contoh prop phb
TRANSCRIPT
1. URAIAN UMUM
1.1. Judul Penelitian: PENGEMBANGAN MODEL PENDAMPINGAN DAN
PELATIHAN BAGI PENGRAJIN INDUSTRI RUMAH
TANGGA KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK,
KEC. KEDIRI, NUSA TENGGARA BARAT
1.2. Penanggung Jawab Program :
N a m a : Drs. Bambang Noersetyo, MSi
Jabatan/Gol : Lektor/IV-a
Unit Kerja : Kepala Pusat Pengembangan Industri Kecil dan
Sektor Informal, LPM Unmer Malang
Alamat Surat : Lembaga Penelitian Unmer Malang
Jln. Terusan Raya Dieng 62-64 Malang 65146
Tilp. 0341 581056, E-mail [email protected]
1.3. Tim Peneliti
No Nama dan GelarAkademik
Bidang Keahlian Instansi Alokasi jam/minggu
1.
2.
3.
Sukardi(Drs)Yunianto(Ir. MSA)Tanto Gatot(Drs. MS)
Sosiologi Pedesaan
Arsitektur
Ekonomi (Manajemen)
FISIP Unmer
FT. Unmer
FE. Unmer
10
10
10
1.4. Subyek Penelitian : Pengelolaan Masalah Sosial-Budaya untuk Dinamika
Kehidupan Sosial-Ekonomi (SPU 0503102)
1.5. Periode Pelaksanaan Penelitian : 1998 - 2000
1.6. Jumlah anggaran yang diusulkan untuk tahun pertama : Rp 35.
017.500,-
1
1.7. Jumlah anggaran yang diusulkan untuk keseluruhan program : Rp
68.560.000
1.8. Lokasi Penelitian : Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Kabupaten
Lombok, NTB
1.9. Hasil yang diharapkan :
Model pendampingan dan pelatihan untuk pengembangan industri
kerajinan gerabah serta terbentuknya kelompok usaha bersama yang
solid, dan terkelola.
1.10. Perguruan Tinggi Pengusul : Universitas Merdeka Malang
1.11. Instansi Lain Yang Terkait :
a. Pusat Pengembangan Industri Kecil dan Sektor Informal, LPM
Unmer Malang
b. Laboratorium Disain dan Pengembangan Produk Kerajinan
Keramik Rakyat "Tanah Agung" Malang
c. Kantor Wilayah Deperin Dati I NTB
d. Dinas Pariwisata Daerah Dati I NTB
e. Kelompok-kelompok penjaja kerajinan gerabah pada sentra pasar
seni Banyumulek, Paguyuban Pengrajin Gerabah Banyumulek,
Kelompok Ruang Pamer (Art Shop) Banyumulek.
f. Lombok Pottery Centre, Jalan Majapahit 7 Mataram, Lombok, NTB
1.12. Penanggung Jawab Pelaksana Penelitian : Drs. Bonaventura Ngw, MS
2. ABSTRAK RENCANA PENELITIAN
Penelitian ini bermula merebaknya industri rumah tangga yang tak terjangkau kebijakan industrialisasi. Pertumbuhan jenis industri ini pesat, tetapi kurang diperhitungkan memainkan perbaikan kesejahteraan rakyat miskin. Di beberapa kantong desa miskin Kawasan Timur Indonesia, industri rumah tangga berperan besar menampung wanita pekerja rumahan. Meskipun kontribusi pada PDRB rendah, produktivitas pekerjanya tertinggal, industri rumah tangga memainkan peran strategis meningkatkan dinamik
2
ekonomi desa utamanya dalam menyedot luapan tenaga kerja. Menganalisis berbagai kegagalan pembinaan memecahkan persoalan kelompok industri jenis ini, serta pengalaman lapang UNMER Malang melalui institusi inkubator, konsep pendampingan, pelatihan secara simultan signifikan mengokohkan industri rumah tangga. Metode ini merupakan transfer model inkubator yang didisain untuk penguatan asosiasi usaha setempat.
Dari penelitian ini diharapkan rumusan formula pendampingan yang lebih spesifik untuk pembinaan dan pengembangan industri-industri rentan menuju terbentuknya gugus usaha lokal yang mengakar, kohesif dan terkelola otonom. Penelitian dilakukan selama dua tahun dalam dua tahapan utama, : ujicoba pola pendampingan dan ujicoba pelatihan yang sesuai, evaluasi untuk perbaikan pelatihan dan pemantapan pendamping lokal.
Metode penelitian yang digunakan tahun pertama berupa penelitian partisipatoris melalui diagnosa kelompok untuk menghasilkan ujicoba formula pendampingan, pelatihan yang diperlukan. Tahun kedua, evaluasi pendampingan dan pelatihan, perbaikan modul pelatihan dan pelatihan mantap kelompok perajin dan pendamping lokal.
3. TUJUAN KHUSUS PENELITIAN
Tujuan utama penelitian ini adalah menemukan model pendampingan
yang baku melalui paguyuban usaha bersama untuk pembinaan industri
rumah tangga kerajinan gerabah. Langkah utama meliputi ujicoba model-
model pendampingan dan pelatihan yang didisain secara partisipatoris.
Pendampingan secara simultan menghasilkan alternatif pemecahan masalah
yang ujicobanya di lakukan dalam paguyuban usaha bersama yang telah ada.
Operasionalisasinya dilakukan melalui ujicoba modul-modul pelatihan yang
telah dihasilkan dari pengalaman pembinaan Pusat Pengembangan Industri
Kecil dan Sektor Informal, LPM Unmer Malang dan Inkubator LPM Unmer
Malang. Pembinaan yang dilakukan meliputi permasalahan akses permodalan,
pemasaran, pengembangan disain produk, akses teknologi, keterampilan
teknis, manajemen serta menciptakan iklim untuk membangun kohesi
kelompok.
3
Dengan berhasilnya penelitian ini diharapkan akan dibakukan sebuah
modul pelatihan operasional untuk industri rumah tangga, formula
pendampingan serta sistem organisasi paguyuban usaha bersama yang
mengakar. Pada tahap awal institusi universitas berperan sebagai katalisator
untuk memacu revitalisasi paguyuban usaha bersama yang sekarang belum
optimal. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.1. Intervensi sosial melalui ujicoba pola pendampingan dan pelatihan
untuk menghasilkan kinerja paguyuban usaha bersama yang makin
sempurna, melahirkan pendamping-pendamping lokal yang terlatih dan
teruji.
3.2. Evaluasi efektivitas pendampingan, pelatihan, kinerja paguyuban usaha
bersama untuk memperbaiki modul pelatihan dan formula
pendampingan. Diharapkan dapat dihasilkan suatu model pelatihan dan
pendampingan yang disempurnakan dan siap dideseminasikan.
4. PENTINGYA ATAU KEUTAMAAN PENELITIAN
Usaha kecil merupakan kegiatan ekonomi yang mendominasi lebih dari
95 % struktur ekonomi Indonesia (Abdul Latif, 1997 : 4). Pengembangan
potensi ekonomi utamanya industri kecil di berbagai Kawasan Timur Indonesia
(KTI) merupakan pilihan terbaik untuk memperbaiki disparitas ekonomi
dengan Kawasan Barat Indonesia. Berbeda dengan Kawasan Barat Indonesia
(KBI), pengembangan KTI masih memerlukan peran pemerintah lebih besar
serta penguatan swadaya masyarakat setempat lebih kukuh dibanding
dengan peran swasta. Tumbuhnya berbagai tipologi industri kecil dan rumah
tangga di KTI selama ini memperlihatkan daya tahan yang besar. Keunggulan
dan daya saing utama industri rumah tangga KTI teruji pada proses produksi
yang berpusat pada skil personal dan perannya jarang bisa disubstitusi
teknologi modern. Moda produksi demikian menyebabkan daya saingnya kuat 4
sehingga segmen pasar tak mudah goyah oleh situasi resesif. Karena itu
produk industri rumah tangga KTI tipe demikian mempunyai kekuatan
potensial yang selama ini belum banyak tersentuh pembinaan yang lebih
operasional.
Kebutuhan untuk menemukan suatu skema operasional pembinaan
industri rumah tangga yang lebih kongkrit adalah merupakan agenda kunci
perkembangan sektor marjinal ini dimasa depan. Desentralisasi pembinaan
kearah terbentuknya usaha bersama yang mandiri sangat penting untuk
menguatkan posisi kelompok rentan ini dalam interaksi dan bermitra dengan
usaha yang lebih besar. Berbagai analisis menguatkan, kemandirian
kelompok-kelompok industri rumah tangga juga signifikan untuk menjamin
kelestarian dan perkembangan bantuan-bantuan teknis manajerial yang
diterimanya (Alberto P. Capati, 1993 :3).
