crs pasien depresi
DESCRIPTION
hidroTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan depresif adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang paling sering terjadi.
Prevalensi gangguan depresif pada populasi dunia adalah 3-8 % dengan 50% kasus terjadi
pada usia produktif yaitu 20-50 tahun. World Health Organization menyatakan bahwa
gangguan depresif berada pada urutan keempat penyakit di dunia. Gangguan depresif
mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki pada suatu waktu dalam kehidupan. Pada
tahun 2020 diperkirakan jumlah penderita gangguan depresif semakin meningkat dan akan
menempati urutan kedua penyakit di dunia.
Gangguan depresif ditandai dengan berbagai keluhan seperti kelelahan atau merasa
menjadi lamban, masalah tidur, perasaan sedih, murung, nafsu makan terganggu dapat
berkurang atau berlebih, kehilangan berat badan dan iritabilitas. Penderita mengalami distorsi
kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga dan
putus asa.
Gangguan depresif merupakan gangguan yang dapat menganggu kehidupan dan dapat
diderita tanpa memandang usia, status sosial, latar belakang maupun jenis kelamin. Gangguan
depresif dapat terjadi tanpa disadari sehingga penderita terkadang terlambat ditangani
sehingga dapat menimbulkan penderitaan yang berat seperti bunuh diri.
Gangguan depresif dapat diobati dan dipulihkan melalui konseling/psikoterapi dan
beberapa diantaranya memerlukan tambahan terapi fisik maupun kombinasi keduanya.
Karena ada beberapa faktor yang saling berinteraksi untuk timbulnya gangguan depresif,
penatalaksanaan yang komprehensif sangat diperlukan. Jenis terapi bergantung dari
diagnosis, berat penyakit, umur penderita dan respon terhadap terapi sebelumnya.
Terapi gangguan depresif memerlukan peran serta individu yang bersangkutan,
keluarga maupun praktisi medis dan paramedis yang profesional. Dilihat dari tingginya angka
penderita dan akibat dari gangguan depresif maka gangguan ini perlu mendapat perhatian dari
semua pihak.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
STATUS PSIKIATRI
Nama Pasien : Ny. ST
Tanggal Periksa : 27 Juni 2015
Dokter Pemeriksa : dr. Fatmawati, M.Kes,.Sp.KJ
KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama : Ny. ST
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir/Umur : Semurung, 25 Februari 1960
Umur : 55 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Bangsa : Indonesia
Suku : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Air Hitam RT 02, Sarolangun
KETERANGAN DARI ALLOANAMNESIS
Nama : Tn. Z
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat : Air Hitam RT 02, Sarolangun
2
Hubungan dengan pasien : Anak Kandung
Keakraban dengan pasien : Akrab
Kesan Pemeriksa/dokter terhadap keterangan yang diberikan pasien: dapat dipercaya
I. ANAMNESIS
Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari :
1. Autoanamnesis
2. Alloanamnesis
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan
Musyawarah keluarga
2. Sebab utama pasien di bawa keluarganya ke RSJ
Pasien cemas disertai sakit kepala
3. Keluhan utama pasien dan telah berlangsung selama
Kurang lebih 1 tahun terakhir hingga sekarang
4. Riwayat perjalanan penyakit pasien sekarang
Pasien sering merasakan sakit kepala disertai cemas sejak 1 tahun terakhir. Pasien
juga mempunyai riwayat hipertensi namun belum pernah mengkonsumsi obat
antihipertensi sebelumnya. Pasien sulit tidur dan nafsu makan turun. Pasien merasa
dirinya hidup sendiri sejak suaminya meninggal, dikarenakan anak-anaknya tinggal
tidak serumah dengannya. Pasien juga pernah terjatuh di rumah hingga kepalanya
terbentur kemudian pingsan selama 11 jam.
5. Riwayat penyakit pasien sebelumnya
Pasien tidak pernah berobat atau masuk RSJ dengan riwayat atau gangguan penyakit
yang sama.
