charcoot
DESCRIPTION
isiTRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Cedera kepala merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada semua
kelompok usia. Saat ini, belum ada penanganan yang efektif untuk memulihkan efek
yang menetap dari cedera kepala primer, dan penanganan ditujukan untuk
mengurangi efek sekunder dari cedera kepala yang dapat terjadi akibat dari iskemik,
hipoksia dan peningkatan tekanan intra cranial. Memahami epidemiologi dari cedera
kepala berguna untuk tindakan preventif, perencanaan strategi preventif primer
berdasarkan populasi untuk meningkatkan penanganan yang efektif dan efisien,
termasuk ketentuan fasilitas rehabilitasi bagi mereka yag terkena cedera kepala.
Perubahan neuropatologi terkait dengan sejumlah factor, termasuk tipe dan
keparahan cedera, serta bekes cedera yang dapat terjadi akibat cedera yang tumpul
maupun tajam yang dapat menyeuruh ataupun local. Patologi dari cedera kepala juga
dipengaruhi dari factor pasien seperti usia, komorbid, alcohol, hipoksia, sepsis dan
penanganan
Cedera kepala traumatic berdampak pada ribuan orang tiap tahunnya. Keparahan
cedera mulai yang ringan dengan gangguan fungsi kognitif yang tidak dapat dinilai
hingga gangguan kesadaran yang parah dengan prolong koma dan status vegetative
persisten. Pencitraan cedera kepala tidak hanya bergantung pada mekanisme dan
keparahan cedera, tapi juga pada waktu sejak terjadinya cedera. Tujuan dari
pencitraan ini termasuk untuk pengambilan keputusan terapi, prognosis dan penelitian
patofisiologi cedera kepala. Intracranial pressure (ICP) juga telah menjadi variable
vital pada fungsi serebral di saat fase akut cedera kepala
2
1.2 TUJUAN
1 Agar pembaca dapat mengetahui patologi otak dan medulla spinalis dengan
teknik scanning pada kasus Head Injury .
2 Agar pembaca dapat mengetahui indikasi dan kontra indikasi CT SCAN secara
umum
3 Agar pembaca dapat mengetahu peranan radiologi pada pasien HEAD INJURY
3
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 ANAMNESA PRIBADI
Nama :Mrs RY
Umur :18 tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Status : belum kawin
Agama :islam
Pekerjaan :pelajar
Alamat : Kp. Mangga , Tebing Tinggi
Suku :jawa
2.2 ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama : Tidak sadarkan diri pasca kecelakaan
lalu lintas
Telaah :
Sebelum os datang RSUD DR.H.KUMPULAN PANE os dibawa oleh
warga ke klinik terdeka. Lalu dirujuk ke RSUD DR.H.KUMPULAN PANE
dengan keadaan tidak sadarkan diri setelah mengalami kecelakaan lalu lintas,
Os terjatuh dari sepeda motor lalu mengalami benturan dibagian kepala
disertai dengan benjolan di kepala bagian atas, os juga mengalami muntah
darah disertai dengan keadaan yang gelisah
4
2.3 ANAMNESA PENYAKIT TERDAHULU
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
