case parkinson vinaprint 1
DESCRIPTION
caseTRANSCRIPT
![Page 1: Case Parkinson VinaPRINT 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf94f9550346f57ba5ae5d/html5/thumbnails/1.jpg)
PENDAHULUAN
Penyakit Parkinson adalah bagian dari parkinsonism yang patologis ditandai dengan
degenerasi ganglia basalis terutama dipars compacta subtansia nigra disertai dengan inklusi
sitoplastik eosinoofilik (Lewy’s bodies).3 Parkisonism adalah sindroma yang ditadai dengan
tremor, waktu istirahat, rigiditas,bradikinesia, dan hilangnya reflek postural akibat penurunan
dopamine karena beberapa sebab.3
Penyakit parkinson cukup sering ditemukan, mungkin mengenai 1-2% populasi
berusia lebih dari 60 tahun.relatif tidak ada faktor genetik yang diketahui. Perbandingan laki
laki banding wanita mencakup 5:4.1 penyakit parkinson biasa nya mulai timbul usia 40-70
tahun dan mencapai puncak pada dekade keenam.di Amerika utara meliputi 1 juta penderita
atau 1% dari populasi lansia berusia lebih dari 65 tahun. Penyakit parkinson mempunyai
prevalensi 160 per 100.000 populasi dan angka kejadian nya berkisar 20 per 100.000
populasi. Kedua nya meningkat seiring bertambah nya umur. Riwayat keluarga biasa nya
tidak ada pada pasien parkinson idiopatik. Akan tetapi, telah dilaporkan adanya anggota
keluarga yang terkena secara acak dan kadang ditemukan mutasi gen spesifik baik gen
dominan maupun resesif. 1 Pada umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan,
tetapi harus diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapat gambaran tentang etiologi,
prognosis dan penatalaksanaannya.
Etiologi Penyakit Parkinson belum diketahui ( idiopatik ) , akan tetapi ada beberapa
faktor resiko ( multifaktorial ) yang telah diidentifikasikan , yaitu seperti usia, ras dan
genetik.
Diagnosis penyakit Parkinson berdasarkan klinis dengan ditemukannya gejala motorik
utama antara lain tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks
postural.
Parkinson sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi berkembang sejalan
dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien Parkinson pada umumnya lebih rendah
dibandingkan yang tidak menderita Parkinson. Progresifitas gejala pada Parkinson dapat
berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat.
Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing
![Page 2: Case Parkinson VinaPRINT 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf94f9550346f57ba5ae5d/html5/thumbnails/2.jpg)
individu. Dengan treatment yang tepat, kebanyakan pasien Parkinson dapat hidup produktif
beberapa tahun setelah diagnosis.
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan
perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka
penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi
mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan
fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada
setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan
gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi.
![Page 3: Case Parkinson VinaPRINT 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf94f9550346f57ba5ae5d/html5/thumbnails/3.jpg)
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn K.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Umur : 65 tahun.
Pekerjaan : Pensiun.
Agama : Islam.
Status Perkawinan : Menikah.
Alamat : jl. Swakarsa Duren Sawit
Pengambilan Data : 22 Maret 2012
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis di Poli Saraf RSUD Budhi Asih pada tanggal
22 maret 2012
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli saraf RSUD Budi Asih dengan maksud untuk kontrol penyakit
parkinson yang sudah diderita nya ± 2 tahun yang lalu.
Pada awal nya ± tahun 2009 pasien mengeluh tangan kanan gemetaran, pasien
menyadari hal ini awal nya wakti dia membaca koran pada waktu pagi hari, dirasakan
koran yang dia pegang bergetar, setelah diamati tangan kanan nya yang gemetaran,
beberapa bulan kemudian menyusul tangan kiri pasien dirasakan ikut bergetar saat sedang
menonton TV. Umum nya gemetaran terjadi tiba-tiba, hal teresbut disebut pasien dengan
“kambuhan”, terjadi dimana saat pasien tidak sedang mengerjakan apa-apa dan bertambah
berat saat pasien gelisah atau mendengar berita yang membuat pasien kaget. Gemetaran
teresbut hilang apabila pasien tidur atau digerakkan. Keadaan ini berlanjut memburuk
sehingga dirasakan tulisan tangan nya semakin jelek, kecil dan sulit untuk di baca.
