contoh andal

85
LAPORAN PENELITIAN KAJIAN DAMPAK PENAMBANGAN BATUBARA TERHADAP PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN Dl KABUPATEN KUTAIKARTANEGARA TIM PENELITI 1. Dr. lr. lnce Raden, MP 2. M.Soleh Pulungan, S.Pd,MH 3. Moh. Dahlan, SE, M.Si 4. Dr. lr. Thamrin, MP Dibiayai oleb Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam negeri, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Nomor: 15.21/PI-111112010 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI JAKARTA NOVEMBER 2010

Upload: novha-lisa

Post on 02-Aug-2015

750 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: contoh andal

LAPORAN PENELITIAN

KAJIAN DAMPAK PENAMBANGAN BATUBARA TERHADAP PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI

DAN LINGKUNGAN Dl KABUPATEN KUTAIKARTANEGARA

TIM PENELITI

1. Dr. lr. lnce Raden, MP 2. M.Soleh Pulungan, S.Pd,MH 3. Moh. Dahlan, SE, M.Si 4. Dr. lr. Thamrin, MP

Dibiayai oleb Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam negeri, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan

Nomor: 15.21/PI-111112010

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

JAKARTA NOVEMBER 2010

Page 2: contoh andal

.......

HAJJAN l'J!iNriLlilAft UAll f!i11\ifi1Y1DA11UA11 UAI'JMn Jln. Wolter Mon~lnsldi Kompl~lz. .Kantor Bupatl Gedun\l Bappeda-Balitbangda Lt. 4

TENGGARONG

SURAT PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama

Jabatan

Tahun Anggaran

: DR.Ir. Ince Raden, MP

: Ketua Tim (Penelitian dampak penambangan batubara

terhadap pengembangan sosial ekonomi dan lingkungan

Di Kabupaten Kutai Kartanegara)

:2010

Dengan ini menyatakan bahwa hasil Laporan Akhir Penelitian Dampak penambangan

batubara terhadap peningkatan sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan di Kabupaten Kutai '

Kartanegara tahun 2010, telah diperbaiki/ disempurnakan sesuai dengan arahan nara sumber, ·

pada saat paparan Draft Laporan Akhir hasil penelitian dimaksud yang dilaksanakan di Jakarta

pada tanggal12 sf d 16 Nopember 2010.

Semoga kegiatan ini dapa~ bermanfaat untuk berbagai pihak terkait khususnya diwilayah

Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur

Demikian Surat Pengesahan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya .

Mengetahui: Kepala Balitbangda ~~~ten Kutai Kartanegara

.1\': M.Hermawan, M.Si. 9630908 198902 1 002

Tenggarong, l Desember 2010 · Ketua Tim Peneliti,

R.Ir. Ince Raden MP NIP. 196709081994 31005

Page 3: contoh andal

........

...__.

..._

'-

-...J

~

PRAKATA

Puji dan syukur hanya kehadirat Allah SWT karena berkat petunjuk,

rahmat dan karuniah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kajian

Dampak Penambangan Batu Bara terhadap Perkembangan Sosial, Ekonomi dan

Lingkungan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Laporan ini secara umum

menyajikan tentang dampak keberadaan usaha pertambangan batubara di 4

Kecamatan di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.

Kegiatan penelitian ini didanai pada tahun 2010 oleh Badan Penelitian

dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia melalui

program lnsentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa di

Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah Tahun 201 o yang diajukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda)

Kabupaten Kutai Kartanegara. Sehubungan dengan telah selesainya laporan

penelitian ini kami mengucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memb. 1tu kesuksesan kegiatan ini.

• .•himya semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak

Tenggarong, November 2010

Tim Peneliti

Page 4: contoh andal

.......,

RINGKASAN

Kutai Kartanegara merupakan salah satu Kabupaten di Kalimantan Timur

yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah, salah satu diantaranya adalah

penambangan batubara. Dalam proses eksploitasinya menimbulkan dampak

terhadap sosial ekonomi dan lingkungan.

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah memperoleh informasi

tentang dampak sosial ekonomi dan lingkungan fisik, kimia dan biologi terkait

dengan penambangan batubara di Kutai Kartanegara serta merekomendasikan

strategi penanggulangan dampak pertambangan batubara yang perly

dilaksanakan guna untuk mengantisipasi dan mencegah dampak negatif dan

mengoptimalkan dampak positif akibat pertambangan batubara di Kabupaten

Kutai Kartanegara. Diharapkan dari penelitian ini menemukan kondisi riil sosial

ekonomi dan kondisi kerusakan lingkungan serta tindakan preventif dan

pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan pertambangan sehingga

menjadi salah satu bahan masukan bagi pihak Pemerintah Daerah (terutama

bagi stakeholders seperti, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pertambangan dan

Energi, dan Badan Pengelola ljin Terpadu) untuk menilai dampak penambangan

batubara terhadap pengembangan sosial ekonomi masyarakat dan kualitas

lingkungan yang pada akhirnya dapat menjadi pertimbangan dalam

pengawasan dan pemantauan penambangan batubara.

Strategi untuk mencapai tujuan di atas dilakukan pendekatan Penelitian

dari aspek ekonomi, sosial budaya dan aspek ekologi (lingkungan) dan

mengevaluasi program-program CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan

batubara baik berdasarkan data primer maupun data sekunder melalui quisioner,

indepth interview, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka (literatur).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertambangan batubara

memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat di sekitar

perusahaan, yaitu meningkatkan pendapatan per bulan, memberikan peluang

kerja dan peluang usaha sehingga dapat memberbaiki ekonomi masyarakat.

Disisi lain, kegiatan usaha pertambangan batubara memberikan dampak negatif

dan positif terhadap kondisi sosial masyarakat sekitar perusahaan. Dampak

negatifnya adalah Kehadiran usaha pertambangan meningkatkan konflik antara

masyarakat, antara masyarakat dan perusahaan yang dipicu oleh masalah

limbah, penerimaan tenaga kerja, masalah tumpangtindih lahan, dan tidak

Page 5: contoh andal

--

" ..J

optimalnya perusahaan dalam melaksanakan program pemberdayaan

masyarakat (Comdev). Selain itu, keberadaan perusahaan batubara memberikan

dampak terhadap menurunnya aktifitas keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan

gotong royong terutama kerja bakti dan kegiatan-kegiatan keagamaan, tetapi

memberikan dampak positif terhadap kepedulian pemberian bantuan dana untuk

kegiatan-kegiatan sosial. Selanjutnya dari penelitian ini ditemukan pula bahwa

kegiatan usaha pertambangan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan

fisik, kimia dan biologi. Kerusakan-kerusakan tersebut diantaranya kerusakan

bentang alam, penurunan kesuburan tanah, rusaknya flora dan fauna endemik,

meningkatnya polusi udara dan debu, erosi dan sedimen yang memicu banjir,

kebisingan, rusaknya jalanan umum yang digunakan untuk memuat alat-alat

berat perusahaan, dan adanya limbah yang dapat masuk ke lahan-lahan

pertanian dan sungai sehingga merusak biota perairan dan sumber air yang

digunakan untuk air bersih (minum) dan mencuci.

Program pengembangan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh

perusahaan pertambangan batubara didominasi olef1 pembangunan infrastruktur,

pemberian beasiswa dan bantuan di bidang kesehatan dan strategi untuk meng

eliminir dampak negatif akibat aktifrtas pertambangan batubara di Kutai

Kartanegara maka perlu dilakukan evaluasi kinerja pertambangan batubara mu!ai

tahan Pra konstruksi, konstruk, operasi dan pasca operasi penambangan

batubara dan Selanjutnya memberikan sanksi yang tegas kepada perusahaan­

perusahaan yang tidak memenuhi kewajibannya dalam melakukan reklamasi dan

revegetasi lahan bekas tambang yang selama ini jarang/tidak pernah dilakukan.

Page 6: contoh andal

---

._,

..........

DAFTAR lSI

Halaman

PRAKATA .. .. ....... .. ...... .. .................... . ...... .. ... . ...... ........................ . RINGKASAN.......... ... .. .... .. ................ .. .... .... . .. ... .................. . ... ....... ii DAFTAR lSI. .. .... ........ ................. . ......... .. ...... . ........ . ........... ... ......... iv DAFTAR TABEL... ... ... ... ... ... ...... ...... ..... . ..... . ..... . ... .. . ... ... ... ... .. . ... .... . v DAFTAR GAMBAR... ...... ....... .. ......... ..... . ... ... .................................. viii

BAB 1. PENDAHULUAN.... .. ... .... .... ...... .. .. .... .. ..... . ... .. ..... .. ... .. .. .. .. .. ... 1 1.1 Latar Belakang.. .. .. . .. ... ... ... .. . ... ... .. . ... ... ... ... ... ... ... . .. .. . .. . ... 1 1.2 Rumusan Masalah.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

BAB II. TINJUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 2.1. Dampak pertambangan batubara........................................ 5 2.2. Potensi Pertambangan Batubara di Kabupaten Kutai

Kartanegara.. .... ... .......... ..... ... ..... . .... .. ....... ..... ..... . .... ...... 9 2.3. Metode dan Tahap Penambangan batubara.... .. ... ... ... .. . .... ... . 10 2.4. Kebijakan Pengelolaan Pertambangan Batubara di Indonesia... 13

BAB Ill. TUJUAN DAN MANFAAT. .. ... ...... ..... . .. . ... ... ... ...... ... ... ... ... .... .. 17 3.1. iujuan Penelitian...... .... ... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17 3.2. Manfaat Penelitian... ............ ...... .................. ............ ........ 17

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN .. .. .. . .. .. .. .. .. . ... .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. .. . .. . .. 18 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... ... .. . ... ... ... ... ... ... ... .. . ... .. . .. .... 18 4.2. Ruang Lingkup Kajian... ... .. . .. . ... .. .. .. ...... ... ... ... ... ...... ...... ... 19 4.3. Kerangkan Pemikiran ..... .. .. ... ... .. . ... ... ... ... ... ... ... .... .. ... .. . .. .. 19 4.4. Rancangan Penelitian .. . ... .... .. ... ... .... .. .... .. ... ... ... ... ... .... ... .. 21 4.5. Pendekatan Penelitian ..... . .. .... ...... ... ... ............ ..... . .... ... ..... 21 4.6. Populasi dan Sampel....... .......... . ... .... ... ... .. .... ... .. ... .. . .. .... . 23 4. 7 .Variabel Penelitian... ...... ... ...... ... ... .. .. ... ...... .. ..... ... .. ...... .. . . . 24 4.8. Metode Anal isis Data........................................................ 26

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN.... .......... ..................................... 33 5.1. Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Ekonomi

Masyarakat.. . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . .. .. . . . . .. . .. . . . . .. . .. . .. . .. . . . . .. . . .. . . . . . . . 33 5.2. Dampak Kegiatan Pertambangan Terhadap Kehidupan Sosial

Masyarakat. .. .. . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . 38 5.3. Dampak Kegiatan Pertambangan Terhadap Lingkungan. .. ... ... 40 5.4. Community Development dan Corporate Sosial Responsibility.. 65 5.5. Strategi Pengelolaan dampak Pertambangan Batubara di

Kabupaten Kutai Kartanegara..................................................... 66

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 70 6.1. Kesimpulan.. .. ..... .. .. ..... .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . 70 6.2. Saran... .... ... ... .......... . ..... ..... ... .. ..... .... ........ . ........ .. ... .. ... 71

DAFTAR PUSTAKA...................................... ................................... 72

Page 7: contoh andal

v

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Metode Pengumpulan data, analisis data social dan ekonomi. ..... .

2. Daftar parameter fisik dan kimia lingkungan perairan ................... .

3. Metode Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Parameter Komponen Kualitas Udara dan Kebisingan .................................... .

4. Jadwal Kegiatan Penelitian ............ .. ........ .. ... ........ ... ...... .. .. ... .

5. Pendapatan per bulan sebelum dan sesudah ada perusahaan tambang batubara .. ................... .... .. ......... ..... .. ... .... . ......... .. .

6. Pengeluaran setiap bulan sebelum dan sesudah ada perusahaan ... ....... .. ...... ...... ... ...... .............. ....... ........ .... ... .. .

7. Kebutuhan Tenaga Kerja PT. Anggana Coal untuk Operasional Tam bang Batubara di Kecamatan Loa Kulu ................................... .

8. Peluang usaha yang dapat dikembangkan masyarakat akibat adanya perusahaan ............................................................ .

9. Kondisi ekonomi masyarakat akibat adanya perusahaan batubara ....... ...... ... .. ..... ....... ...... .... .. ..... . ........ .. ... ... ........... .

10. Pengaruh kehadiran perusahaan batubara terhadap konflik .... .... .

11 . Penyebab terjadinya konflik antara masyarakat-peruahaan .... ..... .

12. Perubahan prilaku gotong royong akibat kehadiran pertambangan batubara ........ ...... . .... .. .... ..... ..... .... ...... ..... ................ ........ .

13. Perubahan kondisi sosial masyarakat .................................... .

14. Kerusakan lingkungan akibat adanya aktifrtas pertambangan batubara ..... .................... .......... . ....... ... ......... ... ........... .... .. .

15. Cadangan Batubara dan Rencana Bukaan Tanah (Overburden) PT. Anggana Coal di Kecamatan Loa Kulu dan Kecamatan Sebulu ............................ ...... ... ........ .. . ........ ..... .... ............ .

16. Hasil Analisis Kualitas Air di Sekitar Lokasi Tambang PT. Arzara Barain .............................................................................................. .

17. Jumlah Kendaraan dan Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) PT. Putra Dewa Jaya ........................ .. ........ .............. .. ..... ..... ..... ..... .

18. Kualitas Udara Ambien di Sekitar Lokasi Pertambangan Batubara PT. Putra Dewa Jay a di Kutai Kartanegara .................................... .

29

29

30

32

33

34

34

37

38

38

39

39

40

40

44

46

50

52

Page 8: contoh andal

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

1. Dampak yang Timbuk akibat Aktivitas Pembangunan .... ... ..... .. ...... .

2. Peta Lokasi Penelitian Dampak Pertambangan Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara .................. .. ...... ..................... .

3. Kerangka Pikir Kajian Dampak Pertambangan Batubara terhadap Pengembangan Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan .................... .

4. Rangkaian Kegiatan Penambangan Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara ...................................................... ................ .

5. Kondisi Bentang Lahan setelah Dilakukan Penambangan Batubara .. ................ ........................................................ .

6. Pematangan Bentang Lahan pada Lahan eks tambang batubara .......................................................................................... .

7. Salah satu Lubang Besar Bekas Penambangan Batubara yang belum Direklamasi di Kabupaten Kutai Kartanegara .... ............... .

8. Kegiatan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Pasca Tambang di Kabupaten Kutai Kartanegara ........................................................ .

9. Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang Batubara sebagai Sarana lrigasi di Kecamatan Tenggarong Seberang ... ... .. ..... ... ......... .... .

10. Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang untuk Budidaya Tambak lkan di Kecamatan Tenggarong Seberang ............................... .

11. Grafik Analisis SWOT dalam Menentukan Grand Strategy. ............. .

5

18

20

42

43

43

45

60

66

66

72

Page 9: contoh andal

1.1. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN

Memasuki abad XXI, dalam konteks pembangunan daerah terdapat 2

(dua} aspek mendasar yang akan mewarnai tatanan kehidupan dan

pemerintahan di daerah. Pertama adalah pengaruh globalisasi yang ditandai

dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi yang makin nyata dan

terasa dalam setiap sendi kehidupan masyarakat. Kedua, berkembangnya era

otonomi daerah yang ditandai dengan diundangkannya undang-undang nomor

32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah. Dari dua aspek tersebut peranan data dan informasi baik dalam

penyajian, keakuratan, dan aktualisasi dan kecepatan penyampaian informasi

akan sangat menentukan keberhasilan kebijakan dan tujuan pembangunan yang

dilaksanakan.

Secara geografis Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu

dari 13 kabupaten/kota yang terdapat di Propinsi Kalimantan Timur. Dari ibukota

Propinsi Kalimantan Timur (Samarinda) ke Tenggarong (lbukota Kabupaten Kutai

Kartanegara), cukup ditempuh dengan pe~alanan darat selama 30- 45 menit

(sekitar 25 km). Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki luas wilayah sekitar

27.263,10 km2 terletak antara 115°26' Bujur Timur sampai dengan 117°36' Bujur

Timur dan 1°28' Lintang Utara sampai dengan 1°08' Lintang Selatan. Kabupaten

Kutai Kartanegara merupakan wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten

Malinau, Kutai Timur dan Kota Bontang pada sisi sebelah utara. Pada sisi

sebelah timur berbatasan dengan Selat Makasar, sebelah selatan berbatasan

dengan Kota Balikpapan dan juga Kabupaten Penajam Paser Utara, dan sisi

sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat. Sedangkan wilayah

Kota Samarinda dikelilingi oleh seluruh wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.

Kabupaten Kutai Kartanegara kini terdiri dari 18 Kecamatan dan 226

desa/ kelurahan (termasuk desa persiapan). Jumlah desa/kelurahan ini

meningkat bila dibandingkan dari tahun 1999 ketika awal pemekaran wilayah

Kutai menjadi 3 kabupaten dan 1 kota. Pada tahun tersebut jumlah

desa/kelurahan tercatat 186 desa/kelurahan. Dengan demikian ada pertambahan

34 desa/kelurahan atau 18,28 persen dari tahun 1999. Bila diamati dari letak

Page 10: contoh andal

_,

'--'

'-'

geografisnya, dari 226 desa/kelurahan tersebut sebanyak 28 desa/kelurahan

atau 12,38 persen merupakan daerah pesisir yang langsung berbatasan dengan

laut (selat Makasar).

Kegiatan pertambangan di Kutai Kartanegara mencakup pertambangan

migas dan non migas. Dari kegiatan tersebut minyak bumi dan gas alam

merupakan hasil tambang yang sangat besar pengaruhnya terhadap

perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara khususnya dan Provinsi Kalimantan

Timur umumnya karena hingga kini kedua hasil tambang tersebut merupakan

komoditi ekspor utama. Perkembangan produksi batubara misalnya pada tahun

2006 mencapai 467.275,07 metrik ton dari empat perusahaan tambang yang

memasukkan data pada dinas pertambangan.

Kutai Kartanegara merupakan salah satu Kabupaten yang cukup kaya

dengan sumber daya alamnya, potensi sumber daya alam yang sudah dikelola

secara besar besaran adalah potensi pertambangan batubara, banyak investor

yang terlibat dibidang pertambangan batu bara baik investor dari dalam negeri

maupun dari luar negeri, tentunya dengan banyaknya investor yang

menanamkan modalnya di kabupaten Kutai Kartanegara akan membawa

dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah bahwa

kesejahteraan masyarakat di wilayah pertambangan secara umum terlihat

meningkat karena efek domino dari keberadaan perusahaan telah mampu

mendorong dan menggerakkan sendi-sendi ekonomi masyarakat, Struktur sosial

di masyarakat juga mengalami perubahan karena masyarakat sekitar

pertambangan termotivasi untuk mampu menyesuaian perubahan struktur sosial

yang disebabkan banyaknya masyarakat pendatang yang menjadi karyawan di

perusahaan tambang batubara maupun masyarakat pendatang berusaha di

sekitar perusahaan batubara.

Banyaknya investasi di bidang pertambangan batubara tidak hanya

membawa dampak positif akan tetapi juga membawa dampak negatif, baik pada

perubahan struktur sosial, budaya, ekonomi masyarakat maupun pada kualitas

lingkungan. Pengaruh negatif struktur sosial masyarakat di sekitar perusahaan

pertambangan yang mungkin bisa te~adi adalah perilaku dan atau kebiasaan

yang bersifat negatif seperti pe~udian, kebiasaan minum-minuman keras dan

pola hidup konsumtif para karyawan yang bisa mendorong perubahan

masyarakat lokal menjadi lebih konsumtif dan bila hal tersebut tidak didukung

oleh perubahan kemampuan daya beli masyarakat lokal akan menyebabkan

Page 11: contoh andal

'---'

-

kecemburuan sosial yang pada akhirnya bisa menyebabkan ketidak harmonisan

(konflik sosial) antara warga di sekitar perusahaan pertambangan.

Hal lain yang tidak boleh diabaikan adalah dampak negatif terhadap

kualitas lingkungan. Tidak dapat di pungkiri bahwa aktivitas pertambangan dapat

dipastikan menyebabkan rendahnya kualitas lingkungan. Untuk mengendalikan

kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan tambang

batubara tersebut maka diperlukan kontrol yang kuat dari seluruh steakeho/der

(perusahaan, pemerintah dan seluruh masyarakat). Mengingat besarnya potensi

negatif atas pertambangan batubara maka tanggung jawab perusahaan untuk

meminimalkan dampak negatif tersebut adalah dengan menyusun dokumen

analisis dampak lingkungan, menyusun rencana pengelolaan lingkungan dan

rencana pemantauan lingkungan yang juga di dalamnya terdapat program­

program kepedulian bagi masyarakat sekitar tambang agar tidak hanya

merasakan dampak negatif saja akan tetapi juga merasakan manfaat atas

aktivitas pertambangan disekitarnya. Bentuk kepedulian perusahaan tambang

batubara adalah dengan mengembangkan Corporate Social Responcibility yang

dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat untuk meningkatkan

kualitas hidupnya seperti penanggulangan kemiskinan, membantu dalam

menyediaan fasilitas kesehatan, pendidikan, beasiswa, peningkatkan skill,

peningkatan daya beli masyarakat sekitar tambang, memberikan pelatihan agar

masyarakat sekitar tambang mempunyai daya saing, dan membantu

membangun infrastruktur yang sangat diperlukan oleh masyarakat termasuk di

dalamnya fasilitas air bersih. Berdasarkan uraian di atas, maka akan dikaji

berbagai dampak dari kegiatan pertambangan batubara di Kabupaten Kutai

Kartanegara. Dampak yang dimaksud dalam kajian ini tidak dibatasi pada

dampak negatif saja tetapi juga dampak positif yang timbul oleh aktivitas

pertambangan batubara.

