charcoot

45
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cedera kepala merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada semua kelompok usia. Saat ini, belum ada penanganan yang efektif untuk memulihkan efek yang menetap dari cedera kepala primer, dan penanganan ditujukan untuk mengurangi efek sekunder dari cedera kepala yang dapat terjadi akibat dari iskemik, hipoksia dan peningkatan tekanan intra cranial. Memahami epidemiologi dari cedera kepala berguna untuk tindakan preventif, perencanaan strategi preventif primer berdasarkan populasi untuk meningkatkan penanganan yang efektif dan efisien, termasuk ketentuan fasilitas rehabilitasi bagi mereka yag terkena cedera kepala. Perubahan neuropatologi terkait dengan sejumlah factor, termasuk tipe dan keparahan cedera, serta bekes cedera yang dapat terjadi akibat cedera yang tumpul maupun tajam yang dapat menyeuruh ataupun local. Patologi dari cedera kepala juga dipengaruhi dari factor pasien seperti usia, komorbid, alcohol, hipoksia, sepsis dan penanganan

Upload: imamfahmi

Post on 30-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

isi

TRANSCRIPT

Page 1: Charcoot

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Cedera kepala merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada semua

kelompok usia. Saat ini, belum ada penanganan yang efektif untuk memulihkan efek

yang menetap dari cedera kepala primer, dan penanganan ditujukan untuk

mengurangi efek sekunder dari cedera kepala yang dapat terjadi akibat dari iskemik,

hipoksia dan peningkatan tekanan intra cranial. Memahami epidemiologi dari cedera

kepala berguna untuk tindakan preventif, perencanaan strategi preventif primer

berdasarkan populasi untuk meningkatkan penanganan yang efektif dan efisien,

termasuk ketentuan fasilitas rehabilitasi bagi mereka yag terkena cedera kepala.

Perubahan neuropatologi terkait dengan sejumlah factor, termasuk tipe dan

keparahan cedera, serta bekes cedera yang dapat terjadi akibat cedera yang tumpul

maupun tajam yang dapat menyeuruh ataupun local. Patologi dari cedera kepala juga

dipengaruhi dari factor pasien seperti usia, komorbid, alcohol, hipoksia, sepsis dan

penanganan

Cedera kepala traumatic berdampak pada ribuan orang tiap tahunnya. Keparahan

cedera mulai yang ringan dengan gangguan fungsi kognitif yang tidak dapat dinilai

hingga gangguan kesadaran yang parah dengan prolong koma dan status vegetative

persisten. Pencitraan cedera kepala tidak hanya bergantung pada mekanisme dan

keparahan cedera, tapi juga pada waktu sejak terjadinya cedera. Tujuan dari

pencitraan ini termasuk untuk pengambilan keputusan terapi, prognosis dan penelitian

patofisiologi cedera kepala. Intracranial pressure (ICP) juga telah menjadi variable

vital pada fungsi serebral di saat fase akut cedera kepala

Page 2: Charcoot

2

1.2 TUJUAN

1 Agar pembaca dapat mengetahui patologi otak dan medulla spinalis dengan

teknik scanning pada kasus Head Injury .

2 Agar pembaca dapat mengetahui indikasi dan kontra indikasi CT SCAN secara

umum

3 Agar pembaca dapat mengetahu peranan radiologi pada pasien HEAD INJURY

Page 3: Charcoot

3

BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 ANAMNESA PRIBADI

Nama :Mrs RY

Umur :18 tahun

Jenis Kelamin :Perempuan

Status : belum kawin

Agama :islam

Pekerjaan :pelajar

Alamat : Kp. Mangga , Tebing Tinggi

Suku :jawa

2.2 ANAMNESA PENYAKIT

Keluhan Utama : Tidak sadarkan diri pasca kecelakaan

lalu lintas

Telaah :