- Riwayat Penyakit jantung : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat Penyakit maag : disangkal
2.4 RIWAYAT PEMAKAIAN OBAT
( - )
2.5 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
( - )
2.6 ANAMNESA PRIBADI
merokok (-), alkohol (-), kopi (-)
2.7 STATUS PRESENT
Keadaan Umum : BAIK
- Sensorium : Compos Mentis
- Tekanan Darah :90/60 mmHg
- Nadi :64 x/i, regular, equals, t/v kuat
- Pernafasan : 20x/i, thoraco-abdominal
- Temperature : 36,4ºC
5
2.8 KEADAAN PENYAKIT
Keadaan Penyakit :BAIK
- Anemia : (-)
- Ikterus : (-)
- Sianosis : (-)
- Dispnue : (-)
- Edema : (-)
- Purpura : (-)
- Turgor Kulit :Kembali cepat
- Pancaran Wajah : Baik
- Sikap Tidur Paksa : (-)
2.9 KEADAAN GIZI
Keadaan Gizi : BAIK
BB :52Kg TB : 155cm
RBW : ( BB / TB – 100 ) x 100%
: ( 52 /155 -100) x 100%
: 99 %Normoweight
2.11 PEMERIKSAAN FISIK
1 KEPALA
- Bentuk : Normocepahali
- Pertumbuhan Rambut : DBN
6
- Nyeri Tekan : (+)
- Perubahan Lokal : (+)
A. Muka
- Pancaran Wajah : Baik
- Sembab : (-)
- Pucat : (-)
- Kuning : (-)
- Parase : (-)
- Gangguan Lokal : (-)
B. MATA
- Stand Mata : DBN
- Gerakan : Baik Kesegala Arah
- Exofthalmus : (-)
- Ptosis : (-)
- Ikterus : (-)
- Anemia : (-)
- Reaksi Pupil : (+/+), isokor, diameter 3 mm, RCL (+/+),
RCTL (+/+)
- Gangguan Local : (-)
C. TELINGA
7
- Sekret : (-)
- Radang : (-)
- Bentuk : DBN
- Atrofi : (-)
D. HIDUNG
- Sekret : (-)
- Bentuk : Dalam Bentuk Normal
- Benjolan – Benjolan : (-)
E. BIBIR
- Sianosis : (-)
- Pucat : (-)
- Kering : (-)
- Radang : (-)
F. GIGI
- Karies : (-)
- Pertumbuhan : DBN
8
G. Lidah
- Kering : (-)
- Pucat : (-)
- Beslag : (-)
- Tremor : (-)
H. Tonsil
- Merah : (-)
- Bengkak : (-)
- Beslag : (-)
2. LEHER
Inspeksi
- Struma : Tidak Terlihat Perbesaran
- Kelenjar Bengkak : (-)
- Pulsasi Vena : (-)
- Venektasi : (-)
Palpasi
- Posisi Trachea : Medial/DBN
9
- Nyeri Tekan : (-)
- Tekanan Vena Jugularis : R – 2 cm H2O
3. THORAX
THORAX DEPAN
Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis
- Simetris / Asimetris : Simetris
- Retraksi Iga : (-)
- Bendungan Vena : (-)
- Ketinggalan Bernafas : (-)
- Venektasi : (-)
- Pembengkakan : (-)
- Ictus Cordis : tidak terlihat
Palpasi
- Nyeri Tekan : (-)
- Fremitus Suara :
a. Lapangan Paru Atas : Kanan = Kiri
b. Lapangan Paru Tengah : Kanan = Kiri
10
c. Lapangan Paru Bawah : Kanan = Kiri
- Ictus Cordis
a. Lokasi : ICR V, 1 jari medial linea midclaviclacula sinistra
b. Kuat Angkat : (-)
c. Melebar : (-)
Perkusi
- Suara Perkusi Paru
a. Lapangan Paru Atas : Sonor, Kanan = Kiri
b. Lapangan Paru Tengah : Sonor, Kanan = Kiri
c. Lapangan Paru Bawah : Sonor, Kanan = Kiri
- Batas Paru Hati
a. Relatif : ICR V
b. Absolut : ICR VI
c. Peranjakan Hati : 1 jari dibawah batas paru hati absolut
- Batas Jantung
a. Kanan : ICR IV, Linea Parasternalis dextra
