uji validitas dan reliabilitas dermatology life...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
DERMATOLOGY LIFE QUALITY INDEX (DLQI)
BERBAHASA INDONESIA
PADA PASIEN POLIKLINIK ILMU KESEHATAN KULIT
DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
TESIS
RAHMATINA
0806360582
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
JAKARTA
DESEMBER 2013
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
DERMATOLOGY LIFE QUALITY INDEX (DLQI)
BERBAHASA INDONESIA
PADA PASIEN POLIKLINIK ILMU KESEHATAN KULIT
DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Spesialis Kulit dan Kelamin
RAHMATINA
0806360582
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
JAKARTA
DESEMBER 2013
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
ii
Universitas Indonesia
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
iii
Universitas Indonesia
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
iv
Universitas Indonesia
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT,
atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu saya dalam menempuh pendidikan dokter spesialis hingga tersusunnya tesis ini.
Terima kasih kepada Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM(K) sebagai Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI), DR. Dr. Czeresna Heriawan Soejono, SpPD-K-Ger, M.Epid,
FACP, FINASIM sebagai Direktur Utama RSCM, yang telah memberikan izin kepada saya
untuk menjalankan pendidikan dokter spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin (IKKK) FKUI-RSCM, Jakarta.
Terima kasih dan rasa hormat saya ucapkan kepada Dr. dr. Tjut Nurul Alam Jacoeb,
SpKK(K) atas kesediaannya telah menerima saya untuk dapat mengikuti pendidikan spesialis
semasa beliau menjabat sebagai ketua Departemen IKKK FKUI-RSCM. Saya ucapkan rasa
terima kasih dan rasa hormat kepada dr. Shannaz Nadia Yusharyahya, SpKK sebagai ketua
Departemen IKKK saat ini.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Prof. dr. Kusmarinah Bramono,
SpKK(K), PhD sebagai Ketua Program Studi Dokter Spesialis IKKK FKUI yang senantiasa
memberikan dorongan semangat, dukungan, dan bimbingan selama saya menempuh
pendidikan hingga menyelesaikan tesis ini. Terima kasih dan rasa hormat saya haturkan
kepada dr. Evita Effendi Halim, SpKK(K) sebagai mentor saya yang senantiasa memberikan
bimbingan dalam menyelesaikan studi saya. Rasa hormat dan terima kasih saya ucapkan
kepada seluruh staf pengajar Departemen IKKK yang telah memberi saya kesempatan
belajar, menimba ilmu dan pengalaman di Departemen ini, serta atas segala didikan,
bimbingan, nasehat, teladan dan dorongan kepada saya selama mengikuti pendidikan.
Saya haturkan rasa hormat dan terima kasih kepada dr. Erdina H. D. Pusponegoro,
Sp.KK(K), dr. Lili Legiawati, SpKK(K), dan dr. Aria Kekalih, M.TI sebagai pembimbing
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
v
Universitas Indonesia
saya yang telah menyediakan waktunya untuk membimbing, dan memberikan asupan sejak
pembuatan usulan penelitian hingga penyelesaian tesis ini.
Ucapan terima kasih saya haturkan kepada dr. Evita Halim Effendi, SpKK(K) sebagai ketua
Divisi Alergi-Imunologi Departemen IKKK, dr Irma Bernadette, Sp.KK(K) sebagai ketua
Divisi Kosmetik Departemen IKKK, dr. Emi S, SpKK(K) sebagai ketua Divisi Morbus
Hansen Departemen IKKK, dan dr. Erdina H.D. Pusponegoro, SpKK(K) sebagai ketua
Divisi Dermatologi Umum Departemen IKKK sebagai yang telah memberikan izin kepada
saya untuk melakukan penelitian di masing- masing divisi tersebut. Terima kasih juga saya
haturkan pada pada seluruh staf Divisi Alergi-Imunologi Departemen IKKK, staf Divisi
Kosmetik Departemen IKKK, staf Divisi Morbus Hansen Departemen IKKK, dan staf Divisi
Dermatologi Umum Departemen IKKK atas segala dukungan dalam penyelesaian tesis ini.
Terima kasih yang dalam juga saya ucapkan kepada dr. Sandra Widaty, SpKK(K), sebagai
koordinator penelitian Departemen IKKK FKUI-RSCM atas dukungan, petunjuk, bimbingan
dan kemudahan dalam melakukan penelitian ini. Kepada Prof.Dr.dr. Rianto Setiabudy, SpFK
sebagai ketua Panitia Tetap Penilai Etik Penelitian FKUI, saya ucapkan terima kasih sebesar-
besarnya atas persetujuan dan pemberian keterangan lolos kaji etik pada penelitian ini.
Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada Prof. Andrew Y Finlay dan dr Faraz Ali dari
Cardiff University Inggris yang telah memberikan izin penerjemahan dan penggunaan DLQI
pada penelitian ini, serta bantuan dan dukungannya dalam pembuatan DLQI berbahasa
Indonesia.
Terima kasih sebesar-besarnya saya haturkan kepada seluruh subjek penelitian atas
keikutsertaan dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
Terima kasih yang tulus juga saya sampaikan kepada seluruh staf
karyawan/karyawati/paramedis tata usaha, perpustakaan, poliklinik, dan rawat inap
Departemen IKKK FKUI-RSCM atas segala bantuan dan kebersamaan selama saya
menjalani pendidikan dan melaksanakan penelitian ini.
Saya haturkan banyak terima kasih kepada teman-teman, dr. Yari Castiliani, SpKK, dr.
Rinadewi Astriningrum, SpKK, dr Amanda Soemantri, Sp.KK, dr. Anjas Asmara, Sp.KK, dr.
Hernawati Hutabarat, Sp.KK, teman-teman seangkatan saat masuk PPDS yang selalu
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
vi
Universitas Indonesia
memberi semangat meski sudah lebih dahulu lulus. Kepada dr. Adi Satriyo, SpKK, dr.
Caroline Padang, SpKK, dr. Dewi Hasanah, Sp.KK dr. Ratri Ainulfa, SpKK, dr. S.K.
Sulistyaningrum, dan dr. Yulia Siskawati, SpKK, saya ucapkan terima kasih karena telah
menjadi teman seangkatan baru selama pendidikan yang selalu memberi dukungan dalam
menjalani proses pendidikan PPDS.
Kepada seluruh rekan peserta Pendidikan Dokter Spesialis IKKK FKUI, saya ucapkan terima
kasih yang sangat dalam atas perhatian, dukungan, bantuan, kerja sama, kebersamaan dan
rasa kekeluargaan selama menempuh pendidikan ini.
Saya haturkan rasa hormat, dan terima kasih yang tiada terhingga kepada kedua orang tua
saya, D. Hidayat, dan E. Sukaesih, yang telah membesarkan, mendidik, dan memberikan
kasih sayang, doa, serta dukungan yang tiada habisnya dalam kehidupan saya. Terima kasih
yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada mertua saya, Moh. Dawam dan Umi Salamah
atas doa dan dukungannya.
Kepada suamiku tercinta Adi Anggarayudha dan anak-anakku, pemberi semangatku, Soraya
Hanifa, Safira Amalia, dan Hanif Dhiaurrahman, terima kasih yang tak ternilai atas kasih
sayang, doa, pengertian, kesabaran, penghiburan, serta dukungan yang luar biasa yang telah
diberikan kepada saya setiap waktu.
Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan permohonan maaf kepada semua
pihak, atas segala kekurangan, kesalahan dan kekhilafan selama saya menjalani pendidikan di
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan para guru saya juga semua pihak yang telah
membantu saya dan senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penulis
Rahmatina
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
vii
Universitas Indonesia
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
viii
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Rahmatina
Program Studi : Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Judul :UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS DERMATOLOGY LIFE
QUALITY INDEX (DLQI) BERBAHASA INDONESIA PADA
PASIEN DI POLIKLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN
KELAMIN RUMAH SAKIT DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Latar belakang: Data kualitas hidup pasien kulit di Indonesia masih terbatas, antara lain
disebabkan belum ada instrumen penilai kualitas hidup untuk kelainan dermatologi
berbahasa Indonesia yang valid dan reliabel. Tujuan penelitian ini adalah ingin menilai
validitas dan reliabilitas Dermatology Life Quality Index (DLQI) berbahasa Indonesia
sebagai suatu alat untuk menilai kualitas hidup pasien dengan berbagai penyakit kulit di
Indonesia. Metode: Dermatology Life Quality Index orisinal berbahasa Inggris diterjemahkan
mengikuti prosedur standar ke dalam bahasa Indonesia. DLQI versi Indonesia yang telah
disetujui oleh pihak pembuat DLQI orisinal diisi oleh 100 pasien rawat jalan dengan berbagai
diagnosis (akne, dermatitis atopik, kusta, psoriasis, dan vitiligo) di poliklinik Ilmu Kesehatan
Kulit dan kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Indonesia.
Analisis validitas menggunakan validitas konstruksi, dilakukan dengan menghitung korelasi
antara tiap pernyataan dengan skor total (korelasi Pearson). Konsistensi internal
menggunakan Cronbach α digunakan untuk analisis reliabilitas. Hasil: Usia pasien pada
penelitian ini antara 18 hingga 59 tahun (median 30 tahun). Skor DLQI rata-rata yaitu
9,75±6,319. Validitas DLQI berbahasa Indonesia dinilai cukup baik, dengan koefesien
korelasi tiap pertanyaan dengan skor total yaitu 0,310 – 0,699. Reliabilitas DLQI berbahasa
Indonesia dinilai baik, dengan Cronbach α 0.858. Kesimpulan: DLQI versi Indonesia
merupakan instrumen yang valid dan reliabel untuk menilai kualitas hidup pasien dengan
berbagai penyakit kulit.
Kata kunci: Dermatology Life Quality Index (DLQI), kualitas hidup, reliabilitas, validitas.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
ix
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Rahmatina
Study Program : Faculty of Medicine, Dermatovenereology Program
Title : VALIDITY AND RELIABILITY TEST OF INDONESIAN VERSION
OF DERMATOLOGY LIFE QUALITY INDEX (DLQI) ON
PATIENTS ATTENDING THE DERMATOVENEREOLOGY
CLINIC AT DR. CIPTO MANGUNKUSUMO HOSPITAL
Background: The dermatology patient’s quality of life data in Indonesia is limited, partly
because unavailability of valid and reliable dermatology specific quality of life measuring
tool in Indonesian language. The aim of this study is to assess validity and reliability of
Dermatology Life Quality Index (DLQI) to measure the quality of life of patients with
various skin diseases in Indonesia. Methods: The English version of DLQI was translated
according to standard procedures to Indonesian language. The approved Indonesian version
of DLQI by its developer was administered to 100 outpatients with various dermatological
diagnoses (acne, atopic dermatitis, leprosy, psoriasis, vitiligo) attending the
dermatovenereology clinic at the national general hospital of Indonesia, dr. Cipto
Mangunkusumo Hospital. Construct validity analysis was carried out by using item–total
score correlations (Pearson correlation). Internal consistency using Cronbach α were used
for reliability analysis. Results: Age of patients in this study ranged from 18 to 59 years
(median 30 years). The mean score of DLQI was 9,75±6,319. Validity of Indonesian version
of DLQI considered moderate, with item-total score correlation coefficient 0.310-0.699.
Reliability of Indonesian version of DLQI considered good, with Cronbach α 0.858.
Conclusion: Indonesian version of the DLQI is a valid and reliable instrument for assessing
the quality of life of patients with various skin diseases
Key words: Dermatology Life Quality Index (DLQI), quality of life, reliability, validity
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
x
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….... iii
UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………….. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………………………….. viii
ABSTRAK …………………………………………………………………. ix
ABSTRACT ………………………………………………………………... x
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xiv
DAFTAR TABEL …………………………………………………….. xiv
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………….. xv
BAB 1 PENDAHULUAN.....…………………………………………………..1
1.1 Latar belakang ...................................................................................... 1
1.2 Pembatasan masalah ............................................................................. 4
1.3 Perumusan masalah ............................................................................. 4
1.4 Tujuan penelitian .................................................................................. 5
1.4.1 Tujuan umum ................................................................................. 5
1.4.2 Tujuan khusus ................................................................................ 5
1.5 Manfaat penelitian ................................................................................ 5
1.5.1 Manfaat untuk bidang pelayanan .................................................. 5
1.5.2 Manfaat untuk bidang penelitian ................................................... 5
1.5.3 Manfaat untuk bidang pendidikan ................................................. 6
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
2.1 Kualitas hidup ....................................................................................... 7
2.2 Penilaian kualitas hidup ........................................................................ 7
2.2.1 Fungsi penilaian kualitas hidup ..................................................... 7
2.2.2 Instrumen penilai kualitas hidup .................................................... 9
2.3 Kuisioner penilai kualitas hidup yang spesifik untuk
kelainan dermatologi............................................................................10
2.3.1 Dermatology Life Quality Index (DLQI)………………………..10
2.3.2 Skindex .........................................................................................12
2.3.3 Dermatology Quality of Life Scales (DQOLS) ............................12
2.3.4 Dermatology-Specific Quality of Life Scales (DSQL)..................13
2.4 Persyaratan alat ukur……..…………………………………………..13
2.4.1 Reliabilitas ....................................................................................13
2.4.1.1 Konsistensi internal ................................................................ 14
2.4.1.2 Tes-tes ulang .......................................................................... 14
2.4.2 Validitas ....................................................................................... 14
2.4.2.1 Validitas konstruksi ................................................................ 14
2.4.2.2 Validitas isi ............................................................................ 15
2.4.2.3 Validitas eksternal ................................................................. 15
2.4.2.4 Validitas prediktif .................................................................. 15
2.4.2.5 Validitas budaya .................................................................... 15
2.4.2.6 Validitas rupa ......................................................................... 15
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
xi
Universitas Indonesia
2.5 Penelitian validitas dan reliabilitas DLQI pada berbagai
penyakit kulit ..................................................................................... 16
2.6 Faktor yang mempengaruhi validitas dan reliabilitas………………..16
2.6.1 Tes dan isinya……………………………………………...……17
2.6.2 Faktor lingkungan ……………………………………………... 17
2.6.3 Faktor personal …………………………………………………17
2.6.7 Penafsiran peneliti ……………………………………………...17
2.7 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup ........................................ 18
2.8 Psoriasis ............................................................................................. 21
2.9 Akne .................................................................................................. 22
2.10 Dermatitis atopik ............................................................................... 22
2.11 Kusta .................................................................................................. 24
2.12 Vitiligo .............................................................................................. 26
2.13 Kerangka teori ................................................................................... 28
2.14 Kerangka konsep ............................................................................... 29
BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 30
3.1 Rancangan penelitian .......................................................................... 30
3.2 Tempat dan waktu penelitian .............................................................. 30
3.2.1 Tempat penelitian ........................................................................ 30
3.2.2 Waktu penelitian .......................................................................... 30
3.3 Populasi dan subjek penelitian............................................................ 30
3.3.1 Populasi target ............................................................................. 30
3.3.2 Populasi terjangkau ...................................................................... 30
3.3.3 Subjek penelitian ......................................................................... 31
3.3.4 Cara pemilihan sampel ............................................................... 31
3.4 Kriteria penerimaan dan penolakan .................................................... 31
3.4.1 Kriteria penerimaan ..................................................................... 31
3.4.2 Kriteria penolakan ....................................................................... 31
3.5 Besar sampel ....................................................................................... 31
3.6 Alat dan bahan ................................................................................... 31
3.7 Cara kerja penelitian .......................................................................... 32
3.7.1 Penerjemahan ............................................................................. 32
3.7.2 Cognitive debriefing .................................................................... 32
3.7.3 Pengisian kuisioner ..................................................................... 33
3.7.4 Penilaian validitas ....................................................................... 33
3.7.5 Penilaian reliabilitas .................................................................... 33
3.8 Batasan operasional ............................................................................ 33
3.8.1 Dermatology Life Quality Index (DLQI) .................................... 33
3.8.2 Skor DLQI .................................................................................. 34
3.8.3 Konsistensi internal .................................................................... 34
3.8.4 Validitas konstruksi .................................................................... 35
3.8.5 Derajat /tipe penyakit .................................................................. 35
3.8.6 Tingkat pendidikan ..................................................................... 35
3.8.7 Pekerjaan ……………………………………………………….36
3.9 Etik penelitian ..................................................................................... 36
3.9 Pengolahan dan analisis data .............................................................. 36
3.10 Alur penelitian .................................................................................... 37
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
xii
Universitas Indonesia
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......……….............… 38
4.1 Proses penerjemahan.................................................................... 38
4.2 Conitive debriefing …………………………….......................... 42
4.3 Uji validitas dan reliabilitas.......................................................... 43
4.3.1 Karakteristik subjek penelitian ……………………………44
4.3.2 Uji validitas ……………………………………………….46
4.3.3 Uji reliabilitas …………………………………………… 53
4.4 Hasil lain selama pelaksanaan penelitian ……………………… 54
4.5 Keterbatasan penelitian………………………………………… 56
BAB 5 IKHTISAR, KESIMPULAN, DAN SARAN.........………...........…. 58
5.1 Ikhtisar......................................................................................... 58
5.2 Kesimpulan.................................................................................. 60
5.3 Saran............................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA........………………………………………………...… 62
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
xiii
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Informasi penelitian
Lampiran 2 Formulir persetujuan keikutsertaan dalam penelitian
Lampiran 3 Kuisioner DLQI berbahasa Inggris
Lampiran 4 Kuisioner DLQI terjemahan oleh dua penerjemah
Lampiran 5 Kuisioner DLQI hasil diskusi
Lampiran 6 Kuisioner DLQI cognitive debriefing
Lampiran 7 Kuisioner DLQI berbahasa Indonesia final
Lampiran 8 Status penelitian
Lampiran 9 Lembar PASI
Lampiran 10 Lembar SCORAD
Lampiran 11 Keterangan lolos kaji etik
Lampiran 12 Penjelasan pihak pembuat DLQI mengenai pertanyaan nomor 9
Lampiran 13 Tabel induk penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi derajat keparahan akne vulgaris menurut Lehmann
……………...........................………………………………. 22
Tabel 2.2 Bagan diagnosis klinis kusta menurut Ridley-Jopling........... 25
Tabel 4.3.1.1 Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian……… 44
Tabel 4.3.1.2 Distribusi karakteristik klinis subjek penelitian.….................. 45
Tabel 4.3.2.1 Distribusi koefesien korelasi skor tiap pertanyaan -
skor total ……………………………………………............... 47
Tabel 4.3.2.2 Distribusi koefesien korelasi skor tiap pertanyaan –
skor total berdasarkan diagnosis ………………..…………… 48
Tabel 4.3.2.3 Distribusi koefesien korelasi skor tiap aspek-skor total............ 51
Tabel 4.3.3 Distribusi nilai Cronbach α …………………………..………. 53
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
xiv
Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
DLQI : Dermatology Life Quality Index
WHO : World Health Organization
SF-36 : Study Form - 36
SIP : Sickness Impact Profile
NHP : Nottingham Health Profile
WHOQOL : World Health Organization Quality of Life DQOLS : Dermatology Quality of Life Scales
DSQL : Dermatology Specific Qualityof Life
ADI : Acne Disability Index
CADI : Cardiff Acne Disability Index
APSEA : Assessment of the Psychological and Social Effects of Acne
PDI : Psoriasis Disability Index
PLSI : Psoriasis Life Stress Inventory
PASI : Psoriasis Area and Severity Index
BSA : Body Surface Area
SCORAD : Scoring for Atopic Dermatitis
TT : tuberkuloid tuberkuloid
BT : borderline tuberkuloid
BB : borderline borderline
BL : borderline lepromatosa
LL : lepromatosa lepromatosa
RR : Reaksi reversal
ENL : Eritema Nodusum Leprosum
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
1
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagian besar penyakit kulit tidak memperpendek usia harapan hidup maupun
mengancam nyawa, namun sebagian besar penyakit kulit dapat mempengaruhi kehidupan
pasien secara fisik, emosional, dan fungsional.1 Suatu penelitian menyebutkan bahwa
lebih dari 50% pasien mengeluhkan rasa gatal maupun rasa tidak nyaman akibat kelainan
kulitnya, dan 25% di antaranya dengan derajat parah.2 Rasa gatal seringkali merupakan
hal yang sangat mengganggu bagi pasien dan sering menjadi alasan pasien kulit berobat.3
Selain menyebabkan ketidaknyamanan, gejala penyakit kulit ini dapat menyebabkan
ketidakmampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari.4
Gambaran klinis penyakit kulit yang tampak dari luar dapat memberikan dampak
psikososial yang signifikan.5 Rasa cemas, depresi, marah, malu, dan tidak percaya diri
dapat membuat pasien mengisolasi diri dan tidak masuk kerja atau sekolah. Aktivitas
sosial, interaksi dengan orang lain dan olahraga juga terganggu karena pasien kulit kuatir
mengenai pandangan orang lain terhadap kondisi kulit mereka.2, 4 Gangguan pada fisik,
psikis, kehidupan sosial dan aktivitas sehari-hari pasien ini memberikan efek negatif
terhadap kualitas hidup pasien.5, 6
Kelainan psikiatri juga cukup sering ditemukan pada pasien dengan penyakit kulit.7
Bashir dkk. melaporkan depresi ditemukan pada penyakit kulit terutama pada urtikaria,
pruritus, akne vulgaris, dan psoriasis.8 Pada suatu skrining yang dilakukan oleh Cohen
dkk. tahun 2005 pada 384 pasien kulit ditemukan 9,6% pasien mengalami depresi berat,
0,8% pasien mengalami depresi ringan, dan 19,3% pasien memiliki gejala depresi. 9
Karena penyakit kulit dapat mempengaruhi penampilan pasien, maka efek penyakit kulit
terhadap kehidupan pasien, terutama pada aspek sosial dan emosional, menjadi lebih
kompleks dibanding penyakit lain.10 Bahkan, beberapa penyakit kulit dapat menyebabkan
disabilitas berat, sebanding dengan penyakit kronik nondermatologi yang serius.2
Psoriasis disebutkan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien seperti penyakit kronik
lain yaitu kanker, artritis, hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dan depresi.11 Pada
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
2
Universitas Indonesia
penyakit kulit kronik, pasien harus menanggung beban penyakit kulit ini selama
bertahun-tahun, bahkan hingga seumur hidup. Karena itu, penilaian pengaruh penyakit
kulit terhadap kualitas hidup pasien menjadi hal yang penting dalam tatalaksana penyakit
kulit dan perbaikan pada kualitas hidup merupakan tujuan terapi yang penting.12
Data mengenai kualitas hidup pasien memberikan pandangan yang lebih komprehensif
terhadap keadaan pasien dan dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan terapi
spesifik yang optimal menurut dokter dan pasien tersebut.12 Selain itu, efektivitas terapi
yang dinilai berdasarkan penilaian klinis oleh dokter bisa jadi tidak sesuai dengan
perbaikan kualitas hidup yang dirasakan pasien.13 Kuisioner yang valid dan reliabel
diharapkan dapat menilai kualitas hidup pasien secara lebih objektif dan sistematik.12
Kuisioner penilai kualitas hidup pasien dapat bersifat umum (generik) maupun spesifik
terhadap penyakit tertentu. Instrumen generik memungkinkan dilakukan suatu
perbandingan kualitas hidup pada berbagai kondisi penyakit, sementara instrumen yang
bersifat spesifik dirancang untuk lebih fokus pada domain, karakteristik, maupun keluhan
yang relevan untuk suatu penyakit tertentu.10 Beberapa kuisioner yang bersifat spesifik
untuk kelainan dermatologi adalah Dermatology Life Quality Index (DLQI), Skindex,
Dermatology Quality of Life Scales (DQOLS), dan Dermatology Specific Quality of Life
(DSQL).14
Dermatology Life Quality Index merupakan kuisioner penilai kualitas hidup yang dapat
diisi sendiri oleh pasien, terdiri atas sepuluh pertanyaan dalam satu lembar kertas dan
memiliki waktu penyelesaian rata-rata 124 detik. Skor total DLQI diperoleh dengan
menjumlahkan nilai tiap pertanyaan, serta sudah tersedia penjelasan mengenai interpretasi
skor tersebut. Karena bersifat ringkas dan sederhana, DLQI banyak digunakan pada
praktek dan penelitian klinis. Lewis dan Finlay melaporkan bahwa DLQI merupakan
kuisioner yang paling banyak digunakan di bidang dermatologi dan dalam penelitian pada
pasien dengan penyakit kulit.15 DLQI telah digunakan pada 202 penelitian terhadap 33
penyakit kulit di 32 negara, dan terdapat dalam 55 bahasa. Hal ini memungkinkan
dilakukannya studi klinis yang bersifat internasional maupun studi komparatif
antarnegara. Banyak penelitian di berbagai negara dan berbagai penyakit kulit
menunjukkan kuisioner ini valid, reliabel, dan responsif terhadap perubahan.5
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
3
Universitas Indonesia
Meski DLQI telah terbukti valid dan reliabel di banyak penelitian dalam berbagai bahasa,
tetap diperlukan adaptasi transkultural ketika hendak digunakan pada negara yang
berbeda dengan negara tempat dibuatnya DLQI, yaitu Inggris.14 Proses adaptasi
transkultural melibatkan proses penerjemahan ke dalam bahasa kedua, penerjemahan
kembali ke dalam bahasa Inggris, diskusi untuk menghilangkan dualisme pada versi
terjemahan, pengujian versi terjemahan yang telah disetujui pada sekelompok orang yang
representatif, serta penilaian karakteristik psikometrik kuisioner pada subjek penelitian.5
Hal ini diperlukan karena bisa jadi terdapat perbedaan penyebutan suatu istilah spesifik
dan kesulitan menemukan ide maupun fenomena yang sebanding pada bahasa yang
berbeda.1, 16
Bahkan ketika DLQI tersebut tidak memerlukan penerjemahan, perbedaan budaya di
negara yang sama tetap mengindikasikan perlu dilakukan adaptasi transkultural, serta uji
validitas dan reliabilitas.14, 17 Hal ini dilakukan untuk memastikan telah digunakan bahasa
yang tepat, termasuk kemungkinan perubahan penggunaan istilah yang lebih sesuai
dengan budaya setempat, serta memastikan tidak ada perubahan validitas dan
reliabilitas.17 Karena perbedaan budaya, bisa jadi suatu penyakit kulit yang sama
dipandang dengan cara berbeda dan memberikan pengaruh yang berbeda pada kualitas
hidup populasinya.14 Pasien-pasien dengan latar belakang budaya berbeda mungkin
memberikan penekanan yang berbeda terhadap berbagai aspek disabilitas yang
ditanyakan dalam kuisioner.13
Agar DLQI dapat digunakan pada populasi pasien kulit di Indonesia, diperlukan DLQI
dalam bahasa Indonesia. Namun hingga kini DLQI versi Indonesia yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya belum ada. Tujuan penelitian ini adalah ingin menerjemahkan
DLQI ke dalam bahasa Indonesia, serta menilai validitas dan reliabilitasnya pada pasien
kulit di Indonesia. Di antara berbagai macam validitas, validitas konstruksi merupakan
validitas yang paling sering digunakan pada berbagai penelitian uji validitas kuisioner.
