daftar isi - kotajayapura.bawaslu.go.id · jayapura, narasi tentang (ber)demokrasi umumnya hanya...

13

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 2 3Edisi : 01 / 2020 Edisi : 01 / 2020

    daftar isiEDISI 1 - APRIL 2020SWAY: Suara Bawaslu

    Kota Jayapura

    Akhirnya, setelah melewati proses yang cukup panjang dan melelahkan, mimpi untuk menghadirkan sebuah media yang fokus pada pengembangan demokrasi di Kota Jayapura benar-benar menjadi nyata. Media ini kami namakan SWAY. Kata ini berasal dari bahasa Tobati-Enggros yang bermakna ‘rumah’. Dalam pandangan kami, SWAY adalah rumah untuk semua orang berdiskusi sekaligus mengimplementasikan narasi dan gagasan membangun demokrasi di Kota Jayapura. Tapi dalam pandangan lain, SWAY juga merupakan akronim dari Suara Bawaslu Kota Jayapura.

    SWAY adalah mimpi yang lahir dari kegelisahan atas minimnya literasi demokrasi yang kontekstual di Kota Jayapura. Selama ini kita selalu disuguhi literasi demokrasi yang bersifat nasional. Sedangkan untuk konteks kota Jayapura, narasi tentang (ber)demokrasi umumnya hanya hadir dalam bentuk kemarahan-kemarahan yang dituangkan dalam dinding-dinding media sosial.

    Karena itu, kehadiran SWAY tidak saja diharapkan untuk memperkaya literasi demokrasi, namun juga dapat menjadi wadah untuk menyalurkan gagasan yang konstruktif sekaligus etis dan ilmiah. Niat utamanya selalu pada upaya perbaikan demokrasi di Kota Jayapura. Selain itu, SWAY tentu saja menjadi media untuk sosialisasi atas kerja-kerja yang dilakukan Bawaslu Kota Jayapura.

    Pada setiap edisi, setidaknya ada lima rubrik andalan di dalamnya. Pertama adalah Laporan Utama. Selanjutnya adalah rubrik Opini yang merupakan tulisan dari pegiat demokrasi. Pada setiap edisi akan terdapat dua opini. Rubrik lainnya adalah Aktivitas Terkini. Ini adalah rubrik yang menampilkan aktivitas Bawaslu Kota Jayapura pada empat bulan terakhir. Rubrik Profil menampilkan sosok dari pegiat demokrasi di Kota Jayapura. Sedangkan rubrik Sudut Pandang akan menampilkan pandangan tokoh tertentu yang berkaitan dengan isu yang dianggap layak untuk dipublikasikan untuk memperkaya narasi demokrasi di Kota Jayapura. Sebagai edisi perdana, Laporan Utama SWAY menyajikan tema Catatan Pemilu 2019 di Kota Jayapura. Laporan Utama ini adalah sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab kami kepada warga Kota Jayapura dalam mengawasi Pemilu 2019 lalu.

    Akhir kata, dari kedalaman hati dan dilandasi niat baik, kami menghaturkan SWAY kepada seluruh masyarakat yang merindukan perbaikan demokrasi di negeri matahari terbit ini. Kami tentu saja sangat terbuka menerima masukan dan kritikan untuk perbaikan media ini. [SWAY]

    PROFIL

    | Penerbit: Bawaslu Kota Jayapura | Penanggungjawab:Bawaslu Kota Jayapura |

    Pengarah: Hardin Halidin | Pemimpin Redaksi: Nourma Yulita Siregar | Editor: Zakaria Usman,

    Hardin Halidin | Redaksi: Nourma Yulita Siregar, Harianto Sinurat, Suhardiman Ali, Zakaria Usman, Cornelia Losor, Jeanet Mebri | Keuangan: Hasna

    Salam, Yohanis Meraudje | Layout: Harianto Sinurat | Tim Kreatif: Hasrulah, Sukriadi, Purwanto, Uli Wardani Putri, Rizal Situmrang, Arman La Boti

    Ngopi Jahe, Santai Tapi Partisipatif

    Fokus

    Jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) adalah sebanyak 1.262 buah. Distrik dengan TPS terbanyak adalah Abepura dengan 369 buah. Sedangkan distrik terkecil adalah Muara Tami dengan 44 buah TPS.

    Dari sisi jumlah Daerah Pemilihan (Dapil), Kota Jayapura terbagi dalam empat Dapil. Dapil Kota Jayapura I mencakup Distrik Jayapura Selatan dengan kuota sepuluh kursi. Selanjutnya Dapil Kota Jayapura II adalah Distrik Jayapura Utara dengan kuota sepuluh kursi. Sedangkan Dapil Kota Jayapura III terdiri dari Distrik Heram dan Muara Tami dengan kuota delapan kursi. Terakhir adalah Dapil Kota Jayapura IV, yakni Distrik Abepura dengan kuota kursi sebesar dua belas. Dengan demikian, total kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota Jayapura yang diperebutkan adalah sebanyak 40 kursi.

    Pada empat Dapil tersebut, jumlah calon anggota legislatif (Caleg) di Kota Jayapura yang berkompetisi pada Pemilu 2019 adalah sebanyak 588 orang. Berdasarkan jenis kelamin, Caleg berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 371 orang, dan perempuan sebanyak 217 orang. Caleg terbanyak terdapat di Dapil Kota Jayapura IV, yakni berjumlah 172 orang. Sedangkan jumlah Caleg yang paling sedikit adalah Dapil Kota Jayapura III, yakni berjumlah 124 orang.

    Membersihkan DPT dan Ronda Bawaslu Keberadaan DPT Kota Jayapura telah menjadi polemik ketika KPU Kota Jayapura pertama kali menetapkan Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan (DPSHP) pada 20 Agustus 2018. Ketika itu, DPSHP Kota Jayapura adalah sebesar 311.978 pemilih. Hasil pencermatan Bawaslu Kota Jayapura terhadap DPSHP tersebut menunjukan ada beberapa persoalan mendasar. Di antaranya adalah kegandaan DPT dan komponen data yang tidak lengkap, atau bahkan invalid.

    PPelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 lalu adalah Pemilu pertama kali yang dilaksanakan dengan menggabungkan pemilihan calon anggota legislatif dan pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden RI. Pemilu 2019 juga merupakan yang pertama kali dilakukan dimana masyarakat harus memilih lima jenis surat suara.

    Banyak pihak yang menyebut bahwa pelaksanaan Pemilu 2019 ini terasa jauh lebih berat dan karenanya dipenuhi dengan berbagai kelemahan. Dari sisi pemilih, masyarakat membutuhkan waktu yang lebih lama di dalam bilik suara karena banyaknya surat suara yang harus dicoblos. Sedangkan dari sisi penyelenggara Pemilu, tidak kurang dari 894 orang petugas meninggal dunia karena besarnya beban yang harus diselesaikan.

    Di Kota Jayapura sendiri, Pemilu 2019 diwarnai dengan keterlambatan pencoblosan pada dua distrik. Selain itu, sejumlah kritik disampaikan oleh masyarakat terkait pelaksanaan Pemilu 2019. Kritikan tajam terutama ditujukan kepada penyelenggara Pemilu, baik KPU Kota Jayapura maupun Bawaslu Kota Jayapura. Sebagai penyelenggara Pemilu, Bawaslu Kota Jayapura memahami semua kritikan dan bahkan kekecewaan tersebut sebagai bentuk evaluasi masyarakat untuk Pemilu yang lebih baik.

    Kota Jayapura dan Pemilu 2019 Dalam AngkaPada pelaksanaan Pemilu 2019, jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) Kota Jayapura adalah sebanyak 300.752 pemilih. Dari jumlah tersebut, pemilih perempuan tercatat sebanyak 140.807 orang dan laki-laki sebanyak 159.945 orang. Jumlah pemilih terbanyak terdapat di distrik Abepura, yakni sebesar 88.425 orang. Sedangkan DPT terkecil terdapat di distirk Muara Tami, yakni sebanyak 10.982 orang.

    Catatan Pemilu 2019 di Kota Jayapura

    AKTIVITAS TERKINI

    Catatan Pemilu 2019 Catatan Pemilu 2019 di Kota Jayapuradi Kota Jayapura

    Bawaslu Kota Jayapura Gagas Kelas DemokrasiBawaslu Kota Jayapura dan Prodi IPM Tandatangani Kerja SamaBawaslu Kota Jayapura Gelar Kuliah UmumLomba Menulis Opini

    Dr. Marudut Hasugian: Kami Akademisi, Kami Pengawas Pemilu

    Penyelenggara dan Pemilu 2019 di Kota Jayapura

    FOKUS

    OPINI

    Frans JZ. Rumsarwir11

    12

    13

    14

    7 9

    SUDUT PANDANGDARI MITRA

    15

    3

    Bawaslu Kabupaten Jayapura Bekali StafFESSOSPOL USTJ Gandeng Balai Bahasa Kuliah UmumWisuda Mahasiswa STIKOM Muhammadiyah

    17

    17

    18

    19

    GALERI FOTOREFLEKSI

    Editorial

  • 4 5Edisi : 01 / 2020 Edisi : 01 / 2020

    Data invalid ini misalnya adalah ketiadaan Nomor Kartu Keluarga (NKK) atau bahkan NKK yang berasal dari luar Kota Jayapura. Selain itu, komponen data yang tidak terisi juga cukup banyak terdapat di dalamnya. Misalnya tempat lahir yang kosong dan usia pemilih yang masih di bawah 17 tahun.

