critical appraisal

29
CRITICAL APPRAISAL OF CPG Pembimbing: dr. Azelia Nusadewiarti, MPH Oleh : Dira Alhamda 0618011049 Deffy Julianty 0718011010 Natasya Ayu Andamari 0718011021 Nidia Fifi Friandana 0718011023 Pascallinda Thenia 0718011070 Shinta Gasenova 0718011084 KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG 0

Upload: ishaprilia

Post on 12-Aug-2015

2.401 views

Category:

Documents


284 download

TRANSCRIPT

Page 1: Critical Appraisal

CRITICAL APPRAISAL OF CPG

Pembimbing:

dr. Azelia Nusadewiarti, MPH

Oleh :

Dira Alhamda 0618011049

Deffy Julianty 0718011010

Natasya Ayu Andamari 0718011021

Nidia Fifi Friandana 0718011023

Pascallinda Thenia 0718011070

Shinta Gasenova 0718011084

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

DESEMBER 2012

0

Page 2: Critical Appraisal

PENDAHULUAN

Evaluasi karya ilmiah yang otentik pada publikasi ilmiah jurnal nasional

(Indonesia) sampai saat ini belum pernah dilakukan kajian yang mendalam, sebaliknya

di kalangan penerbit jurnal internasional, karya ilmiah yang diterbitkan harus

memenuhi aspek “asli” dan “otentik” (genuine and verified). Di beberapa negara,

tindakan pemalsuan karya ilmiah (dan segala bentuknya) bisa dikenakan sanksi tegas

mulai dari sanksi administratif, sanksi akademis, hingga sanksi pidana. Sebagai contoh

di Amerika, telah terbentuk lembaga khusus untuk mengendalikan “mutu” kegiatan

ilmiah (penelitian, publikasi, dll) yang dilakukan oleh para peneliti, dosen, mahasiswa,

industri, laboratorium, dsb. Lembaga tersebut adalah Office of Research Integrity

(ORI).

Tidak semua informasi yang diterima yang berupa jurnal penelitian ilmiah

ataupun literatur yang dapat dijadikan sebagai clinicl practice guidline dapat dijadikan

pengetahuan yang diyakini kebenarannya untuk dijadikan panduan dalam tindakan.

Demikian halnya dengan informasi yang dihasilkan tidak selalu merupakan informasi

yang benar. Informasi tersebut perlu dilakukan pengkajian melalui berbagai kriteria

seperti kejelasan, ketelitian, ketepatan, reliabilitas, kemampu-terapan, bukti-bukti lain

yang mendukung, argumentasi yang digunakan dalam menyusun kesimpulan,

kedalaman, keluasan, serta dipertimbangkan kewajarannya. Proses dan kemampuan

tersebut digunakan untuk memahami konsep, menerapkan, mensintesis dan

mengevaluasi informasi yang didapat atau informasi yang dihasilkan

Proses berpikir untuk menilai informasi tersebut dilakukan secara sistematis

dengan menggunakan kriteria tersebut pada setiap bagian informasi seperti tujuannya,

permasalahan atau pokok persoalan yang ingin dicarikan jalan keluarnya, asumsi dan

konsep yang digunakan, dasar-dasar empiris, dampak atau akibat yang dapat

ditimbulkan, alternatif lain yang dapat digunakan. Keputusan atau kesimpulan yang

dilakukan dengan berpikir kritis merupakan informasi terbaik yang telah melalui

1

Page 3: Critical Appraisal

pengkajian dari berbagai sumber informasi termasuk mengkaji kesimpulan yang

dihasilkan dengan memberikan bukti-bukti yang mendukung.

Proses membangun informasi merupakan proses aktif menggunakan informasi

dan mengevaluasi hasil kesimpulan yang dibuat terhadap permasalahan yang dihadapi.

Proses tersebut memerlukan berbagai macam ketrampilan seperti:

Ketrampilan menangkap dan interpretasi untuk memahami argumentasi dan

pendapat orang lain

Ketrampilan untuk mengevaluasi secara kritis argumentasi dan pendapat

Ketrampilan untuk mengembangkan dan mempertahankan argumentasi yang

dibuat dengan dasar yang kuat.

