daftar isi halaman judul hal persyaratan … · bab ii. tinjauan umum tentang hubungan kerja,...
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HAL PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ............................ ii
HAL PENGESAHAN OLEH PEMBIMBING .......................................... iii
HAL PENGESAH OLEH PENGUJI ......................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... viii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 6
1.3 Ruang Lingkup Masalah ........................................................... 7
1.4 Orisinalitas Penelitian ............................................................... 7
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
a.Tujuan umum ...................................................................... 9
b. Tujuan Khusus ................................................................... 9
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................... 9
1.6.1 Manfaat Teoritis ............................................................... 9
1.6.2 Manfaat Praktis ................................................................ 9
1.7 Landasan Teoritis ...................................................................... 10
1.8 Metode Penelitian...................................................................... 16
1.8.1 Jenis Penelitian ................................................................. 16
1.8.2 Jenis Pendekatan .............................................................. 16
1.8.3 Bahan Hukum/Data .......................................................... 17
1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum/Data....................... 17
1.8.5 Teknik Analisis ............................................................... 18
BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG HUBUNGAN
KERJA, OUTSOURCING DAN UPAH .................................. 19
2.1 Perjanjian Kerja .............................................................................. 19
2.2 Hubungan Kerja ............................................................................. 21
2.2.1 Pengertian Hubungan Kerja .................................................. 21
2.2.2 Dasar Hukum Hubungan Kerja ............................................ 25
2.2.3 Jenis Hubungan Kerja ........................................................... 26
2.3 Dasar Hukum Outsourcing ............................................................ 29
2.4 Pengertian Upah ............................................................................ 30
2.4.1 Jenis-Jenis Upah ................................................................... 32
2.4.2 Penetapan Upah Minimum ................................................... 33
2.5 Dasar-Dasar Hubungan Antara Pekerja Outsourcing
Dengan Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali Di
Denpasar ........................................................................................ 36
BAB III. SISTEM PENGUPAHAN PEKERJA
OUTSOURCING PADA KOPERASI
KARYAWAN COCA-COLA DI DENPASAR ...................... 38
3.1 Hak & Kewajiban Para Pihak Dalam Hubungan
Kerja Outsourcing ........................................................................ 38
3.2 Syarat-Syarat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan ...................... 39
3.3 Dasar-dasar Pengupahan Pekerja Outsourcing Pada
Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali Di
Denpasar ..................................................................................... 40
3.4 Sistem Pengupahan Pekerja Outsourcing Pada
Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali Di
Denpasar ..................................................................................... 41
3.5 Jumlah Upah Yang Di Terma Dan Tingkat
Kebutuhan Hidup Pekerja Outsourcing Di Koperasi
Karyawan Coca-Cola Unit Bali Di Denpasar .............................. 46
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PELAKSANAAN PENGUPAHAN PADA
KOPERASI KARYAWAN COCA-COLA
DI DENPASAR ................................................................... 48
4.1 Keadilan Dan Kelayakan Dalam Pengupahan .......................... 48
4.2Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem
Pengupahan Pada Koperasi Karyawan Coca-Cola
Unit Bali Di Denpasar ................................................................ 50
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 53
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 53
5.2 Saran .............................................................................................. 53
DAFTAR BACAAN
DAFTAR RESPONDEN
DAFTAR INFORMAN
RINGKASAN SKRIPSI
ABSTRAK
Dalam implementasi sistem pengupahan pekerja outsourcing di Indonesia
masih banyak kemungkinan timbulnya permasalahan seperti Pemutusan
Hubungan kerja (PHK) tanpa uang pesangon, upah dibawah Upah Minimum
Regional (UMR), tidak mendapat Tunjangan, serta Pemotongan upah dikarenakan
sakit atau izin dan sebagainya. Yang akan menjadi topik dalam penulisan ini
adalah didalam pelaksanaan sistem pengupahan pekerja outsourcing pada
Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali Di Denpasar terindikasi melanggar
sistem pengupahan sehingga terjadi kesenjangan Dassolen dan Dassein. Maka
dari itu didalam penelitian ini akan dibahas mengenai sistem pemberian upah bagi
pekerja outsourcing pada Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali Di Denpasar
dan faktor-faktor pembayaran upah yang layak bagi pekerja outsourcing pada
Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali Di Denpasar. Yang didalam penelitian
ini menggunakan metode penelitian yuridis empiris. Sistem pengupahan yang
diterapkan Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali adalah sistem upah jangka
waktu bulanan, yang setiap awal bulannya dibayarkan melalui rekening bank para
pekerja outsourcing sedangkan dalam pemberian upah yang layak kepada para
pekerja outsourcing menngikuti ketetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota
(UMK).