1.2. Rumusan Masalah

Dari Jatar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1 . Bagaimana dampak pertambangan batubara terhadap aktifitas sosial dan

ekonomi masyarakat di Kabupaten Kutai Kartanegara ?

2. Bagaimana dampak pertambangan batubara terhadap kualitas lingkungan di

Kabupaten Kutai Kartanegara ?

Page 12: contoh andal

'---'

,,

3. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dan

menanggulangi dampak pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kutai

Kartanegara ?

Page 13: contoh andal

·~

--J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dampak Pertambangan Batubara

2.1.1. Pengertian Dampak

Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, dampak lingkungan didefinisikan sebagai suatu

perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu dan atau kegiatan.

Sementara itu, Soemarwoto (2005) mendefinisikan dampak sebagai suatu

perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas di mana aktivitas tersebut

dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik, dan biologi. Lebih lanjut didefinisikan

dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi

lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang diperkirakan akan ada setelah

ada pembangunan. Pembangunan yang dimaksud termasuk kegiatan

penambangan batubara yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan

secara umum.

Dampak Sosial,

ekonomi dan Budaya

Dampak Biofisik

Kegiatan

Pembangunan

Tujuan

Dampak Biofisik

Dampak Sosial,

ekonomi dan Budaya

Dampak Primer

Dampak Sekunder

Gambar 1. Dampak yang Timbuk akibat Aktivitas Pembangunan

Dampak penambangan batubara berarti perubahan lingkungan yang

disebabkan oleh kegiatan usaha eksploitasi batubara baik perubahan sosial,

ekonomi, budaya, kesehatan maupun lingkungan alam. Dampak penambangan

Page 14: contoh andal

·--.

batu bara bisa positif bila perubahan yang ditimbulkannya menguntungkan dan

negatif, jika merugikan, mencemari, dan merusak lingkungan hidup. Dampak

yang diakibatkan oleh penambangan batubara menjadi penting bila terjadi

perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar. Adapun kriteria dampak

penting, yaitu : (1) jumlah manusia yang akan kena dampak, (2) luas wilayah

penyebaran dampak, (3) intensitas dan lamanya dampak berlangsung, (4)

banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak, (5) sifat komulatif

dampak, dan (6) berbalik (reversible) atau tidak berbalik (ireversible) dampak.

2.1.2. Dampak Penambangan Batubara terhadap Lingkungan

Konsekuensi dari sebuah pembangunan akan dapat membawa dampak

terhadap lingkungan baik dampak positif maupun negatif. Semua manusia

berkeinginan bahwa adanya sebuah kegiatan (usaha) atau pembangunan akan

dapat meningkatkan kesejateraan masyarakat dan mengelolah dampak negatif

dengan sebaik-baiknya sehingga dapat dieliminir sehingga kehadiran usaha atau

pembangunan tersebut dapat berhasil guna bagi semua mahluk hidup (manusia,

flora dan fauna, air, tanah dan ekosistem lainnya).

Konsep dasar pengelolaan pertambangan bahan galian berharga dari

lapisan bumi hingga saat ini tidak banyak beruba, yang berubah hanyalah skala

kegiatannya hal ini juga terjadi di Kutai Kartanegara. Kondisi riil di lapangan

menunjukkan bahwa perkembangan teknologi mekanisasi pengelolaan

pertambangan menyebabkan semakin luas dan semakin dalam pencapaian

lapisan bumi jauh di bawah permukaan tanah sehingga membawa dampak

terhadap pencemaran air permukaan dan air tanah.

Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan

sangat rum it, sarat risiko, merupakan kegiatan usaha jangka panjang, melibatkan

teknologi tinggi, padat modal, dan membutuhkan aturan regulasi yang

dikeluarkan oleh beberapa sektor. Selain itu, kegiatan pertambangan mempunyai

daya ubah lingkungan yang besar sehingga memerlukan perencanaan total yang

matang sejak tahap awal sampai pasca tambang. Seharusnya pada saat

membuka tambang, sudah harus difahami bagaimana menutup tambang yang

menyesuaikan dengan tata guna lahan pasca tambang sehingga proses

rehabilitasi/reklamasi tambang bersifat progresif, sesuai rencana tata guna lahan

pasca tambang. Dasar rencana dan implementasi seperti ini, harus dilakukan di

Page 15: contoh andal

-'

.......

.......

._;

'-'

__,

.......,

-...J

._,

.__.

menghentikannya karena sifat alamiah dari reaksi yang terjadi pada batuan.

Sebagai contoh, pertambangan timbal pada era kerajaan Romawi masih

memproduksi air asam tambang 2000 tahun setelahnya. Air asam tambang

baru terbentuk bertahun-tahun kemudian sehingga perusahaan

pertambangan yang tidak melakukan monitoring jangka panjang bisa salah

menganggap bahwa batuan limbahnya tidak menimbulkan air asam tambang .

Air asam tambang berpotensi mencemari air permukaan dan air tanah. Sekali

terkontaminasi terhadap air akan sulit melakukan tindakan penanganannya.

Zulkiflimansyah (2007) menambahkan bahwa terdapat dampak negatif

lain selain lubang tambang dan air asam tambang yang langsung timbul dari

kegiatan pertambangan seperti berkurangnya debit air sungai dan tanah,

pencemaran air, kerusakan hutan hingga erosi dan sedimentasi tanah, dimana

dampak ini masih menjadi masalah yang belum terpecahkan secara tuntas

dalam kegiatan pertambangan di Indonesia.

Studi yang dilakukan oleh Suhala et a/. (1995) misalnya, menjelaskan

bahwa penambangan batubara di Bukit Asam (Sumatera Selatan) dan Ombilin

(Sumatera Barat) selain berdampak positif terhadap pemenuhan kebutuhan

sumber energi, juga berdampak negatif terhadap lingkungan, yaitu terjadinya

perubahan topografi karena terbentuknya lubang-lubang besar bekas galian

tambang, gangguan hidrologi, perubahan aliran permukaan, penurunan mutu

udara dengan meningkatnya debu di udara, penurunan kesuburan tanah,

berkurangnya keanekaragaman flora dan fauna serta timbulnya masalah sosial di

masyarakat sekitar lokasi penambangan.

2.1.3. Dampak Penambangan Batubara terhadap Sosial dan Ekonomi

6erbagai dampak potensial di sektor sosial dan ekonomi dapat terjadi

akibat adanya penambangan batubara di suatu wilayah, baik dampak positif

maupun dampak negatif. Berbagai dampak positif diantaranya tersedianya

fasilitas sosial qan fasilitas umum, kesempatan kerja karena adanya penerimaan

tenaga kerja, meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat sekitar tambang,dan

adanya kesempatan berusaha. Di samping itu dapat pula terjadi dampak negatif

diantaranya munculnya berbagai jenis penyakit akibat menurunnya kualitas

udara, meningkatnya kecelakaan lalu lintas, dan terjadinya konflik sosial saat

pembebasan lahan.

Melihat pertumbuhan produksi' batu bara dari tahun ke tahun yang

semakin besar, maka diperkirakan dalam jangka waktu 10 sampai 20 tahun ke

Page 16: contoh andal

-

.._,

........

-

·-

~

.._...

~.;

depan deposit batubara ini akan habis yang dapat berdampak negatif terhadap

kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar terutama masyarakat yang

menggantungkan kehidupannya pada kegiatan pertambangan, di mana mereka

akan kehilangan mata pencaharian sebagai akibat dari berhentinya beroperasi

kegiatan pertambangan.

2.2. Potensi Pertambangan Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara

Keberadaan potensi sumberdaya mineral Kabupaten Kutai Kartanegara

sangat dirasakan dalam pemanfaatannya sebagai sumber devisa negara

disamping sumberdaya alam lainnya. Secara geografis, Kutai Kartanegara

memiliki sumberdaya alam yang beraneka ragam baik yang terbarukan

(renewable resourcer) maupun sumberdaya alam yang tak terbarukan (non

renewable resources) misalnya batubara dan migas, sehingga dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan disegala bidang kehidupan

dituntut kearah yang demokratis termasuk hak mengelola sumberdaya mineral

(batubara) bagi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat di daerah sejalan

dengan perlindungan hukum dan legitimasi yang wajar.

Dari data Direktorat Batubara Departemen Energi dan Sumberdaya

Mineral telah mengidentifikasi cadangan batubara tertunjuk sebanyak 38.768 juta

MT. Dari jumlah tersebut, sekitar 11.484 juta MT merupakan cadangan terukur

dan 27.284 juta MT cadangan terindikasi, dan sekitar 5.362 juta MT yang

diklasifikasikan sebagai cadangan yang terekploitasi. Sumberdaya ini sebagian

besar berada di Kalimantan yang menyimpan deposit sebesar 61 % (21 .088 juta

MT), di Sumatera 38 % (17.464 juta MT) dan sisanya tersebar di wilayah lain.

sumber batubara (resources) sebanyak 57,8 milliar ton. Dari jumlah itu Widodo

(2005) melaporkan bahwa cadangan batubara terbesar hanya tersebar di tiga

provinsi di Indonesia yaitu Provinsi Sumatera Selatan (38 %}, Kalimantan Timur

(35 %), dan Kalimantan Selatan (26 %), (Widodo, 2005). Usaha pertambangan

batubara mempunyai prospek sebagai sektor andalan pengganti migas dalam

membangun perekonomian Kalimantan Timur di masa mendatang. Hal ini

didasarkan pada ketersecliaan sumberdaya batubara, prospek pemasaran, dan

dukungan kebijakan pemerintah daerah,

Kabupaten Kutai Kartanegara adalah salah satu kabupaten di Provinsi

Kalimantan Timur yang mempunyai potensi sumberdaya alam cukup besar

termasuk batubara. Besarnya sumberdaya alam yang dimiliki oleh Kutai

Page 17: contoh andal

.._

•-"

....__,

'-'

'-'

._,

._.,

Kartanegara, menjadikan Kabupaten ini sebagai kabupaten terkaya di Indonesia.

Terkait dengan sumberdaya alam berupa batubara, Kabupaten Kutai

Kartanegara memiliki cadangan batubara yang cukup besar. Hal tersebut

ditunjukkan oleh perkembangan produksi batubara, dimana pada tahun 2002

produksinya mencapai 7,37 juta MT dan pada tahun 2006 produksinya

meningkat dan mencapai sekitar 13,21 juta MT dan pada tahun 2007

produksinya mencapai 69,22 juta MT (Bappeda Kab. Kutai Kartanegara, 2008).

Mengingat keberadaan sumberdaya batubara sebagai sumber

keuangan negara, maka ada tuntutan dalam mewajibkan untuk dimanfaatkan

secara optimal dan diamankan dari berbagai dampak negatif seperti kerusakan

dan pencemaran lingkungan agar pembangunan dapat terus berjalan secara

berkelanjutan (Sustainable development). Oleh karena itu di dalam pelaksanaan

kegiatan pertambangan batubara atau kegiatan sektor lainnya harus dilakukan

berbagai tahapan kegiatan pengelolaan lingkungan dalam berbagai tingkatan

kegiatan aktifrtas penambangan, sehingga berbagai kemungkinan dampak­

dampak negatif tersebut dapat diminimalkan (walaupun tidak akan 100 %

menghilangkan dampak) dan meningkatkan/mengoptimalkan berbagai dampak

positif dalam menunjang kesejahteraan kehidupan msyarakat.

2.3. Metode dan Tahap Penambangan Batubara

2.3.1. Metode Penambangan Batubara

Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi

sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan umumnya membutuhkan

investasi yang besar terutama untuk membangun fasilitas infrastruktur.

Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah bahwa pasar

dan harga sumberdaya batubara ini yang sangat prospektif menyebabkan

industri pertambangan batubara dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baik

dari segi aspek fisik, perdagangan, sosial ekonomi maupun aspek politik.

Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan dua

metode yaitu (Sitorus, 2000) :

1. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining) , meliputi tambang

terbuka, penambangan dalam jalur dan penambangan hidrolik.

2. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).

Kegiatan penambangan terbuka (open mining) dapat mengakibatkan

gangguan seperti :

Page 18: contoh andal

._.1

~

-

.......

~

a. Menimbulkan lubang besar pada tanah.

b. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan

galian yang dikembalikan ke dalam lubang galian.

c. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling

dapat mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci

ke daerah hilir.

d. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang

yang ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat

bahan beracun, kurang bahan organiklhumus atau unsur hara telah

tercuci.

Sistem penambangan batubara yang diterapkan oleh perusahaan­

perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sistem

tambang terbuka (Open Cut Mining) . Penambangan batubara dengan sistem

tambang terbuka dilakukan dengan membuat jenjang (Bench) sehingga

terbentuk lokasi penambangan yang sesuai dengan kebutuhan penambangan.

Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta membuang

dan menimbun kembali lapisan penutup dengan cara back filling per blok

penambangan serta menyesuaikan kondisi penyebaran deposit sumberdaya

mineral, (Suhala eta/., 1995).

2.3.2. Tahap Persiapan Penambangan Batubara

Beberapa tahap persiapan penambangan batubara khususnya pada

penambangan terbuka (open cut mining) adalah kegiatan yang dilakukan

sebelum penambangan yang mencakup :

a. Perintisan (Pioneering)

Perintisan (Pioneering) adalah kegiatan persiapan yang mencakup

pembuatan sarana jalan angkut dan penanganan sarana air drainase (saluran).

Dalam pembuatan jalan, Iebar dan kemiringan jalan harus sesuai dengan yang

direncanakan sehinggga hambatan-hambatan dalam pengangkutan material

mineral dapat diatasi dan tingkat keamanan pengguna jalan lebih te~amin. Untuk

pembuatan jalan dapat dilakukan dengan menggunakan bulldozer.

b. Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Pembabatan (Clearing) adalah kegiatan atau peke~aan pembersihan

daerah yang akan ditambang dari semak-semak, pohon-pohon kecil dan tanah

maupun bongkahan-bongkahan yang menghalangi peke~aan selanjutnya.

Page 19: contoh andal

.........

--~

.......

..__.

-

'---'

Peralatan yang sering digunakan untuk kegiatan pembersihan tanah tambang

adalah tenaga manusia seperti gergaji , bulldozer, chainsaw, truk cungkil dan

penggaruk (ripper) . Kegiatan pembersihan lahan tambang dari vegetasi penutup

tanah dilakukan tanpa pembakaran (zero burning). Vegetasi hasil pembersihan

lahan dikumpulkan dan dirapikan bersama hasil tebangan pepohonan pada

tempat yang telah ditentukan dan diharapkan dapat menjadi sumber bahan

organik.

c. Penggalian dan Pemindaha Tanah Penutup (Overburden)

Lapisan tanah penutup merupakan lapisan tanah atau batuan yang

berada diantara lapisan tanah pucuk (top soil) dan lapisan batubara. Pengupasan

tanah penutup (Overburden) yang dilakukan pada lapisan tanah penutup

biasanya dilakukan bersama-sama dengan land clearing dan menggunakan

bulldozer dan excavator kelas V?OO sampai PC3000. Pekerjaan dimulai dari

tempat yang lebih tinggi (puncak bukit) dan tanah penutup didorong ke bawah

kearah tempat yang lebih rendah sehingga alat dapat bekerja dengan bantuan

gaya gravitasi.

Dalam penggalian lapisan penutup juga dapat digunakan bahan peledak

(blasting) apabila lapisan tanah penutup cukup keras dan tidak bias dibongkar

dengan alat mekanik lainnya.

d. Penggalian Batubara

Setelah kegiatan penimbunan lapisan tanah penutup (Overburden) ,

selanjutnya dilakukan penggalian batubara. Pekerjaan penggalian batubara ini

menggunakan peralatan berupa bulldozer 085 yang dilengkapi alat garu. Setelah

batubara dibongkar, kemudian batubara dikumpulkan dengan bulldozer yang

memiliki blade. Batubara selanjutnya dimuat dengan menggunakan excavator

untuk dimasukkan kedalam alat angkut Dump Truck HD465 dengan kapasitas 50

ton untuk diangkut keinstalasi pengolahan batubara.

Untuk menjaga lokasi bukaan tambang batubara agar tetap kering maka

di sekeliling dari lantai bukaan tambang dibuatkan saluran/parit keliling dan

sumur {sump) untuk menampung air tirisan tambang dan ditampung di settling

pond yang te/ah disediakan atau dapat memanfaatkan lubang bekas bukaan

tambang yang belum ditutup. Sedangkan untuk menghindari air run off dari tanah

penutup di atasnya, maka tiap jenjang dan lereng tanah penutup dibuat saluran

drainase.

Page 20: contoh andal

._.,

........

.........

"-

'--"

.......

e. Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara

Reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang batubara dilakukan

setelah penambangan dimulai pada pit tambang berikutnya. Kegiatan ini

bertujuan untuk memulihkan kondisi lahan sehingga mendekati kondisi awal

sebefum penambangan dilakukan. Setiadi (1999), mendefinisikan revegetasi

sebagai suatu usaha manusia untuk memulihkan lahan kritis di luar kawasan

hutan dengan maksud agar lahan tersebut dapat kembali berfungsi secara

normal, sedangkan Parotta (1993) dalam Latifa (2000), menyatakan bahwa

reklamasi dengan spesies-spesies pohon dan tumbuhan bawah yang terpilih

dapat memberikan peranan penting dalam mereklamasi hutan tropika. Reklamasi

dengan jenis-jenis lokal dan eksotik yang telah beradaptasi dengan kondisi

tempat tumbuh yang terdegradasi dapat memulihkan kondisi tanah dengan

menstabilkan tanah, penambahan bahan-bahan organik dan produksi serasah

yang dihasilkan sebagai mulsa untuk memperbaiki keseimbangan sildus hara

dalam tanah reklamasi. Selanjunya Setiawan (1993) dalam Latifa (2000),

mengemukakan syarat-syarat tanaman penghijauan ataun reklamasi sebagai

berikut:

1. Mempunyai fungsi penyelamatan tanah dan air dengan persyaratan tumbuh

yang sesuai dengan keadaan lokasi, baik iklim rnaupun tanahnya.

2. Mempunyai fungsi mereklamasi tanah.

3. Bemilai ekonomis dimasa yang akan datang dan disukai masyarakat.

4. Hasilnya dapat diperoleh dalam waktu yang tidak terlalu lama .

Kendala dalam melakukan aktivitas reklamasi lahan pasca penambangan

adalah kondisi tanah yang marginal bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi ini

secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk mengatasi

masalah tersebut maka karakteristik fisik, kimia dan biologi tanah perlu diketahui.

2.4. Kebijakan Pengelolaan Pertambangan Batubara di Indonesia

Pilihan paradigma pembangunan yang berbasis negara (state-based

resources development) mengandung konsekuensi pada manajemen

pembangunan yang bercorak sentralistik dan semata-mata berorientasi pada

pertumbuhan ekonomi, yang didukung oleh instrumen hukum dan kebijakan yang

bercorak refresif. Ada sejumlah peraturan perundangan bidang pertambangan

yang berlaku di Indonesia. Keseluruhan peraturan ini menginduk pada sebuah

undang-undang No. 11 Tahun 1967 yang biasa disebut juga dengan UU pokok

Page 21: contoh andal

._/

......-

pertambangan/1967. UU ini dikeluarkan untuk mengganti UU No. 37/Prp/ Tahun

1960 yang lahir sebagai pengganti lndischen Minjwet 1899, sebuah UU

pertambangan produk pemerintah kolonial Hindia-Belanda (Bachriadi, 1998).

Untuk mengatur pelaksanaan pengelolaan pertambangan secara formal

maka telah diterbitkan beberapa peraturan yang menyangkut dan mengatur

pengelolaan suatu kegiatan pertambangan, baik yang diterbitkan oleh

pemerintah pusat (UU, PP, Kepres, Kepmen, dll) dan juga yang diterbitkan oleh

pemerintah daerah propinsi dan kabupaten berupa perda-perda yang berkaitan

dengan pengelolaan pertambangan, Adapun peraturan perundang-undangan

tersebut antara lain ;

A. Peraturan yang menyangkut Ungkungan :

1) UU No. 11 tahun 1967 tentang Pokok-pokok Pertambangan.

