case dermatology honey

39
LAPORAN KASUS LIKEN SIMPLEKS KRONIS Penyaji Heni Ayu Purnama, S.Ked 70 2010 037 Pembimbing dr. Lucille A.S Ajie, Sp. KK BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI 1

Upload: rahmad-az

Post on 22-Sep-2015

227 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS

LIKEN SIMPLEKS KRONIS

PenyajiHeni Ayu Purnama, S.Ked70 2010 037

Pembimbingdr. Lucille A.S Ajie, Sp. KK

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINRUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG2015BAB IPENDAHULUAN

1.1.Latar BelakangLiken simpleks kronik adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai dengan likenifikasi. Keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu hitungan minggu sampai bertahun-tahun. Liken simpleks kronik merupakan penyakit yang sering ditemui pada masyarakat umum terutama pada usia dewasa, puncak insidennya antara 30-50 tahun.1,2,3Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan seringkali bersifat paroksismal. Gatal biasanya dikatakan lebih parah pada saat periode dimana pasien tidak ada aktivitas, seperti pada waktu tidur dan pada saat malam sehingga mempengaruhi kualitas tidur pasien. Liken simpleks kronik memiliki gambaran yang khas dibanding penyakit lain. Lesi pada liken simpleks kronis dapat terinfeksi secara sekunder akibat ekskoriasi yang terjadi akibat garukan.2,3Liken simpleks kronik merupakan penyakit yang sering berulang. Patogenesis terjadinya liken simpleks kronik belum dapat dijelaskan secara pasti. Liken simpleks kronik dapat juga terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain, namun kebanyakan terjadi akibat adanya faktor pencetus stres.4Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai bagaimana cara menegakkan diagnosis liken simpleks kronik. Dengan demikian diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai liken simpleks kronik dan dijadikan bahan pembelajaran selanjutnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Liken Simpleks KronisDermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.1Erupsi kulit terjadi karena kebiasaan menggaruk pada daerah tertentu pada jangka waktu yang lama. Garukan tersebut mengakibatkan perubahan karakteristik seperti penebalan kulit dan warna kulit menjadi lebih gelap dan garis berbatas tegas pada kulit. Perubahan-perubahan ini disebut likenifikasi.5Liken simpleks kronik terlihat pada penderita eksema. Walaupun eksema dapat terjadi pada seluruh tubuh, lesi pada liken simpleks kronik biasanya hanya ditemukan pada satu daerah. Lesi pada daerah ini adalah sangat gatal dan tidak tahan untuk tidak menggaruknya. Lesi ini jika semakin digaruk atau digosok, akan terasa semakin gatal.5Liken simpleks kronik merupakan penyakit gatal-gatal lokal yang berlangsung kronik, lesi disebabkan garukan dan gosokan berulang, dengan gambaran likenifikasi berbatas tegas.Sinonim dari liken simpleks kronik adalah neurodermatitis sirkumskripta, liken Vidal.1,6,7,8,Penyebab liken simpleks kronik tidak diketahui, diduga akibat gigitan serangga; pakaian yang ketat; dermatitis seboroika; psoriasis. Penyakit ini biasanya timbul pada orang yang kurang istirahat, gangguan emosi, misalnya mudah gugup, cemas, dan iritable.Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan emosi.1,6,8Liken simpleks kronis jarang terjadi pada anak anak. Insiden puncak terjadi pada usia 30 50 tahun. Wanita lebih sering dibanding pria. Pada wanita sering terjadi Liken simpleks kronik pada leher belakang saat menopause ( Lichen nuchae ). Pada prurigo nodularis yang berhubungan dengan dermatistis atopik onsetnya lebih dini, 19 24 tahun. Pada prurigo nodularis tanpa dermatitis atopik onsetnya 48 62 tahun. 1,6Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk; setelah luka baru hilang rasa gatalnya untuk sementara ( karena diganti dengan rasa nyeri ).1Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi.1Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah di scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.1,6Gambaran histopatologik neurodermatitis sirkumskripta berupa ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis denganrete ridgesmemanjang teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblas bertambah, kolagen menebal. Pada prurigo nodularis akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari permukaan, sel Schwan berproliferasi, dan terlihat hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis.1,6,7