3
6. Riwayat keluarga pasien
a. Identitas Orang Tua
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah : Samsudin Ibu : Siti Mi’ah
Bangsa Indonesia Indonesia
Suku Melayu Melayu
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Petani Petani
Umur
Alamat Air Hitam RT 02,
Sarolangun
Air Hitam RT 02,
Sarolangun
Hubungan Akrab Akrab
b. Kepribadian
Bapak
Tegas, pemarah, pekerja keras
Ibu
Sabar, penyayang
c. Pasien anak ke 3 dari 7 bersaudara
d. Urutan saudara dan usianya
Tidak didapatkan informasi yang akurat
4
e. Gambaran kepribadian masing-masing saudara pasien dan hubungan terhadap
saudara
Tidak didapatkan informasi
f. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik pada anggota
keluarga
tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang dialami
pasien
g. Riwayat tempat tinggal
Rumah tempat tinggal Keadaan rumah
Tenang Cocok Nyaman Tak Menentu
Rumah
7. Gambaran seluruh faktor-faktor fisik dan mental yang bersangkut paut dengan
perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid)
a. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan
Lahir cukup bulan dibantu bidan
b. Riwayat bayi dan anak-anak
Pertumbuhan fisik : normal
Minum ASI : pasien minum ASI
Usia mulai bicara : pada usia 1 tahun (12-15 bulan)
Usia mulai jalan : pada usia 1 tahun (12-18 bulan)
c. Kesehatan fisik masa kanak-kanak
Pasien dilaporkan tidak pernah menderita penyakit serius sebelumnya, demam
kejang (-)
d. Kepribadian serta temperamen sewaktu anak-anak
Pasien merupakan anak pendiam dan rajin
5
e. Masa sekolah
Perihal SD SMP
Umur 7-12 tahun 12-15 tahun
Prestasi Baik Baik
Aktivitas Sekolah Baik Baik
Sikap terhadap teman Baik Baik
Sikap terhadap guru Baik Baik
f. Masa remaja
Kenakalan remaja (-), perokok (-), penggunaan obat terlarang (-), peminum
minuman keras (-)
g. Riwayat pekerjaan
Pasien sudah tidak bekerja dan biaya kehidupan sehari-hari dibantu oleh anak-
anaknya
h. Percintaan, perkawinan, kehidupan sosial dan rumah tangga
Riwayat percintaan dan perkawinan dalam rumah tangga baik, pasien memiliki 9
orang anak
i. Stressor psikososial
Pasien diketahui memiliki masalah dengan pekerjaan dan lingkungan sosial
j. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita pasien
Hipertensi
k. Pernah suicide
Pasien tidak ada niat ingin bunuh diri
l. Penggunaan alkohol/zat adiktif lainnya
Tidak ada
\
6
II. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUS
A. Gambaran Umum
1. Penampilan : baik, canggung, suara tegang
Sikap tubuh : baik
Cara berpakaian : rapi
Kesehatan fisik : sehat
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Cara berjalan : normal
Motorik : normal
3. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
B. Pembicaraan dan fragmen pembicaraan
Gaya bicara : gaya bicara spontan
Pembendaharaan bahasa : cukup
C. Afek, mood dan emosi lainnya 1
Afek : appropriate
Mood : depresi
D. Pikiran : waham (-)
E. Persepsi : halusinasi (-)
F. Mimpi dan fantasi yang diinginkan : tidak ada
G. Sensorium
1. Keasadaran : compos mentis
2. Orientasi W/T/O : dalam batas normal
3. Konsentrasi dan kalkulasi : kurang konsentrasi
4. Memori : daya ingat segera, jangka pendek dan jangka panjang
baik
5. Pengetahuan umum : cukup
6. Pikiran abstrak : tidak ada
H. Insight : derajat 4 yaitu pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan
bantuan tetapi tidak memahami penyebab sakitnya
7
I. Kemampuan mengendalikan rangsang dari dalam diri : tidak terganggu
III. PEMERIKSAAN INTERNA
Keadaan Umum
Sensorium : compos mentis Suhu : 36,2 C BB
Nadi : 88x/menit RR : 22x/menit TB
TD : 160/90 mmHg Turgor : baik Status gizi : baik
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS LAINNYA
Tidak dilakukan
V. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOGIS/PETUGAS SOSIAL DAN LAIN-LAIN
Tidak dilakukan
VI. RESUME 1
Atas dasar gejala-gejala diatas, maka berdasarkan PPDGJ-III dipertimbangkan
diagnosis berupa F32.1 Episode Depresif Sedang, dengan pedoman diagnostik, yakni :
1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode
depresi ringan (F30.0).
2. Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya) 4 dari gejala lainnya.
3. Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.
4. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan
rumah tangga.
VII.DIAGNOSIS BANDING 2
1. F32.0 Episode depresif ringan
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas
dan onset berlangsung dibawah 2 minggu.
8
VIII. DIAGNOSIS 2
Aksis I : F32.1 Episode Depresif Sedang
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : Penyakit Sistem Sirkulasi (hipertensi)
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik
IX. TERAPI 3
1. Terapi Psikofarmaka
Sertraline 50 mg
Clobazam 10 mg
Amlodipine 10 mg
2. Terapi Psikoedukasi
Terapi psikoedukasi yaitu dengan cara memberikan edukasi atau informasi mengenai
penyakit yang diderita pasien berisi tanda dan gejala kekambuhan yang mungkin
timbul serta pentingnya peran keluarga dalam kepatuhan minum obat pasien.
Mengubah stigma keluarga pasien terhadap penyakit yang diderita sehingga keluarga
bisa memberikan support yang lebih kepada pasien.
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsional : dubia ad bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi 4,5
Gangguan depresif adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai
masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode depresif,
gangguan distimik, gangguan depresif mayor dan gangguan depresif unipolar serta
bipolar.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV Depresi
merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang
manifestasinya bisa berbeda – beda pada masing – masing individu.
Gangguan depresif merupakan gangguan medik serius menyangkut kerja otak, bukan
sekedar perasaan murung atau sedih dalam beberapa hari. Gangguan ini menetap selama
beberapa waktu dan mengganggu fungsi keseharian seseorang. Gangguan depresif masuk
dalam kategori gangguan mood, merupakan periode terganggunya aktivitas sehari-hari,
yang ditandai dengan suasana perasaan murung dan gejala lainnya termasuk perubahan
pola tidur dan makan, perubahan berat badan, gangguan konsentrasi, anhedonia
(kehilangan minat apapun), lelah, perasaan putus asa dan tak berdaya serta pikiran bunuh
diri.
Jika gangguan depresif berjalan dalam waktu yang panjang (distimia) maka orang
tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas, menarik diri dari pergaulan, karena ia
kehilangan minat hampir disemua aspek kehidupannya.
3.2 Epidemiologi 4
Gangguan depresif dapat terjadi pada semua umur, dengan riwayat keluarga
mengalami gangguan depresif, biasanya dimulai pada usia 15 dan 30 tahun. Usia paling
awal dikatakan 5-6 tahun sampai 50 tahun dengan rerata pada usia 30 tahun. Gangguan
depresif berat rata-rata dimulai pada usia 40 tahun (20-50 tahun). Epidemiologi ini tidak
tergantung ras dan tak ada korelasinya dengan sosioekonomi. Perempuan juga dapat
10
mengalami depresi pasca melahirkan anak. Beberapa orang mengalami gangguan
depresif musiman, di negara barat biasanya pada musim dingin. Gangguan depresif ada
yang merupakan bagian gangguan bipolar (dua kutub: kutub yang satu gangguan
depresif, kutub lainnya mania).
Gangguan depresif berat adalah suatu gangguan dengan prevalensi seumur hidup kira-
kira 15%, pada perempuan mungkin sampai 25%. Perempuan mempunyai
kecenderungan dua kali lebih besar mengalami gangguan depresif daripada laki-laki.
Alasan dalam penelitian di negara barat dikatakan karena masalah hormonal, dampak
melahirkan, stressor dan pola perilaku yang dipelajari. Gangguan depresif sangat umum
terjadi, setiap tahun lebih dari 17 juta orang Amerika mengalaminya.
Banyak orang mengalami gangguan depresif terkait dengan penggunaan napza dan
alkohol karena napza terdiri dari substansi kimia yang mempengaruhi fungsi otak, terus
menggunakan napza akan membuat zat kimiawi otak mengalami ketidakseimbangan,
sehingga mengganggu proses pikir, perasaan dan perilaku.
