css obat psikodepresan

40
CLINICAL SCIENCE SESSION OBAT ANTIPSIKOTIK DAN ANTIDEPRESAN Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) SMF Ilmu Kesehatan Jiwa Disusun oleh: Dony Septriana Rosady 12100111035 Tito Muhammad Taufik 12100111021 Partisipan : Ibnu Abdillah 12100111003 Tri Suci Lestari 12100111029 Erwin Oktaviadi R. 12100111070 Imania 12100111022 Rahmi Fathonah 12100111063 Preseptor: dr.Lelly ,Sp.KJ (K) 1

Upload: taufik-muhammad-t

Post on 24-Jul-2015

149 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Css Obat Psikodepresan

CLINICAL SCIENCE SESSIONOBAT ANTIPSIKOTIK DAN ANTIDEPRESAN

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) SMF Ilmu Kesehatan Jiwa

Disusun oleh:

Dony Septriana Rosady 12100111035Tito Muhammad Taufik 12100111021

Partisipan :

Ibnu Abdillah 12100111003 Tri Suci Lestari 12100111029Erwin Oktaviadi R. 12100111070Imania 12100111022Rahmi Fathonah 12100111063

Preseptor:dr.Lelly ,Sp.KJ (K)

SMF ILMU KESEHATAN JIWAPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT2011

1

Page 2: Css Obat Psikodepresan

B A B I

P E N D A H U L U A N

Psikosis adalah istilah umum untuk setiap kelainan jiwa dengan penyebab

organik dan atau kejiwaan yang ditandai oleh gangguan kepribadian dan

kehilangan kontak dengan kenyataan. Pada keadaan psikosis ini sering pula

timbul waham, halusinasi ataupun ilusi. Diantara kelainan psikosis adalah,

skizofrenia, episode manik, gangguan psikotik idiopatik akut, dan gangguan-

gangguan lain yang disertai dengan agitasi. Antipsikotik adalah antagonis

dopamin dan menyekat reseptor dopamin dalam berbagai jaras di otak. Obat

antipsikotik baik tipikal maupun atipikal tentunya memiliki efek samping yang

perlu diketahui agar pengobatan klinis bisa efisien dan sesuai dengan proporsi dan

tentunya agar mencapai target terapi.

Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan gejala

utama berupa rasa hati yang murung (afek depresif), kehilangan minat dan

kegembiraan, serta berkurangnya energi yang menyebabkan penderita mudah

lelah dan menurun aktivitasnya. Gejala lain yang menyertai dapat berupa

penurunan konsentrasi dan perhatian, pengurangan rasa harga diri dan percaya

diri, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan

yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri / bunuh

diri, gangguan tidur, atau berkurangnya nafsu makan. Sindrom depresi di atas

mengakibatkan penderita terganggu dalam menjalankan fungsinya, tampak dalam

penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial, dan dalam aktivitas rutin sehari-

hari.

Antidepresan merupakan obat yang digunakan untuk menangani depresi.

Tiga kelompok utama antidepresan adalah inhibitor monoamin oksidase (MAOI),

Selective serotonin re-uptake inhibitor(SSRI) dan antidepresan trisiklik.

2

Page 3: Css Obat Psikodepresan

B A B I I

T I N J A U A N P U S T A K A

ANTIPSIKOSIS

Indikasi Penggunaan

Gejala sasaran (target syndrome) : Sindrom Psikosis

Butir-butir diagnostik Sindrom Psikosis 4

Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas (reality testing

ability), bermanifestasi dalam gejala: kesadaran diri (awareness) yang

terganggu, daya nilai norma sosial (judgment) terganggu, dan daya tilikan

diri (insight) terganggu.

Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala

positif: gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikaran yang tidak

wajar (waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak

sesuai dengan situasi), perilaku yang aneh atau tidak dapat terkendali

(disorganized), dan gejala negatif: gangguan perasaan (afek tumpul,

respon emosi minimal), gangguan hubungan sosial (menarik diri, pasif,

apatis), gangguan prosses berfikir (lambat, terhambat), isi pikiran yang

stereotip dan tidak ada inisiatif, perilaku yang sangat terbatas dan

cenderung menyendiri (abulia).

Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanisfestasi dalam

gejala: tidak mampu bekerja, menjalin hubugan sosial, dan melakukan

kegiatan rutin.

Profil Efek Samping

Efek samping pada obat anti-psikosis dapat berupa:

Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,

kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun.

3

Page 4: Css Obat Psikodepresan

Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik: mulut

kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, pandangan mata

kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung)

Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson:

tremor, bradikinesia, rigiditas).

Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolik (jaundice),

hematologik (agranulocytosis), biasanya pada pemakaian jangka panjang.

Efek samping ini ada yang dapat di tolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada

yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan penderitaan

pasien. Dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingin dicapai adalah “optimal

response with minimal side effect”.

Efek samping dapat juga “irreversible” : tardive dyskinesia (gerakan berulang

involunter pada : lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada

waktu tidur gejala tersebut menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian jangka

panjang (terapi pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak

berkaitan dengan dosis obat anti-psikosis (non dose related). Bila terjadi gejala

tersebut : obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan, bisa dicoba pemberian

obat Reserpine 2,5 mg/h, (dopamine depleting agent), pemberian obat anti

parkinson atau I-dopa dapat memperburuk keadaan.

Obat pengganti anti-psikosis yang paling baik adalah Clozapine 50-100 mg/h.

Pada penggunaan obat anti-psikosis jangka panjang, secara periodik harus

dilakukan pemeriksaan laboratorium : darah rutin, urine lengkap, fungsi hati,

fungsi ginjal, untuk deteksi dini perubahan akibat efek samping obat. Obat anti-

psikosis hampir tidak pernah menimbulkan kematian sebagai akinat overdosis

atau untuk bunuh diri. Namun demikian untuk menghindari akibat yang kurang

menguntungkan sebaiknya dilakukan “lavage lambung” bila obat belum lama

dimakan.