    Banyaknya persoalan terkait DPT ini sepertinya tidak saja menjadi persoalan di Kota Jayapura. Polemik serupa terjadi hampir di seluruh Indonesia. Inilah yang membuat DPT secara nasional diperbaiki hingga dua kali.

    Pada saat yang bersamaan, Bawaslu Kota Jayapura juga melaksanakan Ronda Bawaslu Jaga Hak Pilih. Ini adalah upaya Bawaslu untuk menyelamatkan hak pilih warga negara yang belum terdaftar dalam DPT. Kegiatan yang dilaksanakan pada 30 September hingga 1 Oktober 2018 ini dipusatkan pada sejumlah pusat perbelanjaan, hingga kampus dan asrama-asrama mahasiswa yang tersebar di Kota Jayapura.

    Setelah melalui proses pencermatan yang panjang oleh Bawaslu Kota Jayapura, maka pada 10 Desember 2018, DPT Hasil Perbaikan Kedua (DPTHP-2) ditetapkan oleh KPU Kota Jayapura. Jumlahnya adalah sebesar 300.752 pemilih.

    Pengawasan Partisipatif dan Ngopi Jahe Sebagai lembaga yang bertanggungjawab melakukan pengawasan terhadap seluruh tahapan dan proses Pemilu, Bawaslu dituntut untuk selalu optimal dalam melaksanakan tugasnya. Menyadari luasnya cakupan pengawasan di tengah minimnya sumberdaya yang dimilikinya, maka Bawaslu Kota Jayapura menggagas model pengawasan partisipatif.

    Dalam hal ini, Bawaslu Kota Jayapura menggandeng perguruan tinggi yang berada di Kota Jayapura. Sebagai sebuah lembaga pendidikan, perguruan tinggi tidak saja dikenal sebagai laboratorium untuk melahirkan intelektual bangsa, namun juga memiliki tanggungjawab yang sama terhadap pengabdian masyarakat. Dalam hal ini, perguruan tinggi sudah seharusnya ikut berkontribusi untuk memastikan pelaksanaan Pemilu 2019 berjalan dalam proses yang damai, namun juga dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Dalam hal ini, perguruan tinggi sekaligus mengejewantahkan tanggung jawab dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat pada saat yang bersamaan. Bawaslu Kota Jayapura sendiri telah membangun kerja sama dengan enam perguruan tinggi yang ada di Kota Jayapura. Keenam perguruan tinggi tersebut adalah Universitas Cenderawasih, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk, Universitas Sains dan Tekhnologi Jayapura (USTJ) dan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Umel Mandiri. Selain itu juga terdapat Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Muhamadiyah dan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Silas Papare. Keenam kampus ini kemudian mengikat diri dalam Koalisi Kampus untuk Pemilu Berkualitas di Kota Jayapura, selanjutnya disingkat Koalisi Kampus.

    Koalisi Kampus tidak saja melakukan sosialisasi terkait pengawasan Pemilu. Lebih dari itu, Koalisi Kampus juga mengajak sejumlah kelompok strategis. Di antaranya adalah komunitas pegiat media alternatif (media sosial), organisasi kepemudaan dan kelompok aktivis perempuan. Koalisi Kampus menyebut diskusi dengan kelompok strategis ini sebagai Ngopi Jahe. Ngopi Jahe ini adalah akronim dari Ngobrol Pemilu untuk Kota Jayapura Hebat. Dalam perkembangannya, Koalisi Kampus untuk Pemilu Damai ini tidak lagi sekadar melakukan sosialisasi terkait pengawasan partisipatif menjelang pelaksanaan Pemilu

    atau Pilkada. Koalisi Kampus akan dikembangkan menjadi sebuah lembaga yang akan berpartisipasi aktif dalam pembangunan demokrasi. Hal ini tidak saja akan dilakukan pada wilayah di Kota Jayapura, melainkan secara umum di Provinsi Papua.

    Pengembangan demokrasi ini tidak saja dilakukan dalam bentuk sosialisasi semata. Koalisi Kampus akan berkontribusi dalam pembangunan demokrasi melalui penelitian dan publikasi, dan bentuk pendidikan politik lainnya.

    Ngopi Jahe: Ngobrol Pemilu untuk Kota Jayapura HebatSalah satu kegiatan Koalisi Kampus yang cukup rutin dilakukan bersama Bawaslu Kota Jayapura menjelang pelaksanaan Pemilu adalah Ngopi Jahe.

    Ngopi Jahe adalah bentuk lain dari diskusi terfokus dengan menghadirkan sejumlah kelompok masyarakat strategis dalam pembangunan demokrasi di Kota Jayapura. Di antaranya adalah kelompok BEM dan organisasi kepemudaan. Selain itu ada juga kelompok jurnalis dan pegiat media alternatif. Hingga mengundang aktivis perempuan dan komunitas disabilitas.

    Semua diskusi ini dilaksanakan dalam suasana yang santai namun serius pada sebuah ruang terbuka. Suasana diskusi yang santai ini dimaksudkan untuk menghilangkan kesan formalitas sebagaimana bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara Pemilu selama ini. Sehingga relasi yang terbangun di antara penyelenggara Pemilu dan masyarakat juga akan lebih kuat.

    Walaupun dibuat dalam bentuk santai dan dimaksudkan sebagai media sosialisasi, namun pada prakteknya, Ngopi Jahe sering kali menjadi ruang untuk ‘belanja masalah’. Karena dalam prakteknya, peserta yang dihadirkan lebih banyak menyampaikan kekesalan, kemarahan dan ketidakpuasan mereka terhadap proses pelaksanaan Pemilu

    selama ini. Pada titik ini, Bawaslu Kota Jayapura harus menerima kritikan yang dipercaya untuk memperkuat penyelenggara Pemilu secara kelembagaan.

    Pendekatan Koalisi Kampus bersama Bawaslu Kota Jayapura melalui Ngopi Jahe ini pada akhirnya tidak saja menyambungkan informasi Pemilu dan pengawasan partisipatif, namun juga mengubah cara pandang komunitas terhadap Pemilu.

    Harus diakui, bahwa selama ini sering kali muncul anggapan bahwa Pemilu tidak lebih dari sekadar kampanye dan mencoblos. Perspektif sempit inilah yang hendak diubah oleh Bawaslu bersama Koalisi Kampus. Pemilu bukan sekedar proses beberapa menit di dalam bilik suara, tetapi merupakan rangkaian kegiatan komprehensif dari persiapan, pelaksanaan dan pengawasan hingga evaluasi, dimana masyarakat punya peran strategis di dalamnya.

    Upaya Pencegahan Pencegahan adalah upaya pertama yang dilakukan oleh Bawaslu Kota Jayapura untuk menghindari adanya pelanggaran Pemilu dalam setiap tahapan. Sejumlah upaya telah dilakukan oleh Bawaslu Kota Jayapura sepanjang pelaksanaan Pemilu 2019 lalu. Di antaranya adalah melakukan sosialisasi kepada kelompok masyarakat tertentu melalui Ngopi Jahe. Acapkali Bawaslu Kota Jayapura melakukan sosialisasi kepada kelompok mahasiswa langsung di kampus. Kegiatan sosialisasi lainnya adalah menghadirkan seluruh peserta Pemilu, baik dilakukan sendiri oleh Bawaslu Kota Jayapura maupun bekerjasama dengan KPU Kota Jayapura.

    Sosialisasi juga dilakukan Bawaslu Kota Jayapura melalui empat platform media sosial yang banyak digunakan oleh pemilih pemula. Mulai dari Facebook, Twitter hingga Instagram dan Youtube.

    Selain itu, Bawaslu Kota Jayapura juga melakukan upaya pencegahan dengan bekerjasama dengan sejumlah media, baik cetak maupun elektronik, lokal maupun nasional. Bawaslu Kota Jayapura harus mengakui bahwa peran jurnalis pada saat Pemilu 2019 lalu banyak membantu tugas-tugas Bawaslu Kota Jayapura dalam melakukan tugas pencegahan.

    Upaya pencegahan lainnya adalah dengan menyampaikan surat langsung kepada pemangku kepentingan Pemilu. Mulai dari penyelenggara Pemilu (KPU beserta jajarannya), pemerintah daerah, peserta Pemilu, hingga ke basis-basis masyarakat tertentu.

    Tidak itu saja. Bawaslu Kota Jayapura juga langsung turun membagikan selebaran berisi himbauan dan sosialisasi

    FokusFokus

  • 6 7Edisi : 01 / 2020 Edisi : 01 / 2020

    Menjelang Pemilu, 17 April 2019 lalu, Bawaslu Kota Jayapura dan Koalisi Kampus untuk Pemilu Damai berinisiatif menjaring opini masyarakat terkait isu-isu kepemiluan di Kota Jayapura. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan masalah dan harapan masyarakat terkait pemilu serta memformulasikan strategi pengawasan yang partisipatif.

    Penjaringan opini kemudian dilakukan melalui diskusi informal mingguan dengan peserta yang tersegmentasi. Obrolan santai ini kemudian diberikan nama Ngopi Jahe yang merupakan akronim dari Ngobrol Pemilu untuk Jayapura Hebat.

    Di luar dugaan, Ngopi Jahe mendapatkan respon positif dari berbagai pihak. Tidak hanya karena informalitas dalam prosesnya tapi juga semangat inklusivitasnya. Pendekatan yang mengabaikan kekakuan birokratis ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak lazim dilakukan, apalagi karena diinisiasi oleh pihak penyelenggara pemilu, Bawaslu Kota Jayapura.

    Ada apa dengan Ngopi Jahe? Sebagai sebuah pendekatan, Ngopi Jahe sangat berbeda dengan diskusi formal atau seminar pada umumnya. Ada beberapa faktor yang menjadi kekuatan dari Ngopi Jahe.