Uji validitas eksternal, yaitu mengkorelasikan suatu kuisioner dengan alat ukur yang
valid, tidak dilakukan mengingat belum ada kuisioner baku emas penilai kualitas hidup
berbahasa Indonesia untuk pasien dengan kelainan kulit. Maka pada penelitian ini yang
dinilai adalah validitas konstruksi, yaitu menilai apakah semua pertanyaan dalam DLQI
adalah pertanyaan yang valid untuk mengukur kualitas hidup pasien dengan penyakit
kulit.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
4
Universitas Indonesia
Pada 202 penelitian yang menggunakan DLQI, kuisioner ini paling banyak digunakan
pada pasien psoriasis, dermatitis atopik, vitiligo, akne, urtikaria, dan dermatitis kontak.5
Di antara penyakit kulit dengan jumlah kunjungan tersering berdasarkan data rekam
medis Poliklinik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM) tahun 2008-2011,18 lima penyakit kulit yang paling banyak
mempengaruhi kualitas hidup pasien adalah psoriasis19, 20, dermatitis atopik13, 21, akne
vulgaris17, 22, kusta23, 24, dan vitiligo25, 26. Maka sebagai penelitian awal, uji validitas dan
reliabilitas ini dilakukan pada pasien dengan lima diagnosis ini.
1.2 PEMBATASAN MASALAH
Beberapa penyakit kulit kronis sering memberikan efek negatif terhadap kualitas hidup
pasien. Namun hingga kini data mengenai kualitas hidup pasien kulit di Indonesia masih
terbatas. Hal ini antara lain disebabkan belum ada instrumen penilai kualitas hidup yang
valid dan reliabel yang spesifik untuk kelainan dermatologi. Padahal dengan kuisioner
yang valid dan reliabel dapat diperoleh informasi mengenai kualitas hidup pasien secara
lebih objektif dan sistematik. Dermatology Life Quality Index merupakan instrumen
penilai kualitas hidup yang ringkas, sederhana, dan sudah terbukti valid serta reliabel
pada banyak penelitian dengan berbagai bahasa. Agar dapat digunakan pada populasi
pasien kulit di Indonesia, diperlukan DLQI dalam bahasa Indonesia yang valid dan
reliabel. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin melakukan penelitian
mengenai uji validitas dan reliabilitas DLQI versi bahasa Indonesia. Sebagai penelitian
awal, dipilih pasien dengan diagnosis psoriasis, dermatitis atopik, akne vulgaris, kusta,
dan vitiligo. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian lebih lanjut tentang
data kualitas hidup pada berbagai penyakit kulit di Indonesia serta memungkinkan
dilakukannya studi komparatif antarnegara.
1.3 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Bagaimana validitas dan reliabilitas DLQI berbahasa Indonesia sebagai suatu alat untuk
menilai kualitas hidup pasien dengan berbagai penyakit kulit (psoriasis, dermatitis atopik,
akne vulgaris, kusta, dan vitiligo) di Indonesia?
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
5
Universitas Indonesia
1.3.1 TUJUAN PENELITIAN
1.4.1 Tujuan umum
Menilai validitas dan reliabilitas DLQI berbahasa Indonesia sebagai suatu alat untuk
menilai kualitas hidup pasien dengan berbagai penyakit kulit (psoriasis, dermatitis
atopik, akne vulgaris, kusta, dan vitiligo) di Indonesia.
1.4.2 Tujuan khusus
1. Menilai validitas konstruksi DLQI berbahasa Indonesia sebagai suatu alat untuk
menilai kualitas hidup pasien dengan berbagai penyakit kulit (psoriasis, dermatitis
atopik, akne vulgaris, kusta, dan vitiligo) di Indonesia.
2. Menilai reliabilitas DLQI berbahasa Indonesia melalui penilaian konsistensi
internal menggunakan nilai Cronbach α sebagai suatu alat untuk menilai kualitas
hidup pasien dengan berbagai penyakit kulit (psoriasis, dermatitis atopik, akne
vulgaris, kusta, dan vitiligo) di Indonesia.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
1.5.1 Manfaat untuk bidang pelayanan
Dalam bidang pelayanan kesehatan, hasil penelitian ini akan menghasilkan instrumen
penilai kualitas hidup berbahasa Indonesia yang valid dan reliabel untuk pasien
dengan penyakit kulit
1.5.2 Manfaat untuk bidang penelitian
Dalam bidang penelitian, hasil penelitian dapat dijadikan titik tolak penelitian lebih
lanjut tentang cara melakukan uji validitas dan reliabilitas kuisioner penilai kualitas
hidup yang bersifat spesifik untuk satu diagnosis penyakit kulit.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
6
Universitas Indonesia
1.5.3 Manfaat untuk bidang pendidikan
Memperoleh pengetahuan tentang instrumen penilai kualitas hidup yang spesifik
untuk berbagai kelainan dermatologi serta penggunaannya sebagai alat untuk menilai
kualitas hidup pasien.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
7
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. KUALITAS HIDUP
Kualitas hidup belum memiliki definisi yang jelas, namun umumnya menekankan
komponen kebahagiaan dan kepuasan hidup.27 World Health Organization (WHO)
mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu mengenai posisi mereka dalam
kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal dan dikaitkan
dengan cita-cita, harapan, standar, dan perhatian mereka.28 Kualitas hidup terkait
kesehatan merupakan konsep yang lebih terbatas yang melihat pengaruh kondisi
kesehatan seseorang terhadap kualitas hidup yang dirasakan oleh orang tersebut.1
Komponen apa saja yang termasuk di dalam kualitas hidup terkait kesehatan masih
belum disepakati dan bisa jadi berbeda antarpenelitian. Komponen ini umumnya
meliputi aspek kesehatan secara umum, fungsi fisik, gejala fisik dan toksisistas, fungsi
emosional, fungsi kognitif, fungsi peran, kesejahteraan serta fungsi sosial, dan fungsi
seksual. Dengan ketiadaan definisi yang jelas, peneliti umumnya mendeskripsikan apa
yang mereka maksud dengan kualitas hidup dalam penelitian mereka, dan menjadikan
komponen pertanyaan dalam kuisioner mereka untuk memperjelas.27 Penilaian kualitas
hidup terkait kesehatan setidaknya meliputi aspek fisik, psikis, dan sosial.27, 29, 30
2.2 PENILAIAN KUALITAS HIDUP
2.2.1 Fungsi penilaian kualitas hidup
Data mengenai kualitas hidup pasien memberikan pandangan yang lebih komprehensif
terhadap keadaan pasien.12 Para ahli sepakat bahwa kualitas hidup hanya dapat dinilai
dengan alat ukur subjektif dan harus dievaluasi dengan menanyakan pada pasien.27
Keparahan penyakit dapat memiliki korelasi dengan kualitas hidup pasien, namun
derajat keparahan penyakit secara klinis tidak selalu dapat dijadikan prediktor derajat
gangguan kualitas hidup pasien.4, 12, 30 Suatu penyakit yang sama bisa jadi
mempengaruhi kualitas hidup dengan cara berbeda di antara pasien.27
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
8
Universitas Indonesia
Data kualitas hidup pasien dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan terapi
spesifik yang optimal menurut dokter dan pasien tersebut, termasuk pada penggunaan
obat yang mahal atau memiliki banyak efek samping.12 Di Inggris, National Institute for
Health and Clinical Excellence mensyaratkan skor DLQI lebih dari 10 untuk memulai
terapi efalizumab atau etanercept, dan lebih dari 18 untuk infliximab pada psoriasis.5
Pada pasien akne dengan gangguan kualitas hidup signifikan, penggunaan isotretinoin
oral akan semakin kuat dasarnya.14 Selain itu, kebutuhan pasien akan tata laksana
selain tata laksana regular di bidang dermatologi dapat teridentifikasi. Hal ini terutama
diperlukan pada pasien dengan gangguan kualitas hidup yang tidak dapat dijelaskan
hanya berdasarkan keparahan penyakit secara klinis. Pada pasien dengan masalah
depresi, merasa terisolasi, atau bermasalah di tempat kerja akibat penyakitnya, mungkin
memerlukan konsultasi kepada psikolog atau psikiater.12
Data kualitas hidup pasien dapat dijadikan alat untuk mengevaluasi terapi. Efektivitas
terapi yang dinilai berdasarkan penilaian klinis oleh dokter bisa jadi tidak sesuai
dengan perbaikan kualitas hidup yang dirasakan pasien.13 Pada beberapa penyakit
terutama penyakit yang tidak dapat atau sulit sembuh, menghilangkan gejala,
memperpanjang masa tanpa gejala dan perbaikan kualitas hidup merupakan tujuan
yang penting. Intervensi terapi kadang menyebabkan efek samping serius yang dapat
mengganggu kualitas hidup. Pada obat baru, bila efektivitas serupa dengan obat lama,
namun ditemukan perbaikan pada kualitas hidup, hal ini dapat menjadi nilai tambah
bagi obat baru tersebut. Dan sebaliknya, obat baru dengan efektivitas sedikit lebih baik
dari obat lama, namun memberikan penurunan kualitas hidup, akan dihindari.27
Data kualitas hidup pasien dapat memfasilitasi komunikasi antara dokter dengan pasien.
Kuisioner penilai kualitas hidup dapat dijadikan penuntun untuk memberikan edukasi
dan penjelasan kepada pasien, khususnya pada penyakit kulit yang kronik.14 Hal ini
dapat membantu pasien agar lebih memahami penyakitnya, serta konsekuensi penyakit
dan terapinya.27 Jika digunakan kuisioner ulang untuk evaluasi, dapat dinilai apakah
terjadi penurunan atau perbaikan kualitas hidup akibat penyakit kulit maupun
terapinya.14 Hal ini dapat meningkatkan pelayanan yang berorientasi pada pasien serta
hubungan dokter dan pasien12, 27, 30, 31
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
9
Universitas Indonesia
2.2.2 Instrumen penilai kualitas hidup
Kuisioner yang valid dan reliabel diharapkan dapat menilai kualitas hidup pasien
secara lebih objektif dan sistematik.12 Dalam dermatologi, kualitas hidup dapat dinilai
menggunakan instrumen generik yang bersifat umum, instrumen yang spesifik untuk
dermatologi, dan yang spesifik terhadap penyakit kulit tertentu. Instrumen generik
adalah instrumen yang dapat digunakan pada berbagai kondisi penyakit, sehingga
memungkinkan dilakukan suatu perbandingan kualitas hidup pada berbagai kondisi
penyakit.10, 29 Contoh instrumen generik yaitu Study Form (SF-36), Sickness Impact
Profile (SIP), Nottingham Health Profile (NHP), dan World Health Organization
Quality of Life (WHOQOL).
Instrumen yang bersifat spesifik untuk kelainan dermatologi dapat digunakan pada
berbagai penyakit kulit dan memungkinkan dilakukan perbandingan kualitas hidup di
antara berbagai penyakit kulit. 29 Beberapa kuisioner yang bersifat spesifik untuk
kelainan dermatologi adalah Dermatology Life Quality Index (DLQI), Skindex,
Dermatology Quality of Life Scales (DQOLS), dan Dermatology Specific Qualityof Life
(DSQL).14 Instrumen yang bersifat spesifik dirancang untuk lebih fokus pada domain,
karakteristik, maupun keluhan yang relevan untuk suatu penyakit tertentu. Instrumen
yang spesifik terhadap suatu penyakit juga lebih responsif untuk menilai perubahan
kualitas hidup dibanding instrumen generik. 10 Instrumen yang bersifat spesifik untuk
penyakit kulit tertentu hanya dapat membandingkan kualitas hidup antara kelompok
pasien dengan penyakit kulit yang sama. Untuk akne, dapat digunakan kuisioner Acne
Disability Index (ADI), Cardiff Acne Disability Index (CADI), Assessment of the
Psychological and Social Effects of Acne (APSEA), dan Acne-QOL untuk menilai
kualitas hidup pasien. Kuisioner Psoriasis Disability Index (PDI), Psoriasis Life Stress
Inventory (PLSI), Psoriasis Disability Scale and Psoriasis Stressor Scale digunakan
pada psoriasis. 14
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
10
Universitas Indonesia
2.3 KUISIONER PENILAI KUALITAS HIDUP YANG SPESIFIK UNTUK
KELAINAN DERMATOLOGI
2.3.1 Dermatology Life Quality Index (DLQI)
Finlay dan Khan pada tahun 1994 di Inggris telah membuat kuisioner untuk menilai
hidup yang spesifik untuk kelainan dermatologi, yaitu Dermatology Life Quality Index
(DLQI).6 Kuisioner DLQI berbahasa Inggris dapat dilihat pada lampiran 3.
Dermatology Life Quality Index terdiri atas sepuluh pertanyaan mengenai gejala dan
perasaan, aktivitas sehari-hari, kegiatan di waktu luang, pekerjaan dan sekolah,
hubungan personal, dan terapi.15 Aspek gejala dan perasaan terdiri atas dua pertanyaan
(nomor 1 dan 2), aspek aktivitas sehari-hari terdiri atas dua pertanyaan (nomor 3 dan
4), aspek kegiatan di waktu santai terdiri atas dua pertanyaan (nomor 5 dan 6), aspek
pekerjaan dan sekolah hanya terdiri atas satu pertanyaan (nomor 7), aspek hubungan
personal terdiri atas dua pertanyaan (nomor 8 dan 9), dan aspek terapi terdiri atas satu
pertanyaan (nomor 10).
Tiap pertanyaan dalam kuisioner, kecuali pertanyaan nomor 7, memiliki empat pilihan
jawaban, yaitu 'not at all', diberi nilai 0; 'a little', diberi nilai 1; 'a lot', diberi nilai 2;
dan 'very much' , diberi nilai 3. Jawaban 'not relevant' diberi nilai 0. Skor total DLQI
diperoleh dengan menjumlahkan nilai tiap pertanyaan. Jika satu pertanyaan tidak
dijawab, diberi nilai 0 dan masuk dalam penjumlahan skor total. Jika dua atau lebih
pertanyaan tidak dijawab, kuisioner tidak dimasukkan dalam penelitian. Pada
pertanyaan nomor 7, jawaban 'yes' diberi nilai 3, meski kotak jawaban lain ditandai.
Jika pertanyaan nomor 7 dijawab 'no' sementara jawaban selanjutnya 'a lot' maka
diberi nilai 2 dan jika jawaban selanjutnya 'a little', diberi nilai 1. Jika dua atau lebih
pilihan jawaban ditandai, dipilih jawaban dengan nilai paling tinggi. Jika tanda
jawaban terdapat di antara dua kotak jawaban, dipilih jawaban dengan nilai paling
rendah. Skor total DLQI diperoleh dengan menjumlahkan nilai tiap pertanyaan,
sehingga nilai maksimal adalah 30 dan nilai minimal 0. Semakin tinggi skor total,
semakin buruk kualitas hidup seseorang. Berikut adalah interpretasi dari skor total
DLQI:
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
11
Universitas Indonesia
Interpretasi skor DLQI:
0-1 = tidak ada pengaruh pada kehidupan pasien
2-5 = pengaruh kecil pada kehidupan pasien
6-10 = pengaruh sedang pada kehidupan pasien
11-20 = pengaruh besar pada kehidupan pasien
21-30 = pengaruh sangat besar pada kehidupan pasien
Skor DLQI juga dapat dianalisis tiap aspek, dengan nilai maksimal 6 untuk aspek
yang terdiri atas dua pertanyaan, dan nilai maksimal 3 untuk aspek yang terdiri atas
satu pertanyaan. Disyaratkan semua pertanyaan dalam aspek harus dijawab jika ingin
dilakukan analisis tiap aspek.
Kuisioner DLQI disusun untuk digunakan pada orang dewasa di atas 18 tahun.
Kuisioner ini memenuhi kebutuhan akan kuisioner yang sangat sederhana namun juga
sensitif menilai disabilitas akibat penyakit kulit. Kuisioner dapat dengan cepat dan
akurat diisi oleh pasien sendiri tanpa bantuan. Kuisioner juga dapat dikirimkan
melalui pos dengan sedikit instruksi, yang menguntungkan pada penelitian berskala
besar. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kuisioner antara 1-3 menit,
dengan waktu rata-rata 124 detik. 15
DLQI digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk untuk memonitor efektivitas
berbagai intervensi terapi maupun menilai efektivitas pelayanan kesehatan terhadap
kualitas hidup pasien. 30 DLQI telah digunakan pada 202 penelitian terhadap 33
penyakit kulit di 32 negara, dan terdapat dalam 55 bahasa.5 Namun hingga kini,
belum terdapat DLQI berbahasa Indonesia. Kuisioner tersebut banyak digunakan
pada praktek dan penelitian klinis karena bersifat ringkas dan sederhana. Hal ini
memungkinkan dilakukannya studi klinis yang bersifat internasional maupun studi
komparatif antarnegara. DLQI paling banyak digunakan pada pasien psoriasis,
dermatitis atopik, dan vitiligo. Banyak penelitian di berbagai negara dan berbagai
penyakit kulit menunjukkan kuisioner ini valid, reliabel, dan responsif terhadap
perubahan. 5
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
12
Universitas Indonesia
2.3.2 Skindex
Skindex pada awalnya terdiri atas 61 pertanyaan yang menanyakan pengaruh penyakit
kulit yang dialami selama empat minggu terakhir, dengan lima pilihan jawaban
mengenai frekuensi (“never” hingga “always”), dan enam pilihan jawaban mengenai
derajat persetujuan (‘I completely disagree’ hingga ‘I agree completely’). Pertanyaan
dikelompokan dalam delapan aspek (efek kognitif, efek sosial, depresi, ansietas, rasa
malu, rasa marah, ketidaknyamanan fisik, dan keterbatasan fisik). Kuisioner ini
merupakan jenis kuisioner yang dapat dikerjakan sendiri, diperlukan waktu 15 menit
untuk menyelesaikannya, dan dilaporkan 14% kuisioner tidak lengkap terisi.32
Revisi Skindex, yaitu Skindex-29, terdiri atas 30 pertanyaan, yang terdistribusi dalam
tiga kelompok aspek, yaitu aspek emosi, fungsi, dan gejala. Tiap pertanyaan
menanyakan frekuensi responden mengalami pengaruh penyakit kulit terhadap
kehidupan pasien. Penelitian menunjukkan kuisioner ini valid, reliabel dan responsif.
Namun interpretasi skor memiliki perbedaan di antara beberapa penelitian.29 Saat ini
terdapat 3 penelitian mengenai interpretasi/makna klinis skor Skindex-29 dengan
pendekatan yang berbeda.30 Penyelesaian kuisioner memerlukan waktu sekitar 5-10
menit.29, 32 Selain dapat diselesaikan lebih cepat dari versi sebelumnya, terdapat
penurunan persentase kuisioner yang tidak terisi lengkap, yaitu 9%. Skindex-29 telah
diterjemahkan dari bahasa Inggris Amerika ke bahasa Jerman, Belanda, Spanyol, dan
Italia. Skindex-29 sudah cukup sering digunakan pada penelitian kualitas hidup pasien
dengan berbagai penyakit kulit. Saat ini terdapat versi yang lebih singkat, yaitu
Skindex-16 dan Skindex-17. Skindex-16 telah digunakan pada sembilan penelitian
yaitu pada akne, keratosis aktinik, dermatitis atopik, dermatitis kontak, tumor jinak,
dermatomiositis, dermatitis seboroik, kanker kulit nonmelanoma, melasma, dan kutil.
Sementara penelitian tentang Skindex-17 masih mengambil data dari penelitian yang
menggunakan Skindex-29.29
2.3.3 Dermatology Quality of Life Scales (DQOLS)
Dermatology Quality of Life Scales (DQOLS) terdiri atas 17 pertanyaan tentang
psikososial, 12 pertanyaan tentang aktivitas fisik, dan 12 pertanyaan tentang gejala.
Kuisioner menanyakan pengaruh penyakit kulit terhadap kehidupan pasien dalam
empat minggu terakhir. Tiap pertanyaan memiliki lima pilihan jawaban yaitu very
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
13
Universitas Indonesia
slightly or not at all, a little, moderately, quite a bit, dan extremely. Ketiga aspek
memiliki skor terpisah dengan nilai antara 0-100. Kusioner merupakan kuisioner yang
dapat diisi sendiri dan penyelesaiannya memerlukan waktu 5–10 menit.29, 33
Penggunaan kuisioner ini baru dilaporkan pada penelitian pasien dengan urtikaria
kronik, akne, ekzem, dan psoriasis.29
2.3.4. Dermatology-Specific Quality of Life (DSQL)
Dermatology-Specific Quality of Life (DSQL) terdiri atas 52 pertanyaan, yang
diperoleh dari kuisioner SF-36, literatur, pengalaman klinik, dan suatu kelompok
diskusi pasien akne. Sembilan pertanyaan merupakan pertanyaan pada kuisioner SF-
36 mengenai emosi secara umum (aspek mental dan vitalitas), dengan skor 0–10 yang
menilai derajat intensitas atau kepuasan.32 Pertanyaan yang lebih spesifik untuk
kelainan kulit terdiri atas 44 pertanyaan untuk pasien akne dan 43 pertanyaan untuk
pasien dermatitis kontak. Pertanyaan spesifik ini memiliki 5 pilihan jawaban dalam
skala ordinal menilai frekuensi. Semua pertanyaan menanyakan kondisi dalam satu
bulan terakhir dan dikelompokan dalam 7 aspek, yaitu gejala fisik, aktivitas sehari-
hari, aktivitas dan fungsi sosial, pekerjaan/sekolah, persepsi diri, SF-36 mental, dan
SF-36 vitalitas. Kuisioner dapat diisi sendiri tanpa bantuan dalam 15 menit.
Penggunaan kuisioner ini baru dilaporkan pada pasien akne dan dermatitis kontak.29,
34
2.4 PERSYARATAN ALAT UKUR
Suatu alat atau instrumen ukur yang baik harus memenuhi persyaratan telah teruji
validitas dan reliabilitasnya.
