cerpennya ya

13
SENI BUDAYA “Bang Dzul” Maling Cerdik ala Negeri Antrahbrantah MADRASAH ALIYAH NEGERI SURABAYA TAHUN AJARAN 2013-2014 Disusun Oleh : Afif Mufid W. P M. Bachtiar A. M. Dzulfikar S. A.

Upload: heruko-fatimah

Post on 14-Sep-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

band dzu

TRANSCRIPT

Bang Dzul

Kata Pengantar

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan karya drama kontemporer yang berjudul Bang Dzul Maling Cerdik ala Negeri Antrahbrantah..Penulisan karya ini merupakan modifikasi dan terapan dari kisah pencuri dan Abu Nawas. Dengan sedikit,banyak hal yang nyeleneh, karya ini menjadi karya drama komedi namun tak meninggalkan nilai-nilai budaya yang mungkin saat ini mulai langka.Kami menyadari bahwa keberhasilan karya ini bukan semata-mata diraih kami sendiri, melainkan diraih berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan karya ini. Dengan penuh kerendahan hati kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Yayuk Iswatin selaku guru bidangstudi Seni Budaya atas segala bimbingannya dan juga teman teman Sebelas IPA 3 yang senantiasa memberikan semangat dan dorongan.Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Surabaya, 6 Februari 2014

Penulis

1. Cerpen

Pencuri dan Abu NawasPada zaman dahulu orang berpikir dengan cara yang amat sederhana. Dan karena kesederhanaan berpikir ini seorang pencuri yang telah berhasil menggondol seratus keping lebih uang emas milik seorang saudagar kaya tidak sudi menyerah. Hakim telah berusaha keras dengan berbagai cara tetapi tidak berhasil menemukan pencurinya. Karena merasa putus asa pemilik harta itu mengumumkan kepada siapa saja yang telah mencuri harta miliknya merelakan separo dari jumlah uang emas itu menjadi milik sang pencuri bila sang pencuri bersedia mangembalikan.Tetapi pencuri itu malah tidak berani menampakkan bayangannya. Kini kasus itu semakin ruwet tanpa penyelesaian yang jelas. Maksud baik saudagar kaya itu tidak mendapat-tanggapan yang sepantasnya dari sang pencuri. Maka tidak bisa disalahkan bila saudagar itu mengadakan sayembara yang berisi barang siapa berhasil menemukan pencuri uang emasnya, ia berhak sepenuhnya memiliki harta yang dicuri. Tidak sedikit orang yang mencoba tetapi semuanya kandas.Sehingga pencuri itu bertambah merasa aman tentram karena ia yakin jati dirinya tak akan terjangkau. Yang lebih menjengkelkan adalah ia juga berpura-pura mengikuti sayembara. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa menghadapi orang seperti ini bagaikan menghadapi jin. Mereka tahu kita sedangkan kita tidak. Seorang penduduk berkata kepada hakim setempat."Mengapa tuan hakim tidak minta bantuan Abu Nawas saja?""Bukankah Abu Nawas sedang tidak ada di tempat?" kata hakim itu balik bertanya."Kemana dia?" tanya orang itu."Ke Damakus." jawab hakim"Untuk keperluan apa?" orang itu ingin tahu."Memenuhi undangan pangeran negeri itu." kata hakim."Kapan ia datang?" tanya orang itu lagi."Mungkin dua hari lagi." jawab hakim. Kini harapan tertumpu sepenuhnya di atas pundak Abu Nawas. Pencuri yang selama ini merasa aman sekarang menjadi resah dan tertekan. Ia merencanakan meninggalkan kampung halaman dengan membawa serta uang emas yang berhasil dicuri. Tetapi ia membatalkan niat karena dengan menyingkir ke luar daerah berarti sama halnya dengan membuka topeng dirinya sendiri. Ia lalu bertekad tetap tinggal apapun yang akan terjadi.Abu Nawas telah kembali ke Baghdad karena tugasnya telah selesai. Abu Nawas menerima tawaran mengikuti sayembara menemukan pencuri uang emas. Hati pencuri uang emas itu tambah berdebar tak karuan mendengar Abu Nawas menyiapkan siasat. Keesokan harinya semua penduduk dusun diharuskan berkumpul di depan gedung pengadilan. Abu Nawas hadir dengan membawa tongkat dalam jumlah besar. Tongkat-tongkat itu mempunyai ukuran yang sama panjang.Tanpa berkata-kata Abu Nawas membagi-bagikan tongkat-tongkat yang dibawanya dari rumah. Setelah masing-masing mendapat satu tongkat, Abu Nawas berpidato, "Tongkat-tongkat itu telah aku mantrai. Besok pagi kalian harus menyerahkan kembaii tongkat yang telah aku bagikan. Jangan khawatir, tongkat yang dipegang oleh pencuri selama ini menyembunyikan diri akan bertambah panjang satu jari telunjuk. Sekarang pulanglah kalian."Orang-orang yang merasa tidak mencuri tentu tidak mempunyai pikiran apa-apa. Tetapi sebaliknya, si pencuri uang emas itu merasa ketakutan. Ia tidak bisa memejamkan mata walaupun malam semakin larut. Ia terus berpikir keras. Kemudian ia memutuskan memotong tongkatnya sepanjang satu jari telunjuk dengan begitu tongkatnya akan tetap kelihatan seperti ukuran semula. Pagi hari orang mulai berkumpul di depan gedung pengadilan. Pencuri itu merasa tenang karena ia yakin tongkatnya tidak akan bisa diketahui karena ia telah memotongnya sepanjang satu jari telunjuk. Bukankah tongkat si pencuri akan bertambah panjang satu jari telunjuk? Ia memuji kecerdikan diri sendiri karena ia ternyata akan bisa mengelabui Abu Nawas.Antrian panjang mulai terbentuk. Abu Nawas memeriksa tongkat-tongkat yang dibagikan kemarin. Pada giliran si pencuri tiba Abu Nawas segera mengetahui karena tongkat yang dibawanya bertambah pendek satu jari telunjuk. Abu Nawas tahu pencuri itu pasti melakukan pemotongan pada tongkatnya karena ia takut tongkatnya bertambah panjang.Pencuri itu diadili dan dihukum sesuai dengan kesalahannya. Seratus keping lebih uang emas kini berpindah ke tangan Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas tetap bijaksana, sebagian dari hadiah itu diserahkan kembali kepada keluarga si pencuri, sebagian lagi untuk orang-orang miskin dan sisanya untuk keluarga Abu Nawas sendiri

