ka andal ppgm pertamina

262
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok i PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia menyebutkan bahwa segala bentuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang memberikan dampak besar dan penting terhadap lingkungan diharuskan melakukan telaah dampak yang terjadi, dalam bentuk dokumen AMDAL. Dokumen tersebut merupakan salah satu bentuk studi kelayakan dari sudut pandang aspek lingkungan. Undang-undang yang mengatur mengenai hal tersebut adalah Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang diikuti dengan peraturan perundang- undangan dibawahnya yang lebih rinci, yaitu Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1996 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah, merupakan salah satu kegiatan yang memerlukan kajian AMDAL guna mengantisipasi terjadinya dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positifnya. Kepada pihak-pihak yang terkait ataupun yang berkepentingan dengan adanya rencana usaha/kegiatan tersebut dapat memberikan saran/pendapat guna memperbaiki dokumen ini. Jakarta, November 2007 General Manajer PPGM, Suryasumirat

Upload: suparjo-ope

Post on 14-Dec-2014

874 views

Category:

Documents


260 download

DESCRIPTION

Kerangka Acuan Andal

TRANSCRIPT

Page 1: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok i

PT. PERTAMINA EP - PPGM

KATA PENGANTAR

Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia menyebutkan bahwa segala

bentuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang memberikan dampak besar dan penting terhadap

lingkungan diharuskan melakukan telaah dampak yang terjadi, dalam bentuk dokumen AMDAL.

Dokumen tersebut merupakan salah satu bentuk studi kelayakan dari sudut pandang aspek

lingkungan.

Undang-undang yang mengatur mengenai hal tersebut adalah Undang-Undang No. 23

Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang diikuti dengan peraturan perundang-

undangan dibawahnya yang lebih rinci, yaitu Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1996 tentang

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) di Kabupaten Banggai Sulawesi

Tengah, merupakan salah satu kegiatan yang memerlukan kajian AMDAL guna mengantisipasi

terjadinya dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positifnya.

Kepada pihak-pihak yang terkait ataupun yang berkepentingan dengan adanya rencana

usaha/kegiatan tersebut dapat memberikan saran/pendapat guna memperbaiki dokumen ini.

Jakarta, November 2007General Manajer

PPGM,

Suryasumirat

Page 2: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok ii

PT. PERTAMINA EP - PPGM

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiDAFTAR TABEL vDAFTAR GAMBAR viiiDAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang I-11.2. Tujuan dan Manfaat I-2

1.2.1. Tujuan 1-21.2.2. Manfaat 1-3

1.3. Peraturan I-3

BAB 2. RUANG LINGKUP STUDI2.1. Lingkup Rencana Kegiatan yang Akan Ditelaah dan Alternatif Komponen

Rencana KegiatanII-1

2.1.1. Status dan Lingkup Rencana Kegiatan yang Akan Ditelaah II-12.1.1.1. Status Studi AMDAL II-12.1.1.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang

SetempatII-2

2.1.1.3. Uraian Rencana Kegiatan Penyebab Dampak II-52.1.1.3.1. Uraian Umum Rencana Kegiatan II-52.1.1.3.2. Rencana Kegiatan yang Diduga Akan Menim-

bulkan DampakII-36

2.1.1.4. Kegiatan-Kegiatan yang ada di Sekitar Rencana LokasiKegiatan dan Dampaknya Terhadap Lingkungan

II-71

2.2. Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal II-742.2.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia II-74

2.2.1.1. Iklim, Kualitas Udara dan Kebisingan II-742.2.1.2. Fisiografi dan Geologi II-792.2.1.3. Hidrologi dan Kualitas Air II-862.2.1.4. Kondisi Hidro-Oseanografi II-932.2.1.5. Ruang, Lahan dan Tanah II-1002.2.1.6. Transportasi II-104

2.2.2. Komponen Biologi II-1052.2.2.1. Biota Darat II-1052.2.2.2. Biota Air II-107

2.2.3. Komponen Sosial II-1072.2.3.1. Kependudukan II-1072.2.3.2. Sosial Ekonomi II-1132.2.3.3. Sosial Budaya II-119

Page 3: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok iii

PT. PERTAMINA EP - PPGM

2.2.4. Komponen Kesehatan Masyarakat II-1232.2.4.1. Sumberdaya Kesehatan II-1232.2.4.2. Derajat Kesehatan Masyarakat II-1252.2.4.3. Kesehatan Lingkungan II-128

2.3. Pelingkupan II-1282.3.1. Proses Pelingkupan II-1282.3.2. Hasil Pelingkupan II-165

2.3.2.1. Dampak Penting Hipotetik II-1652.3.2.2. Lingkup Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian II-167

BAB 3. METODE STUDI3.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data III-1

3.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia III-23.1.1.1. Iklim, Kualitas udara Ambien, Kebisingan, Kebauan dan

GetaranIII-2

3.1.1.1.1. Iklim III-23.1.1.1.2. Kualitas udara, kebisingan dan kebauan III-6

3.1.1.2. Fisiografi dan Geologi III-73.1.1.3. Hidrologi dan Kualitas Air III-10

3.1.1.3.1. Hidrologi III-103.1.1.3.2. Kualitas Air III-13

3.1.1.4. Hidro-Oseanografi III-183.1.1.5. Ruang, Lahan dan Tanah III-233.1.1.6. Transportasi Darat III-25

3.1.2. Komponen Biologi III-303.1.2.1. Biota Air Tawar III-30

3.1.2.1.1. Plankton III-313.1.2.1.2. Benthos III-323.1.2.1.3. Nekton III-32

3.1.2.2. Biota Air Laut III-323.1.2.2.1. Terumbu Karang III-323.1.2.2.2. Nekton III-34

3.1.2.3. Vegetasi Alami dan Budidaya III-343.1.2.4. Satwa Liar III-35

3.1.3. Komponen Sosial III-363.1.3.1. Demografi III-383.1.3.2. Sosial Ekonomi III-393.1.3.3. Sosial Budaya III-41

3.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat III-433.2. Metode Prakiraan Dampak Penting III-55

3.2.1. Prakiraan Besaran Dampak III-553.2.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak III-58

3.3. Metode Evaluasi Dampak Penting III-63

Page 4: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok iv

PT. PERTAMINA EP - PPGM

BAB 4. PELAKSANA STUDI4.1. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun AMDAL IV-1

4.1.1. Pemrakarsa IV-14.1.2. Identitas Penyusun AMDAL IV-1

4.2. Biaya Studi IV-34.3. Waktu Studi IV-4

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Page 5: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok v

PT. PERTAMINA EP - PPGM

DAFTAR TABEL

1.1. Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku Sebagai Dasar Pelaksanaan StudiAMDAL PPGM Di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

I-4

2.1. Luas Tapak Proyek Termasuk Kebutuhan Lahan Prasarana dan Sarana Lain II-52.2. Komposisi Gas Hasil Produksi Gas Blok Matindok (dalam % mol) II-72.3. Umur Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok II-82.4. Rencana Sumur Pengembangan Blok Matindok II-132.5. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Pemboran Per Sumur

PengembanganII-37

2.6. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Pembangunan BS dan GPF II-382.7. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Pembangunan Transmisi Gas II-392.8. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Pembangungan GPF II-402.9. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Pembangunan Kilang LNG II-412.10. Peralatan Konstruksi Kilang LNG II-442.11. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Operasional dalam Satu Unit

GPFII-58

2.12. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Penyaluran Gas dan Kondensat II-592.13. Emisi Udara Kilang LNG II-662.14 Data Iklim Wilayah Studi II-742.15. Jumlah dan Lokasi Pengambilan Sampel Untuk Kualitas Udara, Kebisingan dan

KebauanII-75

2.16. Konversi ISPU Menjadi Skala Kualitas Lingkungan II-762.17. Hasil Analisis Kualitas Udara dan Kebauan II-772.18. Rona Lingkungan Awal Kualitas Udara & Kebauan di Sekitar Rencana Kegiatan II-782.19. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan II-792.20. Lokasi Pengambilan Sampel Untuk Kualitas Air Tanah II-872.21. Hasil Analisis Kualitas Air Sumur Penduduk II-882.22. Rekapitulasi Skala Kualitas Lingkungan Air Sumur Penduduk II-892.23. Lokasi Pengambilan Sampel Untuk Kualitas Air Sungai II-892.24. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai II-902.25. Rekapitulasi Skala Kualitas Lingkungan Air Sungai II-912.26. Debit Harian Rata-Rata Sungai Batui, Kabupaten Banggai II-922.27. Konstanta Pasut Yang Diperoleh Dari Pengukuran 15 Hari II-952.28. Jumlah Penduduk Menurut Rasio dan Jenis Kelamin di Wilayah Studi Tahun 2004 II-1072.29. Jumlah Penduduk Menurut Kelahiran, Kematian, Datang dan Pergi di Wilayah

Studi Tahun 2004II-108

Page 6: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok vi

PT. PERTAMINA EP - PPGM

2.30 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Beban Tanggungan diKecamatan di Wilayah Studi Tahun 2004

II-109

2.31. Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Per Kecamatan diWilayah Studi Tahun 2004

II-110

2.32. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan perKecamatan di Wilayah Studi Tahun 2004

II-111

2.33. Produk Domestik Regional Bruto Kab. Banggai Atas Dasar Harga BerlakuMenurut Lapangan Usaha Tahun 1999 – 2003 (juta rupiah)

II-114

2.34. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kab. Banggai Atas DasarHarga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 1999 – 2003 (%)

II-115

2.35. Banyaknya Pemeluk Agama Menurut Kecamatan di Wilayah Studi Tahun 2004 II-1222.36. Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Kecamatan di Wilayah studi Tahun 2004 II-1222.37. Jumlah sarana Kesehatan Menurut Jenis Sarana dan Status Kepemilikan di Kab.

Banggai Tahun 2003II-123

2.38. Banyaknya Dokter Menurut Kecamatan di Kab. Banggai Tahun 2003 II-1242.39. Persentase Sepuluh Besar Penyakit di Kab. Banggai Tahun 2003 II-1262.40. Ringkasan Jenis-jenis dampak hipotetik Rencana Kegiatan Proyek

Pengembangan Gas Matindok Di Kabupaten Banggai Sulawesi TengahII-166

2.41. Desa/Kelurahan yang Menjadi Batas Sosial Rencana Kegiatan PengembanganGas Matindok di Kab. Banggai Sulawesi Tengah

II-169

2.42. Desa/Kelurahan yang Menjadi Batas Administrasi Kegiatan Pengembangan GasMatindok di Kab. Banggai Sulawesi Tengah

II-170

3.1. Penggolongan Tipe Iklim III-53.2. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data untuk Kualitas Udara,

Kebisingan dan KebauanIII-7

3.3. Aspek-aspek Relief yang Merupakan Gabungan yang Erat Antara Topografi,Kemiringan Lereng dan Beda Tinggi Relatif

III-8

3.4. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Fisiografi, Tanah dan Geologi III-93.5. Parameter, serta Metode Pengumpulan dan Analisis Data Hidrologi III-103.6. Parameter Kualitas Air Tanah/Sumur yang akan diukur (Sesuai PERMENKES

907/MENKES/SK/VII/2002)III-13

3.7. Parameter Kualitas Air Permukaan yang akan diukur (Sesuai PP RI No. 82 Tahun2001)

III-14

3.8. Parameter, Teknik Pengujian, Spesifikasi Metode Pengujian Kualitas Air III-173.9. Parameter Kualitas Air Laut untuk Perairan Pelabuhan (Sesuai dengan

KEPMENLH No. 51 Tahun 2004)III-20

3.10. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Hidro-Oseanografi III-213.11. Perbandingan Koefisien Pecah Gelombang dan Faktor Skala Pecah Gelombang III-233.12. Faktor Penyesuaian Lebar Jalur III-263.13. Faktor Penyesuaian Distribusi Hambatan Samping Jalan Dengan Bahu (FCsf) III-273.14. Faktor Penyesuaian Distribusi Hambatan Samping Jalan dengan Kereb (FCsf) III-273.15. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota III-283.16. Faktor Penyesuaian Distribusi Arah (Jalan tanpa median) III-283.17. Kapasitas Dasar (Co) III-283.18. Skala Kualitas Lingkungan Penutupan Terumbu Karang III-333.19. Metode Sampling/Analisis Data dan Peralatan Untuk Pengamatan Komponen

BiologiIII-36

3.20. Lokasi Pengambilan Sampel Komponen Sosial III-37

Page 7: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok vii

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.21. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Demografi, Sosial Ekonomidan Sosial Budaya

III-42

3.22. Lokasi Pengambilan Sampel Komponen Kesehatan Masyarakat III-433.23. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Kesehatan Masyarakat III-443.24. Komponen/Parameter Lingkungan, Metode Pengumpulan dan Lokasi

Pengambilan DataIII-46

3.25. Ringkasan Hasil Analisis Data dan Skala Kualitas Lingkungan Awal Masing-masing Parameter Lingkungan Yang Terkena Dampak

III-54

3.26. Metode Prakiraan Besaran Dampak Untuk Masing-Masing Parameter LingkunganPada Jenis-Jenis Dampak Hipotetik

III-55

3.27. Ringkasan Hasil Prakiraan Besaran Dampak Rencana Kegiatan ProyekPengembangan Gas Matindok Di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

III-57

3.28. Pembobotan Paramater Penentu Tingkat Kepentingan Dampak III-603.29. Penentuan Tingkat Kepentingan Dampak III-613.30. Ringkasan Hasil Penentuan Tingkat Kepentingan Dampak Kegiatan Proyek

Pengembangan Gas Matindok Di Kabupaten Banggai Sulawesi TengahIII-62

3.31. Ringkasan Hasil Evaluasi Dampak Penting III-644.1. Susunan Tim Pelaksana Studi AMDAL IV-24.2. Jadwal Rencana Penyusunan Studi AMDAL PT. Pertamina EP-Matindok Sulawesi

TengahIV-5

Page 8: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok viii

PT. PERTAMINA EP - PPGM

DAFTAR GAMBAR

2.1. Peta Rencana Lokasi Kegiatan PPGM II-32.2. Peta RTRW Kabupaten Banggai yang Termasuk Dalam Wilayah Studi II-42.3. Diagram Blok Rencana Pengembangan Tahap 1 II-92.4. Skema Rencana Pengembangan Tahap 2 II-92.5. Diagram Alir Blok Pengembangan Blok Matindok 2026 II-92.6. Stratigrafi Regional Cekungan Banggai – Sula, Lengan Timur Sulawesi II-122.7. Lokasi Block Station Donggi dan Flowline II-142.8. Lokasi Block Station Matindok dan Flowline II-152.9. Lokasi Block Station Maleoraja dan Flowline II-15

2.10. Lokasi Block Station Sukamaju dan Flowline II-162.11. Lokasi Block Station Minahaki dan Flowline II-162.12. Flowline Diagram II-172.13. Diagram Alir Block Station/Gathering Station II-192.14. Skema Kerja Dehydration Plant II-202.15. Diagram Alir Acid Gas Removal Unit II-222.16. PFD Acid Removal dan Sulvur Recovery Unit (Claus Process) II-242.17. Disain Peletakan Pipa Sejajar Jalan Raya II-492.18. Disain Peletakan Typical Highway Crossing II-492.19. Disain Peletakan Typical River Crossing Di Bawah Dasar Sungai II-502.20. Peta Kegiatan Lain di Sekitar Lokasi Rencana Kegiatan II-732.21. Peta Geologi Daerah Batui II-812.22. Peta Seismicity Sulawesi dari Tahun 1900 II-852.23. Peta Batimetri Wilayah Studi dan Calon Lokasi Rencana Pelabuhan II-942.24. Penggambaran Muka air Pasang Surut di Tanjung Kanali II-962.25. Mawar Angin Maksimum di Wilayah Studi II-972.26. Mawar Gelombang Maksimum II-982.27. Mawar Arus Pasang Surut II-992.28. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Banggai II-1012.29. Pola Pemanfaatan Ruang Skenario Moderat II-1022.30. Bagan Alir Identifikasi Dampak Potensial Rencana Kegiatan Pengembangan Gas

Matindok PT Pertamina di Kab. BanggaiII-131

2.31. Kerangka Proses Pelingkupan Isu Pokok Rencana Kegiatan Pengembangan gasMatindok PT Pertamina di Kab. Banggai

II-132

2.32. Peta Batas Wilayah Studi AMDAL II-1713.1. Poligon Thiessen III- 43.2. Grafik Penentuan Tipe Hujan Menurut Schmidt dan Fergusson (1951) III- 53.3. Peta Rencana Pengambilan Sampel III- 45

Page 9: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok ix

PT. PERTAMINA EP - PPGM

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengumuman Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok

Lampiran 2. Berita Acara Konsultasi Masyarakat Proyek Pengembangan Gas Matindok

Lampiran 3. Foto-foto Kegiatan Konsultasi Masyarakat

Lampiran 4. Daftar Peralatan Berat dan Ringan

Lampiran 5. Peta – Peta

Lampiran 6. Kuesioner Komponen Sosial dan Kesehatan Masyarakat

Lampiran 7. Riwayat Hidup Penyusun Dokumen AMDAL

Lampiran 8. Lain-lain (Kep. MPE No. 300K/38/MPE/1997, Codes and Standards)

Lampiran 9. Gambar-Gambar Pelabuhan Khusus Kilang LNG

Lampiran 10. Gambar Diagram Alir Kilang LNG ”Donggi-Senoro” yang Disederhanakan

Lampiran 11. List of Code, Standard, and Reference

Lampiran 12. Skala Kualitas Lingkungan

Lampiran 13. Tanggapan Notulensi Rapat Tim Teknis dan Komisi Penilai AMDAL Pusat

Pembahasan KA-ANDAL PPGM

Lampiran 14. Surat Persetujuan KA. ANDAL

Page 10: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok I-1

PT PERTAMINA EP - PPGM

Bab-1PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di

Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut, dibentuk

Pengelola yaitu Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Pada saat penyusunan dokumen

ini, peran PT PERTAMINA mengalami perubahan sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun

2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, di mana tugas manajemen Kegiatan Minyak dan Gas Bumi

Hulu dipindahkan dari Pertamina menjadi tugas Badan Pelaksana Minyak dan Gas Bumi

(BPMIGAS). Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

tersebut PT PERTAMINA (Persero) membentuk anak perusahaan yaitu PT Pertamina-EP yang

khusus menangani dalam Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. PT Pertamina - EP dibentuk

berdasarkan Akta Notaris nomor 4 pada tanggal 13 September 2005.

Page 11: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok I-2

PT PERTAMINA EP - PPGM

PPGM merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia

serta akan berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai

negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Pembangunan PPGM sangat tepat waktu karena akan

meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi

negara dan kemungkinan sebagian untuk substitusi BBM dalam negeri. LNG Arun yang terdapat

di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sedang mengalami penurunan produksi. Oleh karena itu,

Proyek LNG ini akan memperkuat produksi LNG Indonesia yang dapat dipasarkan dan akan

menjadi pusat ekspor LNG keempat di Indonesia. PPGM diharapkan akan beroperasi pada tahun

2009.

Proyek Pengembangan Gas Matindok merupakan kegiatan pembangunan fasilitas yang

lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari

rencana sumur pengembangan yang berasal dari 5 lapangan gas bumi, yaitu: lapangan-

lapangan gas Donggi, Matindok, Maleoraja, Sukamaju, dan Minahaki. Kemudian gas tersebut

disalurkan melalui pipa menuju kilang LNG, untuk kemudian gas tersebut dipasarkan melalui

pelabuhan menggunakan kapal tanker LNG.

Kemampuan produksi gas dari Blok Matindok diperkirakan ± 100 MMSCFD (gross),

dengan kandungan kondensat ± 850 bopd, dan air yang terikut diproduksikan diperkirakan ±

2500 bwpd, dengan prakiraan umur produksi 20 tahun yang didasarkan atas besarnya cadangan

gas yang ada dan hasil kajian keekonomian pengembangan lapangan. Gas yang diproduksi

mengandung CO2 ± 2,5%, Total Sulfur ± 3.000 ppm dan kemungkinan juga mengandung unsur

yang lainnya.

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT

1.2.1. Tujuan

Tujuan Proyek ini adalah memproduksi gas bumi, menyalurkan gas ke kilang LNG, memproses

gas menjadi Liquid Natural Gas (LNG), serta mengangkut LNG dan hidrokarbon cair (kondensat)

ke pasaran. Dalam upaya untuk mencapai tujuan itu maka PPGM merencanakan akan

melakukan kegiatan pengembangan Sumur Gas, pembangunan Block Station (BS) atau Fasilitas

Pemrosesan Gas (Gas Processing Facility, disingkat GPF), pemasangan Pipa Penyalur Gas dan

pembangunan Fasilitas Kilang LNG, termasuk fasilitas pelabuhan laut khusus. Pelabuhan laut

khusus tersebut direncanakan akan dibangun pada dua alternatif lokasi yaitu di daerah

Kecamatan Batui dan Kecamatan Kintom Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Page 12: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok I-3

PT PERTAMINA EP - PPGM

1.2.2. Manfaat

Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) ini sangat bermanfaat secara ekonomi,

sosial dan teknologi bagi kepentingan lokal, regional, dan nasional. Manfaat PPGM itu antara

lain:

1. Tersedianya Gas, Liquid Natural Gas (LNG), hidrokarbon cair (kondensat) dan

belerang (sulphur)

2. Peningkatan pendapatan bagi Kabupaten Banggai (tingkat lokal), Provinsi Sulawesi

Tengah (tingkat regional) dan tingkat nasional melalui pajak dan royalti dari hasil

penjualan LNG, kondensat dan belerang (sulphur).

3. Memberikan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat lokal, regional dan nasional

4. Peningkatan kemampuan bangsa dalam penguasaaan teknologi produksi gas.

Selain bermanfaat secara ekonomi, sosial dan teknologi, pelaksanaan Proyek

Pengembangan Gas Matindok ini diperkirakan akan dapat menimbulkan dampak negatif

terhadap beberapa komponen lingkungan hidup. Oleh karena itu PT Pertamina EP – PPGM

bermaksud melaksanakan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sebelum

dilakukan pembangunan fisik di lapangan. Hal ini sesuai dengan komitmen perusahaan untuk

berpartisipasi mewujudkan perlindungan terhadap lingkungan pada setiap kegiatan yang

dilakukan. Disamping itu, terkait dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.

11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Hasil studi AMDAL pada dasarnya

berupa informasi tentang berbagai komponen kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan

dampak besar dan penting yang bersifat positif dan negatif, penilaian kelayakan lingkungan dari

rencana kegiatan tersebut.

1.3. PERATURAN

Di bawah ini adalah daftar peraturan dan perundang-undangan yang berlaku yang terkait

dengan rencana kegiatan dan peraturan sebagai dasar pelaksanan studi AMDAL (Tabel 1.1).

Page 13: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok I-4

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 1.1. Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku Sebagai Dasar PelaksanaanStudi AMDAL PPGM Di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

A. Undang-UndangRepublik Indonesia Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan

1. Undang-Undang No. 5Tahun 1960

Pokok-pokok Agraria Terkait dengan pengadaan lahan

2. Undang-Undang No. 4Tahun 1985

Perikanan Terkait dengan kegiatan pemasangan pipa didasar laut

3. Undang-Undang No. 5Tahun 1990

Konservasi Sumberdaya AlamHayati dan Ekosistemnya

Terkait dengan keberadaan berbagai ekosistemalam dan adanya Cagar Alam Bangkiriang disekitar rencana kegiatan

4. Undang-Undang No. 14Tahun 1992

Lalulintas dan Angkutan Jalan Penggunaan jalan Provinsi dan jalan-jalan umumuntuk kegiatan proyek

5. Undang-Undang No. 21Tahun 1992

Pelayaran Terkait dengan adanya rencana pengangkutanLNG dengan moda kapal laut

6. Undang-Undang No. 23Tahun 1992

Kesehatan Terkait dengan pemeliharaan kesehatan pekerjadan masyarakat sekitar rencana kegiatan

7. Undang-Undang No. 26Tahun 2007

Penataan Ruang Terkait dengan kesesuaian lokasi rencanakegiatan dengan tata ruang

8. Undang-Undang No. 5Tahun 1994

Pengesahan Konvensi Internasionalmengenai Keanekaragaman Hayati

Terkait dengan upaya pengelolaan keaneka-ragaman hayati yang ada di beberapa bagianlokasi proyek

9. Undang-Undang No. 1Tahun 1995

Perseroan Terbatas Terkait dengan status hukum institusipemrakarsa

10. Undang-Undang No. 23Tahun 1997

Pengelolaan Lingkungan Hidup Terkait dengan arti penting Studi AMDAL

11. Undang-Undang No. 41Tahun 1999

Kehutanan Terkait dengan keberadaan lahan yang akandigunakan oleh proyek yang dikuasasi olehDepartemen Kehutanan dan perkebunan

12. Undang-Undang No. 22Tahun 2001

Minyak dan Gas Bumi Terkait dengan operasional usaha peminyakandan gas bumi

13. Undang-Undang No. 65Tahun 2001

Pajak Daerah Terkait dengan kewajiban pemrakarsa untukmembayar pajak untuk daerah

14. Undang-Undang No. 20Tahun 2002

Ketenagakerjaan Terkait dengan tatacara dan pengaturanrekrutmen dan hak serta kewajiban pemrakarsaterhadap tenaga kerja

15. Undang-Undang No. 19Tahun 2003

Badan Usaha Milik Negara Terkait dengan status pemrakarsa sebagaiBadan Usaha Milik Negara

16. Undang-Undang No. 7Tahun 2004

Sumberdaya Air Terkait dengan hubungan Pemrakarsa meng-gunakan sungai untuk kegiatan pemboran gas

17. Undang-Undang No. 16Tahun 2004

Perikanan Terkait dengan hubungan pemrakarsa meng-gunakan air laut sebagai tempat pelabuhan gas

18. Undang-Undang No. 32Tahun 2004

Pemerintahan Daerah Terkait dengan hubungan pemrakarsa dengankewenangan pemerintah daerah sebagai daerahotonom

19. Undang-Undang No. 33Tahun 2004

Perimbangan Keuangan antaraPemerintah Pusat dan PemerintahDaerah

Terkait dengan pengaturan kewajiban pemra-karsa untuk membayar pajak untuk daerah danpemerintah pusat

Page 14: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok I-5

PT PERTAMINA EP - PPGM

B.Peraturan

PemerintahRepublik Indonesia

Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan

1. PP No. 19 Tahun 1973 Pengaturan dan PengawasanKeselamatan Kerja di BidangPertambangan

Terkait dengan tata cara pengaturan danpengawasan untuk keselamatan kerja dibidang pertambangan

2. PP No. 35 Tahun 1991 Sungai Terkait dengan keberadaan banyak sungai yangterpotong oleh pemasangan pipa dan peng-gunaan air sungai dalam kegiatan proyek.

3. PP No. 41 Tahun 1993 Angkutan Jalan Terkait dengan pengaturan dan pengawasanmoda angkutan darat yang digunakan dalamproyek

4. PP No. 43 Tahun 1993 Prasarana dan Lalulintas Jalan Terkait dengan pengaturan dan pengawasanprasarana dan lalulintas kendaraan darat yangdigunakan dalam proyek

5. PP No. 47 Tahun 1997 Rencana Tata Ruang WilayahNasional

Kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan tataruang

6. PP No. 62 Tahun 1998 Penyerahan Sebagian UrusanPemerintah di Bidang KehutananKepada Daerah

Terkait adanya kemungkinan penyerahansebagian urusan pemerintah di bidangkehutanan kepada daerah yang terkait denganrencana kegiatan

7. PP No. 68 Tahun 1998 Konservasi Sumberdaya Alam danKawasan Pelestarian Alam

Terkait dengan upaya konservasi di sekelilingwilayah studi

8. PP No. 85 Tahun 1999 Perubahan PP. No. 18 Tahun 1999Tentang Pengelolaan LimbahBahan Berbahaya dan Beracun

Terkait dengan pengaturan dan pengawasanlimbah B3 yang dihasilkan oleh rencanakegiatan

9. PP No. 19 Tahun 1999 Pengendalian Pencemarandan/atau Perusakan Laut

Pengaturan dan pengendalian pencemaran dan/atau perusakan laut yang terkait dengankegiatan di pantai

10. PP No. 27 Tahun 1999 Analisis Mengenai DampakLingkungan

Terkait dengan arti penting pelaksanaan studiAMDAL

11. PP No. 41 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran Udara Terkait dengan pengaturan dan pengendalianpencemaran udara yang mungkin ditimbulkanoleh rencana kegiatan

12. PP No. 82 Tahun 1999 Angkutan di Perairan Pengaturan dan pengawasan tentang lalulintaskapal laut yang digunakan dalam rencanakegiatan

13. PP No. 81 Tahun 2000 Kenavigasian Terkait dengan operasional dermaga14. PP No. 150 Tahun

2000Pengendalian Kerusakan Tanahuntuk Produksi Biomasa

Terkait dengan pengaturan dan pengendaliankerusakan tanah yang ditimbulkan oleh proyekuntuk produksi biomasa

15. PP No. 74 Tahun2001

Pengelolaan Bahan Berbahayadan Beracun (B3)

Terkait dengan pengaturan, penanganan danpengawasan limbah B3 yang dihasilkan olehrencana kegitan

Page 15: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok I-6

PT PERTAMINA EP - PPGM

B.Peraturan

PemerintahRepublik Indonesia

Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan

16. PP No. 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air danPengendalian Pencemaran Air

Terkait dengan pengaturan dan pengelolaankualitas air dan pengendalian pencemaran airoleh rencana kegiatan, terutama pada tahapoperasional.

17. PP No. 42 Tahun 2002 Badan Pelaksana Kegiatan UsahaHulu Minyak dan Gas Bumi

Terkait dengan hak dan kewajiban BadanPelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan GasBumi dalam pembinaan kegiatan migas olehpemrakarsa.

18. PP No. 51 Tahun 2002 Perkapalan Terkait dengan operasional dermaga19. PP No. 20 Tahun 2006 Irigasi Pengaturan dan pengawasan terhadap pem-

boran yang akan mencemari irigasi masyarakat20. PP No. 109 Tahun

2006Penanggulangan Keadaan DaruratTumpahan Minyak di Laut

Terkait dengan upaya penanggulangantumpahan minyak di laut

21. PP No. 6 Tahun 2007 Tata Hutan dan PenyusunanRencana Pengelolaan, Pemanfaatandan Penggunaan Kawasan Hutan

Pengaturan yang terkait dengan adanyapenggunaan sebagian kawasan hutan untukkegiatan migas

22. PP No. 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan Pemerin-tahanantara Pemerintah, PemerintahDaerah Provinsi dan PemerintahDaerah Kabupaten/Kota

Terkait dengan hubungan pemrakarsa dengankewenangan Pemerintah Daerah

C. Keputusan PresidenRepublik Indonesia

Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan

1. Keppres No. 18 Tahun1978

Ratifikasi International Conventionon Civil Liability for Oil PollutionDamage 1969 (CLC 1969)

Terkait dengan pengaturan, pencegahan danpenanggulangan pencemaran minyak

2. Keppres No. 46 Tahun1986

Pengesahan Convention for thePrevention of Pollution from Ships(Marpol 1973/1978 Annex I & II)

Terkait dengan upaya-upaya pencegahan danpengendalian pencemaran air laut yangdiakibatkan oleh kegiatan lalulintas kapal laut

3. Keppres No. 32 tahun1990

Pengelolaan Kawasan Lindung Terkait dengan pengaturan pengelolaankawasan lindung yang terpengaruh oleh rencanakegiatan.

4. Keppres No. 43 Tahun1991

Konservasi Energi Terkait dengan upaya-upaya konservasi energiyang akan dilaksanakan oleh pemrakarsa dalamoperasionalisasi proyek.

5. Keppres No. 102Tahun 2006

Penanggulangan KeadaanDarurat Tumpahan Minyak diLaut

Terkait dengan pengaturan, pencegahan danpenanggulangan pencemaran minyak

6. Perpres No. 65 Tahun2006

Pengadaan Tanah BagiPelaksanaan Pembangunan untukKepentingan Umum

Pengaturan dan pengawasan pengadaan tanahbagi pemrakarsa yang terkait untuk kepentinganumum.

Page 16: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok I-7

PT PERTAMINA EP - PPGM

D. Keputusan Menteri Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan1. Kep.Men Perhubungan

No. 215/N.506/PHB-87Pengadaan Fasilitas PenampunganLimbah dari Kapal

Terkait adanya kewajiban pemrakarsa untukmengadakan fasilitas penampungan limbah darikapal-kapal.

2. Kep.Men.Neg Kependu-dukan dan LingkunganHidup No. 02/MENKLH/I/ 1988

Pedoman Penetapan Baku MutuLingkungan

Terkait dengan batas Baku Mutu Lingkunganuntuk berbagai parameter lingkungan yangharus diacu oleh pemrakarsa

3. Kep.Men.Hub. No. KM23 Tahun 1990

Usaha Salvage dan/atau PekerjaanBawah Air (PBA)

Terkait dengan pekerjaan pemasangan pipa

4. Kep.Men PerhubunganNo. KM 86 Tahun 1990

Pencegahan Pencemaran Minyakdari Kapal-kapal

Terkait dengan upaya-upaya pengaturan,pengawasan dan pencegahan terjadinyapencemaran minyak dari kapal-kapal.

5. Kep. MPE No.06P/0746/M.PE/ 1991

Pemeriksaan Keselamat-an KerjaUntuk Instalasi, Peralatan, danTeknis

Adanya kewajiban untuk melakukanpemeriksaan keselamatan kerja untuk instalasi,peralatan dan teknis secara rutin.

6. Kep. MNLH No. Kep-35/ MENLH/10/1993

Ambang Batas Emisi Gas BuangKendaraan Bermotor

Adanya batasan emisi gas buang bagikendaraan bermotor yang digunakan olehpemrakarsa

7. Kep.Men PU No.63/PRT/ 1993

Batas Badan Sungai, Per-untukanSungai, Daerah PengawasanSungai dan Bekas Sungai

Terkait dengan pengaturan dan pengawasanpenggunaan badan dan air sungai yang diguna-kan oleh pemrakarsa

8. Kep.Men Hub No. KM67/ 1993

Tata Cara Pemeriksaan Teknik danLaik Jalan Kendaraan Bermotor diJalan

Terkait dengan pemeriksaan kelaikan jalankendaraan bermotor yang digunakan olehpemrakarsa

9. Kep.Men Hub No. KM69/ 1993

Penyelenggaraan Angkutan Barangdi Jalan

Adanya pedoman yang harus diikuti olehpemrakarsa dalam penyelenggaraan angkutanbarang di jalan

10. Kep. MPE No. 103.K/008/ MEM/ 1994

Pengawasan atas PelaksanaanRencana Pengelolaan Lingkungandan Rencana PemantauanLingkungan Dalam BidangPertambangan dan Energi

RKL dan RPL nanti akan dilaksanakan dandilaporkan dengan tertib oleh pemrakarsa,karena pelaksanaan dan laporan itu akan selaludievaluasi oleh institusi pembina kegiatanmigas.

11. Kep.Men LH No. 13/MENLH/1995

Baku Mutu Emisi Sumber TidakBergerak

Baku mutu emisi sumber tidak bergerak ini akandiacu dalam setiap operasi alat non mobil yangmengeluarkan emisi

12. Kep. MNLH No. Kep-48/ MENLH/ 11/1996

Baku Tingkat Kebisingan Baku mutu tingkat kebisingan ini akan diacudalam setiap operasi alat yang mengeluarkankebisingan

Page 17: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok I-8

PT PERTAMINA EP - PPGM

D. Keputusan Menteri Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan

13. Kep. MNLH No. Kep-49/ MENLH/ 11/1996

Baku Mutu Tingkat Getaran Baku mutu tingkat ini akan diacu dalam setiapoperasi alat atau kegiatan penyebab getaran.

14. Kep. MNLH No. Kep-50/ MENLH/ 11/1996

Kebauan Baku mutu kebauan ini akan diacu dalam setiapoperasi kegiatan yang menimbulkan kebauan.

15. Kep. MPE No.300.K/38/ M/ PE/ 1997

Keselamatan Kerja Pipa PenyalurMinyak dan Gas Bumi

Pedoman ini akan dijadikan acuan bagipemrakarsa dalam pemasangan pipa

16. Kep. MESDM No. 1457K/ 38/MEM/2000

Pedoman Teknis PengelolaanLingkungan di BidangPertambangan dan Energi

Pedoman ini akan menjadi pertimbangan pentingdalam penyusunan Dokumen AMDAL

17. Kep.Men.Neg. LH No. 4Tahun 2001

Kriteria Baku & PedomanPenentuan Kerusakan TerumbuKarang

Terumbu karang merupakan salah satukomponen lingkungan hidup yang terkenadampak kegiatan

18. Kep.Men.Hub. No. KM53 Tahun 2002

Tatanan Kepelabuhanan Terkait dengan operasional dermaga

19. Kep.Men.Hub. No. KM55 Tahun 2002

Pengelolaan Pelabuhan Khusus Terkait dengan operasional dermaga

20. Kep.Men.Hub. No. KM63 Tahun 2002

Organisasi Tata Kerja KantorPelabuhan (KANPEL)

Terkait dengan operasional dermaga

21. Kep.Men.Kes. No. 876/Men.Kes/SK/VII/2001

Pedoman Analisis DampakKesehatan Lingkungan

Pedoman untuk mengkaji aspek kesehatanmasyarakat dalam AMDAL

22. Permen Kesehatan No.416 Tahun 1990

Syarat-syarat dan Penga-wasanKualitas Air Bersih

Terkait dengan syarat-syarat pengawasankualitas air untuk keperluan domestik

23. Kep. MNLH No. 112Tahun 2003

Baku Mutu Air Limbah Domestik Terkait dengan pengaturan mutu air limbahdomestik yang keluar dari IPAL rencana kegiatan

24. Kep. MNLH No. 128Tahun 2003

Tatacara dan Persyaratan TeknisPengelolaan Tanah Terkontaminasioleh Minyak Bumi Secara Biologis

Pedoman ini akan digunakan oleh pemrakarsadalam penanganan tanah yang kemungknanterkontaminasi oleh kegiatan

25. Kep. MNLH No. 129Tahun 2003

Baku Mutu Emisi Usaha dan atauKegiatan Minyak dan Gas Bumi

Pedoman ini akan dijadikan acuan dalam upayapengendalian emisi dari kegiatan operasional

26. Per.Men.Hut No.19/Men.Hut-11/2004

Kolaborasi Pengelolaan KawasanSuaka Alam dan Pelestarian Alam

Terkait dengan lokasi rencana kegiatan dengankawasan lindung

27. Per.Men.Hub. No. KM 7Tahun 2005

Sarana Bantu Navigasi Pelayanan(SBNP)

Terkait dengan operasional dermaga

28. Kep.Men.LH No. 51Tahun 2004

Baku Mutu Air Laut Pedoman dalam pengelolaan kualitas air laut

29. Kep.MN.LH No. 45Tahun 2005

Pedoman Penyusunan LaporanPelaksanaan RKL dan RPL

Pedoman dalam penyusunan laporanpelaksanaan RKL dan RPL

30. Per. Men. NegaraLingkungan HidupNo. 08 Tahun 2006

Pedoman Penyusunan AnalisisMengenai Dampak LingkunganHidup.

Pedoman ini digunakan acuan dalampenyusunan dok. AMDAL

31. Kep.Men. PU No. 63PRT Tahun 1993

Batas Badan Sungai, PeruntukanSungai, Daerah PengawasanSungai dan Bekas Sungai

Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalammenjelaskan peruntukan sungai

Page 18: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok I-9

PT PERTAMINA EP - PPGM

D. Keputusan Menteri Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan

32. Per. Men. NegaraLingkungan Hidup No.11 Tahun 2006

Jenis Rencana Usaha dan atauKegiatan yang Wajib Dilengkapidengan Analisis Mengenai DampakLingkungan Hidup

Berdasarkan Peraturan ini rencana kegiatanPPGM termasuk dalam rencana kegiatan yangwajib dilengkapi dengan Dokumen AMDAL

33. Per.Men. ESDM No.045 Tahun 2006

Pengelolaan Lumpur Bor, LimbahLumpur dan Serbuk Bor padakegiatan Pengeboran Minyak danGas Bumi

Sebagai acuan dalam pengelolaan lumpur bor,limbah lumpur dan serbuk bor yang dihasilkankegiatan ini

34. Per.Men.Hut No.64/Men. Hut-11/2006

Perubahan Permen Hut No.P.14/MENHUT-II/2006 tentangPedoman Pinjam Pakai KawasanHutan

Terkait dengan lokasi rencana kegiatan dengankawasan hutan.

E. Keputusan/Pera-turan Kepala BPN,

Bapedal dan lainnya

Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan

1. Petunjuk PelaksanaanNo. Pol. Juklak29/VII/1991

Pengawasan, Pengendalian danPengamanan Bahan Peledak NonOrganik ABRI

Bahan peledak kemungkinan akan digunakanterutama dalam pelaksanaan konstruksi.

2. Peraturan Kepala BPNNo. 2 Tahun 1993

Tatacara Memperoleh Izin Lokasidan Hak-Hak Atas Tanah UntukPerusahaan

Prosedur yang harus diikuti pemrakarsa dalammemperoleh izin lokasi dan hak-hak atas tanahuntuk perusahaan

3. Keputusan Kepala BPNNo. 22 Tahun 1993

Petunjuk Peraturan Kepala BPN No.2 Tahun 1993

Petunjuk ini merupakan penjelasan dari tatacarayang harus diikuti pemrakarsa dalammemperoleh izin lokasi dan hak-hak atas tanahuntuk perusahaan

4. Kep.Ka. Bapedal No.56/ BAPEDAL/ 1994

Pedoman Mengenai UkuranDampak Penting

Pedoman ini akan diacu untuk menentukandampak penting dalam studi AMDAL

5. Kep.Ka. Bapedal No.01/ BAPEDAL/09/1995

Tatacara dan Persyaratan TeknisPenyimpanan dan PengumpulanLimbah Bahan Berbahaya danBeracun – B3

Akan diacu oleh pemrakarsa dalam penyimpanansementara dan pengumpulan limbah B3

6. Kep.Ka. Bapedal No.02/ BAPEDAL/09/1995

Dokumen Limbah B3 Akan diacu dalam sistem pelaporanpenyimpanan dan penanganan Limbah B3

7. Kep.Ka. Bapedal No.03/ BAPEDAL/09/1995

Persyaratan Teknis PengolahanLimbah B3

Hanya sebagai pertimbangan bahwa persyaratanteknis pengolahan limbah B3 sangat berat,sehingga kemungkinan pengolahan limbah B3oleh pemrakarsa akan diserahkan pihak ketigayang berkompeten.

8. Kep.Ka. Bapedal No.04/BAPEDAL/09/1995

Tatacara PersyaratanPenimbunan Hasil Pengolahan,Persyaratan Lokasi BekasPengolahan dan Lokasi BekasPenimbunan Limbah B3

Hanya sebagai pertimbangan bahwapersyaratan teknis pengolahan limbah B3sangat berat, sehingga kemungkinanpengolahan limbah B3 oleh pemrakarsa akandiserahkan pihak ketiga yang berkompeten

Page 19: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok I-10

PT PERTAMINA EP - PPGM

E. Keputusan/Pera-turan Kepala BPN,

Bapedal dan lainnya

Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan

9. Kep.Ka. Bapedal No.05/ BAPEDAL/09/1995

Simbol dan Label Limbah B3 Simbol dan Label Limbah B3 yang akan diacuoleh pemrakarsa

10. Kep.Ka. Bapedal No.255/ BAPEDAL/01/1995

Tata Cara & PersyaratanPenyimpanan dan pengumpulanMinyak Pelumas Bekas

Sebagai pedoman dalam pengelolaan minyakpelumas bekas

11. Kep.Ka. Bapedal No.205/ 1996

Metode Pemantauan Emisi Udara Pedoman dan metode ini akan diikuti olehpemrakarsa dalam pelaksanaan pemantauanemisi udara akibat rencana kegiatan dantertuang dalam dokumen RPL

12. Kep.Ka. Bapedal No.229/11 /1996

Pedoman Teknis Kajian AspekSosial Dalam Penyusunan AMDAL

Pedoman ini akan diacu dan untuk pertimbangandalam proses penyusunan dok. AMDAL

13. Kep.Ka. Bapedal No.255/BAPEDAL/08/ 1996

Tatacara dan PersyaratanPenyimpanan dan PengumpulanMinyak Pelumas Bekas

Prosedur ini akan diikuti oleh pemrakarsa dalammekanisme penyimpanan dan pengumpulanminyak pelumas bekas

14. Kep.Ka BAPEDAL No.124/12/ 1997

Panduan Kajian Aspek KesehatanMasyarakat Dalam PenyusunanAMDAL

Pedoman ini akan diacu dan untuk pertim-bangan dalam proses penyusunan dok. AMDAL

15. Kep. Ka BAPEDAL No.08 Tahun 2000

Keterlibatan Masyarakat danKeterbukaan Informasi DalamProses Analisis Mengenai DampakLingkungan Hidup

Pedoman ini diacu dalam pelaksanaan kegiatansosialisasi dan konsultasi masyarakat

F. Peraturan Daerah1. Peraturan Daerah

Propinsi SulawesiTengah No. 2 Tahun2004

Rencana Tata Ruang WilayahPropinsi Sulawesi Tengah

Panduan dalam penetapan keterkaitan lokasirencana kegiatan dengan rencana tata ruangwilayah di daerah

G. Lain-lain Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan1. Panduan Pengelolaan

Lumpur BorPERTAMINA-BPPKATahun 1994

Panduan ini akan diacu oleh pemrakarsa dalampenanganan lumpur bor

2. StandardPertambangan MigasNo. 50.54. 2-1994

Sistem Perpipaan Transmisi danDistribusi Gas

Panduan ini akan diacu oleh pemrakarsa dalampembangunan dan pemeliharaan sistemperpipaan transmisi dan distribusi gas

3. Codes and Standards Panduan ini akan diacu oleh pemrakarsan dalampelaksanaan kegiatan dalam proyek PGM.(Lihat Lampiran 8)

4. Protokol 1996 atasKonvensi tentang Pen-cegahan PencemaranLaut oleh DumpingLimbah dan Bahan lain,1972 dan Resolusi yangdiadopsi oleh SidangKhusus

Pedoman dalam upaya pencegahan pencemaranlaut oleh berbagai bahan pencemar

Page 20: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-1

PT PERTAMINA EP - PPGM

Bab-2RUANG LINGKUP STUDI

2.1. LINGKUP RENCANA KEGIATAN YANG AKAN DITELAAH DAN ALTERNATIFKOMPONEN RENCANA KEGIATAN

2.1.1. Status dan Lingkup Rencana Kegiatan yang akan ditelaah

2.1.1.1. Status Studi AMDAL

Secara umum status studi AMDAL yang sedang dikerjakan ini dilakukan setelah studi

kelayakan ekonomi selesai dan dilakukan bersamaan dengan studi kelayakan teknis. Sejauh ini

PPGM telah melakukan sejumlah kajian atau penyelidikan dan aktivitas, termasuk:

Pemboran seismic, eksplorasi dan delineasi guna mengidentifikasi lapangan gas alam yang

ada untuk menentukan cadangan yang tersedia.

Seleksi lokasi Kilang LNG yang diusulkan.

Konsultasi Publik

Baseline study (pengumpulan data meteorologis, geologi, kelautan dan lingkungan sosial

ekonomi yang spesifik untuk lokasi pemilihan pelabuhan).

Studi gempa bumi dan tsunami

Studi pemilihan material dan pemilihan teknologi, dan

Kajian Permulaan Pekerjaan Desain.

Page 21: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-2

PT PERTAMINA EP - PPGM

2.1.1.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang Setempat

Lokasi rencana kegiatan PPGM meliputi wilayah yang termasuk dalam Kecamatan Toili

Barat, Kecamatan Toili dan Kecamatan Batui, dan Kecamatan Kintom Kabupaten Banggai

(Gambar 2.1).

Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah No 2 Tahun 2004 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah (Lampiran 5.1) serta sesuai pula

dengan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banggai Tahun 2003-2013

(Bappeda Kab. Banggai, 2003) menunjukkan bahwa wilayah rencana kegiatan di Kecamatan

Toili Barat, Toili, Batui dan Kintom termasuk dalam Wilayah Pengembangan Selatan dan

bersinggungan dengan Suaka Margasatwa Bangkiriang. Rencana struktur ruang wilayah untuk

masing-masing ibukota kecamatan di wilayah kegiatan PPGM akan dikembangkan berbeda-

beda, dimana ibukota Kecamatan Toili direncanakan akan menjadi Kota Pusat Kegiatan Lokal

(KPKL), ibukota Kecamatan Batui akan dikembangkan menjadi Kota Pusat Kegiatan Sub Wilayah

(KPKSW), dan ibukota Kecamatan Kintom akan dikembangkan menjadi Kota Pusat Kegiatan

Khusus (KPKK).

Pola pemanfaatan ruang, menurut skenario moderat, setiap wilayah kecamatan lokasi

proyek juga berbeda-beda. Di bagian wilayah Kecamatan Toili Barat yang menjadi tapak proyek

pengembangan gas Matindok akan dimanfaatkan untuk pengembangan permukiman, lokasi

perusahaan, tanaman pangan, kawasan lindung, dan sebagian kecil untuk cadangan

pemanfaatan lain-lain. Di bagian wilayah wilayah Kecamatan Toili yang menjadi tapak proyek

pengembangan gas Matindok akan dimanfaatkan untuk pengembangan lokasi perusahaan,

tanaman pangan, permukiman dan sebagian kecil untuk cadangan pemanfaatan lain-lain.

Sementara itu bagian wilayah Kecamatan Batui yang menjadi lokasi tapak proyek

pengembangan gas Matindok akan dimanfaatkan untuk hutan suaka (Suaka Margasatwa

Bangkiriang), kawasan lindung, transmigrasi, permukiman, tanaman pangan, lokasi industri dan

perkebunan. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banggai secara detil disajikan pada

Gambar 2.2.

Jadi secara umum lokasi rencana kegiatan PPGM sesuai dengan tata ruang (RTRW)

Kabupaten Banggai (Bappeda Kab. Banggai, 2003) yang saat ini masih berlaku, kecuali rencana

jalur pipa yang melewati Suaka Margasatwa Bangkiriang. Oleh karena itu perlu adanya alternatif

jalur pipa yang tidak memotong kawasan Suaka Margasatwa Bangkiriang.

Pihak PPGM telah melakukan penanganan bersama dengan Dinas Kehutanan Pusat pada

tanggal 6 Juli 2007 untuk membicarakan perihal tersebut di atas dan hasilnya masih menunggu

keputusan dari Direktorat Jenderal Kehutanan Pusat.

Page 22: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-3

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.1.

Page 23: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-4

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.2.

Page 24: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-5

PT PERTAMINA EP - PPGM

2.1.1.3. Uraian Rencana Kegiatan Penyebab Dampak

2.1.1.3.1. Uraian Umum Rencana Kegiatan

A. Jenis Prasarana dan Luas Kebutuhan Lahan

Tabel berikut adalah kebutuhan luas lahan masing-masing prasarana.

Tabel 2.1. Luas Tapak Proyek Termasuk Kebutuhan Lahan Prasaranadan Sarana Lain

No Prasarana Satuan LuasLahan

1. Manifold station (MS) 2 lokasi, @ 6 Ha 12 Ha

2. Block station (BS) 3 lokasi, @ 15 Ha 45 Ha

3. Jalur pipa ”flow line” 5 lokasi, lebar 8 m,panjang 35 km

14 Ha

4. Jaur pipa ”trunk line” dari 2 BS LNG Plant Lebar 20 m, panjang60 km 120 Ha

5. Kilang LNG 1 unit 200 Ha

6. Pembuatan jalan baru dan peningkatan jalan yang sudahada untuk pemboran sumur-sumur pengembangan

Lebar 6-8 m, panjangsekitar 15 km

60 Ha

7. Pelabuhan dan sarananya berupa pembangunan Jetty(100 m)

Lebar 200 m, panjangsekitar 500 m

± 10 Ha

Luas total lahan yang diperlukan 461 Ha

Sumber: PT. PERTAMINA-EP PPGM, 2005

Catatan: *) Ada dua kemungkinan data mengenai luas lahan karenaadanya dua alternatif lokasi pemasangan pipa gas

Lahan yang diperlukan untuk pembangunan fasilitas manifold station di dua lokasi

yaitu adalah lebih kurang 2 x masing-masing lokasi 6 ha (12 ha); untuk pembangunan BS di

tiga lokasi seluas 45 ha; jalur pipa ”flowline” di lima lokasi tersebut adalah membutuhkan

lahan 8 meter lebar x 35 kilometer panjang flowline (14 ha); Kompleks Kilang LNG seluas

lebih kurang 200 ha; dan sistem pemipaan gas 20 meter lebar x 60 km panjang pipa (120

ha). Lokasi ini perlu dipersiapkan sebelum pemboran sumur-sumur pengembangan, yaitu

dengan pembuatan jalan masuk lokasi (pembuatan jalan baru dan peningkatan jalan yang

sudah ada) dengan panjang kumulatif dari semua sumur ± 15 km dengan lebar 6 – 8 m

Page 25: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-6

PT PERTAMINA EP - PPGM

(sekitar 60 ha). Selain itu pembangunan pelabuhan dermaga dan sarananya (Jetty) akan

mebutuhkan lahan seluas ± 10 Ha. Jadi luas lahan yang diperlukan untuk tapak proyek

sekitar 461 ha. Lahan yang dipergunakan akan menggunakan lahan milik masyarakat atau

lainnya. Pelaksanaan pengadaan lahan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

B. Kapasitas Produksi

Rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. PERTAMINA EP, Proyek

Pengembangan Gas Matindok adalah mulai dari kegiatan pemboran sumur pengembangan

untuk sarana memproduksikan gas di Blok Matindok, pembangunan Block Station (BS)/

fasilitas pemrosesan gas (GPF) dan membangun pipa transmisi gas (flowline dantrunkline),

membangun Kilang LNG berikut Pelabuhan untuk membawa LNG maupun Sulfur yang

diproduksi ke luar Kabupaten Banggai.

Kapasitas produksi gas di Blok Matindok diperkirakan ± 100 MMSCFD (gross), dengan

kandungan kondensat ± 850 bopd dan air produksi ± 2500 bwpd, dan diprakiraan umur

produksi lebih kurang 20 tahun yang didasarkan atas besarnya cadangan gas dan hasil

kajian ekonomi. Gas yang diproduksi mengandung CO2 ± 2,5%, Total Sulfur ± 3.000 ppm

dan adanya kemungkinan unsur lainnya.

Fasilitas produksi gas yang akan dibangun terdiri dari Sumur Gas, Flowline, Gathering

Line, Block Station. Pipa transmisi dari GPF menuju ke Kilang LNG direncanakan berukuran

Ø 34” sepanjang ± 25 km dengan lintasan sebagian besar berada sekitar 500 m menjauhi

pantai sejajar jalan raya.

Kandungan unsur yang ada di dalam gas hasil produksi selengkapnya disajikan pada

Tabel 2.2.

Page 26: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-7

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.2. Komposisi Gas Hasil Produksi Sumur-sumur Gas Blok Matindok (Dalam % mol)

DONGGI 1 DONGGI 1 DONGGI 1 DONGGI 2 DONGGI 3SUKA-

MAJU-1MALEORAJA-1

MINAHAKI-1

MATINDOK

MENTAWA-1

KP. BALIA

KP. BALIA

DST-3 DST-4 DST-5 DST-1 DST-2 DST-3 DST-1 DST-2

Hydrogen Sulphide H2S 0.1000 0.41 – 0.60 0.35 – 0.40 0.10 – 0.12 0.37 – 0.41 0.20 – 0.28 0.4000 0.00 – 1.00 1.2 0.1200 0.5013 0.1290

Alkyl Merkaptan RSH 0.0005 0.0021 0.0018 0.0005 0.0019 0.0010 0.2241 0.0000 0.0000 0.0000

Carbonyl Sulphide COS 0.0002 0.0008 0.0007 0.0002 0.0008 0.0004 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000

Nitrogen N2 1.1300 1.1300 1.0700 0.8900 1.3400 2.9800 2.2400 0.8700 1.7400 1.2291 1.2824

Carbon Dioxyde CO2 2.4600 2.4600 2.4400 1.7700 3.1800 0.3100 3.0300 1.8000 2.1400 2.4635 2.3374

Methane CH4 92.2800 92.2800 92.1200 93.0200 91.2600 86.0350 81.1200 88.2400 91.7500 92.6297 92.8049

Ethane C2H6 1.5100 1.5100 1.5300 1.4400 1.6300 4.8450 5.4400 4.1500 1.6900 1.4717 1.4726

Propane C3H8 1.1700 1.1700 1.1800 1.1900 1.2600 2.1300 4.0800 1.9800 1.4300 1.1780 1.1685

Iso-Butane i-C4H10 0.3300 0.3300 0.3400 0.3600 0.3400 0.6200 0.9200 0.4400 0.3500 0.3119 0.3112

Normal-Butane n-C4H10 0.3400 0.3400 0.3400 0.3600 0.3400 0.9500 1.1300 0.6500 0.4000 0.3205 0.2997

Iso-Pentane i-C5H12 0.1900 0.1900 0.2000 0.2000 0.1700 0.3900 0.5500 0.3600 0.1500 0.1592 0.1475

Normal-Pentane n-C5H12 0.1200 0.1200 0.1200 0.1200 0.1000 0.2800 0.4000 0.2800 0.0900 0.0898 0.0804

Hexane C6H14 0.1000 0.1000 0.1200 0.0500 0.0600 0.2900 0.3500 0.6400 0.0600 0.0848 0.0636

Heptane plus C7H16 0.3700 0.3700 0.4700 0.5700 0.2600 1.0900 0.7400 0.5300 0.0800 0.0618 0.0318

Mercury Hg 8.2420E-08 8.2420E-08 8.2420E-08 8.2420E-08 8.2420E-08 8.2420E-08 1.1260E-08 8.2420E-08 5.5553E-094.736100%

7E-09

Total 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Sumber: PT. PERTAMINA-EP PPGM, 2005

Page 27: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-8

PT PERTAMINA EP - PPGM

C. Umur Kegiatan

Kegiatan pengembangan dibagi kedalam beberapa tahapan, yaitu prakonstruksi,

konstruksi, operasi dan pasca operasi (Tabel 2.3).

Tabel 2.3. Umur Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok

No. TahapKegiatan

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010 ...............2035

1. Prakonstruksi ****************

2. Konstruksi ************

3. Operasi

a. Pemboran

b. Operasi prod. gas

************

****************

4. Pasca operasi *****

Sumber: PT. PERTAMINA-EP PPGM, 2005

Pada tahap awal, kilang LNG akan memproduksi LNG maksimum sampai dengan 2

juta metrik ton per tahun dengan pasokan gas alam antara 300 hingga 350 standar kaki

kubik per hari (million standard cubic feet per day, disingkat MMSCFD) yang berasal dari

Blok Matindok sebesar 100 MMSCFD dan dari Blok Senoro sebesar 200 MMSCFD. Selain itu,

juga akan dihasilkan kondensat maksimum sampai 1.500 barel oil per hari.

Pembangunan proyek yang meliputi pembangunan Gas Processing Facilities di darat,

jaringan pipa gas untuk menyalurkan gas menuju lokasi Kilang LNG, tanki penyimpanan

LNG, pelabuhan laut khusus untuk pengiriman LNG serta fasilitas pendukung Kilang. Bahan

baku gas akan dipasok dari 6 lokasi sumber gas dengan penambahan sumur gas hingga

mencapai 25 sumur produksi selama 20 tahun periode operasi. Jadwal kegiatan konstruksi

direncanakan akan dimulai akhir tahun 2007. Rencana kegiatan ini dilakukan secara

bertahap, dimana secara garis besar, dasar perencanaan fasilitas produksi diringkaskan

seperti disajikan pada Gambar 2.3, Gambar 2.4, dan Gambar 2.5.

Page 28: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-9

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.3. Diagram Blok Rencana Pengembangan Tahap 1

Gambar 2.4. Skema Rencana Pengembangan Tahap 2

Gambar 2.5. Diagram Alir Blok Pengembangan Blok Matindok 2026

34”x26500

Page 29: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-10

PT PERTAMINA EP - PPGM

D. Jenis Sumber Energi dan Sumber Air yang Diperlukan di Lokasi Rencana Kegiatan

Jenis sumber energi utama untuk mendukung pengoperasian fasilitas produksi adalah:

1. Bahan bakar gas diperlukan untuk pengoperasian berbagai fasilitas seperti Pengering

Gas, Gas Treating Unit, pencairan gas menjadi LNG Penggerak Kompresor dan

Penggerak Generator listrik. Bahan bakar gas akan diambil dari hasil produksi sendiri.

2. Unit generator berbahan bakar minyak, yang disediakan untuk keadaan darurat di

masing-masing BS, Kilang LNG dan Dermaga/Pelabuhan. Bahan bakar minyak

didatangkan dari Kilang Pertamina.

3. Energi listrik yang berasal dari genset berbahan gas untuk penerangan dan penggerak

motor listrik.

Keperluan air cukup besar, untuk pemboran sekitar 420 m3 per sumur, hydrotest saluran

pipa sekitar 20.000 m3 dan kebutuhan air untuk operasi setiap unit BS sekitar 25 m3/hari.

Kebutuhan air tawar untuk konstruksi tersebut di atas, akan diambil dari air sungai atau

genangan air tawar terdekat.

Kebutuhan air untuk operasional Kilang LNG plant memerlukan air sebesar 75 m3/hari.

Untuk keperluan operasional tersebut akan menggunakan air tanah dalam.

E. Sosialisasi dan Konsultasi Publik

1. Sosialisasi

Pengumumam rencana kegiatan telah dilakukan melalui media cetak, poster, radio

siaran swasta setempat dan spanduk. Pengumuman di media massa lokal dan nasional,

poster dan spanduk disampaikan pada Lampiran I.

2. Konsultasi Publik

Dalam rangka penyusunan Kerangka Acuan (KA) ANDAL, telah dilaksanakan konsultasi

publik di 2 (dua) tempat, yaitu pada hari Selasa tanggal 23 Mei 2006 di Kecamatan

Batui dan Rabu tanggal 24 Mei 2006 di Kecamatan Toili antara PT Pertamina-EP dengan

masyarakat Kabupaten Banggai. Pertemuan ini dihadiri oleh delegasi PT Pertamina-EP,

wakil dari Kementrian Lingkungan, dari Ditjen Migas, Pemerintah Daerah Kabupaten

Banggai, Tim Penyusun Dokumen AMDAL dari PSLH UGM - PPLH UNTAD, serta

masyarakat Kecamatan Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat di Kabupaten Banggai.

Page 30: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-11

PT PERTAMINA EP - PPGM

Berdasarkan pengamatan dan evaluasi terhadap saran, pendapat dan tanggapan dari

masyarakat, Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait dengan rencana kegiatan

pengembangan, terdapat beberapa masukan yang perlu menjadi perhatian sebagai berikut:

Pembebasan lahan dan kompensasi tanam tumbuh

Ketenagaan kerja lokal

Program pemberdayaan masyarakat

Keberadaan terumbu karang di lepas pantai

Keberadaan Suaka Margasatwa Bangkiriang

Semua saran, rekomendasi dan gagasan tersebut akan dipertimbangkan dalam desain

proyek tersebut dan apabila tidak bertentangan akan dimasukkan ke dalam naskah studi

AMDAL. Berita acara konsultasi publik dan wakil masyarakat yang hadir disajikan pada

Lampiran 2.

F. Kegiatan Pemboran

1. Pemboran Sumur

Secara geologi daerah Blok Matindok dan sekitarnya terletak di Cekungan Banggai yang

berada di sebelah selatan dari lengan bagian timur Pulau Sulawesi. Cekungan Banggai

merupakan bagian utama dari offshore depression sepanjang pantai sebelah selatan-

timur dari bagian tangan sebelah timur laut Sulawesi yang berbentuk tidak simetris

dengan kemiringan sepanjang garis pantai dan berorientasi dengan arah N60ºE.

Cekungan ini termasuk pada klasifikasi cekungan transform refted yang merupakan

cekungan active margin basin or collision related basin. Stratigrafi regional Cekungan

Banggai dapat dilihat pada Gambar 2.6, dimana daerah ini mempunyai potensi

hidrokarbon dan telah terbukti menghasilkan hidrokarbon di batuan karbonat Formasi

Tomori dan Formasi Minahaki.

Sampai dengan bulan Februari 2006, telah dilakukan 12 pemboran sumur di Blok

Matindok, dimana 9 sumur berhasil menemukan gas di lima struktur (Donggi, Matindok,

Maleoraja, Sukamaju dan Minahaki) dan 3 sumur kering. Pemboran sumur masih

mungkin dilakukan di Blok Matindok ini, karena berdasarkan analisa Geologi dan

Geofisika masih terdapat beberapa prospek dan lead yang kemungkinan mempunyai

potensi kandungan hidrokarbon.

Page 31: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-12

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.6. Stratigrafi Regional Cekungan Banggai – Sula,Lengan Timur Sulawesi

2. Pemboran Sumur Pengembangan

Dari hasil beberapa pemboran sumur eksplorasi yang telah dilakukan di Blok Matindok

ini terdapat lima buah struktur yang mempunyai kandungan gas, dimana 5 buah

struktur tersebut di onshore. Cadangan gas (terambil) yang telah disertifikasi dari ke

enam struktur tersebut diperkirakan mencapai 696 BSCF gas (P1).

Berdasarkan analisa Geologi, Geofisika dan Reservoir (GGR) dari ke enam struktur

tersebut direncanakan untuk melakukan pemboran 18 sumur pengembangan

(Tabel 2.4), dengan kemungkinan ada sumur yang kering. Jenis kegiatan pekerjaan

sumur meliputi pemboran sumur pengembangan (18 sumur), work over/kerja ulang

(6 sumur), stimulasi, perawatan sumur, dan penutupan sumur.

Page 32: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-13

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.4. Rencana Sumur Pengembangan Blok Matindok

No. LAPANGAN SUMUR JENIS KEGIATAN

1 Donggi Donggi-1Donggi-2Donggi-3KPB-1DNG-ADNG-BDNG-CDNG-D

Work OverWork OverWork OverWork OverSumur PengembanganSumur PengembanganSumur PengembanganSumur Pengembangan

2 Minahaki Minahaki-1MHK-AMHK-BMHK-C

Sumur PengembanganSumur PengembanganSumur PengembanganSumur Pengembangan

3 Sukamaju Sukamaju-1SJU-A

Work OverSumur Pengembangan

4 Matindok Matindok-1MTD-AMTD-BMTD-CMTD-DMTD-EMTD-F

Sumur PengembanganSumur PengembanganSumur PengembanganSumur PengembanganSumur PengembanganSumur PengembanganSumur Pengembangan

5 Maleoraja Maleo Raja-1MLR-AMLR-B

Work OverSumur PengembanganSumur Pengembangan

Sumber: PT. PERTAMINA-EP PPGM, 2005

Peralatan pemboran dan kapasitasnya disesuaikan dengan target pemboran. Selain itu,

masih digunakan pula peralatan pendukung operasi lainnya seperti air compressor,

cement mixer and pump, cement storage tanks, electric wire logging unit, mud pump,

mud logging equipment, desender and desilter, truck and trailers, pompa air, blow out

preventer, dan lain sebagainya.

