dampak aspek sosial dan ekonomi dari rekayasa genetika

Upload: afida-tul-hasanah

Post on 07-Mar-2016

37 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Rekayasa genetika dapat diartikan sebagai ilmu dari cabang biologi yang berhubungan dengan prinsip keturunan dan variasi pada binatang dan tumbuhan jenis yang sama. Namun demikian dewasa ini rekayasa genetika tidak hanya berlaku pada hewan dan tumbuhan yang sejenis tetapi telah berkembang pada manusia dan lintas jenis.

TRANSCRIPT

MAKALAHREKAYASA GENETIKA

DAMPAK ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI DARI REKAYASA GENETIKA

NAMA: AFIDA TUL HASANAHNIM: H311 12 028

JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu.Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul Dampak Aspek Sosial dan Ekonomi dari Rekayasa Genetika, yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari tentang dampak ekonomi dan sosial dari rekayasa genetika.Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT. memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Makassar, Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Sampul ....... iKata Pengantar .. ii Daftar Isi ........ iiiRingkasan .. ivBab I1.1 Latar Belakang . 11.2 Rumusan Masalah 21.3 Tujuan .. 2Bab II2.1 Pengertian Rekayasa Genetika 32.2 Dampak Aspek Ekonomi . 42.3 Dampak Aspek Sosial .. 122.4 Cara mengatasi dampak ekonomi dan sosial dari rekayasa genetika . 19Bab IIIKesimpulan 22Daftar Pustaka ....... 24

RINGKASAN

Rekayasa genetika dapat diartikan sebagai ilmu dari cabang biologi yang berhubungan dengan prinsip keturunan dan variasi pada binatang dan tumbuhan jenis yang sama. Namun demikian dewasa ini rekayasa genetika tidak hanya berlaku pada hewan dan tumbuhan yang sejenis tetapi telah berkembang pada manusia dan lintas jenis. Banyak reaksi yang ditimbulkan masyarakat terhadap pemunculan rekayasa genetika ini, baik pro, kontra maupun tidak peduli. Untuk masyarakat awam, mereka tidak peduli apakah hasil dari rekayasa genetika seperti makanan yang dimakanannya produk transgenik apa tidak, asal menguntungkan, murah, dan isinya kurang lebih sama dengan produk yang bukan transgenik. Contohnya, di bidang ekonomi, produk rekayasa genetika memberi kesejahteraan manusia serta memberi keuntungan ekonomi. Namun ternyata ada beberapa dampak negatifnya seperti kurang efisiennya penggunaan tanaman transgenik. Hal tersebut terlihat pada beberapa produksi yang masih disubsidi oleh pengusaha supplier, adanya ketidak seimbangan antara peningkatan produksi dengan biaya penggunaan hormon dan pemberian pakan, juga terdapat monopoli terhadap beberapa komoditi. Sedangkan pada bidang sosial, dampaknya ada dua yakni dampak agama dan dampak etika dan moral.

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPeran ilmu pengetahuan dan tekologi (iptek) dalam segala sektor makin lama makin besar. Dalam teorinya, Schumpeter telah memprediksi bahwa inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sekarang ini saja menurutnya, industri teknologi informasi telah membangun new economy dengan karakter dan pasar yang berbeda dengan ekonomi kontemporer yang didukung oleh industri otomotif, baja dan lain-lain. Demikian pula dalam sektor militer, kesehatan dan sebagainya, peran ilmu pengetahuan dan teknologi sangat menonjol dalam memajukannya. Genetika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati dari generasi ke generasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat .Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul didalamnya.Banyak reaksi yang ditimbulkan masyarakat terhadap pemunculan rekayasa genetika ini, baik pro, kontra maupun tidak peduli. Untuk masyarakat awam, mereka tidak peduli apakah hasil dari rekayasa genetika seperti makanan yang dimakanannya produk transgenik apa tidak, asal menguntungkan, murah, dan isinya kurang lebih sama dengan produk yang bukan transgenik. Contohnya adalah kedelai. Negara kita mengimpor kedelai transgenik dari Amerika yang harganya cukup ekonomis di pasar, sehingga dijadikan bahan baku tempe dan tahu yang dikonsumsi sehari-hari. Teknologi tidak dapat dipisahkan dari konteks masyarakat di mana teknologi tersebut dimanfaatkan. Tidak ada teknologi dalam sejarah dunia, dari penemuan api sampai domestikasi tumbuhan dan hewan, bioteknologi tradisional, Revolusi Industri dan Revolusi Hijau, terjadi di dalam ruang kosong. Oleh karena itu, ruang yang berbeda-beda di dalam masyarakat, baik itu ruang kesehatan, lingkungan, ekonomi, politik, sosial, budaya ataupun etika dan religi, semuanya dipengaruhi oleh penggunaan dan diadopsinya sebuah teknologi, dengan sifat dan kecepatan yang berbeda-beda. Dalam sejarah manusia, inovasi teknologi dan ilmu pengetahuan sangat berdampak pada ruang-ruang tersebut, tidak terkecuali relasi-relasi sosial-ekonomi dan kehidupan politik. 1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian rekayasa genetika?2. Bagaimana dampak aspek ekonomi dari rekayasa genetika?3. Bagaimana dampak aspek sosial dari rekayasa genetika?4. Bagaimana cara mengatasi dampak sosial dan ekonomi dari rekayasa genetika1.3 Tujuan1. Untuk memahami pengertian dari rekayasa genetika.2. Untuk mengetahui dampak aspek ekonomi dari rekayasa genetika.3. Untuk mengetahui dampak aspek ekonomi dari rekayasa genetika.4. Untuk mengetahui cara mengatasi dampak sosial dan ekonomi dari rekayasa genetika.