2

Page 4: Critical Appraisal

ISI

1. Critical Appraisal

a. Definisi

Criticals appraisal adalah proses sistematis untuk menguji validitas, hasil,

dan relevansi dari sebuah bukti ilmiah (hasil penelitian) sebelum digunakan

untuk mengambil keputusan. Telaah kritis merupakan bagian penting dari

evidence-based medicine karena dapat menjembatani jurang antara hasil

riset dengan aplikasi praktis. (Chamber, R. 1998).

Critical appraisal adalah telaah kritis dimana para klinisi mampu menilai

secara efisien apakah suatu literatur kedokteran dapat digunakan untuk

menjawab pertanyaan klinis dan mampu menilai metodologi penelitian yang

digunakan dalam penelitian tertentu sehingga dapat diputuskan apakah

hasil penelitian tersebut dapat diterima atau tidak.

Criticals appraisal menjadi suatu keharusan bagi seorang klinisi (ex. Dokter)

untuk menerapkan pengetahuan baru dalam praktek sehari-hari. Criticals

appraisal digunakan untuk menilai validitas (kebenaran) dan kegunaan dari

suatu artikel atau journal ilmiah.

Jadi bagaimana kita dapat mengetahui bahwa data-data penelitian yang kita

dapatkan berkualitas baik, dapat dan layak dipercaya? Bagaimana kita dapat

memutuskan penelitian mana yang akan kita percaya jika seandainya kita

memperoleh dua data yang meliki topik yang sama namun kesimpulannya

berbeda. Karena hal-hal inilah kita perlu melakukan critical appraisal.

Adapun evaluasi dari critical appraisal ini meliputi ;

1. Relevansi

2. Peneliti : pakar, pemula, tempat

3

Page 5: Critical Appraisal

3. Sponsor : sumber dana

4. Rancangan penelitian : sesuai dengan tujuan penelitian

5. Perfomance penelitian : keandalan definisi operasional, alat

6. Prosedur menganalisa data

7. Pembahasan

8. Kesimpulan

Sedangkan Critical appraisal memiliki fungsi sebagai:

Secara sistematik mengevaluasi literature ilmiah Dapat memilih literature yang akan diambil

Memutuskan artikel manakah yang akan mempengaruhi pekerjaan yang akan dilakukan

Memisahkan penghalang antara peneliti dengan hasil penelitian

Mendukung perkembangan dari Evidence Based Practice (EBP).

b. Evidence Based Medicine (EBM)

EBM merupakan praktik kedokteran klinis yang memadukan bukti terbaik

yang ada, keterampilan klinis, dan nilai-nilai pasien. EBM bertujuan

membantu klinisi agar pelayanan medis memberikan hasil klinis yang

optimal kepada pasien.

Penggunaan bukti ilmiah dari riset terbaik memungkinkan pengambilan

keputusan klinis yang lebih efektif, bisa diandalkan, aman, dan cost-

effective.

EBM terdiri atas lima langkah:

Merumuskan pertanyaan klinis tentang masalah pasien;

Mencari bukti dari sumber database hasil riset yang otoritatif;

Menilai kritis bukti tentang validitas, kepentingan, dan kemampuan

penerapan bukti;

Menerapkan bukti pada pasien;

4

Page 6: Critical Appraisal

Mengevaluasi kinerja penerapan bukti yang telah dilakukan pada

pasien.

EBM menggunakan segala pertimbangan bukti ilmiah (evidence) yang sahih

yang diketahui hingga kini untuk menentukan pengobatan pada penderita

yang sedang kita hadapi. Ini merupakan penjabaran bukti ilmiah lebih lanjut

setelah obat dipasarkan dan seiring dengan pengobatan rasional.

EBM merupakan integrasi dari 3 unsur, yaitu bukti klinis (best research

evidence), keterampilan klinis (clinical expertise), serta Patient Concerns,

Values and Expectation.

Keterampilan klinis adalah keterampilan dan kemampuan menilai oleh

dokter yang didapat dari pengalaman dan prakterk klinik. Bukti klinis adalah

penilaian yang relevan secara klinis, dapat berupa ilmu-ilmu kedokteran

dasar, tetapi terutama dari riset-riset yang berorientasi pasien. Sebuah

penemuan klinis dapat mengganti sebuah uji metoda diagnosis maupun

terapi yang telah diterima ke metode baru yang lebih kuat, tepat, efektif,

dan aman. Sehingga dalam menerapkan suatu EBM, dokter tidak hanya

melihat berdasarkan pada keluhan pasien semata, tetapi juga dokter harus

dapat mencari informasi yang valid tentang penyakit yang tengah diderita

pasien. Dari informasi yang diperoleh, dokter diharapkan mampu

mengaplikasikannya sesuai dengan keadaan pasien.