    Pertama, format diskusi yang santai menjadikan kegiatan ini sebagai safe space dalam menuangkan emosi tapi juga mengekspresikan harapan masyarakat akan perubahan. Banyak pihak yang sangat mengapresiasi kegiatan Ngopi Jahe karena dianggap baru pertama kali dilakukan oleh penyelenggara pemilu. Tentu saja diskusi antara penyelenggara pemilu dan masyarakat sudah sering dilakukan menjelang pemilu. Akan tetapi, pendekatan Ngopi Jahe yang santai dan terbuka menjadi sesuatu yang segar.

    Memperpendek jurang antara penyelenggara pemilu dengan masyarakat adalah fondasi pengawasan partisipatif. Sehingga formalitas perlu dikesampingkan untuk menggali cerita-cerita dan pengalaman-pengalaman kepemiluan dari masyarakat.

    Kedua, segmentasi peserta Ngopi Jahe yang beragam turut menawarkan solusi pengawasan pemilu yang variatif. Setiap minggunya, Ngopi Jahe menargetkan peserta yang berbeda-beda sesuai dengan kategori tertentu. Mulai dari kelompok jurnalis, mahasiswa, pengurus BEM, penggiat media alternatif, generasi millenial, kelompok perempuan hingga komunitas penyandang disabilitas. Diversitas partisipan dalam Ngopi Jahe setiap minggunya menjadi kekuatan tersendiri.

    Ada beberapa catatan kritis dalam obrolan santai dengan kelompok generasi milenial dan mahasiswa. Para agen perubahan ini menyampaikan keresahan mereka terhadap penyelenggara Pemilu yang dianggap menutup mata terhadap berbagai praktek pelanggaran. Pemilu yang transaksional, mobilisasi pemilih, hoax dan kampanye negatif, hingga tindakan pidana kepemiluan lainnya yang terjadi secara terbuka telah menimbulkan apatisme mereka. Dalam perbincangan Ngopi Jahe tidak sedikit peserta yang secara langsung menyampaikan kritikan pedas terhadap kerja pengawasan Bawaslu Kota Jayapura.

    Meski demikian, para pemuda ini tetap menawarkan beberapa solusi untuk perubahan. Selain mendorong metode pengawasan berbasis aplikasi, partisipan juga menyadari pentingnya literasi demokrasi bagi mereka. Oleh karena itu, peran Bawaslu dan KPU untuk menjangkau komunitas yang ada di masyarakat menjadi upaya strategis. Dalam kesempatan Ngopi Jahe lainnya, kelompok perempuan juga menuangkan keresahannya. Hak mereka dalam memberikan suara direnggut oleh karena persoalan administratif kepemiluan dan masalah aksesibilitas ke bilik suara. Selain itu, mereka juga menyoroti minimnya penyelenggara perempuan dalam institusi penyelenggara Pemilu, seperti KPU maupun Bawaslu di level provinsi maupun kabupaten/kota.

    Konstruksi konsep pengawasan yang sangat maskulin dengan sendirinya membatasi peran perempuan. Padahal, menurut para peserta diskusi, pengawasan yang efektif haruslah melibatkan kelompok perempuan. Karena yang menjadi penggerak utama dalam masyarakat adalah perempuan/mama-mama. Sehingga strategi pengawasan

    kepada masyarakat Kota Jayapura pada sejumlah titik yang ramai dikunjungi masyarakat Kota Jayapura. Mulai dari kampus, pusat perbelanjaan masyarakat, hingga pada sejumlah lampu merah. Sosialisasi melalui pembagian selebaran ini lebih khusus pada pencegahan politik uang dan penyalahgunaan ‘undangan’ atau fomulir model C6.

    Pada kesempatan yang lain, Bawaslu Kota Jayapura bekerjasama dengan Pemerintah Distrik Abepura mendeklarasikan Abepura sebagai distrik Tolak Golput dan Tolak Politik Uang pada 16 Maret 2019. Pencanangan ini dihadiri langsung oleh Ketua Bawaslu RI, Abhan, anggota Bawaslu Provinsi Papua hingga Wakil Walikota Jayapura, Ir. Rustan Saru. Deklarasi yang dilaksanakan di halaman kantor Distrik Abepura ini diikuti dengan sosialisasi pencoblosan surat suara yang disampaikan oleh jajaran KPU Kota Jayapura.

    Menjangkau yang Tak TerjangkauPada setiap pelaksanaan Pemilu, keberadaan kelompok masyarakat dengan disabilitas seakan terlupakan, terutama oleh penyelenggara Pemilu. Pun mereka memiliki hak politik yang sama sebagaimana kelompok masyarakat lainnya, toh hak yang dijamin oleh konstitusi itu tetaplah rentan terabaikan.

    Pada Pemilu 2019, permasalahan yang mereka hadapi tidak saja terkait dengan keberadaan mereka yang tidak terdaftar dalam DPT. Komunitas ini bahkan tidak pernah mendapatkan informasi yang baik tentang pelaksanaan Pemilu ataupun Pilkada.

    Dalam upaya menghadirkan semangat Pemilu yang inklusif untuk semua kelompok masyarakat, Bawaslu Kota Jayapura melaksanakan sosialisasi hak politik bagi masyarakat dengan disabilitas. Kegiatan ini sekaligus dirangkai dengan sosialisasi pengawasan partisipatif bersama komunitas difabel kota Jayapura. Kegiatan ini dihadiri tidak kurang dari 80 peserta dengan beragam disabilitas. Di antara mereka juga terdapat sejumlah olahragawan yang memiliki prestasi membanggakan.

    Sekitar 20 orang di antara mereka adalah Komunitas Tuli Jayapura (KTJ). Anggota KTJ ini pada umumnya adalah anak-anak muda berusia 20an tahun. Karena kehadiran mereka, maka pada saat sosialisasi juga disiapkan satu orang penerjemah bahasa isyarat.

    Melaksanakan kegiatan dengan menghadirkan kelompok masyarakat dengan disabilitas ini memang memiliki tantangan tersendiri. Di antaranya adalah menyiapkan penerjemah bahasa isyarat untuk mereka yang tuna rungu. Selain itu, adalah memastikan kehadiran pendamping mereka pada saat kegiatan. Peran pendamping ini terutama untuk mereka yang tuna netra.

    Catatan PenutupPelaksanaan Pemilu 2019 di Kota Jayapura banyak memberikan catatan yang harus menjadi perhatian semua pemangku kepentingan untuk dilakukan perbaikan terhadapnya. Tidak saja dari sisi penyelenggara dan peserta Pemilu, namun juga dari sisi masyarakat Kota Jayapura. Perbaikan terhadap sejumlah catatan Pemilu ini dimaksudkan untuk memastikan pelaksanaan Pemilu (atau Pilkada) berkeadilan secara prosedural dan substantif.

    Dari sisi penyelenggara Pemilu, Bawaslu Kota Jayapura harus terus meningkatkan kapasitas dan keterampilan individu dan kelembagaan dalam melaksanakan tugas. Bawaslu Kota Jayapura juga diharapkan meningkatkan kerja sama dengan berbagai stakeholder Pemilu. Terutama dengan KPU Kota Jayapura sebagai sesama penyelenggara Pemilu serta membangun sinergitas dengan Pemerintah Kota Jayapura dan partai politik.

    Pada saat yang sama, Bawaslu Kota Jayapura dituntut untuk lebih membangun kemitraan strategis. Kemitraan ini terutama dengan lembaga-lembaga yang sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Bawaslu Kota Jayapura, yakni enam perguruan tinggi di Kota Jayapura dan juga dengan Koalisi Kampus.

    Perumusan dan pelaksanaan program pembangunan demokrasi dan pendidikan politik ini diharapkan akan mampu meminimalisir catatan-catatan buruk pelaksanaan pesta demokrasi di masa yang akan datang.

    Ngopi Jahe, Santai Tapi PartisipatifNgopi Jahe, Santai Tapi PartisipatifOleh Elvira Rumkabu

    OpiniOpiniFokus

  • 8 9Edisi : 01 / 2020 Edisi : 01 / 2020

    partisipatif harus melibatkan perempuan.Faktor ketiga yang menjadi kekuatan Ngopi Jahe juga tidaklah terlepas dari pembawaan komisioner maupun staff Bawaslu Kota Jayapura yang ramah dan bekerja melewati batas-batas formalitas. Hal ini memudahkan institusi penyelenggara pemilu untuk menjadi ‘dekat’ dengan masyarakat.

    Konsistensi anggota Bawaslu Kota Jayapura yang selalu hadir dan mendengar berbagai masukan selama Ngopi Jahe sangat perlu diapresiasi. Bahkan dalam menerima kritikan generasi milenial yang apatis dan marah terhadap kinerja lembaga pengawas, Bawaslu Kota Jayapura tetap menerimanya sebagai bagian dari evaluasi kelembagaannya. Kepekaan dalam mendengar pergumulan masyarakat dan keresahan mereka tapi juga meminta masyarakat untuk memberikan masukan terkait strategi yang harus diambil memberikan keluwesan dalam dialog Ngopi Jahe.

    Pengawasan Harus Inklusif dan PartisipatifBerbagai masukan, input dan harapan dari Ngopi Jahe menegaskan pentingnya melihat pemilu sebagai proses inklusif dan partisipatif. Dalam pandangan tradisional, pemilu adalah perihal mencoblos di hari H. Indikator partisipasi masyarakat hanya diukur melalui suaranya. Padahal Pemilu bukan sekedar berada beberapa menit dalam bilik suara, tetapi merupakan rangkaian kegiatan komprehensif dari persiapan, pelaksanaan hingga pengawasan, di mana masyarakat pun punya peran strategis didalamnya.