BAB IIISI

2.1 Pengertian Rekayasa GenetikaRekayasa genetika adalah serangkaian teknik untuk mengisolasi, memodifikasi, menggandakan dan merekombinasi gen dari organisme-organisme yang berbeda. Teknik ini memungkinkan para ahli genetika memindahkan gen di antara spesies berbeda, yang tidak mempunyai kemungkinan saling kawin secara alamiah (Ho, 2009). Rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga mampu menghasilkan produk. Rekayasa genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) rekayasa genetika dapat diartikan sebagai ilmu dari cabang biologi yang berhubungan dengan prinsip keturunan dan variasi pada binatang dan tumbuhan jenis yang sama. Namun demikian dewasa ini rekayasa genetika tidak hanya berlaku pada hewan dan tumbuhan yang sejenis tetapi telah berkembang pada manusia dan lintas jenis (Tika, 2012).Dalam rekayasa genetika dapat diperoleh suatu sifat yang menguntungkan dari suatu organisme yang dapat diatransfer pada organisme lain. Sebagaimana telah diketahui bahwa gen merupakan pembawa sifat pada organisme, maka pemindahan suatu sifat dapat dilakukan dengan merekayasa gen-gen tertentu pada mahkluk hidup tertentu. Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi yang didefinisikan sebagai teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke dalam sel atau organel, atau fusi sel di luar keluarga taksonomi; yang dapat menembus rintangan reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang digunakan dalam pemuliaan dan seleksi tradisional.Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari sel pankreas manusia yang kemudian diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. Coli yang bertujuan untuk mendapatkan insulin (Tika, 2012).2.2 Dampak Aspek Ekonomi Rekayasa GenetikaDi bidang ekonomi, produk rekayasa genetika memberi kesejahteraan manusia serta memberi keuntungan ekonomi. Namun ternyata ada beberapa dampak negatifnya seperti kurang efisiennya penggunaan tanaman transgenik. Hal tersebut terlihat pada beberapa produksi yang masih disubsidi oleh pengusaha supplier, adanya ketidak seimbangan antara peningkatan produksi dengan biaya penggunaan hormon dan pemberian pakan, juga terdapat monopoli terhadap beberapa komoditi. Di India, ribuan petani mengadakan demonstrasi menentang penggunaan bibit hasil rekayasa genetika akibat adanya monopoli terhadap bibit yang digunakan sehingga bibit lokal tidak digunakan. Dengan menghasilkan tanaman transgenik tanpa biji maka akan memperkuat posisi produsen bibit tanaman transgenik sebagai monopoli sebab tanaman transgenik tanpa biji tidak dapat dikembangbiakkan melalui biji. Selain itu, hasil rekayasa genetika akan memupus habis beberapa komoditi bersaing (Sisca, 2010).Satu dari isu-isu perdagangan yang perlu dipertimbangkan adalah kemampuan negara-negara berkembang untuk bersaing di pasar internasional jika mereka memutuskan untuk bertarung dalam produk-produk tanaman modifikasi genetika komersial. Untuk bersaing dengan komoditas dari negara-negara yang lebih besar dan lebih kaya di pasar ekspor, negara-negara berkembang harus dapat memenuhi standar-standar internasional yang tinggi seperti standar sanitary and phytosanitary (kebersihan dan kesehatan). Sementara tanaman modifikasi genetika menjanjikan dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan hama dan penyakit tertentu, kualitas produk tersebut sangat tergantung pada kondisi di mana produk tersebut dihasilkan dan praktik-praktik pengelolaan dalam kondisi tanaman tersebut tumbuh. Contohnya, kasus jagung dari Filipina. Masalah paling serius yang mempengaruhi tanaman ini adalah penyakit jamur yang mempengaruhi kualitas panen dan dapat menutup peluang untuk memenuhi standard internasional untuk ekspor. Sementara jagung Bt ini dijanjikan akan meningkat hasilnya karena serangan penggerek jagung berkurang sehingga surplus produksinya berprospek diekspor ke negara-negara lain, tetapi nyatanya tidak satupun varietas jagung Bt yang secara komersial tersedia di pasar lokal terbukti dapat mengatasi serangan jamur berpengaruh negatif pada kualitas dan keseluruhan (Amy, 2012).Ketatnya sistem sanitary dan phytosanitary secara internasional atas jagung impor dan proses pengkajian risiko yang dibutuhkan di pasar-pasar industri penting, berasal dari kerasnya penolakan konsumen akan transgenik, sehingga prospek jagung modifikasi genetika Filipina untuk ekspor tidak begitu menjanjikan (Amy, 2012).Kendala pemanfaatan sumber genetik dalam pemuliaan konvensional dapat diatasi melalui rekayasa genetik yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang mempunyai daya hasil tinggi dan tahan terhadap cekaman biotik dan abiotik. Penggunaan teknologi rekayasa genetik pada tanaman jagung berkembang pesat setelah pertama kali Gordonn-Kamm et al. (1990) berhasil mendapatkan tanaman jagung transgenik yang fertil. Hal ini merupakan terobosan dalam pengembangan dan pemanfaatan plasma nutfah dalam penelitian di bidang biologi tanaman jagung. Teknologi rekayasa genetik merupakan teknologi transfer gen dari satu spesies ke spesies lain, di mana gen interes berupa suatu fragmen DNA (donor gen) ditransformasikan kedalam sel atau tanaman inang (akspetor gen) untuk menghasilkan tanaman transgenik yang mempunyai sifat baru. Terdapat dua metode dalam pemanfaatan teknologi transfer gen, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Metode transfer gen secara langsung diantaranya adalah (Anwar, 2010):a. Elektroforasi (electroporation)Metode ini menggunakan protoplasse bagai inang. Dengan bantuan polyetilenglikol (PEG), DNA interest erpresipitasi dengan mudah dan kontak dengan protoplas.Setelah dilakukan elektroforasi dengan voltase yang tinggi permeabilitas protoplas menjadi lebih tinggi, sehingga DNA melakukan penetrasi kedalam protoplas. Metode elektroforasi telah diaplikasikan pada protoplasj agung (Fromm et al. 1985) dan berhasil mendapatkan tanaman jagung transgenik (Rhodes et al. 1988) tetapi tidak fertil.b. Penembakan partikel (Particle bom bardment)Yaitu teknologi yang menggunakan metode penembakan partikel atau gen gun. DNA yang melapisi partikel ditembakkan secara langsung kedalam sel atau jaringan tanaman (Klein etal.1988). Partikel yang mengandung DNA tersebut menembus dinding sel dan membran, kemudian DNA berdifusi dan menyebar di dalam sel secara independen.Metode transformasi dengan penembakan partikel pertama kali diaplikasikan pada jagung oleh Gordon-Kamm et al. (1990) dan berhasil mendapatkan jagung transgenik yang fertil.