2) UU No 32 tahun 2009 tentang pengendalian dan pengelolaan lingkungan

hid up

3) PP No. 27 tahun 1999 tentang Analisis mengenai dampak lingkungan

(AMDAL)

4) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001 tentang jenis rencana usaha

dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL (termasuk di

dalamnya kegiatan pertambangan Batubara)

5) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 02 tahun 2000 tentang Panduan penilaian

dokumen AMDAL

6) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 12 tahun 1994 tentang Panduan

penyusunan rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana

pemantauan lingkungan (RPL)

7) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 08 tahun 2000 tentang keterlibatan

masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL.

8) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 09 tahun 2000 tentang pedoman

penyusunan AMDAL.

9) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 02 tahun 1988 tentang baku mutu udara

am bien.

10) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 tentang baku mutu limbah

cair bagi kegiatan industri.

11) KEPRES No. 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung.

12) KEPMEN Lingkungan Hidup No. 113 tahun 2003 tentang baku mutu air

limbah cair bagi kegiatan dan/atau usaha pertambangan batubara.

Page 22: contoh andal

......,

-

-

-

_ ....

B. Peraturan yang menyangkut Ungkungan Pertambangan

1) Kepmentambeng No. 103 tahun 1989 tentang pengawasan atas pelaksanaan

rencana pengelolaan lingkungan dan rencanapemantauan lingkungan dalam

bidang pertambangan dan energi

2) Kepmentambeng No. 1211 .K tahun 1995 tentang pencegahan dan

penanggulangan perusakan dan pencemaran lingkungan pada kegiatan

usaha pertambangan umum

3) Kepmentambeng No. 1256.K tahun 1996 tentang pedoman teknis

penyusunan AMDAL untuk kegiatan pertambangan dan energi

4) Kepmen ESDM No. 1453.K tahun 2000 tentang pedoman teknis

penyelenggaraan tugas pemerintahan di bidang pertambangan umum.

5) Kep. Dirjen Tambeng No. 693.K tahun 1996 tentang pedoman teknis

pengontrolan erosi dan sedimentasi untuk kegiatan pertambangan umum

6) Kep Dirjen Tambeng No. 336.K tahun 1996 tentang Jaminan Reklamasi

Peraturan Pemerintah Daerah Yang Menyangkut Ungkungan dan Pertambangan

Peraturan pemerintah daerah menyangkut pengelolaan lingkungan dan

pertambangan, dijabarkan masing-masing oleh kepala daerah sesuia dengan

kondisi daerahnya dengan merujuk pada pertauran tentang lingkungan yang

lebih tinggi, misalnya :

1. SK Gubemur Kalimantan Timur No. 339 tahun 1988 tentang baku mutu

lingkungan hidup di Kalimantan Timur

2. Perda Kab. Kutai Kartanegara No. 09 Tahun 2003 tentang pengelolaan

kualitas air dan pengendalian pencemaran air di Kabupaten Kutai

Kartanegara.

3. SK Bupati Kutai Kartanegara No. 180.188/HK-316/2003 tentang pedoman

pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan pada kegiatan

umum di Kabupagten Kutai Kartanegara

T erkait dengan kebijakan pengelolaan pertambangan batubara,

pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang digunakan sebagai landasan di

dalam kebijakan pengusahaan batubara, yaitu :

1. Kepmen ESDM No.1128 Tahun 2004, tentang Kebijakan Batubara Nasional.

2. Perpres No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.

3. lnpres No.2 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara

yang Dicairkan Sebagai Bahan Bakar Lain ..

Page 23: contoh andal

.......

~.-

'-'

-

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara,

Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (Dep. ESDMD, 2006) melaporkan

bahwa dalam sasaran bauran energi nasional tersebut, batubara menempati

urutan pertama di dalam penggunaan energi. Hal tersebut dikarenakan oleh :

b) Sumber daya batubara cukup melimpah, yaitu 61 ,3 miliar ton, dengan

cadangan 6,7 miliar ton.

c) Dapat digunakan langsung dalam bentuk padat, atau dikonversi menjadi gas

(gasifikasi) dan cair (pencairan) .

d) Harga batubara kompetitif dibandingkan energi lain.

e) Tekn61ogi pemanfaatan batubara yang ramah lingkungan telah berkembang

pesat, yang dikenal sebagai T eknologi Batubara Bersih (Clean Coal

Technology) .

Page 24: contoh andal

...__,

._.,

-

3.1. Tujuan Penelitian

BAB Ill TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan penelitian tni adalah:

1. Mengetahui dampak sosial ekonomi bagi masyarakat terkait dengan

penambangan batubara di Kutai Kartanegara.

2. Mengetahui dampak lingkungan akibat penambangan batubara Kutai

Kartanegara.

3. Menyusun strategi penanggulangan dampak pertambangan batubara yang

perlu dilaksanakan oleh perusahaan pertambangan di Kabupaten Kutai

Kartanegara.

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian dan penyusunan laporan ini , peneliti

mengharapkan:

1. Hasil kajian ini sebagai salah satu bahan masukan bagi pihak Pemerintah

Daerah (terutama bagi stakeholders seperti, Bapedalda, Dinas

Pertambangan dan Energi, dan Badan Pengelola ljin Terpadu) untuk menilai

dampak perusahaan batubara terhadap sosial ekonomi masyarakat dan

kualitas lingkungan sehingga menjadi pertimbangan dalam pengawasan dan

pengeluaran ijin penambangan batubara.

2. Menemukan kondisi riil sosial ekonomi masyarakat sekitar tambang dan

kondisi kerusakan lingkungan alam akibat penambangan batubara

3. Adanya strategi penanggulangan dampak sosial ekonomi dan lingkungan

akibat penambangan batubara

Page 25: contoh andal

~

BABIV METODOLOGI

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada dalam wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara,.

Empat kecamatan ditetapkan sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan

Tenggarong, Tenggarong Seberang, Loa Kulu, dan Sanga-Sanga. Lokasi

penelitian disajikan pada Gambar 2. Penetapan lokasi penelitian dipilih secara

sengaja (purposive) dari 18 kecamatan, dengan pertimbangan-pertimbangan

sebagai berikut :

1. Secara geografis, merupakan kecamatan dengan tingkat kepadapat

penduduk yang tinggi dan aktivitas yang cukup ramai sehingga rentan

terhadap dampak dari kegiatan pertambangan batubara.

2. Kecamatan dengan jumlah perusahaan pertambangan batubara terbanyak

yang beroperasi.

3. Memiliki potensi lahan pertanian produktif yang besar namun terancam

kelestariannya akibat aktivitas pertambangan yang memungkinkan dilakukan

pada lahan pertanian produktif tersebut.

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Pebruari sampai dengan bulan

Nopember 2010, terhitung sejak penyusunan proposal penelitian sampai

penyusunan draft dan revisi laporan penelitian.

1

PETALOKASI PENELITIAN

Keterangan 1. Kec. Anggana 2 . Kec. Kembang Janggut 3. Kec. Kenohan 4. Kec. Kola Bangun 5. Kec. Loa janan

7. Kec Marang Kayu B. Kec. Muara Badak 9. Kec. Muara Jawa 10 Kec. Muara Kaman 11 Kec. Muara Muntai 12Kec. Muara Wis 13 Kec. Samboja

tnl 15 Kec. Sebulu 16Kec. Tabang

'9' u

! s

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Dampak Pertambangan Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara

Page 26: contoh andal

-4.2. Ruang Lingkup Kajian

Ruang lingkup kajian tentang dampak penambangan batubara terhadap

pengembangan sosial, ekonomi dan lingkungan di Kabupaten Kutai Kartanegara

secara garis besar dibagi atas lingkup wilayah dan lingkup kegiatan. Lingkup

wilayah yang dimaksud adalah wilayah studi yang akan dijadikan sebagai objek

kajian yang dalam hal ini adalah wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dengan

menetapkan beberapa kecamatan sebagai kecamatan sampel. Penentuan

kecamatan sampel dilakukan secara purposive sampel dengan pertimbangan

banyaknya perusahaan pertambangan batubara yang beroperasi pada

kecamatan tersebut.

Untuk lingkup kegiatan, adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam

penambangan batubara yang berpeluang menimbulkan dampak baik kegiatan

pada tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi, dan tahap pasca

operasi. Setiap tahapan kegiatan dalam penambangan batubara dimaksud akan

menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap kondisi ekonomi, sosial dan

lingkungan.

4.3. Kerangka Pemikiran

Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu kabupaten di

Kalimantan Timur yang memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup besar

baik sumberdaya alam terbarukan (renewble resources) seperti hutan, lahan

pertanian produktif untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan

perkebunan, dan sumberdaya alam pesisir, maupun sumberdaya alam tidak

terbarukan (unrenewable resources) seperti batubara, minyak dan gas bumi yang

terdapat di daratan dan di lautan. Potensi yang besar tersebut dapat

dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu

permasalahan terbesar dalam pemanfaatan sumberdaya alam tersebut adalah

pemanfaatan sumberdaya alam tidak terbarukan terutama batubara yang

memiliki nilai ekonomi yang besar dalam penyediaan energi seringkali

menggeser keberadaan potensi sumberdaya alam terbarukan yang ada di

atasnya.

Dari potensi sumberdaya yang ada, pertambangan batubara

merupakan faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Kutai

Kartanegara sampai saat ini. Hal ini terlihat dari tingginya sumbangan sektor

pertambangan dan penggalian terhadap peningkatan Produk Domestik Regional

Page 27: contoh andal

~-

~./

... ~

..........

Bruto (PDRB) Kabupaten Kutai Kartanegara. Di sisi lain sektor pertambangan

berpotensi paling besar menimbulkan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan.

Dampak sosial yang timbul seperti tumpang tindih penggunaan lahan, konflik

sosial antara masyarakat dengan perusahaan, sedangkan dampak ekonomi

seperti terbukanya lapangan pekerjaan, hilangnya mata pencaharian

masyarakat, terbukanya peluang berusaha. Sementara itu, pertambangan

batubara juga memberikan dampak terhadap lingkungan (ekologi) yang timbul

karena di sekitar lokasi pertambangan terjadi degradasi lahan, polusi air, udara,

kebisingan, banjir, rusaknya bentang alam dan berbagai kerusakan lingkungan.

Lainnya. Degradasi lahan akibat pertambangan mengakibatkan penurunan

kualitas sifat fisik kimia dan biologi tanah sehingga tanah pasca tambang

berubah menjadi media tumbuh yang sangat jelek yang tidak mampu untuk

mendukung pertumbuhan vegetasi atau tanaman. Adapun kerangka pikir dalam

penelitian ini disajikan pada Gambar 3 di bawah ini :

Potensi Sumberdaya Alam

• Sumberdaya Alam

Terbarukan

+ Peningkatan PDRB dan

Kesejahteraan Masyarakat

Kutai Kartanegara

I

• Sumberdaya Alam Tidak

Terbarukan

~ BATUBARA

Eksploitasi Secara Besar-Besaran

I

Gambar 3. Kerangka Pikir Kajian Dampak Pertambangan Batubara terhadap Pengembangan Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan

Page 28: contoh andal

'--'

~

4.4. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Subana (2001 ),

penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang menuturkan dan menafsirkan

data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang

terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan hasil penelitian secara jelas

dan akurat berdasarkan dukungan data yang diperoleh secara up to date.

Dalam penelitian ini, penulis berusaha mendeskripsikan atau

menggambarkan data-data yang telah diperoleh dari kuesioner, observasi,

wawancara dan penelusuran pustaka. Penelitian dirancang dalam tiga tahapan

berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Adapun tahapan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

o Tahap pertama adalah mengkaji secara mendalam dampak yang ditimbulkan

dari setiap aktivitas pertambangan batubara dilihat dari aspek sosial dan

ekonomi

o Tahap kedua adalah mengkaji secara mendalam dampak yang ditimbulkan

dari setiap aktivitas pertambangan batubara dilihat dari aspek lingkungan

o Tahap ketiga adalah menyusun strategi pengelolaan dampak terutama

dampak negatif dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan, mengurangi

potensi konflik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kajian dampak pertambangan batubara terhadap pengembangan

ekonomi, sosial, dan lingkungan di Kabupaten Kutai Kartanegara ini merupakan

penelitian yang memadukan antara penelitian yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif. Namun demikian data-data yang bersifat kualitatif diupayakan diolah

menjadi data kuantitatif sehingga dapat dengan mudah diinterpretasikan dengan

menggunakan kriteria-kriteria tertentu untuk memudahkan menjastifikasi besaran

dampak yang terjadi, seperti dengan menggunakan nilai persentasi ataupun

kriteria lainnya.

4.5. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan model pengukuran dan evaluasi terhadap

dampak penambangan batubara terhadap kondisi sosial dan ekonomi

masyarakat, maupun terjadinya kerusakan lingkungan akibat penambangan

batubara.

Berdasarkan data sekunder yang berasal dari berbagai instansi /lembaga

terkait akan dilakukan validasi atau verifikasi data sebagai sarana menyusun

Page 29: contoh andal

alternative desain pemecahan masalah yang akan dijadikan sebagai strategi

dalam mengelola dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan

batubara. Secara garis besar ada tiga pendekatan yang dapat dipakai dalam

penelitian ini, yaitu :

4.5.1. Pendekatan Ekonomi

Pendekatan ini dimaksudkan untuk menilai segi-segi biaya dan manfaat

ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar perusahaan dengan adanya kegiatan

pertambangan batubara yang beroperasi disekitar wilayahnya. Kaidah-kaidah

penilaian secara ekonomis akan diterapkan untuk mengetahui sejauh mana

manfaat ekonomi yang diperoleh masyarakat dilihat dari :

1. Pendapatan masyarakat sekitar perusahaan pertambangan batubara

2. Terbukanya lapangan pekerjaan

3. Peluang berusaha bagi masyarakat sekitar

4. Pengembangan ekonomi masyarakat oleh perusahaan melalui CSR

4.5.2. Pendekatan Sosial-Budaya

Dari sisi pendekatan sosia-budaya perlu memperhitungkan biaya manfaat

sosial (social cost) pengembangan usaha pertambangan batubara terhadap

masyarakat sekitar. Kemudahan memperoleh pelayanan dalam konteks interaksi

keruangan yang baru sebagai keuntungan maupun kerugian sosial yang mungkin

timbul terutama menyangkut tindak sinkronnya antara batas-batas wilayah milik

masyarakat, tumpang tindihnya kepemilikan lahan, besaran ganti rugi

pembebasan lahan dan tanam tumbuh, mekanisme perekrutan tenaga kerja,

pemeliharaan situs-situs budaya di lokasi penambangan, dan pemeliharaan

sarana umum seperti pengairan, dan kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan

oleh perusahaan terhadap masyarakat yang dikelola melalui Coorporate Social

Responsibility (CSR), maupun kegiatan social lainnya dalam pengelolaan dan

alokasi sumber daya tertentu yaitu pertambangan batubara oleh suatu

perusahaan

4.5.3. Pendekatan Lingkungan (ekologi)

Dari sisi pendekatan lingkungan akan mempertimbangkan besarnya

perubahan lingkungan yang akan te~adi sebagai akibat dai kegiatan

pertambangan batubara. Perubahan lingkungan tersebut dilihat dari perubahan

bentang lahan, penurunan tingkat kesuburan tanah, gangguan ekosistem

Page 30: contoh andal

sebagai dampak dari kejadian erosi dan sedimentasi yang akan mengganggu

kualitas perairan, dan peluang pemanfaatan lahan bekas penambangan

batubara baik untuk kegiatan pertanian tanaman pangan, perkebunan,

kehutanan, perikanan, dan ekowisata yang dapat dikomplementerkan dengan

kegiatan lain seperti peternakan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan

potensi ekonomi wilayah untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat

sekaligus mengurangi potensi konflik dimasyarakat.

4.6. Populasi dan Sample

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kecamaaan di Kutai

Kartanegara yakni sebanyak 18 kecamatan, yang hampir seluruh kecamatan

memiliki lokasi penambangan batubara serta seluruh masyarakat yang ada.

Sedangkan sample yang akan diambil dalam kegiatan penelitian ini adalah 4

kecamatan yakni : Kecamatan Tenggarong, Kecamatan Tenggarong Seberang,

Kecamatan Loa Kulu, dan Kecamatan Sanga-Sanga dan masyarakat pada

empat kecamatan tersebut yang akan dipilih secara acak (random) yang akan

dijadikan sebagai responden. Responden dalam penelitian ini dibedakan atas

dua yaitu responden dari masyarakat umum dan responden kunci.

Jumlah responden dari kalangan masyarakat umum pada kegiatan

penelitian ini meliputi : petani, nelayan, pelajar, ibu rumah tangga, buruh,

pedagang, pegawai negeri dll. Penentuan jumlah responden dilakukan dengan

menggunakan metode Purposive Random Sampling secara proporsional

(Walpole, 1995) dengan rumus sebagai berikut :

n, = ~ :·J n

Dimana : n = Jumlah responden N = jumlah populasi 4 kecamatan Nx = Jumlah populasi setiap kecamatan n = ukuran responden secara keseluruhan

Adapun penempatan titik-titik sampel didasarkan pada zona wilayah

yang akan dibagi dalam tiga (3) klaster yaitu klaster I, klaster II, dan klaster Ill.

Responden yang termasuk klaster I ditetapkan dengan radius sekitar 500 meter

dari lokasi penambangan, klaster II dengan radius 500 - 1500 meter dan klaster

Ill dengan radius lebih dari 1500 meter.

Page 31: contoh andal

Sedangkan jumlah responden kunci dipilih secara sengaja (Purposive

Sampling). Responden yang dipilih memiliki pengetahuan dan keahlian sesuai

dengan bidang yang dikaji. Beberapa pertimbangan dalam menentukan

responden kunci yang akan dijadikan responden, menggunakan kriteria seperti

berikut:

1. Mempunyai pengalaman yang kompeten sesuai dengan bidang yang dikaji

2. Memiliki reputasi, kedudukan/jabatan dalam kompetensinya dengan bidang

yang dikaji

3. Memiliki kredibilitas yang tinggi, bersedia, dan atau berada pada lokasi yang

dikaji

4. 7. Variabel Penelitian

Secara teori, definisi variabel penelitian adalah merupakan suatu objek,

atau sifat, atau atribut atau nilai dari orang, atau kegiatan yang mempunyai

bermacam-macam variasi antara satu dengan lainnya yang ditetapkan oleh

peneliti dengan tujuan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.

Pada bagian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik­

titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan hubungan

antar variabel, maka variabel tersebut dapat berupa variabel dependen (terikat)

dan variabel independent (variabel bebas). Variabel terikat merupakan variabel

yang besarannya tergantung dari besaran variabel independen (bebas). Adapun

variabel bebas dimaksud adalah kegiatan-kegiatan atau proses berlangsungnya

pertambangan batubara yang cenderung menimbulkan dampak. Dampak

tersebut dapat muncul pada setiap tahapan kegiatan pertambangan batubara

mulai dari tahap pra konstruksi, kontruksi, operasi dan pasca operasi.

Sedangkan variabel terikat adalah dampak yang timbuk akibat kegiatan

pertambangan batubara. Dampak ini berupa dampak negatif dan dampak positif

yang dilihat dari berbagai aspek yaitu aspek fisik-kimia (lingkungan), sosial­

ekonomi dan budaya masyarakat

a. Variabel dampak terhadap sifat fisik dan kimia lingkungan, antara lain :

(1) Degradasi (kerusakan) lingkungan akibat pembongkaran batubara

dengan metode open pit

(2) Pencemaran lingkungan akibat limbah-limbah yang dihasilkan oleh

aktivitas pertambangan.

Page 32: contoh andal

b. Variabel dampak terhadap kondisi sosial ,ekonomi dan budaya masyarakat,

antara lain

( 1) Sikap dan persepsi masyarakat dengan adanya kegiatan pertambangan

batubara

(2) Kehilangan dan terbukanya lapangan pekerjaan

(3) Terbukanya peluang usaha

(4) Konflik sosial antar mansyarakat dengan perusahaan

(5) Kegiatan Coorporate Social Responsibility (CSR)

c. Variabel dampak terhadap kondisi biologi, atara lain :

(1) Terjadinya degradasi vegetasi oleh kegiatan pembukaan lahan

(2) T erganggunya keanekaragaman hayati terutama flora dan fauna

terutama yang dilindungi

Dari kedua variabel di atas, yakni variabel dependen dan variabel

independen, dalam analisis, hubungan antara keduanya tidak dimasukkan dalam

model staistik yang kita gunakan. Artinya tidak dihitung seberapa besar

terjadinya perubahan yang disebabkan oleh variabel independen (bebas) ini,

akan memberi peluang terhadap perubahan variabel dependen (terikat) sebesar

koefisien (besaran) perubahan dalam variabel independen, tetapi hanya

dideskripsikan bahwa setiap kegiatan yang ber1angsung dalam penambangan

batubara akan menimbulkan dampak baik dampak positif maupun dampak

negatif terhadap kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat di

sekitarnya.

