fokus kepada visi dan misi - digital library - universitas...
TRANSCRIPT
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS SISTEM KEUANGAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR MENYONGSONG
BADAN LAYANAN UMUM (BLU)
A. PENDAHULUAN
Pendidikan tinggi mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terbesar
dalam membangun pondasi daya saing Bangsa yaitu dengan: (1) menghasilkan
sumber daya manusia yang bertakwa, berkarakter, cerdas, kreatif, profesional, dan
produktif, (2) menghasilkan temuan dan inovasi baru melalui penelitian-
penelitiannya, dan (3) mampu mengkapitalisasi ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan bangsa melalui
pengabdiannya kepada masyarakat. Suatu perguruan tinggi dapat menjalankan
fungsi sebagaimana diharapkan di atas apabila perguruan tinggi mempunyai
sistem pengelolaan keuangan yang prima dan dinamis.
Salah satu agenda reformasi keuangan negara adalah adanya pergeseran
dari pengganggaran tradisional menjadi penganggaran berbasis kinerja.
Penganggaran berbasis kinerja memiliki karakteristik bahwa arah penggunaan
dana pemerintah tidak lagi berorientasi pada input tetapi pada output. Perubahan
ini penting dalam rangka proses pembelajaran untuk menggunakan sumber daya
pemerintah yang makin terbatas, tetapi tetap dapat memenuhi kebutuhan dana
yang makin tinggi. Penganggaran yang berorientasi pada output merupakan
praktik yang telah dianut luas oleh pemerintahan modern di berbagai negara.
Selain itu, reformasi keuangan Negara juga dimaksudkan untuk menjamin
terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik.
Program inovasi pengelolaan perguruan tinggi ini bertujuan agar
perguruan tinggi bisa mengembangkan perannya baik dalam menghasilkan
lulusan yang bermutu, unggul, dan produktif, menghasilkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat, pembangunan daerah dan nasional,
serta menjadi pemersatu bangsa dan mengawal perjalanan demokratisasi bangsa.
Perguruan tinggi harus mandiri (otonom), sehat, dan bermutu. Pembentukan
badan hukum milik negara yang telah dimulai sejak tahun 2000 memerlukan
kerangka hukum agar otonomi bisa efektif dalam meningkatkan tata kelola
1
perguruan tinggi disertai dengan akuntabilitas yang terukur. Sesuai dengan amanat
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, program peningkatan tata kelola,
akuntabilitas, dan citra publik pendidikan tinggi dilaksanakan melalui penyusunan
perangkat hukum operasional dalam rangka mencapai status badan hukum
perguruan tinggi sebagai bentuk otonomi yang paling optimal, akuntabel, dan
dengan penekanan bahwa institusi pendidikan bersifat nirlaba. Sebagai bagian dari
transisi menuju perguruan tinggi yang berbadan hukum dan mandiri, pemerintah
mendorong PTN termasuk UNM untuk membentuk Badan Layanan Umum
(BLU) agar lebih efektif dan efisien dalam mengelola keuangannya.
Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) merupakan amanat Pasal 69
ayat (7) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. PP tersebut
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik oleh Pemerintah, karena
sebelumnya tidak ada pengaturan yang spesifik mengenai unit pemerintahan yang
melakukan pelayanan kepada masyarakat yang pada saat itu bentuk dan modelnya
beraneka macam. Jenis BLU di sini antara lain rumah sakit, lembaga pendidikan,
pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain. Prinsip-prinsip pokok yang tertuang
dalam kedua undang-undang tersebut menjadi dasar penetapan instansi
pemerintah untuk menerapkan pengelolaan keuangan BLU. BLU ini diharapkan
dapat menjadi langkah awal dalam pembaharuan manajemen keuangan sektor
publik, demi meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
UNM sebagai sebuah PTN diantara PTN lainnya di Indonesia seharusnya
telah menerapkan manajemen keuangan berbasis kinerja agar terjadi keseragaman
dalam mengikuti aturan menteri keuangan sehingga menjamin transparansi dan
akuntabilitas publik. Meskipun demikian, berdasarkan pengamatan dan
informasi yang penulis ketahui, sistem keuangan yang sekarang diterapkan di
UNM masih belum berbasis kinerja. Sejumlah fenomena yang tampak antara lain
pembagian kompensasi, insentif atau kesejahteraan lainnya hanya didasarkan pada
prinsip pemerataan sehingga seringkali menjadi pemicu munculnya kecemburuan
sosial yang berdampak terhadap menurunnya kinerja pegawai. Fenemona lainnya
yang pengelolaannya cenderung tidak transparan adalah penyusunan anggaran
2
yang tidak melibatkan dan koordinasi dengan pimpinan terkait, serta penunjukkan
langsung kegiatan ditentukan tanpa mengikuti peraturan yang berlaku. Kondisi
ini disinyalir kurang mendukung proses transparansi dan akuntabilitas seperti
yang dipersyaratkan dalam sistem BLU. Kenyataan ini telah menstimulasi penulis
mengangkat topik dengan judul “Transparansi dan Akuntabilitas Sistem
Keuangan UNM menyongsong BLU”.