c. Karbidsilikon (silicon carbide)Yaitu teknologi transfer gen di mana suspensi sel tanaman inang dicampur dengan serat karbidsilikon yang mengandung DNA plasmid dari gen interes, kemudian dimasukkan kedalam tabung mikro dan dilakukan pemutaran dengan vortex. Serat silikon karbida berfungsi sebagai jarum injeksi mikro (micro injection) untuk memudahkan perpindahan DNA kedalam sel tanaman. Metode ini telah digunakan dan menghasilkan tanaman jagung transgenik yang fertil (Kaeppler et al. 1990) Transfer gen secara tidak langsung, yaitu transfer gen yang dilakukan melalui bantuan bakteri Agrobacterium (tidak langsung ditransfer kesel atau tanaman). Gen yang berupa fragmen DNA disisipkan pada plasmid Ti (tumor inducing) dari bakteri Agrobacterium. Melalui bekteri tersebut Ti yang mengandung fragmen DNA diinfeksi kedalam inti sel dan berintegrasi dalam genom tanaman. Metode ini menghasilkan jagung transgenik yang fertil dan efisien (Ishida et al. 1996, Hamilton et al. 1996, Zhao et al. 1998). Rekayasa genetik melalui transformasi Agrobacterium tumefaciens (A. tumefaciens) telah banyak dilakukan pada tanaman monokotiledon, seperti padi dan jagung, sehingga digunakan sebagai teknologi standar (rutin) untuk melakukan modifikasi genetik terhadap spesies yang beragam (Komari and Kubo 1999, Ishida et al. 1996). Keunggulan penggunaan transformasi melalui A. tumefaciens adalah:a. Mempunyai frekuensi transformasi yang tinggib. Dapat terintegrasinya gen asing kedalam gen ominangc. Mempunyai jumlah copy number yang rendah, sehingga memudahkan untuk membedakan sifat ekspresi tanaman transgenik itu sendiri.

