakt Ilmu dan Seni, 2007)
b. Katarak
Katarak adalah kekeruhan dari lensa di mana protein serat lensa
mengalami perubahan degeneratif, dan ini menghasilkan pola yang
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
15
mengganggu, hamburan cahaya melalui lensa ke makula, sehingga
mengurangi ketajaman visual sentral, biasanya dalam bertahap,
tanpa rasa sakit. Di seluruh dunia, katarak adalah penyebab utama
kehilangan penglihatan. Di Amerika Serikat, katarak adalah
penyebab tunanetra di 50% orang dewasa tunanetra usia> 40
tahun, tetapi usia dominan adalah > 60 tahun. (Eichenbaum, 2012)
c. Glaukoma
Glaukoma adalah hilangnya penglihatan karena kerusakan atau
kematian sel-sel ganglion retina dan akson mereka melalui saraf
optik, pusat atrofi yang berkurang. Pada retina sel ganglion adalah
yang terbesar dari retina asosiasional neuron. Sel-sel ganglion
retina yang rusak atau mati baik dari peningkatan tekanan okular (
atau mungkin vaskular , kekebalan tubuh , infeksi ,atau mekanisme
iskemik ) dan berkaitan dengan penyumbatan saluran keluar
okular, lapisan kapiler terjepit di antara iris dan kornea
untuk mengeluarkan air. (Eichenbaum, 2012)
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
16
2. Gangguan pendengaran, gangguan ini meliputi presbikusis (gangguan
pendengaran pada lansia) dann gangguan komunikasi.
a. Presbikusis
Gangguan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. Laki-laki
umumnya lebih sering menderita presbikusis daripada perempuan.
(Notoatmodjo dalam bukunya Kesehatan masyarakat Ilmu dan
Seni, 2007)
b. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi dapat timbul akibat pembicaran terjadi
dalam interferensi karena terganggu suara lain, sumber suara
mengalami distorsi dan kondisi akustik ruangan yang tidak
sempurna seperti ruangan pertama yang berdinding mudah
memantulkan suara. (Rosenhall, 2011)
3. Perubahan komposis tubuh
Dengan bertambahnya usia maka massa bebas lemak (terutama terdiri
atas otot) berkurang 6,3% berat badan perdekade seiring dengan
penambahan massa lemak 2% perdekade. Masa air mengalami
penurunan sebesar 2,5% perdekade.
4. Saluran cerna
Dengan bertambahnya usia maka jumlah gigi berangsur-angsur
berkurang karena tanggal atau ekstraksi atas indikasi tertentu.
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
17
Ketidakalengkapan alat cerna mekanik tentu mengurangi kenyamanan
makan serta membatasi jenis makanan yang dapat dimakan. Produksi
air liur dengan berbagai enzim yang terkandung didalamnya juga
mengalamai penurunan. Selain mengurangi kenyamanan makan,
kondisi mulut yang kering juga mengurangi kelancaran saat makan.
Pencernaan adalah proses dimana molekul makanan besar yang rusak
dengan komponen yang lebih kecil yang cukup kecil diserap oleh
lapisan saluran pencernaan. Pencernaan ini dilakukan oleh enzim yang
disekresikan oleh kedua kelenjar intrinsik dan aksesori ke dalam
lumen saluran pencernaan. (Ratnayake, 2009)
5. Hepar
Hati mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia 80
tahun ke atas, sehingga obat-obatan yang memerlukan proses
metabolism pada organ ini harus ditentukan dosisnya secara seksama
agar para lansia terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan.