Memang peranan industri skala kecil maupun indutri rumah tangga
dalam konteks nasional maupun lokal kurang memberikan kontribusi besar
pada pembentukan PDRB, tetapi kelebihannya cukup besar menyerap tenaga
kerja lokal dan merangsang produktivitas modal kelompok rakyat miskin.
Keberadaan industri rumah tangga sebagai pencaharian, utamanya ditekuni
para pekerja-pekerja wanita yang unit usahanya bersatu dengan rumah.
Memperkuat struktur industri kelompok ini sangat signifikan untuk
memperbaiki kekuatan ekonomi kelompok masyarakat rentan ini.
Pembinaan yang dilakukan pemerintah melalui program lintas sektoral,
peran berbagai lembaga swadaya masyarakat, dan kalangan perguruan tinggi
selama ini telah membuahkan hasil yang sangat penting. Usaha-usaha
demikian perlu terus dimantapkan sekalipun terus menemui kendala-kendala
operasional. Diantara pembinaan yang dilakukan selama ini ternyata belum
mampu memberikan jaminan kesinambungan, utamanya disebabkan kurangh
adanya social acceptance sehingga proses transfer pembinaan tak dapat
terkelola secara baik. Demikian juga model pendekatan yang dilandaskan 5
untuk menyantuni kelemahan usaha kecil terbukti tidak cukup efektif untuk
mendorong usaha ini berkembang secara mandiri.
Model pendampingan melalui paguyuban usaha bersama, sebenarnya
merupakan kelanjutan dan penyempurnaan model inkubator universitas yang
selama ini sudah banyak didesiminasikan untuk membina kelompok usaha
pemula. Konsep pembinaan dan pendampingan melalui paguyuban usaha
bersama ini diarahkan agar para klien dapat terhimpun dalam gugus usaha
yang kuat, mampu bersaing menghadapi ekspansi skala usaha yang lebih
kuat. Yang utama dalam metode ini, pembinaan diawali dengan pelatihan
calon pendamping lokal yang selama ini belum optimal berfungsi. Proses
pelatihan pendamping lokal dilakukan melalui program diagnosa kasus secara
partisipatoris dalam kelompok usaha dengan bimbingan pendamping dari
perguruan tinggi kemudian disempurnakan melalui pemantapan.
Untuk menemukan model pendampingan yang teruji dan dapat
diterapkan dimasa mendatang bagi pengembangan industri sejenis di KTI,
pemilihan lokasi penelitian, unit usaha sengaja ditetapkan. Kawasan Nusa
Tenggara Barat, Lombok, utamanya Banyumulek merupakan salah satu
daerah tujuan kunjungan wisata yang sampai kini menjadi pesona bagi
wisatawan. Bahkan beberapa usahawan lokal secara rutin telah melalukan
ekspor produk kerajinan ke New Zeland, Amerika, Jerman, Australia, Italia,
Inggeris, Hongkong, Singapura. Dari hasil penelitian pendahuluan
menjelaskan di kawasan Desa Banyumulek telah berkembang paguyuban
usaha bersama atau kelompok-kelompok wanita yang menekuni industri
kerajinan gerabah, ditemukan lebih dari 280 unit usaha dalam tiga skala
produksi, yaitu penghasil gerabah kecil, menengah dan besar. Terdapat lebih
1.800 jiwa dan 86% ditekuni pekerja wanita usia 15-35 tahun. Lebih dari 120
spesifikasi gerabah dihasilkan di desa tersebut dengan interval harga
setempat Rp. 250 - Rp. 175.000 per buah. Jaringan pemasaran barang
melibatkan empat lini utama, (pengrajin, penjaja keliling, pemilik artshop dan 6
tengkulak luar daerah). Diantara keempat pelaku ini mempunyai karakter
interdependensi sosial yang cukup tinggi. Secara umum studi awal yang
dilakukan menjelaskan posisi pengrajin paling lemah.
Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini telah memberi
andil yang besar utamanya dalam memberi bantuan pelatihan, lisensi bebas
perolehan bahan baku, aksebilitas pasar yang cukup teratur dari wisatawan
manacanegara dan domestik yang dipermudah untuk datang ke kawasan
desa tersebut. Pemerintah juga telah memacu untuk menumbuhkan koperasi-
koperasi usaha tetapi akhirnya kurang berfungsi karena tak dapat berperan
memberi layanan yang cukup luwes dan memadai pada persoalan aktual para
pengrajin. Sementara itu dana-dana pembinaan dari berbagai BUMN
seringkali tak dapat disalurkan karena terhambat oleh organisasi pengrajin
yang belum melembaga. Sekalipun para pengrajin di desa Banyumulek ini
sudah menjangkau pasar internasional, tetapi pengelolaan usahanya masih
dilakukan secara sederhana bahkan dari aspek kelembagaan sangat lemah.
Karena itu masyarakat setempat membutuhkan peran perguruan tinggi yang
dapat dijadikan mitra untuk memperbaiki kapabilitas teknis dan manajemen,
serta merekatkan kekuatan-kekuatan bersama sehingga terbentuk sebuah
paguyuban usaha bersama yang solid untuk memperkuat posisi tawar dalam
dinamik pasar. Adapun kegiatan intervensi pendampingan dan pelatihan
melalui paguyuban usaha bersama ini, secara bertahap dapat dioper
pengelolaannya oleh pendamping lokal dan dukungan kemampuan kelompok
pengrajin yang kini sudah tersedia.
Atas dasar pemikiran tersebut maka penelitian tentang :
pengembangan model pendampingan dan pelatihan bagi pengrajin industri
rumah tangga kerajinan gerabah ini ini perlu dilakukan, guna menemukan
suatu bentuk sistem pendampingan dan pelatihan yang sesuai.
5. TINJAUAN PUSTAKA7
5.1. Urgensi Industri Skala Kecil di Kawasan Timur Indonesia
Kawasan Timur Indonesia (KTI) merupakan kesatuan geo-ekologi di
sebelah timur garis wallace yang mencakup 9 wilayah politik administratif
yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Maluku, Irian Jaya, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara
Barat. Pembangunan ekonomi KTI selama PJP I dapat dikatakan tertinggal
dibanding dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI). Sekalipun potensi
sumberdaya alam KTI melimpah, pengembangannya dihadapkan persoalan
utama, rendahnya mutu sumberdaya manusia (SDM) dan minimnya
prasarana yang diperlukan. Keengganan investasi swasta sebagian besar
bermula dari kenyataan, investasi di KTI tidak terlalu memberikan jaminan
kelayakan ekonomis. Munculnya berbagai industri skala kecil di KTI, utamanya
yang bercorak home industri merupakan bagian dari pelibatan masyarakat
lokal, realitasnya masih sangat lemah (Budi Sutrisno, 1994:57-58).
Konsentrasi kemiskinan di KTI dari tahun 1990 sampai 1993 belum
menunjukkan perbaikan yang berarti. Secara nasional kantong desa-desa
miskin Indonesia terpusat di KTI, pada tahun 1990 jumlahnya 43.44 %
sedangkan di Kawasan Barat Indonesia (KBI) 30.05 %. Angka-angka itu sedikit
membaik pada tahun 1993, desa-desa miskin KTI menjadi 41.36 % sedangkan
di KBI menjadi 27.56 %. Ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar KBI dan
KTI bisa dijelaskan pada beberapa indikator. Analisis Maisyir Gutji (1991)
memperlihatkan, PDRB KBI tahun 1983 mencapai Rp. 64.211 milyar
sedangkan KTI hanya Rp. 6.412 milyar. Disparitas ini makin menyolok bila
diperhatikan tahun 1988, PDRB KBI Rp 124.168 milyar sedang KTI baru
beranjak Rp. 12.545 milyar. Kesenjangan itu juga nampak dari pendapatan
perkapita, tahun 1988 pendapatan perkapita KBI mencapai Rp 822.533
sedangkan KTI baru Rp 558.598. Dari keseluruhan proyek PMDN yang
ditanam di Indonesia tahun 1989/1990, KTI hanya menerima porsi amat kecil 8
yaitu sekitar 7-8 % saja (Moeljarto, 1996:146). Ditinjau dari PMA malah terjadi
penurunan dari 6 % pada tahun 1987/1988 menjadi 4 % tahun 1988/1989 dan
malah tinggal 2 % pada tahun 1989/1990.
Kawasan Timur Indonesia merupakan wilayah Indonesia dengan variasi
yang tinggi. Oleh karena itu pengembangan KTI haruslah cukup sensitif
terhadap keragaman ini dengan memprioritaskan pembangunan sumberdaya
manusia dan pembinaan kapasitas kelembagaan (Moeljarto, 1996 : 152).