B. PERMASALAHAN
Pemerintah mendorong perguruan tinggi untuk menerapkan model Badan
Hukum Milik Negara (BHMN) dan BLU termasuk UNM. Sebagai suatu hal baru,
implementasi Pelaporan Keuangan BLU masih memerlukan banyak
penyempurnaan baik dari aspek internal manajemen Perguruan Tinggi Pemerintah
(PTP) maupun tugasnya sebagai satuan kerja Kementerian Pendidikan Nasional.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem tata kelola keuangan di UNM yang menjamin transparansi
dan akuntabilitas?
2. Strategi apa saja yang harus dipersiapkan oleh UNM dalam menyongsong
BLU?
3. Bagaimana tahapan-tahapan ideal yang harus dilakukan UNM menuju BLU?
C. TINDAKAN
A. Tata kelola keuangan UNM yang tranparan dan akuntabel
UNM sebagai institusi penyelenggara layanan pendidikan tinggi
diharapkan berperan dalam menegakkan tata kelola keuangan yang transparan
dan akuntabel. Transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola keuangan
menjadi prasyarat dalam penyelenggaraan Badan Layanan Umum (BLU). BLU
itu sendiri adalah Instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
3
BLU dalam implementasinya mempunyai kriteria, meliputi: (1) bukan
kekayaan negara/daerah yang dipisahkan, sebagai satuan kerja instansi
pemerintah, (2) dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan
produktivitas layaknya sebuah korporasi, dan (3) berperan sebagai agen dari
menteri/pimpinan lembaga induknya dalam kaitan dengan kedua belah pihak
menandatangani kontrak kinerja dan Menteri/pimpinan lembaga bertanggung
jawab atas kebijakan layanan yang hendak dihasilkan. Menjalankan sistem
BLU tentu saja tidak mudah, tetapi tidak menjalankannya dengan alasan
kondisi internal dan eksternal yang belum mendukung adalah pilihan yang
tidak tepat. Jika UNM memilih untuk mengikuti sistem BLU, maka
konsekuensinya harus bersedia untuk melakukan introspeksi, koreksi, dan
bahkan mengevaluasi sistem tata kelola yang selama ini diterapkan. Tentu saja
ada yang sejalan, tetapi sangat mungkin ada yangberbeda tuntutannya.
Universitas negeri makassar dalam mempersiapkan diri memasuki model
BLU perlu melakukan reformasi internal dalam tubuh birokrasinya dimana
kondisi saat ini belum mencerminkan reformasi birokrasi, terkesan tidak
transparan dan akuntabel. Tata kelola keuangan UNM yang sekarang ini
diterapkan masih memerlukan pembenahan sehingga tuntutan transpansi dan
akuntabilitas dapat terpenuhi. Beberapa praktek tata kelola keuangan yang
memerlukan perbaikan menurut pengamatan penulis, antara lain: 1) sistem
pengelolaan keuangan yang lebih menonjolkan penggunaan bahan habis pakai
(ATK) agar mempermudah proses pertanggungjawaban keuangan, dan pajak
yang dipotong tidak jelas aturan yang mendukungnya, 2) tidak transparan
dalam hal penyusunan anggaran dimana penyusunan anggaran tidak melibatkan
dan berkoordinasi dengan pimpinan terkait, 3) penunjukkan langsung kegiatan
ditentukan tanpa mengikuti peraturan yang berlaku, 4) sistem pengelolaan
PNBP cenderung belum transparan, tidak tersedia data yang jelas dan lengkap
berapa jumlah PNBP yang disetor ke negara dan yang langsung digunakan,
begitupun dengan proses pencairannya dan 5) pelaporan keuangan belum
menunjukkan akuntabilitas publik yang diharapkan.