Interaksi Obat

Antipsikosis + Antipsikosis lain = potensi efek samping obat dan tidak ada

bukti lebih efektif (tidak ada sinergis antara 2 obat anti-psikosis).

Misalnya, Chlorpromazine + Reserpine = potensiasi efek hipotensif.

4

Page 5: Css Obat Psikodepresan

Antipsikosis + Antidepresan trisiklik = efek samping antikolinergik

meningkat (hati-hati pada pasien dengna hipertrofi prostat, glaukoma,

ileus, penyakit jantung).

Antipsikosis + anti-anxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk

kasus dengan gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat (acute adjunctive

therapy).

Antispikosis + ECT = dianjurkan tidak memberikan obat anti-psikosis

pada pagi hari sebelum ECT (Electro Convulsive Therapy) oleh karena

angka mortalitas yang tinggi.

Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan

serangan kejang meningkat, oleh karena itu dosis antikonvulsan harus

lebih besar (dose-related). Yang paling minimal menurunkan ambang

kejang adalah obat anti-psikosis Haloperidol.

Antipsikosis + Antasida = efektivitas obat antu-psikosis menurun

disebabkan gangguan absorpsi.

Pemilihan Obat

Pada dasarnya semua obat anti-psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang

sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping ;

sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis obat anti-psikosis

mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat.

Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.

Apabila obat anti-psikosis tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang

sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat

anti-psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis

ekivalen-nya, dimana profil efek samping belum tentu sama. Apabila dalam

riwayat penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya, jenis obat anti-psikosis

tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek samping-nya,

dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.

Apabila gejala negatif (afek tumpul, penarikan diri, hipobulia, isi pikiran miskin)

lebih menonjol dari gejala positif (waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku tak

terkendali) pada pasien Skizofrenia, pilihan obat antipsikosis – atipikal perlu

5

Page 6: Css Obat Psikodepresan

dipertimbangkan. Khususnya pada penderita Skizofrenia yang tidak dapat

mentolerir efek samping ekstrapiramidal atau mempunyai risiko medik dengan

adanya gejala ekstrapiramidal (neuroleptic induced medical complication).

Pengaturan Dosis

Dalam pengaturan dosis perlu dipertimbangkan :

Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2 – 4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2 – 6 jam.

Waktu paruh : 12 – 14 jam (pemberian obat 1-2 x perhari).

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek

samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu

mengganggu kualitas hidup pasien. Mulai dengan “dosis awal” sesuai dengan

“dosis anjuran”, dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai “dosis efektif” (mulai

timbul peredaran Sindrom Psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu

dinaikkan “dosis optimal” dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)

diturunkan setiap 2 minggu “dosis maintenance” dipertahankan 6 bulan sampai 2

tahun (diselingi “drug holiday” 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan

tiap 2-4 minggu) stop.

Lama Pemberian

Untuk pasien dengan serangan Sindrom Psikosis yang “multi episode”, terapi

pemeliharaan (maintenance) diberikan paling sedikit selama 5 tahun. Pemberian

yang cukup lama ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 – 5 kali. Efek

obat anti-psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah

dosis terakhir masih mempunyai efek klinis. Sehingga tidak langsung

menimbulkan kekambuhan setelah obat dihentikan, biasanya satu bulan kemudian

baru gejala Sindrom Psikosis kambuh kembali. Hal tersebut disebabkan

metabolisme dan ekskresi obat sangat lambat, metabolit-metabolit masih

mempunyai keaktifan anti-psikosis. Pada umumnya pemberian obat anti-psikosis

sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala

psikosis mereda sama sekali.

6

Page 7: Css Obat Psikodepresan

Untuk “Psikosis Reaktif Singkat” penurunan obat secara bertahap setelah

hilangnya gejala dalam kurun waktu 2 minggu – 2 bulan. Obat anti psikosis tidak

menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan dalam jangka

waktu lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali. Pada penghentian

yang mendadak dapat timbul gejala “Cholinergic Rebound” : gangguan lambung,

mual, muntah, diare, pusing, gemetar dan lainlain. Keadaan ini akan mereda

dengan pemberian “anticholinergic agent” (injeksi Sulfas Atropin 0,25 mg (im),

tablet Trihexyphenidyl 3x 2 mg/h). Oleh karena itu pada penggunaan bersama

obat anti-psikosis + antiparkinson, bila sudah tiba waktu penghentian obat, obat

antipsikosis dihentikan lebih dahulu, kemudian baru menyusul obat antiparkinson.

Penggunaan Parenteral

Obat anti-psikosis “long acting” (Fluphenazine Decanoate 25 mg/cc atau

Haloperidol Decanoas 50 mg/cc, im, setiap 2 – 4 minggu sangat berguna untuk

pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat atau apapun yang tidak efektif

terhadap medikasi oral. Sebaiknya sebelum penggunaan parenteral diberikan

secara oral lebih dahulu beberapa minggu untuk melihat apakah terdapat efek

hipersensitivitas. Dosis mulai dengan ½ cc setiap 2 minggu pad bulan pertama

kemudian bau ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan. Pemberian obat anti

psikosis “long acting” hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan

(maintenance therapy) terhadap kasus Skizofrenia. 15 – 25 % kasus menunjukkan

toleransi yang baik terhadap efek samping ektrapiramidal.

Perhatian Khusus

Efek samping yang sering timbul dan tindakan mengatasinya : Penggunaan

Chlorpromazine injeksi (im) :

Sering menimbulkan Hipotensi Ortostatik pada waktu perubahan posisi tubuh

(efek alfa adrenergic blockade). Tindakan mengatasinya dengan injeksi

Noradrenaline (Nor-epinephrine) sebagai “alfa adrenergic stimulator”. Dalam

keadaan ini tidak diberikan Adrenaline oleh karena bersifat “alfa dan beta

adrenergic stimulator” sehingga efek beta-adrenergic tetap ada dan dapat terjadi

Shock. Hipotensi ortostatik seringkali dapat dicegah dengan tidak langsung

7

Page 8: Css Obat Psikodepresan

bangun setelah mendapat suntikan dan dibiarkan tiduran selama sekitar 5- 10

menit.