b. Atas : ICR III
11
c. Kiri : ICR V, 1 jari medial linea midclavicula
sinistra
Auskultasi
Paru – Paru
a. Suara Pernafasan
- Lapangan Paru Atas :Vesikuler, Kanan = Kiri
- Lapangan Paru Tengah :Vesikuler, Kanan = Kiri
- Lapangan Paru Bawah :Vesikuler, Kanan = Kiri
b. Suara Tambahan
- Ronkhi Basah : (-)
- Ronkhi Kering : (-)
- Krepitasi : (-)
- Gesek Pleura : (-)
Cor
a. Heart Rate :90 x/m, regular
b. Suara Katup : M1> M2 A2> A1
P2> P1 A2> P2
c. Suara Tambahan
- Desah Jantung fungsional / organis : (-)
- Gesek Peri Cardial / Pleura Cardial : (-)
12
THORAX BELAKANG
Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis
- Simetris / Asimetris : Simetris
- Benjolan – Benjolan : (-)
- Scapulae Alta : (-)
- Ketinggalan Bernafas : (-)
- Venektasi : (-)
Palpasi
- Nyeri Tekan : (-)
- Fremitus Suara
a. Lapangan Paru Atas : Kanan = Kiri
b. Lapangan Paru Tengah : Kanan = Kiri
c. Lapangan Paru Bawah : Kanan = Kiri
Perkusi
- Suara Perkusi Paru
a. Lapangan Paru Atas : Sonor, Kanan = Kiri
13
b. Lapangan Paru Tengah : Sonor, Kanan = Kiri
c. Lapangan Paru Bawah : Sonor, Kanan = Kiri
- Batas Bawah Paru
a. Kanan : Vertebra Thoracal IX
b. Kiri : Vertebra Thoracal X
Auskultasi
a. Suara Pernafasan
- Lapangan Paru Atas :Vesikuler, Kanan = Kiri
- Lapangan Paru Tengah :Vesikuler, Kanan = Kiri
- Lapangan Paru Bawah :Vesikuler, Kanan = Kiri
b. Suara Tambahan
- Ronkhi Basah : (-)
- Ronkhi Kering : (-)
- Krepitasi : (-)
- Gesek Pleura : (-)
4. ABDOMEN
Inspeksi
- Membesar : (-)
14
- Venektasi : (-)
- Sirkulasi Kolateral : (-)
- Pulsasi : (-)
- Umbilicus : (-)
Palpasi
- Defens Muscular : (-)
- Nyeri Tekan : (-)
- Lien : Tidak teraba
- Ren : Tidak Teraba
- Hepar : Tidak Teraba
Perkusi
- Suara Abdomen : Tympani
- Shiffting Dullnes : (-)
- Pekak Hati :(-)
Auskultasi
- Peristaltic Usus : (+), dalam batas normal
5. EKSTREMITAS
Ekstremitas Atas
- Bengkak : (+/-)
15
- Merah : (+ /-)
- Eritema Palmaris : (- /-)
- Stand Abnormal : (- /-)
- Gangguan Fungsi : (- /-)
- Rumple leed Test : (-)
- Reflex : - Biceps (+/+), Kanan = Kiri
- Triceps (+/+), Kanan = Kiri
Ekstremitas Bawah
- Bengkak : (+/-)
- Merah : (+ /-)
- Oedem : (- /-)
- Pucat : (- /-)
- Gangguan Fungsi : (- /-)
- Varises : (- /-)
- Reflex : - KPR (+/+), Kanan = Kiri
- APR (+/+), Kanan = Kiri
2.12 RESUME
Anamnesa
Keluhan Utama : Tidak sadarkan diri pasca kecelakaan
16
lalu lintas
Telaah : Sebelum os datang RSUD DR.H.KUMPULAN
PANE os dibawa oleh warga ke klinik terdeka. Lalu
dirujuk ke RSUD DR.H.KUMPULAN PANE dengan
keadaan tidak sadarkan diri setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas, Os terjatuh dari sepeda motor
lalu mengalami benturan dibagian kepala disertai
dengan benjolan di kepala bagian atas, os juga
mengalami muntah darah disertai dengan keadaan
yang gelisah .