    Partisipasi masyarakat yang paling krusial adalah dalam tahapan pengawasan, baik sebelum, saat pemilu dan pasca proses pemilu. Akan tetapi secara ideal, strategi pengawasan haruslah datang dari komunitas masyarakat itu sendiri dan tidak bersifat top down semata.

    Sebagai contoh, dalam Ngopi Jahe dengan kelompok mahasiswa, mereka menyadari bahwa meski ada seminar dan sosialisasi yang dilakukan Bawaslu dan KPU ke kampus-kampus, namun mahasiswa juga mengakui bahwa sebagian oknum mahasiswa sering kali dimobilisasi untuk kepentingan elit tertentu. Sehingga, menurut mereka sosialisasi tidak hanya sebatas aturan pemilu tetapi juga literasi demokrasi terkait pelanggaran pemilu dan konsekuensi hukumnya. Bahkan peserta juga mengharapkan Bawaslu Kota Jayapura dapat melibatkan mereka secara langsung dalam pengawasan dan bukan hanya sebatas audiens seminar.

    Tidak hanya itu, dalam obrolan dengan komunitas perempuan, mereka juga memberikan masukan bagi Bawaslu Kota Jayapura agar menggunakan kelompok yang sudah ada dalam masyarakat untuk pengawasan partisipatif.

    Dalam setiap komunitas biasanya ada kelompok-kelompok gereja, pengajian, atau pemuda yang dapat bermitra dengan Bawaslu Kota Jayapura untuk mengawasi proses pemilu. Menurut mereka, pengawasan oleh kelompok perempuan akan lebih efektif karena ikatan emosional mereka dengan lingkungan tempat tinggalnya.

    Ditambah dengan tanggung jawab moral perempuan akan berkontribusi dalam pengawasan. Seorang peserta bahkan berbagi kisah bagaimana sekelompok ibu-ibu di TPS-nya yang berhasil menggagalkan rencana mobilisasi pemilih.

    Bagi kelompok jurnalis sendiri, pengawasan partisipatif juga penting melalui transparansi informasi antara penyelenggara, media dan masyarakat. Media tidak hanya menjadi lembaga pendidikan politik yang konstruktif bagi masyarakat melalui pemberitaan dan penyiaran.

    Media juga menjadi corong yang mengangkat suara masyarakat terkait pemilu. Tapi juga bersama-sama Bawaslu dalam mengawasi apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh peserta pemilu. Oleh karena itu, komunikasi antara media, penyelenggara dan masyarakat menjadi sangat krusial dalam strategi pegawasan.

    Dari beberapa catatan ini saja sudah menunjukkan betapa pentingnya mendengar gagasan demokrasi dari semua kalangan masyarakat, termasuk yang termajinalkan.

    Dengan demikian, Ngopi Jahe bukan hanya sekedar ‘belanja masalah’, tetapi membangun strategi bersama mengidentifikasi kekuatan yang sudah ada di masyarakat. Ngopi Jahe menjadi refleksi baik dengan melihat kembali sumber daya dan praktek positif apa yang sudah ada dalam masyarakat yang dapat dipakai untuk pengawasan partisipatif. Karena idealnya, pengawasan partisipatif haruslah melibatkan partisipasi (participation) dan membangun rasa kepemilikan (ownership) masyarakat.

    Oleh karena itu Ngopi Jahe sebagai sebuah ruang, harus terus dilakukan bahkan setelah Pemilu. Sudah banyak narasi masyarakat yang kecewa dengan pelaksanaan Pemilu dan ada harapan besar yang diletakkan di pundak Bawaslu Kota Jayapura. Akan tetapi, pengawasan tentu saja bukan proses semalam, butuh waktu dan sumber daya.

    Diharapkan Ngopi Jahe dapat menjadi obrolan reguler sehingga terbangun komunikasi yang efektif dalam mendukung pengawasan partisipatif. Karena Ngopi Jahe dapat menjadi instrument positif dalam membangun strategi pengawasan partisipatif dari masyarakat, oleh masyarakat untuk pemilu yang berintegritas.

    Penulis adalah akademisi pada Universitas Cenderawasih, Jayapura

    Tertundanya waktu pencoblosan disejumlah TPS pada dua dari lima distrik yang ada di Kota Jayapura, Provinsi Papua dalam pemilu presiden dan legislatif 17 April 2019 menyisakan sejumlah tanda tanya bagi semua pihak. Pemilu pada dua dari lima distrik di Kota Jayapura dilaksanakan pada 18 April 2019 dengan beragam alasan, salah satu diantaranya adalah terlambatnya pendistribusian logistik ke TPS.

    Hal ini membuat publik bertanya-tanya, sejauh mana kinerja KPU Kota Jayapura sebagai penyelenggara dan Bawaslu Kota Jayapura sebagai pengawas ataupun dimana kerja dari lembaga setingkat lebih tinggi, yakni KPU dan Bawaslu Provinsi Papua dalam melakukan supervisi ataupun pendampingan yang dilakukan agar pesta rakyat itu berlangsung sesuai ketepatan waktu dan aturan yang ada.

    Kita semua tahu bahwa Kota Jayapura merupakan Ibu Kota Provinsi Papua yang menjadi barometer jalannya proses demokrasi di Bumi Cenderawasih, namun dengan tertundanya sehari waktu pencoblosan menandakan bahwa hal itu tidak berpengaruh soal lokasi atau kota yang dijadikan sebagai tolak ukur.

    Jika ingin dibandingkan, ada sejumlah daerah di pegunungan tengah Papua yang sudah pasti dikatakan

    memiliki geografis yang agak sulit dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua atau empat, harus pakai pesawat atau helikopter, bukan jalan darat seperti di Kota Jayapura, tetapi kenyataannya berbeda.

    Jalannya pesta lima tahunan itu disejumlah daerah pegunungan Provinsi Papua malah lebih tepat waktu. Maksud saya disini hanya ingin menyinggung soal ketepatan waktu pendistribusian logistik pemilu hingga bisa terlaksana pencoblosan sesuai hari yang ditetapkan, bukan disepakati.

    Berbicara soal penyelenggara dan juga pengawasan, seharusnya kedua lembaga yakni KPU dan Bawaslu di Kota Jayapura yang perlu disoroti. Namun, untuk kasus keterlambatan pencoblosan sudah pasti, kita semua sepakat dan mata tertuju kepada kinerja KPU Kota Jayapura.

    Ada sejumlah hal yang patut digali bersama, diantaranya soal waktu pelantikan lima komisioner KPU Kota Jayapura yang hanya berselang sebulan atau kalau tidak salah dilantik pada 21 Maret 2019 bersama 22 Kabupaten/kota di empat Provinsi. Artinya sebelum para komisioner KPU Kota Jayapura dilantik, otomatis kerja mereka diambil alih oleh KPU Provinsi Papua, mulai dari soal siapa (perusahaan) yang menang tender untuk pengadaan logistik pemilu, hingga perekrutan relawan untuk melipat surat suara

    Penyelenggara dan Pemilu 2019 Penyelenggara dan Pemilu 2019 di Kota Jayapuradi Kota Jayapura

    Oleh Vian

    OpiniOpini

  • 10 11Edisi : 01 / 2020 Edisi : 01 / 2020

    ataupun menentukan tempat untuk melipat surat suara yang terbilang cukup banyak itu agar cepat selesai dan dapat di distribusikan.

    Termasuk meminta bantuan dari pihak berkompeten untuk mendistribusikan surat suara tepat waktu.

    Dari sini, kita sudah bisa simpulkan secara singkat bahwa para Komisioner KPU Kota Jayapura yang dilantik itu, tidak bekerja secara maksimal karena masuk ditengah jalan. Kenapa disebut demikian. Yah, itu karena pendistribusian logistik surat suara tidak tepat waktu. Hal ini juga tentu imbas dari kualitas SDM KPU Kota Jayapura apakah mereka yang terpilih itu karena pesan sponsor atau memang mempunyai kapasitas untuk menjalankan tugas sebagai Komisioner KPU Kota Jayapura.

    Lalu, dimana tugas Bawaslu Kota Jayapura. Ini juga patut dipertanyakan. Sebagai pengawas, sebenarnya para Komisioner Bawaslu Kota Jayapura sudah bekerja maksimal. Terlihat dari berbagai usaha dan upaya untuk menggelar sosialisasi pemilu dengan pihak berkepentingan agar masyarakat bisa berpartisipasi dalam menyalurkan hak politiknya. Kerja keras Bawaslu Kota Jayapura itu bisa dibuktikan dengan pencapaian mereka meraih salah satu penghargaan dalam Bawaslu Award 2019. Dimana, Bawaslu Kota Jayapura menjadi juara tiga terbaik untuk kategori pelaksana fungsi kehumasan dan hubungan antar lembaga.

    Ini artinya, para komisioner Bawaslu Kota Jayapura sangat komunikatif, dan sudah tentu jika dikaitkan dengan waktu

    pendistribusian logistik oleh KPU Kota Jayapura, mereka sudah berkoordinasi dan mewanti-wanti sebagaimana tupoksinya. Namun hasilnya seperti yang kita ketahui, tertunda atau ditunda.

    Sementara Bawaslu Kota Jayapura meraih penghargaan, ternyata berbanding terbalik dengan KPU Kota Jayapura, mereka menerima kritikan tajam dan pedas dari berbagai pihak, atau bisa dikatakan bahwa warga Kota Jayapura menghujat kinerja mereka. Dan sudah pasti naik ikuti sidang Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).