Untuk rnengukur besamya dampak yang muncul baik dampak positif

maupun dampak negatif, digunakan berbagai indikator, antara lain :

1. Dampak yang terikat dengan tingkat pencemaran lingkungan seperti

penurunan kualitas air, kualitas udara ambient, dan kebisingan mengacu

kepada tingkat baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan, antara lain

(Wardana, 2004) ;

a. Kualitas air mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001

tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air

b. Kualitas udara mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun

1999 tentang pengendalian pencemaran udara, SK MenLH Nomor 13

tahun 2005 dan SK Menaker Nomor 51 tahun 1999 tentang nilai ambang

batas debu ditempat kerja

Page 33: contoh andal

~

c. Kebisingan mengacu pada Kepmen LH No. 48 Tahun 1996 Tentang ;

Baku Tingkat Kebisingan

d. Laju erosi mengacu pada tingkat bahaya erosi (TBE) yang ditetapkan

oleh Sitanala Arsyad tahun 2000 (Konservasi Tanah dan Air)

2. Dampak yang terkait dengan tingkat kondisi sosial dan ekonomi masyarakat ;

a. Tingkat persepsi dan sikap masyarakat mengacu pada persentase sikap

dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan pertambangan batubara

b. Potensi konflik sosial dilihat dari intensitas konflik yang terjadi antara

masyarakat di sekitar perusahaan dengan perusahaan itu sendiri

c. Lapangan pekerjaan mengacu pada perbandingan persentase tenaga

kerja yang diterima antara tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja non

lokal

d. Pendapatan masyarakat diukur dari tingkat pendapatan masyarakat

sebelum dan sesudah pertambangan batubara beroperasi

e. Terbukanya peluang usaha diukur dari banyaknya peluang usaha yang

terbuka bagi masyarakat sekitar dengan adanya aktivitas pertambangan

batubara

f. Penyediaan sarana dan prasarana, serta bantua sosial kepada

masyarakat diukur dari banyaknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

perusahaan melalui CRS (Coorporate Social Responsibity) yang ada.

3. Dampak yang terkait dengan kondisi biologi :

a. Degradasi vegetasi yang terdapat di areal penambangan batubara diukur

dari penurunan jumlah dan populasi vegetasi dan luas daerah pada are~l

yang ditambang

b. Terganggunya keanekaragaman hayati diukur dari tingkat kepadatan,

keragaman, dan frekuensi kepeberadaan satwa yang ada di lokasi proyek

penambangan batubara

4.8. Metode Analisis Data

4.8.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian dampak pertambangan

batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer bersumber dari hasil survei langsung di lokasi studi dan

hasil penjajakan dengan menggunakan kuisioner kepada responden terpilih.

Page 34: contoh andal

_,

Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait di Kabupaten Kutai

Kartanegara seperti Kantor Kecamatan dan Desa atau Kelurahan, Bappeda,

Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Pertanian, Dinas perkebunan, dan

dinas/instansi lainnya dalam lingkup SKPD Kabupaten Kutai Kartanegara.

4.8.2. Teknik pengumpulan data.

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan berbagai teknik

pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan

kuisioner, observasi, dan wawancara mendalam kepada responden yang

ditentukan dengan teknik random (acak), serta studi literatur.

a. Kuisioner, dilakukan melalui penyebaran angket atau daftar pertanyaan yang

tersedia relevan dengan masalah yang diteliti. Kuisioner dimaksudkan untuk

memperoleh data yang objektif terkait dengan dampak kegiatan

penambangan batubara baik yang bersifat pengembangan ekonomi, potensi

dan penanganan konflik sosial, maupun ancaman kerusakan lingkungan.

Adapun penyebaran angket kepada responden berjumlah 250 responden dari

4 kecamatan yang menjadi sampel kegiatan penelitian.

b. Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dan informasi yang

dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala, peristiwa dan aspek-aspek yang diteliti di lokasi penelitian.

Observasi ini akan dilakukan pada empat wilayah studi untuk mengetahui

secara Jangsung kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan sekitar

pertambangan batubara.

c. Wawancara mendalam (indepth interview) yaitu mengumpulkan data dan

informasi dengan melakukan wawancara secara langsung berdasarkan

pedoman yang telah disusun sebelumnya dengan pihak yang berkompeten

dan berwenang terkait masalah yang diteliti antara lain:

o Kepala Dinas Pertambangan dan Energi

o Badan Lingkungan Hidup Daerah Kutai Kartanegara

o Pimpinan perusahaan pertambangan batubara

o Dekan Fakultas Teknik Geologi Pertambangan

o T okoh Masyarakat.

o LSM

d. Studi Literatur, mengumpulkan data dengan mempelajari, menelaah dan

menganalisa data literatur, dokumen, peraturan serta referensi lainnya yang

Page 35: contoh andal

._;

~--

erat kaitannya dengan masalah yang diteliti. Adapun buku literatur yang

diperlukan antara lain:

~ Data BPS Kutai Kartanegara

~ Data Dinas Pertambangan Kutai Kartanegara

~ Data BLHD Kutai Kartanegara

~ Data Bappeda Kutai Kartanegara

4.8.3. Teknik Pengolahan Data

Dalam studi ini menggunakan metode deskriptif. Analisis deskriptif

(Deskriftive Analysis) diartikan sebagai ana/isis untuk menje/askan dan

menggambarkan suatu kondisi dari objek yang dikaji. Analisis deskriptif dilakukan

dengan cara mengumpulkan berbagai informasi terkait kegiatan pertambangan

batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara dan dampaknya terhadap masyarakat

sekitar baik dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan, serta strategi pengelolaan

dampak. Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan digunakan metode

triangulasi yang merupakan perpaduan antara studi literatur, observasi lapangan,

dan penyebaran kuisioner. Observasi lapangan dilakukan untuk mencocokkan

beberapa data yang diperoleh dari hasil studi literatur dengan kenyataan yang

terjadi di /apangan. Sedangkan penyebaran kuisioner di/akukan untuk menjaring

informasi dari masyarakat terutama persepsinya dalam kegiatan pertambangan

batubara di wilayahnya dan dampak yang ditimbulkannya.

a. Data kualitatif dan kuantitatif akan dianalisa melalui pendekatan isi dan

kedalaman menterjemahkan suatu fenomena berdasarkan standar

persentase.

b. Sedangkan data kuantitatif akan dikategorikan, diklasifikasi dan diolah

sebagai dasar pengukuran dan analisis untuk memberikan penjelasan dan

penilaian terkait dengan dampak penambangan batubara di wilayah Kutai

Kartanegara baik yang bersifat pengembangan sosial-ekonomi masyarakat

maupun yang bersifat ancaman kerusakan lingkungan.

Data sekunder yang diperoleh akan dijadikan sebagai data menganalisa

dampak penambangan batubara di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.

mengenai data kondisi sosial ekonomi, meliputi :

1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), menggunakan rumus:

r AK TPAK=----X 100%

r PUK

Page 36: contoh andal

'--

--

........

2. Kesempatan Kerja (KK) menggunakan rumus :

r. AK yang bekerja KK = X 100%

r. AK

3. Pendapatan per kapita ( PPK) menggunakan rumus :

PRT PPK = ---

ART Keterangan :

AK = Angkatan Kerja (PUK yang bekerja dan mencari pekerjaan) PUK = Penduduk Usia Ke~a (Penduduk berusia 15 tahun ke atas) PRT = Pendapatan rata-rata per rumah tangga ART = Rata-rata jumlah anggota rumah tangga (RT)

3. Sikap dan persepsi masyarakat di sekitar perusahaan di lakukan survey

lapangan dengan melakukan wawancana dan pengisian kuisioner terhadap

responden sampel. Metode pengumpulan data, analisis data sosial, seperti

pada T abel 1 .

T abel 1. Metode Pengumpulan data, analisis data social dan ekonomi

Parameter Met ode Peralatan Pengumpulan Data Analisis Data

Sikap dan Observasi, Tabulasi dan Kuisioner/ daftar Persepsi wawancara, dan Grafikltabel is ian

pengumpulan data sekunder

------ - ----- - ------ --

Untuk karakteristik lingkungan dan komponen biologi, walaupun hanya

didukung dari data sekunder dari perusahaan batubara yang melakukan proses

analisis, namun untuk memperoleh data tersebut, menggunakan berbagai

macam metode analisis, antara lain :

1. Kualitas perairan menggunakan metode analisis laboratorium yang

berpedoman pada Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 , dengan

parameter fisik dan kimia kualitas air seperti pada Tabel2.

Tabel 2. Daftar parameter fisik dan kimia lingkungan perairan

No. Parameter Satuan Metode Analisis I, Fisika

2 Residu Terlarut (TDS) mg/1 Gravimetri 3 Residu Tersuspensi (TSS) mg/1 Gravimetri 4 Kekeruhan NTU Secchi disk 5 Wama TCU Spektrofotafinetri I

7 Debu mg/1 Gravimetri I

II, KIMIA 1 I so2 I ppm I Pararosanilin

Page 37: contoh andal

-

~

'""'

2 N02 mg/1 Spektrofotometri No. Parameter Satuan Metode Analisis 3 HC ppm Flame Ionization 4 co ppm NDIR 5 NH3 mg/1 Spektrofotometri 6 Ph mg/1 Potensiometri 12 BOD mg/1 Titrimetri 13 COD mg/1 Titrimetri 14 DO mg/1 Titrimetri 15 TotaiPhospatsebagaiP mg/1 Spektrofotometri 16 Nitrat sebagai N mg/1 Spektrofotometri 19 Nitrit sebagai N mg/1 Spektrofotometri 21 Fecal Coliform MPN/100 ml MPN atau Filtrasi 22 Total Coliform MPN/100 ml MPN atau Filtrasi 23 Minyak dan Lemak IJQ/L Spektrofotometri

Sumber : Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kab. Serang, 2007.

2. Kualitas Udara dan Kebisingan. Analisis kualitas udara dilakukan dengan

mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang

pengendalian pencemaran udara, sedangkan kebisingan diukur dengan

menggunakan metode pembacaan skala pada alat sound level meter.

Adapun metode analisis data untuk kualitas udara dan kebisingan seperti

pada Tabel3.

Tabel3. Metode Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Parameter Komponen Kualitas Udara dan Kebisingan

No. Parameter Satuan Metode Pengumpulan Data Analisis Data

A Kualitas Udara 1. so2 Ppm Analisis Lab Pararosanilin

co Ppm Analisis Lab NDIR NOx Ppm Analisis Lab Saltzman Debu Ug/m3 Analisis Lab Gravimetric

B Kebisingan Kebisingan dB (A) Pengukuran Pembacaan

Langsung Skala

Peralatan

Sound Level Meter

3. Erosi Tanah diukur dengan menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss

Equation) oleh Weischmeir W. H dan Smith (1978) dengan rumus:

A=RxKxLxSxCxP

Page 38: contoh andal

...._,

~ ~

........

Dimana : A = Dugaan erosi tanah (ton/ha/tahun R = lndeks erosivitas hujan K = lndeks Erodibiltas tanah L = Faktor Panjang lereng S = Faktor kemiringan lereng C = Faktor pengelolaan tanaman P = Faktor konservasi tanah

4. Beban sedimen diukur dengan menghitung besamya sedimentasi yang

te~adi dengan menggunakan rumus :

as= 0,0864 X a XC

Dimana : Qs = Beban sedimen (ton/hari)

C =Rata-rata sedimen (mglliter)

a =Debit aliran air (m3/detik)

5. Vegetasi/flora darat dihitung dengan menggunakan lndeks Nilai Penting (INP)

yang merupakan penjumlahan relatif dari ketiga parameter, yaitu :

a. Kerapatan relatif (KR) = K~rapatan dari suatu jenis x 100 %

Kerapatan seluruh jenis

b. Frekuensi relatif (FR) = Frekuensi dari suatu jenis x 100 %

Frekuensi seluruh jenis

c. Dominasi Relatif = Dominasi dari suatu jenis x 1 00 %

Dominasi seluruh jenis

4.9 Pembentukan Tim Peneliti

Tim Pengarah

Tim Peneliti

1. Kementerian Negara Riset dan T eknologi Deputi Sipteknas

2. Pit. Kepala Balitbang Depdagri

1. Dr. lr. lnce Raden, MP : Ketua merangkap anggota

: Anggota 2. Dr. lr. Thamrin, MP

3. M. Soleh Pulungan, S.Pd., MH : Anggota

4. Moh. Dahlan, SE, M.Si : Anggota

Page 39: contoh andal

Tabel 4. Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan 2 3 4 I. PERSIAPAN

1. Penyusunan TOR dan Studi Literatur r-2.Koordinasi dengan lnstansi Terkait -3.Rapat-Rapat Tim ... -

II PELAKSANAAN 1. Pengumpulan Data/Observasi .. 2.Tabulasi Analisis Data 3.Penyusunan Laporan Awal

Ill PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR 1. Penyusunan draft Laooran 2.Revisi Laporan 3. Evaluasi dan Diskusi 4. Seminar dan Revisi Laporan Akhir

r \

5

••

BULAN 6 1

.. ..

8

"Ia

9 10

.. • ..

, \

32

11

-• I

Page 40: contoh andal

BABV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil observasi, survey, dan wawancara sebagai data

primer dan data sekunder dari berbagai sumber untuk mengkaji berbagai

dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan aktifrtas perusahaan pertambangan,

diperoleh hasil analisis berbagai dampak di bidang ekonomi, sosial, dan

lingkungan akibat kegiatan pertambangan di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Adapun dampak tersebut diuraikan di bawah ini

5.1 Dampak kegiatan pertambangan terhadap ekonomi masyarakat

Berdasarkan hasil kajian ditemukan bahwa kehadiran perusahaan batu

bara di wilayah Kutai Kartanegara membawa dampak positif di bidang ekonomi

diantaranya dapat meningkatkan pendapatan per bulan masyarakat sekitar

pertambangan. Hasil analisis pada Tabel5 menunjukkan bahwa sebelum adanya

usaha pertambangan penghasilan per bulan penduduk tertinggi (57.14%)

berkisar Rp. 1000000 s/d 2000000, setelah adanya usaha pertambangan terjadi

peningkatan penghasilan per bulan penduduk setempat yaitu Rp 2000000-

3000000 (33.75 %), 3000000-4000000 (11,87 %), dan di atas 4000000 (8.12%).

Data tersebut memberikan indikasi bahwa terjadi pergeseran pendapatan

penduduk sekitar usaha pertambangan yang tadinya terkonsentrasi pada nilai

satu s/d dua juta per bulan terdisribusi ke tingkat yang lebih tinggi.

Tabel5. Pendapatan per bulan sebelum dan sesudah ada perusahaan tambang batubara

NO Pendapatan per bulan (Rp) Penghasilan Per Bulan (%) Sebelum Sesudah

1 > 4,000,000 1.78 8.12 2 3000000-4000000 4.76 11.87 ·----3 2000000-3000000 14.28 33.75 4 1 000000-2000000 57.14 35.62 5 500000-1 000000 16.07 10.00 6 < 500000 2.38 0.62 7 Pengangguran 3.57 0

Sumber data diolah dari kuesioner 2010

Peningkatan pendapatan temyata berkorelasi positif dengan rata-rata

pengeluaran per bulan masyarakat sekitar pertambangan batubara. Berdasarkan

Page 41: contoh andal

~

.........

hasil penelitian (Tabel 6) menunjukkan bahwa ada kenaikan 14.55 %

pengeluaran (belanja) yang dilakukan oleh penduduk setempat.

Tabel6. Pengeluaran setiap bulan sebelum dan sesudah ada perusahaan

Rata-rata pengeluran sebelum dan Kabupaten sesudah ada perusahaan (Rp) %

Sebelum Sesudah Kutai

KartaneQara 1,403,000 1,642,000 14,55 Sumber data yang dioleh dari kuesioner 2010

Peningkatan pendapatan ini disebabkan oleh adanya penerimaan tenaga

ke~a yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional.

meliputi tenaga managerial, teknis tambang, teknis operasional dan tenaga kerja

pendukung. Salah satu contoh kasus berikut ini disajikan salah satu contoh

jumlah kebutuhan tenaga kerja yang akan direkrut oleh salah satu perusahaan

batubara yaitu PT. Anggana Coal yang berioperasi di Kecamatan Loa Kulu

Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan data sebagai berikut :

Tabel7. Kebutuhan Tenaga Kerja PT. Anggana Coal untuk Operasional Tambang Batubara di Kecamatan Loa Kulu

No. Deskripsi K~butuhan Tenaga Kerja Jumlah (orang)

A Manajemen 1 Project Manager 1 2 Mine Manager 1 3 Plant & Machinery Manager 1 4 Mine Operation Manager 1 5 Safety Manager 1 6 Marketing Manager 1 7 Coal Prep. Plant Manager 1 8 Finance & Administrasi Manager 1 9 Secretary 1

Jumlah : 9 B K3 dan Coorporate Social Responsibity (CSR) 1 HRD 2 2 Accountant 2 3 Administration Personil 3 4 Information Tech. Engineer 1 5 Staff K3 1

----- -- ----- ··------------

9 B K3danCoo rate Social Res nsibi 6 Staff Community Development/CSR 1 7 Staff Lingkungan 1 8 Secretary 1 9 Security Guard 6 10 T enaga Medi~{ dokter) 1

~--------

Page 42: contoh andal

'

.......-

..........

.........

'---'

..}.)

11 Paramedis (perawat) 2 Jumlah : 12

c Perencanaan dan Enggineering Mine Engineer 2 Safety Personil 3 Projek Engineer 1 Geologist 1 Computer Analist 1 Technical Drafting 1 Surveyor 2 Secretary 1 Clerk/Helper Surveyor 2

Jumlah : 14 D Administrasi dan Keuangan 1 Accounting Staff 1 2 Secretary 1 3 Clerk 1

Jumlah : 3 E Operasi 1 Production Surveyor 1 2 Foreman 3 3 Heavy Equipment Operator 44 4 Ugh Equipment Operator 10 5 Cheker 6

Jumlah : 65 F Perawatan Dan Logistik 1 Engineer 2 2 Mechanics 4 3 Electrician 2 4 Welder 3 5 Parts Counter 4 6 Unskilled Laborer 12

Jumlah : 27 G CPP 1 Kepala Bagian 1 2 Teknisi 4 3 Staff adminsitrasi 4 4 Enggineering dan Analist 1 5 Quality Control 1 6 Helper 4

Jumlah : 15 L__ - - --

Jumlah Total : 151 Sumber : PT. Anggana Coal, 2010

Operasiona/ penambangan batubara, PT. Anggana Coal membutuhkan

tenaga kerja sebesar 151 orang. lni berarti akan memberikan kesempatan kerja

kepada penduduk lokal. Diketahui jumlah penduduk usia 16 - 55 tahun di sekitar

lokasi perusahaan sebanyak 5.435 jiwa dan jumlah pengangguran sebanyak 871

jiwa, maka tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), sebesar:

I

I I

Page 43: contoh andal

~

~-

._.J

....__,

'--"'

Dimana:

Maka :

L AK TPAK =----X 100%

L PUK

AK = Angkatan Kerja (PUK yang mencari pekerjaan) PUK = Penduduk Usia Kerja (Penduduk berusia 15 tahun ke atas)

871 TPAK= X 100%

5.435

= 0,1601 = 16,02%

Karena PT. Anggana Coal merekrut tenaga kerja sebanyak 151 orang dengan

asumsi bahwa 80 % atau sebanyak 121 orang tenaga kerja berasal dari tenaga

kerja lokal yang belum bekerja, maka PT. Anggana Coal akan mengurangi

tingkat pengangguran atau memberikan kesempatan kerja (KK) bagi penduduk

lokal sebesar :

871 - 121 KK= - X 100%

5.435

= 0,1379 = 13,79%

Dengan demikian kesempatan kerja (KK) = 16,02%-13,79% = 2,23%

Perekrutan masyarakat lokal untuk bekerja di pertambangan batubara

diharapkan akan meningkatkan pendapatan mereka yang pada akhimya akan

berpengaruh pada tingkat pendapatan perkapita keluarga pekerja tambang .

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan terhadap pendapatan masyarakat

setelah ada aktivitas pertambangan batubara menunjukkan adanya peningkatan

secara umum dari pendapatan sekitar .± Rp 1.000.000,- meningkat menjadi

sekitar .± Rp 2.000.000,- Dengan jumlah anggota keluarga rata 3 orang per

kepala keluarga (KK), maka tingkat pendapatan perkapita (PPK) masyarakat di

sekitar tam bang batubara sebesar :

PRT PPK =

ART

Page 44: contoh andal

..__

...__

~

~

Jl

Dimana :

PRT = Pendapatan rata-rata per rumah tangga ART = Rata-rata jumlah anggota rumah tangga (RT)

Rp. 2000.000 PPK = ---------

3 = Rp. 666.666,- (Enam Ratus Enam Puluh Enam Ribu Enam

Ratus Enam Puluh Enam Rupiah per kapita)

Selain faktor adanya penyerapan tenaga kerja lokal yang beke~a di

perusahaan, peningkatan penghasilan per bulan yang diterima oleh masyarakat

disebabkan pula oleh adanya peluang usaha bagi masyarakat yang berada

disekitar aktifitas pertambangan. Berdasarkan data Tabel 8 menunjukkan bahwa

72.26 % responden menjawab bahwa kehadiran perusahaan membuka peluang

usaha bagi penduduk setempat.

Warung sembako, rumah sewaan, dan warung makan adalah 3 peluang

usaha yang paling dominan yang dilakukan oleh masyarakat secara berturut­

turut presentasenya 20.76%, 19.48 %, dan 15.33 %.