Pembangunan KTI sejauh mungkin menghindarkan pendekatan uniformistis,
stereotipikal. Ditinjau segi resources base, masing-masing kantong KTI
mempunyai karakter spesifik yang harus dijadikan rujukan utama untuk
pengembangannya. Dari segi kultural Kawasan Timur Indonesia terdiri atas
sub kultur yang bervariasi, sehingga keragaman inipun harus diperhatikan.
5.2. Posisi Industri Kecil
Di Indonesia kelompok industri kecil dan industri rumah tangga
merupakan bagian terbesar dari komunitas ekonomi lemah. Sekalipun jenis
industri ini memberikan kontribusi yang tidak terlalu besar pada PDRB, rendah
produktivitasnya tetapi sangat berarti menyerap limpahan kelompok pekerja
tertinggal di perkotaan maupun pedesaan. Menurut Abdul Latif (1997:2) dari
aspek ketenagakerjaan usaha kecil dan menengah diartikan sebagai berikut :
1. Unit usaha kecil industri rumah tangga (cottage indutries) yang
menggunakan tenaga kerja 1-4 orang;
2. Unit usaha kecil yang menggunakan tenaga kerja antara 5-19 orang;
dan
3. Usaha menengah dyang menggunakan tenaga kerja antara 20-99
orang.
Peran industri rumah tangga sebagai penampung tenaga kerja sangat besar jika dibanding
dengan industri kecil maupun menengah. Menurut Abdul Latif (1997:2) jumlah tenaga kerja
pada masing-masing kelompok industri kecil dan menengah di Indonesia cukup tinggi.9
SKALAJumlah Tenaga Kerja Jumlah Unit Usaha
1995 1997 1995 1997
Industri Rumah Tangga
Industri KecilIndustri
Menengah
28.903.714
1.449.096
1.838.100
30.485.586
1.528.395
1.859.340
19.269.143
131.736
30.635
20.323.724
138.945
30.989
Sumber: SUPAS 1995, Statistik Industri Kecil 1993, Laporan Depnaker, UU No. 7/81Catatan: Industri Rumah Tangga, adalah jenis industri kecil rumah tangga non pertanian
Tabel diatas memperlihatkan antara tahun 1997-1995 pertumbuhan
jumlah tenaga kerja pada industri rumah tangga maupun indutri kecil
meningkat sangat berarti baik dari penyerapan tenaga kerja maupun
pertumbuhan unit usaha. Untuk industri rumah tangga mendekati jumlah 30.5
juta orang, bekerja pada 20 juta unit usaha. Sedangkan pada kelompok
industri menengah menunjukkan pertumbuhan statis. Depnaker telah
menetapkan, pengembangan usaha kecil dan menengah mempunyai dua
pola utama yaitu pengembangan unit usaha yang telah ada dan penciptaan
usaha baru. Berdasarkan SUPAS 1995 dan Sensus Penduduk 1990,
diproyeksikan kelompok industri rumah tangga ditargetkan masih akan
menjadi pilihan utama untuk menampung tenaga kerja sebesar 4.06 juta yang
tersebar pada 6.100 unit usaha. Pada industri kecil ditargetkan 311 ribu orang
dan tersebar pada 27.7 ribu unit usaha, sedangkan pada industri menengah
ditargetkan menampung 371.8 ribu orang pada 6.198 unit usaha menengah.
5.3. Pembinaan Industri Rumah Tangga yang Diperlukan
10
Evaluasi kegagalan pembinaan terhadap kelompok industri-industri
lemah ini tak dapat dipisahkan dari ekologi jenis industri ini yang harus
berhadapan dengan kompleksitas persoalan yang ada. Hal ini memberi
legitimasi, membina industri kecil ini secara langsung (direct assistances)
sangat diperlukan. Apalagi kalau memperhatikan realitas peran industri kecil
dan industri rumah tangga sangat penting bagi penduduk miskin sebagai
sumber penghasilan (Tulus Tambunan, 1993 : 91)
Menurut De Soto (1989), setidaknya ada tiga jenis pendekatan yang
bisa diperankan pemerintah. Pertama, disebut sebagai non policy approach.
Untuk industri kecil yang bergerak pada lower spectrum (kegiatan-kegiatan
marjinal) cara ini mungkin terbaik, mengingat intervensi pemerintah yang
terlalu jauh justru akan melahirkan biaya birokratis yang tinggi. Bahkan justru
menimbulkan efek distortif yang membatasi pertumbuhan bahkan sering
mematikan usaha kecil. Pendekatan kedua, biasanya berupa proteksi. Proteksi
ini meliputi berbagai regulasi, debirokratisasi atau larangan kepada industri
besar untuk menghasilkan produk-produk tertentu, batasan impor terhadap
produk substitusi dan kontrol terhadap penyebaran teknologi yang berakibat
mengejutkan industri kecil. Cara ini banyak dikritik karena dianggap
merugikan konsumen. Pendekatan ketiga, yang banyak dianjurkan adalah
stimulation approach dalam bentuk program pembinaan. Program ketiga ini
biasanya memusatkan perhatian pada sisi penawaran dalam bentuk
pemberian kredit, penyediaan bahan baku, peralatan serta pemberian kursus-
kursus. Pemerintah Indonesia telah cukup lama memberi perhatian
terhadap perkembangan industri kecil. Beberapa program yang utama antara
lain pembentukan sentra-sentra dan pewilayahan industri kecil (Lingkungan
Industri Kecil). Disusul program pengembangan koperasi-koperasi industri
kecil. Namun dalam perjalanannya praktek manajemen koperasi seringkali
dililit masalah kinerja yang lebih rumit, akibatnya anggotanya juga kurang
merasakan manfaat kehadiran koperasi ini. Program perkreditan melalui 11
KIK/KMKP yang semula diharapkan memberi jembatan akses permodalan
lebih leluasa pada industri kecil ternyata prakteknya banyak dijangkau oleh
industri-industri yang sebenarnya bukan kategori kecil. Kebijakan ini akhirnya
dicabut, diganti dengan KUK melalui paket deregulasi 29 Januari 1990.
Namun, sangat disayangkan banyak bank yang tak mampu menyalurkan 20
% dari portofolio kreditnya sebagai KUK. Kemudian pemerintah memberi
keleluasaan baru kredit tanpa agunan, KKU (Kredit Kelayakan Usaha) yang
disalurkan mulai Oktober 1995.
Pola keterkaitan melalui sistem bapak angkat sebenarnya bukan
kebijakan baru. Kebijakan ini lahir pertama sejak Pelita III melalui UU No.
5/1984 tentang Perindustrian. Program ini dinilai kurang berhasil karena
prakteknya industri kecil dieksploitasi dan bahkan dikooptasi bapak
angkatnya (Hetitah Sjaifudian, 1995:85). Belakangan lahir pola
subkontrakting. Program penting yang dilakukan oleh Depkeu yang
melakukan terobosan lewat SK No. 1232/1989, yang mewajibkan BUMN
menyisihkan 1-5 % keuntungan untuk pembinaan industri kecil atau koperasi.
Program penjualan saham kepada koperasi, program pendirian lembaga-
lembaga modal ventura dan berbagai program pelatihan.
Sebagaimana telah dicanangkan Perencanaan Tenaga Kerja Nasional
untuk mendukung pembinaan usaha industri rumah tangga (cottage
indutries) usaha kecil dan menengah sasaran Depnaker adalah membina
tenaga kerja dan sumberdaya manusianya. Pembinaan keterampilan, sikap
mental, kepemimpinan, sikap produktif, membangun dan mencetak mental
berwiraswasta menjadi tujuan utama Depnaker. Sekalipun demikian menurut
Abdul Latif (1997:2) masih terdapat permasalahan utama bagaimana
pembinaan unit usaha bisnisnya, aspek finansial, pemasaran, proses produksi,
pemilihan komoditi. Aspek ketenagakerjaan juga menjadi persoalan utama
pengembangan industri kecil. Yudo Swasono (1996:9) menemukan,
pengembangan industri kecil acapkali menemui kendala pada aspek 12
pengorganisasian. Penjelasan ini mengikuti temuan kelompok peneliti Cornell
yang mengemukakan bahwa organisasi lokal berperan penting dalam setiap
intervensi sosial untuk menggalang partisipasi masyarakat (Cohen dan
Uphoff, 1974: 14). Organisasi tradisional lokal berperan besar dalam
menciptakan pengaturan-pengaturan yang diperlukan misalnya untuk (1)
insurance, (2) welfare, (3) reciprocity, (4) provision of public goods dan (5)
pooling of productive assets.