    Berkaca dari persoalan ini, tentunya menjadi catatan tersendiri dan menjadi lembaran sejarah bahwa di Kota Jayapura pernah tertunda dalam pendistribusian logistik pemilu karena ketidakbecusan para Komisioner KPU sebagai penyelenggara Pemilu. Ini 100 persen pelajaran dan pengalaman untuk siapa saja yang akan melamar menjadi komisioner KPU.

    Sebagai warga negara yang baik, mari kita bersama-sama ikut berpartisipasi dalam proses pemilihan umum, bisa dalam bentuk mengawasi atau menjadi penyelenggara jalannya pesta demokrasi dengan bijak. Tapi, harus punya kemampuan dan kecakapan dalam bidang demokrasi, jangan hanya gunakan akses, sponsor dan ingin mencari duit, tapi memiliki integritas yang tinggi.

    Penulis adalah mahasiswa STIKOM Muhamadiyah Kota Jayapura.

    Aktivitas TerkiniOpini

    Bawaslu Kota Jayapura Bawaslu Kota Jayapura Gagas Kelas DemokrasiGagas Kelas Demokrasi

    Jayapura – Usai pelaksanaan Pemilu 2019, maka Bawaslu Kota Jayapura hendak memfokuskan diri pada program pembangunan manusia. Bawaslu Kota Jayapura di antara-nya menggagas program pendidikan politik. Di dalamnya antara lain adalah pembuatan Kelas Demokrasi.

    Sebagai langkah awal dari gagasan tersebut, pada Senin (2/3), Bawaslu Kota Jayapura melakukan konsultasi den-gan Prof. Happy Lumban Tobing. Beliau adalah Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Cenderawasih Jayapura. Langkah konsultasi dilaksanakan di kantor LP2M Universitas Cenderawasih, kampus Uncen Waena.

    “Pertemuan ini adalah langkah awal untuk mendorong la-hirnya sebuah program Kelas Demokrasi di Kota Jayapura”, imbuh anggota Bawaslu Kota Jayapura, Hardin Halidin.

    Hardin menjelaskan bahwa perumusan kurikulum sebuah pelatihan tentu bukanlah spesialisasi kerja Bawaslu Kota Jayapura. Karena itu Bawaslu Kota Jayapura membutuhkan pemikiran dari ahli pembuat kurikulum itu sendiri.

    “Prof. Tobing adalah pakar dalam pembuatan kurikulum di Papua. Karena itu, pikiran-pikiran beliau mesti kami dengarkan untuk memberikan substansi dan arah kepada kami dalam pembuatan kurikulum ini,” jelasnya.

    Dijelaskan oleh Hardin Halidin, bahwa Kelas Demokrasi ini didesain dengan tujuan untuk meningkatkan kesada-ran demokrasi dan politik warga Kota Jayapura. Selain itu juga dimaksudkan untuk menyiapkan kader-kader muda yang berkontribusi pada upaya pendidikan politik dan demokrasi di Kota Jayapura.

    “Kita harapkan ada kader-kader muda yang memaha-mi dan mampu mengimplementasikan nilai-nilai dasar demokrasi di kalangan masyarakat”, ujar Hardin.

    Dalam desainnya, Kelas Demokrasi ini akan diikuti oleh 30 orang pada setiap angkatannya. Kelas Demokrasi diren-canakan akan dilaksanakan dalam dua kali in class, dan satu kali out class. Hardin menjelaskan juga bahwa di akhir pelatihan, akan ada satu buku yang diterbitkan oleh Kelas Demokrasi.

    “Buku ini adalah kompilasi dari refleksi peserta sekaligus gagasan untuk mengembangkan demokrasi di Kota Jay-apura. Penerbitan buku ini juga merupakan ikhtiar kami untuk menghadirkan literasi demokrasi yang kontekstual di Kota Jayapura”, ucapnya.

    DR. Marudut Hasugian yang juga hadir dalam pertemuan tersebut menjelaskan bahwa, program Kelas Demokrasi akan dilaksanakan oleh Bawaslu Kota Jayapura bersama dengan Koalisi Kampus.

    Dijelaskan, bahwa langkah selanjutnya adalah menentukan tim perumus kurikulum yang terdiri dari anggota Koalisi Kampus. Sebagai akademisi, seluruh anggota Koalisi Kam-pus tentu saja berpengalaman dalam hal perumusan kuri-kulum ini.

    “Lokakarya perumusan kurikulum Kelas Demokrasi ren-cananya akan dilaksanakan pada minggu ketiga Maret. Tentu akan ada penyempurnaan pasca-lokakarya. Tapi kami berharap, pada semester kedua tahun ini sudah ada angkatan pertama Kelas Demokrasi”, tutup Hardin Hali-din.

  • 12 13Edisi : 01 / 2020 Edisi : 01 / 2020

    Bawaslu Kota Jayapura dan Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Uncen serta Launching Website Prodi IPM FISIP Uncen. Kuliah umum yang dipandu oleh Muliadi Anangkota, S.Ip., M.Kp sebagai moderator ini menghadirkan tiga orang narasumber, yaitu, Ketua Bawaslu Kota Jayapura Frans Johan Zakarias Rumsarwir, S.E, Ketua Prodi IPM FISIP Uncen Dr. Renida Jozelina Toroby dan Ketua Laboratorium Ilmu Politik FISIP Uncen Dr. Untung Muhdiarta.

    Frans Johan Zakarias Rumsarwir dalam materinya dengan judul “Bawaslu Kota Jayapura Mengawal Pemilu yang Berintegritas”, memaparkan tentang apa tugas, fungsi serta kewenangan sesuai tingkatan di Lembaga Bawaslu dan bagaimana Bawaslu Kota Jayapura bersinergi membangun kemitraan bersama lembaga-lembaga di Kota Jayapura dalam rangka pengawasan partisipatif untuk menggagas dan mengkaji langkah-langkah dalam pengawasan dikemudian hari.

    Materi berikutnya disampaikan oleh Ketua Prodi IPM FISIP Uncen, dengan materinya berjudul “Reposisi Kelompok Marginal Perempuan Dalam Penguatan Partisipasi Politik”, dalam materinya ia memaparkan bagaimana hak politik perempuan dalam demokrasi karena kaum perempuan selalu dikelompokkan dalam kelompok marginal.

    Menutup Kuliah Umum pada kegiatan tersebut, materi terakhir dibawakan oleh Ketua Laboratorium Ilmi Politik FISIP UNCEN dengan materi “Pengawasan Pemilu menuju pemilu yang berintegritas ,catatan, kecenderungan dan tantangan”, dalam pemaparan materinya, ia menyampaikan bahwa pelanggaran pemilu mempunyai catatan angka pelanggaran yang cukup besar di beberapa daerah di Indonesia, yang dimana pelanggaran yang sering terjadi ialah politik klientilisme, oligarkhi, korupsi, dan primordialisme. (Rizal)

    Jayapura - Rabu, 11 Maret 2020, bertempat di aula FISIP Uncen, Bawaslu Kota Jayapura disambut hangat oleh Sivitas Akademik dan Mahasiswa FISIP Uncen dengan tarian ‘Wor’, yang merupakan tarian penyambutan yang berasal dari Kabupaten Yapen, dalam rangka kuliah Umum yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Uncen Bersama Bawaslu Kota Jayapura.

    Antusiasme mahasiswa dalam mengikuti kuliah umum terlihat dari penuhnya ruangan aula yang menjadi tempat berlangsungnya kuliah umum. Lebih dari 200 mahasiswa yang hadir untuk mengikuti kuliah umum tersebut. Banyaknya peserta kuliah umum disebabkan karena ini merupakan pertama kalinya penyelenggara Pemilu bekerja sama dengan kampus untuk melaksanakan kuliah umum di FISIP UNCEN.

    Membuka kuliah umum yang melibatkan mahasiswa FISIP Uncen, dalam sambutannya Dekan FISIP yang diwakilkan oleh Pembantu Dekan II, Dr. Simon Abdi K. Frank, M.Si menyampaikan, kerja sama yang telah dibangun pada saat ini merupakan lompatan maju dalam dunia pendididkan di Perguruan Tinggi yang harus terus diintensifkan dan ditingkatkan.

    “Hari ini menjadi sangat penting untuk langkah maju kita bersama, karena kita ingin mendapatkan gambaran yang real tentang apa itu Bawaslu dengan adanya kuliah umum ini, mahasiswa dibuka cakrawalanya dan kami berharap dapat di bimbing oleh Bawaslu sehingga peran mitra benar-benar nyata, ” lanjutnya.

    Dalam kegiatan Kuliah Umum tersebut juga dilaksanakan penandatanganan kerja sama antar Bawaslu Kota Jayapura dan Prodi IPM FISIP Uncen yang memuat kerja sama dalam program Mitra Kampung dan Pengabdian kepada Masyarakat, pertukaran cinderamata antar Lembaga

    Bawaslu Kota JayapuraBawaslu Kota Jayapuradan Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Uncendan Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Uncen

    Gelar Kuliah UmumGelar Kuliah UmumJayapura - Sebagai penyelenggara Pemilu, Bawaslu Kota Jayapura sejak awal telah menyadari hal ini. Menjelang pelaksanaan Pemilu 2019 lalu, Bawaslu Kota Jayapura telah menggagas sebuah kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi di Kota Jayapura.

    Kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi ini, pada awalnya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan masyarakat dalam pengawasan partisipatif pada pelaksanaan Pemilu 2019. Dalam perkembangannya, ada kesadaran untuk meningkatkan kerja sama untuk semakin memperkuat kapasitas sumber daya manusia. Peningkatan kapasitas sumber daya ini tidak saja untuk mahasiswa dan kalangan akademisi, melainkan juga untuk penyelenggara Pemilu, dalam hal ini Bawaslu Kota Jayapura.