Tabel8. Peluang usaha yang dapat dikembangkan masyarakat akibat adanya perusahaan

A. Peluang usaha yang dikembangkan 72.26% a Warung Makan 15.33 b Warung Sembako 20.76

c Counter Pulsa 11 .18

d Berdagang hasil pertanian (sayuran/buah-buahan) 6.38 e Rumah sewaan/kontrakan 19.48 f Jasa katering perusahaan 5.11 g Bibit penghijauan 2.55 h Jasa pencucian pakaian I Laundry 5.11 i Usaha isi air ulang 7.34 j Usaha petemakan 2.87 k Jasa angkutan karyawan 3.83 B. Tidak ada peluang usaha 18.97%

c. Tidak tahu 8.76% Sumber data yang dioleh dari kuesioner 2010

I

Berdasarkan data-data aktual tersebut menyebabkan 51 .76% responden

(Tabel9) memberikan jawaban bahwa keberadaan perusahaan pertambangan di

wilayah Kutai Kartanegara memberikan kondisi ekonomi yang lebih baik kepada

Page 45: contoh andal

........

.........

masyarakat Kutai Kartanegara dibandingkan sebelum ada aktifitas

pertambangan.

Tabel9. Kondisi ekonomi masyarakat akibat adanya perusahaan batubara

NO Kondisi ekonomi masyarakat %

a Lebih baik 51.76

b Sarna saja 29.41

c Lebih buruk 14.12

d Tidak tau 4.71 Sumber data yang dioleh dari kuesioner 2010

5.2. Dampak kegiatan pertambangan terhadap kehidupan sosial masyarakat

Kajian darnpak keberadaan perusahaan pertambangan batubara

terhadap kehidupan sosial masyarakat diarahkan ke bentuk proses sosial yang

terjadi di masyarakat Kutai Kartanegara. Secara asosiatif terjadi ke~asama dan

akomodatif antara suku pendatang (yang bekerja diperusahaan dengan suku

asli) dan secara disosiatif juga terjadi persaingan dan konflik

Dampak positif yang ditunjukkan oleh bidang ekonomi akibat adanya

usaha pertambangan ternyata berbanding terbalik dengan dampaknya di bidang

sosial. Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konflik

sebelum dan sesudah adanya usaha pertambangan. Peningkatan konflik ini yang

tadinya terbesar masuk dalam kategori tidak pemah (52.69%) dan pemah (1 kali

dalam setahun) meningkat menjadi 2-3 kali setahun (28.74 %), 4-5 kali setahun

(14.37 %) dan sangat sering (12.57 %) setelah adanya aktifitas pertambangan di

wilayah Kutai Kartanegara.

Tabel10. Pengaruh kehadiran perusahaan batubara terhadap konflik

Kejadian konflik antara masyarakat dan NO perusahaan Persentase (%)

Sebelum Sesudah

a Sangat sering 1.79 12.57

b Sering (4-5 kali setahun) 5.98 14.37

c Kadang-kadang (2-3 kali setahun) 13.77 28.74

d Pemah (1 kali) 25.74 22.15

e Tidak Pernah 52.69 22.15 Sumber data yang dioleh dari kuesioner 2010

Konflik antara masyarakat dan masyarakat dengan perusahaan sebagian

besar dipicu oleh ketidakpuasan masyarakat sekitar dengan masalah limbah

(28.65 %) yang dikelolah oleh perusahaan sehingga keberadaanya mengganggu

i I

Page 46: contoh andal

---

........

........

~

~

........

'-'

'--

'--

J7

sumber air minum dan kebutuhan mencuci. Rendahnya jumlah tenaga ke~a lokal

yang diterima bekerja di perusahaan (26.07 %), dan masalah ganti rugi lahan

dan tanaman (18.62%) milik masyarakat sekitar proyek eksploitasi pertambangan

sebagaimana disajikan oleh Tabel11 .

Tabel11. Penyebab terjadinya konflik antara masyarakat-peruahaan

Penyebab konflik antara masyarakat-No. perusahaan %

a Masalah tenaga kerja lokal 26.07

b Masalah ganti rugi lahan dan tanaman 18.62

c Masalah tumpang tindih lahan 11.46

d Masalah limbah 28.65

e Masalah pemberdavaan masvarakat (Comdev) 8.59

f Tidak tahu 6.59 Sumber data yang dioleh dari kuesioner 2010

Selain membawa dampak terhadap meningkatan konflik di masyarakat,

kehadiran perusahaan batubara di Kutai Kartanegara juga mempengaruhi prilaku

gotong royong terutama partisipasi masyarakat dalam mengikuti kerja bakti

mengalami penurunan paling besar, yaitu 31 .34 % (Tabel 12) diikuti oleh

kegiatan keagamaan (22.38 %). Kondisi tersebut, berbanding terbalik dengan

sumbangan masyarakat untuk kegiatan sosial semakin lebih baik.

Waktu kerja di perusahaan batubara sejak pagi hari sampai sore hari

bahkan adanya kerja lembur adalah sebagai pemicu te~adinya dampak

keikutsertaan masyarakat untuk kegiatan kerja bakti semakin menurun

(berdampak negatif). Disisi lain, meningkatnya jumlah penghasilan per bulan

semakin mendorong masyarakat untuk ikut serta memberikan sumbangan­

sumbangan untuk membiayaan kegiatan-kegiatan sosial.

Tabel12. Perubahan prilaku gotong royong akibat kehadiran pertambangan batubara

Prilaku gotong royong dan partisipasi Pengaruh adanya NO masyarakat perusahaan

dalam kegiatan sosial Sebelum Sesudah a Kematian Baik 20.89 b Kerja bakti Baik 31.34 c Kegiatan keagamaan Baik 22.38

d Sumbangan sosial mas}'arakat Baik 7.46

e Siskamling Baik 17.91

Page 47: contoh andal

.........

'--

.__

......

.........

........

'--'

........

.....

~

'--

~

~v

Akan tetapi pada saat responden diperhadapkan dengan pertanyaan

kondisi sosial masyarakat secara keseturuhan sebagian besar memberikan

jawaban bahwa kondisi sebelum dan sesudah ada perusahaan pertambangan

batubara kondisi sosial masyarakat sama saja (38.95 %) kemudian diikuti lebih

buruk 31 .39% sebagaimana disajikan pada Tabel13.

Tabel13. Perubahan kondisi sosial masyarakat

No Perubahan kondisi sosial %

a. Lebih baik 17.44

B Sarna saja 38.95

c Lebih buruk 31 .39

D Tidak tau 9.88

5.3. Dampak kegiatan pertambangan terhadap lingkungan

Kegiatan pertambangan di wilayah Kutai Kartanegara membawa dampak

negatif terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa

persentase menurunnya kualitas air, yaitu keruhnya air sungai, merupakan

dampak yang memiliki persentase tertinggi, yaitu 19,19% yang diakibatkan oleh

kegiatan pertambangan batubara . Kemudian diikuti terjadinya peningkatan debu

(18.98 %) dan peningkatan kebisingan (15.35 %) sebagaimana disajikan pada

Tabel14. ke tiga dampak negatif ini langsung dirasakan oleh masyarakat akibat

dari aktifitas pertambangan di Kutai Kartanegara.

Tabel14. Kerusakan lingkungan akibat adanya aktifitas pertambangan batubara

No. Kondisi kerusakan lingkungan %

A Air sungai menjadi keruh 19.19

B Penyebab te~adinya banjir 13.53

c Terjadi Peningkatan debu 18.98

D Peningkatan kebisingan 15.35

E Masuknya limbah tambang ke Jahan pertanian 10.7

F Rusaknya jalanan umum 13.53

G Adanya lubang tambang tanpa ditutup 8.68 Sumber data Primer 2010

Jika dikaji lebih mendalam, persentase kondisi kerusakan lingkungan

yang lainnya juga mendapatkan penilaian yang tinggi dari masyarakat

diantaranya ekploitasi batubara membawa dampak terhadap terjadinya banjir,

masuknya limbah tambang ke lahan pertanian, rusaknya jalanan umum akibat

mobilisasi bahan dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dan

i

i

'

Page 48: contoh andal

.__.

-...._

"--'

........

.......

adanya lubang tambang yang tidak dapat ditutup kembali oleh perusahaan. Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Zulkiflimansyah (2007) yang

menyatakan bahwa pertambangan batu bara membawa dampak negatif

terhadap pencemaran air, erosi dan sedimentasi tanah, Selanjutnya Suhada et

a/. (1995) menyatakan bahwa pertambangan batubara membawa dampak

negatif terhadap lingkungan karena merubah topografi,dan bentang alam serta

meninggalkan lubang-lubang besar bekas galian tambang.

Berdasarkan struktur geologi. bentuk dan karakteristik lapisan batubara

serta lapisan penutupnya (kedalaman tanah penutup) di Kebupaten Kutai

Kartanegara, menunjukkan bahwa metode penambangan batubara yang

memungkinkan dapat diterapkan adalah sistem tam bang terbuka (open pit)

dengan menggunakan peralatan seperti backhoe, dump truck yang dibantu

dengan bulldozer sebagai alat garu dorong material galian. Kegiatan

pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) ini, pertama kali

akan membuka vegetasi/pohon-pohonan, menggali tanah dibawahnya, dan

meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi. Untuk memperoleh bijih

tambang, permukaan tanah dikupas dan digali menggunakan alat-alat berat

seperti buldoser dan backhoe yang memberikan peluang yang besar terhadap

munculnya dampak negatif terhadap lingkungan.

Kegiatan penambangan batubara secara terbuka tersebut temyata

berdampak terhadap perubahan bentang alam dari kondisi asalnya. Perubahan

ini terjadi oleh aktivitas pengupasan tanah pucuk (top soif) dan tanah penutup

(sub soif). Pengupasan tanah pucuk dilakukan pada lahan yang potensial untuk

dilakukan penambangan dengan menggunakan bulldozer. Tanah pucuk yang

dikupas sedalam lapisan top soil yaitu sekitar 50 em dari permukaan tanah.

Tanah tersebut selanjutnya diangkut dan ditimbun pada tempat yang telah

dtentukan (top soil area) dengan menggunakan truck.

Setelah dilakukan pengupasan tanah pucuk, selanjutnya dilakukan

pengupasan tanah penutup (overburden I sub soif) yang terletak di atas lapisan

batubara. Apabila terdapat lapisan batuan yang keras pada saat pengupasan

tanah penutup ini, maka pengupasannya dilakukan dengan bantuan peledakan

(blasting) untuk menghancurkan batuan yang keras dan selanjutnya ditimbun

pada tempat penimbunan tanah penutup yang telah ditentukan dan nantinya

akan dikembalikan pada lubang bekas penambangan pada saat kegiatan backfill.

Setelah dilakukan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup, maka

Page 49: contoh andal

._

.__,

-..~

~

.........

~

..._

selanjutnya dilakukan kegiatan pembongkaran batubara sesuai dengan rencana

produksi yang telah ditetapkan, kemudian diangkut keluar dari lubang tambang.

Pembongkaran batubara dilakukan dengan contour mining dimana teknik

penggaliannya dimulai dari elevasi paling tinggi ke elevasi paling rendah sampai

pada kedalaman batas penambangan yang telah ditentukan. Adapun rangkaian

penambangan batubara secara umum dapat dilihat seperti Gambar 1 di bawah

ini.

~ ..• lfr ~/ Revegetation

D.

_...._ QIV __/ CJIIV" Cool Houcng

.. J =-

Gambar 4. Rangkaian Kegiatan Penambangan Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara

Berdasarkan rangkaian kegiatan penambangan batubara sebagaimana

diuraikan di atas serta pada Gambar 4, menunjukkan bahwa pembukaan tanah

pucuk dan tanah penutup, serta pembongkaran batubara sangat berpengaruh

terhadap perubahan bentang Jahan dari kondisi aslinya yang terbentuk secara

alami selama ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Setelah deposit batubara

terangkut keluar, selanjutnya dilakukan reklamasi lahan dengan mengembalikan

tanah pucuk dan tanah penutup dengan cara backfill untuk menutupi lubang

tambang bekas penambangan. Adapun kondisi bentang lahan dari aktivitas

penambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara oleh salah satu

perusahaan yang sedang beroperasi seperti pada Gambar 5 dan Gambar 6 .

Page 50: contoh andal

~

.__,

.___

........

._,

.._,

-........

....

'-'

qj

Gambar 5. Kondisi Bentang Lahan setelah Dilakukan Penambangan Batubara

Gambar 6. Pematangan Bentang Lahan pada Lahan eks tambang batubara

Kegiatan pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara yang

secara keseluruhan dilakukan dengan cara tambang terbuka (open pit). Ketika

selesai beroperasi, perusahaan tersebut mening~alkan lubang-lubang raksasa di

bekas areal pertambangannya. Lubang-lubang itu berpotensi menimbulkan

dampak lingkungan jangka panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan

kuantitas air. Dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

yang dimiliki oleh setiap perusahaan pertambangan batubara, ditekankan bahwa

lubang-lubang tambang yang dihasilkan dari aktivitas penambangan batubara ini

harus ditutup melalui kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan. Namun demikian,

Page 51: contoh andal

........

.........

'"t'"t

kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan tersebut sangat sulit dipenuhi oleh

perusahaan untuk menutup lubang tambangnya 1 00 % yang disebabkan

kekurangan tanah penutup akibat deposit batubara yang terangkut keluar dari

lubang tambang, jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tanah penutup yang

digunakan untuk menutup kembali lahan bekas penambangan. Untuk

mengetimasi cadangan batubara dan rencana bukaan tanah, berikut ini disajikan

data sekunder salah satu perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Kutai

Kartanegara.

Tabel 15. Cadangan 8atubara dan Rencana 8ukaan Tanah (Overburden) PT. Anggana Coal di Kecamatan Loa Kulu dan Kecamatan Sebulu

PIT/Seam Luas (mz) Overburden (BCM) Coal (MT)

3 42.000,00 919.592,99 61 .759,10

4 28.000,00 602.960,65 40.548,80

48 61.758,00 1.100.186,08 75.046,80

481 22.831 ,00 799.746,60 52.442,40

481 45.746,00 1 :494.673,50 98.985,00

482 99.300,00 971.254,35 63.982,00

483 40.310,00 1.398.114,00 91 .380,00

5 132.271 ,00 2.723.357,35 185.894,70

6 46.400,00 972.804,16 64.338,90

7 98.500,00 1.745.272,32 119.539,20

8 21 .933,00 1.523. 786,40 44.229,00

9 85.598,00 1.071 .147,98 72.472,80 i

10 264.891 ,00 2.361.784,65 162.881 ,70

11 154.771 ,00 1.534.982,82 104.420,60

12 238.393,00 2.182.946,40 151 .593,50

Jumlah 1.382.702,00 21 .402.610,25 1.389.515,00

Sumber : PT. Anggana Coal, 2010.

8erdasarkan data ekplorasi seperti di atas, diketahui cadangan batubara

terukur sebesar 1.389.515,00 MT dan dihasilkan overburden (08) sebesar

21 .402.610,25 8CM. Dari data tetsebut, diperkirakan OB yang ada tidak

mencukupi untuk menutup lubang tambang secara keseluruhan, sehingga perlu

mencari tambahan tanah penutup yang berasal dari lahan-lahan lainnya yang

ada di sekitarnya.

Page 52: contoh andal

~

.._..

._..

.......

.__

-..

.......

4)

Hasil kajian di lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya perusahaan

pertambangan batubara yang beroperasi di Kabupaten Kutai Kartanegara

meninggalkan lubang-lubang tambang yang besar (8.68%). Mereka

meninggalkan areal bekas tambang tanpa melakukan rehabilitasi dan/atau

reklamasi lahan, sehingga tidak sejalan dengan komitmennya dalam

pengendalian dampak lingkungan sebagaimana yang tertera dalam dokumen

AMDAL.

Gambar 7. Salah satu Lubang Besar Bekas Penambangan Batubara yang belum Direklamasi di Kabupaten Kutai Kartanegara

Lubang-lubang bekas penambangan batubara berpotensi menimbulkan

dampak lingkungan jangka panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan

kuantitas air. Air lubang tambang mengandung berbagai logam berat yang dapat

merembes ke sistem air tanah dan dapat mencemari air permukaan dan air

tanah. Potensi bahaya akibat rembesan ke dalam air tanah seringkali tidak

terpantau akibat lemahnya sistem pemantauan perusahaan-perusahaan

pertambangan tersebut. Namun demikian, dengan pemberian koagulan untuk

meningkatkan kualitas air tercemar pada lubang tambang bekas penambangan

batubara, maka lubang-lubang tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

sekitar untuk usaha pembudidayaan ikan dan sarana air irigasi.

Page 53: contoh andal

__.

.......,

"--'

"--'

'-'

'--'

....._,

40

Keruhnya air sungai Mahakam beserta anak-anak sungainya sudah

sangat mengkhawatirkan akibat kerusakan lingkungan yang salah satunya

disebabkan oleh kegiatan pertambangan batubara di sekitarnya yang dilakukan

secara terbuka. Kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan tambang serta

aktivitas lainnya seperti pembangunan jaringan jalan tambang, sarana dan

prasarana penunjang lainnya mempercepat aliran permukaan (run-off) yang

membawa material-material atau bahan-bahan pencemar masuk ke dalam badan

air di sungai Mahakam dan anak-anak sungainya serta sumur-sumur penduduk

yang berdekatan dengan areal penambangan pada saat terjadi hujan lebat.

Hasil analisis beberapa par-ameter kualitas air di sekitar perusahaan

pertambangan batubara PT. Arzara Baraindo Energitama dan PT. Kayan Putra

Utama Coal di Kecamatan T enggarong seberang memperlihatkan data kualitas

air sumur penduduk, Sungai Separi Kiri I (Hulu), Sungai Separi Kiri II (Hulu), dan

Sungai Separi Kiri (Hilir} dengan parameter seperti kekeruhan, TSS, TDS, pH,

COD, BOD, Fe dan mangan telah berada di atas baku mutu lingkungan. Adapun

hasil analisis parameter kualitas air tersebut seperti pada Tabel14

Tabel16. Hasil Analisis Kualitas Air di Sekitar Lokasi Tambang PT. Arzara Baraindo Energitama dan PT. Kayan Putra Utama Coal

No Parameter Satuan BML Pengamatan

1 2 3 4

FISIK

Suhu oc Deviasi 27,6 26,65 28,03 30,92

Kekeruhan NTU 25 29,2 - - -

TSS mg/1 50 15 37,5 1.107,5 1.392,5

TDS mg/1 1500 75 327,5 1.671 ,3 3.093,8

Bau - - Tdk bau

Rasa - - Normal Normal Normal Normal

KIM lA

pH mg/1 6,5- 5,78 5,52 6,50 5,78 9,0

Page 54: contoh andal

'-'

'-'

'--"

........

'--"

'-'

"t/

DO mg/1 6 5,02 5,03 4,98

BOD mg/1 2 2,65 8,58 10,09

COD mg/1 10 32,13 99,60 157,43

Amonium (NH4l mg/1 0,5 0,02 0,19 0,24 0,32

Nitrit (N02-) mg/1 1 0,01 Ttd ttd Ttd

Nitrat (N03-) mg/1 10 1,40 0,90 1,26 1,27

Kesadahan total mg/1 500 11,74 - - -

Sulfat (S04) mg/1 400 8,89 34,94 115,60 191,71

Klorida (CI) mg/1 600 4,42 6,95 1,99 3,18

Besi (Fe) mg/1 0,3 0,29 3,65 8,35 11,71

Mangan (Mn) mg/1 0,1 0,48 0,67 4,38 6,73

Seng (Zn) mg/1 15 0,034 0.011 0,064 0,075

Kadmium (Cd) mg/1 0,005 Ttd Ttd 0,002 0,003

Timbal (Pb) mg/1 0,05 0,003 0.009 ttd Ttd

Flourida (F) mg/1 1,5 0,069 0,256 0,325 0,465

Detergen mg/1 0,5 0,013 Ttd ttd Ttd

BIOLOGI mg/1

Total Coliform MPN/10 so 0 - - -

Oml

Coli Fecal MPN/10 - 0 - - -

Oml

Sumber :Hasil analisis Laboratorium Budidaya Perairan (FPK) Unmul Samarinda, 201 0

Keterangan : ttd = tidak terdeteksi (1) Air sumur penduduk di desa Mulawarman, Kec Tenggarong

Seberang (2) Sungai Separi Kiri Hulu I (3) Sungai Separi Kiri Hulu II (4) Sungaoi separi Kiri (Hilir)

Page 55: contoh andal

'-'

___.

'-"

........

I..

....

'"tO

Pada Tabel 16 di atas, terlihat bahwa beberapa parameter kualitas air

pada beberapa titik pengamatan telah berada di atas baku mutu lingkungan.

Tingkat kekeruhan air terlihat tinggi pada salah satu sumur penduduk di desa

Mulawarman. Sedangkan untuk parameter TSS dan TDS berada di atas baku

mutu lingkungan pada lokasi pengamatan di sungai Separi Kiri Hulu II dan

Sungai Separi Kiri Hilir yang merupakan lokasi dekat penambangan dan

pengolahan salah satu perusahaan batubara. Sementara parameter pH,

kandungan besi, dan mangan terlihat tinggi pada semua titik pengamatan.