Laporan penelitian Tulus Tambunan (1993:84) pada 24 Dati II di Jawa
Barat menemukan sejumlah keunggulan utama industri kecil. Pertama, proses
produksi industri kecil padat tenaga manusia, karenanya pengembangan
industri kecil dapat memperluas kesempatan kerja dan sekaligus
meningkatkan pendapatan. Kedua, konsentrasi operasi industri kecil lebih
banyak terdapat di daerah pedesaan dan memanfaatkan bahan-bahan baku
yang dapat dijangkau dengan biaya relatif murah. Ketiga, pada umumnya
industri kecil memakai teknologi sederhana yang lebih cocok dengan kondisi
ekonomi, sosial serta fisik pedesaan. Keempat, sumber utama dana untuk
pembiayaan kegiatan pada umumnya berasal dari uang atau tabungan
pribadi si pemilik usaha. Hal ini masih konsisten dengan hasil penelitian FE
dan LPPM Universitas Atmajaya Yogyakarta (1992: 27) yang menemukan, 81
% modal awal industri rumah tangga berasal dari uang pribadi. Karena itu
pengembangan industri kecil pedesaan sangat penting sebagai instrumen
untuk mengalokasikan sumber dana lokal pada kegiatan produktif.
Sementara itu penelitian Hendrawan Supratikno dkk (1994) juga
menyebut, beberapa tipe industri kecil tahan terhadap berbagai gelombang
resesi dan pemanasan suhu ekonomi. Analisis menjelaskan, ditengah
gempuran persaingan dan berpihaknya kebijakan industri pada beberapa
jenis industri besar dan menengah, eksistensi industri kecil menunjukkan
resistensi yang luar biasa. Menurut Hendrawan Supratikno, (1994:26) ada
beberapa hal yang menyebabkan hal ini. Pertama, usaha industri kecil 13
sebagian besar bergerak dalam pasar yang terpecah-pecah (fragmented
market). Dalam pasar yang demikian fenomena skala ekonomi tidaklah terlalu
penting sehingga keuntungan yang diperoleh dari besaran usaha tidaklah
menonjol. Kedua, usaha industri kecil tersebut menghasilkan produk-produk
dengan karakteristik elastisitas pendapatan yang tinggi. Maksudnya jika
terjadi kenaikan pendapatan masyarakat, permintaan terhadap jenis-jenis
produk tersebut akan naik. Apalagi jika tersedia saluran pemasaran ekstra
yang memungkinkan aksesnya lebih luas. Ketiga, usaha tersebut memiliki
tingkat heterogenitas yang tinggi, khususnya heterogenitas teknologi yang
bisa digunakan. Dengan aneka teknologi yang ada tersebut industri kecil
mampu menghasilkan produk yang beraneka ragam. Variasi ini pula yang
menentukan kelangsungan industri kecil.
Keempat, usaha industri kecil mayoritas tergabung dalam suatu kluster
dan kantong-kantong masyarakat yang terbatas dan solid, sehingga mampu
memanfaatkan efesiensi kolektif yang kukuh dalam hal pembelian bahan
baku, pemanfaatan tenaga terampil dan dalam hal pemasaran bersama.
Dengan keadaan ini industri kecil secara langsung mampu membetengi
dirinya dari penetrasi persaingan dari luar. (Afred Marshall, 1994). Kelima,
proses produksi ISK sangat padat tenaga kerja manusia. Karena itu
pengembangan ISK akan memperluas kesempatan kerja sekaligus
membentuk dan meningkatkan pendapatan.
Laporan Depnaker menyebutkan, strategi utama yang ditempuh
Depnaker untuk mencapai target pertumbuhan tersebut antara lain dilakukan
melalui : pengembangan SDM dan penciptaan usaha menengah baru melalui
(a) pendidikan dan pelatihan dibidang kewirausahaan, penyusunan business
plan, dan teknik operasional produkis serta aspek manajemen, (b) leadership
training (c) bantuan informasi an akses kepada lembaga keuangan (d)
bantuan pemasaran (e) bimbingan dan pendampingan untuk jangka waktu
maksimal selam 1 tahun. Disamping itu pembinaan SDM pra-usaha melalui 14
Balai Latihan Kerja (BLK) dan Kursus Latihan Kerja (KLK). Pelatihan teknis
industri rumah tangga dan usaha kecil melalui MTU (Mobile Training Unit)
yang tersebar di seluruh Indonesia. Depnaker juga telah memacu penciptaan
usaha kecil dan menengah baru melalui pengembangan tenaga kerja pemuda
mandiri dan profesional.
Sekalipun pembinaan terhadap industri kecil tersebut telah dilakukan
lintas sektor, namun berbagai penelitian menjelaskan eksistensi industri
rumah tangga dan industri kecil masih berhadapan dengan persoalan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hendrawan Supratikno dkk (1994:32) di enam
sentra industri Jawa Tengah menyebut partisipasi mengikuti program
perkreditan tertinggi (39 %), disusul partisipasi dalam program kursus teknis
(25 %) dan kursus pemasaran (23 %). Sementara itu 65 % responden
menyebut kehadiran kredit sangat bermanfaat, 80 % responden
mengemukakan program peralatan sangat bermanfaat dan 48 % menyebut
kursus teknis sangat bermanfaat. Temuan ini juga menjelaskan 34 % dan 22
% responden mengharap pemberian kredit dan kursus pemasaran mendapat
prioritas utama pembinaan selanjutnya.
Sekalipun beberapa kendala masih melilit dalam pengembangan
ndustri KTI, namun terdapat beberapa prduk yang mempunyai pasar cukup
potensial baik untuk tujuan dalam negeri maupun eksport. Beberapa jenis
produk dari Nusa Tenggara Barat yang mampu menembus berbagai pasar
internasional antara lain dapat dperhatkan dari tabel berikut ini :
Jens Barang Volume (ton) Nilai ($)
Batu Apung
Kacang Mete
Udang Beku
Kerajinan Gerabah
Kerajnan Tembaga
14.131.69
236.12
42.11
431.66
1.96
1.518.885
1.174.558.7
340.849.3
190.064.9
7.860.9
15
Kerajinan Bambu
Kerajiinan Lntar
Kerajinan Tulang
Kerajinan Pandan
15.01
6.36
1.74
1.07
22.610.9
5.422.2
3.326.6
5.362.5
Sumber : Kantor Perwakilan BPS Dat I NTB, 1994
Dari tabel datas dijelaskan, bahwa potensi eksport kerajiinan gerabah
sebenarnya adalah sangat baik, menempat urutan kedua setelah batu apung.
Hal ini sebagai indikasi mengembangkan kerajinan gerabah adalah sangat
potensial di kawasan tersebut.
6. METODE PENELITIAN
6.1. Langkah Penelitian
Penelitian ini dibagi dalam dua tahapan program penelitian dan setiap
tahapan dilakukan selama satu tahun anggaran. Adapun tahapan penelitian
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Ujicoba pola pendampingan dan pembinaan, pengembangan industri
rumah tangga kerajinan gerabah di Banyumulek melalui model
diagnosa dalam kelompok usaha bersama.
2. Analisis dan evaluasi efektivitas pendampingan, kinerja Klinik Usaha
Bersama untuk memperbaiki formula pendampingan, rancangan
kelembagaan Klinik Usaha Bersama untuk lebih sempurna dan dapat
dideseminasikan.
16
Adapun perincian tahapan-tahapan penelitian serta hasil yang diharapkan
digambarkan dalam diagram berikut :
TAHAPAN KEGIATAN PENELITIAN
TAHAP I / TAHUN I TAHAP II / TAHUN II
A. Curah pendapat, diagnosis partisipatoris tentang :
a. Mekanisme dan kinerja kelembagaan pembinaan
b. Potensi dan tuntutan yang diperlukan
c. Seleksi kelompok sasaran
B. Intervensi sosial melalui ujicoba modul pelatihan dan pola pendampingan
a. Pelatihan pengrajin
b. Pelatihan pendamping
C. Monitoring dan evaluasi untuk perbaikan intervensi sosial sebagai persiapan penelitian tahun II
a. Penyempurnaan strategi pelatihan dan pendampingan
b. Komparasi antar kelompok yang perlakuan dan tanpa perlakukan
A. Implementasi pelatihan dan pendampingan untuk menguatkan kinerja paguyuban usaha bersama berdasarkan modul pelatihan dan formula intervensi yang telah diperbaiki.
a. Dilakukan pada kelompok yang diuji perlakukan
b. Evaluasi modul pedampingan dan pelatihan
B. Pemantapan model pelatihan dan pola pendampingan
C. Seminar dan deseminasi hasil penelitian
6.2. Metoda yang Digunakan
Untuk mencapai hasil penelitian yang secara kongkrit dapat dievaluasi,
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan eksperimental.