Pengambilan keputusan dalam bidang kedokteran antara lain pada

diagnosis, pengobatan, pencegahan, prognosis, etiologi.

c. Kelebihan dan kekurangan critical appraisal

Kelebihan critical appraisal adalah:

Merupakan metode yang sistematis utk menilai hasil, validitas, dan

kegunaan dari publikasi artikel ilmiah.

Jalan untuk mengurangi jurang antara riset dengan praktis.5

Page 7: Critical Appraisal

Mendorong penilaian objektif tentang kegunaan sebuah informasi

ilmiah.

Critical appraisal merupakan keterampilan yang tidak sulit dikuasai dan

dikembangkan.

Kekurangan critical appraisal adalah:

Membutuhkan banyak waktu, terutama pada awal.

Tidak selalu memberikan jawaban yang mudah.

Mengurangi semangat, terutama bila akses terhadap hasil penelitian

yang baik pada bidang tertentu sangat terbatas.

d. Langkah-langkah yang perlu dilakukan

Secara formal penilaian kritis (critical appraisal) perlu dilakukan terhadap

kualitas bukti-bukti yang dilaporkan oleh artikel riset pada jurnal. Penilaian

kritis kualitas bukti dari artikel riset meliputi penilaian tentang validitas

(validity), kepentingan (importance), dan kemampuan penerapan

(applicability) buktibukti klinis tentang etiologi, diagnosis, terapi, prognosis,

pencegahan, kerugian, yang akan digunakan untuk pelayanan medis

individu pasien, disingkat “VIA”.

1. Validity

Setiap artikel laporan hasil riset perlu dinilai kritis tentang apakah

kesimpulan yang ditarik benar (valid), tidak mengandung bias. Bias

adalah kesalahan sistematis (systematic error) yang menyebabkan

kesimpulan hasil riset yang salah tentang akurasi tes diagnosis,

efektivitas intervensi, akurasi prognosis, maupun kerugian/ etiologi

penyakit.

Validitas (kebenaran) bukti yang diperoleh dari sebuah riset tergantung

dari cara peneliti memilih subjek/ sampel pasien penelitian, cara

6

Page 8: Critical Appraisal

mengukur variabel, dan mengendalikan pengaruh faktor ketiga yang

disebut faktor perancu (confounding factor). Untuk memperoleh hasi

riset yang benar (valid), maka sebuah riset perlu menggunakan desain

studi yang tepat.

2. Importance

Bukti yang disampaikan oleh suatu artikel tentang intervensi medis perlu

dinilai tidak hanya validitas (kebenaran)nya tetapi juga apakah

intervensi tersebut memberikan informasi diagnostik ataupun terapetik

yang substansial, yang cukup penting (important), sehingga berguna

untuk menegakkan diagnosis ataupun memilih terapi yang efektif.

Suatu tes diagnostik dipandang penting jika mampu mendiskriminasi

(membedakan) pasien yang sakit dan orang yang tidak sakit dengan

cukup substansial, sebagaimana ditunjukkan oleh ukuran akurasi tes

diagnostik. Suatu intervensi medis yang mampu secara substantif dan

konsisten mengurangi risiko terjadinya hasil buruk (bad outcome), atau

meningkatkan probabilitas terjadinya hasil baik (good outcome),

merupakan intervensi yang penting dan berguna untuk diberikan

kepada pasien. Suatu intervensi disebut penting hanya jika mampu

memberikan perubahan yang secara klinis maupun statistik signifikan,

tidak bisa hanya secara klinis signifikan atau hanya secara statistik

signifikan.

Ukuran efek yang lazim digunakan untuk menunjukkan manfaat terapi

dalam mencegah risiko terjadinya hasil buruk adalah absolute risk

reduction (ARR), relative risk reduction (RRR), dan number needed to

treat (NNT). Ukuran efek yang lazim digunakan untuk menunjukkan

manfaat terapi dalam meningkatkan kemungkinan terjadinya hasil baik

7

Page 9: Critical Appraisal

adalah absolute benefit increase (ABI), relative benefit increase (RBI),

dan number needed to treat (NNT).