Sebelum os datang RSUD DR.H.KUMPULAN PANE os dibawa oleh

warga ke klinik terdeka. Lalu dirujuk ke RSUD DR.H.KUMPULAN PANE

dengan keadaan tidak sadarkan diri setelah mengalami kecelakaan lalu lintas,

Os terjatuh dari sepeda motor lalu mengalami benturan dibagian kepala

disertai dengan benjolan di kepala bagian atas, os juga mengalami muntah

darah disertai dengan keadaan yang gelisah

Page 4: Charcoot

4

2.3 ANAMNESA PENYAKIT TERDAHULU

- Riwayat Hipertensi : disangkal

- Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal

- Riwayat Penyakit jantung : disangkal

- Riwayat asma : disangkal

- Riwayat Penyakit maag : disangkal

2.4 RIWAYAT PEMAKAIAN OBAT

( - )

2.5 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

( - )

2.6 ANAMNESA PRIBADI

merokok (-), alkohol (-), kopi (-)

2.7 STATUS PRESENT

Keadaan Umum : BAIK

- Sensorium : Compos Mentis

- Tekanan Darah :90/60 mmHg

- Nadi :64 x/i, regular, equals, t/v kuat

- Pernafasan : 20x/i, thoraco-abdominal

- Temperature : 36,4ºC

Page 5: Charcoot

5

2.8 KEADAAN PENYAKIT

Keadaan Penyakit :BAIK

- Anemia : (-)

- Ikterus : (-)

- Sianosis : (-)

- Dispnue : (-)

- Edema : (-)

- Purpura : (-)

- Turgor Kulit :Kembali cepat

- Pancaran Wajah : Baik

- Sikap Tidur Paksa : (-)

2.9 KEADAAN GIZI

Keadaan Gizi : BAIK

BB :52Kg TB : 155cm

RBW : ( BB / TB – 100 ) x 100%

: ( 52 /155 -100) x 100%

: 99 %Normoweight

2.11 PEMERIKSAAN FISIK

1 KEPALA

- Bentuk : Normocepahali

- Pertumbuhan Rambut : DBN

Page 6: Charcoot

6

- Nyeri Tekan : (+)

- Perubahan Lokal : (+)

A. Muka

- Pancaran Wajah : Baik

- Sembab : (-)

- Pucat : (-)

- Kuning : (-)

- Parase : (-)

- Gangguan Lokal : (-)

B. MATA

- Stand Mata : DBN

- Gerakan : Baik Kesegala Arah

- Exofthalmus : (-)

- Ptosis : (-)

- Ikterus : (-)

- Anemia : (-)

- Reaksi Pupil : (+/+), isokor, diameter 3 mm, RCL (+/+),

RCTL (+/+)

- Gangguan Local : (-)

C. TELINGA

Page 7: Charcoot

7

- Sekret : (-)

- Radang : (-)

- Bentuk : DBN

- Atrofi : (-)

D. HIDUNG

- Sekret : (-)

- Bentuk : Dalam Bentuk Normal

- Benjolan – Benjolan : (-)

E. BIBIR

- Sianosis : (-)

- Pucat : (-)

- Kering : (-)

- Radang : (-)

F. GIGI

- Karies : (-)

- Pertumbuhan : DBN

Page 8: Charcoot

8

G. Lidah

- Kering : (-)

- Pucat : (-)

- Beslag : (-)

- Tremor : (-)

H. Tonsil

- Merah : (-)

- Bengkak : (-)

- Beslag : (-)

2. LEHER

Inspeksi

- Struma : Tidak Terlihat Perbesaran

- Kelenjar Bengkak : (-)

- Pulsasi Vena : (-)

- Venektasi : (-)

Palpasi

- Posisi Trachea : Medial/DBN

Page 9: Charcoot

9

- Nyeri Tekan : (-)

- Tekanan Vena Jugularis : R – 2 cm H2O

3. THORAX

THORAX DEPAN

Inspeksi

- Bentuk : Fusiformis

- Simetris / Asimetris : Simetris

- Retraksi Iga : (-)

- Bendungan Vena : (-)

- Ketinggalan Bernafas : (-)