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan ekspansi pembinaan yang secara
reguler dilakukan LPM Universitas Merdeka Malang. LPM Unmer Malang
selama ini yang telah berpengalaman melakukan pembinaan industri-industri
kerajinan rakyat di Kabupaten Malang, Tulungagung sejak tahun 1990.
Evaluasi yang dilakukan tahun 1993 pada 60 kelompok pengrajin di dua
wilayah binaan menjelaskan, terjadi perbaikan usaha yang sangat signifikan,
semula memperkerjakan 1-2 orang, tatkala evaluasi dilakukan lebih 83 %
17
anggota unit usaha telah mampu melakukan ekspansi usaha dengan
menyerap tenaga kerja 4-5 orang. Bermula dari pengalaman itu replikasi
kelompok sasaran ini dipusatkan pada desa Banyumulek, Kecamatan Kediri,
NTB. Pemilihan sasaran dilakukan dengan sistem cluster bertingkat berdasar
karakter pengelompokan pengrajin yang telah temuannya telah difinalkan
pada penelitian pertama (Juni, 1995) dan disempurnakan dari hasil studi
pendahuluan (Agustus, 1996).
Diketahui 86 % pengrajin adalah wanita. Klasifikasi unit analisis rumah
tangga mengikuti yang dilakukan mengikuti disain metodologis yang
dilakukan Chayanov (1966). Terdapat empat tipologi utama rumah tangga
sasaran (a) unit pengrajin pemula, ditekuni oleh pasangan keluarga muda
dengan masa merawat anak (child rearing) (b) unit pengajin muda, ditekuni
oleh rumah tangga dengan anak yang menginjak dewasa, (c), unit usaha
yang ditekuni oleh pasangan keluarga dewasa, ditandai oleh bersatunya
beberapa pasang keluarga dalam satu rumah, (d) unit pengrajin pasangan
keluarga tua ditandai dengan komposisi anggota keluarga usia lanjut,
sebagian besar anggota keluarganya migrasi, terpisah dengan keluarga
induk. Dari analisis ditetapkan 5 kelompok perlakuan dan 5 kelompok kontrol
tanpa perlakuan pelatihan maupun pendampingan. Seleksi kelompok
dilakukan secara bertingkat berdasarkan temuan rekaman kinerja kelompok.
Sedangkan evaluasi perlakuan dilakukan berganda : pada unit analisis rumah
tangga (hosehold) anggota kelompok (berdasarkan klasifikasi diatas) dan
pada unit analisis kinerja kelompok.
6.3. Proses penelitian tiap tahapan penelitian dilakukan sebagai berikut :
A. Tahap I
18
Sebelum ujicoba pendampingan dan pelatihan, dilakukan diagnosa
partisipatoris untuk menentukan konsensus skala prioritas. Langkah
operasional metoda ini dilakukan melalui tahapan :
a. Kunjungan langsung ke lokasi unit usaha, mengembangkan
diskusi dan wawancara bebas. Selanjutnya melakukan curah
pendapat dalam kelompok dengan mengundang beberapa
instansi terkait dalam penelitian ini, utamanya para aktor LSM,
para ketua asosiasi art shop, ketua kelompok pengrajin. Tujuan
curah pendapat ini menemukan sejumlah faktor/determinan
kegagalan usaha yang selama ini ditemui.
b. Menyusun disain sistematisasi intervensi yang diperlukan
berdasarkan masukan yang telah diperoleh pada tahapan curah
pendapat. Pengenalan terhadap jaringan-jaringan sosial yang
ada, karakter dan kinerja kelompok-kelompok usaha. Selanjutnya
persiapan dan penentuan aktor-aktor kunci yang akan segera
dijadikan mitra depan dalam program pendampingan ini.
Disamping itu juga dilakukan ujicoba konsepsional terhadap
modul-modul pelatihan yang telah disiapkan.
c. Seleksi kelompok sasaran yang akan dijadikan sasaran perlakuan
seraya menyiapkan pelatihan-pelatihan klasikal terbatas bagi
pendamping lokal yang telah disiapkan dalam konsensus.
d. Melakukan ujicoba pelatihan pada satuan kelompok-kelompok
usaha.
B. Tahap II
19
Sampai pada bulan pertengahan tahun ke II, dilakukan monitoring yang
diperankan oleh pendamping lokal. Hasil monitoring secara berkala
dipergunakan untuk melanjutkan program-program pelatihan.
a. Pada tahapan ini dilakukan evaluasi menyeluruh, untuk
menyempurnakan model pelatihan dan manual pendampingan
yang telah didisain.
b. Melakukan evaluasi pada kelompok kontrol (tanpa perlakuan)
serta mengadakan analisis uji perbedaan antar dua sasaran.
c. Hasil evaluasi ini siap dideseminasikan, utamanya untuk
pembinaan tipe industri rumah tangga sejenis di Kawasan Timur
Indonesia.
6.4. Evaluasi keberhasilan pendampingan dan pelatihan dianalisis dari
beberapa indikator:
a. Pada tingkat pengrajin
1. Peningkatan kemampuan dalam aspek manajemen
- perencanaan usaha
- kemampuan administrasi usaha
- pemasaran dan penjualan
- manajemen keuangan dan belanja
2. Peningkatan kemampuan teknik produksi
- peningkatan disain produk
- peningkatan keanekaragaman produk
- peningkatan produktivitas dan efesiensi
- penurunan jumlah produksi rusak
3. Peningkatan permodalan, pekerja
20
- indepedensi permodalan
- peningkatan aset teknologi
- peningkatan menabung
- peningkatan jumlah pekerja
b. Pada unit analisis kelompok usaha
1. Pemupukan modal bersama
- jumlah dan penyebaran simpanan anggota
- sirkulasi modal bersama dan simpan pinjam
2. Kapabilitas pendamping
- kemampuan perencanaan produksi
- curahan waktu pendampingan
- gaya pengambilan keputusan dan konseling
3. Pemasaran dan jaringan
- penerimaan order pembelian dan jangkauan wilayah
pemasaran
- perkembangan jumlah jaringan pemasaran baru
- intensitas pertemuan anggota kelompok
21
6.5. Rencana Kegiatan Penelitian
6.5.1. Program Penelitian Tahun Pertama (1998-1999)
KegiatanBulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan / perijinan2 .Curah pendapat / diskusi - Penyusunan modul pembinaan - Perbaikan modul pembinaan
3. Ujicoba - replikasi pelatihan - pelatihan pendamping lokal
4. Monitoring 5. Evaluasi6. Penyempurnaan metode pelatihan 7. Penyusunan laporan
#### ##### ### ####
###### ## #### #### ### #### ######
6..5..2. Program Penelitian Tahun Kedua (1999-2000)
KegiatanBulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan implementasi pelatihan 2. Penyegaran pendamping lokal3. Implementasi pelatihan 4. Monitoring5. Evaluasi kinerja kelompok kontrol6. Evaluasi kelompok perlakuan7. Penyusunan laporan 8. Seminar/Deseminasi
###### ## ######## #### ## ## #### #####
7. RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN
JENIS PENGELUARAN
ANGGARAN UNTUK TAHUN BERIKUTNYA
PERINCIAN ANGGARAN TAHUN I
TAHUN II
HONOR
BAHAN AUS/HABIS PAKAI
KOMPONEN PERALATAN
PERJALANAN DINAS
SEMINAR/PERTEMUAN
MONITORING
Rp. 9.360.000,-
Rp. 2.997.500,-
Rp. 3.600.000,-
Rp. 9.660.000,-
Rp. 7.900.000,-
Rp. 1.500.000,-
Rp. 9.360.000,-
Rp. 14.222.500,-
Rp. 3.600.000,-
Rp. 6.160.000,-
Rp. 6.750.000,-
Rp. 1.500.000,-
TOTAL PENGELUARAN Rp. 35.017.500,- Rp. 41.592.500,-
TOTAL ANGGARAN SELAMA
DUA TAHUN (DUA TAHAP) Rp. 76.610.000,-
8. PUSTAKA
Abdul Latif (1997) Peranan Departemen Tenaga Kerja dalam Bidang Ekkuwasbang dan Prodis, Jakarta, 22 April 1997 Abdul Pengembangan Sumberdaya Manusia untuk Mendukung Usaha Kecil dan Menengah, Bahan untuk Disampaikan pada Sidang Kabinet terbatas.
Alberto P. Capati et. al (1993), In Search of New and Innovative Conncepts for Small Scale Enterprise Promotion, (Paper and Proceeding of the International Conference on New and Innovative Concepts for small Scale Enterprise Promotion held in Ho Chi Minh City, Vietnam, 14-16 December 1992, Library National University of Singapore.