3. Sumur Produksi

Setelah pemboran selesai, selanjutnya dilakukan penyelesaian sumur (well completion)

sesuai dengan program yang telah disusun, antara lain dengan pemasangan

production string, well head and Christmas tree.

Page 33: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-14

PT PERTAMINA EP - PPGM

G. Sistem Pemipaan Gas

1. Jalur pipa

Hasil produksi gas dari tiap-tiap sumur dialirkan melalui pipa produksi (flowline) dengan

diameter yang sesuai menuju Blok Station (BS) dan Gas Processing Facility (GPF). Lebar

lahan yang akan digunakan untuk pipa produksi tersebut sekitar 8 meter dengan

panjang kumulatif ± 35 km untuk 18 sumur. Layout masing-masing lokasi Block Station

dan flowline diringkaskan seperti pada Gambar 2.7 – 2.11.

Gambar 2.7. Lokasi Block Station Donggi dan Flowline

Flowline Jarak(m)

DNG - 1 to BS DONGGI 1,208DNG - 2 to BS DONGGI 2,132DNG - 3 to BS DONGGI 4,569DNG - 5 to BS DONGGI 2,518DNG - AA to BS DONGGI 1,268DNG - BB to BS DONGGI 1,637DNG - CC to BS DONGGI 2,087

Page 34: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-15

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.8. Lokasi Block Station Matindok dan Flowline

Gambar 2.9. Lokasi Block Station Maleoraja dan Flowline

Flowline Jarak(m)

MLR - 1 to BS MALEORAJA 100MLR - AA to BS MALEORAJA 1,435MLR - AA to BS MALEORAJA 676

Flowline Jarak(m)

MTD- 1StoBSMATINDOK 1,208MTD- AAto BSMATINDOK 2,132MTD- BBto BSMATINDOK 4,569MTD- CCtoBSMATINDOK 2,518MTD- DDtoBSMATINDOK 1,268MTD- EEto BSMATINDOK 1,637MTD- FF toBSMATINDOK 2,087

Page 35: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-16

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.10. Lokasi Block Station Sukamaju dan Flowline

Gambar 2.11. Lokasi Block Station Minahaki dan Flowline

Flowline Jarak(m)

MHK - AA to BS MINAHAKI 100MHK - 1S to BS MINAHAKI 886MHK - BB to BS MINAHAKI 912MHK - CC to BS MINAHAKI 1,827

Flowline Jarak(m)

SJU - 1 to BS SUKAMAJU 100SJU - 1 to BS SUKAMAJU 500

Page 36: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL

PT PERTAMINA EP - PPGM

Desain flowline tersebut berdasarkan ASME/ANSI B.31.8. (keterangan Code dan

Standard, lihat Lampiran 11) dan GPSA Hand Book.

Selan

fasilit

dialir

langs

yang

LNG

berdi

mela

dialir

selan

tekan

BS D

llR -A

R

SDV-1

WELLDNG

WeBT

Proyek Pengembangan Gas Matindok II-17

Gambar 2.12. Flowline Diagram

jutnya gas dari MS dialirkan dengan pipa 14”, 16”, 18”, 20” (yang sesuai) ke

as processing gas. Gas dari BS Donggi-Minahaki, gas dari BS Matindok-Maleoraja

kan ke LNG Plant. Sedangkan gas dari BS Sukamaju diproses lebih lanjut dan

ung dijual ke IPP Banggai. Gas yang telah diproses di BS di Donggi dan Matindok

kandungannya sesuai dengan standar gas yang akan dipasarkan dikirim ke Kilang

di Batui atau Kintom. Pengiriman gas dari BS Donggi dilakukan melalui pipa

ameter 16” sepanjang lebih dari 40 km sampai di Junction selanjutnya dialirkan

lui pipa berdiameter 34” sampai ke Kilang LNG. Sedangkan BS Matindok, gas

kan melalui pipa diameter 16” sepanjang sekitar 3 km sampai di Junction

jutnya di alirkan pada jalur pipa 34” yang sama ke LNG Plant. Untuk memperoleh

an sebesar 773 psi pada pipa berdiameter 34” maka perlu dipasang kompresor di

onggi dan Matindok

WellBT-B

WellKTB-1

WellKTB-2

WellNext

SDV-2

SDV-3

SDV-4

SDV-5

HP

Man

ifold

MP

Man

ifold

Test

Man

ifold

WELLMHK

WELLMTD

WELLMLR

Page 37: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-18

PT PERTAMINA EP - PPGM

2. Disain Pipa

Disain pipa dan pemasangan pipa akan mengacu pada beberapa standard nasional

(misalnya Departemen Pertambangan dan Energi tentang Insatalasi Minyak dan Gas

Bumi No. 01/P/M/Pertamb/1980 dan Peraturan Dirjen MIGAS: Stadar Pertambangan

MIGAS (SPM, 1992) 50.54.0-50.54.1) dan internasional (antara lain API 5 SL –

Specification for Line Pipe, API 1104 –Welding of Pipeline and Related facilities, ASME

B31.8 – Gas Distrbution and Tranportation Piping System). Adapun daftar code, standar

dan acuan selengkapnya yang akan digunakan tercantum pada Lampiran 8. Secara

teknis disain pipa mampu digunakan selama minimal 30 tahun. Penyambungan pipa

dilakukan oleh tenaga yang memiliki sertifikat khusus.

3. Proteksi Korosi (Corrosion Protection) pipa

Proteksi korosi luar pipa gas dilakukan dengan sistem proteksi katodik (anoda karbon)

yang diharapkan mampu mengendalikan semua bentuk korosi luar di bawah tanah agar

dapat melindungi pipa dari korosi luar. Selain itu pipa dilengkapi dengan pembalut luar

pipa yang juga berfungsi melindungi pipa dari korosi luar. Sedangkan proteksi korosi

internal dilakukan dengan menginjeksi corrosion inhibitor ke dalam pipa gas secara

berkala.

Untuk memudahkan dalam pengukuran potensial dan arus yang mengalir pada pipa, maka

dipasang test box pada setiap jarak ± 1 km.

H. Block Station (BS)

Gas dari sumur produksi dialirkan ke 5 Stasion Pengumpul (Gathering station/Block Station)

yang terletak di masing-masing lapangan (Donggi, Matindok, Minahaki, Sukamaju dan

Maleoraja). Di dalam BS terdapat Unit separasi, Unit dehydrasi, Unit kompresi, Tangki

penampung, Unit utilitas dan Unit pengolah limbah (Flaring system dan IPAL). Berikut ini

adalah unit-unit operasi yang digunakan untuk pemrosesan gas di BS. Seluruh Blok Station

atau Stasiun Pengumpul Gas di Blok Matindok terdiri dari Stasion Pengumpulan (Gathering

System) dan sistem separasi gas bumi yang terdiri dari separator, tangki kondensat, dan

unit dehidrasi. Unit dehidrasi diperlukan untuk mengurangi kandungan air dalam gas bumi

agar tercapai spesifikasi gas pipeline yaitu maksimum 7 lb/MMSCF.

Page 38: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek

PT PERTAMINA EP - PPGM

1. Unit Separasi

Hidrokarbon dari sumur produksi mengandung kondensat, air dan gas dimana jumlah

terbesar adalah gas. Langkah awal untuk memisahkan kondensat, air dan gas adalah

dengan menggunakan separator gas. Di dalam alat tersebut kondensat dan air terpisah

dari gas. Kondensat dan air akan mengalir dari bagian bawah separator sedangkan gas

akan mengalir dari bagian atasnya. Proses pemisahaan di dalam alat tersebut hanya

merupakan proses fisika dan tanpa penambahan bahan kimia.

Kondensat dan air dipisahkan dengan prinsip ketidak-saling-larutan dan perbedaan

berat jenis. Kondensat ditampung di tangki penampung, sedangkan air diproses lebih

lanjut dalam sistem pengolah air (waste water treatment).

Apabila tekanan gas dari sumur berkurang akibat penurunan tekanan reservoir secara

alami, maka akan dilakukan pemasangan kompresor di Gathering Station/ Block Station

guna menjaga stabilitas tekanan gas yang masuk ke System CO2/ H2S Removal maupun

ke konsumen gas tetap stabil.

Kondensat ditampung di tangki penampung untuk dikirim ke Kilang LNG di Batui

menggunakan mobil tangki. Gambar 2.13 menunjukkan sistem kerja dari gathering

station/block station.

Gambar 2.13. Diagram Alir Block Station/Gathering Station.Keterangan: HP (high pressure), MP (medium pressure), LP (low pressure),

Pengembangan Gas Matindok II-19

KO (knock out), AGRU (acid gas removal unit)

Page 39: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-20

PT PERTAMINA EP - PPGM

2. Dehydration Plant

Setelah gas keluar dari unit separasi, gas tersebut selanjutnya dialirkan ke Dehydration

Unit. Dehydration plant berfungsi untuk mengeringkan gas, yaitu untuk menyempurna-

kan pengurangan air yang terikut di dalam gas. Proses yang berlangsung di dalamnya

adalah proses absorbsi (penyerapan) air dengan menggunakan bahan kimia

triethyleneglycol (TEG), yang mana TEG dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari air

secara fisis (close cycle). Hasil dari proses tersebut adalah gas yang sudah memenuhi

syarat untuk dikirim ke konsumen. Gambar 2.14 memperlihatkan skema kerja

dehydration plant.

Gambar 2.14. Skema Kerja Dehydration Plant

3. Tangki Penampung

Tangki penampung dipakai untuk menampung kondensat yang berasal dari separator,

sebelum diangkut ke Batui. Jumlah tangki penampung yang dipakai sebanyak 2 buah

dengan kapasitas masing-masing sebesar ± 1300 m3. Kondensat akan diangkut dari

Block Station ke kilang LNG di Batui dengan menggunakan road tank atau mobil tangki.

Sales Gas

AGRU

GlycolContactor

Glycol/ CondensateSkimmer

GlycolStrippingColumn

Reboiler

GlycolFilter

V-1

Glycol Cooler

ColdGlycol

Exchanger

Hotglycol

Exchanger

Glycol SurgeDrum

GlycolMake-upPump

GlycolInjection

Pump

V-2 To Flare

Page 40: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-21

PT PERTAMINA EP - PPGM

4. Kompresor

Kompresor yang akan dipergunakan untuk menjaga tekanan keluar dari Block station

tetap sebesar 900 psig. Kompresor ini dipasang di block station dan pemasangannya

setelah tekanan dari sumur gas sudah berada kurang dari 900 psig. Jumlah kompresor

yang ditempatkan di Block Station rata-rata 3 unit per lokasi. Hal ini dikarenakan pada

umumnya tekanan gas yang keluar dari sumur akan mengalami penurunan secara

alamiah selama proses produksi, sehingga diperlukan tambahan kompresor baru di

Gathering Station/block station.

5. Unit pengolah air

Unit pengolah air atau Unit “Effluent Treatment” atau Instalasi Pengolah Limbah Air

(IPAL) dipakai untuk mengolah limbah cair yang berasal dari separator dan lain-lain.

6. CO2/ H2S Removal (AGRU)

Gas yang mengalir dari Block station sebelum masuk ke Kilang LNG akan dikurangi

kandungan CO2 dan H2S nya dengan proses absorbsi menggunakan larutan MDEA

(Methyl DiethanolAmine) dalam Acid Gas Removal Unit (AGRU). Prinsip kerja unit

tersebut adalah penyerapan gas CO2 dan H2S di dalam absorber dan melepaskannya

lagi di dalam menara stripper atau column, sehingga diperoleh sweet gas dengan

kandungan CO2 dan H2S yang rendah. Gambar 2.15 menunjukkan diagram alir Acid

Gas Removal Unit. Gas dari 5 Block Station dialirkan melalui pipa ke Acid Gas Removal

Unit yang terletak di GPF di Kayowa atau di Kilang LNG.

Page 41: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-22

PT PERTAMINA EP - PPGM

Acid Gas Removal Unit (AGRU)

Fungsi utama dari AGRU adalah pembuangan karbon dioksida. Pembuangan karbon

dioksida diperlukan untuk mencegah timbulnya masalah pembekuan dan penyumbatan

pada suhu yang sangat rendah yang dipakai dalam Unit liquifaction. Konsentrasi karbon

dioksida dalam aliran gas akan dikurangi sampai 50 bagian per sejuta volume (ppmv)

dengan cara penyerapan dengan menggunakan larutan dasar-amina (amine-based

solution). Kegiatan ini merupakan pengolahan lingkaran tertutup (closed-loop) dan

regeneratif sehingga karbon dioksida yang terserap akan terangkat dari larutan yang

mengandung (banyak) karbon dioksida. Karbon dioksida yang terangkat akan dilepas ke

udara, dan larutan amina yang sudah bebas dari karbon dioksida dikembalikan pada

langkah penyerapan.

Larutan dasar-amina yang dipakai dalam semua AGRU juga akan menghilangkan

seluruh campuran sulfur yang telah berkurang yang mungkin masih tertinggal (sebagai

contoh, hydrogen sulfida, merkaptan, dan lain-lain). Namun demikian, analisis bersifat

komposisional yang ada menunjukkan bahwa sulfur yang tertinggal dalam ransum

(feed) gas alam hanya sedikit sekali atau tidak ada sama sekali.

DHP

GATHERINGSTATION

AmineContactor

Amine FlashTank

Lean-RichAmine

Exchanger

StillStrippingColumn

Reboiler

AmineboosterPump

LeanAmineCooler

AmineFilter

AmineCirculation

Pump

SRU

CondenserOutletGas Scrubber

InletGas Scrubber

Gambar 2.15. Diagram Alir Acid Gas Removal Unit

Page 42: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-23

PT PERTAMINA EP - PPGM

7. Sulfur Recovery Unit (SRU)

Sulfur recovery dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan dan perundangan- undangan

lingkungan sesuai dengan nilai ambang batas yang diizinkan pada Kepmen LH No.129

Tahun 2003. Terdapat beberapa proses yang tersedia untuk memproduksi sulfur dari

hydrogen sulfide. Beberapa proses didesain dengan maksud untuk memproduksi sulfur

dan beberapa proses juga dikembangkan dengan tujuan utama untuk menghilangkan

kandungan H2S dari gas bumi dengan produksi sulfur hanya sebagai hasil dari proses

lanjutan yang harus dilakukan.

Mengingat masih terdapat 2 kemungkinan kandungan sulfur dalam Gas Alam yang

diproduksikan dari sumur2 gas di blok Matindok, maka Teknologi Proses yang

dipertimbangkan untuk sulfur recovery ada dua yaitu ;

a. Proses Claus

Proses Claus dipilih apabila kandungan sulfur dalam gas alam mencapai lebih dari

5000 ppm. Dari banyak teknologi yang ada, proses Claus adalah yang paling

terkenal dan paling banyak diaplikasikan di seluruh dunia. Proses Claus

menggunakan prinsip oksidasi menggunakan oksigen atau udara pada suhu sekitar

1200 oC melalui reaksi sebagai berikut ;

H2S + O2 SO2 + H2O

H2S + SO2 S + H2O

Proses Clauss dapat memproduksi sulfur dari umpan gas yang mengandung 15% -

100% H2S. Terdapat berbagai macam skema alir dari proses Clauss dimana

perbedaan utamanya terletak pada susunannya saja.

Gas asam dikombinasikan secara stoikiometri dengan udara untuk membakar 1/3

dari total H2S menjadi SO2 dan semua hidrokarbon menjadi CO2. Pembakaran H2S

terjadi di burner dan kamar reaksi. Aliran massa bertemperatur tinggi hasil dari

pembakaran dilairkan ke waste heat boiler dimana panas akan dibuang dari gas

hasil pembakaran tersebut. Aliran gas selanjutnya diumpanakan ke reactor dimana

akan terjadi reaksi yang akan mengubah SO2 menjadi sulfur. Hasil reaksi

selanjutnya didinginkan di kondenser pertama dan sulfur cair yang dihasilkan

dipisahkan. Gas yang keluar condenser pertama selanjutnya dipanaskan dan

diumpankan ke reactor kedua. Dalam reactor ini terjadi reaksi yang sama dengan

reaksi dalam reactor pertama. Produk yang keluar dari reactor kedua selanjutnya

didinginkan dalam condenser kedua dan sulfur cairnya dipisahkan.

Page 43: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-24

PT PERTAMINA EP - PPGM

b. Proses Shell Paques

Untuk kandungan sulfur dalam gas alam dibawah 5000 ppm, maka akan dipilih

teknologi dari Shell Paques. Proses Shell Paques adalah proses biologi untuk

removal H2S dari umpan gas sangat sesuai untuk kapasitas produksi sulfur 0.5 – 30

ton/hari. Larutan yang digunakan untuk menyerap H2S adalah larutan soda yang

mengandung bakteri sulfur. Penyerapan H2S terjadi pada kolom absorber dan

larutan yang keluar dari absorber diregenerasi di tangki aerator dimana hidrogen

sulfida secara biologi dikonversi menjadi elemen sulfur oleh bakteri sulfur.

Konsentrasi H2S yang bisa dicapai oleh proses ini dibawah 5 ppmv. Tekanan operasi

proses Shell Paques adalah 0.1 – 90 barg.

c. Tail Gas Treating

Dalam Tail Gas Treating Unit, senyawa H2S yang tidak terkonversi dalam unit sulfur

recovery dikonversi menjadi senyawa sulfur sehingga gas buang yang dihasilkan

memenuhi spesifikasi lingkungan.

Secara keseluruhan, proses pemisahan gas asam dan proses sulfur recovery untuk

mencapai spesifikasi gas pipeline ditunjukkan oleh Gambar 2.16.

Gambar 2.16. PFD Acid Removal dan Sulfur Recovery Unit (Claus Process)

Page 44: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-25

PT PERTAMINA EP - PPGM

I. Kilang LNG

Rencana lokasi Kilang LNG di dua tempat yaitu pantai desa Uso (Kecamatan Batui)

atau Desa Padang (Kecamatan Kintom). Gas yang telah diproses di BS/GPF di Donggi dan

BS/GPF di Matindok yang kandungannya sesuai dengan standar gas yang akan dipasarkan

dikirim ke Kilang LNG. Pengiriman gas dari GPF Donggi dilakukan langsung ke Kilang LNG

di Batui atau Kintom. Sedangkan Pengiriman gas dari GPF Matindok dilakukan melalui

junction pada pipa jalur Donggi-Kilang LNG di Batui atau Kintom.

Secara garis besar fasilitas di kilang LNG akan terdiri dari unit proses, unit

penampung, unit utilitas, unit pengolah limbah, unit pelabuhan dan infrastruktur. Diagram

alir Kilang LNG disederhanakan seperti pada Lampiran 10.

1. Unit Proses

Unit Proses terdiri dari Fasilitas Penerimaan Gas, Fasilitas Pemurnian Gas dan Fasilitas

Pencairan Gas.

a. Fasilitas Penerima Gas

Kapasitas design dari fasilitas ini direncanakan sebesar minimum 300 MMSCFD yang

terdiri dari knock out drum, separator dan slug chatcer. Dari fasilitas ini gas akan

dialirkan ke fasilitas pemurnian gas (Acid Gas Removal Unit/AGRU) melalui unit

kompresi. Kondensat yang terkumpul dari unit ini akan dialirkan ke unit stabilisasi

kondensat dari Fasilitas Pencairan Gas Bumi.

b. Fasilitas Pemurnian Gas

Kilang LNG dapat dipastikan akan terdiri dari dua bagian umum: bagian pemurnian

gas dan bagian pencairan/liquifaction gas. Bagian pemurnian gas diringkaskan di

bawah dan bagian pencairan gas dalam bagian berikutnya. Masing-masing dari

kedua train pemurnian yang hampir sama itu meliputi AGRU, Unit Pengeringan dan

Unit Pembuangan Merkuri (MRU). Pemurnian gas diperlukan untuk menghindari

masalah karat dan pembekuan dalam Unit Liquifaction.

Dehydration Unit

Tujuan dari Unit Pengeringan ini adalah untuk mengeringkan gas jenuh-air dari

AGRU untuk menghindari masalah pembekuan dan penyumbatan (formasi hidrat)

pada temperatur sangat dingin yang dipakai dalam Unit Pembekuan. Kadar air

dalam gas alam akan dikurangi sampai tidak lebih dari 1 ppmv.

Page 45: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-26

PT PERTAMINA EP - PPGM

Pengeringan akan dicapai dengan cara dua-langkah. Tumpukan air akan dibuang

dengan mendinginkan gas alam kasren (sweet) sampai 23°C dan pemisahan cairan

yang dipadatkan. Setelah langkah pembuangan tumpukan air, tingkat residu air

(sudah berkurang ke tingkat 1 ppmv) akan dibuang dengan penyerapan pada

saringan molekul. Penyerapan saringan molekul merupakan kegiatan siklus yang

melibatkan regenerasi periodik saringan setelah saringan dipenuhi air. Regenerasi

ini dilaksanakan dengan melewatkan aliran gas yang dipanaskan (gas alam kasren

dari AGRU) melalui dasar untuk melepaskan air yang tertahan sebelumnya. Gas

‘water-laden regenerant’ kemudian didinginkan agar mencair untuk mendapatkan

kembali air yang terkandung. Setelah pemisahan air, gas ‘water-laden regenerant’

akan diteruskan ke sistem gas bahan bakar. Air yang diperoleh akan diteruskan ke

Unit “Effluent Treatment”.

Unit Pembuangan Merkuri (MRU)

MRU menghilangkan kuantitas kecil merkuri yang mungkin masih ada dalam gas

alam yang diproduksi. Kandungan merkuri ini harus ditekan sampai di bawah

ambang batas baku mutu, untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan utama

dari unit pencairan gas yang sebagian besar terbuat dari aluminium. MRU diadakan

sebagai tindakan pencegahan karena merkuri dapat bereaksi dengan aluminium

pada Unit Pencairan, yang dapat menyebabkan tidak berfungsinya alat penukar

panas (heat exchanger). Dengan dibuangannya merkuri tersebut maka akan terjadi

penyerapan merkuri secara kimia pada dasar katalis non-regeneratif untuk diproses

ulang.

c. Fasilitas Pencairan Gas Alam

Tujuan utama dari Fasilitias Pencairan adalah untuk mencairkan gas alam menjadi

produk LNG. Sebelumnya dilakukan pemisahan kandungan hydrokarbon berat untuk

menghindari terjadinya pembekuan dalam pipa-pipa pencairan gas. Fasilitas

tersebut akan meliputi Unit Pendinginan/Pencairan, Unit Pemecahan (fractionation)

dan Unit Stabilisasi, dengn kapasitas fsilitas mencapai 2 juta mtpa.

Unit Pendinginan/Pencairan

Pencairan dilakukan dalam dua langkah. Langkah pertama meliputi pendinginan

awal gas alam sampai mencapai suhu lebih kurang minus 17°C sampai minus 34°C.

Page 46: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-27

PT PERTAMINA EP - PPGM

Setelah pendinginan awal, gas alam akan didinginkan sampai mencapai suhu yang

sangat dingin yaitu minus 164°C untuk menyempurnakan proses pencairan.

Kemudian LNG yang dihasilkan akan dialirkan ke tempat penyimpanan LNG.

Penggerak utama untuk kompresor pendingin direncanakan menggunakan turbin

gas. Pemilihan jenis turbin gas, jumlah turbin yang dibutuhkan serta pemakaian

tenaga listrik keseluruhan akan bergantung pada proses pendinginan yang akhirnya

dipilih.

Unit Fraksinasi

Unit ini akan memisahkan komponen yang lebih berat yang diperoleh dari gas alam

menjadi tiga jenis: metana dan etana; gas propana dan butana cair (LPG) serta

kondensat. Pemisahan akan dilakukan dalam kolom deethanizer yang akan

melepaskan gas metana dan etana, kolom depropanizer yang menghasilkan

propana (refrigerant grade propane), dan unit debutanizer yang akan memisahkan

komponen sisa menjadi satu jenis komponen butana dan pentana dan komponen

yang lebih berat. Gas metana yang diperoleh akan dikirim ke sistem bahan bakar

dari kilang di mana gas etana dan propana dapat dipakai sebagai bahan pendingin.

Gas butana dan semua kelebihan fraksi yang lebih ringan akan dialirkan kembali ke

dalam produk LNG. Gas pentana dan fraksi lebih berat (kondensat) akan diteruskan

ke Unit Stabilisasi.

Unit Stabilisasi

Unit Stabilisasi akan membuang setiap komponen ringan sisa yang mungkin

terdapat dalam aliran kondensat. Pembuangan komponen ringan ini diperlukan

untuk menjaga tekanan uap air kondensat sebelum disimpan. Hidrokarbon ringan

yang berasal dari unit ini akan dialirkan ke sistem gas bahan bakar.

d. Kompresor

Kompresor yang akan dipergunakan untuk menaikkan tekanan dari 450 psig

menjadi tekanan 750 psig yang ditempatkan di Kilang LNG dan Jumlah kompresor

yang ditempatkan di area Kilang LNG sebanyak 3 unit dengan kapasitas 150

MMSCFD/unit. Tekanan masuk (suction) ± 450 psig, sedangkan tekanan keluar

(discharge) ± 750 psig.

Page 47: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-28

PT PERTAMINA EP - PPGM

2. Fasilitas Penyimpanan Gas

Fasilitas Penyimpanan Gas akan terdiri dari sistem-sistem berikut:

Sistem Penyimpanan dan Pemuatan LNG

Sistem Penyimpanan dan Pemuatan Kondensat

Sistem Penyimpanan Bahan Pendingin (refrigerant)

Sistem Pembakaran Gas Buangan

Sistem Pencegahan Kebakaran

Sistem Pengolahan dan Pembuangan Limbah

Fasilitas tersebut di atas diringkaskan sebagai berikut:

Penyimpanan dan Pemuatan LNG

Produk LNG dari Unit Pendingin/Pencairan akan disimpan pada tekanan mendekati-

tekanan-atmosfir dalam tanki penyimpanan LNG dan kemudian secara berkala dimuat

ke tanker LNG pengangkut. Sistem pemuatan kapal akan dirancang untuk memindahkan

125.000 m³ dalam waktu lebih kurang 12 jam. Sistem penyimpanan LNG akan terdiri

dari 2 tanki yang masing-masing berkapasitas lebih kurang 80.000 m³.

Penyimpanan dan Pemuatan Kondensat

Produk kondensat dari Unit Stabilisasi akan disimpan dalam tanki kondensat dan secara

berkala dimuat kekapal kondensat untuk di ekspor melalui dermaga kondensat. Sistem

pemuatan kapal kondensat secara tentatif akan dirancang untuk memuat kapal

berkapasitas antara 1.000 - 5.000 DWT. Tanki kondensat akan mempunyai kapasitas

lebih kurang 20.000 m³.

Penyimpanan Bahan Pendingin

Gas propana yang berfungsi sebagai bahan pendingin akan disimpan dalam “bullet”

penyimpanan bahan pendingin bertekanan. Ukuran dari “bullet” penyimpanan ini akan

ditentukan selama masa pengembangan rancang bangun.

Page 48: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-29

PT PERTAMINA EP - PPGM

Sistem Pembakaran gas buangan (Wet dan Dry Flare)

Sistem Pembakaran Gas buangan akan digunakan untuk membuang gas hidrokarbon

dari train pengolahan Kilang LNG dan fasilitas offsites selama operasi normal, keadaan

pada waktu ada kerusakan peralatan maupun dalam keadaan darurat akan dibuang

dan dibakar langsung ke udara. Sistem Penglepasan dan pembuangan gas (Flare) akan

didisain tiga menara pembakaran yaitu Dry Flare untuk train pengolahan Kilang LNG,

Wet Flare untuk Acid Gas Removal Unit dan fasilitas offsites serta Marine Flare untuk

Kapal tanker pengangkut LNG pada saat memuat LNG ke Kapal.

Sistem Pencegahan Kebakaran

Sistem Pencegahan Kebakaran dapat dipastikan akan terdiri dari tiga komponen dasar

yaitu (1) alat pemantau dan alarm, (2) persyaratan pencegahan kebakaran pasif, dan

(3) peralatan dan sistem pemadam kebakaran aktif. Kilang LNG akan dilengkapi dengan

alat pemantau yang bekerja terus-menerus untuk memberi tanda kepada personil kilang

mengenai terjadinya kebakaran dan untuk memberikan indikasi yang jelas mengenai

lokasi dan keadaannya. Pencegahan kebakaran pasif, yang mengacu kepada ketentuan

rancangan yang digabungkan dalam rancangan kilang, akan dipakai sejauh mungkin

secara konsisten dengan batasan-batasan ekonomis.

Pencegahan kebakaran pasif meliputi:

membuat insulasi selubung bejana (vessel skirts) dan kolom/struktur rak pipa

tahan-api.

pelindung percikan untuk flanges atau komponen lain dengan tingkat kebocoran

tinggi.

spacing peralatan dan pengurungan tumpahan (spill containment) yang tepat

sesuai dengan standar internasional yang layak yang berlaku (seperti NFPA

59A).

Peralatan/sistem pemadaman kebakaran aktif adalah alat-alat (items) yang akan dipakai

secara aktif untuk mengawasi/memadamkan keadaan kebakaran/bahaya sebenarnya.

Pemadaman kebakaran aktif meliputi items dimaksud seperti:

Sistem distribusi air pemadam-api bertekanan udara untuk seantero daerah

pengolahan kilang termasuk cadangan dari pompa, hidran kebakaran, pemantau

kebakaran, gulungan/rak slang dan sistem distribusi perpipaan;

Page 49: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-30

PT PERTAMINA EP - PPGM

Sistem penggenangan CO2 untuk semua ruangan turbin gas, mesin diesel dan

ruang pengawas tak-berorang;

Sistem penggenangan pemadam kebakaran non-halon (non-halon fire

supressant) untuk semua ruang pengawasan yang secara rutin ada orangnya;

Sistem busa dengan busa ekspansi tinggi untuk mengurangi tumbulnya uap

untuk tumpahan LNG terkurung dan busa ekspansi rendah digunakan untuk

tumpahan hidrokarbon berat;

Mobil kebakaran;

Pemadam bubuk kering tersedia dalam bentuk unit paket (contohnya, untuk

katup pembuang tekanan tanki penyimpan LNG) serta unit-unit portabel dan

beroda yang ditempatkan di keseluruhan kilang pemadam kebakaran tangan

portabel.

“Effluent Treatment Unit’ atau Instalasi Pengolah Limbah (IPAL)

Sistem ‘Effluent Treatment’ akan diadakan untuk mengumpulkan dan mengolah arus

limbah lembab terkontaminasi yang berasal dari Kilang LNG. ‘Liquid waste effluents’ dari

fasilitas akan terdiri dari air limbah berminyak pengolahan, air hujan tak-tertampung

dan air pencucian lantai yang terkontaminasi secara potensial, limbah bersih, dan jika

mungkin, penawaran air asin.

Untuk mengurangi kuantitas genangan air permukaan yang akan diolah, maka areal

kontaminasi permukaan potensial (daerah rawan kebocoran minyak) akan diawasi,

untuk mencegah run on dan run off, dan dialirkan ke kilang pengolahan limbah. Air

hujan tak-tertampung dari jalur hijau dan areal kilang yang tidak terkontaminasi oleh

limbah akan dibuang langsung ke laut.

3. Fasilitas Kebutuhan Utilitas

Semua utility yang diperlukan untuk menunjang kegiatan kilang akan disediakan sesuai

dengan kebutuhan. Kilang LNG akan ditunjang oleh seperangkat sistim utilitas yang

terdiri dari antara lain:

Sistem Pembangkit Tenaga Listrik

Sistem Bahan Bakar

Sistem Uap Tekanan Rendah

Sistem Air Kilang dan Peralatan

Sistem Nitrogen

Sistem Suplai Air

Page 50: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-31

PT PERTAMINA EP - PPGM

Sistem Pembangkit Tenaga Listrik (Normal dan Darurat)

Semua kebutuhan tenaga listrik akan diproduksikan sendiri tanpa mendatangkan tenaga

listrik dari luar. Pembangkit tenaga listrik untuk operasi normal akan dicapai dengan

cara pembangkit turbin gas. Sumber bahar bakar untuk pembangkit turbin tersebut

adalah bagian dari gas alam yang diproduksi dan dimurnikan. Kebutuhan tenaga listrik

kilang diperkirakan sebesar kira-kira 58 mega watt akan diproduksi sendiri atau

menggunakan gas sebesar 10 MMCFD.

Jika terjadi kegagalan tenaga listrik utama, pembangkit diesel darurat akan disiapkan

untuk menjamin keberlangsungan fungsi instrumentasi dan kontrol, serta untuk

menyediakan penerangan darurat selama shutdown berkala. Sistem kelistrikan kilang

akan dilengkapi dengan peralatan start dan pemindahan (transfer) otomatis sehingga

kehilangan tenaga listrik akan segera menghidupkan pembangkit dan memindahkan

muatan yang penting ini ke sistem tenaga listrik darurat.

Sistem Bahan Bakar

Sistem bahan bakar gas akan diadakan untuk memasok bahan bakar untuk menjalankan

turbin pada kompresor pendingin, turbin pembangkit tenaga listrik, dan beberapa

penggerak mekanis lainnya di dalam Kilang LNG. Sumber utama bahan bakar gas

adalah aliran yang diambilkan dari suplai gas alam, ekstrak gas dari tanki penyimpanan

LNG, dan gas metana yang didapat dari “demetanizer”.

Bahan bakar diesel akan berfungsi sebagai sumber bahan bakar untuk kapal-kapal

tunda dan kapal-kapal lainnya, pompa air-pemadam-api darurat, Kompresor udara

cadangan dan pembangkit tenaga listrik darurat. Kuantitas bahan bakar diesel yang

tersedia setiap saat akan mencukupi untuk menjamin tersedianya suplai untuk

menjalankan pompa air-pemadam-api untuk waktu yang lama. Bahan bakar diesel akan

disimpan dalam satu atau lebih tanki penyimpanan.

Sistem Uap Tekanan Rendah

1 Unit Boiler didesign untuk menyediakan kebutuhan uap bertekanan rendah akan

berfungsi sebagai media panas untuk peralatan reboiler di unit gas treating.

Page 51: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-32

PT PERTAMINA EP - PPGM

Sistem Udara Kilang dan Peralatan

Udara untuk kilang dan peralatan akan dipasok oleh kompresor udara yang digerakkan

oleh motor listrik yang menyediakan udara untuk kebutuhan peralatan instrumentasi

dan kebutuhan lainnya seperti pemeliharaan kilang . Kompresor udara cadangan yang

digerakkan oleh mesin diesel juga akan diadakan untuk memungkinkan shut down

berkala dari setiap kompresor.

Sistem Produksi Nitrogen

Nitrogen dibutuhkan sebagai komponen dari bahan pendingin campuran, untuk

pembersihan peralatan dan perpipaan sebelum dibuka untuk perawatan dan untuk

aplikasi gas lapisan tertentu. Nitrogen akan didapat dari sistem udara kilang oleh kilang

pemisahan udara dan kemudian sebagian dicairkan untuk penyimpanan sebagai

nitrogen cair. Rancang-bangun dari unit penyimpanan dan penguapan nitrogen akan

direka untuk menyediakan jumlah nitrogen yang cukup untuk melayani kebutuhan satu

train LNG dalam waktu 10 jam selain untuk memenuhi kebutuhan lainnya kilang.

Sistem Suplai Air

Berbagai ciri air dari dari sumber-sumber yang secara potensial berbeda akan

disediakan untuk kilang yang meliputi yang berikut:

Sistem Air Tawar

Sistem Air Pemboran

Sistem Air Perawatan

Sistem Air Tingkat-murni-tinggi (High-purity Water)

Sistem Air Isian Pemanas (Boiler Feed Water)

Sistem Air Minum – (Potable/Drinking Water)

Air tawar akan berfungsi sebagai sumber pasokan air, setelah pengolahan yang

memadai, untuk pelayanan, pemurnian-tinggi dan pemanasan dan sebagai suplai air

minum. Sumber air tawar sejauh ini belum ditetapkan dan masih dikaji sebagai studi

alternatif dalam ANDAL. Beberapa alternatif yang masih dalam pertimbangan adalah

dari sumber air bawah tanah, air permukaan, atau jika pilihan yang tepat tidak ada akan

melakukan pemurnian air laut.

Air untuk pemboran akan dipasok ke unit pemboran untuk penyiapan lumpur air tawar.

Air pemboran juga akan dipakai pada anjungan bor sebagai air pembersih.

Page 52: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-33

PT PERTAMINA EP - PPGM

Air untuk pelayanan akan dipakai untuk pendingin bearing, kompresor dan turbin, untuk

melengkapi sistem air-pemadam-api, dan untuk kegunaan umum kilang seperti

pembersih lantai, pencuci perlengkapan, dan pengujian tekanan. Air demineraliser

diperlukan utuk memasok air pada AGRU dan untuk penyiapan pelarut pembuang gas

asam. Air ini akan dihasilkan dengan cara demineralisasi pertukaran ion (ion exchange

demineralization).

Air minum akan dipasok untuk keperluan minum selain untuk keperluan lain seperti

untuk tempat mandi dan cuci muka yang aman, pancuran ruang ganti, wc, penyiapan

makanan dan lain-lain. Air minum akan diproses untuk memenuhi undang-undang

kesehatan dan standar mutu yang berlaku.

4. Fasilitas Pelabuhan Khusus (Dermaga Khusus LNG)

Pemuatan Produk LNG

Produk LNG akan dimuat dari dermaga LNG dengan Kapal LNG berukuran 85.000

sampai 137.000 m³ diperkirakan akan singgah di pelabuhan ini untuk memuat LNG

yang diproduksi dengan frekuensi antara tiga hingga empat kapal per bulan. Proyek

LNG Donggi Senoro membutuhkan fasilitas pelabuhan khusus untuk kebutuhan

transportasi dan suplai proyek (Gambar-gambar dermaga LNG disajikan pada

Lampiran 9). Ada dua alternatif lokasi dermaga dan kilang LNG yang direncanakan

yaitu: (1) terletak di Uso Kecamatan Batui dan (2) di Padang Kecamatan Kintom.

Pelabuhan khusus ini merupakan pelabuhan yang akan dipergunakan dan dikelola

sendiri untuk kepentingan operasi Kilang LNG dan Fasilitas Produksi Gas Proyek LNG

Donggi Senoro serta tidak diperuntukan untuk masyarakat umum. Kegiatan pelabuhan

khusus dilakukan dalam skala kecil dan hanya untuk keperluan proyek dan tidak akan

digunakan untuk keperluan komersial lainnya atau pembuatan kapal laut. Berbeda

dengan pelabuhan laut pada umumnya, kegiatan pelabuhan laut khusus ini hanya terdiri

dari jembatan (trestles) dan daerah berlabuh. Pelabuhan khusus LNG terdiri dari

pelabuhan muat LNG jembatan (trestles) dan lintasan (causeways). Lokasi rencana

pelabuhan khusus ini mengikuti rencana lokasi untuk Kilang LNG yaitu di dua alternatif

lokasi yaitu pantai di Desa Uso Kecamatan Batui atau pantai Desa Padang Kecamatan

Kintom. Kedua lokasi alternatif dermaga khusus LNG ini ditetapkan ditetapkan

berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

Page 53: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-34

PT PERTAMINA EP - PPGM

a) Kedalaman laut cukup untuk tanker LNG (13 m di bawah permukaan surut

terendah).

b) Jarak dari lokasi dermaga ke pantai merupakan jarak terdekat, sehingga

biaya kontruksi jembatan ke dermaga lebih murah.

c) Berdasarkan studi, sedimentasi yang terjadi di sekitar dermaga cukup

rendah sehingga tidak memerlukan pengerukan kolam pelabuhan selama

operasi.

d) Jarak dermaga LNG ke kilang LNG merupakan jarak terdekat, sehingga

biaya pemipaan untuk LNG dan utilitas lebih murah.

e) Jarak dermaga LNG cukup jauh dari fasilitas lainnya sehingga cukup aman

bagi kegiatan lainnya jika terjadi kebocoran LNG di dermaga.

Pada saat ini terdapat 1 (satu) pelabuhan umum di Luwuk ibukota Kabupaten Banggai.

Pada umumnya, lalu lintas kapal yang berhubungan dengan pelabuhan ini terdiri dari

kapal barang dari/ke Luwuk, kapal penumpang Tilong Kabila jurusan Indonesia Timur

milik PELNI. Letak pelabuhan umum ini sekitar 50 km dari pelabuhan khusus Proyek

LNG Donggi Senoro diperkirakan tidak akan menggangu lalu lintas kapal dari pelabuhan

Luwuk.

Tidak ada pra-investasi yang diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan perluasan

fasilitas pelabuhan khusus Proyek LNG Donggi Senoro, namun perencanaan harus

mempertimbangkan kemungkinan untuk menambah maximum dua train kilang LNG lagi

tanpa harus mempengaruhi kegiatan operasi produksi kilang LNG dan eskpor LNG

melalui pelabuhan khusus tersebut. Pada tahap operasi, daerah dengan radius sekitar

620 meter pada semua sisi dermaga LNG akan dijadikan sebagai Kawasan Tertutup bagi

lalu lintas kapal lainnya guna kepentingan keselamatan (safety exclusion zone).

Gambar Dermaga (lampiran 9) menunjukkan kawasan tertutup untuk keselamatan

dermaga khusus LNG dan Dermaga combo. Luas daerah kawasan tertutup untuk

keselamatan telah diperkirakan berdasarkan hasil studi penyebaran Gas LNG dan

kondensat yang mungkin bocor selama kegiatan pengisian ke tanker. Di samping

kawasan tertutup untuk keselamatan pada kedua dermaga, daerah perairan dengan

diameter 750 m di depan dermaga LNG juga diperlukan untuk manuver tanker LNG

(tanker manuver basin).

Page 54: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-35

PT PERTAMINA EP - PPGM

5. Infrastruktur Kilang

Infrastruktur In-Plant

Fasilitas infrastruktur in-plant adalah yang bukan merupakan bagian dari sistem

pengolahan inti, offsites ataupun utility. Fasilitas infrastruktur in-plant terutama terdiri

dari bangunan-bangunan, barak-barak serta pagar. Diharapkan bahwa kilang akan

meliputi namun tidak terbatas pada ruang-ruang berikut ini:

Ruang Pengawasan

Bengkel perawatan

Gudang

Laboratorium

Ruang istirahat/sholat

Pos kebakaran dan darurat

Infrastruktur Umum

Infrastruktur umum meliputi semua fasilitas yang diperlukan untuk menunjang personil

dibutuhkan untuk operasi dan perawatan GPF dan Kilang LNG. Infrastruktur umum

adalah fasilitas-fasilitas yang terdapat di luar kilang. Infrastruktur umum akan meliputi,

namun tidak terbatas pada fasilitas di bawah ini:

Bangunan administrasi Kilang

Fasilitas Pengobatan

Kantin

Fasilitas keagamaan

Fasilitas rekreasi/atletik

Kelengkapan air dan listrik

Fasilitas pengumpulan dan pembuangan limbah kering dan basah

Kegiatan pengamanan

Komunikasi umum

Kegiatan Otorita Banda

bea cukai dan keimigrasian

Fasilitas pelatihan

Page 55: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-36

PT PERTAMINA EP - PPGM

2.1.1.3.2. Kegiatan yang Diduga Akan Menimbulkan Dampak

A. Tahap Prakonstruksi

Komponen rencana kegiatan pada tahap prakonstruksi yang berpotensi menimbulkan

dampak adalah kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh dan pemanfaatan tenaga

kerja.

1. Pembebasan Lahan dan Tanam Tumbuh

Pada lokasi untuk sumur pengembangan, pemasangan pipa dan unit produksi akan

dilakukan pembebasan dan tanam tumbuh. Lahan yang akan digunakan diusahakan

bukan lahan permukiman. Proses pembebasan lahan dan pemberian kompensasi tanam

tumbuh akan dilaksanakan melalui panitia sembilan.

Pengadaan lahan yang akan dilakukan pada tahap kegiatan ini akan dilakukan secara

jual-beli, sewa menyewa atau dengan cara lain sesuai dengan kesepakatan bersama.

Pengadaan lahan yang dimiliki oleh masyarakat dan perusahaan dilakukan dengan cara

jual-beli. Sedangkan pengadaan lahan yang dimiliki oleh Departemen Kehutanan akan

dilakukan dengan sistem pinjam pakai.

2. Rencana Pemanfaatan Tenaga Kerja

Tenaga Kerja konstruksi harus orang Indonesia, dengan pengecualian yang sangat

terbatas di mana diperlukan kecakapan spesialis dan yang tidak tersedia di Indonesia.

Pelaksanaan rekruitmen tenaga kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Personil setempat yang telah memenuhi kualifikasi untuk

pekerjaan tertentu akan direkrut. Ada kemungkinan sejumlah tenaga kerja akan

didatangkan dari daerah lain bila tenaga dengan kualifikasi yang sama tidak dapat

dipenuhi dari penduduk lokal. Selama masa konstruksi akan dibangun dan dioperasikan

camps untuk menyediakan tempat tinggal, makanan, air, perawatan medis, dan

kebutuhan penting pekerja yang lain.

Tenaga kerja untuk pemboran sumur pengembangan diperkirakan ± 118 pekerja

dengan berbagai macam keahlian (skill). Jumlah, persyaratan dan spesifikasi

kebutuhan tenaga pemboran sumur pengembangan disajikan pada Tabel 2.5.

Sedangkan kebutuhan spesifikasi dan jumlah tenaga kerja pembangunan Block Station

disajikan pada Tabel 2.6.

Page 56: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-37

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.5. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga KerjaPemboran Per Sumur Pengembangan

No Spesifikasi/Jabatan Sertifikasi yangharus dimiliki

Jumlah(orang)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

Company Man

K2LL

Rig Superintendent

Wallsite Supevisor

Wireline Service Company

Cementing Service Company

Mud Logging Service Company

Well testing Service Company

Mud Engineering Service Company

Casing Crew Service Company

Administration Rig

General Service Company

Camp Service

Catering Service

Security Service

Tool Pusher

Driller

Floorman

Derrickman (operator Menara Bor)

Crane Operator

Store Keeper

Roustabout

Medical

Chief Mekanik

Mecanic

Welder

Electrician

AP-3

AP-3

AP-3

AP-3

JB-3

OBL

OMB

SLO

-

OLB

-

Min. G-5

2

2

2

2

5

6

6

4

3

3

2

2

8

8

6

3

3

12

33

3

3

12

2

2

10

2

2

Total 118

Page 57: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-38

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.6. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga KerjaPembangunan BS atau GPF

No Spesifikasi Jumlah Total

A PEMBANGUNAN BS

1. Tenaga Un-Skill

a. Penjaga malam

b. Office boy

c. Pembantu rumah tangga

d. Tukang gali

e. Pembantu tukang pekerjaan sipil

f. Tukang-tukang pekerjaan sipil

g. Tukang las pipa air

h. Sopir kendaraan penumpang

2. Tenaga Skill

a. Engineer project

b. Drafter

c. Foreman

d. Operator alat berat

e. Operator mesin berputar

f. Mekanik

g. Sopir kendaraan berat

4

2

2

20

20

15

5

5

Jumlah

10

4

6

5

5

5

4

Jumlah

73

39

Total 112

Pembangunan transmisi gas akan membutuhkan tenaga kerja baik tenaga skill maupun

non skill. Jumlah dan spesifikasi tenaga kerja yang akan dibutuhkan ± 156 orang

dengan spesifikasi dan jumlah masing-masing jenis dan spesifikasi tenaga disajikan

pada Tabel 2.7.

Page 58: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-39

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.7. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga KerjaPembangunan Transmisi Gas

No Spesifikasi Jumlah Total

A PEMBANGUNAN Pipe Line

1. Tenaga Un-Skill

a. Tukang gali

b. Labor pipa

c. Office boy

d. Sopir kendaraan ringan

2. Tenaga Skill

a. perator peralatan berat

b. Welder (tukang las bersertifikat)

c. Foreman

d. Engineer

e. Suveyor (Juru Ukur)

f. Sopir kendaran berat

20

20

4

10

Jumlah

10

32

6

10

4

10

Jumlah

54

72

Total 156

Fabrikasi pipa dan peralatan konstruksi lain yang dilakukan di luar lokasi kegiatan juga

secara tidak langsung akan menyerap tenaga kerja, baik tenaga skill maupun nonskill.

Jumlah dan spesifikasi tenaga kerja yang akan dibutuhkan ± 112 orang untuk

pembangunan Manifold Station (MS) di Minahaki yaitu dengan spesifikasi dan jumlah

masing-masing jenis spesifikasi tenaga disajikan pada Tabel 2.8, sedangkan jumlah

dan spesifikasi tenaga kerja yang akan dibutuhkan ± 112 orang untuk pembangunan

Kilang LNG dengan spesifikasi dan jumlah masing-masing jenis spesifikasi tenaga

disajikan pada Tabel 2.9.

Page 59: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-40

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.8. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga KerjaPembangunan MS

No Spesifikasi Jumlah Total

A PEMBANGUNAN MS

1. Tenaga Un-Skill

a. Penjaga malam

b. Office boy

c. Pemantu rumah tangga

d. Tukang gali

e. Pembantu tukang pekerjan sipil

f. Tukang-tukang pekerjan sipil

g. Tukang las pipa air

h. Sopir kendaraan penumpang

2. Tenaga Skill

a. Engineer project

b. Drafter

c. Foreman

d. Operator alat berat

e. Operator mesin berputar

f. Mekanik

g. Sopir kendaraan berat

4

2

2

20

20

15

5

5

Jumlah

10

4

6

5

5

5

4

Jumlah

73

39

Total 112

Page 60: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-41

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.9. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga KerjaPembangunan Kilang LNG.

No Spesifikasi Jumlah Total

A PEMBANGUNAN GPF

1. Tenaga Un-Skill

a. Penjaga malam

b. Office boy

c. Pemantu rumah tangga

d. Tukang gali

e. Pembantu tukang pekerjaan sipil

f. Tukang-tukang pekerjaan sipil

g. Tukang las pipa air

h. Sopir kendaraan penumpang

2. Tenaga Skill

a. Engineer project

b. Drafter

c. Foreman

d. Operator alat berat

e. Operator mesin berputar

f. Mekanik

g. Sopir kendaraan berat

110

50

50

540

540

400

130

130

Jumlah

270

110

170

130

130

130

110

Jumlah

1950

1015

Total 3000

Diperkirakan bahwa akan ada ± 3000 lebih personil di lokasi pada saat aktivitas

konstruksi Kilang LNG puncak, yang akan bertambah secara bertahap, kemudian akan

berkurang dengan selesainya pekerjaan. Pemrakarsa menyadari bahwa angkatan kerja

sebesar ini perlu dikelola dengan ketat seperti berikut ini:

1) Pedoman yang komperhensif bagi Kesehatan, Keselamatan dan perlindungan

Lingkungan.

2) Pedoman yang komprehensif bagi hubungan masyarakat.

Page 61: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-42

PT PERTAMINA EP - PPGM

3) Orientasi lokasi pada saat kedatangan.

4) Kesejahteraan camp, penetapan standard minimum yang dapat diterima.

5) Cek kesehatan pra-kerja, skrining terhadap obat-obatan terlarang dan alkohol dan

uji petik.

6) Fasilitas rekreasi camp.

7) Penyediaan fasilitas penunjang medis yang memadai, dan rencana tanggap darurat.

8) Persyaratan jam kerja di lokasi dan cuti pulang ke rumah.

9) Transportasi di lokasi.

10) Fasilitas Ibadah.

11) Pengelolaan limbah camp dan konstruksi.

12) Keamanan dan perlindungan masyarakat setempat.

13) Hubungan dengan masyarakat setempat.

Hal-hal tersebut di atas akan dirinci dalam dokumen lingkup kerja Pertamina EP untuk

ditaati sub-kontraktor. Pemrakarsa juga akan memastikan bahwa para sub-kontraktor

tingkat bawah dan tenaga kerja terampil menyadari dan tunduk terhadap aturan dan

prosedur yang berlaku. Kontraktor pengelolaan camp yang akhli yang berpengalaman

luas akan dipekerjakan oleh kontraktor Pertamina EP untuk melaksanakan hal tersebut

diatas, sesuai standard yang ditetapkan Pemilik.

Dengan melihat tingkat kebutuhan tenaga kerja yang akan dilibatkan dalam kegiatan

pemboran sumur pengembangan ini, maka kemungkinan besar tenaga kerja untuk

tahap kegiatan ini tidak akan cukup bila hanya dipenuhi dari tenaga kerja yang berasal

dari penduduk lokal, mengingat untuk kegiatan ini sangat banyak membutuhkan tenaga

kerja yang harus memiliki kualifikasi dan sertifikasi tertentu.

Tenaga Kerja konstruksi harus orang Indonesia, dengan pengecualian yang sangat

terbatas di mana diperlukan kecakapan spesialis dan yang tidak tersedia di Indonesia.

Personil setempat yang memenuhi kualifikasi pekerjaan tertentu akan direkrut.

Diperkirakan bahwa akan ada 3000 lebih personil di lokasi pada saat aktivitas konstruksi

puncak, yang dimulai sesuai kebutuhan selanjutnya akan bertambah secara bertahap

mencapai puncak, kemudian akan berkurang dengan selesainya pekerjaan. Dengan

melihat tingkat kebutuhan tenaga kerja yang akan dilibatkan dalam kegiatan pemboran

Page 62: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-43

PT PERTAMINA EP - PPGM

sumur pengembangan, pembangunan fasilitas produksi, pemipaan dan kilang LNG dan

fasilitas terkait lainnya, maka kemungkinan tidak akan cukup bila hanya dipenuhi dari

tenaga kerja yang berasal dari penduduk lokal, mengingat untuk kegiatan ini sangat

banyak membutuhkan tenaga kerja yang harus memiliki spesifikasi, kualifikasi dan

sertifikasi tertentu.

B. Tahap Konstruksi

Konstruksi Pengembangan Lapangan Matindok dapat digolongkan menjadi aktivitas yang

saling terkait sebagai berikut:

1) Konstruksi untuk persiapan pemboran

2) Konstruksi MS di Minahaki, BS di Donggi, Sukamaju dan Matindok, termasuk saluran

pipa penyalur di darat, lepas pantai dan unit-unit pengolahan.

3) Konstruksi Kilang LNG di Uso atau padang, termasuk fasilitas pelabuhan khusus, unit-

unit pengolahan, unit-unit penyimpanan & pengangkutan, unit-unit utility, dan

infrastruktur.

Selama keseluruhan kegiatan konstruksi, suatu program akan dilaksanakan untuk

mengawasi pembuangan limbah konstruksi dengan cara yang sesuai dengan aturan dan

peraturan lingkungan hidup Indonesia. Pemrakarsa akan mengadakan perencanaan sebagai

program pemantauan, sesuai dengan prosedur pengelolaan limbah Kontraktor Pertamina

EP, untuk memastikan dilaksanakannya aturan dan peraturan tersebut.

1. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan, Material dan Tenaga Kerja

Kegiatan pengangkutan alat dan bahan serta tenaga kerja untuk pengembangan

lapangan akan menggunakan jasa angkutan laut dan darat ke lokasi rencana kegiatan

pemipaan dan fasilitas produksi serta LNG.

Peralatan dan material yang diangkut volumenya sangat besar. Sebagai peralatan

konstruksi utama yang tipikal bagi konstruksi Kilang LNG berikut fasilitas yang terkait

disajikan dalam Tabel 2.10. Pengaturan mobilisasi dan demobilisasi yang tepat dari

peralatan, kuantitas puncak, total jangka waktu di lokasi, dan sumber peralatan

konstruksi akan tergantung dari strategi pelaksanaan konstruksi yang tepat dari

kontraktor utama, dari jadual dan ketersediaan peralatan.

Page 63: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-44

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.10. Peralatan Konstruksi Kilang LNG

Uraian KuantitasPuncak

Ambulans 2

Backhoe/loaders 2

Bus 100

Kompresor udara, 100 cfm sampai 600cfm 16

Derek, 15 ton kebawah 10

Derek, 22 ton sampai 40 ton 15

Derek, 50 ton 10

Derek, 110 ton 6

Derek, 225 ton 3

Derek, 1200 ton 1

Tower Crane 1

Forklif 10

Generator, 220 kW ke bawah 4

Generator, 360 kW 6

Generator, 1.0MVA 8

Lampu, kilang dan menara 6

Prime movers 10

Tangker Bahan Bakar 2

Tangker Air 2

Traktor/truk 10

Trailer 30

Truk 30

Mesin Las, diesel 80

Mesin Las, listrik 65

Sumber: PT. PERTAMINA-EP PPGM, 2005

Kegiatan pengangkutan alat dan bahan serta tenaga kerja untuk pengembangan

lapangan akan menggunakan jasa angkutan laut dan darat ke lokasi rencana kegiatan

pemipaan dan fasilitas produksi gas serta LNG. Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi

peralatan berat dan material yang sangat banyak diangkut dengan kendaraan berbadan

besar.

Page 64: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-45

PT PERTAMINA EP - PPGM

2. Pembukaan dan Pematangan Lahan

Kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan mencakup:

a. Penebangan dan pembersihan pohon dan semak belukar pada lokasi tapak proyek,

yang luasnya sesuai dengan keperluan peruntukan lahannya.

b. Perataan dan penimbunan dilakukan untuk pematangan lahan yang akan digunakan

sebagai lokasi tapak sumur, perpipan dan fasilitas produksi dan kilang LNG. Dalam

pemenuhan material penimbunan, tidak didatangkan dari luar, tetapi memanfaatkan

material hasil perataan areal yang bergelombang di sepanjang ROW pipa secara cut

and fill.

c. Pada ROW yang memotong drainase alami dan/atau sungai, akan dipasang gorong-

gorong dan jembatan agar tidak menghambat pola aliran air. Gorong-gorong akan

dipasang pada drainase alami dan/atau anak sungai yang lebarnya lebih besar atau

sama dengan 2 m.

Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan akan dilakukan sebagai berikut:

1) Pembukaan - Perataan dan Pengerasan Lahan-Pembukaan untuk fasilitas (base

camp, jalan, laydown area) akan dilaksanakan dengan penebangan dan perataan

sedikitnya footprint yang diperlukan untuk medukung pekerjaan yang sedang

berlangsung secara aman. Diantisipsi bahwa tidak akan mendatangkan bahan untuk

pengurukan. Pemotongan lebih, apabila ada akan disimpan di lokasi atau dibuang

di suatu daerah offsite yang ditunjuk.

2) Pengerukan - Pengerukan mungkin diperlukan untuk pembangunan dermaga dalam

Kilang LNG. Apabila hal tersebut diperlukan, maka bahan pengerukannya akan

ditimbun di daratan pantai sekitarnya untuk digunakan kembali apabila diperlukan.

3) Limbah sanitasi - Limbah sanitasi yang berasal dari camp pekerja akan dikelola di

lokasi.

4) Sampah - Limbah Padat yang berasal dari camp pekerja akan ditimbun di TPS untuk

kemudian dikelola lebih lanjut.

5) Gas Buang dari Mesin Diesel – Tenaga listrik untuk camp pekerja akan dipasok oleh

generator yang digerakkan mesin diesel. Mesin-mesin tersebut akan dilengkapi

pengendali emisi baku dan akan menggunakan solar berkadar belerang rendah

guna meminimasi emisi sulfur dioksida.

Page 65: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-46

PT PERTAMINA EP - PPGM

6) Emisi knalpot Mesin dan Kendaraan – Pengoperasian peralatan konstruksi dan

kendaraan personil akan menghasilkan emisi knalpot dalam jumlah sedikit.

7) Pembukaan, Perataan dan Pemadatan Lahan – Pembukaan, Perataan dan

Pemadatan untuk Kilang LNG Induk dan fasilitas terkait akan dilaksanakan dengan

cara:

a) Pemotongan dan pengambilan footprint minimum untuk menopang pekerjaan

yang sedang berlangsung secara aman. Kurang-lebih 1.600.000 meter kubik

material harus dipotong untuk mempersiapkan lokasi kilang LNG, di mana

mayoritas material yang dipotong terkait dengan persiapan tempat tangki

penimbun LNG.

b) Pengurukan dan pemadatan bidang tanah yang rendah untuk mendapatkan

daerah yang rata yang diperlukan untuk tapak bangunan berbagai fasilitas.

Tanah yang hasil pemotongan digunakan untuk menguruk, sehingga dampak

lingkungan akibat sisa meterial tanah dapat diminimasi.

3. Kegiatan Konstruksi Manifold Station (MS) dan Block Station (BS) (atau

Fasilitas Pemrosesan Gas (GPF)

Fasilitas produksi gas meliputi pembangunan Manifold Station (MS) di Minahaki dan

Block Station (BS) di 3 lokasi yaitu Donggi, Sukamaju dan Matindok. Secara umum

kegiatan ini meliputi:

a. Pembangunan fondasi struktur dan perlengkapannya

b. Pendirian bangunan-bangunan dan pemasangan peralatan

c. Pekerjaan Piping System

d. Pekerjaan electrical dan peralatan (instrument)

Konstruksi fasilitas penunjang produksi gas di darat berakibat timbulnya limbah-limbah

berikut ini:

1) Air Hydrotest – Sebelum pra-komisioning fasilitas dan pipa penyalur, maka akan

digunakan air tawar untuk hydrotest bejana tekan dan pipa penyalur. Setelah

beberapa kali hydrotest, maka air yang kurang-lebih 18.500 meter kubik, akan

dialirkan ke sungai yang mengalir ke laut lepas. Akan dilakukan analisis seksama

atas semua air buangan uji hidrostatik untuk memastikan bahwa tidak akan

menimbulkan dampak terhadap lingkungan akibat air buangan.

Page 66: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-47

PT PERTAMINA EP - PPGM

2) Gas buang dari Mesin Diesel – Tenaga listrik untuk camp akan dipasok oleh

generator yang digerakkan mesin diesel. Mesin-mesin tersebut akan dilengkapi

pengendali emisi standard dan akan mempergunakan BBM berkadar sulfur rendah

guna meminimasi emisi sulfur dioksida.

3) Pembersihan Peralatan – Sebelum komisioning, peralatan akan dicuci secara

internal. Limbah air cucian tersebut akan ditangani sama seperti air hydrotest.

4) Buangan Uap dari generator/ventilasi bejana – Operasi generator pembangkit listrik

dan sejumlah kecil ventilasi bejana selama komisioning akan dilepas ke udara.

5) Grit (material sand blasting) – Sejumlah kecil grit dari operasi sand blasting akan

terlepas ke lingkungan.

6) Tumpahan tidak sengaja jenis material bahan bakar atau cat – Tumpahan dari

lokasi kegiatan akan disimpan dan dikumpulkan untuk pembuangan akhir.

7) Pengerukan – Sisa hasil pengerukan tanah akibat kegiatan konstruksi akan ditimbun

di tempat yang ditentukan yang kemungkinan akan dapat digunakan kembali untuk

penimbunan.

8) Puing dari Pembuangan Bebatuan – Puing bebatuan akan ditimbun di suatu tempat

urukan tanah yang ditentukan

9) Limbah Sanitasi – Air limbah sanitasi akan dikumpulkan dan diolah sampai standard

yang berlaku sebelum dibuang ke sungai.

4. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur Gas

Secara garis besar jalur pipa yang dipakai untuk mengalirkan gas dari sumur - block

station (BS) – Kilang LNG. Ada tiga alternatif yang diajukan dalam kegiatan pemasangan

pipa penyalur gas yaitu: (1) pemasangan pipa penyalur gas sejajar SM Bangkiriang

secara normal, (2) pemasangan pipa penyalur gas sejajar SM Bangkiriang secara

horisontal direction drilling, dan (3) pemasangan pipa penyalur gas sejajar garis pantai.

Jalur pipa trunkline akan dibuat tiga jalur alternatif yaitu: jalur alternatif-1, pemasangan

pipa trunkline dari BS/GPF Donggi melintasi SM Bangkiriang berdampingan jalan

provinsi, penggelaran pipa ditanam sedalam 2 meter kemudian ditimbun kembali atau

alternatif-2 dilakukan dengan sistem pemboran horinzontal, dengan maksud untuk

menghindari gangguan pada lahan SM Bangkiriang. Jalur alternatif-3, pemasangan

trunkline dari GPF Donggi akan dilakukan melalui pantai dengan penambahan panjang

pipa ± 4 km.

Page 67: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-48

PT PERTAMINA EP - PPGM

Ditinjau dari sisi tingkat kesulitan teknis pemasangan dan biaya perawatan, jalur

alternatif-3 relatif lebih mahal.

Di jalur darat sebagian besar dipasang dengan jarak ±200 m dari jalan provinsi pada

kedalaman 2 m. Jalur pipa di darat ada yang sejajar jalan raya, memotong jalan raya

dan memotong sungai Gambar 2.17 menunjukkan konstruksi penanaman pipa normal

sejajar dengan jalan raya, sedangkan Gambar 2.18 menggambarkan bagaimana teknik

pemasangan pipa gas memotong jalan raya. Pada prinsipnya teknik pemasangan pipa

pada kedua kondisi tersebut sama yakni pipa ditanam sedalam 2 meter dari permukaan

sekitar jalan raya (general common level) dan dibalut dengan isolator dan pipa casing.

Apabila jalur pipa tersebut memotong alur sungai, pipa ditanam memotong sungai dan

dipasang minimal 2 meter di bawah dasar sungai (Gambar 2.19).

Pembuatan desain pipa transmisi telah memperhatikan pada code dan standard dan

peraturan pemerintah yang berlaku, komposisi gas, kelas lokasi, faktor laju korosi dan

faktor desain kekuatan yang lebih tinggi, sehingga diharapkan pipa memiliki

kemampuan dan kehandalan yang tinggi. Selain itu pipa juga diproteksi katodik dan

diberi pembalut luar pipa (external coating) untuk melindungi pipa dari korosi luar.

Pada setiap segmen pipa tertentu terdapat flare yang apabila terjadi kondisi tidak

normal seperti pipa bocor/pecah saat operasional, maka dengan sistem kontrol yang

tersedia, gas yang masih berada di dalam pipa akan mengalir ke flare stack secara

otomatis dan segera terbakar. Upaya yang dilakukan yaitu akan melokalisir dan

mengamankan area sepanjang jalur pipa yang bocor tersebut sesuai prosedur SOP dan

ketentuan yang berlaku. Desain pipeline juga berdasarkan Kep. Men PE No. 300K tahun

1997 dan Code and Standard .