2. INTRODUCTIONA. SINOPSISKarya ini bercerita tentang seorang saudagar yang sangat kaya juga paling pelit bernama Maryamah. Karena sifatnya itu, maka ada orang yang berusaha untuk mencuri uangnya, yakni bang Dzul. uang yang dicuri cukup banyak, bahkan mencapai setengah dari kekayaannya. Nyonya Maryamah berusaha untuk mencarinya dengan bantuan ajudannya yang bernama Mada. Namun upayanya tidak membuahkan hasil. Segera setelah itu, Maryamh meminta bantuan Tuan Hakim, namun sekalilagi ini gagal, hingga akhirnya, Ajudannnya menyampaikan sarannnya untuk meminta bantuan Abu Nawas. Setelah mengikuti skenario dari Abu Nawas maka pencuripun ditemukan.

B. PENOKOHAN a. Nyonya Maryam : nyonya yang satu ini sangat perhitungan atas segala yang ia miliki. Ia bahkan seringkali tidak tidur hanya untuk menjaga hartanya agar tidak hilang. Peran ini dimainkan oleh Ugi.b. Ajudan Mada : Ajudan yang satu ini sangat patuh pada tuannya. Meski kadang-kadang tuannya sangat menjengkelkan. Dan seringkali Ajudan yang satu ini berperilaku ceroboh dan sedikit linglung. Peran ini dimainkan oleh Madac. Bang Dzul : Adalah orang yang suka iri terhadap kekayaan Nyonya Maryamah. Dengan berebekal prestasinya dalam mencuri, Bang Dzul akhirnya bisa mendapatkan harta nyonya Maryamah. Peran ini dimainkan oleh Dzulfikard. Tuan Hakim : Adalah sosok yang sangat bijaksana di Negeri Antrahbrantah. Ia juga sangat peduli pada rakyat yang ada di negerinya. Peran ini dimainkan oleh Bachtiar.e. Abu Nawas : Adalah seorang Sufi yang dikenal dengan kecerdikannya menyelesaikan masalah. Pembawaan beliau sangat tenang dan religius. Peran ini dimainkan oleh Afif