2.2. Dermatitis AtopikDermatitis atopik (DA) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita.1DA cenderung diturunkan. Bila salah satu orang tua menderita atopi, lebih dari separuh jumlah anak akan mengalami gejala alergi sampai usia 2 tahun, dan meningkat menjadi 79% jika kedua orang tua menderita atopi. 1Berbagai faktor berpengaruh terhadap patogenesis DA, misalnya faktor genetik, lingkungan, sawar kulit, farmakologik dan imunologik. Namun konsep dasar patogenesis DA adalah mekanisme imunologik, dibuktikan oleh peningkatan kadar IgE dan eosinofil. Terdapat 4 kelas gen yang mempengaruhi penyakit atopi: 1-Kelas I: gen predisposisi untuk atopi dan respon umum IgE.-Kelas II: gen yang berpengaruh pada respon IgE spesifik.-Kelas III: gen yang mempengaruhi mekanisme non-inflamasi -Kelas IV: gen yang mempengaruhi inflamasi yang tidak diperantarai IgE.Kulit umumnya kering, pucat, kadar lipid epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Jari tangan teraba dingin. Gejala utama DA adalah pruritus (gatal) yang hilang timbul, umumnya lebih hebat malam hari, akibatnya penderita akan menggaruk. Hal ini dapat menimbulkan kelainan kulit berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta. 1DA dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu DA infantil (usia 2 bulan sampai 2 tahun), DA anak (usia 2 sampai 10 tahun), dan DA pada remaja dan dewasa. Pada fase bayi lesi terutama pada wajah, sehingga dikenal sebagai eksim susu.Umumnya, lesi DA infantil eksudatif, banyak eksudat, erosi, krusta, dan dapat mengalami infeksi.Pada tipe anak, terutama pada daerah lipatan kulit, khususnya lipat siku dan lutut. Lesi lebih kering, tidak begitu eksudatif, lebih banyak papul, sedikit likenifikasi, dan skuama. DA berat yang lebih dari 50% permukaan tubuh dapat menghambat pertumbuhan. Sedangkan pada tipe dewasa lebih sering dijumpai pada tangan, kelopak mata danareola mamma,berupa papul eritematosa dan berskuama, atau plak likenifikasi yang gatal. Pada DA remaja lokalisasi lesi di lipat siku, lutut, dan samping leher, dahi, dan disekitar mata. Pada DA dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik. 1Diagnosis DA ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan adanya riwayat atopic. Terdapat beberapa kriteria untuk menegakkan diagnosis DA, misalnya kriteria Hanifin dan Rajka, kriteria Williams, kriteriaUK Working Party, SCORAD (the scoring of atopic dermatitis) dan EASI (the eczema area and severity index). Selama 2 dekade terakhir ini, berbagai upaya dilakukan untuk membuat standar evaluasi DA. Idealnya, kriteria ini harus efisien, sederhana, komprehensif, konsisten, dan fleksibel. Selain itu juga dapat menilai efektivitas terapi yang diberikan. Tetapi, kriteria yang sering digunakan karena relatif praktis ialah kriteria Hanifin dan Rajka. Pada criteria ini, diagnosis DA dietegakkan bila setidaknya dijumpai 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor sebagai berikut: 1Kriteria Mayor1.Pruritus Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak2.Dermatitis di fleksura pada dewasa3.Dermatitis kronis atau residif4.Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

Kritera Minor1.Xerosis2.Infeksi kulit (S.aureus dan virus herpes simpleks)3.Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki4.Iktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis pilaris5.Pitiriasis alba Dermatitis di papila mamme6.White dermographism dan delayed blanch response7.Keilitis Lipatan infra orbital Dennie-Morgan8.Konjungtivitis berulang9.Keratokonus Katarak subkapsular anterior10.Orbita menjadi gelap11.Muka pucat atau eritem12.Gatal bila berkeringat13.Intolerens terhadap wol atau pelarut lemak14.Aksentuasi perifolikular15.Hipersensitif terhadap makanan16.Perjalan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi17.Tes kulit alergi tipe dadakan positif18.Kadar IgE di dalam serum meningkat19.Awitan pada usia dini Hetok sign