Semakin lama, kadang kala pasien juga merasa kedua kaki pun seakan akan ikut
gemetaran.
Beberapa bulan kemudian pasien merasakan jalan sempoyongan seperti akan jatuh
pasien menyangkal rasa sempoyongan yang dirasakan nya akibat sakit kepala atau
pusing. Ia merasakan kaki nya sulit digerakkan karena kaku dan gerakan menjadi
![Page 4: Case Parkinson VinaPRINT 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf94f9550346f57ba5ae5d/html5/thumbnails/4.jpg)
lambat. Menurut penuturan istri nya postur tubuh pasien menjadi terlihat agak bungkuk
saat berjalan. Langkah pasien saat berjalan juga menjadi kecil-kecil, tetapi pasien masih
dapat berjalan tanpa bantuan. Pasien juga mengeluh sulit untuk memulai suatu kegiatan
dan merasa lambat dalam mengenakan pakaian karena pasien merasakan sulit untuk
membuka, mengenakan dan memasang kancing baju. Setiap bangun pagi pasien sering
mengeluh sendi-sendi nya kaku dan berkurang setelah menjalankan aktifitas terutama
di kaki, bahu dan punggung yang terkadang terasa nyeri. Pasien sering berobat teratur
ke poli saraf RSUD Budi Asih ±1 bulan sekali dan selalu rutin meminum obat dengan
kesadaran nya sendiri tanpa perlu diperintah oleh keluarga nya. Keluhan pun dirasakan
berkurang dan lebih baik setelah mendapatkan obat.
Namun akhir-akhir ini pasien merasa kadang kala air mata dan liur nya menetes
tanpa ia sadari. Menurut penuturan istri nya bicara pasien juga menjadi agak perlahan
namun masih jelas dimengerti. BAK tidak ada masalah, namun terkadang pasien sulit
untuk BAB. Penggunaan obat-obatan rutin dalam waktu lama disangkal. Riwayat
trauma, rasa berdebar, mulut kering, dan penglihatan kabur pun disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat darah tinggi
(+). Pasien menyangkal adanya riwayat trauma, stroke, kencing manis, penyakit jantung,
ataupun adanya kejang.
Riwayat Penyakit Keluarga
keluarga pasien ada yang mempunyai keluhan yang sama dengan pasien yaitu kakak
pasien. Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, stroke dan sakit jantung dalam
keluarga pasien.
Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak merokok, tidak pernah meminum alkohol.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit ringan dan kesadaran compos mentis dengan
tanda vital dalam batas normal yakni tekanan darah 130/80, Suhu 36,5C, Respirasi :20x, Nadi
80x/m. Status generalis tidak ditemukan kelainan. Status neurologi didapatkan kesadaran
compos mentis dengan GCS =E4M6V5=15, tremor pada tangan kanan saat istirahat minimal
dan rigiditas (+) yang lebih dirasakan pada tangan kanan, brakinesia (+) serta didapatkan
posture tubuh ‘flexed posture’.nerves cranialis dalam batas normal. Untuk kekuatan motorik
dan sensorik dalam batas normal. Fungsi luhur kesadaran baik, intelektual baik, reaksi emosi
![Page 5: Case Parkinson VinaPRINT 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf94f9550346f57ba5ae5d/html5/thumbnails/5.jpg)
baik, bicara menjadi perlahan,. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain
tidak dilakukan.
