contoh rpp.kurikulum 2013

Upload: inas-afifah-zahra

Post on 11-Oct-2015

192 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Contoh format RPP untuk kurikulum 2013

TRANSCRIPT

CONTOH RPP

CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANHO-3.1-2

(RPP)

Satuan Pendidikan: SMA Kelas/Semester: X/2Mata Pelajaran: Matematika-Wajib Topik : Trigonometri Waktu: 2 45 menit

A. Kompetensi Inti SMA kelas X:

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar 2.1 Menunjukkan sikap senang, percaya diri, motivasi internal, sikap kritis, bekerjasama, jujur dan percaya diri dalam menyelesaikan berbagai permasalahan nyata.2.2 Memiliki sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif3.17Memahami dan menentukan hubungan perbandingan Trigonometri dari sudut di setiap kuadran, memilih dan menerapkan dalam penyelesaian masalah nyata dan matematika4.7 Memanfaatkan informasi dari suatu permasalahan nyata, membuat model berupa fungsi dan persamaan Trigonometri serta menggunakannya dalam menyelesaikan masalah.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Terlibat aktif dalam pembelajaran trigonometri.2. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.3. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.4. Menjelaskan kembali pengertian fungsi trigonometri pada segitiga siku-siku dengan menggunakan istilah absis, ordinat, dan jari-jari pada sumbu koordinat.5. Menyatakan kembali hubungan nilai fungsi trigonometri di kuadran II, III, dan IV dengan perbandingan trigonometri di kuadran I. 6. Terampil menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran.

D. Tujuan PembelajaranDengan kegiatan diskusi dan pembelajaran kelompok dalam pembelajaran trigonometri inii diharapkan siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta dapat1. Menjelaskan kembali pengertian fungsi trigonometri pada segitiga siku-siku dengan menggunakan istilah absis, ordinat, dan jari-jari pada sumbu koordinat kartesius secara tepat, sistematis, dan menggunakan simbol yang benar. 2. Menyatakan kembali hubungan nilai fungsi trigonometri di kuadran II, III, dan IV dengan perbandingan trigonometri di kuadran I secara tepat dan kreatif.

E. Materi Matematika 1. Mengingat kembali mengenai perbandingan trigonometri, fungsi trigonometri, besar sudut (tumpul dan refleks), dan koordinat kartesian.

Dengan domain { : 0o 90o}, fungsi trigonometri didefinisikan lewat perbandingan trigonometri, sbb.sin = (panjang sisi di depan sudut ) / panjang hipotenusa cos = (panjang sisi di samping sudut ) / panjang hipotenusa tan = (panjang sisi di depan sudut ) / (panjang sisi di samping sudut ) sec = 1/cos csc = 1/sin cot = 1/tan Sudut telah didefinisikan sebagai bangun geometri yang dibentuk oleh dua sinar bertitik pangkal sama. Dengan definisi tsb, dikenal beberapa macam sudut berdasarkan besarnya, sbb. sudut nol: = 0o sudut lancip:0o 90o sudut siku-siku:: = 90o sudut tumpul:90o 180o sudut lurus : = 180o sudut refleks :180o 360o

Bidang datar berdasarkan sistem koordinat kartesian terbagi ke dalam 4 region/daerah: kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV. IIIIVIII

Kuadran I:absis dan ordinat positif Kuadran II:absis negatif, ordinat positif Kuadran III:absis dan ordinat negatifKuadran IV:absis positif, ordinat negatif

2. Perluasan definisi fungsi trigonometri dari perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku menjadi perbandingan absis, ordinat dan jari-jari.

Beberapa pertanyaan penggugah: Apakah perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku, dapat mendefinisikan fungsi trigonometri untuk sudut 90o? Apakah perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku, juga dapat mendefinisikan fungsi trigonometri untuk sudut di atas 90o, misalnya kosinus dari 120o? Dapatkah kita memperluas definisi fungsi trigonometri menggunakan cara lain (yang tidak bertentangan dengan definisi perbandingan trigonomeri pada segitiga siku-siku)?

Jika titik sudut ditempatkan pada titik pusat sumbu koordinat kartesian dan salah satu kaki sudut berimpit dengan sumbu x positif, serta daerah interior sudut terletak pada kuadran I maka posisi yang demikian disebut posisi standar (baku) sudut tsb.

Pada posisi standar maka perbandingan sisi-sisi pada segitiga siku-siku dapat diganti menjadi perbandingan absis, ordinat dan jari-jari. panjang sisi di depan sudut diganti menjadi ordinat panjang sisi di samping sudut diganti menjadi absishipotenusa segitiga siku-siku diganti menjadi jari-jari Jadi, sin = ordinat / jari-jaricos = absis / jari-jaritan = ordinat / absis

OP(x,y)r

bca

sin = sin =

cos = cos =

tan = tan =

3. Hubungan nilai fungsi trigonometri di kuadran II, III, dan IV dengan nilai fungsi trigonometri di kuadran I.

Jika pada posisi standar, salah satu kaki sudut berada di kuadran II maka sudut tsb kita namakan sudut di kuadran II. Pengertian yang sama untuk konsep sudut di kuadran II, dan sudut di kuadran IV.

Berdasarkan definisi fungsi trigonometri berdasarkan absis, ordinat dan jari-jari maka nilai fungsi trigonometri untuk sudut-sudut di kuadran II, II, dan IV sebagai berikut.

Misalkan 0o 90o maka Kuadran II(sudut (180o ) atau (90o + ) di kuadran II) sin (180o ) = sin atausin (90o + ) = cos cos (180o ) = cos atau cos (90o + ) = sin tan (180o ) = tan atau tan (90o + ) = cot

Kuadran III (sudut (180o + ) atau (270o ) di kuadran III)sin (180o + ) = sin atausin (270o ) = cos cos (180o + ) = cos ataucos (270o ) = sin tan (180o + ) = tan atautan (270o ) = cot Kuadran IV (sudut (360o ) di kuadran IV)sin (360o ) = sin atausin (270o + ) = cos cos (360o ) = cos ataucos (270o + ) = sin tan (360o ) = tan atautan (270o + ) = cot

Tampak bahwa Pada kuadran II hanya nilai sinus yang positif, pada kuadran III hanya nilai tangen yang positif, dan pada kuadran IV hanya nilai kosinus yang positif. Untuk relasi sudut yang jumlah atau selisihnya merupakan kelipatan 180o maka jenis fungsi trigonometrinya tidak berubah. Untuk relasi sudut yang jumlah atau selisihnya merupakan kelipatan 90o maka jenis fungsi trigonometrinya berbeda saling komplementer. (sinus dengan kosinus, tangen dengan kotangen).