Gambar 1. Proses persilangan jagung BtStudi tentang infeksi A. tumefaciens pada tanaman jagung pertama kali dilaporkan oleh Grimsley et al. (1988) dan Gould et al.(1991). Peneliti yang melaporkan pertama kali bahwa transfromasi melalui A. tumefaciens dapat diterapkan pada spesies serealia adalah Chan et al.(1992) dan Hiei et al. (1994), dengan menggunakan embrio muda sebagai eksplan. Ishida et al. (1996) telah berhasil mendapatkan tanaman jagung transgenik yang fertil. Tanaman jagung yang digunakan sebagai eksplan adalah genotipe A188 dan hasil persilangan A188 dengan genotipe lainnya. Dengan tingkat frekuensi yang tinggi, yaitu antara 5% dan 30%, hampir semua tanaman jagung transgenik yang didapatkan mempunyai morfologi yang normal dan lebih dari 70% merupakan tanaman fertil. Setelah dilakukan analisis secara molekuler dan genetik, turunan dari tanaman jagung transgenik mempunyai stabilitas dalam integrasi dan ekspresi. Copy number dari gen tertransfer yang terintegrasi adalah satu dan dua kopi, hanya sedikit yang mengalami rearrangement. Lima jenis A. tumefaciens yang telah dikarakterisasi dengan latar belakang kromosom yang berbeda dan kandungan plasmid Ti-nya dapat digunakan karena membawa vektor dengan konstruksi kimeriksistembiner yang diatur oleh promoter CaMV35S. Kelima strain tersebutadalah C58c1, Agt121, EHA101, EHA105, HA105 and LBA4404 (Chan et al. 1992, Smith and Hood 1995, Hiei et al. 1994). Protokol yang dapat dilakukan untuk pengulangan transformasi jagung melalui A. tumefaciens adalah menggunakan super vektorbiner, di mana A. tumefaciens dapat membawa ekstra kopi bagi virB, virC, danvirG (Komari 1990) untuk menginfeksi embrio muda, baik dari inbred line (Ishida et al. 1996, Negroto et al. 2000) maupun hybdrid line (Zhao et al. 1998). Penggunaan vektorbiner yang standar juga dapat menghasilkan transformasi yang stabil, walaupun mempunyai frekuensi transformasi yang rendah (Gould et al. 1991). Frame et al. (2002) telah berhasil mendapatkan metode transformasi jagung yang stabil dengan frekuensi transformasi yang tinggi, yaitu 5,5%, di mana untuk meningkatkan efisiensi tersebut digunakan penambahan L-Cys pada medium kokultivasi. Keberhasilan metode transformasi melalui A. tumefaciens memberikan peluang bagi perbaikan genetik tanaman jagung dengan efisiensi yang tinggi. Efisiensi transformasi yang tinggi diperlukan untuk dapat menghasilkan tanaman transgenik yang mempunyai ekpresi yang kuat dari sifat gen yang diinginkan.

2.2.1 Cara mengatasi dampak ekonomi dari rekayasa genetikaTerdapat suatu kecenderungan bahwa bioteknologi tidak terlepas dari muatan ekonomi. Muatan ekonomi tersebut terlihat dari adanya hak paten bagi produk-produk hasil rekayasa genetik, sehingga penguasaan bioteknologi hanya pada lembaga-lembaga tertentu saja. Hal ini memaksa petani-petani kecil untuk membeli bibit kepada perusahaan perusahaan yang memiliki hak paten. Produk Bioteknologi dapat merugikan peternak-peternak tradisional seperti pada kasus penggunaan hormon pertubuhan sapi hingga naik sebesar 20%. hormon tersebut hanya mampu dibeli oleh perusahaan peternakan yang bermodal besar. Hal tersebut menimbulkan suatu kesenjangan ekonomi. Menyikapi adanya dampak negatif bioteknologi, perlu adanya tindakan-tindakan untuk menanggulangi meluasnya dampak tersebut, antara lain sebagai berikut:

1. Pemerintah Amerika Serikat melarang cloning manusia apapun alasannya. Namun tidak semua negara mempunyai peraturan seperti Amerika Serikat. Seperti Singapura, tidak melarang cloning tersebut.2. Undang-undang yang melarang pembuatan senja tabiologis yang berlaku untuk semua negara di dunia. 3. Selain undang-undang dan peraturan, prosedur kerja di laboratorium telah membatasi kemungkinan terjadinya dampak negatif. Misalnya kondisi laboratorium harus suci hama (aseptik), limbah yang keluar dari laboratorium diolah terlebih dahulu.4. Pengawasan dan pemberian sertifikasi bahwa produk-produk yang berlabel bioteknologi tidak menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia.5. Penerapan bioteknologi harus tetap berdasarkan nilai-nilai moral dan etika karena semua makhluk hidup mempunyai kepentingan yang sama dalam menjaga "ekosistem manusia" 6. Penegakkan di bidang hukum dengan jalan menaati UU No.12 tahun 1992 tentang sistem budidaya pertanian, dan UU No.4 tahhun 1994 tentang pengesahan konvensi PBB mengenai keanekaragaman hayati. Bagian penjelasan umum, sub bab Manfaat Konvensi butir 6 menyatakan bahwa "pengembangan dan penaanganan bioteknologi agar Indonesia tidak dijadikan ajang uji coba pelepasan GMO oleh negara lain. 7. Pada tingkat nasional, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan surat keputusan bersama (SKB) Nomor 998.I/Kpts/OT.210/9/99;790.a/Kpts-XI/1999;1145A/MENKES/SKB/IX/1999;015A/Meneg PHOR/09/1999 tentang Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika Tanaman. Surat Keputusan bersama tersebut melibatkan Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura. Dalam keputusan tersebut mengharuskan adanya pengujian tanaman pangan hasil rekayasa genetika sebelum dikomersialkan sesuai standar protokol WHO.Standar protokol WHO tersebut meliputi uji toksisitas, alergenitas, dan kandungan nutrisi.8. Pada tingkat internasional, pemerintah Amerika Serikat misalnya telah membentuk badan khusus yang bernama FDA (Food and Drugs Administration). FDA bertugas menangani keamanan pangan, termasuk produk rekayasa genetika.Badan ini telah membuat pedoman keamanan pangan yang bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa produk baru termasuk hasil rekayasa genetika, harus aman untuk dikonsumsi sebelum dikomersialkan.Badan Internasional Food and Agriculture Organization (FAO) juga telah mengeluarkan beberapa petunjuk rekomendasi mengenai bioteknologi dan keamanan pangan.Beberapa rekomendasi yang dikeluarkan FAO adalah sebagai berikut :a. Pengaturan keamanan pangan yang komprehensif sehingga dapat melindungi kesehatan konsumen. Setiap negara harus dapat menempatkan peraturan tersebut seimbang dengan perkembangan teknologi.b. Pemindahan gen dari pangan yang menyebabkan alerg hendaknya dihindari kecuali telah terbukti bahwa gen yang dipindahkan tidak menunjukkan alergi. c. Pemindahan gen dari bahan pangan yang mengandung alergen tidak boleh dikomersialkan.d. Senyawa alergen pangan dan sifat dari alergen yang menetapkan kekebalan tubuh dianjurkan untuk diidentifikasi. e. Negara berkembang harus dibantu dalam pendidikan dan pelatihan tentang keamanan pangan yang ditimbulkan oleh modifikasi genetika. 2.3 Dampak aspek sosial dari rekayasa genetikDampak sosial dari rekayasa genetika terbagi atas:1. Dampak AgamaModifikasi genetika juga berdampak pada religi atau masalah agama, dimana sebagian orang masih mempermasalahkan kehalalan produknya. Terlebih apabila penggunaannya sudah diterapkan pada manusia, sehingga akan mengaburkan asal-usul dari seseorang. Bahtsul Masail pada Munas NU (Lombok Tengah, 17-20 Nopember 1997) menyepakati tentang hukum cloning gen pada manusia hukumnya haram. Alasannya, proses tanasul (berketurunan) harus melalui pernikahan secara syar'i. Fatwa yang sama diputuskan oleh MUI, pada Munas VI (25-29 Juli 2000) menetapkan hukum cloning terhadap manusia, dengan cara bagaimana pun yang berakibat pada pelipat gandaan manusia hukumnya adalah haram. Bahkan, dalam fatwa MUI tersebut mewajibkan kepada semua pihak yang terkait untuk tidak melakukan atau mengizinkan eksperimen atau praktik cloning terhadap manusia. Majlis Tarjih melalui media resminya, jurnal ilmiah ke-Islaman, Tarjih, edisi ke-2 Desember 1997 secara khusus pernah menurunkan tema 'Klonasi (Cloning) menurut Tinjauan Islam'. Kesimpulan dari sejumlah artikel dalam jurnal tersebut menyatakan bahwa penerapan cloning untuk memproduksi manusia akan menjadi masalah. Pembolehannya hanya jika dalam keadaan darurat.Ulama dari sejumlah lembaga fatwa di dunia Islam juga mengharamkan cloning manusia, antara lain, Akademi Fikih Islam Liga Dunia Muslim dalam pertemuannya yang ke-10 di Jeddah pada tahun 1997 yang menetapkan bahwa: Cloning manusia, apa pun metode yang digunakan dalam reproduksi manusia itu adalah sesuatu yang tidak Islami dan sepatutnya dilarang keras".Disepakati juga bahwa semua manipulasi (yang berhubungan dengan reproduksi manusia) dengan cara melibatkan elemen pihak ketiga (di luar ikatan perkawinan), baik berupa rahim, ovum, atau sperma adalah tidak sah. Ijtihd jami dari dunia Islam, di antaranya, Majma' Buhts Islmiyyat dari Al-Azhar Mesir telah mengeluarkan fatwa dan imbauan bahwa "cloning manusia adalah haram dan harus diperangi serta dihalangi dengan berbagai cara". Al-Majma al-Fiqh al-Islmi, Rabithat al-lam al-Islmi dalam sidangnya ke-15 pada 31 Oktober 1998 juga berpendapat serupa, demikian pula orang yang melakukannya. Alasannya, termasuk tindakan intervensi atas penciptaan manusia, hal tersebut berlawanan dengan berbagai