beauty honey

158

Upload: alvienisa

Post on 14-May-2017

242 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Beauty Honey
Page 2: Beauty Honey

Beauty Honey

Phoebe

E-book ini dilindungi oleh : Undang-undang Informasi dan Transaksi elektronik (UU ITE) No.07 Thn 2008

Setiap tindakan pelanggaran sesuai dengan UU ITE Akan di tindak Sesuai dengan hukum yang berlaku

Page 3: Beauty Honey

Writter Said…

Beauty Honey adalah buku yang di tulis berdasarkan permintaan editor bagian ke dua. Tantangan ke dua untuk membuat tulisan yang agak mengandung unsur passion meskipun gak sekuat Forbidden attack. Semula saya membuat cerita ini pure tulus sepenuh hati tanpa unsur-unsur yang begituan seperti yang saya tulis di buku Dummy. Tapi begitu masuk ke ruang voting, Forbidden Attack ternyata tetap menjadi nomor satu dalam tangga peringkat Diantara Fiksi. Dari hasil kritik yang masuk ke e-mail lebih banyak dari temen-temen pembaca yang lebih suka bila unsur passion di forbidden Attack juga ada di cerita yang ini. Jadi berhubung saya adalah penulis yang selalu berusaha menyenangkan hati pembaca, saya usahakan deh meskipun menuai banyak protes dan Editor musti lebih keras lagi mengoreksi kebahasaan saya supaya lebih mirip ke karyanya Johana Lindsay ;p.

Terimakasih yang sebesar-besarnya buat beberapa teman-teman yang sangat mendukung untuk mengangkat kembali cerita Monsieur Keith Lavoile Fujisawa (Kay). Dalam musim forgotten Eve, sangat banyak pembaca yang kecewa karena Kay tidak mendapatkan Ivea dan bertanya-tanya tentang siapa yang di nikahinya, atas dasar apa dan mengapa. Saat tanpa sengaja saya menulis kalau kakaknya Natsuki Tokeino yang merupakan istri Kay dalam forbiddeng Attack, tidak sedikit juga dari teman-teman yang menuntut ceritanya. Jadi, inilah saya persembahkan untuk teman-teman semua setelah melalui proses yang sangat panjang. Kritik dan saran masih di terima dengan lapang dada dan hati yang terbuka. di e-mail ke [email protected] atau follow twitter @phoebeyeppo. Terimakasih atas perhatiannya, terima kasih ^_^

Page 4: Beauty Honey

Ketika rindu itu mulai mengganggu, Yang bisa ku lakukan hanyalah menutup mata dan Membayangkan kalau dirimu kini pasti lebih baik

Aku sudah mencoba untuk melupakan, tapi malah semakin mengingat semuanya dengan jelas

Selalu membohongi diri sendiri dan berfikir dirimu pasti kembali Padahal sepatah katapun

Dirimu tidak pernah mengatakan akan kembali Tapi yang selalu ku lakukan hanya menunggu dan menunggu

meskipun akal sehatku menolak, Sayangnya hatiku selalu berfikir untuk setia

Page 5: Beauty Honey

Bab. 1 Musim semi sudah di lalui dengan kesepian yang benar-benar

mencekam. Seharusnya musim panas tidak begitu, tapi Kay memilih untuk menanti lagi. Sudah hampir setahun ia terus menanti dan menanti kedatangan Ivea ke Jepang dan seandainya saat itu tiba, Kay benar-benar akan mengatakan kepada gadis itu tentang perasaannya yang sebenarnya. Pelan-pelan Kay mulai merasa bosan menanti hati Ivea yang tidak kunjung pasti. Sebelum pergi ia melihat kebimbangan dimata Ivea dan itu semakin memperkuat keinginannya utuk menjauh. Dia cuma figuran, Ivea tidak mencintainya, kata-kata itu terus bermain-main di benaknya dan membuatnya nyaris gila. Seandainya ia mengatakan perasaannya kepada gadis itu kemungkinan terbesar yang di dapatnya adalah penolakan karena yang Ivea yakini saat itu rasa cinta di antara mereka adalah kesalahan, karena Kay sudah membuatnya berkhianat dari Nathan. Itu yang menjadi alasan kuat kenapa Kay masih mau seperti ini, masih mau menunggu hati Ivea sampai sekarang.

Kay berjalan perlahan sambil menghembuskan nafas. Sebelah tangannya memegangi sekaleng kopi dingin yang baru saja di ambil dari dalam freezer dan yang sebelah lagi masih memilih-milih barang apa lagi yang akan di belinya selain kopi. Selama di Fukuoka Kay menumpang di rumah Yoshi dan itu seringkali membuatnya merasa lebih baik tidak usah pulang karena takut mengganggu privasi suami istri Yoshiki Hidaka dan Alice Kim itu. Otaknya terus memikirkan kemana ia akan pergi malam ini, apakah harus menyewa hotel? Ia menghembuskan nafas lagi. Kepalanya terangkat saat melihat seseorang di kasir, seseorang yang pernah Kay kenal.

“Bagaimana Nona?” “Tunggu sebentar!”

Page 6: Beauty Honey

“Tapi di belakang anda ada yang menunggu!” “Kalau begitu biarkan dia duluan!” Kay memandangi wanita yang kebingungan itu. Dia menyingkir

dari meja kasir dan mengeluarkan semua isi tasnya di atas lantai. Dengan terburu-buru ia memilah-milah barang-barang yang seharusnya berada di dalam tasnya, tapi tidak ada. Wanita itu kemudian menghela nafas putus asa sambil memandangi barang-barangnya yang berantakan. Kay melangkahkan kakinya mendekati wanita itu lalu duduk di lantai, di hadapannya.

“Apa yang kau cari, Sensei? Mungkin aku bisa membantu?” Wanita itu spontan memandang Kay dengan sorot mata terkejut.

Kacamata yang di kenakannya melorot ke bawah beberapa millimeter. Secepat mungkin ia kembali meletakkan kacamatanya di posisi yang di yakininya. “Anda siapa?”

“Sensei tidak ingat padaku?” Kay menggaruk-garuk kepalanya pura-pura kebingungan lalu memandangi wanita yang di panggilnya sensei. “Anda Matsuri Sensei, kan?”

Wanita itu mengangguk, masih memandangnya. “Aku Kay, kakaknya Sachi Fujisawa. Kita pernah bertemu di

sekolah waktu aku dan Yoshi menjemput Sachi yang sedang sakit di sekolah. Waktu itu, Kau menelpon kerumah dan ibuku tidak ada jadi aku yang datang…”

“Oh,” Matsuri melongo dengan lenguhan panjang. Ia kemudian menepuk kepalanya karena menyesal telah menyembunyikan ingatan tentang Kay dalam-dalam dan kesulitan untuk menggalinya kembali. “Maaf, aku sangat pelupa jadi tidak bisa mengingatmu dengan cepat!”

Kay menerima permintaan maaf itu dengan sebuah senyum. “Kau mencari apa?”

“Dompetku, Aku lupa meletakkannya dimana. Seharusnya ada didalam tas.” Matsuri memegangi kepalanya lagi sambil mengeluh. Matanya terpejam berusaha mengingat-ingat dan akhirnya dia menyerah. “mungkin aku batalkan saja semua belanjaan…”

Guru dalam bahasa jepang

Page 7: Beauty Honey

“Aku saja yang bayar!” Potong Kay. “Belanjaanmu tidak banyak kan?”

“TIdak usah. Tidak perlu sampai begitu!” “Tidak apa-apa. Anggap saja aku traktir sebagai salam perkenalan!”

Kay berdiri dan berjalan menuju kasir lalu membayar semuanya termasuk kopi dingin yang ada di genggamannya. Sesekali ia melirik Matsuri yang mulai sibuk memasukkan kembali semua barang-barangnya ke dalam tas. Kay melihat semuanya, Semua barang-barang yang keluar dari dalam tas Matsuri bukanlah barang-barang yang biasa di bawa oleh kebanyakan wanita. Ada beberapa buah buku, kotak pensil, kunci dengan gantungan beberapa buah foto dengan seragam Koshintai School tempatnya mengajar, kotak kacamata, sebuah kipas angin tenaga baterai, dan sebuah gelang manik-manik. Barang yang terakhir Kay lihat sebelum Matsuri memasukkannya kedalam Tas selempangnya yang terbuat dari kulit sintetis. Setelah semua barangnya selesai di kemasi Matsuri berdiri dan mendekati Kay dengan lega. Kay memberikan sekantong plastik belanjaannya kepada wanita itu dan dia menerimanya dengan senyum.

Page 8: Beauty Honey

Bab. 2

Kay dan Matsuri berjalan beriringan keluar dari toserba. Kay

kemudan membantu Matsuri mencari dompetnya yang hilang. Wanita itu curiga kalau dompetnya tertinggal dalam taksi dan Kay merelakan ponselnya untuk di pakai menelpon perusahaan taksi bersangkutan. Ternyata dugaan Matsuri tidak meleset, dalam waktu kurang dari setengah jam ia mendapatkan kembali dompetnya dan taksi yang di naikinya tadi langsung mengantarkannya ke tempat di mana mereka duduk sekarang. Beruntung supir taksi juga termasuk orang yang jujur dan bersedia membantu. Wanita itu membungkuk kepada Kay, kelihatannya sangat berterimakasih karena sudah menemaninya dan membantunya menemukan dompetnya.

“Apa yang kau katakan? Aku memang bukan anak baik yang suka membantu. Kali ini aku membantu karena aku mengenal sensei!” Kay mengelak, Ia sangat jarang mendengarkan kata terima kasih yang kedengarannya sangat tulus seperti kali ini.

Matsuri mengangkat dompetnya, ia mengeluarkan uang dari sana. “Berapa uangmu yang terpakai tadi?”

Kay mendorong tangan Matsuri yang terangkat untuk kembali turun. “Aku sudah bilang tadi, Semuanya aku yang traktir. Jadi jangan bertindak seperti itu.”

“Terima kasih, terimakasih banyak!” “Kau membeli banyak softdrink, ada pesta ya?” “Tidak. Semuanya untukku sendiri!” “Kau tidak takut gemuk? Terlalu banyak minum softdrink bisa

membuat tubuhmu melar!” Matsuri tersenyum tidak enak. “Aku pada dasarnya memang

sedikit gemuk. Tidak masalah kalau bertambah gemuk sedikit lagi,

Page 9: Beauty Honey

habisnya tidak tau lagi harus melakukan apa. Malam ini aku juga tidak tau mau kemana, mungkin mau kepantai sambil meminum semua itu!”

“Kepantai? Aku boleh ikut?” Wanita itu memandang Kay heran lalu mengangguk dengan

ekspresi yang agak ragu. Selanjutnya tidak banyak yang mereka lakukan, hanya berjalan santai menuju pantai. Padahal seharian tadi Kay sudah bermain-main di pantai, tapi seorang diri tentunya tidak sama dengan kepantai bersama seorang teman.

Meskipun musim panas, pantai di malam hari tetap dingin. Angin berhembus sangat kencang dan sekarang Kay duduk di samping Matsuri sambil meminum kopinya seteguk demi seteguk. Matsuri duduk dengan sopan dan rambutnya yang lurus dan ringan tertiup angin, ia menyeka sejumput rambut yang berada di mukanya lalu mengambil sekaleng soft drink dan meminumnya.

“Sensei sedang apa di Fukuoka?” Tanya Kay. Matsuri memandangnya. “Aku?” “Siapa lagi yang bersamaku? Bukankah seharusnya kau berada di

asrama sekolah?” “Aku sudah hampir sebulan berhenti menjadi guru.” Katanya

malu-malu. “Jadi jangan panggil aku Sensei lagi.” “Berhenti? Kenapa?” “Aku rasa Aku tidak cocok menjadi guru, jadi aku mengundurkan

diri!” Kay menyunggingkan sebuah senyum samar. Dia merasa tidak

cocok menjadi guru? Sewaktu Sachi masih sekolah dulu Matsuri selalu mengesankan kalau dirinya adalah seorang guru yang baik, Bahkan dia sampai di percaya sebagai pengawas asrama putri. Itu berarti Matsuri adalah seorang guru yang berprestasi dan sangat kompeten. Bahkan Matsuri menyimpan foto siswa-siswanya sebagai gantungan kunci. Dia sangat menyayangi siswanya dan masih berfikir kalau dia tidak pantas menjadi guru? “Jadi sekarang apa pekerjaanmu, Neechan?”

“Neechan?” Matsuri terbelalak. “Apa aku terlihat tua?”

Panggilan untuk kakak perempuan

Page 10: Beauty Honey

“Tidak, Bukan begitu. Aku tau kita sebaya. Tapi walau bagaimanapun sangat sulit mengganti Sensei dengan nama saja. Tapi kalau kau tidak berkenan…”

“Tidak, Bukan masalah!” Matsuri tersenyum lagi. “Neechan juga boleh!”

“Jadi apa jawabanmu? Apa kegiatanmu setelah mengundurkan diri dari sekolah?”

“Aku sedang mencari kerja. Sudah sebulan ini aku tinggal di rumah temanku di Osaka dan aku sama sekali tidak berani pulang kerumah. Asal tau saja, Orang tuaku tidak tau kalau aku sudah berhenti mengajar. Tapi besok pagi aku harus pulang ke rumah karena rumahku dekat dengan pantai ini!”

“Mengapa baru besok kalau rumahmu dekat? Lalu malam ini kau mau kemana?”

Matsuri meneguk Softdrinknya sekali lagi. “Aku akan disini sampai pagi, Aku tidak tau mau kemana lagi! Kau sendiri sedang apa di Fukuoka?”

Kay mengangkat sebelah alisnya. Ia sedang apa? Dia sedang menghabiskan waktunya sia-sia. Tidak, Dia sedang mencari model yang cocok untuk mengenakan gaunnya dalam Fashion Show dan pemotretan di Paris. Kalau di tanya mengapa harus memulainya dari Fukuoka, Kay sendiri tidak mengerti. “Aku sedang liburan musim panas.” Jawabnya.

Matsuri mengangguk mengerti. Kay memandang Matsuri sekali lagi. “Aku boleh disini juga?

Menemanimu?” “Apa?” “Aku juga sedang tidak ingin pulang. Kalau kau akan berada disini

sampai pagi, aku juga akan melakukan hal yang sama. Bolehkan? Kita bisa berbincang-bincang sampai pagi. “ Kay kemudian memandang jam di tangannya, Empat jam lagi menjelang pagi. “Bolehkan?”

“Tentu saja. Jadi aku tidak harus sendirian sampai pagi!” Kay lagi-lagi tersenyum. Kopi yang di pegangnya sudah habis dan

ia mulai menjarah minuman kaleng yang berada di dalam kantong

Page 11: Beauty Honey

plastik milik Matsuri. “Neechan, Apa yang akan kau katakan di rumah nanti tentang pengunduran dirimu?”

“Aku biasanya memang pulang pada tanggal yang sama untuk liburan musim panas. Jadi rasanya tidak perlu mengatakan apa-apa lagi. Ibuku akan menganggapnya sebagai ritual yang biasa!” Jawabnya. “bagaimana kabar Sachi sekarang?”

Kay angkat bahu. “Seperti itulah, Sachi masih anak yang sama!” “Dia beruntung punya dua saudara laki-laki yang melindunginya.

Pasti senang menjadi Sachi. Kekurangannya bisa di terima oleh siapa saja, makanya anak itu tidak pernah merasa kekurangan.”

“Kau juga punya saudara laki-laki, kan? Natsuki pasti juga melakukan hal yang sama!”

“Tentu saja begitu seandainya dia ada disini. Natsuki kuliah keluar negri, sudah memasuki tahun kedua. Tapi walau bagaimanapun aku yang lebih banyak melindunginya karena aku anak yang paling tua!”

“Aku mengerti perasaanmu!” Kay menerawang lagi. Setidaknya, sebelum Yoshiki kembali Kay adalah anak sulung dalam keluarganya dan dia memiliki kewajiban penuh menjaga adiknya. Tapi setelah Yoshi ada di sisi Sachi, perannya sebagai kakak pelan-pelan tidak begitu intens lagi. Kay sekarang tidak menjadi kakak, ia malah menjadi adik dari Yoshiki karena Yoshi mengayomi semuanya meskipun mereka tidak tinggal serumah.

Page 12: Beauty Honey

Bab. 3

“Kau sudah bangun?” Suara Matsuri terdengar samar di tutupi

deburan ombak di tepi pantai. Kay membuka matanya dan menatap langit yang sudah berubah

warna menjadi putih, sudah pagi. Ia duduk dan menepuk-nepuk pakaiannya yang di penuhi dengan pasir. Lalu menyentuh kepalanya dan tidak mendapatkan apa-apa. Kepalanya sama sekali tidak kotor, Kay menoleh kebelakang dan melihat tas selempang yang terbuat dari kulit sintetis berwarna coklat milik Matsuri ada disana, berarti ia tidur dengan tas Matsuri sebagai alas kepalanya. Kay mengenang, semalam ia dan Matsuri banyak bicara dan bercerita tapi ia mengeluh karena tidak bisa menahan kantuk dan akhirnya tertidur. Kay menggosok-gosok matanya dan memandang Matsuri yang juga memandangnya.

“Kau tidak tidur? Bangun semalaman?” Matsuri mengangguk, lalu tersenyum. “Padahal aku sudah minum kopi!” Kay mengeluh. “Masih ngantuk? Ikut aku kerumah saja, Bagaimana?” “Mana mungkin aku tidur disana!” “Aku tidak menawarkanmu tidur di rumahku. Aku menawarkan

Secangkir kopi buatan rumah. Di jamin lebih jitu untuk menahan ngantuk dibandingkan dengan kopi kalengan yang kau beli semalam.”

“Kau juga suka kopi, Neechan?” “Aku? Tidak, tapi ayahku suka dan aku selalu membuatkan kopi

untuknya!” “Aku juga tidak begitu suka. Tapi aku mau mencicipi secangkir

kopi buatan rumah!” Kay menggosok-gosok tengkuknya, kepalanya terasa sakit, badannya juga sakit-sakit karena selama ini Kay terbiasa tidur di tempat yang empuk. Meskipun pasir tidak begitu keras, pasir

Page 13: Beauty Honey

tetaplah tidak bisa disamakan dengan kasur air dan bantalnya di rumah. Secangkir kopi buatan rumah yang di tawarkan Matsuri mungkin akan sedikit membantu menghilangkan perasaan kantuknya, setelah itu ia akan meminta Yoshi menjemputnya. Ini hari minggu, seharusnya Yoshiki tidak bekerja.

“Baiklah, secangkir kopi buatan rumah sangat aku harapkan! Tapi, apakah kau tidak membawa barang-barang lain selain tasmu ini?”

Matsuri menarik tasnya dan menyampirkannya di bahu. Sebisa mungkin ia berdiri dengan tangkas dan Kay mengikutinya. Perlahan-lahan keduanya berjalan beriringan menuju rumah keluarga Tokeino yang tidak begitu jauh. “Semua pakaianku ku titipkan di rumah teman, Selama ini aku tidak pernah membawa pakaian apapun pulang. Jika aku membawanya pulang ibuku pasti curiga!”

“Berapa lama kau akan tinggal di Fukuoka?” “Biasanya seminggu, setelah itu aku dan guru-guru yang lain harus

menyiapkan banyak hal untuk menyambut semua siswa untuk kembali bersekolah!”

“Itu jika kau di sekolah, Neechan! Sekarang?” Matsuri angkat bahu. “Aku harus menemukan pekerjaan yang

cocok, kalau tidak ketemu juga mungkin akan melakukan pekerjaan apa saja. Pelayan di rumah makan juga boleh!”

Kay mengerutkan keningnya lalu memandangi Matsuri dari ujung rambut sampai kaki. Matsuri mengenakan celana panjang khaki dengan kemeja abu-abu yang lengannya sampai ke siku. Semuanya penampilan yang khas untuk seorang guru. Bisa di banyangkan kalau penampilan prima ini berubah menjadi butut karena ibu guru mengenakan pakaian biasa di lapisi sebuah Apron lusuh. Kay menggeleng.

“Ini rumahku. Silahkan masuk!” Matsuri tersenyum kepadanya. Bahkan senyumnyapun sangat

bijaksana. Gadis itu benar-benar memiliki semua yang seorang guru miliki. Pasti sangat sedih meninggalkan Asrama Koshintai mengingat seluruh waktu di asrama sejak bangun tidur sampai kembali tidur selalu di jalaninya sebagai seorang Sensei yang cantik dan cerdas. Mengundurkan diri dari profesi yang kelihatannya sangat di cintainya bisa saja membunuhnya sewaktu-waktu.

Page 14: Beauty Honey

Kay bertamu terlalu pagi, Ia sampai di ajak untuk sarapan bersama keluarga Tokeino yang ramah tamah. Makanan rumahan khas Jepang yang di santapnya pagi inipun sangat jarang di temuinya karena di rumah, mereka selalu makan roti. Terlahir dari seorang ibu yang berkewarganegaraan Prancis membuat Kay mengenal roti lebih baik dari siapapun, menyukai croissant melebihi apapun. Atmosfir kekeluargaan yang sangat kental di rumah ini membuat Kay merasa ingin berlama-lama. Ia sudah sangat lama tidak merasakan yang seperti ini. Semenjak Ayahnya meninggal semuanya jadi kacau balau. Bahkan hampir tidak ada kata makan bersama dalam keluarganya karena Sachi tinggal di asrama dan dirinya sendiri berada di Indonesia. Seandainya Kay memiliki rumah yang seperti ini, maka dia aka selalu mengeluh dan ingin pulang. Dia tidak akan berfikir untuk pergi ke Indonesia, tidak akan bertemu Ivea, tidak akan merasakan perasaan cinta dan tidak perlu menanti dalam penderitaan seperti sekarang.

“Ini, kopi buatan rumah. Selamat menikmati!” Matsuri meletakkan secangkir kopi di meja ruang tamu dimana Kay duduk dengan santai saat ini. Ayahnya, Tuan Tokeino sudah pergi beberapa menit yang lalu dan ibunya sedang sangat sibuk di dapur. Matsuri duduk di sofa yang lain, yang juga berada di ruangan yang sama sambil memandanginya menyeruput kopi dengan sangat nikmat. Kay dan Matsuri tidak perlu berbicara apa-apa lagi, karena sesaat kemudian ponsel Kay berbunyi dan Yoshiki sudah menunggunya di depan rumah ini. Kay tadi menelponnya dan Matsuri memberi tau alamatnya.

“Dia sudah menjemput?” Tanya Matsuri saat melihat Kay memandangi ponselnya.

Kay mengangguk lalu menyeruput kopinya sebanyak mungkin. “Aku pulang dulu ya? Kopinya sangat enak. Aku harap bisa menikmatinya lagi di lain waktu. Terimakasih untuk semuanya dan salam untuk ibumu. Sampai jumpa!”

Matsuri membungkukkan badannya dan pintu tertutup.

Roti khas Prancis

Page 15: Beauty Honey

Bab. 4

“Bagaimana kau bisa sampai berada di rumahnya?” Tanya Yoshi. Kay bersandar di bangkunya. Meskipun dirinya masih sangat lelah,

ia tidak lagi merasa mengantuk. Kopi buatan rumah karya Matsuri ternyata cukup mujarab. “Aku bertemu dengannya di supermarket tadi malam. Dia kehilangan dompet dan aku bantu mencari!” Jawabnya.

Yoshi kembali berkonsentrasi dengan jalan dan arah tujuannya. Tapi Fikiran Kay masih tertuju kepada sensei muda itu. “Dia bilang kalau dia sudah mengundurkan diri jadi guru! Katanya merasa tidak cocok. Padahal kau ingat, kan? Di asrama dia adalah guru yang baik. Kau bahkan menitipkan Sachi kepadanya!”

“Kau sedang memberi tahu atau bertanya?” Yoshiki menanggapi ucapannya dengan nada biasa. “Kalau kau sedang memberi tau, aku sudah tau. Kalau kau bertanya sebabnya, Aku juga tau!”

Kay menoleh dan memandangi Yoshiki yang menatap lurus kedepan. “Tau? Apa sebabnya?”

“Ada sebuah kasus, Matsuri terlibat skandal dengan seorang pejabat. Istri pejabat itu adalah Klienku, dia mengira Matsuri selingkuh dengan suaminya. Karena aku mengenal Matsuri aku berusaha bertanya dan Matsuri menjawab kalau semuanya benar. Aku hampir kehilangan nyawa saat itu!”

“Tidak mungkin. Dia bukan wanita yang seperti itu kan?” “Tentu saja aku juga bereaksi sama denganmu. Jadi aku

menyelidikinya, dari informan yang ku bayar aku mendapat cerita kalau pejabat itu, tuan Arata Kujou dan Matsuri memang memiliki hubungan khusus jauh sebelum laki-laki itu menikah dengan istrinya sekarang. Mereka berpisah dan masih berhubungan lewat telpon dan e-

Page 16: Beauty Honey

mail karena tuan Arata Kujou melanjutkan sekolah keluar negri. Matsuri bahkan tidak tau kalau laki-laki itu sudah menikah. Bisa kau bayangkan bagaimana perasaanya saat itu? Istri Arata Kujou datang mencaci makinya kesekolah dan mengatakan akan menuntutnya. Mendadak semuanya jadi pembicaraan yang sangat mengganggu di asrama dan kurasa itu penyebabnya mengundurkan diri dari sekolah!”

Kay terkesiap. Dia di khianati dan sekarang memilih untuk menderita? Matsuri melarikan diri dan Kay tau bagaimana perasaanya. Perasaan yang sama dengan yang di rasakannya sekarang. Tapi yang wanita itu alami pasti jauh lebih kejam di bandingkan dengannya. Tidak banyak orang yang tau tentang dirinya dan Ivea, Tapi sangat banyak orang yang membicarakan Matsuri. Kay bisa membayangkan bagaimana saat siswanya bergunjing di belakang saat Matsuri sedang menjelaskan pelajaran di depan kelas, dan bagaimana ia harus menahan sendiri bisik-bisik semua orang tentang dirinya. Mungkin itu juga yang menyebabkannya tidak memberitahukan kebenarannya kepada kedua orang tuanya, Kay terkenang saat Matsuri mengeluhkan kalau Sachi sangat beruntung karena banyak orang yang melindunginya seolah-olah tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa melindunginya.

“Lalu bagaimana?” Kay melanjutkan obrolannya dengan Yoshiki. “Aku mengatakan kepada istrinya cerita yang sebenarnya, Kalau

Matsuri juga tidak tau apa-apa. Dia bahkan tidak tau kalau Arata Kujou sudah menikah. Dia juga korban dan bodohnya Matsuri tidak menyalahkan Arata Kujou sama sekali!”

“Kenapa bisa begitu? Dia harusnya bisa lebih cerdas dalam bersikap! Bukannya malah jadi bodoh!”

“Kenapa emosi?” Yoshi memandang Kay sambil mengerjapkan matanya beberapa kali. “Cinta bisa menghilangkan benci kan?”

Kay terpaku. Ivea juga begitu. Dia tidak marah saat Nathan mempermalukannya, tapi dia marah saat Kay memintanya melupakan ciuman yang hanya di ketahui oleh mereka berdua. Cinta yang menyebabkan itu semua.

Baca Forgotten Eve

Page 17: Beauty Honey

“Istri Arata Kujou tidak terima karena dengan kata lain cerita itu malah menyiratkan kalau dialah yang merebut Arata Kujou dari Matsuri. Dia meminta mediasi dan minta di pertemukan dengan Matsuri dan suaminya.”