F. Model/Metode Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah pendekatan saintifik (scientific). Pembelajaran koperatif (cooperative learning) menggunakan kelompok diskusi yang berbasis masalah (problem-based learning).

G. Kegiatan Pembelajaran KegiatanDeskripsi KegiatanAlokasi Waktu

Pendahuluan1. Guru memberikan gambaran tentang pentingnya memahami Trigonometri dan memberikan gambaran tentang aplikasi Trigonometri dalam kehidupan sehari-hari.2. Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan berpikir kritis, siswa diajak memecahkan masalah mengenai bagaimana mendapatkan nilai sinus sudut 90o dan nilai sinus sudut di atas 90o, misalnya 120o. (tidak terpecahkan bila menggunakan definisi menggunakan sisi-sisi pada segitiga siku-siku).3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu memperluas definisi fungsi trigonometri agar nilai fungsi trigonometri dapat diperoleh untuk besar sudut 0o, 90o, sudut tumpul dan sudut refleks.10 menit

Inti1. Guru bertanya tentang bagaimana mengaitkan sisi-sisi pada segitiga siku-siku dengan koordinat pada sumbu koordinat kartesius.2. Bila siswa belum mampu menjawabnya, guru memberi scaffolding dengan mengingatkan siswa dengan sudut sebagai besar putaran.3. Dengan tanya jawab, disimpulkan bahwa pada kuadran I, istilah panjang sisi di depan sudut dapat diganti ordinat, panjang sisi di samping sudut diganti absis, dan hipotenusa diganti jari-jari.4. Dengan tanya jawab, siswa diyakinkan bahwa definisi menggunakan absis, ordinat, dan jari-jari ini lebih luas dari pada definisi menggunakan sisi-sisi segitiga siku-siku.5. Selanjutnya, guru membuka cakrawala penerapan definisi fungsi yang diperluas itu untuk sudut yang sama atau lebih besar dari 90o, yaitu bila salah satu kaki sudut di kuadran II, III, atau IV. Dengan bantuan presentasi komputer, guru mengingatkan pengertian sudut di kuadran II, sudut di kuadran II, dan sudut di kuadran IV.6. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan tiap kelompok terdiri atas 4 siswa.7. Tiap kelompok mendapat tugas untuk mendefinisikan fungsi-fungsi trigonometri untuk sudut di kuadran II atau III atau IV atau sudut negatif, serta menentukan hubungannya dengan fungsi trigonometri sudut di kuadran I. Tugas diselesaikan berdasarkan worksheet atau lembar kerja yang dibagikan.8. Selama siswa bekerja di dalam kelompok, guru memperhatikan dan mendorong semua siswa untuk terlibat diskusi, dan mengarahkan bila ada kelompok yang melenceng jauh pekerjaannya.9. Salah satu kelompok diskusi (tidak harus yang terbaik) diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas. Sementara kelompok lain, menanggapi dan menyempurnakan apa yang dipresentasikan.10. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi tiap kelompok11. Dengan tanya jawab, guru mengarahkan semua siswa pada kesimpulan mengenai fungsi trigonometri di berbagai kuadran dan hubungannya dengan fungsi trigonometri di kuadran I, berdasarkan hasil reviu terhadap presentasi salah satu kelompok.12. Guru memberikan dua (2) soal yang terkait dengan nilai fungsi trigonometri di kuadran II, III, atau IV. Dengan tanya jawab, siswa dan guru menyelesaikan kedua soal yang telah diberikan dengan menggunakan strategi yang tepat.13. Guru memberikan lima (5) soal untuk dikerjakan tiap siswa, dan dikumpulkan.70 menit

Penutup1. Siswa diminta menyimpulkan tentang bagaimana menentukan nilai fungsi trigonometri sudut di berbagai kuadran.2. Dengan bantuan presentasi komputer, guru menayangkan apa yang telah dipelajari dan disimpulkan mengenai nilai fungsi trigonometri untuk sudut di berbagai kuadran.3. Guru memberikan tugas PR beberapa soal mengenai penerapan nilai fungsi di berbagai kuadran.4. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan pesan untuk tetap belajar.10 menit

H. Alat/Media/Sumber Pembelajaran 1. Penggaris, busur, jangkaWorksheet atau lembar kerja (siswa) 2. Bahan tayang3. Lembar penilaian 4. Video tentang lebahI. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian: pengamatan, tes tertulis2. Prosedur Penilaian:NoAspek yang dinilaiTeknik PenilaianWaktu Penilaian

1.Sikapa. Terlibat aktif dalam pembelajaran trigonometri.b. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.c. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.PengamatanSelama pembelajaran dan saat diskusi

2.Pengetahuana. Menjelaskan kembali pengertian fungsi trigonometri pada segitiga siku-siku dengan menggunakan istilah absis, ordinat, dan jari-jari pada sumbu koordinat kartesius secara tepat, sistematis, dan menggunakan simbol yang benar. b. Menyatakan kembali hubungan nilai fungsi trigonometri di kuadran II, III, dan IV dengan perbandingan trigonometri di kuadran I secara tepat dan kreatif.

Pengamatan dan tesPenyelesaian tugas individu dan kelompok

3.

Keterampilana. Terampil menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran.Pengamatan Penyelesaian tugas (baik individu maupun kelompok) dan saat diskusi

J. Instrumen Penilaian Hasil belajar Tes tertulis1. Gambarlah pada sebuah sumbu koordinat kartesian sebuah sudut pada kuadran III, lalu nyatakan pengertian fungsi secan untuk sudut tersebut! 2. Tentukanlah nilai dari sin 150o secara eksak (tidak menggunakan desimal) menggunakan sifat relasi sudut pada fungsi trigonometri! 3. Dengan menuliskan langkah-langkah yang jelas, hitunglah nilai dari [sin 321o + cos 0,13 (rad)]. tan 150 grad dengan menggunakan kalkulator saintifik. 4. Setelah melalui studi yang mendalam, gelombang suara dari seekor ikan Paus akhirnya dapat digambarkan dengan suatu pendekatan menggunakan fungsi trigonometri sebagai berikut I(t) = 2,7.tan (2t) + cos t dengan t dalam derajat. Berapa tinggi gelombang suara Paus tsb untuk t = 120o? 5. Pada sebuah permainan, Ari ditempatkan tepat di tengah-tengah sebuah gang yang bertembok tepat di tepi kiri dan kanannya. Mula-mula Ari menghadap searah dengan arah jalan, kemudian Ari diputar oleh temannya searah dengan arah perputaran jarum jam sebesar 660o. Jika lebar gang adalah 4 meter, berapa jarak yang ditempuh Ari jika kemudian ia berjalan lurus hingga menyentuh tembok gang?