Page 68: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan G

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.17. Disain Peletakan Pipa Sejajar Jalan Raya

Gambar 2.18. D

Jl. Raya

GROUNDLEVEL

MIN.6MMIN 5M

2.0 M

TOP CAS

VENT

RA

BADAN JALAN RAYA

as Matindok II-49

isain Peletakan Typical Highway Crossing

2 MTRING

BOP CASING

VENTYAPERMUKAAN TANAH

Page 69: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-50

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.19. Disain Peletakan Typical River CrossingDi Bawah Dasar Sungai

Setelah kegiatan pembersihan lahan dan pematangan lahan selesai, maka kegiatan

pemasangan pipa penyalur gas dilaksanakan dengan urutan pekerjaan berikut ini:

1) Penggalian tanah yang akan ditanami pipa,

2) Pengelasan pipa di lokasi pemipaan,

3) Uji radiografi,

4) Penurunan pipa,

5) Penanaman pipa,

6) Hydrotest,

7) Pembersihan/pengeringan dalam pipa (pigging).

Penggelaran pipa untuk lokasi sumur Sukamaju dibuat 2 alternatif, yaitu pipa digelar di

samping jalan yang sudah ada (alternatif-1) atau gas dijual langsung ke PLN di lokasi

sumur (alternatif-2).

2 m 2 m

Jalur pipa

2 m

Page 70: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-51

PT PERTAMINA EP - PPGM

Fasilitas fabrikasi di darat dan kemudian diangkut ke lokasi menggunakan tongkang.

Sumber-sumber daya untuk keperluan usaha konstruksi sebagian besar akan tersedia di

tongkang-tongkang dan kapal-kapal pendukung dan hanya sedikit logistik dan material

akan dibutuhkan dari tim di darat. Diperkirakan hanya beberapa sumber daya dari

pangkalan di darat diperlukan seperti bahan bakar dan barang pakai lainnya termasuk

fasiltas camp sementara. Namun demikian, instalasi dan konstruksi jalur pipa di pantai

akan memerlukan sebuah tim kecil yang akan berpangkalan di lokasi di darat.

Aktivitas konstruksi yang terkait dengan pembangunan pipa lepas pantai dapat dibagi

menjadi fabrikasi dan pemasangan jalur pipa di pantai. Pekerjaan konstruksi akan dibagi

menjadi fase-fase utama berikut ini:

a. Fabrikasi di Darat. – Bagian-bagian struktural pipa akan difabrikasi, dirakit dan dites

sebagai unit fungsional lengkap di bengkel fabrikasi di darat.

b. Angkutan ke Lokasi – Pipa yang telah di-pra-rakit akan diangkut dari tempat-tempat

fabrikasi ke lepas pantai SM Bangkiriang menggunakan tongkang khusus untuk

tujuan tersebut.

c. Instalasi di Lepas Pantai – Fase konstruksi marine ini melibatkan pemancang

fondasi, dan pemasangan pipa.

Setelah memancang tiang pemancang fondasi kemudian semua komponen pipa dan

peralatan akan disambung dan dipersiapkan untuk tujuan komisioning. Akan tersedia

sebuah kapal pendukung pekerjaan penyelaman apabila diperlukan pekerjaan di bawah

laut.

Pipa untuk pipa penyalur akan difabrikasi, di-corrosion coated dan concrete coated di

tempat-tempat fabrikasi dan kemudian diangkut ke lokasi untuk dikonstruksi. Terdapat

tempat-tempat di dasar laut yang terdiri dari gelombang pasir dan mungkin akan

diperlukan pengerukan beberapa bagian gelombang pasir tersebut. Pipa penyalur akan

diletakkan di dasar laut secara langsung atau di tempat-tempat yang telah dikeruk.

Platform risers mungkin telah di-pra-instalasi pada pipa penyalur, tergantung dari

enginiring dan penilaian rinci kondisi lingkungan.

Pipa penyalur lepas pantai disalurkan ke fasilitas di darat melalui suatu bagian yang

lazim disebut shore approach pipa penyalur. Tempat ini biasanya merupakan transisi

antara pipa penyalur bawah laut di garis pantai dan pipa penyalur di darat. Shoreline

approach pipa penyalur dibangun menggunakan metode parit terbuka konvensional.

Page 71: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-52

PT PERTAMINA EP - PPGM

Akan dibuat parit dari dataran lumpur dekat pantai ke suatu lokasi di darat. Pipa

penyalur akan dipasang di dalam parit tersebut dan diuruk kembali menggunakan tanah

setempat atau batu-batuan rekayasa. Sesuai peraturan Indonesia, pipa penyalur di

shore approach harus diberi parit dan dikubur sampai kedalaman 2 m sampai

kedalaman air 12 m. Metode-metode konstruksi shore approach pipa penyalur sedang

diteliti untuk memperoleh alternatif.

Pra-Komisioning Pipa Penyalur. Pipa penyalur akan dibersihkan dan diukur sebelum air

dikeluarkan. Pengeluaran air akan dlilakukan menggunakan udara, kompresor dan

serangkaian pig trains.

Kegiatan Pembangunan Instalasi Jalur Pipa & Shore Approach berpotensi menimbulkan

limbah berikut:

1) Air Hydrotest – Sebelum pra-komisioning fasilitas dan pipa penyalur, maka akan

digunakan air tawar untuk hydrotest bejana tekan dan pipa penyalur. Setelah

hydrotest, maka air yang kurang-lebih 20.000 m3, akan dialirkan ke laut lepas.

Sebelum dilepas air tersebut akan dilakukan analisis seksama atas semua buangan

air uji coba hidrostatik untuk memastikan bahwa tidak akan menimbulkan dampak

terhadap lingkungan akibat air buangan.

2) Akan dilakukan analisis secara seksama atas semua buangan air uji coba hidrostatik

untuk memastikan bahwa air buangan tersebut sudah memenuhi baku mutu untuk

dibuang ke lingkungan.

3) Gas buang dari Mesin Diesel – Tenaga listrik untuk camp akan dipasok oleh

generator yang digerakkan mesin diesel. Mesin-mesin tersebut akan dilengkapi

pengendali emisi standard dan akan mempergunakan BBM berkadar sulfur rendah

guna meminimasi emisi sulfur dioksida.

4) Pembersihan Peralatan – sebelum komisioning, peralatan akan dicuci secara

internal. Limbah air cucian tersebut akan ditangani sama seperti air hydrotest.

5) Gas Buang dari generator/ventilasi bejana – Operasi generator pembangkit listrik

dan sejumlah kecil ventilasi bejana selama komisioning akan dilepas gas buang ke

udara yang secara periodik akan dipantau.

6) Grit (material sand blasting) – Sejumlah kecil grit dari operasi sand blasting akan

terlepas ke lingkungan.

7) Barang Terjatuh – Akan dilaksanakan aktivitas konstruksi penyalur dan

kemungkinan akan ada barang terjatuh dari barge sekalipun relatif sedikit.

Page 72: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-53

PT PERTAMINA EP - PPGM

8) Pengerukan – Untuk mentaati peraturan Indonesia tentang penimbunan pipa

penyalur di shore approach, maka akan terdapat volume material dasar laut dan

dataran lumpur yang signifikan yang dikeruk, kira-kira 150.000 sampai 250.000

meter kubik selama konstruksi pipa penyalur. Mungkin akan terjadi pengerukan

dasar laut lebih lanjut di lokasi gelombang pasir apabila dianggap membahayakan

integritas struktural pipa penyalur.

9) Puing penimbunan bebatuan – Pipa penyalur mungkin terkubur di bawah tanah asli

atau bebatuan rekayasa. Kapal-kapal Penimbun bebatuan akan diseleksi secara

seksama guna memastikan bahwa penimbunan bebatuan akan se-akurat mungkin,

namun diperkirakan bahwa beberapa bagian dasar laut akan tertutup puing

bebatuan.

10) Pengerukan – pengerukan akibat instalasi pipa penyalur akan ditimbun di tempat

yang ditentukan di bagian pantai yang lebih dalam.

11) Puing dari pembuangan bebatuan – puing bebatuan akan ditimbun di suatu tempat

urukan tanah yang ditentukan di darat yang lebih dalam.

12) Limbah sanitasi – air limbah sanitasi pekerja akan dikelola agar tidak mencemari

lingkungan pantai.

13) Lain-lain – berbagai barang, seperti bahan tali baja, dan sebagainya mungkin akan

terjatuh ke dalam laut secara tidak sengaja.

5. Kegiatan Konstruksi Kompleks Kilang LNG

Setelah pembebasan lahan untuk Lokasi Kilang LNG dan penyelesaiaan pembukaan

serta perataan lahan, maka dilakukan konstruksi Kilang LNG dan fasilitas dermaga.

Kegiatan kontruksi Kilang LNG terkait meliputi:

a. Pembangunan camp konstruksi

b. Pengembangan daerah laydown kontruksi dan jalan akses sementara

c. Aktivitas konstruksi sipil (pekerjaan tanah, jalan, saluran pembuangan, fondasi dan

gedung)

d. Pengerukan (apabila diperlukan)

e. Pemasangan baja struktural

f. Pemasangan tangki LNG

g. Fabrikasi dan instalasi pipa.

h. Instalasi peralatan

i. Instalasi junction box, cnduit dan kabel listrik/instrumen

Page 73: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-54

PT PERTAMINA EP - PPGM

j. Pendirian gedung CPP

k. Pendirian gedung kilang

l. Uji coba mekanis sistim peralatan/pemipaan

m. Pendirian bangunan fasilitas terkait Kilang LNG seperti fasilitas dermaga

n. Aktivitas pra-komisioning.

Pekerjaan konstruksi lokasi akan dibagi menjadi lingkup bidang khusus, seperti Marine,

trains LNG, Utilities, Offsites, tangki-tangki LNG, dan sebagainya. Secara tipikal,

subkontrak-subkontrak akan mencakup:

1) Pekerjaan sipil (pekerjaan tanah, jalan, saluran pembuangan, fondasi dan pekerjaan

beton, serta dermaga)

2) Pemasangan rangka baja

3) Instalasi dan uji coba pemipaan

4) Instalasi peralatan

5) Listrik dan instrumentasi

6) Isolasi

Guna meminimasi pekerjaan di lokasi dan guna mengoptimasi biaya dan jadual, maka

akan banyak digunakan pra-fabrikasi, pra-perakitan dan modulisasi pemipaan, peralatan

dan bangunan. Untuk tujuan ini, akan digunakan bengkel-bengkel di dekat lokasi atau

jauh dari lokasi. Secara tipikal hal ini akan mencakup yang berikut ini:

1) Rangka baja struktural

2) Fabrikasi spool pipa

3) Pra-isolasi pipa dan peralatan

4) Sand-blasting dan pengecatan

5) Penggunaan unit yang skid mounted (peralatan, pipa, listrik, dsb)

6) Pra-fabrikasi dan instalasi rak pipa

7) Bangunan modular

Tanggung jawab atas konstruksi, dan komisioning fasilitas kilang LNG dan GPF serta

fasilitas dermaga (marine fasility) akan ditugaskan kepada kontraktor utama PT.

Pertamina EP. Kontraktor tersebut akan mengontrol fungsi-fungsi penting termasuk

program keselamatan, pengendalian mutu, pengendali proyek, logistik, tenaga kerja,

jasa-jasa teknis, dan hubungan masyarakat. Subkontraktor yang memiliki sumber daya,

Page 74: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-55

PT PERTAMINA EP - PPGM

fasilitas dan tenaga kerja Indonesia akan dimanfaatkan secara maksimum untuk

pelaksanaan konstruksi Kilang LNG. Lingkup paket-paket subkontrak masing-masing

akan ditetapkan sesuai dengan faktor-faktor seperti wilayah kilang, spesialitas pekerjaan

(mekanis, listrik, sipil, tangki LNG, marine, dsb.), dan ukuran lingkup yang bersifat

relatif.

Pelaksanaan proyek akan didasarkan pada pasokan material sebanyak mungkin yang

tersedia dari Indonesia, dan pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan tenaga kerja

dan subkontraktor lokal untuk hal-hal yang khusus. Hampir semua keperluan sumber

daya seperti peralatan, material, jasa-jasa dan tenaga kerja Kontraktor tersedia di

Indonesia, namun kemungkinan besar tidak tersedia di sekitar proyek, misalnya dalam

penyediaan bahan bakar, pelumas, dan beberapa material konstruksi. Pasir, agregat,

dan papan kayu mungkin tersedia dari sumber-sumber di Kabupaten Banggai dan

sekitarnya.

Secara ringkas, maka program konstruksi dermaga di komplek LNG mencakup lingkup

kerja berikut ini:

1) Mobilisasi kontraktor konstruksi marine di lokasi

2) Mendirikan pangkalan konstruksi dan wilayah kerja di sepanjang pantai

3) Membuat jembatan dok cargo dan tempat tambat.

4) Membuat dry-dock untuk pra-fabrikasi bangunan intake. Sebagai alternatif diatur

supaya dibuat di luar lokasi.

5) Membangun jetty LNG, kepala jetty, tempat tambatan dan berthing dolphins

6) Membuat dan menempatkan jetty head superstructure

7) Menyesaikan intake air pendingin dan bangunan outlet

8) Mengubah pangkalan konstruksi marine untuk operasi marine

Dalam pekerjaan ini, pengerukan kanal sementara di dataran berlumpur ke pantai

mungkin diperlukan guna memungkinkan pembongkaran peralatan sampai dibangunnya

dok cargo permanen dan/atau untuk memungkinkan pembangunan LNG pipeway

trestle. Jalan urukan padat digunakan di air dangkal (0-2 m pada air pasang) di dok

cargo atau trestle LNG. Jalan tersebut akan ditempatkan dan dirancang supaya tidak

menganggu proses alami pesisir di pantai. Di air yang lebih dalam akan digunakan

trestles terbuka. Jetty LNG, kepala jetty, tempat tambatan dan berthing dolphins yang

Page 75: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-56

PT PERTAMINA EP - PPGM

akan dibangun mempunyai spesifkasi. Berikut ini spesifikasi dermaga khusus LNG

(sedangkan gambar-gambar selegkapnya pada Lampiran 9).

a. Ukuran : ± 15 x 1000 m

b. Konstruksi : Quary wall, pancang plat baja (sheet steel pile FSP IV)

kedalaman 15 meter, pada bagian atas di cor sebagai apron stage.

c. Fender : H. Beam 300 ditambah karet, dipasang setiap jarak 5 meter,

d. Kapasitas : ± 15.000 DWT

e. Kedalaman : - 10 s.d. – 15 meter

f. Ukuran panjang jetty : ± 250 m.

Setelah penyelesaian aktivitas konstruksi dan uji coba mekanis peralatan dan

komponen, maka komponen fasilitas akan secara progresif diserah-terimakan kepada

personil komisioning dan operasi kilang. Akan terjadi sedikit tumpang tindih antara

tenaga kerja konstruksi yang bertanggung jawab atas penyelesaian fasilitas dan personil

komisioning dan operasi yang bertanggung jawab atas startup dan operasi fasilitas

tersebut. Setelah semua fasilitas dikomisioning, maka kilang tersebut akan mengalami

uji coba pelaksanaan menyeluruh sebelum penerimaan akhir dan serah-terima resmi

kepada grup operasi.

Kontraktor yang dipilih PT. Pertamina EP harus memberikan jaminan kepada

pemrakarsa suatu rencana pengelolaan limbah yang komperhensif yang memperinci

prosedur-prosedur yang akan digunakan untuk pengelolaan dan pembuangan limbah

konstruksi. Limbah yang ditimbulkan selama konstruksi Kilang LNG dan fasilitas terkait

harus ditangai dengan baik. Sumber-sumber limbah berbahaya harus tetap terpisah dari

jenis limbah yang tidak berbahaya untuk dikelola sesuai peraturan lingkungan hidup

Indonesia.

Pembangunan Kilang LNG dan fasilitas terkait akan menimbulkan limbah sebagai

berikut:

1) Air Hydrotest – Sebelum pra-komisioning fasilitas dan pipa penyalur, maka akan

digunakan air tawar untuk hydrotest bejana tekan dan pipa penyalur. Setelah

beberapa kali hydrotest, maka air yang kurang-lebih 18.500 meter kubik, akan

dialirkan ke sungai yang mengalir ke laut lepas. Akan dilakukan analisis seksama

atas semua buangan air uji coba hidrostatik untuk memastikan bahwa tidak akan

menimbulkan dampak terhadap lingkungan akibat air buangan.

2) Air Pencucian Peralatan – Sebelum komisioning, semua peralatan akan dicuci secara

internal. Air cucian tersebut akan dipelakukan sama seperti air hydrotest.

Page 76: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-57

PT PERTAMINA EP - PPGM

3) Limbah Sanitasi – Limbah Sanitasi yang ditimbulkan camp konstruksi akan diolah

dalam sebuah kilang pengolahan paket di lokasi sebelum dibuang.

4) Sampah – Limbah padat yang berasal dari camp perintis akan dibuang di tempat

pengurukan atau pembakaran sampah di lokasi.

5) Gas buang dari Mesin Diesel – Tenaga listrik untuk camp akan dipasok oleh

generator yang digerakkan mesin diesel. Mesin-mesin tersebut akan dilengkapi

pengendali emisi standard dan akan mempergunakan BBM berkadar sulfur rendah

guna meminimasi emisi sulfur dioksida.

6) Gas buang Mesin dan Kendaraan – Pengoperasian peralatan konstruksi dan

kendaraan personil hanya akan menimbulkan emisi knalpot dalam jumlah kecil.

7) Kelebihan Konstruksi Surplus – Kelebihan (surplus) material konstruksi seperti

bahan isolasi, bahan cat, bekas pemotongan baja akan ditampung, diklasifikasi dan

dibuang di luar lokasi.

8) Aliran Stormwater – Aliran Stormwater untuk tempat-tempat yang bersih akan

dibiarkan mengalir sebagai air permukaan atau melalui selokan alamiah atau buatan

ke kuala. Aliran dari tempat-tempat yang cenderung terkena kontaminasi akan

dialirkan ke sebuah bak penampung. Air yang tertampung dalam bak tersebut akan

di tes sebelum pembuangan akhir. Apabila diketahui dapat dibuang langsung, maka

isi bak-bak tersebut akan dilepas ke kuala. Apabila diketahui tidak cocok untuk

dibuang langsung, maka air tersebut akan diolah sebelum dibuang.

9) Tumpahan-tumpahan umum – Tempat-tempat yang menggunakan atau menyimpan

bahan bakar atau cat akan diberi pembatas untuk mencegah aliran air

masuk/keluar, dan semua mesin yang digerakkan diesel akan diperlengkapi dengan

drip trays. Tumpahan-tumpahan dari tempat penyimpanan dan drip pans akan

dibuang dengan absorben kering atau disiram menuju ke sebuah tempat

penampungan (sump) untuk dibuang di kemudian hari.

10) Tumpahan tidak sengaja jenis material bahan bakar atau cat – Tumpahan

dikumpulkan untuk pembuangan akhir.

11) Pengerukan – Pengerukan akibat instalasi pipa penyalur akan ditimbun di tempat

yang ditentukan di bagian pantai yang lebih dalam.

12) Puing dari Pembuangan Bebatuan – Puing bebatuan akan ditimbun di suatu tempat

urukan tanah yang ditentukan di darat yang lebih dalam.

Page 77: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-58

PT PERTAMINA EP - PPGM

13) Limbah Sanitasi – Air limbah sanitasi akan dikumpulkan dan diolah sampai standard

yang berlaku sebelum dibuang ke laut.

14) Serbaneka – Berbagai barang, seperti bahan sea-fastening, panel grating, tali baja,

dan sebagainya mungkin akan terjatuh ke dalam laut secara tidak sengaja.

C. Tahap Operasi

1. Penerimaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja untuk operasional produksi gas dan kilang LNG sangat besar, sebagian

merupakan tenaga ahli dengan skill yang memenuhi persyaratan perusahaan, dan

sebagian lainnya bukan tenaga ahli. Pelaksanaan penerimaan tenaga kerja sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jumlah personil yang

dibutuhkan dan spesifikasinya untuk mengoperasikan masing-masing BS atau GPF lebih

kurang 26 orang (Tabel 2.11). Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja untuk operasional

transmisi gas yang akan dibutuhkan hanya ±28 orang (Tabel 2.12).

Tabel 2.11. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga KerjaOperasional dalam Satu Unit GPF

No Spesifikasi Jumlah Total

1.

2.

Tenaga Un-skill

a. Office-Boy

b. Cleaning services

c. Sopir kendaraan Penumpang

d. Security

Tenaga Skill

a. Opertor produksi

b. Foreman produksi

4

4

2

4

Jumlah

8

4

Jumlah

14

12

Total 26

Sumber: PT. PERTAMINA-EP PPGM, 2005

Page 78: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-59

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.12. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga KerjaPenyaluran Gas dan Kondensat

No Spesifikasi Jumlah Total

1.

2.

Tenaga Un-skill

a. Office-Boy

b Sopir kendaraan ringan

Tenaga Skill

a. Pipa checker

b. Operator peralatan berat

c. Foreman

b. Sopir kendaran berat

2

6

Jumlah

14

2

2

2

Jumlah

8

20

Total 28

Sumber: PT. PERTAMINA-EP PPGM, 2005

Sementara itu jumlah personil yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kegiatan dua

train awal kilang LNG dan fasilitas darat terkait diperkirakan 200 personil kilang.

Tenaga Kerja konstruksi harus orang Indonesia, dengan pengecualian yang sangat

terbatas di mana diperlukan kecakapan spesialis dan yang tidak tersedia di Indonesia.

Personil setempat yang memenuhi kualifikasi pekerjaan tertentu akan direkrut.

Jumlah personil yang dibutuhkan pada tahap operasi ini lebih kecil bila dibandingkan

dengan tahap konstruksi. Dengan melihat tingkat kebutuhan tenaga kerja yang akan

dilibatkan dalam kegiatan mengoperasikan GPF, BS, Kilang LNG, dermaga dan

pemeliharaan pipa transmisi gas dan kondensat serta transportasi kondensat melalui

darat, maka kemungkinan tidak akan cukup bila hanya dipenuhi dari tenaga kerja yang

berasal dari penduduk lokal, mengingat untuk kegiatan ini sangat banyak membutuhkan

tenaga kerja yang harus memiliki spesifikasi, kualifikasi dan sertifikasi tertentu. Jumlah

tenaga kerja terbanyak adalah untuk operasional kilang, dimana jumlah personil yang

dibutuhkan untuk mengoperasikan kilang LNG dan fasilitas darat terkait diperkirakan

lebih kurang 300 personil. Pelaksanaan rekruitmen tenaga kerja sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 79: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-60

PT PERTAMINA EP - PPGM

2. Pemboran Sumur Pengembangan

Sumur-sumur pengembangan di Donggi, Minahaki, Matindok, Sukamaju, dan Maleoraja

dibor dengan menggunakan land-rig yang kapasitasnya sesuai dengan kedalaman yang

akan dicapai. Peralatan pemboran telah dilengkapi dengan pencegahan semburan liar

(blow out preventer), Standard Operation Procedure (SOP), dan penanggulangan

keadaan darurat (emergency respon plan). Peralatan berat yang telah selesai digunakan

kemudian dimobilisasi dan didemobilisasi dengan kendaraan berat.

Hal-hal penting terkait dengan kegiatan operasi pemboran sumur pengembangan

sebagai berikut ini:

a. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan pemboran.

b. Penggunaan lumpur pemboran – Semua sumur akan dibor menggunakan lumpur

yang water-based dan tidak beracun untuk kedalaman bagian atas pengembangan

sumur. Pemboran reservoar akan dilakukan menggunakan low-toxicty, synthetic oil-

based atau water-based mud. Water-based mud tersebut dapat dipergunakan

ulang untuk semua sumur yang dibor dari setiap anjungan. Apabila semua sumur

telah dieselesaikan, maka water-based mud tersebut akan dialirkan ke mudpit.

Kira-kira 2000 sampai 2500 bbl water-based mud diperkirakan akan dibuang dari

masing-masing sumur, atau total kira-kira 7.500 bbl.

Apabila digunakan, synthetic oil-based mud akan digunakan jenis low toxicity oil-

based mud. Logam-logam berat tidak akan digunakan pada sistem lumpur

manapun, kecuali apabila terdapat kemungkinan bahwa akan ditemukan Hidrogen

Sulfida (H2S). Dalam hal itu, dapat digunakan Zinc Carbonate sebagai pengikat H2S.

c. Cuttings – Cuttings yang akan dihasilkan selama pemboran kira-kira 3000-3800 bbl,

dan cuttings akan dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku.

d. Air Hydrotest – Sebelum pra-komisioning fasilitas dan pipa penyalur, maka akan

digunakan air tawar untuk hydrotest bejana tekan dan pipa penyalur. Setelah 1 kali

hydrotest, maka air yang kurang-lebih 20.000 meter kubik, akan dibuang di sungai

yang mengalir ke laut lepas. Akan dilakukan analisis seksama atas semua buangan

air uji coba hidrostatik untuk memastikan bahwa tidak akan menimbulkan dampak

terhadap lingkungan akibat air buangan.

e. Gas buang dari Mesin Diesel – Tenaga listrik untuk camp akan dipasok oleh

generator yang digerakkan mesin diesel. Mesin-mesin tersebut akan dilengkapi

pengendali emisi standard dan akan mempergunakan BBM berkadar sulfur rendah

guna meminimasi emisi sulfur dioksida.

Page 80: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-61

PT PERTAMINA EP - PPGM

f. Pembersihan Peralatan – Sebelum komisioning, peralatan akan dicuci secara

internal. Limbah air cucian tersebut akan ditangani sama seperti air hydrotest.

g. Gas Buang dari generator/ventilasi bejana – Operasi generator pembangkit listrik

dan sejumlah kecil ventilasi bejana selama komisioning akan dilepas gas buang ke

udara yang secara periodik akan dipantau.

h. Tumpahan tidak sengaja jenis material bahan bakar atau cat – Tumpahan dari

lokasi kegiatan akan disimpan dan dikumpulkan untuk pembuangan akhir.

i. Pengerukan – Sisa hasil pengerukan tanah akibat kegiatan konstruksi akan ditimbun

di tempat yang ditentukan yang kemungkinan akan dapat digunakan kembali untuk

penimbunan.

j. Puing dari Pembuangan Bebatuan – Puing bebatuan akan ditimbun di suatu tempat

urukan tanah yang ditentukan

k. Limbah Sanitasi – Air limbah sanitasi akan dikumpulkan dan diolah sampai standard

yang berlaku sebelum dialirkan ke sungai.

3. Operasi Produksi di BS atau GPF

Seluruh produksi dari sumur-sumur gas dialirkan ke masing-masing Block Station (3 unit

BS), setelah melalui Header Manifold (karena jarak ke BS di Donggi relatif jauh, khusus

untuk gas dari sumur-sumur di Minahaki lokasi Manifold Station-nya di Minahaki) gas

akan masuk ke dalam separator (gas/liquid separation) untuk memisahkan gas,

kondensat dan air yang ikut terproduksi. Selanjutnya, gas yang sudah mengalami

pemisahan pada tahap awal akan dialirkan dan diproses lebih lanjut. Gas yang sudah

mengalami pemisahan pada tahap awal akan dialirkan ke CO2 and H2S removal plant

untuk menurunkan kadar H2S, selanjutnya gas dikeringkan di Unit TEG dehydratiion dan

kelembabannya di kontrol menggunakan DEW Point Control. Gas yang telah memenuhi

standar gas sale diukur melalui fasilitas metering dan dialirkan melalui pipa ke Kilang

LNG. Sulfur (belerang) hasil pemisahan dari gas alam dalam bentuk padat/tepung,

ditampung di pelataran (yard) belerang untuk penanganan selanjutnya, sedangkan

kondensat langsung dialirkan ke tangki penimbun kondensat untuk selanjutnya dikirim

dengan mobil tangki ke Tangki Penampung Kondensat milik JOB Pertamina-Medco

Tomori Sulawesi di Bajo. Flare didisain untuk menangani dua proses, yaitu untuk

mengatur dan membuang gas ringan tekanan tinggi dalam kondisi tidak normal

(blowdown), dan untuk Penglepasan dan mengaburkan gas buang yang didalamnya

masih mengandung partikel gas CO2 rendah.

Page 81: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-62

PT PERTAMINA EP - PPGM

Limbah yang berasal dari Pengoperasian Fasilitas Produksi Gas, misalnya :

1) Limbah mengandung gas

a) Emisi gas dari penggerak peralatan utama.

Peralatan utama, seperti kompresor, genset dan pompa-pompa menggunakan

mesin berbahan bakar gas. Gas buang hasil pembakaran akan dilepas ke udara

terbuka.

b) Emisi gas dari penggerak mesin – Cadangan tenaga listrik menggunakan mesin

pembangkit berbahan bakar diesel. Mesin diesel akan dipakai hanya sewaktu

pembangkit turbin gas utama tidak bekerja. Limbah dari mesin dalam bentuk

gas buang akan dilepas ke udara terbuka.

c) Gas cerobong pemanas regenerator glycol – Regenerator glycol yang dipakai

pada unit pengering adalah dengan cara menguapkan air yang diserap dalam

pemanas semburan-gas. Gas cerobong pemanas akan dilepas ke udara terbuka.

d) Emisi suar api (flare stack)– Suar api didisain untuk menangani dua proses,

yaitu untuk mengatur dan membuang gas ringan tekanan tinggi dalam kondisi

tidak normal atau darurat, dan untuk Penglepasan dan mengaburkan gas buang

yang di dalamnya masih mengandung partikel gas masam yang mengandung

CO2 rendah. Emisi dapat meningkat secara signifikan selama operasi tidak

normal, namun jangka waktunya pendek.

2) Limbah cair

a) Air Terproduksi – Fasilitas pengolahan meliputi pemisahan setiap air

terproduksi. Ada dua nalternatif dalam pemisahan air terproduksi yakni dengan

cara (1) menginjeksikan kembali ke perut bumi (re injection), dan (2) air

terproduksi akan ditangani tersendiri di instalasi pengelolaan air limbah (IPAL),

sampai kualitasnya memenuhi ketentuan yang ditetapkan untuk air buangan

sebelum dilepas ke badan air.

b) Limbah Domestik Cair – Limbah dari Kakus akan diproses dalam septic tank.

Sementara limbah dari kamar mandi, air dari dapur langsung dialirkan ke

sungai.

c) Limbah dari Pengeringan Permukaan – Air yang berasal dari hujan yang

menimpa kompleks GPF, air yang digunakan untuk pembersihan dan pencucian

lantai dan atau fasilitas produksi yang tidak mengandung polutan akan dialirkan

melalui saluran drainase dan dialirkan ke sungai. Sementara air untuk

pengeringan yang mengadung polutan akan dialirkan IPAL.

Page 82: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-63

PT PERTAMINA EP - PPGM

3) Limbah padat

a) Limbah Domestik Padat – Limbah padat organik yang mudah terbakar

dikumpulkan di tempat pembuangan sementara (TPS) dan selanjutnya dibuang

di tempat pembuangan akhir (TPA) yang telah ditentukan kemudian dibakar.

Sementara sampah padat umum yang tidak mudah terbakar yang tidak

membahayakan kesehatan seperti gelas, plastik, fiber akan dipisah-pisahan,

kemudian akan ditangani lebih lanjut.

b) Limbah Padat Industri – Bahan kimia yang berasal dari bahan-bahan yang

digunakan untuk proses atau sisa proses seperti filter-filter bekas, potongan

waste baskets, besi, kawat, lampu, aki, drum plastik bekas kemasan bahan

kimia, oli bekas dikumpulkan dan ditampung sementara pada lokasi yang telah

disiapkan khusus, dan kemudian akan ditangani lebih lanjut oleh pihak ketiga

yang mempunyai ijin pengelolaan limbah B3.

4. Penyaluran Gas Melalui Pipa

Gas yang telah diproses di GPF di Donggi dan GPF di Matindok yang kandungannya

sesuai dengan standar gas yang akan dipasarkan dikirim ke Kilang LNG. Pengiriman gas

dari GPF Donggi dilakukan melalui pipa berdiameter 16” sampai Fasilitas Bersama JOB

Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Senoro (tekanan gas di Senoro sekitar 784 psig)

yang kemudian dengan pipa berdiameter 34” sepanjang sekitar 25 km disalurkan ke

Kilang LNG di Batui atau Kintom. Sedangkan Pengiriman gas dari GPF Matindok

dilakukan melalui pipa berdiameter 16” sampai junction (tekanan gas di junction ini ±

773 psig) pada pipa jalur Senoro -Kilang LNG di Batui atau Kintom (tekanan gas di

Kilang ± 750 psig).

Produksi gas yang dikirim rata-rata 300 MMSCFD. Pada inlet pipa, terdapat fiscal

metering untuk mengetahui jumlah gas yang dikirim.

Jalur pipa gas dirancang sedemikian rupa, untuk melindungi pipa dan lingkungan dari

bencana dan pencemaran, sedapat mungkin menghindari daerah-daerah yang padat

permukiman. Pipa diberi lapisan pembungkus (coating), pencegahan korosi dan ditanam

dalam tanah untuk melindungi dari kemungkinan bocor akibat kerusakan. Aliran dan

tekanan gas dipantau secara terus-menerus terhadap adanya indikasi kebocoran pipa.

Page 83: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-64

PT PERTAMINA EP - PPGM

Apabila terdeteksi adanya gejala kebocoran, operator akan segera melaksanakan SOP

yang telah ditentukan sesuai dengan jenis kejadian yang berlangsung, terutama

tindakan pengamanan operasi dan sistem isolasi.

Untuk keselamatan jalur pipa, di sekitar pertengahan jalan dipasang valve station

dilengkapi dengan vent flare. Untuk kepentingan pembersihan dan tujuan operasi teknis

lainnya, di kedua ujung saluran gas dilengkapi pig launcher and receiver.

5. Penyaluran Kondensat dengan Transportasi Darat

Kondensat yang berasal dari separator Block Station ditampung dalam Tangki

Penampung sebelum diangkut ke Tangki Penampung Kondensat milik JOB Pertamina-

Medco Tomori Sulawesi di Bajo. Jumlah tangki penampung yang dipakai sebanyak 2

buah dengan kapasitas masing-masing sebesar ± 1300 m3. Minyak/ kondensat akan

diangkut dari Block Station ke Bajo dengan menggunakan road tank atau mobil tangki

berukuran besar.

6. Operasional Kilang LNG dan Fasilitas Pendukungnya

Operasi awal didasarkan pada Kilang LNG dua-train dengan kapasitas produksi sebesar

2 juta metrik ton LNG per tahun. Kebutuhan gas “feedstock” terkait adalah sebesar lebih

kurang 300 MMSCFD, yang pada awalnya akan didapatkan dari dua lapangan gas yaitu

Matindok dan Senoro.

Proyek Pengembangan Gas Matindok akan dirancang, dibangun dan dioperasikan

dengan memperhatikan semua limbah yang mengandung gas, cairan dan padat yang

berasal dari fasilitas yang terkait akan dikelola sepenuhnya tunduk pada Perundang-

undangan Indonesia secara Nasional, Regional dan Lokal. Program Manajemen

Lingkungan dan Program Pemantauan Lingkungan akan dipersiapkan untuk proyek ini

untuk menetapkan persyaratan dan prosedur lingkungan khusus. Program resmi

kesadaran lingkungan akan diberlakukan untuk semua pegawai dan kontraktor untuk

meningkatkan kebijakan pengolahan secara bertanggungjawab dari sumber daya

lingkungan yang terkena pengaruh operasi untuk memastikan dikuranginya setiap

pengaruh lingkungan yang secara potensial merugikan.

Page 84: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-65

PT PERTAMINA EP - PPGM

Limbah yang Berasal dari Pengoperasian Kilang LNG dan Fasilitas Terkait

Sumber limbah mengandung gas, limbah cair dan padat berikut diperkirakan akan

berasal dari Kilang LNG dan fasilitas dermaga.

1) Limbah mengandung Gas

a) Emisi limbah dari penggerak turbin gas – Penggerak utama untuk kompresor

pendingin pada Unit Pendingin/Pencair dan pembangkit tenaga utama kilang

adalah turbin gas. Limbah dari turbin akan dilepas ke udara terbuka.

b) Emisi limbah dari penggerak diesel – Pompa air-pemadam-kebakaran darurat

cadangan dan pembangkit tenaga darurat akan digerakkan oleh diesel.

Penggerak-diesel darurat cadangan hanya akan dipakai jika motor atau

penggerak-turbin gas utama tidak bekerja (seperti, selama tidak ada tenaga

listrik). Kapal-tunda, kapal-kapal lain, mobil, bus, truk, crane dan peralatan

perawatan lain juga akan digerakkan dengan diesel. Bahan bakar diesel dengan

kiandungan sulfur rendah akan dipakai, dengan pengawasan emisinya sesuai

dengan standar yang berlaku. Limbah dari penggerak diesel tersebut akan

dilepas ke udara terbuka.

c) Gas cerobong dari pendidih uap – Uap bertekanan rendah berfungsi sebagai

sumber medium kilang selain sebagai daya gerak untuk penggerak turbin uap

pembantu starter dari turbin pendingin. Uap bertekanan rendah dihasilkan

dalam pendidih semburan-gas. Gas cerobong dari pendidih tersebut akan

dilepas ke udara terbuka.

d) Emisi suar api (flare stack)– Suar api didisain untuk menangani dua proses,

yaitu untuk mengatur dan membuang gas ringan tekanan tinggi dalam kondisi

tidak normal atau darurat, dan untuk Penglepasan dan mengaburkan gas buang

yang di dalamnya masih mengandung partikel gas masam yang mengandung

CO2 rendah. Emisi dapat meningkat secara signifikan selama operasi tidak

normal, namun jangka waktunya pendek.

Perkiraan dari emisi yang mengandung gas dari operasi Kilang LNG adalah seperti

diringkaskan dalam Tabel 2.13. Perkiraan emisi ini harus dianggap sebagai

permulaan, tergantung pada verifikasi dan perbaikan yang mungkin ada sejalan

Page 85: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-66

PT PERTAMINA EP - PPGM

dengan perbaikan disain fasilitas. Emisi pada masa datang akan meningkat secara

proporsional sejalan dengan meningkatnya jumlah train.

Tabel 2.13. Emisi Udara Kilang LNG

SumberEmisi yang Diperkirakan (metrik ton per tahun)

SO (sebagaiSOx)

NO (sebagaiNOx)

COTotal Sulfur

(sebagaiH2S)

1. Gas Limbah AGRU -- -- 3.23 x 4 40

2. Penggerak Turbin Gas untukKompresor Pendingin

50 600 0.83 x 4 --

3. Penggerak Turbin Gas untukPembangkitan Tenaga Listrik

20 600 0.30 x 4 --

Sumber: PT. PERTAMINA-EP PPGM, 2005

2) Limbah cair

a) Air limbah kontak langsung adalah air yang berasal dari operasi atau peralatan

dimana air berhubungan langsung dengan cairan pengolahan (seperti air

formasi, air pengolahan). Air limbah kontak langsung akan dialirkan di IPAL

untuk diolah sampai sesuai dengan standar mutu aliran yang berlaku sebelum

dialirkan ke sungai.

b) Limbah kimia basah – Limbah asam dan alkalin basah dari sistem utility akan

dialirkan melalui sistem pengumpul terpisah ke kolam netralisasi untuk

penyesuaian pH-nya sebelum diteruskan ke Effluent Treatment Unit sebelum

dibuang.

c) Limbah pengeringan permukaan dari daerah unit pengolahan dan penyimpanan

(air hujan, air pencucian, dan sebagainya) - Limbah pengeringan permukaan

dari daerah unit pengolahan dan penyimpanan yang terancam pencemaran

potensial akan dikumpulkan dan diteruskan ke Effluent Treatment Unit sebelum

dibuang. Limbah pengeringan dari daerah yang bersih dan tidak mengadung

polutan akan langsung dialirkan ke saluran dan diteruskan ke sungai.

d) Limbah Domestik Cair – Limbah dari Kakus akan diproses dalam septic tank.

Sementara limbah dari kamar mandi, air dari dapur langsung dialirkan ke

sungai.

Page 86: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-67

PT PERTAMINA EP - PPGM

3) Limbah padat

a) Limbah Padat Industri - Saringan molekul bekas, filter karbon dan damar

pengganti ion dan limbah padat lainnya akan dikumpulkan sementara sebelum

ditangani lebih lanjut. Karbon aktif tercemar merkuri dari MRU akan

dikumpulkan dan dibuang ke luar ke fasilitas pembuangan limbah berbahaya

yang telah disetujui atau dikembalikan ke pabrikan katalis untuk diproses ulang.

Bahan kimia yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan untuk proses atau

sisa proses seperti filter-filter bekas, potongan waste baskets, besi, kawat,

lampu, aki, drum plastik bekas kemasan bahan kimia, oli bekas, dan bermacam-

macam limbah padat lain dari kegiatan pembersihan tanki, exchanger dsb

dikumpulkan dan ditampung sementara pada lokasi yang telah disiapkan

khusus, dan kemudian akan ditangani lebih lanjut oleh pihak ketiga yang

mempunyai ijin pengelolaan limbah B3.

b) Limbah Domestik Padat – Limbah padat organik yang mudah dibakar

dikumpulkan di tempat pembuangan sementara (TPS) dan selanjutnya dibuang

di tempat pembuangan akhir (TPA) yang telah ditentukan kemudian dibakar.

Bahan sampah padat umum yang tidak mudah seperti gelas, plastik, fiber akan

dikumpulkan dalam tong yang memadai dan ditampung di tempat penimbunan

untuk sementara, kemudian akan ditangani lebih lanjut dengan mendaur ulang

limbah tersebut dalam bentuk lain pemanfaatan.

Kegiatan operasi Kilang LNG dan fasilitas yang ada di kompleks dalamnya

menghasilkan limbah yang berpotensi menimbulkan dampak negatif pada

lingkungan berikut ini.

a) Limbah gas

Emisi limbah dari penggerak turbin gas untuk kompresor pendingin pada Unit

Pendingin/Pencair dan pembangkit tenaga utama kilang akan dilepas ke udara

terbuka; emisi limbah dari penggerak diesel untuk pompa air-pemadam-

kebakaran darurat cadangan dan pembangkit tenaga darurat, mobil, bus, truk,

crane dan peralatan perawatan berbahan bakar diesel dengan konsentrasi sulfur

rendah akan akan dilepas ke udara terbuka; gas cerobong dari pendidih uap

sumber medium kilang dan untuk penggerak turbin uap pembantu starter dari

Page 87: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-68

PT PERTAMINA EP - PPGM

turbin pendingin akan dilepas ke udara terbuka; emisi suar api pengolahan gas

dan pembakar cairan kering juga akan dilepas ke udara terbuka. Perkiraan dari

emisi yang mengandung gas dari operasi Kilang LNG dua train adalah seperti

diringkaskan dalam Tabel 2.13 di atas.

b) Limbah cair

Limbah cair berasal dari air formasi setelah diolah di Effluent Treatment Unit

(IPAL) kemudian dialirkan ke laut; air hydrotest yang dipergunakan untuk

pengujian tekanan bejana dan perpipaan yang mungkin mangandung kuantitas

residu dari biosida, oxygen scavangers dan sebagainya. akan diolah di IPAL

dan selanjutnya dialirkan ke laut; limbah pengeringan permukaan dari daerah

unit pengolahan dan penyimpanan (air hujan, air pencucian, dan sebagainya) -

Limbah pengeringan akan dikumpulkan dan diteruskan ke IPAL sebelum

dialirkan ke laut; sedangkan limbah asam dan alkalin basah dari sistem utility

akan dialirkan melalui sistem pengumpul terpisah ke kolam netralisasi untuk

penyesuaian pH-nya sebelum diteruskan ke IPAL sebelum dialirkan ke laut;

limbah sanitasi baik dari Kilang LNG maupun dari masyarakat sekitar akan

diolah pada unit pengolahan biologis tertutup sebelum dialirkan ke laut. Limbah

cair dari kegiatan-kegiatan di atas yang telah diolah di IPAL dan telah

memenuhi persyaratan baku mutu lingkungan air yang disyaratkan, kemudian

air dialirkan ke laut.

c) Limbah padat

Limbah saringan molekul bekas, filter karbon dan damar pengganti ion dan

barang-barang bekas akan dikumpulkan untuk dibuang ke luar ke tempat

penimbunan sampah, atau jika berbahaya, ke tempat pembakaran sampah.

Berbagai macam limbah padat dari kegiatan seperti pembersihan tanki,

exchanger atau jaringan pipa akan dikumpulkan dan di buang ke luar ke tempat

penimbunan sampah, atau jika berbahaya, ke tempat pembakaran sampah.

Sampah umum baik dari Kilang LNG maupun dari masyarakat sekitar akan

dibuang ke tempat penimbunan atau pembakaran sampah. Sementara itu

limbah padat karbon aktif tercemar merkuri dari MRU akan dikumpulkan dan

dikirim ke luar lokasi sesuai prosedur dan persyaratan tentang penanganan

limbah B-3.

Page 88: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-69

PT PERTAMINA EP - PPGM

7. Pemeliharaan Fasilitas Produksi

Kegiatan pemeliharaan fasilitas produksi waktunya secara berkala, tergantung dari

masing-masing jenis peralatan produksi, antara lain perawatan terhadap kompresor,

generator, pompa, tangki timbun kondensat, sumur produksi, pipa dan jalan. Kegiatan

pemeliharaan tersebut dapat bertujuan untuk pembersihan kotoran, perbaikan dan atau

penggantian.

Perawatan tangki timbun akan dilakukan sekitar 10 tahun sekali, dan akan

menghasilkan sludge. Penanganan terhadap sludge akan dilakukan dengan mengacu

kepada Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 Jo. PP N0. 85 tahun 1999 tentang

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.

Bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan peralatan dan pemrosesan

air, diantaranya gas corrosion inhibiitor, gas dehydrator, reverses demulsifier, portable

water desinfectant (calcium hypochloride), potable water coagulant, potable water

neutralizer (caustic soda) dan cleaner.

Mitigasi dampak lingkungan akibat kebocoran pipa, telah disusun suatu rencana

tanggap darurat (emergency response plan). Dengan prosedur tersebut, apabila

diketahui kebocoran/pencemaran dapat ditanggulangi secara dini.

Penggunaan bahan kimia dalam kegiatan pemeliharaan peralatan dan fasilitas

pemrosesan gas meliputi: gas corrosion inhibitor, gas dehydrator, reverses demulsifier,

potable water desinfectant (calcium hypochloride), potable water coagulant, potable

water neutralizer (caustic soda) dan cleaner.

D. Tahap Pasca Operasi

1. Penutupan Sumur

Penutupan operasi sumur dilakukan dengan sumbat semen dan bridge plug dipasang

sesuai dengan ketentuan dan dilakukan uji tekanan. Pada kegiatan ini jenis

pekerjaannya mencakup antara lain: isolasi zona lubang terbuka, isolasi pada lubang

terbuka, penyumbatan atau pengisolasian interval perforasi, penyumbatan tunggul

selubung/linier, penyumbatan selubung 9”, pengujian sumbat, pemotongan dan

pengangkatan selubung 9” yang tidak bersemen, pemotongan bagian atas casing

sampai sekitar 5 m di bawah permukaan tanah dan mud line suspension diangkat, dan

pemasangan sumbat semen permukaan (penutup). Laporan peninggalan sumur

disampaikan ke Ditjen MIGAS.

Page 89: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-70

PT PERTAMINA EP - PPGM

2. Penghentian Operasi Produksi Gas dan Kilang LNG

Penghentian operasi penyaluran gas dilakukan dengan pembersihan pipa transmisi dari

sisa gas dengan cara flarring. Sementara itu penutupan operasi GPF dan kilang LNG

dilakukan dengan mengikuti prosedur, untuk menjamin keamanan yang tinggi untuk

menghindari bahaya semburan liar, tumpahan kondesat, kebakaran dan kecelakaan

kerja. Elemen-elemen yang dapat menyebabkan adanya bahaya tersebut akan

diidentifikasi dan tolok ukur pencegahan yang tepat dalam menerapkan standar dan

kode yang berlaku. Laporan peninggalan jalur pipa, GPF dan Kilang LNG serta fasilitas

lain disampaikan ke Ditjen MIGAS.

3. Demobilisasi Peralatan

Pada waktu rampungnya rentang masa operasi produksi gas dan kilang LNG yang

diharapkan (diperkirakan sekurang-kurangnya 25 tahun), peralatan, jaringan pipa dan

fasilitas yang sudah tidak dipergunakan akan dibongkar dan dipindahkan ke tempat

yang telah ditentukan. Laporan peninggalan lokasi ini disampaikan kepada Ditjen Migas.

Penanganan terhadap bekas lokasi fasilitas yang telah dibongkar yang meliputi

pembersihan dan rehabilitasi lahan terbuka akan dilakukan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Pada waktu rampungnya rentang masa operasi produksi gas dan kilang

LNG, peralatan dan fasilitas yang sudah tidak tidak dipergunakan akan dibongkar,

ditinggalkan atau dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan.

4. Penglepasan Tenaga Kerja

Pada akhir operasi produksi gas dan kilang LNG, tenaga kerja dilepaskan secara

berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-

masing. Pelaksanakan Penglepasan sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang

berlaku.

Pada akhir operasi produksi gas dan kilang LNG, tenaga kerja dilepaskan secara

brangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-masing.

Pelaksanakan Penglepasan sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

Pada prinsipnya lahan dan aset-aset lain bekas kegiatan PPGM setelah pasca operasi akan

diserahkan kembali ke negara. Adapun secara lebih detail mekanisme seperti tertuang

dalam dokumen “kontrak”.

Page 90: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-71

PT PERTAMINA EP - PPGM

2.1.1.4. Kegiatan-Kegiatan yang Ada Di Sekitar Rencana Lokasi Kegiatan dan

Dampaknya Terhadap Lingkungan

Areal rencana kegiatan secara administratif termasuk dalam 3 (tiga) wilayah kecamatan yaitu

Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui. Berikut ini adalah kegiatan masyarakat yang menonjol

dalam pemanfaatan lahan di wilayah itu. Pemanfaatan lahan yang telah ada di sekitar rencana

kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak pada rencana kegiatan atau sebaliknya, recana

kegiatan Pengembangan Gas Matindok berpotensi menimbulkan dampak pada kegiatan lain

yang telah ada yang relevan tertuang di bawah ini.

a. Pertambangan

JOB Pertamina–Medco E&P Tomori Sulawesi di Senoro dan sekitarnya telah melakukan

kegiatan eksplorasi migas, telah melakukan pemboran beberapa sumur. Berbagai bahan

pencemar dari kegiatan ini seperti emisi gas buang, limbah pemboran, ceceran minyak

dan oli dari aktivitas dermaga dan pemeliharaan fasilitas produksi akan dapat

menurunkan kualitas lingkungan wilayah studi. Oleh karena lokasi kegiatannya

berhimpitan, jenis kegiatannya sejenis dan pengelolannya dilakukan juga oleh

Pertamina, maka pemrakarsa akan melakukan koordinasi dan kerja sama saling

mengun-tungkan antara JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi dengan Pertamina-

PPGM dalam melaksanakan kegiatan migas di wilayah tersebut.

b. Perkebunan

Areal kerja perkebunan yang sebagian tanahnya akan terkena rencana pengembangan

Lapangan Gas Matindok, termasuk jaringan pipa transmisi seperti perkebunan kelapa

sawit yang dikelola oleh unit pengolahan milik PT Kirana Luwuk Sejati. Dengan adanya

upaya pemanfaatan kembali berbagai limbah yang dihasilkan dari kegiatan perkebunan

ini maka dampaknya terhadap lingkungan hidup relatif dapat diminimalkan. Dalam

upaya pemanfaatan lahan untuk pipa tersebut diperlukan perundingan segitiga antara

pengelola perkebunan - Pemerintah Kabupaten Banggai/Pusat – Pertamina-PPGM.

c. Pertanian

Pada daerah bagian hilir kabupaten Banggai merupakan dataran rendah berupa dataran

aluvial dan dataran aluvial pantai yang intenisf digunakan oleh masyarakat petani

sebagai lahan pertania. Lahan sawah tersebut mendapatkan airnya dengan

menggunakan sistem irigasi teknis dan non teknis di wilayah Kecamatan Toili Barat, Toili

Page 91: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-72

PT PERTAMINA EP - PPGM

dan Batui. Upaya peningkatan produksi diantaranya dilakukan dengan penggunaan

pupuk kimia dan pestisida. Bila penggunaan kedua jenis bahan kimia tersebut tidak

dibatasi, akan berdampak terhadap produktivitas lahan dan tercemarnya lingkungan

pertanian di daerah tersebut.

d. Suaka Margasatwa Bangkiriang

Jalur pipa akan melewati kawasan Suaka Margasatwa Bangkiriang (SMB). Walaupun

kondisi di kawasan Suaka sudah diusahakan oleh penduduk untuk bercocok tanam

bahkan telah dijadikan perkebunan kelapa sawit, namun secara de jure kawasan

tersebut masih merupakan kawasan konservasi, maka Pertamina-PPGM perlu

mengkoordinasikan pemanfaatan sebagian lahan SMB dengan Menteri Kehutanan dan

Perkebunan di tingkat pusat.

Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan ini tergambar dalam Gambar 2.20.

Page 92: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-73

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.20. PETA Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan

Page 93: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-74

PT PERTAMINA EP - PPGM

2.2. LINGKUP RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

Sesuai dengan hasil telaahan kaitan komponen kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak

dan jenis-jenis dampak potensial yang ditimbulkannya, maka berikut ini adalah komponen

lingkungan yang relevan untuk ditelaah dalam studi ANDAL.

a) Komponen geo-fisik-kimia yang meliputi iklim dan kualitas udara ambien, kebisingan,

kebauan dan getaran, fisiografi dan geologi, hidrologi dan kualitas air, hidrooceonografi,

ruang, lahan dan tanah serta transportasi.

b) Komponen biologi meliputi biota darat dan biota air.

c) Komponen sosial ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat meliputi kependudukan,

sosial-ekonomi, sosial-budaya dan kesehatan masyarakat.

2.2.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia

2.2.1.1. Iklim, Kualitas Udara dan Kebisingan

1. Iklim

Menurut klasifikasi ikllim Schmidt dan Ferguson, daerah Banggai bertipe iklim B, dengan

nisbah rata-rata jumlah bulan kering dan rata-rata jumlah bulan basah (Q) adalah 5, atau

termasuk wilayah cukup basah. Data curah hujan stasiun meterologi bandar Udara Bubung

Luwuk selama pencatatan 16 tahun (tahun 1985 -2001) menunjukkan bahwa musim hujan

berlangsung dari bulan Maret sampai Juli dengan jumlah curah hujan berkisar dari 115 mm

pada bulan Mei sampai 169 pada bulan Juli. Musim kemarau berlangsung dari bulan Agustus

sampai Februari, dengan curah hujan berkisar dari 41 mm pada bulan Oktober sampai 85

mm pada bulan Desember.

Suhu udara rata-rata bulanan berkisar dari 25,9 oC pada bulan Juli sampai 28,3 oC pada

bulan November. Suhu udara maksimum terendah 28,9 oC pada bulan Juli dan yang

tertinggi 30,0 oC pada bulan Maret. Suhu udara berkisar dari 22,9 oC pada bulan Juli sampai

24,5 oC pada bulan Februari.

Tabel 2.14. Data Iklim Wilayah Studi

Unsur IklimB u l a n

SetahunJan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1. Curah hujan (mm) 81 81 140 127 115 130 169 78 45 41 69 85 11612. Suhu udara (oC)

Rata-rata 28,1 28,1 27,1 27,7 27,2 26,6 25,9 26,0 27,0 28,1 28,3 28,1 27,4 Maksimum 31,6 31,6 32,0 30,8 30,2 29,6 28,9 29,1 30,2 30,9 31,7 31,6 31,6 Minimum 24,2 24,3 24,1 24,2 23,9 23,4 22,9 23,0 23,2 23,7 24,0 24,2 23,8

3. Kelembaban Nisbi Udara (%) 77 78 79 80 80 81 81 78 74 73 75 784. Kecepatan angin rata-rata (knot) 4,5 4,6 4,6 4,3 5,1 5,6 6,0 6,5 6,5 5,5 4,4 4,1 5,1

(Sumber data: St. Meteorologi Bandara Bubung Luwuk), 1985-2001

Keterangan : ٠Curah hujan (rata-rata 1985-2001), ٠Suhu udara dan kelembaban nisbi udara (rata-rata 1996-2001),٠ Kecepatan angin (rata-rata 1996-2000)

Page 94: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-75

PT PERTAMINA EP - PPGM

Wilayah studi merupakan daerah pesisir sehingga kelembaban nisbi udara cenderung tinggi.

Kelembaban udara rata-rata bulanan ± 73 % pada bulan oktober yang bertepatan dengan

musim kemarau sampai 81% pada bulan Juni dan Juli yang bertepatan dengan musim

hujan.

2. Kualitas Udara, Kebisingan dan Getaran

Hasil pengamatan sesaat di lokasi-lokasi sekitar rencana kegiatan secara kualitatif kondisi

udara, tingkat kebisingan dan tingkat getaran masih sangat baik.

Kualitas udara

Gambaran umum tingkat kualitas udara di wilayah sekitar Proyek masih baik. Hal itu

didasarkan atas data sekunder dari hasil pengukuran kualitas udara yang telah dilakukan

sebelumnya di sekitar lokasi pemboran eksplorasi sumur Maleo Raja (MLR), Matindok

(MTD), Donggi (DNG), dan Anoa Besar (ANB). Jumlah dan lokasi pengambilan sampel

disajikan pada Tabel 2.15.

Tabel 2.15. Jumlah dan Lokasi Pengambilan Sampel untukKualitas Udara, Kebisingan dan Kebauan

No. Kode Sampel Desa / lokasi

1. MLR-1 Tapak proyek Maleo raja

2. MLR-2 Jalan masuk lokasi Maleo raja

3. MLR-3 Permukiman penduduk desa Batui IV

4. MTD-1 Tapak proyek Matindok

5. MTD-2 Jalan masuk lokasi Matindok

6. MTD-3 Permukiman penduduk desa SPA Ondo Ondolu

7. DNG-1 Tapak proyek Donggi

8. DNG-2 Jalan masuk lokasi Donggi

9. DNG-3 Pasar Sindang sari

10. ANB-1 Tapak proyek Anoa besar

11. ANB-2 Permukiman penduduk desa Kamiwangi

12. ANB-3 Jalan raya Anoa besar

Sumber :

1. UPL dan UKL Pemboran Eksplorasi Sumur Maleoraja-A dan Matindok-A, Banggai-Sulteng, 2003.2. UPL dan UKL Pemboran Delineasi Sumur Donggi-B, Banggai-Sulteng 2002.3. UPL dan UKL Pemboran Eksplorasi Sumur Anoa Besar-A, Banggai-Sulteng 2002.

Page 95: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-76

PT PERTAMINA EP - PPGM

Parameter yang diteliti, cara pengambilan sampel, metode analisis setiap parameter

telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara, Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sulawesi Tengah No.

188.44/1443/Ro.BKLH tanggal 14 Maret 1990 dan mengacu pada Compendium

Methods dari USEPA (United States Environmental Protection Agency) dengan nomor

EPA/625/R-96/01, July 1999. Pengolahan data hasil analisis laboratorium, dilakukan

dengan mengacu pada Kep.Ka.BAPEDAL No. Kep-107/KABAPEDAL/11/1997 tentang

Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar

Udara (ISPU) serta berpedoman pada National Ambient Air Quality Standards

(NAAQS) yang ditentukan oleh USEPA. Hasil perhitungan ISPU dikonversi menjadi

skala kualitas lingkungan atau Rona Lingkungan Awal. Konversi ISPU menjadi skala

kualitas lingkungan disajikan pada Tabel 2.16. Skala Kualitas Lingkungan (SKL)

secara seragam digunakan untuk perhitungan pada tahap prakiraan dampak rencana

kegiatan terhadap lingkungan sekitarnya.

Tabel 2.16. Konversi ISPU menjadi Skala Kualitas Lingkungan

ISPU Kategori Skala KualitasLingkungan Kategori

1 – 50 Baik 5 Sangat baik

51 – 100 Sedang 4 Baik

101 – 199 Tidak sehat 3 Buruk

200 – 299 Sangat tidak sehat 2 Sangat buruk

> 300 Berbahaya 1 Sangat buruk sekali

Sumber: USEPA, 1999

Rekapitulasi hasil analisis kualitas udara rona lingkungan awal berdasarkan data sekunder

tersebut pada Tabel 2.15 di sekitar lokasi rencana kegiatan (sebanyak 12 lokasi), disajikan

pada Tabel 2.17. Rekapitulasi hasil pengolahan data dengan besaran skala kualitas

lingkungan rona awal, disajikan pada Tabel 2.18.

Page 96: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-77

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.17. Hasil Analisis Kualitas Udara dan Kebauan

No. Parameter MLR-1 MLR-2 MLR-3 MTD-1 MTD-2 MTD-3 DNG-1 DNG-2 DNG-3 ANB-1 ANB-2 ANB-3 BakuMutu*)

1 Sulfur Dioksida, SO2 1,82 2,43 2,53 1,29 2,14 2,63 5,12 2,88 5,10 2,40 2,52 3,26 260

2 Karbon Monoksida, CO 10,50 14,00 15,36 8,61 13,10 14,42 18,20 12,45 19,67 8,76 9,18 15,58 2250

3 Nitrogen Dioksida, NO2 3,10 4,13 4,59 3,21 3,87 3,85 6,09 3,73 6,20 3,15 3,31 4,35 92,5

4 Oksidan, O3 0,07 0,10 0,13 0,03 0,08 0,09 0,06 0,06 0,06 0,05 0,07 0,08 200

5 Amoniak 0,06 0,08 0,10 0,06 0,08 0,09 0,095 0,045 0,048 0,03 0,05 0,07 1360

6 Hidrogen Sulfida 0,02 0,02 0,04 0,02 0,02 0,03 0,025 0,018 0,028 0,01 0,02 0,03 42

7 Dust TSP 85 86 87 83 89 92 84 91 124 95 112 124 260

*) Kep.Gub.KDH TK I Sulawesi Tengah No. Kep. 188.44/1443/Ro.BKLH

Sumber :

1. UPL dan UKL Pemboran Eksplorasi Sumur Maleoraja-A dan Matindok-A, Banggai-Sulteng, 2003

2. UPL dan UKL Pemboran Delineasi Sumur Donggi-B, Banggai-Sulteng 2002

3. UPL dan UKL Pemboran Eksplorasi Sumur Anoa Besar -A, Banggai-Sulteng 2002

Page 97: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-78

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.18. Rona Lingkungan Awal Kualitas Udara dan Kebauandi Sekitar Rencana Kegiatan

Kode Lokasi SKL Keterangan

MLR-1 Tapak proyek maleo raja 5

Tingkat kualitas udaratidak berpengaruhpada kesehatanmanusia maupunhewan dan tidakberpengaruh padatumbuhan, bangunanmaupun nilai estetika

MLR-2 Jalan masuk lokasi maleo raja 5MLR-3 Permukiman penduduk desa Batui IV 5

MTD-1 Tapak proyek matindok 5

MTD-2 Jalan masuk lokasi matindok 5MTD-3 Permukiman penduduk desa SPA Ondo Ondolu 5

DNG-1 Tapak proyek donggi 5

DNG-2 Jalan masuk lokasi donggi 5

DNG-3 Pasar sindang sari 5ANB-1 Tapak proyek anoa besar 5

ANB-2 Permukiman penduduk desa kamiwangi 5

ANB-3 Jalan raya anoa besar 5Sumber: Hasil analisis Data dari Tabel 2.17

Dari hasil analisis kualitas udara dan kebisingan, terlihat bahwa rona lingkungan awal

kualitas udara dan kebauan di sekitar lokasi kegiatan tergolong sangat baik (SKL= 5).

Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu kegiatan dalam tingkat dan waktu

tertentu yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia dan kenyamanan

lingkungan. Tingkat kebisingan suatu lokasi menunjukkan ukuran energi bunyi yang

dinyatakan dalam satuan desibel atau disingkat dengan notasi dB.

Gambaran umum tingkat kebisingan di daerah itu diambil dari data sekunder yang telah ada

yang merupakan hasil pengukuran di sekitar lokasi sumur Maleoraja (MLR), Matindok

(MTD), Donggi (DNG), dan Anoa Besar (ANB). Jumlah dan lokasi pengambilan sampel

disajikan pada Tabel 2.17.

Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi tingkat kebisingan berpedoman pada Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan dan mengacu pada Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sulawesi Tengah No.

188.44/1443/Ro.BKLH tanggal 14 Maret 1990. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan,

disajikan pada Tabel 2.19.

Page 98: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-79

PT PERTAMINA EP - PPGM

Lokasi pengukuran tingkat kebisingan merupakan lingkungan kegiatan perumahan dan

permukiman serta ruang terbuka hijau. Oleh karena itu, hasil pengukuran dibandingkan

terhadap Baku Tingkat Kebisingan untuk Kawasan Permukiman dan Perumahan (55 dB) dan

Ruang Terbuka Hijau (50 dB). Berdasarkan data sekunder hasil pengukuran yang disajikan

pada Tabel 2.19 terlihat bahwa semua lokasi berada di bawah ambang batas baku tingkat

kebisingan. Oleh karena itu kualitas lingkungan untuk semua lokasi = 5 atau kategori sangat

baik.

Tabel 2.19. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan

Kode Lokasi Tingkat Kebisingan(dB)

MLR-1 Tapak proyek maleo raja 31-35MLR-2 Jalan masuk lokasi maleo raja 38-42

MLR-3 Permukiman penduduk desa Batui IV 46-50

MTD-1 Tapak proyek matindok 30-34MTD-2 Jalan masuk lokasi matindok 35-40

MTD-3 Permukiman penduduk desa SPA Ondo Ondolu 46-50

DNG-1 Tapak proyek donggi 39-42

DNG-2 Jalan masuk lokasi donggi 43-45DNG-3 Pasar sindang sari 47-51

ANB-1 Tapak proyek anoa besar 38-41

ANB-2 Permukiman penduduk desa kamiwangi 45-48ANB-3 Jalan raya anoa besar 47-53

Sumber :1. UPL dan UKL Pemboran Eksplorasi Sumur Maleoraja-A dan Matindok-A, Banggai-Sulteng, 20032. UPL dan UKL Pemboran Delineasi Sumur Donggi-B, Banggai-Sulteng, 20023. UPL dan UKL Pemboran Eksplorasi Sumur Anoa Besar-A, Banggai-Sulteng, 2002.