- Venektasi : (-)

- Pembengkakan : (-)

- Ictus Cordis : tidak terlihat

Palpasi

- Nyeri Tekan : (-)

- Fremitus Suara :

a. Lapangan Paru Atas : Kanan = Kiri

b. Lapangan Paru Tengah : Kanan = Kiri

Page 10: Charcoot

10

c. Lapangan Paru Bawah : Kanan = Kiri

- Ictus Cordis

a. Lokasi : ICR V, 1 jari medial linea midclaviclacula sinistra

b. Kuat Angkat : (-)

c. Melebar : (-)

Perkusi

- Suara Perkusi Paru

a. Lapangan Paru Atas : Sonor, Kanan = Kiri

b. Lapangan Paru Tengah : Sonor, Kanan = Kiri

c. Lapangan Paru Bawah : Sonor, Kanan = Kiri

- Batas Paru Hati

a. Relatif : ICR V

b. Absolut : ICR VI

c. Peranjakan Hati : 1 jari dibawah batas paru hati absolut

- Batas Jantung

a. Kanan : ICR IV, Linea Parasternalis dextra

b. Atas : ICR III

Page 11: Charcoot

11

c. Kiri : ICR V, 1 jari medial linea midclavicula

sinistra

Auskultasi

Paru – Paru

a. Suara Pernafasan

- Lapangan Paru Atas :Vesikuler, Kanan = Kiri

- Lapangan Paru Tengah :Vesikuler, Kanan = Kiri

- Lapangan Paru Bawah :Vesikuler, Kanan = Kiri

b. Suara Tambahan

- Ronkhi Basah : (-)

- Ronkhi Kering : (-)

- Krepitasi : (-)

- Gesek Pleura : (-)

Cor

a. Heart Rate :90 x/m, regular

b. Suara Katup : M1> M2 A2> A1

P2> P1 A2> P2

c. Suara Tambahan

- Desah Jantung fungsional / organis : (-)

- Gesek Peri Cardial / Pleura Cardial : (-)

Page 12: Charcoot

12

THORAX BELAKANG

Inspeksi

- Bentuk : Fusiformis

- Simetris / Asimetris : Simetris

- Benjolan – Benjolan : (-)

- Scapulae Alta : (-)

- Ketinggalan Bernafas : (-)

- Venektasi : (-)

Palpasi

- Nyeri Tekan : (-)

- Fremitus Suara

a. Lapangan Paru Atas : Kanan = Kiri

b. Lapangan Paru Tengah : Kanan = Kiri

c. Lapangan Paru Bawah : Kanan = Kiri

Perkusi

- Suara Perkusi Paru

a. Lapangan Paru Atas : Sonor, Kanan = Kiri

Page 13: Charcoot

13

b. Lapangan Paru Tengah : Sonor, Kanan = Kiri

c. Lapangan Paru Bawah : Sonor, Kanan = Kiri

- Batas Bawah Paru

a. Kanan : Vertebra Thoracal IX

b. Kiri : Vertebra Thoracal X

Auskultasi

a. Suara Pernafasan

- Lapangan Paru Atas :Vesikuler, Kanan = Kiri

- Lapangan Paru Tengah :Vesikuler, Kanan = Kiri

- Lapangan Paru Bawah :Vesikuler, Kanan = Kiri

b. Suara Tambahan

- Ronkhi Basah : (-)

- Ronkhi Kering : (-)

- Krepitasi : (-)

- Gesek Pleura : (-)

4. ABDOMEN

Inspeksi

- Membesar : (-)

Page 14: Charcoot

14

- Venektasi : (-)

- Sirkulasi Kolateral : (-)

- Pulsasi : (-)

- Umbilicus : (-)

Palpasi

- Defens Muscular : (-)

- Nyeri Tekan : (-)

- Lien : Tidak teraba

- Ren : Tidak Teraba

- Hepar : Tidak Teraba

Perkusi

- Suara Abdomen : Tympani

- Shiffting Dullnes : (-)