Catatan: Penyekoran bersifat holistik dan komprehensif, tidak saja memberi skor untuk jawaban akhir, tetapi juga proses pemecahan yang terutama meliputi pemahaman, komunikasi matematis (ketepatan penggunaan simbol dan istilah), penalaran (logis), serta ketepatan strategi memecahkan masalah.

WORKSHEET(untuk tugas kelompok)

LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP Mata Pelajaran : MatematikaKelas/Semester : X/2Tahun Pelajaran: 2013/2014Waktu Pengamatan: Indikator sikap aktif dalam pembelajaran trigonometri1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam pembelajaran2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam pembelajaran tetapi belum ajeg/konsisten 3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan tugas kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsisten

Indikator sikap bekerjasama dalam kegiatan kelompok.1. Kurang baik jika sama sekali tidak berusaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok.2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok tetapi masih belum ajeg/konsisten. 3. Sangat baik jika menunjukkan adanya usaha bekerjasama dalam kegiatan kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsisten.

Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.1. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masuih belum ajeg/konsisten.3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif secara terus menerus dan ajeg/konsisten.Bubuhkan tanda pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.NoNama SiswaSikap

AktifBekerjasamaToleran

KBBSBKBBSBKBBSB

1Dhianika Rahma Nur Fadillah

2Galuh Lalita Mahaghora

3Muhammad Rasyid Alfaruqi

4Nur Endah Filaili

5Zerarita Amalia Ramadhani

6Febrian Anggoro Widiyanto

7Rizky Rachmadewi

8Elvan Saffria Charta

9R. Aj. Shikarini Amirul P

10Arinta Destri Larasati

11Khanza Adzkia Vujira

12Joean Akbar Saputra

13Khansa Sitostra Tufana Arsy A.

14Bagaskara Adi Pamungkas

15Bram Yudhistira

16Hasna Amalia Faza

17Daniawan Dwi Nurrohman

18Devi Ristiyanti

19Nitya Sekar Tresnaningtyas

20Rafi Ibnu Ramadhan

21Ivan Akhir Julian

22Gasik Prawestri

23Intan Aringtyas Junaidi

24Muhammad Rafi Nurdiansyah

25Elvana Novita Candra

26Danuja Widigdaya

27Isnaeni Putri Nur Afifah

28Intan Putri Ristyaningrum

29Lisa Dewi Afrilita

30Gea Hanin Nisacita

31Rizki Kartika Angkasa Yudha

32Putri Adipertiwi A-Bach

Keterangan:KB: Kurang baikB : BaikSB: Sangat baik

LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KETERAMPILANMata Pelajaran : MatematikaKelas/Semester : X/2Tahun Pelajaran: 2013/2014Waktu Pengamatan: Indikator terampil menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran.1. Kurang terampil jika sama sekali tidak dapat menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran2. Terampil jika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran tetapi belum tepat.3. Sangat terampill, jika menunjukkan adanya usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran dan sudah tepat.

Bubuhkan tanda pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.NoNama SiswaKeterampilan

Menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah

KTTST

1Dhianika Rahma Nur Fadillah

2Galuh Lalita Mahaghora

3Muhammad Rasyid Alfaruqi

4Nur Endah Filaili

5Zerarita Amalia Ramadhani

6Febrian Anggoro Widiyanto

7Rizky Rachmadewi

8Elvan Saffria Charta

9R. Aj. Shikarini Amirul P

10Arinta Destri Larasati

11Khanza Adzkia Vujira

12Joean Akbar Saputra

13Khansa Sitostra Tufana Arsy A.

14Bagaskara Adi Pamungkas

15Bram Yudhistira

16Hasna Amalia Faza

17Daniawan Dwi Nurrohman

18Devi Ristiyanti

19Nitya Sekar Tresnaningtyas

20Rafi Ibnu Ramadhan

21Ivan Akhir Julian

22Gasik Prawestri

23Intan Aringtyas Junaidi

24Muhammad Rafi Nurdiansyah

25Elvana Novita Candra

26Danuja Widigdaya

27Isnaeni Putri Nur Afifah

28Intan Putri Ristyaningrum

29Lisa Dewi Afrilita

30Gea Hanin Nisacita

31Rizki Kartika Angkasa Yudha

32Putri Adipertiwi A-Bach

Keterangan:KT: Kurang terampilT : TerampilST: Sangat terampil

MATERI PELATIHAN 3 : MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN 3.1. Penyusunan RPP3.2. Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar

Sub materi Pelatihan 3: Model Rancangan Pembelajaran

A. KOMPETENSIPeserta pelatihan dapat: 1. menyusun RPP yang menerapkan pendekatan scientific sesuai model belajar yang relevan dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, maupun intelektual; dan2. merancang penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.

B. LINGKUP MATERI1. Penyusunan RPP.2. Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar.

C. INDIKATOR1. Menunjukkan sikap tanggung jawab dan kreatif dalam menyusun RPP.2. Mengidentifikasi rambu-rambu penyusunan RPP.3. Menyusun RPP yang sesuai dengan SKL, KI dan KD; Standar Proses; dan pendekatan scientific.4. Menelaah RPP.5. Menunjukkan sikap tanggung dan kreatif dalam menyusun rancangan penilaian autentik.6. Mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.7. Menelaah contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaran.8. Menelaah rancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar yang ada dalam RPP.9. Merevisi rancangan penilaian pada RPP yang telah disusun.

D. PERANGKAT PELATIHAN1. Bahan Tayang a. Rambu-rambu Penyusunan RPP Mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan scientific dengan mengggunakan PPT-3.1 oleh fasilitator yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut.b. Panduan tugas telaah RPP.c. Panduan tugas menelaah rancangan penilaian pada RPP.2. Lembar KerjaTelaah RPP3. ATK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANKode RPPHO-3.1

(RPP)

Satuan Pendidikan: Sekolah Menengah AtasKelas/Semester: X / IMata Pelajaran: Sejarah IndonesiaTopik: Kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di IndonesiaPertemuan ke-: 2

A. Kompetensi Inti1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar1.1 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya1.2 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam2.3 Berlaku jujur dan bertanggung-jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah3.7 Mengidentifikasi karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini4.4 Menyajikan hasil analisis dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu-Budda dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini

C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menunjukkan nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia2. Menunjukkan nilai-nilai toleransi antar umat beragama dengan saling menghargai peninggalan hasil budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia3. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia4. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia5. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah6. Menunjukkan sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah7. Menjelaskan konsep akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia8. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa bahasa9. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa religi/kepercayaan10. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa organisasi sosial kemasyarakatan11. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa sistem pengetahuan12. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa peralatan hidup/teknologi13. Mendeskripsikan wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa kesenian14. Melaporkan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di IndonesiaD. Tujuan PembelajaranMelalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat:1. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia2. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia 3. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah4. Menunjukan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah5. Mendeskripsikan wujud akulturasi budaya di Indonesia 6. Melaporkan bentuk kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