4
Sistem
Penataan Sistem:Efisien, Transparan, Akuntabel
Kondisi
Saat Ini
Kondisi
Ideal
Manajemen Perubahan:Pola Pikir, Pola Sikap, Pola
Tindak
Penguatan OrganisasiPembenahan Ketata-laksanaanPenguatan SDMPemanfaatan TIK
Kondisi yang digambarkan di atas tentu saja tidak dapat dipertahankan
pada saat UNM menyongsong BLU. Proses dan hasil capaian dari tata kelola
keuangan yang seperti ini jelas tidak sejalan dengan tuntutan BLU. Karena itu,
ke depan diperlukan langkah perubahan menjadi lebih produktif. Dengan
melakukan perubahan dari kondisi saat ini menjadi kondisi ideal, maka
diharapkan pola-pola lama yang diterapkan dalam tata kelola keuangan di
UNM bisa lebih maju, dan mengarah ke penerapan sistem tata kelola taat asas.
B. Persiapan dan perubahan UNM menuju BLU
1. Reformasi Birokrasi Internal
Untuk menuju konsep BLU, UNM perlu melakukan penataan sistem dari
segi Efisien,Transparan dan akuntabel. Begitupula dengan manajemen di dalam
birokrasi dimana pola pikir, pola sikap dan pola tindakan harus berubah. Konsep
BLU memberikan pelayanan, dari dua perubahan yang mendasar ini sehingga
terjadi penguatan organisasi, pembenahan ketatalaksanaan dan penguatan SDM.
Salah satu upaya untuk itu yaitu Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK). Universitas Negeri Makassar mendapatkan anggaran sebesar
Rp. 20.000.000.000,- untuk tahun anggaran 2011. Dengan adanya dana TIK yang
diterima dari Kemendiknas diharapkan sebagai salah satu aset untuk memajukan
dan mempersiapkan UNM menuju BLU.
Gambar 1. Konsep Reformasi Birokrasi Kemdiknas
5
Konsep dasar reformasi birokrasi internal UNM akan mengacu seperti
yang disajikan pada Gambar 1. UNM diarahkan untuk menciptakan tanggung
jawab yang dapat memberikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang menjadi
salah satu karakteristik BLU. Guna mencari solusi peningkatan kualitas
pendidikan tinggi UNM perlu mengakomodir otonomi, baik otonomi di bidang
kepegawaian, otonomi di bidang keuangan dan akademik.
2.Otonomi Kepegawaian
Dalam konsep BLU, fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan dalam
upaya menciptakan praktek bisnis yang sehat dan peningkatan kualitas layanan
merupakan suatu jaminan. Untuk mendukung hal tersebut, dibutuhkan SDM yang
handal. Dalam kaitan dengan itu, UNM memiliki provider (dosen dan pegawai)
dan costumer (mahasiswa S0, S1, S2, dan S3) yang akan menerima pelayanan
secara profesional ala bisnis sehingga menghasilkan lulusan yang siap
berkompetisi dalam dunia kerja.
Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan untuk dapat
mewujudkan visi UNM dan melaksanakan program pengembangan yang
direncanakan adalah aspek ketenagaan, khususnya tenaga dosen. Sebagai tenaga
pendidik, dosen memiliki tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk mendukung penyediaan
dosen berkualitas dan berdaya saing tinggi diperlukan program-program
pengembangan antara lain: (i) peningkatan kualifikasi dosen melalui pendidikan
lanjut di dalam negeri dan luar negeri; (ii) peningkatan profesionalisme melalui
sertifikasi dosen; dan (iii) rekrutmen dosen yang berkualitas.
Selain tenaga dosen, perguruan tinggi mempunyai juga tenaga administrasi
yang mengelola seluruh proses administrasi universitas. Staff Administrasi perlu
juga mendapat pengembangan ilmu baik itu berupa pelatihan maupun dengan
mengikuti sosialisasi aturan-aturan yang baru. Mutasi atau roling dalam
kepegawaian diperlukan agar tidak terjadi kejenuhan dan setiap pegawai dapat
mengerjakan tugas yang berbeda-beda dalam konsep profesionalisme.