Setiap intervensi medis di samping berpotensi memberikan manfaat juga

kerugian (harm). Ukuran efek yang digunakan untuk menunjukkan

meningkatnya risiko terjadi kerugian oleh suatu intervensi medis adalah

rasio risiko (RR), odds ratio (OR), absolute risk increase (ARI), relative

risk increase (RRI), dan number needed to harm (NNH).

3. Applicability

Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna jika bisa

diterapkan pada pasien di tempat praktik klinis. ‗Bukti terbaik‘ dari

sebuah setting riset belum tentu bisa langsung diekstrapolasi

(diperluas) kepada setting praktik klinis dokter. Untuk memahami

pernyataan itu perlu dipahami perbedaan antara konsep efikasi (efficacy)

dan efektivitas (effectiveness). Efikasi (efficacy) adalah bukti tentang

kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu intervensi, baik secara klinis

maupun statistik, seperti yang ditunjukkan pada situasi riset yang

sangat terkontrol. Situasi yang sangat terkontrol sering kali tidak sama

dengan situasi praktik klinis sehari-hari. Suatu intervensi menunjukkan

efikasi jika efek intervensi itu valid secara internal (internal validity),

dengan kata lain intervensi itu memberikan efektif ketika diterapkan

pada populasi sasaran (target population) (Gambar 1).

8

Page 10: Critical Appraisal

Gambar 1. Populasi sasaran, populasi eksternal, dan

kemampuan penerapan (applicability) bukti riset

Agar intervensi efektif ketika diterapkan pada populasi yang lebih luas,

yang tidak hanya meliputi populasi sasaran tetapi juga populasi

eksternal (external population), maka intervensi tersebut harus

menunjukkan efektivitas. Efektivitas (effectiveness) adalah bukti tentang

kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu intervensi, baik secara

klinis maupun statistik, sebagaimana ditunjukkan/ diterapkan pada

dunia yang nyata (“the real world”).

Efektivitas menunjukkan manfaat praktis-pragmatis dari sebuah

intervensi ketika diterapkan pada lingkungan pelayanan dokter yang

sesungguhnya, di mana banyak terdapat ketidakteraturan (irregularity)

dan ketidakpastian (uncertainty), meskipun pada lingkungan yang

sangat terkontrol alias terkendali intervensi itu mungkin efektif.

9

Page 11: Critical Appraisal

Kemampuan penerapan intervensi dipengaruhi oleh banyak faktor,

misalnya kesesuaian antara karakteristik populasi pasien dalam riset dan

pasien di tempat praktik, kesesuaian antara variabel hasil yang diteliti

dalam riset dan hasil yang diinginkan pada pasien (perbaikan klinis),

akseptabilitas dan kepatuhan pasien, keamanan (jangka pendek maupun

jangka panjang), biaya, cost-effectiveness, fisibilitas (kelayakan),

perbandingan dengan alternatif intervensi lainnya, preferensi pasien,

akseptabilitas sosial, dan sebagainya. Pertimbangan semua faktor

tersebut diperlukan untuk menentukan kemampuan penerapan

intervensi.

Dokter bekerja di dunia nyata, bukan dunia maya atau ―dunia lain.

Karena itu keputusan untuk menggunakan/ tidak menggunakan

intervensi perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas (effectiveness) intervensi. Suatu riset

yang menemukan efektivitas intervensi, dengan kata lain intervensi

yang efektif ketika diterapkan pada populasi umum (populasi

eksternal), maka temuan riset itu dikatakan memiliki validitas

eksternal (external validity). Berdasarkan fakta tersebut maka dalam

praktik EBM, “bukti efektivitas” (“evidence of effectiveness”) lebih

bernilai daripada “bukti efikasi” (“evidence of efficacy”)

e. Apa yang dinilai pada critical apraisal

1. Deskripsi umum

Desain

Populasi target, terjangkau, sampel.

Cara pemilihan sampel.

Variabel bebas.

Variabel tergantung.

10

Page 12: Critical Appraisal

2. Validitas interna, hubungan non-kasual

Bias

Chance

Confounding

3. Validitas interna, hubungan kausal

Hubungan waktu

Asosiasi kuat

Hubungan dosis

Hasil konsisten

Hubungan bersifat spesifik

Koherensi

Hasil biologically plausible.

4. Validitas eksterna

Hasil dapat diterapkan pada subjek terpilih.

Hasil dapat diterapkan pada populasi terjangkau.