Status Present
Keadaan Umum Keadaan Penyakit Keadaan Gizi
Sens : Compos Mntis Anemia : (-) TB : 155 cm
TD :90/60 mmHg Ikterus : (-) BB :52 kg
HR :64x/m, regular Sianosis : (-) RBW : 99 %
RR : 20x/m Dispnue : (-)
Suhu : 36,5 ºC Edema : (-)
17
Turgor : Kembali Cepat
Pancaran Wajah : Baik
PEMERIKSAAN FISIK
- Kepala : Normocephali, dalam Batas Normal
- Leher : Dalam batas normal
- Thorax : Dalam batas normal
- Abdomen :Soepel
- Ekstremitas : Dalam Batas Normal
2.13 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DARAH
Hb 11,2 g/dl
Leukosit 10.700 uL
LED -
Eritrosit 3,79 x 1012/L
Hitung Jenis -
Trombosit 234.000 ul
18
2.14 DIFFERENTIAL DIAGNOSA
Head Injury
Komusio Serebri
Kontusio Serebri
2.15 DIAGNOSA SEMENTARA
Head Injury
2.16 TERAPI
Terapi Umum
- Bed Rest
- Imobilisasi
- Surgery
Terapi Medikamentosa
- IVFD Rsol 20 gtt/i
- O2 2-4 liter /i k/p
- Inj. Cefotaxim 1 g / 8 jam
- Inj. Citicholin 500 mg / 8 jam
- Inj . kalnex 1 amp / 8 jam
- Inj. Novalgin 1 amp / 8 jam
19
- Inj. Manitol 125 cc / 6 ja
2.17 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan CT SCAN :
20
Pemeriksaan Head CT-SCAN potongan axial tanpa kontras
Tampak lesi hiperdens pada lobus frontalis kanan dan kiri ( kanan lebih
prominan ) dan lobus temporal kiri disertai perifokal edema disekitar
Tampak lesi hiperdens bentuk crescent pada lobus frontotemporal kiri dan minimal
lesi hiperdens pada falk cerebri posterior dan sulkus kortikalis lobus frontalis kiri
Tak tampak lesi hiperdens pada parenkim otak
21
Ventrikel lateralis kanan kiri, III & IV tampak normal
Tak tampak midline sihfting
Batang otak dan cerebellum baik
Tak tampak kalsifikasi normal
Pada bone window : tampak discontiniutas linier pada os frontal kanan
Tak tampak penebalan mukosa dan kesuraman pada sinus paranasalis
Kedua mastoid baik
Kesan :
Contusion hemoragic pada lobus frontalis kanan dan kiri, subdural hematom pada
lobus frontotemporal kiri dan minimal sub araknoid hemorrhage pada flak cerebri
posterior dan sulkus torktikalis lobus frontalis kiri dengan total volume
perdarahan sekitar 7,8 cc
Fraktur linier pada os prontalis kanan
Tak tampak infark maupun SOL intra cranial saat ini
Prognosis :
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad malam
BAB 3
22
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 EPIDEMIOLOGI
-Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal sebelum tiba di
rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera kepala
ringan (CKR), 10% termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah
cedera kepala berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok
usia produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-
53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya
disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi.7
Data epidemiologi di Indonesia belum ada, tetapi data dari salah satu rumah
sakit di Jakarta, RS Cipto Mangunkusumo, untuk penderita rawat inap, terdapat 60%-
70% dengan CKR, 15%-20% CKS, dan sekitar 10% dengan CKB. Angka kematian
tertinggi sekitar 35%-50% akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan untuk CKR tidak
ada yang meninggal.
3.2 ETIOLOGI
Adapun etiologi dari cedera kepala menurut Suriadi & Yuliani, yaitu :
a. Kecelakaan kenderaan bermotor atau sepeda dan mobil
b. Jatuh
c. Kecelakaan saat olahraga
d. Anak dengan ketergantungan
e. Cedera akibat kekerasan
23
Menurut Sjamsuhidajat, R & Jong, WD (2004), etiologi dari trauma kepala
terdiri dari :
a. Benda tajam
b. Benda tumpul
c. Peluru
d. Kecelakaan lalu lintas
3.3 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Smeltzer & Bare (2001), manifestasi klinis dari cedera kepala adalah
:
1. Nyeri yang menetap atau setempat, biasanya menunjukkan adanya fraktur
2. Menimbulkan hemoragi dari hidung, faring, atau telinga dan darah terlihat
dibawah konjungtiva
3. Memar otak
4. Battle diatas mastoid
5. Fraktur dasar tengkorak biasanya di curigai ketika CSS keluar dari telinga
(ottorea) dan (rinorhoe) dari hidung
6. Laserasi
7. Kontusi otak
24
3.4 PATOGENESIS
• Fraktur kranii
Patah tulang tengkorak dapat dibagi menjadi jenis linier, depresi, atau
comminuted. Jika kulit kepala ikut robek, itu dianggap sebagai fraktur terbuka
atau majemuk. fraktur tengkorak merupakan penanda penting dari cedera
serius, tapi jarang berpotensi menimbulkan masalah dengan sendirinya,
prognosis lebih tergantung pada sifat dan tingkat keparahan cedera pada otak
dari pada beratnya cedera tengkorak.
Diffuse Axonal Injury
Diffuse Axonal Injury adalah salah satu keadaan patologis umum dan
penting pada Traumatic Brain Injury (TBI). Kepekaan akson terhadap cedera
mekanis tampaknya karena sifat viskoelastik dan tekanan yang tinggi di dalam
saluran white matter. Walaupun dalam keadaan normal akson bersifat lentur
tetapi akan menjadi rapuh bila deformations langsung berhubungan dengan
trauma otak. Dengan demikian, perjalanan akson secara cepat dapat merusak
sitoskeleton aksonal yang dapat mengakibatkan hilangnya elastisitas dan
penurunan nilai transportasi aksoplasma. Selanjutnya pembengkakan akson
terjadi dalam discrete bulb formations atau dalam varicosities yang
memanjang yang menyebabkan terjadinya penumpukan protein. Kalsium
yang masuk ke akson yang membengkak menyebabkan keadaan kerusakan
menjadi lebih lanjut akibat aktivasi protease. Pada akhirnya, akson yang
membengkak dapat menjadi putus dan berkontribusi terhadap perubahan
neuropathologic tambahan dalam jaringan otak. Diffuse Axonal Injury
sebagian besar mungkin merupakan manifestasi klinis dari trauma otak.
25
Coup and Contracoup Injury
Coup Injury adalah kekerasan yang terjadi secara tiba-tiba yang
menyebabkan otak tertekan secara cepat ke depan dan menghantam sisi
tengkorak. Contracoup injury, terjadi di sisi lain ketika otak tertekan secara
cepat ke depan dan menghantam sisi tengkorak, dan kemudian memantul dari
sisi lain tengkorak. Dalam kedua kasus, otak rusak karena terjadi benturan
pada bagian dalam tengkorak.
Komosio serebri
Apabila cedera kepala mengakibatkan gangguan fungsi serebral
sementara berupa penurunan kesadaran (pingsan/koma, manesia retrograd)
tanpa adanya lesi parenkim berdarah pada otak, digolongkan sebagai komosio
serebri. Penemuan-penemuan mutakhir menyebutkan koma kurang dari 20
menit, amnesia retrograde singkat, cacat otak tidak ada, dan perawatan tumah
sakit kurang dari 48 jam termasuk pada golongan ini. 4
• Kontusio serebri
Apabila terjadi lesi parenkim berdarah, yang ditandai oleh kesadaran
menurun <10 menit. Defisit neurologis seperti hemiparese kelumpuhan saraf
otak, refleks abnormal, konvulsi,dan delirium.
Kontusio cerebri merupakan memar di jaringan otak akibat trauma.
Seperti memar pada jaringan lain, memar cerebral dapat dikaitkan dengan
beberapa microhemorrhages, terjadi akibat kebocoran PD kecil ke jaringan
otak. Memar terjadi pada 20-30% kasus dari cedera kepala berat. Cedera ini
mirip dengan laserasi otak, menurut definisi, dimana membran pia arachnoid
yang robek di atas lokasi cedera pada laserasi dan tidak memar. Cedera ini
26
dapat menyebabkan penurunan fungsi mental dalam jangka panjang dan
dalam keadaan darurat dapat menyebabkan herniasi otak .
3.5 DIAGNOSA
Keadaan kecelakaan dan kondisi klinis pasien sebelum masuk ke ruang
darurat harus dipastikan dari pasien (jika mungkin), dan saksi mata. Kekuatan dan
lokasi cedera kepala harus ditentukan setepat mungkin. Pertanyaan khusus juga harus
dibuat mengenai gegar otak; karena pasien amnestic selama gegar otak, hanya
seorang saksi mata secara akurat dapat mengukur durasi kehilangan kesadaran.
Anamnesis mencakup; trauma kapitis dengan /atau tanpa gangguan kesadaran atau
dengan interval lucid, perdarahan/otorrhea/ rinorrhea serta amnesia traumatika
3.6 PENCITRAAN
Pilihan modalitas pencitraan charcoot dapat menggunakan:
Foto polos kepala
Foto polos kepala dengan berbagai posisi seperti AP, lateral berguna untuk melihat
adanya fraktur tengkorak, tapi tidak menunjukkan jaringan lunak di dalam kepala.1,2
27
CT Scan dan MRI
CT-Scan adalah suatu alat foto yang membuat foto suatu objek dalam sudut
360 derajat melalui bidang datar dalam jumlah yang tidak terbatas. Bayangan foto
akan direkonstruksi oleh komputer sehingga objek foto akan tampak secara
menyeluruh (luar dan dalam). Foto CT-Scan akan tampak sebagai penampang-
penampang melintang dari objeknya. Dengan CT-Scan isi kepala secara anatomis
akan tampak dengan jelas. Pada trauma kapitis, fraktur, perdarahan dan edema
akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya (Sastrodiningrat, 2009).
Indikasi pemeriksaan CT-scan pada kasus trauma kepala adalah seperti berikut:
1. Bila secara klinis (penilaian GCS) didapatkan klasifikasi trauma kepala sedang dan berat.
2. Trauma kepala ringan yang disertai fraktur tengkorak3. Adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii. 4. Adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan kesadaran. 5. Sakit kepala yang hebat.6. Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi jaringan
otak7. Kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral.
KONTRAINDIKASI:
- Kontraindikasi pemeriksaan terdiri dari kontraindikasi absolut (=sama sekali tidak
boleh) dan kontraindikasi relatif (=sebaiknya jangan)
28
A. Kontraindikasi Absolut:
- Wanita hamil trimester pertama.
- Pada pemeriksaan dengan zat kontras, pasien mempunyai riwayat reaksi alergi
terhadap zat kontras sebelumnya.
B. Kontraindikasi Relatif:
- Kontraindikasi relative ini harus ditinjau dan dipandang dengan bijaksana dari
sudut pandang “Benefits versus Risks”. Jika ada keragu-raguan, Anda dapat
berkonsultasi dengan dokter Anda sebelum melakukan pemeriksaan CT Scan.
1. Kontraindikasi relative bila pemeriksaan CT Scan menggunakan zat kontras:
- Alergi terhadap makanan yang mengandung yodium (udang, kerang, cumi)
dan obat-obatan
- Mengidap penyakit diabetes yang diberikan terapi metformin
- Asthma, penyakit ginjal, penyakit kelenjar thyroid, multiple myeloma.
- Wanita sedang menyusui.
2. Anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
3. Objek metal / logam dalam tubuh yang mungkin dapat mengaburkan gambar yang
diperoleh.
29
4. Baru dilakukan pemeriksaan X-Ray dengan zat kontras barium yang mungkin
dapat mengaburkan
gambar yang diperoleh. Atau wanita sedang menyusui
5. Claustrophobia (Takut berada di ruang sempit).
CT adalah pencitraan darurat metode pilihan untuk cedera kepala. CT lebih
informatif daripada rontgen tengkorak standar dan memberikan sensitivitas untuk
mendeteksi darah intrakranial. Secara umum, semua pasien dengan cedera kepala
harus memiliki CT, kecuali bagi mereka yang diklasifikasikan sebagai risiko rendah
(misalnya, tanpa gegar otak, tanpa kelainan neurologis pada pemeriksaan, dan tanpa
bukti atau kecurigaan dari patah tengkorak, alkohol atau keracunan obat, atau
moderat-risiko kriteria lain). Kemungkinan mendeteksi intra serebral hemoragik oleh
CT pada pasien ini hanya 1 dalam 10.000. MRI lebih baik untuk mendeteksi cedera
halus otak, terutama untuk lesi fokal, tetapi pada umumnya tidak digunakan untuk
evaluasi darurat kecuali dengan cepat dan mudah tersedia.