E. Materi Ajar1. Nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa peninggalan hasil budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia2. Sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia3. Sikap peduli terhadap peninggalan hasil budaya Hindu-Buddha di Indonesia4. Sikap jujur dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah5. Sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah6. Konsep akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia7. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa bahasa8. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa religi/kepercayaan9. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa organisasi sosial kemasyarakatan10. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa sistem pengetahuan11. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa peralatan hidup/teknologi12. Wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa kesenian

F. Alokasi Waktu2 x 45 menit

G. Pendekatan, Strategi dan Metode PembelajaranPendekatan: SaintifikStrategi: Cooperative Jigsaw Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan

H. Kegiatan PembelajaranKegiatanDeskripsiAlokasi waktu

Pendahuluan Memberikan salam Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar Menanyakan kehadiran siswa Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa Tanya jawab materi sebelumnya mengenai Teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia Menyampaikan tujuan pembelajaran melalui power point10 menit

Inti Menayangkan gambar Candi Borobudur dan Candi Prambanan melalui power point serta melakukan tanya jawab singkat Siswa mendapatkan penjelasan tentang proses pelaksanaan teknik Jigsaw Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok yang beranggotakan 5-6 orang (kelompok awal) Setiap kelompok mendapatkan tugas:1. Wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa bahasa dan religi/kepercayaan 2. Wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa organisasi sosial kemasyarakatan 3. Wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa sistem pengetahuan dan peralatan hidup4. Wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa kesenian5. Gambar peninggalan Hindu-Buddha di Indonesia yang tidak terpelihara Masing-masing siswa yang memiliki wacana/tugas yang sama berkumpul dalam satu kelompok (Kelompok ahli) Setiap siswa mencatat hasil diskusi dan kembali ke kelompok awal Dalam kelompok awal dilaporkan hasil diskusi kelompok ahli dan semua anggota kelompok mencatat hasil kelompok ahli Laporan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk secara acak untuk melaporkan hasil diskusi kelompok, sampai semua masalah selesai dibahas Siswa yang lain menanggapi 60 menit

Penutup Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran Siswa membuat tugas kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dalam bentuk makalah (tugas kelompok dikumpulkan 2 minggu yang akan datang) Mengucapkan salam20 menit

I. Penilaian Hasil Belajara. Tes1. Uraian (terlampir)2. Pilihan Ganda (terlampir)

b. Non Tes1. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir)2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir)3. Membuat makalah tentang kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia (kriteria penilaian terlampir)Format penulisan makalah:BAB I PendahuluanBAB II IsiBAB IIIPenutupa. Kesimpulanb. SaranDaftar RujukanCatatan:Makalah diketik dengan menggunakan huruf Arial, 12, spasi 1,5, print-out kertas A4, maksimal 15 lembar.J. Sumber Belajar : Buku sumber Sejarah SMA X Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka. Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara. Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius. Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta: Djambatan. White board/papan flanel Power point LCD Internet Kartu pembelajaran Peta Sejarah

Mengetahui,, 2013Kepala Sekolah, Guru Mapel,

()()NIP.NIP.

LampiranGambar 1: Prasasti Yupa masa Kerajaan Kutai

Gambar 2: Prasasti Tugu masa Kerajaan Tarumanegara

Prasasti Yupa dan Tugu menggunakan Huruf Pallawa dan Bahasa Sanksekerta Sumber: wikipedia.org

A. Ringkasan MateriAkulturasi adalah bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya. Hal ini berarti kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu- Buddha.Wujud akulturasi tersebut dapat Anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini: BahasaWujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang. Bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu Buddha pada abad 5 7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai dan prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.Gambar 3. Perkembangan huruf di IndonesiaSumber: harmanza.wordpress.com

Religi/KepercayaanSistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu Buddha ke Indonesia, Masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami sperpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu Buddha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Buddha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.Gambar 4. Upacara Nyepi di Bali sebagai salah satu wujud akulturasi budaya berupa Religi/kepercayaan umat Hindu di IndonesiaSumber: www.mediaindonesia.com

Organisasi Sosial KemasyarakatanWujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun.

Gambar 5. Pembagian Kasta sebagai wujud akulturasi budaya Hindu di Indonesia dalam bidang sosial kemasyarakatanSumber: fannyndep.blogspot.com

Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan pada masa Majapahit, R. Wijaya diwujudkan sebagai Harahari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).Pemerintahan raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana. Wujud akulturasi selain dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan. Sistem PengetahuanWujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit . Peralatan Hidup dan TeknologiSalah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika Grha yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka. Di samping itu, dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih.Gambar 6. Candi Jago, Malang, Jawa TimurSumber; koleksi Labdik Sejarah PPPPTK PKn dan IPS

Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.Candi Jago (gambar 6) merupakan tempat pendharmaan Wisnuwardhana yang memerintah tahun 1248 1268. Dilihat dari gambar candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak dan pada bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi, di mana di dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah raja Wisnuwardhana). Gambar 7. Candi Borobudur, Jawa TengahSumber: id.wikipedia.org

Candi yang bercorak Buddha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk memuja Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa. Candi Borobudur (gambar 7) adalah candi Buddha yang terbesar di Indonesia merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram dilihat dari 3 tingkatan, pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani Buddha. Patung-patung Dyani Buddha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Buddha. Di samping itu juga pada bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk stupa.Untuk candi Buddha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Buddha. Dengan demikian seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia. KesenianWujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Buddha. Gambar 8. Relief Candi BorobudurSumber: arumsekartaji.wordpress.com

Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. Dengan demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India, tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia.Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia, kedalam bahasa Jawa kuno. Dan, tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala.Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera dalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang. Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.

B. Evaluasi HasilSoal Uraian1. Mengapa terjadi akulturasi bahasa pada saat perkembangan masa Hindu-Buddha di Indoneia?2. Mengapa terjadi akulturasi religi/kepercayaan pada saat perkembangan agama Hindu-Buddha di Indonesia?3. Apa wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa organisasi sosial kemasyarakatan!4. Apa wujud akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa sistem pengetahuan!5. Bagaimana proses akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa peralatan hidup/teknologi!6. Bagaimana proses akulturasi masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa kesenian!7. Bagaimana sikap anda sebagai seorang pelajar apabila ada peninggalan Hindu-Buddha di Indonesia yang tidak terpelihara?