Formasi hati merupakan rute utama untuk mendeteksi obat, yang
melibatkan reaksi oksidatif. (Mauriz, 2000)
6. Ginjal
Ginjal meruapakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism tubuh
melalui air seni. Darah masuk ke ginjal kemudian disaring oleh unit
kecil ginjal yang disebut nefron. Pada lansia terjadi penurunan jumlah
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
18
nefron sebesar 5-7% perdekade mulai usia 25 tahun. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan
sisa metabolisme melalui air seni termasuk sisa obat-obatan. Cedera
ginjal akut yang membutuhkan dialisis dikaitkan dengan mortalitas di
rumah sakit. (James, 2010)
7. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada jantung dapat terlihat dari bertambahnya jaringan
kolagen, ukuran miokard berkurang, dan jumlah air jaringan
berkurang. Selain itu, akan terjadi pula penurunan jumlah sel-sel pacu
jantung serta serabut berkas His dan Purkinye. Keadaan tersebut akan
mengakibatkan menurunnya kekuatan dan kecepatan kontraksi
miokard disertai memanjangnya waktu pengisian diastolic. Hasil
akhirnya adalah berkurangnya fraksi ejeksi sampai 10-20%.
(Notoatmdojo. 2007)
8. Sistem pernafasan
Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasn akan
menurun seiring dengan penambahan usia. Sendi-sendi tulang iga akan
menjadi kaku. Keadaan tersebut mengakibatkan penurunan laju
ekspirasi paksa satu detik sebesar ±0,2 liter/decade serta berkurangnya
kapasiras vital. Sistem pertahanan yang terdiri atas gerak bulu getar,
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
19
leukosit, dan antibodi serta reflek batuk akan menurun. Hal tersebut
menyebabkan warga usia lanjut lebih rentan terhadap infeksi.
9. Sistem hormonal
Produksi testosteron dan sperma menurun mulai usia 45 tahun tetapi
tidak mencapai titik nadir. Pada usia 70 tahun, seorang laki-laki masih
memiliki libido dan mampu melakukan kopulasi. Pada wanita, karena
jumlah ovum dan folikel yang sangat rendah maka kadar estrogen
akan sangat menurun setelah menopause (45-50 tahun). Keadaan ini
menyebabkan dinding rahim menipis, selaput lender mulut Rahim dan
saluran kemih menjadi kering. Pada wanita yang sering melahirkan
kedaan diatas akan memperbesar kemungkinan terjadinya
inkontinensia. (Notoatmdojo, 2007)
10. Sistem muskuloskeletel
Dengan bertambahnya usia maka jelas berpengaruh terhadap sendi dan
sistem muskuloskeletal. Sebagai resporeparatif maka dapat terjadi
pembentukan tulang baru, penebalan selaut sendi dan firosin. Ruang
lingkup gerak sendi yang berkurang dapat diperkuat pula dengan
tendon yang semakin kaku. (Notoatmdojo. 2007)
11. Secara Psikologis
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring
dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
20
dihubungkan pula dengan kekakuratan mental dan keadaan fungsional
yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan
intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia.
Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia
mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada,
ditunjang dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari
intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori,
dan belajar pada saat usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk
dipahami dan berinteraksi. (Maryam, 2008)
B. Pelayanan Kesehatan
1. Definisi Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan
terhadap lansia ditingkat desa/ kelurahan dalam masing-masing wilayah kerja
puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa keterpaduan pada
pelayanan yang dilatar belakangi oleh kriteria lansia yang memiliki berbagai
macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu lansia adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama lansia. (Departemen
Kesehatan RI, 2006)
Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
21
program puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,
tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya. (Erfandi,
2008).
2. Tujuan Penyelenggaraan
Menurut Erfandi (2008), tujuan posyandu lansia secara garis besar adalah :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia.
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan, disamping meningkatkan komunikasi
antara masyarakat usia lanjut.
3. Sasaran Posyandu Lansia
Sasaran posyandu lansia adalah :
1. Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok
usia lanjut (60 tahun ke atas), dan kelompok usia lanjut dengan resiko
tinggi (70 tahun ke atas).
2. Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, organisasi
sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut, masyarakat luas
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
22
4. Kendala Pelaksanaan Posyadu Lansia
Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan
posyandu antara lain:
a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. Pengetahuan
lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi
dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu,
lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat
dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada
mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat,
yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau
motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau Jarak
posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu
tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan
daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi
posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau
lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang
lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
23
faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu
lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan
lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan dalam
mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu
lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu
menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,
mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu
mengatasi segala permasalahan yang terjadi pada lansia.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar
atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.
Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau
mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat
dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
(Tarigan, Enina, 2009)
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
24
5. Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam pembinaan kesehatan lansia
merupakan upaya yang ditujukan untuk peningkatan kesehatan, kemampuan
untuk mandiri, produktif dan berperan aktif dalam komprehensif, azas
kekeluargaan, pelaksanaan sesuai protap, dan kendali mutu (Depkes RI,
2003). Kebijakan tersebut dilakukan dengan pendekatan holistic, pelaksanaan
terpadu, pembinaan komprehensif tersebut terdiri dari:
1. Pembinaan kesehatan yang mencakup kegiatan:
a. Promotif, antara lain penyuluhan tentang PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat), penyakit pada lansia, gizi, upaya meningkatkan
kebugaran jasmani, kesehatan mental, dan kemandirian produktifitas.
b. Preventif, antara lain deteksi dini dan pemantauan kesehatan lansia
yang dapat dilakukan POKSILA/puskesmas dengan menggunakan
KMS Lansia, buku pemantauan kesehatan pribadi lansia.
2. Pelayanan kesehatan yang mencakup kegiatan;
a. Kuratif, antara lain pengobatan bagi lansia yang sakit baik di
Posyandu, Puskesmas/Rumah Sakit.
b. Rehabilitatif, antara lain upaya medis, psikososial, edukatif untuk
dapat mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri
lansia.
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
25
3. Konseling yang mencakup kegiatan:
a. Tidak sama dengan penyuluhan.
b. Dilaksanakan oleh Konselor.
c. Upaya memecahkan masalah kesehatan dan psikologis lansia.
d. Dapat berfungsi preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif.
4. Pendekatan individu maupun kelompok.
5. Home Care
6. Bentuk pelayanan kesehatan komprehensif yang dilakukan di rumah
klien/lansia.
7. Melibatkan klien serta keluarga sebagai subjek untuk berpartisipasi dalam
kegiatan perawatan dalam bentuk tim (tenaga professional/non
professional di bidang kesehatan maupun non kesehatan).
8. Bertujuan memandirikan klien dan keluarganya.
Dalam kegiatan pelayanan kesehatan bagi lansia, maka dilaksanakan
kegiatan di posyandu bagi lansia, agar lansia dapat mencapai hidup sehat
sesuai dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia dan Indonesia Sehat
2010.
Kegiatan yang dilakukan di posyandu bagi lansia antara lain adalah:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
26
2. Pemeriksaan status mental.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh
(IMT).
4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat.
6. Penyuluhan Kesehatan.
7. Pemberian makanan tambahan (PMT).
8. Kegiatan olah raga, antara lain senam usia lanjut, gerak jalan santai, dan
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran (Lasma, 2007).
Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk peningkatan kesehatan
terutama dalam menunjang status gizi lansia dan pencegahan penyakit,
dilakukan melalui pemantauan keadaan kesehatan para lansia secara berkala
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia,dengan harapan
gangguan kesehatan lansia dapat dideteksi lebih dini untuk mendapatkan
pertolongan secara cepat, tepat dan memadai sesuai dengan keinginan yang
diperlukan (Depkes RI, 2003).
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
27
6. Jenjang Posyandu Menurut “KONSEP ARRIF” dikelompokkan menjadi
4, yaitu :
1. Posyandu Pratama (warna merah) :
• Belum mantap.
• Kegiatan belum rutin.
• Kader terbatas.
2. Posyandu Madya (warna kuning) :
• Kegiatan lebih teratur
• Jumlah kader 5 orang
3. Posyandu Purnama (Warna hijau) :
• Kegiatan sudah teratur.
• Cakupan program/kegiatannya baik.
• Jumlah kader 5 orang
• Mempunyai program tambahan
4. Posyandu Mandiri (warna biru) :
• Kegiatan secara terarah dan mantap
• Cakupan program/kegiatan baik.
