contoh laporan pkl
DESCRIPTION
laporan ini merupakan persyaratan untuk mendapatkan nilai UTS semester 5 Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan di Politeknik HasnurTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Perusahaan
1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Asian Agri Group atau yang dikenal dengan Asian Agri merupakan sebuah
perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka yang pertama kali didirikan pada
tahun 1979 oleh seorang konglomerat, Sukanto Tanoto. Asian Agri Group termasuk
salah satu group perusahan kelapa sawit kelas dunia yang berbasis di Indonesia.
Asian Agri juga merupakan perusahaan terkebunan yang terbesar di Indonesia.
Sampai saat ini asian agri melelola lebih dari 100.000 Hektar di Pulau Sumatera dan
bermitra plasma dengan petani dengan luas 60.000 Hektar
PT Inti Indosawit Subur (PT IIS) merupakan operating holding company dari
Asian Agri Group yang memiliki dan mengoperasikan 19 Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
dan mengolah Tandan Buah Segar (TBS) dari 27 kebun yang berlokasi di Sumatera,
temasuk di antaranya adalah TBS hasil kemitraan dengan petani. PT Inti Indosawit
Subur menjadi anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) sejak februari
2006 dan sedang melaksanakan program untuk mencapai minyak sawit berkelanjutan
bersertifikat RSPO untuk seluruh produksinya, termasuk petani plasma, pada tanggal
31 desember 2018.
PT Inti Indosawit Subur telah mengajukan permohonan kepada BSi Group
Singapore Pte Ltd untuk melakukan penilaian surveillance RSPO atas produksi
minyak sawit pabrik Muara Bulian dan Kebun Inti bersamaan dengan penilaian
1
sertifikasi kebun plasmanya. PT Inti Indosawit Subur memiliki dan mengoperasikan
satu Pabrik Kelapa Sawit (PKS) untuk mengolah Tandan Buah Segar (TBS) yang
disuplai dari kebun inti dan dari kebun petani plasma, yang berlokasi di Jambi,
Sumatera, Indonesia. Pabrik Muara Bulian sudah mendapat sertifikat RSPO pada
tanggal 28 agustus 2012. Untuk memastikan pasokan TBS ke pabrik adalah bestandar
RSPO, maka dari itu PT Inti Indosawit Subur melakukan penambahan ruang lingkup
dengan memasukan kebun petani plasma dalam kegiatan penilaian sertifikasi, dan ini
telah dilakukan bersamaan dengn kegiatan surveillance untuk pabrik dan kebun inti.
Melalui PT Inti Indosawit Subur, Asian Agri yakin dapat melaksanakan
prinsip-prinsip kelapa sawit lestari (sustainable palm oil) dalam operasionalnya:
menerapkan standar kerja tertinggi, menjaga hubungan baik dengan masyarakat
sekitar, melaksanakan sistem manajemen lingkungan. Petani plasma sebagai rekan
Asian Agri, memegang peranan penting dalam kegiatan bisnis Asian Agri, di mana
kunci kesuksesanya terletak pada komunikasi dan kerjasama yang berkelanjutan. Di
samping itu, BSi telah melaksanakan penilaian sertifikasi terhadap kebun plasma
pada tanggal 10 sampai 15 desember 2012. Kebun plasma inti terdiri dari 3.455
petani dengan 6.958 ha kebun ditanam kelapa sawit. Petani plasma diorganisir ke
dalam enam Koperasi Unit Desa (KUD) yang mengelola kegiatan operasional harian
seperti pemanenan, pengumpulan dan transportasi TBS ke pabrik. Proses assessment
salah satunya dilakukan dengan mengambil sampel dari beberapa unit yang diaudit
oleh tim Auditor Legalitas, Lingkungan, Best Practice dan Auditor Sosial dari BSi.
1.1.2 Lokasi Perusahaan
Wilayah perkebunan kelapa sawit Kebun Buatan, PT. Inti Indosawit Subur
berada di Desa Bukit Agung, Makmur, Delik dan Lalang Kabung, Kecamatan
Pangkalan Kerinci dan Lubuk Durian, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Lokasi
2
perkebunan terletak antara 101o 40’ – 102o 15’ BT dan 0o 05’ – 0o 43’ LS.
Perkebunan kelapa sawit ini terletak di pusat kota dan dilewati oleh jalan raya yang
menghubungkan Propinsi Riau dengan Propinsi Jambi.
1.1.3 Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Areal perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur terdiri dari kebun inti
dengan luas 5 549 ha, kebun inti tersebut memilik 6 Afdeling yang terdiri dari
Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha, Afdeling III dengan
luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1 112 ha, Afdeling V dengan luas 883 ha, dan
Afdeling VI dengan luas 942 ha. Peta tahun tanam Kebun Kelapa Sawit PT Inti
Indosawit Subur 2010 disajikan pada Lampiran 1. Selain itu terdapat juga lahan
plasma (kerjasama masyarakat dengan perusahaan ) dengan luas 10 946 ha serta
lahan KKPA (Kredit Koperasi Primer Anggota) yang terdiri dari 2 Afdeling yaitu
Afdeling VII dengan luas 851 ha dan Afdeling VIII dengan luas 649 ha.
1.1.4 Keadaan Iklim dan Tanah
Berdasarkan klasifikasi Schmidt and Ferguson areal perkebunan termasuk
dalam tipe A. Puncak musim hujan terjadi pada bulan September dan Oktober,
sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Mei dan Juni. Rata-rata curah
hujan selama 4 tahun terakhir (2007-2010) adalah 2 251.5 mm/tahun dengan rata-rata
hari hujan adalah 102 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.25 bulan/tahun dan rata-
rata bulan basah 9.75 bulan/tahun. Suhu rata–rata harian adalah 31oC kisaran 27–
33oC per hari.
Jenis tanah pada areal kebun adalah alluvial dan podsolik merah kuning. Pada
wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit adalah podsolik merah
kuning. Kedalaman tanah lebih dari 100 cm, tekstur tanah terdiri dari lempung liat
berpasir, lempung berpasir dan lempung.
3
1.2 Sruktur Organisasi dan Uraian Tugas
1.2.1 Struktur Organisasi
Kebun Kelapa Sawit PT Inti Indosawit Subur merupakan salah satu anak
perusahaan dari PT Asian Agri. PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh seorang
General Manager yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit
usaha yangmencakup tanaman, pabrik, teknik dan administrasi. Seorang General
Manager dibantu oleh Manajer Kebun (Estate Manager), Manajer Pabrik (Mill
Manager), Humas dan Kepala Tata Usaha (KTU). Struktur organisasi Kebun Buatan
PT Inti Indosawit Subur disajikan pada Lampiran 2.
Estate Manager berperan untuk mengkordinasikan semua kegiatan di
Afdeling, menjaga produksi dan mutu hasil tetap optimal, selain itu juga agar
menjamin aplikasi perawatan, menjamin operasional kebun agar berjalan efektif,
efisien, dan sesuai dengan prosedur sistem manajemen yang telah ditetapkan, serta
menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit organisasinya. Dalam
menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten kepala (Askep) yang
bertugas membantu dalam pengawasan kegiatan disetiap Afdeling, Asisten kepala
membawahi asisten Afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab langsung kepada
Asisten Kepala, Estate Manager, dan General Manager atas pelaksanaan hasil kerja
dari Afdeling yang dipimpinnya.
1.2.2 Uraian Tugas
PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh seorang Group Manager yang
bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang mencangkup
4
tanaman, pabrik, teknik dan administrasi. Seorang Group Manager dibantu oleh
Manager Kebun, Manager pabrik , humas dan Kepala Tata Usaha (KTU).
Manager kebun berperan mengkoordinasikan semua kegiatan di Afdeling
serta menjaga produksi dan mutu tetap optimal. Selain itu, menjamin dalam kegiatan
perawatan, operasional kebun agar berjalan efekti, efisien dan sesuai dengan prosedur
system manajemen yang telah ditetapkan. Dalam menjalankan tugasnya manager
kebun dibantu oleh Asisten Kepala ( Askep ) yang bertugas membantu dalam
pengawasan kegiatan di setiap Afdeling. Asisten Kepala membawahi Asisten
Afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab langsung kepada Asisten Kepala,
Asisten Kebun dan Group Manager atas pelaksanaan hasil kerja dari Afdeling yang
dipimpinnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan tingkat Afdeling, Asisten Afdeling bertanggung
jawab untuk mengelola Afdeling secara menyeluruh., baik dalam hal teknis di
lapangan maupun dalam bidang adminisistrasi Afdeling. Pegelolaan teknis meliputi
pemberian pengarahan dan instruksi kerja untuk Kerani Afeling, Mandor Satu,
Mandor dan PHL, melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap pekerjaan dan
mengevaluasi hasil kerja di lapangan. Kegiatan pengelolaan adminstrasi di kator di
lakuakan oleh Asisten Afdeling meliputi pembuatan rencana kerja harian, bulanan
dan tahunan, memeriksa dan mengevaluasi kerja mandor, laporan manajemenen dan
laporan lainnya, serta membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB).
Dalam melaksanakan tugasnya, Asisten Afdeling dibantu oleh Mandor Satu,
Mandor Satu dibantu oleh beberapa mandor yang mengawasi langsung pekerjaaan di
lapangan. Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada kerani Afdeling
yang bertugas di bagian administrasi di kantor Afdeling. Dalam administrasi
Afdeling, Kerani Afdeling juga di bantu oleh kerani keliling yang bertugas
memantau kesesuaian hasil kerja dengan hasil laporan dari mandor. Kepala Tata
5
Usaha ( KTU ) bertangung jawab dalam bagian administrasi kebun. KTU dibantu
oleh kepala gudang dalam hal pelaksanaan dan pengawasan administrasi di gudang.
Status pegawai di kebun PT. Inti Indosawit Subur terdiri dari karyawan tetap ( SKU )
dan pekerja harian lepas ( PHL ). Karyawan tetap dibagi dua yaitu SKU–H dan SKU-
B. SKU–H adalah karyawan tetap yang gajinya berdasarkana hari tergantung jumlah
hari dalam satu buan. Sedangkan SKU-B adalah karyawan tetap dimana gaji tiap
bulan tetap.
1.3 Personalia
1.3.1 Jumlah dan Status Karyawan
Jumlah karyawan PT Inti Indosawit Subur pada tahun 2014 terhitung
sebanyak 1.307 orang karyawan yang terdiri dari karyawan berstatus sebagai staf dan
non-staf. Jumlah karyawan staf dan non staf PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah dan Status Karyawan di PT Inti Indosawit Subur
NO Status/Jabatan Jumlah
1
Staf
Estate Manager 1
Asisten Kepala 2
Asisten Afdeling 6
Asisten QC 1
Asisten Humas 1
Asisten By Product 1
Asisten Traksi 1
6
KTU 1
2
Non Staf
Tenaga kerja tak langsung
SKU B/H : - Traksi 48
SKU B/H : - Kantor 141
SKU B/H : - Afdeling 196
Tenaga Kerja langsung
SKU B/H : - Panen 292
SKU B/H : - Upkeep 616
Total SKU H/B + PHL 1.293
Jumlah 1.307
Sumber : Kantor Besar PT Inti Indosawit Subur (2014)
1.3.2 Hari dan Jam Kerja
Waktu dan jam kerja di PT Inti Indosawit Subur secara umum dilaksanakan 6
hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja rata–rata selama 7 jam yang dimulai
pada pukul 07.00 – 11.30 WIB, istirahat selama setengah jam (11.30 – 12.00 WIB),
lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul 12.00 sd. 13.30 WIB.
1.4 Mekanisme Kerja
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan mencakup aspek
teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan
7
pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pemupukan, pemanenan, penunasan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana.
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Kebun Kelapa Sawit PT Inti
Indosawit Subur dilaksanakan sesuai dengan jam kerja yang berlaku di PT Inti
Indosawit Subur yaitu 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja rata–rata selama
7 jam yang dimulai pada pukul 07.00 – 11.30 WIB, istirahat selama setengah jam
(11.30 – 12.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul 12.00 sd.
13.30 WIB.
Pada aspek teknis dipelajari dengan berperan sebagai pekerja harian lepas
(PHL) selama 8 minggu yaitu dimulai pada tanggal 15 Februari 2015 sampai dengan
12 April 2015. Kegiatan yang dilakukan mencakup pengendalian gulma,
pemeliharaan sarana dan prasarana, pemupukan, taksasi panen dan pemanenan,
penunasan, sensus ulat api, dan sensus thinning out. Sebelum melaksanakan kegiatan
selalu diawali dengan master morning pada pukul 05.30 – 06.00 WIB bersama
asisten, mandor dan krani,, kemudian dilanjutkan dengan kerja di lapangan. Pada sore
hari ke kantor afdeling pada pukul 16.00 sd. 18.00 WIB untuk melaksanakan kegiatan
administrasi dan perencanaan kegiatan untuk esok hari.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada saat Praktek Kerja Lapangan
berlangsung disesuaikan dengan jadwal yang ditetapkan oleh pihak perusahaan.
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan, metode pengumpulan data yang
digunakan antara lain:
1. Melaksanakan kerja lapangan langsung (metode observasi); yaitu kegiatan
dengan terjun langsung ke lapangan dengan ikut serta dalam proses
pemanenan, perawatan tanaman dan kegiatan lainnya.
8
2. Diskusi dan tanya jawab; yaitu dengan melakukan dialog dan diskusi
kepada manajer, mandor dan para karyawan atau staf yang ditemui pada
saat kegiatan magang berlangsung.
3. Studi literature dan pengamatan kegiatan; yaitu dengan mempelajari buku-
buku dan sumber lainnya yang behubungan dengan segala aspek tanaman
kelapa sawit serta mengamati kegiatan yang dilakukan di lapangan secara
langsung.
9
BAB II
AKTIVITAS PRAKTEK KERJA LAPANGAN
2. 1 Aktivitas Penunasan
2.1.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Aktivitas penunasan pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan kali ini
dilaksanakan selama 7 hari yaitu pada tanggal 16 Februari 2015 sampai dengan 22
Februari 2015, bertempat di areal pekebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur
(Kebun 510,511,512,513,514,515,516,517).
2.1.2 Uraian Proses Pelaksanaan
Penunasan pada Kebun Kelapa Sawit PT Inti Idosawit Subur menggunakan
sistem progresif pruning yaitu penunasan dilakukan oleh tenaga potong buah pada
saat melakukan pemotongan buah. Pada umumnya kendala-kendala yang terjadi
adalah pemanen tidak sanggup untuk memperoleh basis sekaligus melakukan
penunasan. Untuk mengatasi hal ini maka pihak manajemen membentuk suatu
tim/geng tunas yang khusus untuk melakukan penunasan. Rotasi penunasan yang
dilakukan adalah 9 bulan (1.3 kali/tahun) namun hal ini dapat disesuaikan dengan
keadaan di lapangan.
Aktivitas penunasan harus dilakukan dengan baik sesuai dengan instruksi
kerja yang dikeluarkan oleh pihak manajemen karena akan mempengaruhi
pelaksanaan pemanenan. Apabila pelepah tidak dipotong atau kualitas penunasan
jelek akan mengakibatkan brondolan tersangkut di ketiak batang. Selain itu,
10
penunasan yang tidak baik akan mengakibatkan tandan yang telah matang tidak
dipanen karena tertutupi oleh pelepah tersebut sehingga tandan menjadi busuk.
2.1.3 Permasalahan dan Pemecahan Masalah
Permasalahan yang dihadapi pada saat aktivitas penunasan ini di antaranya
adalah terjadinya over pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah
produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi.
Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan pokok
mengalami stress yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina,
penurunan seks ratio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan berat janjang rata-
rata (BJR). Selain itu, ada beberapa tanaman yang tumbuhhnya kurang bagus dengan
gejala yang tampak seperti menguning dan abnormal.
Dari beberapa permasalahan di Kebun Kelapa Sawit PT Inti Indosawit Subur
tersebut, penulis mendapat beberapa instruksi kerja dalam aktivitas penunasan yaitu :
a. Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak
kuda. Hal ini bertujuan agar sisa pelepah tidak terlalu banyak sehingga
dapat menjadi sarang bagi beberapa hama.
b. Over pruning yang pada dasarnya terjadi karena pelepah yang terlalu
banyak ditunas dapat diatasi dengan mengurangi jumlah pelepah yang
ditunas, dari jumlah pelepah yang biasanya ditunas sekitar 10 – 12 pelepah
per pohon dikurangi menjadi 6 – 8 pelepah per pohon.
c. Selama menunas semua epifit pada batang tanaman dibersihkan dengan
mencabut menggunakan tangan dan “digebyok” dengan batang pelepah
pada bagian yang lebih tinggi.
d. Pokok yang pertumbuhannya kurang bagus atau kuning karena defisiensi
hara harus ditunas lebih hati hati, cukup membuang daun keringnya saja.
11
e. Pokok yang telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas karena pada
akhirnya akan di-thinning out (dilakukan penjarangan).
2. 2 Aktivitas Perawatan Jalan
2.2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanan
Aktivitas penunasan pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan kali ini
dilaksanakan selama 15 hari yaitu pada tanggal 23 Februari 2015 sampai dengan 9
Maret 2015, bertempat di jalur angkutan areal pekebunan kelapa sawit PT Inti
Indosawit Subur (Jalur 14,15,16,25,26,50,71,72,73).
2.2.2 Uraian Proses Pelaksanaan
Kondisi jalan di suatu perkebunan harus benar diperhatikan dengan baik agar
akses transportasi dapat berjalan dengan baik. Jaringan jalan dibuat dengan sasaran
dapat dilalui dengan segala kondisi cuaca. Dengan perencanaan dan pengendalian
mutu yang baik diharapkan konstruksi jalan akan kuat dan awet. Banyak hal-hal yang
menyebabkan jalan suatu perkebunan rusak dan tidak dapat dilalui oleh dump truck
pengangkutan buah. Faktor-faktor yang menyebabkan adalah air, bahan organic
tanah, kurangnya sinar matahari, sifat tanah (tekstur dan struktur), beban (tonase)
kendaraan.
Beberapa kegiatan perawatan jalan yang umum dilakukan di Kebun Kelapa
Sawit PT Inti Indosawit Subur adalah rempesan dan pemasangan/servis gorong-
gorong. Rempesan adalah memotong cabang/pelepah yang menghalangi sinar
matahari sehingga menutupi jalan. Apabila jalan tidak terkena sinar matahari maka
akan menyebabkan jalan tersebut menjadi lembab dan licin sehingga sulit untuk
dilalui dump truck buah. Jalan yang sudah terkena sinar matahari secara langsung
12
dapat mempercepat pengeringan genangan air yang terdapat di jalan sehingga tanah
tetap keras, tidak licin dan dapat dilalui dump truck buah. Jumlah pekerja dalam
kegiatan rempesan terdiri dari tiga tim masing-masing tiga orang per tim.
Perawatan jalan yang lain adalah pembuantan atau servis gorong-gorong.
Gorong-gorong berfungsi untuk mengalirkan genangan air yang terdapat di badan
jalan. Genangan air dapat menyebabkan stuktur tanah menjadi remah dan sulit dilalui
oleh kendaraan. Terdapat dua jenis gorong-gorong yaitu goronggorong yang terbuat
dari bahan semen/beton dan paralon yang masing masing berdiameter 30 cm. Apabila
jalan pada pada areal dibuat di lereng bukit, maka badan jalan dibuat dengan
kemiringan 100 ke arah bukit.
Pada setiap jarak ± 50 m atau di tempat-tempat yang cekung, dibuat rorak
dengan ukuran 75 cm x 75 cm kedalaman 1 m. Untuk mengalirkan air dari bukit yang
ditampung di dalam rorak, maka dibuat gorong-gorong diameter 30 cm dan
diletakkan 20 cm di atas dasar rorak. Setelah pemasangan gorong gorong selesai,
pada sisi jalan dibuat rumpukan karung yang berisi pasir. Hal ini berfungsi untuk
menahan tanah yang terdapat di badan jalan jatuh kebawah yang akan menyebabkan
terjadi penyumbatan pada lubang gorong gorong. Pada pelaksanaannya pembuatan
gorong gorong dilakukan oleh tim prasarana yang terdiri dari ≤ 4 orang. Setiap tim
dapat menyelesaikan pemasangan gorong gorong sebanyak 3 gorong gorong/HK.
2.2.3 Permasalahan dan Pemecahan Masalah
Permasalahan yang dihadapi pada aktivitas perawatan jalan yaitu pada jalur-
jalur tertentu jalan yang diperbaiki mudah mengalami kerusakan. Hal itu disebabkan
karena jalur-jalur tersebut berada di areal kebun produktif yang telah mengalami
proses pemanenan sehingga banyak dump truck bermuatan berat yang lalu lalang di
jalur tersebut.
13
Aktivitas perawatan jalan yang perlu dilakukan adalah melakukan pengerasan
jalan dengan batu. Untuk jalan jalan tertentu dimana struktur tanah tidak cukup untuk
mendukung beban berat, maka dilakukan pengerasan. Bahan bahan untuk pengerasan
jalan menggunakan batu kerikil, sirtu (pasir & batu). Pengerasan dengan
menggunakan kerikil atau sirtu disarankan dicampur tanah dengan perbandingan 1: 4
(1 bagian tanah : 4 bagian batu kerikil/sirtu) yang berguna untuk meningkatkan
efektivitas pengerasan dan efisiensi biaya. Pada saat aktivitas ini berlangsung perlu
dipastikan semua dump truck yang menggunakan jalan tersebut telah selesai
melakukan tugasnya atau dapat dialihkan pada jalur lain.
2. 3 Aktivitas Pemupukan
2.3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanan
Aktivitas pemupukan pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan kali ini
dilaksanakan selama 7 hari yaitu pada tanggal 10 Maret 2015 sampai dengan 16
Maret 2015, bertempat di areal pekebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur
(Kebun 101,102,103,104,105,145,146,147,148).
2.3.2. Uraian Proses Pelaksanaan
Pengeceran pupuk adalah kegiatan mengambil pupuk yang telah diuntil di
gudang pupuk untuk dibawa ke lapangan. Pupuk dibawa menggunakan dump truck
dengan kapasitas 5 ton kemudian pupuk diecer kemasing-masing tempat peletakan
pupuk (TPP). Pupuk diturunkan sesuai dengan jumlah untilan yang tertera pada TPP.
Losses pupuk sering terjadi pada saat melakukan pengangkutan pupuk dengan dump
truck. Saat menaikan dan menurunkan pupuk dari dump truck sering sekali untilan
pupuk terbuka dan pupuk terbuang di jalan maupun di dalam bak dump truck.
Aplikasi penaburan pupuk dilakukan sesuai dengan keadaan di lapangan.
14
Apabila di lahan terdapat janjang kosong maka pupuk disebar di atas
janjangan kosong, jika tidak terdapat janjang kosong maka pemupukan harus melihat
kondisi piringan. Apabila piringan bersih maka dilakukan di piringan tetapi jika tidak,
maka pupuk ditabur di atas rumpukan pelepah. Pemupukan dilakukan dengan bantuan
takaran yang sudah dikalibrasi sesuai dengan dosis. Pupuk anorganik yang digunakan
pada Kebun Kelapa Sawit PT Inti indosawit Subur adalah ZA ( 45%N dan 21%S),
Dolomit (20-24% MgO dan 30% CaO), RP (28% P2O5), MOP (60% K2O), Borax
(11-12% B) dan Abu janjang. Prestasi keja kegiatan pemupukan adalah 400 kg/HK
atau sekitar 25 untilan, sedangkan prestasi kerja penulis 96 kg atau sekitar 6 untilan.
Premi yang diperoleh pekerja adalah premi mati sebesar Rp. 5.000,- apabila sudah
mencapai basis (400 kg).
2.3.3. Permasalahan dan Pemecahan Masalah
Beberapa permasalahan yang dapat dijumpai dalam aktivitas pemupukan
adalah:
a. Kapasitas gudang kurang. Sebagian pupuk disimpan di luar gudang diberi
penutup lembar plastik.
b. Penempatan pupuk yang kurang tepat sehingga tidak mendukung pelaksanaan
FIFO dan pemupukan berimbang. Seluruh jenis pupuk ditempatkan pada batch
yang sama dengan cara penumpukan. Jenis pupuk yang datang pertama akan
berada pada posisi terbawah, dst. Akibatnya pergantian jenis pupuk dapat
dilakukan setelah habis satu jenis, tidak bisa secara bersamaan beberama jenis
pupuk.
c. Pengambilan sample pupuk masih kurang sesuai dengan SOP.
d. Hasil analisa laboratorium yang terlalu lama.
15
Untuk mengatasi permaslahan diatas maka perlu diperhatikan beberapa hal di
antaranya yaitu:
a. Kapasitas gudang yang kurang penempatan pupuk yang kurang tepat dapat
diatasi dengan penataan susunan bahan-bahan dan alat-alat pemupukan yang ada
di dalam gudang.
b. Pengambilan sample pupuk masih kurang sesuai dengan SOP perlu diatasi
dengan pengawasan yang ketat dan pengarahan oleh mandor atau staf yang
bertanggungjawab.
c. Hasil analisa laboratorium yang terlalu lama dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk mengatur waktu analisa di laboratorium dengan waktu
penggunaan pupuk sehingga pada saat pupuk akan digunakan proses analisa
laboratorium telah selesai dilaksanakan.
2. 4 Aktivitas Pengendalian Gulma
2.4.1. Waktu dan Tempat Pelaksanan
Aktivitas pengendalian gulma pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan kali
ini dilaksanakan selama 6 hari yaitu pada tanggal 17 Maret 2015 sampai dengan 22
Maret 2015, bertempat di areal pekebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur
(Kebun 104,105,106,107,108,109,110).
2.4.2. Uraian Proses Pelaksanaan
Gulma yang terdapat di arel perkebunan Kebun Buatan PT. Inti Indosawit
Subur antara lain Dicranopteris linearis (pakis kawat), Stenochlaena palustris (pakis
udang), Nephrolepis biserrata (pakis larat), Pteridium osculentum (pakis gajah),
Clidemia hirta (senggani betina), Melastoma malabathricum (senduduk), Setaria
aplicata (bambuan), Elusine indica (lulangan), Asystasia coromandeliana, Mikania
16
micrantha, Boreria alata, Boreria laevis, Chromolaena odorata (putihan), Axonopus
compresus (antalobang), Imperata cyclindrica, Ageratum conyzoides, Brachiaria
mutica. Pengendalian gulma yang dilakukan meliputi pengendalian manual dan
kimiawi.
Salah satu jenis pengendalian manual yang dilakukan di Kebun Buatan PT.
Inti Indosawit Subur adalah dongkel anak kayu (DAK) yang merupakan mendongkel
gulma di piringan maupun di gawangan. Gulma gulma yang didongkel antara lain
adalah gulma gulma yang umumnya batangnya berkayu seperti Climedia hirta
(haredong atau akar kala), Melastoma malabatricum (Senduduk atau senggani),
Chromolaena odorata (putihan), Lantana camara (bunga tahi ayam) dan
kentosan/VOPS (voluntary oil palm seedlings). Alat yang digunakan untuk DAK
adalah parang untuk membabat gulma yang batang berkayu dan garu untuk
membersikan piringan. Rotasi dari kegiatan ini adalah 4 bulan dengan prestasi kerja
pekerja adalah 1 pasar pikul atau sekitar 1.5 ha sedangkan pretasi kerja penulis
sebesar 0.5 pasar pikul.
Pengedalian gulma secara kimiawi yang dilakukan di Kebun Buatan PT. Inti
Indosawit Subur dikelola oleh Tim Unit Semprot (TUS) yang langsung dibawah
tanggung jawab Asisten Kepala. TUS terbagi menjadi dua berdasarkan alat
penyemprotan yaitu alat dengan knapsack sprayer (solo) dan CDA (Controlled
Droplet Applicator).
Pada alat knapsack sprayer menggunakan Gromoxon berbahan aktif
paraquat bersifat kontak dengan konsentrasi 0.5% dicampur dengan Trap berbahan
aktif metil metsufuron bersifat sistemik dengan konsentrasi 0.03%. Gulma gulma
yang menjadi sasaran adalah gulma berdaun lebar, sempit dan berkayu seperti pakis
dan kentosan yang terdapat pada piringan, pasar pikul dan TPH. Volume maksimum
pada alat ini sebesar 15 liter/kaps. Rata-rata dalam satu kaps pekerja dapat
menyemprot 35 – 45 tanaman/kaps dengan waktu 15 – 20 menit. Hal-hal yang
17
mempengaruhi kecepatan jalan pekerja adalah keadaan topografi lahan serta jenis dan
kerapatan gulma. Apabila topografi lahan yang akan disemprot curam maka
kecepatan jalan pekerja akan semangkin lama maka akan mempengaruhi jumlah
pokok yang akan disemprot dan bila jenis gulma yang ada banyak terdapat golongan
pakis maka racun yang diberikan harus banyak. Prestasi kerja pada karyawan
sebanyak 8 caps/orang atau ± 280 pokok sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 2
caps atau 65 pokok.
2.4.3. Permasalahan dan Pemecahan Masalah
Pencemaran dari residu zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan
gulma sangat membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan, sehingga perlu adanya
pengendalian dan pembatasan dari penggunaan bahan kimia tersebut serta
mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh residu herbisida. Kesalahan dalam
pemakaian dan penggunaan herbisida juga akan menyebabkan pembuangan residu
herbisida yang tinggi pada lingkungan pertanian sehingga akan menganggu
keseimbangan lingkungan dan mungkin organisme yang akan dikendalikan menjadi
resisten dan bertambah jumlah populasinya.
Dari permasalahan di atas, berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi
dampak negatif herbisida dan mencegah pencemaran lebih berlanjut lagi. Peraturan
dan cara-cara penggunaan herbisida dan pengarahan kepada para pengguna perlu
dilakukan, karena banyak dari pada pengguna yang tidak mengetahui bahaya dan
dampak negatif herbisida terutama bila digunakan pada konsentrasi yang tinggi,
waktu penggunaan dan jenis herbisida yang digunakan. Oleh karena itu, diperlukan
adanya penerapan SOP yang tepat dalam penggunaan bahan-bahan herbisida. Selain
itu, pengendalian gulma tidak perlu dilakukan secara kimiawi saja tetapi dapat
diselingi dengan pengendalian secara alami dan manual.
18
2. 5 Aktivitas Pemanenan
2.5.1. Waktu dan Tempat Pelaksanan
Aktivitas pengendalian gulma pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan kali
ini dilaksanakan selama 15 hari yaitu pada tanggal 23 Maret 2015 sampai dengan 6
April 2015, bertempat di areal pekebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur
(Kebun 60,61,62,63,64,65,66,67,68,69,70,71,72,73,74,75).
2.5.2. Uraian Proses Pelaksanaan
Kriteria panen yang digunakan di Kebun Kelapa Sawit PT Inti Indosawit
Subur yaitu pemotongan tandan buah yang dilakukan hanya jika sedikitnya 24
brondolan lepas dari tandan. Hal ini dikarenakan berat janjang rata rata (BJR) yang
terdapat pada kebun adalah ± 24 kg. Apabila lebih dari 24 brondolan maka TBS
tersebut semakin matang. Kriteria matang panen yang diterapkan di Kebun Buatan
adalah setiap 1 kg berat tandan terdapat 1 brondolan lepas di TPH yang bukan
brondolan parthenokarpi/brondolan muda karena serangan tikus/penyakit, misalnya
BJR blok adalah 10 kg maka buah yang akan dipanen pada blok tersebut apabila
brondolan yang lepas ada 10 butir brondolan di TPH. Jika ada 9 brondolan saja maka
dianggap buah mentah.
Pelaksanaan panen dilakukan dengan cara memotong tandan yang
sebelumnya diamati oleh pemanen. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui
kematangan buah. Alat panen yang digunakan adalah egrek karena tanaman kelapa
sawit yang terdapat di kebun buatan rata-rata berumur 20 tahun keatas. Selain egrek
alat yang digunakan adalah gancu untuk memuat dan membongkar buah/TBS dan
angkong untuk tempat buah/TBS dan brondolan untuk diangkut ke TPH.
Sebelum memotong tandan hal yang pertama dilakukan adalah memotong
pelepah yang menyangga tandan. Rata-rata pada Kebun Buatan menggunakan songgo
19
satu dalam melakukan penunasan. Pemotongan pelepah harus merapat ke arah batang
pohon seperti membentuk tapal kuda. Hal tersebut dilakukan agar brondolan tidak
tersangkut di ketiak batang yang akan mengganggu dalam penentuan kematangan
buah, mengurangi losses panen.
Sistem panen yang dilaksanakan di Kebun Buatan adalah sistim hanca
giring tetap. Sistim ini dilaksanakan yaitu dengan cara mandor panen membagikan
hanca panen ke pemanen. Luas hanca pemanen rata-rata adalah 2 – 3 pasar pikul (1
pasar pikul ± 1.5 ha). Luasan hanca panen tergantung dari jumlah tenaga pemanen,
yang disesuaikan dengan luas blok dan jumlah pemanen di setiap mandoran. Apabila
pemanen tidak dapat hadir pada hari tersebut maka hanca panen yang kosong tersebut
dapat diberikan kepada pemanen lainnya dari mandoran yang sama atau mandoran
yang lain (transfer).
2.5.3. Permasalahan dan Pemecahan Masalah
Permasalahan dalam aktivitas pemanenan ini biasanya berupa pelanggaran
SOP dalam proses pemanenan. SOP dalam pemanenan mencakup kriteria yang perlu
diperhatikan dalam memanen buah kelapa sawit. Sebagian petugas panen biasanya
ingin pekerjaan mereka sepat selesai sehingga mereka mengabaikan prosedur yang
harus ditaati.
Dalam hal ini dapat diterapkan pinalti. Pinalti adalah denda atau potongan
terhadap pemanen yang melanggar kriteria panen. Denda pinalti yang dikenakan
kepada pemanen berupa potongan upah yang diperoleh pemanen. Ada beberapa jenis
kesalahan dalam pelaksanan pemanenan dan masing-masing kesalahan mempunyai
besaran denda yang berbeda-beda. Tujuan diberikan sangsi atau pinalti adalah agar
pemanen tidak melakukan kesalahan yang sama atau memberikan efek jera karena
kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemanen pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap produksi.
20
Jumlah denda pada pelaksanaan potong panen sudah ditetapkan pihak
manajeman kebun, namun Afdeling mempunyai kebijakan sendiri yang dalam
menentukan besarnya jumlah sangsi panen yang menurut mereka efektif. Misalnya
denda panen apabila memotong buah mentah sebesar Rp. 5 000 pada Afdeling II
sebesar Rp. 20 000 dan pada Afdeling IV Rp. 10 000. Kebijakan yang telah dibuat
oleh Afdeling sebelumnya harus dilaporkan terlebih dahulu pada manajemen kebun.
21
BAB III
PENUTUP
3. 1. Kesimpulan
Kegiatan magang yang dilakukan di Kebun Kelapa Sawit PT Inti Indosawit
Subur telah memberikan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan
pengelolaannya. Penulis memperoleh pengalaman keterampilan kerja sebagai PHL,
mandor dan pendamping asisten dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik secara
teknis maupun manajerial.
Permasalahan yang dihadapi pada saat aktivitas penunasan ini di antaranya
adalah terjadinya over pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah
produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Hal
tersebut dapat diatasi dengan mengurangi jumlah pelepah yang ditunas, dari jumlah
pelepah yang biasanya ditunas sekitar 10 – 12 pelepah per pohon dikurangi menjadi 6
– 8 pelepah per pohon.
Penggunaan pupuk dan herbisida kimia masih menjadi cara yang utama
dalam pengelolaan perkebunan di PT Inti Indosawit Subur. Meskipun hal tersebut
dianggap lebih efektif namun memerlukan aturan-aturan dalam pengaplikasiannya.
3. 2. Saran
Dalam berbagai pelaksanaan aktivitas di Kebun Kelapa Sawit PT Inti
Indosawit Subur perlu adanya pengawasan yang ketat dan pengarahan yang
berkesinambungan demi terkontrolnya pelaksanaan SOP yang bertujuan agar
22
mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan sehingga dapat meminimalisir
kerugian.
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini penulis memberikan saran
terhadap Politeknik Hasnur khususnya Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan selaku instansi yang menjadi tempat penulis menimba ilmu dan dosen
pembimbing Tugas Akhir, agar memperbanyak waktu berkunjung ke PT Inti
Indosawit Subur untuk mengontrol dan melihat kegiatan yang dilakukan oleh penulis.
23
DAFTAR PUSTAKA
Asian Agri. 2010. Agricultural Policy Manual. Asian Agri. Medan. 427 hal
Buana, L., dan D. Sihaan. 2000. Kultur Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. Medan. 2000. 152 hal
Buana, L., dan D. Sihaaan. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 114 hal
Darmosarkoro, W., E. S. Sutarta, dan Winarna. 2003. Teknologi Pemupuka Kelapa
Sawit. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Hal 113-132. Dalam: W. Darmosarkoro,
E. S. Sutarta, Winarna (Eds). Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Didu, M. S. 2006. Pengembangan Agroindustri Berbasis Teknologi: Upaya
Meningkatkan Daya Saing dan Nilai Tambah Produk. http://www.mma.ipb.ac.id. [25
Oktober 2014]
24