Bila dibutuhkan dapat diberikan Norepinephrine bitartrate (Levophed – Abbot

atau Raivas – Dexa Medica atau Vascon – Fahrenheit) ampul 4 mg/4cc dalam

infus 1000 ml dextrose 5% dengan kecepatan infus 2-3cc/menit. Obat anti-

psikosis yang kuat (Haloperidol) sering menimbulkan gejalan

Ekstrapiramidal/Sindrom Parkinson. Tindakan mengatasinya dengan tablet

Trihexyphenidyl (Artane) 3-4x 2 mg/hari, Sulfas Atropin 0,50-0,75 mg (im).

Apabila Sindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan dosis secara

bertahap, untuk menentukan apakah masih dibutuhkan penggunaan obat

antiparkinson. Secara umum dianjurkan penggunaan obat antiparkinson tidak

lebih lama dari 3 bulan (risiko timbul “atropine toxic syndrome”). Tidak

dianjurkan pemberian “antiparkinson profilaksis”, oleh karena dapat

mempengaruhi penyerapan/absorpsi obat anti-psikosis sehingga kadarnya dalam

plasma rendah, dan dapt menghalangi manifestasi gejala psikopatologis yang

dibutuhkan untuk penyesuaian dosis obat antipsikosis agar tercapai dosis efektif.

“Rapid Neuroleptizattion” : Haloperidol 5 – 10 mg (im) dapt diulangi setiap 2

jam, dosis maksimum adalah 100 mg dalam 24 jam. Biasanya dalam 6 jam sudah

dapat mengatasi gejala-gejala akut dari Sindrom Psikosis (agitasi, hiperaktivitas

psikomotorm impulsif, menyerang, gaduhgelisah, perilaku destruktif dll).

Kontraindikasi

Penyakit hati (hepato-toksik)

Penyakit darah (hemato-toksik)

Epilepsi (menurunkan ambang kejang)

Kelainan jantung (menghambat irama jantung)

Febris yang tinggai (thermoregulator di SSP)

Ketergantungan alkohol (penekanan SSP meningkat)

Penyakit SSP (parkinson, tumor otak dll)

Gangguan kesadaran disebabkan “CNS-depressant” (kesadaran makin

memburuk)

8

Page 9: Css Obat Psikodepresan

Jenis-Jenis Antipsikotik

Antipsikotik Generasi Pertama (APG I)

Obat antipsikotik yang ada di pasaran saat ini, dapat di kelompokkan dalam dua

kelompok besar yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik

generasi kedua (APG II). Antipsikotik generasi pertama mempunyai cara kerja

dengan memblok reseptor D2 khususnya di mesolimbik dopamine pathways, oleh

karena itu sering disebut juga dengan Antagonist Reseptor Dopamin (ARD) atau

antipsikotik konvensional atau tipikal.

Kerja dari APG I menurunkan hiperaktivitas dopamin di jalur mesolimbik

sehingga menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata APG I tidak hanya

memblok reseptor D2 di mesolimbik tetapi juga memblok reseptor D2 di tempat

lain seperti di jalur mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberoinfundibular. Apabila

APG I memblok reseptor D2 di jalur mesokortikal dapat memperberat gejala

negatif dan kognitif disebabkan penurunan dopamin di jalur tersebut. blokade

reseptor D2 di nigrostriatal secara kronik dengan menggunakan APG I

menyebabkan gangguan pergerakan hiperkinetik (tardive dyskinesia). Blokade

reseptor D2 di tuberoinfundibular menyebabkan peningkatan kadar prolaktin

sehingga dapat menyebabkan disfungsi seksual dan peningkatan berat badan.

APG I mempunyai peranan yang cepat dalam menurunkan gejala positif seperti

halusinasi dan waham, tetapi juga menyebabkan kekambuhan setelah

penghentian pemberian APG I.

Kerugian pemberian APG I:

1. Mudah terjadi EPS dan tardive dyskinesia

2. Memperburuk gejala negatif dan kognitif

3. Peningkatan kadar prolaktin

4. Sering menyebabkan terjadinya kekambuhan Keuntungan pemberian APG I

adalah jarang menyebabkan terjadinya Sindrom Neuroleptik Malignant (SNM)

dan cepat menurunkan gejala negatif.

9

Page 10: Css Obat Psikodepresan

APG I dapat dibagi berdasarkan potensi dan rumus kimia. Pembagian

berdasarkan potensi adalah potensi tinggi, sedang, dan rendah. Sedangkan

pembagian berdasarkan rumus kimia adalah phenotiazine dan non-phenotiazine.

Potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg. APG I

potensi tinggi diantaranya adalah haloperidol, fluphenazine, trifluoperazine dan

thiothixine. Potensi anti dopaminergik tinggi, kemungkinan efek samping tinggi

seperti distonia, akatisia, dan parkinsonisme. Pengaruhnya terhadap tekanan

darah rendah.

Potensi sedang bila dosis APG I yang digunakan antara 10-50 mg. APG I potensi

sedang diantaranya perphenazine, loxapine dan molindone. Digunakan untuk

penderita yang sulit terhadap toleransi efek samping APG I potensi tinggi dan

potensi rendah. Potensi rendah bila dosis APG I yang digunakan lebih dari 50 mg.

APG I potensi rendah diantaranya adalah clorpromazine, thiridazine, dan

mesoridazine. Mempunyai efek samping sedasi, hipotensi ortostatik, lethargi dan

gejala antikolinergik meningkat berupa mulut kering retensi urine, pandangan

kabur dan konstipasi.

Pembagian APG I bedasarkan rumus kimia

1. Phenotiazine

Rantai Aliphatic: Clorpromazine

Rantai piperazine: Perphenazine, Trifluoperazine, fluphenazine.