• Memiliki Dana Sehat dan JPKM yang mantap.
(Bagian Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, 2004).
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
28
Dikatakan posyandu berhasil itu harus memenuhi target kunjungan
posyandu dalam 1 tahun. Sedangkan tahapannya adalah untuk posyandu
pratama frekuensi penimbangannya ≤ 8x per tahun, posyandu madya
frekuensinya ≥ 8x per tahun, posyandu purnama frekuensi penimbangannya ≥
8x per tahun dan posyandu mandiri frekuensi penimbangannya ≥ 8x per
tahun. (Runjati, 2010 ; h . 79).
Keaktifan merupakan suatu perilaku yang bisa dilihat dari keteraturan dan
keterlibatan seorang untuk aktif dalam kegiatan. (Suryani, 2003)
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi lansia
a. Dukungan Keluarga
Keluarga yang bersifat mendukung selalu siap untuk memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Keluarga berfungsi sebagai
diseminator (penyebar) informasi tentang dunia dan menjelaskan tentang
pemberian saran, sugesti, informasi yang didapat sehingga bisa mengatasi
sebuah masalah. Dalam hal ini, keluarga sangat berperan dalam
memberikan informasi kepada lansia tentang pentingnya memanfaatkan
posyandu lansia sehingga lansia bisa mengikuti kegiatan posyandu.
Dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan keluarga membuat
anggota keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
29
sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan adaptasi anggota keluarga
terhadap lingkungan luar. (Handayani, 2012)
House (1985, dalam Smet, 1994) membedakan dukungan sosial dalam
empat bentuk, yaitu :
a. Dukungan emosional : mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Agar lansia aktif dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia, tentu saja kepedulian dan perhatian
dari keluarga sangat penting, dalam dukungan emosional ini contohnya,
keluarga bisa mengingatkan pada lansia jika ada jadwal posyandu ataupun
keluarga dapat mengantar lansia pergi ke posyandu untuk nmemeriksakan
kesehatannya. Hal ini, merupakan bentuk kepedulian dan perhatian pada
lansia.
b. Dukungan penghargaan : terjadi melalui ungkapan penghargaan positif
untuk orang tersebut, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau
perasaan individu. Lansia aktif dalam mengikuti posyandu juga tidak lepas
dari dukungan penghargaan yang diberikan keluarga, misalnya keluarga
sangat mendukung apabila lansia rajin dan aktif untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Hal ini, dapat membuat semangat pada lansia.
c. Dukungan instrumental : mencakup bantuan langsung, seperti memberikan
bantuan berupa uang, barang, dan sebagainya. Faktor yang mempengaruhi
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
30
kurangnya keaktifan lansia mengikuti kegiatan posyandu, bisa karena
tempatnya yang terlalu jauh. Hal ini, kepedulian keluarga apabila tidk bisa
mengantar lansia ke posyandu, jika lansia tersebut masih bisa untuk
bepergian sendiri, keluarga bisa memberikan dana untuk transportasi agar
lansia bisa datang ke posyandu, dana tersebut juga dapat dipergunakan
untuk keperluan lain yang membutuhkan dana di posyandu lansia.
d. Dukungan informatif : mencakup pemberian, nasehat, petunjuk-petunjuk,
saran ataupun umpan balik. Memberikan saran, nasehat yang baik akan
pentingnya kesehatan bagi lansia juga sangat penting. Keluarga yang
peduli kepada lansia, akan memberikan nasehat ataupun saran-saran yang
baik supaya lansia tetap menjaga kesehatannya. Keluarga bisa mengajurkan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia untuk memeriksakan
kesehatan rutin di posyandu.
Peran keluarga yang baik terbukti sebagai faktor yang
mempengaruhi keaktifan kunjungan lansia ke posyandu. Hasil analisis
Hadisaputro (2011) menunjukkan bahwa peran keluarga berpengaruh pada
keaktifan lansia di posyandu lansia sebesar 95%.
b. Motivasi diri
Sunaryo (2004) mengatakan motif atau motivasi diri merupakan suatu
pengertian yang mencakup penggerak, keinginan, rangsangan, hasrat,
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
31
pembangkit tenaga, alasan dan dorongan dari dalam diri manusia yang
menyebabkan ia berbuat sesuatu.