2.2.1.2. Fisiografi dan Geologi

Geomorfologi daerah penelitian secara umum merupakan daerah pantai dengan lebar pantai

sekitar 100 m sampai 1 km. Pada sisi bagian barat dijumpai adanya rangkaian perbukitan yang

membujur searah dengan garis pantai dengan ketinggian berkisar antara 50 sampai dengan 450

meter, dengan kelerengan berkisar antara 5o - 40o. Sistem aliran sungai yang berkembang disini

adalah paralel, yang seluruhnya bermuara di Selat Peleng. Aliran sungainya ada yang bersifat

perenial dan ada juga yang intermiten. Proses pelapukan dengan disertai erosi pada daerah ini

cukup intensif. Ketebalan lapisan tanahnya cukup tebal, yaitu antara 3 - 4 meter.

Page 99: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-80

PT PERTAMINA EP - PPGM

Stratigrafi daerah Luwuk sampai Batui terdiri atas Formasi Bongka, Formasi Kintom, Satuan

Terumbu Koral Kuarter dan Satuan Aluvium. Formasi Bongka terdiri atas konglomerat, batupasir,

lanau, napal dan batugamping. Formasi ini melampar dari bagian utara sampai selatan dimana

terkosentrasi pada bagian barat, dengan luas sekitar 40% dari daerah penelitian, umur dari

formasi ini adalah Miosen Akhir hingga Plistosen. Di daerah penelitian Formasi Bongka ini

tersingkap di sebelah barat dari Kintom dan Mendono.

Formasi Kintom sering pula disebut dengan Formasi Batui, terdiri dari napal pasiran dan

batupasir. Formasi ini melampar pada bagian utara kota Batui, dengan luas penyebaran adalah

20% dari daerah penelitian. Batuan yang menyusun formasi ini sebagian besar adalah

batugamping koral bersisipan napal dan sebagian batupasir Berdasarkan kandungan fosil yang

ditemukan di “Matindok-1 well” yaitu Globigerinoides extremus, maka umur Formasi Kintom

adalah Miosen Akhir sampai Pliosen Awal, sedangkan lingkungan pengendapannya adalah outer

neritic hingga upper bathyal. Formasi ini melampar di sebelah barat dari Formasi Bongka.

Satuan Terumbu Koral Kuarter, terdiri dari batugamping terumbu dan sedikit napal, umur dari

satuan ini adalah Kuarter (Holosen), dan melampar di sebagian besar dari daerah penelitian di

sepanjang tepi pantai.

Satuan aluvium ini ditemukan pada daerah di dekat muara sungai dari Batui hingga Luwuk.

Terdiri atas batuan lepas yang berukuran lempung hingga kerakal dan ditemukan pula hasil

endapan teras sungai yang banyak ditemui di Batui river basin. Ketinggian dari teras sungai

adalah antara 10 – 30 meter, hal ini mengindikasikan bahwa pengangkatan di daerah ini masih

berlangsung. Satuan ini hanya terdapat di sekitar muara-muara sungai seperti di Muara Sungai

Kuala Batui di Batui.

Page 100: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-81

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.21. Peta Geologi Daerah Batui(Sumber: Baseline Study Proyek Pengemb. Gas Matindok, 2007)

Struktur geologi daerah penelitian cukup komplek. Hal ini diakibatkan karena daerah ini

merupakan zone kolosi antara microkontinen Banggai-Sula, dimana fragment dari Australia

Utara - Irian Jaya, dan Ophiolite Belt dari Sulawesi bagian timur. Kolosi menempati arah

mengikuti perpindahan ke barat dari mikrocontinen Banggai-Sula sepanjang sesar transform

Sula-Sorong. Struktur dari daerah Sulawesi Selatan didominasi oleh sesar naik dan sesar geser,

dimana hal ini merupakan karakteristik daerah kolosi. Sesar naik ini berarah timur laut – barat

daya. Sesar geser umumnya berarah barat laut-tenggara dengan panjang yang bervariasi

(Gambar 2.21).

1. Kondisi Geologi pada Jalur Pipa

Secara umum rencana jalur pipa berada pada morfologi pantai dimana ketinggiannya tidak

berbeda jauh dengan ketinggian muka air laut, namun ada beberapa ruas yang lokasinya

sangat dekat dengan perbukitan. Satuan batuan di wilayah ini antara lain adalah satuan

batupasir, satuan konglomerat, satuan batugamping-konglomerat karbonatan dan endapan

pasir lempungan. Sedangkan struktur geologi yang dijumpai pada rencana jalur pipa ini

terdiri atas sesar-sesar minor (minor faults) yang secara umum berarah barat laut-tenggara

dan Utara-Selatan.

Page 101: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-82

PT PERTAMINA EP - PPGM

Di daerah Batui (km 57), rencana jalur pipa akan melewati singkapan dimana pada bagian

atas merupakan tanah lapukan setebal 0,5 meter, kemudian pada bagian bawah

batugamping konglomeratan dengan tebal 1,5 meter, kemudian batu pasir dengan tebal

lebih dari 1,5 meter. Batugamping konglomeratan berwarna putih kecoklatan, ukuran butir

kerikil – kerakal, tersusun oleh matrik dan fragmen dengan matrik dominan, berukuran butir

pasir terdiri dari material karbonat; fragmen berukuran 1 – 20 cm terdiri dari koral (5 – 20

cm) dan fragmen batuan beku dan metamorf (2 mm – 1 cm). Sedangkan batupasir

berwarna putih kecoklatan dan bersifat non karbonatan.

Selanjutnya jalur pipa di daerah Kasambang melewati singkapan batugamping

konglomeratan setebal 5,80 meter di km 53 dengan sisipan paleosoil. warna putih

kecoklatan, ukuran butir kerikil–kerakal, tersusun oleh matrik dan fragmen dengan matrik

dominan, berukuran butir pasir terdiri dari material karbonat; fragmen berukuran 1 – 20 cm

terdiri dari koral (5 -20 cm) dan fragmen batuan beku dan metamorf (2 mm – 1 cm). Makin

ke atas fragmen makin dominan dan berubah menjadi paleosoil. Sementara ke arah utara

makin banyak dijumpai fosil jejak. Paleosoil warna coklat kehitaman, ukuran butir lempung-

pasir, tebal 30 cm.

Sedangkan pada km 50 jalur pipa akan melewati singkapan batugamping dengan warna

lapuk abu-abu cerah, warna segar putih kecoklatan, ukuran butir pasir, grainsupported,

tersemenkan kuat (grainstone), mengalami karstifikasi lanjut dengan tebal singkapan 8m.

Pada satu meter bagian atas mengalami pelarutan yang paling tinggi.

Pada barat jalan Batui - Kintom, + 700 m dari tugu km 42 ke arah Luwuk rencana jalur pipa

melewati singkapan batugamping pada tebing setebal 12 -15 m. Pada bagian bawah (+ 3

m) dan atas (9 m), tersusun oleh batugamping warna putih, ukuran butir 2 mm – 8 cm,

fragmen dominan forambesar, gastropoda, pelecypoda dan pecahan koral (rudstone).

Diantaranya tersusun oleh batugamping setebal 3 m, warna putih, ukuran butir 2 mm – 20

cm dan tersusun oleh tubuh utuh koral berbentuk bulat (framestone).

Kondisi geologi regional daerah Batui dan sekitarnya (Lampiran 5) yang cukup kompleks

ini menyebabkan sering terjadinya gempa bumi. Untuk mengurangi kerusakan akibat

adanya gempa tersebut, pembangunan jaringan pipa akan dilakukan pada struktur yang

lentur sehingga dapat mengantisipasi adanya getaran yang ditimbulkan oleh gempa

tersebut. Selain itu rencana peletakan pipa juga mempertimbangkan jalur sesar (faults)

yang ada di wilayah itu. Agihan litologi dan struktur geologi daerah penelitian selengkapnya

disajikan pada Lampiran 5.

Page 102: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-83

PT PERTAMINA EP - PPGM

2. Kondisi Geologi pada Rencana Lokasi Kilang

a. Rencana Lokasi Kilang di Kawasan Uso

Terletak di sebelah barat jalan Batui-Luwuk (0464548; 9874633). Morfologi hampir

sama dengan kondisi di Desa Solan yakni berupa dataran aluvial pantai lebar kurang

lebih 750 m. Dataran aluvial pantai ini tersusun atas endapan aluvial dan koluvial yang

berasal dari daerah perbukitan di sebelah baratnya. Material penyusun bentuklahan ini

pada umumnya terdiri dari pasir lempungan dengan warna coklat kehitaman, ukuran

butir lempung-pasir, dengan fragmen batuan penyusunnya berasal dari rombakan

batuan beku dan metamorf, dan tidak mengandung gamping. Ke arah pantai endapan

berubah menjadi kerakal dengan komposisi rombakan batuan andesit, kuarsit,

serpentinit dan gabro.

Topografi datar, dan dijumpai muka air tanah sangat dangkal yakni sekitar 3,5 m dari

permukaan tanah. Berdasarkan pengamatan dari sumur penduduk, pada kedalaman

± 2,6 m dijumpai lapisan konglomerat, dengan ukuran butir kerikil sampai kerakal.

Ketinggian loksi berkisar 1 – 15 m dai permukaan laut.

Geologi dan litologi yang berupa pasir kerikil agak kompak ini pada umumnya

mempunyai nilai daya dukung berkisar antara 200-400 kg/m2. Daerah ini cukup untuk

pendirian lokasi LNG. Dengan kondisi dan data tersebut dapat diperkirakan berapa

beban konstruksi yang masih dapat diterima oleh batuan. Perlu dipertimbangkan sistem

pembangunan konstruksi pada daerah ini, misal dengan menggunakan pondsi tapak

ataupun pondasi rakit. Hal ini untuk mengantisipasi adanya penurunan akibat

pemadatan (compaction) dalam jangka panjang yang akan dapat menyebabkan

terjadinya kerusakan serius atau mempengaruhi fungsi struktur. Daerah rencana tapak

LNG ini termasuk daerah yang rawan bencana tsunami, sehingga perlu diperhatikan

tindakan preventif dan antipasinya.

Mengingat daerah yang datar dan elevasi rendah, penimbunan tanah (land fill) dapat

dilakukan di daerah ini untuk meninggikan elevasi permukaan tanah, sehingga

mengurangi resiko terlanda banjir dari sungai maupun dari pasang air dari laut.

Bangunan penahan pasang air laut ataupun tsunami perlu dibangun mengingat jarak

lokasi ini dari pantai dekat dan seringnya timbul gempa di daerah ini.

Page 103: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-84

PT PERTAMINA EP - PPGM

b. Rencana Lokasi Kilang di Desa Padang

Calon lokasi kilang ini di sekitar 200 meter ke arah barat dari tugu km 47 mengikuti

aliran sungai (0456009; 986249) berada pada teras sungai berupa endapan

konglomerat – batupasir yang belum kompak. Konglomerat berwarna abu-abu putih,

struktur gradasi normal, memotong lapisan batupasir-konglomerat di bagian bawahnya,

ukuran butir 2 mm – 10 cm, rounded, kemas tertutup, tersusun atas kuarsit, batuan

beku dan karbonat/batugamping. Batupasir warna coklat, ukuran pasir sedang-kasar,

rounded, non karbonatan. Pada tubuh sungai terdapat endapan berukuran kerakal.

Selain itu pada daerah + 400 meter dari tugu km 47 ke arah utara dijumpai kontak

morfologi dataran dengan perbukitan (0456369; 9862435). Pada dataran tersusun oleh

endapan pasir warna coklat kehitaman berukuran dominan pasir sedang-kasar, tersusun

oleh fragmen batuan beku dan metamorf. Pada pantai endapan berubah menjadi

endapan kerakal. Lebar dataran + 80 meter, makin ke arah selatan lebar dataran < 80

meter. Perbukitan dengan tinggi 5 – 15 meter dan slope 20 – 30o tersusun oleh

lempung pasiran dengan fragmen batugamping berukuran 2 – 20cm. Batugamping

berupa packstone, grainstone, dan rudstone atau framestone yang telah mengalami

pelarutan intensif. Selain itu dibeberapa tempat dapat teramati batugamping

konglomeratan dengan warna coklat muda, struktur gradasi normal walau tidak tegas,

ukuran butir matrik pasir dan fragmen 2- 4 cm.

Di sekitar tugu perbatasan Kintom-Batui (0458817;9863580) pada tepi barat jalan Batui-

Luwuk dijumpai singkapan batugamping warna putih, tersusun oleh massa dasar

berukuran pasir dan fragmen > pasir (tersusun oleh koral yang dominan berbentuk

nodular). Batugamping sudah mengalami karsifikasi intensif. Strike/dip N 68oE/9o,

jumpai pula adanya kekar dengan arah 80o/195 dan 80o/46.

Distribusi keruangan formasi geologi daerah penelitian selengkapnya disajikan pada

Peta Geologi Lampiran 5.

3. Gempa dan Tsunami

Kondisi Geologi di daerah penelitian yang merupakan zone kolosi antara microkontinen

Banggai-Sula, dimana fragment dari Australia Utara - Irian Jaya, dan Ophiolite Belt dari

Sulawesi bagian timur. Kolosi menempati arah mengikuti perpindahan ke barat dari

Page 104: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-85

PT PERTAMINA EP - PPGM

mikrocontinen Banggai-Sula sepanjang sesar transform Sula-Sorong. Struktur dari daerah

Sulawesi Selatan didominasi oleh sesar naik dan sesar geser, dimana hal ini merupakan

karakteristik daerah kolosi. Sesar naik ini berarah timur laut – barat daya. Sesar geser

umumnya berarah barat laut- tenggara dengan panjang yang bervariasi.

Gambar 2.22. Peta Seismicity Sulawesi dari Tahun 1900(Sumber: Baseline Study Proyek Pengemb. Gas Matindok, 2007)

Berdasarkan data tersebut maka di daerah penelitian dimungkinkan sering terjadi gempa

tektonik. Hal itu dapat dilihat pada Gambar 2.22, yang memperlihatkan Peta Seismisitas

dengan skala magnitud 5 dan terjadi sejak tahun 1900. Dari gambar tersebut

memperlihatkan banyaknya episentrum gempa di sekitar daerah penelitian, yaitu di sekitar

Pulau Banggai. Kedalaman episentrum gempa sebagian besar adalah pada kedalaman

antara 0 – 33 km, yang termasuk dalam kategori gempa dangkal, dan juga pada kedalaman

antara 70 – 150 km. Data lain berdasarkan Peta Seismotektonik Indonesia yang dibuat pada

tahun 1992, memperlihatkan bahwa di sebelah tenggara Batui (Teluk Tolo) diperkirakan

adanya sesar naik. Sesar naik ini dimungkinkan bila aktif akan dapat menimbulkan adanya

Page 105: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-86

PT PERTAMINA EP - PPGM

tsunami. Namun melihat dari letaknya yang ada di sebelah selatan dari lokasi rencana

kilang, maka bila terjadi tsunami maka arus atau gelombang yang sampai di lokasi rencana

kilang tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan, gelombang terbesar bila terjadi tsunami

arahnya pasti sejajar dengan pusat gempa. Pusat gempa yang dimungkinkan terjadi (yang

merupakan daerah sesar) letaknya ada di selatan lokasi rencana kilang dan berjarak dari

Batui sekitar 30 – 50 km. Oleh karena itu pemilihan lokasi perlu mempertimbangkan

kemungkinan terjadinya gelombang tsunami ini.

Kondisi umum yang akan mempengaruhi atau yang akan menjadi kendala dalam rencana

pembangunan di tiga lokasi alternatif adalah ancaman bahaya yang datang dari berbagai

arah.

2.2.1.3. Hidrologi, Kualitas dan Kuantitas Air

1. Hidrologi

Pada wilayah studi terdapat beberapa sungai besar yang mengalir sepanjang tahun

berurutan dari barat daya ke timur laut yaitu S. Toili, S. Sinorang, S. Kayowa/Matindok, S.

Bakung, S. Batui, S. Omolu, S. Tangkiang dan S. Kintom. Semua sungai mengalir kea rah

barat laut menuju muaranya di tenggara. Selain sungai-sungai tersebut terdapat juga

sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari sungai besar atau sungai sendiri yang

bermuara langsung ke laut seperti S. Bangkiriang. Sedikit dijumpai rwa permanen kecuali

rawa belakang (back swamp) di Suaka Margasatwa Bangkiriang. Sistem drainase dan

jaringan irigasi persawahan di Kecamatan batui dan Toili teratur dan tertata dengan baik,

bahkan jaringan atau saluran-saluran irigai tersier dibangun sesuai dengan aturan irigasi

teknis dan setengah teknis.

Pada perbukitan dan pegunungan diantara Kecamatan Batui, Toili dan Toili Barat dapat

diperoleh air bawah tanah yang cukup dengan kedalam aquifer diperkirakan tidak terlalu

dalam (shallow groundwater). Wujud sumberdaya air tersebut adalah pada atau hamparan

lahan sawah yang sangat luas dengan irigasi teknis di dataran dan pelelbaban di ketiga

kecamatan tersebut.

Page 106: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-87

PT PERTAMINA EP - PPGM

2. Kualitas air

a. Kualitas air tanah

Gambaran umum kualitas air tanah diketahui berdasarkan data sekunder hasil

pengukuran terhadap kualitas air sumur penduduk. Pengambilan sampel air tanah

dilakukan di sekitar lokasi pemboran eksplorasi sumur maleo raja (MLR), matindok

(MTD), donggi (DNG), dan anoa besar (ANB). Lokasi pengambilan sampel sebanyak 5

titik.

Tabel 2.20. Lokasi Pengambilan Sampel untuk Kualitas Air Tanah

No. Kode Sampel Desa/lokasi

1. BTI Air sumur penduduk desa Batui IV

2. SPA Air sumur penduduk desa SPA Ondo Ondolu

3. SDS Air sumur penduduk desa Sindang Sari

4. KMW-1 Air sumur penduduk desa Kamiwangi 1

5. KMW-2 Air sumur penduduk desa Kamiwangi 2

Sumber :

1. UPL dan UKL Pemboran Eksplorasi Sumur Maleoraja-A dan Matindok-A, Banggai-Sulteng, 20032. UPL dan UKL Pemboran Delineasi Sumur Donggi-B, Banggai-Sulteng 20023. UPL dan UKL Pemboran Eksplorasi Sumur Anoa Besar-A, Banggai-Sulteng 2002.

Data sekunder hasil pengukuran disajikan pada Tabel 2.21. Cara pengukuran dan

perhitungan dan pedoman kualitas air tanah mengacu pada Permenkes RI No.416 tahun

1990 untuk air minum.

Page 107: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-88

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.21. Hasil Analisis Kualitas Air Sumur Penduduk

No. Parameter BTI SPA SDS KMW-1 KMW-2BakuMutu

Satuan

1 BOD5 1,75 2,39 2,34 4,26 3,28 - mg/L

2 Zat padat terlarut, TDS 94 109 98 140 90 1000 mg/L

3 COD 6,80 6,29 7,12 12,56 10,57 - mg/L

4 Suhu udara/air 30/26 28/26 32/26 31/28 31/28 3 -

5 Amoniak <0,001 0,011 0,01 0,006 0,002 0,5 mg/L

6 Air raksa, Hg <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,001 mg/L

7 Arsen, As <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,05 mg/L

8 Besi, Fe 0,022 0,022 0,012 0,032 0,014 0,3 mg/L

9 Fluorida, F <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 1,5 mg/L

10 Cadmium, Cd <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,005 mg/L

11 Hexavalent Kromium, Cr6+ <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,05 mg/L

12 Mangan, Mn 0,028 <0,001 <0,001 0,022 0,022 0,1 mg/L

13 Nitrat (NO3-N) <0,001 <0,001 0,005 <0,001 <0,001 10 mg/L

14 Nitrit (NO2-N) <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 1 mg/L

15 pH 7,10 7,29 7,38 7,62 7,02 6,5-8,5 -

16 Seng, Zn 0,012 <0,001 <0,001 0,013 <0,013 5 mg/L

17 Sianida, CN <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,05 mg/L

18 Hidrogen Sulfida, H2S <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,05 mg/L

19 Tembaga, Cu <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 1 mg/L

20 Timbal, Pb <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,05 mg/L

21 Fenol <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 - mg/L

22 Senyawa biru metilen, MBAS <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 - mg/L

23 Zat Organik (KMnO4) 4,69 2,99 7,12 6,72 2,45 10 mg/L

24 Minyak dan lemak - - <0,001 <0,001 <0,001 - mg/L

Sumber:

1. UPL dan UKL Pemboran Eksplorasi Sumur Maleoraja-A dan Matindok-A, Banggai-Sulteng, 20032. UPL dan UKL Pemboran Delineasi Sumur Donggi-B, Banggai-Sulteng 20023. UPL dan UKL Pemboran Eksplorasi Sumur Anoa Besar -A, Banggai-Sulteng 2002

Hasil analisis kualitas air sumur penduduk dibandingkan terhadap baku mutu air minum,

kemudian untuk mendapatkan Skala Kualitas Lingkungan, dikonversi terhadap pedoman

Skala Kualitas Lingkungan menurut Canter dan Hill (1979) yang selengkapnya disajikan

pada Tabel 2.22.

Page 108: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-89

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.22. Rekapitulasi Skala Kualitas Lingkungan Air Sumur Penduduk

KodeSampel Lokasi Parameter yang

melebihi BML BML SKL

BTI Air sumur penduduk desa Batui IV Suhu 4 Suhu 3 4

SPA Air sumur penduduk desa SPA Ondo Ondolu - - 5

SDS Air sumur penduduk desa Sindang Sari Suhu 6 Suhu 3 4

KMW-1 Air sumur penduduk desa Kamiwangi 1 - - 5

KMW-2 Air sumur penduduk desa Kamiwangi 2 - - 5

Sumber: Analisis Data dari Tabel 2.21.

b. Kualitas Air Sungai

Kualitas air sungai pada lokasi penelitian, diperoleh dari data sekunder hasil pengukuran

kualitas air sungai di sekitar lokasi pemboran eksplorasi sumur Maleoraja (MLR),

matindok (MTD), donggi (DNG), dan anoa besar (ANB). Pengukuran, perhitungan dan

evaluasi kualitas air sungai yang telah dilakukan tersebut telah mengikuti pedoman

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan

Kep.Men.LH No. 42 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Minyak

dan Gas serta Panas Bumi.

Hasil analisis kualitas air tersebut selanjutnya dibandingkan dengan Kriteria Kualitas Air

Sungai sesuai Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sulawesi Tengah No. 188.44/

1443/Ro.BKLH tanggal 14 Maret 1990. Lokasi pengambilan sampel sebanyak 6 titik,

seperti disajikan pada Tabel 2.23.

Tabel 2.23. Lokasi Pengambilan Sampel untuk Kualitas Air Sungai

No. Kode Sampel Desa / lokasi

1. SKH-1 Sungai Kayowa Hulu

2. SKH-2 Sungai Kayowa Hilir

3. SBH-1 Sungai Boiton Hulu

4. SBH-2 Sungai Boiton Hilir

5. SSS Sungai Sindang Sari

6. SDG Sungai Dongin

Sumber:1. UPL dan UKL Pemboran Eksplorasi Sumur Maleoraja-A dan Matindok-A, Banggai-Sulteng, 20032. UPL dan UKL Pemboran Delineasi Sumur Donggi-B, Banggai-Sulteng 20023. UPL dan UKL Pemboran Eksplorasi Sumur Anoa Besar -A, Banggai-Sulteng 2002

Page 109: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-90

PT PERTAMINA EP - PPGM

Hasil pengukuran disajikan pada Tabel 2.24. Untuk mendapatkan Skala Kualitas

Lingkungan, dikonversi terhadap pedoman Skala Kualitas Lingkungan menurut Canter

dan Hill (1979), dan hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 2.25. Analog dengan

perhitungan kualitas udara, hanya dihitung skala kualitas lingkungan berdasar

parameter yang tidak memenuhi baku mutu lingkungannya.

Tabel 2.24. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai

No. ParameterSKH-1

SKH-2

SBH-1

SBH-2

SSS SDGBakumutu

Satuan

1 BOD5 2,04 2,80 6 mg/L

2 Zat padat terlarut, TDS 106 106 1500 mg/L

3 COD 8,20 9,00 50 mg/L

4 Suhu udara/air 30/27 30/28 - -

5 Amoniak 0,038 0,042 0,5 mg/L

6 Air raksa, Hg <0,001 <0,001 0,001 mg/L

7 Arsen, As <0,001 <0,001 0,05 mg/L

8 Besi, Fe 0,254 0,269 5 mg/L

9 Fluorida, F 0,029 0,031 1,5 mg/L

10 Cadmium, Cd <0,001 <0,001 0,01 mg/L

11 Hexavalent Kromium, Cr6+ <0,001 <0,001 0,05 mg/L

12 Mangan, Mn 0,018 0,024 0,5 mg/L

13 Nitrat (NO3-N) 0,45 0,51 10 mg/L

14 Nitrit (NO2-N) 0,008 0,011 1 mg/L

15 pH 7,15 7,31 5-9 -

16 Seng, Zn 0,032 0,048 5 mg/L

17 Sianida, CN <0,001 <0,001 0,05 mg/L

18 Hidrogen Sulfida, H2S 0,014 0,022 - mg/L

19 Tembaga, Cu <0,001 <0,001 1 mg/L

20 Timbal, Pb <0,001 <0,001 0,05 mg/L

21 Fenol <0,001 <0,001 0,002 mg/L

22 Senyawa biru metilen, MBAS 0,014 0,018 0,5 mg/L

23 Zat Organik (KMnO4) 6,77 6,88 - mg/L

24 Minyak dan lemak - mg/L

Sumber:

1. UPL dan UKL Pemboran Eksplorasi Sumur Maleoraja-A dan Matindok-A, Banggai-Sulteng, 20032. UPL dan UKL Pemboran Delineasi Sumur Donggi-B, Banggai-Sulteng 20023. UPL dan UKL Pemboran Eksplorasi Sumur Anoa Besar -A, Banggai-Sulteng 2002

Page 110: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-91

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.25. Rekapitulasi Skala Kualitas Lingkungan Air Sungai

Kode Sampel Lokasi Parameter yangmelebihi BML BML SKL

SKH-1 Sungai Kayowa Hulu - - 5

SKH-2 Sungai Kayowa Hilir - - 5

SBH-1 Sungai Boiton Hulu - - 5

SBH-2 Sungai Boiton Hilir - - 5

SSS Sungai Sindang Sari - - 5

SDG Sungai Dongin - - 5

Sumber: Hasil analisis Data Tabel 2.24.

Dari hasil pengukuran tersebut pada Tabel 2.24 dan rekapitulasi skala kualitas lingkungan

pada Tabel 2.25, terlihat bahwa kualitas air di semua lokasi berada di bawah baku mutu

lingkungan (BML) kualitas air sungai. Oleh karena itu kualitas lingkungan untuk semua

lokasi = 5 atau kategori sangat baik.

c. Kuantitas Air Sungai

Terkait dengan kebutuhan akan air bersih untuk keperluan proyek pengembangan gas

Matindok yang cukup besar, diperlukan data ketersediaan debit air permukaan, dalam hal ini

debit air sungai yang ada di daerah penelitian. Dari data sekunder yang ada (BAPPEDA

Kabupaten Banggai, 2006), beberapa sungai besar dengan data debit sesaat yang berada di

wilayah penelitian, adalah: Sungai Singkoyo (64 m3/dtk), Sungai Mansahang (41 m3/dtk),

Sungai Toili (40 m3/dtk), Sungai Batui (85,2 m3/dtk), Sungai Sinorang (24 m3/dtk), Sungai

Mendono (60 m3/dtk), Sungai Tangkiang (60 m3/dtk). Debit keseluruhan sungai-sungai

tersebut diperkirakan sekitar 1.895,78 x 106m3/tahun. Dari sekian banyak sungai di daerah

penelitian, data debit yang dipantau secara periodik adalah Sungai Batui. Data yang

digunakan berupa data sekunder hasil pengukuran dan pencatatan tinggi muka air sungai

serta perhitungan yang dilakukan oleh Departemen Pekerjaaan Umum, Direktorat Jendral

Sumber Daya Air, Kabupaten Palu tahun 1995-2004. Luas daerah aliran sungai Batui sekitar

240 km2. Penentuan besarnya debit aliran sungai didasarkan pada hasil perhitungan

persamaan garis lengkung (rating curve) Q = 50,978(H-0.010)2,750 yang diperoleh dari

perhitungan tinggi muka air dan debit sungai mulai dari hasil pencatatan debit 1990 sampai

Page 111: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-92

PT PERTAMINA EP - PPGM

dengan 2004. Tabel 2.26 menyajikan hasil perhitungan debit aliran Sungai Batui yang

diukur dikampung Sambang 57 km dari kota Luwuk kejurusan Toili. Lokasi stasiun pencatat

tinggi muka air otomatis (AWLR) tersebut terletak pada koordinat 01014’29’’S, 122o31’00’’BT.

Tabel 2.26. Debit Harian Rata-rata Sungai Batui, Kabupaten Banggai

BulanDebit aliran (m3/detik)

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Januari 25.30 36.60 10.00 5.17 5.23 5.05 14.80 7.46 16.82 41.67

Februari 31.40 33.30 11.10 2.32 6.20 7.75 6.27 5.33 14.77 26.83

Maret 29.84 25.20 18.00 3.72 10.45 9.16 9.15 18.24 17.82 27.79

April 40.57 36.40 24.70 11.30 14.70 15.40 14.70 13.64 20.30 55.71

Mei 51.30 54.60 15.10 25.60 30.30 16.60 15.50 24.64 21.17 58.43

Juni 47.55 86.70 28.80 33.50 42.80 69.50 14.20 44.67 57.00 73.82

Juli 50.23 64.70 78.80 26.70 10.90 59.50 11.09 19.34 62.67 192.91

Agustus 30.33 87.20 7.72 61.20 17.60 17.40 10.56 3.35 66.00 26.65

September 25.99 30.60 3.76 15.40 7.32 7.57 7.54 1.56 41.60 77.31

Oktober 20.50 36.30 2.62 9.77 10.50 9.78 5.12 0.15 23.27 9.19

Nopember 48.30 22.80 2.38 6.40 15.98 13.10 8.77 1.38 40.22 9.27

Desember 30.27 17.70 12.50 6.64 19.30 15.76 5.13 2.33 42.22 23.23

Jumlah 431.58 532.1 215.48 207.72 191.28 246.57 122.83 142.09 423.86 622.81

Rt Hrn 35.97 44.34 17.96 17.31 15.94 20.55 10.24 11.84 35.32 51.90

Sumber: Departemen Pekerjaaan Umum, Direktorat Jendral Sumber Daya Air, Kabupaten Palu tahun 1995 -2004

Dengan demikian dapat dikatagorikan bahwa kualitas lingkungan dari segi kuantitas air sungai

adalah sangat baik. Kebutuhan air untuk kegiatan uji hidrostatik diperkirakan sekitar sekitar

20.000 m3. Apabila diperhitungkan debit sungai Batui rata-rata harian maka akan diperoleh

sebesar 94.093 m3/hari. Dengan melihat cadangan kuantitas (debit) air sungai tersebut, maka

apabila pelaksanaan uji hidrostatik menggunakan air sungai sebesar 20.000 m3 dan hanya

sekali, maka tidak akan ada pengaruhnya terhadap penurunan debit sungai. Apalagi apabila

pelaksanaan uji hidrostatik dilakukan pada musim penghujan, dimana saat itu kondisi debit

sungai adalah mempunyai aliran stabil.

Page 112: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-93

PT PERTAMINA EP - PPGM

d. Kuantitas Air Tanah

Keberadaan air tanah suatu daerah sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan karakteristik

formasi geologi daerah yang bersangkutan. Daerah penelitian tersusun dari beberapa

formasi batuan, yaitu: Formasi Batuan Volkanik Tua, Volkanik Recent, Batu Gamping dan

Sedimen Napal. Formasi-formasi tersebut mempunyai kemampuan untuk imbuh air tanah

dari hujan yang terjadi dengan kecepatan yang berbeda. Berdasarkan data sekunder potensi

air tanah dari Bappeda Kabupaten Banggai (2006), potensi air tanah tahunan adalah

sebesar 387 X 106 m3/tahun atau 1.035 X 106 m3/hari. Debit air tanah tersebut termasuk

dalam jumlah yang sangat besar di daerah tersebut. Dengan memperhatikan cadangan

kuantitas (debit) air tanah tersebut, maka apabila digunakan untuk keperluan pemboran

sumur (420 m3/sumur), operasional BS (25 m3/hari), dan kilang LNG (75 m3/hari), maka

kecil sekali pengaruhnya terhadap penurunan debit air tanah.

2.2.1.4. Kondisi Hidro-Oseanografi

1. Batimetri

Kedalaman perairan di sekitar lokasi rencana kegiatan adalah 20 m dicapai pada jarak

kurang lebih 50 m hingga 100 m dari garis pantai. Jarak 100 m dari garis pantai kedalaman

laut relatif curam dengan kedalaman mencapai 100 m. Di beberapa pantai dijumpai karang

baik yang sudah mati maupun yang masih hidup. Di daerah Sekitar Tanjung Batui terdapat

karang di beberapa tempat, namun tidak pada sepanjang garis pantai.

Topografi garis pantai sepanjang lokasi studi secara umum dapat dikatakan landai.

Ketinggian lokasi pantai berkisar antara 1 sampai 5 m di atas muka air laut. Jalan raya

berjarak kurang lebih 200 sampai 500 m dari garis pantai, kecuali di dua tanjung yaitu

Tanjung Kanali dan Tanjung Uling yang berjarak kurang lebih 500 m sampai 1000 m.

Page 113: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-94

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.23. Peta Batimetri Wilayah Studi dan Calon Lokasi RencanaPelabuhan(Sumber: Baseline Study Proyek Pengemb. Gas Matindok, 2007)

2. Pasang surut

Pasang surut di perairan pantai calon lokasi kilang dan dermaga mempunyai fase dan tinggi

yang hampir sama. Beda tinggi air pasang dan air surut berkisar antara 100-120 cm. Tipe

pasang surut daerah tersebut adalah campuran condong ke harian ganda (mixed semi-

diurnal) dengan dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari, dengan konstanta

pasang surut yang diperoleh dari pengukuran selama 15 hari sebagai berikut.

Page 114: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-95

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.27. Konstanta Pasut yang Diperoleh dari Pengukuran 15 hari

No Nama Konstanta Amplitudo(mm)

Phase(derajat)

1 ZO 1635.704 02 MSF 20.3342 182.183 O1 156.4451 288.214 K1 321.166 306.95 M2 343.714 39.096 S2 94.1475 91.317 M3 6.2211 158.768 SK3 10.7501 240.159 M4 12.679 33.0910 MS4 7.984 131.8411 S4 3.1493 180.312 2MK5 2.6106 226.0113 2SK5 4.7391 70.2614 M6 6.6695 36.9515 2MS6 6.3341 355.4216 2SM6 3.9445 141.2417 3MK7 4.15 166.9818 M8 3.0581 252

(Sumber: Baseline Study Pproyek Pengemb. Gas Matindok, 2007)

Bilangan formal: untuk menentukan tipe pasang surut.

0.7328772S2M1O1K

F

tipe campuran condong ke harian ganda (mixed semi-diurnal)

F < 0,25 : semi diurnal

0,25 < F < 1,50 : campur tetapi dominan semi diurnal

1,50 < F < 3,00 : campur tetapi dominan diurnal

F > 3,00 : semi diurnal

Datum terhadap MSL (ZO)

No Nama Elevasi1 HAT 10082 HHWL 13533 HWL 5264 MSL 05 LWL -8786 LLWL -9707 LAT -1008

Page 115: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-96

PT PERTAMINA EP - PPGM

800

1000

1200

1400

1600

1800

10:30 17:30 0:30 7:30 14:30 21:30 4:30 11:30

Waktu (jam)

Tin

ggi

muk

aai

r(m

m)

manual tide g

Gambar 2.24. Penggambaran Muka air Pasang Surut di Tanjung Kanali(Sumber: Baseline Study Proyek Pengemb. Gas Matindok, 2007)

3. Studi gelombang

Kondisi gelombang di lokasi studi relatif kecil dan sangat tenang. Gelombang terlihat antara

0,1 m sampai 0,5 m terjadi di sekitar sore hari.

Berdasarkan data angin dari bandara Bubung, kecepatan angin rata-rata harian 3-6 knot.

Arah angin dominan sebagaimana dalam mawar angin tergambar utamanya dari selatan,

disusul dari timur dan kemudian tenggara. Kecepatan angin maksimum harian berkisar

antara 3 sampai 27 knot dengan arah dominan dari Selatan. Mawar angin berdasarkan

pencatatan jam-jaman antara tahun 2000-2004 Stasiun Meteorologi Bandara Bubung seperti

Gambar 2.25.

Page 116: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-97

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.25. Mawar Angin Maksimum di Wilayah Studi(Sumber: Baseline Study Proyek Pengemb. Gas Matindok, 2007)

Dari data angin dan data panjang seret gelombang (fecth) dari masing-masing arah dapat

dihitung tinggi dan periode gelombang dengan menggunakan persamaan SMB seperti yang

telah disebutkan di atas. Hasil hitungan data gelombang digambarkan dalam bentuk grafis

berupa mawar gelombang seperti pada Gambar 2.26.

Berdasarkan hasil hitungan tersebut gelombang maksimum yang terjadi sebesar 1.5 m.

Gelombang tersebut terjadi pada saat angin musim Timur dan Tenggara atau terjadi pada

bulan April sampai bulan Agustus. Berdasarkan persyaratan (OCDI, 1991) untuk ketenangan

kolam labuh (calmness of basin) untuk ukuran kapal sedang dan besar maka ketinggian

gelombang kritis untuk cargo yang diizinkan adalah 0,5 m, sehingga diperlukan bangunan

pemecah gelombang.

Page 117: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-98

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.26. Mawar Gelombang Maksimum(Sumber: Baseline Study Proyek Pengemb. Gas Matindok, 2007)

4. Arus

Data arus di daerah surf zone diambil di perairan pantai Sekitar Tanjung Batui. Pengukuran

arus digunakan cara float tracking. Sementara untuk peramalan arus di laut dalam (offshore

zone) akibat pasang surut dilakukan pengukuran di 2 (dua) titik masing-masing pada

kedalaman berbeda (0,2d; 0.6d; 0,8d) dengan interval pengambilan setiap 1 jam selama 25

jam. Pengambilan arus pasang surut dilakukan di lokasi yang hampir sama dengan

pengambilan lokasi arus di daerah surf zone, hanya pada kedalaman –20 m. Pada

kedalaman tersebut, gelombang belum pecah. Secara umum arus di daerah studi relatif

kecil berkisar antara 0,1 sampai 0,9 m/det. Hasil pencatatan arus digambarkan dalam

bentuk mawar arus seperti Gambar 2.27.

Page 118: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-99

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.27. Mawar Arus Pasang Surut(Sumber: Baseline Study Proyek Pengemb. Gas Matindok, 2007)

5. Sedimen Melayang dan Sedimen Pantai

Kondisi sedimen melayang di lokasi studi secara umum terlihat sangat jernih yang berarti

tidak mengandung sedimen. Dari indikasi tersebut dapat dinyatakan bahwa lokasi studi

sedikit mengalamai sedimentasi, kecuali daerah-daerah yang merupakan muara sungai.

Pada sedimen pantai terlihat adanya pasir halus yang mengandung lempung. Diduga

sedimen tersebut merupakan endapan dari sungai. Untuk daerah Sekitar Tanjung Batui

dijumpai sedimen berupa pasir kasar.

Page 119: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-100

PT PERTAMINA EP - PPGM

2.2.1.5. Ruang, Lahan dan Tanah

1. Tata Ruang

Berdasarkan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banggai Tahun 2003-20013 (Bappeda

Kab. Banggai, 2003) menunjukkan bahwa wilayah rencana kegiatan yaitu Kecamatan Toili

Barat, Toili, Batui dan Kintom termasuk dalam Wilayah Pengembangan Selatan (Gambar

2.28). Rencana struktur ruang wilayah untuk masing-masing ibukota kecamatan di wilayah

kegiatan PPGM akan dikembangkan berbeda-beda, dimana ibukota Kecamatan Toili

direncanakan akan menjadi Kota Pusat Kegiatan Lokal (KPKL), ibukota Kecamatan Batui

akan diakembangkan menjadi Kota Pusat Kegiatan Sub Wilayah (KPKSW), dan ibukota

Kecamatan Kintom akan dikembangkan menjadi Kota Pusat Kegiatan Khusus (KPKK).

Pola pemanfaatan ruang, menurut skenario moderat, setiap wilayah kecamatan lokasi

proyek juga berbeda-beda (Gambar 2.29). Di bagian wilayah Kecamatan Toili Barat yang

menjadi tapak proyek pengembangan gas Matindok akan dimanfaatkan untuk

pengembangan permukiman, lokasi perusahaan, tanaman pangan, kawasan lindung, dan

sebagian kecil untuk cadangan pemanfaatan lain-lain. Di bagian wilayah wilayah Kecamatan

Toili yang menjadi tapak proyek pengembangan gas Matindok akan dimanfaatkan untuk

pengembangan lokasi perusahaan, tanaman pangan, tanaman pangan, permukiman dan

sebagian kecil untuk cadangan pemanfaatan lain-lain. Sementara itu bagian wilayah

Kecamatan Batui yang menjadi lokasi tapak proyek pengembangan gas Matindok akan

dimanfaatkan untuk hutan suaka (Suaka Margasatwa Bangkiriang), kawasan lindung,

transmigrasi, permukiman, tanaman pangan, lokasi industri dan perkebunan.

2. Penggunaan Lahan

Pemanfaatan lahan yang telah ada di sekitar areal rencana kegiatan antara lain adalah jalan

provinsi yang menghubungkan Luwuk dengan Baturube dan sekitarnya. Sepanjang jalan

tersebut terdapat konsentrasi permukiman penduduk, pertanian, perkebunan rakyat,

perkebunan besar, areal ex transmigrasi di Toili dan Toili Barat dan pertambangan migas

yang dikelola oleh JOB – Medco E & P Tomori Sulawesi. Di daerah sekitar lapangan

pengambang terdapat daerah konservasi Suaka Margaasatwa Bangkiriang dan sebelah

selatan berbatasan dengan perairan Selat Peleng.

Page 120: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-101

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.28. Rencana Struktur Ruang Wilayah

Kabupaten Banggai

Page 121: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-102

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.29. Pola Pemanfaatan Ruang Skenario Moderat

Page 122: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-103

PT PERTAMINA EP - PPGM

Permukiman

Permukiman penduduk terdekat atau yang terkait langsung dengan rencana lokasi kegiatan

yaitu:

a) Sumur-sumur produksi dan GPF terletak di Kecamatan Toili Barat, Kecamatan Toili dan

Kecamatan Batui meliputi sebagian besar desa-desa di wilayah itu.

b) Pemasangan saluran gas GPF ke Junction di Senoro selanjutnya disalurkan ke konsumen

dan Kilang LNG dan pengangkutan kondensat dari BS ke Bajo melewati sebagian besar

wilayah desa-dea di Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui.

c) Pembangunan kilang LNG terletak di sekitar Uso (Kecamatan Batui) atau di sekitar

Padang (Kecamatan Kintom).

Penduduk di sekitar rencana kegiatan, umumnya bertempat tinggal di sekitar jalan provinsi

yang menghubungkan Luwuk – Baturube.

Pertanian/Perkebunan Rakyat

Kegiatan pertanian/perkebunan rakyat yang diusahakan masyarakat sekitar rencana

kegiatan berupa tanaman semusim seperti padi sawah dan palawija, tanaman buah-buahan

di pekarangan seperti kelapa, pisang mangga, jambu, nangka, rambutan dan tanaman

industri seperti kelapa sawit, tanaman cokelat dan kelapa.

Pada lahan-lahan yang jauh dari permukiman, umumnya pola tanam berupa perladangan

yang dimulai dengan tebang-bakar tetapi cenderung tidak berpindah. Lahan hail pembukaan

tersebut umumnya digunakan untuk penanaman padi ladang sampai 2 kali tanam, tanaman

jagung, tanaman cokelat dan kelapa. Apabila tanaman cokelat atau tanaman kelapa sudah

tidak produktif akan diremajakan lagi. Selain coklat dan kelapa yang cukup dominan,, juga

kelapa sawit mulai diusahakan oleh sebagin masyarakat yang mempunyai permodalan

cukup memadai.

Dari uraian di atas dan Peta Penggunaan Lahan Daerah Penelitian (lihat Lampiran 5),

luas masing-masing jenis penggunaan lahan adalah: belukar 1.908,21 Ha, beting karang

291,54 Ha, permukiman 1.871,29 Ha, hutan 17.094,65, perkebunan 4.385,02, sawah,

8.895,36, sawah tadah hujan 1.373,57 Ha, tegalan/ladang 7.196,87 Ha dan hutan suaka

271,50 Ha.

3. Topografi dan Jenis Tanah

Topografi di wilayah rencana kegiatan pada umumnya adalah dataran yang terletak

membujur dari barat daya ke timur laut di bagian selatan areal rencana kegiatan dengan

lereng datar (0-3%), dan di sebelah utaranya berupa perbukitan dan pegunungan dengan

Page 123: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-104

PT PERTAMINA EP - PPGM

lereng agak curam (15-40%) hingga sangat curam (>40%). Apabila dilihat dari arah

tenggara ke barat laut maka secara berurutan topografi areal rencana kegiatan dari dataran,

perbukitan dan pegunungan atau dari datar, agak curam dan curam.

Menurut sistem klasifiksi Puslitanak (1983) tanah di wilayah studi terdiri dari renzina, litosol,

kambisol eutrik, aluvial eutrik, grumusol dan regosol. Renzina dan litosol dapat ditemui di

wilayah perbukitan dan pegunungan dengan ciri lapisan atau ketebalan tanah sangat

dangkal (kurang dari 20 cm) dan langsung menempel di atas batuan induk. Kambisol

eutrik dapat dijumpai pada wilayah yang lebih landai atau kaki bukit hingga datara dengan

ciri tanah yang bau berkembang (horizonisasi belum berkmbang jelas), bertekstur sedang.

Aluvial eutrik dominan berada pada dataran pelembahan dengan lapisan-lapisan tanah yang

diendapkan pada waktu berbeda dan bertekstur dari halus hingga agak kasar. Grumusol

tersebar pada lahan yang datar dengan warna tanah kelabu, bertekstur liat berat atau

sangat ekat pada saat basah (musim hujan) dan merekah saat kering (musim kemarau).

Regoso di wilayah rencana studi hanya dijumpai di daerah pantai yaitu beting pantaiseperti

di Kampung Nonong.

2.2.1.6. Transportasi

Sarana prasarana transportasi merupakan unsur yang sangat penting bagi kelancaran arus lalu-

lintas barang dan jasa serta pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Selain itu salah satu

prasarana transportasi yang sangat penting adalah sarana jalan yang merupakan pendukung

kelancaran transportasi antara daerah satu dengan lainnya.

Total panjang jalan di wilayah Kabupaten Banggai adalah 3.208,20 km, dengan permukaan jalan

berupa kerikil (23,99%), aspal (15,86%), tanah (10,14%) dan yang tidak dirinci sebesar 50%.

Luwuk merupakan kecamatan yang mempunyai jalan terpanjang, diikuti Toili dan Bualemo.

Sementara itu banyaknya kendaraan bermotor di wilayah Kabupaten Banggai adalah sebagai

berikut.

Jenis kendaraan bermotor yang dominan beroperasi adalah bus, truk dan pick up. Sekitar

70,41% dari total kendaraan yang ada di wilayah Kabupaten Banggai merupakan kendaraan

dari wilayah Kecamatan Luwuk. Hal ini dapat dipahami mengingat Kecamatan Luwuk sebagai

pusat pemerintahan dan kegiatan perekonomian, sehingga keberadaan sarana prasarana

penunjang termasuk kendaraan bermotor juga tersentral di Luwuk.

Page 124: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-105

PT PERTAMINA EP - PPGM

2.2.2. Komponen Biologi

2.2.2.1. Biota Darat

1. Vegetasi

Berdasrkan fungsi kawasan, wilayah sekitar areal rencana kegiatan terdiri atas Areal

Penggunaan Lain (APL), Hutan Produksi yang dapat Dikonservasi (HPK), Hutan Produksi

Terbatas (HPT), Hutan Suaka Margasatwa (HSM), Hutan Lindung (HL) Mangrove, dan

kawasan perlindungan setempat berupa kawasan lindung sempadan sungai dan sempadan

pantai.

Tipe komunitas vegetasi di areal sekitar rencana kegiatan terdiri atas vegetasi hutan alam

primer, hutan alam sekunder, hutan pantai, vegetasi budidaya (sawah, kebun campur,

tegalan/ladang dan pekarangan), dan semak belukar. Tipe-tipe komunitas vegetasi tersebut,

termasuk kawasan permukiman, hampir seluruhnya dapat dijumpai di setiap fungsi

kawasan, meskipun statusnya sebagai HSM Bangkiriang, HL Mangrove maupun kawasan

pelindungan setempat. HSM Bangkiriang di areal rencana kegiatan didominasi oleh semak

belukar dan perkebunan kelapa sawit.

Jenis-jenis flora yang terindentifikasi pada proses pelingkupan antara lain:

a) Flora di hutan alam pegunungan rendah yang masih tersisa yang dijumpai sekitar sumur

Sukamaju antara lain kayu hitam (Diospyros sp.), palapi (Heritiera sp.), uru (Elmerillia

sp.), dama-dama atau kenari (Canarium sp.), damar (Agathis sp.), jambu-jambuan

(Eugenia sp.), palem kambuno (Palmaceae), kayu pasokan (Shorea sp.), johar (Cassia

siamea), kolaka (Parinarium sp.), bintangur (Calophyllum sp.), medang (Cinnamomun

sp.) dan kayu ara (Ficus sp.).

b) Flora yang dijumpai hutan pantai, misalnya ketapang (Terminalia sp.), Pandan

(Pandanus sp), kangkung darat (Ipomoea sp.), bakau (Rhizophora sp.) api-api

(Sonneratia sp.), Bruguiera sp., Ceriops sp., bintangur (Callophylum sp.) dan Lei

(Palaguium sp.).

c) Flora hasil budidaya yang dijumpai antara lain karet (Hevea brasiliensis), kelapa sawit

(Elaeis gueinenis), kelapa (Cocos nucifera), kakao (Theobroma cacao), durian (Durio

zibethinus), petai, nangka (Artocarpus integra), mangga (Mangifera sp.), pisang (Musa

sp), bambu berbagai jenis (bambuceae), rambutan (Nephellium lappaceum), padi

(Oryza sativa), jagung, singkong (Manihot utilissima), jambu air (Eugenis sp.), jambu

biji (Psidium guajava), pohon jati (Tectona grandis), akasia (Acasia decurens) dan

albasia (Albazia sp.).

Page 125: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-106

PT PERTAMINA EP - PPGM

d) Flora yang dijumpai di semak belukar antara lain turi (Sesbania grandiflora), Mimosa

pudica, Imperata cylindrica, Kyllinga monocephala, Tridax procumbens, Marsilea crenata

kirinyuh (Euphatorium sp), harendong (Clidemia hirta), sendusuk (Melastoma sp), dan

berbagai jenis rerumputan (Graminae).

2. Satwa liar

Keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar di sekitar rencana kegiatan tergantung

dari tipe vegetasi dan kualitas habitatnya. Kawasan HSM Bangkiriang merupakan habitat

jenis satwa endemik Sulawesi dan statusnya dilindungi misalnya burung maleo

(Macrocephalon maleo), anoa (Bubalus sp) dan monyet hitam (Macaca tonkeana).

Walaupun keberadaannya sudah jarang ditemukan, menurut penuturan penduduk yang

sering memasuki wilayah hutan, mereka pernah menjumpai hewan mamal seperti kus kus

Sulawesi (Phalanger sp.) musang cokelat (Macrogalidia sp.), rusa (Cervus sp.), musang abu-

abu (Viverra sp.). Satwa liar yang paling melimpah adalah babi hutan Sulawesi (Sus

celebensis), Karena jenis hewan itu aktif malam hari, maka mereka tidak dapat mengetahui

dengan jelas apakah yang mereka jumpai juga termasuk babirusa (Babyroussa) atau bukan.

Adapun satwa liar burung (Anggota Kelas Aves) yang umum dijumpai di berbagai tipe

vegetasi antara lian adalah allo/rangkong (Rhycticeros sp.), kutilang (Pycnonotus sp.),

kepodang (Oriolus chinensis), elang laut (Haliastur indus), belibis hutan (Anas gibberifrons),

berbagai jenis raja udang (Alcedinidae), srigunting (Dicrurus sp.), bangau putih (Egretta

sp.), elang cokelat (Elanus sp.), tekukur (Streptopelia chinensis), pecuk ular (Anhinga

melanogaster), burung gagak (Corvus sp.), nuri kepala biru (Trichoglossus ornatus), ayam

hutan (Gallus varius) dan burung gereja (Passer montanus).

Satwa liar Herpetofauna (Anggota Kelas Reptilia dan Amphibia) lebih umum dijumpai di

dataran banjir sungai. Jenis herpertofauna yang dijumpai antara lain adalah biawak

(Varanus sp.), berbagai jenis ular (Fam. Colubridae), kadal (Mabouya multifasciata), katak

pohon (Rhacophorus sp.), katak (Rana sp.) dan kodok (Bufo sp.).

Menurut penduduk setempat satwa liar yang sering dianggap sebagai hama adalah burung

pipit, tikus sawah (Rattus argentiventer) dan babi hutan (Sus celebensis).

Page 126: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-107

PT PERTAMINA EP - PPGM

2.2.2.2. Biota Air

Keberadaan biota air di wilayah sekiatar rencana kegiatan memiliki nilai ekologi dan ekonomi

yang penting. Nilai penting secara ekonomi dapat terlihat dari aktivitas masyarakat melakukan

kegiatan penangkapan ikan dan biota air lain baik yang hidup di air tawar maupun di air laut.

Jenis ikan air tawar yang sering ditangkap antara lain ikan mujair, lele, sepat, ikan nilam dan

tembakang. Sedangkan jenis biota air laut yang ditangkap lebih beranekaragam. Pengamatan

dari hasil penangkapan dengan jaring tarik (dilakukan oleh 6 orang) menunjukkan berbagai jenis

pelagis di perairan dekat Kayowa antara lain ikan selar, kembung, lemuru, ikan mata sebelah,

ikan lidah, teri, tembang dan tiga waja. Jenis biota air lain yang sering ditangkap antara lain

kerang, siput, udang, udang karang dan cumi.

2.2.3. Komponen Sosial

2.2.3.1. Kependudukan

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data statistik tahun 2004 jumlah penduduk Kabupaten Banggai 292.661 jiwa.

Gambaran lebih lengkap tentang jumlah, kepadatan penduduk dan rasio jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.28. Jumlah Penduduk Menurut Rasio dan Jenis Kelamindi Wilayah Studi Tahun 2004

Kecamatan Luas(km2)

PendudukJumlah Kepadatan

(jw/km2)Seks Rasio

Laki-laki Perempuan1. Toili 982,96 22.632 21.380 44.012 45 106

2. Toili Barat 994,66 10.106 9.244 19.350 19 109

3. Batui 1.390,33 12.090 11.801 24.491 18 108

4. Kintom 518,72 6.147 6.163 12.310 24 100

Kabupaten 9.670,65 149.628 143.033 292.661 30 105

Sumber: Kabupaten Banggai Dalam Angka 2004

Tabel tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Toili merupakan wilayah yang paling banyak

jumlah penduduknya dan terpadat dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Hal

ini dapat dipahami mengingat kecamatan ini merupakan pusat aktivitas pertanian yang

berkembang pesat sehingga banyak penduduk yang menetap di wilayah ini. Sementara itu

kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Kecamatan Kintom, sedangkan

Page 127: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-108

PT PERTAMINA EP - PPGM

yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Batui dengan tingkat kepadatan

18 jiwa/km2. Hal ini dikarenakan daerah ini mempunyai wilayah yang paling luas dan dihuni

sebanyak 24.491 jiwa.

Rasio antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Banggai adalah 105 hal

ini menunjukkan bahwa secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan

dengan penduduk perempuan. Hanya Kecamatan Kintom yang jumlah penduduk antara laki-

laki dan perempuan relatif sama.

2. Tingkat Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk selalu dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan penduduk secara alami

(kelahiran dan kematian) dan adanya mobilitas penduduk. Jumlah penduduk Kabupaten

Banggai pada tahun 2003 adalah 284.275 jiwa dan pada tahun 2004 meningkat menjadi

292.661 jiwa, dengan demikian mengalami kenaikan sebanyak 8.386 jiwa atau sekitar 2%.

Faktor penentu pertumbuhan penduduk di wilayah Kabupaten Banggai secara umum adalah

adanya kelahiran dan migrasi masuk (datang). Diantara 4 kecamatan wilayah studi,

Kecamatan Toili memiliki perubahan jumlah penduduk yang paling besar dan Kecamatan

Kintom adalah yang terkecil sebagai akibat banyaknya warga Kintom yang melakukan

migrasi ke luar (pergi/pindah). Gambaran tentang perubahan penduduk di wilayah

kecamatan studi secara lebih rinci disajikan pada berikut.

Tabel 2.29. Jumlah Penduduk Menurut Kelahiran, Kematian,Datang dan Pergi Di Wilayah Studi Tahun 2004

Kecamatan Lahir Meninggal Datang Pindah Perubahan

1. Toili 786 18 - 34 7342. Toili Barat 434 15 4 40 3833. Batui 206 9 - 21 1764. Kintom 64 37 56 205 -122

Kabupaten 3.000 836 5.415 4.119 3.460

Sumber: Kabupaten Banggai Dalam Angka 2004

3. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian antara lain menurut

umur, pendidikan, mata pencaharian, mobilitas penduduk.

Page 128: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-109

PT PERTAMINA EP - PPGM

a. Penduduk Menurut Kelompok Umur

Komposisi penduduk menurut kelompok umur merupakan salah satu hal yang dapat

digunakan untuk melihat kondisi ketenagakerjaan setempat. Tabel 2.30 menunjukkan

penduduk menurut kelompok umur dan rasio beban tanggungan per kecamatan di

wilayah studi.

Tabel 2.30. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio BebanTanggungan di Kecamatan Wilayah Studi Tahun 2004

Kelompokumur

Kecamatan di Kabupaten BanggaiToili Toili Barat Batui Kintom Kabupaten

Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %0 – 14 13.221 0,31 7.331 0,38 6.721 0,27 3.298 0,27 93.377 0,32

15 – 64 28.962 0,65 10.828 0,56 17.169 0,71 6.842 0,56 190.125 0,65

≥65 1.829 0,04 1.191 0,06 601 0,02 2.170 0,17 9.159 0,03

Jumlah 44.012 100,00 19.350 100,00 24.491 100,00 12.310 100,00 292.661 100,00

Rasio bebantanggungan 51,96 78,70 42,65 79,92 53,93

Sumber: Hasil Analisis, 2006

Tabel tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Batui mempunyai jumlah penduduk usia

produktif yang paling tinggi diantara kecamatan-kecamatan lainnya, bahkan juga di

tingkat kabupaten. Rasio beban tanggungan yang tertinggi ada di Kecamatan Kintom

yakni 79,92 yang berarti bahwa setiap 100 orang usia produktif selain menanggung

dirinya juga harus menanggung sekitar 80 orang usia tidak produktif. Secara keseluruhan

angka beban tanggungan di wilayah studi rata-rata adalah 63,30 sehingga hampir setiap

2 orang yang bekerja dan mendapatkan penghasilan harus menanggung sekitar 1 – 2

orang yang belum atau tidak berpenghasilan.

b. Penduduk Menurut Pendidikan

Untuk mengukur keberhasilan tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya di suatu

wilayah digunakan kriteria penilaian persentase tingkat pendidikan Sekolah Dasar yang

ditamatkan bagi penduduk berumur 10 tahun ke atas. Secara umum rata-rata persentase

penduduk di wilayah studi dengan tingkat pendidikan tamat SD sekitar 46%. Penduduk

menurut tingkat pendidikan per kecamatan di di wilayah studi tahun 2004 disajikan pada

Tabel 2.31.

Page 129: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-110

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.31. Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Menurut Tingkat PendidikanPer Kecamatan Wilayah Studi Tahun 2004

Tingkat PendidikanToili Toili Barat Batui Kintom Kab. Banggai

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %1. Tidak/Blm Sekolah 2.343 6,08 1.030 6,08 1.024 5,14 164 1,34 13.479 50,01

2. Tidak/Blm Tamat SD 10.602 27,53 4.661 27,53 4.636 23,27 2.191 17,95 61.092 23,32

3. Tamat SD 17.706 45,98 7.784 45,98 9.355 46,96 5.446 44,62 106.229 40,55

4. Tamat SMP 4.581 11,90 2.014 11,90 2.638 13,24 2.433 19,93 40.499 15,46

5. Tamat SMA 2.678 6,95 1.177 6,95 1.884 9,46 1.485 12,17 32.843 12,54

6. Tamat Akademi 343 0,89 151 0,89 231 1,16 248 2,03 4.279 1,63

7. Tamat Sarjana 255 0,67 112 0,67 153 0,77 239 1,96 3.532 1,35

Jumlah 38.508 100,00 16.929 100,00 19.921 100,00 12.206 100,00 261.953 100,00

Sumber: Kabupaten Banggai Dalam Angka 2004

Rata-rata tingkat pendidikan penduduk di wilayah studi masih didominasi dengan tingkat

pendidikan dasar (45,89%), kemudian diikuti tingkat pendidikan menengah pertama atau

SLTP (14,24%), SLTA (8,88%), Akademi atau Diploma sekitar 0,95% dan yang

berpendidikan Sarjana sebanyak 1,02%. Dengan tingkat pendidikan yang ada, penduduk

akan sulit bersaing untuk dapat meraih kesempatan kerja yang kebetulan membutuhkan

tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan dan ketrampilan memadahi. Oleh karena itu

perlu adanya upaya peningkatan pendidikan dan ketrampilan penduduk lokal agar mereka

dapat lebih berperan dalam setiap kesempatan kerja yang ada.

c. Mata Pencaharian Penduduk

Secara umum masyarakat di wilayah Kabupaten Banggai bermata pencaharian di bidang

pertanian (71,18%), jasa (9,13%) dan perdagangan (8,44%), sedangkan jenis lapangan

pekerjaan yang paling sedikit digeluti penduduk adalah bidang Pertambangan dan Galian

yakni hanya sekitar 0,10%. Gambaran lebih lengkap tentang jenis mata pencaharian

penduduk di wilayah studi disajikan pada Tabel 2.32.

Page 130: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-111

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.32. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut LapanganPekerjaan per Kecamatan di Wilayah Studi Tahun 2004

No. Jenis Mata Pencaharian Toili ToiliBarat Batui Kintom Kab.

Banggai1 Pertanian 17.257 7.039 8.899 2.738 91.5332 Pertambangan/Penggalian - - - 13 1343 Industri 408 200 162 666 5.9414 Listrik, Gas dan Air 9 1 6 - 1625 Konstruksi 199 107 67 187 2.9836 Perdagangan 1.074 248 293 223 10.8507 Komunikasi 190 46 109 37 4.6888 Keuangan 24 14 - - 5609 Jasa 250 101 - - 11.741

Jumlah 19.411 7.756 9.536 3.864 128.592

Sumber: Kabupaten Banggai Dalam Angka 2004

Sama halnya di tingkat kabupaten, jenis mata pencaharian penduduk di wilayah studi

juga didominasi oleh sektor pertanian (39,26%), hal ini sejalan dengan lokasi studi

khususnya di wilayah Kecamatan Toili dan Toili Barat yang merupakan sentra produksi

padi di Kabupaten Banggai. Jenis mata pencaharian dominan lainnya adalah sektor

industri (24,17%) dan perdagangan sebanyak 16,94%. Jenis mata pencaharian yang

paling sedikit ditekuni penduduk adalah bidang Pertambangan/ Penggalian yakni hanya

oleh sekitar 13 orang (0,75%) yang semuanya berlokasi di wilayah Kecamatan Kintom.

d. Angkatan Kerja

Pertumbuhan angkatan kerja di negara berkembang identik dengan pertumbuhan

penduduk, hal ini berarti bahwa tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan

menyebabkan pula tingginya pertumbuhan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah

penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang secara aktif melaksanakan kegiatan

ekonomis. Tidak termasuk dalam kategori ini adalah penduduk yang benar-benar tidak

mempunyai pekerjaan dan yang sedang bersekolah.

Angkatan kerja di Kabupaten Banggai pada tahun 2004 berjumlah sekitar 131.196 orang,

terdiri dari 128.592 orang sedang bekerja dan 2.604 orang mencari kerja.

Page 131: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-112

PT PERTAMINA EP - PPGM

Jumlah angkatan kerja yang terbesar ada di wilayah Kecamatan Toili yaitu sebesar

47,85% dan yang terendah ada di wilayah Kecamatan Kintom yakni sebesar 9,52% dari

total angkatan kerja yang ada. Besarnya persentase pekerja terhadap angkatan kerja di

Kabupaten Banggai sebesar 98,02% yang berarti mengalami peningkatan sekitar 0,26%

dibandingkan dengan tahun 2003. Peningkatan ini terjadi sebagai akibat banyaknya

lulusan sekolah menengah yang tidak melanjutkan sekolah dan kemudian terjun ke dunia

kerja.

Pertumbuhan angkatan kerja selain dipengaruhi struktur umur juga dipengaruhi oleh

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Secara keseluruhan TPAK di Kabupaten

Banggai pada tahun 2004 sebesar 78,37% yang berarti mengalami peningkatan sekitar

26,40% dibandingkan dengan tahun 2003.

e. Kesempatan Kerja

Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Banggai (2003),

lowongan kerja atau kesempatan kerja yang secara transparan diumumkan di wilayah

Kabupaten Banggai adalah dalam sektor Pertambangan dan Penggalian, Industri

Pengolahan, Keuangan dan Asuransi, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan, serta

Jasa Kemasyarakatan Sosial dan Perorangan. Jumlah pencari kerja yang tidak disalurkan

terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 tercatat adanya pencari kerja

sebanyak 2.604 orang. Tingkat pendidikan pencari kerja tersebut pada umumnya

berpendidikan tamatan SLTA yaitu sebesar 68,51%. Dari total pencari kerja hanya sekitar

331 orang (12,71%) yang telah ditempatkan. Sehingga pemerintah masih mempunyai

tanggungan sebanyak 2.273 orang (87,29%) dan hal ini akan terus meningkat dengan

adanya pencari kerja tahun berikutnya. Sementara itu pertumbuhan lapangan kerja tidak

sebanding dengan pertumbuhan pencari kerja yang ada. Kondisi ini nampaknya akan

terus berkembang pada masa-masa yang akan datang dan diperlukan perhatian dari

semua pihak untuk dapat mengatasinya agar tingkat pengangguran tidak terus meningkat

dari tahun ke tahun.