Rantai Piperidine: Thioridazine

2. Butyrophenoone: Haloperidol

3. Diphenyl-butyl-piperidine: Pimozide

Obat-obat APG I yang masih sering digunakan adalah Haloperidol, Fluphenazine,

Trifluoperazine dan Clorpromazine. Cara pemberian APG I dapat secara per oral,

injeksi short acting maupun injeksi long acting (depot). Injeksi shot acting

pemberiannya secara intramuscular (IM), biasanya digunakan untuk pasien yang

agitasi atau menolak minum obat.efek klinis cepat diperoleh setelah pemberian.

Antipsikotik Generasi Kedua (APG II)

10

Page 11: Css Obat Psikodepresan

APG II sering disebut juga sebagai Serotonin Dopamin Antagosis (SDA) atau

antipsikotik atipikal. APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi antar

serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang

menyebabkan efek samping EPS lebih rendah dan sanagat efektif untuk mengatasi

gejala negatif. Perbedaan antara APG I dan APG II adalah APG I hanya dapat

memblok reseptor D2 sedangkan APG II memblok secara bersamaan reseptor

serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamin (D2). APG yang dikenal saat ini adalah

clozapine, risperidone, olanzapine, quetiapine, zotepine, ziprasidone, aripiprazole.

Saat ini antipsikotik ziprasidone belum tersedia di Indonesia. Kerja obat

antipsikotik generasi kedua pada dopamin pathways

1. Mesokortikal Pathways

Antagonis 5HT2A tidak hanya akan menyababkan berkurangnya blokade

terhadap antagonis D2 tetapi juga menyababkan terjadinya aktivitas. dopamin

pathways sehingga terjadi keseimbangan antara keseimbangan antara serotonin

dan dopamin. APG II lebih berpengaruh banyak dalam memblok reseptor 5HT2A

dengan demikian meningkatkan pelepasan dopamin dan dopamin yand dilepas

menang daripada yang dihambat di jalur mesokortikal. Hal ini menyebabkan

berkurangnya gejala negatif maka tidak terjadi lagi penurunan dopamin di jalur

mesokortikal dan gejala negatif yang ada dapat diperbaiki. APG II dapat

memperbaiki gejala negatif jauh lebih baik dibandingkan APG I karena di jalur

mesokortikal reseptor 5HT2A jumlahnya lebih banyak dari reseptor D2, dan APG

II lebih banyak berkaitan dan memblok reseptor 5HT2A dan sedikti memblok

reseptor D2 akibatnya dopamin yang di lepas jumlahnya lebih banyak, karena itu

defisit dopamin di jalur mesokrtikal berkurang sehingga menyebabkan perbaikan

gejala negatif skizofrenia.

2. Mesolimbik Pathways

APG II di jalur mesolimbik, antagonis 5HT2A gagal untuk mengalahkan

antagonis D2 di jalur tersebut. jadi antagonsis 5HT2A tidak dapat mempengaruhi

blokade reseptor D2 di mesolimbik, sehingga blokade reseptor D2 menang. Hal

11

Page 12: Css Obat Psikodepresan

ini yang menyababkan APG II dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia. Pada

keadaan normal serotonin akan menghambat pelepasan dari dopamin.

3. Tuberoinfundibular Pathways

APG II di jalur tuberoinfundibular, antagonis reseptor 5HT2A dapat

mengalahkan antagonis reseptor D2. Hubungan antara neurotransmiter serotonin

dan dopamin sifatnya antagonis dan resiprokal dalam kontrol sekresi prolaktin

dari hipofise. Dopamin akan menghambat pengelepasan prolaktin, sedangkan

serotonin menigkatkan pelepasan prolaktin. Pemberian APG II dalam dosis terapi

akan menghambat reseptor 5HT2A sehingga menyebabkan pelepasan dopamin

menigkat. Ini mengakibatkan pelepasan prolaktin menurun sehingga tidak terjadi

hiperprolaktinemia.

4. Nigrostriatal Pathways

APG II dalam klinis praktis, memiliki empat keuntungan, yaitu:

APG II menyebabkan EPS jauh lebih kecil dibandingkan APG I, umunya

pada dosis terapi sangat jarang terjadi EPS.

APG II dapat mengurangi gejala negatif dari skzofrenia dan tidak

memperburuk gejala negatif seperti yang terjadi pada pemberian APG II.

APG II menurunkan gejalan afektif dari skizofrenia dan sering digunakan

untuk pengobatan depresi dan gangguan bipolar yang resisten.

APG II menurunkan gejala kognitif pada pasien skizofrenia dan penyakit

Alzheimer.

Antipsikotik generasi kedua yang digunakan

First line: Risperidone, Olanzapine, Quetiapine, Ziprasidone, Aripiprazole

Second line: Clozapine.

Obat antipsikotik yang sering digunakan ada 21 jenis yaitu 15 jenis berasal dari

APG I dan 6 jenis berasal dari APG II. Keuntungan yang didapatkan dari

pemakaian APG II selain efek samping yang minimal juga dapat memperbaiki

gejala negatif, kognitif dan mood sehingga mengurangi ketidaknyamanan dan

12

Page 13: Css Obat Psikodepresan

ketidakpatuhan pasien akibat pemakian obat antipsikotik. Pemakaian APG II

dapat meningkatkan angka remisi dan menigkatkan kualitas hidup penderita

skizofrenia karena dapat mengembalikan fungsinya dalam masyarakat. Kualitas

hidup seseorang yang menurun dapat dinilai dari aspek occupational dysfunction,

social dysfunction, instrumental skills deficits, self-care, dan independent living.

ANTIDEPRESAN

Indikasi

Gejala Sasaran(tarfet syndrome) : Sindrom Depresi

Butir-butir diagnostik Sindrom Depresi :

Selama paling sedikit 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami rasa

hati yang murung,kurang minat/kehilangan rasa senang dan kurang tenaga

hinga mudah lelah serta kendur

Keadaan diatas disertai gejala-gejala :

1. Penurunan konsentrasi pikiran dan perhatian

2. Pengurangan rasa harga diri dan percaya diri

3. Pikiran perihal dosa dan diri tidak berguna lagi

4. Pandangan suram dan persimistik terhadap masa depan

5. Gagasan atau tindakan mencederai diri / bunuh diri

6. Gangguan tidur

7. Pengurangan nafsu makan

Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam

gejala : penurunan kemampuan berkerja, hubungan sosial dan melakukan

kegiatan rutin.

Mekanisme Kerja

Sindrom depresi diyakini timbul akibat adanya defisiensi relatif salah satu atau

beberapa neurotransmiter aminergik (noradrenalin, serotonin, dopamine) pada

sinaps neuron di SSP, terutama pada sistem limbik. Oleh karena itu, semua obat

antidepresi bekerja untuk meningkatkan jumlah neurotransmiter aminergik pada

13

Page 14: Css Obat Psikodepresan

sinaps neuron di SSP, baik dengan menghambat reuptake oleh neuron prasinaptik

maupun dengan menghambat penghancurannya oleh enzim monoamine oxydase.

Klasifikasi

Obat-obat antidepresi dikelompokkan dalam 5 golongan, yaitu :

1. Obat antidepresi Trisiklik

2. Obat antidepresi Tetrasiklik

3. Obat antidepresi RIMA ( Reversible Inhibitor Of Monoamine Oxydase-A)

4. Obat antidepresi Atypical

5. Obat antidepresi SSRI ( Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)

1. Obat Antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik

Imipramine, Desipramine, Trimipramine, Amitriptyline, Nortriptyline,

Protriptyline, Amoxapine, Doxepine, Maprotiline, Clomipramine. Kedua jenis

obat antidepresi ini kadang dimasukkan dalam kelompok obat heterosiklik.

Penamaannya sesuai dengan jumlah cincin sebagai inti struktur molekularnya.

Farmakokinetik

Absorpsi per oral tidak lengkap

Waktu paruh panjang (10-70 jam) → pemberian obat bisa 1x/hari.

Metabolisme obat terjadi di hati oleh enzim sitokrom P450IID6.

Pemakaian bersama obat-obat yang bersifat menghambat P450IID6

( quinidine, cimetidine, SSRI, phenothiazine, carbamazepine, antiaritmik

propafenone dan flecainide) akan menyebabkan intoksikasi obat

antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik → dosis harus diturunkan.

Farmakodinamik

Menghambat reuptake neurotransmiter norepinefrin dan serotonin ke

terminal saraf prasinaptik → ↑ konsentrasi monoamin dalam celah

sinaptik → efek antidepresan

Menghambat reseptor asetilkolin histamin dan muskarinik, α-adrenergik

→ menimbulkan efek samping

14

Page 15: Css Obat Psikodepresan

Indikasi Terapetik

Gangguan Depresif Berat

Gangguan Mood Karena Kondisi Medis Umum dengan Ciri Depresif

Gangguan Panik dengan Agorafobia

Gangguan Kecemasan Umum

Gangguan Obsesif-Kompulsif (Clomipramine dan SSRI)

Gangguan Makan

Gangguan Nyeri, dll.

Efek Samping Merugikan

Efek Psikiatrik, yaitu dapat menginduksi episode manik pada pasien

gangguan bipolar I. Hal ini dapat diatasi dengan mengurangi dosis atau

menggantinya dengan Fluoxetine atau Bupropion.

Efek Antikolinergik (esp. amytriptiline, imipramine, trimipramine dan

doxepine) berupa mulut kering ( atasi dengan permen karet tanpa gula,

kembang gula atau isap mulut fluoride), konstipasi, pandangan kabur dan

retensi urin. Selain itu, juga dapat memperberat kondisi pasien dengan

glaukoma sudut sempit ( atasi dengan pemberian tetes mata pilocarpine

secara bersamaan).Bethanecol dapat membantu mengatasi efek

antikolinergik lainnya.

Sedasi (esp. amytriptiline, trimipramine dan doxepine)

Efek Otonomik berupa hipotensi ortostatik (inhibisi α1-adrenergik),

keringat berlebihan, palpitasi, penngkatan tekanan darah

Efek pada Jantung berupa takikardi, gangguan EKG dan aritmogenik

(overdosis)

Efek Neurologis : kedutan mioklonik dan tremor lidah ( desipramine dan

protriptyline) parkinsonisme, akathisia, diskinesia (amoxapine)

Efek Alergi dan Hematologi, jarang terjadi

Efek lainnya : penambahan berat badan (inhibisi reseptor histamine H2),

impotensi (inhibisi reseptor dopamine dalam traktus uberoinfundibular)

dan disfungsi seksual (gangguan ejakulasi, anorgasme, galaktorea,

hiperprolaktinemia) karena penggunaan amoxapine

15

Page 16: Css Obat Psikodepresan

Interaksi Obat

Obat antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik + antihipertensi : inhibisi efek

obat antihipertensi, bahkan pemberian bersama dengan methyldopa

menyebabkan agitasi perilaku

Obat antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik + antipsikotik : peningkatan

kadar plasma masing-masing obat dan efek samping antikolinergik dan

sedasi dari obat antidepresi

Obat antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik + CNS depressant (opiate,

opioid, ansiolitik, hipnotik dan obat flu) : potensiasi depresi SSP

Obat antidepresi Trisiklik + Simpatomimetik : efek merugikan pada

system kardiovaskuler yang berat

Obat antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik + Kontrasepsi oral, asam

askorbat, NH4Cl, barbiturate, merokok, lithium : penurunan kadar plasma

obat antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat antidepresi Trisiklik

dan Tetrasiklik :

Hindari penggunaannya selama kehamilan dan pada ibu menyusui ( bisa

diekskresikan lewat ASI)

Monitor dengan ketat penggunaannya pada pasien hepatitis dan penyakit

ginjal

Tidak boleh diberikan selama terapi ECT (efek pada jantung)

Pemeriksaan hitung darah lengkap, differential count leukosit, elektrolit

serum, tes fungsi hati, EKG perlu dilakukan terutama pada pasien lanjut

usia dan anak-anak.

Efek obat antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik yang bermakna baru terlihat

setelah empat minggu

Penghentian terapi harus dilakukan dengan penurunan dosis secara

bertahap untuk menghindari timbulnya ‘rebound’ kolinergik (mual,

gangguan lambung, berkeringat, nyeri kepala, nyeri leher dan muntah)

16

Page 17: Css Obat Psikodepresan

2. Obat Antidepresi RIMA ( Reversible Inhibitor Of Monoamine Oxydase-A)

Mis. Moclobemide, Brofaromine

Farmakokinetik

Mudah diabsorpsi per oral

Mengalami asetilasi

Efek antidepresi tampak setelah 2-4 minggu pengobatan

Farmakodinamik

Monoamin oksidase (MAO) adalah suatu enzim mitokondria yang

terdistribusi luas di seluruh tubuh. Konsentrasi MAO tertinggi ditemukan di hati,

saluran gastrointestinal, SSP dan system saraf simpatis. Dalam neuron, MAO

berperan dalam me-nonaktifkan neurotransmitter (norepinefrin, serotonin,

dopamine) yang berlebih dan bocor keluar vesikel sinaptik ketika neuron istirahat.

Inhibitor MAO dapat me-nonaktifkan enzim ini secara irreversible

(Isokarboksazid, Phenelzine, Tranylcypromine, Selegiline) atau reversible

(Moclobemide, Brofaromine), sehingga molekul neurotransmitter tidak

mengalami degradasi, menumpuk dalam neuron presinaptik dan masuk ke ruang

sinaptik. Hal ini menyebabkan aktivasi reseptor norepinefrin dan serotonin.

Akibatnya, timbullah efek antidepresi obat.

Monoamin oksidase tipe A(MAO-A) dalam saluran gastrointestinal

bertanggung jawab terhadap metabolisme tiramin yang terkandung dalam

makanan yang dikonsumsi. Inhibitor MAO akan mengakibatkan tiramin masuk ke

dalam sirkulasi tanpa mengalami metabolisme terlebih dahulu. Selanjutnya,

tiramin akan menyebabkan lepasnya katekolamin dalam jumlah besar, yang

tersimpan di ujung terminal saraf, menginduksi timbulnya sakit kepala, takikardi,

mual, hipertensi, aritmia jantung dan stroke. Pasien yang menggunakan MAOI

reversible ( RIMA) sebagai antidepresi hanya memerlukan waktu 2-5 hari setelah

dosis obat terakhir untuk mensintesis ulang MAO dalam jumlah yang cukup untuk

menggantikan MAO yang telah diinhibisi dan dihancurkan oleh MAO Inhibitor.

Hal ini berarti pasien dapat mengkonsumsi kembali makanan yang mengandung

tiramin sesudahnya. Sedangkan, pasien pengguna MAOI irreversible

17

Page 18: Css Obat Psikodepresan

membutuhkan waktu yang lebih lama, yaitu sekurang-kurangnya dua minggu

setelah dosis obat terakhir.

Indikasi Terapetik

Gangguan Depresif Berat

Gangguan Mood Karena Kondisi Medis Umum dengan Ciri Depresif

Gangguan Panik dengan Agorafobia

Gangguan Stres Pascatraumatik

Gangguan Obsesif-Kompulsif

Gangguan Makan

Fobia Sosial

Gangguan Nyeri

Efek Samping Merugikan

Hipotensi ortostatik (Isokarboksazid, Phenelzine), dapat diatasi dengan

fludrocortisone 0,1-0,2 mg/hari, kaus kaki elastik (support stocking),

hidrasi dan peningkatan asupan garam

Penambahan berat badan

Edema

Disfungsi seksual

Insomnia

Parathesia (defisiensi pyridoxine akibat MAOI), atasi dengan suplemen

pyridoxine 50-150 mg/hari

Efek psikiatrik : menyebabkan pasien depresi gangguan bipolar I berubah

menjadi episode manik dan menyebabkan pasien skizofrenia menjadi

memiliki dekompensasi psikotik

Krisis hipertensi akibat mengkonsumsi MAOI bersama dengan makan

yang mengandung tiramin, juga bisa terjadi bila mendapat gigitan lebah

saat mengkonsumsi MAOI. Hal ini dapat diatasi dengan 100 mg kapsul

nifedipine, α-adrenergik ( phentolamine) atau chlorpromazine. Risiko

krisis hipertensi akibat tiramin menurun pada pasien yang menggunakan

RIMA.

18

Page 19: Css Obat Psikodepresan

Interaksi Obat

MAOI + CNS depresan : potensiasi efek depresi SSP

MAOI + Obat serotonergik (SSRI, clomipramine) : Sindrom Serotonin

Maligna dengan gejala awal berupa hipertonisitas, mioklonus, dan

gangguan otonom, selanjutnya timbul halusinasi, hipertermi, bahkan

kematian.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat antidepresi MAOI

Monitor ketat penggunaan MAOI pada pasien dengan penyakit ginjal,

gangguan kejang, penyakit kardiovaskular atau hipertiroid

MAOI dapat mengubah kadar obat oral hipoglikemik

MAOI dikontraidikasikan penggunaannya pada ibu hamil dan menyusui

3. Obat Antidepresi SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)

Mis. Fluoxetine, Fluvoxamine, Paroxetine, Sertraline)

Farmakokinetik

Waktu paruh Fluoxetine terpanjang (2-3 hari)

Absorpsi per oral baik

Metabolisme terjadi di hati oleh P450IID6 (Paroxetine)