Terapi berupa hidrasi kulit untuk mengatasi kulit kering dan fungsi sawar yang berkurang, yang dapat berakibat mempermudah masuknya mikroorganisme patogen, bahan iritan, dan alergen. Kortikosteroid topikal paling sering digunakan sebagai anti-inflamasi lesi kulit. Dapat digunakan juga immunomodulator topikal, juga preparat ter sebagai anti-pruritus dan anti-inflamasi pada kulit. Antihistamin topikal tidak dianjurkan karena berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. 1Kortikosteroid topikal sering dipakai pada pengobatan DA sebagai anti-inflamasi lesi kulit. Pada bayi digunakan salap steroid potensi rendah, misalnya hidrokortison 1%-2,5%. Pada anak dan dewasa biasa dipakai steroid berpotensi menengah, misalnya triamsinolon, kecuali pada muka, daerah genitalia dan intertriginosa digunakan steroid potensi rendah. Antihistamin (AH) yang bekerja secara sistemik digunakan untuk mengurangi rasa gatal, terutama malam hari, yang mengganggu tidur, sehingga digunakan AH berefek sedatif, misalnya hidroksisin atau difenhidramin. 1

2.3. PsoriasisPsoriasis adalah penyakit inflamasi kulit kronik yang umum dijumpai, bersifat rekuren dan melibatkan beberapa faktor misalnya; genetik, sistem imunitas, lingkungan serta hormonal. Psoriasis ditandai dengan plak eritematosa yang berbatas tegas dengan skuama berlapis berwarna keputihan. Penyakit ini umumnya mengenai daerah ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia.2 Walaupun psoriasis terjadi secara universal, namun prevalensinya pada tiap populasi bervariasi di berbagai belahan dunia. Studi epidemiologi dari seluruh dunia memperkirakan prevalensi psoriasis berkisar antara 0,6 sampai 4,8%.9Terdapatnya variasi prevalensi psoriasis berdasarkan wilayah geografis dan etnis menunjukkan adanya peranan lingkungan fisik (psoriasis lebih sering ditemukan pada daerah beriklim dingin), faktor genetik, dan pola tingkah laku atau paparan lainnya terhadap perkembangan psoriasis. Pria dan wanita memiliki kemungkinan terkena yang sama besar.2Sebelumnya psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit primer akibat gangguan keratinosit, namun saat ini psoriasis dikenal sebagai suatu penyakit yang diperantarai oleh sistem imun. Psoriasis melibatkan interaksi kompleks diantara berbagai sel pada sistem imun dan kulit, termasuk sel dendritik dermal, sel T, neutrofil dan keratinosit. Pada psoriasis, sel T CD8+ terdapat di epidermis sedangkan makrofag, sel T CD4+ dan sel-sel dendritik dermal dapat ditemukan di dermis superfisial. Sejumlah sitokin dan reseptor permukaan sel terlibat dalam jalur molekuler yang menyebabkan manifestasi klinis penyakit. Psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit yang diperantarai oleh sistem imun yang ditandai dengan adanya sel T helper (Th)1 yang predominan pada lesi kulit dengan peningkatan kadar IFN-, tumor necrosing factor- (TNF-), IL-2 dan IL-18.11Psoriasis merupakan penyakit papuloskuamosa dengan gambaran morfologi, distribusi, serta derajat keparahan penyakit yang bervariasi. Lesi klasik psoriasis biasanya berupa plak berwarna kemerahan yang berbatas tegas dengan skuama tebal berlapis yang berwarna keputihan pada permukaan lesi. Ukurannya bervariasi mulai dari papul yang berukuran kecil sampai dengan plak yang menutupi area tubuh yang luas. Lesi pada psoriasis umumnya terjadi secara simetris, walaupun dapat terjadi secara unilateral. Dibawah skuama akan tampak kulit berwarna kemerahan mengkilat dan tampak bintik-bintik perdarahan pada saat skuama diangkat. Hal ini disebut dengan tanda Auspitz. Psoriasis juga dapat timbul pada tempat terjadinya trauma, hal ini disebut dengan fenomena Koebner. Penggoresan skuama utuh dengan mengggunakan pinggir gelas objek akan menyebabkan terjadinya perubahan warna lebih putih seperti tetesan lilin.1,2Anti psoriasis berspektrum luas baik secara topikal maupun sistemik telah tersedia. Sebagian besar obat-obatan ini memberikan efek sebagai imunomodulator. Sebelum memilih regimen pengobatan, penting untuk menilai perluasan serta derajat keparahan psoriasis. Pada dasarnya, mayoritas kasus psoriasis terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu gutata, eritrodermik/pustular, dan plak kronis yang merupakan bentuk yang paling sering ditemukan. Psoriasis gutata biasanya mengalami resolusi spontan dalam waktu 6 sampai 12 minggu. Kasus psoriasis gutata ringan seringkali tidak membutuhkan pengobatan, tetapi pada lesi yang meluas fototerapi dengan menggunakan sinar ultraviolet (UV) B serta terapi topikal dikatakan memberikan manfaat. 1Psoriasis eritrodermik/pustular biasanya disertai dengan gejala sistemik, oleh karena itu diperlukan obat-obatan sistemik yang bekerja cepat. Obat yang paling sering digunakan pada psoriasis eritrodermik/pustular adalah asitretin. Pada beberapa kasus psoriasis pustular tertentu, penggunaan kortikosteroid sistemik mungkin diperlukan. Pada psoriasis plak yang kronis, pemberian terapi dilakukan berdasarkan perluasan penyakit. Untuk psoriasis plak yang ringan (10% luas permukaan tubuh) dapat diberikan terapi lini pertama seperti pada psoriasis ringan sedangkan lini keduanya dapat berupa pengobatan sistemik misalnya metotreksat, asitretin, serta agen-agen biologi seperti alefacept dan adalimumab. Untuk plak psoriasis berat (>30% luas permukaan tubuh), terapi terutama menggunakan obat-obat sistemik.10