Page 132: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-113

PT PERTAMINA EP - PPGM

2.2.3.2. Sosial Ekonomi

1. Perekonomian Wilayah

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kondisi perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari beberapa indikator makro ekonomi,

antara lain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Besarnya nilai PDRB yang berhasil

dicapai merupakan refleksi dari kemampuan daerah dalam mengelola sumberdaya alam

dan sumberdaya manusianya. PDRB Kabupaten Banggai berdasarkan harga berlaku pada

tahun 2003 mencapai 1.371.927 juta rupiah atau naik 8,90% dibandingkan tahun 2002.

Sementara itu apabila diperhitungkan berdasarkan harga konstan 1993, nilai PDRB yang

dicapai sebesar 385.405 juta rupiah atau tumbuh sebesar 0,16% dibandingkan tahun

sebelumnya. Peranan sektoral PDRB Kabupaten Banggai secara lengkap disajikan pada

Tabel 2.33 dan distribusi persentase PDRB menurut lapangan usaha disajikan pada

Tabel 2.34.

Penyumbang terbesar PDRB tahun 2003 adalah Sektor Pertanian yaitu sebesar 56,56%,

yang didukung oleh sub sektor Tanaman Perkebunan yang mencapai 25,39%, kemudian

diikuti oleh Pertanian Tanaman Bahan Makanan (15,65%) dan Kehutanan sebesar 6,62%.

Penyumbang terbesar kedua adalah Sektor Jasa-jasa Lainnya sebesar 9,97% yang berasal

dari Jasa Pemerintahan Umum dan Swasta. Penyumbang terbesar ketiga adalah sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 8,86% terhadap total PDRB.

Penyumbang terkecil PDRB Kabupaten Banggai adalah sektor Listrik dan Air Bersih

dengan persentase sebesar 0,58% yang diikuti oleh sektor Penggalian (1,21%), sektor

Keuangan dan Jasa Perusahaan dengan kontribusi sebesar 4,04%.

Page 133: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-114

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.33. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten BanggaiAtas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan UsahaTahun 1999-2003 (Juta Rupiah)

Usaha 1999 2000 2001 2002 2003

1. Pertanian 434.686 491.792 596.433 703.6830 775.978 Tanaman Bahan Makanan 161.000 168.068 191.235 208.725 214.661 Tanaman Perkebunan 137.530 173.515 227.673 293.750 348.376 Peternakan 30.208 32.010 35.955 38.197 39.134 Kehutanan 59.017 65.388 76.794 87.312 90.788 Perikanan 46.931 52.811 64.776 75.700 83.019

2. Penggalian 10.786 11.624 13.653 15.4730 16.6243. Industri Pengolahan 61.957 69.808 83.374 115.5104 102.781

Makanan, Minuman & Tembakau 24.432 27.477 32.757 45.581 40.582 Tekstil, Brg. dari Kulit & Alas Kaki 156 174 207 285 250 Kayu & Hasil Hutan Lainnya 32.276 36.415 43.550 60.084 53.364 Kertas & Barang Cetakan 1.227 1.386 1.660 2.318 2.072 Pupuk, Kimia & Brg dari Karet 161 177 206 279 242 Semen & Brg Galian bukan Logam 3.526 3.981 4.764 6.648 5.995 Alat Angkut, Mesin & Peralatannya 147 163 191 261 228 Barang Lainnya 32 35 41 55 48

4. Listrik dan Air Bersih 4.391 4.940 5.930 7.0540 7.997 Listrik 3.793 4.268 5.137 6.128 6.955 Air Bersih 598 672 793 926 1.042

5. Bangunan 59.645 64.463 77.334 89.0820 96.8076. Perdagangan, Hotel & Restoran 74.700 82.066 97.191 109.812 121.615

Perdagangan Besar dan Eceran 73.672 80.935 95.849 108.313 119.973 Hotel 419 455 539 601 657 Restoran 609 676 803 899 985

7. Angkutan & Komunikasi 46.272 50.600 58.637 65.404 71.723 Angkutan 44.703 48.859 56.608 63.054 68.939

- Angkutan Jalan Raya 33.108 36.074 41.665 46.457 50.868- Angkutan Laut 6.741 7.466 8.764 9.737 10.605- Angkutan Udara 869 944 1.086 1.203 1.307- Jasa Penunjang Angkutan 3.985 4.376 5.093 5.657 6.159

Komunikasi 1.569 1.741 2.029 2.350 2.7848. Keuangan, Persewaan & Jasa Perush 26.906 29.466 34.586 38.248 41.671

Bank 4.321 4.659 5.326 5.735 6.232 Lembaga Keuangan Tanpa Bank 1.682 1.832 2.114 2.299 2.475 Sewa Bangunan 19.611 21.540 25.456 28.340 30.928 Jasa Perusahaan 1.293 1.435 1.690 1.873 2.036

9. Jasa-Jasa 88.190 96.785 113.226 115.5554 136.731 Pemerintahan Umum 70.007 76.052 88.401 89.629 105.779 Swasta 18.183 20.733 24.824 25.926 30.952

- Sosial Kemasyarakatan 12.151 13.868 16.618 17.370 20.756- Hiburan & Rekreasi 27 30 36 37 43- Perorangan & Rumahtangga 6.004 6.835 8.170 8.519 10.153

PDRB 807.535 901.545 1.080.365 1.259.821 1.371.927

Sumber: Kabupaten Banggai Dalam Angka Tahun 2004

Page 134: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-115

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.34. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional BrutoKabupaten Banggai Atas Dasar Harga Berlaku MenurutLapangan Usaha Tahun 1999-2003 (%)

Usaha 1999 2000 2001 2002 2003

1. Pertanian 53,83 54,55 55,21 55,860 56,56 Tanaman Bahan Makanan 19,94 18,64 17,70 16,57 15,65 Tanaman Perkebunan 17,03 19,25 21,07 23,32 25,39 Peternakan 3,74 3,55 3,33 3,03 2,85 Kehutanan 7,31 7,25 7,11 6,93 6,62 Perikanan 5,81 5,86 6,00 6,01 6,05

2. Penggalian 1,34 1,29 1,26 1,230 1,213. Industri Pengolahan 7,67 7,74 7,72 9,170 7,49

Makanan, Minuman & Tembakau 3,03 3,05 3,03 3,62 2,96 Tekstil, Brg. dari Kulit & Alas Kaki 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 Kayu & Hasil Hutan Lainnya 4,00 4,04 4,03 4,77 3,89 Kertas & Barang Cetakan 0,15 0,15 0,15 0,18 0,15 Pupuk, Kimia & Brg dari Karet 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 Semen & Brg Galian bukan Logam 0,44 0,44 0,44 0,53 0,44 Alat Angkut, Mesin & Peralatannya 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 Barang Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

4. Listrik dan Air Bersih 0,54 0,55 0,55 0,56'1 0,58 Listrik 0,47 0,47 0,48 0,49 0,51 Air Bersih 0,07 0,07 0,07 0,07 0,08

5. Bangunan 7,39 7,15 7,16 7,070 7,066. Perdagangan, Hotel & Restoran 9,25 9,10 9,00 8,72 8,86

Perdagangan Besar dan Eceran 9,12 8,98 8,87 8,60 8,74 Hotel 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 Restoran 0,08 0,08 0,07 0,07 0,07

7. Angkutan & Komunikasi 5,73 5,61 5,43 5,19 5,23 Angkutan 5,54 5,42 5,24 5,01 5,02

- Angkutan Jalan Raya 4,10 4,00 3,86 3,69 3,71- Angkutan Laut 0,83 0,83 0,81 0,77 0,77- Angkutan Udara 0,11 0,10 0,10 0,10 0,10- Jasa Penunjang Angkutan 0,49 0,49 0,47 0,45 0,45

Komunikasi 0,19 0,19 0,19 0,19 0,208. Keuangan, Persewaan & Jasa Perush 3,33 3,27 3,20 3,04 3,04

Bank 0,54 0,52 0,49 0,46 0,45 Lembaga Keuangan Tanpa Bank 0,21 0,20 0,20 0,18 0,18 Sewa Bangunan 2,43 2,39 2,36 2,25 2,25 Jasa Perusahaan 0,16 0,16 0,16 0,15 0,15

9. Jasa-Jasa 10,92 10,74 10,48 9,17 9,97 Pemerintahan Umum 8,67 8,44 8,18 7,11 7,71 Swasta 2,25 2,30 2,30 2,06 2,26

- Sosial Kemasyarakatan 1,50 1,54 1,54 1,38 1,51- Hiburan & Rekreasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00- Perorangan & Rumahtangga 0,74 0,76 0,76 0,68 0,74

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Kabupaten Banggai Dalam Angka Tahun 2004

Page 135: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-116

PT PERTAMINA EP - PPGM

b. Struktur Perekonomian

Struktur perekonomian regional Kabupaten Banggai beberapa tahun terakhir mengalami

perubahan cukup cepat terutama di sektor Pertanian. Peningkatan kontribusi tersebut

terlihat pada tahun 2003 sebesar 0,7% baik berdasarkan harga berlaku maupun harga

konstan. Beberapa produksi komoditas perkebunan seperti kelapa, kelapa sawit, kakao,

dan cengkeh, juga mengalami peningkatan menjadi 25,39%, disamping produksi

tanaman bahan makanan seperti padi dan palawija juga mengalami peningkatan menjadi

5,65%. Penyumbang terbesar ketiga berasal dari subsektor kehutanan (6,62%),

kemudian perikanan (6,05%) dan yang paling kecil kontribusinya adalah subsektor

peternakan sebesar 2,85%.

Peranan sektor penggalian adalah sebesar 1,21% atau mengalami penurunan sekitar

0,02% dibandingkan dengan tahun 2002. Sektor penggalian merupakan penyumbang

PDRB peringkat ke-8. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 7,49%

atau menduduki peringkat ke-4 dalam sumbangannya terhadap total PDRB. Namun bila

dibandingkan dengan tahun 2002, terjadi penurunan kontribusi sebesar 1,68%.

Sektor listrik dan air bersih selama 5 tahun terakhir rata-rata memberikan kontribusi

sebesar 0,556% terhadap total PDRB. Pada tahun 2003 kontribusi yang diberikan sebesar

0,58% atau meningkat sebesar 0,02% dibandingkan tahun 2002, namun tetap

merupakan sektor yang kontribusinya paling kecil dibandingkan dengan sektor-sektor

lainnya. Sementara itu kontribusi yang diberikan sektor bangunan sebesar 7,06% atau

menduduki perangkat ke-5 dalam PDRB. Sektor perdagangan, hotel dan restoran

merupakan penyumbang PDRB terbesar ke-3 dengan kontribusi sebesar 8,86%.

Dibandingkan dengan tahun 2002 terjadi peningkatan sebesar 0,14%. Kontribusi sektor

angkutan dan komunikasi sebesar 5,23% atau menduduki peringkat ke-6 dalam

memberikan peranannya terhadap PDRB. Sektor keuangan dan persewaan jasa

perusahaan menduduki peringkat ke-7 dalam memberikan kontribusinya terhadap PDRB

dengan persentase sebesar 3,04%. Sektor jasa-jasa merupakan penyumbang PDRB

terbesar kedua dengan kontribusi sebesar 9,97% atau meningkat sekitar 0,80%

dibandingkan dengan tahun 2002.

Jika dilihat berdasarkan PDRB harga konstan tahun 1993, tampak bahwa sektor pertanian

tetap memberikan peranan yang terbesar dalam struktur perekonomian Kabupaten

Banggai. Demikian juga dengan sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel dan

restoran tetap sebagai penyumbang terbesar kedua dan ketiga terhadap nilai total PDRB.

Page 136: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-117

PT PERTAMINA EP - PPGM

c. Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banggai periode 1999-2003 cukup rneng-

gembirakan, terbukti dengan Pertumbuhan tahunan dapat dicapai rata-rata 3,33%

sedangkan target pada periode yang sama sebesar 3,53%.

Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003 mencapai 6,98% yang berarti lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun 2002 yang sebesar 6,82%. Pertumbuhan terbesar berasal

dari Sektor Listrik dan Air Bersih sebesar 8,66% atau meningkat sekitar 1,08%

dibandingkan dengan tahun 2002. Pertumbuhan terbesar kedua adalah Sektor Pertanian

yang tumbuh sekitar 8,16% sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar

8,69%, dan tingkat pertumbuhan terbesar ketiga adalah Sektor Bangunan sebesar

7,45%. Sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 5,82%, Sektor Perdagangan Hotel

dan Restoran tumbuh sebesar 5,65%, dan Sektor Penggalian sebesar 5,61%.

Pertumbuhan terendah dialami oleh Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan

yakni sebesar 4,32%, yang mengalami peningkatan sebesar 0,49% dibandingkan dengan

tahun 2002. Diperlukan berbagai upaya agar tingkat perekonomian sektoral Kabupaten

Banggai dapat semakin seimbang dan mantap serta merata ke seluruh daerah dan dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

d. Fasilitas Perekonomian

1) Perkantoran

Beberapa fasilitas yang dapat memacu bergeraknya roda perekonomian di wilayah

studi adalah adanya sarana perkantoran. Keberadaan perkantoran ini telah mampu

membangkitkan aktivitas perekonomian baik formal maupun informal di sekitarnya

diantaranya dengan tumbuhnya warung-warung, kios, toko, dan lain sebagainya.

2) Hotel

Sampai dengan tahun 2004 di wilayah Kabupaten Banggai terdapat sebanyak 21 buah

hotel/penginapan dengan kapasitas kamar sebanyak 217 buah dan 349 tempat tidur.

Dari jumlah total hotel tersebut, 7 diantaranya atau sekitar 33,33% terdapat di wilayah

studi yaitu di Kecamatan Toili. Keberadaan hotel/penginapan selama ini telah mampu

mendukung aktivitas pariwisata, perdagangan dan aktivitas perekonomian lainnya.

Page 137: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-118

PT PERTAMINA EP - PPGM

3) Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan khususnya bank sangat besar peranannya dalam mendukung

kelancaran peredaran uang. Sektor yang paling besar menyerap kredit adalah sektor

perdagangan dengan besar kredit 105.488 juta rupiah dan sektor pertanian sebesar

87.982 juta rupiah. Bank sampai saat ini masih tersentral di ibukota kabupaten.

Lembaga keuangan lain yang beroprasi adalah koperasi. Jumlah koperasi di seluruh

wilayah Kabupaten Banggai adalah 162 buah dan 20 atau 12,35% diantaranya

terdapat di wilayah studi. Penyebaran koperasi di wilayah studi adalah: 8 buah di

Kecamatan Toili, 6 buah di Toili Barat, 5 buah di Batui dan 1 buah di Kintom.

4) Sarana Perdagangan

Sarana perdagangan yang ada di wilayah studi meliputi pasar, toko, kios dan warung.

Dari 4 kecamatan wilayah studi, Kecamatan Toili memiliki sarana perdagangan yang

paling banyak yaitu pasar 6 buah, toko 28 buah, kios 293 buah dan warung 52 buah.

Jumlah sarana perdagangan terbanyak kedua adalah di wilayah Kecamatan Toili

kemudian di Kecamatan Batui. Kondisi ini menggambarkan bahwa aktivitas

perekonomian di wilayah Kecamatan Toili cukup tinggi yang diantaranya karena Toili

merupakan pusat aktivitas pertanian di Kabupaten Banggai.

5) Sarana Transportasi

Sarana transportasi mempunyai peran yang sangat penting dalam membuka

keterisolasian wilayah dan memajukan ekonomi wilayah. Di Kabupaten Banggai

terdapat jalan Provinsi sepanjang 652,70 km dan umumnya dalam kondisi sedang

(61,53%). Disamping itu juga terdapat jalan kabupaten sepanjang 1.357,18 km

dengan kondisi sedang (48,29%). Di wilayah studi, Kecamatan Toili mempunyai

jumlah jalan yang terpanjang dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu

sepanjang 297,25 km dan Kecamatan Toili Barat mempunyai jumlah jalan yang

terpendek yakni hanya sekitar 47,35 km. Jenis permukaan jalan yang ada meliputi

aspal (51,77%), kerikil (32,30%) dan tanah sekitar 15,93%.

Jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi di wilayah studi meliputi bus, truk, pick

up, mobil penumpang dan pribadi serta sepeda motor. Di antara wilayah studi,

Kecamatan Toili memiliki jumlah kendaraan bermotor yang paling banyak dibanding-

Page 138: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-119

PT PERTAMINA EP - PPGM

kan dengan kecamatan lainnya. Pada tahun 2004 di wilayah studi tercatat sekitar

43,75% mobil dan 52,61% sepeda motor yang beroperasi di wilayah Kecamatan Toili

dan hanya sekitar 12,17% mobil dan 13,34% sepeda motor yang beroperasi di wilayah

Kecamatan Kintom. Kondisi ini menggambarkan bahwa wilayah Kecamatan Toili

memiliki aktivitas perekonomian paling sibuk yang didukung oleh kondisi sosial

ekonomi masyarakatnya yang cukup baik pula dibandingkan dengan wilayah studi

lainnya.

6) Sarana telekomunikasi

Pada tahun 2003 di wilayah Kabupaten Banggai terdapat sarana telekomunikasi

berupa sentral telepon dari Bunta 392, Luwuk 4.412, Pagimana 512, wartel 103 SST,

dan telepon umum koin sebanyak 99 buah. Sarana telekomunikasi ini belum tersebar

merata di semua kecamatan, termasuk kecamatan wilayah studi. Berdasarkan

Kecamatan Dalam Angka Tahun 2004, hanya di Kecamatan Toili yang telah terdapat

sarana komunikasi ini yaitu Wartel 6 buah dan telepon rumah tangga sebanyak 145

SST. Kedepan sarana telekomunikasi perlu dikembangkan di semua bagian wilayah

agar informasi dan berbagai kemajuan lainnya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan

masyarakat.

2.2.3.3. Sosial Budaya

1. Kebudayaan Masyarakat

a. Sistem Organisasi Sosial

Sistem Oraganisasi sosial atau kekerabatan yang dianut oleh masyarakat di wilayah studi

ini adalah sistem patrilineal, yaitu menurut garis ayah. Struktur-struktur kekerabatan

mencakup keluarga sebagai unit terkecil dan bentuk kelompok yang merupakan perluasan

keluarga, yaitu seperti suku atau klen. Di Kabupaten Banggai terdapat 3 suku asli, yaitu

Suku Saluan, Suku Banggai dan Suku Balantak. Selain ketiga suku-suku asli tersebut ada

suku pendatang yaitu Suku Bajo yang merupakan masyarakat nelayan pendatang tertua

dari Kendari (Sulawesi Tenggara), Suku Jawa dan Suku Bali yang merupakan transmigran,

serta pendatang yang mencari peluang kerja yaitu dari Suku Bugis, Suku Padang, Suku

Gorontalo, Suku Menado dan Suku Muna. Hubungan antara penduduk suku asli dan suku

pendatang selama ini tidak ada masalah, mereka terjalin dalam hubungan yang saling

membutuhkan.

Page 139: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-120

PT PERTAMINA EP - PPGM

b. Sistem Teknologi

Potensi wilayah studi kaya akan hasil hutan dan laut, sehingga teknologi yang diciptakan

adalah alat yang dapat mempermudah manusia dalam mengolah sumber daya alam

tersebut. Hutan dan perkebunan menghasilkan rotan, kopra, enau dan sagu, maka

masyarakat membuat alat-alat produktif agar dapat memudahkan dalam mengolah hasil

hutan tersebut, misalnya sagu merupakan makanan pokok penduduk di wilayah studi

telah merubah menjadi tepung yang siap untuk dimasak. Laut yang kaya ikan dan kerang

mutiara memunculkan ide untuk membuat perahu ketingting, alat tangkap ikan, dan alat

untuk mengolah kerang mutiara menjadi perhiasan yang bernilai jual tinggi dan menjadi

potensi wisata Kabupaten Banggai.

c. Sistem Budaya

Warisan budaya yang saat ini masih dipegang teguh oleh masyarakat di Banggai adalah

warisan budaya yang berupa fisik dan yang non fisik. Kabupaten Banggai merupakan

daerah peninggalan sejarah pada masa kerajaan abad VI dengan peninggalan berupa

makam raja di Banggai Kepulauan. Untuk menjaga kelestarian budaya adat masyarakat

Banggai diadakan upacara untuk melestarikan adat Tumpe di Batui, kesenian tradisional

berupa tari dan musik daerah, Hikayat Adi Soko serta adat-istiadat dari ketiga etnis suku

asli Kabupaten Banggai yaitu Suku Banggai, Suku Balantak dan Suku Saluan.

Adat yang menjadi amanat dan tidak dapat dilupakan oleh penduduk asli Batui adalah

pelaksanaan upacara adat Tumpe setiap tahun oleh Tua-tua adat yang terdiri dari

Kelurahan Batui, Tolando, Balantang dan Bugis (Totonga). Upacara adat Tumpe adalah

tradisi penghantaran telur burung Maleo yang pertama dari Banggai Darat (Kecamatan

Batui, di Suaka Margasatwa Bangkiriang) ke Kerajaan Banggai Kepulauan. Maksud dan

tujuan pelaksanaan Upacara Adat Kebudayaan Batui ini adalah (1) sebagai ucapan/doa

selamatan bahwa Tumpe telah selesai dilaksanakan; (2) Hari atau peringatan

Kebudayaan/peristiwa budaya; (3) hari lahirnya Agama Islam di Batui; (4) Hari lahirnya

pemerintahan Batui.

Page 140: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-121

PT PERTAMINA EP - PPGM

d. Kesenian

Bentuk-bentuk kesenian di daerah ini antara lain alat musik tabuh berupa gong, gendang,

kakula, dan rebana; alat musik tiup berupa lalove atau seruling; alat musik petik berupa

kecapi, yang semuanya ditata dan disimpan dalam ruang museum di Palu. Di wilayah

studi juga memiliki kesenian tradisional yaitu Tari Perang (Cakalele) yang merupakan seni

tari tradisional masyarakat di Kecamatan Kintom, Tarian Salamat Kopiang Saluan (Tarian

Penyambutan) yang biasa dilakukan di Kecamatan Luwuk.

e. Bahasa

Masing-masing suku di wilayah studi memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa Saluan, bahasa

Banggai dan bahasa Balantak yang tidak mengenal perbedaan dalam hal penerapan

pemakaian berbicara antara orang tua dengan anak-anak dan sebaliknya, dalam arti tidak

mengenal bahasa halus dan kasar. Sebagai alat komunikasi antar sesama memakai

bahasa pengantar atau bahasa resmi yaitu bahasa Melayu.

f. Sistem Religi

Sebelum agama masuk ke wilayah Sulawesi Tengah, penduduknya masih menganut

kepercayaan animisme, yaitu kepercayaan yang menganggap segala sesuatunya memiliki

kekuatan gaib. Tradisi selamatan yang berhubungan dengan siklus hidup manusia, yaitu

peristiwa kelahiran, perkawinan dan kematian merefleksikan kepercayaan tersebut.

Tradisi ke makam leluhur atau ke tempat-tempat yang dikeramatkan juga dilakukan oleh

masyarakat Batui dan pelaksanaannya jatuh pada bulan Syawal, atau minggu ke dua

setelah Hari Raya Idhul Fitri. Masyarakat Batui yang masih memegang adat adalah Suku

Saluan Batui. Dalam lingkungan masyarakat Batui masih memegang kepercayaan

terhadap tempat-tempat kramat yang dahulu merupakan tempat berkumpulnya

masyarakat Batui untuk membahas masalah yang ada di lingkungan masyarakat Batui.

Setelah agama masuk dalam kehidupan masyarakat di wilayah studi, maka kepercayaan

terhadap sesuatu yang gaib tersebut masih ada sehingga terjadi sinkretisme. Tabel 2.35

merupakan data banyaknya pemeluk agama menurut Kecamatan di wilayah studi pada

tahun 2004.

Page 141: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-122

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.35. Banyaknya Pemeluk Agama menurut Kecamatandi Wilayah Studi Tahun 2004

No Kecamatan Islam Kristen Khatolik Hindu Budha Jumlah

1 Toili 38.207 1.833 236 3.736 - 44.012

2 Toili Barat 10.387 447 32 8.329 155 19.350

2 Batui 21.054 1.209 128 2.081 19 24.491

4 Kintom 10.456 1.851 - - 3 12.310

Kabupaten Banggai 230.232 37.248 5.740 18.701 740 292.661200320022001

217.176215.009201.680

41.37241.74039.988

5.4775.2614.434

18.72117.62513.188

1.529872869

284.275280.507260.159

Sumber : Kabupaten Banggai Dalam Angka Tahun 2004

Dari Tabel di atas tampak bahwa masyarakat di wilayah studi memeluk berbagai macam

agama. Mayoritas agama yang dianut masyarakat di wilayah studi adalah Islam (79,97%),

disusul Hindu (14,12%), Kristen (5,33%), Katholik (0,39%) dan Budha (0,18%). Total

pemeluk agama Hindhu di wilayah studi terhadap total pemeluk agama Hindhu di tingkat

kabupaten adalah 75,64% dan untuk umat Budha adalah 23,92%. Hal ini menunjukkan

bahwa penganut agama Hindhu dan Budha di wilayah studi cukup dominan, yang

umumnya merupakan penduduk transmigran dari Pulau Bali. Sementara itu banyaknya

tempat ibadah di wilayah studi disajikan pada berikut.

Tabel 2.36. Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Kecamatandi Wilayah Studi Tahun 2004

No Kecamatan Masjid Langgar Musholla GerejaKristen

GerejaKatholik Pura Vihara

1 Toili 38 80 - 18 2 6 2

2 Toili Barat 16 5 - 3 - 26 1

2 Batui 33 - - 4 2 2 1

4 Kintom 20 - 1 4 - - -

Kab. Banggai 399 103 47 173 24 46 6

2003200220012000

508484331312

7365135110

68624036

149146147131

24232324

65656259

5545

Sumber : Kabupaten Banggai Dalam Angka Tahun 2004

Page 142: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-123

PT PERTAMINA EP - PPGM

Mengingat bahwa mayoritas agama yang dipeluk masyarakat adalah Islam, maka

keberadaan tempat ibadah umat Islam adalah yang terbanyak yakni dengan persentase

sebanyak 72,28%, kemudian disusul tempat ibadah bagi umat Hindhu (12,73%), Gereja

Kristen (10,86%), dan Gereja Katholik serta Vihara masing-masing sebanyak 1,50%.

Mengingat bahwa pemeluk agama Hindhu di wilayah studi cukup dominan terhadap total

umat Hindhu di tingkat kabupaten, maka keberadaan Pura di wilayah studi juga dominan

yaitu sekitar 73,91% terhadap jumlah total di tingkat kabupaten. Sementara itu

keberadaan Vihara di wilayah studi adalah 66,67% terhadap jumlah total Vihara di tingkat

kabupaten.

2.2.4. Komponen Kesehatan Masyarakat

2.2.4.1. Sumberdaya Kesehatan

a. Fasilitas/Sarana Kesehatan Kabupaten Banggai

Berbagai usaha dilakukan pemerintah Kabupaten Banggai untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat, diantaranya dengan menyediakan dan memperbaiki kualitas sumberdaya

kesehatan yang meliputi sarana dan prasarana kesehatan beserta tenaga medis meliputi

Dokter dan perawat. Jumlah sumberdaya kesehatan di Kabupaten Banggai ditunjukkan pada

tabel berikut.

Tabel 2.37. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Jenis Sarana danStatus Kepemilikan di Kabupaten Banggai Tahun 2003

No Jenis Sarana KesehatanStatus Kepemilikan

JumlahDep.Kes Dep. Lain Swasta

1 Rumah Sakit Umum 1 - - 12 Puskesmas 18 - - 183 Puskesmas Pembantu 104 - - 1044 Puskesmas Keliling 16 165 Balai Pengobatan/Poliklinik - 2 - 26 Rumah Sakit Bersalin - - 1 16 Praktek Dokter Perorangan - - 14 147 Praktek Dokter Bersama - - 3 37 Praktek Bidan - - - -8 Posyandu 358 - - 3589 Polindes 178 - - 17810 Apotek - 1 5 6

Jumlah 675 3 23 701

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Banggai Tahun 2004

Page 143: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-124

PT PERTAMINA EP - PPGM

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa di Kabupaten Banggai hanya terdapat 1 buah

rumah sakit yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk. Fasilitas/sarana kesehatan lainnya

yang tersedia meliputi Puskesmas, Posyandu, dan Polindes yang berada dibawah pembinaan

Departemen Kesehatan. Fasilitas kesehatan yang dikelola departemen lain dan swasta

adalah Balai Pengobatan/Poliklinik, praktek dokter perorangan dan bersama serta apotek.

b. Tenaga Medis

Sementara itu jumlah tenaga kesehatan yang meliputi tenaga medis (dokter) dan paramedis

(bidan, perawat) yang dirinci menurut kecamatan di wilayah Kabupaten Banggai disajikan

pada tabel berikut.

Tabel 2.38. Banyaknya Dokter Menurut Kecamatandi Kabupaten Banggai Tahun 2003

Kecamatan Dokter Umum Dokter Spesialis Dokter Gigi

1. Toili 5 - 12. Batui 2 - -3. Bunta 2 - -4. Kintom 2 - -5. Luwuk 11 4 36. Pagimana 1 - -7. Bualemo - - -8. Lamala 1 - -9. Balantak 1 - -

2003 25 4 42002 37 3 52001 34 3 42000 30 3 2

Sumber: Kabupaten Banggai Dalam Angka Tahun 2003

Jumlah dokter yang ada di seluruh wilayah Banggai adalah 33 orang yang terinci menjadi

dokter umum 25 orang (75,76%), dokter gigi 4 orang (12,12%) dan dokter spesialis

sebanyak 4 orang atau sekitar 12,12% dari jumlah total dokter yang ada. Namun secara

umum nampak bahwa jumlah dokter tahun 2003 menurun sekitar 26,67% bila dibandingkan

tahun 2002. Persebaran dokter umum relatif merata di setiap kecamatan, sedangkan dokter

spesialis hanya terdapat di Luwuk dan dokter gigi di Toili dan Luwuk. Rasio tenaga

kesehatan per penduduk Kabupaten Banggai tahun 2003 adalah: 1) dokter 15,8 : 100.000

penduduk, 2) dokter umum 12,7 : 100.000 penduduk, 3) dokter gigi 1,8 : 100.000

penduduk, dan dokter spesialis 1,4 : 100.000 penduduk.

Page 144: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-125

PT PERTAMINA EP - PPGM

c. Tenaga Paramedis

Tenaga paramedis yang terdiri dari bidan dan perawat pada tahun 2003 jumlahnya

meningkat dibandingkan pada tahun 2002. Untuk tenaga bidan terjadi peningkatan sebesar

16,06% dari 193 orang pada tahun 2002 menjadi 224 orang pada tahun 2003. Tenaga

perawat tahun 2003 sebanyak 191 orang atau meningkat sekitar 5,52% dibandingkan tahun

sebelumnya.

Tenaga paramedis ini tersebar merata di setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Banggai.

Rasio tenaga bidan per penduduk Kabupaten Banggai adalah 83,0 berbanding 100.000

penduduk, sedangkan untuk perawat adalah 101 berbanding 100.000 penduduk.

d. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Posyandu di Kabupaten Banggai dibedakan atas Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan

Mandiri. Jumlah posyandu seluruhnya adalah 358 buah dengan persentase terbesar (69,8%)

merupakan posyandu pratama, kemudian diikuti posyandu madya sebanyak 21,5%, dan

posyandu purnama sebanyak 8,7%. Posyandu yang benar-benar telah mandiri belum

dijumpai di wilayah Kabupaten Banggai.

2.2.4.2. Derajat Kesehatan Masyarakat

a. Usia Harapan Hidup

Usia harapan hidup masyarakat Banggai cenderung terus meningkat dari tahun ketahun.

Pada tahun 1996, rata-rata usia harapan hidup masyarakat adalah 61,4 tahun, dan pada

tahun 1999 meningkat menjadi 63,5 tahun dan pada tahun 2000 meningkat lagi menjadi

65,15 tahun. Usia harapan hidup perempuan umumnya lebih tinggi daripada laki-laki. Pada

tahun tersebut tercatat bahwa usia harapan hidup laki-laki adalah 63,2 dan perempuan

67,1 tahun. Usia harapan hidup di Kabupaten Banggai merupakan tertinggi kedua setelah

Palu di Provinsi Sulawesi Tengah.

b. Mortalitas

Angka Kematian Bayi (AKB)

Tahun 2003 AKB di Kabupaten Banggai sebesar 16 per 1000 kelahiran hidup dengan AKB

tertinggi di Puskesmas Toili III. AKB tahun 2003 relatif turun bila dibandingkan dengan

tahun 2002, yaitu dari 17 menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup.

Page 145: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-126

PT PERTAMINA EP - PPGM

Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka kematian balita merupakan jumlah kematian anak umur 0-4 tahun per 1000

kelahiran hidup. Pada tahun 2003 angka kematian balita akibat pnemonia sebesar 12,

atau meningkat 3 kematian per 1000 kelahiran hidup dibandingkan dengan tahun 2002.

Angka Kematian Ibu

Angka kematian maternal merupakan jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu

bersalin + jumlah kematian ibu nifas. Tahun 2003 kematian ibu maternal di Kabupaten

Banggai adalah 15 kematian. Angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup

adalah 249 yang berarti mengalami penurunan 145 kematian dibandingkan tahun 2002.

c. Morbiditas

Sepuluh besar penyakit yang banyak diderita penduduk Kabupaten Banggai disajikan pada

tabel berikut.

Tabel 2.39. Persentase Sepuluh Besar Penyakitdi Kabupaten Banggai Tahun 2003

Jenis Penyakit Persentase

1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 29,702. Penyakit Kulit dan Jaringan Bawah Kulit 9,003. Malaria Klinis 8,104. Tekanan Darah Tinggi 6,505. Diare 6,306. Asma 2,507. Pnemonia 2,508. Karies Gigi 2,109. Penyakit Kulit dan Jamur 2,1010. Penyakit Lain-lain 28,20

J u m l a h 100,00Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Banggai Tahun 2004

Jenis penyakit utama yang banyak diderita penduduk umumnya terkait dengan pernafasan

seperti ISPA, asma, pnemonia dan bronchitis. Hal ini terjadi antara lain sebagai akibat

kualitas udara yang terancam terus menurun oleh berbagai aktivitas yang banyak

menghasilkan debu dan berbagai zat pencemar dan kemungkinan akibat karakteristik

mobilitas penduduk yang tinggi yang dapat memicu terjadinya penyebaran penyakit

tersebut.

Page 146: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-127

PT PERTAMINA EP - PPGM

Sementara itu penyakit darah tinggi yang termasuk dalam kategori penyakit degeneratif

menduduki peringkat keempat dengan persentase sebesar 6,50%. Penyakit ini dan jenis-

jenis penyakit degeneratif lainnya diprakirakan akan terus meningkat pada masa-masa yang

akan datang, diantaranya sebagai akibat adanya transisi demografi yaitu meningkatnya usia

lanjut yang pada akhirnya banyak memunculkan berbagai penyakit non menular

(degeneratif) dan karena adanya perubahan pola makan. Secara umum nampak bahwa

jenis-jenis penyakit infeksi (menular) masih mendominasi pola penyakit yang ada.

d. Status Gizi

Mengingat bahwa kelompok bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit-penyakit

kekurangan gizi, maka status gizi bayi dan balita merupakan indikator yang digunakan

dalam mengukur status gizi masyarakat. Pada tahun 2003 terdapat 68 kasus atau sekitar

1,1% kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), berarti telah terjadi

penurunan 10 kasus dibandingkan pada tahun 2002. Kasus tertinggi terjadi di Kecamatan

Toili. Dari 7.392 (27,70%) balita yang ditimbang pada tahun 2003, terdapat sekitar 5.625

balita (76,10%) yang berat badannya naik, balita BGM sebanyak 1.732 atau sekitar 23,43%

dan yang menderita marasmus/kwasiorkor (gizi buruk) sebanyak 35 anak atau 0,47% dan

telah diberikan perawatan 100%. Terdapat 3 kecamatan bebas rawan gizi pada tahun 2003,

yaitu Kecamatan Bualemo, Luwuk dan Toili. Namun demikian, mengingat bahwa kesehatan

balita merupakan salah satu indikator penting untuk melihat rawan tidaknya kesehatan

masyarakat, maka upaya peningkatan penyuluhan dari para kader gizi kepada ibu-ibu balita

tentang konsumsi gizi dan upaya peningkatan / penambahan Program Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) kepada balita perlu terus dilakukan.

e. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Di berbagai bagian wilayah Banggai umumnya (lebih dari 50%) masyarakat masih

membelanjakan sebagian besar pendapatannya untuk keperluan bahan makanan pokok.

Sementara itu penggunaan dana untuk non pangan rata-rata sangat kecil (kurang dari Rp.

40.000,00) dan umumnya masyarakat belum atau bahkan tidak mengalokasikan sebagian

dananya untuk biaya kesehatan. Kondisi ini menggambarkan bahwa tingkat pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat relatif masih sangat rendah.

Page 147: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-128

PT PERTAMINA EP - PPGM

Pola perilaku lainnya yang tercakup dalam PHBS diantaranya adalah tingkat partisipasi

masyarakat dalam program-program kesehatan (posyandu, pemberantasan sarang nyamuk,

dan sebagainya), pola pemberian ASI, angka bebas rokok dalam rumah tangga, pendapat

masyarakat tentang konsep sakit dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat berkaitan dengan

kondisi lingkungannya. Pada tahun 2003 diperoleh data bahwa pemberian ASI eksklusif

adalah 0-4 bulan dan dari 4.133 bayi yang ada, yang diberikan ASI eksklusif adalah 3.589

bayi atau sekitar 86,8%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran ibu-ibu tentang

pentingnya ASI bagi bayi mereka sudah cukup baik.

Pada tahun 2003 jumlah kunjungan masyarakat ke Puskesmas baik rawat jalan maupun

rawat inap adalah 114.164 kunjungan. Dengan demikian baru sekitar 40,20% penduduk

Kabupaten Banggai yang telah memanfaatkan Puskesmas sebagai salah satu upaya

pengelolaan kesehatannya. Sementara itu pemanfaatan RSUD baru dilakukan oleh 4,4%

penduduk Kabupaten Banggai.

2.2.4.3. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum

sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.

Kondisi kesehatan lingkungan dicerminkan dari keberadaan rumah sehat, kepemilikan jamban

keluarga, cakupan air bersih, kualitas air bersih, pengelolaan sampah dan cakupan SPAL (Sarana

Pembuangan Air Limbah).

Pada tahun 2003 terdapat sebanyak 61.934 buah rumah di Kabupaten Banggai, dan sebanyak

53.513 (86,40%) rumah yang diperiksa, baru sekitar 44,30% diantaranya yang telah memenuhi

syarat sebagai rumah sehat. Dalam hal ini berarti perlu adanya program untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat dalam memelihara kesehatan lingkungan baik di rumah maupun

lingkungan sekitarnya.

2.3. PELINGKUPAN

2.3.1. Proses Pelingkupan

Seperti diuraikan pada deskripsi rencana kegiatan, dalam kegiatan pengembangan gas Matindok

ini dimunculkan beberapa alternatif yaitu:

Page 148: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-129

PT PERTAMINA EP - PPGM

a. Alternatif jalur trunkline dari BS Donggi ke LNG Plant

Jalur pipa trunkline dari BS Donggi ke LNG Plant akan dibuat tiga jalur alternatif sebagai

berikut:.

1. Jalur alternatif-1 yaitu pemasangan pipa trunkline dari BS Donggi melintasi SM

Bangkiriang berdampingan jalan provinsi, penggelaran pipa ditanam sedalam 2 meter

kemudian ditimbun kembali;

2. Jalur alternatif-2 yaitu pemasangan pipa melintasi SM Bangkiriang dilakukan dengan

sistem pemboran horizontal.

3. Jalur alternatif-3 yaitu pemasangan trunkline dari BS Donggi akan dilakukan melalui

pantai SM Bangkiriang sepanjang sekitar 4 km.

Jalur alternatif-2 dan jalur alternatif-3 dimaksudkan untuk menghindari gangguan pada

lahan di Bangkiriang sebagai Suaka Margasatwa, walaupun kondisi hutan di SM Bangkiriang

sekarang ini sudah rusak.

b. Alternatif penyediaan air tawar untuk LNG Plant

Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan air tawar yang besar untuk operasional LNG

Plant, maka penyediaan air tawar diusahakan dari 3 alternatif yaitu:

1. Air tawar diambil dari air tanah dalam

2. Air tawar disuling dari air laut

3. Air tawar diambil dari air permukaan

c. Alternatif lokasi LNG Plant dan Pelabuhan Khusus

Sementara ini PPGM masih mengkaji dua kemungkinan lokasi LNG Plant dan pelabuhan

khusus yaitu di Desa Uso (Kecamatan Batui) dan Desa Padang (Kecamatan Kintom). Oleh

karena itu dalam kajian AMDAL ini dua rencana lokasi akan menjadi kajian alternatif.

Proses pelingkupan rencana pengembangan gas Matindok dilakukan dengan cara diskusi

antar pakar penyusun dokumen ANDAL, survei literatur, survei lapangan, hasil konsultasi

publik yang telah dilaksanakan saat akan menyusun dokumen ANDAL, serta dengan

menggunakan proffessional judgement.

Page 149: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-130

PT PERTAMINA EP - PPGM

Dalam proses pelingkupan, identifikasi dampak potensial berdasarkan atas pertimbangan

atas kombinasi antara kondisi rona lingkungan hidup dan informasi jenis dan intensitas

setiap kegiatan yang direncanakan, termasuk didalamnya alternatif-alternatif yang telah

ditetapkan. Hasil identifikasi dampak potensial menunjukkan bahwa pada tahap konstruksi

dan operasi ketiga jalur alternatif pemasangan pipa akan terjadi perbedaan dampak

potensial yang signifikan pada subkomponen biologi, dan sebaliknya tidak akan ada

perbedaan yang signifikan untuk subkomponen geofisik-kimia, sosekbud dan kesmas. Hal ini

disebabkan semua alternatif melewati lahan yang dimiliki negara sehingga tahap

prakonstruksi tidak berpotensi menimbulkan dampak. Pada tahap operasional ketiga

alternatif rencana penyediaan air tawar untuk operasional Kilang LNG yang diambil dari air

permukaan diduga akan berpotensi menimbulkan dampak yang berbeda nyata pada

subkomponen geofisik-kimia dan soseskbud. Sementara untuk semua tahapan kegiatan dari

dua alternatif lokasi kompleks LNG Plant dan Pelabuhan Khusus diduga dampak potensial

yang terjadi akan berbeda nyata pada soseskbud, karena kedua lokasi yang relatif dekat itu

merupakan hamparan ekosistem yang relatif sama, namun kondisi sosial ekonomi dan

budaya masyarakatnya relatif berbeda.

Dengan mempertimbangkan identifikasi dampak potensial pada setiap alternatif yang

dimunculkan tersebut diatas, maka proses pelingkupan ini meliputi setiap rencana kegiatan

dan termasuk didalamnya alternatif-alternatifnya. Jadi kajian alternatif tidak ditampilkan

secara terpisah, melainkan akan diintegrasikan pada setiap komponen lingkungan yang

terkena dampak.

Alur pikir dan hasil proses pelingkupan dapat diringkaskan seperti tercantum dalam

Gambar 2.30. dan Gambar 2.31.

Page 150: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-131

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.30. Bagan Alir Identifikasi Dampak PotensialRencana Kegiatan PPGM PT PERTAMINA

Di Kabupaten Banggai(ambil di file Gb. 2.30)

Page 151: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-132

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.31. Kerangka Proses Pelingkupan Isu Pokok Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindokdi Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

PRIORITAS DAMPAK

Prakonstruksi:1. Perubahan pola kepemilikan lahan2. Perubahan sikap dan persepsi masyarakatKonstruksi:1. Terjadi kebisingan2. Terjadi erosi tanah3. Gangguan sistem drainase dan Irigasi4. Gangguan transportasi darat5. Peningkatan kuantitas aliran permukaan6. Penurunan kualitas air permukaan7. Penurunan kualitas air laut8. Gangguan vegetasi9. Gangguan satwa liar10. Gangguan biota air tawar11. Gangguan bioata air laut12. Peningkatan pendapatan masyarakat13. Adanya kesempatan berusaha14. Gangguan proses sosial15. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat16. Penurunan sanitasi lingkunganOperasi:1. Perubahan kualitas udara ambien (debu dan gas)2. Terjadi kebisingan3. Penurunan kualitas air permukaan4. Penurunan kualitas air laut5. Gangguan transportasi darat6. Gangguan biota air tawar7. Gangguan biota air laut8. Perubahan kependudukan9. Peningkatan pendapatan masyarakat10. Adanya kesempatan berusaha11. Gangguan proses sosial12. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat13. Penurunan sanitasi lingkungan14. Penurunan tingkat kesehatan masyarakatPasca Operasi:1. Peningkatan kualitas udara ambien (debu dan gas)2. Terjadi kebisingan3. Peningkatan kualitas air permukaan4. Peningkatan kualitas air laut5. Gangguan transportasi darat6. Penurunan pendapatan masyarakat7. Hilangnya kesempatan berusaha8. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

DAMPAK PENTING HIPOTETIS

A. Geo-Fisik-KimiaPerubahan kualitas udara ambienTerjadi kebisinganPeningkatan kuantitas aliran permukaanTerjadi erosi tanahGangguan sistem drainase dan irigasiPenurunan kualitas air permukaanPenurunan kualitas air lautGangguan transportasi darat

B. Komponen BiologiGangguan vegetasiGangguan satwa liarGangguan biota air tawarGangguan biota air laut

C. Komponen SosekbudPerubahan kependudukanPerubahan pola kepemilikan lahanPeningkatan/penurunan pendapatan

masyarakatAdanya kesempatan berusahaGangguan proses sosialPerubahan sikap dan persepsi

masyarakat

D. Komponen KesmasPenurunan sanitasi lingkunganPenurunan tingkat kesehatan masyarakat

KLASIFIKASIDAN

PRIORITAS

DAMPAK POTENSIAL

A. Geo-Fisik-KimiaPerubahan iklim mikroPerubahan kualitas udara ambienTerjadi kebisinganPerubahan sifat tanahPeningkatan kuantitas aliran

permukaanPeningkatan debit air sungaiPenurunan debit air sungaiTerjadi erosi tanahGangguan sistem drainase dan

irigasiPenurunan kualitas air permukaanPenurunan kualitas air lautPenurunan kuantitas air tanahGangguan transportasi daratGangguan transportasi laut

B. Komponen BiologiGangguan vegetasiGangguan satwa liarGangguan biota air tawarGangguan biota air laut

C. Komponen SosekbudPerubahan kependudukanPerubahan pola kepemilikan lahanPeningkatan/penurunan pendapatan

masyarakatAdanya kesempatan berusahaGangguan proses sosialPerubahan sikap dan persepsi

masyarakatD. Komponen Kesmas

Penurunan sanitasi lingkunganPenurunan tingkat kesehatan

masyarakat

DeskripsiRencana KegiatanPra-KonstruksiKonstruksiOperasiPasca Operasi

Deskripsi RonaLingkungan Awal

Komp. GeofisikkimiaKomp. BiologiKomp. SosekbudKomp. Kesmas

IdentifikasiDampakPotensial

EVALUASIDAMPAK

POTENSIAL

Page 152: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-133

PT PERTAMINA EP - PPGM

A. Komponen Geo-Fisik-Kimia

1. Perubahan Iklim Mikro

Tahap Prakonstruksi

Komponen kegiatan terutama pembukaan dan pematangan lahan untuk lokasi pemboran

sumur pengembangan, GPF, Kilang LNG dan jalur pipa akan menyebabkan perubahan suhu

dan kelembaban udara di daerah tersebut. Akan tetapi karena luas wilayah yang dibuka

untuk kegiatan-kegiatan tersebut relatif kecil dibandingkan dengan luas daerah sekitarnya

yang hampir 100% tertutup oleh vegetasi, maka pengaruhnya tidak signifikan dalam

mempengaruhi iklim mikro, dan ditetapkan sebagai bukan dampak negatif hipotetik.

Tahap Operasi

Perubahan iklim mikro dapat terjadi secara signifikan sebagai akibat kegiatan operasi

produksi gas dan gas cair. Kegiatan operasi produksi di pusat pengolahan gas dan pencairan

gas akan menimbulkan panas dan cahaya yang berumber dari colok api (flare stack). Panas

dan cahaya akan menyebar ke sekitarnya dari nyala api yang terdapat di colok api tersebut,

gas yang dibakar dari colok api adalah gas buangan dalam jumlah dan tekanan kecil. Dalam

keadaan normal hanya berupa nyala kecil. Tujuan pembakaran gas di colok api dilakukan

sebagai pengamanan apabila terjadi tekanan gas yang berlebihan dari sumbernya dan pada

proses produksi gas dan gaas cair. Dalam keadaan demikian maka gas akan dialirkan ke

colok api untuk dibakar, sehingga buangan sebelum masuk ke udara bebas hanya berupa

sisa pembakaran (SO2, NO2 dan debu).

Perubahan iklim mikro akibat kegiatan pembukaan dan pematangan lahan tidaklah signifikan

karena lahan yang dibuka relatif sempit dibanding dengan lahan sekitarnya yang lebih luas

dan masih tertutup oleh vegetasi.

Demikian pula halnya dengan perubahan iklim mikro (pencahayaan dan suhu udara) yang

diduga terjadi dari colok api karena gas yang dibakar jumlahnya kecil, sehingga perubahan

iklim mikro tersebut mempunyai intensitas perubahan kecil. Dengan demikian, penyebaran

panas dan cahaya relatif pendek dan tidak mengganggu penduduk. Sementara itu sekitar

kilang LNG akan relatif lebih panas karena operasi produksi LNG. Namun karena lokasinya di

pantai dengan angin yang kencang maka perubahan ini tidak akan signifikan. Oleh karena itu

perubahan iklim mikro secara hipotetik tidak akan menjadi dampak penting.

Page 153: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-134

PT PERTAMINA EP - PPGM

2. Perubahan Kualitas Udara Ambien

Tahap Konstruksi

Kualitas udara ambien mengalami perubahan yang cukup signifikan diakibatkan oleh

kegiatan-kegiatan konstruksi pemboran gas, pembangunan GPF dan Kilang LNG serta

pemasangan pipa. Hal itu disebabkan kegiatan itu menggunakan bantuan peralatan

berbahan bakar fosil seperti genset untuk pengelasan, alat-alat berat untuk konstruksi itu

dan penerangan. Operasional mesin-mesin menyebabkan timbulnya gas-gas buang SO2, NO2,

hidrokarbon dan debu.

Tahap Operasi

Kegiatan operasional proses produksi gas dan gas cair akan menimbulkan limbah gas,

terutama dari emisi kompresor, genset dan pembakaran di colok api. Dari genset dan

kompresor akan dikeluarkan SO2, NO2, CO, hidrokarbon dan debu, sementara dari

pembakaran colok api dikeluarkan SO2, NO2 dan debu. Sebaliknya pada Tahap Pasca Operasi

yaitu kegiatan penutupan sumur dan penghentian operasi produksi gas dan gas cair gas-gas

tersebut tidak diemisikan, sehingga kualitas udara menjadi relatif lebih baik daripada tahap

operasi.

Debu dan gas yang muncul pada kegiatan tahap konstruksi yang dikeluarkan oleh peralatan,

seperti genset, relatif kecil, sehingga secara hipotetik, tidak akan menjadi dampak penting.

Akan tetapi pada tahap operasi jumlah gas dan debu yang dikeluarkan dari mesin-mesin dan

emisi gas dari colok api untuk operasi produksi gas di BS, GPF dan Kilang LNG cukup

signifikan sehingga secara hipotetik akan menjadi dampak negatif penting. Sebaliknya pada

tahap pasca operasi, kualitas udara akan menjadi lebih baik, dan diharapkan dapat seperti

kondisi udara di areal sekitarnya yang tidak terkena proyek.

3. Terjadi Kebisingan

Tahap Konstruksi

Kebisingan akan timbul diakibatkan suara kendaraan berat dan lalu lintas kendaraan proyek

selama kegiatan mobilisasi dan demobilisaasi peralatan, material dan tenaga kerja.

Kebisingan juga muncul karena suara dari mesin-mesin atau peralatan dan genset yang

digunakan serta suara-suara lain yang timbul selama kegiatan pembukaan dan pematangan

lahan, kegiatan pembangunan fasilitas produksi gas dan kilang LNG. Sementara kebisingan

juga muncul karena suara genset dan mesin rig selama pemboran sumur gas.

Page 154: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-135

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tahap Operasi

Kebisingan akan muncul diakibatkan suara kompresor dari pusat pemrosesan gas dan gas

cair dengan tingkat kebisingan yang tinggi sehingga dapat mencapai 100 dBA. Bila

perumahan dekat dengan sumber suara itu, maka penduduk akan menerima dampaknya.

Sebaliknya pada Tahap Pasca Operasi, penghentian proses produksi akan kebisingan itu

akan terhenti pula, sehingga kualitas udara menjadi relatif lebih baik.

Kebisingan yang muncul pada kegiatan tahap konstruksi yang dikeluarkan oleh peralatan,

seperti genset, relatif kecil dan penduduk di sekitarnya masih jarang, sehingga secara

hipotetik, tidak akan menjadi dampak penting. Akan tetapi pada tahap operasi kebisingan

yang dikeluarkan dari mesin-mesin, terutama mesin kompressor, di BS, GPF dan Kilang LNG

cukup signifikan sehingga secara hipotetik akan menjadi dampak negatif penting. Sebaliknya

pada tahap pasca operasi, tingkat kebisingan akan menurun dan diharapkan akan seperti

kondisi kebisingan di daerah sekitar yang tidak ada proyek.

4. Perubahan Sifat Tanah

Tahap Konstruksi

Kegiatan pembukan dan pematangan lahan untuk persiapan areal pemboran (100 m x 100

m), pembangunan fasilitas produksi gas dan gas cair serta pemasangan pipa akan

menyebabkan hilangnya tanah pucuk yang subur. Dengan hilangnya solum tanah tersebut

akan berpengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah yang akan berubah. Apalagi dengan

tidak adanya penutup lahan saat konstruksi, maka hujan yang jatuh akan langsung

menghantam tanah dan mengerosi tanah pucuk (top soil) secara berangsur sehingga solum

tanah menjadi tipis atau hilang selamanya. Dengan demikian unsur hara atau bahan organik

yang ada dalam solum tersebut ikut tercuci hilang terangkut oleh aliran permukaan, dan

menjadikan tingkat kesuburan semakin rendah serta dapat berpengaruh tehadap organisme

dalam tanah.

Luasan lahan pada kegiatan pembukaan dan pematangan lahan cukup luas. Sifat fisik-kimia

tanah yang akan mengalami perubahan karena kegiatan pembukaan lahan cukup luas pula.

Namun bila dibandingkan luasan lahan tertutup vegetasi di sekitarnya menjadi relatif sempit

yang akan menjadi areal terbuka. Selain itu, tanah yang dibuka tersebut memang

dipersiapkan untuk pembangunan tahapan berikutnya berupa lokasi yang akan segera

dikelola atau segera mengalami suksesi alami secara cepat, sehingga sifat tanah tidak akan

berpengaruh secara signifikan. Oleh karena itu, secara hipotetik, perubahan sifat tanah tidak

menjadi dampak penting hipotetik.

Page 155: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-136

PT PERTAMINA EP - PPGM

5. Peningkatan kuantitas aliran air permukaan

Tahap Konstruksi

Aliran permukaan dan peningkatan aliran permukaan akan terjadi akibat hilangnya vegetasi

penutup lahan oleh kegiatan pembukaan dan pematangan lahan untuk penyiapan lahan

lokasi kegiatan pemboran gas, pembangunan fasilitas produksi gas dan gas cair serta

pemasangan pipa. Selama kegiatan penyiapan lahan tersebut akan terjadi aliran air

permukaan langsung (runoff) di lokasi tersebut. Peningkatan aliran air permukaan tersebut

dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu faktor koefisien aliran permukaan, intensitas hujan

dan luas kawasan (area). Dengan dibukanya lahan dari penutup vegetasi, maka akan

berakibat tetesan hujan menghantam (impact) langsung kepermukaan tanah dan aliran

permukan tanah terjadi. Aliran permukaan tanah tersebut nantinya masih terus terjadi

meskipun pembangunan bangun-bangunan prasarana fasilitas produksi gas telah selesai.

Akibat aliran permukaan tersebut berdampak pada terjadinya proses berikutnya berupa erosi

tanah.

Peningkatan aliran permukaan pada saat pembukaan dan pematangan lahan dilaksanakan

pada lokasi-lokasi sumur pemboran, dan pemasangan pipa (sepanjang ± 75 km), terutama

pada lokasi yang tidak datar (topografi landai, berombak, bergelombang, berbukit dan

bergunung). Aliran permukaan tersebut nantinya akan menyebar keluar tapak proyek dan

mengalir kedaerah bagian hilir yang lebih rendah ke lahan millik masyarakat di sisi bagian

hilir lokasi dan kemungkinan sambil membawa material sedimen ke arah pantai, sehingga

dapat mengganggu penduduk bagian hilir. Oleh karena itu dampak peningkatan kuantitas air

permukaan, secara hipotetik akan menjadi dampak penting hipotetik.

6. Terjadinya Erosi Tanah

Tahap Konstruksi

Erosi tanah diprakirakan akan terjadi ketika vegetasi penutup lahan hilang akibat pembukaan

dan pematangan lahan untuk penyiapan lahan kegiatan pemboran gas, dan pengelupasan

tanah oleh kegiatan pembukaan lahan dan pematangan lahan dalam rangka menyiapkan

lahan untuk kegiatan pemboran sumur gas, fasilitas produksi gas dan gas cair serta

pemasangan pipa. Selama kegiatan penyiapan lahan tersebut akan menyebabkan terjadinya

proses erosi di lokasi tersebut. Proses erosi tersebut dipengaruhi oleh lima faktor penyebab

erosi antara yaitu faktor erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang lereng, kemiringan

lereng, vegetasi penutup tindakan konservasi. Dengan dibukanya tanah dari penutup

Page 156: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-137

PT PERTAMINA EP - PPGM

vegetasi, maka akan berakibat tetesan hujan menghantam (impact) langsung dan

melepaskan serta mengangkut agregat tanah sehingga diprakirakan akan terjadi peningkatan

aliran permukaan yang mampu mengerosi tanah permukaan. Kondisi seperti ini akan

berlangsung selama permukaan lahan masih terbuka ditempat tersebut dan segera

berkurang atau terhenti setelah lahan tertutup kembali dengan bangunan-bangunan atau

vegetasi.

Erosi tanah akan besar terutama pada pembukaan dan pematangan lahan pada lokasi-lokasi

sumur pemboran, dan pemasangan pipa (sepanjang ± 75 km), terutama pada lokasi yang

tidak datar dan kondisi tanah yang peka erosi. Partikel tanah hasil erosi tersebut diperkirakan

akan menyebar ke lahan yang lebih rendah millik masyarakat di sisi bagian hilir lokasi dan

sebagian masuk sungai sebagai material sedimen dan terbawa aliran sungai ke arah pantai,

sehingga dapat mengganggu penduduk. Oleh karena itu dampak terhadap erosi tanah,

secara hipotetik akan menjadi dampak penting.

7. Gangguan Sistem Drainase dan Irigasi

Tahap Konstruksi

Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan khususnya untuk jalur pipa gas akan memotong

beberapa sungai, saluran drainase dan irigasi, yang bila tidak dilakukan dengan sistem

pemasangan pipa semacam jembatan atau saluran pengelak akan menggaggu aliran air.

Sistem drainase dan irigasi di persawahan wilayah Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui

akan terganggu oleh karena terpotong oleh jalur pipa. Tanah bekas galian untuk kegiatan

pemasangan pipa gas juga akan mengganggu aliran air, atau mungkin aliran permukaan

akan terbendung timbunan tanah galian, sehingga dapat menggenangi persawahan atau

lahan sekitarnya.

Terganggunya sistem drainase dan irigasi, secara hipotetik akan menjadi dampak penting,

karena pembukaan lahan khususnya untuk jalur pipa banyak yang memotong sungai-sungai

yang mengalir ke arah perairan Selat Peleng, saluran irigasi dan beberapa alur sungai

tersebut yang selama ini dipergunakan untuk mengairi sawah penduduk sehingga sistem

drainase dan irigasi menjadi terganggu.

Page 157: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-138

PT PERTAMINA EP - PPGM

8. Peningkatan Debit Air Sungai

Tahap Konstruksi

Debit air sungai akan meningkat akibat mendapat imbuh dari aliran permukaan (run-off)

akibat pembukaan lahan dan pematangan lahan untuk persiapan kegiatan pembangunan

fasilitas produksi gas dan kegiatan pemasangan pipa. Pembukaan lahan ini akan

menyebabkan terjadinya perubahan nilai koefisien aliran permukaan (run off) menjadi besar

sehingga hujan yang jatuh di daerah tersebut sebagian besar akan menjadi aliran permukaan

yang selanjutnya masuk ke sungai dan menyebabkan meningkatnya debit aliran permukaan

dan debit sungai.

Peningkatan debit akibat pembukaan lahan relatif kecil karena luas lahan yang dibuka bila

dibandingkan areal sekitarnya yang masih tertutup rapat oleh vegetasi relatif kecil. Debit air

sungai juga tidak akan terpengaruh secara signifikan oleh kegiatan hydrotest yang sekalipun

kebutuhan airnya besar, namun bila dibandingkan dengan ketersediaan air di sungai terdekat

terutama bila pada musim penghujan maka menjadi relatif kecil; selain itu pelaksanaan uji

hidrostatis memakan waktu yang pendek. Oleh karena itu secara hipotetik, dampak pada

debit air sungai tidak akan menjadi dampak penting.

9. Penurunan Debit Air Sungai

Tahap Konstruksi

Diperkirakan debit air sungai akan menurun ketika air sungai diambil untuk keperluan

pemboran dan uji hidrostatis pemasangan pipa pada kegiatan pembangunan fasilitas

produksi gas (khususnya pemboran sumur).

Terkait dengan kebutuhan akan air bersih untuk keperluan proyek pengembangan gas

Matindok yang cukup besar, dapat dijelaskan disini bahwa data debit sungai yang digunakan

adalah berdasarkan data sekunder yang ada (BAPPEDA Kabupaten Banggai, 2006). Seperti

dijelaskan terdahulu bahwa di daerah penelitian terdapat beberapa sungai besar dengan data

debit sesaat yaitu: Sungai Singkoyo (64 m3/dtk), Sungai Mansahang (41 m3/dtk), Sungai Toili

(40 m3/dtk), Sungai Batui (85,2 m3/dtk), Sungai Sinorang (24 m3/dtk), Sungai Mendono (60

m3/dtk), Sungai Tangkiang (60 m3/dtk). Debit keseluruhan sungai-sungai tersebut

diperkirakan sekitar 1.895,78 x 106m3/tahun. Salah satu sungai yang data debitnya dipantau

secara periodik oleh Departemen Pekerjaaan Umum, Direktorat Jendral Sumber Daya Air,

Page 158: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-139

PT PERTAMINA EP - PPGM

Kabupaten Palu tahun 1995-2004 adalah Sungai Batui, dengan debit rata-rata harian sebesar

94.093 m3/hari. Hal ini menujukkan bahwa debit sungai tersebut ditinjau secara kualitas

lingkungan dari segi kuantitas air sungai adalah sangat baik.

Diperkirakan bahwa kebutuhan air untuk kegiatan uji hidrostatik sekitar 20.000 m3. Dengan

melihat cadangan kuantitas (debit) air sungai tersebut, apabila pelaksanaan uji hidrostatik

menggunakan air sungai sebesar 20.000 m3 dan hanya sekali, maka tidak akan ada

pengaruhnya terhadap penurunan debit sungai. Apalagi apabila pelaksanaan uji hidrostatik

dilakukan pada musim penghujan, dimana saat itu kondisi debit sungai adalah mempunyai

aliran stabil. Dengan demikian ditinjau dari dampaknya maka dampak penuruan kuantitas air

permukaan dalam hal ini air sungai tidak dikatagorikan kedalam dampak negatif penting

hipotetik.

10. Penurunan Kuantitas Air Tanah

Tahap Konstruksi

Kuantitas air tanah diperkirakan akan berpotensi menurun karena vegetasi penutup lahan

hilang (land clearing) dan pengelupasan tanah serta aliran permukaan yang lebih tinggi

sehingga terjadi gangguan dalam penyerapan air. Hal itu disebabkan oleh kegiatan

pembukaan lahan dan penyiapan lahan untuk pemboran sumur, pembangunan fasilitas

produksi gas dan gas cair serta untuk jalur pipa.

Akan tetapi luas permukaan yang akan terbuka relatif sedikit dibanding luasan lahan yang

tertutup oleh vegetasi, maka dampak hipotetis yang terjadi tidak dikatagorikan sebagai

dampak negatif penting hipotetis.

Telah dijelaskan terdahulu bahwa data kuantitas air tanah yang digunakan adalah data

sekunder dari Bappeda Kabupaten Banggai (2006). Air tanah di suatu daerah sangat

dipengaruhi oleh curah hujan dan karakteristik formasi geologi daerah yang bersangkutan.

Daerah penelitian tersusun dari beberapa formasi batuan, yaitu: Formasi Batuan Volkanik

Tua, Volkanik Recent, Batu Gamping dan Sedimen Napa, yang masing-masing mempunyai

kemampuan untuk imbuh air tanah dari hujan dengan kecepatan yang berbeda satu sama

lain. Berdasarkan data sekunder potensi air tanah), potensi air tanah tahunan adalah sebesar

387 X 106 m3/tahun atau 1.035 X 106 m3/hari. Debit air tanah tersebut termasuk dalam

Page 159: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-140

PT PERTAMINA EP - PPGM

jumlah yang sangat besar. Dengan memperhatikan cadangan kuantitas (debit) air tanah

tersebut, maka apabila digunakan untuk keperluan pemboran sumur (420 m3/sumur), dan

pemboran sejumlah sumur pengembangan dilakukan secara tidak bersamaan waktunya,

maka sangat kecil sekali pengaruhnya terhadap penurunan debit air tanah. Dengan

demikian, dampak berupa penurunan kuantitas air tanah untuk keperluan pemboran sumur

adalah tidak sigifikan dan ditetapkan tidak sebagai dampak negatif penting hipotetik.

Tahap Operasi

Operasional BS akan membutuhkan air tanah sekitar 25 m3/hari, dan kilang LNG secra

keseluruhan adalah sekitar 75 m3/hari. Pada penjelasan di sub bab sebelumnya telah

disampaikan bahwa potensi air tanah tahunan mempunyai debit sebesar 387 X 106 m3/tahun

atau 1.035 X 106 m3/hari. Apabila digunakan untuk operasional BS sebesar 25 m3/hari

dan opersional kilang LNG sebesar 75 m3/hari, maka sangat kecil sekali pengaruhnya

terhadap penurunan debit air tanah. Dengan demikian dampak penurunan kuantitas air

tanah untuk keperluan operasional BS dan kilang LNG tidak ditetapkan sebagai dampak

negatif penting hipotetik.