Sementara Menurut Sarwono (2000) dalam Sunaryo (2004) menyatakan
bahwa motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan
interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada
diri seseorang, dan motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan
oleh faktor di dalam diri (faktor intrinsik) dan faktor di luar dirinya (faktor
ekstrinsik). Faktor didalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap,
pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau
kemasa depan. Faktor luar diri dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber dari
lingkungan atau faktor lain yang sangat kompleks sifatnya. Gerungan (1960)
dalam Sunaryo (2004) motif merupakan suatu proses pengertian yang
melengkapi semua penggerak, alasan atau dorongan dalam diri manusia yang
menyebabkan ia berbuat sesuatu yang berkaitan dengan perilaku kesehatan
individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi atau dorongan individu hal-
hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam diri
individu itu sendiri yang disebut dengan factor intern dan sebahagian terletak
di luar individu itu sendiri atau faktor ekstern yaitu faktor lingkungan.
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
32
1. Faktor-faktor Intern
Faktor intern yaitu faktor yang ada didalam individu itu sendiri,
misalnya: karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan,
keyakinan) yang dimiliki seseorang. Selain itu juga dapat berupa
pengalaman akan keberhasilan dalam mencapai sesuatu, pengakuan yang
diperoleh, rasa tanggung jawab, pertumbuhan profesional dan intelektual
yang dimiliki seseorang. Sebaliknya, apabila seseorang merasa tidak puas
dengan hasil dari pekerjaan yang telah dilakukannya, dapat dikaitkan
dengan faktor-faktor yang sifatnya dari luar individu.
a. Umur
Menurut pendapat wijayanti (2008) hal ini mungkin dikarenakan
lansia mengalami perubahan dan kemunduran dalam berbagai aspek
kehidupannya, baik secara fisik maupun psikis. Hal ini, sependapat
dengan penelitian Rahayu (2010) yang mengatakan bahwa lansia yang
berusia 70 tahun ke atas tidak aktif mengikuti posyandu dikarenakan
adanya penurunan fungsi tubuhnya.
b. Pendidikan
Menurut Mubarok (2007) pendidikan sebagai suatu proses dalam
rangkaian mempengaruhi dan dengan demikian akan menimbulkan
perubahan perilaku pada dirinya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa
makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
33
menerima informasi kesehatan. Sebaliknya jika seseorang yang tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan seseorang
terhadap penerimaan, informasi kesehatan dan nilai-nilai baru yang
diperkenalkan.
c. Pekerjaan
Penelitian Rahayu et al (2010) yang mengatakan bahwa
ketidakaktifan lansia karena lansia mayoritas masih bekerja dan lansia
juga mengatakan tidak ingin tergantung pada orang lain. Jadi sedapat
mungkin mereka ingin mempunyai sumber daya sendiri.
d. Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan lansia tentang pentingnya memeriksakan
kesehatannya berpengaruh terhadap keaktifan lansia di posyandu
lansia. Mereka yang tidak tahu akan pentingnya memeriksakan
kesehatan secara rutin cenderung tidak memperdulikan adanya
posyandu lansia di daerahnya.
e. Keyakinan
Menurut hasil penelitian Handayani (2012), sebagian besar lansia
belum mengikuti posyandu lansia, hal ini dikarenakan lansia masih
banyak yang bekerja. Hal ini sependapat dengan penelitian Rahayu et
al (2010) yang mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
34
ketidakaktifan lansia dating ke posyandu lansia antara lain yaitu
gangguan fungsi organ tubuh, dan arena lansia merasa dirinya sehat.