- Pekak Hati :(-)

Auskultasi

- Peristaltic Usus : (+), dalam batas normal

5. EKSTREMITAS

Ekstremitas Atas

- Bengkak : (+/-)

Page 15: Charcoot

15

- Merah : (+ /-)

- Eritema Palmaris : (- /-)

- Stand Abnormal : (- /-)

- Gangguan Fungsi : (- /-)

- Rumple leed Test : (-)

- Reflex : - Biceps (+/+), Kanan = Kiri

- Triceps (+/+), Kanan = Kiri

Ekstremitas Bawah

- Bengkak : (+/-)

- Merah : (+ /-)

- Oedem : (- /-)

- Pucat : (- /-)

- Gangguan Fungsi : (- /-)

- Varises : (- /-)

- Reflex : - KPR (+/+), Kanan = Kiri

- APR (+/+), Kanan = Kiri

2.12 RESUME

Anamnesa

Keluhan Utama : Tidak sadarkan diri pasca kecelakaan

Page 16: Charcoot

16

lalu lintas

Telaah : Sebelum os datang RSUD DR.H.KUMPULAN

PANE os dibawa oleh warga ke klinik terdeka. Lalu

dirujuk ke RSUD DR.H.KUMPULAN PANE dengan

keadaan tidak sadarkan diri setelah mengalami

kecelakaan lalu lintas, Os terjatuh dari sepeda motor

lalu mengalami benturan dibagian kepala disertai

dengan benjolan di kepala bagian atas, os juga

mengalami muntah darah disertai dengan keadaan

yang gelisah .

Status Present

Keadaan Umum Keadaan Penyakit Keadaan Gizi

Sens : Compos Mntis Anemia : (-) TB : 155 cm

TD :90/60 mmHg Ikterus : (-) BB :52 kg

HR :64x/m, regular Sianosis : (-) RBW : 99 %

RR : 20x/m Dispnue : (-)

Suhu : 36,5 ºC Edema : (-)

Page 17: Charcoot

17

Turgor : Kembali Cepat

Pancaran Wajah : Baik

PEMERIKSAAN FISIK

- Kepala : Normocephali, dalam Batas Normal

- Leher : Dalam batas normal

- Thorax : Dalam batas normal

- Abdomen :Soepel

- Ekstremitas : Dalam Batas Normal

2.13 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

DARAH

Hb 11,2 g/dl

Leukosit 10.700 uL

LED -

Eritrosit 3,79 x 1012/L

Hitung Jenis -

Trombosit 234.000 ul

Page 18: Charcoot

18

2.14 DIFFERENTIAL DIAGNOSA

Head Injury

Komusio Serebri

Kontusio Serebri

2.15 DIAGNOSA SEMENTARA

Head Injury

2.16 TERAPI

Terapi Umum

- Bed Rest

- Imobilisasi

- Surgery

Terapi Medikamentosa

- IVFD Rsol 20 gtt/i

- O2 2-4 liter /i k/p

- Inj. Cefotaxim 1 g / 8 jam

- Inj. Citicholin 500 mg / 8 jam

- Inj . kalnex 1 amp / 8 jam

- Inj. Novalgin 1 amp / 8 jam

Page 19: Charcoot

19

- Inj. Manitol 125 cc / 6 ja

2.17 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan CT SCAN :

Page 20: Charcoot

20

Pemeriksaan Head CT-SCAN potongan axial tanpa kontras

Tampak lesi hiperdens pada lobus frontalis kanan dan kiri ( kanan lebih

prominan ) dan lobus temporal kiri disertai perifokal edema disekitar

Tampak lesi hiperdens bentuk crescent pada lobus frontotemporal kiri dan minimal

lesi hiperdens pada falk cerebri posterior dan sulkus kortikalis lobus frontalis kiri