“Kapan itu diadakan?” “Besok siang!” Besok siang? Kay menghela nafas berat. Wanita baik-baik mendapat

cobaan besar sekarang. Apa yang harus di lakukan untuk membantunya? Kay merasa kalau dirinya dan Matsuri mengalami penderitaan yang sama. Ia mengerti bagaimana rasanya karena ia memiliki perasaan itu juga dan Kay tau apa yang sedang Matsuri butuhkan sekarang. Saat dia menderita, tidak ada seorangpun yang bisa membantunya. Kay hanya selalu berusaha membantu dirinya sendiri meskipun ia sangat butuh bantuan. Matsuri pasti juga begitu, ia sangat butuh bantuan sekarang, tapi gadis itu memilih untuk membantu dirinya sendiri dengan melarikan diri seperti yang Kay lakukan selama ini.

Rumah bergaya minimalis, Khas rumah pinggir pantai milik Yoshi terbuka lebar. Setelah turun daari mobil Kay segera berlarian masuk kekamarnya dan mengambil sebuah buku agenda di dalam Tasnya. Ia kembali mengamati Jadwalnya untuk besok. Besok, dia akan datang untuk membantu teman yang senasib dengan dirinya. Semoga dengan membantu Matsuri bisa mengurangi penderitaan dalam hatinya, penderitaan karena sebab yang nyaris sama, karena sudah menjadi orang ketiga dalam hubungan orang lain.

Page 18: Beauty Honey

Bab. 5

Kay menggerutu mencari Coffee Shop terdekat dengan agak

terburu-buru. Dia menyesal karena tidak pernah menanyakan secara detail kepada Yoshi mengenai lokasi pertemuan itu. Sejak kemarin ia selalu menunda-nunda untuk menanyakannya karena Kay terlalu sibuk menghubungi banyak orang yang di percaya untuk menyertainya ke Paris besok. Kay mengamati Bvulgari-nya lekat-lekat, ia sudah terlambat. Apa yang terjadi dengan Matsuri sekarang? Kepalanya berusaha mencari-cari dengan memandang sekeliling dan akhirnya ia menemukannya. Sebuah Coffee Shop sederhana itu memperlihatkan Matsuri yang tertunduk lewat jendela kaca anti pecahnya yang bening dan lebar. Yoshi duduk di sebelahnya dan di hadapannya ada seorang laki-laki dan perempuan yang usianya tidak jauh dari usia Kay.

Apakah dia sudah di tindas habis-habisan?. Bisik Kay. Seharusnya Kay bisa masuk, tapi ada sebuah rasa ngeri terbersit. Kay takut berbuat kesalahan karena tidak memahami situasinya yang sekarang. Bagaimana ia harus bersikap setelah disana, apa yang harus di katakannya, Kay sama sekali tidak bisa menemukan bagaimana ia harus bersikap tanpa mengetahui apa-apa. Ia hanya mengetahui segelintir ceritanya dan bertekad untuk ikut campur. Kay mengambil Ponselnya dan menempelkannya di telinga setelah menghubungi Yoshi sebelumnya. Dari tempatnya berdiri sekarang, ia dapat melihat perhatian orang-orang itu teralih kepada bunyi dering ponsel Yoshi, laki-laki itu permisi dan menjauh, ia mengangkat telpon dari Kay.

“Ada apa?” Yoshi menjawab, pura-pura tidak tau padahal Kay sdah menceritakan rencananya kepada Yoshi meskipun Yoshi belum setuju.

“Bagaimana keadaannya disana?”

Page 19: Beauty Honey

“Matsuri belum menjawab satu pertanyaanpun. Semua orang hampir putus asa kecuali Arata Kujou yang kelihatannya sangat senang dengan itu. Kau jadi melakukannya? Kau tidak akan marah-marah kan?”

“Tentu saja aku tidak akan merusak ketampananku dengan marah-marah!”

“Kalau begitu masuklah sebelum aku kembali ke tempat duduk, Aku tidak mau mereka mengira kalau kau adalah suruhanku sampai kau berada disana, aku akan terus berpura-pura menerima Telpon!”

Kay menurunkan ponselnya setelah mematikannya. Ia berusaha melangkah selebar mungkin dengan ritme secepat mungkin dan melewati Yoshi yang pura-pura tidak mengenalnya. Matsuri disana, terlihat seperti seorang wanita yang sangat luar biasa. Dia menahan semua emosi yang mungkin sudah meluap-luap di puncak kepalanya dengan kepala yang menunduk di bawah intimidasi istri Arata Kujou. Banyak orang yang menjadikan caci maki itu menjadi tontonan yang menarik, tapi orang yang cerdas pasti sudah tau siapa pemenang dan siapa pecundang.

“Coba katakan, kenapa kau diam saja?” Istri Arata yang bergaya luar biasa itu mengamuk dengan suara tinggi. Ia memandang Matsuri dengan pandangan jijik. “Kau mengatakan kepada semua orang kalau aku yang merebut Arata darimu benarkan? Katakan!”

Kay benar-benar sudah dekat, Ia melihat Matsuri sudah mengepalkan tangannya di pangkuannya. Gadis itu bukan gadis lemah, dia tidak meneteskan sebutir airmatapun dalam mediasi yang kacau balau ini. Kay berdehem lalu memandang Matsuri dalam-dalam. “Iya, Katakanlah semuanya!”

Matsuri mengangkat kepalanya lalu menoleh kepada Kay dengan tatapan yang terkesima. Dia terkejut, ditandai dengan bola matanya yang membesar. Kay duduk di sebelahnya dan mendapat respon sengit dari istri sang pejabat.

“Kau siapa?” “Aku? Kau tidak sedang ingin berkenalan deganku kan?” Kay

membalas respon buruk itu dengan sama galaknya, sesaat kemudian pandangannya berpindah kepada Matsuri dan berbicara kepadanya

Page 20: Beauty Honey

dengan nada suara yang manis. “Sekarang bagaimana? Katakan sesuatu!”

“Aku harus mengatakan apa?” Matsuri berbicara dalam nada suara yang sangat pelan. Kay tersenyum puas, setidaknya Matsuri mau bicara.

“Nyonya. Apa yang kau dengar tentang Matsuri Tokeino?” “Tentu saja tentang perselingkuhannya dengan suamiku. Aku

sudah lama mencurigainya dan aku membayar mata-mata untuk mengawasinya. Dia sering berhubungan dengan suamiku, dia menyukai suamiku dan sering tidur bersamanya!”

“Sekarang jawab, benarkah?” Kay memandang Matsuri lagi. Gadis itu tidak menjawab. “Benarkah? Jawablah!”

“Aku…” Matsuri berhenti, ia menelan ludah menyiapkan kata-kata yang berikutnya. “Aku memang mencintai Arata-sama…”

“Kau!” Wanita itu berseru memotong ucapan Matsuri dengan galak, ia sudah mengangkat cangkir kaca yang ada di hadapannya dan mengguyur Matsuri dengan Kopi yang ada di dalamnya. “Kenapa tidak bicara dari tadi?”

Kay kesal. Ia merampas cangkir itu dan membantingnya kelantai sehingga bunyi pecahan kaca membahana. Beberapa orang yang bercakap-cakap dan yang berbisik-bisik semuanya menjadi diam dan menatap Kay dengan terkesima. Kay puas dengan dirinya hari ini. “Bagaimana mungkin wanita terhormat seperti anda berlaku hina seperti sekarang? Dia diam karena tidak ingin membuat anda memeperlihatkan kehinaan anda di depan orang banyak!”

Wanita itu sudah membuka mulutnya hendak melawan, tapi suaminya berusaha meredakan emosinya dan membujuknya untuk duduk. Pada akhirnya ia atau kalau dirinya sudah berperilaku yang tidak pantas dan sebaiknya dirinya tidak mengulanginya lagi. Duduk dan diam adalah pilihan yang tepat.

“Neechan, Lanjutkan!” Kay kembali berbicara kepada Matsuri dengan lembut. “Kau masih bisa kan?”

Matsuri menyeka wajahnya yang basah lalu mengangguk, ia kembali menyiapkan kata-katanya dan kembali berbicara dengan nada yang sama dengan yang tadi. “Aku minta maaf sebelumnya. Aku memang sudah melakukan kesalahan dengan mencintai suami wanita

Page 21: Beauty Honey

lain, Aku memang pernah menghubunginya lewat telpon dan pergi dengannya beberapa kali, tapi aku bersumpah kalau kami tidak seburuk dugaanmu. Aku tidak pernah tidur dengannya.”

“Sekarang nyonya. Apalagi yang ingin anda tanyakan?” Wanita itu memandang Matsuri dengan pandangan yang lebih

sabar meskipun belum bisa menyembunyikan kebencian seluruhnya, itu di tunjukkan dengan kata-kata bernada sinis yang keluar dari mulutnya. “Kau bilang kalau aku merebut suamiku darimu? Benar?”

Yoshi sudah kembali dan duduk di satu-satunya bangku yang tersisa. Ia mengamati dengan baik semua yang terjadi dari tadi, sekarang yang dilakukannya hanya menyimak dan sedikit tergerak saat mendengar pertanyaan dari kliennya. Pertanyaan seperti itu hanya memiliki satu jawaban dan Matsuri tidak ingin mengeluarkan satu katapun karena itu malah akan memperburuk suasana.

“Maaf, nyonya.” Yoshi menengahi. “Kau dapat kata-kata itu darimana? Aku cuma mangatakan kepadamu kalau Matsuri dan suamimu sudah memiliki hubungan jauh sebelum kalian berdua menikah dan itu adalah hasil penyelidikanku, bukan ucapan darinya. Salah ucapan bisa merusak reputasi kita semua, anda mengesankan kalau kata-kata itu anda dapatkan dari saya sebagai pengacara anda!”

Kay tersenyum dan wanita itu terdiam. Ia bersuara kembali dengan nada yang lebih sopan. “Nyonya, Bagaimana kau bisa menyimpulkan kata-kata seperti itu? Apakah suamimu mengatakannya? Dia membela diri dengan cara apa? Apa yang dikatakannya saat membela diri?”

Arata Kujou membulatkan matanya. Sekarang ia di serang dan dia pasti juga igin menyerang. Tapi kehormatannya membuat tuan Kujou memilih untuk diam. Kay yakin istrinya juga sudah tau tentang apa yang terjadi sebenarnya. Wanita itu pasti sudah menyadari kesalahan suaminya sehingga tidak satu patah katapun keluar dari mulutnya untuk menjawab pertanyaan Kay.

Kay menghela nafas, Semuanya harus berakhir. “Baiklah, tuan!” Katanya kepada Yoshi. “Anda tadi mengatakan kalau anda adalah pengacara nyonya ini kan? Sekarang kita ambil jalan tengah saja. Minta tuan Arata Kujou memilih. Istrinya, atau Matsuri.”

Page 22: Beauty Honey

Sebuah suara berdehem dengan tegas keluar dari mulut Yoshiki Hidaka. Ia memandangi semua orang satu persatu sebelum berbicara. “Kita mengadakan Mediasi disini untuk mnyelesaikan semua masalah secara baik-baik. Jadi tuan Kujou, kedua wanita ini sama-sama menganggap anda sebagai orang yang penting. Anda sebaiknya memutuskan sekarang juga, siapa yang anda pilih di antara keduanya. Saya harap siapapun yang di pilih dan siapaun yang tidak, bisa bersikap bijaksana. Tolong beri jawabannya sekarang juga!”

Arata Kujou memandang Matsuri sejenak dengan tatapan yang misterius lalu beralih kepada istrinya. Kemudian ia berkata dengan suara sengit. “Tentu saja aku memilih istriku. Aku menikahinya karena aku mencintainya dan perempuan ini hanya mengaku-ngaku. Aku harap semua masalah selesai sampai disini dan kita tidak perlu bertemu lagi!”

Mata Kay terbelalak. Kay tau walau bagaimanapun Matsuri adalah sosok yang pada akhirnya akan tetap di tinggalkan. Arata Kujou tidak akan pernah memilih Matsuri karena ia tetap harus menjaga nama baiknya. Sebagai seseorang yang berakal, mempertahankan rumah tangganya adalah pilihan terbaik. Tapi alangkah manisnya bila laki-laki yang kelihatannya sangat bermartabat itu bisa mengeluarkan kata-kata yang lebih sopan sebelum ia beranjak dan menyeret istrinya untuk pergi.

Page 23: Beauty Honey

Bab. 6

Untuk pertama kalinya Kay melihat Matsuri meneteskan airmata. Ia memandang keluar dan melihat Yoshi mengejar kliennya dan bercakap-cakap sebentar sebelum pergi. Airmata itu tidak lama hadir karena Matsuri segera menyekanya. Ia berusaha membersihkan pakaiannya yang di kotori Kopi berwarna kontras dengan sapu tangan yang di ambilnya dari dalam tas, tas yang sama dengan tas yang menjadi bantal Kay kemarin.

“Semuanya berakhir.” Ia berkata pelan. Kay masih memandanginya. “Kau merasa lega?” “Tentu saja!” “Bohong.” Mendengar ucapan Kay itu, Matsuri mengangkat wajahnya dan

balas memandang Kay. “Neechan. Berhentilah jadi orang yang sok baik! Jujur pada dirimu sendiri apa yang kau inginkan sekarang. Apa yang kau rasakan saat Arata mengatakan kata-kata terakhirnya?”

“Semuanya sudah bisa di duga. Aku tau pada akhirnya semua akan seperti ini!”

“Kau terlalu kuat untuk mengeluarkan airmata. Tapi tadi aku jelas-jelas melihat itu meskipun kau menyembunyikannya. Kau bilang, sekarang kau bukan guru lagi jadi tidak perlu bersikap seperti seorang guru. Kalau kau terus seperti ini kau bisa sakit, menumpuk petasan dalam satu ruangan bisa mengubahnya menjadi Bom yang bisa menghancurkan satu kota. Sekarang katakan padaku bagaimana perasaanmu yang sebenarnya. Kau mau jujur padaku, kan? Aku benar-benar menganggapmu sebagai seorang kakak, jadi jujurlah padaku seperti yang seharusnya di lakukan oleh seorang saudara.”

Page 24: Beauty Honey

Matsuri berhenti bergerak, ia menggenggam sapu tangannya dengan kedua tangan erat-erat lalu berbicara dengan nada yang pelan “Aku…Sakit hati. Tentu saja, Aku manusia normal yang merasa sudah di hina dan di tipu. Aku berusaha menjaga kehormatannya walau bagaimanapun, aku mencintainya dengan seluruh jiwa ragaku. Tapi dia berhubungan dengan wanita lain tanpa memberi tauku, membiarkan aku terus berharap. Sekarang dia sendiri yang turun tangan mengeluarkan kata-kata kasarnya untukku. Tapi aku tidak bisa apa-apa. Aku seorang perempuan, aib seperti ini akan melekat seumur hidup. Aku tidak akan bisa mengajar di sekolah manapun, aku juga merasa tidak pantas untuk tinggal di rumah orang tuaku, Aku banyak kehilangan…” Kata-katanya berhenti. Matsuri menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Sapu tangan yang tadi di genggamnya tertinggal begitu saja di atas pangkuannya.

“Ya. Kau memang tidak pantas!” Bisik Kay. Matsuri menghapus air matanya dan kembali berpura-pura

menjadi wanita yang hebat. Ia mengemasi barang-barangnya dan memberikan senyuman kepada Kay. “Terima kasih untuk hari ini!” Dan dia pergi keluar dari Coffee Shop dengan kepala tertunduk. Semua orang memandangnya dan Kay juga. Tapi Kay tidak akan terlena begitu lama kaena ia segera mengejarnya dan mengiringi langkah Matsuri sampai akhirnya gadis itu duduk di stasiun. Dia tidak berbicara sepatah katapun.

“Neechan, kau tidak ingin mengatakan apa-apa lagi?” Kay berusaha membujuknya.

Matsuri hanya menggeleng. “Kalau begitu ikut Aku ke Paris!” Kata Kay dengan keyakinan

penuh, Matsuri memandangnya dengan tatapan tak percaya. “Kau mau kan ikut aku ke Paris?”

“Paris?” “Iya, Paris! Kau mau kemana lagi? Dalam sekejap masalah di Coffee

Shop tadi akan menyebar, masalah ini juga sudah menjadi topik pembicaraan hangat di Osaka, Belum lagi Istri Arata Kujou yang bisa saja menyalahkanmu saat bergunjing dengan teman-temannya. Semua orang disini akan membuatmu menundukkan wajah setiap kali

Page 25: Beauty Honey

melihatmu berjalan sampai akhirnya kau mengurung diri di dalam kamar dan lama kelamaan menjadi orang gila yang suka berbicara sendiri.” Kay menghentikan ucapannya, Sebuah tawa ringan hadir dari bibir Matsuri meskipun hanya sekejap.

“Apa yang harus ku lakukan di Paris?” “Menjadi model.” “Model? Aku tidak akan bisa, aku tidak punya bakat!” “Kenapa? Kau hanya perlu di poles sedikit. Neechan, Aku selalu

memilih sendiri model yang menggunakan gaun rancanganku dan kau adalah orang yang tepat.”

Kali ini Matsuri benar-benar tertawa. “Aku terlalu tua untuk jadi model. Seharusnya kau mencari remaja yang seusia dengan Sachi atau anak-anak yang usianya masih belasan tahun.”

“Aku perancang busana pengantin, Mana mungkin kubiarkan anak-anak berusia belasan tahun menjadi modelku. Remaja seperti mereka semua lebih pantas menggunakan seragam sekolah.”

Matsuri menggeleng tidak yakin. Ia mungkin tetap akan disini, hidup sebagai orang biasa yang apa adanya. “Aku..”

“Bagaimana bila ku katakan, kita bisa membalaskan semua sakit hatimu dengan ini?” Kay memotong ucapan Matsuri lagi. Matsuri memandangnya dengan kening yang berkerut. “Aku akan mengubahmu menjadi wanita yang di inginkan laki-laki. Kau bisa membuat Arata tergila-gila kepadamu dan setelah itu kau bisa membuangnya, mencampakkannya, menghinanya seperti yang di lakukannya padamu.”

“Kenapa?” Matsuri memandangi Kay dengan tatapan penuh tanya. “Kenapa kau melakukan semua ini?”

Kay berdehem pelan lalu memandang Matsuri dengan tatapan penuh keyakinan. “Karena aku juga punya masalah yang mirip denganmu, Tapi aku masih menunggu sampai sekarang sedangkan penantianmu, sudah berakhir beberapa saat yang lalu!”

Page 26: Beauty Honey

Bab. 7

Matsuri terpaku menatap dirinya di cermin, Sebuah blouse bernuansa merah hitam yang terbuat dari bahan cotton Spandex di kenakannya dengan sangat tidak percaya diri. Ini bukan dirinya, sama sekali bukan. Matsuri tidak akan menggunakan bahan setipis ini untuk dirinya, tidak pernah membiarkan bahunya terbuka dan tidak pernah nyaman kalau harus membiarkan pahanya tertiup angin begitu saja. Ia seperti orang yang berbeda dan ini semua karena Kay. Matsuri menghela nafas.

“Neechan, Bagaimana? Kalau sudah kau kenakan cepatlah keluar! Aku ingin melihatmu mengenakannya!”

Suara Kay terdengar jelas dari balik tirai fitting room dimana Matsuri berdiri sekarang. Perlahan ia menyembulkan kepalanya keluar sambil memegang tirai erat-erat. Kay memandangnya dengan pandangan heran.

“Kenapa?” Tanya Kay. “Aku tidak percaya diri!” “Kenapa? Itu buatan Kaede dan dia akan kecewa kalau kau seperti

itu, tidak percaya diri karena menggunakan rancangan seseorang sangat menyinggung perancangnya!”

“Bukan begitu, bajunya bagus, hanya tidak pantas untukku!” Kay mengangkat sebelah alisnya. Ia menoleh kepada seorang

wanita yang berada di belakangnya, Wanita yang berpenampilan sangat modern tapi santai itu adalah Kaede. Dia tidak kelihatan tersinggung seperti yang sudah Kay katakan. Kaede tidak begitu peduli.

“Pakaian tergantung pada siapa yang memakainya. Kalau pemakainya saja tidak percaya diri maka tidak akan jadi bagus.” Wanita itu ikut berkomentar. Ia berjalan mendekati Matsuri di fitting room lalu

Page 27: Beauty Honey

kembali berujar. “Apa yang membuatmu tidak percaya diri? Boleh aku masuk?”

Matsuri menghela Nafas lalu mengangguk. Selanjutnya seluruh tubuhnya di pandangi oleh Kaede dengan cermat sesaat kemudian ia keluar dari fitting room dan kembali membawa sesuatu. Sebuah kotak pipih berwarna hijau Zaitun di sodorkan kepada Matsuri diiringi sebuah senyum yang sejak tadi tidak tampak. Akhirnya Kaede tersenyum kepadanya, Matsuri bisa lebih merasa lega lalu mengambil alih kotak itu dan membukanya. Sebuah Bra? Kaede membuat keningnya berkerut.

“Apa ini?” “Apa lagi? Masa tidak tau? Ini Bra Neechan! Proporsional Bra yang

bisa meningkatkan kepercayaan diri seorang perempuan. Ini juga bisa membuatmu terlihat lebih langsing. Pakailah dulu kalau sudah selesai panggil aku di luar. Oke!”

Kaede keluar dari fitting room dengan meninggalkan keheranan di batinnya. Sedangkan Kay, ia masih menanti dengan tidak sabar. Untuk mengenakan sebuah pakaian saja ia harus menunggu selama ini. Matsuri begini bukan karena ia tidak tangkas, tapi karena wanita itu sedang tidak percaya diri. Kay sendiri kebingungan dengan sikapnya kepada Matsuri, mengapa ia berusaha mengubah Matsuri menjadi seseorang yang di inginkannya? Matsuri Tokeino sudah memiliki gayanya sendiri selama ini, tapi belakangan gadis itu menjadi orang yang berbeda dari dirinya yang dulu. Kay memejamkan matanya dan berfikir, Matsuri adalah teman yang paling mengerti dengan perasaannya sekarang, karena mereka memiliki masalah yang mirip. Kita tidak akan mengerti dengan perasaan seseorang kecuali kita pernah mengalami masalah yang sama Kan? Itu motivasinya. Kay meyakini dengan sepenuh hati kalau dirinya tidak memiliki motivasi yang lain.

“Kay, Kau siap melihatnya?” Suara Kaede mengagetkan Kay, matanya yang tadi hanya berisi

pandangan kosong memandang berkeliling mencari Kaede tapi wanita itu tidak ada di butiknya. Sebuah grasak-grusuk yang menyebabkan tirai fitting room bergoyang-goyang membuat Kay sadar kalau isinya bukan hanya satu orang. Suara Kaede tadi pasti berasal dari sana. Kay

Page 28: Beauty Honey

menahan Nafas begitu tirai di buka, ada orang lain lagi disana. Tidak, Masih Matsuri tapi berbeda dengan dia yang biasa. Terlihat Lux seperti Sachi, Cantik seperti Bian, dan malu-malu seperti Ivea. Kay menghembuskan nafas berat, ia mengingat Ivea lagi.

“Aku merasa aneh!” Bisiknya. Matsuri menggoyang-goyangkan lengannya yang di tutupi Rib ketat berwarna hitam lalu menyembunyikan kedua tangannya di balik tubuhnya. Kaki yang selalu di tutupi celana panjang khaki itu ternyata cukup panjang dan indah. Tentu saja Matsuri sangat cantik tapi selama ini semuanya tersembunyi dengan apik oleh sikap dewasanya sebagai seorang pendidik. Tubuhnya yang selama ini kelihatan gemuk ternyata bisa membuatnya terlihat lebih istimewa. Pipi chubby, dan tubuhnya yang berlekuk jelas seperti gitar spanyol itu membuat Matsuri tampak berbeda denga gadis Jepang yang pada umumnya selalu tampak langsing dan bertubuh mungil. Matsuri, saat ini ia memiliki kecantikan gadis-gadis pada zaman Renaisance. Seperti Kate Wilnslet dalam film Titanic.

Kay tersenyum puas. Kaede menambahkan sandal tunik dengan bebatuan berwarna hitam dan berhak datar. Matsuri terlihat lebih santai.

“Neechan, kau tidak aneh!” Gumam Kay. “Kau terlihat lebih muda lima tahun di bandingkan dengan usiamu!”

Matsuri tertawa dengan gaya unik, ia menggoyangkan kepalanya untuk memandang kearah lain sambil menggigit lidahnya yang berwarna merah pucat. Dia sedang malu-malu. Tidak perlu make Up, Bahkan Matsuri masih mengenakan kacamatanya tapi itu tidak mengubah pendapat Kay kalau ia terlihat lebih muda lima tahun di bandingkan usianya sekarang.

“Kalau begini Kau siap ku bawa ke Paris!” “Aku belum bilang kalau aku setuju dengan itu!” Matsuri

membantah, ekspresi malu-malunya sirna setiap kali Kay menyebut-nyebut Paris. “Aku tidak bisa kesana setidaknya minggu ini!”

Kay tertawa. “Ikut aku ke Paris Besok, bukan berarti kita benar-benar berangkat besok. Kita kesana saat tahun baru karena fashion Show di adakan dalam rangka menyambut tahun baru. Kau bisa bayangkan berapa bulan lagi itu akan terjadi?” Kay kemudian mengambil tas Matsuri yang berada di atas meja yang tadi disandarinya

Page 29: Beauty Honey

dan kemudian menggenggam tangan Matsuri erat-erat. “Ayo, hari ini kita jalan-jalan sepuasnya!”

“Hey!” Kaede berteriak. “bagaimana dengan pakaian Neechan yang tertinggal di fitting room?”

“Buang saja!” Jawab Kay, Ia menoleh kepada Matsuri yang melotot kepadanya. Wanita itu menggembungkan pipinya seperti balon karena kesal terhadap perlakuan Kay pada pakaiannya. “Kenapa?”

“Kenapa harus di buang? Aku masih bisa memakainya lagi!” “Tidak usah. Kau bukan guru lagi jadi berhentilah berpenampilan

seperti seorang guru! Dengan pakaian-pakaianmu itu kau terlihat seperti ibu-ibu yang sudah memiliki dua orang anak. Pantas saja Arata memilih istrinya dan meninggalkanmu!”

“Lalu kapan kau akan bayar semuanya?” Kaede berteriak lagi. “Pasti ku transfer secepatnya!” Jawab Kay. “berhentilah berteriak,

aku masih ada di dalam tokomu. Kalau sikapmu seperti ini kepada pelanggan, semua pakaianmu tidak akan laku!” Kay mengembangkan senyumnya lalu menyeret Matsuri untuk pergi bersamanya.

Matsuri berusaha membungkukkan badannya dan mengucapkan terimakasih kepada Kaede yang lebih memilih lambaian tangan sebagai caranya untuk menjawab salam itu.

Page 30: Beauty Honey

Bab. 8

Hari ini Semuanya benar-benar berbeda dengan kemarin dan kemarinnya lagi. Tadi pagi-pagi sekali Kay melempar kerikil ke jendela kamarnya dan memintanya untuk keluar rumah dengan bahasa isyarat sederhana. Dan sekarang mereka berjalan menuju sebuah restoran yang khusus menjual udon untuk makan siang. Setiap kali mendengar Kay bicara, Matsuri seolah-olah merasa kalau Natsuki sedang bersamanya. Kay memanggilnya Neechan dan juga memiliki gaya bicara yang sama dengan Natsuki. Meskipun begitu Kay lebih sopan bila di bandingkan dengan adik semata wayangnya itu. Karena itu Matsuri berusaha menyikapi Kay sebagaimana ia menyikapi Natsuki dan kelihatannya Kay menikmatinya.

“Neechan, Kita makan udon nomor tiga saja!” Kata Kay setelah mereka berdua duduk di bangku yang kosong. Restoran sangat ramai dan sesak. Musim liburan adalah musim senang-senang, semua orang berusaha menghibur diri dengan keluar rumah sehingga restoran apapun pasti sedang penuh dan sesak seperti restoran udon ini. “Udon Nomor tiga, dua porsi!”

Pelayan menerima pesanan dengan senang hati. Laki-laki ini sama persis seperti Natsuki, suka memaksa dan bertindak seenaknya. Kapan Matsuri setuju untuk memesan udon nomor tiga?

“Kau belum bertanya apakah aku akan memakannya atau tidak!” Matsuri menggerutu.

“kalau Neechan tidak mau, semuanya biar aku yang habiskan!” Matsuri menggigit bibirnya. Mereka menanti Udon di antar dan

mulai menyantapnya dengan lahap beberapa menit kemudian. Walau bagaimanapun Matsuri bukan orang yang suka membuang-buang

Mi Jepang yang bentuknya bulat

Page 31: Beauty Honey

makanan, ia juga bukan orang yang menghindari jenis makanan tertentu. Singkatnya, ia adalah jenis spesies pemakan segalanya dan membenci orang yang bertingkah dengan makanan. Alasannya selalu alasan kemanusiaan; banyak orang diluar sana yang kelaparan, jadi bersyukurlah karena kita masih bisa makan.

Setelah makan siang Mereka berkeliling lagi, menjelajahi semua tempat dan berakhir di pantai lagi setelah malam menjelang. Matsuri merasa seperti berlibur di kampung halaman sendiri, menemani turis aneh yang memanggilnya Neechan seolah-olah mereka terlahir dari Rahim yang sama. Kay sangat mudah berdekatan dengan orang lain sedangkan Matsuri tidak. Tapi laki-laki itu berhasil membuat Matsuri merasa kalau ia dan Kay seimbang, saling mengisi, saling memahami, dan Matsuri tau alasannya; karena mereka memiliki masalah yang sama.

“Coba ceritakan tentang dia!” Matsuri memandangi Kay yang tiba-tiba mematung setelah mendengar ucapannya. Laki-laki it uterus berbicara seharian seolah-olah kepalanya adalah gudang data dan ia tidak bisa melupakan satu momen pun yang penah terjadi dalam hidupnya. Kay menceritakan semuanya kecuali tentang masalahnya.

“Dia siapa?” “Dia yang sedang kau tunggu, dia yang membuatmu menanti

sampai sekarang dan membuatmu ada disini bersamaku dan benar-benar membuatku lelah selama seharian. Kalian bertemu dimana? Wajahnya seperti apa? Kau punya fotonya?”

Kay menggeleng pelan. “Aku bahkan tidak membawa satupun fotonya untuk di perlihatkan padamu. Aku dan dia hanya pernah berfoto satu kali untuk kepentingan majalah, dan aku tidak sedang membawanya.”

“Kenapa kau tidak memutuskan untuk bertanya kepadanya, dia memilihmu atau orang lain yang membuatmu pergi melarikan diri seperti ini? Seperti yang sudah kau lakukan kepada Arata waktu itu. Apa harus aku yang bertanya kepada gadis itu?”

“Aku sama sepertimu. Sudah tau keputusan akhirnya seperti apa. Aku akan di tolak juga karena selama ini hanya jadi orang ketiga. Tapi terlalu takut untuk mendengar penolakan. Sebelum pergi aku memintanya menemuiku bila dia sudah yakin, saat bertemu dia boleh

Page 32: Beauty Honey

melakukan apa saja kepadaku, tapi hampir setahun dan dia sama sekali tidak datang.”

“Jadi menurutmu tidak datang berarti tidak cinta?” Kay menutup matanya dengan jari-jari kedua tangannya. Ia

menghirup udara sebanyak-banyak mungkin dan mengehembuskannya lewat mulut, terus begitu dan berkali-kali. “Aku punya teman disana. Namanya Tara. Tara bilang kalau dia menanyakanku setiap hari pada bulan pertama, aku sangat senang dan terus berharap. Tapi sekarang tidak lagi. Dia kembali kekehidupannya yang semula tanpa aku, bekerja di galeri sepeti biasa dan selalu bersama Nathan, laki-laki itu.”

“Kalau begitu kenapa masih berfikir untuk menunggu?” Kay angkat bahu lalu berbaring di atas pasir. Ia merogoh tas

Matsuri yang sejak tadi di bawanya dan mengotak-atik ponsel gadis itu. “Nomor ponselmu berapa, Neechan? Besok aku akan menjemputmu lagi!”

“Kau kesepian ya?” Matsuri masih melanjutkan pertanyaannya. Ia tau kalau Kay sedang berusaha mengalihkan pembicaraan tentang wanita yang entah siapa. Sampai sekarang Kay tidak menyebut-nyebut namanya. “Kau kesepian, makanya selalu mengajakku pergi?”

“Kalau aku bilang iya, Apa kau akan selalu menemaniku?” Semuanya mendadak berubah menjadi serius. Kay memandangi langit yang gelap sambil mendengarkan sebuah lagu yang di putar dari ponsel Matsuri dengan suara yang tidak begitu keras. As one, lagu yang gembira dan sangat tidak cocok dengan suasana saat ini. “Aku selalu sendirian, Neechan! Sejak dulu temanku yang terdekatpun tidak pernah ada untuk bersama denganku seharian penuh sepertimu saat ini, ibu, Sachi dan yang lain juga sama. Aku sudah terbiasa dengan sepi, jadi tidak usah khawatir.”

“Aku tidak khawatir, Kau terlalu hebat untuk di khawatirkan oleh orang sepertiku!” Matsuri tersenyum untuk dirinya sendiri kemudian mengambil ponselnya dari tangan Kay.”Sudah malam, aku mau pulang!”

“Aku antar ya?”

Page 33: Beauty Honey

“Tidak usah! Kau bisa di kejar-kejar Ayahku dengan Katananya kalau dia melihatmu mengantarku malam-malam begini. Tadi pagi aku sudah pergi tanpa izin dan pulang memakai pakaian yang berbeda dengan yang kupakai tadi pagi. Bisa di banyangkan bagaimana nasibmu nanti!”

Pedang yang di gunakan para Samurai di Jepang

Page 34: Beauty Honey

Bab. 9

Hirup, hembuskan. Hirup, hembuskan. Hirup, hembuskan. Kay memandangi jendela kamar Matsuri di lantai dua. Dia sudah

ketergantungan, sudah seminggu penuh setiap pagi Kay selalu melakukan hal yang sama, menanti Ayah Matsuri keluar rumah di pagi hari dan masuk setelah laki-laki itu benar-benar menjauh. Matsuri selalu mengatakan kepada Kay untuk meminta izin kepada orang tuanya bila mengajaknya pergi karena dia bukan anak kecil yang mau di ajak kabur-kaburan setiap hari. Maka Kay berusaha untuk selalu melakukan itu tapi dengan sebuah strategi, menemui ibunya karena ibu lebih pengertian bila di bandingkan dengan Ayah dan selalu memberi izin meskipun dengan petuah yang menggunung. Sedangkan dengan tuan Tokeino, Kay sudah pernah di tolak beberapa kali dan itu membuat Matsuri menertawakannya di telpon.

Hari ini tuan Tokeino tidak keluar rumah. Kay sudah memandangi jam tangannya berkali-kali dan sudah hampir siang. Ia mulai gelisah, takut dan…entahlah. Ia ingin jalan-jalan lagi hari ini meskipun selalu datang ke tempat yang sama, meskipun harus menghabiskan banyak uang, meskipun harus jalan kaki sehingga kulitnya berubah menjadi lebih gelap. Kay melempar sebuah kerikil ke jendela kamar Matsuri, tapi gadis itu tidak membuka jendelanya seperti biasa. Ponselnya bordering nyaring, Secepat mungkin Kay berusaha mengeluarkannya karena takut keberadaannya ketahuan bila ada yang mendengar dering ponselnya. Dari Matsuri.

“Moshi-moshi!” Jawab Kay sambil berbisik. “Neechan, kenapa kau tidak membuka jendela. Atau kau sedang tidak di rumah sekarang?”

Halo, dalam bahasa Jepang

Page 35: Beauty Honey

“Aku tidak bisa keluar rumah hari ini. Jadi kau pulang saja karena aku sedang di hukum!”

“Kenapa? Berapa umurmu sekarang sampai-sampai Ayahmu masih berfikir untuk menghukum putrinya yang usianya hampir memasuki kepala tiga?”

“Ayahku sudah tau kalau aku tidak mengajar lagi. Tapi aku tidak mengatakan sebabnya, dia marah besar karena berfikir aku melakukannya hanya untuk bermain-main denganmu!”

“Apa?” “Karena itu, pulanglah. Tidak usah datang lagi!” “Bagaimana kalau aku kesepian? Aku harus apa?” “Kau bisa menelponku. Aku tidak bisa kemana-mana sementara

waktu karena Ayah sedang menungguiku di depan pintu kamar. Walau bagaimanapun aku ini tetap putri dari seorang Ayah yang khawatir dengan anaknya. Aku tidak bisa bertindak bebas sebebas yang aku mau.”

“lalu bagaimana dengan Paris?” “Aku tidak pernah bilang akan ikut, bodoh! Berhentilah bersikap

manja seperti itu. Sudah berapa umurmu sehingga kau terus bermanja-manja kepadaku setiap hari.” Terdengar suara tawa dari sebrang sana, Matsuri kelihatannya senang bisa membalas kata-katanya meskipun ia berusaha menyembunyikannya. Kemudian bunyi pintu di gedor terdengar nyaring, bukan hanya dari telpon. Matsuri menutup telponnya dan Kay tidak mendengar apa-apa lagi.

Ia mengetik sesuatu dan mengirimkannya keponsel Matsuri dengan perasaan kecewa.

Aku akan menunggumu keluar disini seharian (Delivered; NeeChan xxx) Kay termangu, menunggu. Ia hanya ingin melihat wajahnya hari ini.

Seminggu selalu bersama Matsuri menghabiskan waktu bersama membuatnya merasa hampa jika tidak melihat wajahnya. Seminggu bergaul sejak pagi sampai malam benar-benar sudah membuat Kay

Page 36: Beauty Honey

terbiasa dan menjadi tidak biasa bila tidak bermain bersama. Ia kembali kemasa remajanya pada usia yang nyaris menginjak tiga puluh tahun. Ponselnya bordering lagi, Matsuri membalas pesannya.

Kenapa kau malah Membuat dirimu sendiri Lelah? Pulang saja. (Sender : NeeChan xxx) Kay mendengus kesal. Besok ia harus kembali ke Tokyo dan dia

harap bisa melihat Matsuri untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya Kay tenggelam dalam kesibukan untuk membantu ibunya di Tokyo. Ia juga harus mempersiapkan gallery barunya yang akan di resmikan pada Valentine tahun depan dan sama sekali tidak tau apakah akan bertemu dengan Matsuri lagi atau tidak.

Aku besok harus ke Tokyo Buka jendela, biarkan aku melihatmu Sebentar saja! (Delivered: Nee Chan xxx) Kay mengirimnya lagi dan segera mendapat balasan. Ia senang

karena Matsuri membalas lebih cepat daripada balasan yang pertama. Aku tidak bisa. Ayahku mencurigai bunyi sekecil Apapun, Jendela kamarku Berderit kalau di buka Maaf. (Sender: NeeChan xxx) Aku bisa gila! Kenapa aku memulainya? Sekarang aku tidak bisa lepas

darimu Neechan! Gumamnya dalam hati. Kapan akan ada kesempatan? Ia sangat ingin pergi bersama lagi hari ini tapi melihat wajahnyapun ia tidak bisa. Kay menghentak-hentakkan kakinya keras-keras. Ia mengambil batu kerikil dalam jumlah yang banyak dan melempar jendela kamar Matsuri dengan serangan yang beruntun. Tidak lama

Page 37: Beauty Honey

kemudian Jendela terbuka, Tuan Tokeino Mencaci maki Kay sambil menjulurkan tangannya. Ia berusaha melempar apa saja yang tidak terpakai. Beberapa buah buku mengenai kepala Kay. Sebuah Vas keramik nyaris saja menghantam wajahnya jika Kay tidak menghindar. Laki-laki itu terus seperti itu dan tidak mau berhenti jika Kay tidak pergi. Kay berusaha memandang Matsuri disana, di belakang punggung ayahnya. Gadis itu berusaha menyembunyikan tawanya dan kemudian mendapat amarah yang sama dengan yang Kay dapatkan. Tuan Tokeino memukul putrinya dengan sebuah buku sehingga Matsuri bergerak kearah lain. Tidak lama kemudian Jendela itu tertutup lagi dan dalam sekejap suasana gaduhpun lenyap.

Page 38: Beauty Honey

Bab. 10

“Sekarang bagaimana dengannya?” Kay bertanya dengan penuh harap. Ia berjalan pelan menuju jendela kamarnya dan berharap bisa menemukan ketenangan. Di sebelah telinganya, ponselnya menempel dengan manis. Dia sangat mengharap jawaban dari Tara yang menjawab telpon dari Kay dengan nada yang biasa.

“Aku harus menjawab apa lagi? Masih sama. Kau tidak mengizinkan aku memberitahu apa-apa kepada Ivea, jadi mereka pasti sudah malas bertanya kepadaku lagi tentang ini.”

“Apa dia sama sekali tidak bertanya tentang aku? Maksudku, dia tidak…”

“Sudahlah,”Potong Tara. “Mau sampai kapan kau begini? Kalau ingin tau tanyakan sendiri, dia pasti juga sedang bingung, Kay!”

“Seharusnya dia tau kalau aku mencintainya. Aku sudah mencurahkan perhatian dalam segala bentuk, aku sudah menunjukkan kepadanya kalau aku menginginkannya. Bahkan aku menciumnya sebelum aku pergi. Bagaimana mungkin dia tidak bisa merasakannya?”

“Perbuatan dan perkataan memiliki Efek yang berbeda! Kau masih mau berharap terus atau mencari kepastian?”

“Aku masih akan terus menunggu” Jawab Kay, “Sampai aku bosan!” Jauh di sebrang sana suara Tara terdengar mengerang. Ia menutup

telpon dengan kasar dan Kay tau kalau gadis itu pasti sangat kesal. Nyaris selama setahun Kay selalu menelponnya setiap hari untuk menanyakan keberadaan Ivea dan ia hanya alfa melakukan itu selama seminggu saat keberadaannya di Fukuoka. Saat bersama dengan Matsuri meskipun tetap terkenang-kenang pada Ivea, Kay bisa menahan diri untuk tidak membicarakannya. Kay memandang ranjangnya lalu merebahkan diri disana. Ia menatap atap kamarnya dan teringat dengan

Page 39: Beauty Honey

lagit malam di tepi pantai, teringat dengan pasir, teringat dengan kopi buatan rumah, teringat dengan Matsuri. Sudah lebih dari dua minggu kesibukannya benar-benar menanjak sehingga ia tidak sempat menghubungi gadis itu lagi. Sekarang dia bagaimana?

Page 40: Beauty Honey

Bab. 11 Kay menekan tuts ponselnya lalu mendekatkan ponsel ketelinganya.

Sebuah nada tunggu membuat jantungnya berhenti berdetak dan itu cukup untuk membuatnya membatalkan telponnya lagi. Ini ketiga kalinya dalam seminggu terakhir. Kay tidak yakin untuk menghubungi Matsuri karena beberapa kali Matsuri tidak membalas pesannya. Ponselnya juga jarang aktif dan selalu membuat Kay putus asa. Seseorang membuka pintu kamarnya, Sachi Fujisawa masuk dan berbaring di sebelahnya. Lama Ia memandangi Kay dengan tatapan penasaran tapi tidak mengatakan apa-apa.

“Kau tidak ke kampus hari ini?” Kay memulai, karena sepertinya sachi tidak akan pernah memulai.

“Nichan, kau kenapa? Ada masalah apa? Dari kemarin sore tidak keluar kamar sama sekali, tidak makan, minum, jangan bilang kalau Nichan juga tidak mandi!”

“Biarpun aku tidak melakukan apa-apa, tidak mandi adalah hal yang mustahil bagiku!”

Sachi mengangguk-angguk sambil mengeluarkan ekspresi yang mengejek. Ia benar-benar membuat Kay kelihatan kesal. Kay melangkah menuju kamar mandi dan meninggalkan Sachi sendirian di atas ranjang berisi air itu. Kay yang bersikap tidak biasa semenjak kembali ke Tokyo dalam waktu yang lama kali ini, seringkali membuat Sachi canggung untuk mengajaknya bercanda seperti biasa. Padahal Kay adalah salah satu saudara yang memiliki semangat paling tinggi untuk mengganggunya. Sachi selalu berusaha memancing pertengkaran tapi tida ada satupun yang berhasil, Kay sudah membuatnya putus asa.

Aku mau tukar kakak saja! Sachi membatin. Ponsel Kay bergetar, ia meninggalkan ponselnya begitu saja di tempat tidur? Sungguh sebuah kesempatan yang langka. Sachi meraih ponsel yang tergeletak di tempat

Page 41: Beauty Honey

yang tidak jauh darinya dengan penuh semangat sehingga membuat kasur air itu bergoyang-goyang dengan hebat. Sebuah pesan dari Neechan? Sachi memaju mundurkan bibirnya curiga.

Ada apa? Kau baik-baik saja? kau serius menelponku Atau tidak? Kenapa setiap kali ku angkat Selalu kau tutup lagi? (Sender: Neechan xxx) Sachi menggeledah ponsel Kay dengan lebih brutal, Ia memeriksa

semua folder dan hanya ada pesan dari Neechan disana. Siapa Neechan ini? Tangan-tangan mungilnya menekan tuts dan membuka satu folder yang membuatnya yakin akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan dari lubuk hatinya yang paling dalam. Folder bernama Neechan itu memuat beberapa foto yang sepertinya di ambil secara diam-diam dan beberapa lagi di foto dengan sengaja. Foto-foto yang menarik karena Sachi mengenal wanita itu, meskipun penampilannya sangat berbeda dengan yang biasa Sachi lihat, Sachi mengenalnya.

“Apa yang kau lakukan?” Kay menggeram sambil memandangi Sachi dengan bertolak pinggang dan memasang wajah galaknya.

Sachi memamerkan giginya karena ketahuan. “Nichan, ini Senseiku kan? Kalian ada hubungan apa? Liburan musim panas kemarin bersama-sama ya?”

Kay berusaha merampas ponselnya tapi Sachi degan sigap mengelak. Sempat terjadi pergumulan beberapa saat tapi Kay akhirnya mengalah karena Sachi dengan tubuh mungilnya cukup gesit untuk menghindar. Nafasnya yang terengah-engah membuat Kay memilih kembali berbaring di ranjangnya sambil menatap langit-langit.

“Nichan, Kau benar-benar bersama Sensei?” “Kalau iya kenapa?” “Wah, kenapa tidak mengajakku? Aku mau ikut kalau tau kau

menghabiskan liburan musim panas bersamanya! Kau memanggilnya Neechan? Dia pacarmu atau kakak angkatmu? Kalau pacar seharusnya

Page 42: Beauty Honey

di panggil Honey kan? Memanggil pacar dengan sebutan Neechan sangat tidak sopan!”

“Aku tidak pacaran dengan dia! Kami cuma berteman!” Sachi mendengus. “Lalu kenapa liburan bersama?” “Bukannya kau teman Natsuki? Kau sama sekali tidak tau kalau

keluarganya tinggal di Fukuoka?” Sachi melamun sejenak, dia tidak ingat apa-apa tentang itu.

Sepertinya Alzheimernya kumat lagi dan membuatnya lupa dengan keluarga Natsuki. Tapi siapapun orangnya pasti akan lupa dengan itu karena dia sudah lulus sekolah hampir lima tahun yang lalu. Sayangnya Sachi harus menunda untuk kuliah sedangkan Natsuki entah jadi apa di Inggris sana. Sachi memperlihatkan pesan dari Matsuri yang dibacanya tadi kepada Kay. “Kalau mengenai ini, jawabanmu apa?”

Kay memandang pesan itu dan membacanya dengan ekspresi tak percaya, akhirnya Matsuri mengirimi pesan untuknya. Ternyata Matsuri selalu hampir mengangkat telponnya. Kay jadi semakin merasa malu dan bodoh, dia tidak akan sanggup bertemu dengan Matsuri karena hal ini.

“Jawab!” Sachi mulai mendesak. “Kau sering menelponnya, tapi menutupnya lagi sebelum dia sempat menjawab, ada apa denganmu?”

Kay menghembuskan nafas dengan keras. “Bagaimana ya? Aku suka kalau bersamanya. Dia membuatku ketergantungan dengan keberadaannya, mungkin karena selama seminggu disana, aku selalu bertemu dengannya setiap pagi dan kami akan bersama seharian sampai larut malam sebelum akhirnya kami berpisah. Dia tidak pernah membuatku merasa bosan, tapi aku tidak mencintainya. Aku bahkan tidak pernah merasa begini dengan orang yang aku cintai! “

“Aku mengerti, Nichan! Kau cuma sedang terserang penyakit yang namanya merasa nyaman pada seseorang untuk pertama kalinya seumur hidupmu. Aku juga begitu pada Natsuki! Tapi akhirnya tidak bertahan lama karena kami berpisah begitu lulus sekolah. Meskipun masih berhubungan lewat telpon tentu saja tidak sama lagi, Sahabat ya, sahabat. Tapi sahabat tidak bisa bersama kita selamanya karena dia juga punya kehidupan sendiri”

Page 43: Beauty Honey

“Benarkah begitu?” Kay bertanya penasaran, ia bisa bernafas lega karena mendapat jawaban dari perasaannya. Semula ia fikir dirinya sedang jatuh cinta pada Matsuri, tapi mana mungkin begitu sedangkan Matsuri sama sekali tidak bisa membuatnya melupakan Ivea, Matsuri hanya mampu memberinya kenyamanan yang menyebabkan rasa malangnya bersembunyi untuk sementara waktu. Seandainya ia bisa merasakan perasaan nyaman itu selamanya pasti menyenangkan.

“Seandainya bisa bermain catur dengan Natsuki setiap sore seperti waktu-waktu di asrama seumur hidup, pasti menyenangkan!”

Kay mengerjapkan mata, kata-kata Sachi yang senada dengan apa yang Kay fikirkan membuat Kay duduk bersila di atas tempat tidur sambil memandangi adiknya yang berbaring di sebelahnya. “Apa tidak bisa kita seperti itu selamanya? Bersama dengan orang yang membuat kita merasa nyaman rasanya bahkan lebih baik di bandingkan dengan bersama dengan orang yang kita cintai!”

“Tentu saja begitu. Bersama orang yang kita cintai, hati kita akan sering bergolak. Jantung berdetak lebih cepat dari biasanya, cemburu kalau melihatnya besama orang lain, merasa benci kalau di lupakan. Kalau dengan orang yang membuat kita nyaman tidak begitu!”

Tunggu dulu, Kay sering merasa kalau jantungnya berdegup kalau melihat sesuatu yang berbeda dari Matsuri, saat menelponnya juga seperti itu. Itu semua tidak berarti cinta kan? Mana mungkin begitu. sekali lagi, bila ia mencintai Matsuri seharusnya ia melupakan Ivea. Dia tidak pernah melupakan Ivea dan selalu dirundung perasaan duka setiap kali mengingatnya. Tapi saat bersama Matsuri, ia mengingat Ivea dengan perasaan gembira. “Apa kau tidak pernah berdebar kalau di dekat Natsuki?”

Sachi menerawang, ia sedang mengingat-ingat masa-masa lima tahun yang sudah lewat. “Tentu saja pernah. Walau bagaimanapun aku dan dia berbeda jenis, Nichan. Debaran seperti itu rasanya normal. Yang pasti, bertengkar dengan Kenji selalu membuat perasaanku jadi sangat buruk. Tapi berdebat dengan Natsuki, meskipun kesal pada awalnya suasana hatiku akan membaik setelah itu, lalu kami bisa tertawa lagi, main catur lagi lalu bertengkar lagi, dan begitu seterusnya! Saat bersama Sensei perasaanmu bagaimana?”

Page 44: Beauty Honey

“Aku merasa seperti sedang bersamamu! Hanya saja, dengannya aku tidak pernah berkelahi!”

“Kalau begitu sama, Kau tidak perlu memperjelasnya lagi. Kau sedang ragu dengan perasaanmu, kan? Kau takut kalau kau jatuh hati pada Sensei? Meskipun kau tidak jatuh hati padanya, ada baiknya kau menikah dengan Sensei, aku akan senang punya kakak ipar seperti dia, aku dan Natsuki bisa jadi saudara dan kita akan selalu bersama dengan orang yang membuat kita nyaman selamanya. Jadi kalau aku dan Kenji bertengkar, aku masih bisa mencari Natsuki seperti saat sekolah dulu!”

“Ya, kau ingin memanfaatkanku untuk kebahagiaanmu sendiri? Kau bisa mendapatkan keduanya, orang yang membuatmu nyaman dan orang yang kau cintai. Kau egois Sachi chan!”

“ Umurmu sudah tua, sampai kapan akan terus mencari-cari cinta? “

Sachi melemparkan ponsel Kay kepada pemiliknya lalu beranjak turun dengan susah payah dari ranjang itu. Sebelum menutup pintu ia berteriak kepada Kay. “Kasur airmu itu, seharusnya di pakai oleh orang yang sudah menikah Nichan!” dan bunyi debuman keras kemudian menandai kalau Sachi Fujisawa benar-benar sudah meninggalkan Kay seorang diri di dalam kamarnya.

Page 45: Beauty Honey

Bab. 12

“Laki-laki yang seperti perempuan itu, dia tidak datang lagi?” Nyonya Tokeino berbicara dengan suara lantang di iringi bunyi mata pisau yang beradu dengan tatakan kayu.

Matsuri masih lesu memandangi sarapan paginya dengan tidak bersemangat. Baru selamat dari hukuman ayahnya sama sekali tidak membuatnya lega karena ia terus teringat-ingat dengan sekolah. Seharusnya sekarang ia sudah kembali masuk ke kelas, mengajar dan mengawasi asrama hijau pada sore hari. Di saat bersantai ia bisa melihat siswa yang bercanda di taman sekolah, atau duduk di perpustakaan sambil membaca buku. Ia akan merindukan semuanya.

“Hei, Matsuri! Kau tidak dengar pertanyaanku? Laki-laki itu sebenarnya siapa?”

“Laki-laki yang mana?” “Memangnya kau bergaul dengan berapa orang laki-laki? Laki-laki

yang melempar jendela kamarmu dengan kerikil setiap pagi dan mengajakmu pergi dari rumah seharian. Yang sering datang meminta izin kepada ibu setelah Ayahmu pergi, yang rambutnya panjang itu?”

Kay, Matsuri bahkan tidak begitu mengingat Kay lagi karena sudah begitu lama Kay tidak menghubunginya. Pesan yang dikirimkannya seminggu yang lalu tidak di balas, padahal Kay yang menelponnya lebih dulu. “Dia kakak salah satu muridku di sekolah, Sachi Fujisawa!”

“Astaga, benarkah dia dari keluarga Fujisawa? Dia anak orang kaya kalau begitu?”

“Memangnya kenapa kalau Kaya?” Tuan Tokeino yang tiba-tiba datang menyela. “Kalau ku lihat kau pergi dengannya lagi tanpa seizinku, jangan harap kau bisa lolos. Semenjak bertemu dengannya kau berubah menjadi kekanak-kanakan, berhenti bekerja, pakai rok yang

Page 46: Beauty Honey

sangat pendek, pulang malam, Kalau kau begitu menuruti keinginannya kenapa tidak menikah saja dengannya!”

Pura-pura tuli lebih baik. Matsuri tidak menoleh kepada ayahnya sama sekali sampai tuan Tokeino menghilang di balik pintu kamar mandi. Ia tidak mau mengomentari ucapan ayahnya karena semuanya malah akan menjadi bumerang yang balik menyerangnya. Ia tidak menuruti semua kehendak Kay, Matsuri punya otoritas untuk menolak dengan keras jika ia memang benar-benar ingin melakukannya. Semuanya di lakukannya bukan karena Kay, tapi karena Matsuri sendiri sangat menikmatinya. Sekarang ia merasa sangat bosan karena sudah lama sekali tidak melakukan apa-apa, terkurung di rumah selama sebulan benar-benar menyiksa dan ia pikir mencari udara yang baik bisa memperbaiki suasana hatinya yang dirundung kebosanan.

“Ibu, boleh aku keluar hari ini?” Matsuri memandang ibunya, berharap di beri izin untuk keluar meskipun hanya sampai ke pantai.

“Kau mau kemana?” “Kalau boleh, membeli buku! Aku sangat bosan bu, merasa bodoh

karena tidak melakukan apa-apa selama sebulan.” “Memangnya kau punya uang? Bukannya kau sedang tidak

bekerja?” “Aku masih punya tabungan!” “Kalau begitu tunggu sebentar!” Nyonya Tokeino meninggalkan

masakannya dan masuk kekamar. Tidak berapa lama kemudian, dia sudah keluar dengan membawa dompet kulit berwarna merah dan memberikan beberapa lembar uang dari dalamnya kepada Matsuri. “Nanti belikan Nori dan tomat. Cuma sebagai alasanmu untuk keluar, jadi Ayahmu tidak akan curiga bila kau pergi karena ibu menyuruhmu membeli sesuatu. Ingat jangan pulang malam. Kembalilah kerumah sebelum Ayahmu pulang!”

Seperti di anugrahi matahari, wajah Matsuri berubah menjadi cerah. Ia menerima uang yang di berikan ibunya dengan riang dan menghujani nyonya Tokeino dengan ciuman yang bertubi-tubi. Setelah itu Matsuri mengganti pakaiannya dan segera berlarian menuju keluar rumah. Tujuan utama adalah Supermarket, Nori dan Tomat harus di beli terlebih dahulu sebelum ia melupakannya. Matsuri benar-benar

Page 47: Beauty Honey

melakukannya dengan riang karena sebulan terkurung membuatnya merindukan dunia luar. Dia merasa sudah melupakan semuanya, bahkan melupakan dimana ia bisa mendapatkan Nori. Matsuri benar-benar berkeliling supermarket hari ini.

“Neechan, mencari apa?” Suara yang di kenalnya berbisik dalam jarak yang sangat dekat.

Matsuri menjauhkan dirinya dan berbalik untuk melihat seseorang yang berada di belakangnya. Kay, sudah di duga. “Sedang apa kau disini? Bukannya sedang berada di Tokyo?”

“Kau tidak senang melihatku disini?” “Bukan begitu…” “Aku sudah susah payah menunggumu keluar rumah pagi ini,

mengikutimu sampai disini juga bukan hal yang mudah, tapi responmu sangat tidak menyenangkan!” Kay pura-pura kesal, ia mengikuti Matsuri yang berjalan menelusuri rak-rak yang dipenuhi bahan-bahan dapur dengan santai. “Setelah ini kau mau kemana?”

“Ke toko buku. Aku mau membeli beberapa buah buku.” “Bagaimana kalau kita ke butik Kaede saja? Kita lihat apakah dia

punya koleksi yang terbaru untukmu! Setelah itu kita jalan-jalan lagi,” “Aku tidak bisa, Uangku tidak cukup untuk membeli pakaian

disana. Standar kalian sangat mahal untuk seorang pengangguran sepertiku!”

“Kenapa tiba-tiba Neechan berkata seperti itu? Memangnya selama ini aku minta kau yang membayar semuanya? Aku yang akan membayar semuanya!”

“Sudahlah. Pakaian darimu sudah menumpuk di rumah. Dan tidak ada satupun yang bisa ku pakai. Hari ini aku juga tidak bisa jalan-jalan seperti biasa, harus segera pulang kerumah karena ayahku selalu makan siang di rumah. Dia tidak suka kalau aku terlalu dekat denganmu. Kau tau dia bilang apa? Aku terlalu mengikuti semua maumu, pulang malam, memakai rok pendek, dan apalah, aku tidak ingat. Aku sampai harus menutup telinga saat dia bilang seharusnya aku menikah saja denganmu kalau terus menuruti semua maumu!”

“Kalau begitu kita menikah saja!” Kata Kay secara tiba-tiba.

Page 48: Beauty Honey

Bab. 13

Matsuri mematung. Ia menoleh kepada Kay yang berdiri di sampingnya dan memandangnya heran. “Kau mau menikah denganku supaya bisa bermain-main? Supaya bisa dengan bebas mengajakku jalan-jalan seharian lalu pulang malam?” Matsuri tertawa lalu kembali melangkahkan kakinya. “Kau sangat kekanak-kanakan!”

“Memangnya kenapa? Jangan bilang kalau kau hanya akan menikah dengan orang yang kau cintai! Siapa? Arata?”

“Lalu bagaimana denganmu? Sudah berhenti mencintai wanita itu? Wanita yang tidak pernah kau sebutkan namanya?”

“Satu minggu, Aku sudah menyisihkan waktuku selama itu untuk mengawasinya di Indonesia secara diam-diam. Dia terlihat sangat bahagia dengan laki-laki itu, tertawa bersama, dia bahkan tidak pernah tertawa seperti itu saat bersamaku.” Wajah Kay kali ini terlihat benar-benar sedih, bukan pura-pura seperti yang sudah di tunjukkannya di awal. Tapi ekspresi sedih itu segera di sembunyikannya rapat-rapat dengan memaksakan sebuah senyum. “Sepertinya sekarang sudah saatnya aku melupakan dia, kau juga harus melupakan Arata!”

“Tidak semudah itu!” “Lalu? Kau tidak akan menikah sampai kau bisa melupakan Arata

kan? Ku perkirakan kalau itu sedikitnya memakan waktu dua tahun. Saat itu kau sudah berusia berapa Neechan? Apakah setelah berhasil melupakan Arata kau akan langsung bertemu dengan pria yang kau cintai? Apakah akan langsung menikah begitu saja? Sadar atau tidak kau akan menyia-nyiakan banyak waktu bila menolak gagasanku ini!”

Matsuri meletakkan semua belanjaannya di kasir dan membayarnya dengan uang pemberian ibunya. Ia menenteng kantong plastik berwarna putih itu keluar dari supermarket dan menolak saat

Page 49: Beauty Honey

Kay menawarkan diri untuk membawakannya. Ia masih memikirkan semua ucapan Kay yang ada benarnya. Lalu setelah menikah mereka akan seperti apa? Matsuri berhenti melangkah dan memutar tubuhnya menghadap Kay. “Kita tidak menikah karena saling mencintai, lalu apa cukup kita menikah dengan alasan agar bisa bermain-main saja? Kau tidak merasa janggal?”

“Aku menikah karena merasa nyaman denganmu, Neechan! Bukan karena ingin bermain-main, kita bisa saja mengatakan kalau kita tidak akan menikah, atau menikah tidak begitu penting. Lalu bagaimana dengan orang tuamu? Bagaimana dengan ibuku? Mereka berfikir seharusnya kita menikah pada usia sekarang, tapi kenyataannya kita sama-sama kehilangan saat deadline semakin dekat. Sekarang jawab pertanyaanku, Apa yang kau rasakan setiap kali kau bersama denganku?”

Matsuri memutar bola matanya sejenak lalu kembali memandangi Kay dari balik kaca matanya. “Aku merasa kekanak-kanakan!” katanya Ketus lalu kembali melanjutkan langkahnya lagi. Sepertinya ia akan membatalkan rencananya untu pergi ketoko buku.

“Kau tau? Aku juga merasakan hal yang sama. Kau merampas kedewasaanku, merampas wibawaku. Bersamamu membuatku mendapatkan kembali kegembiraan masa kecilku yang hilang, Aku melupakan masa-masa kesepian itu dan semuanya berganti dengan cerita-cerita seru yang selalu ku ucapkan kepadamu. Aku bahkan tidak pernah banyak bercerita dengan wanita yang kucintai.”

“Tapi aku tidak pernah bercerita apa-apa kepadamu. Itu artinya perasaan itu cuma kau rasakan sendiri.”

“Kau begitu karena kau bukanlah orang yang suka membicarakan hal-hal yang tidak penting.”

Matsuri menghentikan langkahnya sekali lagi. “Apa yang kau fikirkan sekarang? Kenapa tiba-tiba mengatakan hal-hal aneh seperti ini?”

“Karena sadar atau tidak saat berdua kita merasa tentram. Kita bisa membicarakan Arata atau Ivea, namanya wanita yang tidak pernah ku sebutkan itu. Dan saat kita saling bercerita apa yang kau rasakan? Kita bisa membicarakan kesedihan kita dengan perasaan yang biasa-biasa

Page 50: Beauty Honey

saja. Bukankah itu sudah cukup? Menikah tidak harus dengan cinta, kan? Cinta itu bisa bertahan berapa lama? Yang kita butuhkan adalah pasangan yang bisa membuat kita nyaman seumur hidup. Apa pendapatku salah?”

Tidak ada yang salah. Pikir Matsuri. Semua kata-kata Kay bisa di terimanya dengan baik. Tapi untuk menikah dengan alasan seperti ini masih membuatnya merasa ragu. Ia sama sekali tidak yakin dengan semua tawaran gila Kay kali ini. “Kenapa harus aku?”

“Kau tau alasannya, alasan yang sama yang membuat kita dekat.” “Kita baru kenal!” “Kita sudah kenal lama, lima tahun silam kita sudah saling kenal.

Tapi kita memang baru dekat sekitar sebulan yang lalu. Kau tidak percaya padaku? Kau bisa keluar rumah seharian bersamaku, tidur denganku di pantai pada saat kita pertama kali bertemu bulan lalu karena percaya padaku, lalu kenapa kau bisa tidak percaya dengan ini?”

“Pernikahan dan main-main itu berbeda, sanyang!” Matsuri menepuk-nepuk pipi Kay lembut. “Buang rencana gilamu! Kau memangilku Neechan dan kau sudah ku anggap seperti adikku sendiri. Aku tidak akan nyaman kalau harus mengubah hubungan itu menjadi sesuatu yang asing!”

“Aku juga benar-benar menganggapmu sebagai kakak sendiri. Dan hubungan yang seperti ini bisa berlanjut setelah kita menikah nanti. Pernikahan kita menyelamatkan hati banyak orang. Menyelamatkan hati orang tuamu, ibuku, adik-adik kita, Arata dan istrinya, Ivea dan Nathan. Dan kita tidak perlu menderita untuk itu. Aku juga bebas membawamu ke Paris. Tapi kau tidak boleh mengira kalau aku mengatur pernikahan ini demi membawamu ke Paris. Aku sudah mencari model lain karena kau sudah menolak tawaranku yang itu!”

“Baguslah, kalau begitu aku tidak perlu diet! Lalu bagaimana kau akan mengatakannya kepada orang tuamu, Ayahku tidak menyukaimu!”

“Dia menyuruhmu menikah denganku, berarti tidak membenciku! Kau bersedia atau tidak? Jika kau bersedia Malam ini juga aku akan datang menemui orang tuamu bersama Yoshi. Dia saudaraku yang paling tua, pengganti Ayah. Dan dia sudah setuju akan menemaniku menemui orang tuamu. Bagaimana?”

Page 51: Beauty Honey

“kau benar-benar serius? Kau tidak akan tertawa setelah ini kan?” “Tentu saja akan tertawa. Tapi kita tertawa bersama! Jadi?” Matsuri menatap mata Kay semakin dalam untuk mencari

pembenaran. Sejurus kemudian ia menarik nafas dalam –dalam dan menghembuskan sepatah kata. “Baiklah!”

Page 52: Beauty Honey

Bab. 14

Jika tidak ada Yoshi, Kay ragu kalau lamarannya akan di terima. Matsuri benar kalau meyakinkan ayahnya adalah hal yang sulit, tapi Kay sudah membuktikan kalau laki-laki itu tidak membencinya. Pernikahan di adakan setelah Natal, masih sangat lama. Karena Kay tidak ingin Matsuri berubah fikiran, pendaftaran pernikahan sudah dilakukan. Ia dan Matsuri sudah sah menjadi suami istri menurut hukum yang berlaku. Semua itu sudah membuat Kay cukup cukup lega meskipun Matsuri masih menolak untuk tinggal bersama sebelum pernikahan diadakan. Meskipun begitu, bulan-bulan yang berlalu berisi banyak pertemuan dan banyak jalan-jalan, Alasan menyiapkan pernikahan selalu menjadi Andalan Kay untuk mebawa Matsuri ke Tokyo. Meskipun semuanya terasa seperti sedang bermain-main, tapi kepuasan Ibunya, Sachi dan Yoshi terhadap wanita Yang Kay pilih untuk masuk kedalam keluarganya sedikit banyak membuatnya bangga karena walau bagaimanapun semua anggota keluarga sudah mengenal Matsuri sebagai wanita yang baik. Terlebih kekonsistensian Matsuri yang masih tidur bersama Sachi dan menolak tidur bersama Kay meskipun mereka telah resmi menikah semakin membuat keluarganya menyukai Matsuri. Matsuri tetap seorang Sensei di hadapan orang lain dan hanya akan menjadi Neechan bila bersama Kay.

Tapi semua kenangan tentang Ivea masih terus melekat dan tidak henti-hentinya mengganggu. Kesedihan menelusup dengan pasti karena keputusan untuk melupakan Ivea tidak benar-benar membuatnya terlepas dari beban. Kay masih belum ikhlas sepenuhnya. Pernikahan yang kurang dari sebulan lagi itu tidak pernah di beri tahukan kepada siapapun di Indonesia selain Tara dan pada saat di beri tahu, Tara memberi respon yang buruk. Dia menyayangkan betapa cepatnya Kay

Page 53: Beauty Honey

mengambil keputusan sebelum ia mengetahui perasaan Ivea yang sebenarnya. Tapi hari-hari bersama Matsuri bisa sangat menghibur karena menghabiskan uang untuk mendandani Matsuri sudah dengan sukses memberikan kepuasan tersendiri baginya.

Kay memperhatikan penampilannya sekali lagi, hari ini ia berjanji untuk mengantarkan Matsuri ke toko buku. Matsuri selalu lebih memilih untuk menumpuk buku bila di bandingkan dengan membeli baju, meskipun Matsuri bersedia merubah penampilannya tapi ia menolak untuk melepas kacamatanya. Kay beruntung karena seleranya Matsuri tentang kacamata cukup menarik sehingga kacamata itu sama sekali tidak merusak penampilannya yang sudah sangat luar biasa.

“Nichan, Kakak ipar sudah menunggumu. Dimohon jangan berlama-lama karena dia tidak suka menunggu!” Suara Sachi yang berteriak keras dari balik pintu membuat Kay meraih mantel yang sudah di siapkannya dan segera keluar kamar.

Matsuri sudah menunggunya di ruang tengah sambil bertolak pinggang. Matanya menatap Kay dengan pandangan kesal yang masih berusaha di tahannya sebisa mungkin. Matsuri tidak mungkin marah-marah di depan ibunya dan Sachi. “Kau sudah siap?” ia berkata dengan suara manis meskipun ekspresi wajahnya masih menyiratkan rasa kesal. Matsuri mengenakan Jaket kulitnya yang berwarna coklat muda dengan aksen bulu berwarna putih di pergelangan tangannya, senada dengan mantel yang Kay gunakan. Kay sangat suka melakukan ini, ia yang mengatur penampilan Matsuri dan semua pakaian yang di belikannya selalu memiliki kesamaan dengan pakaian yang sudah Kay miliki sebelumnya.

“Tentu saja, Honey!” Jawab Kay. Ia mendekati Matsuri dan mengenakan syal pelangi miliknya kepada gadis itu. Ia tidak begitu membutuhkannya karena sweater turtle neck sudah cukup menghangatkannya. Tapi Matsuri pasti sangat membutuhkan tambahan selain blouse cotton rayon dengan leher berpotongan rendah yang di kenakan di balik jaketnya. Kay menyodorkan lengannya dan Matsuri menyelipkan tangannya disana. “Ayo, kita pergi sekarang!”

Langkah demi langkah keluar dari gedung apartemen mewah itu benar-benar memberi kehangatan lebih. Dengan penampilan luar biasa,

Page 54: Beauty Honey

Kay berbangga hati berkeliling kota Tokyo dengan angkutan umum. Matsuri membuat pandangan orang berkali-kali lipat terarah kepadanya bila dibandingkan dengan melangkah seorang diri. Tidak, Bila seorang diri Kay lebih suka menggunakan kendaraan pribadi dan kelakuan yang seperti ini baru Kay lakukan semenjak ia dekat dengan gadis itu. Matsuri benar-benar membuatnya nyaman dalam segala hal.

“Neechan! Kau tidak bicara sama sekali dari tadi. Ada apa?” Kay menggenggam tangan istrinya yang di bungkus sarung tangan berwarna hitam pekat, Meskipun terlihat kesal Matsuri masih memeluk lengan Kay erat-erat. “Kau masih marah karena terlalu lama menunggu?”

“Aku fikir tidak jadi pergi! Sampai hari pernikahan aku akan merasa sangat bosan, jadi butuh hiburan!”

“kau sudah sangat banyak mengumpulkan buku. Buku-buku itu tidak akan bisa di bawa ke Paris! Kalau bosan kita jalan-jalan saja!”

Kay menjerit saat Matsuri menarik rambutnya kesal, ia memohon untuk segera di lepaskan dan Matsuri melepaskannya pelan-pelan.

“Sampai kapan akan jalan-jalan terus? Musim gugur sudah kita habiskan dengan jalan-jalan dan aku tidak akan membiarkan hobi anehmu itu menggangguku!”

“Aku beruntung karena Neechanku tidak bekerja. Jadi aku bisa menjemputmu di Fukuoka kapanpun aku suka. Salahmu sendiri tidak mau tinggal di Tokyo bersamaku! Seandainya kita tinggal bersama kau tidak akan merasa lelah dengan hobi anehku!”

“Aku lebih suka kau panggil Neechan daripada Honey seperti tadi! Aku merasa aneh setiap kali kau memanggilku dengan sebutan itu. Setelah menikah kita tidak akan tinggal dengan ibumu kan? Kalau begitu aku harus mendengarmu memanggilku Honey setiap hari.”

“kita lihat saja nanti!” “Lalu kita menikah untuk berapa tahun? Aku harus menyiapkan

alasan perceraian dulu!” “Kau gila?”Kay berteriak lagi. “Aku tidak menikah untuk bercerai.

Pernikahan ini serius Neechan, meskipun kita akan bermain-main seperti ini seumur hidup. Yang penting kita tidak akan bertengkar karena cemburu kan? Kau tidak akan melempar semua perabotan

Page 55: Beauty Honey

rumah kepadaku karena aku pergi dengan wanita lain. Dan aku juga tidak akan begitu!”

“Stuppid!” Matsuri ikut-ikutan berteriak. “Kau jangan pernah berfikir untuk melakukan itu kalau pernikahan ini benar-benar serius!”

Kay tertawa, ia yakin siapapun yang sedang melihat mereka akan merasa iri. Ponsel Kay berdering, Sebuah nomor yang tidak di kenal sedang menantinya Untuk menjawab. Dengan penuh keheranan Kay menekan tuts terima dan mendekatkan ponselnya ketelinga. Ia mendengar suara seseorang yang sangat di kenalnya, suara yang ingin dilupakannya. Sesaat kemudian ia menoleh kebelakang dan nyaris terduduk lemas jika saja tangan-tangan Matsuri yang masih memeluk lengannya erat menahannya. Ivea mendekat diiringi Nathan dan berdiri di hadapan Kay dengan tatapan tak percaya.

“Bisa kita bicara?” desisnya.

Page 56: Beauty Honey

Bab. 15

Kay memandang Matsuri yang kelihatannya tidak mengerti dengan masalah yang terjadi. Matanya mencari-cari tempat yang terdekat agar bisa duduk dan setelah menemukannya, Kay mengajak semuanya untuk masuk ke tempat yang sama. Ia dan Ivea duduk di meja yang berbeda, sedangkan Nathan dan Matsuri tampak sedang ngobrol-ngobrol di meja lainnya. Sesekali Kay memandangi Matsuri, lalu kembali memandang Ivea.

“Kau kelihatan sangat bahagia. Dia calon istrimu?” tanya Ivea dengan suara parau.

Kay gugup dan ia sangat benci begini. Apakah ia bahagia bersama Matsuri? Tentu saja, tapi tidak akan sama dengan kebahagiaan bila Kay bersama Ivea. “Aku dan dia sudah resmi secara hukum. Dia sudah menjadi istriku sekarang.”

“Kau tidak memberi tau kami sama sekali.” “Aku baru akan mengirim undangan akhir minggu ini.” Ivea memandangi Matsuri sejenak. “Dia cantik, dewasa, dan

kelihatannya baik!” Kay tidak menjawab apa-apa. Semuanya terasa sangat kaku, dia

bahkan merasa gugup dengan pembicaraan hari ini. Ivea datang ke Tokyo sesuai harapannya, tapi gadis itu terlambat. Kay seharusnya tidak terlalu percaya diri, Ivea datang hanya untuk mempertanyakan kebenaran pernikahannya dan ia datang bersama Nathan. Kay berdehem sebelum memulai ucapannya “Maaf karena tidak memberi tau sebelumnya.”

“Seharusnya aku yang bilang begitu. Aku benar-benar payah, mengejarmu ke Tokyo berharap kau membatalkan pernikahanmu dan kembali ke Indonesia bersamaku!”

Page 57: Beauty Honey

Kay hampir saja berteriak. Ivea mencintainya? Benarkah? Ivea hanya takut, takut karena Kay akan pergi bersama orang lain dan tidak akan kembali kepadanya dengan perasaan yang sama. Entahlah, Kay tidak yakin. “Aku sangat menyayangimu Eve. Rasa sayang yang tidak pernah ku rasakan kepada orang lain sebelumnya. Semula aku ragu karena ku fikir perasaan kali ini ada karena kau sudah menyerupai perempuan yang pernah aku cintai. Tapi ternyata perasaan seperti ini pada akhirnya hanya kepadamu saja. Tapi rasa sayangku sendiri tidak cukup!”

Ivea memandang Kay dengan tatapan terkejut. “apa alasanmu mengatakan itu? Apa kau mengerti perasaanku bagaimana?”

“Perasaan yang bagaimana?” “Meskipun aku tidak ingat apa-apa, Aku sudah mendengar

ceritanya dari Mbak Tara! Cukup banyak untuk tahu orang seperti apa aku ini sebenarnya.”

Kay diam sejenak lalu berbicara lagi. “Semula aku mengira juga begitu. Kita berciuman, itu awal dari semuanya. Kau pergi lalu meninggalkanku dalam rasa bersalah yang tak berujung. Kemudian kita dipertemukan lagi dalam keadaan berbeda. Kau menepati janjimu untuk melupakan semuanya dan aku tertekan karena kau juga melupakan perasaanmu kepadaku. Semua yang terjadi antara kita sangat membuatku stress. Aku kira aku bisa merampasmu dari Nathan. Tapi melihatmu menangis histeris saat Nathan meninggalkanmu membuat aku sadar kalau aku cuma merasakan cinta ini sendiri”

Ivea memijat kepalanya yang terasa sakit sebulir air mata mengalir dipipinya dengan anggun. Ivea yang sama persis dengan Bianca Karta. Menjadi putri Bian membuat Ivea benar-benar meniru segala tindak tanduknya. Tapi Kay meyakini perasaanya kepada Ivea dan perasaanya kepada Bian adalah perasaan yang sama. Ia mungkin mencintai Ivea karena Bian, tapi dia tidak pernah berfikir menjadikan Ivea sebagai pengganti Bian karena perasaanya kepada Bian sendiri juga sudah sangat lama lenyap dan menghilang. Kay tersenyum getir untuk dirinya sendiri, tapi Ia berusaha setegar mungkin untuk menghadapinya. Lagipula saat ini sudah ada Matsuri disisinya, Matsuri memang tidak akan keberatan bila Kay membatalkan pernikahan, tapi Kay tidak akan

Page 58: Beauty Honey

melakukannya. Apapun yang dilakukannya sudah melewati banyak pertimbangan. Semua kata-kata yang diucapkannya pun juga sudah di fikirkan masak-masak. Perasaan Ivea ini hanya sementara dan akan segera menghilag secepatnya. Ivea hanya merasa bimbang karena ia merasa Kay masih mencintainya, dan akan yakin kepada cintanya yang sesungguhnya setelah ia tau Kay sudah menjadi milik orang lain.

“Apa kau baik-baik saja?” Kay bertanya lagi. Wajah Ivea telihat sangat pucat, ia menunduk dalam dan kemudian jatuh begitu saja.

Page 59: Beauty Honey

Bab. 16

Semuanya begitu cepat. Yang diketahuinya, disaat yang sama Natahan dan Matsuri segera mendekat dan membantunya membawa Ivea kerumah sakit. Gadis itu membuatnya khawatir. Selama berjam-jam Kay terlihat sangat cemas karena terus mondar-mandir di depan pintu ruang ICU. Setelah melihat wajah Nathan, Kay berusaha untuk lebih tenang dan duduk di samping Matsuri. Ia tidak pantas menunjukkan ekspresi yang seperti itu di hadapan Nathan dan istrinya meskipun Matsuri akan mengerti.

“Kau ingin membatalkan pernikahan kita?” Matsuri bersuara, ia memandang Kay yang juga memandangnya dengan sangat terkejut. “Bukankah dia datang untukmu? Dia sudah memenuhi harapanmu!”

“Bagaimana bisa dirimu berkata begitu?” Jawab Kay dingin. “Kau sudah menjadi istriku dan itu tidak bisa di batalkan lagi kecuali jika kita bercerai!”

“Aku tidak keberatan, demi kebahagiaanmu..” “Berhentilah bicara! Aku tidak akan melakukannya.” Kay

menggeram, ia memandang Nathan yang berdiri di hadapannya. “Dia tidak mencintaiku dengan sepenuh hati, dia hanya mencintaimu dan itu tidak harus kau ragukan lagi. Perasaannya yang sekarang ini semu, Dia memiliki perasaan seperti itu karena aku pergi dengan meninggalkan harapan. Jadi genggamlah dia serat yang kau bisa!”

Nathan tidak menjawab apa-apa. Kay juga tidak membutuhkan jawaban apa-apa karena ia menggenggam tangan Matsuri dan membawa istrinya pergi. Bagaimana mungkin ia akan melepaskan kenyamanan yang di dapatnya sekarang? Bagaimana mungkin Kay bisa menyingkirkan Matsuri yang selalu menemaninya selama ini begitu saja hanya karena kedatangan Ivea yang terlambat? Kay tidak bisa

Page 60: Beauty Honey

menghancurkan harapan banyak orang pada dirinya dan Matsuri sekarang disaat hari pernikahan semakin dekat. Kay tidak akan pernah menghancurkan harapan ibunya, Yoshi, Sachi, dan juga seluruh keluarga besar Matsuri. Dia tidak akan pernah bisa melakukannya demi dirinya sendiri.

Page 61: Beauty Honey

Bab. 17

Fitting gaun pernikahan yang terakhir, Kay benar-benar sedang mengerjakannya dengan sepenuh hati. Sore ini akan ada pengambilan foto Preewedding sederhana di studio dan gaun itu harus selesai sebelum jam makan siang. Sejak pertemuannya dengan Ivea, Kay benar-benar kehilangan semangat. Matsuri nyaris saja menangis melihat ini, ia merasa menjadi penghalang, merasa merusak hubungan orang lain, merasa mengikat Kay yang tidak mencintainya. Matsuri tidak terlalu membutuhkan Kay, ia bisa menjalani kehidupannya semula jika Kay tidak ada. Tapi gadis itu, entah bagaimana keadaannya. Apakah ia bisa menerima semua ini?

“Indahnya kalau gaun pernikahan di buatkan oleh mempelai pria, pasangan hidup kita untuk selamanya!” Sachi bergumam sambil memandangi Matsuri dengan iri. Gadis itu duduk di sofa ruang tengah apartemen keluarganya sambil menopang dagu dengan kedua tangannya. Di sebelahnya ada Natsuki, baru saja datang kemarin sore dan wajahnya masih terlihat mengantuk. Seharusnya Natsuki beristirahat, tapi ia menolak. Anak itu malah sibuk memotret Matsuri dan Kay dengan kamera ponselnya dengan alasan Matsuri adalah kakak satu-satunya dan dia tidak bisa melewatkan detik-detik bahagianya, Natsuki tidak ingin menyesal.

“Kalau begitu suruh Kenji belajar membuat gaun!” Gumam Natsuki.

“Dia mana bisa! Juga tidak akan mau!” “Membelikan gaun yang di inginkan sudah cukup! Kenapa harus

di buat sendiri?”

Page 62: Beauty Honey

“Tentu saja berbeda!” Suara Sachi terdengar agak sengit. Ia dan Natsuki mulai cek-cok lagi. “Sesuatu yang di buat sendiri tidak sama dengan yang di beli, Bodoh!”

Natsuki berhenti memotret lalu memandang Sachi dengan wajah yang sama sengitnya. “Bodoh? Kau masih harus memanggilku Senpai. Sejak kapan aku mengizinkanmu berhenti memanggilku dengan sebutan Senpai?”

“Sudah!” Matsuri berteriak sambil memperbesar bola matanya. “Kalian ini bukan siswa Sekolah lagi. Kenapa masih bertengkar setiap kali bertemu? Masalah yang kecil selalu jadi besar. Kapan akan berubah?”

Sachi dan Natsuki tidak berkata-kata lagi keduanya benar-benar bubar masuk kekamar masing-masing. Tiba-tiba tawa Kay terdengar meskipun samar dan sebentar. Ia mendangi Matsuri dan Matsuri juga menolehkan pandangannya kepada Kay.

“Apanya yang lucu?” Tanya Matsuri tegas. “Sensei, ini bukan sekolah lalu kenapa harus marah-marah?

Mereka berdua hanya saling melepas rindu dan cara yang mereka pilih seperti itu. Seharusnya di biarkan saja!”

Matsuri menghela nafas. “Suasana hatiku sedang buruk, jadi tidak bisa mengerti dengan hal yang seperti itu!”

“Kenapa? Ada masalah?” “Sudah selesai fittingnya?” Kay memandang Matsuri dalam lalu mengangguk. “kalau begitu aku mau istirahat dulu. Nanti bangunkan aku kalau

sudah saatnya ke studio!” Matsuri mengangkat gaunnya yang menyapu lantai dan melangah selebar yang dia bisa. Kay segera menarik lengannya, mengalihkan tujuan Matsuri dari kamar Sachi ke kamarnya.

Natsuki sudah berbaring di atas ranjang Kay, tapi begitu melihat Matsuri dan Kay, ia langsung bangun dari posisi santainya dan keluar dari kamar tanpa ada seorangpun yang memintanya. Bunyi pintu di tutup menyadarkan Matsuri dengan keadaan yang aneh diantara mereka. Ia duduk di atas ranjang Kay dengan perasaan yang lebih tenang.

Page 63: Beauty Honey

“Kau kesal karena apa?” Kay bertanya sambil duduk di sebelah Matsuri.

“Kalau masih berharap, temui gadis itu. Aku tau kau tidak bisa membatalkan pernikahan ini karena takut menyinggung perasaanku dan keluargaku. Mintalah dia menunggu sampai waktu yang tepat untuk kita berpisah. Aku tidak suka melihat wajah sedihmu itu!”

“Karena itu? Karena tidak mau melihat wajah sedihku? Baiklah. Aku akan berusaha tersenyum. Aku tidak mungkin meminta hal itu sekarang. Dia sudah memiliki orang lain, kau sudah dengar sendiri apa yang kukatakan pada laki-laki itu di rumah sakit. Neechan, Kau jangan khawatir. Istirahatlah disini karena setelah pernikahan, kita akan langsung terbang ke Paris.”

Matsuri hanya memandangnya heran. Kay cukup keras kepala tentang hal yang satu itu. Ia berkeras mengatakan kalau Ivea tidak benar-benar mencintainya. Matsuri juga sudah banyak mendengar ceritanya dari Nathan. Beberapa kali ia datang menjenguk Ivea di rumah sakit dan gadis itu terlihat sangat terpukul. Matsuri berbaring masih dengan menggunakan gaun pernikahannya di atas ranjang. Ia tidak harus mengatakan apa-apa karena ia sedang tidak ingin berkelahi. Perkelahiannya dengan Kay selalu dapat di atasi dengan mudah, selalu membuatnya merasa lebih lega. Tapi perkelahian tentang topik yang satu ini bisa membuat suasana di antara mereka semakin memburuk dan Matsuri tidak suka merasakan hal-hal yang buruk di dalam hatinya.

Page 64: Beauty Honey

Bab. 18

Terlelap untuk waktu yang lama dan tidak ada yang mengganggu membuat Matsuri merasa lebih baik. Tapi begitu ia membuka mata suasana sama sekali tidak seperti yang di duganya, Suasana kamar sudah benar-benar gelap gulita tanpa cahaya, hanya ada seberkas cahaya yang tetap memaksa masuk dari bawah pintu kamar yang tertutup. Cahaya yang berasal dari ruang tengah. Matsuri bergerak dan merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan tempatnya berbaring, landasan tubuhnya sudah berada di atas sesuatu yang lebih keras meskipun yang sebagian lagi masih merasakan empuknya kasur yang berisi air. Sebuah gerakan kecil saja benar-benar membuat ranjang bergoyang hebat. Matsuri mengerutkan dahinya karena seharusnya sore ini ia dan Kay pergi ke studio? Kenapa tidak ada yang membangunkannya? Tangan Matsuri bahkan masih bisa merasakan kalau gaun pernikan masih di kenakannya sampai sekarang. Gadis itu mengangkat kepalanya dan berharap bisa melihat di mana ia sedang berbaring sekarang, tapi sia-sia karena selimut gelap lebih dahsyat di bandingkan kemampuan matanya untuk beradaptasi dalam gelap. Sebuah cahaya kecil menyala tidak jauh dari wajahnya dan Matsuri melihat sesuatu yang mengejutkan disana. Sebuah foto dari ponsel terang benderang menampilkan sebuah gambar dirinya dan Kay yang sedang tertidur. Tapi posisi yang indah itu membuat foto terlihat dramatis, Matsuri dan Kay meringkuk dalam posisi enam sembilan dimana wajah mereka saling bertemu dan tidak ada satupun anggota tubuh mereka bersentuhan. Matsuri mengenakan gaun pernikahannya, rambutnya terurai lembut dan wajahnya benar-benar polos tanpa make Up. Sedangkan Kay menggunakan setelan kemeja putih dengan mata yanag juga terpejam. Sangat kontras dengan sutra hitam yang menjadi

Page 65: Beauty Honey

alas dimana mereka berdua berbaring. Matsuri mengenali tempat itu, kamar Kay.

Cahaya itu bergeser menerangi sesuatu dan Matsuri terkejut saat menyadari kalau dirinya sedang berbaring di atas tubuh seseorang. Wajah Kay mulai terlihat di terangi cahaya dari ponselnya. Laki-laki itu tersenyum padanya lalu berbisik. “Bagaimana? Bagus tidak? Kita tidak perlu ke studio lagi!”

Matsuri masih memandangi Kay dengan tatapan yang penuh tanda tanya. Tidak ada satu katapun yang mampu keluar dari bibirnya.

“Ini Foto prewedding kita, Neechan!” Ujar Kay menjelaskan. “Aku memanggil fotografer kemari karena kau tidur dengan sangat nyenyak. Dengan bantuan Sachi dan Natsuki semuanya jadi sebagus ini. Kita lihat kejutan lainnya di pernikahan nanti!”

“Kenapa aku tidak di bangunkan saja?” Akhirnya Matsuri bersuara juga.

“Sudah. Tapi kau tidak mau bangun seolah-olah kau sudah meminum banyak obat tidur sebelumnya. Kau bisa bayangkan bagaimana ributnya saat kamar ini di rubah jadi studio dadakan tadi? Lighting yang terangpun sama sekali tidak mengganggumu. Bisa kau bayangkan sendiri bagaimana kan? Bagaimana fotonya?”

Matsuri mengibaskan tangannya yang tanpa sengaja menyentuh flap ponsel sehingga cahaya satu-satunya yang menerangi mereka mati. Ia menjauhkan tubuhnya dari Kay dan berbaring menghadap langit-langit yang sama sekali tidak tampak. Selanjutnya hanya suara yang terdengar. “Aku benar-benar polos disana, Tanpa Make Up apanya yang bagus?”

“Kenapa? Tidak terlalu jelek, fotografernya juga seorang fotografer hebat dari Korea. Namanya Ahn Jang Seok. Namanya sudah bergema di negaranya sana dan sengaja datang ke Jepang karena Pernikahan kita. Jadi hargai karyanya ya, Neechan! Foto-foto itu nanti akan di pajang di pintu masuk. Kalau kau didandani saat di foto, mereka tidak akan terkejut lagi waktu melihatmu berjalan menuju suamimu di Altar!”

“Bodoh! Apa kau benar-benar yakin akan melakukan ini semua? Kau akan menyesal karena meninggalkan orang yang kau cintai hanya untuk pernikahan yang bertujuan main-main ini!”

Page 66: Beauty Honey

“Meskipun tujuan pernikahan ini untuk main-main, tapi pernikahan ini bukan main-main. Aku yang selalu kesepian ini merasakan bagaimana punya teman yang membuatku merasa nyaman untuk pertama kalinya di dalam hidupku. Kau yang bodoh, karena setelah ini kau hanya akan terus menemaniku kemanapun aku pergi.”

Suara tawa Matsuri tiba-tiba meramaikan suasana. Iya, dia memang bodoh karena memilih untuk setuju menjalani ide gila Kay tanpa berfikir panjang. Tapi mungkin ia juga sudah memiliki perasaan nyaman yang Kay katakan, dia sudah menyadari seperti apa perasaan itu dan mengapa Alasan kenyamanan itu bisa membuatnya setuju untuk menyerahkan hidup bukan kepada orang yang di cintainya. Menikah tidak harus dengan cinta, merasa nyaman untuk berbagi dan bercerita lebih penting dari itu. Cinta bisa membuat kita menyimpan banyak rahasia,tapi kenyamanan bisa membuat kita membuka semua rahasia yang tersimpan tanpa beban. Pintu kamar terbuka dan lampu menyala. Natsuki masuk kekamar dan menghampiri mereka berdua di ranjang dengan warna yang dominan hitam itu. Ia bertolak pinggang sambil memandang Kay dan Matsuri secara bergantian.

“Neechan!” Kata Natsuki garang. “Kalau sudah bangun cepat ganti baju dan makan malam. Kami semua sudah makan, tinggal kalian berdua yang belum. Ini kan malam Natal, seharusnya berkumpul dengan keluarga. Jangan mentang-mentang pengantin baru malah lebih memilih di kamar berdua gelap-gelapan.”

“Kau cemburu?” Tanya Kay. Wajar kalau saudara laki-laki merasa cemburu saat ia merasa saudara perempuannya akan pergi meninggalkannya bersama orang lain. Dan ekspresi Natsuki sama sekali tidak menentang pertanyaan Kay barusan. “Kalau cemburu segera menikahlah!”

Medengar ucapan terakhir Kay, Natsuki mendengus. Ia segerak keluar dari kamar setelah meminta Kay dan Matsuri mengganti pakaian mereka karena keluarga besar sudah berkumpul untuk merayakan Natal bersama.

“Sudah pernah ku bilang, Kan? Natsuki dan dirimu sangat mirip. Masih kekanak-kanakan padahal kalian sama sekali jauh dari usia remaja!”

Page 67: Beauty Honey

“Neechan! Hanya bersamamu aku seperti itu karena hanya padamu aku bisa bermanja-manja. Bahkan pada ibuku tidak begitu. Sekarang Mari kita jadikan pernikahan ini sebagaimana pernikahan yang sebenarnya meskipun belum ada cinta disana!”

Matsuri tertawa. “Mana ada adik yang mengatakan hal seperti itu kepada Neechan-nya sendiri!”

Page 68: Beauty Honey

Bab. 19

Bukan Kay namanya jika tidak bisa menjadikan seorang perempuan seperti putri di hari pernikahannya. Selama ini , di tangan Kay sangat banyak wanita yang menjelma menjadi cantik jelita di hari penting dalam hidupnya. Jika ia menjadikan mempelai orang lain seperti putri, Maka mempelainya sendiri adalah bidadari. Gaun pernikahan yang sangat mewah itu benar-benar membuat Matsuri menjelma menjadi sangat luar biasa sehingga Kay tersenyum tanpa henti melihatnya. Gedung yang penuh dengan bunga Lili menjadikan pernikahan mereka terkesan sangat sakral dan suci. Dengan wajah penuh binar Kay menanti wanita tercantik untuk menggenggam tangannya dan mengucapkan janji setia bersama selamanya. Teriakan sachi yang tidak henti-hentinya mengucapkan selamat di tengah deraian tepuk tangan membuat suasana benar-benar riuh, tapi semuanya menjadi Hening saaat Matsuri memasuki ruangan, Cadar yang menutupi wajahnya itu membuat semua orang penasaran dengan wajahnya. Langkah demi langkah Matsuri menjadi detik-detik yang membuat jantung semua orang berusaha menyamakan nada dengan langkahnya. Semuanya merasa tegang, tapi Kay tidak begitu. Ia tidak pernah merasakan ketegangan ataupun ketakutan seperti apapun saat bersama Matsuri. Hanya kenyamanan yang menjadi alasannya berdiri disini dan menyambut tangannya dengan senyum merekah.

Tidak ada gangguan, tidak ada kekacauan, ataupun kegugupan. Semuanya berjalan dengan sangat lancar tanpa halangan, bahkan Kay mencium Matsuri tanpa ada beban. Decak kagum banyak orang memuji Kay yang menjadikan pasangannya sendiri menjadi sangat luar biasa dan Kay yakin pujian akan semakin membanjirinya bila upacara pernikahan selesai dan bersambung ke Pesta yang akan di laksanakan di

Page 69: Beauty Honey

tempat itu juga. Pesta akan di adakan sampai malam tiba, tapi menjelang sore, Kay dan Matsuri sudah berganti pakaian karena harus mengejar pesawat ke Paris yang di jadwalkan berangkat malam ini. Ruang ganti menjadi sangat gaduh membantu pasangan itu mengganti pakaiannya tapi tiba-tiba pintu di ketuk, Begitu Natsuki membuka pintu kegaduhan yang tadi benar-benar berubah menjadi sunyi. Beberapa Asisten Kay yang memenuhi ruangan memilih untuk pergi meninggalkan mereka disana. Natsuki mundur dan mendekat kepada Kenji dan Sachi yang berdiri di sisi lain ruangan. Gadis bergaun merah darah itu mendekati Matsuri secara perlahan sambil menggandeng laki-laki yang tampak prima dengan tuxedonya. Ivea dan Nathan, Keduanya berdiri di hadapan Matsuri lalu tersenyum. Melihat itu, Kay yang tadinya berada dalam jarak yang cukup jauh mendekati Matsuri dan berdiri di sebelahnya, begitu juga dengan Sachi. Ivea memberikan sebuah buket besar buga lili kepada Matsuri.

“Selamat atas pernikahannya!” Matsuri juga berusaha mengusahakan sebuah senyum. “Terima

kasih.” Desisnya pelan. Ia berusaha mengambil buket bunga lili itu dan memeluknya erat-erat. Tapi Kay segera mengambil alih dan memberikannya kepada Sachi untuk di letakkan di sudut ruangan di antara kado-kado yang lain. Matsuri menoleh kepada Kay dengan perasaan aneh, Tapi sesegera mungkin ia memandang Ivea dan Nathan kembali. “Kalian sudah lama datang?”

“Kami tepat waktu saat melihat kalian di Altar. Nyaris terlambat memang karena harus membeli bunga dulu. Tidak ku sangka gedung ini di penuhi bunga yang sama.” Jawab Ivea, dia berusaha menghilangkan rasa kikuknya dan memandangi bunga bawaannya yang sudah di letakkan Sachi di sudut ruangan. Mungkin ia merasa kalau hadiah darinya sama sekali tidak berarti.

Kay menggenggam tangan Matsuri kuat-kuat lalu mengucapkan terimakasih atas kehadiran Ivea dan Nathan. Sesekali ia tampak mengusahakan sebuah senyum untuk mencairkan suasana yang sangat kaku. “Kami tidak bisa berlama-lama karena harus segera check in. Malam ini juga kami akan berangkat menuju Paris.” Ujar Kay.

Page 70: Beauty Honey

“Tapi Mom sama sekali belum datang. Mungkin pesawatnya terlambat!”

“Dia akan ke Paris juga kan? Sampaikan maafku kepada Bian karena tidak bisa menunggunya. Katakan padanya sampai jumpa di Paris.” Kay kemudian menoleh kepada Natsuki yang baru saja memasuki ruangan. “Bagaimana mobilnya?”

“Sudah siap, tinggal berangkat!” Jawab Natsuki. Tanpa banyak bicara lagi Kay membawa Matsuri menjauh, keluar

dari ruangan itu dengan gerakan suer cepat dan meninggalkan Ivea dan Nathan. Ada perasaan kasihan di hati Matsuri melihat keduanya, baik Ivea maupun Kay benar-benar malang karena semua ini. Semua yang berjalan di kehidupan mereka membuat keduanya ragu dengan perasaannya sendiri. Berkali-kali Matsuri memandangi Kay tapi tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Sedangkan Kay sibuk berceloteh tentang Paris, tentang dia yang sudah menyewa sebuah flat disana untuk satu bulan, juga tentang mengapa mereka harus pergi beberapa hari lebih cepat. Kay juga sudah menyusun banyak rencana yang di katakannya satu persatu secara detail dengan cermat dan baik. Laki-laki itu sedang menyembunyikan kesedihannya dan Matsuri sama sekali tidak ingin merusak suasana hatinya. Meskipun Kay berpura-pura, ia akan menerimanya. Bertanya tentang perasaan Kay yang sebenarnya malah akan membuat Kay merasa kehilangan kenyamanan itu dan Matsuri akan tetap tersenyum untuk Kay, juga untuk semua rencana bulan madu cemerlang yang terucap dari mulutnya.

Page 71: Beauty Honey

Bab. 20

Begitu memasuki pesawat, Kay mulai berhenti berbicara. Semula Matsuri kira Kay mulai bosan dan lelah tapi kemudian Kay menangis dan memeluknya. Dengan manja ia menceritakan semuanya, menceritakan penyesalannya yang terlalu cepat mengambil keputusan pernikahan dan penyesalan atas semua sikapnya kepada Ivea. Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi dan lagi-lagi Matsuri merasa di butuhkan. Kay benar-benar membutuhkannya seperti yang selalu laki-laki itu ucapkan. Hanya Matsuri yang membuatnya merasa nyaman. Kata Neechan yang selalu Kay ucapkan membuat Matsuri berusaha memikirkan jalan keluar yang terbaik, tapi tidak ada yang bisa di temukan. Yang bisa di lakukannya sebagai seseorang yang di anggap sebagai kakak, hanyalah menepuk-nepuk bahu Kay dan berkata.

“Menangislah, Tapi setelah pesawat Take Off hapus air matamu ya?” Kay semakin menenggelamkan wajahnya ke bahu Matsuri,

beberapa bulir air matanya menembus pakaian yang Matsuri kenakan sehingga sebersit perasaan hangat timbul. Dia tidak bisa mengatakan apa-apa karena Kay tidak akan memperdulikannya. Kay hanya peduli dengan pendapatnya sendiri dan berkeras untuk itu lalu apa yang bisa di lakukannya selain ini?

“Seandainya masih bisa di perbaiki…”Kay mengeluh. Matsuri menghela nafas dalam-dalam. “Kalau begitu bila suatu saat

nanti ada kesempatan, bicaralah baik-baik dengannya. Jangan sampai timbul rasa bersalah lagi seperti ini. Kalau masih ingin bersamanya bawa dia kesisimu. Kalau memang serius untuk melupakannya jangan menjauh darinya. Jauh malah akan membuatmu semakin teringat-ingat, semakin benci dengan keadaan!”

Page 72: Beauty Honey

Kay melepas pelukannya dan memandang Matsuri dengan matanya yang mulai memerah. Pipinya tidak basah karena semua air matanya tumpah di bahu Matsuri. “Kalau melihatnya terus aku merasa mau mati!”

“Buat dirimu terbiasa dengan dia, pelan-pelan semuanya akan jadi biasa. Jadikan dia teman, adik, atau apapun sampai kau tidak memiliki perasaan apa-apa lagi setiap kali melihatnya. Jangan pernah berrfikir untuk membuatnya cemburu, Balas dendam, sakit hati. Selama ini kau selalu berusaha membalasnya. Sikapmu bisa menjadikan siapapun merasa semakin buruk, kau tidak ada bedanya dengan Arata kalau begini!”

Sebuah rengutan terlukis di wajah Kay, tentu saja Kay tidak suka disama-samakan dengan arata karena Arata adalah topik terburuk yang pernah di bicarakan Kay dengan kata-kata yang selalu menunjukkan betapa besar ketidak sukaannya kepada laki-laki itu. Tapi kata-kata seperti itu bisa membuat Kay merasa lebih tenang dan bersantai hingga akhirnya mereka memutuskan untuk tidur selama perjalanan ke Paris.

Page 73: Beauty Honey

Bab. 21

Setibanya di Prancis, yang terlihat adalah langit yang gelap. Pergi malam dan tiba menjelang malam seharusnya membuat mereka meras lelah, tapi rasa lapar lebih dominan. Kay selalu menolak untuk mampir dan makan malam selama di perjalanan menuju flat yang mereka sewa. Ia malah lebih memilih untuk berhenti di supermarket terdekat dan mebeli beberapa bahan dasar untuk membuat Omlet.

Flat yang Kay pilih bukanlah sebuah flat besar, hanya flat tiga lantai dan mereka menghuni lantai tiga selama sebulan penuh. Lampu menyala dengan cukup terang dan menyinari semua ruangan dengan baik. Semuanya lengkap, satu kamar dengan sebuah ruang tengah sekaligus ruang tamu dan dapur, terdapat sebuah kamar mandi di dekat dapur dan sama sekali tidak ada kamar mandi di kamar. Matsuri meletakkan Koper yang di bawanya di atas satu-satunya ranjang yang berada di flat itu setelah menyalakan lampu sebelumnya. Ia mulai memasukkan satu persatu pakaian kedalam lemari dengan telaten, di mulai dari pakaiannya di bilik kiri lemari dan pakaian Kay di bilik yang satunya. Kay menyusul masuk kekamar dan berbaring di ranjang tanpa membuka sepatu.

“Neechan, cepat masakkan sesuatu. Aku hampir mati kelaparan” Keluhnya.

Matsuri sama sekali belum menghentikan kegiatannya memindahkan pakaian kedalam lemari. “Salahmu sendiri, kenapa menyewa flat. Kalau di hotel sekarang kita tiggal pesan makanan.”

“Kita ini kan pengantin baru, aku cuma mau makan masakan istriku. Lagipula kita di Paris sebulan, sekalian bulan madu. Flat lebih murah di bandingkan Hotel karena Hotel di hitung permalam sedangkan disini perbulan. Kalau di hotel tidak akan terasa seperti

Page 74: Beauty Honey

hidup berumah tangga. Boros uang untuk memesan makan malam romantis, laundry juga. Kalau di flat kita tidak perlu laundry lagi karena kau akan mencucikan pakaianku!”

Matsuri berdesis. “Kalau begitu lanjutkan pekerjaanku memindahkan semua pakaian ini kelemari. Aku mau mandi dulu lalu masak untuk makan malam.” Ia kemudian meninggalkan koper-koper yang masih berisi pakaian yang tersisa lalu mengambil handuk di dalam koper miliknya. Saat hendak beranjak pergi Matsuri mendapati Kay menyodorkan sesuatu kepadanya, sebuah pakaian yang dilipat rapi dengan warna merah hati terdapat motif huruf M&K berwarna merah jambu yang menonjol di lipatan paling atas.

“Apa ini?” tanya Matsuri. “Ini hadiah pernikahan, aku tau Neechan tidak suka gaun tidur.

Jadi ku buatkan ini sebagai ganti gaun tidur, lihat sulaman M&K-nya, Matsuri dan Kay. Aku juga punya!”

“Kenapa tidak N&K? Neechan dan Kay!” Kay berdecak. “Neechan pakai ini saja sehabis mandi, Oke!

Sekarang pergilah mandi sana. Pergi, pergi!” Tubuh Matsuri di dorong-dorong oleh Kay untuk keluar dari kamar.

Dengan perasaan menggelikan Matsuri melangkah kekamar mandi dan menggantung semua pakaiannya di belakang pintu. Dengan semangat Matsuri menyalakan shower dan mandi beberapa lama. Setidaknya mandi kali ini akan membuat tidurnya semakin nyenyak, dia tidak akan bisa tidur seandainya sisa Make Up dan beberapa Spray yang membuat rambutnya mengeras masih belum di bersihkan. Sebenarnya Matsuri benar-benar ingin berlama-lama di sirami air, tapi mengingat Kay menunggu makan malam buatannya, ia segera menyelesaikan mandinya secepat mungkin dan mengenakan pakaian yang Kay berikan. Sebuah long blouse berlengan pendek terbuat dari katun asli terlihat sangat pas dengan ukurannya. Pengganti gaun tidur yang lumayan nyaman. Semula Matsuri mengira Kay memberikan piama kepadanya karena kerah shanghai dan kancingnya mengingatkan Matsuri pada piama. Tapi blouse ini tidak di sertai piama. Kancing yang berbaris bebeberapa butir di bawah kerahnya hanya aksen yang melengkapi saja karena di bagian punggung, ada sebuah resleting panjang sampai ke

Page 75: Beauty Honey

pinggul untuk memudahkannya memakai blouse itu.. Sulaman M&K yang besar itu menghiasi bagian dada membuat Matsuri tersenyum setiap kali melihatnya. Kay bilang dia juga punya? Punya Gaun yang seperti ini? Matsuri tertawa.

“Neechaan sudah selesai belum? Kalau sudah giliranku!” Suara Kay di depan pintu lantang diiringi ketukan brutalnya.

Matsuri mendengus. “Iya sebentar!” Ia lalu membungkus rambutnya dengan handuk dan melemparkan pakaian kotor ke dalam keranjang di sudut ruangan. Dengan suasaana hati yang lebih baik, Matsuri keluar dari kamar mandi dan mempersilahkan Kay masuk. Ia lalu berusaha sepenuh hati membuatkan Omlet yang enak dengan bahan-bahan yang sudah Kay beli lalu menyajikannya di atas meja. Matsuri kemudian duduk sambil memandangi dua piring omlet yang sudah membuat perutnya bernyanyi-nyanyi. Kay ternyata juga punya perasaan, dia sama sekali tidak berlama-lama di kamar mandi seperti dugaannya. Anak itu keluar dalam keadaan lebih segar, rambut panjangnya di ikat dengan baik, selain itu Kay menggunakan t-shirt hitam dengan celana yang memiliki warna dan motif yang sama dengan blouse yang Matsuri pakai. Sebelum Kay duduk, Matsuri memandanginya dengan seksama. Sulaman M&K di celananya ada di bagian lutut sebelah kanan.

“Jadi ini yang kau punya? Kenapa cuma buat celana?” “Aku mau buat piama, tapi aku tidak suka tidur pakai piama. T-

shirt lebih nyaman.” Kay duduk menghadap piringnya dan bersiap memegang garpu dengan senyum mengembang. “Ayo Makan!” Katanya dengan riang.

Makan malam pertama sebagai pengantin baru, Kay terus mengomentari banyak hal sambil terus mengisi mulutnya dengan suapan-suapan besar omelet. Dalam waktu singkat Kay sudah menghabiskan Omelet di piringnya dan pindah menyantap omlet di piring Matsuri. Semula Matsuri merasa kesal karena makannya di ganggu, tapi lama-lama dia bisa menerima sikap Kay dengan perasaan terbuka.

“Masih lapar?” Tanya Matsuri, ia sudah berhenti makan dan membiarkan Kay menghabiskan semua omlet yang masih tersisa di piringnya.

Page 76: Beauty Honey

“Ini sudah cukup!” “Kalau begitu cepat habiskan. Aku mau mencuci peringnya!” Kay bergerak semakin cepat sampai omletnya benar-benar habis

lalu mendorong piringnya menjauh, Matsuri mengemasi semuanya dan memindahkannya ke tempat cuci piring yang ada di sebelah meja makan. Sebagai perempuan satu-satunya dan anak yang tertua, soal urusan dapur bukanlah masalah yang besar bagi Matsuri, ia terbiasa melakukannya dengan hati-hati.

“Bagaimana rasanya? Pakaiannya nyaman?” Tanya Kay. Matsuri tidak menoleh, tapi dia tau Kay mendekat. “Nyaman sekali

untuk tidur. Terima kasih!” “Tapi, Neechan malam ini kau tidak boleh memakainya untuk

tidur!” Matsuri mematung, Kedua tangan Kay memeluk tubuhnya dari

belakang. Kata-kata yang di bisikkan Kay tadi benar-benar berhasil membuatnya merinding.

Page 77: Beauty Honey

Bab. 22 “Kau mau apa?” “Ini malam pertama kita kan? Aku sudah bilang pernikahan kita ini

serius, jadi aku boleh meminta hak ku kan?” Nyaris saja Matsuri tidak bisa berkata-kata, tapi ia berusaha

menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin sambil berdehem dan terus bicara meskipun ia merasakan resleting yang berada di punggungnya di buka perlahan-lahan. “Kau yakin dengan ini?”

“Kau mengerti, kan? Untuk apa aku menyewa flat dengan satu kamar dan satu ranjang? Untuk apa aku menghabiskan waktu di Paris selama sebulan. Aku nyaman bersamamu dan serius untuk menjadikanmu pendampingku selamanya.”

Kedua tangan Kay menelusup masuk melalui bagian yang di buka nya dan mulai membelai apapun yang bisa di sentuhnya. Ia bisa merasakan Nafas Matsuri yang mulai tidak teratur, tapi gadis itu tidak menolak. Matsuri tau benar kalau melayani Kay adalah kewajibannya dan Kay tidak pernah mengatakan kalau pernikahan ini hanya berpura-pura. Ini pernikahan sebenarnya dan kesepakatannya sejak awal adalah begitu. Mereka menikah karena saling merasa nyaman dan akan berusaha mempertahankan kenyamanan itu selamanya. Walaupun tadi, Kay baru saja melampiaskan semua kesedihannya di pesawat, Kay akan tetap melakukannya kepada Matsuri karena ia tidak sedang bercanda dengan pernikahan ini. Pernikahan ini sama sekali bukan permainan meskipun tujuannya terdengar sangat tidak serius.

“Bagaimana? Neechan akan melakukannya untuk pernikahan ini?” Matsuri terlihat kikuk. Tapi sejurus kemudian ia mengangguk. Kay

mengeluarkan tangannya dan membalik tubuh istrinya agar menghadap kepadanya, tapi Matsuri benar-benar menunduk dalam dan tidak sanggup memandang wajah Kay. Kay tau Matsuri sedang shock

Page 78: Beauty Honey

dengan setiap sentuhannya. “Neechan. Kita coba untuk bahagia melalui pernikahan ini. Kita lupakan semua masalah kita, karena kita bersama-sama untuk membuat kenangan baru dan melupakan nasib buruk yang menyelubungi kita.”

“Iya, Aku tau!” Jawab Matsuri parau, ia masih menunduk. Kay kemudian menggandeng tangan Matsuri menuju kamar, mau

tidak mau Matsuri harus siap dengan ini karena dia sendiri juga sudah menduga cepat atau lambat ini semua akan terjadi. Mustahil bisa menghindari ini bila harus hidup bersama dalam waktu yang lama. Kamar ternyata sudah memiliki cahaya lain, bukan cahaya lampu seperti saat pertama kali mereka memasukinya. Suasana romantis menyeruak dari wangi-wangian lilin Aromatherapy beraroma rose. Matsuri harus juga siap saat Kay menanggalkan semua pakaiannya, menyentuh seluruh tubunya lalu membawanya ke tempat tidur.

Ada perasaan yang tidak bisa di mengerti saat ia dan Kay berciuman, saat Kay meremas pinggulnya, menggigit payudaranya. Matsuri benar-benar berusaha menahan airmatanya untuk tidak mengalir, berusaha mengalihkan isakannya menjadi desahan dan berusaha agar Kay tidak mengetahui ketidak siapannya. Semuanya berlangsung begitu saja tanpa perasaan yang mendalam dan dengan ini Matsuri mengerti arti dari pengabdian. Melayani seorang laki-laki yang tidak di cintai baginya benar-benar menyedihkan meskipun Kay selalu berusaha untuk tidak menyakitinya dan bertindak sehati-hati mungkin. Setidaknya ia masih bersyukur karena Kay tidak memaksanya untuk melakukannya berkali-kali, laki-laki itu kini berbaring di sebelahnya sambil menggenggam tangannya erat-erat.

“Neechan, “Bisiknya. “Apa aku terlalu memaksa?” “Bagaimana dengan perasaanmu sendiri? Kau juga sedang

memaksakan diri.” “Apa aku menyebut nama orang lain?” Matsuri menggeleng, Kay menyebut-nyebut Neechan beberapa kali.

Hanya Matsuri yang di panggilnya Neechan dalam hal ini. “Tidak!” “Tapi kau menyebut nama orang lain!” Matsuri terbelalak, ia sempat memikirkan Arata, memikirkan

kekecewaannya, memikirkan rasa sakit hatinya. Semua tentang Arata

Page 79: Beauty Honey

memang sengaja di hadirkannya kembali dengan harapan ingatan-ingatan tentang laki-laki itu bisa menguap pada saat bercinta tadi dan itu cukup berhasil meskipun tidak sepenuhnya. Matsuri melepaskan tangannya dari genggaman Kay dan berbalik membelakanginya. “Maaf, aku hanya…” Matsuri tidak tau harus mengatakan apa, ia sedang memikirkan kata-kata lain yang sekiranya bisa Kay terima. Tapi seharusnya tidak ada yang perlu di sembunyikan dari Kay karena laki-laki itu pasti mengerti bagaimana perasaannya. “Aku berusaha menggantinya denganmu, mengubah Arata menjadi Kay. Aku mengucapkan namanya sama sekali diluar kesadaran.” Matsuri menghela nafas berat, buliran airmata penyesalan jatuh begitu saja dan membuat dadanya semakin sesak. Tapi kehangatan tubuh Kay menjalarinya, laki-laki itu memeluknya, membelai punggungnya, mencumbu bahu dan lehernya, Ia benar-benar berusaha menyatukan tubuhnya dan tubuh Matsuri sehingga benar-benar rapat, Punggung bertemu dada, paha bertemu paha, Kay benar-benar mengikuti lekuk tubuh Matsuri yang agak meringkuk. Kedua lengannya menekan perut dan dada gadis itu agar Matsuri tidak bergerak dan terus berada di dekatnya.

“Apa itu berhasil?” Bisiknya. Matsuri menelan ludah, berusaha menenangkan dirinya. “Sedikit!” “Kalau begitu kita akan sama-sama berusaha. Sekarang tenanglah,

Kau tidak perlu merasa gugup lagi. Aku harap malam ini benar-benar bisa menghancurkan lapisan-lapisan yang masih menghalangi kita. Tidurlah, Neechan!”

Nafas Kay bagaikan detak jarum jam yang sama teratur dengan debaran jantungnya. Semuanya bisa memberi ketenangan yang lebih sehingga Matsuri mampu memejamkan matanya dengan damai. Walau bagaimanapun, baik hatinya dan hati Kay sedang sama-sama terluka dan mereka bersepakat untuk berusaha menyembuhkannya bersama-sama. Meskipun ada sebuah perasaan buruk merasuk, tapi kenyamanan itu sudah berhasil menanganinya dengan baik hingga sekarang, keduanya bisa terlelap dengan tenang bersama-sama.

Page 80: Beauty Honey

Bab. 23

Hampir setiap pagi Matsuri harus melayani permintaan Kay tentang secangkir kopi buatan rumah. Ternyata Kay sengaja membawa kopi sendiri dari Jepang demi menikmati minuman yang katanya sudah menjadi pavorit semenjak ia kembali dari Fukuoka waktu itu. Khusus untuk pagi ini, Matsuri bukan hanya harus meracik secangkir kopi buatan rumah dan membuat sarapan pagi saja, tapi juga harus mendengar Kay mengomel-ngomel karena ia menolak untuk di ajak keluar. Matsuri hanya ingin istirahat di flat karena semenjak tiba di Paris ia selalu mengikuti Kay pergi kemana-mana dan hanya berada di Flat saat malam sampai pagi hari, dan pada waktu seperti itupun di sama sekali tidak bisa istirahat karena Kay selalu mmbujuknya untuk bercinta. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul tiga sore waktu setempat, seharusnya Kay sudah berangkat karena ia janji bertemu teman Italianya pada jam segini. Tapi laki-laki itu masih mengikuti Matsuri kemanapun ia melangkah, kekamar mandi, mesin cuci, dapur, kamar, akhirnya Matsuri berhenti bergerak lalu memandang Kay dengan perasaan putus asa.

“Aku sedang ingin di rumah hari ini. Ingin istirahat, apa kau tidak bisa mengerti?”

“Ya, aku mengerti. Sejak datang ke Paris aku selalu membuatmu lelah kan? Tapi temanku kali ini adalah orang yang punya andil penting untuk acara puncak nanti malam. Kau tidak akan menolak untuk datang nanti malam juga kan? Aku sudah menyiapkan gaun untukmu karena kau akan ku bawa naik kepanggung bersamaku. Semua orang harus tau kalau aku sudah menikah!”

Matsuri mendesah. Ia jadi ingin segera pulang ke Tokyo karena waktu-waktu di Paris sangat melelahkan. Jalan-jalan d Tokyo lebih

Page 81: Beauty Honey

menyenangkan daripada di Paris meskipun tempat ini sangat indah. Semua tempat wisata sudah di datanginya dan sangat mudah membuatnya bosan. Matsuri meragukan kalau ia akan bisa bertahan beberapa minggu kedepan untuk terus berlama-lama di Paris.

“Neechan, ayolah!” Kali ini Kay merengek. Setiap kali Kay memanggilnya dengan sebutan itu, Matsuri selalu

luluh. Semenjak seks yang pertama Kay tidak pernah memanggilnya Neechan lagi karena menurutnya ia tidak akan nyaman bila harus bercinta dengan perempuan yang selalu di panggilnya kakak. Mungkin ini yang pertama kali semenjak itu. “Baiklah!”

Kay mendekat lalu mencium bibirnya, dan setiap Kay melakukan itu Matsuri harus merasa Shock. Sudah terlalu sering dalam beberapa hari ini Kay bertidak seperti itu dan Matsuri tidak punya alasan untuk menolak. Kay selalu membantah dengan alasan yang tidak bisa di patahkan. “Malam ini pulang jam berapa?”

“Tidak akan terlalu malam, aku pastikan! Setelah semua busana karyaku keluar, kita akan pulang karena aku tidak akan membiarkanmu lelah.”

Dia tersenyum, dan Matsuri selalu berusaha untuk memahami semua tingkah lakunya. Tapi meskipun lelah Matsuri tidak pernah sekalipun merasa menyesal menuruti semua permintaan Kay. Laki-laki itu tidak memberikannya kesempatan untuk mengganti pakaian, Kay hanya memberikannya sebuah mantel hitam untuk melapisi blouse rajut berlengan pendek yang selalu di kenakannya di rumah. Mantel yang Kay beli di Paris untuknya dan senada dengan Jas yang di kenakannya sekarang. Begitu keluar dari bangunan itu, Matsuri bisa merasakan udara dingin menerpa pahanya sehingga ia merapatkan mantelnya. Beruntung Kay membelikannya Mantel yang panjang sampai lutut sehingga rasa dingin itu sedikit banyak bisa di atasi. Kay mengajaknya menuju suatu tempat dengan taksi, dan begitu sampai Matsuri baru mengetahui bahwa lokasi yang di tuju adalah sebuah Hotel mewah dimana semua acara malam ini akan di adakan. Kay mengajaknya menuju kesebuah ruangan dimana banyak orang berkumpul lalu duduk di kursi kosong yang tersisa. Matsuri mendengarkan Kay berbicara dengan beberapa orang dalam bahasa Prancis, bisa di pastikan kalau ia

Page 82: Beauty Honey

sedang memperkenalkan Matsuri kepada teman-temannya karena di sela-sela obrolannya mereka menyapa Matsuri dalam bahasa Jepang yang pas-pasan. Walau bagaimanapun Matsuri berusaha bersikap sopan dengan tersenyum, membalas jabatan tangan, bahkan sampai menundukkan badan sebisanya kepada semua teman-teman Kay.

“Mereka semua desainer juga?” Tanya Matsuri setelah Kay terlihat lebih tenang dan tidak sedang berbicara dengan siapapun, mereka hanya memperhatikan banyak orang yang mondar-mandir mengurusi perlengkapan di panggung yang ada di hadapan mereka. Catwalk benar-benar sedang di dandani semewah mungkin.

“Ada beberapa yang bukan. Kebanyakan desainer menyiapkan karya yang mau mereka tampilkan malam ini!”

“Lalu kau? Tidak bersiap-siap juga? Teman yang yang akan kau temui siapa?”

“Lukav, dia orang penting yang membantuku menyiapkan semuanya. Jadi aku hanya perlu mempersiapkan istriku. Khe…khe..khe…” Kay terkekeh membanggakan kecurangannya membuat Matsuri berdesis. Kay lalu kembali diam karena Matsuri sama sekali tidak bertanya lagi. Ia memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang dengan teliti dan melupakan kalau Kay ada di sampingnya. Mungkin di kepalanya Matsuri sedang berusaha menerka kepribadian orang-orang yang menarik hatinya. Hati Kay mendadak kecut karena ia tahu Matsuri tidak bersikap seperti biasa disebabkan oleh pemaksaan yang di lakukan olehnya seharian ini. Matsuri tidak mau mengobrol banyak dan lebih memilih untuk memperhatikan orang lain.

Page 83: Beauty Honey

Bab. 24

Lukav juga membuatnya menunggu terlalu lama. Laki-laki Italia yang juga merupakan orang kepercayaan ibunya itu sudah mengirim pesan kalau ia akan terlambat menemui Kay karena masih sangat banyak yang harus di urus. Tapi sedikitpun Kay tidak mau memberi tau Matsuri keadaan yang sebenarnya. Kay terus memandangi istrinya yang kelihatannya mulai merasa bosan dan hal ini cukup menambah kekhawatirannya.

“Honey, Apa kau tidak merasa panas?” Kay bertanya sambil mendekatkan kepalanya kebahu Matsuri.

Matsuri menoleh. “Ruangan ini pakai AC, mana mungkin bisa kepanasan. Aku saja masih merasa dingin”

“Tapi disini banyak orang. Wajar kalau aku merasa panas. Kau punya ikat rambut tidak? Mudah-mudahan panasnya bisa berkurang kalau aku mengikat rambut.”

“Matsuri menggelengkan kepalanya lalu kembali memperhatikan orang-orang. Beberapa saat kemudian ia melepaskan ikat rambut yang membebat rambutnya dan menyodorkannya kepada Kay. “Pakai ini ini saja!”

“Kalau begitu bantu aku mengikat rambutku!” Kay mendengar Matsuri mendesah, meskipun begitu Matsuri tetap

berdiri dari tempat duduknya dan berpindah ke belakang Kay untuk membantunya mengikat rambut. Matsuri sangat memanjakannya dan Kay sangat suka menikmati itu. Ia tidak bisa membayangkan bila tadi Matsuri tetap berkeras untuk tidak ikut, mungkin dirinya akan sebatang kara disini. Tidak, akan banyak orang yang menghampirinya tapi tidak akan sama karena hanya Matsuri yang membuatnya merasa nyaman. Setiap sentuhan Matsuri di kepalanya memberikan kehangatan dan itu

Page 84: Beauty Honey

juga merupakan bentuk kenyamanan. Kay tersenyum menikmati kasih sayang istrinya.

Matsuri menyudahi pekerjaannya dengan menepuk bahu Kay menggunakan kedua telapak tangannya. Tapi begitu ia akan kembali duduk, tampat duduknya di isi oleh orang lain. Matsuri lagi-lagi mendesah kesal, karena Kay membuatnya kehilangan tempat duduk. Ia memandang berkeliling mencari tempat dimana dia bisa duduk, tapi pandangannya berakhir pada wajah Kay yang menengadah menatapnya.

“Aku tunggu di luar saja!” Kata Matsuri. Kata-kata itu membuat Kay kecewa, ia tidak mau di tinggal

sendirian disini. Kay berusaha menyelipkan tangannya di pinggang Matsuri dan membiarkannya duduk di pangkuannya, tiba-tiba saja fikirannya melayang kepada Ivea yang pernah di pangku Nathan, kenangan yang membuatnya merasakan lagi kesedihan yang sudah di lupakannya belakangan ini. Suara Matsuri membuat Kay kembali terbangun dari kenangan buruknya, ia berusaha mengumpulkan kembali indranya dan memberikan senyuman kepada Matsuri.

“Duduk disini lebih baik, Honey!” “Apa kau tidak malu, semua orang melihat kita!” “Memangnya kenapa?” Tanya Kay sengit. “Semua orang disini tau

kau adalah istriku. Dilarang menolak Neechanku!” Matsuri lagi-lagi menyerah. Ia membiarkan Kay melakukan semua

yang di inginkannya, hanya di pangku dan seharusnya tidak jadi masalah. Kay bahkan melakukan hal yang lebih dari ini hampir setiap malam. Perhatiannya teralih saat mendengar seseorang berdehem lalu berbicara dalam bahasa Prancis. Orang itu adalah orang yang sangat Kay kenal, Bianca Karta dan di belakangnya putri kesayangannya menyertainya, Ivea. Kay terperangah dan Matsuri memandang Kay sejenak sebelum mengembalikan pandangannya kepada Ivea dan Bian secara bergantian. Matsuri tidak mengerti bahasa Prancis, tapi ia mengerti saat Bian menyapanya dalam bahasa Jepang yang fasih. Wanita itu bukan hanya cantik, tapi juga cerdas karena sepertinya tidak hanya menguasai satu jenis bahasa.

Page 85: Beauty Honey

“Kau rupanya wanita yang sial menikah dengan laki-laki ini!” Bian berbicara sambil memandang Kay dengan tatapan pura-pura sinis.

“Apa yang kau katakan?” Desis Kay. “Dia adalah wanita paling beruntung di dunia karena menikah denganku!”

Bian tertawa terbahak-bahak sambil menutupi mulutnya dalam jarak yang tidak begitu dekat dengan telapak tangannya. “Ya, Baiklah. Tapi siapa nama istrimu ini? Dia sepertinya orang yang cerdas. Ada apa di kepalanya sehingga ia mau menikah denganmu!”Bian lalu memandang Matsuri sambil menyentuh kepalanya. “Sayang, kepalamu tidak sedang terbentur, kan?”

Matsuri lalu tersenyum tidak mengerti sambil menoleh kepada Kay minta penjelasan. Spontan tawa Bian terdengar lagi. “Kau bingung dengan perbincangan ini ya? Aku da Kay bersahabat sudah sangat lama, jadi kau jangan heran kalau aku selalu mengatainya dengan berbagai cara. Tapi walau bagaimanapun kau adalah orang yang beruntung diantara sekian banyak wanita yang dekat dengannya. Karena kau satu-satunya yang di nikahinya.”

“Terima kasih!” Hanya itu yang bisa Matsuri katakan. Ia tidak tau harus berkata apa selanjutunya.

Bian kembali berbicara. “Kau jahat sekali pergi sebelum aku datang. Aku sangat kecewa karena begitu tiba di Tokyo kalian sudah tidak ada. Sekarang kau harus membayar semuanya. Kalian tinggal dimana?”

“Kami menyewa sebelah flat…” “Aha!” Bian berseru. “Kau memilih flat? Sejak kapan begini?

Biasanya kau selalu memilih hotel mewah kalau ke Paris!” “Hotel bisa membuatku banyak kehilangan kesempatan, Aku tidak

bisa tidur kalau belum makan masakan istriku. Aku tidak bisa membersihkan rumah bersama, tidak bisa bercinta di dapur…” Kay berusaha menahan teriakannya saat merasakan cubitan Matsuri yang panas di pahanya. Matsuri mulai bisa merasakan kalau Kay berusaha menyakiti Ivea lagi dengan kata-katanya. Gadis itu memandang Kay seolah-olah sedang mengatai Kay yang sangat kekanak-kanakan. Kay menutupi ekspresi Matsuri itu dengan sebuah ciuman lembut di pipinya. Matsuri semakin terperangah dan Kay semakin senang. Entah senang karena apa, karena bisa melakukan itu di depan Ivea dan membuat Ivea

Page 86: Beauty Honey

menyesal karena membuatnya terlalu lama menunggu atau karena Matsuri.

“Kenapa?” Bian melanjutkan pembicaraan mereka yang terputus sambil memadang Matsuri dengan serius, ia lalu tertawa dengan anggunnya. “Aku mengerti, soal kata-kata yang seharusnya jadi rahasia itu? Aku mengerti karena pengantin baru selalu memiliki hasrat dimana saja! Jadi sayang, kau pandai memasak?”

“Aku bisa, tidak pandai!” “Kalau begitu besok malam kami bisa datang ke flatmu? Undang

kami makan malam.” Matsuri memandang Kay meminta izin, “Kalau aku sama sekali

tidak keberatan…” “Tapi aku yang keberatan!” Kay menyela. “Kenapa harus malam?

Siang atau pagi saja tidak bisa?”

Page 87: Beauty Honey

Bab. 25 “Kau seharusnya tidak mengatakan itu kepadanya!” Matsuri

menggeram saat ia dan Kay berada di salah satu Kamar hotel. Lukav baru saja pergi beberapa saat yang lalu setelah mengantarkan beberapa potong gaun yang mungkin akan di pakainya untuk mendampingi Kay di atas catwalk nanti. Memangnya kapan ia dan Kay pernah bercinta di dapur dan Kapan ritual masak besama itu terjadi? Kay selalu nonton televisi setiap kali Matsuri memasak untuknya dan baru kedapur saat ingin minum atau makan. Semua kata-kata bohong Kay itu sama sekali bukan masalah besar baginya, tapi pasti sudah jadi masalah besar bagi Ivea. Gadis itu bukanlah orang yang bisa menyembunyikan perasaannya karena apapun yang di rasakan oleh hati akan tergambar jelas di wajahnya.

Tidak bisa di pungkiri kalau Matsuri merasa bersalah setiap kali melihat kekecewaan di wajah Ivea. Satu bulan lalu, gadis itu jatuh pingsan dan di bawa ke rumah sakit karena kecewa saat mengetahui Kay akan segera menikah dengannya, saat hari pernikahan Ivea juga hampir saja menangis karena melihat perlakuan Kay kepadanya dan hari ini juga sama. Perasaan cinta tidak bisa hilang begitu saja dalam sebulan, apalagi bila sering bertemu. Matsuri saja masih belum bisa melupakan rasa cintanya kepada Arata meskipun mereka sudah berbulan-bulan tidak bertemu dan selama itu juga tidak pernah mendengar kabarnya. “Aku sudah bilang, kan? Berhentilah berfikir untuk membalas dendam. Kau selalu berusaha untuk menyakitinya setiap kali bertemu!”

Kay yang berbaring di ranjang mendesah halus. “Aku juga tidak bermaksud begitu. Semuanya keluar begitu saja. Setiap kali melihatnya aku merasa kesal dan selalu ingin marah!”

Page 88: Beauty Honey

“Karena dia datang terlambat sedangkan kau sudah terlanjur memilihku? Aku sudah bertanya padamu waktu itu, apakah kau yakin dengan pernikahan kita ini? Aku juga sudah bilang, belum terlambat kalau kau ingin bersamanya sebelum pernikahan kita di langsungkan!”

“Neechan, kenapa kau selalu mengatakan itu? Aku merasa kesal bukan karena menyesal sudah memilihmu. Lebih dari itu, aku bertepuk sebelah tangan dalam waktu yang sangat lama. Aku harus melihatnya bersama orang lain dan tetap tersenyum. Aku harus mendengar semua ceritanya tentang Nathan dan menahan perasaan marah. Mau tidak mau aku harus mengubah semua kebiasaan, merasakan suasana hati yang buruk karena merasa bersalah terhadapnya, aku bakan tidak bisa mengerjakan semua pekerjaanku secara professional setiap kali bersamanya, aku melalaikan banyak hal hanya untuk melakukan sesuatu yang terbaik untuknya. Aku sudah mengorbankan semuanya dan dia masih harus berfikir panjang untuk memilihku? Itu yang membuatku kesal, bukan dirimu, Neechan!”

Matsuri melepaskan nafasnya perlahan, dadanya mulai terasa sangat sesak karena untuk pertama kalinya Kay berbicara dengan penuh amarah di hadapannya. Tapi sampai kapanpun Matsuri cukup dewasa dan bijaksana untuk tidak mengeluarkan air mata karena ini. Tidak ada sepatah katapun yang keluar lagi dari mulutnya karena diam selalu bisa jadi jalan keluar yang terbaik. Ia tidak mau bertengkar dan tidak akan pernah membalas semua kata-kata Kay. Meskipun ia sangat ingin mengatakan kalau Kay keterlaluan karena memandang semua hal itu hanya dari sisinya sendiri. Ivea pasti juga punya alasan tentang semua itu. Pasti ia punya alasan. Mengapa Matsuri selalu perduli dengan perasaan Ivea? Karena ia sudah terlanjur menempatkan diri sebagai Ivea sejak bertemu dengan gadis itu pertama kali, seperti yang selalu di fikirkannya kalau ia sebenarnya tidak membutuhkan Kay, tidak juga merasakan perasaan apa-apa. Tapi gadis itu pasti sebaliknya, membutuhkannya dan mencintainya. Laki-laki bodoh ini sudah menerbangkan kesempatannya untuk bersama dengan orang yang dicintainya demi hidup bersama seorang perempuan yang punya luka, yang tidak mencintainya dan mencintai orang lain. Semula Matsuri fikir ia dan Kay memang sama, tapi ternyata Kay masih memiliki banyak

Page 89: Beauty Honey

kesempatan sedangkan dirinya tidak. Matsuri memejamkan mata. Ia berusaha untuk tidur dan berharap perasaan galaunya menghilang begitu ia terbangun nanti.

Page 90: Beauty Honey

Bab. 26 Matsuri benar-benar kehilangan kesadaran dan baru terbangun saat

alarm ponselnya bordering. Dengan masih memejamkan mata, ia berusaha meraba-raba sumber bunyi dan menyentuhnya, tapi ada sesuatu yang menempel di ponsel itu. Matsuri membuka matanya lebar-lebar dan menonaktifkan alarm ponsel dan tanpa sengaja mmandang wallpaper ponsel yang sudah berganti dengan foto preweddingnya bersama Kay. Ia segera menghentikan lamunannya lalu duduk dan membaca Note yang menempel di ponselnya, memo dari Kay.

Honey,

Maaf mengganggu tidurmu dengan alrm. Ini sudah saatnya kau bangun dan bersiap-Siap. Aku menunggumu di ruang ganti yang ada di belakang catwalk karena aku tidak bisa membiarkan Lukav mengerjakan semuanya sendiri.

Yar Husband! ^_^

Cih, Matsuri berusaha menahan tawanya. Kay masih berusaha

menjadi suami yang baik sampai dengan saat ini dan sepertinya ia harus menghargainya. Tiga buah gaun yang tergeletak di atas sofa yang berada di dekat Jendela ditatapnya berlama-lama. Matsuri akan memilih yang paling di sukainya. Ia turun dari ranjang dan mendekati semua gaun yang di antarkan oleh Lukav dan pilihannya jauh kepada gaun berlengan ¾ dengan efek semi balon. Gaun berbahan polyester berwarna krem itu di hiasi dengan detail lace berwarna gun silver pada placket leher dan bagian bawah dada sehingga Matsuri seolah-olah sedang menggunakan Obi. Dia seorang wanita Jepang dan sangat

Page 91: Beauty Honey

tertarik dengan gaun yang menggambarkan ciri bangsanya meskipun gaun dengan panjang badan 83 cm itu masih jauh dari kimono. Saat mengenakannya tiba-tiba saja Matsuri merasa ragu, Gaun dengan potongan pensil itu membuat tubuhnya kelihatan lebih berlekuk-lekuk.Tapi Matsuri tidak akan menanggalkannya karena hanya gaun itu yang cocok dengan kacamatanya. Ia tidak akan melepaskan kacamatanya kecuali saat mandi ataupun tidur. Sebuah sepatu model lancip dengan slingback dan di hiasi detail anyam pada bagian Upper menjadi pilihannya karena itu adalah sepatu yang memiliki Hak paling rendah. Matsuri tidak akan mengambil resiko bila ia harus terjatuh dan membuat Kay malu di atas catwalk nanti.

Lalu bagaimana dengan rambutnya? Mungkin Matsuri akan membiarkan rambutnya yang mulai memanjang itu di urai saja karena ikat rambutnya sedang di pakai Kay. Sebelum keluar dari kamar, Matsuri memasukkan ponsel dan dompetnya kedalam sebuah tas pesta berwarna senada dengan sepatunya lalu kembali mematut dirinya di cermin. Ia sudah kelihatan lebih baik, tidak terlalu berlebihan dan elegan. Meskipun Kay sangat menyukai kemewahan ia tidak akan membuat penampilannya kelihatan memalukan hanya karena berusaha menyesuaikan diri dengan Kay. Inilah dirinya dan dia siap untuk beranjak menuju Suaminya. Langkah demi langkahnya yang memang sudah teratur menelusuri koridor dengan iringan tatapan beberapa orang, begitu juga saat ia menaiki lift menuju Aula. Tiba-tiba saja Matsuri merasa dandanannya mungkin aneh bagi banyak orang. Kepalanya berputar mencari Kay yang mungkin sedang sibuk tapi ia tidak perlu bersusah payah karena tiba-tiba saja Kay mendekatinya.

“kau hampir terlambat. Sebentar lagi kita akan berjalan bersama di atas catwalk !”

“Dandananku aneh tidak?” Kay mengamati Matsuri dari ujung kaki hingga kepala dengan gaya

khasnya. Tidak hanya itu, ia memutar-mutar tubuh istrinya beberapa kali dan baru berhenti saat Matsuri protes.

“Aku jadi pusing!” “Oke, Ini dirimu yang sebenarnya Neechan? Kau terlihat sangat

sederhana!” Kata Kay setelah ia berusaha mencari celah dari

Page 92: Beauty Honey

penampilan istrinya. “Tapi ku rasa aku tidak salah memilih istri! Kau tetap cantik dan apa adanya dan aku tidak akan mengedit apa-apa.”

Page 93: Beauty Honey

Bab. 27 Bian berjalan cepat di ikuti oleh Ivea dengan membawa beberap

barang-barang dalam kantong plastik. Pagi ini ia memang datang tanpa izin ke flat yang Kay sewa bersama istrinya. Dia tidak merasa sedang melakukan kesalahan karena saat itu Matsuri mengatakan Bian boleh datang kapan saja dan Kay tidak setuju bila ia datang pada malam hari. Ia berdiri di depan gedung berlantai tiga itu, lokasi yang Kay pilih sangat sepi, sangat jarang terlihat orang yang berlalu lalang di jalan ini.

“Mom, kita pulang saja!” Ivea mengeluh. “Kenapa? Kau mau terus-terusan begini? Kau harus membiasakan

diri karena suatu saat nanti kau pasti akan sering bertemu dengan Kay. Kay tidak akan pernah berhenti dari pekerjaannya dan kau juga tetap harus menjadi desainerkan? Kalau kau terus berusaha menghindarinya hatimu tidak akan sembuh!”

Kata-kata Bian kali ini cukup tegas. Ia tidak akan melakukan semua ini jika bukan karena Ivea yang terus-terusan bersedih. Ivea harus bisa berbesar hati dengan pernikahan Kay, harus bisa menerima Matsuri sebagai seorang teman dan harus mampu bertemu dengan Kay tanpa menggunakan perasaan apa-apa. Semenjak hari pernikahan Kay, Ivea semakin sering murung dan berkali-kali kepergok menangis. Ia memang bisa menyembunyikannya dari Nathan tapi tidak dari Bian. Percuma saja Bian menyebut dirinya sebagai seorang ibu jika tidak bisa memahami perasaan putrinya.

Bian dan Kay dulu juga pernah begini, tapi Bian selalu berusaha untuk tidak melibatkan kebenciannya setiap kali bertemu dengan Kay meskipun pada awalnya ia selalu mengeluarkan kata-kata yang menyakiti laki-laki itu. Walau bagaimanapun kebersamaan yang berarti selama sepuluh tahun tidak boleh hancur begitu saja karena satu masalah yang sama sekali tidak sebanding dan ia berhasil. Maka jika

Page 94: Beauty Honey

Ivea adalah putri seorang Biaca Karta dia juga harus mampu untuk melakukan hal yang sama.

Dengan tangkas Bian naik ke lantai tiga dan mengetuk pintu flat untuk beberapa waktu. Ia tidak harus menunggu lama karena Kay membuka pintu dengan tampang kusut, kelihatannya baru bangun tidur. Dengan tatapan kesal ia memandang Bian yang berusaha memberikan senyum termanisnya pagi ini.

“Tidak usah senyum.” Kata Kay. “Kau datang sepagi ini?” “Kau bilang aku tidak boleh datang malam! Matsuri mana?” Bian

menerobos masuk. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaannya. Ia menarik tangan Ivea untuk menjelajahi flat yang sederhana itu dan harus menyesal karena sudah melakukannya. Dari pintu kamar yang terbuka lebar ia melihat Matsuri sedang tidur nyenyak membelakangi mereka. Sebuah selimut sutra berwarna merah membungkus pinggulnya dan memamerkan punggung, lutut juga paha, Bian memandang putrinya sesaat.

Kay melewati mereka masuk kedalam kamarnya dan membangunkan istrinya dengan sentuhan-sentuhan lembut. Ia berbisik dan Bian bisa mendengarkan Kay memanggilnya sayang. Tubuh Matsuri bergerak menelentang memperlihatkan tubuh bagian atas yang tidak terbungkus. Tangan Kay menutupi kedua payudaranya dengan telapak tangan, kedua mata Matsuri berusaha terbuka selebar mungkin dan bertanya ada apa, ia masih lelah, dan seterusnya.

Ivea menggenggam lengan Bian erat-erat. Bian tau kalau Ivea ingin keluar dan menangis sepuasnya, tapi tidak boleh. Ia harus mampu menahan semua rasa sakit apapun bentuknya, dengan sering melihat, Ivea akan jadi terbiasa.

“Bian datang. “Kata Kay. Lalu membisikkan sesuatu dengan nada yang lebih samar.

Bian sama sekali tidak bisa mendengar apa-apa. Yang pasti Matsuri langsung menoleh kearahnya dan berusaha menepis tangan Kay yang menyentuhnya. Ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut dan berusaha untuk duduk, masih di atas ranjangnya.

“Astaga, aku tidak menyangka kau datang pagi ini. Aku kira kau datang kemarin lusa jadi aku menunggumu hari itu.”

Page 95: Beauty Honey

Bian berusaha tersenyum. “Aku baru sempat mengunjungi kalian hari ini, Aku juga membawakan croissant. Eve, kau letakkan bahan-bahannya di dapur ya?” katanya kepada putrinya lalu kembali memandang Matsuri lagi. “Aku juga kedapur, tidak apa-apa kan?”

“Ya, silahkan!” Bian berusaha menyembunyikan perasaan kikuknya. Ia menyusul

putrinya kedapur dan melihat Ivea bersandar ke kulkas. Gadis itu hampir menangis, tapi sedang berusaha menahannya. Ivea sangat cengeng dan saat ini adalah saat dimana ia terlihat sangat kuat.

“kau masih bisa tahan?” Tanya Bian lembut. “Aku tidak tau, Mom. Tapi aku akan berusaha untuk terbiasa.” Bagus, Karena Ivea tidak terisak kali ini. Bian akan terus

melanjutkan semuanya, ia sudah berusaha membuat Ivea sama seperti dirinya dan itu belum lengkap jika Ivea masih berusaha menyembunyikan perasaan sedihnya. Bian tidak pernah menyembunyikan perasaan apapun yang membuatnya menjadi bodoh dan Ivea harus bisa seperti dirinya. Dengan begitu barulah ia akan menjadi lebih kuat. Mengatasi perasaan adalah permulaannya untuk bisa menghadapi hal-hal yang lebih besar.

“Aku tidak menyangka kalau kau datang sepagi ini!” Suara Matsuri terdengar lantang, ia kemudian keluar dari kamarnya dan sudah memakai sebuah blouse cotton print rumahan yang panjang sampai ke lutut. Rambutnya sudah di ikat rapi dan ia sudah mengenakan kacamata seperti yang biasa Bian lihat. Matsuri mendekati mereka dan tersenyum kepada semuanya. Tidak lama kemudian Kay menyusul dan langsung masuk ke kamar mandi tanpa berkata apa-apa.

Bian tidak memberi komentar apa-apa, ia meminta Ivea mengambil sesuatu di mobil sehingga gadis itu lebih leluasa untuk memperbaiki perasaannya. Setelah Ivea keluar, Bian kembali mengeluarkan semua barang yang di bawanya dari dalam kantong plastik. “aku fikir, aku harus membantumu menyiapkan sarapan!” jawab Bian. Ia mendekati Matsuri yang kelihatannya sedang membuat sesuatu. “Kau membuat kopi?”

“Kau mau? Kay selalu minum kopi setiap pagi!” “Boleh, kopi buatanmu pasti enak.” Bian lalu tersenyum.

Page 96: Beauty Honey

“Ivea juga mau?” “Panggil dia Eve. Kau tidak usah buatkan dia kopi karena putriku

sedang diet! Dia harus menjauhi caffeine.” Matsuri membuat dua cangkir kopi. Kelihatannya dia sendiri juga

tidak minum kopi. Setelah meletakkan kopi racikannya di atas meja makan ia kembali kedapur dan menyiapkan banyak hal. “Kita harus masak apa?”

“kau bisa buat bubur gandum? Aku membawa semua bahan-bahannya. Kau juga makan bubur gandum kan?”

“Aku makan apa saja!” jawab Matsuri dia memberikan sebuah senyum. “Tapi Kay selau minta di buatkan Omlet setiap pagi.”

“Kali ini tidak makan omlet juga tidak apa-apa, kan?” Matsuri mengangguk, mana mungkin ia membedakan makanan

suaminya dengan makanan tamu-tamunya. Matsuri menerima semua bahan makanan bawaan Bian dan mulai membuat bubur gandum di bantu oleh wanita itu.

“Ivea benar-bena putrimu?” Matsuri tiba-tiba bersuara setelah mereka saling diam untuk beberapa saat. “Maksudku, kau terlihat masih sangat muda!”

“Aku senang kalau orang mengatakan aku terlihat muda. Tapi jika Ivea memang putri kandungku, maka aku melahirkannya pada usia tujuh tahun!” Bian lalu tertawa. “Dia adalah putri yang ku adopsi. Tapi aku menyayanginya seperti menyayangi diriku sendiri.”

Page 97: Beauty Honey

Bab. 28 Bianca menghembuskan nafas, ia memandangi Matsuri dengan

cermat. Matsuri bukanlah wanita yang masuk kedalam kriteria idaman Kay. Tubuhnya agak lebih berisi dari wanita manapun yang berdekatan dengan Kay selama ini. Matsuri juga terlalu sederhanadan terlalu bersahaja, tapi melihat tubuhnya tadi, melihat cara Kay menyentuhnya, cara Kay memandangnya, ada sesuatu yang berbeda dengan semua perlakukan Kay kepada wanita-wanita sebelumnya. Selama ini Bian fikir hanya dialah satu-satunya wanita idaman Kay sehingga Kay mencintai Ivea karena Ivea sangat mirip dengannya. Tapi setiap kali melihat Matsuri, Bian rasa dirinya sudah melakukan kesalahan.

“Matsuri, Atau aku harus memanggilmu nyonya Fujisawa sekarang?”

Matsuri tertawa.”Kau boleh memanggilku dengan panggilan apa saja yang kau suka!”

“Baiklah, Matsuri saja kalau begitu!” Ya, Seharusnya memanggil nama bisa membuat mereka lebih akrab. “Kau tidak merasa kesal padaku kan? Aku selalu berkata hal yang buruk tentang Kay, maksudku. Aku dan Kay memang begitu jadi kau tidak mungkin merasa kalau aku sedang menjelek-jelekkan suamimu, kan?”

“Tentu saja tidak. Kay sudah bilang kalau kau adalah sahabatnya!” “Yang tadi itu, aku juga minta maaf. Aku tidak bermaksud

melihatmu dalam keadaan seperti itu. Sepertinya aku harus mengubah kebiasaan sewenang-wenangku yang satu itu.”

Matsuri tidak menjawab, ia hanya tersenyum. Bian mulai merasa nyaman dan berniat melanjutkan ucapannya.

“Kau dan Kay sering melakukannya? Di dapur juga pernah? Seharusnya aku tidak bertanya, kalian pengantin baru tentu saja begitu. Tapi apakah kau tau kalau Kay terlalu sering melakukannya dengan banyak wanita?”

Page 98: Beauty Honey

Tentu saja Matsuri tau, Kay tidak pernah ragu menyentuhnya meskipun hatinya sedang memikirkan orang lain. “Aku juga pernah melakukannya dengan orang lain!” Jawab Matsuri, ia kemudian tertawa saat melihat Bian terperangah “Kau percaya? Aku tumbuh di asrama, kehidupanku sebelum bertemu dengan Kay juga selalu berkutat di asrama, saat kuliah juga tinggal di asrama. mana mungkin aku punya kesempatan untuk itu!”

“kau hampir membuat Jantungku melompat!” Bian mengurut dadanya lega. “Kau tidak sedang berfikir kalau aku sedang berusaha memisahkan kalian, kan? Kay pernah bercerita tentang dia dan Ivea? Aku tidak bermaksud begitu. Sungguh! Aku hanya ingin putriku terbiasa melihat kalian bersama supaya dia bisa menyembuhkan luka di hatinya. Dia selalu bersedih dan aku tidak sanggup melihatnya!”

“Aku juga berfikir begitu. Menurut…” Matsuri diam saat mendengar pintu kamar mandi terbuka.

Page 99: Beauty Honey

Bab. 29 Kay keluar dari kamar mandi lalu melangkah mendekati Matsuri

dan Bian yang sedang sangat sibuk menyusun makanan di atas meja makan berujuran kecil itu. Ia menatap bubur gandum yang di hidangkan di atas meja bersama croissant dengan tidak bersemangat lalu memandang Matsuri dengan tatapan manja.

“Buatkan aku omlet!” Kay lalu menyeruput kopinya dengan semangat.

Dengan patuh Matsuri kembali mendekati kompor dan membuatkan Omlet untuk Kay. Bian benar-benar tidak habis pikir dengan Kay, sejak kapan dia minum kopi setiap pagi dan sejak kapan omlet jadi menu wajib sarapannya? Dan Matsuri, sangat patuh kepada Kay. Wanita itu mengerjakan permintaan Kay tanpa membantah? Benar-benar tipikal seorang istri yang baik. Bian sama sekali tidak akan melakukan hal seperti itu dengan laki-laki manapun, pilihannya untuk tidak menikah adalah pilihan yang tepat.

“memangnya kalau makan bubur dan croissant kenapa?” Protes Bian pada Kay yang membuat Matsuri kembali sibuk.

“Aku harus makan masakan istriku sebelum makan yang lain!” “kalau begitu tidak ada bubur gandum untukmu!” Bian menarik

kembali mangkuk bubur yang ada di hadapan Kay dan membuangnya di westafel. Tapi kelihatannya itu tidak menjadi masalah yang besar untuk Kay meskipun ia dapan merasakan kemarahan Bian disana.

Ivea akhirnya datang dan memberikan tas Bian kepada pemiliknya. Bian mengambilnya dan duduk berhadapan dengan Kay sedangkan Ivea harus merasa beruntung karena di hadapannya adalah Matsuri. Meskipun Matsuri adalah wanita yang menyebabkan kesakit hatiannya, Matsuri sama sekali tidak pernah bertindak buruk kepadanya. Tapi Ivea masih merasa canggung untuk mengangkat wajahnya dan menatap

Page 100: Beauty Honey

wajah ramah Matsuri. Bian menyadari hal itu dan masih berusaha mencairkan suasana. Ia menggantikan tuan rumah untuk mempersilahkan makan dan mulai mengobrol lagi.

“Matsuri, pekerjaanmu apa?” “Aku dulu mengajar di sekolah koshintai, Osaka. Tapi sekarang

tidak lagi!” “Kenapa? Koshintai itu sekolahnya sachi, kan?” “Iya,” Jawab Kay. “Dia pengawas asrama sachi, kami bertemu

disana sekitar empat atau lima tahun lalu!” “Jadi kenapa kau tidak mengajar lagi, Matsuri?” “karena aku yang minta!” Kay menyerobot obrolan sekali lagi. “Dia

harus menemaniku setiap saat karena aku tidak suka di biarkan sendirian!” Kay lalu memandang Matsuri yang mulai melotot lagi. Kakinya sudah di senggol berkali-kali oleh istrinya. Dengan kesal Kay menyendok omletnya dengan suapan-suapan besar dan makan dengan lahap.

“Terimakasih atas sarapan hari ini!” Bian masih berusaha bersopan santun. “Aku harus membalasnya dalam waktu dekat!”

“Kenapa harus berterimakasih? Kalian juga sudah banyak membantu, semua bahannya kalian bawa sendiri!” Matsuri lalu kembali menyendok buburnya dengan anggun dan perlahan.

“Aku membawa bahan sendiri karena kedatanganku sangat mendadak dan tidak memberitahu sebelumnya. Jadi ku kira kalian mungkin saja tidak punya bahan makanan yang cukup. Kalian disini untuk berapa lama?”

“Sebulan, Karena itu Kay menyewa flat, di hotel bisa menghabiskan banyak uang karena biaya menginap di hitung permalam, belum lagi biaya laundry dan makanan yang bisa di pesan seenaknya.” Matsuri mengulangi kata-kata Kay dulu. Kay memandangnya dan mulai ikut menyendok bubur dalam mangkok Matsuri karena omlet di piringnya sudah habis.

Bian memandangi Kay masih dengan perasaan kesal, tapi Matsuri kelihatannya tidak menganggap itu sebagai masalah dan membiarkan Kay mengambil alih makanaannya. “Bukannya ku bilang tidak ada bubur gandum untukmu?”

Page 101: Beauty Honey

“Aku tidak minta darimu! Aku minta dari istriku, aku melakukan ini setiap hari dan dia tidak pernah marah. Lalu kenapa kau harus marah-marah?”

Matsuri lagi-lagi menegur Kay dengan bahasa tubuh, mungkin kali ini ia mencubit Kay, Bian bisa membaca semua itu. Wanita itu lalu tersenyum dan mengajak Ivea bicara, setidaknya Matsuri menanggapi keberadaan putrinya, Bian merasa lega.

“Laki-laki yang bersamamu waktu itu, siapa namanya Eve?” Ivea mengangkat kepalanya dan memandang Matsuri lalu

menjawab pertanyaannya dengan suara pelan dan agak malu-malu. “Nathan.”

“Iya, dia tidak ikut kemari? Aku sangat suka berbicara dengannya. Bahasa Jepangnya sangat bagus, dia bahkan bisa menggunakan logat Fukuoka daerah kelahiranku!”

“Dia sedang banyak pekerjaan, itu katanya!” Matsuri mendesah, mungkin ia merasa kalau Ivea sedang tidak

ingin banyak bicara. Tapi Matsuri masih terus berusaha. “Katakan padaku, Eve. Kau sudah bekerja? Apakah kau seorang model? Kau cantik sekali seperti ibumu!”

Ivea berusaha tersenyum lalu menggeleng. “Aku masih kuliah, hanya membantu mom dan bekerja di galeri milik…” ia berhenti bicara sebentar lalu memandang Kay yang juga menatapnya. “Milik monsieur Kay!”

Sejenak berikutnya suasana kembali kaku, Bian benar-benar kewalahan tentang Ivea dan Kay. Kedua-duanya bersikap sama dinginnya dan itu adalah sesuatu yang tidak menyenangkan untuk saat ini. Sejenak Bian dan Matsuri saling pandang.

“Besok kalian mau kemana?” “Besok aku dan Istriku mau ke Village beberapa hari. Selama disini

aku sudah mengajaknya berjalan-jalan di Paris dan dia kelihatannya sudah bosan. Jadi sekarang saatnya melihat pedesaan untuk dua atau tiga hari. Akhir minggu ini kami harus pulang. Jadi kami hanya punya waktu kurang dari seminggu untuk menikmati liburan!” Kay yang menjawab, karena hanya Kay yang tau rencana mereka setiap harinya.

Page 102: Beauty Honey

“Village? Kalau begitu kalian menginap di villaku saja. Aku dan Eve juga mau kesana sore ini. Kami akan senang kalau kau mau bergabung!”

“Tidak perlu, kami bisa mencari tempat menginap…” “Kay, tidak masalahkan?” Matsuri memotong ucapan Kay barusan.

“Kita bisa lebih hemat uang. Lagi pula akan sangat menyenangkan sekali bila liburan tidak hanya berisi kita berdua saja. Apalagi jika Bian dan Eve ikut serta, pasti menyenangkan!”

Kay berdehem, Matsuri tau kalau Kay tidak setuju. Tapi Kay tidak menolaknya ia menjawab dengan kata-kata yang baik. “Kalau istriku menginginkan itu, aku sama sekali tidak bisa menolak!”

Page 103: Beauty Honey

Bab. 30 Village sudah bukan tempat yang asing lagi bagi Kay. Dia terlalu

sering datang ke tempat ini bersama Bian pada masa-masa liburan sekolah dulu dan setelah sekian lama Kay harus kembali kemari dengan Bian lagi. Pada mulanya Kay sengaja mengajak Matsuri kemari, ia ingin mengganti semua kenangan buruk bersama Bian dengan Kenangan baru. Tapi sepertinya semua rencananya gagal total karena sepertinya Bian dan istrinya memiliki kesepakatan rahasia yang tidak Kay ketahui. Di sepanjang jalan menuju Villa milik keluarga Bian, Kay tidak bisa menghindarkan dirinya dari semua kenangan-kenangan itu, Saat dimana dia dan Bian pernah bergandengan tangan, berlarian di sepanjang jalan, semuanya. Dan disaat cinta itu benar-benar tumbuh, Bian menolaknya mentah-mentah dengan kata-kata yang sangat mengejek. Lalu semua itu menjadi sebab dan permulaan dimana Kay mengencani banyak perempuan untuk melupakan Bian hingga akhirnya saudara Bian sendiri ikut menjadi korban. Kay tidak terluka karena di tolak, Dirinya dan Bian masih bisa bersahabat sampai saat ini, ia terluka karena Bian sempat membencinya dan selalu menjadikan Kay sebagai Bahan olok-olok. Kesengitan persahabatan yang mungkin hanya berlangsung beberapa bulan itu benar-benar membekas karena saat itu di hatinya masih ada Bian. Sekarang hatinya mengalami luka yang lebih berat lagi karena Ivea yang juga merupakan bagian dalam hidup Bian dan pada akhirnya Kay menyadari ia akan terus terluka bila selalu berada di sekitar wanita itu.

Bianca Karta menyetir mobilnya dengan sangat hati-hati, sesekali ia mengobrol dengan Ivea yang duduk di sebelahnya meskipun gadis itu tidak merespon banyak. Ia juga berbicara dengan Matsuri beberapa kali dan Matsuri memberikan jawaban dengan senang hati. Satu hal yang paling Kay suka adalah Matsuri selalu berusaha melibatkannya dalam

Page 104: Beauty Honey

pembicaraan seolah-olah semua kata-katanya tidak akan keluar tanpa izin Kay. Matsuri cukup ahli untuk tidak membuat suaminya malu dan juga cukup hati-hati untuk tidak mempermalukan dirinya. Wanita yang kelihatannya sangat terhormat ini, Bagaimana bisa Kay melepaskannya begitu saja sedangkan Matsuri bukan hanya mampu menjaga dirinya sendiri tapi juga mampu menjaga Kay. Ia benar-benar bertindak sebagai Neechan yang baik meskipun dalam posisi ini dirinya adalah seorang istri, istri yang sesungguhnya.

Vila yang Bian Maksud bukanlah sebuah rumah yang besar, hanya sebuah rumah peristirahatan yang berdinding batu di lapisi Kayu di bagian dalam. Cukup luas untuk mengumpulkan satu keluarga karena Kay tau, meskipun bukan bangunan bertingkat Villa itu memiliki banyak ruangan. Ini bukan tempat yang asing bagi Kay, tapi bukan juga tempat yang sangat dia sukai. Kay keluar dari mobil lebih dulu karena ia duduk di dekat pintu diikuti oleh Matsuri. Melihat Bian berjalan menuju rumah itu bersama Ivea membuatnya mengalami Dejavu yang menyakitkan. Kay mendekatkan dirinya ke Matsuri dan berbisik.

“Honey, jangan jauh-jauh dariku.” Matsuri mengangguk pelan lalu memeluk lengan Kay yang sebelah

kanan dengan kedua tangannya. Seharusnya ia tau kalau Kay tidak menyukai ini, tapi sentuhannya membuat Kay lebih nyaman dan tenang. Untuk selanjutnya, masuk ke rumah itu bukan lagi hal yang begitu mengganggu karena Matsuri ada di sisinya. Kay merasa memilih Matsuri adalah pilihan tepat karena wanita itu selalu bisa membuat perasaannya menjadi semakin membaik. Berbeda dengan wanita yang di cintainya, yang berjalan tepat di depan mereka. Semenjak hatinya jatuh kepada Ivea, Kay tidak pernah merasa nyaman karena semua perasaannya hanya berisi penyesalan dan rasa bersalah.