ketentuan ayat Alquran tentang proses penciptaan manusia (Q.s. al-Hujurt (49):13, al-Tn (95):4, al-Sajdat (32):7-8, al-Taghbun (64):3, al-Thriq (86):7, al-Nis'(4):119), akan merancukan nasab (Q.s. al-Furqn (25):54), satu-satunya cara berketurunan yang dibenarkan syarak hanya dengan adanya pasangan laki-laki dan perempuan (Q.s. al-Rm (30):21, al-Furqn (2)5:54), merusak sistem pranata sosial berkeluarga, dan ketiadaan perbedaan serta keberagaman sunnah Allah dalam penciptaan manusia yang merefleksikan kesempurnaan ciptaan Allah (Q.s. al-Rm (30):22). Di samping itu, lembaga ini merasa perlu adanya undang-undang yang sifatnya internasional melarang dipraktikkan cloning manusia. Menjelang New Millenium, dunia dikejutkan oleh ditemukannya sebuah cara baru dalam hal proses berkembang-biaknya mahluk hidup. Proses kembang biak yang dikenal dengan istilah Kloning itu dinyatakan bisa menghasilkan anakan yang persis sama dengan induknya secara a-seksual (tanpa melalui pembuahan). Adalah Professor Jerry L. Hall, yang pertama berhasil melakukan percobaan Kloning. Konon, peneliti dari Washington University ini pernah membelah embrio manusia menjadi beberapa bagian, sampai masing-masing bagian tersebut berhasil dibiakkan menjadi embrio yang sama. Menyusul kemudian : Dr. Tim Cohen dari Inggris. Ia ditengarai berhasil membantu Maureen Ott melahirkan seorang anak perempuan yang dinamai Emma Ott, setelah sebelumnya melalui proses pengkloningan. Disaat Dr. Ian Walmut, Direktur Tim Roslin Institute, mempublikasikan keberhasilannya dalam mengkloning sel kelenjar susu domba ras dorset asal Finlandia menjadi seekor domba normal, polemik yang sebelumnya hanya riak-riak kecil saja, berubah meluap ke permukaan. Polemik mengenai teknologi kloning itu semakin bertambah panas, ketika Dr. Martine Nijs, peneliti medik asal Belgia, mengaku telah berhasil mengkloning bocah kembar sejak tahun 1993. Menurut Nijs, ketika ia mempublikasikan hal tersebut, tepat pada 9 Maret 1997, klon bocah kembar itu masih terus mengalami masa pertumbuhan. Reaksi masyarakat dunia begitu keras menyoroti dampak, serta mempertanyakan etika teknologi rekayasa genetika. Mayoritas masyarakat dunia memandang ide tersebut sebagai sesuatu yang buruk, rubbish, dan mencampuri wilayah otoritas Tuhan. Teknologi kloning memperlihatkan betapa kita sudah kehilangan rasa hormat kepada makhluk hidup,ujar Paus Yohannes Paulus II dalam The Washington Post. Ada banyak makhluk hidup yang perlu dihormati, bukan hanya digunakan untuk memuaskan nafsu tertentu saja, tambah Douglas Bruce, direktur Church Of Scotland, yang berlokasi di propinsi tempat diumumkannya penemuan domba kloning Dolly. Dan di Amerika Serikat, Gereja Katholik Detroit, mengeluarkan press release dalam The Detroit News. Manusia diciptakan dari citra Tuhan. Dan kloning hendak mengotorinya, tulis pernyataan itu. Sesaat setelah Gereja Vatikan Roma mengeluarkan kecaman atas upaya pengkloningan manusia yang marak dilakukan di negara-negara maju pasca publikasi Dr. Ian Walmut, opini masyarakat barat, khususnya Amerika dan Eropa, menunjukkan sentimen negatif. Hampir 90 % responden majalah Time, Newsweek, BBC, atau CNN Television, menabukan rekayasa genetika. Masyarakat duniapun masih tetap apriori terhadap teknologi kloning ini, kendati Advanced Cell Tecnology (ACT) Inc. dari Worcester, Massachusetts, Amerika Serikat, dalam percobaannya berhasil membiakkan sel tunas (sel stem) menjadi sel tertentu pengganti jaringan tubuh yang rusak sebab penyakit kronis. Meskipun pihak perusahaan bioteknologi itu berusaha meyakinkan masyarakat luas bahwasanya teknologi kloning bisa berguna untuk theurapeutic (proses penyembuhan penyakit), dunia tetap memandang sinis terhadap ide rekayasa genetika tersebut2. Dampak di bidang etika dan moralMenyisipkan gen makhluk hidup kepada makhluk hidup lain memiliki dampak etika yang serius. Menyisipkan gen makhluk hidup lain yang tidak berkerabat dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum alam dan sulit diterima manusia. Bahan pangan transgenik yang tidak berlabel juga membawa konsekuensi bagi penganut agama tertentu. Penerapan hak paten pada organisme hasil rekayasa merupakan pemberian hak pribadi atas organisme. Hal ini bertentangan dengan banyak nilai-nilai budaya yang menghargai nilai intrinsik makhluk hidup. Kontroversi tanaman transgenik seperti pelanggaran nilai intrinsik organisme alami, melawan sistem alamiah karena mencampurkan gen berbagai spesies.Adapun contoh dampak sosial dari rekayasa genetik yaitu kloning pada manusia. Kloning menurut bahasa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu clone atau klon yang berarti kumpulan sel turunan dari sel induk tunggal dengan reproduksi aseksual. Sedangkan menurut istilah, kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan sel induknya tanpa diawali proses pembuahan sel telur atau sperma tapi diambil dari inti sebuah sel pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan maupun manusia (Koestoer, 2008).Proses kloning manusia dapat digambarkan seperti ditunjukkan dan dijelaskan secara sederhana sebagai berikut (Koestoer, 2008): Mempersiapkan sel stem : suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetic kemudian dipisahkan dari sel. Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan kemudian intinya dipisahkan. Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah (hari kedua) menjadi sel embrio. Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri (hari ke lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan sel stem donor.