Tak tampak lesi hiperdens pada parenkim otak

Page 21: Charcoot

21

Ventrikel lateralis kanan kiri, III & IV tampak normal

Tak tampak midline sihfting

Batang otak dan cerebellum baik

Tak tampak kalsifikasi normal

Pada bone window : tampak discontiniutas linier pada os frontal kanan

Tak tampak penebalan mukosa dan kesuraman pada sinus paranasalis

Kedua mastoid baik

Kesan :

Contusion hemoragic pada lobus frontalis kanan dan kiri, subdural hematom pada

lobus frontotemporal kiri dan minimal sub araknoid hemorrhage pada flak cerebri

posterior dan sulkus torktikalis lobus frontalis kiri dengan total volume

perdarahan sekitar 7,8 cc

Fraktur linier pada os prontalis kanan

Tak tampak infark maupun SOL intra cranial saat ini

Prognosis :

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fungtionam : ad bonam

Quo ad sanationam : ad malam

BAB 3

Page 22: Charcoot

22

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 EPIDEMIOLOGI

-Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan

mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal sebelum tiba di

rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera kepala

ringan (CKR), 10% termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah

cedera kepala berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok

usia produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-

53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya

disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi.7

Data epidemiologi di Indonesia belum ada, tetapi data dari salah satu rumah

sakit di Jakarta, RS Cipto Mangunkusumo, untuk penderita rawat inap, terdapat 60%-

70% dengan CKR, 15%-20% CKS, dan sekitar 10% dengan CKB. Angka kematian

tertinggi sekitar 35%-50% akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan untuk CKR tidak

ada yang meninggal.

3.2 ETIOLOGI

Adapun etiologi dari cedera kepala menurut Suriadi & Yuliani, yaitu :

a.       Kecelakaan kenderaan bermotor atau sepeda dan mobil

b.      Jatuh

c.       Kecelakaan saat olahraga

d.      Anak dengan ketergantungan

e.       Cedera akibat kekerasan

Page 23: Charcoot

23

Menurut Sjamsuhidajat, R & Jong, WD (2004), etiologi dari trauma kepala

terdiri dari :

a.       Benda tajam

b.      Benda tumpul

c.       Peluru

d.      Kecelakaan lalu lintas

3.3 MANIFESTASI KLINIS

Menurut Smeltzer & Bare (2001), manifestasi klinis dari cedera kepala adalah

:

1.      Nyeri yang menetap atau setempat, biasanya menunjukkan adanya fraktur

2.      Menimbulkan hemoragi dari hidung, faring, atau telinga dan darah terlihat

dibawah konjungtiva

3.      Memar otak

4.      Battle diatas mastoid

5.      Fraktur dasar tengkorak biasanya di curigai ketika CSS keluar dari telinga

(ottorea) dan (rinorhoe) dari hidung

6.      Laserasi

7.      Kontusi otak

Page 24: Charcoot

24

3.4 PATOGENESIS

• Fraktur kranii

Patah tulang tengkorak dapat dibagi menjadi jenis linier, depresi, atau

comminuted. Jika kulit kepala ikut robek, itu dianggap sebagai fraktur terbuka

atau majemuk. fraktur tengkorak merupakan penanda penting dari cedera

serius, tapi jarang berpotensi menimbulkan masalah dengan sendirinya,

prognosis lebih tergantung pada sifat dan tingkat keparahan cedera pada otak

dari pada beratnya cedera tengkorak.

Diffuse Axonal Injury

Diffuse Axonal Injury adalah salah satu keadaan patologis umum dan

penting pada Traumatic Brain Injury (TBI). Kepekaan akson terhadap cedera

mekanis tampaknya karena sifat viskoelastik dan tekanan yang tinggi di dalam

saluran white matter. Walaupun dalam keadaan normal akson bersifat lentur

tetapi akan menjadi rapuh bila deformations langsung berhubungan dengan

trauma otak. Dengan demikian, perjalanan akson secara cepat dapat merusak

sitoskeleton aksonal yang dapat mengakibatkan hilangnya elastisitas dan

penurunan nilai transportasi aksoplasma. Selanjutnya pembengkakan akson

terjadi dalam discrete bulb formations atau dalam varicosities yang

memanjang yang menyebabkan terjadinya penumpukan protein. Kalsium

yang masuk ke akson yang membengkak menyebabkan keadaan kerusakan

menjadi lebih lanjut akibat aktivasi protease. Pada akhirnya, akson yang

membengkak dapat menjadi putus dan berkontribusi terhadap perubahan

neuropathologic tambahan dalam jaringan otak. Diffuse Axonal Injury

sebagian besar mungkin merupakan manifestasi klinis dari trauma otak.