6
Di samping itu, peningkatan kesejahteraan dan penghargaan kepada
pegawai merupakan faktor utama lainnya dalam menaikkan motivasi kerja,
motivasi pendidik dalam meningkatkan profesionalisme dan mutu pendidikan dan
pelayanan. Adanya otonom kepegawaian diharapkan dapat menjangkau pegawai
administrasi yang juga turut andil dalam mengembangkan, memajukan dan
mewujudkan visi universitas. Adanya remunerasi yang berupa gaji, honor, dan
tunjangan yang berdasarkan prestasi kerja, lokasi kerja, tingkat kesulitan kerja,
kelangkaan profesi diharapkan dapat menaikkan kesejahteraan tenaga
administrasi.
3. Otonomi keuangan
Alasan utama penetapan BLU adalah peningkatan efektivitas dan
pelayanan publik dengan dua paradigm baru yakni memberi kewenangan kepada
rektor (manajer) untuk menggunakan anggaran dengan cara yang paling efisien
dan memastikan bahwa manajer menghasilkan kinerja. Pengaturan BLU,
merupakan wadah implementasi enterprising the government dan penganggaran
berbasis kinerja. Dengan BLU, pemerintah berupaya meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan bangsa melalui fleksibilitas pengelolaan keuangan berdasar prinsip
ekonomi dan produktivitas serta praktek bisnis yang sehat.
Anggaran Rupiah Murni (RM) Universitas Negeri Makassar mengalami
peningkatan yang cukup tinggi dalam tiga tahun terakhir, yaitu
Rp149.218.914.000, dengan pencapaian realisasi sebesar Rp143.121.949.123,-
tahun 2008 dimana persentase realisasi sebesar 95,91%. Pada tahun 2009 RM
Rp197.500.835.000, dimana realisasi hanya mencapai Rp192.485.007.966,- yang
berarti persentase realisasi 97.46% .Dan Pada tahun 2010 RM naik sebesar
Rp264.523.675.000,- sayangnya tidak dibarengi dengan pencapaian realisasi yang
maksimal, dapat terlihat realisasi tahun ini hanya berkisar Rp237.062.943.435,-
dengan persentase sebesar 89,625%. Ditahun 2011, UNM mendapatkan pagu
defenitif sebesar Rp386,990.882.000 dengan penjabaran RM Rp285.476.472.000;
PNBP Rp89.711.858.000; PHLN Rp11.802.552.000,- diharapkan dengan Pagu
sebesar ini UNM bisa mencapai realisasi 100%.
7
Anggaran BLU bersentral pada angaran Pendapatan Negara Bukan Pajak
(PNBP).informasi yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa dua tahun
terakhir ini target pendapatan dan target realisasi tidak sebanding lurus, yang
mana UNM tidak mampu mencapai realisasi 100% dari target yang telah
ditentukan.Tabel.1 Anggaran dan Realisasi (dalam rupiah)
TA 2010 TA 2009TA 2008
Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp)
Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp)
Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp)
Pendapatan Negara dan
Hibah 85.132.322.000 56.877.802.906 61.238.933.000 59.558.362.145 56.167.651.000 56.488.177.048
JUMLAH
PENDAPATAN 85.132.322.000 56.877.802.906 61.238.933.000 59.558.362.145 56.167.651.000 56.488.177.048
Belanja Rupiah Murni
(RM) 264.523.675.000 237.062.943.435 197.500.835.000 192.485.007.966 149.218.914.000 143.121.949.123
Belanja Pinjaman Luar
Negeri (PLN) 10.031.837.000 1.683.659.000 5.710.899.000 1.609.901.000 - -
Belanja Hibah - - - - - -
JUMLAH BELANJA 274.555.512.000 238.746.602.435 203.211.734.000 194.094.908.966 149.218.914.000 143.121.949.123
Dalam upaya meningkatkan pemantauan dan evaluasi kinerja penyerapan
anggaran di UNM, mulai tahun 2009 telah dikembangkan sistem pelaporan
berbasis web dengan memanfaatkan IT. Sistem ini dikembangkan agar
perkembangan belanja anggaran dapat terinventarisasikan secara cepat, akurat,
dan lengkap, dengan mengakomodasikan seluruh program dan kegiatan yang
dilaksanakan oleh UNM sebagai satuan kerja di lingkungan Kemdiknas. Dengan
laporan secara online seperti ini, perkembangan kemajuan pelaksanaan program
dan kegiatan dapat di review setiap saat oleh pimpinan Universitas maupun di
Ditjen Pendidikan Tinggi, Sekjen serta Itjen. Selain itu, hasil pelaporan secara
online ini digunakan sebagai bahan pembahasan dalam rapat pimpinan dengan
Mendiknas setiap bulan. Pada saat ini sistem tersebut telah dilengkapi fitur
manajemen jadwal pengadaan yang akan bisa dipantau rencana dan realisasinya
oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, sekaligus pemantauan penyerapan
berdasarkan sumber pendanaannya.