Kata Kunci : Pengupahan, pekerja, outsourcing.
ABSTRACT
In the implementation of outsourcing workers wages system it is possible
that some problems arise i.e. laid off without severance pay, wages below the
Regional Minimum Wage (UMR), benefits are not granted, wage cuts due to
illness, etc. The topic of this journal is in the outsourcing workers wages system
Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali in Denpasar was indicated violating the
wages system that makes Dassolen and Dassein discrepancy. Therefore in the
research will discussed the remuneration system for outsourcing workers at
Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali in Denpasar. The research used
empirical juridical research method. The wages system that adopted by Koperasi
Karyawan Coca-Cola Unit Bali is period-based wages system, that paid monthly
through a bank or through bank account of outsourcing workers, whereas in the
factor in the provision of decent wages to outsourcing workers at Koperasi
Karyawan Coca-Cola Unit Bali due to outsourcing the cost of living and
productivity factors.
Keywords : Wages, workers, outsourcing
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kedudukan tenaga kerja saat ini sangat penting artinya bagi pembangunan
bangsa Indonesia, sebab pelaksanaan pembangunan di Indonesia dititik beratkan
pada pembangunan dalam bidang ekonomi sehingga dituntut adanya penguasaan
ilmu pengetahuan, teknologi dan hukum yang mempunyai peran penting terhadap
kemajuan perekonomian di Indonesia. Karena penguasaan pengetahuan dan
keterampilan merupakan syarat terpenting dalam penerapan menghadapi
persaingan global.
Pekerjaan memiliki makna yang penting dalam kehidupan manusia, karena
pekerjaan tersebut menjadi sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, baik bagi dirinya serta keluarganya. Oleh karena itu hak-hak atas
pekerjaan merupakan hak asasi yang melekat pada diri seseorang yang wajib
dihormati dan tidak dapat diabaikan hak-haknya oleh pemberi kerja, hal ini pada
dasarnya sudah ada dan diberikan oleh para pendiri bangsa/pendahulu Indonesia
pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (selanjutnya
disingkat UUD 1945) pasal 27 ayat (2) yang menyatakan “Setiap warga Negara
Indonesia berhak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Pada era globalisasi ini, dimana perkembangan ekonomi global dan kemajuan
teknologi yang begitu cepat telah membawa banyak perubahan di berbagai sektor,
sehingga menimbulkan persaingan dunia usaha yang begitu ketat. Kondisi ini
menuntut perusahaan untuk berusaha melakukan efisiensi biaya produksi dan
meningkatkan kinerja usahanya yang efektif dan efisien juga. Salah satu upaya
yang dilakukan adalah dengan mempekerjakan tenaga kerja seminimal mungkin
untuk dapat memberi kontribusi maksimal sesuai sasaran perusahaan. Dalam hal
ini banyak perusahaan di Indonesia menerapkan sistem outsourcing.
Outsourcing diartikan sebagai pendelegasian atau pemindahan beberapa
proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia jasa
tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi serta
kriteria yang telah disepakati oleh para pihak.1
Outsourcing atau alih daya merupakan suatu proses pemindahan tanggung
jawab tenaga kerja dari perusahaan induk ke perusahaan lain diluar perusahaan
induk. Perusahaan diluar perusahaan induk berupa vendor atau perusahaan
penyedia tenaga kerja outsourcing.
Outsourcing dalam hukum ketenagakerjaan di Indonesia diartikan sebagai
pemborong pekerjaan dan penyedia jasa pekerja/buruh. Pengaturan tenaga kerja
outsourcing di Indonesia diatur dalam: Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan Pasal 64, Pasal 65, Pasal 66 dan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012
1 Chandra Soewondo, 2003, Outsourcing Implementasinya Di Indonesia, PT. Elek Media
Kompetindo, Jakarta, h.2.
tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagai Pelaksanaan Pekerjaan Kepada
Perusahaan Lain.