Pemberian SSRI dengan makanan sering menurunkan insidensi gejala efek

samping SSRI yakni mual dan diare

Farmakodinamik

Menghambat reuptake serotonin secara spesifik ke terminal saraf

prasinaptik

Tidak terdapat aktivitas pada reseptor antikolinergik, antihistamin, dan

anti-adrenergik-α1 sehingga efek samping yang timbul sangat rendah

Indikasi Terapetik

Gangguan depresi berat

Episode depresi dari gangguan bipolar I

19

Page 20: Css Obat Psikodepresan

Gangguan makan

Gangguan panik

Gangguan obsesif-kompulsif

Gangguan distimik

Gangguan kepribadian ambang

Efek Samping Merugikan

Efek SSP : nyeri kepala, ketegangan, insomnia, mengantuk, dan

kecemasan

Efek sistem gastrointestinal : mual, diare, mulut kering, anoreksia, dan

dyspepsia

Gangguan fungsi seksual (jarang terjadi) : anorgasme, ejakulasi terlambat,

impotensi, dapat diterapi dengan Yohimbine atau Cyproheptadine

Gangguan pada kulit berupa ruam (jarang terjadi)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat antidepresi

SSRI :

Pemberian Fluoxetine disertai dengan penurunan konsentrasi glukosa,

dengan demikian dosis obat hipoglikemik perlu diturunkan

SSRI merupakan obat yang paling aman meski digunakan secara overdosis

Monitor penggunaan SSRI pada pasien dengan penyakit hati

SSRI dikontraidikasikan penggunaannya pada ibu hamil ( drug of choice

bila diharuskan memberikan antidepresi pada ibu hamil) dan menyusui

Profil Efek Samping

Efek Samping Obat Anti depresi dapat berupa:

Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor

menurun, kemampuan kognitif menurun)

Efek Antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,

konstipasi)

Efek Anti adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi)

Efek Neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia)

20

Page 21: Css Obat Psikodepresan

Efek Samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi dari penderita),

biasanya berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap diberikan pada dosis

yang sama.

Pada keadaan Overdosis/ Intoksikasi Trisiklik dapat timbul: “Atropine

Toxic Syndrome” dengan gejala : eksitasi SSP, hipertensi, hiperpireksia,

konvulsi, toxic confusional state(confusion, delirium, disorientation )

Interaksi Obat

SSRI + L-tryptophan/MAOI : Sindrom Serotonin Maligna

Pemberian SSRI sebelum maupun sesudah pemberian MAOI memerlukan

periode pencucian selama 6 minggu sebelum digunakan.

Paroxetine + cimetidine : peningkatan konsentrasi Paroxetine

Paroxetine + Phenobarbital/Phenytoin : penurunan konsentrasi Paroxetine

Paroxetine memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami interaksi obat

karena jalur metaboliknya melalui enzim hati P450IID6

Trisklik+ Haloperidol/Phenotiazine = mengurangi eksresi dari

Trisiklik( kadar dalam plasma meningkat). Terjadi potensiasi efek

antikolinergik(ileus paralitik, disuria, gangguan absorbsi).

SSRI/TCA+MAOI= Serotonin Malignant Syndrome dengan gejala-gejala:

gastrointestinal distress(mula, muntah,diare), agitasi(mudah marah, ganas),

restlessness(gelisah).

MAOI + “sympathomimetic drugs” (phenypropanolamine,

pseudoephedrine pada obat flu/ asma, noradrenaline pada anastesi

lokal,derivat amfetamine, L-dopa) + efek potensiasi yang dapat menjurus

ke Krisis Hipertensi (acute paroxysmal hypertension), dimana ada resiko

terjadinya serangan stroke.

MAOI+ Senyawaan mengandung “tyramine”(keju, anggur) = dapat terjadi

krisis Hipertensi(“Hypertensive Crisis”) dengan resiko serangan stroke

pada usia lanjut.

Obat anti depresi + CNS Depressant (morphine,benzodiazepine,alcohol) =

potensiasi efek sedasi dan penekanan terhadap pusat nafas, resiko

timbulnya “respiratory failure”.

21

Page 22: Css Obat Psikodepresan

Pemilihan Obat

Pada dasarnya semua obat anti depressan mempunyai efek primer (efek klinis)

yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek

samping).

Pemilihan jenis obat anti depresi

Tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek

samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu, jenis depresi)

Misalnya:

Trisiklik (Amitriptyline, Imipramine) → efek samping sedatif, otonomik,

kardiologik lebih besar→ diberikan pada pasien muda (young healthy)

yang lebih besar toleransi terhadap efek samping tersebut dan bermanfaat

untuk meredakan ‘agitated depression’.

Tetrasiklik (Maprotiline, Mianserin) dan Atipikal (Tazodone, Mirtazapine)

→ efek samping otonomik, kardiologik relatif lebih kecil, efek sedasi lebih

kuat → diberikan pada pasien yang kondisinya kurang tahan terhadap efek

otonomik dan kardiologik(usia lanjut) dan sindrom depresi dengna gejala

anxietasdari insomnia yang menonjol.

SSRI (Fluoxetine, Setraline) → efek sedasi, otonomik,hipotensi sangat

minimal→ untuk pasien ‘retarded depression’ pada usia dewasa dan usia

lanjut, atau yang dengan gangguan jantung, berat badan lebih, dan keadaan

lain dimana manfaat efek samping yang minimal tersebut.

MAOI-Reversible (Meclobemide) → efek samping hipotensi ortostatik

(relatif sering) → pasien usia lanjut mendadak bangunmalam hari ingin

miksi→ resiko jatuh dan dan trauma lebih besar. Perubahan posis tubuh

dianjurkan tidak mendadak, dengan tenggang waktu dan gradual.

Mengingat profil efek sampingnya, untuk penggunaan pada Sindrom Depresi

ringan dan Sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas kesehatan, pemilihan

obat anti depresi sebaiknya mengikuti urutan(step core)

22

Page 23: Css Obat Psikodepresan

o Step 1 = Gol SSRI (Fluoxetine, Sertraline)

o Step 2 = Gol Trisiklik (Amitriptyline)

o Step 3 = Gol Tetrasiklik (Maprotiline)

Pertama gunakan golongan SSRI yg efek sampingnya sangat minimal, spectrum

antidepresi luas, gejala putus obat minimal & lethal dose yang tinggi (>6000mg)

sehingga relatif aman. Bila telah diberikan dosis yang adekuat dalam jangkawaktu

yang cukup (sekitar 3 bulan)tidak efektif, dapat beralih ke golongan kedua,

golongan Trisiklik, yang spectrumnya luas namun efek sampingnya lebih berat.

Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan spectrum anti

depresi yang lebih sempit dan juga efek samping lebih ringan dibanding Trisiklik,

yang terringan yaitu golongan MAOI Reversible. Disamping itu juga

dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke MAOI membutuhkan waktu 2-4

minggu istirahat untuk ‘wash out period’ guna mencegah timbulnya ‘Serotonin

Malignant Syndrome’.

Lithium digunakan pada ‘Unipolar Recurrent Depression’ yaituuntuk mencegah

kekambuhan sebagai ‘Mood stabilizers’ dibutuhkan kadar serum lithium 0,4-0,8

mEq/L. Untuk efek Mania, kadar serum lithium 0,8-1,2 mEq/L (kadar teraupetik).

Kadar toksik adalah >1,5 mEq/L. Rentang kadar serum terapeutik dan toksis

sempit sehingga membutuhkan monitoring kadar serum lithium untuk deteksi dini

intoksikasi. Dosis obat Lithium sekitar 250-500 mg/h untuk mencapai kadar

serum Lithium profilaksis.

Pengaturan Dosis

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

Onset efek primer: sekitar 2-4 minggu

Onset efek sekunder : sekitar12-24 jam

Waktu paruh: 12-48 jam (pemberian 1-2 kali/ hari)

Proses dalam pengaturan dosis:

1.Initiating dosage (test dose) → untuk mencapai dosis anjuran selama minggu 1.

Misalnya: dosis Amitriptyline 25 mg/h = hari 1 dan 2, 50 mg/h = hari 3 dan 4

23

Page 24: Css Obat Psikodepresan

2.Titrating dosage (optimal dose) → mulai dari anjuran sampai mencapai dosis

efektif→ dosis optimal.

Misal: dosis Amitriptyline 150 mg/h=hari 7 s/d 14 hari (Minggu II), Minggu

III:200mg/h→Minggu IV:300mg/h

3.Stabilizing Dosage(stabilization dose)→dosis optimal dipertahankan slma 2-3

bln

4.Maintaining Dosage(maintenance dose) →selama 3-6 bulan. Biasanya dosis

pemeliharaan =1/2 dosis optimal

5.Tapering Dosage(tapering dose) selama 1 bulan. Kebalikan pada proses

‘Initiating dosage’.

Dengan demikian obat anti depresi dapat diberhentikan total. Kalau Sindrom

Depresi kambuh lagi, proses dimulai dari awal dan seterusnya. Pada dosis

pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one hour

before sleep) untuk golongan Trisiklik dan Tetrasiklik. Untuk golongan SSRI

diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan pagi.

Lama pemberian

Pemberian obat anti depresi dapat dilakukan dalam jangka panjang oleh karena

’addiction potential’-nya sangat minimal.

Kontra indikasi:

Penyakit jantung Koroner khusunya pada usia lanjut.

Glaukoma, Retensi urin, hipertrofi proistas, gangguan fungsi hati, epilepsi.

Pada penggunaan obat Lithium, kelainan fungsi jantung,ginjal dan kelenjar

tiroid.

Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan menggunakan TCA, resiko

teratogenik besar (khususnya trimester 1) dan TCA dieksresi melalui ASI.

Anti Depresi Trisiklik

Kerja TCA meningkatkan pikiran, memperbaiki kewaspadaan mentalm

meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi angka kesakitan pada depresi utama

sampai 50-70%. Obat-obat ini tidak menyebabkan stimulasi SSP atau peningkatan

24

Page 25: Css Obat Psikodepresan

pikiran pada orang normal. Obat dapat digunakan untuk memperpanjang

pengobatan depresi tanpa kehilangan efektivitas.

Penggunaan dalam terapi Antidepresan trisiklik efektif mengobati depresi mayor

yang berat dan beberapa gangguan panik.Imipramin telah digunakan dalam

mengontrol ngompol pada anak-anak karena menyebabkan kontraksi sfingter

interna kandung kencing.

Efek Samping

1.Efek antimuskarinik: Penghambatan reseptor asetilkolin menyebabkan

penglihatan kabur, mulut kering, retensi urine, konstipasi dan epilepsi.

2.Kardiovaskular: Peningkatan aktivitas katekolamin dapat menyebabkan

stimulasi jantung berlebihan yang dapat membahayakan.

3.Hipotensi ortostatik: TCA menghambat reseptor alfa adrenergik sehingga

menyebabkan hipotensi ortostatik dan takikardia yang refleks.

4.Sedasi

5.Perhatian: TCA dapat menutupi tingkah mania depresi.

Inhibitor ambilan kembali serotonin selektif

Fluoksetin

Penggunaan dalam terapi Indikasi utama fluoksetin adalah depresi. Digunakan

pula untuk bulimia dan anoreksia nervosa dan gangguan obsesif kompulsif. Efek

Samping hilangnya libido, ejakulasi terhambat, anorgasme, menyebabkan kejang.

Penyekat monoamine oksidase

Penggunaan dalam terapi MAOI digunakan pada pasien depresi yang tidak

responsif dan alergi terhadap antidepresan trisiklik atau menderita ansietas berat.

Obat ini dapat menstimulasi pada pasien dengan aktivitas motorik lemah. Obat ini

dapat digunakan pada fobia dan pada depresi atipikal( yaitu pikiran labil,menolak

kebenaran dan gangguan nafsu makan). Efek Samping MAOI dapat menghambat

penguraian tiramin yang terdapat pada keju, hati ayam dan anggur merah. Tiramin

menyebabkan lepasnya katekolamin dalam jumlah besar sehingga terjadi sakit

kepala, takikardia, mual, hipertensi, aritmia jantung dan stroke. Efek samping lain

25

Page 26: Css Obat Psikodepresan

yaitu mengantuk, hipotensi ortostatik, penglihatan kabur, mulut kering,disuria dan

konstipasi.

26