    Bagi warga kampus, kerjasama ini menjadi penting untuk mendekatkan materi kuliah yang dipelajari secara teoritik dengan realitas lapangan. Sedangkan untuk Bawaslu Kota Jayapura, kerja sama ini akan semakin mendekatkan penyelenggara Pemilu dengan warga pemilih.

    Karena itu, pada Rabu (11/3), Bawaslu Kota Jayapura bekerjasama dengan Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Cenderawasih menggagas sebuah kerja sama. Penandatanganan kerjasama ini dilakukan langsung oleh Dekan FISIP Universitas Cenderawasih dengan Ketua Bawaslu Kota Jayapura dan disaksikan sejumlah pimpinan dari kedua belah pihak.

    Dekan FISIP Universitas Cenderawasih, yang diwakilkan oleh Pembantu Dekan II, Dr.Simon Abdi K. Frank, M.si pada sambutannya membuka kegiatan, menyampaikan, “dengan adanya kemitraan ini apabila ada masalah ataupun kendala-kendala nantinya yang dihadapi oleh Bawaslu Kota Jayapura dapat kita diskusikan Bersama-sama.”

    Pada sambutannya Ketua Bawaslu Kota Jayapura, menyampaikan, setelah melewati proses Pemilu 2019 kemarin, sebagai lembaga permanen Bawaslu kota Jayapura tetap bekerja melaksanakan program yang telah di rencanakan. Salah satunya dengan membangun kerjasama kemitraan bersama masyarakat.

    Frans menambahkan “kerja sama ini merupakan langkah maju kami dalam kerja pengawasan. Ada sivitas akademika yang akan menjadi sumber pengetahuan dalam bidang pemerintahan dan politik untuk meningkatkan mutu pengawasan dalam kerja Bawaslu. Kami berupaya agar ke depan Pemilu di kota Jayapura dapat berjalan dengan baik dan kita bersama-sama akan menemukan pemimpin-pemimpin yang berintegritas, jujur dan adil.”

    Sementara itu, Ketua Program Studi IPM FISIP Uncen, Dr. Renida Jozelina Toroby, dalam wawancara singkat seusai kegiatan di hari itu, menyampaikan, dengan adanya penandatangan kerjasama ini akan memberikan kita manfaat yang sangat luar biasa, kita akan Bersama-sama bersinergi dalam kerja-kerja kepemiluan.

    Toroby yang juga merupakan mantan Komisioner KPU Kabupaten Jayapura, mengatakan “di program studi ilmu pemerintahan, ada mata kuliah, Manajemen konflik dan sistem kepartaian dan pemilu, terkait hal itu kita dapat mengundang Bawaslu untuk memberikan kuliah umum, dalam bidang penelitian, mahasiswa kami dapat melaksanaka penelitian terkait kepemiluan langsung ke kantor Bawaslu dan untuk hal pengabdian kepada masyarakat kami akan bersama-sama melaksanakan pengabdian dalam hal partisipasi dan demokkrasi untuk Kota Jayapura.”

    Penandatanganan kerja sama tersebut dilaksanakan bersamaan dengan kuliah umum di aula FISIP Universitas Cenderawasih. (Nelly)

    Aktivitas TerkiniAktivitas TerkiniAktivitas Terkini

    Bawaslu Kota Jayapura dan Bawaslu Kota Jayapura dan Prodi IPM Tandatangani Kerja SamaProdi IPM Tandatangani Kerja Sama

  • 14 15Edisi : 01 / 2020 Edisi : 01 / 2020

    Frans JohanZakarias Rumsawir

    Bekerja untuk menegakkan demokrasi bagi rakyat

    dengan mengawal pemiluyang bermartabat

    Jayapura - Bawaslu Kota Jayapura melaksanakan lomba menulis opini yang diperuntukkan untuk pelajar dan masyarakat umum. Tujuan dilaksanakannya perlombaan ini selain memperingati HUT Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) yang ke-12 juga sebagai wadah untuk menghimpun gagasan-gagasan pembangunan demokrasi dari berbagai pihak.

    Perlombaan ini merupakan salah satu dari rentetan kegiatan yang dilaksanakan untuk memperingati HUT Bawaslu. Dalam perlombaan ini peserta disuguhkan dengan tiga pilihan tema, yakni, menggagas pembangunan demokrasi di Kota Jayapura, pemilih pemula dan pembangunan demokrasi di Kota Jayapura, dan merangkul kelompok marginal, dan menguatkan partisipasi politik.

    Komisioner Bawaslu Kota Jayapura, Hardin Halidin mengatakan lomba tersebut digelar dalam rangka hari ulang tahun Bawaslu pada 9 April 2020.

    “Lomba ini dimaksudkan untuk mendapatkan gagasan dan masukan dari kalangan masyarakat Kota Jayapura secara umum untuk mengembangkan demokrasi di Papua, dan khususnya di Kota Jayapura," kata Hardin Halidin.

    Gagasan itu nantinya, akan menjadi pilihan untuk semua stakeholder dalam mengembangkan demokrasi di Kota

    Jayapura. Selain itu, lomba ini juga dimaksudkan untuk memperbanyak literasi demokrasi yang kontekstual.

    "Tidak banyak catatan pelaksanaan dan atau gagasan pembangunan demokrasi yang didasarkan atas pengalaman kontekstual di Kota Jayapura. Selama ini publik Kota Jayapura hanya disuguhi literasi di bidang politik dan demokrasi yang bersifat nasional," katanya.

    Melalui lomba menulis opini, lanjutnya, bisa menumbuhkan penulis-penulis handal di Kota Jayapura yang juga menjadi tujuan lain dari pelaksanaan lomba menulis ini.

    "Sekaligus menjadi ruang untuk menyalurkan ide, pendapat dan inisiatif masyarakat, mahasiswa dan juga pelajar dalam mengembangkan demokrasi di Kota Jayapura," katanya.

    Untuk mendapatkan pemikiran yang terbaik dari lomba ini, Bawaslu Kota Jayapura menggandeng kalangan akademisi, pegiat literasi serta dari internal Bawaslu Kota Jayapura sebagai dewan juri.

    “Keempat dewan juri berlatar belakang akademisi, jurnalis, dan pegiat literasi di Kota Jayapura. Serta satu juri lainnya diambil dari internal Bawaslu Kota Jayapura selaku penyelenggara lomba,” katanya.

    ProfilAktivitas Terkini

    Lomba Menulis OpiniLomba Menulis Opini ““

    Ketua Bawaslu Kota Jayapura

    ““

  • 16 17Edisi : 01 / 2020 Edisi : 01 / 2020

    Frans Johan Zakarias Rumsawir, anak ke- 2 dari 3 bersaudara, lahir di Jakarta, pada tanggal 13 Juli 1977 dari Pasangan Ayah Pendeta. Willem Fredrik Rumsarwir dan Ibu Helena Rode Afasedanya, mengawali Pendidikan di Sekolah Dasar YPK Sion Padang Bulan dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama YPPK Santo Paulus Abepura, sebelum menyelesaikan studi S1 Ekonomi pada Universitas Kristen Satya Wacana Kota Salatiga, Frans sapaan akrab dari keluarga dan teman-temannya ini mengeyam Pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Abepura, Kota Jayapura. Disela-sela kesibukannya, Frans meluangkan waktu dengan hobinya membaca dan berolahraga.Suami dari Hani Yohana Losor mengawali kariernya dengan berwirausaha dan menjadi seorang staf di English Course Yayasan YPPWI Kota Jayapura. Setelah itu Ayah dari 1 orang putri dan 3 orang putra ini bekerja sebagai seorang Pendamping Pemberdayaan Kampung Program

    Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Respek Provinsi Papua di Distrik Nabire Kota pada tahun 2008–2011, kemudian dipindahkan menjadi Pendamping Pemberdayaan Kampung di Distrik Sentani Timur, pada tahun 2011 hingga masa kontrak berakhir pada program PNPM Respek. Sebelum dilantik menjadi seorang Ketua merangkap anggota Komisioner pada Lembaga Pengawas Pemilihan Umum Kota Jayapura Ia bekerja sebagai seorang staf officer pada Bank BPR Phidectama Abepura Kota Jayapura pada tahun 2011-2018. Frans yang ditengah tanggung jawabnya sebagai Ketua Bawaslu Kota Jayapura, memiliki tanggung jawab didalam keagamaan sebagai anggota majelis Gereja Jemaat GKI Sion Padang Bulan. Selain tertarik dengan persoalan pemberdayaan masyarakat, ekonomi, politik, hukum dan sosial budaya, Ayah dari Israela Salomilen, Nukuway Willem, Marthen Steven, dan Gamaliel Oscar selama masa pendidikan di UKSW Salatiga telah banyak aktif dalam kegiatan dan kepanitiaan pada Lembaga kemahasiswaan dengan bergabung menjadi seorang kader GMKI Cabang salatiga di tahun 1995, ketua angkatan mahasiswa program PPSDM-KTI UKSW, Kordinator forum diskusi pada Forum Solidaritas Pelajar Mahasiswa Irian Jaya di Salatiga, Kabid II BPH HIMMPAR Salatiga pada Tahun 1998-2000, pengurus BPC GMKI Cabang Salatiga, dan Sekretaris BPC Salatiga di tahun 2001-2002.Sebagai Ketua Bawaslu Kota Jayapura sekaligus Kordinator pada Divisi SDM dan Organisasi, Frans memiliki motivasi bekerja untuk menegakan demokrasi bagi rakyat dengan mengawal pemilu yang bermartabat. Ia juga memiliki keinginan dalam pencapaiannya sebagai Komisioner di Lembaga Pengawas Pemilu agar masyarakat dapat merasakan manfaat demokrasi melalui pemilu yang jujur dan adil, karena menurutnya sebagian masyarakat belum merasakan pentingnya pemilu sebagai hak politik mereka dalam memilih pemimpin, karena dalam proses Pemilu masih terdapat banyak penyelenggara pemillu yang menyulitkan rakyat. (Nelly)

    Beberapa hari ini, Bawaslu Kabupaten Jayapura telah melaksanakan kegiatan pembekalan staf dan juga pembuatan bahan materi terkait dengan Pengawasan Partisipatif Lintas Agama yang nantinya direncanakan akan direalisasikan melalui kegiatan sosialisasi.