BAB IIILAPORAN KASUS

3.1. Identitas PasienNama:Ny. SJenis kelamin:PerempuanUmur:65 tahunPekerjaan: Ibu Rumah TanggaStatus Pernikahan : Sudah MenikahAgama : IslamBangsa/ Suku Bangsa : SundaAlamat:Jl. DI PanjaitanTanggal kunjungan / jam:20 Mei 2015/ 11.00 WIB

3.2.AnamnesisDiperoleh secara autoanamnesa di poliklinik IKKK RSUD Palembang BARI pada tanggal 20 Mei 2015, pukul 11.30 WIB.3.2.1Keluhan utama : Timbul bercak kemerahan dan kulit menebal sejak 1 bulan yang lalu

3.2.2Keluhan tambahan :Gatal

3.2.3Riwayat Perjalanan Penyakit :Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien mengatakan pada lutut kanan timbul bercak kemerahan yang gatal sebesar uang logam 100 rupiah. Selain kemerahan juga timbul adanya bintik-bintik sebesar jarum pentul sebanyak dua buah ditengah bercak kemerahan. Kemudian pasien menggaruk terus-menerus sampai gatalnya hilang. Karena garukan, kulit pasien menjadi lecet, kemudian membengkak dan lama-lama bekasnya menjadi kehitaman. Bekas garukan yang berwarna hitam itupun kadang-kadang gatal dan pasien sering menggaruknya sampai lecet lagi. Lama-lama pada bekas garukan kulitnya menjadi tebal, keras, dan bersisik. Pasien mengatakan gatalnya timbul sewaktu-waktu, kadang-kadang saat beraktivitas maupun istirahat, dan bila timbul gatal, gatal sekali dan sulit untuk ditahan, sehingga pasien harus menggaruknya terus-menerus hingga gatalnya hilang. Kurang lebih 2 minggu yang lalu timbul gejala yang sama pada jari tangan kanan.Pasien mengatakan sudah meminum obat dan menggunakan salep yang dibeli di apotek untuk mengurangi gejalanya, tapi gatalnya kadang-kadang tetap timbul dan kulitnya masih tebal dan keras. Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian pasien datang ke RSUD Palembang BARI.

3.2.4Riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat atopi, darah tinggi, kencing manis, gangguan empedu, hipertiroidea maupun penyakit kronis lainnya. Pasien mengatakan tidak punya riwayat alergi terhadap makanan dan obat.