2. Faktor-faktor Extern
Faktor ekstern yaitu faktor yang ada diluar individu yang
bersangkutan. Faktor ini mempengaruhi, sehingga di dalam diri individu
timbul unsur-unsur dan dorongan/motif untuk berbuat sesuatu. Misalnya
karakteristik lingkungan sosial. Lingkungan sosial termasuk didalamnya
lingkungan social terdekat yaitu keluarga, tetangga dan fasilitas pelayanan
kesehatan, alat-alat kesehatan yang menunjang kegiatan pelayanan
kesehatan di posyandu lanjut usia tersebut.
Pada tingkat ini benar-benar terjadi tarik-menarik antar pribadi dan
tujuan yang akan dicapai. Maka, pada saat pertentangan motif baik ini
memaksa orang harus berpikir secara matang, mempertimbangkan baik-
baik segala kemungkinan. Dalam pertimbangan ini orrang tidak terlepas
dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dihayati pada saat tersebut.
(Enina, 2009)
Pelayanan kader dan petugas kesehatan yang baik terbukti sebagai
faktor yang mempengaruhi keaktifan kunjungan lansia ke posyandu.
Hasil penelitian ini se-jalan dengan hasil penelitian Pujiyono yang
membukti-kan bahwa ada hubungan peranan petugas kesehatan dengan
pemanfaatan posyandu lansia. (Lestari, 2011)
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
35
c. Pengetahuan
Lansia umumnya mempunyai kemampuan daya ingat yang menurun,
sehingga mudah melupakan apa yang baru disampaikan dan ini berdampak
pada tingkat pengetahuan para lansia yang masih kurang terutama mengenai
manfaat dan tujuan dari adanya posyandu lansia. Ariati (2005),
mengemukakan bahwa lansia memiliki kemunduran kemampuan kognitif,
seperti ingatan pada hal-hal dari masa muda lebih baik daripada hal-hal yang
baru terjadi.
Pengetahuan lansia yang kurang tentang posyandu lansia
mengakibatkan kurangnya pemahaman lansia dalam pemanfaatan
posyandu lansia. Keterbatasan pengetahuan ini akan mengakibatkan
dampak yang kurang baik dalam pemeliharaan kesehatannya. Menurut
Soekanto (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yaitu tingkat pendidikan, informasi yang diperoleh, pengalaman dan sosial
ekonomi.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri
kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang
bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah
kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini,
pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
36
sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu
mengikuti kegiatan posyandu lansia. (Sulistyorini,2010)
1. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempuyai enam tingkatan. Menurut
Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu ini merupakan tingkat yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap onjek atau materi harus dapat menjelaskan,
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
37
menyebutkan contoh, meyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalag suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat mengggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, megelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menuju kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi-formulasi yang ada.
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
38
f. Evaluasi (evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2. Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan
Menurut Nursalam (2007) menyatakan bahwa pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas:
1) Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100%
2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%
3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56%
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
39
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori : Modifikasi dari House (1985, dalam Smet, 1994),
Tarigan, Enina (2009)
Keaktifan lansia di posyandu lansia
Dukungan
Keluarga :
Dukungan Sosial
Motivasi
Pengetahuan
Instrumental
Emosional
Faktor
Ektern
Bantuan
Dana
Pemberian
Nasehat
Pemberian
Penghargaan
Penghargaan
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Faktor
Intern
Kepedulian
Informatif
Pelayanan
kesehatan
(kader)
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
40
E. Kerangka Konsep
Variabel independent Variabel Dependent
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Keluarga dan Motivasi dengan
Keaktifan Lansia di Posyandu Lansia
Dukungan Keluarga :
Dukungan sosial,
1. Emosional
2. Penghargaan
3. Instumental
4. Informatif
Keaktifan lansia
di posyandu lansia
Pengetahuan
Motivasi :
1. Faktor Intern
2. Faktor Eksten
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014
41
F. Hipotesis
1. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan keaktifan lansia di posyandu
lansia
2. Ada hubungan antara motivasi diri dengan keaktifan lansia di posyandu lansia
3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kekatifan lansia di Posyandu lansia
Hubungan Dukungan Keluarga..., Febi Nur Ekasari, Keperawatan S1 UMP, 2014