    Kegiatan ini merupakan penggenapan realisasi rapat bersama pada tanggal 30 Januari 2020 lalu. Adapun bahan materi dalam kegiatan ini diambil dari buku serial pengawasan yang dicetak oleh Bawaslu RI. Diharapkan, melalui kegiatan ini akan semakin mempermudah Bawaslu Kabupaten Jayapura untuk menyorakkan dan mendorong masyarakat agar turut serta dalam menciptakan pemilu damai dan demokrasi yang bermartabat khususnya

    dipandang dari sisi agama Kristen Protestan, Islam, Katholik dan Hindu.

    Kegiatan ini dipimpin oleh Seprianti E. Pandi selaku Koordiv. PHL dan diikuti oleh seluruh staf Bawaslu Kabupaten Jayapura sebagai pemateri sesuai dengan Tim Kerja yang telah dibentuk. Kegiatan presentasi dimulai pada hari Selasa, 11 Februari 2020 dengan pembahasan dari kelompok Islam dan Kristen, dilanjutkan pada hari Kamis, 13 Februari 2020 oleh kelompok Katholik dan pada hari Jumat, 14 Februari 2020 dilanjutkan dengan pembahasan oleh kelompok Hindu sekaligus menutup kegiatan presentasi Materi Pengawasan Partisipatif Lintas Agama.

    FESSOSPOL USTJ GandengBalai Bahasa Kuliah Umum

    Bawaslu Kabupaten Bawaslu Kabupaten Jayapura Bekali StafJayapura Bekali Staf

    Fakultas Ekonomi Sastra dan Sosial Politik (FESSOSPOL) Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) mengadakan Kuliah Umum dengan tema Meningkatkan Minat Berbahasa Indonesia di kalangan Mahasiswa. Pembicara dalam kuliah umum yang dilaksanakan di aula kampus USTJ, Grets L. T. Walilo dan Greatys Windesi selaku Duta Bahasa Provinsi Papua 2019.

    Grets dan Greatys berharap terjadi peningkatan kualitas literasi di kalangan mahasiswa, literasi bukan sekadar membaca dan menulis melainkan juga sebagai mengolah informasi. Tiga pilar penting yang disampaikan dalam kuliah umum adalah utamakan Bahasa Indonesia, lestarikan Bahasa Asing, dan Kuasai Bahasa Asing. Selain memberikan materi kuliah umum mereka juga mensosialisasikan Pemilihan Duta Bahasa Provinsi Papua 2020. Sinergi antara FESSOSPOL dan Balai Bahasa merupakan wujud dari kerjasama pelaksanaan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).

    Dari MitraDari MitraProfil

    Riwayat Pendidikan: SD YPK Sion Padang Bulan

    SMP YPPK Santo Paulus AbepuraSMA Negeri 1 Abepura

    S1 Ekonomi UKSW Salatiga

    Pengalaman Kerja:Staf YPPWI Papua

    Pendamping PNPM Distrik Nabire, NabirePendamping PNPM Distrik Sentani Timur, Jayapura

    Staf Bank BPR Phidectama Abepura

    17Edisi : 01 / 2020

  • 18 19Edisi : 01 / 2020 Edisi : 01 / 2020

    Kamis, 13 Februari 2020, STIKOM (Sekolah Tinggi Informasi dan Komunikasi) Muhammadiyah Jayapura melaksanakan wisuda Sarjana dan Diploma III Angkatan ke-XV sebanyak 102 orang lulusan yang berlangsung dalam Rapat Senat Terbuka STIKOM Muhammadiyah Jayapura bertempat di Hotel @Hom Abepura Jayapura.

    Wisuda dibuka oleh Ketua STIKOM Muhammadiyah Jayapura, Dr. Ir. Muhammad Nur Jaya, M.Si dihadiri oleh Sekretaris Majelis Dikti Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhammad Sayuti, M.Pd., M.Ed., Ph.D, Kepala Bagian Akademik, Kemahasiswaan dan Sumber Daya LLDIKTI Wil. XIV Papua-Papua Barat Drs. Sudarpo beserta perwakilan Pemerintah Provinsi Papua yang diwakilii Staf Ahli Johana Ani Rumbika, S.E, M.M, perwakilan TNI Polri, perwakilan Perguruan Tinggi lain dan instansi terkait.

    Ketua STIKOM Muhammadiyah Jayapura Dr. Muhammad Nur Jaya, M.Si dalam sambutannya mengatakan bahwa STIKOM senantiasa siap menghadapi perubahan zaman yang ditandai dengan digitalisasi dalam segala aspek kehidupan. Kesiapan dilakukan dengan melalukan berbagai perubahan baik dari kualitas SDM Dosen dengan telah adanya 5 Doktor bidang Komunikasi dan 1 orang Doktor di bidang Antropologi. Peningkatan kualitas Dosen juga ditingkatkan melalui peningkatan kompetensi dan profesionalisme melalui kepangkatan fungsional dan sertifikasi Dosen, Karya ilmiah Dosen baik tingkat nasional maupun internasional. Peningkatan prasarana dan sarana perkuliahan untuk menunjang proses pembelajaran mahasiswa melalui berbagai praktek secara langsung sesuai dengan konsentrasi jurusan baik Public Relations, Jurnalistik maupun Broadcasting.

    Dari sisi kurikulum, STIKOM Muhammadiyah senantiasa adaptif yang ditandai dengan dilakukannya peninjauan kurikulum melalui workshop kurikulum, guna menyesuaikan kurikulum pembelajaran bagi mahasiswa sesuai dengan tuntutan saat ini. Dari berbagai perubahan ini diharapkan STIKOM Muhammadiyah Jayapura dapat menghasilkan lulusan sarjana komunikasi

    yang siap menghadapi tantangan Era Revolusi Industri 4.0. Hingga saat ini STIKOM Muhammadiyah Jayapura telah meluluskan lebih dari 1.300 alumni yang tersebar diberbagai lapangan kerja baik instansi pemerintah, organisasi swasta, organisasi politik maupun mandiri.

    Sementara Sekretaris Majelis Dikti PP Muhammadiyah M. Sayuti dalam sambutannya menyatakan bahwa Muhammadiyah sebagai perserikatan akan senantiasa mendukung upaya pemerintah untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur pendidikan yang diperuntukkan bagi semua golongan suku, ras dan agama. Hal ini terbukti dengan hadirnya STIKOM Muhammadiyah Jayapura yang telah meluluskan mahasiswa mayoritas atau 95 % adalah putra-putri asli Papua. Ini sebagai bukti konkret toleransi beragama di Indonesia. Untuk itu, Sayuti berharap adanya dukungan Pemerintah Daerah agar Pembangunan SDM di Papua semakin optimal dalam mencerdaskan generasi muda di Papua.

    Kepala Bagian Akademik, Kemahasiswaan dan Sumber Daya LLDIKTI Wilayah XIV Papua Papua Barat dalam sambutannya sangat mengapreasisi dengan dilaksanakannya wisuda Sarjana dan Diploma 3 STIKOM Muhammadiyah Jayapura dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di Papua dan berharap bahwa para sarjana ini nantinya dapat berkiprah dan memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat. STIKOM Muhammadiyah Jayapura diharapkan senantiasa memberikan perhatian khusus bagi para alumni melalui trecet study untuk mengetahui berapa lama masa tunggu mereka setelah diwisuda.

    Pelaksanaan wisuda ini juga dihadiri oleh Ketua PWM Papua Prof, Dr. H.R. Partino, M.Si, Jajaran BPH STIKOM Muhammadiyah Jayapura, Ketua Aisyiyah Papua Wahyuwidiarti, SE, Ketua Senat dan Wakil Ketua I Dr. Indah Sulistiani, SE, M.I.Kom, Wakil Ketua II Abdul Kadir, M.Si, Kepala LPPM Dr. Syarifuddin, M.I. beserta anggota Senat dan dosen dilingkungan STIKOM Muhammadiyah Jayapura.