3.3 Etiologi dan Patofisiologi 4
Penyebab gangguan jiwa senantiasa dipikirkan dari sisi organobiologik, sosiokultural
dan psikoedukatif. Dari sisi biologik dikatakan adanya gangguan pada neurotransmiter
norefinefrin, serotonin dan dopamin. Ketidakseimbangan kimiawi otak yang bertugas
menjadi penerus komunikasi antar serabut saraf membuat tubuh menerima komunikasi
secara salah dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Karena itu pada terapi farmakologik
maka terapinya adalah memperbaiki kerja neurotransmitter norefinefrin, serotonine dan
dopamin.
Dari penelitian keluarga didapatkan gangguan depresi mayor dan gangguan bipolar,
terkait erat dengan hubungan saudara; juga pada anak kembar, suatu bukti adanya
kerentanan biologik, pada genetik keluarga tersebut. Episoda pertama gangguan
seringkali dipicu oleh stresor psikososial pada mereka yang biologiknya rentan.
Gangguan depresif juga mungkin dialami oleh mereka yang tidak mempunyai faktor
biologik sebagai kontributor terhadap terjadinya gangguan depresif, hal ini lebih
merupakan gangguan psikologik.
Berbagai faktor psikologik memainkan peran terjadinya gangguan depresif.
Kebanyakan gangguan depresif karena faktor psikologik terjadi pada gangguan depresif
11
ringan dan sedang, terutama gangguan depresif reaktif. Gangguan depresif reaktif
biasanya didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian diri selama masa pengobatan.
Mereka dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya dan dunia luar
dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres besar, mereka cenderung akan
mengalami gangguan depresif. Para psikolog menyatakan bahwa mereka yang
mengalami gangguan depresif mempunyai riwayat pembelajaran depresi dalam
pertumbuhan perkembangan dirinya. Mereka belajar seperti model yang mereka tiru
dalam keluarga, ketika menghadapi masalah psikologik maka respon mereka meniru
perasaan, pikiran dan perilaku gangguan depresif. Orang belajar dengan proses adaptif
dan maladaptif ketika menghadapi stres kehidupan dalam kehidupannya di keluarga,
sekolah, sosial dan lingkungan kerjanya. Faktor lingkungan mempengaruhi
perkembangan psikologik dan usaha seseorang mengatasi masalah. Faktor pembelajaran
sosial juga menerangkan kepada kita mengapa masalah psikologik kejadiannya lebih
sering muncul pada anggota keluarga dari generasi ke generasi. Jika anak dibesarkan
dalam suasana pesimistik, dimana dorongan untuk keberhasilan jarang atau tidak biasa,
maka anak itu akan tumbuh dan berkembang dengan kerentanan tinggi terhadap
gangguan depresif.
Menurut Freud, kehilangan obyek cinta, seperti orang yang dicintai, pekerjaan
tempatnya berdedikasi, hubungan relasi, harta, sakit terminal, sakit kronis dan krisis
dalam keluarga merupakan pemicu episode gangguan depresif. Seringkali kombinasi
faktor biologik, psikologik dan lingkungan merupakan campuran yang membuat
gangguan depresif muncul.
Selain hal di atas, obat-obat juga dapat mendorong seseorang mengalami gangguan
depresif.
Obat-obat yang menginduksi gangguan depresif
Obat kardiovaskular
β-Blocker
Klonidin
Metildopa
Prokainamid
Obat hormonal
Steroid anabolik
Korticosteroid
Estrogen
Progestin
12
Reserpin
Obat sistem saraf pusat
Barbiturat
Benzodiazepin
Kloral Hidrat
Etanol
Fenitoin
Tamoxifen
Lain-lain
Indometacin
Interferon
Narkotika
3.4 Tanda-tanda dan Gejala Klinis 4
Tanda - Tanda
Tanda gangguan depresif yang melanda jutaan orang di Indonesia setiap tahun,
seringkali tidak dikenali. Beberapa orang merasakan perasaan sedih dan murung dalam
jangka waktu cukup lama dengan latar belakang yang berbeda-beda. Variasi tanda sangat
luas dari satu orang ke orang lain, dari satu waktu ke waktu pada diri seseorang.