3.2.5Riwayat penyakit dalam keluargaRiwayat atopi dalam keluarga disangkal

1. 2. 3. 3.2 3.2.6 Riwayat Sosial EkonomiPenderita tidak bekerja, penderita adalah seorang lansia yang tinggal bersama suami di rumah anaknya yang pertama, biaya pengobatan menggunakan BPJS kelas I, kesan ekonomi menengah.

3.2.7 Riwayat KebersihanPenderita mandi 2-3 kali sehari, pagi dan sore dengan menggunakan air PAM. Sebelum adanya keluhan pasien merasa higienitas terjaga dengan baik.

3.3.Pemeriksaan Fisik A. Status GeneralisKeadaan Umum: BaikKesadaran: Kompos mentisTanda vital: Frekuensi pernapasan 18x/menit, frekuensi nadi 70x/menitMata: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik.Hidung: Tidak ada kelainanTelinga: NormotiaLeher: Kelenjar getah bening tidak teraba membesar dan tidak nyeri.Ekstremitas Superior : Tidak ada kelainan fungsi pergerakan maupun deformitasEkstremitas Inferior : Tidak ada kelainan fungsi pergerakan maupun deformitas

B. Status DermatologikusRegio Genu DextraTampak plaque hiperpigmentasi soliter irregular dengan ukuran 6,5-7,5 cm x 3-4 cm, sirkumskrip, linear yang mengalami likenifikasi dan dilapisi skuama halus berwarna putih dengan ekskoriasi.Regio Digiti II Manus DextraTampak plaque hiperpigmentasi soliter regular dengan ukuran 4cm x 1,5cm, sirkumksrip, linear yang mengalami likenifikasi dilapisi skuama halus berwarna putih dengan ekskoriasi.

3.3.Pemeriksaan PenunjangTes fenomena Koebner, tes Auspitz Sign

3.4Pemeriksaan AnjuranPemeriksaan dermatopathology3.5.Diagnosis Banding Kelainan kulit

TeoriLiken Simpleks Kronis1,2,3Dermatitis Atopik 1,2Psoriasis 1,4

Definisi

Predileksi

Usia

Sifat dan penyebab

Kelainan kulit

Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai dengan likenifikasi.

Lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah di skalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan dan punggung kaki.

Tidak biasa terjadi pada anak, tetapi pada usia dewasa keatas, puncak insiden pada usia antara 30-50 tahun

Penyebabnya pruritus yang memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis pruritus karena adanya penyakit yang mendasari.

Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah menebal dan berskuama, likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas

Peradangan kulit kronis residif disertai gatal, sering berhubungandengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada penderita atau keluarganya.

Pada dewasa lesi distribusi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, puting, susu, atau skalp serta lipatan

Pada umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak namun dapat dibagi menjadi 3 fase: DA infantil (2 bulan-2 tahun), DA pada anak (2-10 tahun), DA pada remaja dan dewasa

Penyebabnya peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (Dermatitis atopik, Rhinitis Alergi, dan atau Asma Bronkial) bersifat kronik residif

Lesi berupa plak papular-eritomatosa dan berskuama, atau plak likenifikasi yang gatal. Lesi kering agak menimbul, papul datar dan cenderung bergabung menjadi plak likenifikasi dengan sedikit skuama, dan sering terjadi eksoriasi danekudasi karena garukan. Lambat laun terjadi hiperpigmentasi

Penyakit autoimun bersifat kronik dan residif, ditandai adanya hiperproliferatif kulit.

Skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut dan lumbosakral

Terdapat pada semua usia, umumnya pada dewasa

Penyebabnya autoimun bersifat kronik residif

Terdiri atas bercak-bercak eritem yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumsrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang ditengah menghilang dan hanya terdapat dipinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi; lentikular, numular atau plakat, dapat berkonfluensi.

Gambar

HistopatologiHiperkeratosis dengan paraorthokeratosis dan orthokeratosis, serta psoriasiform epidermal hiperplasia. Rete redges memanjang dan melebar.Akantosis ringan,Hiperplasia psoriasiform, parakeratosis.Mitosis keratinosit,fibroblas, dan selendotelial meningkatPada stratum spinosum tampakKelompok leukosit yang disebut abses munro. Terdapatparakeratosis, akantosis, papilomatosis,vasodilatasi disubepidermis.