C. JOB DESKa. Sutradara: M. Bachtiar Alifib. Tata Cahaya: Afif Mufid W. P.c. Tata Panggung: M. Dzulfikar Syaiful Alid. Tata Rias & Kostum: Sugiartie. Tata Suara / Bunyi: Mada Lazuardi

3. Naskah dramaMalam beranjak, namun nyonya Maryamah masih belum mau mengistirahatkan tubuhnya, disampingnya sang Ajudan sedang berdiri mengawasi uang-uangnyaN.Maryamah: Mada, sepertinya aku lelah.. (matanya kian meredup) aku ingin istirahatA. Mada : Sama, Tuan (melihat tuannnya tertidur, ia pun segera memejamkan matanya,sambil berdiri)Disisi lain Bang Dzul merasa ada kesempatan Emas, perlahan-lahan ia menyusup kedalam rumahdan menunggu mangsanya terlelap.Bang Dzul: Yes, tinggal selangkah lagi (segera ia mengendap-endap lebih cepat). Ini dia harta yang selama ini aku cari (tersenyum puas sambil menggondol setengah dari kantung-kantung uang yang ada)N.Maryamah: Argghhhhh... (menguap sambil meregangkan tubuhnya)A. Mada: Argghhhhh... (mengikuti gaya tuannnya) Selamat Pagi, Nyonya!N.Maryamah: Ehm.. Pagi juga (ucapnya Aras-arasen). Ajudan.. Aku rasa.. Oh..Nooooo!! kurasa uangku hilang..A. Mada: Apa, Nyonya..? (terkesiap)N.Maryamah: uangku, hilang.. Oh No... kau harus segera mencarinya..!A. Mada: Siap, Tuan! (segera mencari sang pencuri dengan tubuhnya yang sedikit sempoyongan, ia pun menabrak dinding). Au..! sakit tahuAjudan Mada mencoba mencari disekeliling rumah Tuannya, ia juga ke pasar dan tempat-tempat yang memungkinkan dijadikan tempat pelarian si Pencuri, namun sia-sia. Hingga sejam kemudian ia belum menemukan Si Pencuri. A. Mada: Aku lelah.. Aku ingin sarapan dulu.Sang Ajudan kembali kerumah tuannya untuk sarapan.A. Mada: Maaf Tuan. Aku lapar, jadi Aku sarapan dulu (mulutnya penuh makanan)N.Maryamah: Oh..No! Dodol, you.. kalo antum gak mau nyari sekarang, nanti gak bakal ketemu, tuh uang A. Mada:Baik Tuan, saya akan mencarinyaSekali lagi, upayanya tidak membuahkan hasil.Ajudan kembali pulangA. Mada: Tuan.. Uang itu benar- benar tidak bisa saya temukan.N.Maryamah:Oh... No! Itu kekayaanku selama 15 tahunn..A. Mada: Tenang, Non..kita bisa mencarinya lewat tuan HakimN.Maryamah: Baiklah..segera temui Tuan Hakim, Okay..! (uacapnya putus Asa)A. Mada: Siap..Tuan! Ajudan Mada dengan semangat ia menemui Tuan Hakim, yang rumahnya tak jauh dari rumah Tuannya. Setelah bertemu, iapun segera menyampaikan maksud kedatangannyaA. Mada: Assalamualaiku Tuan HakimTuan Hakim: Waalaikumussalam.. Silahkan duduk, mas.A. Mada: Terimakasih, Tuan. Sebelumnya saya minta maaf karena pagi-pagi sudah menganngu Tuan..Tuan Hakim: Oh, ndakpapa. Oh ya, memangnya ada apa, ya ?A. Mada: Begini, Tuan.. uang Nyonya saya hilang.. kemungkinan ada yang mencurinya.Tuan Hakim: ehm.. sebelumnya apakah Sampeyan sudah berusaha mencarinya..?A. Mada: Sudah Tuan,, tapi ndak ada hasilnya. Uangnya masih belum ditemukan. Tuan Hakim: Baiklah.. saya akan berusaha mencari pelakunya. Sekarang samapeyan temui saja nyonya sampean. Nanti kalau sudah ketemu Pencurinya, saya kabarin. Gmimana..?A. Mada:Ehm.. Yayaya Tuan. Terimakasih,ya.. Oya ini No. Hp Saya (menyodorkan kartu nama)Tuan Hakim:Ok..Ok.A. Mada: Kalau begitu, saya pamit dulu, yah..Tuan Hakim: Ya.. Silahkan. Hati-hati.A. Mada: Ya Tuan. AssalamualaikumTuan Hakim: WaalaikumussalamDua hari