Pengertian outsourcing tidak diatur secara khusus dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, namun pengertian outsourcing
ditemukan dalam Pasal 64 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan yang berbunyi “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerja/buruh yang dibuat secara
tertulis”. Ketentuan tersebut kemudian dijadikan dasar hukum diberlakukannya
outsourcing di Indonesia.
Berdasarkan Pasal 1601 b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata), outsourcing disamakan dengan perjanjian pemborongan, oleh
karena itu perjanjian outsourcing harus dilakukan secara tertulis yang memuat
butir-butir kesepakatan antara pemberi pekerjaan dengan penerima pekerjaan
secara menyeluruh atas pekerjaan yang menjadi objek kerjasama.
Pemberian upah dalam perusahaan outsourcing yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan wajib dilakukan oleh
pengusaha sejak ditandatanganinya perjanjian kerja sampai dengan berakhirnya
perjanjian kerja secara sah. Untuk sistem pengupahan outsourcing diberikan
melalui perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh outsourcing bukan melalui
perusahaan pemberi pekerjaan. Di dalam Pasal 1 angka 30 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dapat dilihat mengenai
pengertian upah:
upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan
bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang
telah atau akan dilakukan.
Upah memiliki peranan yang sangat penting dan utama bagi para
pekerja/buruh. Karena upah dapat mensejahterakan hidup para pekerja/buruh.
Apabila upah tidak diberikan oleh atasan, maka para pekerja/buruh tidak dapat
memenuhi dan mensejahterakan kehidupannya dengan baik. Para pekerja/buruh
bekerja semata-mata hanya untuk mendapatkan upah yang akan dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya dengan lebih baik.
Baik pekerja outsourcing maupun pekerja tetap mempunyai hak dan
kewajiban yang sama, terutama dalam hal pemberian upah yang dilakukan oleh
pihak pengusaha atau harus sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.
Berdasarkan Pasal 88 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan yang menentukan tentang setiap pekerja/buruh berhak
memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak. Adapun bunyi
dari ketentuan Pasal 88 yaitu:
(1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi
pekerja/buruh.
(3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) meliputi:
a. Upah minimum;
b. Upah kerja lembur;
c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar
pekerjaannya;
e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
f. Bentuk dan cara pembayaran upah;
g. Denda dan potongan ;upah;
h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
j. Upah untuk pembayaran pesangon; dan
k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
(4) Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan
memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur Bali Nomor 69 Tahun 2014
Tentang Pentapan Upah Minimum Kabupaten/Kota dengan memperhatikan
rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota. Tetapi
komponen pelaksanaan tahap pencapaian kebutuhan hidup layak diatur dengan
Keputusan Menteri (Pasal 89 (4) UUK).
Pada pelaksanaannya, masih banyak menimbulkan permasalahan-
permasalahan yang cukup beragam terutama terkait masalah ketenagakerjaan dan
khususnya mengenai outsourcing. Pengaturan yang ada belum terlalu memadai
untuk mengatur tentang outsourcing tersebut. Selain itu, kondisi perburuhan di
Indonesia sangat rentan dengan ketidakpastian kapan saja dapat terancam
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). PHK akan terus terjadi seiring dengan
kondisi politik yang menjadikan iklim bisnis di Indonesia tidak terjamin terutama
bagi investor asing.
Selain itu, dalam pelaksanaan sistem pengupahan pekerja outsourcing juga
memungkinkan munculnya permasalahan-permasalahan seperti PHK tanpa
pesangon, upah dibawah Upah Minimu Regional (UMR), Tidak diberikan
tunjangan, Pemotongan upah karena sakit, izin dan karena keperluan keluarga
ataupun upacara keagamaan, dan sebagainya. Besarnya upah yang diberikan oleh
pengusaha tidak sesuai dengan tenaga dan pikiran yang telah dikeluarkan oleh
para pekerja/buruh dan upah minimum yang dinilai lebih rendah dari negara-
negara lainnya. Hal tersebut menyebabkan para pekerja/buruh melakukan demo
besar-besaran untuk menutut kesejahteraan mereka sebagai pekerja/buruh.
Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali di Denpasar yang merupakan
vendor (penyedia jasa pekerja outsourcing) dari PT. Coca-Cola Distribution
Indonesia Balinusa (pengguna jasa pekerja outsourcing), sebagai tempat untuk
studi kasus atau melakukan penelitian apakah terindikasi melanggar sistem
pengupahan, sehingga terjadi kesenjangan Dassollen dan Dassein.
Dengan demikian, berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis tertarik
untuk mengangkat permasalahan ini dengan judul :
“Pelaksanaan Sistem Pengupahan Pekerja Outsourcing Pada Koperasi
Karyawan (KOPKAR) Coca-Cola Unit Bali Di Denpasar”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas. Maka dapat ditarik suatu rumusan
masalah, yaitu :
1. Bagaimana sistem pemberian upah bagi pekerja outsourcing pada
Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali di Denpasar?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pembayaran upah yang layak bagi
pekerja outsourcing pada Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali di
Denpasar?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Untuk memperoleh pembahasan yang tidak menyimpang dari pokok
permasalahan dan berkualitas sebagai suatu karangan ilmiah, maka perlu untuk
membatasi lingkup masalahnya, yakni meliputi sistem pemberian upah bagi
tenaga kerja outsourcing pada Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali di
Denpasar dan permasalahan mngenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pembayaran upah yang layak bagi pekerja outsourcing.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Dalam rangka menumbuhkan anti plagiat didalam dunia pendidikan di
Indonesia, maka penulis menunjukan orisinalitas dari penelitian yang tengah
dibuat dengan menampilkan berbagai jenis judul penelitian atau desertasi
terdahulu sebagai pembanding. Adapun di dalam penelitian kali ini, peneliti
menampilkan 2 skripsi terdahulu yang pembahasannya berkaitan dengan sistem
pengupahan pekerja outsourcing.
Tabel 1.1 Daftar Penelitian Sejenis
No Judul Skripsi Penulis Rumusan Masalah
1 Implementasi Sistem
Pengupahan Pekerja
Outsourcing Pada PT. Karya
Dewata Abadi Di Denpasar
Dewi Yuliana
(Program Studi
Ilmu Hukum,
Program
Sarjana,
Universitas
Udayana)
Tahun 2014
1.Bagaimana sistem
pengupahan pekerja
outsourcing pada PT. Karya
Dewata Abadi?
2.Apa yang dijadikan dasar
untuk pembayaran upah yang
layak bagi pekerja
outsourcing pada PT. Karya
Dewata Abadi?
2 Aspek Hukum Terhadap
Perusahaan Outsourcing
Dalam Pemberian Upah
Dikaitkan Dengan Undang-
Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang
Ketenagakerjaan
Amelia
Silvanny
(Program Studi
Ilmu Hukum,
Program
Sarjana
Universitas
Sumatera Utara)
Tahun 2009
1.Bagaimana pengaturan
outsourcing dalam UU
No.13 Tahun 2003?
2.Bagaimana sistem
pemberian upah dari
perusahaan outsourcing
kepada para pekerja?
3.Bagaimana bentuk
perjanjian antara perusahaan
outsourcing dengan tenaga
kerja?
4.Bagaimana penyelesaian
kasus jika terjadi sengketa
antara perusahaan outsouring
dengan tenaga kerja?
Tabel 1.2 Daftar Penelitian Penulis
No
1
Judul Skripsi
Pelaksanaan Sistem
Pengupahan Pekerja
Outsourcing Pada Koperasi
Karyawan Coca-Cola Unit
Bali Di Denpasar
Penulis
I Putu Widhi
Semarajaya
(Program Studi
Ilmu Hukum,
Program
Sarjana
Universitas
Udayana)
Tahun 2016
Rumusan Masalah
1.Bagaimanakah sistem
pemberian upah bagi
pekerja outsourcing pada
Koperasi Karyawan Coca-
Cola Unit Bali di Denpasar?
2.Faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi
pembayaran upah yang
layak bagi pekerja
outsourcing pada Koperasi
Karyawan Coca-Cola Unit
Bali di Denpasar?