3.6.ResumePasien wanita, 65 tahun, datang ke Klinik Kulit dan Kelamin RSUD Palembang BARI dengan keluhan utama yaitu timbul bercak kemerahan yang menebal dan gatal sejak 1 bulan yang lalu. Selain kemerahan juga timbul adanya bintik-bintik sebesar jarum pentul sebanyak dua buah ditengah bercak kemerahan. Pasien menggaruk terus-menerus sampai gatalnya hilang sehingga kulit pasien menjadi lecet, kemudian membengkak dan lama-lama bekasnya menjadi kehitaman. Lama-lama pada bekas garukan kulitnya menjadi tebal, keras, dan bersisik. Gatal timbul sewaktu-waktu, dan bila timbul gatal sulit untuk ditahan, sehingga pasien harus menggaruknya terus-menerus hingga gatalnya hilang. Kurang lebih 2 minggu yang lalu timbul gejala yang sama pada jari tangan kanan. Pasien sudah berobat namun keluhan gatal belum juga berkurang. Bercak hiperpigmentasi tersebut disertai dengan skuama halus dan ekskoriasi. Riwayat penyakit dahulu yaitu pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Tidak ada penyakit kronis, riwayat atopi, maupun gigitan serangga. 3.7. Diagnosis KerjaLiken Simpleks Kronis

3.8.PrognosisPrognosis pada kasus ini adalah baik karena berdasarkan anamnesis, pruritus pada pasien ini tidak disebabkan adanya penyakit yang mendasari serta status psikologik pasien dalam keadaan baik.1

BAB IVANALISA KASUS

Liken simpleks kronik adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon kutaneus akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup lama. Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histologi memiliki karakteristik berupa akantosis dan hiperkeratosis, dan secara klinis tampak berupa penebalan kulit, dengan peningkatan garis permukaan kulit pada daerah yang terkena sehingga tampak seperti kulit batang kayu. 2,3Pada kasus ini pasien Ny. S berusia 65 tahun, dengan keluhan adanya bercakkehitaman yang menebal dan terasa gatal di lutut kanan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan tersebut disertai rasa gatal dan timbul saat pasien aktivitas maupun beraktivitas. Diagnosis liken simpleks kronik pada pasien ini didasarkan pada anamnesis dan status dermatologikus.Anamnesis

Teori2,3Kasus

Peradangan kulit kronis

Tidak biasa terjadi pada anak, tetapi pada usia dewasa keatas, puncak insiden pada usia antara 30-50 tahun

Sangat gatal, bila malam hari mengganggu tidur. Gatal tidak terus menerus timbul, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk

Merasa enak bila digaruk sampai luka karena diganti dengan rasa nyeri

Wanita lebih sering menderita daripada pria

Pruritus dapat disebabkan karena penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidea, penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergik, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan emosi

Berlangsung sejak 1 bulan yang lalu

Usia 65 tahun

Sangat gatal, bila malam hari mengganggu tidur. Gatal terus menerus timbul, saat aktivitas maupun istirahat, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk

Merasa enak bila digaruk sampai luka

Pasien adalah seorang wanita

Pasien menyangkal adanya penyakit yang mendasari

Pada anamnesis pasien ini didapatkan adanya rasa gatal yang dialami bersifatterus-menerus hanya dirasakan di daerah lutut kanan dan jari tangan kanan. Berdasarkan teori, anamnesis di atas adalah sesuai untuk mendukung ke arah diagnosis liken simpleks kronik.

Status Dermatologis

Teori1Kasus

Tempat predileksi: Lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah di skalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan dan punggung kaki.

Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah menebal dan berskuama, likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas

Regio Genu DextraTampak plaque hiperpigmentasi soliter irregular dengan ukuran 6,5-7,5 cm X 3-4 cm, sirkumskrip, linear yang mengalami likenifikasi dilapisi skuama halus berwarna putih dengan ekskoriasi

Regio digiti II manus dextraTampak plaque hiperpigmentasi soliter regular dengan ukuran 4cm x 1,5cm), sirkumskrip, linear yang mengalami likenifikasi dilapisi skuama halus berwarna putih dengan ekskoriasi

Pada status dermatologikus terdapat plak hiperpigmentasi berbatas tegas ditutupi oleh skuama sedang, dan terdapat likenifikasi. Lesi kulit terbatas pada daerah lutut dan jari tangan. Keadaan di atas sesuai dengan teori yang ada.