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
1. Mengedukasikan pasien tentang penyakitnya yang bersifat progresif.
2. Menganjurkan sering berolahraga dan melakukan aktifitas berkelompok.
3. Fisioterapi.
Medikamentosa
Sifrol (Pramipexole diHCL) 1 x 0,375 mg p.0
Stalefo ( Levodopa 100 mg, Carbidopa 25 mg, Entacapone 200 mg ) 2x1
Fitbone ( Glucosamine) 1x1
Sohobion ( vitamin B1,B6, B12) 1x1
![Page 6: Case Parkinson VinaPRINT 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf94f9550346f57ba5ae5d/html5/thumbnails/6.jpg)
ANALISA KASUS
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki berumur 65 tahun datang ke Poli Saraf RSUD
Budi Asih pada tanggal 22 Maret 2012 dengan diagnosis Parkinson’s Disease. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada kasus ini, pasien memiliki trias gejala Parkinson yaitu tremor, rigiditas, dan
bradikinesia yang sudah berlangsung kurang lebih 2 tahun ini. Hal ini bisa dilihat berdasarkan
kriteria diagnosis Parkinson (Harsono, 2005) yaitu tiga gejala utama (trias) penyakit
Parkinson : Kekakuan anggota gerak & hilangnya reflek-reflek postural, Mobilitas berkurang
secara abnormal, Gemetar (tremor).
Dari anamnesis didapatkan pada tahun 2009 pasien mengeluh gemetar yang terasa
pada tangan kiri, kemudian beberapa bulan kemudian pasien merasa tangan kanan nya ikut
gemetar , gemetar terjadi saat pasien tidak sedang mengerjakan apa-apa dan bertambah berat
saat pasien gelisah atau mendengar berita yang membuat pasien kaget. Gemetaran teresbut
hilang apabila pasien tidur atau digerakkan. Hal ini sesuai dengan gejala parkinson yaitu ada
nya resting tremor. Tremor sendiri didefinisikan sebagai gerakan ritmis yang involunter dan
berulang, biasa nya terjadi pada satu atau lebih anggota gerak. Pada parkinson dapat
ditemukan tremor yang terutama terjadi di tangan, tetapi dapat juga pada anggota gerak atas
dan bawah. Tremor tersebut terjadi saat istirahat dan dieksaserbasi dengan ansietas atau stres
dan membaik dan dapat hilang saat bergerak. Pada penyakit parkinson tahap awal, tremor
umum nya asimeris bahkan unilateral1. Gemetaran ini berkembang secara sedikit demi sedikit
dan lambat sehingga penderita nya jarang dapat tidak lagi mengikuti perintah nya. Gemetaran
pada tangan dan jari-jari masih dapat ditahan sejenak, namun begitu perhatian teralihkan
mulailah kembali bergemetaran seolah-olah menghitung uang logam atau memulung-mulung
pil. Sewaktu makan, tangan yang memegang sendok sukar mengambil makan dan
menyampaikan nya ke mulut2.
Beberapa bulan kemudian pasien merasakan jalan sempoyongan seperti akan jatuh
pasien menyangkal rasa sempoyongan yang dirasakan nya akibat sakit kepala atau pusing. Ia
merasakan kaki nya sulit digerakkan karena kaku dan gerakan menjadi lambat. Menurut
penuturan istri nya postur tubuh pasien menjadi terlihat agak bungkuk saat berjalan. Langkah
pasien saat berjalan juga menjadi kecil-kecil, tetapi pasien masih dapat berjalan tanpa
bantuan. Hal ini sesuai dengan gejala parkinson lain nya yakni flexed posture dimana
dicirikan dengan kepala tampak menunduk, badan terdorong ke depan, punggung dalam
![Page 7: Case Parkinson VinaPRINT 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf94f9550346f57ba5ae5d/html5/thumbnails/7.jpg)
posisi kiposis, lengan terletak didepan tubuh dengan siku, panggul dan lutut dalam posisi
fleksi4. Penderita berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat
( marche a petit pas), kepala dan badan terdorong ke depan dan sukar berhenti atas kemauan
sendiri (propulsion) bisa mendadak dapat terhenti membeku sehingga bisa jatuh terjungkal
(freezing) kadang-kadang terdorong ke belakang (retropulsion) atau ke samping
( lateralpulsion) dan juga mempunyai kecenderungan beralih seperti gerakan berlari
( festination) serta sulit atau tidak dapat berbalik dengan cepat2. Tidak ada ayunan saat
berjalan. Instabilitas postural berat pada penyakit parkinson tahap lanjut menyebabkan
peningkatan resiko jatuh.