Hasil dapat diterapkan pada populasi yang lebih luas.

2. Clinical practice Guidlines

a. Definisi

Clinical practice guidelines adalah suatu pernyataan-pernyataan yang

sistematis yang memiliki dasar yang kuat untuk membantu praktisi dalam

mengambil keputusan bagi pasien tentang kesesuaian dalam pelayanan

kesehatan dalam cakupan spesifik. CPG merupakan salah satu jenis dari alat

ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam rangka proses

peningkatan kualitas.

Sejak 10 tahun terakhir Perkembangan dari CPGs yang dipublikasikan dalam

literature atau textbook sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya 11

Page 13: Critical Appraisal

textbook yang dicetak ataupun bahkan banyak muncul textbook terbaru di

tiap cabang ilmu. Bagaimanapun juga perkembangan CPGs ini menghasilkan

beberapa perbedaan oleh beberapa kelompok dalam rekomendasi terapi.

Proses sistematis dalam perkembangan CPGs dapat diartikan sebagai upaya

untuk memastikan bahwa CPG ini berdasarkan dari bukti-bukti terbaik yang

ada didukung oleh ahli-ahli klinis dan hasil yang didapatkan pada pasien.

b. Tujuan CPG

Menurut Woolf dkk dan Wollersheim dkk, tujuan CPG adalah

Meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien dan hasil akhir pelayanan

kesehatan

Meringkas temuan hasil-hasil penelitian dan membuat keputusan klinis

lebih transparan.

Mengurangi perbedaan-perbedaan dalam pelayanan kesehatan.

Meningkatkan efisiensi serta pemanfaatan sumber daya yang ada

Mencari perbedaan dalam hal ilmu pengetahuan dan prioritas penelitian

Menyediakan tuntunan bagi konsumen, memberikan keleluasaan bagi

pasien.

Memberi tahu kebijakan publik.

Mendukung dalam hal mengontrol kualitas meliputi audit pada praktek

klinik atau rumah sakit.

CPGs disusun berdasarkan atas :

1. Bukti terbaik yang tersedia (Best available evidences)

2. Keahlian klinis (Clinical expertise)

3. Pilihan Pasien (Patient preferenc

10 dimensi (hal pokok) dari CPG :

1. Validity

12

Page 14: Critical Appraisal

2. Reliability / reproducibility

3. Clinical applicability

4. Clinical flexibility

5. Clarity

6. Scheduled review

7. Development team

8. Implementation

9. Dissemination

10. Evaluation

Dasar mengapa sangat diperlukanya Critical Appraisal pada Clinical Practical

Guidelines ?

13

Is a CPG needed?

Convene a CPG working

group

Determine how the CPGworking group will

operate

Is a suitable CPG available

for use/adaptation?

NO YES

Develop a CPG

Identify key questions

Perform a systematic search

Select and appraise the quality of the studies

Develop clear

recommendations

Adapt a CPG

Search for CPGs

Assess CPG quality

Adapt the CPG

Write CPG

Consult, endorse and

pilot CPG

Update CPG

Page 15: Critical Appraisal

Perkembangan ilmu kedokteran dari waktu ke waktu sangat pesat sehingga kita

harus terus melakukan update pengetahuan kita. Hal ini dapat kita lakukan

dengan cara membaca jurnal, tulisan penelitian, majalah ilmiah ataupun

membaca CPGs terbaru. Meskipun demikian, tidak semua data yang kita

peroleh kita percayai sepenuhnya. Kita harus melakukan Critical Appraisal dari

data-data yang kita peroleh tadi sesuai dengan langkah-langkah evaluasi.

Berdasarkan bagan diatas, dapat diketahui bahwa update CPGs memerlukan

langkah-langkah yang sistematis, dimana untuk meng-update CPGs perlu juga

dilakukan penelitian. Dalam hal inilah perlu dilakukan Clinical Appraisal dari

data hasil penelitian tersebut sehingga data yang akan menjadi salah satu dasar

kita dalam mengambil keputusan pelayanan kesehatan yang akan kita pilih

merupakan langkah yang benar dan tidak menuntun kita membuat keputusan

yang salah.

KESIMPULAN

14

Page 16: Critical Appraisal

Karya ilmiah yang diterbitkan harus memenuhi aspek “asli” dan “otentik” (genuine and

verified). Oleh sebab itu Ketika kita membaca suatu hasil penelitian penting bagi kita untuk

mengingat bahwa ada 3 hal penting yang harus kita ingat : validity, result, relevance. Dan

penting untuk kita mengingat hal-hal seperti :

Apakah penelitian yang dilakukan telah melakukan hal-hal yang diperlukan untuk

meminimalisir kemungkinan terjadinya bias ?

Jika demikian, apakah hasil yang ditunjukkan dari penelitan ini ?

Apa manfaat hasil penelitian ini berkaitan dengan kepentingan pasien (dalam hal ini

mengacu pada pengambilan keputusan pemilihan pelayanan kesehatan) ?

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 17: Critical Appraisal

Am J Med. 1997. Problems in the evidence of evidence-based medicine. PubMed

Result: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9428837

Elstein and Schwarz . 2002. Evidence base of clinical diagnosis Clinical problem solving

and diagnostic decision making selective review of the cognitive literature.

Diunduh dari BMJ: http://www.bmj.com/cgi/content/full/324/7339/729

Indah S. Widyahening. 2008. Pengantar Evidence based Medicine. Diunduh dari:

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/d22139ab8cae4502661dbdbcb045

5b76277da1b8.pdf

Sackett and Rosenberg. 2007. On the need for evidence-based medicine. Diunduh dari:

http://jpubhealth.oxfordjournals.org/cgi/content/abstract/17/3/330

Sackett et al. 2009. Evidence based medicine what it is and what it isn't. diunduh dari

BMJ: http://www.bmj.com/cgi/content/extract/312/7023/71

Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, MSc, PhD. Makalah “Pengantar Evidence-Based”. Ilmu

Kesehatan Masyarakat:Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.

CRITICAL APPRAISAL OF CLINICAL PRACTICES GUIDELINES

Vaginal Delivery of Breech Presentation

16

Page 18: Critical Appraisal

CPG ini dikeluarkan oleh : SOGC (The Society of Obstetricians and Gynaecologists of

Canada)

Publikasi : Juni 2009

Telah ditinjau oleh : Maternal Fetal Medicine Comittee

Obstetricians and Gynaecologists of Canada

Critical Appraisal

1. Validitas

CPG ini telah dibandingkan dengan The 2006 American College of Obstetricians’s

Comitee Opinion dan the 2006 Royal College of Obstetricians and Gynaecologists

Green Top Guideline. CPG ini bersumber dari penelitian dengan metode yang sudah

memenuhi syarat validitas.

2. Reliabilitas

Dalam penilaian reliabilitas, pembuatan CPG ini didukung oleh beberapa bukti yang

dapat dipercaya, dapat dilihat melalui ;

Teknik sampling : penelitian dilakukan dengan uji acak jadi semua elemen populasi

yang akan dijadikan sampel berpeluang 100% untuk bisa dipilih menjadi sampel.

Desain penelitian : dengan menggunakan desain penelitian studi prospektif cohort,

kemudian data yang persalinan sungsang pervaginam yang diperoleh dibandingkan

secara retrospektif dengan data persalinan sungsang Caesar.

CPG ini juga disusun berdasarkan bukti studi epidemiologi, pengaruh jangka panjang

pada janin yang dilahirkan dari persalinan sungsang pervaginam akan dibandingkan

dengan persalinan sungsang Caesar.

3. Clinical Applicability

CPG ini berisikan beberapa rekomendasi mulai dari :

17

Page 19: Critical Appraisal

Kriteria pemilihan persalinan

Manajemen persalinan

Teknis persalinan

Pengaturan dan perizinan (persetujuan)

Yang dapat diaplikasikan di klinik oleh tenaga kesehatan penolong persalinan

4. Clinical Flexibility

CPG hanya bersifat flexible untuk persalinan dengan presentasi sungsang, tidak dapat

digunakan untuk persalinan dengan presentasi yang lain dan karakteristik sampel yang

tidak sama dengan sampel yang digunakan sebagai sampel eksperimental pengambilan

CPG membuat CPG ini harus ditelaahlebih dahulu apabila ingin diadopsi.

5. Clarity

CPG ini disponsori oleh perkumpulan dokter spesialis kandungan dan ginekologis di

Kanada. CPG ini dibuat bertujuan untuk menurunkan angka kematian prenatal, angka

morbiditas neonatal, morbiditas bayi, dan kematian ibu di Kanada akibat kelahiran

dengan presentasi sungsang.

CPG ini dibuat untuk memberikan pilihan lain kepada ibu-ibu yang melahirkan dengan

memiliki kriteria janin presentasi sungsang untuk dapat melahirkan pervaginam

dengan aman tanpa harus melalui Caesar. Tidak ada kesan berupa titipan atau

latarbelakang lain.

6. Scheduled Review

Tinjauan kepustakaan CPG ini didukung baik dari data epidemiologis maupun studi

langsung (Cohort) namun sayangnya hasil penelitian tidak dicantumkan secara

keseluruhan dan kurang detail, literature-literatur yang digunakan terpercaya baik dari

tahun lama sampai tahun terbaru yang dapat dlihat dari daftar pustakanya. Serta

tinjauan kepustakaan diperoleh dari CPG tahun-tahun sebelumnya yang dinyatakan

sudah harus digantikan tapi sayangnya tidak dipikirkan.

18

Page 20: Critical Appraisal

7. Development Team

Tim pengembangan CPG ini terdiri dari maternal fetal medicine commite dan the

executive and council of the society of Obstetricians and Gynecologist of Canada.

8. Implementation

CPG ini telah diterapkan di Kanda. Dan dapat diterapkan dinegara-negara maju yang

tenaga kesehatannya (SDM) sudah terbilang professional untuk menangani proses

pesalinan sungsang pervaginam.

9. Dissemination

Pengidentifikasian data dan penelusuran artikel untuk pembuatan CPG ini dilakukan

sampai 1 Juni 2008, kemudian baru mulai dipublikasikan melalui SOGC CPG Vaginal

delivery of Breech Presntation no. 266 Juni tahun 2009

10. Evaluation

Penggunaan CPG ini perlu dievaluasi kembali apabila ingin digunakan di Indonesia.

Karena karakteristik anatomis, demografis, keprofesionalan tenaga kesehatan

penolong persalinan, dan kebijakan kesehatan di Indonesia terkait upaya penurunan

AKB dan AKI berbeda dengan Kanada. Kanada yang notabene merupakan Negara maju

yang AKI dan AKB nya rendah , tenaga kesehatannya sudah terbilang professional serta

pelayanan ante-post-natalnya baik tentu akan mapu menangani kasus kelahiran

sungsang dengan persalinan pervaginam dengan komplikasi minimal. CPG ini berisikan

petunjuk persalinan pervaginam dengan presentasi seungsang yang tentu akan

menimbulkan komplikasi lebih besar dibandingkan persalinan sungsang via section

caesaria apabila tidak ditunjang dengan tenaga penolong persalinan yang professional.

Ditinjau ; British medical jurnal dicurigai manipulasi dalam penelitian

19

Page 21: Critical Appraisal

Ram B Singh (1992), seorang dokter umum dari Morodabad (India) mempublikasikan

temuannya bahwa diet rendah serat selama 1 tahun dapat mengurangi resiko

kematian sebesar setengah kali. Publikasi ilmiah dilakukan melalui British Medical

Journal (BMJ). Di kemudian hari, dr. RB Singh kemudian secara berulang memasukkan

beberapa tulisan dengan hasil yang hampir mirip, pihak BMJ mencurigai hasil karya dr.

RB Singh yang kemudian meminta editor untuk memeriksa keabsahan seluruh karya

ilmiah dr. RB Singh. Ternyata peneliti (dr. RB Singh ) tidak bisa memberikan bukti

otentik data penelitian yang disangkakan palsu sehingga dr. RB Singh dinyatakan telah

melakukan research misconduct dalam bentuk fabrikasi data (data fabrication).

Research misconduct (US Federal Register, 2005) terdapat beberapa jenis:

1. Fabrication, yaitu pembuatan data atau hasil penelitian dan pencatatan serta

pelaporan palsu pada sebuah kegiatan ilmiah.

2. Falsification, yaitu manipulasi bahan penelitian, perlengkapan, atau proses,

atau merubah, atau menghilangkan data atau hasil dari penelitian yang

menyebabkan berkurangnya ketepatan penelitian.

3. Plagiarism, yaitu mengutip ide orang lain, proses, hasil atau tulisan orang lain

tanpa memberikan pengakuan. Berdasarkan beberapa hal diatas, penulis

kemudian tertarik untuk melakukan critical appraisal jurnal terutama

mengenai metode deteksi statistik untuk mengetahui research misconduct.

20