2.4.1 Reliabilitas
Reliabilitas atau keandalan adalah indeks yang menunjukkan kemampuan suatu alat
ukur memiliki hasil pengukuran yang konsisten bila dilakukan pemeriksaan ulang
terhadap gejala yang sama. Cara perhitungan reliabilitas dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai teknik yaitu teknik pengukuran ulang, teknik belah dua, teknik
paralel, dan konsistensi internal.35, 36 31 Perhitungan reliabilitas harus dilakukan hanya
pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas.35
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
14
Universitas Indonesia
2.4.1.1 Konsistensi internal
Pengujian reliabilitas dengan konsistensi internal, dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen sekali saja, kemudian hasil yang diperoleh dianalisis dengan teknik
tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.37
Kuisioner dianggap konsisten secara internal bila terdapat korelasi kuat di antara skor
pertanyaan-pertanyaannya. Korelasi ini diekspresikan oleh koefesien Cronbach α,
merupakan korelasi rata-rata antara pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner. Nilai
Cronbach α yaitu antara 0 hingga 1; semakin dekat ke nilai 1, semakin konsisten dan
reliabel suatu instrumen. Menurut Streiner dan Norman, nilai minimum yang
diperlukan oleh suatu instrumen agar dianggap konsisten secara internal adalah 0,70.5
Koefisien di atas 0,7 secara umum dianggap dapat diterima, nilai di atas 0,8 dianggap
baik, dan nilai di atas 0,9 dianggap sangat baik untuk reliabilitas suatu kuisioner.31
2.4.1.2 Tes - Tes Ulang
Untuk mengetahui reliabilitas suatu alat ukur dengan pengukuran ulang, responden
yang sama diminta menjawab semua pertanyaan dalam alat pengukur sebanyak dua
kali. Selang waktu antara pengukuran pertama dan kedua antara 15-30 hari pada
umumnya dianggap memenuhi persyaratan tersebut. Reliabilitas diukur berdasarkan
koefisien korelasi antara hasil pengukuran pertama dengan yang berikutnya.36
2.4.2 Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan alat pengukur untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur.31, 35, 36 Suatu kuisioner pengukur kualitas
hidup haruslah benar-benar mengukur kualitas hidup seseorang. Validitas alat
pengumpul data menurut pendapat beberapa ahli dapat digolongkan dalam beberapa
jenis, yakni validitas konstruksi, validitas isi, validitas prediktif, validitas eksternal,
validitas budaya, dan validitas rupa.36
2.4.2.1 Validitas konstruksi
Konstruksi adalah kerangka dari suatu konsep. Apabila terdapat konsistensi antara
komponen-komponen konstruksi yang satu dengan yang lainnya, maka konstruksi
tersebut memiliki validitas.36 Untuk mengetahui apakah kuisioner yang kita susun
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
15
Universitas Indonesia
mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan menghitung
korelasi antara skor tiap pertanyaan dengan skor total kuisioner tersebut menggunakan
rumus teknik korelasi product moment Pearson.35 Secara statistik, angka korelasi di
bawah nilai minimal menunjukkan pernyataan yang tidak valid, mungkin akibat
susunan kata-kata atau kalimat yang kurang baik atau kalimat yang dipakai
menimbulkan penafsiran yang berbeda, sehingga mememerlukan perbaikan.36 Apabila
kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruksi, berarti semua pertanyaan yang
ada dalam kuisioner itu mengukur konsep yang kita ukur.35
2.4.2.2 Validitas isi
Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur
tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep.36
2.4.2.3 Validitas eksternal
Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan alat
pengukur baru dengan tolak ukur eksternal, yang berupa alat ukur yang telah valid.
2.4.2.4 Validitas prediktif
Alat pengukur disebut memiliki validitas prediktif apabila dapat dipakai untuk
memprediksi kejadian di masa yang akan datang.36
2.4.2.5 Validitas budaya
Alat pengukur disebut memiliki validitas budaya apabila dapat digunakan di tempat
lain yang budayanya berbeda.36
2.4.2.6 Validitas rupa
Validitas rupa menunjukkan bahwa dari segi “rupanya”, suatu alat ukur/instrumen
tampaknya mengukur apa yang hendak di ukur. Bentuk dan penampilan alat ukur
menentukan bahwa alat ukur tersebut memiliki validitas atau tidak.36
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
16
Universitas Indonesia
2.5 PENELITIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS DLQI PADA BERBAGAI
PENYAKIT KULIT
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa DLQI memiliki karakteristik
psikometri yang baik, termasuk validitas dan reliabilitas.30 Meski saat ini DLQI telah
diterjemahkan ke banyak bahasa, hanya sedikit yang melaporkan secara detail proses
penerjemahan, uji validitas dan reliabilitas dalam versi bahasa kedua tersebut.
Beberapa penelitian melakukan uji validitas DLQI pada subjek dengan berbagai
diagnosis penyakit kulit. Zachariae dkk. tahun 2000 melaporkan bahwa DLQI
berbahasa Denmark valid dan Cronbach α 0,88 pada pasien dengan berbagai penyakit
kulit.13 Jobanputra dkk.. tahun 2000 melaporkan DLQI valid dan reliabel pada uji yang
dilakukan pada pasien dengan berbagai etnik dan kelompok sosial yang berbeda di
Afrika Selatan.38 Öztürkcan dkk.. tahun 2004 melakukan uji validitas DLQI berbahasa
Turki pada 79 pasien dengan berbagai penyakit kulit. Penelitian tersebut membuktikan
bahwa DLQI versi Turki valid, dengan Cronbach α 0,87.10 Madarasingha dkk. tahun
2011 di Srilanka melaporkan bahwa DLQI versi Srilanka valid dan reliabel, dengan
nilai rata-rata DLQI 8.58 dan konsistensi internal cukup baik, dengan Cronbach α
0.561 hingga 0.741.39
Penelitian lain melakukan uji validitas dan reliabilitas hanya pada penyakit kulit
spesifik. DLQI versi bahasa Jepang tahun 2006 dilaporkan valid dan reliabel pada
pasien akne.22 Aghei dkk. tahun 2004 melaporkan DLQI versi bahasa Persia valid dan
reliabel pada pasien vitiligo. Reliabilitas dinilai menggunakan konsistensi internal
yang menunjukkan hasil koefisien Crohnbach α 0,77.26 DLQI versi Norwegia telah
dilaporkan valid dan reliabel oleh Mork dkk. tahun 2002 ketika dilakukan uji pada
pasien psoriasis, dengan nilai konsistensi internal 0,9.19 Ferraz dkk. tahun 2006
melaporkan DLQI versi Brazil reliabel dan valid pada penelitian yang dilakukan pada
pasien lupus eritematosus. Validitas diuji dengan menilai korelasi nilai DLQI dengan
nilai komponen SF-36. 40
2.6 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Secara umum, validitas sebuah tes bersandar pada dua faktor penting, yakni logika,
dan pembuktian statistik. Faktor yang dapat mempengaruhi validitas dan reliabilitas
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
17
Universitas Indonesia
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yakni tes dan isinya, faktor
lingkungan, faktor personal, dan penafsiran peneliti.41
2.6.1 Tes dan isinya
Aspek pertama yang harus diteliti secara kritis saat mengevaluasi validitas dan
reliabilitas adalah daftar soal yang tercakup di dalam tes, yang harus konsisten dengan
sifat yang akan diukur. Selain harus ada hubungan logis dan teoritis antara soal yang
tercakup dalam alat ukur dan sifat yang diukur, aspek lain yang dapat mempengaruhi
validitas dan reliabilitas adalah panjangnya tes, keberlakuan tes, jenis jawaban pada
tes, dan faktor mekanik. Pada aspek keberlakuan tes, dijelaskan bahwa suatu tes yang
menggunakan kata atau frasa yang tidak umum semakin tidak reliabel dan valid. Yang
termasuk faktor mekanik antara lain tipe cetakan kuisioner, kesalahan eja, dan
halaman yang terlewat.41
2.6.2 Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan tempat tes dilaksanakan harus dianggap sebagai hal penting
dalam menilai validitas dan reliabilitas tes. Perbedaan tingkat anonimitas dan
kerahasiaan tes mungkin menimbulkan perbedaan skor untuk subjek yang sama.
Suatu pertanyaan dapat menghasilkan respons yang berbeda jika diberikan dalam
wawancara tatap muka atau dalam bentuk kuisioner yang diisi sendiri.41
2.6.3 Faktor personal
Karakteristik responden yang dapat mempengaruhi validitas dan reliabilitas antara
lain status sosio-ekonomi responden, usia, jenis kelamin, latar belakang etnik, ingatan
dan kemampuan mengingat kembali, dan keinginan memenuhi sifat yang diharapkan
masyarakat. Pekerjaan, tingkat pendidikan, penghasilan dan latar belakang etnik
merupakan unsur utama dalam status sosio-ekonomi.41
2.6.4 Penafsiran peneliti
Validitas dan reliabilitas sebagian bergantung pada pola-pola koding yang diikuti oleh
peneliti. Meskipun hal ini sangat beragam dari satu studi ke studi yang lain, adalah hal
yang mungkin bagi peneliti untuk mengkodekan informasi dengan cara sedemikian
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
18
Universitas Indonesia
rupa sehingga menambah peluang untuk mendukung suatu penjelasan teoretis tertentu
tentang kejadian sosial dalam penelitian.41
2.7 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUP
Kualitas hidup bersifat multidimensi dan dipengaruhi oleh kesehatan maupun
beberapa aspek non medis. Dari sisi penyakit yang dialami, kualitas hidup pasien
antara lain dapat dipengaruhi oleh diagnosis spesifik, derajat keparahan, lokasi lesi,
dan terapi.12 Sementara dari aspek non medis, kualitas hidup pasien antara lain
dipengaruhi oleh usia,4, 12 jenis kelamin,4 status sosioekonomi,29, 38 status
pernikahan,29 pekerjaan/karir profesional,4, 29 kepribadian,4, 29 kebudayaan,3, 4 dan
pengalaman3, 29.
Dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi, bisa saja pasien dengan psoriasis
berat memiliki kualitas hidup relatif baik, sementara pasien lain dengan ekzem ringan
memiliki kualitas hidup relatif buruk. Sehingga penilaian kualitas hidup penting
dilakukan ketika dicurigai terdapat gangguan kualitas hidup dan ketika terapi tidak
memenuhi harapan pasien. 12
Pada penelitian yang membandingkan pengaruh psoriasis, vitiligo, dan alopesia areata
terhadap kualitas hidup pasien, ditemukan nilai DLQI tertinggi pada pasien psoriasis
dengan nilai rata-rata 12.8. Tidak ditemukan hubungan signifikan antara usia dan
jenis kelamin dengan kualitas hidup. Namun sifat kronis penyakit dan komorbiditas
dilaporkan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Ketidakmampuan pasien
beradaptasi terhadap keadaan penyakitnya dapat menyebabkan depresi pada
psoriasis.20
Penelitian di Turki pada 79 pasien dengan berbagai penyakit kulit menunjukkan nilai
rata-rata DLQI 7.61. Pasien rawat inap, pasien perempuan, pasien dengan penyakit
kulit yang terlihat misalnya eksem, dermatitis kontak dan akne memiliki skor yang
tinggi.10
Penelitian Zachariae pada pasien dengan berbagai penyakit kulit di Denmark
menemukan nilai rata-rata DLQI 7.9. Skor lebih tinggi ditemukan pada penyakit
yang parah secara klinis, pada pasien rawat inap, pada pasien perempuan, pada pasien
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
19
Universitas Indonesia
dengan durasi penyakit lebih lama, dan pada pasien usia muda. Pasien dermatitis
atopik dan psoriasis memiliki nilai tertinggi.13
Studi oleh Hahn pada berbagai penyakit kulit menunjukkan nilai DLQI rata-rata 7.3
dan penyakit kulit inflamasi lebih mempengaruhi kualitas hidup dibanding tumor.
Nilai yang tinggi ditemukan pada pasien akne, diikuti oleh eksem. Nilai DLQI
terendah ditemukan pada pasien karsinoma sel basal, diikuti pada pasien dengan
diagnosis mole. Tidak ditemukan hubungan signifikan antara nilai DLQI dengan usia
dan jenis kelamin. Kemampuan beradaptasi dan kepuasan pasien turut berperan pada
kualitas hidup pasien.17
Penelitian oleh Finlay and Kahn pada pasien dengan berbagai kelainan kulit
dilaporkan bahwa pasien dengan dermatitis atopik, pruritus, dan psoriasis memiliki
nilai DLQI tertinggi. Nilai terendah ditemukan pada pasien nevus melanositik dan
keratosis seboroik. Tidak ditemukan perbedaan signifikan antara laki-laki dan
perempuan. 6
Jobanputra dkk. di Afrika Selatan menemukan nilai DLQI tinggi ditemukan pada
pasien yang lebih parah, pasien lebih muda, dan pasien tidak bekerja. Jenis kelamin
tidak mempengaruhi perbedaan nilai DLQI. Pada penelitian ini responden terdiri atas
3 kelompok sosial dengan bahasa yang berbeda, yaitu kelompok pasien berbahasa
Inggris, Afrika, dan Xhosa. Kelompok pasien berbahasa Xhosa memiliki nilai DLQI
lebih rendah. Hal ini diduga antara lain karena adanya perbedaan budaya. Kuisioner
ditanyakan melalui wawancara karena tingginya tingkat buta huruf dan besarnya
kecurigaan terhadap dokumen tertulis pada populasi ini. Untuk meminimalkan bias
wawancara dilakukan oleh dua orang pewawancara.38
Tejada CS di Brazil melaporkan nilai rata-rata DLQI 7.7. Nilai tertinggi ditemukan
pada pasien psoriasis, vitiligo, dermatitis atopik, dan akne. Pasien dengan usia lebih
muda, pasien yang belum menikah, pendapatan rendah, dan durasi penyakit yang
panjang berhubungan dengan kualitas hidup yang lebih buruk. 2
Takahashi dkk. tahun 2006 di Jepang melaporkan nilai DLQI rata-rata 3,99 pada
pasien akne. Nilai DLQI pada kelompok pasien dengan akne sedang-berat lebih
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
20
Universitas Indonesia
tinggi dibanding akne ringan. Tidak terdapat hubungan antara nilai DLQI dengan
jenis kelamin dan usia. 22
Aghei melaporkan pada 70 pasien vitiligo memiliki nilai DLQI 0 hingga 24, dengan
rata-rata 7.05. Tidak ditemukan perbedaan signifikan pada nilai rata-rata aspek
aktivitas sehari-hari dan hubungan personal antara pasien vitiligo generalisata dengan
vitiligo fokal-segmental. Namun terdapat perbedaan signifikan pada nilai rata-rata
aspek hubungan personal antara vitiligo yang hanya mengenai daerah tertutup pakaian
dengan vitiligo yang juga mengenai daerah yang tidak tertutup pakaian. 26
Mork dkk. melaporkan pada 230 pasien psoriasis di Norwegia diperoleh nilai DLQI
total rata-rata 1.48. Semakin berat keparahan penyakit, yang dinilai menggunakan
psoriasis area and severity index (PASI), semakin buruk kualitas hidup pasien. Hal
ini juga dapat dilihat pada nilai tiap pertanyaan, kecuali pada pertanyaan mengenai
pekerjaan (pertanyaan 7) dan masalah dengan rekan kerja/partner (pertanyaan 8) dan
masalah seksual (pertanyaan 8). Pasien yang usianya lebih tua dilaporkan memiliki
kualitas hidup lebih buruk, kecuali pada pertanyaan tentang olahraga (pertanyaan 6),
pekerjaan (pertanyaan 7), hubungan sosial (pertanyaan 8) dan masalah seksual
(pertanyaan 9). Perempuan melaporkan pengaruh yang lebih besar pada kualitas
hidupnya pada semua derajat keparahan penyakit kecuali derajat keparahan terberat.19
Chuh dkk. melakukan penelitian efek keparahan penyakit pitiriasis rosea terhadap
kualitas hidup menggunakan DLQI. Diperoleh nilai DLQI rata-rata 6.36, lebih rendah
dibanding pasien dermatitis atopik, namun tidak ditemukan perbedaan signifikan
dengan akne. Tidak seperti pada dermatitis atopik dan akne vulgaris, pengaruh
penyakit pitiriasis rosea terhadap kualitas hidup tidak berhubungan secara signifikan
dengan keparahan penyakit. 42
Ferraz dkk. menilai kualitas hidup 71 pasien dengan lesi kulit pada lupus eritematosus
di Brazil menggunakan DLQI and SF-36. Nilai total DLQI rata-rata adalah 6.5.Tidak
ditemukan hubungan antara nilai DLQI dengan usia, durasi penyakit, dan jumlah
kriteria American College of Rheumatology (ACR). Pasien dengan lesi kulit aktif atau
dengan alopesia memiliki nilai DLQI yang lebih rendah secara signifikan dibanding
pasien tanpa keduanya.40
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
21
Universitas Indonesia
2.8 PSORIASIS
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,
ditandai adanya plak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis
dan transparan; disertai fenomen tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Tempat predileksi
pada skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut, daerah lumbosakral, bokong, genital, umbilikus dan
intergluteal. Psoriasis vulgaris atau psoriasis plak merupakan bentuk tersering yang
ditemukan.43, 44 Gambaran klinisnya berupa plak berukuran numuler, bentuk bulat-
oval, berbatas tegas. Lesi berawal sebagai makula atau papul eritematosa yang
kemudian melebar atau berkonfluens membentuk plak yang berdiameter > 1cm.45
Metode baku emas untuk menilai derajat keparahan psoriasis adalah psoriasis area
and severity index (PASI).46 Psoriasis area and severity index dinilai dengan
mengkombinasikan penilaian luas lesi pada permukaan tubuh, derajat eritema,
indurasi, dan deskuamasi.46, 47 Intensitas dan luas lesi psoriasis dinilai secara terpisah
pada empat regio tubuh, yaitu kepala, batang tubuh, ekstremitas atas, dan ekstremitas
bawah. Intensitas eritema (E), indurasi (I), dan deskuamasi (D) diberi nilai dengan
skala 0-4, yaitu nilai 0 jika tidak ada, 1 jika ringan, 2 jika sedang, 3 jika parah, dan 4
jika sangat parah. Persentase luas lesi pada masing-masing regio dinilai dengan skala
0-6, yaitu nilai 0 jika tidak ada, nilai 1 jika luas lesi 1-9%, nilai 2 jika luas lesi 10-
29%, nilai 3 jika luas lesi 30-49%, nilai 4 jika luas lesi 50-69%, nilai 5 jika luas lesi
70-89%, dan nilai 6 jika luas lesi 90-100%.48 Pada perhitungan PASI, masing-masing
regio dinilai berdasarkan proporsi luasnya dari keseluruhan permukaan kulit, yaitu
kepala 10%, ekstremitas atas 20%, batang tubuh 30%, dan ekstremitas bawah 40%
dari luas seluruh permukaan kulit.49 Nilai setiap regio dinilai dan dijumlahkan untuk
mendapatkan skor PASI yang memiliki rentang nilai 0-72 dengan rumus sebagai
berikut.46
PASI = 0,1(Eh+Ih+Dh)Ah + 0,2(Eu+I +Du)Au + 0,3(Et+It+Dt)At + 0,4(El+Il+Dl)Al
Keterangan:
A = area permukaan tubuh yang terkena psoriasis
h = head (kepala)
u = upper limb (ekstremitas atas)
t = trunk (batang tubuh)
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
22
Universitas Indonesia
l = lower extremities (ekstremitas bawah)
Derajat ringan bila skor PASI <5, sedang 5-10, dan derajat berat>10.49
2.9 AKNE
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai
dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus, kista, dan jaringan parut pada tempat
predileksi. Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian atas,
dan punggung bagian atas. Diagnosis akne vulgaris ditegakkan berdasarkan lesi akne
yang polimorfik yang terdapat di daerah predileksi.50 Klasifikasi untuk menentukan
derajat keparahan akne vulgaris yang digunakan saat ini adalah klasifikasi menurut
Lehmann dkk. (2002)51 yang diadopsi oleh Regional Consensus on Acne Management
pada tahun 2003 di Ho Chi Minh City (tabel 2.1).
Tabel 2.1 Klasifikasi derajat keparahan akne vulgaris menurut Lehmann51
Derajat AV Lesi
Ringan <20 komedo, atau <15 lesi inflamasi, atau total lesi <30
Sedang 20-100 komedo, atau 15-50 lesi inflamasi, atau total lesi
30-125
Berat >5 kista, atau >100 komedo, atau >50 lesi inflamasi,
atau total lesi >125
2.10 DERMATITIS ATOPIK
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
yang umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita.
Lesi kulit pada dermatitis atopik remaja dan dewasa dapat berupa plak-papular
eritematosa dan berskuama, atau plak likenifikasi yang gatal. Lesi berlokasi di lipat
siku, lipat lutut, samping leher, dahi, dan sekitar mata. Pada dermatitis atopik dewasa,
distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan,
dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir, vulva,puting susu, atau skalp.52
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
23
Universitas Indonesia
Diagnosis dermatitis atopik harus memenuhi tiga kriteria mayor dan tiga kriteria
minor yang disusun oleh Hanifin dan Rajka, sebagai berikut:
Kriteria mayor :
- pruritus
- dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
- dermatitis di fleksura pada dewasa
- dermatitis kronis atau residif
- riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Kriteria minor :
- xerosis
- infeksi kulit
- dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki
- iktiosis/hiperlinear palmaris/keratosis pilaris
- pitiriasis alba
- dermatitis di papila mame
- white dermographism dan delayed blanch response
- keilitis
- lipatan infraorbital Dennie-Morgan
- konjungtivitis berulang
- keratokonus
- katarak subkapsular anterior
- orbita menjadi gelap
- muka pucat atau eritem
- gatal bila berkeringat
- intoleran terhadap wol atau pelarut lemak
- aksentuasi perifolikular
- hipersensitif terhadap makanan
- perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi
- tes kulit alergi tipe dadakan positif
- kadar IgE di dalam serum meningkat
- awitan pada usia dini
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
24
Universitas Indonesia
Metode yang sering digunakan untuk menilai derajat keparahan DA adalah Scoring
for Atopic Dermatitis (SCORAD) index. Indeks Scorad merupakan sistem penilaian
dengan skoring untuk menilai luasnya penyakit (A), intensitas lesi (B), dan rasa gatal
(C). Penilaian luas lesi memakai gambar rule of nine, dinyatakan dalam persentase (0-
100). Intensitas lesi dinilai berdasarkan eritema, edema, papul, eksudasi, ekskoriasi,
likenifikasi, dan kekeringan kulit dengan memakai panduan gambar atau foto. Setiap
jenis morfologi dinilai intensitasnya; 0 = tidak ada, 1 = ringan, 2 = sedang, 3 = berat.
Penilaian keluhan pasien meliputi dua kriteria yaitu rasa gatal dan gangguan tidur.
Penilaian dinyatakan dalam skor 0-10 untuk setiap kriteria. Indeks SCORAD adalah
hasil penjumlahan A/5 + 7B/2 + C, dimana A = luas lesi, B = intensitas lesi, dan C =
keluhan pasien. Skor 0-34 dinilai sebagai DA ringan, skor 35-69 dinilai sebagai DA
sedang, dan skor 70-103 dinilai sebagai DA berat.53
2.11 KUSTA
Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
leprae (M. leprae) yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang
kulit, mukosa mulut, saluran napas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot,
tulang, dan testis, kecuali susunan saraf pusat.54
Menurut 7th WHO Expert Committee on Leprosy pada tahun 1997, diagnosis kusta
didasarkan pada penemuan tanda kardinal, yaitu:
- Lesi kulit hipopigmentasi atau eritematosa dengan hilangnya sensasi yang jelas
- Keterlibatan saraf tepi yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya sensibilitas
yang jelas.
- Ditemukan basil tahan asam (BTA) pada sediaan hapusan kulit.
Diagnosis kusta ditegakkan bila ditemukan paling sedikit satu tanda dari tiga tanda
kardinal. Berdasarkan klasifikasi Ridley-Jopling, penyakit ini terdiri atas 5 tipe, yaitu
tipe tuberkuloid tuberkuloid (TT), borderline tuberkuloid (BT), borderline borderline
(BB), borderline lepromatosa (BL), dan lepromatosa lepromatosa (LL).55 Klasifikasi
Ridley-Jopling tercantum pada tabel 2.2.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
25
Universitas Indonesia
Tabel. 2.2. Bagan diagnosis kusta menurut Ridley-Jopling56
Sifat LL BL BB BT TT
Lesi
Bentuk makula Macula Plakat makula
dibatasi
infiltrat ;
makula saja;
infiltrat difus Plak dome-shaped makula dibatasi
infiltrate
papul Papul punched-out infiltrat saja
nodus
Jumlah
tidak
terhitung,
sukar
dihitung,
dapat
dihitung, beberapa atau satu, dapat
praktis tidak masih ada kulit sehat satu dengan beberapa
ada kulit sehat kulit sehat jelas ada satelit
Distribusi simetris hampir Asimetris
masih
asimetris asimetris
Simetris
Permukaan halus berkilat halus berkilat agak kasar, kering bersisik kering bersisik
agak berkilat
Batas tidak jelas agak jelas agak jelas jelas Jelas
Anesthesia biasanya tak tak jelas lebih jelas jelas Jelas
jelas
BTA
lesi kulit banyak (ada Banyak agak banyak negatif atau hampir selalu
globus)
hanya 1+ Negative
sekret banyak (ada Biasanya Negative
Hidung globus) Negative
tes
lepromin negatif Negative biasanya positif lemah positif kuat (3+)
Negative
Selain klasifikasi kusta tersebut di atas, terdapat kusta tipe neural dan kusta histoid.