Kunci Jawaban1. Perkembangan tingkat berfikir manusia merupakan hasil proses adaptasi dengan lingkungan alam, sosial dan budaya. Unsur-unsur kebudayaan yang datangnya dari luar ikut berperanan dalam proses perkembangan tradisi kebudayaan.Unsur kebudayaan India yang membawa perubahan terhadap kehidupan bangsa Indonesia adalah bahasa dan tulisan. Dimana ketika bangsa Indonesia mulai mengenal tulisan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, maka sejak saat itulah sudah mulai memasuki jaman sejarah. Dari bahasa dan tulisan bangsa Indonesia sudah dapat meninggalkan tradisi-tradisinya secara tertulis.Wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bentuk bahasa dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang. Bahasa Sanksekerta banyak berkembang di wilayah India bagian selatan. Penggunaan bahasa Sansekerta di Indonesia pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu Buddha pada abad 5 7 M. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. 2. Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu Buddha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu Buddha yang dianut oleh masyarakat India. 3. Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam:

a. Organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun (konsep dewaraja). Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut. Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. b. Sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.4. Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa. 5. Kemajuan teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Sebelum pengaruh Hindu masuk ke Nusantara bangsa Indonesia sudah memiliki teknologi yang tinggi khususnya dalam pembuatan alat kehidupan baik yang terbuat dari batu atau logam. Setelah adanya pengaruh Hindu, teknologi semakin maju, misalnya pembuatan candi. Jika dibandingkan dengan candi-candi di India maka candi di Indonesia jauh lebih megah dan kokoh seperti candi Borobudur, candi Prambanan. Dengan demikian, bangsa Indonesia memiliki pengetahuan teknologi yang sudah tinggi.Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka.Di samping itu, dalam bahasa kawi, candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih.Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.6. Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Buddha. Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. 7. Cara menghargai peninggalan sejarah:a. Turut menjaga agar benda-benda peninggalan sejarah tidak dirusak. Benda-benda peninggalan sejarah harus diamankan dari tangan-tangan jahil.b. Mengunjungi museum, candi, makam pahlawan, istana dan lain-lain termasuk salah satu cara menghargai peninggalan sejarah.c. Benda-benda peninggalan sejarah adalah kekayaan negara. Kita harus menggunakan secara benar. Benda-benda itu boleh digunakan untuk keperluan penelitian. Benda-benda peninggalan sejarah juga boleh dikunjungi. Benda-benda peninggalan sejarah bukan milik pribadi. Kita tidak memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Misalnya, kita tidak boleh memperjualbelikan benda-benda peninggalan sejarah.

Soal Pilihan Ganda1. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang bahasa adalah ... .A. Nisan Malik as SalehB. Negara KrtagamaC. Inkripsi YupaD. Pararaton E. Kronik 2. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang religi/kepercayaan adalah ... .A. Upacara NgabenB. Upacara NyepiC. Prasasti TuguD. Prasasti YupaE. Candi3. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan adalah ... .A. Upacara NyepiB. Upacara Ngaben C. Konsep DewarajaD. Konsep Kepala SukuE. Raja sebagai kepala pemerintahan

4. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang sistem pengetahuan adalah sistem kalender ... .A. CandrasengkalaB. MasehiC. IslamD. Cina E. Saka5. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang peralatan hidup/teknologi adalah ... .A. CandiB. ReliefC. Kalender SakaD. Konsep DewarajaE. Konsep Macapat6. Contoh bentuk akulturasi budaya peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bidang kesenian ... .A. Konsep DewarajaB. Kalender SakaC. GamelanD. CandiE. Relief7. Sejak masa kerajaan Hindu-Buddha sampai sekarang yang dikenal menerapkan konsep negara kesatuan adalah ... .A. Kutai, Tarumanegara, SriwijayaB. Sriwijaya, Majapahit, Republik IndonesiaC. Singosari, Majapahit, Republik IndonesiaD. Mataram Kuno, Majapahit, Republik Indonesia E. Mataram Kuno, Mataram Islam, Republik Indonesia8. Pengaruh kehidupan masa Hindu-Buddha di Indonesia dihubungkan dengan kehidupan masyarakat pada masa sekarang yang dapat diterapkan adalah ... .A. ToleransiB. PeperanganC. ChauvinismeD. SeparatismeE. Diskriminasi9. Kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia.I. Mengunjugi museumII. Menjual kepada kolektor benda purbakalaIII. Menjadikan situs sebagai obyek penelitianIV. Melaporkan ke polisi apabila mengetahui pencurian arcaV. Menyimpan dirumahBerdasarkan data diatas, yang termasuk peran siswa dalam menjaga peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia ditunjukkan pada nomer ... .A. I, II dan IIIB. I, II dan IVC. I, III dan IVD. II, III dan IVE. II, IV dan V10. Apabila kamu melihat seseorang dengan sengaja mencoret-coret dinding candi Prambanan yang bermaksud meninggalkan kenangan, maka yang kamu lakukan adalah ... .A. MenegurB. MenasehatiC. MembiarkanD. Ikut mencoretE. Melaporkan kepada petugas

Kunci Jawaban1. C2. B3. C4. E5. A6. E7. B8. A9. C10. E

C. Evaluasi Pembelajaran (Proses)

Sejarah Indonesia | 36

Lembar Pengamatan

Rubrik kegiatan DiskusiNo.Nama SiswaA s p e k P e n g a m a t a nJumlahSkorNilaiKet.

Kerja samaMeng-komunikasikan pen-dapatToleransiKeaktifanMenghargai pendapat teman

Keterangan Skor :Masing-masing kolom diisi dengan kriteria4= Baik Sekali3= Baik2= Cukup1 = Kurang Skor perolehan Nilai = X 100Skor Maksimal (20)Kriteria Nilai A=80 100:Baik SekaliB=70 79:BaikC=60 69:CukupD= 60: Kurang

Rubrik Penilaian PresentasiNo.Nama SiswaA s p e k P e n i l a i a nJumlahSkorNilaiKet.

KomunikasiSistemati ka penyamPaianWawasanKebera nianAntusiasGesture dan penampilan

Keterangan Skor :Masing-masing kolom diisi dengan kriteria4= Baik Sekali3= Baik2= Cukup1 = Kurang Skor perolehan Nilai = X 100Skor Maksimal (20)Kriteria Nilai A=80 100:Baik SekaliB=70 79:BaikC=60 69:CukupD= 60:Kurang

Format Penilaian MakalahStruktur MakalahIndikatorNilai

PendahuluanMenunjukkan dengan tepat isi : Latar belakang Rumusan masalah Tujuan penulisan.