Page 25: Charcoot

25

Coup and Contracoup Injury

Coup Injury adalah kekerasan yang terjadi secara tiba-tiba yang

menyebabkan otak tertekan secara cepat ke depan dan menghantam sisi

tengkorak. Contracoup injury, terjadi di sisi lain ketika otak tertekan secara

cepat ke depan dan menghantam sisi tengkorak, dan kemudian memantul dari

sisi lain tengkorak. Dalam kedua kasus, otak rusak karena terjadi benturan

pada bagian dalam tengkorak.

Komosio serebri

Apabila cedera kepala mengakibatkan gangguan fungsi serebral

sementara berupa penurunan kesadaran (pingsan/koma, manesia retrograd)

tanpa adanya lesi parenkim berdarah pada otak, digolongkan sebagai komosio

serebri. Penemuan-penemuan mutakhir menyebutkan koma kurang dari 20

menit, amnesia retrograde singkat, cacat otak tidak ada, dan perawatan tumah

sakit kurang dari 48 jam termasuk pada golongan ini. 4

• Kontusio serebri

Apabila terjadi lesi parenkim berdarah, yang ditandai oleh kesadaran

menurun <10 menit. Defisit neurologis seperti hemiparese kelumpuhan saraf

otak, refleks abnormal, konvulsi,dan delirium.

Kontusio cerebri merupakan memar di jaringan otak akibat trauma.

Seperti memar pada jaringan lain, memar cerebral dapat dikaitkan dengan

beberapa microhemorrhages, terjadi akibat kebocoran PD kecil ke jaringan

otak. Memar terjadi pada 20-30% kasus dari cedera kepala berat. Cedera ini

mirip dengan laserasi otak, menurut definisi, dimana membran pia arachnoid

yang robek di atas lokasi cedera pada laserasi dan tidak memar. Cedera ini

Page 26: Charcoot

26

dapat menyebabkan penurunan fungsi mental dalam jangka panjang dan

dalam keadaan darurat dapat menyebabkan herniasi otak .

3.5 DIAGNOSA

Keadaan kecelakaan dan kondisi klinis pasien sebelum masuk ke ruang

darurat harus dipastikan dari pasien (jika mungkin), dan saksi mata. Kekuatan dan

lokasi cedera kepala harus ditentukan setepat mungkin. Pertanyaan khusus juga harus

dibuat mengenai gegar otak; karena pasien amnestic selama gegar otak, hanya

seorang saksi mata secara akurat dapat mengukur durasi kehilangan kesadaran.

Anamnesis mencakup; trauma kapitis dengan /atau tanpa gangguan kesadaran atau

dengan interval lucid, perdarahan/otorrhea/ rinorrhea serta amnesia traumatika

3.6 PENCITRAAN

Pilihan modalitas pencitraan charcoot dapat menggunakan:

Foto polos kepala

Foto polos kepala dengan berbagai posisi seperti AP, lateral berguna untuk melihat

adanya fraktur tengkorak, tapi tidak menunjukkan jaringan lunak di dalam kepala.1,2

Page 27: Charcoot

27

CT Scan dan MRI

CT-Scan adalah suatu alat foto yang membuat foto suatu objek dalam sudut

360 derajat melalui bidang datar dalam jumlah yang tidak terbatas. Bayangan foto

akan direkonstruksi oleh komputer sehingga objek foto akan tampak secara

menyeluruh (luar dan dalam). Foto CT-Scan akan tampak sebagai penampang-

penampang melintang dari objeknya. Dengan CT-Scan isi kepala secara anatomis

akan tampak dengan jelas. Pada trauma kapitis, fraktur, perdarahan dan edema

akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya (Sastrodiningrat, 2009).

Indikasi pemeriksaan CT-scan pada kasus trauma kepala adalah seperti berikut:

1. Bila secara klinis (penilaian GCS) didapatkan klasifikasi trauma kepala sedang dan berat.

2. Trauma kepala ringan yang disertai fraktur tengkorak3. Adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii. 4. Adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan kesadaran. 5. Sakit kepala yang hebat.6. Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi jaringan

otak7. Kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral.

KONTRAINDIKASI:

- Kontraindikasi pemeriksaan terdiri dari kontraindikasi absolut (=sama sekali tidak

boleh) dan kontraindikasi relatif (=sebaiknya jangan)

Page 28: Charcoot

28

A. Kontraindikasi Absolut:

- Wanita hamil trimester pertama.

- Pada pemeriksaan dengan zat kontras, pasien mempunyai riwayat reaksi alergi

terhadap zat kontras sebelumnya.

 

B. Kontraindikasi Relatif:

- Kontraindikasi relative ini harus ditinjau dan dipandang dengan bijaksana dari

sudut pandang “Benefits versus Risks”. Jika ada keragu-raguan, Anda dapat

berkonsultasi dengan dokter Anda sebelum melakukan pemeriksaan CT Scan.

 

1. Kontraindikasi relative bila pemeriksaan CT Scan menggunakan zat kontras:

- Alergi terhadap makanan yang mengandung yodium (udang, kerang, cumi)

dan obat-obatan

- Mengidap penyakit diabetes yang diberikan terapi metformin

- Asthma, penyakit ginjal, penyakit kelenjar thyroid, multiple myeloma.

- Wanita sedang menyusui.

2. Anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.

3. Objek metal / logam dalam tubuh yang mungkin dapat mengaburkan gambar yang

diperoleh.

Page 29: Charcoot

29

4. Baru dilakukan pemeriksaan X-Ray dengan zat kontras barium yang mungkin

dapat mengaburkan

gambar yang diperoleh. Atau wanita sedang menyusui

5. Claustrophobia (Takut berada di ruang sempit).

CT adalah pencitraan darurat metode pilihan untuk cedera kepala. CT lebih

informatif daripada rontgen tengkorak standar dan memberikan sensitivitas untuk

mendeteksi darah intrakranial. Secara umum, semua pasien dengan cedera kepala

harus memiliki CT, kecuali bagi mereka yang diklasifikasikan sebagai risiko rendah

(misalnya, tanpa gegar otak, tanpa kelainan neurologis pada pemeriksaan, dan tanpa

bukti atau kecurigaan dari patah tengkorak, alkohol atau keracunan obat, atau

moderat-risiko kriteria lain). Kemungkinan mendeteksi intra serebral hemoragik oleh

CT pada pasien ini hanya 1 dalam 10.000. MRI lebih baik untuk mendeteksi cedera

halus otak, terutama untuk lesi fokal, tetapi pada umumnya tidak digunakan untuk

evaluasi darurat kecuali dengan cepat dan mudah tersedia.

gambar CT harus dinilai untuk bukti adanya hematoma epidural atau subdural,

subarachnoid atau intraventricular, memar parenkim dan perdarahan, edema otak, dan

memar berhubungan dengan diffuse axonal injury.1,2,3,4

CT Scan Epidural Hematom CT Scan Epidural Hematom

Page 30: Charcoot

30

Gambar 2.1. CT Scan Arahnoid Hematom

3.7 DIAGNOSIS BANDING

Beberapa yang mirip dengan Head Injury adalah :

Head Injury

Komusio Serebri

Kontusio Serebri

Page 31: Charcoot

31

3.8 PENGOBATAN

a.       Dexamethason/kalmethason

Sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat

ringannya trauma.