Pada parkinson daat terjadi pula akinesia/ bradikinesia dimana gerakan fisik menjadi
lambat, dan terutama mengalami kesulitan pada gerakan motorik kompleks misal nya
berpakaian, mengancingkan baju1, bradikenesia mempunyai banyak bentuk, bergantung pada
bagian tubuh mana yang terkena. bradikinesia pada tangan yang dominan mengakibatkan
tulisan yang kecil dan lambat ( mikrografia). Intensitas bicara melemah ( hipofonia)4. Posisi
berdiri dan berjalan yang abnormal sebagian disebabkan karena akinesia dan sebagian lagi
karena hilang nya kontrol postural normal1. Hal ini sesuai dengan gejala yang dialami pada
pasien ini yaitu mengeluh sulit untuk memulai suatu kegiatan dan merasa lambat dalam
mengenakan pakaian karena pasien merasakan sulit untuk membuka, mengenakan dan
memasang kancing baju. Bahkan tulisan pun menjadi kecil-kecil dan sulit untuk di baca.
Bicara pasien juga sudah menjadi perlahan. Dari pemeriksaan fisik juga didapatkan rigiditas
positif, yaitu peningkatan tonus otot yang muncul saat menggerakan lengan pasien secara
pasif4. Dari poin-poin di atas bisa kita menduga suatu anamnesis kearah penyakit Parkinson
dengan adanya tremor, rigiditas, bradikinesia, dan micrografia.
Pada penyakit parkinson kekuatan otot, refleks tendo dan sensasi dalam batas
normal.1. Selain gejala motorik pasien juga terdapat gejala non motorik yaitu pasien
mengeluh kan kesulitan dalam BAB.4 Serta terdapat nya kesulitan dalam menelan ludah nya
sendiri, sehingga mengakibatkan pasien cenderung berliur (sialorea)1.
Sedangkan perjalanan klinis penyakit Parkinson dilihat berdasar tahapan menurut
Hoehn dan Yahr3 Pada kasus ini pasien berada pada stadium kedua karena pada pasien ini
sudah terjadi secara bilateral yakni kedua tangan dan kakinya, sikap dan cara berjala nsudah
mulai terganggu namun masih seimbang ketika berjalan ataupun berdiri serta baru terjadi
kecacatan minimal2
![Page 8: Case Parkinson VinaPRINT 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf94f9550346f57ba5ae5d/html5/thumbnails/8.jpg)
Dari pemeriksaan fisik lain didapatkan otot-otot hipertonus dengan rigiditas Cog-Wheel
fenomena (+) fenomena ini paling sering ditemukan pada fleksi dan ekstensi berulang pada
pergelangan tangan. Rigiditas pada satu lengan dapat terlihat jelas dengan meminta pasien
mengangkat dan menurunkan lengan yang lain secara simultan dan berulang-ulang
(sinkinesis)1, resting tremor (+) minimal, brakinesia (+), refleks glabela (+) refleks glabela
dipicu dengan ketukan berulang pada dahi. Pada individu yang tidak terkena, akan terjadi
kelelahan refleks sehingga respon menjadi negatif, sementara pada penyakit parkinson terjadi
respon kedip pada setiap ketukan, tanpa ada nya kelelahan. Akan tetapi, tanda ini tidak
spesifik untuk penyakit parkinson1. fungsi luhur bicara menjadi perlahan, langkah menjadi
kecil (+). Hilang nya refleks postural. Dan pada saat pasien disuruh menulis di sebuah kertas
terlihat tulisan pasien tampak kecil dan rapat (mikrografia). Dengan ini disimpulkan
kesahihan diagnosa kerja.
Pada tahun 2010 pasien sempat dilakukan pemeriksaan ct-scan dan didapatkan kesan
tidak ada kelainan. pencitraan otak dengan teknik CT-scan atau MRI standar tidak dapat
membantu diagnosis namun dapat untuk menyingkirkan kausa lain1. Dan dari hasil rontgen
tulang belakang didapatkan kesan pasien menderita low back pain et causa osteoartritis
lumbal.
Terapi pada parkinson terutama bersifat simptomatik dan ditujukan untuk
mengembalikan keseimbangan neurokimia. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan
pemberian Stalefo yang berisi Levodopa 100mg, Carbidopa 25mg dan Entacapone 200 mg.
levodopa merupakan terapi medikamentosa utama untuk penyakit parkinson. Levodopa
merupakan substrat alami untuk sintesis dopamin. Tidak seperti dopamin, levodopa dapat
menembus sawar darah otak sehingga dapat mencapai lokasi kerja nya pada pemberian oral.