8
Upaya peningkatan tata kelola (good governance) dalam pengelolaan
keuangan Kemdiknas merupakan suatu keharusan agar dapat memelihara
kepercayaan dari masyarakat. Salah satu indikasi tata kelola yang baik adalah
mendapatkannya opini BPK-RI terhadap Laporan Keuangan UNM yang berada
dalam lingkup Kementerian/Lembaga. Perolehan Opini BPK-RI “Wajar Dengan
Pengecualian (WDP)” terhadap Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan
Nasional tahun 2008 dan 2009 merupakan prestasi bersama karena telah sekian
lama upaya perbaikan tata kelola dilakukan tetapi tetap mendapat opini
“disclamer.” Mempertahankan opini WDP atau meningkatkan menjadi WTP
merupakan tantangan ke depan bagi Kemendiknas dalam penyusunan Laporan
Keuangan yang juga menjadi tantangan oleh satuan kerja termasuk UNM.
Perbaikan tata kelola keuangan telah dilakukan oleh UNM diantaranya
melakukan workshop, sosialisasi dalam lingkup UNM, dimana telah dibentuk Tim
SAK dan SIMAK yang terklasifikasi kedalam operator SAI dimana terdiri dari
operator, verifikator dan Validitator yang Surat Keputusannya ditandatangani oleh
Kementerian; penerbitan rekening satker, rekonsiliasi SAK dan SIMAK-BMN,
selain itu juga telah dibentuk Sistem Pengawasan Internal pada setiap unit utama.
Untuk menghindari tidak transparan dalam penyusunan anggaran, UNM
sebaiknya membuat Tim gabungan antara Biro Administrasi Umum dan
Keuangan dan Biro Perencanaan dan Informasi yang bekerja sama dalam
penyusunan anggaran universitas dengan menggunakan Aplikasi RKAK-L DIPA,
tindak lanjut dari tim gabungan tersebut maka dilakukan pelatihan yang
mengundang staf-staf yang berada di fakultas untuk dididik dalam penyusunan
anggaran fakultas masing-masing dengan berdasarkan anggaran berbasis kinerja
dengan menggunakan dana PNBP fakultas.
4.Otonomi Akademik
Untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan tinggi, Kemdiknas
melakukan reformasi kurikulum pendidikan tinggi. Reformasi kurikulum
ditetapkan dengan terbitnya SK Mendiknas 232/U/2000 dan 045/U/2002, yang
merubah paradigma orientasi pembelajaran dari basis konten menuju ke basis
kompetensi serta pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa sebagai subyek
9
belajar. Perubahan paradigma tersebut membutuhkan sosialisasi, internalisasi, dan
pengembangan kapasitas perguruan tinggi untuk bisa mengimplementasikannya
dengan baik. Dosen tidak lagi berperan sebagai instruktur tetapi fasilitator dalam
pembelajaran. Pemahaman kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum
Berbasis Kompetensi dilakukan melalui proses yang panjang. Prosesnya dimulai
dengan formulasi pemahaman dikalangan pakar pendidikan tinggi, menjadi buku
acuan dan disosialisasikan serta dilatihkan sebagai sebuah alat untuk memahami
pergeseran paradigma.
KBK berlanjut pada pemahaman baru dalam pembelajaran yang dikenal
dengan Student Active Learning. Konsep ini pun dilakukan dengan pendekatan
yang sama seperti halnya pada saat merubah paradigma berfikir baru tentang
penyusunan kurikulum. Sejalan dengan relevansi lulusan di dunia kerja, konsep
KBK berkembang dengan penambahan muatan soft skills dan entrepreneurship.