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui sistem pemberian upah bagi pekerja outsourcing pada
Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali di Denpasar.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang dijadikan dasar dalam
pemberian upah yang layak bagi pekerja outsourcing pada Koperasi
Karyawan Coca-Cola Unit Bali di Denpasar.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk lebih memahami sistem pemberian upah bagi pekerja outsourcing
pada Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali di Denpasar.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang dijadikan dasar dalam
pemberian upah yang layak bagi pekerja outsourcing pada Koperasi
Karyawan Coca-Cola Unit Bali di Denpasar.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan
sumbangan informasi bagi pengembangan ilmu hukum khususnya yang
berhubungan dengan bidang hukum ketenagakerjaan dalam hal pengupahan.
1.6.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharpkan dapat memberikan sumbangan
wacana serta motivasi kepada pemerintah maupun lembaga yang terkait
khususnya pada lembaga outsourcing yaitu Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit
Bali di Denpasar agar dapat melakukan perbaikan mengenai pelaksanaan sistem
pengupahan pekrja outsourcing serta dapat menerapkan sistem pengupahan yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
1.7 Landasan Teoritis
Dalam membahas permasalahan di atas secara mendalam maka akan
diuraikan beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah hukum dan asas-asas
yang berhubungan dengan penelitian ini :
Teori Negara Hukum
Konsep Negara Hukum yang digunakan adalah konsep Negara Hukum yang
disampaikan oleh F.J. Stahl yang unsur ketiganya adalah pemerintahan yang
berdasarkan aturan-aturan hukum. F.J. Stahl mengembangkan ide Immanuel Kant
dengan mematangkan prinsip-prinsip liberalisme yang dikemukakan oleh
Rousseau, sehingga lahirlah Negara Hukum Formal. Empat unsur Rechtstaat dari
Immanuel Kant (1742-1804) dan F.J. Stahl:
1. Adanya jaminan perlindungan terhadap hak asasi manusia;
2. Adanya pembagian kekuasaan berdasarkan trias politika Montesquieu;
3. Tindakan pemerintah berdasarkan undang-undang;
4. Adanya peradilan administrasi Negara.2
5.
Teori Perjanjian
Pengertian perjanjian diatur dalam KUHPerdata Pasal 1313 yang menyatakan
“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Dengan adanya
pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kedudukan antara pihak
yang mengadakan perjanjian adalah sama dan seimbang. Apabila dilihat dari
kedudukan perjanjian kerja, maka para pihak yang mengadakan perjanjian tidak
dalam kedudukan yang sama dan seimbang karena pihak yang satu yaitu pekerja
mengikatkan diri dan bekerja dibawah perintah orang lain atau pengusaha.3
Dalam perjanjian kerja, asas kebebasan berkontrak masih dipakai sebagai
asas yang utama selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, karena perjanjian kerja dapat menciptakan kaidah-kaidah hukum yang
2 Munir Fuandy, 2009, Teori Negara Modern (rehstaat), PT. Refika Aditama, Bandung, h.10.
3 Djumadi, 2008, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
h.13.
mengatur hubungan kerja antara majikan dan buruh dimana mereka telah
membuatnya.4
Teori Hubungan Hukum
Hubungan hukum adalah hubungan yang terjadi antara subyek hukum dengan
subyek hukum lainnya atau antara subyek hukum dengan obyek hukum yang
terjadi dalam masyarakat dimana hubungan tersebut diatur oleh hukum dan
karenanya terdapat hak dan kewajiban diantara pihak-pihak dalam hubungan
hukum.5
Hubungan hukum merupakan hubungan yang diatur dan diakui oleh hukum
sehingga apabila terjadi pertentangan di dalam hubungan hukum maka terdapat
akibat-akibat hukum dan prosedur penyelesaian sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.