Gejalanya sering tersamar dalam berbagai keluhan sehingga seringkali tidak disadari juga
oleh dokter.
Tanda gangguan depresif itu adalah :
a. Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk diselingi kegelisahan dan
mimpi buruk.
b. Sulit konsentrasi pada setiap kegiatan sehari-hari
c. Selalu kuatir, mudah tersinggung dan cemas
d. Aktivitas yang tadinya disenangi menjadi makin lama makin dihentikan
e. Bangun tidur pagi rasanya malas
Gangguan depresif membuat seluruh tubuh sakit, juga perasaan dan pikiran.
Gangguan depresif mempengaruhi nafsu makan dan pola tidur, cara seseorang
merasakan dirinya, berpikir tentang dirinya dan berpikir tentang dunia sekitarnya.
Keadaan depresi bukanlah suatu kesedihan yang dapat dengan mudah berakhir, bukan
tanda kelemahan dan ketidakberdayaan, bukan pula kemalasan. Mereka yang mengalami
gangguan depresif tidak akan tertolong hanya dengan membuat mereka bergembira
dengan penghiburan. Tanpa terapi, tanda dan gejala tak akan membaik selama
berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun.
13
Gejala
Gejala gangguan depresif berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya, dipengaruhi
juga oleh beratnya gejala. Gangguan depresif mempengaruhi pola pikir, perasaan dan
perilaku seseorang serta kesehatan fisiknya. Gangguan depresif tidak mempunyai
simptom fisik yang sama dan pasti pada satu orang dan bervariasi dari satu orang ke
orang lain. Keluhan yang banyak ditampilkan adalah sakit, nyeri bagian atau seluruh
tubuh, keluhan pada sistem pencernaan. Kebanyakan gejala dikarenakan mereka
mengalami stres yang besar, kekuatiran dan kecemasan terkait dengan gangguan
depresifnya. Simptom dapat digolongkan dalam kelompok terkait perubahan dalam cara
pikir, perasaan dan perilaku.
a. Perubahan cara berpikir – terganggunya konsentrasi dan pengambilan keputusan
membuat seseorang sulit mempertahankan memori jangka pendek, dan terkesan
sebagai sering lupa. Pikiran negatif sering menghinggapi pikiran mereka. Mereka
menjadi pesimis, percaya diri rendah, dihinggapi perasaan bersalah yang besar, dan
mengkritik diri sendiri. Beberapa orang merusak diri sendiri sampai melakukan
tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain.
b. Perubahan perasaan – merasa sedih, murung, tanpa sebab jelas. Beberapa orang
merasa tak lagi dapat menikmati apa-apa yang dulu disenanginya, dan tak dapat
merasakan kesenangan apapun. Motivasi menurun dan menjadi tak peduli dengan
apapun. Perasaan seperti berada dibawah titik nadir, merasa lelah sepanjang waktu
tanpa bekerja sekalipun. Perasaan mudah tersinggung, mudah marah. Pada keadaan
ekstrim khas dengan perasaan tidak berdaya dan putus asa.
c. Perubahan perilaku – ini merupakan cerminan dari emosi negatif. Mereka menjadi
apatis. Menjadi sulit bergaul atau bertemu dengan orang, sehingga menarik diri dari
pergaulan. Nafsu makan berubah drastis, lebih banyak makan atau sulit
membangkitkan keinginan untuk makan. Seringkali juga sering menangis berlebihan
tanpa sebab jelas. Sering mengeluh tentang semua hal, marah dan mengamuk. Minat
seks sering menurun sampai hilang, tak lagi mengurus diri, termasuk mengurus hal
dasar seperti mandi, meninggalkan tanggung jawab dan kewajiban baik pekerjaan
maupun pribadi. Beberapa orang tak dapat tidur, beberapa tidur terus.
d. Perubahan Kesehatan Fisik – dengan emosi negatif seseorang merasa dirinya tidak
sehat fisik selama gangguan depresif. Kelelahan kronis menyebabkan ia lebih senang
14
berada di tempat tidur tak melakukan apapun, mungkin tidur banyak atau tidak dapat
tidur. Mereka terbaring atau gelisah bangun ditengah malam dan menatap langit-
langit. Keluhan sakit dibanyak bagian tubuh merupakan tanda khas dari gangguan
depresif. Gelisah dan tak dapat diam, mondar-mandir sering menyertai. Gejala
tersebut berjalan demikian lama, mulai dari beberapa minggu sampai beberapa tahun,
dimana perasaan, pikiran dan perilaku berjalan demikian sepanjang waktu setiap hari.