Dua konsep inipun dilakukan dengan pendekatan yang sama seperti pada saat
awal memperkenalkan KBK kepada perguruan tinggi.
Otonomi akademik selayaknya memetakan keilmuan yang menonjol pada
setiap perguruan tinggi dan menjadikannya basis pengembangan keilmuan
tersebut nantinya. Resource sharing juga akan dilakukan terkait dosen dan
fasilitas. Beban kerja dosen yang masih terkonsentrasi pada mengajar dengan
melihat tingginya rasio dosen dan mahasiswa. Akibat hal tersebut, dua tugas
utama dosen yang lain yakni penelitian dan pengabdian masyarakat menjadi
terabaikan. Imbas lainnya terkait kondisi ini adalah minimnya publikasi yang
dihasilkan dosen. Untuk mengatasi kondisi ini sebaiknya karya mahasiswa seperti
skripsi, tesis dan disertasi dimasukkan pada publikasi. Untuk skripsi bisa
dimasukkan pada jurnal yang belum terakreditasi, tesis dimasukkan pada jurnal
nasional yang terakreditasi dan disertasi pada jurnal internasional.
D. PEMBAHASAN
Setelah mengkaji beberapa hal dalam tata kelola kegiatan di UNM, maka
dengan potensi yang dimiliki dapat menghasilkan pelayanan yang lebih efektif
dan efesien dan sumber daya yang dimiliki mampu meningkatkan pelayanan
10
publik. Untuk itu perlu beberapa langkah inovasi dalam mencapai kualitas
pelayanan.
I. Tahapan Ideal UNM menuju BLU
1. Fokus kepada Visi dan Misi
Perkembangan perguruan tinggi dilandasi oleh tujuan, fungsi dan
lingkungan yang berbeda-beda. Begitu pula UNM perlu didorong
pengembangannya dengan memperhatikan visi dan misi setiap Kegiatan yang
dilakukan oleh UNM mengarah pada pencapaian keunggulan yang
mencerminkan keunikan masing-masing. Kemdiknas memfasilitasi dan
memberikan insentif kepada perguruan tinggi sesuai dengan kekhasan dan tingkat
kemajuan, potensi dan niche program unggulan yang miliki masing-masing
perguruan tinggi.
a.
2. Melakukan Riset Dalam Pengembangan Perguruan Tinggi (Otonom Kepegawaian)
Menyadari pentingnya peran riset di perguruan tinggi, UNM perlu
mendorong terlaksananya riset-riset yang dilakukan oleh dosen yang ahli/pakar
dibidangnya. Sebaiknya riset-riset yang dilakukan oleh dosen tetap
memperhatikan pengembangan sistem terpadu yang dapat menumbuhkan
hubungan akademik dan hubungan industrial. Selain itu dengan adanya otonom
kepegawaian dapat
memajukan sumber daya manusia di perguruan tinggi,sumber daya dan program
akademik di UNM perlu difasilitasi pengembangannya,difokuskan dalam
memberikan pelayanan yang bermutu dan relevan.Perluasan akses harus dilandasi
oleh kebutuhan nyata baik dari sisi UNM sebagai penyedia jasa maupun dari sisi
masyarakat pengguna layanan yang meliputi sumber daya manusia, sumber daya
sarana-prasarana, sumber daya keuangan, sumber daya informasi, dan sumber
daya manajemen.
a.
b.