Tingginya kandungan bahan-bahan pencemaran air di lokasi kajian diakibatkan

oleh aktivitas penambangan dan pengolahan batubara (proses pencucian

batubara) dimana material-material bahan pencemar terbawa oleh air limpasan/

aliran permukaan (surface run-off) ke bagian yang lebih rendah dan masuk ke

badan air. Hasil pengamatan lapangan, menunjukkan bahwa salah satu sumur

penduduk mengalami tingkat kekeruhan air yang cukup tinggi yaitu mencapai

nilai 29,2 NTU yang melebihi dari batas ambang baku mutu lingkungan.

Total Suspention Solid (TSS) atau total padatan tersuspensi merupakan

padatan yang berkeruan < 1 f.Jm yang menyebabkan terjadinya kekeruhan pada

air. Padatan ini tidak terlarut dan tidak dapat mengendap secara langsung.

Timbulnya padatan tersuspensi dalam badan air adalah adanya gerakan-gerakan

air sehingga terjadi adukan Lumpur halus serta terkikisnya tanah akibat gerakan

tersebut. Hasil pengukuran total padatan tersuspensi pada beberapa titik

pengambilan sampel di lokasi kajian seperti pada Tabel 16 di atas

memperlihatkan nilai di atas batas ambang baku mutu lingkungan oleh aktivitas

pertambangan dan pengolahannya yang ada di sekitarnya. Kandungan total

padatan tersuspensi (TSS) di sungai Separi Kiri Hulu 2 sebesar 1.107,50 mg/1

dan sungai Separi Kiri Hilir sebesar 1.392,50 mg/1. Nilai ini cukup jauh melebihi

jika dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk TSS yang hanya sebesar

50 mg/1 (Permen No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Kualitas Air Kelas I dan II)

Total Dissolved Solid (TDS) merupakan padatan terlarut yang mempunyai

ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi yang berkuruan < 1 o.s mm termasuk

keloid yang berkuruan antara 10·6 - 10·3 mm. Sumber TDS umumnya berasal

dari bahan-bahan an-organik dan organic berupa ion yang terdapat pada

perairan. Hasil pengukuran total padatan terlarut (TDS) dilokasi kajian

memperlihatkan sungai-sungai yang memiliki nilai TDS jauh melebihi batas

Page 56: contoh andal

........

..._ .

4~

ambang baku mutu lingkungan. Total padatan terlarut pada sungai Separi Kiri

Hulu II sebesar 1.671 ,25 mg/1 dan sungai Separi Kiri Hilir sebesar 3.093,75 mg/1

sementara batas baku mutu lingkungan untu TDS sebesar 1000 mg/1 air.

Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan jumlah oksigen yang

dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik pada

kondisi aerobik (stabil). Nilai BOD di dalam air merupakan indikator jumlah

oksigen terlarut yang akan hilang selama asimilasi biologis polutan organik

secara alamiah atau merupakan gambaran jumlah bahan organik mudah terurai

(biodegradable organics) yang ada di perairan. Nilai BOD terukur pada beberapa

titik pengambilan sample di lokasi kajian menunjukkan nilai yang cukup tinggi di

atas baku mutu lingkungan. Hal ini terlihat pada sungai Separi Kiri Hulu II

memiliki nilai BOD sebesar 8,58 mg/1 dan di sungai Separi Kiri Hilir sebesar 10,09

mg/1. Nilai ini di atas dari baku mutu yaitu sebesar 2 mg/1 air. Hal yang sama

dengan nilai Chemical Oxygen Demand (COD) di sungai Separi Kiri Hulu II

sebesar 32,13 mg/1 dan sungai Separi Kiri Hilir sebesar 157,43 mg/1, serta di

sumur penduduk dengan nilai COD sebesar 32,13 mg/1. Nilai COD ini telah

melebihi batas baku mutu lingkungan yaitu sebesar 1 0 mg/1 air. Biochemical

Oxygen Demand merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk

berlangsungnya proses kimia dalam perairan atau jumlah oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi baik yang bias

didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang tidak bias terdegradasi

(non biodegradable).

Logam mangan (Mn) dan besi (Fe) merupakan unsur yang terkandung

dalam batubara yang dihasilkan oleh proses ekstraksi dan masuk ke lingkungan.

Kandungan Mn dan Fe yang tinggi menyebabkan tingginya tingkat kemasaman

lingkungan. Kandungan Mn dalam air tidak boleh melebih dari 0,1 mg/1 dan Mn

lebih kecil dari 0,3 mg/1. Hasil pengukuran Fe dan Mn di lokasi kajian

memperlihatkan kedua nilai unsur tersebut di atas baku mutu lingkungan. Di

sungai Separi Kiri Hulu II 8,53 mg/1 dan 11 ,71 mg/1, sedangkan di sungai Separi

Kiri Hilir masing-masing sebesar 4,38 mg/1 dan 6,73 mg/1.

Selain menurunnya kualitas air, dampak aktifitas pertambangan juga

menurunkan kualitas udara ambien. Penurunan kualitas udara ambien ini,

disebabkan oleh pembongkaran batubara dan mobilitas pengangkutan batubara

dan peratalan dari dalam ke luar lokasi penambangan. Dampak aktivitas

penambangan batubara terhadap penurunan kualitas udara dihitung berdasarkan

Page 57: contoh andal

~

~

...

:>U

jumlah bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan oleh kendaraan perusahaan

yang beroperasi dalam setiap hari. Untuk memudahkan perhitungan, diambil

salah satu contoh perusahaan batubara yang beroperasi di Kecamatan Loa Kulu

yaitu PT. Putra Dewa Jaya, dengan kebutuhan jumlah kendaraan dan bahan

bakar seperti pada Tabel 17 berikut :

Tabel17. Jumlah Kendaraan dan Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) PT. Putra Dewa Jaya

Kebutuhan Kendaraan dan BBM

No. Nama Alat Kendaraan BBM BBM

(Unit) (liter/Bulan) (Liter/Hari)

1 Excavator 2 16.280 576

2 Bulldozer 1 12.240 408

3 Wheel loader 1 7.200 240

4 Grader 1 5.760 192

5 Dump Truck 24 2.280 160

6 Compactor 1 10.080 336

7 Fuel Truck 1 2.880 96

8 Water Truck 1 2.880 96

9 Mobil Karyawan 2 9.600 320

10 Mobil Operasional 3 12.000 400

11 Diesel Genset 1 2.280 160

12 Pompa 3 2.880 96

Jumlah: 41 83.840 3.080

Sumber : Putra Dewa Jaya, 2010.

Menurut Dewerkgroup Wegverkeer (1970) dalam Rau J.G dan D.c.

Wooten (1980) bahwa penggunaan bahan bakar solar sebanyak 1 ton (1000 liter

= 0,79 ton) akan menghasilkan emisi gas sebanyak:

S02 = .:!: 19,0 kg/ton = .:!: 19,0 X 106 mg/ton

N02 = .± 11,0 kg/ton = .± 11,0 x 106 mg/ton

CO = .± 34,5 kg/ton = .± 34,5 x 106 mg/ton

Jika diasumsikan bahan bakar solar yang digunakan 1.500 liter/hari atau

1 ,5 ton/hari, maka emisi gas buang yang akan dihasilkan sebanyak :

S02 = .:!: 19,0 kg/ton X 1,5 kg/hari = 28,5 kg/hari = .:!: 28,50 X 106 mg/hari

N02 = .± 11,0 kg/ton x 1 ,5 kg/hari = 16,5 kg/hari = .± 16,50 x 106 mg/hari

Page 58: contoh andal

.........

,__..,

·~

..__,

~

)1

CO = ±34,5kg/tonx1 ,5kg/hari=51,75kg/hari= ± 51,75x106 mg/hari

Jika mobilisasi peralatan melalui jalur-jalur pengangkutan sepanjang ± 10

km (10.000 meter) dengan sebaran gas kiri kanan jalan dengan jarak masing­

masing 100m dan tinggi kolom udara 100m (volume kolam udara = 1 x 106 m3),

maka gas buang yang dihasilkan kendaraan pengangkut adalah sebagai berikut :

S02 = ± 28,50 X 106 mg/1 X 106 m3 = 28,50 mg/m3

N02 = ± 16,50 X 106 mg/1 X 106 m3

CO = ± 51 ,75 x 106 mgt 1x 106 m3

= 16,50 mg/m3

=51 ,75 mg/m3

Apabila dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk masing­

masing gas tersebut yaitu sekitar 900 1Jm/Nm3 (S02), 400 1Jm/Nm3 (N02}, dan

30.000 1Jm/Nm3 (CO) menunjukkan bahwa kadar pencemaran udara di lokasi

kajian cukup tinggi. Selain disebabkan oleh pembongkaran batubara dan

mobilisasi kendaraan, penurunan kualitas udara ambient juga disebabkan oleh

tingginya kandungan debu di udara. Untuk menghitung kandungan debu di udara

menggunakan rumus sebagai berikut :

Eu:;:: 20,77 (S/12)(V/48)(W/3)0•7 (N/4)0

•5 (D/365)

Dimana:

Eu = Jumlah debu per panjang jalan (kg/km)

S = silt content (%)

V = Kecepatan kendaraan (km~am)

W = Berat kendaraan (ton)

N = Jumlah roda kendaraan

D = Jumlah hari tidak hujan

Diketahui:

~ Kecepatan alat pengangkut (V) = 20 km/jam

~ Berat alat pengangkut dan muatan (W) = 85 ton

~ Jumlah roda kendaraan pengangkut (N) = 22 buah

~ Silt content (S) untuk jalan diperkeras = 10 %

~ Jumlah hari tidak hujan (365- 215) = 150 hari

Maka jumlah debu yang dihasilkan oleh bergeraknya satu lintasan kendaraan

pada jalan yang diperkeras adalah :

Eu = 20,77 (10/12} (20/48) (85/3)0•7 (8/4)0

·5 (150/365)

= 20,77 (0,83) (0,42) (10,39) (1,41) (0,41)

= 43,49 kg/km

Page 59: contoh andal

:u.

Jarak angkut dari lokasi tambang menuju pelabuhan menempuh jarak

sejauh .± 1 0 km dengan 2 trip/hari , maka jumlah debu yang dihasilkan sebesar :

Eu = 43,49 kg/hari x 2 trip x 10 km

= 869,8 kg/hari

Jika sebaran gas kiri kanan jalan dengan jarak masing-masing 100 m dan tinggi

kolom udara 100 m, maka :

volume kolom udara = 10.000 m x 200m x 100m = 200 x 106 m3

Sehingga kadar debu di udara (Eu) sebesar :

Eu = 869,8 kg/hari

200 x 106 m3

= 869,8 x 106 mg/hari

200 x 106 m3

= 4,349 mglm3 I hari

Jika dibandingkan dengan nilai baku mutu lingkungan untuk sebaran

debu di udara, menunjukkan bahwa aktivitas pengangkutan material batubara

yang melewati jalan tambang (hauling road) berada di atas batas ambang baku

mutu dimana batas ambang baku mutu sebaran udara berdasarkan Peraturan

Pemerintah nomor 41 tahun 1999 sebesar 0,23 mg/m3, sementara sebaran

udara di lokasi penambangan PT. Putra Dewa Jaya mencapai nilai 4,349

mg/m3/hari.

Sebagai perbandingan pengambilan sampel kualitas udara ambien pada

lokasi yang belum terjama oleh aktivitas pertambangan batubara oleh PT. Putra

Dewa Jaya di Kecamatan Loa Kulu, memperlihatkan bahwa semua parameter

kualitas udara ambien masih berada di bawah baku mutu lingkungan. Adapun

data hasil pengamatan adalah sebagai berikut :

Tabel18. Kualitas Udara Ambien di Sekitar Lokasi Pertambangan Batubara PT. Putra Dewa Jaya di Kutai Kartanegara

Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi Pengamatan

1 2

Sulfur Dioksida (S02) 1JQ/Nm3 900 Ttd 0,09

Nitrogen Dioksida (N02) 1Jg/Nm3 400 9,36 69,93

Karbon Monoksida (CO) 1Jg/Nm3 30.000 Ttd 58

Debu mglm" 0,23 0,09 0,19

Sumber : Balai Riset dan Standarisasi lndustri Samarinda, Kalimantan Timur, 2008

Keterangan : ttd = tidak terdeteksi

Page 60: contoh andal

' '

..._

'---

..._

Jj

Dampak terhadap kebisingan merupakan dampak negatif langsung dari

aktivitas pertambangan batubara dengan menggunakan kendaraan pengangkut

yang beroperasi baik pada tahap persiapan, konstruksi, operasi maupun pada

tahap pasca operasi. Kendaraan perusahaan yang lalu-lalang akan menimbulkan

kebisingan terhadap para peke~a (karyawan perusahaan) dan masyarakat

sekitar.

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat

mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam

satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang

tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Sumber

kebisingan dapat berasal dari sumber bergerak maupun tidak bergerak.

Umumnya sumber kebisingan dari aktivitas pertambangan batubara berasal dari

penggunaan alat-alat pengangkut dan Dalam kajian ini, pengamatan terhadap

kebisingan dilakukan pada beberapa titik yaitu di sekitar PIT tambang, pos

security, dan permukiman penduduk di desa Mulawarman dan desa Bhuana

Jaya pada areal penambangan batubara PT. Anggana Coal di Kecamatan

Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil pengamatan disajikan seperti

pada Tabel19.

Tabel19. Hasil Pengamatan Tingkat Kebisingan Sesaat di sekitar Lokasi Kegiatan Tambang Batubara PT. Anggana Coal

Lokasi Pengamatan Parameter Baku Mutu

1* 2**

lntensitas Kebisingan 55* 54,80 57,50

85**

Keterangan :

* Kepmen LH. No. 48 Tahun 1999 (Permukimah)

** KepMennaker NO. 51 tahun 1999 (Lingkungan Kerja)

Lokasi 1 : Permukiman Penduduk RT 2 Dusun Ngadang, Desa Beloro

Lokasi 2 : PIT Tambang

Lokasi 3: Jalan Tambang

3-

59,70

Berdasarkan hasil pengamatan tingkat kebisingan seperti tabel 17 di atas,

menunjukkan bahwa pada titik-titik lokasi pengamatan di sekitar lokasi

Page 61: contoh andal

'--'

54

pertambangan batubara PT. Anggana Coal, nilai kebisingan masih berada di

bawah batas ambang baku mutu lingkungan, kecuali di lokasi pit dan sekitar jalan

tambang.

Untuk mengetahui dampak penambangan batubara terhadap keberadaan

vegetasi (flora darat) dan satwa (fauna) liar dilakukan kajian pada salah satu

perusahaan batubara yang beroperasi di Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu PT.

Anggana Coal yang beroperasi di Kecamatan Loa Kulu. Pengamatan vegetasi

dilakukan pada areal yang belum terganggu oleh aktivitas pertambangan,

sedangkan pengamatan fauna liar dilakukan dengan cara menghimpun informasi

dari masyarakat setempat.

Hasil kajian menunjukkan bahwa kondisi vegetasi saat ini merupakan

kawasan hutan alam yang tidak terbina berupa hutan sekunder dan semak

belukar yang merupakan kawasan budidaya non kehutanan (KBNK) berdasarkan

RTRW Provinsi Kalimantan Timur tahun 1999, sehingga memungkinkan untuk

ditambang. Beberapa vegetasi cepat tumbuh yang ditemukan seperti Laban

(Vitex pubesscen), puspa (Schima wallihcit) , dan Mahang (Macaranga sp.).

Penentuan daerah vegetasi dilakukan secara purposive pada kawasan studi.

Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dengan

metode kuadran. Hasil inventarisasi jenis vegetasi yang ada selanjutnya dihitung

tingkat kerapatan, frekuensi , dan dominansi setiap jenis vegetasi yang ada. Hasil

analisis mengenai vegetasi di lokasi kajian disajikan seperti pada Tabel18.

Tabel 20. Hasil Perhitungan Nilai Penting Jenis Vegetasi (Flora Darat) di sekitar

No.

1

2

3

4

5

6

Areal Pertambangan Batubara PT. Anggana Coal di Kecamatan Loa Kulu

Nama Vegetasi KR FR DR NPJ

Daerah Botanis (%) (%) (%) (%)

Bengkal Neulea sp. 6,38 4,55 7,23 18,16

Terap Arthocarpus sp. 8,51 9,09 6,12 23,72

Mahang Macaranga triloba 12,77 13,64 8,45 34,85

Sirih Hutan Piper adumcum 12,77 9,09 5,00 26,86

Laban Vitex pubesscen 17,02 18,18 29,47 64,67

Ficus Ficus sp. 8,51 9,09 10,47 28,08

Page 62: contoh andal

__..

.........

........

,),)

7 Puspa Schima wallici 23,40 18,18 10,56 52,15

8 Anggrung Trema orienta/is 6,38 9,09 15,71 31 ,19

9 Pulai Alostonia sp. 4,26 9,09 6,98 20,33

Jumlah Total: 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan : KR = Kerapatan Relatif, FR = Frekuensi Relatif, DR = Dommans1 Relatif, NPJ = Nilai Penting Jenis

Berdasarkan hasil analisis di atas, memperlihatkan bahwa jenis vegetasi

di lokasi kajian didominasi oleh jenis Vitex pubesscen yaitu sebesar 64,67 %,

disusul oleh jenis Schima wallici sebesar 51,15 %.

Untuk satwa (fauna) liar, dianalisis fauna-fauna yang ada di sekitar

kawasan pertambangan batubara seperti mamalia, reptilia, amphibia, dan aves.

Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan satwa liar ini memegang peran

penting terhadap kawasan hutan terutama perannya sebagai penyebar biji,

mengadakan penyerbukan tanaman dan pengurai bahan-bahan organik. Fauna

liar juga ini memegang peran penting secara ekonomis terutama dalam

peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Kawasan hutan merupakan

tempat hidup dan berkembang biak bagi banyak satwa liar yang ada di

dalamnya. Kegiatan pembukaan yang didahului pembersihan lahan untuk

aktivitas pertambangan batubara memberikan dampak negatif terhadap

beberapa jenis satwa liar yang ada, karena dengan rusaknya atau hilangnya

fungsi hutan sebagai habitat satwa-satwa tersebut akan berpengaruh terhadap

kelangsungan hidupnya sehingga sehingga satwa yang ada akan mengadakan

migrasi ke lokasi lainnya atau punah. Beberapa satwa yang teramcam

kepunahannya yang ditemukan di lokasi kajian seperti pada Tabel19

Tabel21 . Jenis Satwa yang Terdapat di Sekitar Lokasi Pertambangan Batubara PT. Anggana Coal

No. Nama Daerah Nama Latin

A. Insecta

1 Kupu-Kupu

2 Jangkrik

3 Kumbang

4 Lebah

5 Belalang

Page 63: contoh andal

~

.._.

.........

..........

-

-..,

........

.JO

B. Aves

1 Pipit

2 Kacer

3 Elang

4 Bubut

5 Punai

6 Burung Gereja

7 Cerucuk

8 Murai

9 Burung Madu

10 Blekok Sawah

11 Kuntul

12 Kareo Padi

C. Reptilia

1 Biawak

2 UlarSawah

3 Kadal

4 Kura-Kura

D.Amphibi

Kodok

E. Mamalia

1 Kancil

2 Landak

3 Tupai

4 Tikus

5 Babi Hutan

6 Monyet

Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap peningkatan

laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan muara-muara sungai.

Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari aktivitas pertambangan

batubara melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk bukaan tambang dan

pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan sarana dan

prasarana pendukung seperti perkantoran, permukiman karyawan,

Page 64: contoh andal

.._,

.......

..__.

......,

:>I

pembangunan sarana BBM, genset, gudang bahan peledak dll, serta pembukaan

jalan tambang .

Tanah yang terbuka akan sangat peka dengan erosi yang pada akhirnya

membawa material-material yang akan di endapkan pada sempadan dan muara

sungai. Apalagi dengan intensitas curah hujan yang tinggi di Kabupaten Kutai

Kartanegara akan mempercepat laju aliran permukaan pada lahan yang tidak

tertutup vegetasi karena sudah dibuka untuk kegiatan pertambangan.

Erosi terjadi karena adanya pengikisan permukaan tanah oleh aliran

permukaan.Lapisan yang tererosi merupakan material yang telah mengalami

pelapukan. Untuk mengetahui besarnya erosi yang terjadi, dilakukan kajian pada

salah satu perusahaan yaitu PT. Anggana Coal yang beroperasi di Kecamatan

Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Pendugaan besarnya erosi dihitung

dengan menggunakan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation) oleh

Wischmeier dan Smith (1978) dengan rumus :

A= R . K . L . 5. C. P

Dimana :

A = Nilai duga besarnya erosi tanah yang terjadi (tonlha/tahun)

R = Faktor erosivitas curah hujan

K

L

= Faktor erodibilitas tanah

= Faktor panjang lereng

S = Faktor kemiringan lereng

C = Faktor penutupan lahan oleh vegetasi

P = Faktor perlakuan konservasi tanah

Untuk menghitung berasnya erosivitas curah hujan digunakan rumus :

R = 0,41 x H1•09 dimana H = curah hujan rata-rata tahunan di wilayah studi.