Gambar 1. Proses kloning pada manusiaKloning pada manusia terdapat dua cara. Petama, Kloning manusia dapat berlangsung dengan adanya laki-laki dan perempuan dalam prosesnya. Proses ini dilaksanakan dengan mengambil sel dari tubuh laki-laki, lalu inti selnya diambil dan kemudian digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini setelah bergabung dengan inti sel tubuh laki-laki lalu ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan agar dapat memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi ini merupakan keturunan dengan kode genetik yang sama dengan laki-laki yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh (Wargasetia, 2002).Kedua, Kloning manusia dapat pula berlangsung di antara perempuan saja tanpa memerlukan kehadiran laki-laki. Proses ini dilaksanakan dengan mengambil sel dari tubuh seorang perempuan, kemudian inti selnya diambil dan digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini setelah bergabung dengan inti sel tubuh perempuan lalu ditransfer ke dalam rahim perempuan agar memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi yang dilahirkan merupakan keturunan dengan kode genetik yang sama dengan perempuan yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh. Hal tersebut mirip dengan apa yang telah berhasil dilakukan pada hewan domba (Wargasetia, 2002).Adapun pewarisan sifat yang terjadi dalam proses Kloning, sifat-sifat yang diturunkan hanya berasal dari orang yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh, baik laki-laki maupun perempuan. Dan anak yang dihasilkan akan memiliki ciri yang sama dengan induknya dalam hal penampilan fisiknya seperti tinggi dan lebar badan serta warna kulit dan juga dalam hal potensi-potensi akal dan kejiwaan yang bersifat asli. Dengan kata lain, anak tersebut akan mewarisi seluruh ciri-ciri yang bersifat asli dari induknya. Sedangkan ciri-ciri yang diperoleh melalui hasil usaha, tidaklah dapat diwariskan. Jika misalnya sel diambil dari seorang ulama yang faqih, atau mujtahid besar, atau dokter yang ahli, maka tidak berarti si anak akan mewarisi ciri-ciri tersebut, sebab ciri-ciri ini merupakan hasil usaha, bukan sifat asli (Wargasetia, 2002)..2.4 Cara mengatasi dampak ekonomi dan sosial dari rekayasa genetikaTerdapat suatu kecenderungan bahwa bioteknologi tidak terlepas dari muatan ekonomi. Muatan ekonomi tersebut terlihat dari adanya hak paten bagi produk-produk hasil rekayasa genetik, sehingga penguasaan bioteknologi hanya pada lembaga-lembaga tertentu saja. Hal ini memaksa petani-petani kecil untuk membeli bibit kepada perusahaan perusahaan yang memiliki hak paten. Produk Bioteknologi dapat merugikan peternak-peternak tradisional seperti pada kasus penggunaan hormon pertubuhan sapi hingga naik sebesar 20%. Hormon tersebut hanya mampu dibeli oleh perusahaan peternakan yang bermodal besar. Hal tersebut menimbulkan suatu kesenjangan ekonomi. Menyikapi adanya dampak negatif bioteknologi, perlu adanya tindakan-tindakan untuk menanggulangi meluasnya dampak tersebut, antara lain sebagai berikut:1. Pemerintah Amerika Serikat melarang cloning manusia apapun alasannya. Namun tidak semua negara mempunyai peraturan seperti Amerika Serikat. Seperti Singapura, tidak melarang cloning tersebut.2. Undang-undang yang melarang pembuatan senja tabiologis yang berlaku untuk semua negara di dunia. 3. Selain undang-undang dan peraturan, prosedur kerja di laboratorium telah membatasi kemungkinan terjadinya dampak negatif. Misalnya kondisi laboratorium harus suci hama (aseptik), limbah yang keluar dari laboratorium diolah terlebih dahulu.4. Pengawasan dan pemberian sertifikasi bahwa produk-produk yang berlabel bioteknologi tidak menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia.5. Penerapan bioteknologi harus tetap berdasarkan nilai-nilai moral dan etika karena semua makhluk hidup mempunyai kepentingan yang sama dalam menjaga "ekosistem manusia" 6. Penegakkan di bidang hukum dengan jalan menaati UU No.12 tahun 1992 tentang sistem budidaya pertanian, dan UU No.4 tahhun 1994 tentang pengesahan konvensi PBB mengenai keanekaragaman hayati. Bagian penjelasan umum, sub bab Manfaat Konvensi butir 6 menyatakan bahwa "pengembangan dan penaanganan bioteknologi agar Indonesia tidak dijadikan ajang uji coba pelepasan GMO oleh negara lain. 7. Pada tingkat nasional, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan surat keputusan bersama (SKB) Nomor 998.I/Kpts/OT.210/9/99;790.a/Kpts-XI/1999;1145A/MENKES/SKB/IX/1999;015A /Meneg PHOR/09/1999 tentang Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika Tanaman. Surat Keputusan bersama tersebut melibatkan Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura. Dalam keputusan tersebut mengharuskan adanya pengujian tanaman pangan hasil rekayasa genetika sebelum dikomersialkan sesuai standar protokol WHO.Standar protokol WHO tersebut meliputi uji toksisitas, alergenitas, dan kandungan nutrisi.8. Pada tingkat internasional, pemerintah Amerika Serikat misalnya telah membentuk badan khusus yang bernama FDA (Food and Drugs Administration). FDA bertugas menangani keamanan pangan, termasuk produk rekayasa genetika.Badan ini telah membuat pedoman keamanan pangan yang bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa produk baru termasuk hasil rekayasa genetika, harus aman untuk dikonsumsi sebelum dikomersialkan.Badan Internasional Food and Agriculture Organization (FAO) juga telah mengeluarkan beberapa petunjuk rekomendasi mengenai bioteknologi dan keamanan pangan.Beberapa rekomendasi yang dikeluarkan FAO adalah sebagai berikut :a. Pengaturan keamanan pangan yang komprehensif sehingga dapat melindungi kesehatan konsumen. Setiap negara harus dapat menempatkan peraturan tersebut seimbang dengan perkembangan teknologi.b. Pemindahan gen dari pangan yang menyebabkan alerg hendaknya dihindari kecuali telah terbukti bahwa gen yang dipindahkan tidak menunjukkan alergi. c. Pemindahan gen dari bahan pangan yang mengandung alergen tidak boleh dikomersialkan.d. Senyawa alergen pangan dan sifat dari alergen yang menetapkan kekebalan tubuh dianjurkan untuk diidentifikasi. e. Negara berkembang harus dibantu dalam pendidikan dan pelatihan tentang keamanan pangan yang ditimbulkan oleh modifikasi genetika.