Anonymous (1992), Profil Industri Kecil di Daerah Istimewa Yogyakarta (Laporan Penelitian oleh FE dan LPPM Universitas Atma Jaya Yogyakarka, dalam Karya Penelitian Universitas Atmajaya, Edisi 2 Tahun I, November 1992.
Anonymous, (1994), Kebijaksanaan Departemen perdagangan dalam Rangka Meningkatkan Ekspor Industri Kecil di Jawa Timur, Kanwil Departemen Perdagangan Jawa Timur.
Bambang Setiaji (1996), Wanita Pekerja Industri Rumah Tangga : Kesejahteraan dan Perlindungan Hak, dalam Akademika No. 01/Th. XIV/1996, Muhammadiyah Press, Surakarta.
Barenbang-Depnaker RI (1995), Perencanaan Tenaga Kerja Nasional (PTKN) Analisis Target & Sasaran Repelita VI, Seri PTKN No. 05, Jakarta.
Barenbang-Depnaker RI (1995), Perencanaan Tenaga Kerja Nasional (PTKN) : Target dan Sasaran Repelita VI- PJP II, Seri PTKN No. 02, Jakarta.
Budi Sutrisno (1994), Industrialisasi Indonesia : Antara Strategi dan Realisasi : Sebuah Catatan terhadap kendala dan Prospek Industrialisasi Indonesia, dalam Akademika No. 02, Th. XII, 1994, Muhamadiyah Press, Surakarta
Chayanov, A.V, (1966), The Theory of Peasant Economy, Manchester University Press.
Cohen, John dan Norman T. Uphoff (1977) Rural Participation:Concepts and Measures for Project Design, Implementation and Evaluation, Ithaca, Cornell University of Development Commitee
Hendrawan Supratikno et. al. (1994), Pengembangan Industri Kecil di Indonesia :Pelajaran Analisa Dampak dari Jawa Tengah (Laporan Penelitian), dalam Prisma No. 9 September 1994, LP3ES, Jakarta (Laporan Penelitian).
Hernando de Soto, (1989) The Other Path, New York
Hetifah Sjaifudian et. al (1995),Strategi dan Agenda Pengembangan Usaha Kecil, Akatiga, Bandung.
Moeljarto T,(1996), Strategi Pembangunan Indonesia Bagian Timur,dalam Pembangunan: Dilema dan Tantangan, Bintang Pelajar, Yogyakarta.
Muhammad Ilwan dan Galang Asmara (1995), Pengembangan Pariwisata dan Peranan Industri Kecil di Kabupaten Lombok Barat : Suatu Tinjauan Eksploratif dalam Pengaruh Timbal Balik (Laporan Penelitian), Univ. Mataram.
Tulus Tambunan (1993) Kontribusi Industri Skala Kecil Terhadap Ekonomi Lokal :Studi Perbandingan Antar Kabupaten/Kotamadia di Jawa Barat (Laporan Penelitian) , dalam Prisma No. 3, Tahun 1993, LP3ES, Jakarta.
LAMPIRAN 1
1. JUSTIFIKASI ANGGARAN
A. Anggaran Penelitian Tahun Pertama (1998-1999)
1. Honor
Tim Peneliti Jumlah Anggota
Minggu/bulan
Bulan kerja
Jam/minggu
Tarip/Rpjam
Total/Rp
a. Ketua 1 4 10 10 7.500 3.000.000b. Anggota 3 4 10 10 6.000 5.760.000c. Pembantu 1 4 10 10 2.500 600.000
sub total 9.360.000
2. Bahan aus/habis pakai
a. ATKKertas continous form 10 Box @ Rp 50.000 Rp. 500.000,-Kertas HVS 10 Rim @ Rp. 10.000 Rp. 100.000,Kertas Duplikator 10 Rim @ Rp. 5.000 Rp. 50.000,-Transparan sheet 5 dos @ Rp. 25.000 Rp. 125.000,-Tinta Printer HPLaserjet 3 buah @Rp.185.000. Rp. 555.000Disket 3,5" 10 Box @ Rp. 35.000 Rp. 350.000,-Spidol transparan 5 Set @ Rp. 10.000 Rp. 50.000,-Ballpoint 50 buah @ Rp. 2.500 Rp. 125.000,-Pensil 50 buah @ Rp. 500 Rp. 25.000,-Block Note 60 buah @ Rp. 2.000 Rp. 120.000,-Map plastik 60 buah @ Rp. 3.000 Rp. 180.000,-Ordner 5 buah @ Rp. 3.500 Rp. 17.500,-
---------------------------Sub total Rp. 2.197.500,-
b. Penunjang : (pembuatan contoh untuk visualisasi teknik proses produksi untuk kelengkapan pelatihan dan menyusun buku induk profil spesifikasi produk pengrajin )
Film slide dan proses 10 roll @ Rp. 40.000 Rp. 400.000,-Film negatif & Proses 5 roll @ Rp. 20.000 Rp. 100.000,-Cassette Vidio besar 10 buah @ Rp. 10.000 Rp. 100.000,-Cassette Vidio kecil 10 buah @ Rp. 20.000 Rp. 200.000,-
---------------------------Sub total Rp. 800.000,-
3. Komponen Peralatan
Sewa peralatan fotografi Rp. 400.000,-Sewa peralatan Vidio Camera (handycam) Rp. 1.500.000,-Sewa TV 20 " dan Vidio Player Rp. 1.100.000,-Sewa gedung pertemuan lokal 4 X @ Rp. 150.000,- Rp. 600.000,-
--------------------------------Sub total Rp. 3.600.000,-
4. Perjalanan Dinas
Penguruan ijin 2 orang x 5 hari x Rp. 70.000 ke Dati I, Dati II, Kabupaten, Kecamatan dan Desa lokasi penelitian Rp. 700.000,-Transportasi ke lokasi penelitian direncanakan 8 kali pp untuk 5 orang @ Rp. 70.000 Rp. 2.800.000,-LumpsumGol IV TK I 1 HOK X 8 X Rp. 150.000 Rp. 1.200.000,-
TK II 1 HOK X 4 X Rp. 130.000 Rp. 520.000,-Gol III TK I 3 HOK X 8 X Rp. 130.000 Rp. 3.120.000,- TK II3 HOK X 4 X Rp. 110.000 Rp. 1.320.000,-
-------------------------------Sub total Rp. 9.660.000,-
5. Lokakarya/curah pendapat/lain-lain Narasumber pakar 4 orang 2 X @ Rp. 200.000 Rp. 1.600.000,-Biaya Pelaksanaan 2 X @ Rp. 300.000 Rp. 600.000,-Persiapan materi 2 X @ Rp. 150.000 Rp. 300.000,-
Lokakarya dan pelatihan kelas untuk pendamping lokal Narasumber 2 orang @ Rp. Rp. 200.000 Rp. 400.000,-Biaya pelaksanaan Rp. 400.000,-persiapan modul teknis operasional pendampingan Rp. 350.000,-
Pelatihan lapang (on the job training) 2 kaliNarasumber 2 orang x 2 x Rp. 200.000 Rp. 800.000,-Biaya pelaksanaan 2 x Rp. 200.000 Rp. 400.000,-Pernyiapan materi dan bahan latihan Rp. 300.000,-
Tabulasi entry data lapang menggunakan Dbase IV Rp. 750.000,-
Ongkos Pengetikan laporan Rp. 1.500.000,-Fotocopy proposal untuk perijinan Rp. 100.000,-
Fotocopi peraturan, juklak, bahan pustaka Rp. 200.000,-
Perbanyakan laporan dan penggandaan hasil penelitianPenggandaan 10 X 300 lbr X Rp. 50 Rp. 150.000,-Penjilidan 10 X Rp 5000 Rp. 50.000,-
---------------------------------Sub total Rp. 7.900.000,-
6. Dana Monitoring oleh pakar DIKTI Rp. 1.500.000,-
Rekapitulasi anggaran tahun I1. Honorarium Rp. 9.360.000,-2. Bahan aus Rp. 2.997.500,- 3. Peralatan Rp. 3.600.000,-4. Perjalanan dinas Rp. 9.660.000,-5. Pertemuan/Seminar Rp. 7.900.000,-6. Monitoring di Unmer Malang Rp. 1.500.000,-
---------------------------------Sub total Rp. 35.017.500,-
Jumlah total anggaran penelitian tahap pertama tahun I Rp. 35.017.500,-(Tiga puluh lima juta tujuh belas lima ratus ribu rupiah)
B. Anggaran Penelitian Tahun Kedua (1999-2000)
1. Honor
Tim Peneliti Jumlah Anggota
Minggu/bulan
Bulan kerja
Jam/minggu
Tarip/Rpjam
Total/Rp
a. Ketua 1 4 10 10 7.500 3.000.000 b. Anggota 3 4 10 10 6.000 5.760.000c. Pembantu 1 4 10 10 2.500 600.000
sub total 9.360.000
2. Bahan aus/habis pakai
a. ATK
Kertas continous form 10 Box @ Rp 50.000 Rp. 500.000,-Kertas HVS 10 Rim @ Rp. 10.000 Rp. 100.000,Transparan sheet 5 dos @ Rp. 25.000 Rp. 125.000,-Tinta Printer HPLaserjet 3 buah @Rp.185.000. Rp. 555.000Disket 3,5" 10 Box @ Rp. 35.000 Rp. 350.000,-Spidol transparan 5 Set @ Rp. 10.000 Rp. 50.000,-Ballpoint 20 buah @ Rp. 2.500 Rp. 50.000,-Pensil 20 buah @ Rp. 500 Rp. 50.000,-Block Note 25 buah @ Rp. 2.000 Rp. 50.000,-Map plastik 25 buah @ Rp. 3.000 Rp. 75.000,-Ordner 5 buah @ Rp. 3.500 Rp. 17.500,-
---------------------------Sub total Rp. 1.922.500,-
b. Replika Teknologi (Alat Penggilingan dan pengadukan tanah)1 Unit penggilingan tanah Rp. 7.500.000,-1 Unit pengadukan tanah Rp. 4.000.000,-
---------------------------Sub total Rp. 11.500.000,-
c. Penunjang (pembuatan contoh untuk visualisasi teknik proses produksi)Film slide dan proses 10 roll @ Rp. 40.000 Rp. 400.000,-Film negatif & Proses 5 roll @ Rp. 20.000 Rp. 100.000,-Cassette Vidio besar 10 buah @ Rp. 10.000 Rp. 100.000,-Cassette Vidio kecil 10 buah @ Rp. 20.000 Rp. 200.000,-
-------------------------------Sub total Rp. 800.000,-
3. Komponen Peralatan
Sewa peralatan fotografi Rp. 400.000,-Sewa peralatan Vidio Camera (handycam) Rp. 1.500.000,-Sewa TV 20 " dan Vidio Player Rp. 1.100.000,-Sewa gedung pertemuan untuk refreshing pendamping 5 X Rp.150.000 Rp. 600.000,-
--------------------------------Sub total Rp. 3.600.000,-
4. Perjalanan Dinas 4.1. Perjalanan Darat
Transportasi tahun ke II ke lokasi penelitian direncanakan 5 kali untuk 5 orang @ Rp. 70.000 Rp. 1.750.000,-
Transportasi pendamping/ lokal Lombok-Malang (pp)1 kali untuk 5 orang @ Rp. 70.000 Rp. 350.000,-
Lumpsum penyegaran (refreshing) pendamping/inovator lokal (di Malang) 5 orang x 5 hari x Rp. 100.000 Rp. 2.500.000,-
LumpsumGol IV TK I 1 HOK X 8 X Rp. 150.000 Rp. 1.200.000,- TK II1 HOK X 4 X Rp. 130.000 Rp. 520.000,-Gol III TK I 3 HOK X 8 X Rp. 130.000 Rp. 3.120.000,- TK II3 HOK X 4 X Rp. 110.000 Rp. 1.320.000,-
------------------------------- Sub total Rp. 6.160.000,-
5. Lokakarya/seminar/lain-lain
5.1. Lokakarya Diskusi panel/curah pendapat (2 kali di NTB)a. Narasumber 4 orang 2 X @ Rp. 200.000 Rp. 1.600.000,-b. Biaya Pelaksanaan 2 X @ Rp. 300.000 Rp. 600.000,-c. Persiapan materi 2 X @ Rp. 150.000 Rp. 300.000,-
-------------------------------Sub total Rp. 2.500.000,-
Lokakarya penyempurnaan dan finalisasi modul pelatihan, manual pendampingan
(1 kali selama 5 hari di Malang)Narasumber 2 orang @ Rp. Rp. 200.000 Rp. 400.000,-Biaya pelaksanaan Rp. 600.000,-Persiapan materi Rp. 500.000,-
-----------------------------Sub total Rp. 1.500.000,-
Analisis data dan penyusunan laporanAnalisis data lapangan Rp. 750.000,-Operasional pelaksanaan penyusunanselama 4 hari untuk 4 orang (tim) Rp. 1.500.000,-
-----------------------------Sub total Rp. 2.250.000,-
5.4. Perbanyakan laporan dan penggandaan hasil penelitianFotocopy 10 X 300 lbr X Rp. 50 Rp. 150.000,-Penjilidan 10 X Rp 5000 Rp. 50.000,-Penggandaan manual pendampingan 50 buku X Rp. 3.000 Rp. 150.000,-Penggandaan paket modul pelatihan 50 buku X Rp. 3000 Rp. 150.000,-
----------------------------Sub total Rp. 500.000,-
Dana Monitoring di Unmer Malang oleh pakar DIKTI Rp. 1.500.000,-
Rekapitulasi anggaran tahun II1. Honorarium Rp. 9.360.000,-2. Bahan aus Rp. 14.222.500- 3. Peralatan Rp. 3.600.000,-4. Perjalanan dinas Rp. 6.160.000,-5. Pertemuan/Seminar Rp. 6.750.000,-6. Monitoring di Unmer Malang Rp. 1.500.000,-
---------------------------------Sub total Rp. 41.592.500,-
Jumlah total anggaran penelitian tahap pertama tahun II Rp. 41.592.500,-(Empat puluh satu juta lima ratus sembilan puluh dua ribu lima ratus rupiah)
LAMPIRAN 3
DUKUNGAN PADA PELAKSANAAN PROGRAM PENELITIAN
3.1. Dukungan aktif sedang berjalan
a. Kesepakatan Bersama antara Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia dengan Universitas Merdeka Malang. Utamanya untuk menumbuhkembangkan kelompok-kelompok usaha bersama di daerah terpencil
b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI, Kep-403/MEN/1991 tentang Penunjukan Universitas Merdeka Malang sebagai Pusat Studi dan Pengembangan Usaha Mandiri dan Sektor Informal (PSP UMSI). Utamanya untuk membina kegiatan usaha sektor informal dan marjinal.
c. Saat ini sedang dilakukan penelitian profil wanita pengrajin gerabah di desa Banyumulek oleh kelompok peneliti mahasiswa FISIP Unmer Malang, yang didanai oleh Universitas Merdeka Malang sebesar Rp. 600.000.
d. Seorang putra daerah (dari Banyumulek, NTB) dalam tahap akhir studi di FISIP Unmer Malang telah sepakat ditunjuk oleh para pengajin untuk menjadi manajer paguyuban usaha bersama (koperasi) pengajin di Banyumulek yang selama ini macet.
e. Kerjasama informal antara peneliti dengan laboratorium disaon dan pengembangan produk keramik rakyat "Tanah Agung" Dinoyo Malang.
3.2. Dukungan yang sedang dalam proses pertimbangan implementasi
a. Saat ini sedang dilakukan studi kelayakan pengembangan tenaga kerja bagi para pengrajin gerabah di Banyumulek, Masbangik Timur dan Penujak NTB. Kerjasama antar Kanwil Depnaker Nusa Tenggara Barat dan Pusat Pengembangan Sektor Informal dan Pedesaan, LPM Unmer Malang.
b. Lembaga Pengabdian Masyarakat, sedang mempertimbangkan untuk menempatkan sarjana pendamping pedesaan di lokasi penelitian
3.3. Dukungan Penunjang
Dukungan penunjang penelitian utama adalah laporan hasil penelitian profil dan karakter industri kecil di kawasan Nusa Tenggara Timur.
LAMPIRAN 4
SARANA DAN PRASARANA
Dukungan sarana dan prasarana yang telah tersedia :
4.1. Inkubator program Kewirausahaan Unmer Malang dan Pusat Pengembangan Sektor Informal dan Pedesaan.
a. Inkubator Unmer Malang menyediakan beberapa paket modul pelatihan yang selama ini telah dipergunakan untuk pembinaan pelatihan dari para tenant.
b. Pusat pengembangan Sektor Informal dan Pedesaan telah berpengalaman dalam berbagai kegiatan penelitian untuk pengembangan industri kecil dan industri rumah tangga. Telah tersedia modul yang diperlukan untuk proses pelatihan dan pendampingan.
4.2. Dari Lombok Pottery Centre (LPC), Mataram, Lombok, NTB
a. Memberikan fasilitas pemasaran lokal dan ekspor, kontrol mutu produk. Sejauh ini ini LPC telah berperann sebagai penyalur pemasaran utamanya untuk orientasi ekspor.
b. Dari kanwil Perindustrian NTB, selama ini telah memberikan dukungan instruktur pelatihan lapang. Dukungan ini akan dimanfaatkan pada tahap implementasi program tahun II.
4.3. Telah tersedia sejumlah 13 ruang sebagai lokal toko permanen sebagai arena pamer yang dibangun oleh kelompok pengrajin dimanfaatkan sebagai pusat pasar seni kerajinan gerabah di Banyumulek.
4.4. Asosiasi-asosiasi para pengrajin yang selama ini telah membentuk jaringan simbiosa yang sangat berperan untuk mensukseskan setiap program.
LAMPIRAN :
4. BIOGRAFI/DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
4.1. Nama lengkap dan gelar Tempat/tanggal lahir
Drs. Bambang Noersetyo, MSi Kudus, 14 Desember 1956
4.2. Pendidikan
UNIVERSITAS/INSTITUT DAN LOKASI
GELAR TAHUN SELESAI BIDANG STUDI
Universitas Jember
Universitas Pajajaran Bandung
Drs.
MSi.
1981
1993
Administrasi Negara Jurusan Pemerintahan Umum
Ilmu Sosial
4.3. Pengalaman penelitian
INSTITUSI JABATAN PERIODE KERJA
Universitas Merdeka Malang
Universitas Merdeka Malang
LPM-Univ. Merdeka Malang
Dosen FISIP
Pembantu Dekan II FISIP
Kepala Pusat Pengembangan Sektor Informal dan Pedesaan
1984 - sekarang
1987 - 1990
1995 - sekarang
4.4. Penelitian yang Relevan
a. Evaluasi Kinerja Industri Kecil di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang (1993), kerjasama LPM Unmer Malang - Bappeda Pemda Tk I Jawa Timur.(Anggota)
b. Evaluasi Program Pembinaan Usaha Kecil pada Kecamatan-kecamatan Rawan di Kabupaten Tulungagung (1993), Kerjasama LPM Unmer Malang - Bappeda Tk I Jatim. (Anggota)
c. Mencari Model Perlindungan Sosial bagi Wanita Pekerja Rumahan pada Industri Kerajinan Rakyat Malang Selatan (1994), kerjasama LPM Unmer Malang - ILO ROAP Bangkok (Ketua)
d. Identifikasi Potensi Usaha kecil di Wilayah Kabupaten Malang (1995) kerjasama LPM-Unmer Malang-perum Jasa Tirta Malang (Ketua)
e. Mencari Model Pendidikan dan Pelatihan Usaha Kecil di Jawa Timur (1995), kerjasama LPM Unmer Malang - Kanwil DEPKOP PPK Jawa Timur (Anggota)
f. Identifikasi Potensi dan Prospek Usaha Kecil di Nusa Tengga Timur, (1995), Kerjasama LPM Unmer Malang dengan Pemda Tk I NTT (Anggota)
g. Identifikasi Usaha Kecil di Kabupaten Tulungagung (1996), kerjasama LPM-Unmer Malang-Perum Jasa Tirta Malang (Anggota)
h. Studi Evaluasi Industri Kecil (Konveksi, Pande Besi, Anyaman Bambu) di Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar dan Kanbupaten Malang 1997 (anggota), Kerjasama LPM Unmer Malang- perum Jasa Tirta Malang
4.5. Publikasi Ilmiah yang Relevan
a. Memberdayakan Wanita Pekerja Rumahan (Beberapa Temuan Kasus Pendampingan para Pengrajin Tikar Mendong di Malang Selatan) Laporan Penelitian (Laporan Penelitian) (1994)
b. Model Pendampingan bagi Wanita Pekerja Rumahan di Malang Selatan, makalah disampikan dalam Pelatihan Lembaga Swadaya Masyarakat September 1995, Malang.
5. BIOGRAFI/DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
5.1. Nama lengkap dan gelar Tempat/tanggal lahir
Drs. Sukardi Tulungagung, 14 Januari 1965(Ahli Madya III-a)
5.2. Pendidikan
UNIVERSITAS/INSTITUT DAN LOKASI
GELAR TAHUN SELESAI
BIDANG STUDI
Universitas Brawijaya Malang
Drs. 1990 Administrasi Negara Jurusan Pemerintahan Umum
5.3. Pengalaman penelitian
UNIVERSITAS/INSTITUT DAN LOKASI
JABATAN PERIODE KERJA
Nuffics-Lembaga Penelitian Univ. Brawijaya Malang
Nuffics-INterdiciplinary RESearch (INRES)-Lembaga Penelitian Univ. Brawijaya Malang
Universitas Merdeka Malang
Lembaga Penelitian Universitas Merdeka Malang
Asisten Peneliti Kandidat PhD
Peneliti Anggota
Dosen FISIP
Kepala Pusat Pengembangan dan Institusional
1992-1993
1993-1994
1994-sekarang
1996-sekarang
5.4. Publikasi Penelitian yang Relevan
a. Studi Industri Pembakaran Gamping di Malang Selatan dan Implikasinya pada Pendapatan Petani, 1992 (Anggota)
b. Industrialisasi yang Berwawasan Kerakyatan, dalam Science, Univ. Merdeka Malang, September, 1994
c. Peranan Sektor Non Pertanian dalam Struktur Pendapatan Petani di Lahan Kering, Malang Selatan 1993 (Anggota)
d. Profil Industri Kerajinan Gerabah di Desa Banyumulek, NTB, 1995 (Anggota).
6. BIOGRAFI/DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
6.1. Nama lengkap dan gelar Tempat/tanggal lahir
Drs. Tanto Gatot, MS Malang, 16 Oktober 1961(Penata Muda III-c)
6.2. Pendidikan
UNIVERSITAS/INSTITUT DAN LOKASI
GELAR TAHUN SELESAI BIDANG STUDI
Universitas Merdeka Malang
Universitas Airlangga Surabaya
Drs.
MS.
1986
1993
Manajemen
Manajemen
6.3. Pengalaman Penelitian yang Relevan
INSTITUSI JABATAN PERIODE KERJA
Universitas Merdeka Malang
Lembaga Penelitian Universitas Merdeka Malang
Dosen Fakultas Ekonomi
Kepala Pusat Studi Ketenagakerjaan
1988 - Sekarang
1993 - 1995
6.4. Penelitian yang Relevan
a. Mencari Model Perlindungan Sosial bagi Wanita Pekerja Rumahan pada Industri Kerajinan Rakyat Malang Selatan (1994), kerjasama LPM Unmer Malang - ILO ROAP Bangkok (Anggota)
b. Identifikasi Potensi Usaha kecil di Wilayah Kabupaten Malang (1995) kerjasama LPM-Unmer Malang-perum Jasa Tirta Malang (Anggota)
c. Peran Lembaga-lembaga Pembina dalam Proses Pendidikan Keterampilan pada Industri Kerajinan Rakyat di Kotamadya Malang (1994), kerjasama LPM Unmer Malang - Kanwil DEPKOP PPK Jawa Timur (Anggota)
7. BIOGRAFI/DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
7.1. Nama lengkap dan gelar Tempat/tanggal lahir
Ir. Yunianto, MT. Ars Banjarmasin, 30 Juni 1961(Penata Muda III-c)
7.2. Pendidikan
UNIVERSITAS/INSTITUT DAN LOKASI
GELAR TAHUN SELESAI BIDANG STUDI
Universitas Diponegoro Semarang
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ir.
MT. Ars
1988
1994
Arsitektur
Urban Arsitektur
7.3. Penelitian yang Relevan
a. Studi Pengembangan Kawasan Malioboro Yogyakarta, Menuju Sustainable, (1992) Universitas Merdeka Malang, (Anggota)
b. Morfologi Kota Yogyakarta, (1992), Universitas Merdeka Malang (Anggota)
c. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Mewujudkan Citra Lingkungan Perumahan Magersari Kraton Surakarta, Sebuah Pendekatan Community Based Development (1993), Universitas Merdeka Malang (Ketua)
d. Konservasi Bangunan dan Lingkungan Sebagai Unsur Struktur Kota Surakarta (1993) Universitas Merdeka Malang (Ketua)
e. Karakter Kota Pasuruan, Tinjauan Pengaruh Ekonomi Terhadap Bentuk Kota, (1994), Universitas Merdeka Malang (Ketua)
f. Bentuk Partisipasi Masyarakat Permukiman Lama di Sekitar Perumahan Baru Kelurahan Sawojajar dan Madyopuro Malang (1995) Universitas Merdeka Malang (Anggota)