Isi

Ketepatan pemilihan gambar Orisinalitas makalah Mendeskripsikan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia Struktur/logika penulisan disusun dengan jelas sesuai metode yang dipakai Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan (Ilmiah) Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara ilmiah

Penutup Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah Saran relevan dengan kajian, dan berisi pesan untuk peningkatan kepedulian terhadap hasil peninggalan sejarah Hindu-Buddha di Indonesia

Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:

Skor perolehan Nilai = X 100Skor Maksimal (48)Kartu PembelajaranGambar 1: Prasasti Yupa Kerajaan Kutai

Prasasti Tugu masa Kerajaan TarumanegaraPrasasti Yupa dan Tugu menggunakan Huruf Pallawa dan Bahasa Sanksekerta Sumber: wikipedia.org

KARTU PEMBELAJARAN IPetunjuk Mengerjakan1. Amati gambar disamping2. Baca artikel dibawah3. Jawab permasalahannyaAkulturasiAkulturasi adalah bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya. Hal ini berarti kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu- Buddha. Wujud akulturasi tersebut dapat Anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini:BahasaWujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang. Bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu Buddha pada abad 5 7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai dan prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.Religi/KepercayaanUpacara Nyepi di Bali sebagai salah satu wujud akulturasi budaya berupa Religi/kepercayaan umat Hindu di IndonesiaSumber: www.mediaindonesia.com

Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu Buddha ke Indonesia, Masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu Buddha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Buddha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.Permasalahan Pembelajaran IBerikanlah penjelasan wujud akulturasi budaya dalam bidang bahasa dan religi/kepercayaan, serta berikan contohnya pada peninggalan-peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia.

KARTU PEMBELAJARAN IIPetunjuk Mengerjakan1. Amati gambar disamping

Pembagian Kasta sebagai wujud akulturasi budaya Hindu di Indonesia dalam bidang sosial kemasyarakatan

Sumber: fannyndep.blogspot.com

2. Baca artikel dibawah3. Jawab permasalahannya

Organisasi Sosial KemasyarakatanWujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun.Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan pada masa Majapahit, R. Wijaya diwujudkan sebagai Harahari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).Pemerintahan raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana. Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.

Permasalahan Pembelajaran IIBerikanlah penjelasan wujud akulturasi budaya dalam bidang sosial kemasyarakatan dan contohnya pada peninggalan-peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia.

KARTU PERMASALAHAN IIIPetunjuk Mengerjakan1. Amati gambar disamping2. Baca artikel dibawah3. Jawab permasalahannya

Sistem PengetahuanWujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit .Candi Jago, Malang, Jawa TimurSumber; koleksi Labdik Sejarah PPPPTK PKn dan IPS

Peralatan Hidup dan TeknologiSalah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika Grha yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka. Di samping itu, dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih.Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.Candi Jago merupakan salah satu peninggalan kerajaan Singosari yang merupakan tempat dimuliakannya raja Wisnuwardhana yang memerintah tahun 1248 1268. Dilihat dari gambar candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak dan pada bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi, di mana di dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah raja Wisnuwardhana).Candi yang bercorak Buddha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk memuja Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa.Candi Borobudur, Jawa TengahSumber: id.wikipedia.org

Candi Borobudur adalah candi Buddha yang terbesar di Indonesia merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram dilihat dari 3 tingkatan, pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani Buddha. Patung-patung Dyani Buddha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Buddha. Di samping itu juga pada bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk stupa.Untuk Candi Buddha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Buddha. Dengan demikian seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia.

Permasalahan IIIBerikanlah penjelasan wujud akulturasi budaya dalam bidang sistem pengetahuan dan peralatan hidup serta contohnya pada peninggalan-peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia (contoh minimal 5).

KARTU PEMBELAJARAN IVPetunjuk Mengerjakan1. Amati gambar disamping2. Baca artikel dibawah3. Jawab permasalahannyaGambar 8. Relief Candi BorobudurSumber: arumsekartaji.wordpress.com

KesenianWujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Buddha. Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. Dengan demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India, tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia.Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia, kedalam bahasa Jawa kuno. Tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala.Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera dalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang. Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.

Permasalahan IVBerikanlah penjelasan wujud akulturasi budaya dalam bidang kesenian dan contohnya pada peninggalan-peninggalan masa Hindu-Buddha di Indonesia (contoh minimal 5).

KARTU PEMBELAJARAN VPetunjuk Mengerjakan1. Perhatikan gambar2. Baca artikel dibawah3. Jawab permasalahannya

Gambar 9. lingga yoni pada Candi Badut, Kota Malang.Sumber: Koleksi pribadi Labdik Sejarah PPPPTK PKn dan IPS

Permasalahan VPerhatikan kondisi Lingga Yoni pada bangunan induk Candi Badut diatas!. Pada lingga tersebut nampak kondisi lingga yang sudah rusak yaitu adanya tambahan tulisan oknum yang tidak bertanggungjawab. Sebagai seorang siswa, apa yang kamu lakukan apabila mengetahui perusakan peninggalan budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia? KUNCI JAWABAN KARTU PERMASALAHAN1. Wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia dalam bentuk bahasa dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang. Bahasa Sanksekerta banyak berkembang di wilayah India bagian selatan. Penggunaan bahasa Sansekerta di Indonesia pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu Buddha pada abad 5 7 M. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu Buddha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu Buddha yang dianut oleh masyarakat India.

Contoh perkembangan huruf di Indonesia

2. Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam:a. Organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun (konsep dewaraja). Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut. Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. b. Sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.3. Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa. Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka.Di samping itu, dalam bahasa kawi, candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih.Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.4. Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Buddha. Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. 5. Pemahaman sejarah memiliki arti lebih penting dari sekadar membentuk kesadaran untuk merawat benda cagar budaya, yakni membentuk karakter, jati diri, dan eksistensi kebangsaan, Cara menghargai peninggalan sejarah antara lain:a. Turut menjaga agar benda-benda peninggalan sejarah tidak dirusak. Benda-benda peninggalan sejarah harus diamankan dari tangan-tangan jahil. b. Mengunjungi museum, candi, makam pahlawan, istana dan lain-lain termasuk salah satu cara menghargai peninggalan sejarah.c. Benda-benda peninggalan sejarah adalah kekayaan negara. Kita harus menggunakan secara benar. Benda-benda itu boleh digunakan untuk keperluan penelitian. Benda-benda peninggalan sejarah juga boleh dikunjungi. Benda-benda peninggalan sejarah bukan milik pribadi. Kita tidak memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Misalnya, kita tidak boleh memperjualbelikan benda-benda peninggalan sejarah.d. Siswa dituntut tidak hanya sekedar paham akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari bangku sekolah/formal saja melainkan juga peduli akan lingkungan alam (natural environment).

SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARANMATERI PELATIHAN:2. ANALISIS MATERI AJARALOKASI WAKTU:12 JP (@ 45 MENIT)JENJANG:SMA/MA, SMK/MAKMATA PELAJARAN:SEJARAH INDONESIA

TAHAPAN KEGIATANDESKRIPSI KEGIATANWAKTU

PERSIAPANDilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser Pointer, atau media pembelajaran lainnya.

KEGIATAN PENDAHULUANPengkondisian Peserta 15 Menit

Perkenalan

Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Analisis Materi Ajar.

Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, dan bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.

KEGIATAN INTI2.1 Konsep Pendekatan Scientific90 Menit

Penayangan Video pembelajaran Sejarah Indonesia dengan menggunakan V-2.1/4.1.20 Menit

Diskusi kelompok untuk mengkaji pendekatan scientific yang mengacu pada tayangan video, dilanjutkan dengan paparan materi oleh fasilitator tentang konsep pendekatan scientific dengan menggunakan PPT-2.2-1 dan contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran Sejarah Indonesia dengan menggunakan PPT-2.2.2 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut.40 Menit

Diskusi kelompok tentang konsep pendekatan scientific dengan menggunakan HO-2.1-1 dan contoh-contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran Sejarah Indonesia dengan mengacu pada hand out HO-2.1-2.30 Menit

2.3 Model-model Pembelajaran90 Menit

Mengamati tayangan tiga jenis model pembelajaran (Project Based Learning, Problem Based Learning, dan Discovery Learning).

20 menit

Menerapkan Focus Group Discussion untuk mengidentifikasi karakteristik tiga model pembelajaran.

30 menit

Kerja kelompok untuk mengidentifikasi penerapan Pendekatan Scientific pada tiga model pembelajaran.40 menit

2.3 Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Pembelajaran90 Menit

Kegiatan interaktif untuk menyamakan persepsi tentang jenis dan bentuk penilaian autentik.15 Menit

Diskusi tentang konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.30 Menit

Presentasi hasil diskusi kelompok25 Menit

Paparan materi Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar dengan menggunakan bahan tayang PPT-2..2 dan Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran Sejarah Indonesia menggunakan bahan tayang PPT-2.2/3.2.15 Menit

ICE BREAKER5 Menit

2.4 Analisis Buku Guru dan Buku Siswa (Kesesuaian, Kecukupan, dan Kedalaman Materi)240 Menit

Menilai buku dilakukan oleh peserta dengan bimbingan fasilitator dilihat dari aspek kesesuaian, kecukupan, dan kedalaman materi.20 Menit

Diskusi kelompok hasil penilaian buku dilanjutkan dengan pemaparan materi tentang Analisis Buku Guru dan Buku Siswa dengan menggunakan PPT-2.3 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut.30 Menit

Menyimpulkan hasil diskusi dan menyampaikan format lembar kerja yang telah disiapkan.15 Menit

Kerja kelompok untuk menganalisis kesesuaian buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD dengan menggunakan LK-2.3-1 dan LK -2.3-2.60 Menit

ICE BREAKER5 Menit

Diskusi kelompok untuk menganalisis kesesuaian proses, pendekatan scientific, serta strategi evaluasi yang diintegrasikan dalam buku.30 Menit

Kerja kelompok untuk membuat contoh-contoh penerapan materi pelajaran yang terdapat dalam buku guru dan buku siswa pada bidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-hari.30 Menit

Presentasi hasil kerja kelompok.30 Menit

Menyimpulkan materi analisis buku oleh fasilitator.20 Menit

KEGIATAN PENUTUPMembuat rangkuman materi pelatihan Analisis materi Ajar.15 Menit

Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.

Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan.

Fasilitator menutup pembelajaran

Submateri Pelatihan 3.1: Penyusunan RPPLangkah Kegiatan IntiTugas Individu: Saling Menilai RPP

Menyimpulkan Hasil Penilaian RPPDiskusi

15 Menit10 Menit40 Menit

Kerja KelompokDiskusiKerja Kelompok

35 Menit20 Menit80 Menit

Aktivitas 1: Menilai RPPMenilai RPP Peserta Laina. Setiap peserta diwajibkan membawa dua set RPP yang telah digunakan dalam proses pembelajaran sesuai mata pelajaran yang diampu.b. RPP tersebut dikumpulkan kepada panitia untuk kemudian dibagikan kembali ke peserta untuk dinilai oleh peserta lainnya dengan menggunakan acuan pengetahuan masing-masing peserta.c. Hasil penilaian dituliskan langsung pada halaman depan RPP.Hasil penilaian dipresentasikan oleh peserta yang ditunjuk instruktur. Peserta lainnya menyampaikan hasil penilaian yang tidak sama dengan peserta lainnya. Instruktur mencatat hasil penilaian yang dilaporkan peserta.Peserta menyimpulkan hasil penilaian RPP dengan dipandu oleh Instruktur.Diskusirambu-rambu penyusunan RPPyang mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan Scientific.Paparan materi tentang Rambu-rambu Penyusunan RPP mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan scientific dengan mengggunakan PPT-3.1 oleh fasilitator yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut.

Aktivitas 2: Kerja KelompokKerja kelompokuntuk menyusun RPP yang sesuai dengan SKL, KI, dan KD; Standar Proses; dan pendekatan scientific (terutama KD di awal semester 1).

Diskusi format telaah RPPdengan mengacu pada bahan tayangPPT-3.1.

Aktivitas 3: Kerja KelompokKerja Kelompokuntuk menelaah RPP yang disusun kelompok lain dengan menggunakan LK-3.1/3.2.

3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

KELAS: XKOMPETENSI INTIKOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya.

1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman praaksara, Hindu-Buddha dan Islam.

2.2. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya.

2.3. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah.

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.3.1. Memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis (diakronik), sinkronik, ruang dan waktu dalam sejarah.

3.2. Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara.

3.3. Menganalisis asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto, Deutero Melayu dan Melanesoid).

3.4. Menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang berada di lingkungan terdekat.

3.5. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.

3.6. Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

3.7. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia.

3.8. Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan menunjukan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.4.1. Menyajikan informasi mengenai keterkaitan antara konsep berpikir kronologis (diakronik ) , sinkronik, ruang, dan waktu dalam sejarah .

4.2. Menyajikan hasil penalaran mengenai corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara dalam bentuk tulisan.

4.3. Menyajikan kesimpulan-kesimpulan dari informasi mengenai asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto, Deutero Melayu dan Melanesoid) dalam bentuk tulisan.

4.4. Menalar informasi mengenai hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang berada di lingkungan terdekat dan menyajikannya dalam bentuk tertulis.

4.5. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu-Buddha dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

4.6. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu-Buddha dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.