Jika gejala ini terasa, terlihat dan teramati, maka sudah waktunya membawanya untuk
berobat, sebab gangguan depresif dapat diobati.
3.5 Diagnosis 1, 2, 6
Dalam klasifikasi Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa-III terbitan Departemen
Kesehatan, yang menganut klasifikasi WHO : ICD-X, digunakan istilah gangguan jiwa.
Pendekatan gangguan jiwa adalah pendekatan sindrom atau kumpulan gejala, dalam hal
ini sindroma atau pola perilaku, atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup
bermakna dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau hendaya
di dalam satu atau lebih fungsi penting dari manusia.
Pemahaman diatas memberi gambaran bahwa untuk membuat diagnosis gangguan
jiwa perlu didapatkan butir-butir :
1. Adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom atau pola perilaku, sindrom atau
pola psikologik
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan, seperti rasa nyeri, tidak nyaman,
gangguan fungsi organ dsb.
3. Gejala klinis menimbulkan disabilitas dalam aktivitas sehari-hari seperti mengurus
diri (mandi, berpakaian, makan dsb).
Dalam klasisfikasi DSM IV termasuk dalam gangguan depresi mayor, episode tunggal
a. Adanya Episode Depresi Mayor tunggal.
b. Episode Depresi Mayor yg ada tdk dpt digolongkan sbg ggn Skizoafektif dan tdk
bertumpang tindih dgn Skizofrenia, Skizofreniform, ggn Waham atau Psikotik YTT.
15
c. Tidak pernah ada episode Mania,Hipomania atau Campuran.Cat.: penyingkiran ggn2
ini tdk bisa diterapkan apabila merupakan induksi dari zat atau medikasi atau ok efek
fisiologis lsg suatu kondisi medis umum.
Jika criteria episode Depresi Mayor terpenuhi maka tentukangambaran klinisnya saat
ini:
Ringan, sedang atau berat dgn atau tanpa gambaran psikotik.
Kronis.
Dgn gambaran katatonik.
Dgn gambaran melankolis
Dgn gambaran atipik
Dgn onset postpatum
Jika tidak maka tentukan juga gambarannya:
Dlm remisi parsial atau penuh
Kronis
Dgn gambaran katatonik.
Dgn gambaran melankolis
Dgn gambaran atipik
Dgn onset postpatum
Departemen Kesehatan cq Direktorat Jenderal Pelayanan Medik telah menerbitkan
Modul Anxietas dan Gangguan depresif bagi Dokter, dimana di dalamnya terdapat
algoritma MINI (Mini International Neuropsychiatric Interview). MINI merupakan alat
diagnostik untuk mengenali gangguan jiwa secara cepat setelah suatu pelatihan. Alat ini
berupa rangkaian pertanyaan yang diajukan melalui wawancara, yang harus dijawab
penderita dengan ya atau tidak. Mini Gangguan depresif dibuat oleh Lecrubier dan
Sheehan (1998) dan dialih bahasakan oleh Yayasan Depresi Indonesia bekerjasama
dengan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik (2002) MINI terlampir dalam buku ini.
Dengan alat wawancara ini kita dapat mengenal berbagai jenis gangguan depresif.
Uraian riwayat sakit fisik dan jiwa, riwayat keluarga, obat yang pernah diberikan
terapis sebelumnya serta gangguan di masa lalu perlu diambil dalam memahami
terjadinya gangguan depresif dalam diri individu untuk penanganan selanjutnya. Riwayat
16
penggunaan obat antidepresan atau obat lainnya perlu diperoleh, guna membantu
menentukan obat dan efektivitas obat yang dipilih.