Jadi, setiap hubungan hukum mempunyai dua segi yaitu: segi bevoegheid
atau kekuasaan/kewenangan yang disebut hak dan segi Plicht yang disebut
kewajiban. Kewenangan yang diberikan oleh hukum kepada subyek hukum
(orang atau badan hukum) dinamakan hak. Dengan demikian hukum sebagai
himpunan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan sosial memberikan suatu
hak kepada subyek hukum untuk berbuat sesuatu atau menuntut sesuatu yang
diwajibkan oleh hak itu, dan terlaksananya kewenangan/hak dan kewajiban
tersebut dijamin oleh hukum.6
4 Abdul Kadir Muhammad, 1982, Hukum Perikatan, Alumni Bandung, Jakarta, h.84.
5 Anonim, 2012, “Status Hukum Art In The Science of Law”
http://statushukum.com/hubungan-hukum.html. diakses pada tanggal 23 Oktober 2015.
6 R. Soeroso, 2002, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.270.
Teori Outsourcing
Istilah Outsourcing sebenarnya bersumber dari ketentuan yang terdapat
dalam Pasal 64 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
yang menyatakan bahwa “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanan
pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan
atau penyedia jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis”.
Pengaturan mengenai outsoucing di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 64, Pasal 65, dan Pasal 66
dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagai Pelaksanaan Pekerjaan
Kepada Perusahaan lain.
Teori Sistem Pengupahan
Sistem pengupahan ini bermaksud bagaimana cara perusahaan biasanya
memberikan upah kepada para pekerja/buruh. Di Indonesia dikenal cara
pemberian upah dalam penyelenggaraan hubungan kerja yakni:
a. Sistem upah menurut jangka waktu tertentu
Sistem upah menurut jangkat waktu tertentu adalah suatu sistem
pemberian upah yang dibayarkan menurut jangka waktu yang telah
diperjanjikan sebelumnya antara pekerja/buruh dengan majikan, misalnya
harian, mingguan, bulanan.7
b. Sistem upah borongan
7 Lalu Husni et. al., 2012, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h.91. (Selanjutnya disingkat Lalu Husni I)
Sistem upah borongan adalah suatu sistem pemberian upah yang
didasarkan atas perhitungan imbalan untuk suatu pekerjaan tertentu secara
menyeluruh.8
c. Sistem upah pemufakatan
Sistem upah pemufakatan adalah suatu sistem pemberian upah yang
pembayarannya diberikan sekelompok pekerja/buruh, yang selanjutnya
akan dibagikan diantara mereka sendiri.9 Artinya, upah tersebut tidak
dibayarkan kepada masing-masing pekerja/buruh yang bersangkutan
secara perorangan.
d. Sistem upah skala berubah
Sistem upah skala berubah adalah jumlah upah yang diberikan berkaitan
dengan harga penjualan hasil produksi di pasaran.10 Artinya apabila di
pasaran harga naik, maka jumlah upah pun akan naik dan sebaliknya.
e. Sistem upah indeks
Sistem upah indeks adalah sistem pemberian upah yang didasarkan pada
besarnya biaya hidup.11 Artinya semakin naik biaya hidup, semakin naik
pula besarnya upah yang diberikan.
Landasan sistem penguapahan di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 27 ayat (2) yang menyatakan
“Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
8 Ibid.
9 Ibid. h.92
10Ibid.
11 Ibid. h.93.
layak bagi kemanusiaan”. Sistem pengupahan pada prinsipnya haruslah
mampu menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya
serta mencerminkan pemberian imbalan terhadap hasil kerja seseorang.
Dimana setiap orang berhak diperlakukan sama dihadapan hukum.
f. Sistem upah partisipasi
Sistem upah partisipasi adalah suatu sistem pemberian upah khusus berupa
sebagian keuntungan perusahaan pada akhir tahun buku. Upah ini bisa
dikatakan bonus/hadiah.12
g. Sistem upah potongan
Sistem upah potongan adalah besar upah didasarkan pada jumlah barang
yang dihasilkan. Artinya pekerja/buruh menerima upah sebesar apa yang
dihasilkan.13
Teori Kelayakan
Dalam pemberian upah ada dua (2) hal yang patut dipertimbangkan oleh
pengusaha atau pemberi kerja, yakni prinsip keadilan dan prinsip kelayakan.
Pengupahan yang adil dan layak adalah pengupahan yang mampu menghargai
seseorang karena prestasi dan pengabdiannya terhadap perusahaan. Upah yang
adil adalah upah yang diberikan dengan memperhatikan pendidikan, pengalaman
dan keterampilan seseorang, sedangkan upah yang layak adalah upah yang dapat
12 A. Ridwan Halim, 1985, Hukum Peruburuhan Dalam Tanya Jawab, Ghalia Indonesia,
Jakarta, h.85.
13 Ibid.
memberikan jaminan kepastian hidup dalam memenuhi kebutuhan pekerja beserta
keluarganya.14
Kelayakan upah dalam suatu perusahaan pada dasarnya adalah perbandingan
apakah besar upah tersebut layak atau tidak. Untuk melihat kelayakan suatu upah,
maka upah dpat ditinjau dari dua sisi. Sisi pertama adalah perbedaan besar
kecilnya upah pekerja/buruh suatu perusahaan jika dibandingkan dengan upah
pekerja/buruh dengan pekerjaan yang sama di perusahaan lain yang sejenis. Sisi
kedua adalah perbedaan besar kecilnya upah pekerja/buruh suatu pekerjaan
dibandingkan dengan upah pekerja/buruh dengan pekerjaan lain diperusahaan
yang sama.15
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, maka jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris. Sering pula
disebutkan dengan penelitian lapangan yang mengkaji pelaksanaan dan
implementasi ketentuan perundang-undangan di lapangan.16 Penelitian ini
digunakan untuk mengetahui pelaksanaan sistem pengupahan pekerja outsourcing
pada Koperasi Karyawan Coca-Cola Unit Bali di Denpasar.
1.8.2 Jenis Pendekatan
Penelitian Hukum umumnya mengenal 7 (tujuh) jenis pendekatan yakni:
14 Adrian Sutedi, 2009, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, h.42.
15 Emmanuel Kurniawan, 2013, Tahukah Anda? Hak-Hak Karyawan Tetap dan Kontrak,
Dunia Cerdas, Jakarta, h.25.
16 Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.54.
a) Pendekatan Kasus (The Case Approach)
b) Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach)
c) Pendekatan Fakta (The Fact Approach)
d) Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual Approach)
e) Pendekatan Frasa (Words & Phrase Approach)
f) Pendekatan Sejarah (Historical Approach)
g) Pendekatan Perbandingan ( Comparative Approach)
Dalam penelitian ini di gunakan Pendekatan Fakta dan Pendekatan Analisis
Konsep Hukum
1.8.3 Bahan Hukum/Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari :
1. Data Primer atau data dasar yaitu data yang diperoleh langsung dari lokasi
penelitian melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait langsung.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti dari penelitian
kepustakaan/library research yaitu dari berbagai macam sumber bahan
hukum yang dapat diklasifikasikan atas 3 (tiga) jenis, yaitu:
a. Bahan-bahan Hukum Primer berupa peraturan perundang-undangan
seperti Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,
KUHPerdata, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan.
b. Bahan-bahan hukum sekunder berupa bahan-bahan yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku dan
artikel-artikel mengenai hasil penelitian dibidang hukum ketenagakerjaan
yang berkaitan dengan pembahasan tersebut diatas.
c. Bahan-bahan hukum tersier berupa bahan-bahan hukum yang dapat
memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer
maupun hukum sekunder seperti berasal dari kamus dan sebagainya.
1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum/Data
1. Teknik studi dokumen
Merupakan data yang dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan pustaka
seperti dokumen-dokumen hukum maupun peraturan perundang-undangan
yang ada kaitannya dengan pengupahan.
2. Teknik wawancara (interview)
Penelitian lapangan yang dilakukan dengan wawancara, adapun
wawancara merupakan suatu cara untuk memperoleh informasi dengan
bertanya langsung pada yang diwawancarai untuk memperoleh data yang
otentik tentang gambaran pengupahan karyawan outsourcing.
1.8.5 Teknik Analisis
Terhadap data yang sudah terkumpul, baik data lapangan maupun data
kepustakaan selanjutnya data tersebut dianalisis secara kualitatif, yaitu memilih
data yang berhubungan dan akurat guna menjawab permasalahan yang ada.
Sedangkan pengelolaan data ini disajikan secara deskriptif yaitu dengan
menggambarkan secara apa adanya.17
17 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h.192.