4.7. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Islam dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

4.8. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.

LEMBAR KERJALK - 3.1/3.2

PENELAAHAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Identitas RPP yang ditelaah:

Berilah tanda cek ( V) pada kolom skor (1, 2, 3 ) sesuai dengan kriteria yang tertera pada kolom tersebut! Berikan catatan atau saran untuk perbaikan RPP sesuai penilaian Anda!

No.Komponen Rencana Pelaksanaan PembelajaranHasil Penelaahan dan SkorCatatan

123

AIdentitas Mata PelajaranTidak Ada Kurang Lengkap Sudah Lengkap

1.Satuan pendidikan,kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

B.Perumusan IndikatorTidak SesuaiSesuai SebagianSesuai Seluruhnya

1. Kesesuaian dengan SKL,KI dan KD.

2.Kesesuaian penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur.

3.Kesesuaian dengan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

C.Perumusan Tujuan PembelajaranTidak SesuaiSesuai SebagianSesuai Seluruhnya

1.Kesesuaian dengan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai.

2.Kesesuaian dengan kompetensi dasar.

D.Pemilihan Materi AjarTidak SesuaiSesuai SebagianSesuai Seluruhnya

1.Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

2.Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.

3.Kesesuaian dengan alokasi waktu.

E.Pemilihan Sumber BelajarTidak SesuaiSesuai SebagianSesuai Seluruhnya

1.Kesesuaian dengan KI dan KD.

2. Kesesuaian dengan materi pembelajaran dan pendekatan scientific.

3.Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.

F.Pemilihan Media BelajarTidak SesuaiSesuai SebagianSesuai Seluruhnya

1.Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.

2. Kesesuaian dengan materi pembelajaran dan pendekatan scientific.

3.Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.

G.Model PembelajaranTidak SesuaiSesuai SebagianSesuai Seluruhnya

1.Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.

2.Kesesuaian dengan pendekatan Scientific.

H.Skenario PembelajaranTidak SesuaiSesuai SebagianSesuai Seluruhnya

1.Menampilkan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dengan jelas.

2.Kesesuaian kegiatan dengan pendekatan scientific.

3.Kesesuaian penyajian dengan sistematika materi.

4.Kesesuaian alokasi waktu dengan cakupan materi.

I.PenilaianTidak SesuaiSesuai SebagianSesuai Seluruhnya

1.Kesesuaian dengan teknik dan bentuk penilaian autentik.

2.Kesesuaian dengan dengan indikator pencapaian kompetensi.

3.Kesesuaian kunci jawaban dengan soal.

4.Kesesuaian pedoman penskoran dengan soal.

Jumlah

Komentar terhadap RPP secara umum.....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

R-3.1/3.2

RUBRIK PENILAIAN TELAAH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Rubrik penilaian RPP digunakan fasilitator untuk menilai RPP peserta yang digunakan peerteaching. Selanjutnya nilai RPP dimasukkan ke dalam nilai portofolio peserta. Langkah-langkah penilaian RPP sebagai berikut.1. Cermati format penilaian RPP dan RPP yang akan dinilai!1. Berikan nilai setiap komponen RPP dengan cara membubuhkan tanda cek () pada kolom pilihan skor (1 ), (2) dan (3) sesuai dengan penilaian Anda terhadap RPP tersebut!1. Berikan catatan khusus atau saran perbaikan setiap komponen RPP jika diperlukan!1. Setelah selesai penilaian, jumlahkan skor seluruh komponen!1. Tentukan nilai RPP menggunakan rumus sbb:

PERINGKATNILAI

Amat Baik ( A) 90 A 100

Baik (B)75 B < 90

Cukup (C) 60 C < 75

Kurang (K)K < 60

Submateri Pelatihan : 3.2 Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar

Langkah Kegiatan Inti

Diskusi dan Tanya jawabKerja KelompokKerja KelompokPresentasiMerangkum dan Refleksi

40 Menit30 Menit25 Menit20 Menit20 Menit

Diskusi dan tanya jawab tentang penilaian autentik dalam bentuk tes dan nontes termasuk portofolio, dilanjutkan dengan Pemaparan materi oleh fasilitator tentang Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.3/3.2 dan Panduan Tugas Menelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut.Kerja kelompok untuk menelaah contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaranyang terdapat dalam HO-2.3/3.2.Kerja kelompok untuk merevisi rancangan penilaian pada RPP yang telah disusun.Presentasi hasil kerja kelompok.Membuat rangkuman materi pelatihan Model Rancangan Pembelajaran.Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan.Fasilitator menutup pembelajaran.Bahan Tayang Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.3/3.2 dan Panduan Tugas Menelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2-2.

MATERI PELATIHAN 4 : PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING (24 JP)4.1 Simulasi Pembelajaran4.2 Peer Teaching

Sub Materi Pelatihan 4 Praktik Pembelajaran Terbimbing

A. KOMPETENSIPeserta pelatihan dapat: 1. mengkaji pelaksanaan pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific (mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) dengan tetap memperhatikan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, maupun, intelektual; dan2. melaksanakan pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific (mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) dengan tetap memperhatikan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, maupun, intelektual.

B. LINGKUP MATERI1. Simulasi Pembelajaran 2. Peer Teaching

C. KOMPETENSI PESERTA PELATIHAN1. Ketelitian dan keseriusan dalam menganalisis simulasi pembelajaran.2. Menganalisis simulasi pembelajaran melalui tayangan video pembelajaran.3. Menyimpulkan alur pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan scientific dan penilaian autentik.4. Merevisi RPP sehingga menerapkan pendekatan scientific dan penilaian autentik untuk kegiatan peer teaching.5. Kreatif dan komunikatif dalam melakukan peer teaching.6. Melaksanakan peer teaching pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific dan penilaian autentik.7. Menilai pelaksanaan peer teaching peserta lain.

D. PERANGKAT PELATIHAN1. Bahan Tayanga. Strategi Pengamatan tayangan video.b. Panduan tugas praktik pelaksanaan pembelajaran.c. Garis besar instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran.2. Lembar Kerja a. Analisis pembelajaran pada tayangan video.b. Instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran (Alat Penilaian Kinerja Guru).3. ATK

SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARANMATERI PELATIHAN:4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBINGALOKASI WAKTU:22 JP (@ 45 MENIT)JENJANG:SMA/MA, SMK/MAKMATA PELAJARAN:SEJARAH INDONESIA

TAHAPAN KEGIATANDESKRIPSI KEGIATANWAKTU

PERSIAPANDilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser Pointer, atau media pembelajaran lainnya.

KEGIATAN PENDAHULUANPengkondisian Peserta 15 Menit

Perkenalan

Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompeten