critical appraisal
TRANSCRIPT
CRITICAL APPRAISAL OF CPG
Pembimbing:
dr. Azelia Nusadewiarti, MPH
Oleh :
Dira Alhamda 0618011049
Deffy Julianty 0718011010
Natasya Ayu Andamari 0718011021
Nidia Fifi Friandana 0718011023
Pascallinda Thenia 0718011070
Shinta Gasenova 0718011084
KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DESEMBER 2012
0
PENDAHULUAN
Evaluasi karya ilmiah yang otentik pada publikasi ilmiah jurnal nasional
(Indonesia) sampai saat ini belum pernah dilakukan kajian yang mendalam, sebaliknya
di kalangan penerbit jurnal internasional, karya ilmiah yang diterbitkan harus
memenuhi aspek “asli” dan “otentik” (genuine and verified). Di beberapa negara,
tindakan pemalsuan karya ilmiah (dan segala bentuknya) bisa dikenakan sanksi tegas
mulai dari sanksi administratif, sanksi akademis, hingga sanksi pidana. Sebagai contoh
di Amerika, telah terbentuk lembaga khusus untuk mengendalikan “mutu” kegiatan
ilmiah (penelitian, publikasi, dll) yang dilakukan oleh para peneliti, dosen, mahasiswa,
industri, laboratorium, dsb. Lembaga tersebut adalah Office of Research Integrity
(ORI).
Tidak semua informasi yang diterima yang berupa jurnal penelitian ilmiah
ataupun literatur yang dapat dijadikan sebagai clinicl practice guidline dapat dijadikan
pengetahuan yang diyakini kebenarannya untuk dijadikan panduan dalam tindakan.
Demikian halnya dengan informasi yang dihasilkan tidak selalu merupakan informasi
yang benar. Informasi tersebut perlu dilakukan pengkajian melalui berbagai kriteria
seperti kejelasan, ketelitian, ketepatan, reliabilitas, kemampu-terapan, bukti-bukti lain
yang mendukung, argumentasi yang digunakan dalam menyusun kesimpulan,
kedalaman, keluasan, serta dipertimbangkan kewajarannya. Proses dan kemampuan
tersebut digunakan untuk memahami konsep, menerapkan, mensintesis dan
mengevaluasi informasi yang didapat atau informasi yang dihasilkan
Proses berpikir untuk menilai informasi tersebut dilakukan secara sistematis
dengan menggunakan kriteria tersebut pada setiap bagian informasi seperti tujuannya,
permasalahan atau pokok persoalan yang ingin dicarikan jalan keluarnya, asumsi dan
konsep yang digunakan, dasar-dasar empiris, dampak atau akibat yang dapat
ditimbulkan, alternatif lain yang dapat digunakan. Keputusan atau kesimpulan yang
dilakukan dengan berpikir kritis merupakan informasi terbaik yang telah melalui
1
pengkajian dari berbagai sumber informasi termasuk mengkaji kesimpulan yang
dihasilkan dengan memberikan bukti-bukti yang mendukung.
Proses membangun informasi merupakan proses aktif menggunakan informasi
dan mengevaluasi hasil kesimpulan yang dibuat terhadap permasalahan yang dihadapi.
Proses tersebut memerlukan berbagai macam ketrampilan seperti:
Ketrampilan menangkap dan interpretasi untuk memahami argumentasi dan
pendapat orang lain
Ketrampilan untuk mengevaluasi secara kritis argumentasi dan pendapat
Ketrampilan untuk mengembangkan dan mempertahankan argumentasi yang
dibuat dengan dasar yang kuat.
2
ISI
1. Critical Appraisal
a. Definisi
Criticals appraisal adalah proses sistematis untuk menguji validitas, hasil,
dan relevansi dari sebuah bukti ilmiah (hasil penelitian) sebelum digunakan
untuk mengambil keputusan. Telaah kritis merupakan bagian penting dari
evidence-based medicine karena dapat menjembatani jurang antara hasil
riset dengan aplikasi praktis. (Chamber, R. 1998).
Critical appraisal adalah telaah kritis dimana para klinisi mampu menilai
secara efisien apakah suatu literatur kedokteran dapat digunakan untuk
menjawab pertanyaan klinis dan mampu menilai metodologi penelitian yang
digunakan dalam penelitian tertentu sehingga dapat diputuskan apakah
hasil penelitian tersebut dapat diterima atau tidak.
Criticals appraisal menjadi suatu keharusan bagi seorang klinisi (ex. Dokter)
untuk menerapkan pengetahuan baru dalam praktek sehari-hari. Criticals
appraisal digunakan untuk menilai validitas (kebenaran) dan kegunaan dari
suatu artikel atau journal ilmiah.
Jadi bagaimana kita dapat mengetahui bahwa data-data penelitian yang kita
dapatkan berkualitas baik, dapat dan layak dipercaya? Bagaimana kita dapat
memutuskan penelitian mana yang akan kita percaya jika seandainya kita
memperoleh dua data yang meliki topik yang sama namun kesimpulannya
berbeda. Karena hal-hal inilah kita perlu melakukan critical appraisal.
Adapun evaluasi dari critical appraisal ini meliputi ;
1. Relevansi
2. Peneliti : pakar, pemula, tempat
3
3. Sponsor : sumber dana
4. Rancangan penelitian : sesuai dengan tujuan penelitian
5. Perfomance penelitian : keandalan definisi operasional, alat
6. Prosedur menganalisa data
7. Pembahasan
8. Kesimpulan
Sedangkan Critical appraisal memiliki fungsi sebagai:
Secara sistematik mengevaluasi literature ilmiah Dapat memilih literature yang akan diambil
Memutuskan artikel manakah yang akan mempengaruhi pekerjaan yang akan dilakukan
Memisahkan penghalang antara peneliti dengan hasil penelitian
Mendukung perkembangan dari Evidence Based Practice (EBP).
b. Evidence Based Medicine (EBM)
EBM merupakan praktik kedokteran klinis yang memadukan bukti terbaik
yang ada, keterampilan klinis, dan nilai-nilai pasien. EBM bertujuan
membantu klinisi agar pelayanan medis memberikan hasil klinis yang
optimal kepada pasien.
Penggunaan bukti ilmiah dari riset terbaik memungkinkan pengambilan
keputusan klinis yang lebih efektif, bisa diandalkan, aman, dan cost-
effective.
EBM terdiri atas lima langkah:
Merumuskan pertanyaan klinis tentang masalah pasien;
Mencari bukti dari sumber database hasil riset yang otoritatif;
Menilai kritis bukti tentang validitas, kepentingan, dan kemampuan
penerapan bukti;
Menerapkan bukti pada pasien;
4
Mengevaluasi kinerja penerapan bukti yang telah dilakukan pada
pasien.
EBM menggunakan segala pertimbangan bukti ilmiah (evidence) yang sahih
yang diketahui hingga kini untuk menentukan pengobatan pada penderita
yang sedang kita hadapi. Ini merupakan penjabaran bukti ilmiah lebih lanjut
setelah obat dipasarkan dan seiring dengan pengobatan rasional.
EBM merupakan integrasi dari 3 unsur, yaitu bukti klinis (best research
evidence), keterampilan klinis (clinical expertise), serta Patient Concerns,
Values and Expectation.
Keterampilan klinis adalah keterampilan dan kemampuan menilai oleh
dokter yang didapat dari pengalaman dan prakterk klinik. Bukti klinis adalah
penilaian yang relevan secara klinis, dapat berupa ilmu-ilmu kedokteran
dasar, tetapi terutama dari riset-riset yang berorientasi pasien. Sebuah
penemuan klinis dapat mengganti sebuah uji metoda diagnosis maupun
terapi yang telah diterima ke metode baru yang lebih kuat, tepat, efektif,
dan aman. Sehingga dalam menerapkan suatu EBM, dokter tidak hanya
melihat berdasarkan pada keluhan pasien semata, tetapi juga dokter harus
dapat mencari informasi yang valid tentang penyakit yang tengah diderita
pasien. Dari informasi yang diperoleh, dokter diharapkan mampu
mengaplikasikannya sesuai dengan keadaan pasien.
Pengambilan keputusan dalam bidang kedokteran antara lain pada
diagnosis, pengobatan, pencegahan, prognosis, etiologi.
c. Kelebihan dan kekurangan critical appraisal
Kelebihan critical appraisal adalah:
Merupakan metode yang sistematis utk menilai hasil, validitas, dan
kegunaan dari publikasi artikel ilmiah.
Jalan untuk mengurangi jurang antara riset dengan praktis.5
Mendorong penilaian objektif tentang kegunaan sebuah informasi
ilmiah.
Critical appraisal merupakan keterampilan yang tidak sulit dikuasai dan
dikembangkan.
Kekurangan critical appraisal adalah:
Membutuhkan banyak waktu, terutama pada awal.
Tidak selalu memberikan jawaban yang mudah.
Mengurangi semangat, terutama bila akses terhadap hasil penelitian
yang baik pada bidang tertentu sangat terbatas.
d. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
Secara formal penilaian kritis (critical appraisal) perlu dilakukan terhadap
kualitas bukti-bukti yang dilaporkan oleh artikel riset pada jurnal. Penilaian
kritis kualitas bukti dari artikel riset meliputi penilaian tentang validitas
(validity), kepentingan (importance), dan kemampuan penerapan
(applicability) buktibukti klinis tentang etiologi, diagnosis, terapi, prognosis,
pencegahan, kerugian, yang akan digunakan untuk pelayanan medis
individu pasien, disingkat “VIA”.
1. Validity
Setiap artikel laporan hasil riset perlu dinilai kritis tentang apakah
kesimpulan yang ditarik benar (valid), tidak mengandung bias. Bias
adalah kesalahan sistematis (systematic error) yang menyebabkan
kesimpulan hasil riset yang salah tentang akurasi tes diagnosis,
efektivitas intervensi, akurasi prognosis, maupun kerugian/ etiologi
penyakit.
Validitas (kebenaran) bukti yang diperoleh dari sebuah riset tergantung
dari cara peneliti memilih subjek/ sampel pasien penelitian, cara
6
mengukur variabel, dan mengendalikan pengaruh faktor ketiga yang
disebut faktor perancu (confounding factor). Untuk memperoleh hasi
riset yang benar (valid), maka sebuah riset perlu menggunakan desain
studi yang tepat.
2. Importance
Bukti yang disampaikan oleh suatu artikel tentang intervensi medis perlu
dinilai tidak hanya validitas (kebenaran)nya tetapi juga apakah
intervensi tersebut memberikan informasi diagnostik ataupun terapetik
yang substansial, yang cukup penting (important), sehingga berguna
untuk menegakkan diagnosis ataupun memilih terapi yang efektif.
Suatu tes diagnostik dipandang penting jika mampu mendiskriminasi
(membedakan) pasien yang sakit dan orang yang tidak sakit dengan
cukup substansial, sebagaimana ditunjukkan oleh ukuran akurasi tes
diagnostik. Suatu intervensi medis yang mampu secara substantif dan
konsisten mengurangi risiko terjadinya hasil buruk (bad outcome), atau
meningkatkan probabilitas terjadinya hasil baik (good outcome),
merupakan intervensi yang penting dan berguna untuk diberikan
kepada pasien. Suatu intervensi disebut penting hanya jika mampu
memberikan perubahan yang secara klinis maupun statistik signifikan,
tidak bisa hanya secara klinis signifikan atau hanya secara statistik
signifikan.
Ukuran efek yang lazim digunakan untuk menunjukkan manfaat terapi
dalam mencegah risiko terjadinya hasil buruk adalah absolute risk
reduction (ARR), relative risk reduction (RRR), dan number needed to
treat (NNT). Ukuran efek yang lazim digunakan untuk menunjukkan
manfaat terapi dalam meningkatkan kemungkinan terjadinya hasil baik
7
adalah absolute benefit increase (ABI), relative benefit increase (RBI),
dan number needed to treat (NNT).
Setiap intervensi medis di samping berpotensi memberikan manfaat juga
kerugian (harm). Ukuran efek yang digunakan untuk menunjukkan
meningkatnya risiko terjadi kerugian oleh suatu intervensi medis adalah
rasio risiko (RR), odds ratio (OR), absolute risk increase (ARI), relative
risk increase (RRI), dan number needed to harm (NNH).
3. Applicability
Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna jika bisa
diterapkan pada pasien di tempat praktik klinis. ‗Bukti terbaik‘ dari
sebuah setting riset belum tentu bisa langsung diekstrapolasi
(diperluas) kepada setting praktik klinis dokter. Untuk memahami
pernyataan itu perlu dipahami perbedaan antara konsep efikasi (efficacy)
dan efektivitas (effectiveness). Efikasi (efficacy) adalah bukti tentang
kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu intervensi, baik secara klinis
maupun statistik, seperti yang ditunjukkan pada situasi riset yang
sangat terkontrol. Situasi yang sangat terkontrol sering kali tidak sama
dengan situasi praktik klinis sehari-hari. Suatu intervensi menunjukkan
efikasi jika efek intervensi itu valid secara internal (internal validity),
dengan kata lain intervensi itu memberikan efektif ketika diterapkan
pada populasi sasaran (target population) (Gambar 1).
8
Gambar 1. Populasi sasaran, populasi eksternal, dan
kemampuan penerapan (applicability) bukti riset
Agar intervensi efektif ketika diterapkan pada populasi yang lebih luas,
yang tidak hanya meliputi populasi sasaran tetapi juga populasi
eksternal (external population), maka intervensi tersebut harus
menunjukkan efektivitas. Efektivitas (effectiveness) adalah bukti tentang
kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu intervensi, baik secara
klinis maupun statistik, sebagaimana ditunjukkan/ diterapkan pada
dunia yang nyata (“the real world”).
Efektivitas menunjukkan manfaat praktis-pragmatis dari sebuah
intervensi ketika diterapkan pada lingkungan pelayanan dokter yang
sesungguhnya, di mana banyak terdapat ketidakteraturan (irregularity)
dan ketidakpastian (uncertainty), meskipun pada lingkungan yang
sangat terkontrol alias terkendali intervensi itu mungkin efektif.
9
Kemampuan penerapan intervensi dipengaruhi oleh banyak faktor,
misalnya kesesuaian antara karakteristik populasi pasien dalam riset dan
pasien di tempat praktik, kesesuaian antara variabel hasil yang diteliti
dalam riset dan hasil yang diinginkan pada pasien (perbaikan klinis),
akseptabilitas dan kepatuhan pasien, keamanan (jangka pendek maupun
jangka panjang), biaya, cost-effectiveness, fisibilitas (kelayakan),
perbandingan dengan alternatif intervensi lainnya, preferensi pasien,
akseptabilitas sosial, dan sebagainya. Pertimbangan semua faktor
tersebut diperlukan untuk menentukan kemampuan penerapan
intervensi.
Dokter bekerja di dunia nyata, bukan dunia maya atau ―dunia lain.
Karena itu keputusan untuk menggunakan/ tidak menggunakan
intervensi perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas (effectiveness) intervensi. Suatu riset
yang menemukan efektivitas intervensi, dengan kata lain intervensi
yang efektif ketika diterapkan pada populasi umum (populasi
eksternal), maka temuan riset itu dikatakan memiliki validitas
eksternal (external validity). Berdasarkan fakta tersebut maka dalam
praktik EBM, “bukti efektivitas” (“evidence of effectiveness”) lebih
bernilai daripada “bukti efikasi” (“evidence of efficacy”)
e. Apa yang dinilai pada critical apraisal
1. Deskripsi umum
Desain
Populasi target, terjangkau, sampel.
Cara pemilihan sampel.
Variabel bebas.
Variabel tergantung.
10
2. Validitas interna, hubungan non-kasual
Bias
Chance
Confounding
3. Validitas interna, hubungan kausal
Hubungan waktu
Asosiasi kuat
Hubungan dosis
Hasil konsisten
Hubungan bersifat spesifik
Koherensi
Hasil biologically plausible.
4. Validitas eksterna
Hasil dapat diterapkan pada subjek terpilih.
Hasil dapat diterapkan pada populasi terjangkau.
Hasil dapat diterapkan pada populasi yang lebih luas.
2. Clinical practice Guidlines
a. Definisi
Clinical practice guidelines adalah suatu pernyataan-pernyataan yang
sistematis yang memiliki dasar yang kuat untuk membantu praktisi dalam
mengambil keputusan bagi pasien tentang kesesuaian dalam pelayanan
kesehatan dalam cakupan spesifik. CPG merupakan salah satu jenis dari alat
ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam rangka proses
peningkatan kualitas.
Sejak 10 tahun terakhir Perkembangan dari CPGs yang dipublikasikan dalam
literature atau textbook sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya 11
textbook yang dicetak ataupun bahkan banyak muncul textbook terbaru di
tiap cabang ilmu. Bagaimanapun juga perkembangan CPGs ini menghasilkan
beberapa perbedaan oleh beberapa kelompok dalam rekomendasi terapi.
Proses sistematis dalam perkembangan CPGs dapat diartikan sebagai upaya
untuk memastikan bahwa CPG ini berdasarkan dari bukti-bukti terbaik yang
ada didukung oleh ahli-ahli klinis dan hasil yang didapatkan pada pasien.
b. Tujuan CPG
Menurut Woolf dkk dan Wollersheim dkk, tujuan CPG adalah
Meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien dan hasil akhir pelayanan
kesehatan
Meringkas temuan hasil-hasil penelitian dan membuat keputusan klinis
lebih transparan.
Mengurangi perbedaan-perbedaan dalam pelayanan kesehatan.
Meningkatkan efisiensi serta pemanfaatan sumber daya yang ada
Mencari perbedaan dalam hal ilmu pengetahuan dan prioritas penelitian
Menyediakan tuntunan bagi konsumen, memberikan keleluasaan bagi
pasien.
Memberi tahu kebijakan publik.
Mendukung dalam hal mengontrol kualitas meliputi audit pada praktek
klinik atau rumah sakit.
CPGs disusun berdasarkan atas :
1. Bukti terbaik yang tersedia (Best available evidences)
2. Keahlian klinis (Clinical expertise)
3. Pilihan Pasien (Patient preferenc
10 dimensi (hal pokok) dari CPG :
1. Validity
12
2. Reliability / reproducibility
3. Clinical applicability
4. Clinical flexibility
5. Clarity
6. Scheduled review
7. Development team
8. Implementation
9. Dissemination
10. Evaluation
Dasar mengapa sangat diperlukanya Critical Appraisal pada Clinical Practical
Guidelines ?
13
Is a CPG needed?
Convene a CPG working
group
Determine how the CPGworking group will
operate
Is a suitable CPG available
for use/adaptation?
NO YES
Develop a CPG
Identify key questions
Perform a systematic search
Select and appraise the quality of the studies
Develop clear
recommendations
Adapt a CPG
Search for CPGs
Assess CPG quality
Adapt the CPG
Write CPG
Consult, endorse and
pilot CPG
Update CPG
Perkembangan ilmu kedokteran dari waktu ke waktu sangat pesat sehingga kita
harus terus melakukan update pengetahuan kita. Hal ini dapat kita lakukan
dengan cara membaca jurnal, tulisan penelitian, majalah ilmiah ataupun
membaca CPGs terbaru. Meskipun demikian, tidak semua data yang kita
peroleh kita percayai sepenuhnya. Kita harus melakukan Critical Appraisal dari
data-data yang kita peroleh tadi sesuai dengan langkah-langkah evaluasi.
Berdasarkan bagan diatas, dapat diketahui bahwa update CPGs memerlukan
langkah-langkah yang sistematis, dimana untuk meng-update CPGs perlu juga
dilakukan penelitian. Dalam hal inilah perlu dilakukan Clinical Appraisal dari
data hasil penelitian tersebut sehingga data yang akan menjadi salah satu dasar
kita dalam mengambil keputusan pelayanan kesehatan yang akan kita pilih
merupakan langkah yang benar dan tidak menuntun kita membuat keputusan
yang salah.
KESIMPULAN
14
Karya ilmiah yang diterbitkan harus memenuhi aspek “asli” dan “otentik” (genuine and
verified). Oleh sebab itu Ketika kita membaca suatu hasil penelitian penting bagi kita untuk
mengingat bahwa ada 3 hal penting yang harus kita ingat : validity, result, relevance. Dan
penting untuk kita mengingat hal-hal seperti :
Apakah penelitian yang dilakukan telah melakukan hal-hal yang diperlukan untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya bias ?
Jika demikian, apakah hasil yang ditunjukkan dari penelitan ini ?
Apa manfaat hasil penelitian ini berkaitan dengan kepentingan pasien (dalam hal ini
mengacu pada pengambilan keputusan pemilihan pelayanan kesehatan) ?
DAFTAR PUSTAKA
15
Am J Med. 1997. Problems in the evidence of evidence-based medicine. PubMed
Result: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9428837
Elstein and Schwarz . 2002. Evidence base of clinical diagnosis Clinical problem solving
and diagnostic decision making selective review of the cognitive literature.
Diunduh dari BMJ: http://www.bmj.com/cgi/content/full/324/7339/729
Indah S. Widyahening. 2008. Pengantar Evidence based Medicine. Diunduh dari:
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/d22139ab8cae4502661dbdbcb045
5b76277da1b8.pdf
Sackett and Rosenberg. 2007. On the need for evidence-based medicine. Diunduh dari:
http://jpubhealth.oxfordjournals.org/cgi/content/abstract/17/3/330
Sackett et al. 2009. Evidence based medicine what it is and what it isn't. diunduh dari
BMJ: http://www.bmj.com/cgi/content/extract/312/7023/71
Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, MSc, PhD. Makalah “Pengantar Evidence-Based”. Ilmu
Kesehatan Masyarakat:Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.
CRITICAL APPRAISAL OF CLINICAL PRACTICES GUIDELINES
Vaginal Delivery of Breech Presentation
16
CPG ini dikeluarkan oleh : SOGC (The Society of Obstetricians and Gynaecologists of
Canada)
Publikasi : Juni 2009
Telah ditinjau oleh : Maternal Fetal Medicine Comittee
Obstetricians and Gynaecologists of Canada
Critical Appraisal
1. Validitas
CPG ini telah dibandingkan dengan The 2006 American College of Obstetricians’s
Comitee Opinion dan the 2006 Royal College of Obstetricians and Gynaecologists
Green Top Guideline. CPG ini bersumber dari penelitian dengan metode yang sudah
memenuhi syarat validitas.
2. Reliabilitas
Dalam penilaian reliabilitas, pembuatan CPG ini didukung oleh beberapa bukti yang
dapat dipercaya, dapat dilihat melalui ;
Teknik sampling : penelitian dilakukan dengan uji acak jadi semua elemen populasi
yang akan dijadikan sampel berpeluang 100% untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Desain penelitian : dengan menggunakan desain penelitian studi prospektif cohort,
kemudian data yang persalinan sungsang pervaginam yang diperoleh dibandingkan
secara retrospektif dengan data persalinan sungsang Caesar.
CPG ini juga disusun berdasarkan bukti studi epidemiologi, pengaruh jangka panjang
pada janin yang dilahirkan dari persalinan sungsang pervaginam akan dibandingkan
dengan persalinan sungsang Caesar.
3. Clinical Applicability
CPG ini berisikan beberapa rekomendasi mulai dari :
17
Kriteria pemilihan persalinan
Manajemen persalinan
Teknis persalinan
Pengaturan dan perizinan (persetujuan)
Yang dapat diaplikasikan di klinik oleh tenaga kesehatan penolong persalinan
4. Clinical Flexibility
CPG hanya bersifat flexible untuk persalinan dengan presentasi sungsang, tidak dapat
digunakan untuk persalinan dengan presentasi yang lain dan karakteristik sampel yang
tidak sama dengan sampel yang digunakan sebagai sampel eksperimental pengambilan
CPG membuat CPG ini harus ditelaahlebih dahulu apabila ingin diadopsi.
5. Clarity
CPG ini disponsori oleh perkumpulan dokter spesialis kandungan dan ginekologis di
Kanada. CPG ini dibuat bertujuan untuk menurunkan angka kematian prenatal, angka
morbiditas neonatal, morbiditas bayi, dan kematian ibu di Kanada akibat kelahiran
dengan presentasi sungsang.