kemudian uang itu belum juga ditemukan, Tuan Hakim sudah mencoba untuk mencarinya kesemua rumah warga tapi hasilnya nihil. Segera Tuan Hakim menghubungi ajudan Mada.Tuan Hakim: Assalamualaikum.. A. Mada: Waalaikumussalam, Ehmm.. tuan hakim ya..? bagaimana Pak apakah uangnya sudah ketemu..? Tuan Hakim: Justru itu,tuan Mada kami sudah mencoba untuk mencari uang itu tapi, uang itu tidak bisa ditemukan. Bagaimana jika kita membuat sayembara saja?A. Mada: Sayembara..? ehm.. mungkin Bapak bisa langsung tanyakan saja ke tuan saya, bagaimana..?Tuan Hakim: Bolehh..A. Mada: sebentar saya panggilkan, Tuan Saya. (pergi menghampiri tuannya). Tuan, ada telepon dari Tuan Hakim.N.Maryamah: Tuan Hakim..?? ada apa gerangan..? (mengambil handphone dari Ajudan)Tuan hakim, Maryamah disini.Tuan Hakim: ehm.. nyonya. Sampai sekarang uang nyonya tak bisa ditemukan. Bagaiman jika kita buat semacam sayembara untuk menemukannya. Mungkin dengan memberi sang pelaku separuh dari uang yang diambil. N.Maryamah: Oh.. no..! separuh dari uangku untuk si Pencuri yang gak tau diri..?A. Mada: tapi nyonya, uang itu tak mngkin kita temukan tanpa menggunakan taktik.Tuan Hakim: benar, tuan. Perkara ini memang tidak mudah. Harus ada taktik untuk mendapatkannya. Siapa tahu, dengan taktik ini kita bisa menemukan pencurinya.N.Maryamah: Baiklah.. lakukan apa yang kau mau, Tuan Hakim! (nyonya meninggalkan Tuan Hakim dan ajudan Mada)A. Mada:hff... (mengangkat pundaknya) Nyonya memang selalu begitu.Tuan Hakim: hfff... juga. (tersenyum masam). Baiklah kita umumkan sayembaranya sekarang.A. Mada: Sekarang..? Ok ..! Tuan Hakim dan Ajudan Mada bergegas mengumpulkan penduduk sekitar termasuk didalamnya adalah Bang Dzul kemudian menyampaikan sayembaranya. Tuan Hakim: Saudara Saudara, uang Nyonya Maryamah telah Hilang. Barangsiapa yang menemukannya maka Dia berhak mendapat imbalan separuh dari didapatkannya.Bang Dzul: hehehee.. mereka hanya memberi imbalan separuhnya..? Oh.. No. Lebih baik aku simpan saja (dengan berbisik) Berhari hari kemudian belum ada tanggapan dari waraga Antrahbrantah, padahal Tuan Hakim dan Ajudan Mada terus menyampaikan ke seluruh penjuru.Tuan Hakim: Taktik kita tidak berhasil, mungkin kita perlu imbalan yang lebih besar. Bagaimana jika imbalannya senilai dengan yang dia ambil..?A. Mada: Boleh saja. Tapi nyonya jangan sampai tahu.Tuan Hakim: Ehm.. Yayaya..! (mengangguk mantap) lakukan sekarang.Keduanya kembali menyampaikan sayembara dengan imbalan yang lebih tinggi.Bang Dzul:Oh, noo..! imbalannya menggiurkan. Tapi aku yakin ini hanya taktik mereka. Dan aku pasti dipenjara. Seperti sayembara sebelumnya upaya ini tidak membuahkan hasil. Tuan Hakim: Baiklah Ajudan Mada, aku menyerah saja. (meninggalkan Ajudan Mada)A. Mada: Ehmm.. malangnya nasibku. Aha..! bagaimana dengan Abu Nawas. Aku yakin dia pasti biasa. Tuan Hakim, tunggu.. bagaimana jika kita meminta bantuan Abu Nawas saja..?Tuan Hakim: Abu Nawas.? Bukankah Abu Nawas sedang tidak ada di tempat?A. Mada: Kemana dia, pak ?Tuan Hakim: Ke DamakusA. Mada: Untuk apa?Tuan Hakim: Memenuhi undangan pangeran negeri itu.A. Mada: oh.. Kapan ia datang..??Tuan Hakim: Mungkin dua hari lagi.A. Mada: Oh..Kini harapan tertumpu sepenuhnya di atas pundak Abu Nawas.