Diketahui curah hujan rata-rata tahunan (R) di wilayah studi sebesar 2.039,35

mm/tahun, maka nilai erosivitas curah hujan sebesar :

R = 0,41 x H1•09

;; 0,41 X (2.039,351•09

= 0,41 X 4.048,98

= 1.660,08

Faktor erodibilitaslkepekaan tanah terhadap erosi (K) dihitung dengan

menggunakan persamaan :

100K = 2,7132 M1•14 (10-4) (12- a)+ 3,25 (b- 2) + 2,5 (c- 3)

Dimana :

Page 65: contoh andal

__,

.._

-

M = persen fraksi pasir halus (32,95 %), debu (22,80 %) dan fiat (37,50 %)

a = kadar bahan organik (1 ,724 x C-organik) dimana C-organik = 1,35%

b = kode struktur tanah. Yaitu gum pal membulat (3)

c = Nilai permeabilitas tanah. Yaitu agak cepat (0,50 em/jam (2)

Sehingga:

100 K = 2,7132 X {(32,95% + 22,80 %) X (100%- 37,50 %)}1·14

X (104 ){12-

(1 ,724 X 1,35)} + 3,25 (3- 2) + 2,5 (2- 3)

100 K = (2,7132 X 10.914,97 X 104 X 9,67) + 3,25 + (-2,5)

100 K = 33,85 + 3,25 + (-2,5)

100 K = 29,39

K = 29,39

100

K = 0,29 x 1,29 (faktor konversi)

K = 0,38

;)lS

Adapun faktor panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S) dapat

dihitung bersamaan yang merupakan faktor topografi (LS) dengan persamaan :

LS = v X { 0,0138 + (0,00965 X s) + (0,00138 X S2)

Dimana :

X = panjang lereng = 37 m

S = kemiringan lereng = 2 %

Sehingga :

LS=v'~3=7~{o~.~01~3~8-+~(70,700~9~675-x~27)-+~(o~.~oo~1738~x~22~)}

LS = v 37 { 0,0138 + 0.0193 + 0.00552}

LS = .J 37 (0.03862)

LS = v 1 ,42894

LS = 1,19

Mengingat lahan telah dibersihkan dari vegetasi untuk segera ditambang,

maka nilai faktor pengelolaan tanaman (C) sebesar 1 (tanah terbuka) dan faktor

konservasi tanah (P) sebesar 1, sehingga besar erosi yang terjadi dapat diduga :

A = R . K . L . S. C. P

= (1 .660,08) (0,38) (1 ,19) (1) (1)

= 750,69 ton/ha/tahun

Berdasarkan hasil perhitungan erosi di atas, menunjukkan bahwa tingkat

kejadian erosi yang terjadi di sekitar lokasi pertambangan batubara tersebut

Page 66: contoh andal

-

.........

..__.

:J'J

cukup tinggi yaitu mencapai 750,69 ton/ha/tahun. Hal ini melebihi dari tingkat

bahaya erosi (TBE) yang diperkenankan yaitu antara 12- 15 ton/ha/tahun.

Kegiatan pembersihan lahan tambang mengakibatkan persentase

penutupan lahan tambang berkurang menjadi < 30 %. Diketahui bahwa jika

persentase penutupan lahan berkurang < 30 %, maka nilai koefisien kekasaran

manning (n) menjadi 0,2 dari 0,8 jika persentase penutupan lahan masih > 70 %.

Jika luasan tam bang yang akan dibuka sekitar 1 0 ha dengan tingkat kemiringan

ler€ng sekitar 8 %, maka nilai SDR (sediment delivery ratio) atau nisbah

pelepasan sediment dapat dihitung sebagai berikut :

SDR = S x { 1 - 0,8683 ( A 0·2018

)} + 0,8683 (A0•2016

)

2 ( S + 50.n)

Di mana :

A = Luas areal (ha)

S = kemiringan lereng rataan permukaan (%)

N = koefisien kekasaran manning

Sehingga:

SDR = 2 x { 1 - 0,8683 (10-0·2018

) + 0,8683 ( 10·0·2018

)

2 ( 2 + 50. 0,2)

= 0,58

Hasil pendugaan erosi akibat pembersihan lahan tambang diketahui

sebesar 750,69 ton/ha/tahun dan hasil perkiraan nilai SDR (sediment delivery

ratio) sebesar 0,58, maka beban sedimen potensial yang akan dihasilkan

sebesar:

Beban Sedimen = 0,58 x 750,69 ton/ha/tahun

= 435,40 ton/ha/tahun

Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa nilai erosi dan

sedimentasi cukup besar akibat pembukaan lahan untuk kegiatan pertambangan

batubara jika lahan masih dalam keadaan terbuka tanpa vegetasi penutup.

Untuk memperbaiki kondisi lahan, maka perusahaan mengadakan reklamasi dan

revegetasi lahan. Kegiatan reklamasi dan revetasi lahan ini akan memberikan

dampak positif terhadap kondisi populasi vegetasi penutup lahan yang juga

berpengaruh terhadap penurunan tingkat bahaya erosi dan sedimentasi.

Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan biasanya didahului dengan pematangan

lahan, yaitu mengembalikan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (sub soil)

pada lubang bekas penambangan dengan metode contouring. Selanjutnya tanah

Page 67: contoh andal

._;

oU

diperkaya dengan pemberian pupuk baik pupuk organik maupun pupuk

anorganik untuk memacu pertumbuhan awal tanaman. Kegiatan ini diharapkan

dapat mengembalikan fungsi lahan sebagai kawasan hutan yang salah satu

fungsinya dalam mengurangi laju erosi disamping sebagai habitat yang baik bagi

satwa-satwa yang ada.

Gambar 8. Kegiatan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Pasca Tambang di Kabupaten Kutai Kartanegara

Gambar di atas merupakan salah satu kegiatan reklamasi dan revegetasi

lahan pasca tambang oleh salah satu perusahaan yang beroperasi di Kabupaten

Kutai Kartanegara. Jika kegiatan reklamasi dilakukan dengan pembuatan teras

dengan baik (faktor P = 0,04) yang selanjutnya ditanami dengan semak belukar

atau rumput-rumputan yang cepat tumbuh (faktor C = 0,3), maka erosi tanah

dapat dikurangi sebesar :

A = R . K . L . S. C. P

= (1 .660,08) (0,38) (1 '19) (0,3) (0,04)

= 9,01 ton/ha/tahun

Dampak penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan

batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah

penutup (sub soil/overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup

akan merubah sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah

yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari

lapisan atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat

pengupasan tanah tersebut. T anah yang telah dikupas, selanjutnya akan

Page 68: contoh andal

__.

..........

._,

~

......

01

ditranslokasi pada tempat yang telah ditentukan di mana tanah pucuk dipisahkan

dengan tanah penutup, Setelah proses pembongkaran deposit batubara, maka

tanah pucuk dan tanah penutup dikembalikan ke lubang tambang dengan cara

backfilling. Waktu pengembalian tanah ke lubang tambang membutuhkan waktu

yang lebih lama tergantung pada kecepatan proses penambangan berlangsung.

Tanah pucuk dan tanah penutup yang telah ditimbun atau telah

dikembalikan ke lubang tambang, sangat rentang terhadap perubahan kesuburan

tanah terutama kesuburan kimia dan biologi akibat tanah tersebut telah rusak

karena dibongkar untuk mengambil deposit batubara yang ada di bawahnya.

Curah hujan yang tinggi, akan memberikan pengaruh yang besar terhadap

kandungan unsur hara yang terdapat di dalamnya, sebab akan te~adi pencucian

unsur hara, sehingga tanah dapat kekurangan unsur hara yang dibutuhkan

tamanan pada saat dilakukan revegetasi tanaman.

Pengamatan tingkat kesuburan tanah dilakukan di areal pertambangan

batubara PT. Kayan Putra Utama Coal di Kecamatan Tenggarong Seberang.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum status kesuburan tanah

berada pada status kesuburan buruk sampai sangat buruk. Yang dikaji dalam

penelitian ini adalah permeabilitas tanah, kemasaman tanah (pH tanah),

Kapasitas Tukar Kation (KTK), dan Kandungan hara Nitrogen, Fospor dan

Kalium .

Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam melewatkan

air. Sifat-sifat tanah yang sangat besar pengaruhnya terhadap permeabilitas

tanah adalah tekstur, struktur, bobot isi tanah (bulk density) dan kandungan

mineral liat dan bahan organik. Hasil analisis terhadap permeabilitas tanah di

lokasi kajian menunjukkan permeabilitas tanah umumnya berkisar dari kelas

sedang sampai cepat dengan nilai sebesar 0,06 - 1 ,50 cm~am . Tinginya

permeabilitas tanah di sekitar areal pertambangan batubara tersebut disebabkan

tanah telah terbongkar secara fisik sehingga mengurangi kemampuan tanah

untuk menghambat aliran air masuk ke dalam tanah. Kondisi ini sangat

berpengaruh terhadap ketersediaan air bagi tanaman, dimana air akan cepat

hilang dari lokasi perakaran sehingga tanaman rentan terhadap kekurangan air.

Permeabilitas tanah yang tinggi ini juga akan berpengaruh terhadap ketersediaan

unsur hara di sekitar perakaran tanaman, sebab dengan laju aliran air masuk

kedalam tanah yang cepat, akan memudahkan unsur hara tersedia tercuci dan

menjauhi areal perakaran tanaman .

Page 69: contoh andal

._,

~

·~

OL;

Salah satu sifat kimia tanah yang berperan penting dalam menentukan

status kesuburan tanah adalah pH. pH tanah menunjukkan tingkat keasaman

dan kebasaan suatu tanah atau banyaknya konsentrasi ion hidrogen yang

terdapat dalam larutan tanah. Tingkat kemasaman tanah dicirikan oleh

konsentrasi ion W dan OH- dalam larutan tanah. Tanah dengan kandungan ion

H+ tinggi dalam larutan tanah dikategorikan sebagai tanah yang masam,

sebaliknya jikan kandungan ion OH- yang tinggi dikategorikan sebagai tanah

basa.

pH tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,.

Umumnya tanaman dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH sekitar

netral (6,5 - 7,5). Namun pada tanaman-tanaman tertentu ada yang lebih

menyukai tanph yang bereaksi masam atau basa. Berdasarkan hasil analisis

tanah di lokasi kajian menunjukkan tingkat kemasaman tanah umumnya berada

pada status masam sampai agak masam. Hasil analisis pH tanah seperti pada

Tabel22

Tabel22. Hasil Analisis pH tanah di Lokasi Kajian

No. Sampel Kedalaman (em) pH Tanah (H20)

P1 0 - 30

30-60

P2 0-30

30-60

f-- - -P3 0-30

30-60

Keterangan : P1 = PIT Tambang PT. Kayan Putra Utama Coal P2 = Sekitar Jalan Tambang P3 = Lokasi ReklamasiTambang

5,22

5,26

6,81

5,45

4,30

3,98

Status

Masam

Masam

Netral

Masam

Sangat masam

Sangat masam

Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan gambaran dari kemampuan

tanah mempertukarkan kation dalam tanah. KTK ini merupakan salah satu sifat

kimia tanah yang sangat besar petannya dalam kesuburan tanah. Tanah dengan

nilai KTK tinggi merupakan parameter untuk menilai bahwa tanah tersebut

memiliki kemampuan untuk menjerap dan menyediakan unsur hara yang lebih

Page 70: contoh andal

'-

pj

baik pada tanaman dibandingkan dengan nilai KTK yang rendah. Pada tanah

dengan KTK yang tinggi didominasi oleh kation-kation basa seperti Ca, Mg, K,

dan Na di mana kation-kation ini mampu dipertukarkan dengan unsur-unsur hara

yang dibutuhkan oleh tanaman karena larut dalam air dan dapat tersedia dan

diserap oleh tanaman.

Hasil pengukuran KTK tanah di lokasi kajian menunjukkan nilai KTK yang

rendah sampai sangat rendah dengan nilai berkisar antara 6,49- 17,71 me/100

g tanah. Hasil analisis seperti pada Tabel23.

Tabel23. Kapasitas Tukar Kation (KTK) di sekitar Lokasi Pertambangan Batubara PT. Kayan Putra Utama Coal

No. Sampel Kedalaman (em) KTK (me/100 g)

P1 0-30 9,33

30-60 7,95

P2 0 - 30 3,33

30-60 7,32

P3 0-30 17,71

30 - 60 16,72 . -

Keterangan :

P1 =PIT Tambang PT. Kayan Putra Utama Coal

P2 = Sekitar Jalan Tambang

P3 = Lokasi Reklamasi Tambang

Status

Rendah

Rendah

Sangat Rendah

Rendah

Rendah

Rendah

Nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan unsur hara yang sangat besar

peranannya bagi pertumbuhan tanaman baik pertumbuhan vegetatif maupun

generatif. Ketiga unsur haran ini dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang

besar dan jika kekurangan salah satunya, akan menimbulkan dampak defisiensi

hara bagi tanaman. Oleh karena itu, ketiga unsur hara tersebut harus tersedia di

dalam tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman budidaya dengan baik

terutama pada saat dilakukan kegiatan revegetasi kembali lahan-lahan pasca

tam bang.

Beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa, ketiga unsur hara disebutkan

di atas. tidak atau sedikit tersedia pada tanah-tanah bekas penambangan

batubara. Hal ini disebabkan unsur hara tersebut dapat larut dalam air dan

Page 71: contoh andal

\..._.,

......

O<t

tercuci dan meninggalkan areal perakaran tanaman. Walaupun pada beberapa

tempat tersedia, namun tidak mencukupi untuk tanaman revegtasi. Hal ini sesuai

dengan hasil pengamatan di lokasi kajian yang memperlihatkan nilai unsur hara

N, P, dan K yang rata-rata berada pada kriteria rendah, sebagaimana disajikan

pada Tabel 24.

Tabel 24. Kandungan Nitrogen, Fosfor, dan Kalium di Sekitar Areal Pertambangan Batubara PT. Kayan Putra Utama Coal

No. Kedalaman Nitrogen (N) Fosfor (P) Kalium (K)

Sam pel (em) % Status ppm

P1 0-30 0,12 R 8,63

30-60 0,10 R 9,50

P2 0-30 0,11 R 8,63

30-60 0,10 R 11,22

P3 0-30 0,06 SR 6,56

30-60 0,04 SR 6,90

Keterangan :

P1 = PIT Tambang PT. Kayan Putra Utama Coal

P2 = Sekitar Jalan Tam bang

P3 = lokasi Reklamasi Tambang

Status ppm Status

R 24,05 s

R 18,25 R

R 30,86 s

s 14,44 R

R 11 ,08 R

R 11 ,59 R

Berdasarkan realitas dan kondisi aktual tersebut 65.29 % responden

memberikan penilaian bahwa keberadaan perusahaan pertambangan batu bara

di Kutai Kartanegara membawa perubahan kondisi lingkungan yang lebih buruk

(Tabel25).

Tabel25. Perubahan kondisi lingkungan akibat pertambangan batubara

No Perubahan kondisi lingkungan %

a. Lebih baik 12.35

b Sarna saja 20,00

c Lebih buruk 65.29

d Tidak tau 2.35

'

!

i

'

I

Page 72: contoh andal

V..l

Kondisi lingkungan yang lebih buruk tersebut dipicu oleh rendahnya

kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. 41 .91 % responden menyatakan

bahwa kepedulian perusahaan terhadap lingkungan tidak ada dan 39.52% yang

menyatakan ada (Tabel 26). Hal ini memberikan indikasi bahwa kalaupun

perusahaan melakukan perbaikan lingkungan tidak dilakukan secara optimal dan

perbaikan lingkungan itu dilakukan jika telah te~adi kerusakan lingkungan atau

akibat adanya aksi-aksi demo yang dilakukan oleh warga masyarakat sekitar

pertambangan batu bara yang menuntut agar perusahaan batubara

bertanggungjawab terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkannya (Tabel

26).

Tabel26. Kepedulian perusahaan terhadap kerusakan lingkungan

No Kepedulian perusahaan terhadap lingkungan %

a. Ada 39.52

b Tidak ada 41.91

c Tidak tau 18.56

Sumber data diolah dari data primer 2010

5.4. Community Development dan Corporate Sosial Responsibility

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nom or 23 tahun 2010 tentang

pelaksanaan usaha pertambangan mineral dan batubara setiap perusahaan

harus memiliki program pemberdayaan masyarakat (community development)

dan Corporate Sosial .Responsibility (CSR). Wujud kepedulian tersebut dilakukan

perusahaan dalam berbagai bentuk bantuan. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa bantuan yang diberikan oleh perusahaan 62.22 %

membangun infrastruktur diantaranya jalan, jembatan, sekolah, sumber air bersih

yang bisa digunakan untuk minum dsb. Selain itu, ada pula dalam bentuk

beasiswa dan bantuan kesehatan bagi masyarakat sekitar usaha pertambangan

batubara.sebagaimana disajikan pada T abel 27.

Tabel27. Wujud kepedulian perusahaan terhadap program pemberdayaan Masyarakat

No Wujud Kepedulian perusahaan terhadap lingkungan %

Pembangunan infrastruktur {Jalan, Jembatan, Sekolah dan a. Air bersih) 62.22 b Beasiswa Sekolah 22.22

c 6antuan Kesehatan 15.55 ---- - --

Page 73: contoh andal

'-'

'--

()()

Lubang tambang yang tidak tertutup dapat dimanfaatkan warga untuk

sumber air persawahan dan kegiatan perikanan melalui usaha kerambah seperti

yang disajikan pada Gambar 8 dan 9.

Gambar 9. Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang Batubara sebagai Sarana lrigasi di Kecamatan Tenggarong Seberang

Gambar 10. Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang untuk Budidaya Tambak lkan di Kecamatan T enggarong Seberang

5.5 Strategi Pengelolaan dampak Pertambangan Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara

Untuk menyusun strategi pengelolaan pert:ambangan batubara di

Kabupaten Kut:ai Kart:anegara dilakukan analisis SWOT (Strength, Weaknes~

opportunities, dan TreathS) dengan terlebih dahulu menentukan faktor-faktor

internal dan eksternal yang berpengaruh pada pert:ambangan batubara.

Page 74: contoh andal

._,

'-'

......,

V/

Penentuan faktor-faktor internal dan eksternal dilakukan melalui penyebaran

kuisioner dan wawancara mendalam dengan stakeholder terkait. Hasil kajian di

lapangan dan analisis data dengan SWOT dapat menggambarkan kemungkinan

adanya potensi dan permasalahan yang ada, yaitu gambaran yang komprehensif

rnengenai faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, serta

faktor-faktor ekstemal yang merupakan peluang dan ancaman dalam

pengelolaan pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Penentuan tingkat kepentingan setiap faktor, dilakukan dengan

rnemberikan peringkat (skor). Peringkat tetap menggunakan skala 1(rendah)

sampai 4 (tinggi) untuk kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman. Skala

tersebut berdasarkan hasil kuesioner dengan stakeholder kunci. Hasil yang

diperoleh disajikan pada Tabel 28 .

Tabel 28. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Pengelolaan Dampak Pertambangan Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara

No. Elemen SWOT Faktor Kunci Peringkat

1. Internal a. Kekuatan 1. Mempunyai potensi sumberdaya mineral dan batubara yang cukup besar 4

2. Dukungan kebijakan Pemerintah cukup besar dalam pengembangan

4 pertambangan batubara

3. Memiliki sarana dan prasarana transportasi darat dan air (sungai) yang memadai 3

4. Jumlah tenaga kerja tersedia cukup besar 4

5. Prospelc pemasaran hasil tambang terbuka 3 luas

b. Kelemahan 1. Ketersediaan SDA Tambang terbatas 4 2. Eksploitasi SDA tambang yang tidak 2

terbatas 2 3. Lemahnya kualitas SDM

3 4. Pencemaran air akibat kegiatan tambang 5. Tumpang tindih perijinan usaha 3

pertambangan dengan usaha lain

2. Ekstemal a. Petuang 1. Kebutuhan dan permintaan pasar domestik 2 dan luar negeri tinggi

2. Pengembangan paket-paket ekowisata 3 pada lubang bekas tambang

3. Pengembangan marineculture dan tambak pada lubang bukaan tambang 2

4. Dukungan regulasi (UU No.04 tahun 2009 dan PP No.22 tahun 2010, dan PERDA 4 pertambangan umum)

5. Peningkatan PAD 3

Page 75: contoh andal

........

........

........

vo

No. ElemenSWOT Faktor Kunci Peringkat

b. Ancaman 1. Banyaknya penambangan liar yang tidak terkendali 4

2. Menurunnya kualitas lingkungan, munculnya konflik sosial dan perbaikan kesejahteraan rnasyarakat 4

3. Sedimentasi sungai akibat erosi air 3 4. Konflik antara sektor (pertambangan, 4

kehutanan, perkebunan, pertanian) 5. Konflik dengan masyarakat lokal 4

6. Degradasi keanekaragaman hayati 3

Keterangan : skala 1 = rendah, 2 = sedang, 3 = tinggi, dan 4 = Sangat tinggi

Setelah penentuan faktor-faktor internal dan ekstemal seperti di atas

berdasarkan elemen kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, maka langkah

selanjutnya adalah menyusun faktor-faktor strategi berkaitan dengan

pengelolaan dampak pertambangan batubara dengan menggunakan matrik

SWOT. Berbagai altematif faktor strategi yang dapat dilakukan seperti dalam

Tabel 29 yang mencakup strategi s-o (Strengths-OpportunitieS), strategi W-0

(Weaknesses-OpportunitieS), strategi S-T (Strengths-ThreatS) dan strategi W-T

(Weaknesses-Threats).