Kusta neural adalah penyakit kusta yang ditandai oleh hilangnya fungsi sensoris pada
daerah sepanjang distribusi sensoris batang saraf yang menebal, tanpa ditemukannya
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
26
Universitas Indonesia
bercak pada kulit.54 Kusta histoid merupakan variasi lesi pada tipe lepromatosa
dengan bakterioskopik positif tinggi. Secara klinis kusta histoid berbentuk nodus yang
berbatas tegas atau plak. Bentuk ini umumnya timbul sebagai kasus relapse sensitive
atau relapse resistent.56
WHO (1988) membagi cacat kusta menjadi tiga tingkat kecacatan, yaitu:
Cacat pada tangan dan kaki:
Tingkat 0 : tidak ada anestesi dan kelainan anatomis
Tingkat 1 : ada anestesi, tanpa kelainan anatomis
Tingkat 2 : terdapat kelainan anatomis
Cacat pada mata :
Tingkat 0 : tidak ada kelainan pada mata (termasuk visus)
Tingkat 1 : ada kelainan pada mata, tetapi tidak terlihat, visus sedikit berkurang
Tingkat 2 : ada lagoftalmos dan visus sangat terganggu57
Pada perjalanan penyakit kusta yang kronis, dapat terjadi suatu episode akut yang
disebut sebagai reaksi kusta. Reaksi kusta terdiri atas reaksi reversal (RR) dan eritema
nodusum leprosum (ENL). Reaksi RR terjadi pada kusta tipe borderline, dengan
gejala klinis yaitu bertambah aktifnya sebagian atau seluruh lesi yang telah ada dan
atau timbul lesi baru dalam waktu yang relatif singkat. Lesi kulit menjadi lebih
eritematosa, lebih menonjol, berkilat, serta hangat pada perabaan. Pada RR juga dapat
terjadi neuritis akut yang ditandai adanya pembengkakan saraf, nyeri spontan dan atau
nyeri tekan pada saraf, serta dapat disertai gangguan fungsi motorik dan sensorik,
yang bervariasi dari ringan sampai berat. Eritema nodusum leprosum terutama terjadi
pada kusta tipe lepromatosa (LL) dan kadang tipe borderline lepromatosa (BL). Pada
kulit gejala klinis ENL berupa nodus eritematosa yang nyeri dengan tempat predileksi
pada wajah dan ekstensor ekstremitas. Kelainan dapat timbul di berbagai organ lain
misalnya, iridosiklitis, neuritis, artritis, nefritis, dan orkitis. Gejala konstitusi dari
ringan sampai berat dapat juga menyertai.56, 58
2.12 VITILIGO
Vitiligo merupakan kelainan kulit dan membran mukosa berupa makula depigmentasi
berbatas tegas akibat destruksi melanosit.59, 60 Lesi vitiligo berupa makula berwarna
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
27
Universitas Indonesia
putih seperti kapur atau susu, dengan permukaan licin atau halus, berbatas tegas,
asimtomatik.61, 62 Vitiligo dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe lokalisata, generalisata,
dan universalis. Vitiligo lokalisata dibagi menjadi subtype fokal, segmental, dan
mukosal. Vitiligo generalisata dibagi menjadi subtipe akrofasial, vulgaris, dan
campuran keduanya.59 Ada pula yang mengklasifikasikan vitiligo menjadi vitiligo
nonsegmental, vitiligo segmental, campuran, dan unclassified. Vitiligo nonsegmental
terdiri atas subtipe fokal, mukosal, akrofasial, generalisata, dan universal.63
Pada vitiligo fokal satu atau lebih makula berlokasi di suatu area dan tidak
memperlihatkan pola zosteriform atau segmental.64 Vitiligo segmental terdistribusi
unilateral atau asimetris,59, 63, 64 dapat secara total atau sebagian mengikuti distribusi
dermatom.63 Pada vitiligo mukosal kelainan terbatas pada daerah mukosa.64 Makula
depigmentasi tersebar di seluruh tubuh dan simetris pada vitiligo vulgaris. Sementara
pada tipe akrofasial hanya mengenai bagian distal ekstremitas dan wajah.62, 64
Depigmentasi komplit atau hampir komplit terjadi pada vitiligo universalis,64 dengan
lesi melibatkan lebih dari 80% luas permukaan kulit.59
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
28
Universitas Indonesia
2.13 KERANGKA TEORI
Tes pengukuran ulang
Validitas konstruksi
kkonstruksisiko
nstr
uk
Validitas isi
Validitas prediktif
Validitas eksternal
Validitas budaya
Validitas rupa
Teknik belah dua
Konsistensi internal
Alat pengukur
kualitas hidup terkait
kesehatan
Penilaian kualitas
hidup pada pasien
dengan berbagai
penyakit kulit
Faktor yang
mempengaruhi
validitas dan
reliabilitas:
- Tes dan isinya:
- Panjang tes
- Keberlakuan tes
- Jenis jawaban
- Faktor mekanik
- Faktor lingkungan
- Cara pemberian
kuisioner
- Faktor personal:
- Status sosio-
ekonomi
(pekerjaan, tingkat
pendidikan,
penghasilan)
- Usia, jenis
kelamin
- Latar belakang
etnik
- Ingatan
- Penafsiran peneliti
Teknik paralel
Instrumen generik
Instrumen spesifik untuk
diagnosis penyakit kulit
tertentu
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
psoriasis, dermatitis
atopik, akne vulgaris,
kusta, dan vitiligo
Instrumen spesifik untuk
dermatologi : DLQI,
Skindex, DQOLS, DSQL
DLQI : Valid, reliabel,
ringkas, sederhana,
interpretasi skor jelas,
paling banyak digunakan,
sudah diterjemahkan dari
bahasa Inggris ke 55
bahasa lain
Faktor yang
mempengaruhi kualitas
hidup :
- Diagnosis
- Derajat keparahan
- Lokasi lesi
- Usia
- Jenis kelamin
- Status sosioekonomi
- Status pernikahan
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Kepribadian
- Kebudayaan
- Pengalaman
Reliabilitas
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
29
Universitas Indonesia
2.14 KERANGKA KONSEP
Validitas konstruksi Konsistensi internal
Dermatology Life
Quality Index (DLQI)
berbahasa Indonesia
Pasien psoriasis, dermatitis
atopik, akne vulgaris,
kusta, dan vitiligo :
- Derajat/tipe penyakit
- Lokasi lesi
- Usia
- Jenis kelamin
- Status pernikahan
- Pendidikan
- Pekerjaan
Dermatology Life
Quality Index (DLQI)
berbahasa Inggris
Belum ada terjemahan
berbahasa Indonesia
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
30
Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian uji validitas dan reliabilitas DLQI berbahasa Indonesia
menggunakan rancangan studi potong lintang.
3.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
3.2.1 Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit
dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga November 2013. Pengambilan
sampel penelitian dilakukan pada bulan September hingga November 2013.
3.3 POPULASI DAN SUBJEK PENELITIAN
3.3.1 Populasi target
Pasien dengan berbagai penyakit kulit di Indonesia. Di antara penyakit kulit dengan
jumlah kunjungan tersering berdasarkan data rekam medis Poliklinik Departemen
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM)
tahun 2008-201118, lima penyakit kulit yang paling banyak mempengaruhi kualitas
hidup pasien adalah psoriasis19, 20, dermatitis atopik13, 21, akne vulgaris17, 22, kusta23,
dan vitiligo25, 26. Maka sebagai penelitian awal, uji validitas dan reliabilitas ini
dilakukan pada pasien dengan diagnosis psoriasis, dermatitis atopik, akne, kusta, dan
vitiligo.
3.3.2 Populasi terjangkau
Pasien psoriasis, dermatitis atopik, akne, kusta, dan vitiligo di Poliklinik Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Jakarta
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
31
Universitas Indonesia
3.3.3 Subjek penelitian
Subjek penelitian (SP) adalah bagian populasi terjangkau yang memenuhi kriteria
penelitian
3.3.4 Cara pemilihan sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan cara konsekutif di divisi Dermatologi Umum,
Alergi, Kosmetik, dan Morbus Hansen Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSCM.
3.4 KRITERIA PENERIMAAN DAN PENOLAKAN
3.4.1 Kriteria penerimaan :
- Berusia 18-60 tahun
- Secara klinis didiagnosis sebagai pasien psoriasis, dermatitis atopik, akne, kusta, dan
vitiligo
- Dapat berbahasa Indonesia
- Dapat membaca
- Bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani surat persetujuan
penelitian (informed consent) setelah diberi penjelasan
3.4.2 Kriteria penolakan :
Memiliki kelainan psikiatrik
3.5 BESAR SAMPEL
Menurut Ancok, untuk penelitian validitas dan reliabilitas diperlukan jumlah sampel
minimal 30 orang.36 Menurut Notoatmodjo, sampel minimal adalah 20 orang.35
Dengan penetapan jumlah SP 20 untuk masing-masing diagnosis, jumlah total SP
adalah 100 orang.
3.6 ALAT DAN BAHAN
- Lembar informasi
- Lembar persetujuan penelitian
- Status penelitian
- Kuisioner DLQI berbahasa Inggris
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
32
Universitas Indonesia
- Kuisioner DLQI berbahasa Indonesia
- Lembar penilaian skor PASI
- Lembar penilaian indeks SCORAD
3.7 CARA KERJA PENELITIAN
3.7.1 Penerjemahan
Peneliti meminta izin untuk menerjemahkan DLQI ke dalam bahasa Indonesia kepada
pembuat DLQI di Inggris yaitu Profesor Andrew Y. Finlay atau koleganya. Dua
penerjemah menerjemahkan DLQI berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.
Kedua penerjemah tersebut mendiskusikan hasil penerjemahan mereka dan
menghasilkan satu naskah DLQI berbahasa Indonesia. DLQI terjemahan berbahasa
Indonesia ini diperiksa dan dimodifikasi oleh peneliti, dokter spesialis kulit dan
kelamin serta ahli kesehatan masyarakat hingga dihasilkan satu naskah DLQI versi
Indonesia yang disetujui. Naskah DLQI versi Indonesia ini diterjemahkan kembali ke
dalam bahasa Inggris oleh dua penerjemah berbeda dan menghasilkan dua naskah
DLQI versi Indonesia dalam bahasa Inggris. Kedua naskah ini diperiksa oleh Profesor
Andrew Y. Finlay atau koleganya hingga menghasilkan DLQI versi Indonesia yang
disetujui.
3.7.2 Cognitive debriefing
Pada cognitive debriefing, DLQI versi Indonesia yang disetujui diuji coba pada
sekelompok subjek. Sejumlah 5-8 pasien yang dianggap mewakili subjek penelitian
diberikan penjelasan mengenai penelitian, uji coba dan tujuannya. Pasien yang
memberikan persetujuan diminta mengisi kuisioner. Waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan kuisioner dicatat oleh peneliti. Kepada mereka ditanyakan apakah
pertanyaan dan pilihan jawaban sudah jelas dan dapat dimengerti, atau adakah yang
memerlukan perubahan atau modifikasi. Jika bahasa yang digunakan dirasakan belum
jelas dan belum tepat, ditanyakan pendapat mereka bagaimana memperbaikinya. Hal
ini dilakukan satu persatu untuk setiap pertanyaan. Hasil cognitive debriefing ini
didiskusikan oleh peneliti, dokter spesialis kulit dan kelamin, dan dokter ilmu
kesehatan masyarakat. DLQI hasil diskusi ini selanjutnya diperiksa kembali oleh
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
33
Universitas Indonesia
pembuat DLQI, hingga dihasilkan DLQI versi Indonesia final yang diuji validitas dan
reliabilitasnya.
3.7.3 Pengisian kuisioner
Bagi SP yang telah menandatangani formulir persetujuan, dilakukan pencatatan
meliputi identitas, anamnesis, dan pemeriksaan fisis. Subjek penelitian diminta
mengisi kuisioner DLQI versi Indonesia final setelah diberikan penjelasan mengenai
cara pengisian kuisioner tersebut. Pengisian kuisioner dilakukan sendiri oleh SP,
namun peneliti mendampingi proses pengisian kuisioner tersebut, dan dapat memberi
penjelasan kepada SP jika diperlukan. Waktu yang diperlukan untuk mengisi
kuisioner dicatat.
3.7.4 Penilaian validitas
Analisis validitas dilakukan menggunakan validitas konstruksi, yaitu dengan
menghitung korelasi antara tiap pernyataan dengan skor total menggunakan rumus
teknik korelasi product moment Pearson. Nilai koefesien korelasi minimal yang
dianggap valid yaitu sebesar 0,3.35 Angka korelasi di bawah nilai minimal
menunjukkan pernyataan yang tidak valid, mungkin akibat susunan kata-kata atau
kalimat yang kurang baik atau kalimat yang dipakai menimbulkan penafsiran yang
berbeda, sehingga memerlukan evaluasi. Pada pernyataan yang sudah diperbaiki
perlu diuji validitas kembali pada sampel yang berbeda hingga diperoleh hasil yang
valid.
3.7.5 Penilaian reliabilitas
Konsistensi internal digunakan untuk uji reliabilitas DLQI. Konsistensi internal dinilai
menggunakan nilai Cronbach α, nilai lebih besar sama dengan 0.70 dapat diterima,
dan nilai lebih besar sama dengan 0.80 dianggap baik.31
3.8 BATASAN OPERASIONAL
3.8.1 Dermatology Life Quality Index (DLQI)
DLQI adalah kuisioner yang digunakan untuk menilai kualitas hidup pasien penyakit
kulit, terdiri atas sepuluh pertanyaan mengenai pengaruh penyakit kulit pasien kulit
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
34
Universitas Indonesia
meliputi aspek gejala, perasaan, aktivitas sehari-hari, kegiatan di waktu santai,
pekerjaan atau sekolah, hubungan personal, dan efek terapi dalam seminggu terakhir.
3.8.2 Skor DLQI
- Pilihan jawaban :
- Tidak sama sekali/tidak relevan = 0
- Kecil = 1
- Besar = 2
- Sangat besar = 3
- Khusus pertanyaan nomor 7:
- Pilihan jawaban ya = 3 (meski kotak jawaban lain ditandai)
- Pada jawaban tidak, bila diikuti jawaban besar = 2, kecil = 1, tidak sama
sekali = 0
- Jika satu pertanyaan tidak dijawab, diberi nilai 0 dan masuk dalam penjumlahan skor
total.
- Jika dua atau lebih pertanyaan tidak dijawab, kuisioner tidak dimasukkan dalam
penelitian.
- Jika dua atau lebih pilihan jawaban ditandai, dipilih jawaban dengan nilai paling
tinggi.
- Jika tanda jawaban terdapat di antara dua kotak jawaban, dipilih jawaban dengan nilai
paling rendah.
- Skor total DLQI diperoleh dengan menjumlahkan nilai tiap pertanyaan, sehingga nilai
maksimal adalah 30 dan nilai minimal 0. Semakin tinggi skor total, semakin buruk
kualitas hidup seseorang.
- Interpretasi skor DLQI:
- 0-1 = tidak ada pengaruh pada kehidupan pasien
- 2-5 = pengaruh kecil pada kehidupan pasien
- 6-10 = pengaruh sedang pada kehidupan pasien
- 11-20 = pengaruh besar pada kehidupan pasien
- 21-30 = pengaruh sangat besar pada kehidupan pasien
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
35
Universitas Indonesia
3.8.3 Konsistensi internal
Adalah bagian dari reliabilitas yang diuji dengan Cronbach α dan diperlukan nilai
minimum 0.70.
3.8.4 Validitas konstruksi
Adalah tipe validitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah suatu pernyataan
adalah pernyataan yang valid untuk mewakili suatu konsep. Validitas didasarkan pada
nilai koefesien korelasi antara skor suatu pernyataan dengan nilai total. Nilai
koefesien korelasi minimal yang dianggap valid yaitu sebesar 0,3.
3.8.5 Derajat/tipe penyakit
- Derajat keparahan psoriasis dinilai menggunakan skor PASI
- Derajat keparahan dermatitis atopik dinilai menggunakan indeks SCORAD
- Derajat keparahan akne dinilai menggunakan klasifikasi menurut Lehmann dkk.
(2002)51 yang diadopsi oleh Regional Consensus on Acne Management pada tahun
2003
- Vitiligo dibagi menjadi tipe lokalisata (fokal, segmental), generalisata (akrofasial,
vulgaris), dan universalis
- Kusta dibagi menjadi tipe TT, BT, BB, BL, dan LL
3.8.6 Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang diperoleh SP,
terbagi atas:
- tidak sekolah
- sekolah dasar (SD)
- sekolah menengah pertama (SMP)
- sekolah menengah atas (SMA) dan sederajatnya
- setingkat diploma/akademi/
- strata-1
- strata-2
- strata-3
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
36
Universitas Indonesia
3.8.7 Pekerjaan
Pekerjaan SP terbagi atas:
- Tidak bekerja
- ibu rumah tangga
- pegawai swasta
- PNS/BUMN/TNI
- Wiraswasta
- Pelajar
- Pekerjaan lain
3.9 ETIK PENELITIAN
Penelitian ini telah lulus kaji etik sesuai dengan surat yang dikeluarkan Panitia Tetap
Penilai Etik Penelitian FKUI dengan nomor 538/H2.F1/ETIK/2013 tanggal 2
September 2013 (lampiran 11).
3.10 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Data dicatat dalam format khusus kemudian diedit dan dibuat coding. Data
selanjutnya dimasukkan dalam lembar kerja SPSS untuk kemudian diolah dengan
menggunakan program SPSS ver 20.0. Analisis univariat untuk mengetahui distribusi
karakteristik subjek penelitian. Penilaian validitas konstruksi menggunakan teknik
korelasi product moment Pearson untuk melihat nilai korelasi antara tiap pernyataan
dengan skor total. Konsistensi internal digunakan untuk uji reliabilitas DLQI dan
dinilai menggunakan nilai Cronbach α.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
37
Universitas Indonesia
3.11 ALUR PENELITIAN
DLQI berbahasa Inggris (orisinal)
Penerjemahan balik ke bahasa Inggris oleh dua
orang penerjemah berbeda penilaian oleh AY
Finlay dkk
Uji validitas dan reliabilitas
Analisis
Pelaporan
Pasien Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSCM berusia 18-60 tahun
Memenuhi kriteria penerimaan dan tidak
termasuk kriteria penolakan
Pengisian status penelitian, kuisioner,
pemeriksaan fisis
DLQI berbahasa Indonesia
Permohonan izin penerjemahan DLQI
berbahasa Inggris orisinal kepada AY Finlay
dkk
Penerjemahan oleh dua orang penerjemah ke
dalam bahasa Indonesia
Cognitive debriefing
Penyampaian hasil cognitive debriefing kepada
AY Finlay dkk
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
38
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini adalah ingin menilai validitas dan reliabilitas DLQI berbahasa
Indonesia sebagai suatu alat untuk menilai kualitas hidup pasien dengan berbagai
penyakit kulit di Indonesia. Dermatology Life Quality Index (DLQI) orisinal
berbahasa Inggris diterjemahkan mengikuti prosedur standar berdasarkan panduan
pihak pembuat DLQI ke dalam bahasa Indonesia. DLQI versi Indonesia yang telah
disetujui diisi oleh 100 pasien rawat jalan dengan berbagai berbagai diagnosis (akne,
dermatitis atopik, kusta, psoriasis, dan vitiligo) di poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan
kelamin Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo Indonesia. Selama proses penelitian,
peneliti mendapat supervisi dari dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, yaitu dr. Erdina
H.D. Pusponegoro Sp.KK(K) dan dr Lili Legiawati, Sp.KK(K), konsultan di
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Penelitian ini juga dibimbing oleh seorang ahli kesehatan masyarakat yaitu
dr. Aria Kekalih, M.TI, merupakan staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4.1 PROSES PENERJEMAHAN
Peneliti telah mendapat izin untuk menerjemahkan DLQI ke dalam bahasa Indonesia
dari pembuat DLQI di Inggris yaitu Profesor Andrew Y. Finlay atau koleganya.
Penerjemahan dilakukan sesuai panduan dari pembuat DLQI. Dua penerjemah, yang
berprofesi sebagai dokter, menerjemahkan DLQI berbahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia. Kedua penerjemah tersebut mendiskusikan hasil penerjemahan mereka dan
menghasilkan satu naskah DLQI berbahasa Indonesia. DLQI terjemahan berbahasa
Indonesia ini didiskusikan oleh peneliti, dokter spesialis kulit dan kelamin serta ahli
kesehatan masyarakat. Diskusi dilakukan untuk menyesuaikan DLQI hasil terjemahan
dengan budaya dan bahasa lokal.
Pertanyaan no 1, yaitu “over the last week, how itchy, sore, painfull or stinging has
your skin been?” oleh penerjemah diterjemahkan sebagai “Selama seminggu terakhir,
seberapa gatal, perih, sakit, atau pedih kulit anda?”. Berdasarkan diskusi
dimodifikasi menjadi “Selama seminggu terakhir, seberapa parah rasa gatal, perih,
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
39
Universitas Indonesia
nyeri, atau tersengat pada kulit anda?” Pilihan jawaban, yaitu 'very much', 'a lot', 'a
little', 'not at all', pada awalnya diterjemahkan sebagai “sangat banyak”, “banyak”,
“sedikit”, “tidak sama sekali”. Berdasarkan diskusi, pilihan jawaban perlu disesuaikan
dengan pertanyaan, sehingga menjadi “sangat parah”, “parah”, “sedikit”, dan “tidak
sama sekali”.
Pertanyaan no 2, yaitu “Over the last week, how embarrassed or self conscious have
you been because of your skin?” diterjemahkan sebagai “Selama seminggu terakhir,
seberapa malu atau sadar dirikah anda karena kulit anda?”. Pada awalnya kata “self
conscious” pada pertanyaan nomor 2 diterjemahkan sebagai “sadar diri”. Terjemahan
secara langsung ini bukan merupakan istilah yang lazim digunakan dalam bahasa
Indonesia dan dirasa akan sulit dipahami. Finlay menjelaskan bahwa “self conscious
is a heightened self awareness when in the company of others, which may have
inhibiting effect on social relationships. It does not mean low self confidence, though
it may result in low self confidence”. Berdasarkan penjelasan tersebut dan untuk
mempermudah pemahaman maka kata “sadar diri” kami ubah menjadi “tidak
nyaman”. Kata "because of your skin" pada awalnya diterjemahkan “karena kulit
Anda”. Namun kata tersebut dirasa terlalu luas maknanya, dan dikhawatirkan
dipahami pasien sebagai kondisi kulit lain selain penyakit kulit yang dialami pasien,
sehingga kami menggunakan “karena kelainan kulit anda”. Sehingga, pertanyaan
nomor 2 yang disetujui adalah “Selama seminggu terakhir, seberapa malu atau tidak
nyamankah anda karena kelainan kulit anda?”. Pilihan jawaban disesuaikan dengan
pertanyaan, sehingga diganti menjadi “sangat malu/tidak nyaman”, “malu/tidak
nyaman”, “sedikit”, dan “tidak sama sekali”.
Pertanyaan nomor 3, yaitu “Over the last week, how much has your skin interfered
with you going shopping or looking after your home or garden?” diterjemahkan
sebagai “Selama seminggu terakhir, seberapa banyak kulit anda mengganggu kegiatan
anda berbelanja, mengurus rumah atau kebun?”. Berdasarkan diskusi, kami ubah
menjadi “Selama seminggu terakhir, seberapa mengganggukah kelainan kulit anda
terhadap kegiatan berbelanja, mengurus rumah atau pekarangan?”. Pilihan
jawaban disesuaikan dengan pertanyaan, sehingga diganti menjadi “sangat
mengganggu”, “mengganggu”, “sedikit”, “tidak sama sekali”, dan “tidak relevan”.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
40
Universitas Indonesia
Pertanyaan nomor 4, yaitu “Over the last week, how much has your skin influenced
what clothes you wear?” diterjemahkan sebagai “Selama seminggu terakhir, seberapa
banyak kulit anda mempengaruhi pakaian yang anda kenakan?”. Berdasarkan
diskusi, kami ubah menjadi “Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan
kulit anda mempengaruhi cara anda berpakaian?. Pilihan jawaban diganti menjadi
“sangat besar”, “besar”, “kecil”, “tidak sama sekali”, dan “tidak relevan”.
Pertanyaan nomor 5, yaitu “Over the last week, how much has your skin affected any
social or leisure activities?” diterjemahkan sebagai “Selama seminggu terakhir,
seberapa banyak kulit anda mempengaruhi kegiatan sosial atau rekreasi anda?”.
Berdasarkan diskusi, kami ubah menjadi “Selama seminggu terakhir, seberapa besar
kelainan kulit anda mempengaruhi kegiatan sosial atau kegiatan di waktu santai
Anda?” Pilihan jawaban diganti menjadi “sangat besar”, “besar”, “kecil”, “tidak sama
sekali”, dan “tidak relevan”.
Pertanyaan nomor 6, yaitu “Over the last week, how much has your skin made it
difficult for you to do any sport?” diterjemahkan sebagai “Selama seminggu terakhir,
seberapa banyak kulit anda menyulitkan anda untuk berolahraga?”. Berdasarkan
diskusi, kami ubah menjadi “Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit
anda menyulitkan anda untuk berolahraga?”. Pilihan jawaban diganti menjadi
“sangat besar”, “besar”, “kecil”, “tidak sama sekali’, dan “tidak relevan”.
Pertanyaan nomor 7, yaitu “Over the last week, has your skin prevented you from
working or studying?” diterjemahkan sebagai “Selama seminggu terakhir, apakah
kulit anda mencegah anda untuk bekerja atau belajar?. Berdasarkan diskusi, kami
ubah menjadi “Selama seminggu terakhir, apakah kelainan kulit anda mengakibatkan
anda tidak dapat bekerja atau belajar?”. Terjemahan pilihan jawaban “ya” dan
“tidak” kami setujui. Pertanyaan dilanjutkan dengan kalimat “If "No", over the last
week how much has your skin been a problem at work or studying?” yang
diterjemahkan sebagai “Jika jawabannya “Tidak”, selama seminggu terakhir, seberapa
banyak kulit anda menjadi masalah dalam bekerja atau belajar?”. Kami ubah
menjadi “Jika jawabannya “Tidak”, selama seminggu terakhir, seberapa besar
kelainan kulit anda menjadi masalah ketika anda bekerja atau belajar?”. Pilihan
jawaban diganti menjadi “besar”, “kecil”, “tidak sama sekali”, dan “tidak relevan”.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
41
Universitas Indonesia
Pertanyaan nomor 8, yaitu “Over the last week, how much has your skin created
problems with your partner or any of your close friends or relatives?” diterjemahkan
sebagai “Selama seminggu terakhir, seberapa banyak kulit anda mengakibatkan
masalah dengan pasangan anda atau dengan teman dekat atau keluarga?”.
Berdasarkan diskusi, kami ubah menjadi “Selama seminggu terakhir, seberapa besar
kelainan kulit anda menyebabkan masalah dengan pasangan, teman dekat atau
keluarga anda?”. Pilihan jawaban diganti menjadi “sangat besar”, “besar”, “kecil”,
“tidak sama sekali”, dan “tidak relevan”.
Pertanyaan nomor 9, yaitu “Over the last week, how much has your skin caused any
sexual difficulties?” diterjemahkan sebagai “Selama seminggu terakhir, seberapa
banyak kulit anda mengakibatkan gangguan seksual?”. Berdasarkan diskusi, kami
ubah menjadi “Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda
menyebabkan masalah seksual?”. Peneliti menanyakan kepada pihak Finlay dkk.
mengenai apa yang dimaksud dengan “sexual difficulties”, mendapat jawaban bahwa
“sexual difficulties means any kind of sexual difficulties including but not confined to
sexual intercourse”. Pilihan jawaban diganti menjadi “sangat besar”, “besar”, “kecil”,
“tidak sama sekali”, dan “tidak relevan”.
Pertanyaan nomor 10, yaitu “Over the last week, how much of a problem has the
treatment for your skin been, for example by making your home messy, or by taking
up time?” diterjemahkan sebagai “Selama seminggu terakhir, seberapa
mengganggukah pengobatan kulit anda, misal mengakibatkan rumah anda
berantakan atau menghabiskan waktu?”. Kami ubah menjadi “Selama seminggu
terakhir, seberapa mengganggukah pengobatan kulit anda, misalnya mengotori
rumah atau menghabiskan waktu anda?”. Pilihan jawaban diganti menjadi “sangat
mengganggu”, “mengganggu”, “sedikit”, “tidak sama sekali”, dan “tidak relevan”.
Naskah DLQI versi Indonesia hasil diskusi ini diterjemahkan kembali ke dalam
bahasa Inggris oleh dua penerjemah berbeda. Kedua hasil terjemahan balik
disampaikan kepada pihak Finlay dkk. Menurut pihak Finlay dkk. pilihan jawaban
harus seragam untuk setiap nomor pertanyaan. Selain itu pihak Finlay juga
menanyakan apakah tidak nyaman yang diterjemahkan balik sebagai “uncomfortable”
sudah sesuai untuk mengartikan “self conscious”. Peneliti meminta pihak Lembaga
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
42
Universitas Indonesia
Bahasa Universitas Indonesia (LBUI) untuk menerjemahkan balik DLQI versi
Indonesia ke bahasa Inggris dan tidak nyaman diartikan sebagai “self conscious” oleh
LBUI. Sehingga menurut peneliti istilah tidak nyaman dirasa tetap bisa digunakan
untuk mengartikan “self conscious”. Berdasarkan masukan Finlay dkk, dilakukan
perubahan DLQI versi Indonesia hingga menghasilkan DLQI berbahasa Indonesia
yang disetujui oleh Finlay dkk. dan dapat digunakan untuk cognitive debriefing
(terlampir dalam lampiran 6)
4.2 COGNITIVE DEBRIEFING
Cognitive debriefing atau proses uji coba instrumen berfungsi untuk menilai adakah
kesulitan yang muncul dalam penggunaan kuisioner DLQI berbahasa Indonesia.
Cognitive debriefing dilakukan pada 10 orang pasien, terdiri atas 2 pasien psoriasis, 2
pasien dermatitis atopik, 2 pasien akne, 2 pasien vitiligo, dan 2 pasien kusta di
Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSCM. Usia pasien 18-54 tahun dan
status menikah ditemukan pada 50% pasien. Pendidikan pasien bervariasi dari lulusan
sekolah menengah pertama hingga lulusan S-1.
Pasien umumnya dapat memahami instruksi, pertanyaan, dan pilihan jawaban dalam
DLQI. Namun kami menemukan bahwa pertanyaan no 7 bagian pertama, yaitu
“Selama seminggu terakhir, apakah kelainan kulit anda mengakibatkan anda tidak
dapat bekerja atau belajar?” sering tidak dijawab, dan pasien langsung menjawab
pertanyaan nomor 7 bagian kedua, yaitu “Jika jawabannya “Tidak”, selama seminggu
terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda menjadi masalah ketika anda bekerja
atau belajar?” Berdasarkan diskusi dengan pembimbing, kami mengusulkan
penambahan garis di antara pertanyaan no 7 bagian pertama dan bagian kedua untuk
memperjelas, namun usulan ini tidak disetujui oleh pihak pembuat kuisioner.
Saat ditanyakan mengenai kejelasan pilihan jawaban, sebagian besar pasien tidak
memahami maksud pilihan jawaban tidak relevan. Diskusi dengan pembimbing
menghasilkan usulan penggantian kata “tidak relevan” menjadi “pertanyaan tidak
sesuai untuk saya”. Usulan tersebut disampaikan oleh peneliti kepada Finlay dkk. dan
disetujui untuk dimasukkan dalam kuisioner DLQI versi Indonesia.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
43
Universitas Indonesia
Setelah perbaikan, diperoleh kuisioner DLQI berbahasa Indonesia final yang akan
diuji validitas dan reliabilitasnya kepada SP (ada dalam lampiran 7).
4.3 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Telah dilakukan pengumpulan SP sebanyak 100 pasien secara konsekutif pada bulan
September-November 2013 di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSCM
Jakarta. Subjek yang diikutsertakan pada penelitian adalah pasien dengan diagnosis
akne, dermatitis atopik, kusta, psoriasis, dan vitiligo yang memenuhi kriteria
penerimaan dan tidak memenuhi kriteria penolakan. Pada seluruh subjek dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pengisian kuisioner DLQI.
Terdapat lima pasien yang menolak mengisi kuisioner. Dua pasien menolak dengan
alasan harus segera pergi ke tempat lain, dua orang menolak dengan alasan tidak
membawa kacamata baca, dan satu orang menolak mengisi kuisioner tanpa alasan.
Kuisioner harus dibaca dan diisi sendiri oleh pasien, sehingga pasien yang minta
dibacakan akibat tidak membawa kaca mata baca tidak diikutsertakan dalam
penelitian. Selama pengisian kuisioner, peneliti mendampingi SP, sehingga
memungkinkan SP untuk bertanya dan memperoleh penjelasan bila menemukan
kesulitan dalam proses pengisian kuisioner.
Jobanputra pada tahun 2000 melaporkan di antara 607 pasien yang diminta mengikuti
penelitian kualitas hidup tidak ada yang menolak ikut serta. Pada penelitian di Afrika
Selatan ini kuisioner disampaikan dalam bentuk wawancara oleh petugas kesehatan
yang terlibat dalam tata laksana pasien. Wawancara dilakukan karena tingginya
tingkat buta huruf dan besarnya kecurigaan terhadap dokumen tertulis pada
masyarakat di Afrika Selatan.38 Aghei pada tahun 2004 melaporkan bahwa pada
penelitiannya kadang kuisioner disampaikan dalam bentuk wawancara tatap muka
oleh perawat terlatih, namun hanya dilakukan pada pasien buta huruf.26 Pada
penelitian kami, kemampuan membaca termasuk dalam kriteria inklusi, sehingga
semua pasien dapat membaca sendiri kuisioner.
Sembilan SP tidak menjawab satu pertanyaan. Berdasarkan panduan perhitungan skor
DLQI, disebutkan bahwa jika satu pertanyaan tidak dijawab, diberi nilai 0 dan masuk
dalam penjumlahan skor total. Terdapat satu pasien yang tidak menjawab dua
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
44
Universitas Indonesia
pertanyaan. Dalam panduan disebutkan jika dua atau lebih pertanyaan tidak dijawab,
kuisioner tidak dimasukkan dalam penelitian. Maka hanya satu kuisioner yang tidak
dapat dimasukkan dalam penelitian ini.
4.3.1 KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN
Pada penelitian ini didapatkan 20 sampel pasien pada masing-masing diagnosis,
sehingga total SP adalah 100 orang. Data pada penelitian ini menunjukkan jumlah SP
laki-laki lebih sedikit daripada SP perempuan, yaitu 46 SP laki-laki (46%) dan 54 SP
perempuan (54%). Usia SP pada penelitian ini berkisar antara 18 hingga 59 tahun,
dengan nilai median 30 tahun. Pendidikan pasien bervariasi, terbanyak ditemukan
pada tingkat pendidikan menengah sebanyak 48 orang. Keterangan selengkapnya
mengenai karakteristik dasar SP dapat dilihat pada tabel 4.3.1.1
Tabel 4.3.1.1 Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian (n = 100)
Karakteristik Jumlah Persentase
Jenis Kelamin
laki-laki 46 46%
Perempuan 54 54%
Status perkawinan
belum menikah 46 46%
Menikah 51 51%
Cerai 3 3%
Kategori Pendidikan
Tamat Sekolah Dasar 5 5%
Tamat Sekolah Menengah Pertama 9 9%
Tamat Sekolah Menengah Umum 48 48%
Akademi / Diploma 15 15%
Strata 1 22 22%
Strata 2 1 1%
Kategori Pekerjaan
Tidak bekerja 14 14%
Ibu rumah tangga 14 14%
Pegawai swasta 27 27%
Pegawai negeri sipil/BUMN/TNI 12 12%
Wiraswasta 7 7%
Pelajar 17 17%
Kategori lain 9 9%
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
45
Universitas Indonesia
Subjek Penelitian terdiri atas 20 pasien untuk tiap diagnosis akne, dermatitis atopik,
kusta, psoriasis, dan vitiligo, dengan berbagai derajat keparahan atau tipe penyakit.
Pada diagnosis psoriasis derajat paling banyak adalah derajat ringan, yaitu pada 11
SP. Dermatitis atopik derajat ringan ditemukan pada 15 SP dan dermatitis atopik
derajat sedang pada 5 SP. Akne vulgaris sedang merupakan kategori akne terbanyak,
ditemukan pada 11 SP. MH BL dilaporkan pada 9 SP dan MH LL pada 7 SP. Vitiligo
vulgaris merupakan mayoritas tipe vitiligo pada penelitian ini, ditemukan pada 18 SP.
Tabel 4.3.1. 2 menunjukan karakteristik klinis SP pada tiap diagnosis.
Tabel 4.3.1.2. Distribusi karakteristik klinis subjek penelitian (n = 100)
Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)
Psoriasis
Ringan (PASI <5) 11 55
Sedang (PASI 5-10) 6 30
Berat (PASI >10) 3 15
Dermatitis Atopik
Ringan (SCORAD 0-34) 15 75
Sedang (SCORAD 35-69) 5 25
Akne Vulgaris
Ringan 7 35
Sedang 11 55
Berat 2 10
Kusta
BT 7 35
BL 9 45
LL 2 10
Neural 1 5
Histoid 1 5
Vitiligo
Fokal 2 10
Vulgaris 18 90
Sebagian besar SP, yaitu 74 pasien, merupakan pasien kontrol. Lama sakit antara 2
minggu hingga 24 tahun, dengan median 33 bulan. Lesi yang melibatkan daerah
terpajan misalnya wajah, tangan, dan leher ditemukan pada 76 SP.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang juga melakukan uji validitas DLQI pada
subjek dengan berbagai diagnosis penyakit kulit. Zachariae pada tahun 2000
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
46
Universitas Indonesia
melakukan uji validitas DLQI berbahasa Denmark terhadap 300 pasien rawat jalan
dan rawat inap secara konsekutif selama 12 bulan. Distribusi diagnosis pasien yang
menjadi SP yaitu psoriasis, dermatitis atopik, eksem lain, urtikaria, bullous disease,
eritroderma, hiperhidrosis, kolagenosis, pruritus, akne, viral warts, dan diagnosis
lain.13
Jobanputra pada tahun 2000 melakukan penelitian mengenai pengaruh penyakit kulit
terhadap kualitas hidup pasien kulit, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien, serta uji validitas dan reliabilitas DLQI di Afrika Selatan. SP terdiri atas
sekitar 600 pasien dengan berbagai penyakit kulit yang datang dalam waktu 4
minggu ke rumah sakit tempat penelitian dilakukan.38
Uji validitas DLQI berbahasa Turki oleh Öztürkcan pada tahun 2004 dilakukan pada
79 pasien dengan berbagai penyakit kulit, yaitu pada pasien akne vulgaris, tinea,
dermatitis kontak, eksem, psoriasis, urtikaria, dan alopesia areata.10 Uji validitas
DLQI versi Srilanka oleh Madarasingha pada tahun 2011 dilakukan pada 200 pasien
dengan berbagai kelainan dermatologi yaitu eksem, psoriasis, akne, vitiligo, infeksi,
dan penyakit kulit lain.39 Sebagai penelitian awal, uji validitas dan reliabilitas DLQI
berbahasa Indonesia dilakukan pada pasien akne, dermatitis atopik, kusta, psoriasis,
dan vitiligo, yang termasuk penyakit kulit yang paling banyak mempengaruhi kualitas
hidup pasien.5
Penelitian lain melakukan uji validitas dan reliabilitas hanya pada satu penyakit kulit
spesifik. Aghaei dkk. tahun 2004 melakukan uji validitas dan reliabilitas DLQI
berbahasa Persia pada pasien vitiligo.26 Takahashi pada tahun 2006 melaporkan uji
validitas dan reliabilitas DLQI berbahasa Jepang pada pasien akne.22 Mork dkk. di
Norwegia pada tahun 2002,19 Mazzotti dkk. di Italia pada tahun 2005,65 He dkk. di
China pada tahun 2013,66 melakukan uji validitas dan reliabilitas DLQI pada pasien
psoriasis. Ferraz dkk. tahun 2006 melaporkan uji validitas dan reliabilitas DLQI
berbahasa Brazil pada pasien lupus eritematosus.40
4.3.2 Uji validitas
Uji validitas DLQI berbahasa Indonesia dilakukan melalui uji validitas konstruksi,
yaitu mencari korelasi antara skor tiap pertanyaan dengan skor total kuisioner tersebut
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
47
Universitas Indonesia
menggunakan rumus teknik korelasi product moment Pearson. Nilai koefesien
korelasi minimal yang dianggap valid yaitu sebesar 0,3.35 Tabel 4.3.2.1 menunjukan
hasil uji validitas penelitian ini.
Tabel 4.3.2.1 Distribusi koefesien korelasi skor tiap pertanyaan-skor total
Pertanyaan
Nomor
Corrected item-total correlation Cronbach α if item deleted
(Cronbach α 0,858)
1 0.310 0.864
2 0.699 0.832
3 0.577 0.843
4 0.634 0.838
5 0.691 0.833
6 0.564 0.844
7 0.492 0.85
8 0.652 0.837
9 0.465 0.852
10 0.549 0.846
Koefesien korelasi tiap pertanyaan DLQI berbahasa Indonesia dengan skor total
berkisar antara 0,310 – 0,699. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa korelasi antara tiap pertanyaan DLQI dengan skor total cukup baik karena
semua pertanyaan memiliki nilai koefesien korelasi > 0,3.
Bila kita melihat nilai Cronbach α if item deleted, yaitu nilai reliabilitas jika suatu
pertanyaan dibuang atau tidak dimasukkan dalam kuisioner, hampir seluruh
pertanyaan memiliki nilai lebih rendah dibanding nilai Cronbach α 0,858. Namun
pada pertanyaan nomor satu, nilai Cronbach α if item deleted adalah 0,864, lebih
tinggi dibanding nilai Cronbach α 0,858, artinya jika pertanyaan tersebut dihilangkan
akan meningkatkan reliabilitas kuisioner ini. Dengan mempertimbangkan hal
tersebut, pertanyaan-pertanyaan ini secara keseluruhan dinilai valid, kecuali
pertanyaan nomor 1.
Hasil meragukan pada pertanyaan nomor 1 menurut peneliti terkait dengan diagnosis
SP yang mengikuti penelitian ini. Pada penelitian ini terdapat 20 SP dengan diagnosis
vitiligo dan 20 SP kusta. Vitiligo umumnya tidak bergejala, sedangkan kusta tanpa
reaksi umumnya tidak disertai gejala-gejala yang ditanyakan pada pertanyaan nomor
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
48
Universitas Indonesia
1, yaitu “Selama seminggu terakhir, seberapa parah rasa gatal, perih, nyeri, atau
tersengat pada kulit anda?”. Untuk melihat peran perbedaan diagnosis pada hasil uji
validitas ini, penulis mencoba menilai koefesien korelasi pada tiap diagnosis, yang
dapat dilihat pada tabel 4.3.2.2.
Tabel 4.3.2.2 Distribusi koefesien korelasi skor tiap pertanyaan-skor total
berdasarkan diagnosis
Pertanyaan Koefesien korelasi
Akne Dermatitis atopik Kusta Psoriasis Vitiligo
1 0.375 0.537 0.309 0.512 0.02
2 0.653 0.651 0.537 0.807 0.803
3 0.45 0.676 0.778 0.553 0.47
4 0.737 0.651 0.535 0.454 0.736
5 0.699 0.614 0.69 0.77 0.719
6 0.259 0.521 0.642 0.694 0.522
7 0.635 0.35 0.334 0.629 0.45
8 0.78 0.454 0.611 0.782 0.676
9 0.369 0.299 0.633 0.656 0.457
10 0.328 0.639 0.445 0.528 0.769
Bila kita analisis per diagnosis, koefesien korelasi skor pertanyaan pertama dengan
skor total yang sangat rendah memang ditemukan pada diagnosis vitiligo, dengan nilai
koefesien korelasi 0,02. Pada kelompok MH juga ditemukan koefesien korelasi yang
cukup rendah, yaitu 0,309.
Karena penelitian ini tidak didesain untuk menilai validitas dan reliabilitas untuk tiap
diagnosis, jumlah SP per diagnosis hanya 20 SP serta kurang mencakup variasi pada
tiap diagnosis, maka validitas dan reliabilitas DLQI untuk tiap diagnosis secara tepat
belum dapat disimpulkan berdasarkan penelitian ini. Namun berdasarkan koefesien
korelasi yang sangat rendah pertanyaan nomor satu pada diagnosis vitiligo,
pertanyaan mengenai gejala dinilai kurang tepat ditanyakan pada penyakit kulit yang
tidak bergejala misalnya vitiligo.
Kent dan Al-Abadie pada tahun 1996 membandingkan skor DLQI dengan skor pada
kuisioner yang telah valid misalnya General Health Questionnaire-12 (GHQ-12) dan
Rosenberg Self-Esteem Scale pada 614 pasien vitiligo di Inggris dan menemukan
adanya korelasi.67 Hasil uji validitas yang dilakukan pada pasien vitiligo oleh Aghaei
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
49
Universitas Indonesia
dkk. pada tahun 2004 di Iran menunjukkan DLQI versi Iran merupakan instrumen
yang valid dan reliabel untuk menilai pengaruh vitiligo terhadap kualitas hidup
pasien.26 Namun pada penelitian Aghaei validitas tidak dinilai berdasarkan koefesien
korelasi antara tiap pertanyaan DLQI dengan skor total. Pada penelitian Aghaei
validitas DLQI dinilai menggunakan validitas konvergen dan validitas konstruksi.26
Validitas konvergen, yang pada suatu literatur merupakan salah satu bentuk validitas
konstruksi,31 dinilai berdasarkan koefesien korelasi skor tiap pertanyaan DLQI dengan
skor aspek yang mencakup pertanyaan tersebut. Validitas konstruksi dinilai
menggunakan analisis faktor.31
Meski DLQI telah banyak digunakan untuk menilai kualitas hidup pada pasien
vitiligo, peneliti hanya menemukan sedikit literatur yang melaporkan uji validitas dan
reliabilitas DLQI pada pasien vitiligo. Selain pada vitiligo, uji validitas dan reliabilitas
pada diagnosis penyakit kulit tertentu baru dilaporkan pada penyakit psoriasis,19 akne
vulgaris,22 dan lupus eritematosus.40 Pada penyakit kusta, belum ada laporan
mengenai uji validitas dan reliabilitas DLQI, namun beberapa penelitian mengenai
kualitas hidup pasien kusta telah menggunakan DLQI.23, 24 68
Karena DLQI dibuat untuk menilai kualitas hidup pada berbagai penyakit kulit, dan
gejala merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien, maka
pertanyaan mengenai gejala memang penting dimasukkan dalam DLQI. Kuisioner
penilai kualitas hidup untuk penyakit kulit yang lain, misalnya Skindex, DQOLS, dan
DSQL juga memasukkan pertanyaan mengenai gejala dalam kuisioner.29
Pada diagnosis akne, pertanyaan nomor 6, yaitu “Selama seminggu terakhir, seberapa
besar kelainan kulit anda menyulitkan anda untuk berolahraga?” memiliki nilai
koefesien korelasi yang rendah, yaitu 0.259. Pada masyarakat Indonesia umumnya,
olahraga bukan merupakan kegiatan yang rutin dilakukan. Pertanyaan mengenai
olahraga ini juga sempat dipertanyakan kesesuaiannya dengan kondisi lokal di
Srilanka saat dilakukan uji validitas DLQI versi Sinhala.39 Di antara SP akne, 90 %
memiliki diagnosis akne vulgaris ringan hingga sedang, sehingga aktivitas olahraga
mungkin tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi akne pasien. DLQI versi bahasa
Jepang, yang dilaporkan valid pada pasien akne, melaporkan terdapat korelasi antara
skor DLQI dengan keparahan akne.22
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
50
Universitas Indonesia
Pada diagnosis dermatitis atopik (DA), pertanyaan nomor 9, “Selama seminggu
terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda menyebabkan masalah seksual?”
memiliki nilai koefesien korelasi yang rendah, yaitu 0.299. Sebanyak 60% pasien DA
yang menjadi SP berstatus belum menikah atau bercerai. Di antara jumlah tersebut,
hanya satu SP yang menyatakan ada sedikit masalah seksual, dua SP menyatakan
pertanyaan tidak sesuai, dan sembilan SP menyatakan tidak ada masalah seksual. Bagi
sebagian orang Indonesia, pertanyaan ini dapat dianggap terlalu pribadi dan bisa jadi
mempengaruhi jawaban pada saat pengisian kuisioner. Dua SP memang menyatakan
bahwa pertanyaan ini terlalu pribadi.
Dalam proses penerjemahan peneliti menanyakan mengenai maksud masalah seksual
dalam pertanyaan nomor 9 kepada pembuat DLQI dan mendapatkan penjelasan
bahwa “sexual difficulties means any kind of sexual difficulties including but not
confined to sexual intercourse”. Menurut pihak pembuat DLQI dengan adanya
perbedaan budaya dan kesulitan mencari istilah dalam bahasa yang berbeda terkadang
sulit untuk menghasilkan terjemahan yang sebanding secara budaya. Penjelasan
selengkapnya dari pihak pembuat DLQI dapat dilihat pada lampiran 12.
Black menyatakan bahwa keinginan memenuhi sifat yang diharapkan masyarakat,
perbedaan tingkat anonimitas dan kerahasiaan tes dapat mempengaruhi validitas dan
reliabilitas.41 Pada penelitian ini pengisian kuisioner didampingi oleh peneliti, hal ini
bisa jadi mempengaruhi pengisian jawaban oleh SP, khususnya pada pertanyaan
masalah seksual ini. Cara penyajian kuisioner yang berbeda misalnya tanpa
pendamping atau kuisioner anonim, belum dapat dikaji pada penelitian ini, apakah
akan memberikan hasil penelitian yang sama atau berbeda. .
Pada penelitian ini, 75% pasien DA yang menjadi SP termasuk dalam DA derajat
ringan, dan 25% termasuk DA derajat sedang. Tidak ada SP yang dikategorikan
memiliki DA derajat berat. Karakteristik klinis ini mungkin menyebabkan lemahnya
korelasi antara pertanyaan nomor 9 dengan skor total. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Miseri dkk. pada tahun 2007 yang melaporkan melaporkan korelasi antara
keparahan DA dengan masalah seksual.69
Selain menilai korelasi skor tiap pertanyaan dengan skor total, peneliti lain juga
menilai korelasi antara skor tiap aspek dengan skor total. DLQI terdiri atas 10
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
51
Universitas Indonesia
pertanyaan yang dapat digolongkan dalam lima aspek, yaitu aspek gejala dan
perasaan, aktivitas sehari-hari, kegiatan di waktu luang, pekerjaan dan sekolah,
hubungan personal, dan terapi.15 Aspek gejala dan perasaan terdiri atas 2 pertanyaan
(nomor 1 dan 2), aspek aktivitas sehari-hari terdiri atas 2 pertanyaan (nomor 3 dan 4),
aspek kegiatan di waktu santai terdiri atas 2 pertanyaan (nomor 5 dan 6), aspek
pekerjaan dan sekolah hanya terdiri atas 1 pertanyaan (nomor 7), aspek hubungan
personal terdiri atas 2 pertanyaan (nomor 8 dan 9), dan aspek terapi terdiri atas satu
pertanyaan (nomor 10). Selain melalui perhitungan skor total, skor DLQI juga dapat
dianalisis per aspek, dengan nilai maksimal 6 untuk aspek yang terdiri atas 2
pertanyaan, dan nilai maksimal 3 untuk aspek yang terdiri atas 1 pertanyaan.
Disyaratkan semua pertanyaan dalam aspek harus dijawab jika ingin dilakukan
analisis tiap aspek.
Bila dianalisis per aspek, korelasi skor aspek-skor total pada penelitian ini adalah
0,492 hingga 0,75, lebih besar dari persyaratan koefesien korelasi 0.3, sehingga
kuisioner DLQI berbahasa Indonesia ini dapat dinilai valid. Koefesien korelasi skor
tiap aspek-skor total dapat dilihat pada tabel 4.3.2.3
Tabel 4.3.2.3 Distribusi koefesien korelasi skor tiap aspek -skor total
Aspek
Corrected item-total
correlation
Cronbach α if item deleted
(Cronbach α 0.850)
Gejala dan perasaan
(pertanyaan 1 & 2) 0.667 0.818
Aktivitas sehari-hari
(pertanyaan 3 & 4) 0.75 0.782
Kegiatan di waktu santai
(pertanyaan 5 dan 6) 0.727 0.792
Pekerjaan dan sekolah
(pertanyaan 7) 0.492 0.85
Hubungan personal
(pertanyaan 8 dan 9) 0.613 0.84
Terapi
(pertanyaan 10) 0.549 0.846
Öztürkcan di Turki melaporkan koefesien korelasi skor pertanyaan-skor total 0.48–
0.81, dan koefesien korelasi skor tiap aspek-skor total 0.71-0.83.10 Koefesien
korelasi yang lebih rendah pada penelitian kami mungkin disebabkan perbedaan
karakteristik klinis SP pada kedua penelitian. Uji validitas DLQI berbahasa Turki
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
52
Universitas Indonesia
dilakukan pada 79 pasien, terdiri atas 71 pasien rawat jalan dan 8 pasien rawat inap.
SP terdiri atas pasien dengan berbagai penyakit kulit, yaitu 35 pasien akne vulgaris,
16 pasien tinea, 16 pasien dermatitis kontak-eksem, 6 pasien psoriasis, 3 pasien
urtikaria, dan 1 pasien alopesia areata.10 Uji validitas dan reliabilitas DLQI berbahasa
Indonesia dilakukan pada 100 pasien rawat jalan, terdiri atas 20 pasien psoriasis, 20
pasien dermatitis atopik, 20 pasien akne, 20 pasien kusta, dan 20 pasien vitiligo.
Pasien rawat inap secara umum memiliki gangguan kualitas hidup yang lebih buruk
dibanding pasien rawat jalan. Hal ini sesuai dengan penelitian Zacharie di Denmark
yang membandingkan kualitas hidup pasien kulit rawat inap dan rawat jalan. Jenis
diagnosis penyakit juga memiliki pengaruh signifikan terhadap skor DLQI.13
Perbedaan diagnosis dan keparahan penyakit, termasuk status pasien sebagai rawat
jalan atau rawat inap berperan pada perbedaan hasil di kedua penelitian ini.
Menurut Black, beberapa faktor personal responden yang dapat mempengaruhi
validitas dan reliabilitas antara lain adalah status sosio-ekonomi responden, usia dan
jenis kelamin, latar belakang etnik, dan keinginan memenuhi sifat yang diharapkan
masyarakat. Pekerjaan, tingkat pendidikan, dan latar belakang etnik merupakan unsur
utama dalam status sosio-ekonomi.41 Bila dibandingkan dengan penelitian Öztürkcan
pada tahun 2006, persentase SP perempuan pada penelitian kami lebih kecil, yaitu
54%. Pada penelitian Öztürkcan jumlah SP perempuan adalah 63,3%.10 Perbedaan
bahasa dan budaya juga berperan memberikan hasil yang berbeda. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Jobanputra pada tahun 2000 yang melaporkan bahwa dampak
penyakit kulit terhadap kualitas hidup dipengaruhi oleh kelas sosial, bahasa dan
budaya.38
Penilaian pasien mengenai kepentingan suatu pertanyaan harus mendominasi
keputusan mengenai inklusi dan eksklusi suatu pertanyaan dalam kuisioner penilai
kualitas hidup pasien. Pada proses pembuatan DLQI, Finlay dkk pada tahun 1994
mengumpulkan 120 pasien dengan berbagai penyakit kulit dan meminta pasien
menyampaikan bagaimana penyakit kulit telah mempengaruhi kehidupan pasien.
Berdasar jawaban tersebut, dibuatlah 10 pertanyaan DLQI.6 Penghapusan suatu
pertanyaan hanya berdasarkan korelasi yang sangat lemah tidak disarankan. Penilaian
peneliti mengenai validitas rupa suatu kuisioner, yaitu mengenai relevansi serta
ketepatan kata-kata pertanyaan kuisioner untuk menilai kualitas hidup, dan
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
53
Universitas Indonesia
pertimbangan klinis tetap harus dipertimbangkan.70 Peran logika sebagai salah satu
faktor yang menentukan validitas, selain pembuktian statistik, juga diungkapkan oleh
Black.41
Berdasarkan informasi-informasi di atas, penulis menilai validitas DLQI berbahasa
Indonesia secara umum cukup baik untuk menilai kualitas hidup pasien kulit di
Indonesia. Namun dalam menilai kualitas hidup untuk tiap diagnosis tetap diperlukan
kuisioner yang lebih spesifik dan memiliki pertanyaan-pertanyaan yang lebih relevan
untuk suatu penyakit kulit tertentu. Pada vitiligo, terdapat kuisioner Vitiqol dengan
pertanyaan-pertanyaan yang lebih menekankan pada aspek stigma, psikososial, dan
beban emosional.71 Penilaian kualitas hidup pada pasien akne dapat menggunakan
kuisioner yang lebih spesifik untuk akne misalnya Acne Disability Index (ADI),
Cardiff Acne Disability Index (CADI), atau Acne-Specific Quality of Life (Acne-
QOL). Quality of Life Index for Atopic Dermatitis (QoLIAD) lebih spesifik menilai
kualitas hidup pasien dermatitis atopik. Demikian pula untuk masing-masing
diagnosis lainnya juga mempunyai kuisioner yang lebih spesifik.
4.3.3 Uji reliabilitas
Konsistensi internal digunakan pada uji reliabilitas DLQI. Konsistensi internal dinilai
menggunakan nilai Cronbach α, nilai lebih besar sama dengan 0.70 dapat diterima,
dan nilai lebih besar sama dengan 0.80 dianggap baik.31 Uji reliabilitas konsistensi
internal terhadap DLQI berbahasa Indonesia memberikan hasil nilai Cronbach α
sebesar 0,858. Hasil ini menunjukkan bahwa instrumen ini memiliki konsistensi
internal yang baik. Nilai Cronbach α pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3.3
Tabel 4.3.3 Distribusi nilai Cronbach α
Pasien Cronbach α
Semua pasien 0.858
Per diagnosis
Akne vulgaris 0.838
Dermatitis atopik 0.842
Kusta 0.847
Psoriasis 0.891
Vitiligo 0.860
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
54
Universitas Indonesia
Nilai yang didapat pada penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya. di
berbagai negara. Konsistensi internal DLQI pada 22 studi internasional dilaporkan
antara 0,75 hingga 0,92.5 Pada uji reliabilitas DLQI berbahasa Denmark didapatkan
Cronbach α 0,88.13 Jobanputra dkk. pada tahun 2000 di Afrika Selatan melaporkan
Cronbach α 0,83.38 Öztürkcan dkk. tahun 2004 mendapatkan DLQI berbahasa Turki
reliabel dengan Cronbach α 0,87.10 Madarasingha dkk. tahun 2011 di Srilanka
melaporkan bahwa DLQI versi Srilanka memiliki konsistensi internal cukup baik,
dengan Cronbach α 0.561 hingga 0.741.39
Penelitian lain yang melakukan uji reliabilitas hanya pada penyakit kulit spesifik juga
melaporkan DLQI sebagai kuisioner yang reliabel. Aghei dkk. tahun 2004
melaporkan DLQI berbahasa Persia reliabel pada pasien vitiligo dengan Crohnbach α
0,77.26 Dermatology Life Quality Index berbahasa Norwegia telah dilaporkan reliabel
pada pasien psoriasis, dengan nilai Crohnbach α 0,9.19 Mazzotti pada tahun 2005
melaporkan DLQI versi Italia memiliki nilai Cronbach α 0,83 pada pasien psoriasis.65
Dermatology Life Quality Index versi China dilaporkan reliabel pada pasien psoriasis
dengan nilai Cronbach α 0,91.66 Dermatology Life Quality Index berbahasa Jepang
tahun 2006 dilaporkan reliabel pada pasien akne.22 Ferraz dkk. tahun 2006
melaporkan DLQI berbahasa Brazil reliabel pada penelitian yang dilakukan pada
pasien lupus eritematosus.40
Berdasarkan hasil uji reliabilitas DLQI berbahasa Indonesia, maka dapat dinyatakan
bahwa kuisioner mempunyai reliabilitas baik untuk menilai kualitas hidup pasien kulit
di Indonesia.
4.4 HASIL LAIN SELAMA PELAKSANAAN PENELITIAN
Pada penelitian ini diperoleh hasil tambahan, berupa skor DLQI dan nilai sebaran
kualitas hidup pada pasien kulit di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSCM. Skor total DLQI berkisar antara 0 hingga 26 dengan nilai rata-rata 9,75 ±
6,319.
Öztürkcan melaporkan skor DLQI 0-22, dengan nilai rata-rata 7.61 ± 6.12.10 Penelitian
ini dilakukan di Turki pada 79 pasien dengan berbagai penyakit kulit, yaitu pada 35
pasien akne vulgaris, 16 pasien tinea, 16 pasien dermatitis kontak-eksem, 6 pasien
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
55
Universitas Indonesia
psoriasis, 3 pasien urtikaria, dan 1 pasien alopesia areata. 10 Finlay and Khan
melaporkan nilai DLQI rata-rata 7.3 pada 200 pasien dengan berbagai kelainan kulit.
Diagnosis SP meliputi psoriasis, pruritus, dermatitis atopik, eksem lain, keratosis
solaris, kutil, keratosis seboroik, karsinoma sel basal, dan mole.6 Penelitian Zachariae
pada pasien dengan berbagai penyakit kulit di Denmark menemukan nilai rata-rata 7.9.
Diagnosis SP yaitu psoriasis, dermatitis atopik, eksem lain, urtikaria, penyakit bulosa,
eritroderma, hiperhidrosis, kolagenosis, pruritus, akne, dan kutil.13 Madarasingha dkk.
di Srilanka melaporkan bahwa DLQI versi Srilanka memiliki nilai rata-rata DLQI
8.58. 39
Nilai rata-rata skor DLQI pada penelitian ini lebih tinggi dibanding penelitian-
penelitian di atas. Perbedaan perolehan hasil penelitian oleh karena perbedaan jumlah
SP, jenis diagnosis, dan tingkat keparahan penyakit. Jayapraksam melaporkan meski
tingkat keparahan penyakit tidak selalu dapat memprediksi kualitas hidup pasien,
ditemukan hubungan signifikan antara skor DLQI dengan tingkat keparahan.4
Jobanputra melaporkan keparahan penyakit secara klinis merupakan salah satu faktor
risiko independen gangguan kualitas hidup pasien.38 Mork dkk. melaporkan semakin
berat keparahan psoriasis, semakin buruk kualitas hidup pasien. 19
Nilai median usia SP pada penelitian ini adalah 30 tahun, lebih rendah dibanding nilai
median usia SP pada penelitian Finlay6 dan Zacharie13, yaitu 42 tahun.6, 13 Nilai rata-
rata usia SP pada penelitian ini adalah 33 tahun, juga lebih rendah dibanding penelitian
Madarasingha, yaitu 40 tahun.39 Jobanputra37 dan Tejada2 melaporkan bahwa faktor
risiko gangguan kualitas hidup pasien adalah usia yang lebih muda. Perbandingan jenis
kelamin SP di antara SP penelitian-penelitian ini cukup sebanding. Perbandingan skor
antar penelitian lebih mungkin dilakukan jika karakteristik SP tidak berbeda terutama
dalam hal usia, jenis kelamin, dan jenis penyakit.
Penelitian Hahn dkk. melaporkan skor DLQI rata-rata 6.5. Hahn dkk. melakukan
penelitian penggunaan DLQI di suatu klinik di Indianapolis.17 Penelitian kami
dilakukan di umah sakit tersier yang menjadi pusat rujukan nasional di Indonesia.
Menurut penulis, perbedaan lokasi penggunaan DLQI juga dapat mempengaruhi
perbedaan hasil skor DLQI yang diperoleh antar penelitian.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
56
Universitas Indonesia
Perbedaan budaya juga dapat mempengaruhi perbedaan hasil penelitian ini. Pasien
dengan budaya yang berbeda bisa jadi memberi penekanan yang berbeda di antara
berbagai aspek yang tercakup dalam kuisioner penilai kualitas hidup.6
Interpretasi skor DLQI adalah sebagai berikut, skor 0-1 artinya tidak ada pengaruh
pengaruh kelainan kulit pada kehidupan pasien, skor 2-5 artinya kelainan kulit
memberikan pengaruh kecil pada kehidupan pasien, skor 6-10 artinya kelainan kulit
memberikan pengaruh sedang pada kehidupan pasien, skor 11-20 artinya kelainan kulit
memberikan pengaruh besar pada kehidupan pasien, dan skor 21-30 artinya kelainan
kulit memberikan pengaruh sangat besar pada kehidupan pasien. Berdasarkan panduan
tersebut, pada penelitian ini dilaporkan bahwa pengaruh kelainan kulit pada kehidupan
pasien dikategorikan sangat besar pada 9% SP , besar pada 32% SP, sedang pada 27%
SP, kecil pada 25% SP, dan tidak ada pengaruh pada 7% SP. Pengaruh besar dan
sangat besar ditemukan pada 10 SP dermatitis atopik, 10 SP vitiligo, 9 SP psoriasis, 7
SP akne, dan 5 SP kusta.
Lama waktu pengisian kuisioner pada penelitian ini adalah 66 - 653 detik dengan nilai
rata-rata 178 detik. Namun karena distribusi nilai yang tidak normal, hasil ini lebih
tepat dilaporkan dengan nilai median 153 detik. Waktu ini lebih lama dibanding hasil
penelitian sebelumnya, yang melaporkan waktu penyelesaian kuisioner antara 1-3
menit, dengan waktu rata-rata 124 detik.15 Waktu penyelesaian 1-5 menit pada
penelitian kami didapatkan pada 96% SP. Hasil ini agak mirip dengan waktu
penyelesaian DLQI pada uji validitas DLQI berbahasa Sinhala di Srilanka. DLQI
berbahasa Srilanka diselesaikan dalam waktu 3-5 menit oleh 90% SP.39 Perbedaan
bahasa dan tingkat pendidikan dapat mempengaruhi perbedaan waktu penyelesaian
pada penelitian-penelitian ini. Selain itu, pertanyaan pada DLQI sebagian besar bukan
merupakan pertanyaan yang biasa diajukan oleh dokter di Indonesia.
Pada penelitian ini 91 % SP mengisi seluruh pertanyaan dalam kuisioner DLQI. Hal
ini hanya sedikit lebih rendah dibanding penelitian di Denmark, di mana 95.3% pasien
mengisi 10 pertanyaan dengan tepat.13 Finlay melaporkan hingga 98 % pasien mengisi
kuisioner dengan lengkap. Hal ini mungkin karena yang digunakan adalah DLQI
orisinal berbahasa Inggris yang dibuat berdasarkan kondisi masyarakat Inggris dan
disediakan tempat khusus yang tenang untuk mengisi kuisioner.6 Pada penelitian kami
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
57
Universitas Indonesia
kuisioner diisi di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan tidak disediakan
tempat khusus.
4.5 KETERBATASAN PENELITIAN
1. Kelainan psikiatri pada pasien sebagai salah satu kriteria penolakan tidak
diidentifikasi menggunakan penilaian khusus
2. Tidak dilakukan penilaian validitas eksternal, yaitu membandingkan DLQI dengan
kuisioner penilai kualitas hidup lain yang valid.
3. Penelitian tidak didesain untuk membandingkan validitas dan reliabilitas untuk tiap
diagnosis
4. Pengisian kuisioner DLQI pada penelitian ini didampingi oleh peneliti, sehingga
belum dapat dikaji bagaimana hasil uji validitas dan reliabilitas bila pengisian
kuisioner tanpa didampingi
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
58
Universitas Indonesia
BAB 5
IKHTISAR, KESIMPULAN, DAN SARAN
5.1 IKHTISAR
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi
individu mengenai posisi mereka dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem
nilai dimana mereka tinggal dan dikaitkan dengan cita-cita, harapan, standar, dan
perhatian mereka.28 Kualitas hidup terkait kesehatan merupakan konsep yang lebih
terbatas yang melihat pengaruh kondisi kesehatan seseorang terhadap kualitas hidup
yang dirasakan oleh orang tersebut.1 Penilaian kualitas hidup terkait kesehatan
setidaknya meliputi aspek fisik, psikis, dan sosial.27, 29, 30 Dermatology Life Quality
Index (DLQI) merupakan kuisioner penilai kualitas hidup yang bersifat spesifik
untuk kelainan dermatologi, terdiri atas 10 pertanyaan mengenai gejala dan perasaan,
aktivitas sehari-hari, kegiatan di waktu luang, pekerjaan dan sekolah, hubungan
personal, dan terapi.6, 15
Lewis dan Finlay melaporkan bahwa DLQI merupakan kuisioner yang paling banyak
digunakan di bidang dermatologi dan dalam penelitian pada pasien dengan penyakit
kulit.15 Dermatology Life Quality Index telah digunakan pada 202 penelitian terhadap
33 penyakit kulit di 32 negara, dan terdapat dalam 55 bahasa.5 Meski saat ini DLQI
telah diterjemahkan ke banyak bahasa, hanya sedikit yang melaporkan secara detail
proses penerjemahan, uji validitas dan reliabilitas dalam versi bahasa kedua tersebut.
Banyak penelitian di berbagai negara dan berbagai penyakit kulit menunjukkan
kuisioner ini valid, dan reliabel.5 Zachariae dkk. tahun 2000 melaporkan bahwa DLQI
berbahasa Denmark valid dan Cronbach α 0,88 pada pasien dengan berbagai penyakit
kulit.13 Jobanputra dkk. tahun 2000 melaporkan DLQI valid dan reliabel pada
penelitian yang melibatkan pasien dengan berbagai etnik dan kelompok sosial berbeda
di Afrika Selatan.38 Öztürkcan dkk. tahun 2004 melakukan uji validitas DLQI
berbahasa Turki pada 79 pasien dengan berbagai penyakit kulit. Penelitian tersebut
membuktikan bahwa DLQI versi Turki valid, dengan Cronbach α 0,87.10
Madarasingha dkk. tahun 2011 di Srilanka melaporkan bahwa DLQI versi Srilanka
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
59
Universitas Indonesia
valid dan reliabel, dengan nilai rata-rata DLQI 8.58 dan konsistensi internal cukup
baik, dengan Cronbach α 0.561 hingga 0.741.39
Dermatology Life Quality Index berbahasa Indonesia yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya belum ada. Tujuan penelitian ini adalah ingin menerjemahkan DLQI ke
dalam bahasa Indonesia, serta menilai validitas dan reliabilitasnya pada pasien kulit di
Indonesia. Pada penelitian ini yang dinilai adalah validitas konstruksi, yaitu menilai
apakah semua pertanyaan dalam DLQI adalah pertanyaan yang valid untuk
mengukur kualitas hidup pasien dengan penyakit kulit di Indonesia.
Penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan studi potong lintang yang bertujuan
menilai validitas dan reliabilitas DLQI berbahasa indonesia sebagai suatu alat penilai
kualitas hidup pasien dengan berbagai penyakit kulit di Indonesia. Subjek penelitian
terdiri atas 100 pasien dengan berbagai diagnosis (akne, dermatitis atopik, kusta,
psoriasis, dan vitiligo) berusia 18-60 tahun yang memenuhi kriteria penerimaan dan
tidak memenuhi kriteria penolakan. Subjek dikumpulkan secara konsekutif pada
bulan September-November 2013 di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSCM Jakarta. Pada seluruh subjek dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pengisian kuisioner DLQI.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik subjek penelitian
a. Karakteristik demografik
Jumlah SP laki-laki 46 orang (46%) dan perempuan 54 orang (54%). Rerata usia
SP adalah 33,12 ± 1,154 tahun. Usia SP paling muda adalah 18 tahun dan paling
tua 59 tahun, dengan nilai median 30 tahun. SP yang belum menikah ditemukan
pada 46 orang (46%), menikah 51 orang (51%), cerai 3 orang (3%). Pendidikan
SP paling banyak pendidikan menengah (48%).
b. Karakteristik derajat penyakit
Pada diagnosis psoriasis derajat paling banyak adalah derajat ringan, yaitu pada 11
SP. Dermatitis atopik derajat ringan ditemukan pada 15 SP dan dermatitis atopik
derajat sedang pada 5 SP. Akne vulgaris sedang merupakan kategori akne
terbanyak, ditemukan pada 11 SP. MH BL dilaporkan pada 9 SP dan MH LL pada
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
60
Universitas Indonesia
7 SP. Vitiligo vulgaris merupakan mayoritas tipe vitiligo pada penelitian ini,
ditemukan pada 18 SP.
2. Pada uji validitas konstruksi DLQI berbahasa Indonesia diperoleh koefesien korelasi
tiap pertanyaan DLQI berbahasa Indonesia dengan skor total yaitu 0,310 – 0,699.
Berdasarkan nilai korelasi minimal yang dianggap valid sebesar 0.3, maka hasil uji
validitas DLQI berbahasa Indonesia pada penelitian ini dinilai cukup baik.
3. Pada uji reliabilitas DLQI berbahasa Indonesia diperoleh Cronbach α 0.858.
Berdasarkan pedoman nilai Cronbach α lebih besar sama dengan 0.80 dianggap baik31,
maka hasil uji reliabilitas DLQI berbahasa Indonesia pada penelitian ini dinilai baik.
4. Hasil tambahan:
a. Meski validitas dan reliabilitas DLQI untuk tiap diagnosis secara tepat belum
dapat disimpulkan berdasarkan penelitian ini, berdasarkan koefesien korelasi yang
sangat rendah pertanyaan nomor satu mengenai gejala pada diagnosis vitiligo,
yaitu 0,02, pertanyaan ini dinilai kurang tepat ditanyakan pada pasien vitiligo.
Pertanyaan lain yang memiliki nilai koefesien korelasi < 0,3 yaitu pertanyaan
nomor 9 mengenai masalah seksual pada diagnosis dermatitis atopik, dengan
koefesien korelasi 0,299, dan pertanyaan nomor 6 mengenai olahraga pada
diagnosis akne, dengan koefesien korelasi 0,259.
b. Didapatkan skor DLQI pada pasien kulit di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSCM antara 0 - 26, dengan nilai rata-rata 9,75 ± 6,319.
c. Pengaruh kelainan kulit pada kehidupan pasien yang dikategorikan sangat besar
ditemukan pada 9% SP , besar pada 32% SP, sedang pada 27% SP, kecil pada
25% SP, dan tidak ada pengaruh pada 7% SP.
d. Ternyata penyakit kulit mempengaruhi kualitas hidup dalam kategori besar dan
sangat besar pada 41% SP.
5.2 KESIMPULAN
1. Kuisioner DLQI berbahasa Indonesia pada penelitian ini disetujui sebagai kuisioner
versi Indonesia oleh pihak pembuat DLQI
2 Hasil uji validitas DLQI berbahasa Indonesia untuk menilai kualitas hidup pasien
dengan berbagai penyakit kulit dinilai cukup baik, dengan koefesien korelasi tiap
pertanyaan DLQI berbahasa Indonesia dengan skor total yaitu 0,310 – 0,699.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
61
Universitas Indonesia
3 Hasil uji reliabilitas DLQI berbahasa Indonesia untuk menilai kualitas hidup pasien
dengan berbagai penyakit kulit dinilai baik, dengan Cronbach α 0.858 .
5.3 SARAN
1. DLQI dapat digunakan sebagai alat ukur untuk menilai kualitas hidup pasien kulit di
Indonesia.
2. Pada beberapa pertanyaan dengan koefesien korelasi yang rendah untuk diagnosis
tertentu, diperlukan penjelasan atau catatan khusus, sehingga pengisian kuisioner
DLQI disarankan didampingi oleh dokter yang dapat memberikan penjelasan bila
diperlukan.
3. Pengisian kuisioner DLQI tanpa pendamping masih memerlukan penelitian lebih
lanjut.
4. Dalam menilai kualitas hidup penyakit kulit tertentu, disarankan penggunaan DLQI
bersama kuisioner penilai kualitas hidup yang spesifik untuk diagnosis penyakit kulit
tersebut.
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji validitas dan reliabilitas kuisioner
penilai kualitas hidup yang spesifik untuk penyakit kulit tertentu.
6. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan DLQI berbahasa
Indonesia dengan kuisioner penilai kualitas hidup lain, sehingga dapat dinilai validitas
eksternal DLQI.
7. Berdasarkan temuan terdapat pengaruh besar-sangat besar kelainan kulit terhadap
kehidupan pasien (41%), perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai kualitas
hidup pasien kulit di Indonesia secara umum dan pada diagnosis penyakit kulit
spesifik, serta korelasinya dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
hidup.
8. Penggunaan DLQI berbahasa Indonesia sebagai alat ukur untuk evaluasi atau menilai
hasil terapi pada pasien kulit di Indonesia perlu diteliti.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
62
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
1. Chen S. Health-related quality of life in dermatology: introduction and overview.
Dermatol Clin 2012;30:205-8.
2. Tejada C, Mendoza-Sassi R, Junior HA, Figueiredo P, Tejada V. Impact on the
quality of life of dermatological patients in southern Brazil. An Bras Dermatol.
2011;86(6):1113-21.
3. DeLong L, Chen S. Future directions in dermatology quality of life measures.
Dermatol Clin 2012;30:343–7.
4. Jayaprakasam A, Darvay A, Osborne G, McGibbon D. Comparison of assessments of
severity and quality of life in cutaneous disease. Clin Exp Dermatol. 2002;27:306–8.
5. Basra M, Fenech R, Gatt R, Salek M, Finlay A. The Dermatology Life Quality Index
1994–2007: a comprehensive review of validation data and clinical results. Br J
Dermatol. 2008;159:997-1035.
6. Finlay A, Khan G. Dermatology Life Quality Index (DLQI)—a simple practical
measure for routine clinical use. Clin Exp Dermatol. 1994;19:210-6.
7. Picardi A, Abeni D, Mazzotti E, Fassone G, Lega I, Ramieri L, et al. Screening for
psychiatric disorders in patient with skin disease: A performance study of 12-item
General health Questionnaire. Journal of Psychosomatic Reasearch. 2004;57:219-23.
8. Bashir K, Dar N, Rao S. Depression in adult dermatology outpatients. Journal of The
College of Physicians and Surgeon Pakistan. 2010;20(12):811-3.
9. Cohen A, Shlomai A, Vardy D, Weiner Z, Shvartzman P. Depression in
dermatological patient identified by the Mini International Neuropsychiatric Interview
questionnaire. J Am Acad Dermatol. 2005;54(1):94-9.
10. Öztürkcan S, Ermertcan A, Eser E, Sahin M. Cross validation of the Turkish version
of dermatology life quality index. Int J Dermatol. 2006;45:1300 –7.
11. Rapp S, Feldman S, Exum M. Psoriasis causes as much disability as other major
medical diseases J Am Acad Dermatol 1999;41:401–7.
12. Cranenburgh O, Prinsen C, Sprangers M, Spuls P, Korte Jd. Health-related quality-of-
life assessment in dermatologic practice: Relevance and application. Dermatol Clin
2012;30:323-32.
13. Zachariae R, Zachariae C, Ibsen H, Mortensen J, Wulf H. Dermatology Life Quality
Index: Data from Danish inpatients and outpatients. Acta Derm Venereol
2000;80:272-6.
14. Finlay A. Quality of life assessments in dermatology. Seminars in Cutaneous
Medicine and Surgery. 1998;17(4):291-6.
15. Lewis V, Finlay A. 10 years experience of the Dermatology Life Quality Index
(DLQI). J Investig Dermatol Symp Proc 2004;9:169 –80.
16. Chen S. Dermatology quality of life instruments: Sorting out the quagmire. J Invest
Dermatol. 2007;127:2695–6.
17. Hahn H, Melfi C, Chuang T, Lewis C, Gonin R, Hanna M, et al. Use of the
Dermatology Life Quality Index (DLQI) in a midwestern US urban clinic. J Am Acad
Dermatol 2001;45:44-8.
18. Data Morbiditas Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSCM tahun 2008-2011.
19. Mork C, Wahl A, Moum T. The Norwegian version of the Dermatology Life Quality
Index: a study of validity and reliability in psoriatics. Acta Derm Venereol
2002;82:347–51.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
63
Universitas Indonesia
20. Ghajarzadeh M, Ghiasi M, Kheirkhah S. Associations between skin diseases and
quality of life: A comparison of psoriasis, vitiligo, and alopecia areata. Acta Medica
Iranica 2012;50(7):511-5.
21. Finlay A. Measures of the effect of adult severe atopic eczema on quality of life. J Eur
Acad Dermatol Venereol. 1996;7:149-54.
22. Takahashi N, Suzukamo Y, Nakamura M, Miyachi Y, Green J, Ohya Y, et al.
Japanese version of the Dermatology Life Quality Index: validity and reliability in
patients with acne. Health and Quality of Life Outcomes 2006;4(46).
23. Proto R, Rehder J, Angelucci R, Filho C, Paixao M. Quality of life in leprosy: a
comparative analysis between patients in the Amazon region and patients in Santo
Andre in the ABC region of Sao Paulo, Brazil. An Bras Dermatol. 2010;85(6):939-41.
24. An J, Ma J, Xiao S, Xiao S, Yang F. Quality of life in patients with lepromatous
leprosy in China. JEADV. 2010;24:827-32.
25. Dolatshahi M GP, Feizy V, Hemami MR. Life quality assessment among patients
with vitiligo: comparison of married and single patients in Iran. Indian J Dermatol
Venereol Leprol. 2008;74(6):700.
26. Aghaei S, Sodaifi M, Jafari P, Mazharinia N, Finlay A. DLQI scores in vitiligo:
reliability and validity of the Persian version. BMC Dermatology 2004. 2004;4(8).
27. Fayers P, Machin D. Introduction. Quality of Life: the assessment, analysis and
interpretation of patient-reported outcomes. 2nd ed. England: Wiley; 2007:1-30.
28. WHOQoL measuring quality of life from division of mental health and prevention of
substance abuse. World Health Organization. 1997;Geneva (Switzerland).
29. Both H, Essink-Bot M, Busschbach J, Nijsten T. Critical review of generic and
dermatology-specific health-related quality of life instruments. J Invest Dermatol.
2007;127:2726-40.
30. Rogers A, DeLong L, Chen S. Clinical meaning in skin-specific quality of life
instruments: a comparison of the Dermatology Life Quality Index and Skindex
banding systems. Dermatol Clin 2012;30:333-42.
31. Fayers P, Machin D. Scores and Measurement: validity, reability, sensitivity. Quality
of Life: the assessment, analysis and interpretation of patient-reported outcomes 2nd
ed. England: Wiley; 2007:77-108.
32. Tiedra Ad, Mercadal J, Badía X, Mascaró J, Lozano R. A Method to select an
instrument for measurement of HR-QOL for cross-cultural adaptation applied to
dermatology. Pharmacoeconomics 1998;14(4):405-22.
33. Morgan M, McCreedy R, Simpson J, Hay R. Dermatology quality of life scales - a
measure of the impact of skin diseases. Methods Developing the dermatology quahty
of life scales. Br J Dermatol. 1997;136:202-6.
34. Anderson R, Rajagopalan R, Winston-Salem. Development and validation of a quality
of life instrument for cutaneous diseases. J Am Acad Dermatol 1997;37:41-50.
35. Notoatmodjo S. Mengembangkan instrumen penelitian. Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010:152-70.
36. Ancok D. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. In: Effendi S, Tukiran, eds.
Metode penelitian survey. Jakarta: LP3ES; 2012:124-47.
37. Azwar S. Reliabilitas: konsistensi internal. Reliabilitas dan validitas. 3 ed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2011:63-98.
38. Jobanputra R, Bachmann M. The effect of skin diseases on quality of life in patients
from different social and ethnic groups in Cape Town, South Africa. Int J Dermatol.
2000;39:826-31.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
64
Universitas Indonesia
39. Madarasingha N, Silva Pd, Satgurunathan K. Validation study of Sinhala version of
the dermatology life quality index(DLQI). Ceylon Medical Journal. 2011;56(1):18-22.
40. Ferraz L, Almeida Fd, Vasconcellos M. The impact of lupus erythematosus cutaneous
on the quality of life: the Brazilian-Portuguese version of DLQI. Qual Life Res
2006;15:565–70.
41. Black J, Champion D. Metode dan masalah penelitian sosial. Bandung: Refika
Aditama; 2009.
42. Chuh A, HH HC. Effect on quality of life in patients with pityriasis rosea: is it
associated with rash severity? Int J Dermatol 2005;44:327-7.
43. Gudjosson J, Elder J. Psoriasis. In: Freedberg I, Eisen A, Wolff K, Austen K, eds.
Fitzpatrick's in general medicine New York: McGraw-Hill; 2008:169-93.
44. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. In: Djuanda A, M, Aisah S, eds. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. 5th ed. Jakarta: FKUI; 2009:189-203.
45. Langley R, Krueger G, Griffiths C. Psoriasis: epidemiology, clinical features, and
quality of life. Ann Rheum Dis 2005;64(suppl II):ii18-23.
46. Fadzil M, Ihtatho D, Affandi A, Hussein S. Area assessment of psoriasis lesions for
PASI scoring. J Med Eng Technol 2009;33(6):426–36.
47. Wu J, Weinstein G. General guidelines for administration of topical agents in the
treatment of mild-to-moderate psoriasis. In: Koo J, Lee C, Lebwohl M, eds. Mild-to-
moderate psoriasis. 2nd ed. New York: Informa; 2009:11-21.
48. Schmitt J, Wozel G. The psoriasis area and severity index is the adequate criterion to
define severity in chronic plaque-type psoriasis. Dermatol. 2005;210:194-9.
49. Finlay A. Current severe psoriasis and the rule of tens. Br J Dermatol.
2005;152(5):861-7.
50. Wasitaatmadja S. Akne, erupsi akneiformis, rosasea, rinofima. In: Djuanda A,
Hamzah M, S SA, eds. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 5th ed. Jakarta: FKUI;
2009:253-63.
51. Lehmann H, Robinson K, Andrews J, Houoway V, Goodman S. Acne therapy: a
methodological review. J Am Acad Dermatol 2002;47:231-40.
52. Sularsito S, Djuanda S. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. 5th ed. Jakarta: FKUI; 2009:129-53.
53. Lewis-John M, Charman C. Atopic dermatitis scoring of severity and quality of life
assessment. In: Przbylla B, Ruzicka T, eds. Hand book of atopic eczema. 2nd ed.
Berlin: Springer-Verlag; 2006:243-58.
54. Amirudin M, Hakim Z, Darwis E. Diagnosis Penyakit Kusta. In: Daili E, Menaldi S,
Ismiarto S, Nilasari H, eds. Kusta. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003:12-32.
55. CDC. Guidelines for the control of leprosy in the Northern Territory. In: famillies
Doha, ed. 3 ed. Casuarina: CDC; 2010.
56. Kosasih A, Wisnu I, Daili E, Menaldi S. Kusta. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
eds. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 5 ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007:73-88.
57. Wisnu I, Hadilukito G. Pencegahan cacat kusta. In: Daili E, Menaldi S, Ismiarto S,
Nilasari H, eds. Kusta. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 2003:83-93.
58. Martodiharjo S, Djokosusanto R. Reaksi kusta dan penanganannya. In: Daili E,
Menaldi S, Ismiarto S, Nilasari H, eds. Kusta. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003:75-
82.
59. Alikhan A, Felsten L, Daly M, Petronic-Rosic V. Vitiligo : a comprehensive
overview. J Am Acad Dermatol. 2011;65:473-91.
60. Singh S, Singh U, Pandey S. Increased level of serum homocysteine in vitiligo. J Clin
Lab Anal. 2011;25:110-2.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
65
Universitas Indonesia
61. Liao W, Nordlund J. Differential Diagnosis for Vitiligo. In: Lotti T, Hercogova J, eds.
Vitiligo problems and solutions. New York: Marcel Dekker; 2004:207-23.
62. Halder R, Taliaferro S. Vitiligo. 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2008.
63. Taieb A, Alomar A, Bohm M, Dell'Anna M, Pase A, Eleftheriadou V. Guidelines for
the management of vitiligo: the European Dermatology Forum consensus. Br J
Dermatol. 2012:1-15.
64. Hann S, Im S. Clinical variants of vitiligo. In: Lotti T, Hercogova J, eds. Vitiligo
problems and solutions. New York: Marcel dekker; 2004:159-72.
65. Mazzotti E, Barbanelli C, Picardi A, Abeni D, Pasquini P. Psychometric properties of
the Dermatology Life Quality Index (DLQI) in 900 Italian patients with psoriasis.
Acta Derm Venereol 2005;85:409-13.
66. He Z, Lu C, Basra M, Ou A, Yan Y, Li L. Psychometric properties of the Chinese
version of dermatology life quality index (DLQI) in 851 Chinese patients with
psoriasis. JEADV 2013;27:109-15.
67. Kent G, al-Abadie M. Factors affecting responses on Dermatology Life Quality Index
among vitiligo sufferers. Clin Exp Dermatol. 1996;21(5):330-3.
68. Bottene I, Reis Vd. Quality of life of patients with paucibacillary leprosy. An Bras
Dermatol. 2012;87(3):408-11.
69. Misery L. Atopic dermatitis : impact on the quality of life of patients and their
partners. Dermatol. 2007;215:123-9.
70. Fayers P, Machin D. Developing a questionnaire. Quality of Life: The assessment,
analysis and interpretation of patient-reported outcomes. 2nd ed. England: Wiley;
2007:51-76.
71. Lily E, Lu P, Borovicka J, Victorson D, Kwasny M, West D, et al. Development and
validation of a vitiligo-specific quality-of-life instrument (Vitiqol). J Am Acad
Dermatol. 2011;64(2(Suppl 1)):AB142.
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
66
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Informasi penelitian
INFORMASI UNTUK PASIEN YANG AKAN MENGIKUTI PENELITIAN UJI
VALIDITAS DAN RELIABILITAS DERMATOLOGY LIFE QUALITY INDEX
(DLQI) BERBAHASA INDONESIA Bpk/Ibu/Sdr/i. Yth,
Penyakit kulit dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup adalah
kebahagiaan dan kepuasan hidup yang Anda rasakan, dibandingkan dengan harapan atau
yang seharusnya bisa dicapai menurut Anda. Kualitas hidup dapat diketahui dengan suatu alat
pengukur berupa kuisioner yang berisikan beberapa pertanyaan. Kami menggunakan alat
pengukur yang disebut kuisioner “Dermatology Life Quality Index (DLQI)”. Saat ini Kami
sedang melakukan penelitian untuk mengetahui apakah kuisioner DLQI dapat digunakan
sebagai alat pengukur kualitas hidup pasien dengan penyakit kulit di Indonesia. Sebagai
penelitian awal, penelitian ini dilakukan pada pasien dengan dermatitis atopik, psoriasis, akne
vulgaris, vitiligo, dan kusta. Dermatitis atopik atau eksim merupakan peradangan kulit
menahun dan cenderung hilang timbul, disertai rasa gatal. Psoriasis merupakan kelainan yang
ditandai oleh bercak kemerahan disertai sisik kasar dan tebal. Akne vulgaris atau “jerawat”
merupakan peradangan pada kelenjar minyak di kulit. Vitiligo merupakan kelainan kulit
berupa bercak berwarna putih seperti kapur atau susu,licin, tidak bergejala. Penyakit kusta
adalah penyakit menahun yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium leprae (M.
leprae) yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, dapat ditandai
bercak kulit yang mati rasa. Setelah melalui pemeriksaan, Anda mengalami salah satu
penyakit yang telah disebutkan di atas.
Pada penelitian ini, setelah wawancara Anda akan diminta mengisi kuisioner DLQI, berupa
satu lembar kuisioner berisi sepuluh pertanyaan mengenai pengaruh penyakit kulit yang Anda
alami terhadap kehidupan Anda dalam satu minggu terakhir. Kemudian akan dilakukan
pemeriksaan fisis kulit untuk menentukan derajat keparahan penyakit kulit. Keikutsertaan
Anda dalam penelitian ini akan membantu memberikan informasi apakah kuisioner ini dapat
digunakan atau tidak untuk mengukur kualitas hidup pada pasien dengan penyakit kulit di
Indonesia.
Semua pemeriksaan ini tidak dikenakan biaya. Seluruh data dasar dan hasil penelitian ini
merupakan data rahasia yang tidak untuk disebarluaskan. Keikutsertaan dalam penelitian ini
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
67
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
bersifat sukarela. Bila tidak bersedia, Anda berhak menolak ikut serta dalam penelitian ini
dan tetap mendapatkan pelayanan dan pengobatan sebagaimana mestinya. Anda diberi
kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian
ini. Bila telah mengerti dan menyetujui prosedur pemeriksaan pada penelitian ini, Anda
diharap menandatangani formulir di bawah ini sebagai tanda persetujuan. Bila keberatan,
Anda dapat menarik diri setiap saat dari penelitian ini tanpa mendapat sanksi apapun dan
tetap mendapatkan pelayanan dan pengobatan sebagaimana mestinya.
Apabila Anda membutuhkan penjelasan, dapat menghubungi saya, dr. Rahmatina, PPDS
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin FKUI -RSCM, Jakarta, telepon (021) 3918301
ext. 6306 atau HP 08159243926
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
68
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Formulir persetujuan
Formulir Persetujuan
Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah
dijawab oleh dokter. Saya mengerti bahwa bila masih memerlukan penjelasan, saya akan
mendapat jawaban dari dr. Rahmatina
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut dalam penelitian ini.
Tandatangan pasien/subjek: ………………… Tanggal: ………………………
(nama jelas: ………………………………..)
Tandatangan pasien/subjek: …………………
(nama jelas: ………………………………..)
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
69
Universitas Indonesia
Lampiran 3. Kuisioner DLQI berbahasa Inggris
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
70
Universitas Indonesia
INDEKS KUALITAS HIDUP DERMATOLOGI No. Rumah Sakit: Tanggal: Nilai: Nama: Diagnosis: Alamat: Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk mengukur seberapa jauh masalah kulit anda telah mempengaruhi hidup
anda SELAMA SEMINGGU TERAKHIR. Silahkan berikan tanda centang pada salah satu kotak jawaban untuk setiap pertanyaan.
1. Selama seminggu terakhir, seberapa gatal, perih, sakit, atau pedih kulit anda?
Sangat banyak
Banyak Sedikit Tidak sama sekali
2. Selama seminggu terakhir, seberapa malu atau sadar dirikah anda karena kulit anda?
Sangat banyak
Banyak
Sedikit
Tidak sama sekali
3. Selama seminggu terakhir, seberapa banyak kulit anda mengganggu kegiatan anda berbelanja, mengurus rumah atau kebun?
Sangat banyak
Tidak relevan
Banyak
Sedikit
Tidak sama sekali
4. Selama seminggu terakhir, seberapa banyak kulit anda mempengaruhi pakaian yang anda kenakan?
Sangat banyak
Tidak relevan
Banyak Sedikit TIdak sama sekali
5. Selama seminggu terakhir, seberapa banyak kulit anda mempengaruhi kegiatan sosial atau rekreasi anda?
Sangat banyak
Tidak relevan
Banyak Sedikit Tidak sama sekali
6. Selama seminggu terakhir, seberapa banyak kulit anda menyulitkan anda untuk berolahraga?
Sangat banyak
Tidak relevan
Banyak Sedikit Tidak sama sekali
7. Selama seminggu terakhir, apakah kulit anda mencegah anda untuk bekerja atau belajar?
Jika jawabannya “Tidak”, selama seminggu terakhir, seberapa banyak kulit anda menjadi masalah dalam bekerja atau belajar?
Ya
Tidak relevan Tidak
Banyak
Sedikit
Tidak sama sekali
8. Selama seminggu terakhir, seberapa banyak kulit anda mengakibatkan masalah dengan pasangan anda atau dengan teman dekat atau keluarga?
Sangat banyak
Tidak relevan
Banyak
Sedikit
Tidak sama sekali
9. Selama seminggu terakhir, seberapa banyak kulit anda mengakibatkan gangguan seksual?
Sangat banyak
Tidak relevan
Banyak Sedikit Tidak sama sekali
10. Selama seminggu terakhir, seberapa mengganggukah pengobatan kulit anda, misal mengakibatkan rumah anda berantakan atau menghabiskan waktu?
Sangat banyak
Tidak relevan
Banyak
Sedikit
Tidak sama sekali
Harap memeriksa kembali apakah anda telah menjawab SETIAP pertanyaan. Terima kasih.
Lampiran 4. Kuisioner DLQI terjemahan oleh dua penerjemah
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
71
Universitas Indonesia
INDEKS KUALITAS HIDUP DERMATOLOGI No. Rumah Sakit: Tanggal: Nilai: Nama: Diagnosis: Alamat: Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk mengukur seberapa besar masalah kulit anda telah mempengaruhi
hidup anda SELAMA SEMINGGU TERAKHIR. Silahkan berikan tanda centang √ pada salah satu kotak
jawaban untuk setiap pertanyaan.
1. Selama seminggu terakhir, seberapa parah rasa gatal, perih, nyeri, atau tersengat pada kulit anda?
Sangat parah
Parah Sedikit Tidak sama sekali
2. Selama seminggu terakhir, seberapa malu atau tidak nyamankah anda karena kelainan kulit anda?
Sangat malu/ tidak nyaman
Malu/tidak nyaman
Sedikit
Tidak sama sekali
3. Selama seminggu terakhir, seberapa mengganggukah kelainan kulit anda terhadap kegiatan berbelanja, mengurus rumah atau pekarangan?
Sangat mengganggu
Tidak relevan
Mengganggu
Sedikit
Tidak sama sekali
4. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda mempengaruhi cara anda berpakaian?
Sangat besar
Tidak relevan
Besar Kecil TIdak sama sekali
5. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda mempengaruhi kegiatan sosial atau kegiatan di waktu santai Anda?
Sangat besar
Tidak relevan
Besar Kecil Tidak sama sekali
6. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda menyulitkan anda untuk berolahraga?
Sangat besar
Tidak relevan
Besar Kecil Tidak sama sekali
7. Selama seminggu terakhir, apakah kelainan kulit anda mengakibatkan anda tidak dapat bekerja atau belajar?
Jika jawabannya “Tidak”, selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda menjadi masalah ketika anda bekerja atau belajar?
Ya
Tidak relevan Tidak
Besar
Kecil
Tidak sama sekali
8. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda menyebabkan masalah dengan pasangan, teman dekat atau keluarga anda?
Sangat besar
Tidak relevan
Besar
Kecil
Tidak sama sekali
9. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda menyebabkan masalah seksual?
Sangat besar
Tidak relevan
Besar Kecil Tidak sama sekali
10. Selama seminggu terakhir, seberapa mengganggukah pengobatan kulit anda, misalnya mengotori rumah atau menghabiskan waktu anda?
Sangat mengganggu
Tidak relevan
Mengganggu
Sedikit
Tidak sama sekali
Harap memeriksa kembali apakah anda telah menjawab SETIAP pertanyaan. Terima kasih.
Lampiran 5. Kuisioner DLQI hasil diskusi
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
72
Universitas Indonesia
INDEKS KUALITAS HIDUP DERMATOLOGI No. Rumah Sakit: Tanggal: Nilai: Nama: Diagnosis: Alamat: Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk mengukur seberapa besar masalah kulit anda telah mempengaruhi
hidup anda SELAMA SEMINGGU TERAKHIR. Silahkan berikan tanda centang √ pada salah satu kotak jawaban untuk setiap pertanyaan.
1. Selama seminggu terakhir, seberapa parah rasa gatal, perih, nyeri, atau tersengat pada kulit anda?
Sangat besar
Besar Kecil Tidak sama sekali
2. Selama seminggu terakhir, seberapa malu atau tidak nyamankah anda karena kelainan kulit anda?
Sangat besar
Besar
Kecil
Tidak sama sekali
3. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda mengganggu kegiatan berbelanja, mengurus rumah atau pekarangan?