Bang Dzul: hemm.. kayaknya aku sudah tidak aman lagi. Bagaimana kalau aku menyingkir saja ke luar daerah. Tapi itu berarti sama halnya dengan membuka topeng diri sendiri. Ehm.. aku harus tetap tinggal apapun yang akan terjadi.Abu Nawas telah kembali ke Baghdad karena tugasnya telah selesai. Abu Nawas menerima tawaran mengikuti sayembara menemukan pencuri uang emas. Mendengar persetujuan Abu Nawas, Bang Dzul semakin khawatir topengnya akan terbuka. Bang Dzul: Abu Nawas itu pandai menyiapkan siasat. Gimana ini..?Keesokan harinya Abu Nawas hadir dengan membawa tongkat dalam jumlah besar. Tongkat-tongkat itu mempunyai ukuran yang sama panjang. Kemudian Abu Nawas membagikannya ke semua penduduk. Setelah masing-masing mendapat satu tongkat, Abu Nawas: Tongkat-tongkat itu telah aku mantrai. Besok pagi aku akan kembali mengambil tongkat yang telah aku bagikan. Jangan khawatir, tongkat yang dipegang oleh pencuri selama ini menyembunyikan diri akan bertambah panjang satu jari telunjuk. Orang-orang yang merasa tidak mencuri tentu tidak mempunyai pikiran apa-apa. Tetapi sebaliknya, si pencuri uang emas itu merasa ketakutan. Bang Dzul: Wah.. Gimana ini..?? bagaimana jika aku dipenjara..? (Ia tidak bisa memejamkan mata walaupun malam semakin larut. Ia terus berpikir keras.) ehmm.. bagaimana kalau aku potong saja tongkatnya sepanjang satu jari telunjuk dengan begitu tongkatnya akan tetap kelihatan seperti ukuran semula.? Pagi hari Abu Nawas kembali mengambil tongkat yang telah aku dia bagikan.Bang Dzul: Aku yakin tongkatnya tidak akan bisa diketahui karena aku sudah memotongnya. Hehehhee... kan tongkat si pencuri akan bertambah panjang satu jari telunjuk? Akhirnya.. aku bisa mengelabui Abu Nawas.Abu Nawas memeriksa tongkat-tongkat yang dibagikan kemarin. Pada giliran si pencuri tiba Abu Nawas segera mengetahui karena tongkat yang dibawanya bertambah pendek satu jari telunjuk. Abu Nawas tahu pencuri itu pasti melakukan pemotongan pada tongkatnya karena ia takut tongkatnya bertambah panjang.

Abu Nawas: Hehheehe.. kamu pasti pencurinya, yaa..???Bang Dzul: Kok tahu..??Abu Nawas: Yaiyalah..!! (tersenyum bangga) kan kamu yang motong tongkatnya. Yang lain loh engga!Pencuri itu diadili dan dihukum sesuai dengan kesalahannya. Seratus keping lebih uang emas kini berpindah ke tangan Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas tetap bijaksana, sebagian dari hadiah itu diserahkan kembali kepada keluarga si pencuri, sebagian lagi untuk orang-orang miskin dan sisanya untuk keluarga Abu Nawas sendiri