BAB IIIPENUTUP

4.1 KesimpulanAdapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:1. Rekayasa genetika dapat diartikan sebagai ilmu dari cabang biologi yang berhubungan dengan prinsip keturunan dan variasi pada binatang dan tumbuhan jenis yang sama. Namun demikian dewasa ini rekayasa genetika tidak hanya berlaku pada hewan dan tumbuhan yang sejenis tetapi telah berkembang pada manusia dan lintas jenis.2. Di bidang ekonomi, produk rekayasa genetika memberi kesejahteraan manusia serta memberi keuntungan ekonomi. Namun ternyata ada beberapa dampak negatifnya seperti kurang efisiennya penggunaan tanaman transgenik. Hal tersebut terlihat pada beberapa produksi yang masih disubsidi oleh pengusaha supplier, adanya ketidak seimbangan antara peningkatan produksi dengan biaya penggunaan hormon dan pemberian pakan, juga terdapat monopoli terhadap beberapa komoditi.3. Di bidang sosial, dampak dari rekayasa genetika terbagi atas:a. Dampak AgamaModifikasi genetika juga berdampak pada religi atau masalah agama, dimana sebagian orang masih mempermasalahkan kehalalan produknya. Terlebih apabila penggunaannya sudah diterapkan pada manusia, sehingga akan mengaburkan asal-usul dari seseorang.b. Dampak etika dan moralMenyisipkan gen makhluk hidup kepada makhluk hidup lain memiliki dampak etika yang serius. Menyisipkan gen makhluk hidup lain yang tidak berkerabat dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum alam dan sulit diterima manusia. Bahan pangan transgenik yang tidak berlabel juga membawa konsekuensi bagi penganut agama tertentu. Penerapan hak paten pada organisme hasil rekayasa merupakan pemberian hak pribadi atas organisme. Hal ini bertentangan dengan banyak nilai-nilai budaya yang menghargai nilai intrinsik makhluk hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Adlhiyati, Z., 2009, Produk Rekayasa Genetika (GMO/Genetically Modified Organism) Sebagai Subjek Perlindungan Paten dan Varietas Tanaman, Program Megister Ilmu Hukum, Semarang.

Anwar, A., 2010, Penerapan Bioteknologi Rekayasa Genetika Dibidang Medis Ditinjau dari Prespektif Filsafat Pancasila HAM dan Hukum Kesehatan Di Indonesia, Jurnal Sasi, 17 (4): 39-51.

Dano, E.C., 2007, Dampak Potensial Transgenik Terhadap Sosial-Ekonomi Budaya dan Etika, Third World Network, Malaysia.

Koestoer, R., 2008, Kloning Gen NS1 Virus Dengue Pada Vektor Ekspresi Pgex-6p1 Dalam Escherecia coli BL21 Star (DE3), FMIPA UI, Depok.

Mizawarti, 2003, Penerapan Teknik-teknik Kloning Gen Dalam Kehidupan Manusia, FMIPA Unsut, Sumatera Utara.

Wargasetia, T.L., 2008, Kloning Manusia, JKM, 2 (1): 51-65.

iii