11. Penurunan Kualitas Air Permukaan

Tahap Konstruksi

Kualitas air permukaan (sungai) akan menurun karena erosi tanah yang menyebabkan

peningkatan kekeruhan akibat kegiatan pembukaan dan pematangan lahan. Kemungkinan

pula, kualitas air permukaan juga akan menurun sebagai akibat dari pembuangan air bekas

hydrotest dari kegiatan konstruksi/pembangunan fasilitas produksi gas dan kegiatan

pemasangan pipa transmisi gas (pipeline) selesai dilaksanakan.

Tahap Operasi

Kualitas air sungai akan menurun kemungkinan akibat pembuangan air limbah dari instalasi

pengolahan air limbah (waste water treatment) di fasilitas produksi gas dan gas cair selama

operasional serta pemboran sumur pengembangan. Selanjutnya air sungai yang kualitasnya

telah menurun itu bila meresap ke dalam tanah akan berpotensi menurunkan kualitas air

sumur penduduk.

Page 160: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-141

PT PERTAMINA EP - PPGM

Penurunan kualitas air permukaan akan terjadi pada tahap konstruksi dan akibat limbah cair

dari operasi produksi. Kualitas air yang menurun akan berdampak pada komponen lain

misalnya badan air yang sama di bagian hilirnya digunakan oleh masyarakat dan dapat pula

mempengaruhi kehidupan biota air tawar. Secara hipotetik, jenis dampak pada kualitas air

permukaan akan menjadi dampak negatif penting. Sebaliknya, setelah selesai operasi

produksi, kualitas air permukaan akan menjadi sama dengan bagian hulu badan air yang

sama.

12. Penurunan Kualitas Air Laut

Tahap Konstruksi

Kualitas air laut akan menurun karena pengerukan tanah di pantai untuk pembangunan jetty

dan dermaga khusus untuk pengapalan LNG yang menyebabkan peningkatan kekeruhan

akibat kegiatan pembukaan dan pematangan lahan, dan pembangunan fasilitas produksi gas

dan gas cair.

Tahap Operasi

Kualitas air laut akan menurun karena pembuangan air limbah dari instalasi pengolahan air

(waste water treatment)/IPAL di fasilitas produksi gas dan gas cair selama operasional yang

akhirnya mengalir di laut. Kualitas air laut juga akan menurun karena pencemaran minyak

dan bahan kimia lain akibat adanya kapal-kapal termasuk kapal tanker yang berlabuh di

dermaga di komplek kilang LNG pada kegiatan operasi fasilitas produksi gas dan gas cair.

Kualitas air laut juga akan menurun disebabkan oleh pembuangan air bekas hydrotest dari

kegiatan pemboran sumur, dan pemasangan pipa di laut. Selain itu pembuangan lumpur bor

ke laut juga akan menurunkan kualitas air laut.

Kualitas air laut akan turun pada tahap konstruksi khususnya pada asat pemasangan pipa

lepas pantai dan pembangunan dermaga di Kilang LNG serta operasi produksi gas dan gas

cair. Kualitas air yang menurun akan berdampak pada komponen lain misalnya bila pada

areal yang sama digunakan oleh masyarakat untuk penangkapan ikan dan dapat pula

mempengaruhi kehidupan biota air laut. Secara hipotetik, jenis dampak pada kualitas air laut

akan menjadi dampak negatif penting. Sebaliknya, setelah selesai operasi produksi, kualitas

air laut akan menjadi sama dengan bagian laut sekitarnya.

Page 161: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-142

PT PERTAMINA EP - PPGM

13. Gangguan Transportasi Darat

Pada dasarnya gangguan transportasi darat mencakup beberapa macam dampak seperti a).

Kerusakan jalan dan jembatan, b). Gangguan kelancaran lalulintas, c). Gangguan

keselamatan pengguna jalan, dan d). Pengotoran jalan.

a. Kerusakan Jalan dan Jembatan

Tahap konstruksi

Pada tahap konstruksi kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material

bahan konstruksi melalui jalan darat ke lokasi rencana kegiatan pemipaan dan

fasilitas produksi serta LNG diperkirakan akan berdampak pada gangguan stabilitas

perkerasan jalan dan jembatan. Peralatan berat akan diangkut dengan menggunakan

trailer dengan muatan sumbu terberat dapat mencapai > 10 ton. Jalan yang akan

dijadikan rute pengangkutan meskipun sebagai jalan provinsi, namun klas jalan bila

ditinjau dari tekanan gandar maksimum setara dengan jalan klas II (kekuatan

maksimum < 8 ton), sehingga dikhawatirkan adanya lalulintas tersebut dapat merusak

jalan dan jembatan.

Berdasarkan hasil observasi awal di lokasi, beberapa ruas jalan sudah menunjukkan

gejala kerusakan, khususnya pada wilayah yang sering mengalami banjir serta kondisi

jembatan yang sempit (lebar 3,20 meter) dikhawatirkan terjadi kerusakan jalan maupun

jembatan. Dengan demikian parameter kerusakan jalan dan jembatan pada kegiatan

mobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja dikategorikan sebagai dampak penting

hipotetik.

Kerusakan jalan disebakan pula oleh kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur Gas

pada jalur darat yang memotong jalan raya, akan merusak jalan raya (ada kegiatan

penggalian). Kerusakan jalan tersebut tidak dapat dikembalikan seperti kondisi semula,

kecuali melalui proses perbaikan struktur jalan (pemadatan dan pengaspalan).

Pekerjaan pemasangan pipa yang memotong jalan hanya pada tempat-tempat tertentu

dan sifatnya tidak permanen (dapat segera dipulihkan). Dengan demikian parameter

kerusakan jalan pada kegiatan pemasangan pipa penyalur gas dikategorikan bukan

sebagai dampak penting hipotetik.

Page 162: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-143

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tahap Operasional

Pada Tahap Operasional, kegiatan penyaluran kondensat melalui jalan darat

dilakukan dengan menggunakan mobil tanki akan berdampak pula pada peningkatan

kerusakan jalan dan jembatan. Beban yang besar dan intensitas pembebanan yang

berulang, akan menyebabkan umur rencana jalan cepat tercapai, sehingga tidak tahan

lama/cepat rusak. Lebar kendaraan yang lebih dari 2 meter, bila terjadi simpangan akan

merusak bahu jalan (lebar perkerasan rata-rata hanya 4,5 meter), karena roda

kendaraan keluar perkerasan.

Mengingat kondisi beberapa ruas jalan sudah menunjukkan gejala kerusakan khususnya

pada wilayah yang sering mengalami banjir serta kondisi jembatan yang sempit (lebar

3,20 meter), maka aktivitas tersebut dikhawatirkan menambah kerusakan jalan

maupun menyebabkan kerusakan jembatan. Dengan demikian parameter kerusakan

jalan dan jembatan pada kegiatan penyaluran kondesat dengan transportasi darat

dikategorikan sebagai dampak penting hipotetik.

Tahap Pasca Operasi

Pada Tahap Pasca Operasi, kegiatan demobilisasi peralatan melalui jalan darat

diperkirakan akan berdampak pada gangguan stabilitas perkerasan jalan dan jembatan.

Peralatan berat akan diangkut dengan menggunakan trailer diperkirakan memiliki

muatan sumbu terberat mencapai > 10 ton, sehingga dikhawatirkan adanya lalulintas

tersebut dapat merusak jalan dan jembatan. Hal ini dimungkinkan mengingat klas jalan

berdasarkan tekanan gandar belum mencapai 10 ton.

Mengingat kondisi beberapa ruas jalan sudah menunjukkan gejala kerusakan,

khususnya pada wilayah yang sering mengalami banjir serta kondisi jembatan yang

sempit (lebar 3,20 meter), maka aktivitas tersebut dikhawatirkan menambah kerusakan

jalan maupun menyebabkan kerusakan jembatan. Dengan demikian parameter

kerusakan jalan dan jembatan pada kegiatan demobilisasi peralatan dikategorikan

sebagai dampak penting hipotetik.

Page 163: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-144

PT PERTAMINA EP - PPGM

b. Gangguan Kelancaran Lalulintas

Tahap Konstruksi

Aktvitas mobilisasi peralatan dan pengangkutan material bahan konstruksi

dilakukan pada saat awal pekerjaan konstruksi dan pengangkutan material melalui jalan

darat dilakukan selama tahap pembangunan (tahap konstruksi akan berdampak pada

gangguan kelancaraan jalan). Namun pengangkutan peralatan tersebut tidak terlalu

mengganggu kelancaran lalulintas di sepanjang ruas jalan yang dijadikan rute

pengangkutan. Hanya saja pada saat pengangkutan material, khususnya pipa untuk

kegiatan pemipaan akan menimbulkan dampak pada parameter kelancaran lalulintas.

Hal ini disebabkan oleh intensitas pengangkutan yang cukup tinggi, sedangkan lebar

jalan/jembatan relatif sempit, sehingga mengakibatkan tundaan lalulintas pada salah

satu arah.

Mengingat jalur jalan yang dijadikan rute pengangkutan merupakan jalur satu-satunya

yang menghubungkan Kota Luwuk-dengan kota-kota kecamatan (Kintom, Batui, Toili

dan Toili Barat), maka gangguan kelancaran pada ruas jalan tersebut akan berakibat

pada kemacetan di seluruh wilayah kecamatan tersebut. Dengan demikian parameter

gangguan kelancaran lalulintas pada kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan,

material dan tenaga kerja dikategorikan sebagai dampak penting hipotetik

Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan khususnya untuk area pembangunan

kilang LNG di wilayah Batui maupun Kintom berada di wilayah yang sudah terbangun

(permukiman maupun sistem jaringan infrstruktur, baik jaringan jalan maupun

jembatan). Selama belum ada pengalihan sistem jaringan jalan dan jembatan yang

sudah ada saat ini, maka kegiatan pembukaan dan pematangan lahan akan

bersinggungan dengan jalur lalulintas, sehingga menyebabkan gangguan pada

parameter kelancaran lalulintas. Gangguan kelancaraan disebabkan oleh aktivitas alat-

alat berat yang melintas/memotong jalan, sehingga harus menghentikan arus lalulintas

menerus.

Ruas jalan yang terkena dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan adalah

ruas jalan satu-satunya yang menghubungkan wilayah kecamatan Batui, Toili dan Toili

Barat ke kecamatan Kintom maupun Kota Luwuk. Apabila ada gangguan pada ruas jalan

Page 164: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-145

PT PERTAMINA EP - PPGM

tersebut, maka dampaknya akan dirasakan oleh sebagian besar warga masyarakat yang

tinggal di wilayah kecamatan tersebut. Dengan demikian parameter gangguan

kelancaran lalulintas pada kegiatan pembukaan dan pematangan lahan dikategorikan

sebagai dampak penting hipotetik.

Kegiatan pemasangan pipa pada jalur darat akan memotong jalan raya dan

diprakirakan akan menggangu pergerakan lalulintas di jalan raya. Hal ini diakibatkan

oleh penutupan separuh lebar jalan (pekerjaan dilakukan bertahap) dan kurangnya

jalur-jalur alternatif untuk mengalihkan arus lalulintas.

Pekerjaan pemasangan pipa yang memotong jalan dapat dilakukan secara bertahap dan

disertai dengan pembuatan jalan darurat, sehingga dapat mengalirkan arus lalulintas

untuk kedua arah. Dengan demikian parameter gangguan kelancaran lalulintas pada

kegiatan pemasangan pipa penyalur gas dikategorikan bukan sebagai dampak penting

hipotetik.

Tahap Operasi

Pada tahap operasi aktivitas pergerakan mobil tanki mengangkut kondensat dari

fasilitas produksi gas ke lokasi Tangki Penampung Kondensat milik JOB

Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Bajo akan membebani ruas jalan provinsi.

Tambahan arus lalulintas ini dapat mengakibatkan penurunan kinerja jalan, sehingga

berakibat pada besarnya tundaan lalulintas (gangguan kelancaran lalulintas).

Mengingat jalur jalan yang dijadikan rute pengangkutan merupakan jalur satu-satunya

yang menghubungkan Kota Luwuk-dengan kota-kota kecamatan (Kintom, Batui, Toili

dan Toili Barat), maka gangguan kelancaran pada ruas jalan tersebut akan berakibat

pada kemacetan di seluruh wilayah kecamatan tersebut. Dengan demikian parameter

gangguan kelancaran lalulintas pada kegiatan penyaluran kondesat dengan transportasi

darat dikategorikan sebagai dampak penting hipotetik.

Tahap Pasca Operasi

Pada tahap pasca operasi, proses pengangkutan peralatan setelah berakhirnya kegiatan

operasional (demobilisasi peralatan), akan dapat mengakibatkan gangguan

kelancaran laluintas. Gangguan kelancaraan lalulintas disebabkan masuknya kendaraan

angkutan berukuran besar ke dalam arus lalulintas. Jalan raya yang sempit akan

Page 165: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-146

PT PERTAMINA EP - PPGM

menyebabkan iringan kendaraan, karena kecepatan arus sangat tergantung pada

kecepatan kendaraan angkutan akibat kesulitan dalam melakukan gerakan menyalip

(gerakan mendahului kendaraan di depannya).

Mengingat jalur jalan yang dijadikan rute pengangkutan merupakan jalur satu-satunya

yang menghubungkan Kota Luwuk-dengan kota-kota kecamatan (Kintom, Batui, Toili

dan Toili Barat), maka gangguan kelancaran pada ruas jalan tersebut akan berakibat

pada kemacetan di seluruh wilayah kecamatan tersebut. Dengan demikian parameter

gangguan kelancaran lalulintas pada kegiatan demobilisasi peralatan dikategorikan

sebagai dampak penting hipotetik.

c. Gangguan Keselamatan Pengguna Jalan

Tahap Konstruksi

Dengan terjadinya kerusakan jalan dan gangguan kelancaran pengguna jalan, maka

proses mobilisasi dan demobilisasi pengangkutan peralatan konstruksi

maupun pengangkutan material bahan konstruksi diperkirakan akan memberikan

dampak pada parameter keselamatan pengguna jalan pada tahap konstruksi.

Kondisi jalan dan jembatan yang sempit, faktor lingkungan di sekitar jalan yang banyak

potensi pejalan kaki (kawasan permukiman dan perkotaan) maupun binatang ternak

yang berada di jalan raya menjadi faktor utama penyebab kecelakaan lalulintas.

Banyaknya kawasan permukiman dan kawasan perkotaan yang padat kegiatan di sekitar

rute angkutan tersebut, maka banyak tempat-tempat yang berpotensi terjadinya

kecelakaan lalulintas. Dengan demikian parameter gangguan keselamatan pengguna

jalan pada kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja

dikategorikan sebagai dampak penting hipotetik.

Kegiatan aktivitas pembukaan dan pematangan lahan (pembangunan kilang LNG)

yang bersinggungan dengan arus lalulintas di jalan raya diprakirakan akan berdampak

pada gangguan keselamatan pengguna jalan, khususnya pengendara kendaraan

bermotor di jalan raya. Gangguan keselamatan pengguna jalan diakibatkan oleh

gerakan/manuver kendaraan proyek maupun alat-alat proyek seperti excavator dan

bulldozer yang memotong jalan maupun beraktivitas di area yang berdekatan dengan

jalan raya.

Page 166: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-147

PT PERTAMINA EP - PPGM

Kelalaian operator dan pelaksana proyek di lapangan yang tidak mematuhi SOP, dapat

mengakibatkan kecelakaan yang menimpa pengemudi kendaraan bermotor di jalan

raya (pengguna jalan). Dengan demikian parameter gangguan keselamatan pengguna

jalan pada kegiatan pembukaan dan pematangan lahan dikategorikan sebagai dampak

penting hipotetik.

Pemasangan pipa pada jalur darat yang memotong jalan raya, sehingga

mengharuskan penutupan separuh lebar jalan (pelaksanaan bertahap), menyebabkan

rawan terjadinya gangguan keselamatan pengguna jalan berupa kecelakaan

khususnya pada waktu malam hari. Potensi kejadian kecelakaan disebabkan oleh

beberapa faktor, yaitu kurangnya penerangan jalan dan proses pengembalian kondisi

jalan seperti semula tidak dapat dilakukan dalam jangka pendek. Faktor lain yang

menyebabkan terjadinya rawan kecelakaan adalah pengoperasian alat berat di lokasi

kegiatan yang bersingungan dengan jalan raya.

Pekerjaan pemasangan pipa yang memotong jalan tidak dapat dilakukan dengan segera

dan membutuhkan waktu untuk pengembalian kondisi jalan seperti semula. Bekas-

bekas galian dan gundukan tanah bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan, khususnya

di malam hari (perlu penerangan dan rambu peringatan). Dengan demikian parameter

gangguan keselamatan pengguna jalan pada kegiatan pemasangan pipa penyalur gas

dikategorikan sebagai dampak penting hipotetik.

Tahap Operasi

Penambahan arus lalulintas yang diakibatkan oleh proses pengangkutan kondensat

lewat jalan darat, berpotensi pada peningkatan kerawanan terhadap kecelakaan

(gangguan keselamatan pengguna jalan). Hal ini disebabkan oleh dimensi

kendaraan angkutan yang besar (lebar kendaraan berkisar 2,25 – 2,5 meter) dan lebar

perkerasan yang kurang dari 5 meter (jalan dan sebagai jembatan), menyebabkan

peningkatan resiko terjadinya kecelakaan yang dibebabkan kebebasan samping yang

kurang memadai. Kendaraan bila akan simpangan harus keluar perkerasan jalan dan

beresiko pada konflik dengan pejalan kaki, khususnya di kawasan permukiman maupun

daerah perkoataan.

Page 167: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-148

PT PERTAMINA EP - PPGM

Banyaknya kawasan permukiman dan kawasan perkotaan yang padat kegiatan di sekitar

rute angkutan tersebut, maka banyak tempat-tempat yang berpotensi terjadinya

kecelakaan lalulintas. Dengan demikian parameter gangguan keselamatan pengguna

jalan pada kegiatan penyaluran kondesat dengan transportasi darat dikategorikan

sebagai dampak penting hipotetik

Tahap Pasca Operasi

Penggunaan kendaraan berukuran besar pada proses pengangkutan kembali

(demobilisasi) peralatan konstruksi diperkirakan akan memberikan dampak pada

parameter keselamatan pengguna jalan. Rawan kecelakaan dapat terjadi di daerah

yang banyak pejalan kaki dan jalan antar kota yang terdapat binatang ternak yang

dibiarkan di badan jalan serta jembatan yang sempit (bottle neck). Apabila pengemudi

angkutan tersebut kurang memahami lokasi proyek, maka dikhawatirkan banyak terjadi

kecelakaan.

Banyaknya kawasan permukiman dan kawasan perkotaan yang padat kegiatan di sekitar

rute angkutan tersebut, maka banyak tempat-tempat yang berpotensi terjadinya

kecelakaan lalulintas. Dengan demikian parameter gangguan keselamatan pengguna

jalan pada kegiatan demobilisasi peralatan dikategorikan sebagai dampak penting

hipotetik.

d. Pengotoran Jalan

Tahap Konstruksi

Aktivitas hilir mudiknya kendaraan proyek pada saat kegiatan pembukaan dan

pematangan lahan (pembangunan kilang LNG) dapat menyebabkan pengotoran jalan

akibat tanah yang menempel pada ban roda kendaraan proyek dan jatuh atau lengket

pada badan jalan. Pengotoran ini akan semakin besar bila dilakukan pada saat musim

penghujan, sehingga mengganggu kenyamanan dan berkendaraan bagi pengemudi

kendaraan bermotor di jalan raya.

Mengingat aktivitas kendaraan proyek pada saat kegiatan pembukaan dan pematangan

lahan (pembangunan kilang LNG) hanya melintas/memotong jalan, maka pengotoran

jalan sifatnya hanya setempat/tidak menyebar. Dengan demikian parameter pengotoran

jalan pada kegiatan pembukaan dan pematangan lahan dikategorikan bukan sebagai

dampak penting hipotetik.

Page 168: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-149

PT PERTAMINA EP - PPGM

14. Gangguan Transportasi Laut

a. Gangguan keselamatan pelayaran

Tahap Konstruksi

Pada tahap Konstruksi kegiatan konstruksi fasilitas produksi dan kompleks

kilang LNG berada pada daerah pantai. Salah satu fasilitas yang akan dibangun adalah

pembangunan dermaga khusus yang akan dipergunakan dan dikelola sendiri untuk

kepentingan operasi Kilang LNG dan Fasilitas Produksi Gas serta tidak diperuntukkan

untuk masyarakat umum. Kegiatan pelabuhan khusus dilakukan dalam skala kecil dan

hanya untuk keperluan proyek dan tidak akan digunakan untuk keperluan komersial

lainnya atau pembuatan kapal laut. Pembangunan dermaga ini akan menganggu

pelayaran kaitannya dengan keselamatan pelayaran di sekitar lokasi proyek.

Berdasarkan hasil observasi awal di wilayah studi, saat ini terdapat 1 (satu) pelabuhan

umum di Luwuk ibukota Kabupaten Banggai. Pada umumnya, lalu lintas kapal yang

berhubungan dengan pelabuhan ini terdiri dari kapal barang dari/ke Luwuk, kapal

penumpang Tilong Kabila jurusan Indonesia Timur milik PELNI. Letak pelabuhan umum

ini sekitar 50 km dari rencana lokasi dermaga, dan intensitas kapal nelayan sendiri juga

masih jarang. Dengan demikian parameter gangguan keselamatan pelayaran pada

kegiatan pembangunan konstruksi fasilitas produksi dan kompleks kilang LNG

dikategorikan tidak sebagai dampak penting hipotetik

Tahap Operasi

Pengoperasian kilang LNG dan fasilitas lainnya terkait dengan proses

pengangkutan lewat jalur laut yang akan didistribusikan ke wilayah lain. Adanya

bangkitan arus lalulintas kapal angkutan yang berlabuh di dermaga khusus tersebut,

akan berdampak pada gangguan keselamatan pelayaran.

Dari hasil observasi awal di wilayah studi, lokasi rencana dermaga jauh dari pelabuhan

umum serta intensitas kapal nelayan yang masih sedikit diperkirakan tidak terlalu

menganggu aktivitas nelayan setempat. Dengan demikian parameter gangguan

keselamatan pelayaran pada kegiatan operasional kilang LNG dan fasilitas lainnya

dikategorikan tidak sebagai dampak penting hipotetik.

Page 169: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-150

PT PERTAMINA EP - PPGM

B. Komponen Biologi

1. Gangguan Vegetasi

Tahap Konstruksi

Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan

Pembukaan untuk lokasi jalan masuk dan sumur pengembangan BS, pemasangan pipa,

lokasi GPF, Kilang LNG dan fasilitas (base camp, jalan,laydown area) akan dilaksanakan

dengan penebangan dan perataan untuk footprint yang diperlukan untuk mendukung

pekerjaan yang sedang berlangsung secara aman. Kegiatan ini akan menyebabkan

pengurangan penutupan lahan oleh vegetasi. Pembukaan lahan ini terjadi di lokasi-lokasi

sumur, fasilitas produksi gas, jalur pipa dan fasilitas produksi gas cair seluas lebih dari

200 ha.

Sebagian besar areal bervegetasi yang akan dibuka merupakan areal budidaya (persawahan

dan kebun) dan semak , namun demikian lokasi sumur bor ternyata ada yang terletak di

areal berhutan. Selain itu rencana jalur pipa alternatif 1 dan 2 terletak pada jalur yang

melalui kawasan Suaka Margasatwa Bangkiriang yang meupakan kawasan konservasi. Areal

yang dibuka di dalam hutan memang relatif kecil, namun areal yang dibuka untuk akses jalan

yang dibangun untuk pemasangan pipa akan memicu terjadinya illegal logging, sehingga

vegetasi hutan di sekitar lokasi kegiatan akan mengalami resiko kerusakan. Berkurangnya

vegetasi akan menyebabkan dampak lebih lanjut yaitu dapat merubah iklim mikro,

mempercepat aliran air permukaan setempat dan menambah resiko erosi. Oleh karenanya,

secara hipotetik, dampak pada vegetasi akibat kegiatan pembukaan dan pematangan lahan

ini akan menjadi dampak penting hipotetik.

Tahap Operasi

Kegiatan operasional Kilang LNG dan fasilitas pendukungnya

Operasional kilang LNG di satu sisi akan menyebabkan penurunan kualitas udara yang

berpotensi menganggu pertumbuhan vegetasi di sekitarnya, namun di sisi lain karena alasan

untuk keindahan dan perbaikan lingkungan maka pada sisa-sisa lahan yang memungkinkan

akan ditanami dengan pepohonan dan semak-semak serta tanaman berbunga. Secara

keseluruhan kegiatan tersebut akan berdampak positif terhadap lingkungan.

Luas areal yang akan direvegetasi di dalam kompleks LNG Plant relatif sangat kecil

dibandingkan dengan total area yang digunakan untuk bangunan dan sarana serta prasarana

LNG Plant. Oleh karenanya dampak positif yang akan terjadi tidak ditetapkan sebagai

dampak penting hipotetik.

Page 170: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-151

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tahap Pasca Operasi

Kegiatan penghentian operasi produksi gas

Pada kegiatan penghentian operasi produksi gas dilakukan pembongkaran fasilitas produksi,

setelah itu akan dilakukan program revegetasi lahan-lahan terbuka dengan ditanami berbagai

jenis tumbuhan lokal yang cepat tumbuh pada lokasi bekas BS, GPF dan LNG plant.

Sementara di jalur pipa dan lokasi sumur tetap terjaga/tetap terbuka sampai saat diserahkan

kepada Pemerintah. Program revegetasi menyebabkan penutupan lahan oleh vegetasi akan

meningkat, selain itu akan memberikan ruang dan waktu untuk proses suksesi yang dimulai

dari tumbuhnya jenis-jenis pionir, jadi merupakan dampak positif. Namun demikian karena

kemungkinan besar fasilitas tersebut juga akan digunakan untuk kegiatan lain dan tidak akan

dijadikan lahan hutan kembali, sehingga dampak yang ada bukan merupakan dampak

permanen (melainkan bersifat sementara). Oleh karena itu dampak positif yang terjadi tidak

merupakan dampak penting hipotetik.

Parameter vegetasi yang dipelajari

Pengertian vegetasi adalah komposisi tumbuhan di suatu tempat dan waktu tertentu. Jadi

berkurangnya vegetasi dapat diartikan berkurangnya jenis-jenis tumbuhan atau terjadi

penurunan keanekaragaman jenisnya, dan masing-masing jenis berkurang anggota individu

penyusunan atau berkurangnya komunitas tumbuhan. Demikian pula hal sebaliknya. Dalam

teknik analisis vegetasi kedua parameter tersebut sudah tercakup didalamnya.

2. Gangguan Satwa Liar

Tahap Konstruksi

Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan

Pembukaan untuk lokasi jalan masuk dan sumur pengembangan, BS pemasangan pipa,

lokasi GPF, Kilang LNG dan fasilitas (base camp, jalan,laydown area) akan membuka vegetasi

seluas lebih dari 200 ha. Sebagian diantaranya pada jalur yang melalui kawasan Suaka

Margasatwa Bangkiriang yang merupakan kawasan konservasi. Dengan berkurangnya

vegetasi yang juga menjadi habitat satwa liar menyebabkan satwa liar akan pindah di daerah

sekitarnya, sehingga terjadi hilangnya satwa liar di areal yang dibuka. Pada daerah yang

akan menjadi tempat hidup yang baru akan terjadi keseimbangan baru kehidupan satwa liar

dan hal itu akan menyebabkan berkurangnya satwa liar. Luas areal bervegetasi hutan untuk

pemasangan pipa jalur 1 dan 2 memang relatif kecil, namun areal yang dibuka untuk akses

Page 171: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-152

PT PERTAMINA EP - PPGM

jalan yang dibangun untuk pemasangan pipa akan memicu terjadinya illegal logging dan

akses utuk perburuan satwa liar di wilayah konservasi yang salah jenis di dalamnya adalah

keberadaan burung maleo. Berkurangnya satwa liar akan menyebabkan dampak lebih lanjut

yaitu potensi daya tarik wisata alam di Suaka Margasatwa Bangkiriang berkurang dan

keunikannya terancam hilang. Oleh karenanya, secara hipotetik, dampak pada satwa liar

akibat kegiatan pembukaan dan pematangan lahan ini akan menjadi dampak penting.

Tahap Operasi

Kegiatan operasional Kilang LNG dan fasilitas pendukungnya

Operasional kilang LNG di satu sisi akan menyebabkan penurunan kualitas udara yang

berpotensi menganggu pertumbuhan vegetasi di sekitarnya, namun di sisi lain karena alasan

untuk keindahan dan perbaikan lingkungan pada sisa-sisa lahan yang memungkinkan akan

ditanami dengan pepohonan dan semak-semak serta tanaman berbunga. Secara keseluruhan

kegiatan tersebut akan berdampak positif.

Luas areal yang akan direvegetasi di dalam kompleks LNG Plant relatif sangat kecil

dibandingkan dengan total area yang digunakan untuk bangunan dan sarana serta prasarana

LNG Plant. Oleh karenanya dampak positif yang akan terjadi bukan merupakan dampak

penting hipotetik.

Tahap Pasca Operasi

Penghentian operasi produksi gas

Pada kegiatan penghentian operasi produksi gas dilakukan pembongkaran fasilitas produksi,

setelah itu akan dilakukan program revegetasi lahan-lahan terbuka dengan ditanami dengan

jenis tumbuhan lokal yang cepat tumbuh pada lokasi bekas BS, GPF dan LNG plant.

Sementara di jalur pipa dan lokasi sumur tetap terjaga/tetap terbuka sampai saat diserahkan

kepada Pemerintah. Program revegetasi menyebabkan penutupan lahan oleh vegetasi akan

meningkat, selain itu akan memberikan ruang dan waktu untuk proses suksesi yang dimulai

dari tumbuhnya jenis-jenis pionir, jadi merupakan dampak positif. Namun demikian karena

kemungkinan besar fasilitas tersebut juga akan digunakan untuk kegiatan lain dan bukan

akan dijadikan lahan hutan kembali, sehingga dampaknya bukan merupakan dampak

permanen (melainkan bersifat sementara). Oleh karena itu dampak positif yang terjadi tidak

merupakan dampak penting hipotetik.

Page 172: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-153

PT PERTAMINA EP - PPGM

Parameter satwa liar yang dipelajari

Dampak berupa penurunan satwa liar idealnya dipelajari melalui parameter-parameter

keanekaragaman jenis dengan teknis inventarisasi dan densitas masing-masing jenis dengan

teknik sensus. Namun karena sifat dan perilaku masing-masing jenis sangat bervariasi,

misalnya adanya jenis-jenis yang sangat takut akan keberadaan manusia dan adanya jenis-

jenis yang aktif di senja dan malam hari, jadi akan sangat sulit kiranya dapat dilakukan

sensus untuk seluruh jenis satwa liar yang ada. Dengan demikian pendekatan studi yang

akan diterapkan dalam kajian AMDAL ini akan dilakukan dengan perhitungan dari parameter

keanekaragaman jenis atau kekayaan jenis.

3. Gangguan Biota Air Tawar

Tahap Konstruksi

Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan

Kegiatan pembukaan, perataan dan pengerasan lahan akan berpotensi menimbulkan erosi

dan selanjutnya menyebabkan kekeruhan. Pada lokasi-lokasi yang berbatasan langsung

dengan sungai anak sungai kemungkinan akan terjadi longsor tanah setempat akan langsung

menyebabkan sungai yang menjadi habitat biota air terganggu. Selain itu kegiatan

pembukaan dan pematangan lahan untuk pemasangan pipa banyak yang memotong sungai,

sungai kecil dan saluran irigasi. Kekeruhan dan gangguan langsung pada habitat biota air

akan berpotensi menyebabkan penurunan komunitas biota air tawar, terutama plankton dan

benthos.

Penurunan komunitas biota air tawar, terutama ikan akan mengganggu masyarakat yang

sering menangkap ikan dan atau memelihara ternak bebek di sekitar lokasi kegiatan. Selain

itu banyaknya aliran sungai yag terpotong oleh kegiatan pembukaan dan pematangan lahan

terutama utuk pemasangan pipa akan menyebabkan gangguan pada migrasi harian ikan di

badan air itu. Secara umum kegiatan tersebut berlangsung relatif lama. Oleh karenanya,

secara hipotetik, dampak penurunan biota air yang disebabkan oleh kegiatan pembukaan

dan pematangan lahan ditetapkan sebagai dampak negatif penting hipotetik.

Kegiatan konstruksi fasilitas processing gas dan kilang LNG

Kegiatan konstruksi fasilitas processing gas dan kilang LNG akan menyebabkan penurunan

kualitas air. Hal itu disebabkan oleh pembuangan air bekas hydrotest dan pemberihan

peralatan sebelum komisioning akan dibuang ke sungai. Selanjutnya penurunan kualitas air

berpotensi menimbulkan gangguan pada biota air, plankton dan benthos selanjutnya akan

mempengaruhi biota air lain yang memakannya.

Page 173: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-154

PT PERTAMINA EP - PPGM

Penurunan komunitas biota air tawar ini tidak merupakan dampak penting hipotetik karena

penurunan kualitas air tawa yang terjadi bukan pencemaran berat, berlangsung relatif sinkat

dan terjadi pada lokasi yang relatif terbatas.

Tahap Operasi

Pemboran sumur pengembangan

Kegiatan pemboran sumur menggunakan lumpur bor water-based dan tidak berracun untuk

kedalaman bagian atas pengembangan sumur. material sand blasting (grit) cuttings yang

dicuci dan dibuang ke sungai selama pengeboran, air bekas uji hidrostastis, pembersihan

peralatan sebelum komisioning yang dibuang di sungai akan berpotensi menurunkan kualitas

air sungai. Selain itu tumpahan tidak sengaja jenis material, bahan bakar atau cat juga

akan menurunkan kualitas air. Penurunan kualitas air ini berpotensi menimbulkan penurunan

biota air. Kegiatan pemboran berlangsung relatif pendek, dan berlangsung di lokasi terbatas

oleh karenanya dampak pada biota air tawar ini tidak ditetapkan sebagai dampak negatif

penting hipotetik.

Kegiatan operasi produksi gas dan kegiatan operasional kilang LNG

Kedua kegiatan yaitu Kegiatan operasi produksi gas dan kegiatan operasional kilang LNG

akan membuang limbah cair baik dari operasi produksi, domestik dan atau air cucian

pemeliharaan fasilitas produksi. Air limbah ini akan dikelola dengan IPAL yang airnya

kemudian dialirkan ke air permukaan sehingga terjadi penurunan kualitas air. Penurunan

kualitas air ini berpotensi menimbulkan dampak pada biota air tawar. Perubahan kualitas,

seperti peningkatan TSS, kekeruhan, dan film minyak akan mempengaruhi biota air

khususnya plankton dan benthos yang selanjutnya akan mempengaruhi kehidupan ikan yang

mungkin menjadi sumber ekonomi masyarakat. Kegiatan operasi berlangsung lama, maka

dampak pada biota air tawar ini merupakan dampak penting hipotetik.

4. Gangguan Biota Air Laut

Tahap Konstruksi

Pemasangan pipa

Jalur pemasangan pipa dengan alternatif ke 3 yaitu jalur melalui pantai akan berpotensi

menimbulkan dampak pada biota air laut. Oleh karena di pantai tersebut besar kemungkinan

terdapat komunitas terumbu karang, maka dampak pemasangan pipa lewat laut ini pada

biota air laut merupakan dampak negatif penting hipotetik.

Page 174: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-155

PT PERTAMINA EP - PPGM

Kegiatan konstruksi kilang LNG dan fasilitas pendukungnya.

Kegiatan konstruksi kilang LNG dan fasilitas pendukungnya termasuk pembangunan dermaga

yang terletak di pantai akan berpotensi menimbulkan dampak pada biota air. Oleh karena di

pantai tersebut kemungkinan besar terdapat komunitas terumbu karang, maka dampak

pemasangan pipa lewat laut ini pada biota air laut merupakan dampak negatif penting

hipotetik.

Tahap Operasi

Kegiatan operasional kilang LNG

Kegiatan operasional kilang LNG akan membuang limbah cair baik dari operasi produksi,

domestik dan atau air cucian pemeliharaan fasilitas produksi. Air limbah ini akan dikelola

dengan IPAL yang airnya kemudian dialirkan ke air permukaan sehingga terjadi penurunan

kualitas air. Penurunan kualitas air ini berpotensi menimbulkan dampak pada biota air tawar.

Perubahan kualitas, seperti peningkatan TSS, kekeruhan, dan film minyak akan

mempengaruhi biota air tawar selanjutnya air yang telah turun kualitasnya mengalir di laut

sehingga berpotensi menimbulkan dampak pada biota air laut. Kegiatan operasi berlangsung

lama, maka dampak pada biota air laut ini merupakan dampak negatif penting hipotetik.

C. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya

1. Perubahan Kependudukan

Tahap Operasi

Jumlah penduduk lokal akan bertambah karena akan banyak pekerja datang dari daerah lain

karena adanya peneriman tenaga kerja untuk kegiatan operasi produksi gas dan gas cair

serta kegiatan pemeliharaan peralatan dan fasilitas produksi. Hal itu disebabkan pekerjaan

operasi produksi gas dan gas cair sebagian harus dikerjakan oleh pekerja terapil dan khusus

yang kemungkinan tidak tercukupi oleh tenaga kerja lokal. Kehadiran pekerja pendatang

akan meningkatkan kepadatan penduduk dan merubah komposisi penduduk setempat

khususnya kelompok umur dan jenis kelamin.

Pada tahap Operasi, jumlah pekerja pendatang relatif besar, terutama kegiatan operasional

kilang LNG. Hal ini akan berdampak terhadap kondisi kependudukan, apalagi bila para

pekerja disertai dengan keluarganya untuk jangka selama operasi yang lebih dari 20 tahun

menetap, sehingga akan menimbulkan dampak turunan lain yang ikut menggerakkan

perekonomian lokal dan merubah struktur sosial masyarakat lokal. Secara hipotetik, dampak

kependudukan pada tahap operasi akan menjadi dampak penting.

Page 175: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-156

PT PERTAMINA EP - PPGM

2. Perubahan Pola Kepemilikan Lahan

Tahap Prakonstruksi

Pemilikan/pengelolaan lahan, baik berupa lahan sawah, tegal dan kebun, dari penduduk

sebagai pemilik lahan yang legal beralih kepemilikan secara permanen/pengelolaannya

kepada PT. PERTAMINA EP – PPGM karena dibeli atau disewa. Selanjutnya lahan yang

sudah berhasil dibebaskan tersebut akan berubah fungsi dari peruntukan semula, misalnya

yang sebelumnya untuk kegiatan pertanian akan beralih fungsi menjadi jalur pipa, kompleks

bangunan fasilitas produksi gas dan gas cair.

Perubahan kepemilikan lahan secara permanen akan terjadi setelah kegiatan pembebasan

lahan dan tanam tumbuh selesai. Perubahan pola kepemilikan lahan ini termasuk sebagai

dampak negatif penting hipotetik, karena diprakirakan dalam proses pembebasannya akan

menyebabkan pihak-pihak tertentu merasa tidak puas dengan nilai ganti rugi yang ada.

Lahan yang dibebaskan sebenarnya juga telah dilakukan untuk banyak lokasi sumur, karena

kegiatan yang dilakukan pemrakarsa meneruskan kegiatan sebelumnya.

3. Peningkatan Pendapatan Masyarakat

Tahap Konstruksi

Pendapatan masyarakat, terutama para pekerja yang terlibat langsung dalam kegiatan

konstruksi akan meningkat. Jumlah tenaga kerja yang direkrut untuk konstruksi mulai dari

mobilisasi dan demobilisasi alat/bahan/pekerja, pembukaan dan pematangan lahan,

pemasangan pipa dan pembangunan fasilitas produksi gas serta gas cair cukup besar dengan

periode waktu yang lebih dari 1 tahun dan dengan gaji standar. Rekrutmen tenaga kerja

dilakukan oleh kontraktor atau perusahaan yang ditunjuk pemrakarsa, maka proses seleksi

akan berjalan sesuai prosedur standar sehingga tenaga kerja lokal yang terserap adalah yang

memunuhi persayaratan yang telah ditentukan. Tenaga kerja yang diambil meliputi tenaga

ahli dan bukan tenaga ahli misalnya kuli angkut, tenaga keamanan, tukang bangunan,

tukang las, tukang cat dan pembantu operator alat berat. Kesempatan kerja yang ada ini

akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Masyarakat bukan pekerja dan yang

memanfaatkan kesempatan usaha yang ada juga berpeluang untuk meningkatkan

pendapatan karena uang yang diterima para pekerja akan dibelanjakan untuk memenuhi

berbagai keperluan hidup mereka. Oleh karena itu dampak peningkatan pendapatan

masyarakat ditetapkan sebagai dampak positif penting hipotetik.

Page 176: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-157

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tahap Operasi

Pendapatan masyarakat, terutama masyarakat pekerja yang terlibat langsung dalam kegiatan

pada tahap operasi akan meningkat. Jumlah tenaga kerja yang direkrut untuk operasi

produksi gas dan gas cair cukup besar dengan periode waktu yang lebih lama, yaitu lebih

dari 20 tahun dan dengan gaji yang standar. Oleh karena rekruitmen tenaga kerja dilakukan

oleh kontraktor atau perusahaan yang ditunjuk pemrakarsa, proses seleksi akan dilaksanakan

secara standar sehingga tenaga kerja lokal yang terserap adalah yang benar-benar

memunuhi persayaratan yang telah ditentukan. Tenaga kerja yang diambil meliputi tenaga

ahli dan bukan tenaga ahli misalnya tenaga keamanan, office boy (pembantu), tenaga untuk

pemeliharaan fasilitas produksi seperti petugas kebersihan, pertamanan, line checker

(pengawas ROW), pemeliharaan gedung seperti tukang bangunan, tukang las, tukang cat

dan pembantu operator alat berat. Masyarakat bukan pekerja juga berpeluang untuk

meningkatkan pendapatan melalui kesempatan usaha yang ada, karena uang yang diterima

para pekerja akan dibelanjakan untuk memenuhi berbagai keperluan hidup para pekerja dan

keluarganya. Peningkatan pendapatan masyarakat dari berbagai kegiatan pada tahap operasi

ini ditetapkan sebagai dampak positif penting hipotetik.

Tahap Pasca Operasi

Pendapatan masyarakat akan menurun khususnya bagi para pekerja yang selama ini terlibat

langsung aktivitas operasi seiring dengan berlangsungnya kegiatan penglepasan tenaga

kerja. Masyarakat bukan pekerja namun yang penghasilannya terkait dengan perusahaan

atau para pekerja juga akan ikut menurun.

Pendapatan masyarakat, terutama pekerja, yang direkrut proyek untuk konstruksi akan

meningkat; pendapatan masyarakat lain yang menyediakan jasa dan untuk memenuhi

kepentingan proyek atau kebutuhan para pekerja yang menjadi konsumen juga akan

meningkat. Dampak kenaikan pendapatan masyarakat ini akan menambah gerakan ekonomi

lokal dan bagi masyarakat lain yang yang selama ini menganggur juga mendapat

kesempatan usaha yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Secara

hipotetik, peningkatan pendapatan masyarakat pada tahap konstruksi akan menjadi dampak

penting. Pada tahap operasi, pendapatan masyarakat, terutama pekerja, yang direkrut

proyek untuk operasi produksi akan meningkat; pendapatan masyarakat lain yang

menyediakan jasa dan untuk memenuhi kepentingan proyek atau kebutuhan para pekerja

Page 177: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-158

PT PERTAMINA EP - PPGM

dan keluarganya yang jumlahnya lebih dari 5000 orang yang menjadi konsumen juga akan

meningkat. Dampak kenaikan pendapatan masyarakat ini akan menambah gerakan ekonomi

lokal dan bagi masyarakat lain yang selama ini menganggur juga mendapat kesempatan

usaha yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Secara hipotetik,

peningkatan pendapatan masyarakat pada tahap operasi akan menjadi dampak positif

penting hipotetik.

4. Adanya Kesempatan Berusaha

Tahap Konstruksi

Kesempatan berusaha bagi masyarakat terbuka pada tahap konstruksi. Usaha jasa

transportasi pengangkutan pipa dan jasa penyewaan crane dan lainya terbuka pada kegiatan

mobilisasi dan demobilisasi alat/material/pekerja. Usaha kontraktor pembukaan lahan dan

penyewaan alat berat dan laln-lain terbuka pada kegiatan pembukaan lahan dan pematangan

lahan. Usaha pembangunan fasilitas, pemasok bahan bangunan, pemasok bahan makanan

dan penyewaan rumah dan jasa transportasi akan terbuka saat kegiatan pembangunan

fasilitas produksi. Jasa penyewaan alat berat, las dan lainnya terbuka saat kegiatan

pemasangan pipa berlangsung. Kesempatan berusaha tersebut dapat dilakukan oleh

penduduk setempat selama memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh kontraktor.

Dengan demikian, maka adanya kesempatan berusaha pada tahap konstruksi ini ditetapkan

sebagai dampak positif penting hipotetik.

Tahap Operasi

Kesempatan berusaha penduduk setempat terbuka pada tahap operasi. Kesempataan

berusaha yang berkembang adalah seperti warung makanan, jasa transportasi, toko

kelontong, hotel, dan usaha lain untuk memenuhi keperluan hidup pekerja dan keluarganya

serta usaha-usaha yang berkaitan dengan kepentingan operasional produksi gas dan gas

cair. Kesempatan berusaha ini akan berdampak positif lain berupa peningkatan pendapatan

masyarakat dan tumbuhnya perekonomian lokal. Dengan demikian, adanya kesempatan

berusaha pada tahap operasi ini ditetapkan sebagai dampak positif penting hipotetik

Tahap Pasca Operasi

Kesempatan usaha akan terkuka misalnya bagi kontraktor pembongkaran fasilitas dan jasa

pengangkutan peralatan yang akan dipindahkan atau dibongkar pada kegiatan

Page 178: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-159

PT PERTAMINA EP - PPGM

pembongkaran fasilitas produksi dan demobilisasi peralatan. Sebaliknya, kesempatan

berusaha bagi masyarakat yang secara tidak langsung bergantung pada kepentingan

produksi atau pemeliharaan fasilitas produksi serta pemenuhan keperluan keluarga karyawan

akan menurun seiring dengan kegiatan penutupan sumur dan penghentian operasi produksi

dan kegiatan penglepasan tenaga kerja. Oleh karenanya dampak menurunnya kesempatan

berusaha pada tahap pasca operasi ditetapkan sebagai dampak negatif penting hipotetik.

5. Gangguan Proses Sosial

Tahap Prakontruksi

Proses sosial yang bersifat disosiatif diduga akan muncul bila tidak diperoleh kesepakatan

nilai ganti rugi yang diterima masyarakat saat kegiatan pembebasan lahan. Proses sosial

yang bersifat disosiatif juga akan muncul karena masuknya tenaga kerja dari luar daerah

untuk konstruksi. Proses hubungan sosial yang kurang harmonis (kecemburuan) antara

penduduk lokal dan tenaga kerja pendatang terjadi karena perbedaan perilaku dan adat-

istiadat, hal mana berpotensi menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam masyarakat.

Namun demikian, apabila tenaga kerja dari luar dapat memahami dan menyesuaikan diri

dengan pola perilaku dan adat-istiadat yang berlangsung di daerah setempat maka konflik

akan dapat dihindari. Dengan demikian, maka adanya gangguan proses sosial pada tahap

prakonstruksi ini ditetapkan bukan sebagai dampak negatif penting hipotetik.

Tahap Konstruksi

Proses soial yang bersifat disosiatif akan muncul bila terjadi gangguan lalu lintas (kerusakan

jalan dan kecelakaan lalu lintas) akibat kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat/bahan/

personil. Disosiasi juga timbul bila terjadi gangguan kenyamanan masyarakat akibat

kebisingan dan penurunan kualitas udara akibat kegiatan pembangunan fasilitas produksi.

Salain itu Proses sosial yang bersifat disosiatif juga akan muncul bila terjadi kekeruhan

sungai, pemotongan saluran irigasi, pemotongan jalan akibat kegiatan pemasngan pipa.

Setelah berakhirnya tahap konstruksi akan terjadi penglepasan tenaga kerja, dan bila proses

ini tidak mengikuti peraturan yang berlaku atau kesepakatan sebelumnya maka akan

menimbulkan gangguan hubungan sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu, adanya

gangguan proses sosial pada tahap konstruksi ini ditetapkan sebagai dampak negatif penting

hipotetik.

Page 179: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-160

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tahap Operasi

Proses sosial yang bersifat disosiatif akan muncul akibat munculnya kebisingan, bau gas (H2)

dan pencemaran air dari kegiatan operasi produksi gas dan gas cair. Proses disosiatif juga

dapat muncul bila dalam kegiatan proses produksi tidak melibatkan masyarakat lokal sebagai

pekerja, dan adanya perubahan status sosial, seperti munculnya orang kaya baru, perubahan

status yang semula petani/pedagang kemudian menjadi pekerja proyek. Dimungkinkan

proses pembebasan lahan dan rekrutmen tenaga kerja lokal yang berlangsung tidak

transparan akan dapat menimbulkan kecemburuan dalam masyarakat.

Proses sosial yang bersifat disosiatif akan muncul bila tidak diperoleh kesepakatan nilai ganti

rugi lahan dan tanaman pada kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh (Tahap

Prakonstruksi). Walaupun sudah tercapai kesepakatan nilai ganti rugi lahan, tetapi bila terjadi

kesalahpahaman dalam proses pembayaran juga berpotensi menimbulkan proses disosiatif.

Proses sosial yang bersifat disosiatif akan muncul bila terjadi gangguan lalu lintas, kerusakan

jalan dan kecelakaan saat kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat/ bahan/personil. Disosiasi

akan muncul karena kegiatan konstruksi lain melibatkan banyak pekerja yang berisiko

timbulnya gesekan sosial. Pada tahap operasi, proses produksi yang menghasilkan limbah

cair, padat dan gas ditambah kemungkinan tidak terakomodasinya keinginan masyarakat

lokal menjadi karyawan akan menimbulkan disosiasi. Padahal periode waktu operasi produksi

lama dan mencakup luas wilayah yang luas. Oleh karena itu, proses sosial yang bersifat

disosiatif secara hipotetik akan menjadi dampak negatif penting hipotetik.

6. Perubahan Sikap dan persepsi masyarakat

Persepsi masyarakat merupakan gabungan berbagai dampak yang dapat bersifat positif dan

atau negatif serta terjadi pada semua tahapan pekerjaan.

Tahap Prakonstruksi

Persepsi positif terhadap perusahaan atau pemrakarsa akan muncul bila harga ganti untung

tanah yang diterima masyarakat sesuai dengan harapan mereka. Sebaliknya, persepsi negatif

akan muncul bila proses pembebasan lahan tidak dilakukan melalui musyawarah dan

mufakat dan tidak ada kesepakatan dalam hal nilai ganti rugi. Demikian juga persepsi positif

akan muncul bila masyarakat lokal mendapatkan kesempatan bekerja di proyek secara

proporsional yang direkrut untuk konstruksi. Sebaliknya, bila rekrutmen itu dipandang tidak

proporsional, maka akan terjadi persepsi yang negatif. Oleh karena itu, munculnya sikap dan

persepsi masyarakat pada tahap prakonstruksi ini ditetapkan sebagai dampak negatif penting

hipotetik.

Page 180: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-161

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tahap Konstruksi

Sikap dan persepsi negatif akan muncul bila terjadi kerusakan jalan, gangguan lalu lintas dan

kecelakaan lalu lintas pada kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat/bahan/ personil.

Sebaliknya, persepsi positif akan muncul bila pemrakarsa ikut berpartisipasi dalam

peningkatan kapasitas jalan dan bahkan membangun jalan. Persepsi negatif akan muncul bila

pekerja yang digunakan dalam kegiatan pembukaan dan pematangan lahan tidak

mengutamakan pekerja lokal dan bila kayu-kayu hasil tebangan dan material lainnya

dirasakan mengganggu masyarakat. Sebaliknya, persepsi positif akan muncul bila kegiatan

itu banyak menyerap tenaga lokal dan bekas tebangan terlihat diatur dengan baik. Persepsi

negatif akan muncul bila terjadi kebisingan dan dirasakan mengganggu masyarakat pada

kegiatan pembanguan fasilitas poduksi. Persepsi negatif akan muncul bila aksesibilitas

masyarakat sekitar terganggu akibat pemotongan jalan dan saluran irigasi serta timbulnya

kekeruhan akibat pemasangan pipa. Mengingat bahwa sikap dan persepsi negatif masyarakat

dalam hal ini lebih dominan muncul, maka sikap dan persepsi masyarakat pada tahap

konstruksi ini dikatagorikan sebagai dampak negatif penting hipotetik.

Tahap Operasi

Persepsi negatif akan muncul bila terjadi kebisingan, bau (H2S) dan pencemaran air akibat

operasi produksi gas dan gas cair serta tidak terakomodasinya masyarakat sebagai pekerja di

perusahaan. Sebaliknya, persepsi positif akan muncul bila pemrakarsa banyak memanfaatkan

tenaga lokal dan berubahnya estetika lingkungan sekitar dan dalam kompleks fasilitas

produksi menjadi indah.

Persepsi masyarakat terhadap perusahaan akan bersifat positif bila nilai ganti rugi dan proses

pembebasan lahan dan tanam tumbuh dirasa memuaskan, demikian sebaliknya. Jumlah

masyarakat yang lahannya dibebaskan banyak dan daerah yang dibebaskan luas serta

pengalihan hak itu berlangsung permanen. Persepsi masyarakat terhadap perusahaan akan

bersifat positif bila rekrutmen tenaga (pada tahap prakonstruksi) yang bekerja untuk

konstruksi melibatkan tenaga kerja lokal secara proporsional, demikian sebaliknya. Persepsi

masyarakat akan bersifat negatif bila dalam proses konstruksi terjadi banyak dampak

lingkungan seperti kebisingan, debu, pemotongan saluran irigasi, pemotongan jalan dan

penurunan aksesibilitas jalan raya yang dirasa mengganggu kenyamanan dan keamanan

masyarakat. Oleh karena jumlah manusia yang terkena dampak relatif banyak mengingat

lokasi kegiatan berada di konsentrasi penduduk (walaupun tidak mengenai permukiman)

atau lahan milik penduduk dan meliputi wilayah yang panjangnya lebih dari 75 km dan

luasnya lebih dari 125 ha dengan periode waktu kegiatan konstruksi seluruhnya lebih dari

Page 181: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-162

PT PERTAMINA EP - PPGM

1 tahun, maka secara hipotetik, dampak sikap dan persepsi masyarakat akan bersifat negatif

penting. Persepsi positif muncul bila kegiatan rekrutmen tenaga kerja untuk operasi produksi

melibatkan warga lokal secara proporsional. Namun sebaliknya dampak negatif juga akan

muncul karena kemungkinan masyarakat akan merasa terganggu dengan adanya limbah

cair, padat dan gas yang dihasilkan proses produksi, dan bila arus lalu lintas darat dan laut di

sekitar lokasi kegiatan dirasakan mengganggu warga. Oleh karena jumlah manusia yang

terkena dampak relatif banyak karena lokasi kegiatan berada di konsentrasi penduduk dan

lama berlangsungnya dampak lebih dari 20 tahun, maka secara hipotetik, dampak sikap dan

persepsi masyarakat akan menjadi dampak negatif penting hipotetik.

D. Komponen Kesehatan Masyarakat

1. Penurunan Sanitasi Lingkungan

Tahap Konstruksi

Sanitasi lingkungan akan menurun oleh karena adanya kegiatan konstruksi fasilitas

produksi gas dan kompleks kilang LNG serta kegiatan pemasangan pipa penyalur gas.

Bahan polutan yang dihasilkan adalah limbah domestik oleh karena kurang berfungsinya

MCK secara maksimal. Walaupun pihak perusahaan telah menyediakan MCK portable dan

disertai dengan pengawasan dari pihak kontraktor, namun karena jumlah pekerja relatif

banyak di area tersebut sehingga MCK dapat berfungsi secara maksimal. Bekas galian

pipa penyalur gas yang belum dikembalikan seperti semula akan menghasilkan lubang-

lubang air sebagai media berkembangnya vektor penyakit. Apabila tidak ditangani dengan

baik maka akan merubah sanitasi lingkungan menjadi buruk sebagai akibat para pekerja

membuang limbah domestik, baik padat maupun cair secara sembarangan. Dengan

perubahan sanitasi lingkungan secara signifikan maka sanitasi lingkungan pada tahap

konstruksi ini ditetapkan sebagai dampak negatif penting hipotetik.

2. Penurunan Tingkat Kesehatan Masyarakat

Tahap Konstruksi

Kesehatan masyarakat akan menurun seiring dengan penurunan kualitas udara dan air

dari kegiatan mobilisasi alat berat dan material, kegiatan pembukaan dan pematangan

lahan, pembangunan fasilitas produksi dan pemasangan pipa. Gangguan kesehatan

masyarakat merupakan dampak turunan dari akibat penurunan kualitas udara, air dan gas

yang merupakan dampak primer. Pada tahap konstruksi intensitas dampaknya relatif kecil

sehingga dampak pada kesehatan masyarakat tidak dikatagorikan sebagai dampak negatif

penting hipotetik.

Page 182: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-163

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tahap Operasi

Sanitasi lingkungan bisa memburuk diakibatkan oleh adanya kegiatan operasi block

station (BS) dan Fasilitas Produksi Gas (GPF) dan kegiatan operasional kilang LNG dan

fasilitas lainnya. Dengan dioperasikannya kegiatan ini sanitasi lingkungan menjadi lebih

buruk apabila para pekerja/pihak perusahaan tidak mengelola limbah domestik sesuai

dengan ketentuan. Oleh karena kegiatan pada tahap operasi berlangsung cukup lama

maka kemungkinan volume sampah menumpuk dan bercampur dengan bahan organik

maupun non organik yang dapat memicu berkembangnya populasi vektor penyakit.

Apabila penampungan sampah berdampingan dengan hunian penduduk dan berlangsung

dalam waktu yang lama, maka sanitasi lingkungan pada tahap operasi ini ditetapkan

sebagai dampak negatif penting hipotetik.

Kesehatan juga akan terganggu bila terjadi pencemaran gas yang mengandung H2S

(berbau), kebisingan, pencemaran air dari proses produksi gas dan gas cair. Kesehatan

masyarakat khususnya para pekerja/karyawan akan terganggu oleh karena terjadi

penurunan kualitas lingkungan akibat kebisingan, limbah gas, cair, dan padat. Walaupun

paparan terhadap pencemaran itu relatif kecil, namun berlangsung cukup lama (lebih dari

20 tahun) dan mengenai pekerja yang jumlahnya sangat banyak terutama pada proses

produksi kilang LNG. Gangguan kesehatan masyarakat merupakan dampak turunan dari

penurunan kualitas udara dan air yang merupakan dampak primer seiring dengan

penurunan kualitas udara dan kualitas air, dari kegiatan operasional fasilitas produksi gas

(BS dan GPF) dan kegiatan oeprasional kilang LNG dan fasilitas lainnya. Dengan demikian,

maka dampak terganggunya kesehatan pekerja ini dikatagorikan sebagai dampak negatif

penting hipotetik.

Page 183: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-164

PT PERTAMINA EP - PPGM

Klasifikasi dan Prioritas

Prioritas Dampak Penting Hipotetik:

a. Prakonstruksi:

1. Perubahan pola kepemilikan lahan

2. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

b. Konstruksi:

1. Terjadi kebisingan

2. Terjadi erosi tanah

3. Gangguan sistem drainase dan irigasi

4. Gangguan transportasi darat

5. Peningkatan kuantitas aliran permukaan

6. Penurunan kualitas air permukaan

7. Penurunan kualitas air laut

8. Penurunan debit air sungai

9. Gangguan vegetasi

10. Gangguan satwa liar

11. Gangguan biota air tawar

12. Gangguan biota air laut

13. Peningkatan pendapatan masyarakat

14. Adanya kesempatan berusaha

15. Gangguan proses sosial

16. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

17. Penurunan sanitasi lingkungan

c. Operasi:

1. Perubahan kualitas udara ambien (debu dan gas)

2. Terjadi kebisingan

3. Penurunan kualitas air permukaan

4. Penurunan kualitas air laut

5. Gangguan transportasi darat

6. Gangguan biota air tawar

Page 184: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-165

PT PERTAMINA EP - PPGM

7. Gangguan biota air laut

8. Perubahan kependudukan

9. Peningkatan pendapatan masyarakat

10. Adanya kesempatan berusaha

11. Gangguan proses sosial

12. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

13. Penurunan sanitasi lingkungan

14. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

d. Pasca Operasi:

1. Peningkatan kualitas udara ambien (debu dan gas)

2. Terjadi kebisingan

3. Peningkatan kualitas air permukaan

4. Peningkatan kualitas air laut

5. Gangguan transportasi darat

6. Penurunan pendapatan masyarakat

7. Hilangnya kesempatan berusaha

8. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

2.3.2. Hasil Pelingkupan

2.3.2.1. Dampak Penting Hipotetik

Walaupun telah ditemukan dampak hipotetiknya tidak berarti bahwa dampak penting hipotetik

lainnya tidak dikaji. Dampak penting hipotetik merupakan puncak-puncak permasalahan

lingkungan yang timbul sebagai akibat dilaksanakannya suatu rencana kegiatan, sehingga dalam

rangka mempertahankan mutu lingkungan permasalahan tersebut harus dapat diatasi dengan

baik. Berdasarkan atas analisis keterkaitan antar dampak yang dilakukan oleh pemrakarsa dan

para ahli secara brain storming, maka dapat dihasilkan dampak penting hipotetik dari rencana

pelaksanaan kegiatan proyek pengembangan gas Matindok di Kabupaten Banggai Sulawesi

Tengah dapat diringkas seperti pada tabel berikut.

Page 185: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-166

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.40. Ringkasan Jenis-jenis dampak hipotetik RencanaKegiatan Proyek Pengembangan Gas MatindokDi Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

No Komponen Lingkungan

Komponen Rencana KegiatanPra-

Konst Konstruksi Operasi PascaOperasi

1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3GEO-FISIK-KIMIA

1 Kualitas udara ambien - - +2 Kebisingan - - +3 Erosi tanah - - -4 Sistem drainase dan irigasi - - -5 Kualitas air permukaan - - - - - +6 Kualitas air laut - - - +7 Transportasi darat - - - - - +/- +

BIOLOGI1 Vegetasi - -2 Satwa liar - - -3 Biota air tawar - - - - -4 Biota air laut - - -

SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA1 Kependudukan +2 Pola kepemilikan lahan +/-3 Pendapatan masyarakat + + + + + + + + + -4 Kesempatan berusaha + + + + + + + + + -5 Proses sosial +/- +/- - - - -6 Sikap & persepsi masyarakat +/- +/- + - - - - +/- - - - - - -

KESEHATAN MASYARAKAT1 Sanitasi lingkungan - - - -2 Tingkat kesehatan masyarakat - -

Keterangan:A. Tahap Prakonstruksi

1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh2. Pemanfaatkan tenaga kerja setempat

B. Tahap Konstruksi1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja2. Pembukaan dan pematangan lahan3. Kegiatan Konstruksi Fasilitas Produksi Gas dan Kompleks Kilang LNG4. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur Gas

C. Tahap Operasi1. Penerimaan tenaga kerja2. Pemboran sumur pengembangan3. Penyaluran gas dan kondensat melalui pipa4. Penyaluran kondesat dengan transportasi darat5. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (MS dan BS)6. Operasional Kilang LNG dan fasilitas lainnya7. Pemeliharaan fasilitas produksi (Gas dan LNG)

D. Tahap Pasca Operasi1. Penghentian operasi produksi gas (MS dan BS) dan Kilang LNG2. Demobilisasi peralatan3. Penglepasan Tenaga Kerja

– = dampak negatif+ = dampak positif

Page 186: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-167

PT PERTAMINA EP - PPGM

2.3.2.2. Lingkup Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian

1. Batas Wilayah Studi

a. Batas Proyek

Batas tapak proyek adalah ruang di mana suatu rencana usaha dan/atau kegiatan akan

melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi. Penentuan

batas proyek didasarkan pada rencana pengembangan gas Matindok di lapangan

Donggi, Minahaki, Sukamaju, Matindok dan Maleo Raja dengan luas masing-masing

sekitar 5 ha dan area pembuatan jalan baru dan peningkatan jalan yang sudah ada

dengan panjang kumulatif sekitar 15 km dan lebar 6-8 m ; ROW pipa selebar 20 m dari

dari masing-masing sumur di lapangan menuju ke fasilitas produksi gas dan selanjutnya

gas dari lokasi GPF di Donggi dan Matindok ke lokasi kilang LNG di Batui atau Kintom

dengan panjang total sekitar 60 km (= sekitar 150 ha) yang melewati wilayah

Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui dan lahan untuk lokasi Kilang LNG seluas 200 ha di

Batui.

b. Batas Ekologis

Dalam studi ini batas ekologis meliputi lokasi-lokasi lapangan gas, jalur pipa (darat dan

laut) dan fasilitas Kilang LNG serta wilayah di luarnya yang diperkirakan merupakan

daerah sebaran dampak. Daerah-daerah tersebut terdiri dari area lahan basah berupa

persawahan, daerah perkebunan, hutan dan aliran air tawar dan air laut serta

permukiman penduduk.

Sebaran debu diperkirakan menyebar sejauh 200 m dari kiri-kanan jalur pipa, lokasi

sumur, fasilitas produksi gas dan kilang LNG pada saat kegiatan tahap konstruksi.

Kebisingan dan pencemaran udara tersebar melalui angin yang arah dominannya adalah

ke barat laut ke tenggara dan sebaliknya. Kegiatan proses produksi gas dan gas cair

dari fasilitas produksi gas (BS) di Donggi menyebabkan kebisingan yang diperkirakan

mencapai sejauh 500 m dari pusat kegiatan dan perubahan kualitas udara akibat emisi

gas (tergantung dari kecepatan dan arah angin yang signifikan sehingga melebihi baku

mutu diperkirakan tidak akan melebihi 1 km dari pusat kegiatan. Namun penyebaran

kebisingan dan emisi gas dari Kilang LNG di Batui atau Kintom akan menyebar lebih dari

2 km. Sementara sebaran dampak melalui aliran air akan sangat tergantung dari debit

badan air penerima, diperkirakan akan mencapai 2 km ke arah hilir untuk aliran yang

kecil dan akan tidak akan lebih dari 1 km dari aliran air sungai besar yang terpotong

Page 187: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-168

PT PERTAMINA EP - PPGM

jalur pipa dan dari pipa pembuangan limbah cair dari fasilitas produksi gas dan gas

cair; sedangkan penyebaran dampak sehingga menimbulkan penurunan kualitas air

yang signifikan di perairan laut tidak akan lebih dari 2 km dari sekitar dermaga fasilitas

Kilang LNG. Sementara dampak terhadap satwa liar di SM Bangkiriang tidak akan

melebihi 3 km kanan kiri pipa yang melewati kawasan konservasi tersebut

c. Batas Sosial

Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan berlangsungnya

berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan

(struktur sosial), sesuai dengan dinamika kelompok masyarakat yang diprakirakan

terpengaruh akibat kegiatan Pengembangan Gas Matindok. Justifikasi batas sosial

adalah adanya interaksi masyarakat dengan adanya kegiatan pembebasan lahan untuk

tapak BS, GPF, pipa dan Kilang LNG; pemasangan jalur pipa, pembangunan BS dan

GPF serta pembangunan Kilang LNG serta mobilisasi dan demobilisasi alat/bahan/

personil. Desa yang menjadi batas sosial disajikan pada Tabel 2.41.

d. Batas Administrasi

Batas administrasi adalah wilayah administrasi pemerintahan mulai tingkat

desa/kelurahan dimana kegiatan proyek berlangsung dan berinteraksi secara

kelembagaan atau institusional yang sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasil

pelaksanaan proyek. Nama-nama wilayah administrasi desa/kelurahan yang berinteraksi

langsung dengan rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten

Banggai disajikan pada Tabel 2.42.

2. Batas Waktu Kajian

Dalam proses pelingkupan ini batas waktu kajian yang dirancang untuk kurun waktu

5 tahun, dengan asumsi bahwa rencana kegiatan serupa di wilayah studi yaitu JOB

Pertamina – Medco E & Tomori Sulawesi terealisasi terlebih dahulu dan mempertimbangkan

perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang akan mengalami perubahan cepat

karena berbagai kegiatan lain terkait dengan adanya dua kegiatan pengembangan gas.

Penentuan batas waktu kajian akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan penentuan

perubahan rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan atau dengan

adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Hasil prakiraan dan evaluasi didasarkan atas

perbandingan dinamika atau kecenderungan perubahan lingkungan 5 tahun ke depan bila

tanpa adanya kegiatan ini dengan adanya rencana kegiatan ini.

Page 188: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-169

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.41. Desa/Kelurahan yang Menjadi Batas Sosial KegiatanPengembangan Gas Matindok di Kabupaten BanggaiSulawesi Tengah.

Kecamatan Desa/Kelurahan Justifikasi Batas Sosial

No Nama No NamaJalurpipa

Tapaksumur

TapakBlock

Station

TapakGPF

TapakKilangLNG

Mobilisasi dandemobilisasi peralatan,

material dan tenagakerja

1. Kintom123

PadangTangkiangKalolos

VVv

V* VVV

2. Batui 4 Uso V V** V5 Honbola V6 Lamo V V7 Balantang V V8 Bugis V V9 Batui V V

10 Tolando V V11 Sisipan V V12 Ondo-ondolu I V V13 Nonong V V14 Kayowa V V V15 Masing V V16 Batui IV V V17 Batui 21 V V18 Sukamaju I V V V V19 Bonebalantak V V20 Sinorang V V V V

3. Toili 21 Mulyoharjo V V22 Argo Kencana V V V V23 Minahaki V V V V24 Rusa Kencana V V V V25 Agro Estate V V26 Singkoyo V V27 Tolisu V V28 Bukit Jaya V V

4. Toili Barat 29 Uwelolu V V30 Pandan Wangi V V V31 Dongin V V V32 Kamiwangi V V V33 Sendang Sari V V V34 Bukit Makarti V V35 Bukit Harapan V V36 Makapa V V V V37 Karya Makmur V V V

Keterangan: *: Lokasi LNG alternatif 1; **: Lokasi LNG alternatif 2

Page 189: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-170

PT PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 2.42. Desa/Kelurahan yang Menjadi Batas Administrasi KegiatanPengembanga Gas Matindok di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

Kecamatan Desa/kelurahan

No. Nama No Nama

1. Kintom 123

PadangTangkiangKalalos

2. Batui 4 Uso5 Honbola6 Lamo7 Balantang8 Bugis9 Batui10 Tolando11 Sisipan12 Ondo-ondolu I13 Nonong14 Kayowa15 Masing16 Batui IV17 Batui 2118 Sukamaju I19 Bonebalantak20 Sinorang

3. Toili 21 Mulyoharjo22 Argo Kencana23 Minahaki24 Rusa Kencana25 Agro Estate26 Singkoyo27 Tolisu28 Bukit Jaya

4. Toili Barat 29 Uwelolu30 Pandan Wangi31 Dongin32 Kamiwangi33 Sendang Sari34 Bukit Makarti35 Bukit Harapan36 Makapa37 Karya Makmur

Resultante dari batas tapak proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administrasi

merupakan batas wilayah studi, seperti yang disajikan pada Gambar 2.32.

Page 190: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok II-171

PT PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 2.32. Peta Batas Wilayah Studi AMDAL

Page 191: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-1

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Bab-3METODE STUDI

3.1. METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

Tujuan pengumpulan dan analisis data:

1. Menelaah, mengamati, mengukur parameter lingkungan yang diperkirakan akan

terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek,

2. Menentukan kualitas lingkungan dari berbagai parameter yang yang diperkirakan akan

terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek,

3. Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang diperkirakan

akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan hidup sekitarnya,

4. Memprakirakan perubahan kualitas lingkungan hidup awal akibat kegiatan proyek.

Secara umum lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi tapak proyek, serta

beberapa lokasi di sekitar tapak proyek yang diperkirakan akan terkena sebaran dampak.

Dengan cara ini kondisi atau rona lingkungan hidup awal pada lokasi-lokasi calon penerima

dampak dapat terukur/teramati, sehingga nantinya besaran dampak di wilayah studi dapat

diprakirakan.

Komponen lingkungan dan parameter yang harus diamati, diukur dan dicatat beserta metode

pengumpulan dan analisis datanya diuraikan sebagai berikut.

Page 192: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-2

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia

Komponen lingkungan geo-fisik-kimia yang ditelaah dalam studi ini meliputi :

1. Iklim (suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan angin, curah hujan dan intensitas

penyinaran matahari), kualitas udara ambien, kebisingan, kebauan dan getaran

2. Fisiografi dan geologi

3. Hidrologi, kualitas dan kuantitas air

4. Hidrooceanografi

5. Ruang, lahan dan tanah

3.1.1.1. Iklim, kualitas udara ambien, kebisingan dan getaran

3.1.1.1.1. Iklim

Komponen lingkungan hidup yang akan ditelaah antara lain: suhu, kelembaban, curah hujan,

arah dan kecepatan angin.

1) Metode pengumpulan data

Pengambilan data iklim dilakukan pada Stasiun Klimatologi Bubung di Luwuk/Toili Kabupaten

Banggai yang ada di daerah penelitian dengan periode pencatatan selama 10 tahun terakhir.

Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa selama 10 tahun pencatatan data iklim tersebut hasil

analisisnya dapat digunakan untuk mengetahui kondisi iklim daerah penelitian. Parameter-

parameter iklim yang dikumpulkan meliputi:

Suhu udara

Data suhu udara dikumpulkan dari stasiun meteorologi terdekat, selain itu suhu udara

diukur langsung di beberapa lokasi (tercantum pada peta lokasi pengambilan/pengukuran

sampel). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan thermometer bola kering dan

thermometer untuk suhu maksimum dan minimum.

Kelembaban

Data kelembaban akan dikumpulkan dari data sekunder hasil pencatatan stasiun

meteorologi terdekat. Selain itu pengukuran akan dilakukan langsung dengan alat

Termohygrometer.

Page 193: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-3

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Angin

Data arah dan kecepatan angin dalam serangkaian waktu (time series) akan dikumpulkan

dari stasiun meteorologi terdekat. Data yang diperoleh kemudian akan diolah untuk

memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola wind rose yang diperoleh akan

digunakan untuk memprakirakan arah dan tingkat pencemaran udara.

Curah hujan

Data curah hujan dikumpulkan dengan mencatat data hujan dari stasiun-stasiun penakar

hujan yang ada di wilayah studi untuk periode 10 tahun terakhir untuk mengetahui hujan

rata-rata tahunan dan tipe curah hujannya.

2) Metode analisis data

Suhu dan kelembaban udara

Analisis data suhu udara dan kelembaban akan dilakukan dengan menetapkan suhu rata-

rata, suhu maksimum dan minimum, kelembaban rata-rata dan kelembaban maksimum

dan minimum. Sedangkan untuk menghitung suhu rata-rata dan kelembaban rata-rata

udara dilakukan dengan menghitung suhu dan kelembanan rata-rata secara aritmatik. Hal

ini didasarkan pada kenyataan bahwa wilayah yang akan dilalui jalur pipa adalah daerah

dengan topografi relatif datar pada dataran rendah (low land).

Angin

Data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pengukuran arah dan kecepatan angin

kemudian diolah untuk memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola wind rose yang

diperoleh akan digunakan untuk memprakirakan arah dan kecepatan angin dominan.

Curah hujan

Dengan memperhatikan topografi yang relatif datar, maka perhitungan tebal hujan rata-

rata daerah penelitian menggunakan metode Poligon Thiessen. Metode Poligon Thiessen

dipergunakan untuk menghitung hujan rata-rata dengan cara membuat poligon yang

mewakili luas persebaran hujan masing-masing stasiun pencatat hujan. Dari masing-

masing stasiun hujan dihubungkan satu sama lain dengan garis. Pada garis penghubung

tersebut ditarik garis tegaklurus pada titik tengahnya sehingga garis-garis yang tegak

lurus tersebut akan berpotongan pada suatu titik. Dari banyak perpotong garis pada titik-

titik di antara tiga stasiun pencatat hujan tersebut akan membentuk suatu poligon yang

banyak seperti Gambar 3.1.

Page 194: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

PT. PERTAMINA EP - PPGM

A3A2

A1

A5 A4

Gambar 3.1. Poligon Thiessen

Catatan: P1 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 1P2 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 2P3 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 3P4 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 4P5 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 5A1 : Luas daerah poligon 1A2 : Luas daerah poligon 2A3 : Luas daerah poligon 3A4 : Luas daerah poligon 4A5 : Luas daerah poligon 5An : Luas daerah poligon ke nP : Curah hujan rata-rata daerah penelitian

A1.P1 + A2.P2 + A3.P3 + A4.P4 + A5.P5 + .... +An.Pn

P =A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + An

Penetapan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951) menggunakan rasio atau

nisbah nilai Q, yaitu perbandingan antara jumlah rerata bulan kering dengan jumlah

rerata bulan basah. Persamaannya adalah sebagai berikut:

Jumlah rata-rata bulan keringQ =

Jumlah rata-rata bulan basah

P2▪ ▪P3

▪P1

▪P4

▪P1

III-4

x 100%

Page 195: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-5

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Penetapan bulan kering dan bulan basah, dicari dengan menghitung adanya bulan kering

dan bulan basah setiap tahunnya, kemudian dijumlah untuk jumlah tahun pencatatan

dan kemudian dirata-ratakan. Bulan kering terjadi apabila curah hujan < 60 mm/bulan,

dan bulan basah terjadi apabila curah hujan >100 mm/bulan, sedangkan curah hujan

antara 60 - 100 mm/bulan dikatakan bulan lembab. Tabel 3.1 dan Gambar 3.2

berikut menyajikan penggolongan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson

mendasarkan nilai Q.

Tabel 3.1. Penggolongan Tipe Iklim

No Tipe Iklim Q (dalam %) Keterangan

12345678

ABCDEFGH

0 – 14,314,3 – 33,333,3 – 60,0

60,0 - 100,0100 - 167,0167,0 – 300,0300,0 – 700,0

> 700,0

Sangat basahBasahAgak basahSedangAgak keringKeringSangat keringAmat sangat kering

Sumber: Schmidt dan fergusson (1951)

Gambar 3.2. Grafik Penentuan Tipe Hujan MenurutSchmidt dan Fergusson (1951)

12 H

A

D

B

C

E

F

G

12

34

56

7

8

910

11

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 120

Jumlah rata-rata bulan basah

Jum

lah

rata

-rat

abu

lan

keri

ng

Page 196: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-6

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.1.1.2. Kualitas udara dan kebisingan

a. Metode pengumpulan data

Penentuan titik/lokasi sampling didasarkan atas pertimbangan arah dan kecepatan angin

yang dihubungkan dengan tapak rencana kegiatan. Data kualitas udara, kebisingan, dan

kebauan merupakan data primer yang akan dikumpulkan langsung di lapangan, akan diambil

dari lokasi rencana pembuatan sumur pengembangan, BS, GPF di Kayowa, Kilang LNG,

maupun pembangunan pipa transmisi gas (pipeline).

Parameter yang dikumpulkan untuk kualitas udara dan kebisingan meliputi :

1) Kualitas udara ambien

Parameter kualitas udara ambien yang akan diteliti sesuai dengan Peraturan Pemerintah

No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Parameter yang dianalisis

pada jalur pemasangan pipa adalah debu TSP, sedangkan pada sumur pemboran, dan

LNG Plant meliputi paramater diantaranya ; SO2 (sulfur dioksida), CO (karbon monoksida),

NO2 (nitrogen dioksida), O3, dan TSP (debu).

2) Kebisingan

Kebisingan akan diukur secara langsung dengan menggunakan alat Sound Level Meter di

lokasi yang sama dengan lokasi pengukuran/pengambilan sampel udara ambien. Baku

mutu tingkat kebisingan diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.

Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.

b. Metode analisis data

Analisis kualitas udara akan dilakukan dengan cara menghitung sesuai Indeks Standar

Pencemaran Udara (ISPU). Tabel 3.2 menyajikan parameter-parameter, metode

pengumpulan dan analisis data untuk kualitas udara dan kebisingan.

Page 197: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-7

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.2. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data untuk KualitasUdara dan Kebisingan

No Parameter Metode Analisis Peralatan SumberMetode

Analisis Data Keterangan

1 Kualitas UdaraSO2

CONO2

PM10

TSPO3

PararosanilinNDIRSaltzmanGravimetriGravimetriChemiluminescent

SpektrofotometerNDIR AnalyzerSpektrofotometerHi-VolHi-VolSpektrofotometer

PP No. 41 tahun1999 tentang BakuMutu Udara AmbienNasional

MenggunakanPedoman ISPU:Kep.Men. LH No. 45tahun 1997 dan Kep.Ka BAPEDAL No. 107tahun 1997

Hasil perhitungandikonversi menjadiskala kualitaslingkungan

2 Kebisingan Sound Level Meter Kep.Men. LH No. 48tahun 1996 tentangBaku TingkatKebisingan

Sesuai denganKep.Men. LH No. 48tahun 1996 tentangBaku TingkatKebisingan

Hasil perhitungandikonversi menjadiskala kualitaslingkungan

3.1.1.2. Fisiografi dan Geologi

1) Fisiografi

a. Metode pengumpulan data

Data kondisi fisiografi mencakup konfigurasi permukaan bumi yang lebih menekankan

data bentuklahan dan proses geomorfologi yang terjadi. Pengumpulan data yang

dilaksanakan dengan menggunakan metode observasi yakni langsung melakukan

pengamatan, pengukuran dan pencatatan parameter-parameter bentuk lahan mencakup

topografi, lereng, material dan proses geomorfologi yang bekerja. Selain itu data

sekunder konfigurasi permukaan bumi disadap dari peta topografi sebagai sumber data

untuk digunakan dalam mengkaji fisiografi daerah penelitian yaitu di tapak BS, GPF,

Kilang LNG, sumur, jalur pipa dan sekitarnya.

b. Metode analisis data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif

observasional. Informasi kemiringan lereng diperoleh dari data sekunder berupa Peta

Kemiringan Lereng yang telah ada. Ceking lapangan dilakukan untuk memperbaiki

dan/atau merevisi peta lereng yang telah ada dengan melakukan pengukuran kemiringan

lereng di lapangan menggunakan abney level dan kompas geologi. Apabila belum ada

peta lereng, maka akan dibuat peta lereng dengan data pokok dari Peta Rupa Bumi.

Dengan menggunakan Peta Rupa Bumi skala 1:25.000, Peta Lereng Daerah Penelitian

Peta Kemiringan Lereng dapat dibuat dengan metode Thornwhite (grid system).

Page 198: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-8

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Berikut metode analisis kemiringan lereng menggunakan Peta Rupa Bumi:

peta dibagi kedalam beberapa grid

masing-masing grid ditarik garis diagonal yang paling banyak terpotong oleh garis

tinggi (kontur)

hitung panjang diagonal (L) dan jumlah kontur yang terpotong oleh diagonal (N).

Hitung dengan menggunakan rumus:

(N-1) x Ci= ------------- x 100%

L

Catatan : = besar lereng (%)N = jumlah kontur yang terpotong diagonalCi = kontur interval ( 12,5 m untuk Peta Rupa Bumi skala

1:25.000 dan 25 m untuk skala 1:50.000)L = panjang diagonal (m)

Dengan diperolehnya data kemiringan lereng masing-masing grid maka peta lereng dapat

disusun berdasarkan nilai kemiringan lereng tersebut. Hasil pemetaan kemudian dicek di

lapangan dengan melakukan pengukuran di beberapa lokasi sampel, hasilnya kemudian

dianalisis untuk mengetahui klas kemiringan lereng dan topografi daerah penelitian.

Tabel 3.3. Aspek-Aspek Relief yang Merupakan Gabungan yang EratAntara Topografi, Kemiringan Lereng dan Beda Tinggi Relatif

No Unit Relief Lereng (%) Beda Tinggi Relatif (m)1234567

Topografi datar – hampir datarTopografi berombak/landaiTopografi bergelombang/ miringTopografi bergelombang–berbukit/agak curamPerbukitan curam/ lereng curamPegunungan curam terkikis/sangat terjalPegunungan/amat sangat terjal

0-23-7

8-1314-2021-55

156-140>140

< 55-5025-7550-200200-500

500-1000>1000

Sumber: Van Zuidam, R.A and Zuidam Cancelado, 1979.

2) Geologi

a. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data geologi meliputi jenis batuan, struktur geologi dan stratigrafi dilakukan

dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan

metode observasi lapangan yakni mengamati, melihat, mengukur dan mencatat

fenomena geologi, batuan di lapangan tapak BS, GPF, Kilang LNG, sumur, jalur pipa dan

sekitarnya. Data sekunder berupa data dari laporan hasil penelitian terdahulu dan dari

peta-peta geologi daerah setempat.

b. Analisis data

Teknik analisis yang digunakan menggunakan teknik analisis deskriptif secara langsung di

lapangan dan bantuan data sekunder untuk mendeskripsikan kondisi geologi setempat.

Page 199: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-9

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.4. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Fisiografi, Tanah dan Geologi

No Parameter Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Keterangan

1. Topografi Parameter-parameter yang terukur juga digunakan dalamanalisis kestabilan lereng

a. Posisi Pengukuran langsung dengan GPS Manual hasil pencatatan posisi dg GPS Parameter-parameter yang terukur diplotkan langsungpada peta

b. Kelerengan Pengukuran langsung menggunakankompas terkalibrasiPengukuran/pembuatan peta lerengdari Peta Rupa Bumi

Perhitungan dengan metode Thornwhite(Grid System)

Parameter-parameter yang terukur diplotkan langsungpada peta sebagai ceking hasil perhitungan dari konturPeta Rupa Bumi

c. Relief Pengukuran langsung menggunakankompas geologi

Hubungan antara kemiringan lerengdengan beda tinggi lokal

Parameter-parameter yang terukur diplotkan langsungpada peta

2. Struktur geologi Parameter-parameter yang terukur juga digunakan dalamanalisis kestabilan geologi

a. Posisi Pengukuran langsung dengan GPS Parameter-parameter yang terukur diplotkan langsungpada peta

3 Batuan Parameter-parameter yang terukur juga digunakan dalamanalisis kestabilan geologi

a. Jenis Observasi Analisis makroskopis petrolografib. Posisi Pengukuran langsung dengan GPS Parameter-parameter yang terukur diplotkan langsung

pada peta4. Jenis tanah Pemboran tanah dengan hand auger

(bor tangan) untuk ambil sampeltanah

Analisis laboratorium (tekstur, struktur,kandungan bahan organik) denganmengunakan teknik segitiga tekstur USDA

Parameter-parameter terukur juga digunakan dalamanalisis kestabilan tanah (erosi)

a. Sifat-sifat fisik Deskripsi dan analisis ukuran batir Analisis langsung lapangan (kedalamansolum, warna, pH, struktur) dan analisalaboratorium (Kandungan N,P,K, B.O., dll)

Mencakup parameter-parameter untuk analisis erosi yaitutekstur, struktur dan kandungan bahan organik

b. Permeabilitas danporositas

Deskripsi dan tes permeabilitas insitu Analisis laboratorium Mencatat tingkat permeabilitas tanah (lambat, sedang,cepat).

c. Kesuburan tanah Pengambilan sampel tanah denganhand auger saat melakukanpemboran tanah

Analisis kesuburan tanah terhadapparameter penentu kesuburan tanah

Parameter penentu kesuburan terukur digunakan untukanalisis kesuburan tanah

Page 200: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-10

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.1.3. Hidrologi dan Kualitas Air

3.1.1.3.1. Hidrologi

a. Metode pengumpulan data

Lingkup studi komponen lingkungan hidrologi meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

1) Hidrologi/air permukaan

a. Karakteristik fisik sungai, danau dan rawa

b. Rata-rata debit dekade, bulanan dan tahunan

c. Kadar sedimentasi (lumpur), tingkat erosi

d. Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah

e. Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air

2) Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air

Tabel 3.5. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Hidrologi

No ParameterMetode Pengumpulan

Data Metode Analisis Data Keterangan

A Hidrologi/Air Permukaan1. Karakteristik fisik

sungai1.a. Pola alur sungai Berdasar peta rupa bumi

skala 1:25.000 danobservasi cek lapangan

Analisis secara deskriptifterhadap pola aliran sungai(drentitik, paralel, trelis,rektangular dll)

Dari pola alur sungai dapatmemberikan informasi tentangstruktur geologi dan jenisbatuan.

1.b. Pola drainase Observasi visual dari petarupa bumi skala 1:25.000Dan interview serta datasekunder aliran

Obsrvasi dan analisis datasekunder tentang keajeganaliran sungai sepanjangtahun.

1.c. Kerapatan drainase Pengukuran pada peta daripeta rupa bumi skala1:25.000

Analisis KerapatanDrainase dengan rumus:Dd= L / ADd= Kerapatan drainase(km/km2)L= Panjang seluruh alursungai (km)A = Luas DAS (km2)

Nilai Dd dapat digunakan untukmemberikan informasi tentangkondisi pengatusan (drainage)apakah pengatusannya : jelek,sedang atau baik, danintensitas proses torehanakibat erosi pada lokasitersebut

1.d. Kondisi dasar sungai Observasi visual lapangan Deskriptif observasional Dapat memberikan informasibagaimana sedimen transportsungai tersebut.

Page 201: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-11

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.5. Lanjutan

No ParameterMetode Pengumpulan

Data Metode Analisis Data Keterangan

1.e. Prakiraan ketinggianmuka air sungaimaksimum

Pengukuran dengan jalanatau tongkat berskala dilapangan, atau tanayakepada penduduksetempat

Deskriptif observasional

1.f. Kedalaman sungairata rata

Pengukuran dengan jalanatau tongkat berskala dilapangan

Deskriptif observasional

1.h. Lebar sungai rata-rata

Pengukuran dengan pitaukur di lapangan

1.i. Kemiringan dindingsungai

Pengukuran dengan abneylevel atau kompas geologi

Visual dan deskriptif

1.j. Kondisi banjir Data sekunder Deskripsif observasional Data yang dikumpulkan antaralain, periodisasi banjir, lokasi-lokasi banjir, luasan areabanjir

2 Debit/DischargeSungai

Data sekunderDan data primer

MatematikQ = V * A

Data debit dekade, bulanan,tahunan

3. Debit aliranpermukan

Metode rasionalData primer

MatematikR = 0,028C.I.A(m3/dt)

Butuh data hujan, luas daerahdan data penutup lahan

4. Kualitas airpermukaan *)

Menerapkan StandardMethods for TheExamination of Water andWastes Water, APHA, edisike 20, tahun 200. BakuMutu Air yang akandipergunakan adalah PPNo. 82 tahun 2001.

Menerapkan NationalSanitation Foundation’sWater Quality Index (NSF-WQI), (Ott, 1998).

Pengukuran parameter fisikseperti suhu, pH, TDS, DO danDHL dilakukan langsung dilapangan (in situmeasurement)

5. Tingkat erosi Observasi visual, peta rupabumi, kemiringan danpanjang lereng, sifat fisiktanah, data hujan

USLE MethodA = R.K.L.C.P (ton/ha/th)

Pengukuran parameter erosidilakukan di lapangan dananalisis laboratorium

Page 202: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-12

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.5. Lanjutan

No ParameterMetode Pengumpulan

Data Metode Analisis Data Keterangan

6. Kondisi fisik daerahresapan

6.a. Topografi Observasi visual danpengukuran langsung dilapangan dan peta rupabumi

Analisis morfologi (kaitanlereng dengan relief)

Data ini didapatkan padasurvei komponen fisiografi

6.b. Air larian permukaan(run off)

Observasi visual danpengukuran luas DAS padapeta dengan planimeter

Persamaan empiris denganrumus Q = 0,028.C.I.A.(Rational equation)

Lokasi dimana terjadipembukaan lahan (tapaksumur, jalur pipa dll.

B. Tingkat penyedia-an dan kebutuhan/pemanfaatan air

Data sekunder Perhitungan tingkatkebutuhan/pemanfaatanair dihitung berdasarkanrata-rata penggunaanvolume air per satuan luaslahan untuk pertanian,rata-rata penggunaan airuntuk industri, dan rata-rata penggunaan air untukkegiatan lainnya

Masing-masing komponen dan paramerter lingkungan yang diprakirakan terkena dampak

tersebut akan dikumpulkan baik dari lapangan maupun instansi terkait, dengan rencana lokasi

pengambilan sampel disajikan pada Peta Rencana Lokasi Pengambilan Sampel, yang selanjutnya

akan dianalisis untuk menentukan skala Kualitas Lingkungannya.

Page 203: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-13

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.1.3.2. Kualitas Air

1) Kualitas air tanah

Untuk mengetahui kualitas air tanah pada lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran

terhadap kualitas air sumur penduduk. Pengambilan sampel air tanah untuk penelitian ini

dilakukan di sekitar lokasi rencana tapak sumur, LNG Plant, pembuatan dermaga, dan jalur

pemipaan. Jumlah lokasi pengambilan sampel sebanyak 22 buah (GW-1 s/d GW-22). Cara

pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990. Parameter-parameter kualitas air tanah yang

akan diukur disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Parameter Kualitas Air Tanah/Sumur yang akan Diukur(sesuai PERMENKES 907/MENKES/SK/VII/2002)

No. Parameter

1 Antimony2 Air raksa (Hg)3 Arsenic (As)4 Barium (Ba)5 Boron (Bo)6 Cadmium (Cd)7 Kromium (Cr)8 Tembaga (Cu)9 Sianida (CN)10 Fluorida (F)11 Timah (Pb)12 Nikel (Ni)13 Nitrat (NO3)14 Nitrit (NO2)15 Selenium (Se)16 Amonia (NH3)17 Alumunium (Al)18 Klorida (Cl)-

19 Tembaga (Cu)20 Kesadahan (Ca CO3)21 Hidrogen Sulfida (H2S)22 Besi (Fe)23 Mangan (Mn)24 pH25 Sodium (Na)26 Sulfat (SO4)27 TDS28 Seng (Zn)29 Kekeruhan30 E. Coli31 Fecal coli32 Suhu33 Total zat padat terlarut (TDS)

Page 204: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-14

PT. PERTAMINA EP - PPGM

2) Kualitas air permukaan

Untuk mengetahui kualitas air permukaan (air sungai) pada lokasi penelitian, maka dilakukan

pengukuran terhadap kualitas air permukaan. Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi

kualitas air sungai berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Kep.Men LH No. 37 Tahun

2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air

Permukaan. Pengambilan sampel air permukaan untuk penelitian ini dilakukan di sungai-

sungai terdekat yang terpengaruh oleh kegiatan di BS, GPF, Kilang LNG, sumur dan jalur pipa

dan sekitarnya. Parameter-parameter kualitas air permukaan yang akan diukur disajikan

pada tabel berikut.

Tabel 3.7. Parameter Kualitas Air Permukaan yang akan Diukur(sesuai PP RI No. 82 Tahun 2001)

No. Parameter

1 pH2 DO3 Kekeruhan4 DHL5 BOD6 COD7 Total fosfat sebagai P8 NO39 NH310 Kobalt (Co)11 Barium (Ba)12 Boron (Bo)13 Kadmium (Cd)14 Khrom (VI)15 Tembaga (Cu)16 Besi (Fe)17 Timbal (Pb)18 Mangan (Mn)19 Air Raksa (Hg)20 Seng (Zn)21 Khlorida (Cl)22 Sianida (CN)23 Fluorida (F)24 Nitrit (NO2)25 Sulfat (SO4)26 Khlorin bebas27 Belerang sbg H2S28 Minyak dan Lemak29 Detergen30 Residu Terlarut31 Residu Tersuspensi32 Total Coliform33 Fecal Coliform

Page 205: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-15

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Lokasi pengambilan sampel ditetapkan pada lokasi tapak proyek dan sekitarnya yang

diprakirakan akan terkena dampak kegiatan proyek. Penetapan lokasi ini juga

mempertimbangkan:

1. Kemiringan topografi daerah aliran sungai dan daerah resapan,

2. Arah aliran sungai,

3. Arah aliran air tanah.

Pengambilan sampel air tanah akan dilakukan pada 10 titik/lokasi yang didasarkan pada

perbedaan jenis tanah dan pertimbangan lain, yaitu kemungkinan sebidang tanah tercemar

oleh limbah pemboran, sedangkan sampel air sungai akan diambil di 6 lokasi. Titik-titik

lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Peta Lokasi Pengambilan Sampel

(Gambar 3.3), sedangkan justifikasi penentuan lokasi tersebut diuraikan sebagai berikut:

Justifikasi lokasi pengukuran debit sungai di sekitar tapak proyek

Pengukuran debit sungai dilakukan pada muara-muara sungai-sungai minor yang

mensuplai air dan sedimen ke dalam Sungai yang terpengaruh oleh GPF, BS, Kilang LNG,

sumur, jalur pipa dan sekitarnya. Debit memiliki hubungan erat dengan jumlah sedimen

yang dibawanya. Dengan mengetahui besarnya debit aliran maka dapat diperkirakan

besarnya beban debit dari sungai tersebut, sehingga dapat diprakirakan pasokan debit ke

daerah hilir yang memungkinkan dapat terjadinya banjir.

Hal ini penting dilakukan karena diperkirakan selama pekerjaan proyek, erosi akan

semakin besar sehingga sedimen yang terbawa oleh air akan semakin banyak dan beban

sedimen yang masuk kedalam sungai-sungai itu akan semakin besar.

Justifikasi lokasi pengukuran debit sungai di sepanjang jalur pipa

Pengukuran debit sungai ditujukan untuk mengetahui volume air sungai yang tersedia

sepanjang tahun. Lokasi pengukuran dilakukan pada upstream dan downstream sungai.

Tujuan utama pengukuran ini untuk mengetahui jumlah volume air in reservoir (Qin –

Qout), sehingga prediksi akibat pengambilan air sungai ini serta perkiraan volume air

yang boleh diambil dapat dilakukan. Sungai-sungai yang akan diambil debitnya adalah

sungai terdekat yang memenuhi syarat.

Page 206: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-16

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Justifikasi lokasi sampling kualitas air sungai

Lokasi sampling kualitas air sungai, ditetapkan sedemikian rupa dengan tujuan utama

untuk mengetahui kondisi kualitas air sungai sebelum pelaksanaan proyek. Lokasi utama

pengambilan sampel air sungai dilakukan pada Sungai yang terpengaruh oleh GPF, BS,

Kilang LNG, sumur dan jalur pipa. Lokasi sampling ditetapkan pada posisi hulu, tengah

dan hilir sungai sehingga kondisi kualitas alamiah air sungai dan interaksinya dengan tata

guna air sekitar dapat diketahui.

Justifikasi lokasi sampling kualitas air tanah

Lokasi sampling kualitas airtanah ditetapkan sedemikian rupa dengan tujuan utama untuk

mengetahui kondisi kualitas airtanah dangkal sebelum pelaksanaan proyek. Lokasi utama

pengambilan sampel air tanah adalah di area rencana GPF, BS, Kilang LNG, sumur dan

jalur pipa. Di area rencana tapak proyek lokasi sampling ditentukan dengan menggunakan

prinsip purposive sampling yang mewakili kondisi daerah upstream dan downstream aliran

airtanah. Tujuannya agar perubahan kualitas dari daerah upstream ke downstream dapat

termonitor, sehingga diketahui pengaruh lingkungan saat ini terhadap perubahan kondisi

kualitas airtanah dangkal sebelum proyek. Pada lokasi-lokasi sepanjang pipa, tujuan

utamanya adalah mengetahui kondisi awal kualitas airtanah di daerah ini sebelum

keberadaan pipa penyalur gas.

b. Metode analisis data

Parameter yang telah diukur/diamati dan dicatat kemudian dianalisis dengan metode seperti

yang diuraikan dalam Tabel 3.8.

Page 207: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-17

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.8. Parameter, Teknik Pengujian, Spesifikasi MetodePengujian Kualitas Air

No Parameter Teknik PengujianSpesifikasi

MetodePengujian1 Amonium Spektrofotometri dengan Nessler SNI 06-2479-19912 Besi Spektrometri serapan atom SNI 06-2523-19913 BOD Inkubasi Winkler SNI 06-2503-19914 COD Refluk secara tertutup SNI 06-2504-19915 Fenol Spektrofotometri dengan aminoantipirin SNI 19-1656-19896 Krom Spektrometri serapan atom SNI 06-2511-19917 Kadmium Spektrometri serapan atom SIN-06-2465-19918 Minyak dan lemak Ekstraksi dengan petroleum eter SNI 19-1660-19899 Nitrat Spektrofotometri dengan brusin sulfat SNI 06-2480-199110 Nitrit Spektrofotometri dengan Asam sulfanilat SNI 06-2484-199111 Perak Spektrometri serapan atom SNI 06-4162-199612 Sulfida Spektrofotometri dengan para aminodimetil anilin SNI 19-1664-198913 Sianida Titrimetri dan kolorimetri SNI 19-1504-198914 Seng Spektrometri serapan atom SNI 06-2507-1991

Sumber : Kepmen LH No. 37 tahun 2003

Berikut ini disajikan persamaan-persamaan matematik untuk menghitung besar data debit,

sedimen transport total dan erosi dari metode analisis data hidrologi, suspensi dan parameter

erosi.

1. Pengukuran debit sungai dan debit aliran permukaan

a. Pengukuran langsung lapangan

Data debit, terutama diperoleh dari data sekunder dari instansi terkait (Bappeda

Kabupaten Banggai (2006) yang telah ada dengan pencatatan data jangka panjang,

sedangkan data pengukuran debit secara langsung dilakukan untuk ceking kondisi

debit tetapi sifatnya hanya debit sesaat.

Pengukuran debit sungai dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Lebar sungai di lokasi pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.

2) Masing-masing seksi diukur kedalaman airnya, kemudian diukur kecepatan aliran

air sungai pada kedalaman tertentu (0,2 dan 0,8 dari kedalaman air sungai) dengan

”current meter”, dan selanjutnya dihitung luas penampang masing-masing seksi.

3) Debit sungai dihitung dengan mengkalikan kecepatan aliran dengan luas

penampang masing-masing seksi.

4) Debit total air sungai adalah jumlah seluruh debit masing-masing seksi dalam

penampang sungai tersebut, dengan rumus sebagai berikut:

Catatan :Qw = debit total sungai (m3/detik)Q = debit masing-masing seksi penampang sungai (m3/detik)n = banyaknya seksi pengukuran

n

q

QnQw1

Page 208: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-18

PT. PERTAMINA EP - PPGM

b. Rational Method

Perhitungan debit aliran permukan dengan menggunakan rumus rasional (empiris)

sebagai berikut:

R = 0,028C.I.A

Dimana : R = Debit larian air permukaanC = Koefisien aliran permukaanI = Intensitas hujan (mm/jam)A = Luas area/wilayah DAS (Ha)

Sumber: Sitanala Arsyad, 1989

2. Prakiraan besar erosiPrakiraan besar erosi dilakukan dengan rumus empris dari United Soil Loss Equation(USLE) yaitu:

E = R.K.L.S.C.P

Dimana : E = Soil loss (ton/ha/tahun) S = Faktor kemiringan lerengR = Faktor erosivitas hujan C = Faktor jenis tutupan lahanK = Faktor erodibilitas hujan P = Faktor konservasi tanahL = Faktor panjang lereng

3.1.1.4. Hidro-oseanografi

1) Metode pengumpulan data

Pengumpulan data lingkungan dilakukan melalui pemetikan data primer dan pengumpulan

data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan di perairan laut di sekitar sumur lepas

pantai di sekitar dermaga dalam kompleks kilang LNG dengan pengambilan sampel yang

kemudian diuji di laboratorium atau pengukuran langsung. Parameter hidro-oseanografi yang

diukur/diamati meliputi:

a. Batimetri

Data hidrometri diperoleh dari data sekunder berupa peta yang dikeluarkan DISHIDROS

maupun hasil pengukuran/pemetaan/kajian/studi terdahulu. Data batimetri diperlukan

untuk mengkaji dampak yang terjadi dari kegiatan pembangunan dermaga dan pemboran

sumur lepas pantai.

Page 209: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-19

PT. PERTAMINA EP - PPGM

b. Pasang surut

Data pasang surut diperoleh dari data sekunder hasil pengukuran terdahulu yang telah

dipakai untuk penyusunan design FSO maupun fasilitas pantai. Selain itu, data sekunder

dari DISHIDROS juga dapat digunakan. Data pasang surut diperlukan untuk pemodelan

hidrodinamika, untuk mengetahui kisaran kedalaman perairan dan prakiraan dampak

kegiatan konstruksi pembangunan dermaga dan pemboran sumur lepas pantai. Pasang

surut diamati setiap interval satu jam selama minimal 15 hari.

c. Arus

Data arus didasarkan pada data sekunder DISHIDROS dan dari studi terdahulu. Selama

pengambilan sampel juga dilakukan pengukuran arus di lokasi pengambilan sampel

selama minimal tiga hari. Pengukuran dilakukan dengan current meter pada kedalaman

0,2; 0,6 dan 0,8 kali kedalaman untuk mendapatkan arah dan kecepatan rata-rata sesaat.

Data arus diperlukan untuk memperkirakan kegiatan konstruksi pembangunan dermaga

dan pemboran sumur lepas pantai.

d. Gelombang

Sama halnya dengan data arus, data gelombang juga didasarkan pada data sekunder dari

kajian-kajian yang pernah dilakukan di sekitar lokasi.

e. Temperatur air

Parameter temperatur air diukur pada saat pengambilan sampel dengan termometer

lapangan. Untuk mendapatkan keadaan temperatur dalam rentang waktu yang lebih

panjang, data sekunder hasil pengukuran/studi yang lampau akan digunakan.

f. Kualitas air laut

Untuk mengetahui kualitas air laut di lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran

terhadap kualitas air laut. Evaluasi kualitas air laut berpedoman pada Keputusan MENLH

No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Lampiran I untuk Perairan Pelabuhan.

Pengambilan sampel air permukaan untuk penelitian ini dilakukan di sekitar lokasi rencana

pembangunan dermaga. Parameter-parameter kualitas air laut yang akan diukur disajikan

pada Tabel 3.9.

g. Salinitas

Salinitas pada saat pengambilan sampel diukur dengan salinometer. Sedangkan variasi

salinitas dalam jangka panjang akan didasarkan pada kajian data sekunder.

Page 210: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-20

PT. PERTAMINA EP - PPGM

h. Keadaan dasar perairan

Keadaan dasar perairan diamati dengan pengambilan sedimen dasar menggunakan grab

sampler dan sonar di sekitar lokasi sumur pemboran lepas pantai dan lokasi dermaga.

Selain itu juga dilakukan penyelaman untuk mencek keadaan dasar laut.

Tabel 3.9. Parameter Kualitas Air Laut untuk Perairan Pelabuhan(sesuai dengan KEPMENLH No. 51 Tahun 2004)

No. Parameter

1 Kecerahan2 Padatan tersuspensi total3 Suhu4 Ph5 Salinitas6 Amonia total (NH3)7 Sulfida (H2S)8 Hidrokarbon total9 Senyawa Fenol total10 PCB (poliklor bifenil)11 Surfaktan (Deterjen)12 Minyak dan lemak13 Suhu14 Cadmium (Cd)15 Tembaga (Cu)16 Timbal (Pb)17 Seng (Zn)18 Coliform (total)19 Kekeruhan20 BOD521 DO

Lokasi pengumpulan data meliputi zona pantai, yaitu kurang lebih 2 km ke arah kanan

dan kiri rencana pembangunan dermaga (dalam Kompleks Kilang LNG).

Pemilihan lokasi pengumpulan data didasarkan pada pertimbangan berikut:

Lokasi yang paling potensial mengalami dampak, yaitu lokasi tapak proyek.

Lokasi yang potensial terkena sebaran dampak.

Selain itu pendekatan analogi berdasarkan kondisi hidro-oseanografi di lokasi lain yang

relatif masih dekat dengan lokasi calon tapak proyek juga diterapkan, terutama

menyangkut perkiraan arah sebaran arus dan kondisi batimetri.

Page 211: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-21

PT. PERTAMINA EP - PPGM

2) Metode analisis data

Analisis data untuk tiap parameter yang diukur/diamati dilakukan dengan metode yang

tercantum dalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis DataHidro-Oseanografi

No Parameter Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Keterangan

1. Batimetri Data sekunder yang ada (PetaBatimetri)

Deskriptif, dengan membacapeta Batimetri yang telah ada.

Perairan sekitar tapak kegiatanpembangunan dermaga dansumur lepas pantai

2. Pasang surut Data sekunder dari penelitiansebelumnya, atau data dari dishidrospada pelabuhan terdekat

Analisis harmoni untuk menetap-kan MSL (Mean Sea Level), HWL(High Water Level), LWL (LowWater Level)

Perairan sekitar tapak kegiatanpembangunan dermaga dansumur lepas pantai

3. Arus Data sekunder hasil penelitansebelumnya,

Analisis deskriptif kecepatan arusdan arah arus

Pada beberapa titik di sekitarlokasi pembangunan dermagadan sumur lepas pantai

4. Gelombang Data sekunder pada pelabuhanterdekat atau observasi visualmenggunakan pencatat gelombang

Analisis karakteristik ketinggiandan periode gelombang yangsignifikan; serta wavehindcasting

Lepas pantai (pada lokasi SPMlocation) dan dekat pantai

5. Suhu Data sekunder pada stasiunmeteorology terdekat atau denganpengukuran langsung menggunakanthermometer

Fluktuasi suhu (untuk menetap-kan suhu ambien)

Dekat pantai sampai 10 mLWL

6. Kualitas airlaut

Sampling dan pengukuran setempat Fluktuasi kualitas air (kondisisaat ini)

Lepas pantai (di lokasi SPM)dan sekitar pantai.

Peta Lokasi Pengambilan Sampel dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Dinamika proses sedimentasi sepanjang pantai sangat tergantung dengan dinamika air laut

dekat pantai. Dinamika air laut maupun gelombang pecah (surf) berpengaruh pada dinamika

morfologi pantai terutama dalam proses erosi dan sedimentasi pantai. Dinamika air laut

dapat didekati dengan dengan menggunakan formula tentang skala faktor pecah gelombang

(surf scaling factor) oleh Guza dan Bowen, 1975 (dalam Pethick, 1984) dan koefisien pecah

gelombang (wave breaker coefficient) menurut Galvin, 1968, 1972 (dalam Pethick, 1984)

sebagai berikut.

Page 212: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-22

PT. PERTAMINA EP - PPGM

1) Faktor skala pecah gelombang (surf scaling factor)

a : Tinggi gelombang (m)

T : Periode gelombang (dt)

: Lereng pantai (…o)

g : Percepatan gravitasi bumi (9.8 m/dt2)

2) Koefisien pecah gelombang:

2.. Tsg

HB bb

Keterangan:

Bb : Koefisien pecah gelombang

Hb : Tinggi gelombang (m)

g : Percepatan karena gravitai bumi (9.8 m/dt2)

s : Kemiringan lereng (%)

T : Periode gelombang (dt)

Tipe gelombang ada empat macam (Galvin,1968, 1972):

a. surging,

b. collapsing,

c. plunging, dan

d. spilling.

Tipe pecah gelombang surging breaker adalah berasosiasi dengan pantai rata (flat),

gelombang rendah dengan pantai agak curam. Akibat tipe ini akan berdampak langsung

pada proses erosi dan pantai mundur arah ke darat. Tipe pecah gelombang spilling

berasosiasi dengan gelombang tinggi, pendek dan pantai rata. Diantara kedua tipe pecah

gelombang yang ekstrim ini terdapat tipe plunging dan collapsing untuk gelombang

rendah. Kedua tipe pecah gelombang ini mempunyai kecenderungan untuk terjadinya

pengendapan (depositional). Tabel 3.11 menunjukan perbandingan nilai antara koefisien

pecah gelombang (wave breaker coefficient) dan faktor pecah gelombang (surf scaling

factor).

Page 213: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-23

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.11. Perbandingan Koefisien Pecah Gelombang danFaktor Skala Pecah Gelombang

Pengarang Teori RumusTransisi Tipe Pecah Gelombang

Surging keplunging

Plunging kespiling

Galvin, 1968,1972

Guza andBowen, 1975

Koefisien PecahGelombang (Breakercoefficient)

Faktor Skala PecahGelombang (Surfscaling factor)

2b

b g.s.TH

B

βg.Ttana.2πε

2

0,003

2.5

0.068

33

Source: Pethick, 1984

3.1.1.5. Ruang, Lahan dan Tanah

1) Tata Ruang

a. Metode pengumpulan data

Dua pendekatan akan digunakan dalam studi tata ruang ini, yaitu :

1) Kajian data sekunder

Kegiatan utama dalam kajian data sekunder ini adalah pengumpulan berbagai peta

yang memuat data tata ruang wilayah studi yaitu wilayah Kecamatan Batui, Toili dan

Toili Barat (Kabupaten Banggai). Dalam metode ini akan dikaji keberadaan rencana

tata ruang yang ada. Lebih lanjut akan dikaji pula kebijakan-kebijakan pengembangan

ruang di wilayah studi.

2) Observasi lapangan

Dalam observasi ini akan dikaji pola tata ruang yang ada sebagaimana telah

dikumpulkan melalui data sekunder. Dalam observasi lapangan ini akan dikaji secara

khusus kemungkinan pemindahan pemukiman penduduk di sepanjang jalur pipa (bila

ada) serta alternatif-alternatif tata ruang yang dapat mengakomodasi antara

kepentingan pemukiman penduduk dan kepentingan proyek. Secara khusus akan

dilakukan pula dokumentasi lansekap kawasan agar pembangunan di kawasan ini tidak

mengurangi kualitas lansekap wilayah studi.

Hasil-hasil kajian lapangan dan data sekunder ini akan digunakan untuk memberikan

masukan bagi kajian tata ruang serta mengusulkan ide-ide penataan ruang wilayah

studi. Secara khusus akan diusulkan tata ruang yang meminimalkan kemungkinan

konflik antar kegiatan.

Page 214: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-24

PT. PERTAMINA EP - PPGM

b. Metode analisis data

1) Inventarisasi tata guna lahan dan sumberdaya lainnya serta kemungkinan

pengembangan serta peruntukkannya dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten.

2) Rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang, dan rencana tata guna lahan

dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui persebaran, kepadatan dan pola

penggunaan lahan di masing-masing fungsi ruang.

2) Tanah

a. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data tanah dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder.

Dasar penentuan lokasi pengambilan sampel tanah, adalah jenis tanah di daerah

penelitian yaitu tapak GPF, BS, Kilang LNG, sumur, jalur pipa dan sekitarnya. Jenis tanah

di daerah penelitian secara garis besar terdapat dua jenis tanah, yaitu tanah aluvial dan

grumusol, dengan masing-masing tanah diambil 5 sampel tanah dengan maksud untuk

dapat mewakili seluruh karakteristik tanah (sifat fisik, kimia dan kesuburan).

Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan

menggunakan bor tangan (hand auger) lengkap dengan soil test kit untuk sidik cepat sifat

fisik, seperti: tekstur, kedalaman solum, drainase dan sifat kimia tanah lapangan, seperti:

pH, kandungan bahan organik (BO) dan kandungan kalsium (Ca). Selain itu, sampel tanah

diambil untuk keperluan analisis sifat-sifat fisik dan kimia tanah secara akurat di

laboratorium guna menentukan tingkat kesuburan tanah.

b. Metode analisis data

Unsur-unsur yang dikaji dalam analisis laboratorium tersebut meliputi unsur-unsur fisika

dan kimia tanah. Unsur-unsur fisik tanah meliputi unsur ketebalan solum tanah, horison

tanah, tekstrur, struktur, warna dan konsistensi tanah. Unsur-unsur kimia tanah meliputi

unsur-unsur bahan organik, pH tanah, KTK, kandungan N, P, K dan lain-lain, dimaksudkan

untuk menganalisis tingkat kesuburan tanah. Pengumpulan data sekunder tanah

dilakukan dengan pengumpulan data dari hasil laporan penelitian terdahulu serta dari

peta tanah dan kesesuaian tanah daerah penelitian.

Page 215: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-25

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.1.6. Transportasi Darat

a. Metode pengumpulan data

Jenis data yang digunakan untuk mempekirakan dampak pada komponen transportasi,

meliputi volume kendaraan, geometri ruas jalan dan simpang, jenis dan kondisi kerusakan

jalan, kecelakaan lalulintas serta kecepatan sesaat pada lokasi yang berpotensi

membangkitkan pejalan kaki. Jenis data dan metoda pengumpulan data dapat diuraikan

sebagai berikut.

Volume arus lalulintas

Metoda pengambilan data volume arus lalulintas dilakukan dengan metoda

pencacahan arus lalulintas tiap jenis kendaraan (traffic counting) pada ruas jalan.

Pengamatan dilakukan dengan interval waktu tiap 15 (lima belas) menitan yang

mencakup periode waktu jam sibuk. Prakiraan jam sibuk didasarkan pada kondisi tata

guna lahan di sekitar jalan/simpang yang akan diamati. Dari hasil observasi awal di

lokasi, ditentukan periode jam pengamatan mulai jam 06.00 – 14.00.

Klasifikasi kendaraan yang disurvai adalah :

1. Light Vehicle (LV) : Kendaraan ringan, terdiri dari mobil pribadi, pickup

2. Heavy Vehicle (HV) : Kendaraan berat, terdiri dari bus sedang, truk 2 As, truk

3 As atau lebih dan bus besar

3. Motor Cycle (MC) : Sepeda motor

4. Unmotorized (UM) : Kendaraan tidak bermotor, seperti sepeda

Geometri Ruas Jalan dan Simpang

Data geometri ruas diperoleh dengan cara pengukuran langsung di lapangan maupun

data sekunder dari instansi berwenang, untuk mendapatkan data berupa:

- Lebar lajur

- Lebar perkerasan total,

- Lebar bahu jalan

Data lain yang diperlukan meliputi fasilitas kelengkapan jalan, yaitu meliputi rambu

dan marka jalan.

Kecepatan Setempat

Data kecepatan setempat (spot speed) diperoleh dengan pengukuran langsung

dengan cara mengamati waktu tempuh pada jarak 50 m pada ruas jalan untuk setiap

jenis kendaraan bermotor secara acak. Waktu pengukuran dilakukan bersamaan

dengan pengambilan data volume arus lalulintas (traffic counting).

Page 216: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-26

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Jenis dan Kondisi Kerusakan Jalan

Mengamati secara langsung kondisi perkerasan jalan khususnya pada ruas jalan yang

akan dijadikan sebagai rute angkutan barang/material. Data lain yang diperlukan

adalah kondisi jembatan yang berada di sepanjang ruas jalan.

Tingkat kecelakaan

Data tentang kecelakaan diperoleh berdasarkan wawancara dengan warga yang

tinggal di sekitar ruas jalan yang dijadikan rute angkutan barang serta data sekunder

dari Polsek Batui, Toili dan Toili Barat.

b. Metode Analisis

Kapasitas Ruas Jalan

Kapasitas ruas jalan perkotaan dapat diketahui dengan mengacu pedoman dari

Manual Kapasitas Ruas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997 sebagai berikut:

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

Dengan:C : Kapasitas ruas jalan (smp/jam)Co : Kapasitas dasar (smp/jam)FCw : Faktor penyesuaian lebar jalanFCsp : Faktor penyesuaian distribusi arahFCsf : Faktor penyesuaian hambatan sampingFCcs : Faktor penyesuaian ukuran kota

Faktor penyesuaian dan Kapasitas dasar (Co) untuk masing-masing tipe jalan

berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12. Faktor Penyesuaian Lebar Jalur

Tipe Jalan Lebar jalur lalulintasefektif (meter)

Faktor Penyesuaian(FCw)

4/2 D atauJalan satu arah

3,00 0,92

3,25 0,963,50 1,003,75 1,04

4/2 UD

3,00 0,913,25 0,953,50 1,003,75 1,05

2/2 UD5,00 0,566,00 0,877,00 1,008,00 1,149,00 1,25

Sumber: MKJI, tahun 1997

Page 217: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-27

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.13. Faktor Penyesuaian Distribusi Hambatan Samping Jalandengan Bahu (FCsf)

TipeJalan

Kelashambatan

Lebar Bahu efektif Ws0,5 m 1,0 m 1,5 m 2,0 m

4/2 D

VL 0,96 0,98 1,01 1,03L 0,94 0,97 1,00 1,02M 0,92 0,95 0,98 1,00H 0,88 0,92 0,95 0,98VH 0,84 0,88 0,92 0,96

4/2 UD

VL 0,96 0,99 1,01 1,03L 0,94 0,97 1,00 1,02M 0,92 0,95 0,98 1,00H 0,87 0,91 0,94 0,98VH 0,80 0,86 0,90 0,95

2/2 UD atauJalan searah

VL 0,94 0,96 0,99 1,01L 0,92 0,94 0,97 1,00M 0,89 0,92 0,95 0,98H 0,82 0,86 0,90 0,95VH 0,73 0,79 0,85 0,91

Sumber: MKJI, tahun 1997

Tabel 3.14. Faktor Penyesuaian Distribusi Hambatan Samping Jalandengan Kereb (FCsf)

TipeJalan

Kelashambatan

Lebar Bahu efektif Ws0,5 m 1,0 m 1,5 m 2,0 m

4/2 D

VL 0,95 0,97 0,99 1,01L 0,94 0,96 0,98 1,00M 0,91 0,93 0,95 0,98H 0,86 0,89 0,92 0,95VH 0,81 0,85 0,88 0,92

4/2 UD

VL 0,95 0,97 0,99 1,01L 0,93 0,95 0,97 1,00M 0,90 0,92 0,95 0,97H 0,84 0,87 0,90 0,93VH 0,77 0,81 0,85 0,90

2/2 UD atauJalan searah

VL 0,93 0,95 0,97 0,99L 0,90 0,92 0,95 0,97M 0,86 0,88 0,91 0,94H 0,78 0,81 0,84 0,88VH 0,68 0,72 0,77 0,82

Sumber: MKJI, tahun 1997

Page 218: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-28

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.15. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota

Jumlah Penduduk( jiwa)

FCcs

< 0,1 juta 0,860,1 - 0,5 juta 0,900,5 – 1,0 juta 0,941,0 – 3,0 juta 1,0

> 3,0 juta 1,04Sumber: MKJI, tahun 1997

Tabel 3.16. Faktor Penyesuaian Distribusi Arah (Jalan tanpa median)

Pemisahan arah (%) 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30

FCsp Dua lajur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88Empat lajur 4/2 1,00 0,99 0,97 0,96 0,94

Sumber: MKJI, tahun 1997

Tabel 3.17. Kapasitas Dasar (Co)

Tipe jalan Kapasitas dasar(smp/jam) Catatan

4/2 D atau jalan satu arah 1650 Per-lajur4/2 D 1500 Per-lajur2/2 UD 2900 Total dua arah

Sumber: MKJI, tahun 1997

Kinerja Ruas Jalan

Penilaian kinerja ruas jalan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi tingkat pelayanan

yang ada saat ini dan kondisi setelah ada perubahan kondisi arus lalulintas

berdasarkan perbandingan antara volume kendaraan yang lewat (V) dibandingkan

kapasitas ruas jalan (C).

DS = V/C

dengan:DS : Degree of Saturation (derajat kejenuhan)V : Volume (smp/jam)C : Kapasitas ruas jalan (smp/jam)

Page 219: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-29

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Simpang Tidak Bersinyal

Berdasarkan pedoman dari Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, kapasitas

persimpangan untuk simpang tidak bersinyal dihitung berdasarkan rumus sebagai

berikut:

C = Co x Fw x FM x Fcs x FRSU x FLT x FRT x FMI

dengan:

C = Kapasitas (smp/jam)

Co = Kapasitas dasar (smp/jam)

Fw = Faktor penyesuaian lebar masuk

FM = Faktor penyesuaian median jalan utama

FCS = Faktor penyesuaian ukuran kota

FRSU = Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan

kendaraan tak bermotor

FRT = Faktor penyesuaian belok kanan

FLT = Faktor penyesuaian belok kiri

FMI = Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor

Kinerja Simpang Tak Bersinyal

Kinerja simpang tidak bersinyal ditentukan berdasarkan nilai tundaan lalulintas yang

terjadi (DT) terjadi sebagai berikut :

- Tundaan Lalulintas ( DT )

DT = c x A + (NQ1 x 3600) / c

Keterangan :

DT = Tundaan lalulintas rata-rata (detik/smp)

A = 0,5 x (1- GR)2 / (1-GR x DS)

- Tundaan Geometri (DG)

DGj = (1-Psv) x Pt x 6 (Psv x 4)

Keterangan :

DG = Tundaan geometri rata-rata pendekat – j (detik/smp)

Psv = Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat –j =min (NS,1)

Pt = Rasio kendaraan berbelok pada sutau pendekat.

Page 220: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-30

PT. PERTAMINA EP - PPGM

- Tundaan rata-rata (D)

D = DT + DG

Keterangan :

DT = Tundaan lalulintas rata-rata (detik/smp)

DG = Tundaan geometri rata-rata pendekat –j (detik /smp)

Identifikasi Daerah Rawan Kecelakaan

Untuk mengidentifikasi daerah rawan kecelakaan dengan area pengamatan sepanjang

1 km, maka digunakan rumus sebagai berikut:

JKRi x 106

TKRi = ---------------KLi x 365

3.1.2. Komponen Biologi

Komponen biologi yang diamati meliputi:

1) Biota air tawar

2) Biota air laut

3) Vegetasi alami dan budidaya

4) Satwa liar

3.1.2.1. Biota Air Tawar

Pengamatan biota sungai dilakukan di 25 (dua puluh lima) lokasi perairan di sekitar rencana

tapak proyek sesuai dengan lokasi pengambilan sampel kualitas air permukaan. Dasar

pengambilan sampel adalah media hidup biota sungai berada di sekitar tapak proyek sehingga

apabila kegiatan berlangsung diprakirakan dapat berpengaruh terhadap biota sungai. Biota

sungai yang akan ditelaah meliputi plankton, benthos, dan ikan. Adapun parameter yang diukur

meliputi, kelimpahan dan indek keanekaragaman untuk kelompok plankton dan benthos; dan

kekayaan jenis untuk ikan.

Page 221: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-31

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.2.1.1. Plankton

1) Metode pengumpulan data

Plankton diambil dengan menggunakan plankton net, mengingat air yang berada di sungai

dan laut cukup dinamis, maka jumlah air yang disampling dan disaring dengan plankton net

sebanyak 100 liter dan dipekatkan dalam botol plakton 10 ml dan diawetkan dengan larutan

formalin 4%, untuk dilakukan pengamatan di laboratorium. Plankton akan dipisahkan

menjadi kelompok fitoplankton dan zooplankton, untuk diketahui keanekaragaman jenis dan

kelimpahannya. Determinasi plankton menggunakan kunci determinasi yang dibuat oleh

Shirota (1966), Needham (1972), serta Ward and Whipple (1959).

2) Metode analisis data

Data plankton dianalisis untuk mengetahui densitas dan indeks diversitas. Densitas/

kerapatan plankton dihitung dengan rumus Welch (1948) dan untuk mengetahui indeks

keanekaragamannya, dengan indeks diversitas Shannon dan Weiner (Krebs, 1978). Indeks

keanekaragaman ini digunakan untuk mengetahui kondisi perairan.

Lca.1000)(N

catatan : N = kerapatan plankton per liter

a = rerata cacah plankton dari semua hitungan dalam SRCC

(Sedgwick Rafter Counting Cell) dengan kapasitas 1 mm3

c = volume air saring (cc)

L = volume air asli yang disaring (liter)

Indeks Keanekaragaman : H’ = - pilogpi

catatan : pi = n/N

n = jumlah individu suatu jenis

N = jumlah individu seluruh jenis

Kerapatan Plankton:

Page 222: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-32

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.2.1.2. Benthos

1) Metode pengumpulan data

Sampel yang akan dicuplik dilakukan secara purposive random sampling dari perairan di

sekitar rencana kegiatan dengan menggunakan Eikman grap, dengan mengikuti prosedur

standar. Benthos yang telah diambil dari badan air, selanjutnya dipisahkan dari tanah

dengan cara menyaringnya agar bebas dari kotoran dan lumpur atau pasir. Setelah benthos

dipisahkan dari tanah, selanjutnya dimasukkan dalam kantong plastik atau botol koleksi

serta diberi pewarnaan terlebih dahulu menggunakan easin atau lugol dan diawetkan

dengan formalin 4% untuk diidentifikasikan di laboratorium.

2) Metode analisis data

Analisis data benthos dilakukan dengan menelaah kelimpahan dan indeks keanekaragaman

menggunakan indeks diversitas Shannon-Wiener.

3.1.2.1.3. Nekton

1) Metode pengumpulan data

Pengumpulan data ikan, udang dll didasarkan pada pengamatan langsung terhadap hasil

tangkapan pencari ikan atau nelayan dan melakukan wawancara langsung dengan

masyarakat setempat. Selain itu dilengkapi dengan data dari Dinas Perikanan Kabupaten

Banggai.

2) Metode analisis data

Data jenis-jenis ikan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah

kemungkinan adanya jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomi bagi masyarakat.

3.1.2.2. Biota Air Laut

3.1.2.2.1. Terumbu Karang

Terumbu karang yang diamati terletak di sekitar dermaga di lepas pantai Lokasi Kilang LNG

kurang lebih sepanjang 1 km dari garis pantai.

Page 223: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-33

PT. PERTAMINA EP - PPGM

1) Metode pengumpulan data

Untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang, akan dilakukan penyelaman pada

kedalaman 3 m dan 10 m. Metode yang digunakan adalah metode transek garis (English at

all, 1994), transek garis sejajar pantai sepanjang 100 m, jenis karang diamati berdasarkan

bentuk hidupnya dan penutupan area. Pengumpulan data ini dilakukan oleh 1 kelompok

penyelam yang terdiri dari 4 orang (1 orang membuat transek, 2 orang mengamati dan 1

orang mengatur dari atas perahu). Pengamatan terumbu karang ini didasarkan pada

pertimbangan rencana adanya jalur pipa lepas pantai yang kemungkinan akan melewati

habitat terumbu karang yang dapat menyebabkan matinya terumbu karang dan

terganggunya kehidupan biota laut lainnya.

2) Metode analisis data

Terumbu karang dianalisis berdasarkan kategori bentuk hidup karang dan prosentase

penutupan area untuk menentukan kondisi terumbu karang.

100%xtransekPanjang

hidupbentukkategorisetiaptotalpanjangpenutupanPersentase

Hasil analisis penutupan karang dimasukkan ke dalam skala kualitas lingkungan penutupan

terumbu karang modifikasi dari Kep.Men. LH 04/2001.

Tabel 3.18. Skala Kualitas Lingkungan Penutupan Terumbu Karang

Skala Kualitas Lingkungan % Penutupan Terumbu Karang

1 Sangat buruk 0 – 12,9

2 Buruk 13 – 24,9

3 Sedang 25 – 49,9

4 Baik 50 – 74,9

5 Sangat baik 75 – 100

Page 224: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-34

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.2.2.2. Nekton

1) Metode pengumpulan data

Pengumpulan data ikan didasarkan pada pengamatan langsung terhadap hasil tangkapan

pencari ikan atau nelayan dan melakukan wawancara langsung dengan masyarakat

setempat. Selain itu dilengkapi dengan data dari Dinas Perikanan Kabupaten Banggai.

2) Metode analisis data

Data jenis-jenis ikan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah

kemungkinan adanya jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomi bagi masyarakat.

3.1.2.3. Vegetasi Alami dan Budidaya

Pengamatan vegetasi di dalam dan sekitar tapak GPF, BS, Kilang LNG dan sumur, dan jalur pipa

beradasarkan azas keterwakilan vegetasi, seperti hutan, mangrove, perkebunan, persawahan,

pekarangan. Pada setiap daerah pengamatan akan dibuat 6 titik sampling pada tapak kegiatan.

Dasar pengambilan sampel di sekitar lokasi kegiatan adalah hilangnya flora di sekitar kawasan

tersebut apabila rencana kegiatan telah berlangsung. Pada jalur pipa juga akan dilakukan

pengamatan tanpa plot, terutama pada jalur yang berada di daerah persawahan ataupun kebun

campur. Penentuan pengambilan sampel di sekitar jalur pipa adalah sebagai perwakilan vegetasi

hutan, mangrove, kebun, pekarangan dan persawahan.

1) Metode pengumpulan data

Pengambilan/pengumpulan data vegetasi diperoleh dengan menggunakan teknik plot

quadrat sampling. Ukuran kuadrat 10 x 10 m untuk strata pohon. Adapun penempatan

kuadrat tersebut ditentukan secara sistematik random sampling. Pengamatan terhadap

tanaman budidaya dilakukan dengan inventarisasi, pengamatan langsung dan wawancara

tentang jenis tanaman yang dibudidayakan masyarakat di wilayah studi.

2) Metode analisis data

Data-data flora dianalisis untuk mengetahui indeks diversitas, frekuensi, kerapatan dan nilai

penting. Parameter yang ditelaah meliputi :

1) Indeks diversitas/keanekaragaman untuk komunitas flora darat dan mangrove.

Indeks diversitas diketahui melalui rumus indeks menurut Shannon – Wiener:

Page 225: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-35

PT. PERTAMINA EP - PPGM

H’ = pilogpi

catatan : pi = n/Nn = jumlah individu suatu jenisN = jumlah total individu seluruh jenis

2)disampelplot yangtotalJumlah

hadirspesiesdimanapotJumlahFrekuensi

3)cuplikanArea

individuJumlahKerapatan

4) Nilai Penting (NP) = Frekuensi relatif (FR) + Kerapatan relatif (DR)

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskripsif sehingga dapat disimpulkan

kualitas lingkungan flora di lokasi kegiatan dan sekitarnya.

3.1.2.4. Satwa Liar

1) Metode pengumpulan data

Pengumpulan data jenis-jenis satwa liar (anggota kelas Mammalia, Aves dan Reptilia)

dilakukan dengan pengamatan langsung (dengan bantuan teropong binokuler) dan tidak

langsung (jejak, kotoran, bagian tubuh yang ditinggalkan, wawancara) dan atau dengan

menggunakan data sekunder. Parameter yang akan ditelaah terdiri dari:

a) Kekayaan jenis

Untuk mengetahui kekayaan jenis satwa liar di lokasi kegiatan dan sekitarnya,

diperlukan pemahaman pengenalan jenis/spesies berdasarkan hasil identifikasi.

Identifikasi jenis satwa liar dapat dibantu dengan buku identifikasi satwa liar: mammal,

burung dan reptil.

b) Tingkat kelimpahan jenis

Tingkat kelimpahan jenis akan dibedakan menjadi banyak, sedang, dan sedikit.

2) Metode analisis data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah adanya jenis-jenis yang

dilindungi atau nilai lain bagi masyarakat sekitarnya.

Page 226: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-36

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.19. Metode Sampling/Analisis Data dan PeralatanUntuk Pengamatan Komponen Biologi

Parameter Metode Pengumpulan Data Metode AnalisisData

Peralatan

A. Biota Air Tawar1. Plankton

KelimpahanDiversitas/keanekaragaman

Purposive Random SamplingTotal Strip Counting

Indeks DiversitasDeskriptifAnalisis

Plankton net

2. BenthosKelimpahanDiversitas/keanekaragaman

Purposive Random Sampling Indeks DiversitasDeskriptifAnalisis

Eikman grap

3. IkanDiversitas/keanekaragaman

InventarisasiWawancara

DeskriptifAnalisis

Daftar pertanyaan

B. Biota Air Laut1. Terumbu karang

Prosentase luas tutupankarang yang hidup

Transek garis Analisis Prosentaseluas tutupan karangyang hidup

GPSRoll meter

2. IkanDiversitas/keanekaragaman

InventarisasiWawancara

DeskriptifAnalisis

Daftar pertanyaan

C. Vegetasi Alami dan Budidaya1. Flora alam (liar)

KerapatanDiversitas/keanekaragaman

InventarisasiPloting

Indeks DiversitasKerapatan pohonDeskriptifAnalisis

Kuadrat plotRoll meter

2. Tanaman budidayaDiversitas/keanekaragaman

InventarisasiWawancara

DeskriptifAnalisis

Daftar pertanyaan

D. Satwa Liar1. Fauna liar

KelimpahanDiversitas/keanekaragaman

InventarisasiPencacahanIndex Point Abudance

DeskriptifAnalisis

TeropongbinokularHand counter

2. Hewan budidayaDiversitas/keanekaragaman

InventarisasiWawancara

DeskriptifAnalisis

Daftar pertanyaan

3.1.3. Komponen Sosial

a. Jenis data dan penentuan responden

Penelitian AMDAL aspek sosial rencana kegiatan PT. PERTAMINA EP – PPGM ini mengacu

pada Kep.Ka BAPEDAL No. 299/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam

Penyusunan AMDAL. Data yang diperlukan komponen sosial ekonomi dan budaya dalam

penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden

melalui wawancara secara terarah/terfokus dengan menggunakan pedoman wawancara

Page 227: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-37

PT. PERTAMINA EP - PPGM

(interview guidance). Responden ditentukan dengan metode purposive random sampling.

Menurut Paton (1990), purposive sampling umumnya digunakan untuk penelitian kualitatif,

dimana pemilihan responden lebih didasarkan pada kriteria khusus dan tujuan penelitian

yang akan dilakukan serta kurang menekankan pada sifat representativitas dalam

pengambilan sampel. Responden yang diambil meliputi anggota masyarakat dari berbagai

kelompok, seperti tokoh formal dan informal, para pemuda, wanita dan ibu rumah tangga

serta kelompok-kelompok profesi atau matapencaharian. Adapun data sekunder diperoleh

dari instansi terkait di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten.

b. Penentuan lokasi sampel

Penentuan lokasi sampel untuk pelaksanaan wawancara dilakukan dengan menggunakan

metode purposive sampling, dengan mempertimbangkan pada kategori-kategori wilayah

yang diprakirakan akan terkena dampak baik pada aspek fisik, biologi, maupun sosial

budaya dari adanya rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok. Selengkapnya

rencana pengambilan sampel komponen sosial disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.20. Lokasi Pengambilan Sampel Komponen Sosial

KomponenLingkungan/Parameter

Lokasi JumlahSampel Dasar Penentuan

1. Demografi(kependudukan)

Desa-desa di wilayahKecamatan Toili Barat,Toili, Batui

200responden

Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akanterkena dampak langsung dari kegiatanPengembangan Lapangan Gas Matindok.Mata pencaharian penduduk umumnyasebagai petani dan nelayan.

2. Sosial EkonomiKesempatan kerja

Desa-desa di wilayahKecamatan Toili Barat,Toili, Batui

200responden

Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akanterkena dampak langsung dari kegiatanPengembangan Lapangan Gas Matindok.Mata pencaharian penduduk umumnyasebagai petani dan nelayan.

Kesempatanberusaha

Desa-desa di wilayahKecamatan Toili Barat,Toili, Batui

50responden

Umumnya kesempatan usaha banyakberkembang di lokasi-lokasi strategis

Pendapatanpenduduk

Desa-desa di wilayahKecamatan Toili Barat,Toili, Batui

200responden

Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akanterkena dampak langsung dari kegiatanPengembangan Lapangan Gas Matindok.Mata pencaharian penduduk umumnyasebagai petani dan nelayan.

Perekonomianlokal

Kantor Kecamatan danKantor DispendaKabupaten

- Sumber data aktivitas ekonomi tingkatkecamatan dan kabupaten

Page 228: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-38

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.20. Lanjutan

KomponenLingkungan/Parameter

Lokasi JumlahSampel

Dasar Penentuan

3. Sosial BudayaProses sosial

Desa-desa di wilayahKecamatan Toili Barat,Toili, Batui

200responden

Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akanterkena dampak langsung dari kegiatanPengembangan Lapangan Gas Matindok.Mata pencaharian penduduk umumnyasebagai petani dan nelayan.

Sikap dan persepsimasyarakat

Desa-desa di wilayahKecamatan Toili Barat,Toili, Batui

200responden

Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akanterkena dampak langsung dari kegiatanPengembangan Lapangan Gas Matindok.Mata pencaharian penduduk umumnyasebagai petani dan nelayan.

Parameter, metode pengumpulan dan analisis data demografi, sosial ekonomi dan budaya

adalah sebagai berikut.

3.1.3.1. Demografi

Data kependudukan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui

wawancara langsung kepada masyarakat yang diprakirakan terkena dampak kegiatan. Data

sekunder diperoleh melalui data statistik di kecamatan dan kabupaten yang menjadi lokasi

rencana kegiatan. Adapun parameter kependudukan yang diteliti meliputi:

Struktur penduduk (kelompok umur menurut jenis kelamin, mata pencaharian dan

tingkat pendidikan) serta kepadatan penduduk

Perkembangan penduduk khususnya pertumbuhan penduduk

Mobilitas penduduk yang meliputi migrasi keluar/masuk, pola migrasi dan pola

persebaran penduduk

Tenaga kerja, meliputi angkatan kerja dan tingkat pengangguran

Metode analisis data kependudukan yang bersifat kuantitatif dilakukan dengan analisis statistik,

sedangkan yang bersifat kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis.

Metode analisis data demografi bersifat kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan

menggunakan beberapa rumus:

Page 229: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-39

PT. PERTAMINA EP - PPGM

a) Rumus kepadatan penduduk:

100%X)2(kmwilayahLuas

(jiwa)pendudukJumlahKp

b) Rumus pertumbuhan penduduk

Pt = Po (l + r)t

Dimana :Po = jumlah penduduk tahun ke 0/awal perhitungan (jiwa)Pt = jumlah penduduk tahun ke-t/akhir perhitungan (jiwa)t = jangka waktu antara Po dan Pt (tahun)r = rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahun selama t tahun (%)

c) Sex ratio

100%xperempuanpendudukJumlah

laki-lakipendudukJumlahratioSex

3.1.3.2. Sosial Ekonomi

Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan melalui data sekunder dan data primer. Data

sekunder meliputi data monografi, data statistik pada instansi terkait di daerah yang diteliti.

Data primer diperoleh dengan cara wawancara secara langsung terhadap masyarakat di daerah

sekitar proyek dan pada kegiatan-kegiatan ekonomi di lapangan. Adapun parameter sosial

ekonomi yang akan diteliti meliputi:

Ekonomi rumah tangga terdiri dari: (a) tingkat pendapatan, (b) pola nafkah ganda.

Ekonomi sumber daya alam yang terdiri dari : (a) pola pemanfaatan sumberdaya alam,

(b) pola penggunaan lahan.

Perekonomian lokal yang terdiri dari: (a) kesempatan kerja dan berusaha, (b) jenis dan

jumlah aktivitas ekonomi nonformal, (c) pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, (d)

Pendapatan Asli Daerah (PAD), (e) aksesibilitas wilayah, (f) fasilitas umum dan fasilitas

sosial.

Analisis data sosial ekonomi yang bersifat kuantitatif akan dilakukan dengan analisis statistik,

sedangkan yang bersifat kualitatif akan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif

analisis.

Beberapa rumus yang digunakan dalam analisis data sosial ekonomi adalah sebagai berikut.

Page 230: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-40

PT. PERTAMINA EP - PPGM

a) Angka beban ketergantungan (Dependency Ratio) =

Jumlah penduduk yang tidak produktif (15– + 65+)Jumlah penduduk usia produktif (15 – 64)

dimana:DR = angka beban tanggungan (%)P15- = jumlah penduduk usia 0–14 tahunP65+ = jumlah penduduk usia 65 tahun ke atasP15-64 = jumlah penduduk usia 15–64 tahunK = konstanta (100)

(Nurdini, 1981)

b) Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) =

Angkatan kerjaPenduduk berumur 15 th+

Angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang selama seminggu sebelum

pencacahan telah bekerja atau punya pekerjaan, tetapi untuk sementara waktu tidak

bekerja dan mereka yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.

c) Pendapatan

I = TR .......................(dari sudut penerimaan)

dimana :I = pendapatan (income)TR = penerimaan total (total revenue)

I = C + S + i ................. (dari sudud pengeluaran)

dimana:I = Penerimaan (income)C = Konsumsi (consumption)S = Tabungan (saving)I = investasi

d) Tingkat produktivitas tenaga kerja

Nilai tambah Produk Domestik Bruto (PDB)Jumlah penduduk yang menghasilkan nilai tambah

x K

x 100

Page 231: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-41

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.3.3. Sosial Budaya

1) Metode pengumpulan data

Pengumpulan data sosial budaya dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan data

primer. Data sekunder diperoleh dari hasil-hasil penelitian sosial budaya yang pernah

dilakukan di wilayah yang menjadi lokasi proyek, serta buku-buku referensi yang menunjang

penelitian ini. Data primer diperoleh melalui penelitian di lapangan yang meliputi observasi

dan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guidance) terhadap

responden dan melakukan wawancara secara mendalam yang terarah/terfokus (indepth

interview) terhadap beberapa informan kunci (key person) seperti tokoh masyarakat, tokoh

adat dan tokoh agama yang dianggap sangat berpengaruh dalam masyarakat. Adapun

parameter sosial budaya yang akan diteliti adalah:

Kebudayaan masyarakat setempat yang meliputi : (a) adat istiadat, (b) nilai dan norma

budaya.

Proses sosial dalam masyarakat yang meliputi: (a) proses asosiatif (kerjasama), (b)

proses disosiatif (konflik sosial), (c) akulturasi, (d) asimilasi dan integrasi, (e) kohesi

sosial.

Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau kegiatan.

2) Metode analisis data

Metode analisis data sosial budaya dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif

analisis yang mendasarkan pada pengamatan data yang ada di lapangan serta data yang

diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden. Selain itu, diperoleh data dari

hasil wawancara terarah yang dilakukan terhadap beberapa informan kunci, serta dengan

menggunakan metode analogi yang mendasarkan pada data referensi hasil penelitian

mengenai topik serupa yang pernah dilakukan sebelumnya. Untuk data yang bersifat

kualitatif, analisis data akan disajikan dalam bentuk deskripsi dan untuk data yang bersifat

kuantitatif, data akan disajikan dalam bentuk tabulasi.

Secara rinci jenis komponen lingkungan sosial yang akan diteliti beserta metode

pengumpulan dan analisis datanya disajikan pada Tabel 3.21.

Page 232: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-42

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.21. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Demografi,Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya

Parameter Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data

1. DemografiKependudukan

Observasi/pengamatan lapangan,wawancara, pengumpulan datasekunder

Kualitatif dan kuantitatif

2. Sosial EkonomiKesempatan kerja dan

berusahaWawancara, penelusuran data daninformasi

Kualitatif dan kuantitatif

Kesempatan berusaha Wawancara, penelusuran data daninformasi

Kualitatif dan kuantitatif

Pendapatan masyarakat Wawancara, pengumpulan datasekunder

Kualitatif dan kuantitatif

Pendapatan daerah Penelusuran data dan informasi Kualitatif dan kuantitatif

3. Sosial BudayaNilai dan norma budaya

masyarakat setempatPengumpulan data sekunder Kualitatif

Proses sosial Wawancara, penelusuran data daninformasi

Kualitatif

Sikap dan persepsimasyarakat

Wawancara, penelusuran data daninformasi

Kualitatif

Sedangkan dalam menentukan skoring untuk kualitas lingkungan hidup sebelum dan sesudah

terkena dampak digunakan pedoman yang didasarkan pada dua sumber atau referensi.

Referensi pertama yaitu yang bersumber dari parameter-parameter baku yang sudah

dipublikasikan secara umum dan memiliki nilai legalitas (seperti dari BPS, Depkes, WHO, dan

sebagainya). Referensi kedua untuk aspek-aspek sosial yang parameternya belum ada

ketentuan atau ukuran resminya ditentukan dengan mengacu pada konsep-konsep ilmu

sosial dan dianalogikan dengan kegiatan sejenis yang pernah ada namun disesuaikan dengan

kondisi sosial budaya masyarakat dimana rencana kegiatan ini akan berlangsung.

Page 233: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-43

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat

Data komponen kesehatan masyarakat meliputi data primer dan sekunder. Data primer

dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dan pengamatan lapangan. Jumlah dan

kriteria responden ditetapkan sama dengan komponen sosial ekonomi dan budaya. Sementara

itu data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait seperti Puskesmas dan rumah sakit

setempat.

Dengan mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal Nomor: KEP-124/12/1997 tentang Panduan

Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,

metode pengumpulan dan analisis data adalah sebagai berikut.

1) Metode pengumpulan data

Pengumpulan data akan dilakukan melalui:

observasi/pengamatan lapangan

wawancara dengan menggunakan kuesioner

wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan kunci

penelusuran data dan informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat setempat

pengumpulan data sekunder.

Macam data yang dikumpulkan meliputi: pola penyakit, status gizi, pembiayaan kesehatan,

macam pelayanan kesehatan, sarana sanitasi (jamban, sarana pengolahan air limbah),

kondisi sanitasi lingkungan, macam penyakit menular yang ada, air bersih dan atau air sumur

penduduk, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat baik preventif maupun kuratif

dan aspek-aspek kependudukan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat.

Instrumen penelitian (kuesioner) dibuat secara khusus dan selanjutnya digabung bersama

kuesioner sosial-ekonomi dan budaya. Data kualitatif diambil sendiri oleh peneliti yang

bergabung bersama aspek sosial-budaya.

Tabel 3.22. Lokasi Pengambilan Sampel KomponenKesehatan Masyarakat

Parameter Lokasi JumlahSampel

Dasar Penentuan

1. Sanitasi lingkungan Desa-desa di wilayahKecamatan Toili Barat,Toili, Batui

200responden

Mengetahui kondisi sanitasi lingkungansecara umum di wilayah studi

2. Tingkat kesehatanmasyarakat

Desa-desa di wilayahKecamatan Toili Barat,Toili, Batui

200responden

Mengetahui kondisi kesehatan masyarakatdan tingkat pelayanan kesehatan secaraumum

Page 234: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-44

PT. PERTAMINA EP - PPGM

2) Metode analisis data

Data dianalisis dengan metode analisis dampak kesehatan lingkungan dan epidemiologi

diantaranya melalui: (1) statistik sederhana, (2) deskriptif evaluatif, dan (3) pedoman resmi

(formal) yang sesuai dengan kepentingannya (misalnya mengenai status gizi balita, tingkat

kematian bayi, sumberdaya kesehatan, dan lain sebagainya).

Tabel 3.23. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis DataKesehatan Masyarakat

Parameter Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Keterangan

1. Sanitasilingkungan

Observasi/pengamatan lapangan,wawancara, pengumpulan datasekunder

Metode analisis dampakkesehatan lingkungan,metode epidemiologi

Analisis dilakukan secarakualitatif dan kuantitatif

2. Tingkatkesehatanmasyarakat

Observasi/pengamatan lapangan,wawancara, penelusuran data daninformasi, pengumpulan datasekunder

Metode analisis dampakkesehatan lingkungan,metode epidemiologi

Analisis dilakukan secarakualitatif dan kuantitatif

Peta Lokasi Pengambilan Sampel Komponen Geo-Fisik-Kimia, Biologi, Sosial dan

Kesehatan Masyarakat dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan ringkasan metode pengambilan

data dan lokasi pengambilan data disajikan pada Tabel 3.24.

Page 235: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-45

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 3.3. Peta Rencana Pengambilan Sampel

Page 236: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-46

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Komponen/Paramater Lingkungan, Metode Pengumpulan dan Lokasi Pengambilan Data

No KomponenLingkungan

Parameter Metode/ Sumber Data Alat Jumlah Sampel Lokasi Alasan Penetapan TitikSampel

1 Iklim Curah hujan Tabulasi/diagram Rain gauge 1 paket (data curahhujan,suhu udara,kelembaban udara danangin diambil dariStasiun KlimatologiBandara Luwuktersebut

Stasiun Klimatologi BubungLuwuk/Toili

Karena satu-satunya stasiunklimatolagi terdekat didalam wilayah studi, makastasiun klimatologi tersebutdipilih sebagai referensi dataiklim daerah penelitian

Suhu udara Tabulasi/diagram Thermometer udara

Kelembaban nisbi udara Tabulasi/diagram Hygrometer

Angin WinrosePencatatan arah dankecepatan angin

2 Kualitas Udara SO2 Pararosanilin Spektofotometer

12 titik sampling

Akan diambil di beberapatempat seperti: Kilang LNGPadang dan Uso, GPFKayowa, BS (Minahaki,Sukamju, Donggi, Maleorajadan Matindok), Jalur pipa BSDonggi-BS Matindok, Jalurpipa unit XII desa Tirtasari,Jalur pipa diunit II Desa ArgaKencana dan jalur pipa dipersawahan Kintom

Titik samplingmerepresentasikan lokasialternatif Kilang LNG Padangdan Uso, Gas ProcessingFacilities (GPF) di Kayowa,Block Station (BS) diMinahaki, Sukamaju, Donggi,Maleoraja, Matindok danjalur-jalur pipa

NO2 Salzman Spektofotometer

CO NDIR Analyzer

Debu (TSP) Gravimetri Dust level sampler

PM10 Gravimetri Dust level sampler

Kebisingan Pembacaan langsung Sound level meter

3 Fisiografi danMorfologi

Ketinggian tempat Pengukuran langsungPeta Rupa Bumi IndBakosurtanal

GPSPeta topografi

1 paket (dalam satulokasi sampel diukurketinggian tempat,kondisi topografi dankemiringan lereng)

Rencana lokasi tapak GPF(BS, LNG, sumur, dan jalurpipa

Lokasi tersebut dapatmewakili kondfisi fisiografidan morfomologi daerahpenelitian.

Topografi ObservasiPeta Rupa Bumi IndBakosurtanal

Peta topografi danVisual

Kemiringan lahan Pengukuran langsungPeta Rupa Bumi IndBakosurtanal

Kompas Geologi(Suncto)

Page 237: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-47

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Lanjutan

No KomponenLingkungan Parameter Metode/ Sumber Data Alat Jumlah Sampel Lokasi Alasan Penetapan Titik

Sampel4 Geologi dan

hidrogeologiGeologi regional Membaca dan interpretasi

Peta Geologi BersistemLembar Batui (GTL

Bandung)

Pancaindra mata 1 paket(Jenis batuan, strukturgeologi : lipatan, sesar,pola sesar)

Wilayah studi Tidak mendasarkan sampeltetapi overview fenomenageologi seluruh wilayah didaerah penelitian

Geologi lokal Observasi Kompas geologi,palu geologi

1 paket (jenis batuan,struktur geologimeliputi, rekahan,sesar, lipatan dll)

Rencana lokasi tapakkegiatan GPF (BS, LNG,sumur, jalur pipa

Observasi secara overviewdidasarkan pada bagaimanakondisi geologi ditempattersebut yang dimungkinkanakan berpengaruh terhadapkegiatan proyek

Kegempaan Wawancara denganpenduduk setempat

Peta sumber gempa diIndonesia (GTL Bandung)

Peta Gempa, danwawancara denganpenduduk

200 responden disekitar tapak kegiatan

Desa-desa di wilayahpenelitian dengan pendudukyang sudah lama bertempattinggal d itempat tersebut.

Pemilihan didasarkan padakeberadaan masyarakat yangpernah terkena gempa

Hidrogeologi Pengukuran kedalamansumur gali,

Wawancara dgnpenduduk,

Peta hidrogeologi (GTLBandung)

Meteran panjang(midfer)

1 paket (± 25 sumurpenduduk) pada kondisitopografi berbeda.

Sumur penduduk di desa-desa sekitar rencana lokasitapak proyek

Wawancara dimaksudkanuntuk mengetahuibagaimana fluktuasi air tanahantara musim penghujan danmusim kemarau, di tempattersebut.

5 Sifat tanah Sifat kimia Sampling di lapangan Cangkul, kantongplastik

6 sampel Di sekitar jalur pipa danbeberapa titik sekitar lokasipemboran

Pengambilan sampeldidasarakan pada perbedaanjenis tanah yangberkembang di daerahpenelitian.

Sifat fisika Sampling di lapangan Cangkul, capper ring

Page 238: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-48

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Lanjutan

No KomponenLingkungan Parameter Metode/ Sumber Data Alat Jumlah Sampel Lokasi Alasan Penetapan Titik

Sampel6 Erosi Tanah Erosivitas hujan

Erodibilitas tanahKelerenganPenutupan danpengelolaan tanah

Sampling di lapangan Belati, kantongplastik, capper ring

3 sampel Daerah berlereng di sekitarjalur pipa dan lokasi sumurpemboran

Pada morfologi dan penutuplahan yang berbeda yaituhutan, semak dan ladang

7 Drainase danirigasi, debit

Pola aliranJaringan irigasiKecepatan arus(penampang sungai)

PengamatanPenggambaran sistem

drainase & irigasiPengukuran kecepatan

arus & luas penampang,pengolahan data hujan,rumus emperis

Peta kerja, currentmeter, pelampung(floater), arloji danstop watch

1 paket Seluruh areal studi(representatif)

Karena kondisi drainasemerupakan satu kesatuanhasil proses antara hujan,karakteristik fisiografidaerah, vegetasi penutupdan sifat batuan/tanah dalamsuatu areal tertentu.

8 Hidro-oseanografi Batimetri Hasil penelitian sebelumnya(Baseline Study RencanaProyek Pengembangan GasMatindok Sulawesi Tengah)

Peta Batimetri 1 paket Wilayah laut yang masukpada batas wilayah studiuntuk rencana pemilihandermaga

Data sekunder yang adasudah dimaksudkan untukpemilihan rencana lokasidermaga (Uso dan Padang)

Pasang-surut Hasil penelitian sebelumnya(Baseline Study RencanaProyek Pengembangan GasMatindok Sulawesi Tengah)

Papan skala (AWLR) 1 paketWilayah laut yang masukpada batas wilayah studiuntuk rencana pemilihandermaga

Data sekunder yang adasudah dimaksudkan untukpemilihan rencana lokasidermaga (Uso dan Padang)

Gelombang Hasil penelitian sebelumnya(Baseline Study RencanaProyek Pengembangan GasMatindok Sulawesi Tengah)

Jalon, meteran,stopwatch

1 paket Wilayah laut yang masukpada batas wilayah studiuntuk rencana pemilihandermaga

Data sekunder yang adasudah dimaksudkan untukpemilihan rencana lokasidermaga (Uso dan Padang)

Page 239: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-49

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Lanjutan

NoKomponenLingkungan Parameter Metode/ Sumber Data Alat Jumlah Sampel Lokasi

Alasan Penetapan TitikSampel

Arus Hasil penelitian sebelumnya(Baseline Study RencanaProyek Pengembangan GasMatindok Sulawesi Tengah)Dan hasil data pengukuransebelumnya dari instansilain (data sekunder)

Current meter 1 paket Wilayah laut yang masukpada batas wilayah studiuntuk rencana pemilihandermaga

Data sekunder yang adasudah dimaksudkan untukpemilihan rencana lokasidermaga (Uso dan Padang)

9 Kualitas air tawar Sifat fisik air Pengukuran langsung dilapangan

Termometer,eikman grab

9 titik sampel Koordinat lokasi disajikanpada Dok. ANDAL

Titik sampling merepre-sentasikan lokasi air sungaiterdekat di sekitar BS, KilangLNG; perwakilan sungaiterpotong oleh jalur pipadari BS-Kilang LNG dan airsumur penduduk yangterdekat dengan lokasialternatif kilang LNG diPadang dan Uso serta jalurpipa

Sifat kimia air Pengambilan sampellangsung dan analisislaboratorium

Botol sampel, pHmeter, perangkattitrasi watersampler, eikmangrap

10 Kualitas air laut Sifat fisik air Pengukuran langsung dilapangan

Termometer, seichidisk

6 titk sampel Rencana Dermaga Padang(AL-1, AL-2, AL-3) dan

Badan air laut terdekat di disekitar alternatif dermaga

Sifat kimia air Pengambilan sampellangsung dan analisislaboratorium

Botol sampel, phmeter, perangkattitrasi water sampler

Rencana Dermaga Uso (AL-4,AL-4, dan AL-5)

kompleks Kilang LNG diPadang atau Uso

Page 240: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-50

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Lanjutan

No KomponenLingkungan

Parameter Metode/ Sumber Data Alat Jumlah Sampel Lokasi Alasan Penetapan TitikSampel

11 Transportasi darat Gangguan kelancaranlalulintas

Pengukuran kepadatan lalulintas jalan raya

Tally Counter 1 paket (jumlah danjenis kendaraan,kecepatan rata-rata)

Ruas jalan provinsi dariDesa Uso sampai denganKaryamakmur (Toili Barat)

Dengan mengetahui kondisikepadatan lalulintas padasuatu segmen jalan sudahdapat digunakan untukmemprediksi kepadatanlalulintas pada seluruh badanjalan tersebut.

Gangguan keselamatanpengguna jalan

Data sekunder angkakecelakaan jalan raya

Data sekunder dariDLLJR Kab. Banggai& Polsek Kec. ToiliBarat, Toili; Batui

1 paket (jalan retak,aspal mengelupas,tanah ambles, jalanterputus dan lainnya)

Jalan raya dimanakemungkinan terjadigangguan lalulintas

Pada jalan yang dilaluilangsung kendaraan-kendraan proyek milik PTPertamina

Kerusakan jalan raya danjembatan

Pengamatan langsungkondisi perkerasan jalan

Visual Ruas jalan provinsi dariDesa Uso sampai denganKaryamakmur (Toili Barat)

Pada jalan yang dilaluilangsung kendaraan-kendaraan proyek milik PTPertamina

Pengotoran jalan Pengamatan langsungkondisi perkerasan jalan

Visual Ruas jalan provinsi dariDesa Uso sampai denganKaryamakmur (Toili Barat)

Pada jalan yang dilaluilangsung kendaraan-kendaraan proyek milik PTPertamina

12 Kualitas air laut Sifat fisik air Pengukuran langsung dilapangan

Termometer, seichidisk

6 titk sampel Rencana Dermaga Padang(AL-1, AL-2, AL-3) danrencana Dermaga Uso (AL-4,AL-4, dan AL-5)

Badan air laut terdekat di disekitar alternatif dermagakompleks Kilang LNG diPadang atau Uso

Sifat kimia air Pengambilan sampellangsung dan analisislaboratorium

Botol sampel, phmeter, perangkattitrasi water sampler

6 titk sampel Rencana Dermaga Padang(AL-1, AL-2, AL-3) danrencana Dermaga Uso (AL-4,AL-4, dan AL-5)

Badan air laut terdekat di disekitar alternatif dermagakompleks Kilang LNG diPadang atau Uso

Page 241: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-51

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Lanjutan

No KomponenLingkungan Parameter Metode/ Sumber Data Alat Jumlah Sampel Lokasi Alasan Penetapan Titik

Sampel13 Biota air laut Terumbu karang Pengamatan langsung di

lapangan, Peta Dinas Hidro-oseanografi TNI AL/ PetaLPI Bakosurtanal

Peralatansnorkeling/ SCUBA,GPS

3 titik sampel Badan air laut terdekat disekitar sumur lepas pantaisekitar dermaga di kompleksKilang LNG (sesuai denganpengambilan sampel airlaut);

Lokasi sampel berada disekitar kegiatan sehinggadiprakirakan akan berdampakpada terumbu karang

Nekton Wawancara langsungdengan masyarakat, datadinas terkait (DinasPerikanan)

3 titik sampel Wilayah laut yang masukpada batas wilayah studi

Lokasi sampel berada disekitar kegiatan sehinggadiprakirakan akan berdampakpada nekton

14 Biota darat Vegetasi alami danbudaya

Pengamatan/pengukuranmetode kuadrat/jalurberpetak pada transeklokasi sampel

Peta kerja, GPS,tambang berskala,pH band,hagameter, parang,teropong bino,counter & tallysheet

14 titik sampel Prinsip keterwakilanekosistem di area rencanatapak kegiatan (sumur bor,BS, Kilang LNG, jalur pipa),misalnya hutan di SMBangkiriang, HL Mangrove

Lokasi pengambilan sampeltersebut terletak di sekitarkegiatan. Apabila rencanakegiatan berlangsungdikhawatirkan akanmenyebabkan hilangnya floraatau berubahnya strukturvegetasi

Satwa liar Observasi, pengamatanburung dengan metode IPA& wawancara tentangkeberadaan satwa liarendemik/dilindungi

14 titik pengamatan Prinsip keterwakilanekosistem di area rencanatapak kegiatan (sumur bor,BS, Kilang LNG, jalur pipa),misalnya hutan di SMBangkiriang, HL Mangrove

Lokasi pengambilan sampeltersebut terletak di sekitarkegiatan. Apabila rencanakegiatan berlangsungdikhawatirkan akanberdampak pada fauna

Page 242: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-52

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Lanjutan

No KomponenLingkungan Parameter Metode/ Sumber Data Alat Jumlah Sampel Lokasi Alasan Penetapan Titik

Sampel15 Sosial ekonomi

dan budayaKependudukan (strukturpenduduk, kepadatanpenduduk, mobilitaspenduduk)

Kuesioner dengan jumlahresponden proporsionalterhadap jumlah pendudukdi desa dalam wilayahstudi;Data BPS, KantorKecamatan – Kantor Desa

Kuesioner 200 responden Desa-desa di sekitar tapakproyek (37 desa, lihat hal. II-169)

Desa-desa yang merupakankonsentrasi penduduk dandiprakirakan akan terkenadampak langsung darikegiatan proyek PPGM

Pola kepemilikan lahan;pendapatan masyarakat;kesempatan berusaha

Observasi wawancaraterstruktur denganresponden (masyarakat,tokoh masyarakat) denganjumlah responden ± 200penduduk desa di wilayahstudi

Kuesioner 200 responden Desa-desa di sekitar tapakproyek (37 desa, lihat hal. II-169))

Desa-desa yang merupakankonsentrasi penduduk dandiprakirakan akan terkenadampak langsung darikegiatan proyek PPGM

Proses sosialWawancara terstrukturdengan responden(masyarakat dan tokohmasyarakat)

Kuesioner 200 responden Desa-desa di sekitar tapakproyek (37 desa, lihat hal. II-169)

Desa-desa yang merupakankonsentrasi penduduk dandiprakirakan akan terkenadampak langsung darikegiatan proyek PPGM

Sikap dan persepsimasyarakat

Wawancara terstrukturdengan responden(masyarakat dan tokohmasyarakat)

Kuesioner 200 responden Desa-desa di sekitar tapakproyek (37 desa, lihat hal. II-169)

Desa-desa yang merupakankonsentrasi penduduk dandiprakirakan akan terkenadampak langsung darikegiatan proyek PPGM

Page 243: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-53

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Lanjutan

NoKomponen

Lingkungan Parameter Metode/ Sumber Data Alat Jumlah Sampel LokasiAlasan Penetapan Titik

Sampel16 Kesehatan

masyarakatKondisi sanitasi lingkungan Observasi langsung

Wawancara terstrukturdengan responden(masyarakat dan tokohmasyarakat)

VisualKuesioner

200 responden Desa-desa di sekitar tapakproyek (37 desa, lihat hal. II-169)

Desa-desa yang merupakankonsentrasi penduduk dandiprakirakan akan terkenadampak langsung darikegiatan proyek PPGM

Tingkat kesehatanmasyarakat (prevalensipenyakit, jenis-jenispenyakit, status gizi balita)

Observasi dan wawancaraterstruktur denganresponden (masyarakat,tokoh masyarakat);Data Dinas Kesehatan,Puskesmas dan BPS

Data sekunderKuesioner

200 responden Desa-desa di sekitar tapakproyek (37 desa, lihat hal. II-169)

Desa-desa yang merupakankonsentrasi penduduk dandiprakirakan akan terkenadampak langsung darikegiatan proyek PPGM

Page 244: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-54

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Distribusi titik sampel untuk semua komponen lingkungan disajikan pada Peta rencana

Pengambilan sample (Hasil analisis data, terutama untuk parameter-parameter dari jenis-jenis

dampak hipotetik dikonversi menjadi bentuk skala setelah dicocokkan dengan Tabel Skala

Kualitas Lingkungan (Lampiran 12). Dalam tabel itu skala kualitas lingkungan hidup untuk

masing-masing komponen lingkungan hidup dan dampak penting hipotetik ditetapkan ke dalam

lima kelas yaitu:

Kelas: 1 = kualitas lingkungan hidup sangat jelek

2 = kualitas lingkungan hidup jelek

3 = kualitas lingkungan hidup sedang

4 = kualitas lingkungan hidup baik

5 = kualitas lingkungan hidup sangat baik

Selanjutnya, hasil analisis data yang telah ditelaah dikonversi ke dalam skala dituangkan dalam

Tabel 3.25.

Tabel 3.25. Ringkasan Hasil Analisis Data dan Skala Kualitas Lingkungan AwalMasing-masing Parameter Lingkungan yang Terkena Dampak

No.KomponenLingkungan

ParameterHasil Analisis Data Skala

KualitasLingkungan

Ket.PengukuranPengamatan

Lokasi

KOMPONEN GEO-FISIK-KIMIA1. Kualitas udara SO

NO2

COPM10

Debu (TSP)Kebisngan

2 Erosi tanah Erosivitas hujanErodibilitas tanahKelerenganPenutupan dan pengelolaan tanah

3 Drainase dan Pola aliranirigasi, debit Jaringan irigasi

Kecepatan aliran & luas penampang sungai

4 Kualitas air tawar Sifat fisik airSedimenSifat kimia air

5 Kualitas air laut Sifat fisik airSifat kimia air

6 Transportasi darat Kerusakan jalan dan jembatanGangguan kelancaran lalulintasGangguan keselamatan pengguna jalanPengotoran jalan

KOMPONEN BIOLOGI1 Biota air tawar ID Plankton

ID BenthosKekayaan jenis nekton

2 Biota air laut Persentase penutupan terumbu karangKekayaan jenis nekton

3 Biota darat Vegetasi alamiVegetasi budayaKekayaan jenis satwa liar

Page 245: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-55

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.25. Lanjutan

No.KomponenLingkungan

ParameterHasil Analisis Data Skala

KualitasLingkungan

Ket.PengukuranPengamatan

Lokasi

KOMPONEN SOSIAL1 Sosial

KependudukanKependudukan (struktur dan mobilitaspenduduk)

2 Sosial Ekonomi Pendapatan masyarakatKesempatan berusaha

3 Sosial Budaya Proses sosialSikap dan persepsi masyarakat

KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT1. Sanitasi

lingkunganTingkat sanitasi lingkungan

2. Tingkat Kesehatanmasyarakat

Tingkat kesehatan masyarakat

3.2. METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.2.1. Prakiraan Besaran Dampak

Metode prakiraan dampak pada prinsipnya adalah untuk memprakirakan besaran dampak

(magnitude) dan tingkat kepentingan (important) dampak.

Tabel 3.26. Metode Prakiraan Besaran Dampak Untuk Masing-MasingParameter Lingkungan Pada Jenis-Jenis Dampak Hipotetik

No KomponenLingkungan

Parameter Metode PrakiraanBesaran Dampak

Keterangan

1. Kualitas Udara SO Matematik dankomparatif dengan

analog kegiatan lainyang sama

Analogi dengan kegiatanAMDAL PengembanganLapangan Gas Senoro danPemipaan Gas Senoro-KintomKab. Banggai, Prov. SulawesiTengah

NO2

COPM10

Debu (TSP)Kebisingan

2 Erosi Tanah Erosivitas hujan,Erodibilitas tanah,Kelerengan,Penutupan dan pengelolaan tanah

Matematik:

A = R.K.L.C.P.

Adanya perubahan penutuplahan dan pengelolaan lahanberbeda akan menghasilkanbesar erosi berbeda.

3 Drainase dan irigasi,debit

Pola aliran,Jaringan irigasi,Kecepatan arus

Professional Judgement,Komparatif

4 Kualitas air tawar Sifat fisik air MatematikSifat kimia air

5 Kualitas air laut Sifat fisik air MatematikSifat kimia air

6 Transportasi darat Gangguan kelancaran lalulintas MatematikGangguan keselamatan pengguna Professional JudgementjalanKerusakan jalan dan jembatanPengotoran jalan

Komparatif dengananalog kegiatan lain

yang sama

Analogi dengan kegiatanAMDAL PengembanganLapangan Gas Senoro danPemipaan Gas Senoro-KintomKab. Banggai, Prov. SulawesiTengah

Page 246: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-56

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.2.6. Lanjutan

NoKomponenLingkungan

ParameterMetode Prakiraan Besaran

DampakKeterangan

7 Biota air tawar ID Plankton Professional Judgement dananalog dengan kegiatan sejenis

Analogi dengan kegiatanAMDAL PengembanganLapangan Gas Senorodan Pemipaan GasSenoro-Kintom Kab.Banggai, Prov. SulawesiTengah;

ID BenthosKekayaan Jenis Nekton

8 Biota air laut % penutupan terumbu karangKekayaan jenis nekton

9 Biota darat Vegetasi alamiVegetasi budayaKekayaan jenis satwa liar

10 Sosial ekonomi Kependudukan Analogi dengan kegiatan AMDALPengembangan Lapangan GasSenoro dan Pemipaan GasSenoro-Kintom Kab. Banggai,Prov. Sulawesi Tengah;Professional Judgement

dan budaya Pendapatan masyarakatKesempatan berusahaProses sosialSikap dan persepsi masyarakat

11 Kesehatan Kondisi sanitasi lingkungan Analogi dengan kegiatan AMDALPengembangan Lapangan GasSenoro dan Pemipaan GasSenoro-Kintom Kab. Banggai,Prov. Sulawesi Tengah;Professional Judgement

Masyarakat Tingkat kesehatan masyarakat

Berdasarkan metode (Tabel 3.26) tersebut di atas, akan dihasilkan kondisi masing-masing

parameter lingkungan terprediksi yang selanjutnya dikonversi dalam bentuk skala. Besaran

dampak setiap parameter yang dikaji diperoleh dengan menghitung selisih kualitas lingkungan

hidup setiap kegiatan (proyek) berlangsung (KLp) dengan kualitas lingkungan hidup saat rona

lingkungan hidup awal (mula-mula sebelum adanya proyek (KLRLA) atau Besar prakiraan

dampak = KLp – KLRLA

Angka prakiraan besaran dampak yang akan diperoleh antara 1 s/d 4, dengan pengertian:

+/-1 = dampak positif/negatif kecil

+/-2 = dampak positif/negatif sedang

+/-3 = dampak positif/negatif besar

+/-4 = dampak positif/negatif sangat besar

Namun demikian penetapan besaran dampak tersebut di atas tidak terlalu kaku, khususnya

untuk parameter tertentu yang diprakirakan akan melebihi baku mutu dan atau telah mendekati

angka batas pada perubahan skala kualitas lingkungan.

Selanjutnya hasil prakiraan besaran dampak di tuangkan dalam Tabel 3.27.

Page 247: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-57

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.27. Ringkasan Hasil Prakiraan Besaran Dampak Rencana Kegiatan ProyekPengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

No Komponen Lingkungan

Komponen Rencana KegiatanPra-

Konst Konstruksi Operasi PascaOperasi

1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3GEO-FISIK-KIMIA

1 Kualitas udara ambien -? -? +?2 Kebisingan -? -? +?3 Erosi tanah -? -? -?4 Sistem drainase dan irigasi -? -? -?5 Kualitas air permukaan -? -? -? -? -? +?6 Kualitas air laut -? -? -? +?7 Transportasi darat -? -? -? -? -? -? +?

BIOLOGI1 Vegetasi -? -?2 Satwa liar -? -? -?3 Biota air tawar -? -? -? -? -?4 Biota air laut -? -? -?

SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA1 Kependudukan +?2 Pola kepemilikan lahan -?3 Pendapatan masyarakat +? +? +? +? +? +? +? +? +? -?4 Kesempatan berusaha +? +? +? +? +? +? +? +? +? -?5 Proses sosial -? -? -? -? -? -?6 Sikap & persepsi masyarakat -? -? +? -? -? -? -? -? -? -? -? -? -? -?

KESEHATAN MASYARAKAT1 Sanitasi lingkungan -? -? -? -?2 Tingkat kesehatan masyarakat -? -?

Keterangan:A. Tahap Prakonstruksi

1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh2. Pemanfaatkan tenaga kerja setempat

B. Tahap Konstruksi1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja2. Pembukaan dan pematangan lahan3. Kegiatan Konstruksi Fasilitas Produksi Gas dan Kompleks Kilang LNG4. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur Gas

C. Tahap Operasi1. Penerimaan tenaga kerja2. Pemboran sumur pengembangan3. Penyaluran gas dan kondensat melalui pipa4. Penyaluran kondesat dengan transportasi darat5. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (MS dan BS)6. Operasional Kilang LNG dan fasilitas lainnya7. Pemeliharaan fasilitas produksi (Gas dan LNG)

D. Tahap Pasca Operasi1. Penghentian operasi produksi gas (MS dan BS) dan Kilang LNG2. Demobilisasi peralatan3. Penglepasan Tenaga Kerja

-? : diprakirakan berdampak negatif+? : diprakirkaan berdampak positif

Page 248: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-58

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.2.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak

Sifat penting dampak akan ditetapkan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No.

27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dampak besar dan penting

merupakan satu kesatuan makna “dampak penting”. Hal ini berarti bahwa tidak selalu yang

hanya mempunyai dampak besar saja yang bersifat penting, tetapi dampak yang kecil pun

dapat bersifat penting.

Untuk mengetahui apakah dampak-dampak tersebut mempunyai sifat penting tertentu, maka

dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor penentu dampak penting untuk selanjutnya dievaluasi

bersama-sama dengan besaran dampak-dampak tersebut, untuk mengambil keputusan apakah

dampak tersebut merupakan dampak besar dan penting agar dapat disimpulkan menjadi

dampak lingkungan besar dan penting.

Penentuan Tingkat kepentingan dampak dilakukan pada semua dampak-dampak hipotesis

dengan mengacu pada kriteria penentu dampak penting sesuai dengan Peraturan Pemerintah

No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yaitu:

1. Jumlah manusia yang terkena dampak

2. Luas wilayah persebaran dampak

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

4. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak

5. Sifat kumulatif dampak

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Akan tetapi dalam penetapan tingkat kepentingan dampak secara umum, dalam kajian AMDAL

ini akan relatif lebih konservatif dibanding penetapan berdasarkan SK Kep Bapedal No. 56 tahun

1994. Penetapan tingkat kepentingan dampak ini dikelompokkan kedalam dampak penting (P)

dan tidak penting (TP). Pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak apakah dampak

tersebut penting (P) atau tidak penting (TP) didasarkan pada kriteria sebagai berikut.

1) Untuk jumlah manusia yang terkena dampak

Kriteria P apabila terdapat > 25% manusia tidak mendapatkan memanfaatkan hasil/manfaat

dari proyek.

Kriteria TP apabila tidak jumlah manusia terkena dampak <25% dari manusia yang terkena

dampak.

Page 249: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-59

PT. PERTAMINA EP - PPGM

2) Luas wilayah persebaran dampak

Kriteria P apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi, karena setidak-tidaknya di

daerah tersebut dalam luasan 0,25 dari luas wilayah studi pemanfaatan ruang cukup

beragam sehingga tingkat kepentingannya tinggi, sehingga dampaknya sudah dianggap

penting.

Kriteria TP apabila luas dampak < 0,25 kali luas wilayah studi.

3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Kriteria P apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang batas baku mutu,

dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat.

Kriteria TP apabila intensitasnya rendah (dibawah ambang batas baku mutu dan dampaknya

berlangsung hanya sesaat).

4) Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak

Kriteria P apabila ada komponen lain yang terkena dampak.

Kriteria TP apabila tidak ada komponen lain yang terkena dampak.

5) Sifat kumulatif dampak

Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi.

Kriteria TP apabila dampak tidak akan terakumulasi.

6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Kriteria P apabila dampak tidak berbalik.

Kriteria TP apabila dampak berbalik.

Mengingat bahwa tujuan akhir pembangunan adalah untuk kepentingan manusia, maka dalam

penetapan sifat penting dampak, parameter jumlah manusia terkena dampak diberi bobot 3.

Mendasarkan pada batasan tersebut di atas maka pembobotan untuk setiap parameter penentu

tingkat kepentingan dampak ditetapkan seperti disajikan pada Tabel 3.28.

Page 250: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-60

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.28. Pembobotan Paramater Penentu Tingkat Kepentingan Dampak

Nomor Parameter Penentu Tingkat Kepentingan Dampak B o b o t

1

2

3

4

5

6

Jumlah manusia yang terkena dampak

Luas wilayah persebaran dampak

Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak

Sifat kumulatif dampak

Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

1 x 1 = 1

1 x 1 = 1

1 x 1 = 1

1 x 1 = 1

1 x 1 = 1

1 x 1 = 1

Jumlah 6

Penentuan tingkat kepentingan dampak tersebut didasarkan pada jumlah faktor penentu

dampak penting yang bersifat penting yaitu:

1) Apabila P ≥3 maka termasuk dalam katagori penting (P)

2) Apabila P ≤2 termasuk dalam katagori tidak penting (TP)

Proses penentuan tingkat kepentingan dampak untuk masing-masing jenis dampak hipotetik

disajikan dalam Tabel 3.29, sedangkan ringkasan hasilnya disajikan dalam Tabel 3.30.

Page 251: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-61

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.29. Penentuan Tingkat Kepentingan Dampak

TAHAPRENCANAKEGIATAN

RENCANAKEGIATAN

JENISDAMPAKPENTING

HIPOTETIK

Parameter Penentu Tingkat Kepentingan Dampak

JUMLAHNILAI

PKesimpulan

Jumlahmanusiaterkenadampak

(bobot 1)

Luaswilayah

persebaran dampak(bobot 1)

Lama danintensitasdampak

(bobot 1)

Banyaknyakomponenlain terkena

dampak(bobot 1)

Sifatkumulatifdampak

(bobot 1)

Berbalik/tidak berbalik

nya dampak(bobot 1)

Page 252: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-62

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.30. Ringkasan Hasil Penentuan Tingkat Kepentingan DampakKegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok

di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

No Komponen Lingkungan

Komponen Rencana KegiatanPra-

KonstKonstruksi Operasi Pasca

Operasi1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3

GEO-FISIK-KIMIA1 Kualitas udara ambien P/TP P/TP P/TP

2 Kebisingan P/TP P/TP P/TP

3 Erosi tanah P/TP P/TP P/TP

4 Sistem drainase dan irigasi P/TP P/TP P/TP

5 Kualitas air permukaan P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP

6 Kualitas air laut P/TP P/TP P/TP P/TP

7 Transportasi darat P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP

BIOLOGI P/TP

1 Vegetasi P/TP P/TP

2 Satwa liar P/TP P/TP P/TP

3 Biota air tawar P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP

4 Biota air laut P/TP P/TP P/TP

SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA1 Kependudukan P/TP

2 Pola kepemilikan lahan P/TP

3 Pendapatan masyarakat P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP

4 Kesempatan berusaha P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP

5 Proses sosial P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP

6 Sikap & persepsi masyarakat P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP

KESEHATAN MASYARAKAT1 Sanitasi lingkungan P/TP P/TP P/TP P/TP

2 Tingkat kesehatan masyarakat P/TP P/TP

Keterangan:A. Tahap Prakonstruksi

1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh P = dampak penting2. Pemanfaatkan tenaga kerja setempat TP= dampak tidak penting

B. Tahap Konstruksi1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja2. Pembukaan dan pematangan lahan3. Kegiatan Konstruksi Fasilitas Produksi Gas dan Kompleks Kilang LNG4. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur Gas

C. Tahap Operasi1. Penerimaan tenaga kerja2. Pemboran sumur pengembangan3. Penyaluran gas dan kondensat melalui pipa4. Penyaluran kondesat dengan transportasi darat5. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (MS dan BS)6. Operasional Kilang LNG dan fasilitas lainnya7. Pemeliharaan fasilitas produksi (Gas dan LNG)

D. Tahap Pasca Operasi1. Penghentian operasi produksi gas (MS dan BS) dan Kilang LNG2. Demobilisasi peralatan3. Penglepasan Tenaga Kerja

Page 253: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-63

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.3. METODE EVALUASI DAMPAK PENTING

Tujuan dilakukan evaluasi dampak besar dan penting lingkungan akibat dari komponen

kegiatan yang direncanakan adalah memutuskan/menentukan jenis dampak hipotetik yang akan

dikelola, jenis dampak tersebut ditelaah secara holistik, dan memberikan arahan atau alternatif

pengelolaannya.

Metode evaluasi dampak penting yang digunakan adalah non matrik yaitu dengan pendekatan

deskriptif-kualitas berdasarkan informasi besaran dan tingkat kepentingan masing-masing jenis

dampak penting hipotetik dengan bagan alir. Adapun keputusan tentang jenis dampak

hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak yang termasuk kategori dampak penting

yang dikelola (PK) yang ditetapkan berdasarkan dua kriteria sederhana berikut:

a) Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila tingkat

kepentingannya (∑P) > 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan terjadi

menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebihi

baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak

penting yang dikelola (PK).

b) Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: Apabila (∑P)

3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥ (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya

masuk kategori dampak penting yang dikelola (PK).

c) Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan

tidak dikelola (TPK).

Diluar kedua kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak penting dan

tidak dikelola (TPK). Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting yang

dikelola (PK), maka dampak-dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyusunan

Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan. Hasil evaluasi dampak

besar dan penting disajikan dalam Tabel 3.31.

Page 254: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-64

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.31. Ringkasan Hasil Evaluasi Dampak Penting

TAHAP RENCANAKEGIATAN

JENIS DAMPAK PENTINGHIPOTETIK

SUMBERDAMPAK

BakuMutuLingk

BESARANDAMPAK

(+/-)

JUMLAHBOBOTNILAI

P

KEPUTUSAN/KESIMPULAN HASIL

EVALUASI(PK/TPK)

Kualitas udara ambien

Kebisingan

Erosi tanah

Sistem drainase dan irigasi

Kualitas air permukaan

Kualitas air laut

Transportasi darat

Vegetasi

Satwa liar

Biota air tawar

Biota air laut

Kependudukan

Pendapatan masyarakat

Kesempatan berusaha

Proses sosial

Sikap dan persepsi masyarakat

Sanitasi Lingkungan

Tingkat Kesehatan masyarakat

Jenis dampak penting tersebut kemudian di telaah secara holistik yang dibantu dengan Bagan

Aliran Dampak untuk mengetahui kecenderungan dengan menyajikan nilai kuantitatif dan

kualitatif dari setiap besaran dan sifat kepentingan dalam bentuk uraian deskriptif secara satu

kesatuan, yang dikelompokkan ke dalam tiga kajian, yaitu:

Kelestarian fungsi ekologis, merupakan hasil pengkajian dari parameter fisik-kimia dan

biologi yang terkena dampak besar dan penting;

Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, merupakan hasil pengkajian dari parameter

sosial ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat;

Kontribusi terhadap pembangunan daerah, merupakan kajian secara makro dimana

kontribusi perusahaan terhadap pembangunan daerah sebagai konsekuensi dari diperolehnya

ijin melakukan eksploitasi migas yaitu bersumber dari pembayaran pajak, pelaksanaan

community development, dan perimbangan penerimaan daerah dari produksi migas

berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

Page 255: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-65

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Berdasarkan hasil telaahan secara holistik atas jenis dampak besar dan penting dapat ditentukan

berbagai alternatif atau arahan pengelolaannya dengan mempertimbangkan sumber penyebab

dampak, lokasi atau kondisi lingkungan berlangsungnya dampak, dan besaran dampaknya.

Sumber dampak dapat berupa suatu komponen kegiatan atau penyebab dampak yang

bersumber dari jenis dampak yang lain. Berdasarkan arahan atau berbagai alternatif

pengelolaan yang diusulkan akan dapat diperoleh dua informasi penting yaitu:

Masukan untuk pengambilan keputusan atas kelayakan lingkungan dari Rencana Proyek

Pengembangan Gas Matindok (PPGM);

Masukan untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana

Pemantauan Lingkungan (RPL).

Page 256: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-1

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Bab-4PELAKSANA STUDI

4.1. IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN AMDAL

4.1.1. Pemrakarsa

A. Nama Perusahaan

Nama Perusahaan: PT. PERTAMINA EP - Proyek Pengembangan Gas Matindok

Alamat Kantor : Gedung Pertamina, Annex Lantai 9

Jl. Merdeka Timur No. 1A. Jakarta, 10110, Indonesia

P.O. Box 1012 Jkt.

Telp./ Fax. : (021) 3816570/ (021) 3521992

B. Nama dan Alamat Penanggung Jawab Kegiatan

Nama : M. Indra Kusuma

Jabatan : General Manager Proyek Pengembangan Gas Matindok

Alamat Kantor : Gedung Pertamina, Annex Lantai 9

Jl. Merdeka Timur No. 1A. Jakarta, 10110, Indonesia

P.O. Box 1012 Jkt.

Telp./ Fax. : (021) 3816570/ (021) 3521992

4.1.2. Identitas Penyusun AMDAL

A. Nama dan Alamat Instansi

Nama : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada

Alamat : Jl. Lingkungan Budaya, Sekip Utara Yogyakarta 55281

E-mail : [email protected]

Telp. : (0274) 565722, 902410

Fax. : (0274) 565722

Page 257: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-2

PT. PERTAMINA EP - PPGM

B. Penanggung Jawab Studi

Nama : Dr. Eko SugihartoJabatan : Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada

Alamat Jl. Lingkungan Budaya, Sekip Utara Yogyakarta 55281

E-mail : [email protected]. : (062-274) 565-722, 902-410

Fax. : (062-274) 565-722

C. Tim Pelaksana Studi AMDAL

Tim pelaksana Studi AMDAL ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: ketua tim, koordinator

bidang fisik kimia beserta beberapa orang anggota, koordinator bidang biologi denganbeberapa orang anggota, koordinator bidang sosial ekonomi dan budaya dengan beberapa

orang anggota, koordinator bidang kesehatan masyarakat dengan seorang anggota

dan beberapa narasumber. Susunan tim penyusun AMDAL selengkapnya disajikan pada

Tabel 4.1.Tabel 4.1. Susunan Tim Pelaksana Studi AMDAL

Jabatan Nama Keahlian SertifikatAMDAL

Nara Sumber Ir. Subaryono, MA, PhD. Ahli Kepala,Lingkungan dan GIS(S3, 15 tahun)

Ketua Tim Drs. Bambang Agus Suripto, M.Sc. Ahli Kepala, Lingkungan(S2, 10 tahun) A, B

Koordinator BidangGeofisik-Kimia Drs. Suprapto Dibyosaputro, M.Sc. Ahli Kepala, Geomorfologi

(S2, 10 tahun) A, B

Anggota Dr. rer. nat. Nurul Hidayat Aprilita, M.Si. Ahli Kimia(S3, 5 tahun) A

Ir. Wahyu Widodo, M.T. Ahli Transportasi A,B

Koordinator BidangBiologi Drs. Bambang Agus Suripto, M.Sc. Ahli Kepala, Lingkungan

(S2, 10 tahun) A, B

Asisten Utiyati, S.Si. Asisten Biologi A, B

Koordinator BidangSos-Ek-Bud Drs. Dahlan H. Hasan, M.Si. Ahli Kepala, Sos.Ek.Bud

(S2, 10 tahun) A, B

Anggota Supriadi, SH., M.Hum. Ahli Sos.Ek.Bud (S2) A, B

Asisten Ir. Christina Lilies Sutarminingsih Asisten Sos.Ek.Bud. A, B

Koordinator BidangKes. Mas. Prof. Dr. Sugeng Yuwono Mardihusodo Ahli Kepala, Kes. Mas.

(Guru Besar)

Asisten P. Sutrisno, S.Sos. Asisten Kes. Mas. A, B

Nara Sumber Ir. Subaryono, MA., Ph.D. Ahli Kepala Lingkungan dan GIS(S3, 15 tahun)

Pemetaan/GIS Ahsan Nurhadi, S.Si. Pemetaan/GIS A, B

Page 258: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-3

PT. PERTAMINA EP - PPGM

4.2. BIAYA STUDI

Perkiraan biaya studi AMDAL PT. PERTAMINA EP - Proyek Pengembangan Gas Matindok

(PPGM) termasuk kegiatan konsultasi masyarakat sebagai kewajiban yang tercantum pada

Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000 adalah sebagai berikut :

1. Konsultasi Masyarakat

a. Jasa tenaga ahli : 11%

b. Survei lapangan/kegiatan konsultasi masyarakat : 19%

c. Dokumentasi/pelaporan : 4%

2. Penyusunan KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL

a. Tenaga ahli : 21%

b. Survei lapangan dan analisis laboratorium : 29%

c. Proses persetujuan dokumen : 10%

d. Dokumentasi/administrasi : 6%

TOTAL 100%

4.3. WAKTU STUDI

Studi AMDAL PT. PERTAMINA EP - Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) ini

diprakirakan akan berlangsung selama 8 bulan, tidak termasuk waktu tunggu presentasi di

depan Komisi Penilai AMDAL Pusat dan persetujuan dari Komisi AMDAL Pusat, Kementrian

Lingkungan Hidup Jakarta.

Pembagian secara detail tahapan-tahapan penelitian penyusunan laporan Studi AMDAL disajikan

pada Tabel 4.2.

+

Page 259: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok IV-4

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 4.2. JADWAL RENCANA PENYUSUNAN STUDI AMDAL PT. PERTAMINA EP – MATINDOK SULAWESI TENGAH

NO KEGIATANBULAN KE

I II III IV V VI VII VIII1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 a. Perijinan ke instansi terkaitb. Koordinasi dengan pemerintah setempat

2 PENGUMUMAN PUBLIKa. Memasang papan pengumuman di desa dan kecamatanb. Pengumuman di Media Elektronikc. Pengumuman di Media Cetakd. Pengumpulan Data Tanggapan Masyarakat

3 KONSULTASI MASYARAKATa. Koordinasi dengan Pemerintah Setempatb. Konsultasi Masyarakat di Desa/Kecamatanc. Pengolahan Data Hasil Konsultasi Masyarakatd. Pengolahan Data Hasil Diskusi – Konsultasie. Pengumpulan Data Sekunder

4 PENYUSUNAN KA ANDALa. Penulisan Draft KA ANDALb. Konsultasi KA ANDAL dengan Pemrakarsac. Penyempurnaan KA ANDALd. Penyerahan KA ANDAL ke Pemrakarsae. Penyerahan KA ANDAL ke Komisi Penilai AMDALf. Presentasi KA ANDAL di Komisi Penilai AMDALg. Penyempurnaan dan Persetujuan KA ANDAL

5 PENYUSUNAN ANDAL – RKL – RPLa. Pengumpulan Data Lapangan (A-B-SEB-KM)b. Analisis Laboratoriumc. Pengolahan Datad. Penyusunan ANDALe. Penyusunan RKLf. Penyusunan RPLg. Konsultasi ANDAL-RKL-RPL kepada Pemrakarsah. Penyempurnaan ANDAL-RKL-RPLi. Penyerahan ANDAL-RKL-RPL ke Pemrakarsaj. Penyerahan ANDAL-RKL-RPL ke Komisi Penilai AMDALk. Presentasi ANDAL-RKL-RPL di Komisi Penilai AMDALl. Penyempurnaan dan Persetujuan ANDAL-RKL-RPL

Page 260: KA Andal PPGM Pertamina

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Page 261: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

PT. PERTAMINA EP - PPGM

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2004, Thefreedictionary.com, Farlex.Inc.

Audley-Charles, M.G., and J.S. Milsom. (1974). Comments on a paper by T.J. Fitch “Plateconvergence, transcurrent faults, and internal deformation adjacentsoutheast Asia and the western pacific.” Journal of Geophysical Research79:4980-4981.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasil Pentahapan KeluargaSejahtera Tingkat Nasional tahun 1994-2001, www.bkkbn.go.id

Badan Pusat Statistik, 1990, Sensus Penduduk Indonesia Tahun 1990, BPS, Jakarta.

Badan Pusat Statistik, 2003, Data dan Informasi Kemiskinan, BPS, Jakarta.

Bally, A.W. and Snelson, S. (1980). Realms of subsidence. Facts and principles of worldpetroleum occurrence. Can. Soc. Petrol. Geologists Memoirs 6:9-94.

Biswas, A.K. and Geping, Q. (1987). Environmental impact assessment for developingcountries. United Nations University, Tycooly International, London, 232 pp.

Cooley, Charles Horton, 1922, Freedom “Chapter 12 in Human Nature and the SocialOrder (Revised Edition)” Charles Scribner's Sons, New York.

Cooley, Charles Horton, 1918, Social Process,Charles Schribner’s Sons, New York.http://spartan.ac.brocku.ca/Iward/Cooley/cool_ctoc.html

Davis, K., and W. E. Moore. 'Some Principles of Stratification.' American SociologicalReview 10 (1945):242-49.

Depkes, 2002, Profil Kesehatan Indonesia 2001, Menuju Indonesia Sehat 2010,Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Gellner, 1983, The integration of immigrants Social cohesion and quality of lifehttp://Social.coe.int/en/Index.htm

Geertz, Clifford, 1973, The Interpretation of Culture, New York : Basic.

Green, R.H. (1979). Sampling Design and Statistical Methods for EnvironmentalBiologists. John Wiley and Sons. New York, 527 pp.

Page 262: KA Andal PPGM Pertamina

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Hadi Sidarta, P, 1995 Aspek Sosial AMDAL, Sejarah Teori dan Metode, Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta.Krejcie,R.V., D.W. Morgan, 1970, DeterminingSample Side for Research Activities, Educational and PsychologicalMeasurement.

Hari Purwanto, 2000 Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi, PustakaPelajar, Yogyakarta,

Myers and Michener, et al, 2002, Lecture 04 - Social Psych “Social PerceptionAttribution”, http:www.nd.edu.

Mantra, Ida Bagus, 2001, Kumpulan Rumus-Rumus Demografi. Fakultas GeografiUniversitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Patton, M.Q.(1990). Qualitative Evaluation and Research Methods. SAGE Publications.Newbury Park London New Delhi.

PRM Research 447, 2004, Calculating Sample Size and Margin of Error Table,http://www.prm.nau.edu/prm447/sample_size.htm

Raosoft, Inc, 2004, Free Sample Size Calculator, http: //www .raosoft. com/ samplesize.html

Redfield, Robert, Ralph Linton and Melville, J. Herskovits, 1936 : 38 (1): 149-152"Memorandum for the Study of Acculturation”. American Anthropologist.

Sayogyo dan Pujiwati Sajogyo, 2002. Sosiologi Pedesaan (Kumpulan Bacaan) Jilid 2.Gadjah Mada University Press, Cit, 11 Yogyakarta

Schmidt, F.H. and Ferguson, J.H.A. (1951). Rainfall Types Based on Wet and Dry PeriodRatios for Indonesia and Western New Guinea. Verh. Djawatan Mety. DanGeofisik, Jakarta 42

Sloan, N.A. (1993b). Effects of Oil on Marine Resources: A Worldwide Literature ReviewRelevant to Indonesia. EMDI Environment Report, Halifax, Canada andJakarta, Indonesia, 70 pp.

Soekanto, Soerjono, 1969. Sosiologi Suatu Pengantar, Yayasan Penerbit UniversitasIndonesia, Jakarta.

Sukamto Reksohadiprodjo, dan A Budi Purnomo, 1998. Ekonomi Sumber Daya Alam danEnergi,BPFE, Yogyakarta

Sukamto Reksohadiprodjo, dan A Budi Purnomo, 1998. Ekonomi Lingkungan SuatuPengantar, BPFE, Yogyakarta

Surveyguy, 2004, Sample Size Calculator, Creative Research Systems Survey Software,http://www.SurveyGuy_com.Sample Size Calculator.htm

Thanh Loi, Duong,1998, Assimilation versus Integration and the Vietnamese Youth’sIdentity “Youth Involvement and Community Development” tanggal 16-18Oktober 1998, Vietnamese Canadian Federation, Ottawa.