3. Melaksanakan Sistem Kelembagaan Mandiri (Otonom Keuangan)
11
Sebagaimana diamanatkan oleh PP No 66/2010, seluruh perguruan tinggi
yang diselenggarakan oleh Pemerintah harus segera menyesuaikan tata kelolanya
dengan peraturan baru tersebut. Penyesuaian tata kelola perguruan tinggi
khususnya pengelolaan keuangan perlu mendapat bantuan teknis khususnya PT
BHMN yang tadinya mendapat kewenangan mengelola keuangannya sendiri (off-
budget). Perubahan tata kelola yang diharapkan adalah adanya kemandirian yang
dibarengi dengan akuntabilitas yang tinggi untuk meningkatkan kualitas dan
relevansi secara berkelanjutan.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
4. Mendorong Proses Pendidikan dan Pembelajaran yang Kondusif Untuk Menghasilkan Lulusan yang Cerdas, Terampil, dan Berkarakter (Otonom Akademik)
Proses pendidikan direncanakan senantiasa untuk memenuhi kompetensi
secara menyeluruh dan seimbang, ilmu, keterampilan dan soft skills. Unsur-unsur
soft skills sangat menentukan pencapaian dan fungsionalisasi dari ranah kognitif
dan psikomotorik. Untuk menghasilkan lulusan yang cerdas, terampil dan
berkarakter diperlukan upaya menyeluruh (holistic) dari berbagai pihak dan
melibatkan seluruh jenjang pendidikan. UNM wajib memberikan arah dan
memfasilitasi dosen untuk mengembangkan inovasi pembelajaran yang
memungkinkan dikembangkannya atribut lulusan dimaksud. Inovasi dimaksud
baik dalam kaitan dengan muatan kurikulum maupun di luar kurikulum, yang
secara keseluruhan menciptakan suasana akademik yang kondusif untuk
terbentuknya lulusan yang unggul dan kompetitif.
5. Memperkuat Sistem Penjaminan Mutu
12
Upaya mencapai pelayanan publik yang efektif dan efesien menuju
Implementasi Badan Layanan Umum perlu memperkuat sistem penjamin mutu.
Upaya peningkatan mutu secara berkelanjutan perlu dikembangkan sebagai suatu
sistem yang efektif dan terpercaya (credible) baik dalam format internal (SPMI)
maupun eksternal (SPME). Sistem dimaksud perlu didukung oleh data/informasi
yang sahih dan up-to-date serta secara comprehensive memuat informasi yang
terkait dengan standar pengembangan pendidikan tinggi. Standar nasional
pendidikan tinggi yang dikembangkan selaras dengan kerangka kualifikasi
nasional menjadi acuan dalam pengembangan layanan pendidikan tinggi secara
periodik diakreditasi melalui sistem akreditasi nasional yang terpercaya dan
profesional. Untuk menjamin kegayutan antara peningktan kualitas dan relevansi,
maka peran organisasi profesi dalam pengembangan sistem penjaminan mutu
eksternal dan peningkatan relevansi pendidikan tinggi.
a.
b.
c.
d.
e.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
disimpulkan, sebagai berikut:
1. Tata kelola keuangan UNM belum sepenuhnya mendukung proses tata kelola
keuangan yang transparan dan akuntabel. Sejumlah praktek tata kelola
keuangan yang selama ini dijalankan memerlukan telaah dan penyempurnaan.
Meskipun demikian, kesiapan yang ditunjukkan UNM dalam menyongsong
BLU sudah sampai pada tahapan lebih siap. Hal ini dibuktikan dengan
berbagai penyediaan infrastruktur seperti penyusunan dan penetapan Renstra
2010–2014, Statuta, Tata kelola Organisasi, penyiapan dan perbaikan sistem
administrasi akademik, keuangan, SDM berbasis IT yang merupakan payung
hukum dalam melakukan reformasi birokrasi internal, otonomi kepegawaian,
otonomi keuangan dan otonomi akademik.
13
2. UNM dalam menyongsong BLU perlu melakukan perubahan diantaranya:
mengintegrasikan sistem otonomi keuangan dengan sistem otonomi
kepegawaian, dan sistem otonomi akademik dalam satu sistem keuangan
berbasis kinerja. Selain itu, perlu terus diupayakan sosialisasi dan pemberian
pemahaman kepada seluruh civitas akademika universitas dalam
mengaplikasikan budaya kerja yang berorientasi pelayanan, bukan bertindak
sebagai pegawai negeri sipil yang ingin selalu dilayani.
3. Tahapan ideal yang diharapkan dilakukan UNM menyongsong BLU adalah
fokus kepada visi-misi, melakukan riset dalam pengembangan PT,
melaksanakan system kelembagaan mandiri, mendorong proses pendidikan
dan pembelajaran yang kondusif untuk menghasilkan lulusan yang cerdas,
trampil dan berkarakter, dan memperkuat sistem penjaminan mutu.
Daftar Pustaka
Dwiyanto, A. 2005. Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
14
15