    Apa yang melatari dibentuknya Koalisi Kampus?Demokrasi merupakan pintu untuk terciptanya penyelengaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Jadi siapapun bisa terlibat dalam pengawasan Pemilu. Saya sebagai masyarakat sekaligus akademisi di bidang Hukum Tata Negara, bersama-sama dengan anggota Koalisi Kampus lainnya terpanggil untuk menciptakan demokrasi yang bersih di Kota Jayapura. Oleh karena itu saya bergabung dengan Koalisi Kampus. Karena ini juga bagian dari implementasi Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

    Apa yang membuat bapak tertarik pada isu Pemilu?Salah satu anggota komisioner Bawaslu Kota Jayapura Hardin Halidin sebelum menjadi anggota Bawaslu Kota Jayapura beliau merupakan mitra kerja saya. Di mana ketika itu saya bersama beliau melaksanakan program Sosialisasi bagi pemilih pemula pada tingkat Sekolah

    Menengah Atas di Kota Jayapura. Ketika itu menjelang pelaksanaan Pemilu 2014. Selain karena hal tersebut, kebetulan saya juga memiliki pengalaman pada isu kepemiluan. Saya pernah menjadi anggota Pengawas Pemilu Provinsi Papua pada tahun 2003-2004. Waktu itu lembaga pengawas Pemilu masih bersifat ad hoc. Beda dengan sekarang yang sudah permanen. Dari beberapa pengalaman tersebut, saya menjadi yakin untuk berpartisipasi, dan berniat mengantar Bawaslu Kota Jayapura menjadi lembaga percontohan untuk pengawasan Pemilu di Provinsi Papua. Tapi terlepas dari beberapa hal di atas, tesis dan desertasi saya juga menyangkut kepemiluan. Disertasi saya tentang pelaksanaan pemilihan dengan Sistem Noken di Papua.

    Sehingga dengan dibentuknya Koalisi Kampus ini, kami berpikir, sebagai akademisi, kami dapat berbagi ilmu langsung dengan lembaga penyelenggara Pemilu.

    Ada yang menarik menjelang pelaksanaan Pemilu 2019 lalu. Sejumlah akademisi yang berasal dari enam perguruan tinggi di Kota Jayapura bersepakat membentuk sebuah lembaga. Mereka menyebut kelompoknya dengan nama Koalisi Kampus untuk Pemilu Berkualitas. Selanjutnya akan disebut Koalisi Kampus.

    Keenam perguruan tinggi tersebut adalah Universitas Cenderawasih, Universitas Sains dan Tekhnologi Jayapura (USTJ) dan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Umel Mandiri. Selain itu juga ada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Muhamadiyah, Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Silas Papare dan Institut Agama Islam Negeri Fatahul Muluk.

    DR. Marudut Hasugian, adalah Ketua Koalisi Kampus. Setiap harinya beliau mengajar pada Program Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Cenderawasih Jayapura. Pengalaman beliau ketika menjadi Anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Provinsi Papua pada 2003 hingga 2004 lalu dipastikan akan banyak memberikan kontribusi dalam kerja-kerja Koalisi Kampus nantinya.

    Pada salah satu kunjungannya ke kantor Bawaslu Kota Jayapura, Redaksi Sway berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan beliau seputar keberadaan Koalisi Kampus dan pandangannya terkait pelaksanaan Pemilu 2019 lalu.

    Sudut PandangDari MitraDari Mitra

    Wisuda Mahasiswa Wisuda Mahasiswa STIKOM MuhammadiyahSTIKOM Muhammadiyah

    Dr. Marudut HasugianDr. Marudut Hasugian

    Kami Akademisi, Kami Akademisi, Kami Pengawas PemiluKami Pengawas Pemilu

  • 20 21Edisi : 01 / 2020 Edisi : 01 / 2020

    Ke depan, Koalisi Kampus mau bikin apa?Saya pikir, ke depan Koalisi Kampus ini harus mampu merumuskan sekaligus mengimplementasikan program-program pembangunan demokrasi dan pendidikan politik di tingkat masyarakat. Khususnya di Kota Jayapura dan di Provinsi Papua secara umum. Koalisi Kampus akan berkolaborasi dengan penyelenggara Pemilu, dalam hal ini Bawaslu Kota Jayapura dan Bawaslu Provinsi Papua. Salah satunya adalah memperkuat program pengawasan partisipatif di akar rumput.

    Rencana ini sekaligus juga mematahkan opini yang berkembang selama ini. Bahwa jika tidak ada Pemilu, maka tidak ada juga kegiatan penyelenggara Pemilu seperti Bawaslu ini. Opini ini memang banyak berkembang, tidak saja di Kota Jayapura, melainkan secara umum di provinsi Papua, bahkan di tingkat nasional.

    Jadi ke depan, saya pastikan, akan ada banyak kegiatan yang akan dilakukan Koalisi Kampus bersama dengan Bawaslu Kota Jayapura.

    Terkait pelaksanaan Pemilu 2019 lalu, apa tanggapan anda?Pemilu 2019 lalu adalah pemilihan umum yang untuk pertama kalinya menggabungkan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, dengan pemilihan anggota legislatif, baik di tingkat nasional dan juga legislatif provinsi dan kabupaten/kota. Bisa dikatakan, bahwa ini model Pemilu ‘uji coba’. Karena itu, tidak heran jika dalam pelaksanaannya banyak kendala yang dihadapi penyelenggara Pemilu, baik KPU maupun Bawaslu.

    Saya pikir, pengalaman pelaksanaan Pemilu 2019 lalu akan kembali dievaluasi lagi oleh pemerintah dan wakil-wakil rakyat di senayan. Bisa saja pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tidak lagi digabungkan dengan pemilihan anggota legislatif di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Semuanya alternatif masih sangat terbuka.

    Untuk di Kota Jayapura, bagaimana?Untuk Pemilu di Kota Jayapura sendiri bisa dibilang cukup berhasil. Walaupun memang seperti yang kita ketahui, ada keterlambatan distribusi logistik pada dua distrik, sehingga menunda pelaksanaan Pemilu. Pada prakteknya memang, saya menduga ada banyak praktek politik uang yang terjadi pada saat Pemilu lalu. Ada juga dugaan adanya mobilisasi massa untuk memilih calon tertentu. Hal ini tidak saja pada distrik yang tidak mengalami keterlambatan pelaksanaan Pemilu, tapi juga pada distrik yang tidak terlambat. Apa pandangan anda terhadap kinerja penyelenggara Pemilu di Kota Jayapura?Penyelenggara Pemilu di Kota Jayapura, baik KPU maupun Bawaslu, adalah dua instansi yang saling berkaitan.

    Keduanya merupakan lembaga yang bertanggungjawab untuk suksesnya pesta demokrasi di Kota Jayapura. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, bahwa keterlambatan pemilihan pada dua distrik di Kota Jayapura menjadi catatan buruk pelaksanaan demokrasi kita.

    Jika penyebabnya dikatakan adalah pergantian komisioner KPU Kota Jayapura yang sangat mepet dengan pelaksanaan Pemilu 2019, hal ini sebenarnya tidak bisa dijadikan alasan. Karena secara kelembagaan, ada KPU Papua yang sudah mengambil alih tugas-tugas komisioner KPU Kota Jayapura yang belum dilantik. Juga ada staf yang bisa mengerjakan kerja-kerja tekhnis.

    Apalagi Kota Jayapura ini adalah baromoter demokrasi dan politik di Papua. Belum lagi secara geografis, tidak ada kendala yang sekiranya mempersulit distribusi logistik di seluruh wilayah administrasi Kota Jayapura. Saya harap kejadian serupa tidak lagi terulang di kemudian hari.

    Apa catatan anda terhadap Bawaslu Kota Jayapura?Saya pikir Bawaslu Kota Jayapura cukup konsisten dan sangat aktif dalam melakukan pengawasan dan sosialisasi terkait pencegahan pelanggaran pada Pemilu 2019. Yang saya tahu, Bawaslu Kota Jayapura merupakan lembaga penyelenggara Pemilu yang memberikan warna tersendiri terhadap pengawasan Pemilu 2019 di Kota Jayapura ini.

    Salah satunya adalah, Bawaslu Kota Jayapura sadar bahwa pengawalan Pemilu 2019 tidak akan mampu dikerjakan sendirian. Karena itu, Bawaslu Kota Jayapura juga sejak awal telah menggandeng masyarakat untuk turut serta berperan dalam menciptakan mimpi demokrasi yang bersih. Salah satu kelompok masyarakat yang digandeng Bawaslu Kota Jayapura adalah kelompok akademisi ini, yang pada akhirnya menjadi Koalisi Kampus. Karena itu, selaku akademisi, saya juga merasa terpanggil untuk turut serta dalam gerbong perbaikan demokrasi di Kota Jayapura ini.

    Petanyaan terakhir. Apa harapan anda terhadap Bawaslu Kota Jayapura?Saya harap Bawaslu Kota Jayapura tetap konsisten untuk melaksanakan kerja-kerja pembangunan demokrasi di Kota Jayapura. Gagasan-gagasan cerdas yang telah dirumuskan bersama seperti program pendidikan politik dan literasi demokrasi harus benar-benar diimplementasikan dengan baik di lapangan. Jangan hanya gagasannya yang bagus, tapi tidak ada implementasi.

    Saya pikir ke depan, Bawaslu Kota Jayapura dan Koalisi Kampus akan menjadi mitra strategis untuk menggerakan gerbong pembangunan demokrasi di Kota Jayapura. [NYS]

    RefleksiSudut Pandang

    21Edisi : 01 / 2020

  • 22 23Edisi : 01 / 2020 Edisi : 01 / 2020

    Galeri FotoGaleri Foto

    Diskusi antara Bawaslu Kota Jayapura dan Koalisi Kampus dengan Staf Deputi V Kantor Staf Presiden. Kamis, 13 Februari 2020

    Pelaksanaan Kuliah Umum sekaligus penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Bawaslu Kota Jayapura dengan Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Cenderawasih. Rabu, 11 Maret 2020.

    Memfasilitasi audiensi antara Koalisi Kampus dengan Ketua dan anggota Komisi A dan Komisi C DPRD Kota Jayapura. Kamis, 13 Februari 2020

    Penyerahan SK Koordinator Sekretariat dan BPP Bawaslu Kota Jayapura oleh Kepala Sekretariat Bawaslu Provinsi Papua. Rabu, 4 Maret 2020

  • 24 Edisi : 01 / 2020