3.6 Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi 3
a. Obat Anti Depresi Trisiklik (Tricyclic Antidepressants (TCA)) : Amitriptyline,
imipramine, clomipramine, tianeptine
b. Obat Anti Depresi Tetrasiklik : Maprotiline, mianserin, amoxapine
c. Obat Anti Depresi MAOI Reversible (Reversible Inhibitor Of Monoamine
Oxydase-A (RIMA)) : Moclobemide
d. Obat Anti Depresi SSRI (selective Serotonin Reuptake Inhibitors) : Sertraline,
paroxetine, fluvoxamine, fluoxetin, duloxetine, citalopram
e. Obat Anti Depresi Atypical : Trazodone, mirtazapine, venlafaxine
2. Psikoterapi 5
Terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhan-keluhan dan mencegah
kambuhnya gangguan psikologik.
a. Terapi Kognitif
Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan sindrom depresi melalui usaha yang
sistematis yaitu merubah cara pikir maladaptif dan otomtik pada pasien-pasien
depresi. Terapi ini berlangsung lebih kurang 12-16 sesi yang terbagi dalam 3 fase.
b. Terapi Perilaku
Terapi ini sering digunakan bersama-sama dengan terapi kognitif. Tujuan terapi
perilaku adalah meningkatkan aktivitas pasien, mengikutkan pasien dalam tugas-
tugas yang dapat meningkatkan perasaan yang menyenangkan, terbagi dalam 2
fase yaitu fase awal dan fase akhir.
c. Psikoterapi Suportif
Psikoterapi ini hampir selalu dinidikasikan yaitu memberikan kehangatan, empati,
pengertian, optimistik, membantu pasien untuk mengidentifikasi dan
mengekspresikan emosinya.
17
d. Psikoterapi Dinamik
Terapi ini dilakukan dalam periode jangka panjang. Perhatian terapi ini adalah
defisit psikologik yang menyeluruh yang diduga mendasari gangguan depresi
e. Psikoterapi Dinamik Singkat
Terapi ini berlangsung lebih pendek dengan tujuan menciptakan lingkungan yang
aman bagi pasien. Pasien dapat mengenal materi konfliknya dan dapat
mengekspresikannya.
3.7 Prognosis
Gangguang depresi memiliki banyak episode hal ini tergantung dengan kretirianya
masing-masing. Pada umumnya prognosis setiap episode adalah baik, akan tetapi
gangguan ini bersifat kronis sehingga psikiater harus menganjurkan strategi terapi untuk
mencegah kekambuhan dimasa yang akan datang.7
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Gangguan depresif adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai
masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode depresif,
gangguan distimik, gangguan depresif mayor dan gangguan depresif unipolar serta
bipolar.
2. Gangguan depresif dapat terjadi pada semua umur, dengan riwayat keluarga
mengalami gangguan depresif, biasanya dimulai pada usia 15 dan 30 tahun
3. Diagnosis gangguan depresif dapat merujuk pada Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi Ketiga (PPDGJ III) dan menurut
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fouth Edition, Text Revision
(DSM IV-TR)
4. Penatalaksanaan gangguan depresi terbagi dalam farmakoterapi dan psikoterapi.
a. Saran
1. Setiap dokter muda stase kedokteran jiwa harus dapat lebih memahami kriteria pada
gangguan psikosomatik untuk meningkatkan kompetensi menjadi seorang dokter.
2. Untuk kegunaan pendidikan, diperlukan penilaian pasien secara holistik yang
dilakukan oleh setiap dokter muda stase kedokteran jiwa agar dapat tepat mengenali
dan mendiagnosa pasien dengan gangguan depresif.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Saddock, Benjamin, dkk. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2010.
2. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III. Penerbit Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya, Komplek RS Atma Jaya, Jakarta. 2003
3. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic
Medication) Edisi Ketiga. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya,
Komplek RS Atma Jaya, Jakarta. 2007.
4. Direktorat Bina Farmasi Komunikasi dan Klinik. Pharmaceutical Care untuk penderita
gangguan depresif. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan
RI; 2007 (diakses pada 20 Juli 2015). Diunduh dari: URL:
http://binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361517835.pdf
5. Amir, Nurmiati. Depresi Aspek Neurobilogi, Diagnosis dan Tatalaksana. FKUI.2005
6. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, 4th Ed. DSM-IV-TR. American Psychiatric Association, 2000.
7. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa / Psikiatri, 2012.
20