Sangat besar
Tidak relevan
Besar
Kecil
Tidak sama sekali
4. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda mempengaruhi cara anda berpakaian?
Sangat besar
Tidak relevan
Besar Kecil TIdak sama sekali
5. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda mempengaruhi kegiatan sosial atau kegiatan di waktu santai Anda?
Sangat besar
Tidak relevan
Besar Kecil Tidak sama sekali
6. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda menyulitkan anda untuk berolahraga?
Sangat besar
Tidak relevan
Besar Kecil Tidak sama sekali
7. Selama seminggu terakhir, apakah kelainan kulit anda mengakibatkananda tidak dapat bekerja atau belajar?
Jika jawabannya “Tidak”, selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda menjadi masalah ketika anda bekerja atau belajar?
Ya
Tidak relevan Tidak
Besar
Kecil
Tidak sama sekali
8. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda menyebabkan masalah dengan pasangan, teman dekat atau keluarga anda?
Sangat besar
Tidak relevan
Besar
Kecil
Tidak sama sekali
9. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda menyebabkan masalah seksual?
Sangat besar
Tidak relevan
Besar Kecil Tidak sama sekali
10. Selama seminggu terakhir, seberapa mengganggukah pengobatan kulit anda, misalnya mengotori rumah atau menghabiskan waktu anda?
Sangat besar
Tidak relevan
Besar
Kecil
Tidak sama sekali Harap memeriksa kembali apakah anda telah menjawab SETIAP pertanyaan. Terima kasih.
© A Y Finlay, G K Khan April 1992 www.dermatology.org.uk. This must not be copied without the permission of the authors
Lampiran 6. Kuisioner DLQI untuk cognitive debriefing
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
73
Universitas Indonesia
INDEKS KUALITAS HIDUP DERMATOLOGI
No. Rumah Sakit: Tanggal: Nilai: Nama: Diagnosis: Alamat:
Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk mengukur seberapa besar masalah kulit anda telah mempengaruhi
hidup anda SELAMA SEMINGGU TERAKHIR. Silahkan berikan tanda centang √ pada salah satu kotak
jawaban untuk setiap pertanyaan.
1. Selama seminggu terakhir, seberapa parah rasa gatal, perih, nyeri, atau tersengat pada kulit anda?
Sangat besar
Besar Kecil Tidak sama sekali
2. Selama seminggu terakhir, seberapa malu atau tidak nyamankah anda karena kelainan kulit anda?
Sangat besar
Besar
Kecil
Tidak sama sekali
3. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda mengganggu kegiatan berbelanja, mengurus rumah atau pekarangan?
Sangat besar pertanyaan tidak sesuai
untuk saya Besar
Kecil
Tidak sama sekali
4. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda mempengaruhi cara anda berpakaian?
Sangat besar pertanyaan tidak sesuai
untuk saya Besar Kecil TIdak sama sekali
5. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda mempengaruhi kegiatan sosial atau kegiatan di waktu santai Anda?
Sangat besar Pertanyaan tidak sesuai
untuk saya Besar Kecil Tidak sama sekali
6. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda menyulitkan anda untuk berolahraga?
Sangat besar pertanyaan tidak sesuai
untuk saya Besar Kecil Tidak sama sekali
7. Selama seminggu terakhir, apakah kelainan kulit anda mengakibatkan anda tidak dapat bekerja atau belajar?
Jika jawabannya “Tidak”, selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda menjadi masalah ketika anda bekerja atau belajar?
Ya pertanyaan tidak sesuai
untuk saya
Tidak
Besar Kecil
Tidak sama sekali
8. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda menyebabkan masalah dengan pasangan, teman dekat atau keluarga anda?
Sangat besar pertanyaan tidak sesuai
untuk saya Besar
Kecil
Tidak sama sekali
9. Selama seminggu terakhir, seberapa besar kelainan kulit anda menyebabkan masalah seksual?
Sangat besar pertanyaan tidak sesuai
untuk saya Besar Kecil Tidak sama sekali
10. Selama seminggu terakhir, seberapa mengganggukah pengobatan kulit anda, misalnya mengotori rumah atau menghabiskan waktu anda?
Sangat besar pertanyaan tidak sesuai
untuk saya Besar
Kecil
Tidak sama sekali
Harap memeriksa kembali apakah anda telah menjawab SETIAP pertanyaan. Terima kasih.
© A Y Finlay, G K Khan April 1992 www.dermatology.org.uk. This must not be copied without the permission of the authors
Lampiran 7. Kuisioner DLQI berbahasa Indonesia final
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
74
Universitas Indonesia
Lampiran 8. Status Penelitian
STATUS PENELITIAN
Tanggal pemeriksaan : ….……………………………………………………...
Nomor urut penelitian : …………………………………………………….......
Nomor rekam medik : …………………………………………………………
I. Identitas
Nama : ……………………………………………………………........
Jenis Kelamin : □ laki-laki □ perempuan
Tanggal lahir : ………………………………………………………………….
Usia : ........ tahun
Status perkawinan : □ belum menikah □ menikah □ cerai
Pendidikan : 1. Tidak tamat Sekolah Dasar
2. Tamat Sekolah Dasar
3. Tamat Sekolah Menengah Pertama
4. Tamat Sekolah Menengah Umum
5. Akademi / Diploma
6. Strata 1
7. Strata 2
8. Strata 3
Pekerjaan : ………………………………………………………………….
Alamat : ………………………………………………………………….
................................................................................................................................
Telepon : ………………………………………………………………….
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
75
Universitas Indonesia
II. Anamnesis
Lama sakit :......... tahun
Pasien : □ baru □ kontrol
III. Pemeriksaan klinis
3.1 Psoriasis
1. Lokasi lesi :
Hanya daerah tidak terpajan (badan, lengan, tungkai)
Daerah terpajan (Wajah, leher, tangan) dengan atau tanpa daerah tidak terpajan
2. Psoriasis Area and Severity Index (PASI) : ......
3. Derajat keparahan psoriasis :
Ringan : skor < 5
Sedang : skor 5-10
Berat : skor > 10
3.2 Akne
1. Lokasi lesi :
Hanya daerah tidak terpajan (badan, lengan, tungkai)
Daerah terpajan (Wajah, leher, tangan) dengan atau tanpa daerah tidak terpajan
2. Jenis dan jumlah lesi
(1) Komedo (komedo tertutup dan komedo terbuka) :
< 20 20-100 >100
(2) Lesi inflamasi (papul, pustul, nodus) :
< 15 15-50 >50
(3) kista > 5 :
Ya tidak
(4) Total lesi:
< 30 30-125 > 125
(Lanjutan)
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
76
Universitas Indonesia
3. Derajat keparahan Akne
Ringan : <20 komedo, atau <15 lesi inflamasi, atau total lesi <30
Sedang : 20-100 komedo, atau 15-50 lesi inflamasi, atau total lesi 30-125
Berat : >5 kista, atau >100 komedo, atau >50 lesi inflamasi,
atau total lesi >125
3.3 Dermatitis atopik
1. Lokasi lesi :
Hanya daerah tidak terpajan (badan, lengan, tungkai)
Daerah terpajan (Wajah, leher, tangan) dengan atau tanpa daerah tidak terpajan
2. SCORAD : ........
3. Keparahan DA :
Ringan : Skor 0-34 (1)
Sedang : Skor 35-69 (2)
Berat : Skor 70-103 (3)
3.4 Kusta
1. Lokasi lesi :
Hanya daerah tidak terpajan (badan, lengan, tungkai)
Daerah terpajan (Wajah, leher, tangan) dengan atau tanpa daerah tidak terpajan
2. Tipe MH : □ LL □ BL □ BB □ BT □ TT
3. Reaksi : □ Reaksi Reversal (RR) □ Eritema Nodusum Leprosum (ENL)
□ tidak ada
(Lanjutan)
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
77
Universitas Indonesia
4. Cacat pada tangan dan kaki
Tingkat 0 : tidak ada anestesi dan kelainan anatomis
Tingkat 1 : ada anestesi, tanpa kelainan anatomis
Tingkat 2 : terdapat kelainan anatomis
5. Cacat pada mata
Tingkat 0 : tidak ada kelainan pada mata (termasuk visus)
Tingkat 1 : ada kelainan pada mata, tetapi tidak terlihat, visus sedikit berkurang
Tingkat 2 : ada lagoftalmos dan visus sangat terganggu
3.5 Vitiligo
1. Lokasi lesi :
Hanya daerah tidak terpajan (badan, lengan, tungkai)
Daerah terpajan (Wajah, leher, tangan) dengan atau tanpa daerah tidak terpajan
2. Luas lesi :
lokalisata (Fokal/segmental)
generalisata (akrofasial, vulgaris)
universalis
(Lanjutan)
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
78
Universitas Indonesia
Interpretasi skor DLQI:
□ 0-1 = tidak ada pengaruh pada kehidupan pasien
□ 2-5 = pengaruh kecil pada kehidupan pasien
□ 6-10 = pengaruh sedang pada kehidupan pasien
□ 11-20 = pengaruh besar pada kehidupan pasien
□ 21-30 = pengaruh sangat besar pada kehidupan pasien
Waktu penyelesaian kuisioner : ................ detik
Komentar SP mengenai kuisioner :
Pertanyaan Pilihan jawaban
Sudah jelas? Ya/tidak Ya/tidak
Adakah yang memerlukan perubahan? Ya/tidak Ya/tidak
Jika ada, bagian yang mana? 1.
1.
2.
2.
3.
3.
(Lanjutan)
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
79
Universitas Indonesia
Lampiran 9. Lembar PASI
PASI
Skor lesi
Eritema (E)
Indurasi (I)
Skuamasi (S)
Tidak ada ringan sedang berat Sangat berat
SKOR 0 1 2 3 4
Skor area
Area 0 1-9% 10-29% 30-49% 50-69% 70-89% 90-100%
SKOR 0 1 2 3 4 5 6
Skor lesi Head (h) Upper
limbs (u) Trunk (t)
Lower
limbs (l)
Eritema (E)
Indurasi (I)
Skuamasi (S)
Jumlah = E+I+S
Persentase area yang terlibat
Skor area
Subtotal = (Jumlah x skor
area)
Koefisien 0,1 0,2 0,3 0,4
Total = Subtotal x koefisien h = u = t = l =
Skor PASI = h + u + t + l
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
80
Universitas Indonesia
Lampiran 10. Lembar SCORAD
Indeks SCORAD
A : Luas Lesi ...............................%
B : Intensitas ...............................
(B dinilai pada lesi yang paling representatif)
Kriteria Intensitas
Eritema
Edema/papul
Oozing/krustasi
Ekskoriasi
Likenifikasi
Xerosis kulit (pada daerah di luar lesi)
Keterangan Intensitas Lesi
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
C: Gejala Subyektif (gatal + gangguan tidur) ...................................
Visual Analog Scale (rerata selama 3 hari/malam berturut-turut)
Gatal 0 10
Gangguan tidur 0 10
Skor SCORAD (A/5 + 7B/2 + C)
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
81
Universitas Indonesia
Lampiran 11. Keterangan lolos kaji etik
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
82
Universitas Indonesia
Re: DLQI indonesian translation
Faraz Ali
Oct 2 (6 days ago)
to me, Andrew
Dear Rahmatina,
The reason question 9 is there is that many people with skin disease experience sexual
problems, of quite a wide ranging nature. The question is meant to encompass both
difficulties with sexual intercourse and also with other sexual activities which may not
involve full sexual intercourse. In the English language this wider meaning is fairly clear.
Because of cultural differences and difficulties with use of language it is not possible to
create a culturally exact translation every time. If you are unable to offer a solution, I
don't think we will be able to either!
In some other translations we have accepted the descriptor "intimate personal
relationships". I suppose we could also accept "intimate physical relationships", but it is
better to be explicit rather than use euphemisms.
If the current phrasing is understood and acceptable then it is perhaps best to stick with
it!
Best Wishes,
Faraz
Dr Faraz Mahmood Ali MBBCh MRCP
Clinical Research Fellow in Dermatology
Department of Dermatology
School of Medicine, Cardiff University
3rd Floor Glamorgan House
Heath Park
Cardiff, Wales, UK
CF14 4XN
t: +44 (0)29 2074 5874
Lampiran 12. Penjelasan pihak pembuat DLQI mengenai pertanyaan nomor 9
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
83
Universitas Indonesia
Lampiran 12. Tabel induk penelitian
TABEL INDUK PENELITIAN
No A B C D E F Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
G H I J K L M N O P R S T U V
1 1 24 2 2 2 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1 150 0.08 2 2 BT 1 0
2 2 30 1 2 2 5 1 3 3 3 3 1 2 3 0 3 22 4 243 5 2 2 2
3 2 37 2 2 1 4 1 1 0 3 1 2 1 1 2 0 12 3 142 8 2 1 2.4 1
4 2 19 2 1 1 4 0 2 1 1 1 1 1 1 0 1 9 2 249 1 1 2 3 1
5 2 48 2 3 2 5 0 3 3 1 3 0 0 1 0 2 13 3 110 1 1 2 2
6 1 35 2 2 2 5 1 1 0 2 0 0 0 0 0 1 5 1 106 6 2 2 2
7 1 43 2 3 2 3 2 3 2 0 2 1 1 1 0 0 12 3 148 0.33 2 2 BL 0 0
8 2 19 1 2 2 1 1 2 1 2 3 1 2 1 0 1 14 3 210 5 2 2 2
9 2 35 2 3 2 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 3 1 106 0.17 2 2 1
10 1 21 1 2 2 5 2 1 1 1 2 0 1 0 0 1 9 2 140 0.33 2 2 2
11 1 52 2 3 2 5 0 3 0 2 2 1 2 2 2 1 15 3 254 5 2 2 2
12 1 24 1 3 2 4 0 1 2 2 1 1 1 1 0 3 12 3 126 5 2 1 10 2
13 2 26 1 2 2 5 0 2 0 1 0 2 0 0 0 0 5 1 102 1 2 2 2
14 2 18 2 1 1 4 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 21 4 220 5 2 2 6.2 2
15 2 27 1 3 1 4 1 0 0 2 1 0 0 0 0 1 5 1 227 10 2 2 14.2 3
16 2 49 2 3 1 4 1 2 1 2 2 1 0 1 1 3 14 3 185 10 2 1 6.2 2
17 1 21 1 3 1 1 2 1 1 1 1 0 0 0 0 2 8 2 99 0.25 1 2 2
18 1 32 2 2 2 3 0 2 1 0 2 2 1 1 1 0 10 2 223 0.5 2 2 BT 0 0
19 2 51 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 0 3 26 4 172 0.08 2 1 9.2 1
20 1 44 2 2 2 3 1 0 0 1 1 1 2 0 1 1 8 2 270 2.5 2 2 BL 0 0
21 1 20 1 2 2 3 1 1 0 2 0 0 0 2 0 0 6 2 158 1 2 2 BT 0 0
22 2 26 1 3 2 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 3 1 236 10 2 2 1
23 1 35 3 1 2 3 2 1 2 1 1 0 0 1 1 0 9 2 211 4 1 2 LL 0 0
24 2 22 1 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 16 3 138 1 1 2 33 1
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
84
Universitas Indonesia
(Lanjutan tabel induk penelitian)
25 2 24 1 3 2 1 1 2 1 3 3 0 2 3 1 1 17 3 103 3 2 2 2
26 2 19 1 2 2 1 2 2 2 1 0 0 1 2 0 1 11 3 166 6 2 2 2
27 1 24 1 2 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 165 9 2 2 2
28 1 32 2 1 2 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 2 292 0.6 2 2 BL 1 1
29 1 31 2 2 1 3 1 0 0 0 1 1 3 0 0 0 6 2 293 1 2 1 histoid 2 0
30 2 42 2 2 1 3 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 150 1 2 2 BT 0 0
31 2 24 1 3 2 1 2 3 3 2 2 1 2 3 0 2 20 3 153 2 1 2 3
32 2 23 1 3 2 1 2 2 2 0 2 0 1 2 0 1 12 3 104 0.5 2 2 2
33 1 22 1 2 2 1 3 2 1 0 1 0 0 1 0 0 8 2 82 0.04 1 2 1
34 1 24 2 2 2 3 1 1 2 1 0 1 1 1 1 0 9 2 166 5 2 2 BL 2 0
35 1 39 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 0 1 0 2 19 3 125 5 2 2 45 2
36 1 29 1 2 2 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 112 4 2 2 2.7 1
37 1 39 2 2 2 5 2 2 1 2 2 1 1 1 0 2 14 3 135 6 2 2 2
38 2 27 1 3 2 2 3 3 1 1 2 1 2 1 0 1 15 3 107 2 1 1 33 1
39 1 38 2 1 2 2 2 3 3 1 2 1 2 2 2 2 20 3 330 1.5 1 1 38 2
40 2 28 2 3 2 2 2 0 0 0 1 0 2 0 0 0 5 1 104 16 1 1 21 1
41 2 20 1 2 1 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 1 88 0.17 2 2 28 1
42 1 53 1 2 1 2 2 1 0 1 3 0 3 0 0 0 10 2 184 0.08 1 2 38 2
43 2 43 2 1 1 3 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 3 1 286 1.5 2 2 BT 0 0
44 2 23 2 1 1 4 3 2 1 3 1 1 0 3 3 0 17 3 177 2 2 2 8.5 2
45 2 51 1 2 2 4 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 4 1 148 12 2 2 1.6 1
46 2 25 1 2 2 5 1 1 0 1 1 1 1 2 0 2 10 2 120 15 2 2 2
47 2 23 1 3 1 5 0 2 1 2 1 1 1 1 1 2 12 3 126 5 2 2 2
48 2 19 1 2 1 1 1 1 0 1 2 1 3 2 0 0 11 3 134 1 2 2 2
49 1 22 1 2 2 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 5 1 219 5 2 2 2
50 1 31 2 3 2 5 1 2 2 1 2 1 1 1 0 1 12 3 173 4 2 2 2
51 1 30 1 1 2 3 1 3 3 2 2 2 1 3 2 2 21 4 296 1.5 2 2 BL 1 0
52 1 25 1 1 2 3 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 13 3 190 1 2 2 neural 0 2
53 1 56 2 2 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 167 6 2 2 3.9 1
54 2 44 2 2 1 5 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 5 1 300 13 2 2 2
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
85
Universitas Indonesia
(Lanjutan tabel induk penelitian)
55 1 22 1 2 2 2 3 1 3 3 3 3 3 0 0 0 19 3 237 0.08 1 2 32 1
56 2 47 2 2 1 5 1 2 2 0 1 2 0 0 0 0 8 2 360 2 2 2 1
57 2 19 1 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 1 0 0 10 2 108 3 1 1 26 1
58 2 26 1 2 2 3 2 2 2 1 2 1 1 0 0 0 11 3 222 2 2 2 BL 2 0
59 1 39 1 2 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 188 3 2 2 BL 0 0
60 1 50 2 2 1 5 1 1 0 1 2 0 1 0 0 0 6 2 153 1 2 1 1
61 1 30 2 3 2 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 5 1 142 2 1 2 3
62 1 33 2 3 2 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 137 0.67 2 2 BL 0 0
63 1 57 2 2 1 4 2 3 3 1 2 2 3 1 3 3 23 4 118 6 2 2 7 2
64 2 27 2 2 2 5 0 3 0 1 1 3 2 3 3 1 17 3 140 2.5 2 2 2
65 2 20 1 2 2 1 1 2 2 0 1 0 0 0 0 0 6 2 120 3 2 2 2
66 2 28 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 13 4 100 18 2 1 25 1
67 1 41 2 3 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 245 0.58 2 2 BL 1 0
68 1 36 2 1 2 3 2 2 2 1 2 1 1 1 0 0 12 3 240 1 2 1 BT 1 0
69 1 21 1 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 0 0 1 10 2 127 2 1 2 2
70 1 28 2 2 2 3 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 1 197 1 2 2 LL 2 2
71 2 34 1 2 2 3 2 2 1 1 1 0 0 0 0 0 7 2 572 1.5 2 2 BT 0 2
72 2 38 1 3 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 186 5 2 2 1
73 2 52 2 3 1 5 1 3 2 3 3 3 0 2 3 3 23 4 653 10 2 2 2
74 2 19 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 2 109 5 2 2 1
75 1 42 2 3 2 5 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 66 15 2 2 2
76 2 21 1 2 2 1 1 2 0 2 2 1 0 1 0 2 11 3 200 2 2 2 2
77 1 26 1 1 2 4 1 3 3 2 1 0 3 2 1 2 18 3 220 0.33 2 2 6.4 2
78 2 26 1 3 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1 200 10 2 2 2
79 2 22 1 3 1 1 0 2 1 1 0 1 0 1 0 0 6 2 126 5 2 2 1
80 2 34 2 3 2 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 180 1 2 2 1
81 1 22 1 2 2 2 1 0 1 1 1 0 1 2 0 0 7 2 147 15 1 1 18 1
82 1 42 2 1 2 4 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 4 1 122 13 2 1 3.2 1
83 2 21 1 3 2 2 1 2 0 2 1 0 0 1 0 0 7 2 148 0.5 1 1 14 1
84 2 28 2 3 2 2 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 4 1 96 15 1 1 15 1
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
86
Universitas Indonesia
(Lanjutan tabel induk penelitian)
85 2 49 2 3 2 4 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 5 1 89 5 2 1 0.5 1
86 2 34 2 3 2 5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 151 5 2 2 2
87 2 59 2 2 1 5 1 2 2 2 2 2 0 0 3 3 17 3 180 4 2 2 2
88 2 40 1 3 2 2 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3 1 115 3 1 1 17 1
89 1 50 2 2 2 2 3 0 1 0 1 0 1 0 0 0 6 2 168 0.08 1 1 29 1
90 1 43 2 2 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 2 220 11 2 1 2.7 1
91 2 51 2 1 1 4 1 0 2 0 0 0 1 0 0 0 4 1 215 1 2 2 1 1
92 1 56 2 3 2 4 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 5 1 341 15 2 2 2.2 1
93 1 24 1 3 1 5 0 2 2 3 2 2 2 1 0 3 17 3 93 5 2 2 2
94 2 46 2 2 2 2 3 3 3 1 0 0 3 2 2 0 17 3 319 0.5 1 2 40 2
95 2 36 3 3 2 4 2 3 1 0 1 0 0 0 0 0 7 2 128 0.25 1 1 0.5 1
96 2 57 2 2 1 4 1 3 2 3 2 3 1 2 2 2 21 4 102 24 1 1 10.8 3
97 1 35 2 3 2 4 3 3 2 0 3 3 3 3 0 1 21 4 90 14 2 2 10.6 3
98 1 24 1 3 2 2 2 1 1 1 1 1 0 2 0 0 9 2 101 1 1 1 36 2
99 2 50 2 3 2 2 3 3 0 3 2 3 1 0 0 0 15 3 160 2 1 1 31 1
100 2 19 1 2 2 2 2 3 2 2 2 0 0 2 0 1 14 3 120 3 1 2 29 1
Keterangan:
A. Jenis Kelamin D. Kategori pendidikan: 1 = laki-laki 1 = pendidikan dasar (tamat Sekolah Dasar hingga sekolah menengah pertama) 2 = perempuan 2 = pendidikan menengah (tamat sekolah menengah umum)
3 = pendidikan tinggi (akademi/diploma, strata 1-3) B. Usia
E. Kategori pekerjaan C. Status Perkawinan 1 = tidak bekerja 1= belum menikah 2 = bekerja 2= menikah 3= cerai
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013
87
Universitas Indonesia
(Lanjutan tabel induk penelitian)
F. Diagnosis N. Reaksi MH U. SCORAD 1. Akne 0 = tidak ada reaksi 2. Dermatitis atopic 1 = reaksi tipe 1 V. Keparahan DA 3. Morbus Hansen 2 = reaksi tipe 2 1 = DA derajat ringan 4. Psoriasis 2 = DA derajat sedang 5. Vitiligo O. Tingkat cacat pada MH 3 = DA derajat berat
1 = ada anestesi, tanpa kelainan anatomis Q. Pertanyaan kuisioner 2 = terdapat kelainan anatomis G. Skor total P. Skor PASI H. Kategori skor DLQI R. Kategori Skor PASI 0 = tidak ada pengaruh pada kehidupan pasien 1 = ringan (skor PASI <5) 1 = pengaruh kecil pada kehidupan pasien 2 = sedang (skor PASI 5-10) 2 = pengaruh sedang pada kehidupan pasien 3 =berat (skor PASI >10) 3 = pengaruh besar pada kehidupan pasien 4 = pengaruh sangat besar pada kehidupan pasien S. Jenis vitiligo 1= lokalisata I. Waktu penyelesaian kuisioner (detik) 2= generalisata 3= universalis J. Lama sakit (tahun) T = Keparahan akne K. Kategori pasien 1 = AVR 1 = pasien baru 2 = AVS 2 = pasien control 3 = AVB L. Lokasi lesi 1= hanya daerah tidak terpajan (badan, lengan, tungkai) 2= daerah terpajan (wajah, leher, tangan) dengan atau tanpa daerah tidak terpajan M. Tipe MH
Uji validitas…, Rahmatina, FK UI, 2013