Akan tetapi, kebanyakan dosis oral levodopa dimetabolisme menjadi dopamin oleh
dekarboksilase DOPA perifer sebelum mencapai otak. Oleh karena itu, obat ini biasa nya
diberikan bersama dengan kombinasi inhibitor dekarboksilase DOPA perifer yakni
Carbidopa. Kombinasi ini memberikan keuntungan tambahan yaitu mengurangi efek samping
perifer levodopa yaitu mual dan muntah. Namun kombinasi ini dapat menyebabkan efek
samping sentral berupa hipotensi postural, kebingungan, halusinasi akan tetapi kebanyakan
pasien penyakit parkinson idiopatik akan tertolong dengan obat ini. Sayang nya setelah 2-5
tahun efikasi levodopa menjadi terbatas karena ada nya komplikasi fluktuasi motorik dan
diskinesia. Fluktuasi motorik mencakup pada ‘wearing off’ dimana dosis individual hanya
menghasilkan efek sementara saja damn mekanis me ‘on-off’ dimana pasien mengalami
perbaikan gejala akibat obat ( on) dan diselingi gejala rigiditas-akinetik ( off), seringkali
![Page 9: Case Parkinson VinaPRINT 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf94f9550346f57ba5ae5d/html5/thumbnails/9.jpg)
tanpa adanya hubungan yang dapat diprediksi antara waktu dan dosis obat. Sementara
diskinesia adalah gerakan involunter yang terjadi sehubungan dengan terapi obat yaitu
gerakan berputar dan berkelok jika kadar dopamin tinggi ( diskinesia dosis maksimal).
Fluktuasi motorik dan diskinesia tersebut dapat dihilangkan secara parsial pada beberapa
pasien dengan kombinasi preparat levodopa dengan Entacapone, yatu suatu inhibitor enzim
COMT ( catechol-o-methyl-transferase) yang memblok metabolisme levodopa. Selain itu
obat ini juga dapat berfungsi menghambat degradasi dopamin oleh enzim COMT dan
memperbaiki transfer levodopa ke otak. Selain itu untuk mencegah efek tersebut secara
langsung pasien juga mendapat kan Sifrol yang berisi Pramipexol HCL yang merupakan
suatu agonis reseptor dopamin non ergot yang bekerja dengan merangsang reseptor
dopamin.1
Selain obat-obatan tersebut pasien juga mendapatkan Fitbone yang berisi glucosamine
untuk mengatasi rasa kaku pada sendi-sendi nya akibat proses degeneratif sehingga dapat
memperbaiki fungsi gerak lutut pasien serta Sohobion yang berisi vitamin B1,B6 dan B12
sebagai roboransia saraf.
Selain pengobatan secara medikamentosa pasien juga diharapkan mendapatkan terapi
non medika mentosa berupa fisioterapi tujuan nya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-
masalah sebagai berikut :
• Abnormalitas gerakan
• Kecenderungan postur tubuh yang salah
• Gejala otonom
• Gangguan perawatan diri ( Activity of Daily Living – ADL )
Terapi tersebut mencakup latihan-latihan mengatasi perasaan kaku, dan berat pada
anggota gerak, serta memperbaiki sikap tubuh, cara melangkahkan tungkai dan
melenggangkan lengan. Prognosis pada pasien ini dengan tetapi yang adukuat, pasien dapat
cukup lama hidup produktif setelah didiagnosis.2
![Page 10: Case Parkinson VinaPRINT 1](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf94f9550346f57ba5ae5d/html5/thumbnails/10.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ginsberg L. Lecture Notes Neurologi. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2008: hal 100-108
2. Harsono. Penyakit Parkinson. Kapita Selekta Neurologi. Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonsia dan UGM. 2008. Hal 331-338
3. Misbach J, dkk. Standar Pelayanan Medis dan Prosedur Operasional
Neurologi.Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta. 2006: hal 119-122
4. Dewanto G, dkk. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. EGC. Jakarta.2007:hal
142-152