b.      Therapy hiperventilasi

Untuk mengurangi vasodilatasi

c.       Pemberian analgetika

d.      Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa

40% atau gliserol 10%

e.       Antibiotika yang mengandung Barrier darah otak (penisilin) atau untuk infeksi

anaerob diberikan metronidazole

f.        Pada pasien trauma ringan bila mual muntah tidak dapat diberikan apapun

kecuali hanya cairan infus dekstrosa 5%, aminofusin, aminofel (18 jam pertama

dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.

g.       Pembedahan

h.       Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan,

dektosa 5% 8 jam pertama, ringer dekstrose 8 jam kedua dan dektrose 5% 8 jam

ketiga. Pada hari selanjutnya apabila kesadaran rendah, makanan diberikan

melalui nasogastrictube (2500-3000TKTP)

i.         Pemberian protein tergantung nilai urea nitrogen

Page 32: Charcoot

32

3.9 PROGNOSIS

Cedera kepala bisa menyebabkan kematian atau penderita bisa mengalami

penyembuhan total. Jenis dan beratnya kelainan tergantung kepada lokasi dan

beratnya kerusakan otak yang terjadi. Berbagai fungsi otak dapat dijalankan oleh

beberapa area, sehingga area yang tidak mengalami kerusakan bisa menggantikan

fungsi dari area lainnya yang mengalami kerusakan. Tetapi semakin tua umur

penderita, maka kemampuan otak untuk menggantikan fungsi satu sama lainnya,

semakin berkurang

Page 33: Charcoot

33

BAB 4

PENUTUP

Kesimpulan

Trauma kepala adalah trauma yang mengenai calvaria dan atau basis cranii serta organ-organ di dalamnya, dimana kerusakan tersebut bersifat non-degeneratif/non-kongenital, yang disebabkan oleh gaya mekanik dari luar → timbul gangguan fisik, kognitif maupun sosial serta berhubungan dengan atau tanpa penurunan tingkat kesadaran .

Adapun etiologi dari cedera kepala, yaitu :

a.       Kecelakaan kenderaan bermotor atau sepeda dan mobil

b.      Jatuh

c.       Kecelakaan saat olahraga

d.      Anak dengan ketergantungan

e.       Cedera akibat kekerasan

Menurut literature yang kami dapat bahwa ada hubungan antara teori dengan

kasus yang meliputi : Contusion hemoragic ( Apabila terjadi lesi parenkim

berdarah, yang ditandai oleh kesadaran menurun <10 menit ) dan pada pasien

didapati pingsan pada setelah mengalami kecelakaan

Didapati juga hematoma pada kepala bagian atas yang didukung oleh

pemeriksaan CT SCAN yaitu Fraktur linier pada os prontalis kanan

Page 34: Charcoot

34

DAFTAR PUSTAKA

1. Soertidewi Lyna,dkk. Konsensus Nasional; Penanganan Trauma Kapitits dan

Trauama Spinal. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta 2006,

hlm:1 – 18.

2. Rowland, et all. Merritt's Neurology, 11th Edition. Nelson. Columbia University College of Physicians and Surgeons, Neurological Institute, New York Presbyterian Hospital, Columbia University Medical Center, New York. New York 2005, Pg.485-500.

3. Whitfield Peter C, et al. Head Injury; A Multy Diciplinary Approach. Cambridge

University Press. Cambridge.2009

4. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Himpunan Dokter Spesialis Saraf

Indonesia. Yogyakarta.2008. hlm. 261-262.

5. Dewanto G, dkk. Diagnosisi dan Tatalaksana Penyakit Saraf. IKAPI. Jakarta.

2006. Hlm.12 – 19.

6. Snell S Richard. Clinical Anatomy by System.Lippincont Williams and Wilkins.

New York. 2007. Pg.212-222.

7. Turner DA. Neurological evaluation of a patient with head trauma. Dalam :

Neurosurgery 2nd edition. New York: McGraw Hill, 1996.