Pemeriksaan Penunjang

Teori1,2Kasus

Tes auspitz sign dan fenomena koebner

-Pemeriksaan Auspitz sign dan fenomena Koebner. Fenomena Koebner atau goresan lilin adalah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang digores. Pada fenomena Auspitz, setelah skuama habis dikerok dilakukan pengerokan perlahan hingga tampak serum atau darah berbintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding psoriasis.

- Pemeriksaan dermatophatology dapatmemberikan gambaran yang bervariasimengenai derajat hyperkeratosis dengan paraorthokeratosis dan orthokeratosis, serta psoriasiform epidermal hiperplasia.

Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung pada kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan penyakitnya, penyakit penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan.

Pengobatan

Teori1Kasus

Umum Bertujuan untuk memutus itch-scratch cycle, karena pada dasarnya tindakan menggaruk lesi yang terasa gatal justru akan memperberat lesi, dan memperberat gatal yang dirasakan. Penyebab sistemik dari gatal harus diidentifikasi

Khusus- Antipruritus: antihistamin yang mempunyai efek sedatif (contoh: hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau tranquillizer.- Kortikosteroid topikal: Doxepin 5% dalam jangka pendek (maks 8 hari), kortikosteroid yang biasa dipakai berpotensi kuat bila perlu ditutup dengan penutup impermeable ; kalau masih tidak berhasil dapat diberikan secara suntikan intralesi-Kombinasi salep kortikosteroid dengan ter yang mempunyai efek anti inflamasi

Umum- Mengurangi menggaruk daerah gatal tersebut karena akan menimbulkan perlukaan.- Makan obat secara teratur- Kontrol ke dokter teratur

Khusus-Antipruritus: antihistamin H1 bermanfaat mencegah reaksi hipersensitifitas cetirizine HCL 10 mg selama 15 hari kerena lebih nyaman dan tidak menyebabkan kantuk sehingga tidak mengganggu aktifitas pasien yang sudah tergolong lanjut usia.- Krim:As.Salisil 3%Emolien 10%

Kortikosteroid topikal: Dexocort cream 30 gr desoximethasone 0,25% adalah kortikosteroid topikal potensi tinggi

Preparat tar: Liquorcarbonat detergent 5% anti pruritus, anti radang, anti ekzema, antiakantosis keratoplastik

Dioles tipis 3 kali sehari tidak boleh lebih dari 2 minggu untuk menghindari gejala takifilaksis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:2006:147- 1482.2. Susan Burgin, MD. Numular Eczema and Lichen SimplexChronic/PrurigoNodularis. Dalam: Fitzpatrick TB, Eizen AZ, Woff K,Freedberg IM, Auten KF, penyunting: Dermatology in generalmedicine, 7th ed, New York: Mc Graw Hill. 2008: 158-162.3. Odom RB, James WD, Berger TG. Atopic dermatitis, eczema, and noninfectious immunodeficiency disorders. Dalam: Andrews Diseases of The Skin: Clinical Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2000: 69-94.4. Hogan D J, Mason S H. Lichen Simplex Chronicus. Diakses dari www.emedicine.com, 20 Mei 2015.5. Brannon H, 2008, Lichen Simplex Chronicus; http://dermatology about.com/cs/eczemadermatitis/a/lsc.html6. Siregar RS. 2005. Neurodermatitis Sirkumskripta. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke 2. Jakarta : EGC. Halaman : 129-131.7. Harahap M. 2000. Liken Simpleks Kronik. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates. Halaman : 16-178. Mansjoer A,Suprohaita,Wardhani W.I,Setiowulan W. 2000. Neurodermatitis Sirkumskripta. Kapita Selekta Kedokteran.Edisi ke 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. Halaman : 89.9. Langley R, Krueger G, Griffiths C. Psoriasis: epidemiology, clinical features, and quality of life. Ann Rheum Dis. 2005;64:ii18-ii23. 10. Reich K, Mrowietz U. Treatment goal in psoriasis. JDDG. 2007;5:566574.

26