CPG ini dibuat untuk memberikan pilihan lain kepada ibu-ibu yang melahirkan dengan
memiliki kriteria janin presentasi sungsang untuk dapat melahirkan pervaginam
dengan aman tanpa harus melalui Caesar. Tidak ada kesan berupa titipan atau
latarbelakang lain.
6. Scheduled Review
Tinjauan kepustakaan CPG ini didukung baik dari data epidemiologis maupun studi
langsung (Cohort) namun sayangnya hasil penelitian tidak dicantumkan secara
keseluruhan dan kurang detail, literature-literatur yang digunakan terpercaya baik dari
tahun lama sampai tahun terbaru yang dapat dlihat dari daftar pustakanya. Serta
tinjauan kepustakaan diperoleh dari CPG tahun-tahun sebelumnya yang dinyatakan
sudah harus digantikan tapi sayangnya tidak dipikirkan.
18
7. Development Team
Tim pengembangan CPG ini terdiri dari maternal fetal medicine commite dan the
executive and council of the society of Obstetricians and Gynecologist of Canada.
8. Implementation
CPG ini telah diterapkan di Kanda. Dan dapat diterapkan dinegara-negara maju yang
tenaga kesehatannya (SDM) sudah terbilang professional untuk menangani proses
pesalinan sungsang pervaginam.
9. Dissemination
Pengidentifikasian data dan penelusuran artikel untuk pembuatan CPG ini dilakukan
sampai 1 Juni 2008, kemudian baru mulai dipublikasikan melalui SOGC CPG Vaginal
delivery of Breech Presntation no. 266 Juni tahun 2009
10. Evaluation
Penggunaan CPG ini perlu dievaluasi kembali apabila ingin digunakan di Indonesia.
Karena karakteristik anatomis, demografis, keprofesionalan tenaga kesehatan
penolong persalinan, dan kebijakan kesehatan di Indonesia terkait upaya penurunan
AKB dan AKI berbeda dengan Kanada. Kanada yang notabene merupakan Negara maju
yang AKI dan AKB nya rendah , tenaga kesehatannya sudah terbilang professional serta
pelayanan ante-post-natalnya baik tentu akan mapu menangani kasus kelahiran
sungsang dengan persalinan pervaginam dengan komplikasi minimal. CPG ini berisikan
petunjuk persalinan pervaginam dengan presentasi seungsang yang tentu akan
menimbulkan komplikasi lebih besar dibandingkan persalinan sungsang via section
caesaria apabila tidak ditunjang dengan tenaga penolong persalinan yang professional.
Ditinjau ; British medical jurnal dicurigai manipulasi dalam penelitian
19
Ram B Singh (1992), seorang dokter umum dari Morodabad (India) mempublikasikan
temuannya bahwa diet rendah serat selama 1 tahun dapat mengurangi resiko
kematian sebesar setengah kali. Publikasi ilmiah dilakukan melalui British Medical
Journal (BMJ). Di kemudian hari, dr. RB Singh kemudian secara berulang memasukkan
beberapa tulisan dengan hasil yang hampir mirip, pihak BMJ mencurigai hasil karya dr.
RB Singh yang kemudian meminta editor untuk memeriksa keabsahan seluruh karya
ilmiah dr. RB Singh. Ternyata peneliti (dr. RB Singh ) tidak bisa memberikan bukti
otentik data penelitian yang disangkakan palsu sehingga dr. RB Singh dinyatakan telah
melakukan research misconduct dalam bentuk fabrikasi data (data fabrication).
Research misconduct (US Federal Register, 2005) terdapat beberapa jenis:
1. Fabrication, yaitu pembuatan data atau hasil penelitian dan pencatatan serta
pelaporan palsu pada sebuah kegiatan ilmiah.
2. Falsification, yaitu manipulasi bahan penelitian, perlengkapan, atau proses,
atau merubah, atau menghilangkan data atau hasil dari penelitian yang
menyebabkan berkurangnya ketepatan penelitian.
3. Plagiarism, yaitu mengutip ide orang lain, proses, hasil atau tulisan orang lain
tanpa memberikan pengakuan. Berdasarkan beberapa hal diatas, penulis
kemudian tertarik untuk melakukan critical appraisal jurnal terutama
mengenai metode deteksi statistik untuk mengetahui research misconduct.
20