Tabel 29. Fonnulasi Rancangan dampak pengelolaan Pertambangan batubara Kab. Kutai Kartanegara dengan Matrik SWOT

Strengths - S Weaknesses -w 1. Mempunyai potensi 1. Ketersediaan SDA

sumberdaya mineral dan Tambang terbatas batubara yang cukup besar 2. Eksploitasi SDA tambang

2. Dukungan kebijakan yang tidak terbatas Pernerintah cukup besar 3. Lemahnya kualitas SDM dalam pengembangan

4. Pencemaran air akibat pertambangan batubara kegiatan tambang 3. Memiliki sarana dan

prasarana transportasi darat 5. Tumpang tindih perijinan dan air (sungai) yang usaha pertambangan memadai dengan usaha lain

4. Jumlah tenaga kerja tersedia cukup besar

5. Prospek pemasaran hasil tambang· terbuka luas

Opportunities- 0 Strategi S- 0 Strategi w-o 1. Kebutuhan dan 1. rnemanfaatkan potensi 1. Lahan pasca tambang

permintaan pasar sumberdaya mineral dan dimanfaatkan untuk domestik dan luar batubara untuk mernenuhi rneningkatkan PAD negeri tinggi permintaan pasar dan 2. mengelolan SDA

2. Pengembangan paket- peningkatan PAD tambang secara bertahap paket ekowisata ·pacta 2. Dukungan kebiiakan untuk memenuhi

Page 76: contoh andal

........

-

~

lubang bekas tambang 3. Pengembangan

marineculture dan tambak pada lubang bukaan tambang

4. Dukungan regulasi (UU No.04 tahun 2009 -dan PP No.22 tahun 2010, dan PERDA pertambangan umum)

5. Peningkatan PAD

Threats-T

1. Banyaknya penambangan liar yang tidak terkendaU

2. Perbaikan kualitas lingkungan, penanganan konflik sosial dan perbaikan kesejahteraan masyarakat

3. Sedimentasi sungai akibat erosi air

4. Konflik antara sektor (pertambangan, kehutanan, perkebunan, pertanian)

5. Konflik dengan masyarakat lokal

6. Degradasi keanekaragaman hayati

pemerintah untuk pemanfaatan lahan pasca tambang sebagai objek wisata dan marineculture serta tambak

3. memanfaatkan tenaga kerja lokal dalam setiap pemanfaatan potensi SDA yang ada

4. Kebutuhan permintaan pasar yang besar memberikan prospek yang baik bagi pemasarana hasil tambang

5. Dukungan kebijakan pemerintah dalam penyusunan rencana peraturan daerah tentang pertambangan umum

Strategi s-T

1. Memanfaatkan lahan pasca tambang sebagai kawasan wisata berbasis alam, marineculteru dan tambak untuk konservasi dan meningkatkan PAD

2. Memanfaatkan dukungan kebijakan pemerintah untuk menyusun PERDA pertambangan yang mengatur konflik yang terjadi

3. Tenaga kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan dalam pengembangan ekowisata, marineculture dan tambak untuk pwningkatan PAD

4. Memanfaatkan dukungan kebijakan pemerintah untuk menyusun PERDA pertambangan yang mengatur perbaikan kualitas lingkungan dan degradasi keanekaragaman hayati

5. Sarana dan prasarana transportasi darat dan air dimanfaatkan untuk penQangkutan hasil tambang

3.

4.

5.

1.

2.

3.

4.

5.

\17

permintaan pasar dan peningkatan PAD Meningkatkan SDM dalam mengelolan pertambangan Memperbaiki kualitas air pada lubang tambang untuk kegiatan ekowisata dan marlneculture dan tambak Membuat PERDA pertambangan umum yang didalamnya mengatur tumpang tindih lahan usaha pertambangan dengan usaha lain disekitarnya,

Strategi W - T

Penegakan hukum yang ketat dalam mengelola SDA tambang yang terbatas untuk mengatasi penambangan liar Membenahi sistem penambangan yang tidak terkendali dengan mengawasi penambangan liar yang ada Meningkatk.an kualitas SDM sehingga penambangan liar dapat diatasi dan kualitas lingkungan dapat terjaga dengan baik Mengatasi pencemaran air oleh aktivitas tambang dalam mengantisipasi munculnya konflik sosial Mengatasi terjadinya tumpang tindih lahan sehingga konflik penggunaan lahan dapat diatasi

Setelah penilaian skala peringkat faktor-faktor kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman, selanjutnya ditentukan grand strategi pengelolaan

dampak pertambangan batubara dengan membuat Tabel IFA (Internal Strategy

Factors Analysis) dan tabel EFA (External Factors AnalysiS) dengan memberi

bobot terhadap masing-masing faktor berdasarkan tingkat kepentingan (skala

prioritas (SP)) yang dikalikan dengan konstanta K=4 nilai kepentingan tertinggi.

Page 77: contoh andal

..........

._,

IV

Nilai skala prioritas 1 menunjukkan nilai rendah, nilai skala prioritas 2

menunjukkan nilai sedang, nilai skala prioritas 3 menunjukkan nilai tinggi, nilai

skala prioritas 4 menunjukkan nilai tertinggi. Hasil pembobotan setiap factor

seperti Tabel 30 dan 31.

Tabel 30. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE).

No. Faktor-faktor Internal 5P K=4 5P X K I Bobot Peringkat Nifai 5kor

Kekuatan(~~

51 Mempunyai potensi 4 4 . 16 0,25 4 1

sumberdaya mineral dan batubara yang cukup besar

52 Dukungan kebijakan 4 4 16 0,25 4 1

Pemerintah cukup besar dalam pengembangan pertambangan umum

53 Memiliki sarana dan 2 4 8 0,13 3 0,39

prasarana transportasi darat dan air (sungai) yang memadai

54 Jumlah tenaga kerja 3 4 12 0,19 4 0,76

tersedia cukup besar

55 Prospek pemasaran hasif 4 4 16 0,25 3 0,75 tambang terbuka luas

Jumlah 17 3,9

Kelemahan (Weak~

Wl Ketersediaan SDA 4 4 16 0,25 4 1 Tambang terbatas

W2 eksploitasi SDA tambang 2 4 8 0,13 3 0,39 yang tidak terbatas

W3 Lemahnya kualitas SDM 2 4 8 0,13 3 0,39

. W4 Pencemaran air aldbat 3 4 12 0,19 3 0,57

I ws kegiatan tambang

Tumpang tindih perijinan 4 4 16 0,25 3 0,75 usaha pertambangan dengan usaha lain

Jumlah 15 3,1

I

I I I

Page 78: contoh andal

I 1

Tabel 31. Matrik External Factors Eva/uatiol (EFE)

No. Faktor-faktor Internal SP K=4 SPx K Bobot Peringkat Nilai Skor

Peluang (Opportunftie&?

01 Kebutuhan dan 4 4 16 0,25 2 0,50 permintaan pasar domestik dan luar negeri tinggi

~ 02 Pengembangan paket- 3 4 12 0,19 3 0,57

pak:et ek:owisata pada lubang bekas tambang

03 Pengembangan 3 4 12 0,19 2 0,38 marineculture .dan tambak pada lubang bukaan tam bang

04 Dukungan regulasi (UU 4 4 16 0,25 4 1 No.04 tahun 2009 dan PP No.22 tahun 2010, dan PERDA pertambangan umum)

OS Peningkatan PAD 2 4 8 0,13 3 0,57

Jumlah 16 3,02

Ancaman (Threats)

T1 Banyaknya penambangan 3 4 12 0,19 4 0,76 liar yang tidak terkendali

T2 Penurunan kualitas 4 4 16 0,25 4 1,00 lingkungan, konflik sosial dan kesejahteraan masyarakat

T3 Sedimentasi sungai akibat 3 4 12 0,19 3 0,57 erosl air

T4 Konflik antara sektor 4 4 16 0,25 4 1,00 (pertambangan, kehutanan, perkebunan, pertanian)

TS Konflik dengan 4 4 16 0,25 4 1,00 rnasyarakatlokal

Degradasi 2 4 8 0,13 3 0,57 '

keanekaragaman hayati I

Jumlah 20 4,9

Page 79: contoh andal

........

..........

...._,

Il.

Berdasarkan Tabel EFE dan IFE dapat dihitung sebagai berikut:

Kekuatan (StrengthS)- Ketemahan (WeaknesseS)= 3,90-3.10 = + 0,80

Peluang ( OpJXJrtinities) - Ancaman (Threats) = 3,02-4,90 = - 1,88

Untuk mengetahui strategi yang harus dilakukan dalam pengelolaan

dampak pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara, maka perlu

dibuat grafik analisis SWOT dengan menggunakan matriks grand strategy. Skor

(nilai) dari matriks internal-eksternal dari hasil wawancara dan kuesioner dapat

digunakan untuk menentukan rancangan pengelolaan pertambangan di

Kabupaten Kutai Kartanegara dalam jangka waktu mendatang. Nilai penjumlahan

untuk faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan sebesar +0,80 (sumbu X

positif) sedangkan nilai penjumlahan faktor eksternal antara peluang dan

ancaman - 1,88 (sumbu Y negatif). Jadi posisi koordinat berada pada (0,80 ; -

1,88), sehingga posisi rancangan berada pada kwadran 2, artinya mendukung

suatu rancangan diversifikasi menggalang kekuatan untuk mengatasi encaman

yang ada. Adapun strategi pengelolaan pertambangan umum di Kabupaten Kutai

Kartanegara seperti terlihat pada Gambar 11.

Sell: Mendukung strategi

stabilisasi (tum around)

Kelemahan (Weaknesses)

Sell : Mendukung strategi

Bertahan (devensive)

Peluang (Opportunity)

0,80

I I

-1,88 1- - .J

Ancaman (Threats)

Sell : Mendukung strategi

agresif

Kekuatan (Strength)

Sell : Mendukung strategi

Diversifikasi

Gambar 11. Grafik Analisis SWOT dalam Menentukan Grand Strategy

Gambar 11 menunjukkan bahwa dalam pengelolaan dampak

pertambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara terutama dalam rangka

menuju pengelolaan pertambangan yang berkelanjutan, maka perlu dilakukan

Page 80: contoh andal

~

...--

·---

'--'

I~

strategi diversifikasi yang menggabungkan kekuatan yang dimiliki untuk

mengatasi ancaman yang ada (strategi Strength - ThreatS). Dengan kata lain,

meskipun dalam pengelolaannya mengalami ancaman (Threats), tetapi memiliki

kekuatan dari sisi internal yang dapat digunakan dalam mengatasi ancaman yang

ada.

Berdasarkan analisis tersebut ada beberapa rekomendasi yang perlu

disarankan diantaranya :

1. Bagi Pemerintah

a. Mengevaluasi kinerja perusahaan pertambangan batubara yang telah

beroperasi dalam melakukan kegiatan penambangan pada setiap

tahapan mulai tahapan pra konstruksi, kontruksi, operasi dan pasca

operasi.

b. Badan Perizinan dan pertanahan agar meneliti dengan baik terhadap

perusahaan yang ijin lahannya timpang tindih, baik pertambangan

batubara yang satu dengan yang lainnya maupun antara perusahaan

batubara dengan usaha perkebunan baik kelapa sawit maupun

perkebunan karet yang saai ini menjadi komoditas unggulan di dinas

perkebunan.

c. Diharapkan pemerintah daerah Kabupaten Kutai Kartanegara dan DPRD

segera merampungkan Peraturan Daerah tentang Pertambangan Umum

di Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara

d. Selanjutnya memberikan sanksi yang tegas kepada perusahaan­

perusahaan yang tidak memenuhi kewajibannya dalam melakukan

reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang yang selama ini

jarang/tidak pernah dilakukan.

2. Bagi Perusahaan

a) Menginventarisasi lahan-lahan milik masyarakat yang akan dibebaskan

untuk kegiatan pertambangan batubara dengan memberikan ganti rugi

lahan dan tanam tumbuh yang memadai sesuai dengan kesepakatan

antara perusahanan dan masyarakat pemilik lahan yang difasilitasi oleh

pemerintah setempat.

Page 81: contoh andal

~

'--'

/'t

b) Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar pertambangan

batubara tentang rencana pembukaan usaha tambang di sekiar

permukiman agar masyarakat mengetahui dan memahami dampak

penambangan batubara di wilayahnya

c) Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada masyarakat lokal

untuk direkrut sebagai karyawan perusahaan sesuai dengan keahlian

yang dimiliki.

d) Pembersihan lahan untuk bukaan tambang dan pembangunan sarana

dan prasarana penunjang lainnya dilakukan tanpa pembakaran untuk

menghindari punahnya satwa-satwa yang ada di dalamnya. Biomassa

vegetasi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan

kualitas tanah pada saat kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan

dilakukan. Biomassa vegetasi yang dibuka dapat dimanfaatkan secara

langsung dengan mencampur secara langsung pada saat pembongkaran

tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup dilakukan untuk selanjutnya di

backfilling pada lubang bekas penambangan.

e) Membangun settling pond pada setiap PIT tambang, ruas jalan angkut

(hauling road) untuk mengurangi aliran permukaan run-off dan erosi

masuk ke badan air secara langsung. Pada settling pond diberikan

perlakuan koagulan berupa tawas untuk mempercepat pengendapan

bahan sediment sebelum aimya di buang kelingkungan. Sedangkan untuk

mengatasi air asam tambang diberikan perlakuan kapur sesuai dengan

tarat yang dibutuhkan

f) Membangun fasilitas oil trap untuk menampung ceceran oli dan minyak

agar tidak masuk ke dalam badang perairan

g) Limbah cair dan lumpur yang akan dipompa ke luar dari lubang tambang

saat penambangan batubara berlangsung, dialirkan ke saluran drainasi

yang telah dibuat untuk segera dimasukkan ke settling pond sebelum

airnya dibuang ke lingkungan.

h) Melakukan pengontrolan dan pemeriksaan kualitas air dan kualitas udara

secara berkala sesuai peraturan yang ada di sekitar permukiman

masyarakat dan lokasi penambangan.

i) Menutup lubang tambang pada lahan yang selesai ditambang dengan

mengembalikan tanah pucuk dan tanah penutup (back filling} .

Page 82: contoh andal

{;)

j) Melakukan reklamasi dan revegetasi lahan bekas penambangan batubara

melalui peningkatan kualitas tanah dengan pemberian kapur dan pupuk

(organik dan an-organik), yang selanjutnya menanam tanaman penutup

tanah yang cepat tumbuh seperti rumput-rumputan dan tananam tahunan

non kehutanan (hortikultura} pada kawasan tambang non budidaya

kehutanan (KBNK).

k) Pengangkutan peralatan tambang yang melewati jalan umum dilakukan

pada malam hari dan mendahulukan kendaraan umum jika terdapat

kedaraan umum yang akan lewat.

I) Melakukan penyiraman jalan tambang minimal dua kali sehari terutama

jalan tambang yang dekat dengan permukiman masyarakat saat kegiatan

angkut batubara berlangsung

m) Melakukan reklamasi dan revegetasi lanjutan pada lahan bekas

penambangan yang belum ditutup. Pemeliharaan tanaman revegatasi

dilakukan selama tiga tahun setelah penambangan batubara berakhir

untuk memberikan kesempatan yang baik bagi pertumbuhan dan

perkembangan yang baik tanaman revegetasi.

n) Bagi lubang tambang yang tidak bisa ditutup karena kekurangan tanah

penutup, dapat diarahkan melalui pengembangan wisata alam atay

perikanan budidaya tambak untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat setempat.

o) Pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi karyawan tambang dilakukan

dengan terlebih dahulu membekali keterampilan untuk berwirausaha

sehingga tidak menimbulkan pengangguran baru pasca penambangan.

3. Bagi Masyarakat

a) Diharapkan selalu menyelesaikan masalah konflik social di lapangan

dengan cara musyawarah dan mufakat

b) Membuat program untuk diajukan kepada perusahaan yang dapat

dibiayai melalui program pemberdayaan masyarakat (CSR)

c) Mengevaluasi dan mengontrol program revegetasi dan reklamasi yang

dilaksanakan perusahaan dan disesuaikan dengan dokumen Amdal,

RKL, dan RPL perusahaan tersebut.

Page 83: contoh andal

~

6.1. Kesimpulan

6AEJVI KESIMPULAN DAN SARAN

/0

Berdasarkan hasil penelitian, dirumuskan berbagai kesimpulan sebagai berikut :

1. Pertambangan batubara memberikan dampak positif terhadap perekonomian

masyarakat di sekitar perusahaan, yaitu meningkatkan pendapatan per bulan,

memberikan peluang kerja dan peluang usaha sehingga dapat memberbaiki

ekonomi masyarakat

2. Kegiatan usaha pertambangan batubara memberikan dampak positif dan negatif

terhadap kondisi sosial masyarakat sekitar perusahaan. Dampak negatifnya

adalah Kehadiran usaha pertambangan meningkatkan konflik antara

masyarakat, antara masyarakat dan perusahaan yang dipicu oleh masalah

limbah, penerimaan tenaga kerja, masalah tumpangtindih lahan, dan tidak

optimalnya perusahaan dalam melaksanakan program pemberdayaan

masyarakat (Comdev) . Selain itu, keberadaan perusahaan batubara memberikan

dampak terhadap menurunnya aktifitas keikutsertaan masyarakat dalam

kegiatan gotong royong terutama kerja bakti dan kegiatan-kegiatan keagamaan,

tetapi memberikan dampak positif terhadap kepedulian pemberian bantuan

dana untuk kegiatan-kegiatan sosial.

3. Kegiatan usaha pertambangan memberikan dampak negatif terhadap

lingkungan fisik, kimia dan biologi. Kerusakan-kerusakan tersebut diantaranya

kerusakan bentang alam, penurunan kesuburan tanah, rusaknya flora dan fauna

endemik, meningkatnya polusi udara dan debu, erosi dan sedimen yang memicu

banjir, kebisingan, rusaknya jalanan umum yang digunakan untuk memuat alat­

alat berat perusahaan, dan adanya limbah yang dapat masuk ke lahan-lahan

pertanian dan sungai sehingga merusak biota perairan dan sumber air yang

digunakan untuk air bersih (minum) dan mencuci.

4. Program pengembangan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh

perusahaan pertambangan batubara didominasi oleh pembangunan

infrastruktur, pemberian beasiswa dan bantuan di bidang kesehatan

Page 84: contoh andal

II

6.2. Saran

1. Disarankan perusahaan menin8katkan kepeduliaan terhadap kehidupan ekonomi dan

social masyarakat sekitar perusahaan melalui program-program pemberdayaan

masyarakat diantaranya melakukan pembinaan dan peningkatan skill, memberikan

bantuan untuk sarana dan prasarana umum, memprioritaskan pemuda lokal untuk

dipekerjakan di perusahaan

2. Diharapkan kepada Perusahaan untuk mentaati Amdal yang di dalamnya telah ada

rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan usaha pemantauan Lingkungan (RPL)

dalam mengeliminir dampak kerusakan lingkungan

3. lnstansi teknis yang bertanggungjawab mengawasi, memonitor, pemantau dampak

ekonomi, social dan lingkungan dari aktifitas perusahaan pertambangan batubara

dan instansi teknis yang memberi izin usaha pertambangan agar benar-benar

mengemban amanah sesuai dengan perundang-undangan yang ada.

Page 85: contoh andal

........

'-'

7S

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. S. 2000. konservasi Tanah dan Air. lnstitut Pertanian Bogor (IPB) Press . . I nstitut Pertanian Bog or. Bogor

Bachriadi, B. 1998. Merana di Tengah Kelimpahan. ELSAM. Jakarta

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara. 2008. Kutai dalam Angka. Bappeda Kutai Kartanegara. Tenggarong

Latifa, S. 2000. Keragaan Accacia mangium wild pada Lahan Bekas Tambang Timah (Studi kasus di areal PT. Timah). Tesis Sekolah Pascasarjana. IPB. Boger.

Pusat Penelitian ttan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral dan Batubara. Departemen ESDM. 2006. Batubara Indonesia. Departemen ESDM. Jakarta

Setiadi, Y. 1999. Status Penelitian dan Pemanfaatan Cendawan Mikoriza arbuskula dan Rizobium untuk Merehabilitasi Lahan Terdegradasi. Dalam Makalah Seminar Nasional Mikoriza I, Tanggal15-16 November. Bogor.

Sitorus. S.R.P. 2000. Pengembangan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan. Jurusan Tanah. Fakultas pertanian lnstitut Pertanian Bogor (IPB). Boger.

Soemarwoto, 0 . 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada Uversity Press. Yogyakarta

Suhala, S, A. F. Yoesoef dan Muta'alim. 1995. Teknologi Pertambangan Indonesia. Pusat Penelitlan dan Pengembangan Teknologi Mineral, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi. Jakarta.

Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hal.

Wardana. W. A. 2001 . Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Yogyakarta.Yogyakarta.

Widodo, S. 2005. Batubara, Produk Strategis yang Harus Jadi Prioritas untuk lndustri Nasional. http://www.google.eem. Diakses pada tanggal 08 Maret 2010. Boger.