gambar CT harus dinilai untuk bukti adanya hematoma epidural atau subdural,
subarachnoid atau intraventricular, memar parenkim dan perdarahan, edema otak, dan
memar berhubungan dengan diffuse axonal injury.1,2,3,4
CT Scan Epidural Hematom CT Scan Epidural Hematom
30
Gambar 2.1. CT Scan Arahnoid Hematom
3.7 DIAGNOSIS BANDING
Beberapa yang mirip dengan Head Injury adalah :
Head Injury
Komusio Serebri
Kontusio Serebri
31
3.8 PENGOBATAN
a. Dexamethason/kalmethason
Sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat
ringannya trauma.
b. Therapy hiperventilasi
Untuk mengurangi vasodilatasi
c. Pemberian analgetika
d. Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa
40% atau gliserol 10%
e. Antibiotika yang mengandung Barrier darah otak (penisilin) atau untuk infeksi
anaerob diberikan metronidazole
f. Pada pasien trauma ringan bila mual muntah tidak dapat diberikan apapun
kecuali hanya cairan infus dekstrosa 5%, aminofusin, aminofel (18 jam pertama
dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
g. Pembedahan
h. Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan,
dektosa 5% 8 jam pertama, ringer dekstrose 8 jam kedua dan dektrose 5% 8 jam
ketiga. Pada hari selanjutnya apabila kesadaran rendah, makanan diberikan
melalui nasogastrictube (2500-3000TKTP)
i. Pemberian protein tergantung nilai urea nitrogen
32
3.9 PROGNOSIS
Cedera kepala bisa menyebabkan kematian atau penderita bisa mengalami
penyembuhan total. Jenis dan beratnya kelainan tergantung kepada lokasi dan
beratnya kerusakan otak yang terjadi. Berbagai fungsi otak dapat dijalankan oleh
beberapa area, sehingga area yang tidak mengalami kerusakan bisa menggantikan
fungsi dari area lainnya yang mengalami kerusakan. Tetapi semakin tua umur
penderita, maka kemampuan otak untuk menggantikan fungsi satu sama lainnya,
semakin berkurang
33
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Trauma kepala adalah trauma yang mengenai calvaria dan atau basis cranii serta organ-organ di dalamnya, dimana kerusakan tersebut bersifat non-degeneratif/non-kongenital, yang disebabkan oleh gaya mekanik dari luar → timbul gangguan fisik, kognitif maupun sosial serta berhubungan dengan atau tanpa penurunan tingkat kesadaran .
Adapun etiologi dari cedera kepala, yaitu :
a. Kecelakaan kenderaan bermotor atau sepeda dan mobil
b. Jatuh
c. Kecelakaan saat olahraga
d. Anak dengan ketergantungan
e. Cedera akibat kekerasan
Menurut literature yang kami dapat bahwa ada hubungan antara teori dengan
kasus yang meliputi : Contusion hemoragic ( Apabila terjadi lesi parenkim
berdarah, yang ditandai oleh kesadaran menurun <10 menit ) dan pada pasien
didapati pingsan pada setelah mengalami kecelakaan
Didapati juga hematoma pada kepala bagian atas yang didukung oleh
pemeriksaan CT SCAN yaitu Fraktur linier pada os prontalis kanan
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Soertidewi Lyna,dkk. Konsensus Nasional; Penanganan Trauma Kapitits dan
Trauama Spinal. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta 2006,
hlm:1 – 18.
2. Rowland, et all. Merritt's Neurology, 11th Edition. Nelson. Columbia University College of Physicians and Surgeons, Neurological Institute, New York Presbyterian Hospital, Columbia University Medical Center, New York. New York 2005, Pg.485-500.
3. Whitfield Peter C, et al. Head Injury; A Multy Diciplinary Approach. Cambridge
University Press. Cambridge.2009
4. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Himpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Yogyakarta.2008. hlm. 261-262.
5. Dewanto G, dkk. Diagnosisi dan Tatalaksana Penyakit Saraf. IKAPI. Jakarta.
2006. Hlm.12 – 19.
6. Snell S Richard. Clinical Anatomy by System.Lippincont Williams and Wilkins.
New York. 2007. Pg.212-222.
7. Turner DA. Neurological evaluation of a patient with head trauma. Dalam :
Neurosurgery 2nd edition. New York: McGraw Hill, 1996.