“Kau tau rumah ini, Kay!” Kata Bian tegas. “Silahkan kau pilih kamar sendiri, asalkan jangan kamarku! Kau tau yang mana kan?”

“Ya, tentu saja. Bagiku ini adalah rumahku juga!” “Eve akan tidur di kamar yang mana?” Matsuri berbicara dengan

bahasa yang sopan. Ivea memandang Bian, membuat perasaan Matsuri menjadi tidak enak.

“Dia bersamaku!” Jawab Bian sambil tersenyum.

Page 105: Beauty Honey

“Kalau begitu kami kekamar dulu. Aku mau istirahat!” Kay kemudian memegangi tangan Matsuri yang ada di lengannya agar tidak terlepas lalu membawanya menuju sebuah kamar yang tersambung dengan ruang tengah. Ia menutup pintu rapat-rapat dan membiarkan Matsuri melepaskan tangannya. Sesaat kemudian Kay sudah berbaring di ranjang sambil memeluk guling erat-erat.

Page 106: Beauty Honey

Bab. 31 Matsuri membuka pakaiannya selapis demi selapis sampai hanya

tinggal memakai camisole ungu yag terbuat dari bahan Viscose spandex yang sangat pas dengan tubuhnya. Camisole berwarna ungu itu cukup panjang sehingga ia bisa membuka celana panjang skinny fit-nya yang terbuat dari satin. Matsuri sudah terbiasa berpenampialn seperti itu didepan Kay karena Kay adalah suaminya, suami yang sesungguhnya yang sudah berkali-kali menyentuh tubuhnya, ia tidak lagi merasa malu.

“Kau sering kemari?” Matsuri memulai pembicaraan setelah ia duduk di ranjang dan bersandar ke dinding.

Kay memindahkan kepalanya ke pangkuan istrinya. “Sudah lama sekali, lebih dari lima tahun aku tidak pernah kesini. Aku lebih suka ke Tokyo dan sangat jarang ke Paris.”

“Dulu kau selalu menempati kamar ini? Berapa perempuan yang pernah kau ajak kekamar ini?”

“Ke kamar ini cuma dirimu seorang, tapi di kamar sebelah cukup banyak.” Kay lalu terkekeh. “Aku memilih kamar ini karena ada kamar mandi di dalam, jadi kau tidak perlu membangunkanku saat mau ke kamar kecil jika aku sedang tidur. Tapi kalau kau mau ke kamar mandi sekarang akan aku temani!”

Matsuri mencubit dada Kay sehingga Kay berteriak kesakitan. “Bisa-bisanya bicara seperti itu. Kita baru sampai, apakah kau tidak lelah?”

“Aku punya banyak kenangan buruk di Village, aku mengajakmu kemari karena ingin menciptakan kenangan baru bersamamu. Tapi kau malah menyetujui rencana Bian untuk menginap di Villanya. Kau punya kesepakatan apa dengan Bian?”

Matsuri diam sejenak. Ia dan Bian tidak punya kesepakatan apa-apa, tidak sama sekali. “Aku cuma berfikir kalau bersama dengan mereka,

Page 107: Beauty Honey

siapa tau kau dan Eve bisa jadi lebih baik. Tapi sepertinya aku menyesal dengan itu. Jujur begitu sampai di tempat ini aku merasa ada yang aneh dengan Bian dan Eve, itu membuatku tidak nyaman. Bagaimana caranya kita bisa pulang besok?”

“Besok? Kau bilang dua malam…” “Baiklah, kalau kau masih mau disini dua malam lagi, kau boleh

tinggal. Aku akan pulang ke flat!” “Ada apa ini? Pokoknya kita tidak akan pulang besok.” Kata Kay, ia

melihat tatapan Matsuri yang penuh dengan keterkejutan. “Sayang, besok kita akan tetap keluar dari rumah ini dan menyewa kamar di penginapan terdekat. Bulan madu kita masih tersisa beberapa hari lagi!”

“Penginapan yang mana?” Matsuri mencoba mengingat-ingat. Sepanjang perjalanan kemari yang terlihat hanya rumah dan rumah. Tapi pelan-pelan ia mulai mengingat sebuah papan Nama yang menamai sebuah rumah sebagai Motel beberapa blok dari Villa ini. “Candance Motel tadi?”

Kay mengangguk. “Tapi sebelum pergi bicaralah dengan Ivea!” “Bagaimana kalau aku malah berfikir untuk meninggalkanmu

setelah bicara dengannya?” “Aku tidak masalah kalau harus hidup tanpamu!” Sebuah decakan keluar dari bibir Kay. Terlalu kejam rasanya

mendengar istri sendiri mengatakan hal-hal seperti itu. Tapi mengingat mereka berdua menikah bukan karena cinta, Kay tidak bisa berbuat apa-apa untuk menentang kata-kata Matsuri barusan. Saat ini menjadi istri yang baik dan menjadi suami yang baik adalah usaha mereka berdua untuk membangun kehidupan baru yang bahagia dan sampai saat ini, meskipun tidak dengan maksimal Kay bisa mengatakan kalau pernikahannya adalah pernikahan yang bahagia.

“ Kau tidak lelah? Tidak ingin mandi? Sebentar lagi waktunya makan malam!”

“Tentu saja,” jawab Matsuri. “Air disini bagus,kan?” “Tenang saja, disini bahkan ada Bathub dan air hangat. Kau serius

tidak mau ku temani?”

Page 108: Beauty Honey

“Katakan saja kalau kau ingin melakukan yang lebih dari sekedar menemani!” Kay tertawa lalu duduk di sebelah istrinya. “Tinggal satu minggu lagi kita disini, hampir satu bulan dan kita tidak pernah mandi bersama karena di flat hanya ada shower. Sekarang ada bathub, kan? Kau masih menolak untuk itu?”

Matsuri menghela nafas, Ia memikirkan saran suaminya sebentar lalu menjawab. “baiklah, tapi kau masuk ke kamar mandi setelah aku berada di dalam Bathub!”

Kay tersenyum senang lalu mengangguk. Dia tau kalau Matsuri tidak akan menolak, Matsuri hampir tidak pernah menolak keinginannya karena wanita itu sangat patuh. Matsuri hanya protes dengan ucapannya tapi tidak dengan perbuatannya. Seks bagi Kay bukan pelarian, ia menikmati semua sentuhannya pada tubuh Matsuri tapi ia tau Matsuri tidak, Kay sedang berusaha membuat istrinya menikmatinya dan berusaha menjadikan pernikahan ini sebagaimana keinginannya semula, pernikahan bahagia, bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk Matsuri. Kay tau bagi wanita seks juga menyangkut perasaan dan dia berusaha memaklumi kalau sampai saat ini perasaan Matsuri belum sepenuhnya tertuju untuknya. Suatu saat nanti ia akan membuat istrinya melupakan Arata Kujou dan hanya mengingat dirinya.

Page 109: Beauty Honey

Bab. 32 Kay mengetuk pintu kamar mandi beberapa kali dan tidak perlu

mengatakan apa-apa karena Matsuri langsung memberi jawaban. “Masuklah!” Dia sudah siap. Kay menanggalkan semua pakaiannya dan

mengenakan handuk lalu masuk ke kamar mandi dengan tidak terburu-buru. Matsuri sudah berada di dalam Bathub. Rambutnya di sanggul ke atas dengan beberapa helai yang terlepas dari ikatannya. Ia duduk di dalam Bathub dengan kedua tangan menyilang di depan dadanya untuk menutupi sebagian tubuhnya yang tidak terendam air. Kay memandanginya lama dan ia sangat tertarik, ia tidak akan membohongi dirinya sendiri kalau dirinya sangat tertarik dengan Matsuri kali ini melebihi ketertarikan-ketertarikannya yang sebelumnya. Itulah yang menyebabkannya memandangi wanita di dalam bathub berlama-lama sehingga wajah Matsuri merona.

“Sampai kapan kau akan berdiri disitu? Sebentar lagi waktunya makan malam!” Gumam Matsuri, ia sedang berusaha menyembunyikan kegugupannya dengan mengulangi kata-kata yang tadi Kay ucapkan.

Bukan pemandangan baru lagi bagi Kay karena Matsuri selalu gugup setiap kali Kay memandanginya saat ia sedang tidak memakai pakaian. Tapi rona itu, ini adalah pertama kalinya Kay melihat pipi Matsuri memerah dan pertama kalinya sikap malu-malu itu terlihat begitu nyata. Kay mendekat dan Matsuri membuang wajahnya kearah lain saat Kay menanggalkan handuknya.

Bunyi kecipak air menandakan kalau Kay sudah masuk kedalam Bathub, hal yang membuat bulu kuduk Matsuri meremang. Terlebih saat menyadari kalau Kay duduk di belakangnya dan mulai membasahi tubuhnya dengan air hangat. Laki-laki itu menggosok punggungnya lembut, kemudian tangannya berpindah ke leher lalu kembali lagi ke

Page 110: Beauty Honey

pinggang. Telapak tangan Kay menangkup untuk mengambil air di dalam Bathub dan membasahi bahu Matsuri dan menggosoknya dengan ritme yang sama.

“Apa lagi yang kau tutupi?” Desah Kay kesal, sangat dekat dengan telinga istrinya. “Mana Tanganmu?”

Matsuri melepaskan sebelah tangan dan memperihatkannya kepada Kay sedangkan yang sebelah lagi masih menyilang di depan dada. Ia dapat merasakan gerakan lembut yang sama melingkupi seluruh lengannya lalu menghangatkan jari-jarinya. Kay menyentuh tangan yang satu lagi dan membuat Matsuri pada akhirnya terlena saat jari-jari Kay menelusup kesela-sela jarinya lalu kedua tangan mereka saling menggenggam. Kay memeluknya masih dengan menggenggam tangannya erat-erat. Matsuri menghembuskan nafasnya perlahan, terasa sangat hangat.

“Kenapa kau tidak mau melihatku?” Kay bersuara lagi. Matsuri melepaskan genggaman tangannya. “Apa harus begitu?

Bagaimana kalau kau menciumku?” “Tentu saja aku akan melakukannya, kau sudah bisa menebak tapi

kenapa kau tidak membiarkannya?” Kedua tangan Kay mulai menyentuh seluruh tubuhnya, membelai perut lalu meremas payudara.

Matsuri masih berusaha menormalkan pernafasannya. Ia menyentuh tangan Kay yang menangkupi dadanya. “Apa yang sedang kau lakukan?”

“Kebanyakan perempuan memijat bagian ini saat mandi, kan?” “Ini bukan pijatan, sayang! Tentu saja sepertinya kau punya

maksud lain selain mandi bersama.” “Kau gugup. Biasanya memang selalu gugup, tapi kali ini aku

merasa kau lebih gugup dari biasanya. Kenapa kali ini berbeda dari biasanya?”

“Entahlah,” Suara Matsuri terdengar parau, ia berdehem pelan berusaha menormalkan suaranya. “Aku rasa karena kali ini tidak sama seperti biasanya, suasananya begitu terang, tidak ada lilin, aroma rose...”

“Lalu?” “Lalu, sepertinya aku kali ini benar-benar sadar kalau Kay yang

sedang menyentuhku. Aku tidak bisa membayangkan orang lain.”

Page 111: Beauty Honey

Cincin pernikahan mereka bergesekan dengan intents bersamaan dengan semakin kuatnya genggaman Matsuri pada tangan Kay yang masih menangkup di dadanya. Dia benar-benar tidak bertenaga dan hanya bisa mengerang saat salah satu tangan Kay bergerak ke bagian tubuhnya yang paling sensitif. Matsuri berusaha menarik nafas dalam-dalam lau menghembuskannya lewat mulut. “Kau fikir apa yang sedang kau sentuh? Air panas bisa ikut masuk kesana!”

“Kalau begitu biarkan aku menyentuhnya dengan sesuatu yang lain. Aku sudah sangat mengharapkannya!”

“Disini? Didalam Bathub? Kenapa tidak kita selesaikan dulu ritual mandi ini dan pindah ke tempat tidur. Aku akan lebih nyaman disana!”

“Sudah tidak ada waktu lagi, Honey. Sebentar lagi waktunya makan malam! Kau siap kan?”

Matsuri tidak menjawab apa-apa dan Kay menganggap kalau ia setuju. Dengan sedikit usaha Kay perlu mengangkat tubuh istrinya sehingga bagian tubuhnya yang mengeras bisa masuk dengan sukses kedalam diri Matsuri yang panas. Matsuri mengeluh saat merasa bagian paling sensitif dari dirinya sudah sangat penuh. Ia merasakan kalau kali ini ada rasa yang berbeda dari sebelum-sebelumnya, Kay belum bergerak sama sekali meskipun Matsuri menunggunya lama. Ia menoleh memandang Kay yang berada di belakangnya dengan nafas yang mulai memburu.

“Kau tidak akan melakukan apa-apa? Hanya seperti ini saja? Kalau begitu akhiri saja!”

Kay mendengus. “Apa dirimu tidak mengerti juga? Aku ingin kau yang bergerak, Janganlah bersikap pasif seperti yang biasa kau lakukan selama ini.” Kay meremas payudaranya semakin kuat dan Matsuri mengeluh lagi. “Aku menginginkanmu, Matsuri!”

“Tapi kau menyakitiku.” Matsuri menepuk tangan Kay yang sudah bersikap tega sehingga Kay mengendurkan cengkramannya. “kau bisa merusak tubuhku kalau begini. Setelah tubuhku rusak kau akan mencari wanita lain padahal semuanya adalah salahmu!”

“Oke, sekarang bukan saatnya berdebat. Lakukanlah, karena aku sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi.”

Page 112: Beauty Honey

Kedua tangan Matsuri menggenggam pinggiran bathub kuat-kuat, Ia mulai menggerakkan tubuhnya dengan teratur dan berhenti sesekali saat pinggulnya terasa sakit. Tapi Kay membantunya dengan menggenggam pinggangnya dan mengatur ritme permainan dengan sangat baik. Sedikit membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya, tapi mereka berhasil menyelesaikan semuanya dengan sebuah lenguhan panjang yang membuat Matsuri benar-benar letih, ia nyaris saja berdiri jika Kay tidak segera menarik pinggangnya dan memaksa Matsuri berbaring di atas tubuhnya tanpa melepaskan bagian tubuh yang menyatu selama lebih dari setengah jam. Kedua tangan Kay kini bersilang di depan dadanya, Matsuri bisa merasakan kalau Kay sedang berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah.

“Kau kelihatannya sangat lelah sekali.” Matsuri mengerutu. “Seharusnya aku yang lelah!”

“Kau tidak bergerak sendiri nyonya, Aku membantumu dan kau tau betapa berat tubuhmu? Tenaga yang ku keluarkan mungkin lebih besar dari angkat beban di fitness center!”

Matsuri mencubit tangan Kay yang ada di depan dadanya sehingga Kay menarik kedua tangannya dan mengeluh kesakitan. Beberapa detik kemudian Matsuri harus terperangah, sebuah rantai perak yang panjang melingkupi lehernya dengan sebuah kunci sebagai bandulnya. Di kunci itu terdapat empat buah angka yang Matsuri tidak bisa mengerti artinya, 1707. Bukan hari ulang tahunnya, bukan juga Kay, dan bukan tanggal pernikahan mereka. Matsuri menyentuh kunci itu dan memperhatikannya lekat-lekat.

“Ini apa?” “Ini kunci apartemen kita di Tokyo! Aku sudah menyiapkannya

sejak berbulan-bulan yang lalu.” jawab Kay. “Seharusnya aku memberikan ini kepadamu di hari terakhir kita di Paris, tapi aku sudah tidak sanggup lagi menyimpannya berlama-lama. Kau lihat angkanya? Ingat tidak, kau menerima lamaranku setelah perdebatan hebat kita, saat itu tanggal 17 juli”

Matsuri berusaha memutar tubuhnya untuk melihat wajah Kay, tapi Kay segera mempermudahnya dengan meletakkan dagunya di

Page 113: Beauty Honey

bahu istrinya. Ia juga memandangi kunci itu, mereka memandanginya bersama-sama.

“Kau yakin dengan semua ini? Kalau kau meninggalkanku apartemen ini akan jadi milikku!”

“Memangnya kenapa? Ambil saja semuanya. Ini tidak akan sebanding dengan semua yang kau lakukan untukku, nyonya! Kau pasti sangat menderita menghadapi orang sepertiku!”

“Tidak juga, kau cukup bisa membuatku merasa nyaman!” “Cuma itu? Lalu kau tidak mencintaiku? Bagaimana caranya agar

aku bisa membuatmu mencintaiku? Karena sepertinya aku sudah mulai mengharapkanmu untuk itu, Sepertinya aku mencinta…”

“Selesaikan dulu semua urusanmu dengan Eve.” Matsuri memotong ucapan Kay dengan tegas. “Jangan pernah mengatakan hal itu sebelum semua urusanmu selesai karena aku tidak suka kecewa untuk yang kedua kalinya. Aku tidak mungkin mencintai orang lain yang hatinya bukan milikku!”

“Ya, itu bedanya aku denganmu, Kau mencintai orang yang kau fikir sudah memberikan hatinya untukmu seperti Arata meskipun ternyata kau tertipu, sedangkan aku selalu mencintai orang yang hatinya bukan milikku!”

Suara Kay yang terdengar kecewa membuat Matsuri spontan mengangkat tangannya dan menyentuh kepala Kay. Hal itu bisa membuat Kay mengembalikan senyumnya.

“Neechan, bagaimana kalau sekali lagi!” Kay mulai membujuk dengan manja.

“Apa?” Suara Matsuri tiba-tiba meninggi. Ia menarik tubuhnya menjauhi Kay sebisanya. “Kau sedang membeliku? Memberikanku sebuah apartemen untuk bercinta denganku sepuasnya? Sudah cukup, ini akan sangat menyiksaku! Satu lagi. Jangan pernah menggunakan kata Neechan untuk merayuku. Mulai saat ini senjatamu itu tidak akan mempan lagi!”

Kay tertawa terbahak-bahak untuk kali ini, “Neechan, Kau tidak akan ku lepaskan.”

Page 114: Beauty Honey

Bab. 33 Kay membuka mata dengan perasaan sangat tenang karena ia

bangun tepat pada waktunya, beberapa menit sebelum makan malam. Ia menoleh kepada Matsuri yang masih tertidur nyenyak disebelahnya dengan wajah yang damai, Kalung rantai berbandul kunci yang Kay berikan saat di kamar mandi tadi masih melingkari lehernya dan Kunci yang bertuliskan angka 1707 itu seolah-olah juga sedang berbaring disebelahnya. Kay terkenang dengan kata-katanya tadi, kata cinta itu keluar begitu saja seolah-olah bukan kata yang penting. Kay mengucapkannya tanpa perasaan apa-apa dan ia melakukan itu untuk menarik hati Matsuri. Ternyata kata-kata itu sama sekali tidak bisa untuk merayu wanita yang ini, semua kata-kata Kay seolah-olah tidak memiliki efek yang signifikan terhadapnya. Mau tidak mau kata-kata respon dari Matsuri terus terkenang di benaknya.

Selesaikan dulu urusanmu dengan Eve. Bagaimana caranya? Cukupkah hanya bicara saja sedangkan jauh di dalam hatinya Kay sangat ingin bersama dengan Ivea meskipun hanya sebentar. Mengingat Ivea, membuat Kay di kacaukan oleh berbagai macam rasa. Kesal, marah, benci, tapi juga sayang, cinta, kasihan. Bagaimana caranya Kay bisa menghadapi Ivea dengan baik dengan perasaan berlawanan yang terus menerus berperang didalam dirinya.

Kay terbangun dari lamunannya karena mendengar suara pintu kamarnya di ketuk tiga kali. Sebuah suara membuatnya merasa di jalari kegugupan yang sangat luar biasa, suara yang sangat ingin di dengarnya sekaligus suara yang selalu ingin di singkirkan dari hidupnya untuk selama-lamanya. Suara Ivea.

“Maaf, Matsuri Neechan. Makan malam sudah siap!” Kay tidak menjawab. Ivea memilih Matsuri sebagai lawan

bicaranya dan Kay lumayan bersyukur karena itu berarti ia tidak harus

Page 115: Beauty Honey

menjawab apa-apa. Tapi mendengar ketukan pintu sekali lagi diiringi dengan suara Ivea yang terus memanggil-manggil membuat Kay merasa tidak tahan. Harus menjawab bagaimana?

“Ada apa?” Matsuri terbangun dan bertanya dengan suara yang sangat pelan. Kay bisa merasa sedikit lega.

“Matsuri Neechan!” Mendengar suara Ivea Matsuri menatap Kay sejenak. Ia menghela

nafas lalu menjawab. “Ya, Eve?” “Makan malam sudah siap!” “Baiklah, kami segera kesana, terimakasih!” Suara langkah kaki samar-samar menjauh dari kamar itu

menandakan kalau Ivea sedang berjalan ke tempat lain. Gadis itu sepertinya kembali keruang makan dan itu cukup bisa memberikan ketenangan kembali kepada Kay, ia menghembuskan nafasnya perlahan.

“Dia sudah dari tadi disana?” Matsuri kembali bersuara. “Tidak begitu lama!” “Dan kau tidak menjawab? Mau sampai kapan begini?” “Aku harus bagaimana terhadapnya?” “Mulailah dengan bertanya apa saja. Jangan membuat dirimu

menjadi bodoh seperti ini setiap kali menghadapi dia!” Matsuri bangkit dari tempat tidur dan menarik selimut yang membungkus tubuhnya menjauh dari Kay. Kay sudah berpakaian lengkap sedangkan dia tidak, Matsuri belum memakai apa-apa semenjak keluar dari kamar mandi karena Kay tidak mengizinkannya. “Sekarang pergilah duluan kesana. Aku akan segera menyusul.”

“Kenapa tidak bersama-sama saja?” Matsuri memutar matanya kesal. “Kau ingin melihat aku

mengganti pakaian? Setiap kali aku mencoba melakukan itu kau selalu memaksa untuk mengulangi kejadian di Bathub tadi. Jadi jangan coba-coba untuk melakukannya sekali lagi. Sekarang pergilah!”

Kay memandangi Matsuri dengan tatapan kesal, tapi hanya sedikit. Ia tidak pernah kesal kepada Matsuri dalam kadar yang banyak. Meskipun bukan cinta, ia sudah sangat menginginkan Matsuri, menyayangi wanita itu benar-benar seperti ia menyayangi seorang pasangan hidup yang kompeten dan berbakat untuk mendampinginya

Page 116: Beauty Honey

selamanya. Bukan hanya sekedar perasaan nyaman seperti di awalnya, bukan hanya untuk melupakan kesedihan bersama-sama. Apapun yang terjadi hari ini benar-benar karena Kay menginginkannya. Kay melangkah lesu menuju ruang makan dan mendengar bunyi pintu di kunci saat ia baru saja keluar dari pintu yang sama. Berjalan menuju tempat itu membuatnya merasa semakin gugup, ada sesuatu disana, sesuatu yang menurut firasatnya akan membawa pengaruh besar dalam hidupnya.

Sebuah bayangan duduk dengan khusyu’ di salah satu kursi ruang makan itu. Ivea seorang diri menanti sambil menatap makan malamnya dan belum menyentuhnya sama sekali. Jika tidak teringat kalau pintu kamar sedang di kunci oleh istrinya, mungkin Kay sudah berlari kembali kesana dan berlindung di balik tubuh Matsuri, berlindung dari Ivea dan perasaannya. Sebelum benar-benar mendekat Kay berusaha untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya dan memenuhi paru-parunya lalu meniupkannya lewat mulut dengan sangat pelan dan tanpa suara. Setelah lebih siap, ia melangkah mendekati meja makan dan duduk di hadapan Ivea, entah mengapa ia memilih kursi itu. Ivea memandangnya dengan tatapan tak menyangka dan berusaha untuk terlihat tidak kikuk. Kay menelan ludah, ia harus bicara, menanyakan apa saja asalkan mereka tidak terlihat sangat kaku karena mereka hanya berdua disini dan Matsuri belum menyusul. Sedangkan Bian entah wanita itu ada dimana. Tunggu dulu! Bian dimana?

“Bian ada dimana?” Akhirnya Kay mampu bersuara juga. Ivea mengerjapkan mata seolah-olah tersadar dari lamunannya.

“Dia? Mom sudah pulang ke paris sore tadi. Ada urusan penting katanya!”

“Dan dia meninggalkanmu sendiri?” Gadis itu mengangguk. Kay mulai emosi karena ini sama sekali di

luar dugaannya. Bagaimana mungkin Bian membiarkan putrinya sendirian sedangkan di tempat yang sama ada pengantin baru yang sibuk brcinta setiap saat. Apa dia tidak memikirkan perasaan Ivea? Ini sama saja dengan membiarkan Ivea semakin terluka karena Kay tau semua interaksi Kay dan Istrinya selalu melukai Ivea. Kay bahkan bisa mengingat dengan jelas airmata Ivea saat melihat Tangan Kay

Page 117: Beauty Honey

menggandeng Matsuri di atas catwalk waktu itu dan mengumumkan kepada semua orang kalau Matsuri adalah istrinya. “Seharusnya Kau ikut dengan dia!”

“Bagaimana dengan kau dan Matsuri Neechan, Kami tidak mau mengganggu. Ku dengar tadi..um, ku dengar…” Ivea ragu, ia menundukkan wajahnya dalam-dalam dan berusaha mengumpulkan tenaga untuk berbicara. Dadanya mulai terasa sesak dan selanjutnya kata-kata yang terucap berisi getaran yang tertahan, ia hampir menangis. “Ku dengar kalian bercinta! Maaf, bukan maksudku…”

“Sudahlah!” Desis Kay. “Kau sudah tau kalau rencana kami bukan untuk mengikuti kalian kan? Kami sedang berbulan madu disini jadi hal-hal seperti itu pasti terjadi. Lalu kenapa kau tidak memutuskan untuk ikut Bian pulang saja? Kau bisa tinggalkan pesan di depan pintu dan aku pasti akan mengembalikan kunci Villa ini kepada kalian!”

“Aku yang menginginkannya!” Suara Ivea bergetar semakin dahsyat. Ada sebuah isakan di antara kata-katanya dan ia masih berusaha menyembunyikannya. “Mom sudah mengajakku pulang, tapi aku yang ingin tinggal!”

“Kau menangis?” Kay melunak, ia berharap kalau Ivea tidak sedang mengeluarkan airmata seperti dugaannya. Sekarang Kay mulai di lingkupi perasaan bersalah. “Coba angkat kepalamu, dan katakan kenapa kau melakukannya? Semua ini akan menyakitimu, Kau bukan orang yang bodoh untuk melakukan hal-hal yang bisa menyakitimu lebih dalam!”

Page 118: Beauty Honey

Bab. 34 Ivea mengangkat wajahnya. Perasaan Kay benar kalau gadis itu

sudah menangis, wajahnya di basahi air mata dengan bengkak ringan di bawah matanya. Sebelum ini dia juga sudah menangis dan tangisan kali ini memperjelas semua yang sudah di sembunyikannya. Ia berusaha membuka mulutnya tapi ragu. Ivea lalu berusaha lebih keras untuk mengatakan apa yang ingin di katakannya meskipun semuanya malah akan membuatnya binasa. “Aku minta maaf, Aku sudah tidak bisa menahannya. Aku masih belum bisa melenyapkan perasaanku,Kay! Aku mencintaimu dan merasakan sakit setiap kali kau bersamanya. Aku ingin memeluk lenganmu seperti yang di lakukannya. Ingin memasak sarapan untukmu, ingin kau sentuh, kau peluk, kau…”

“Jadi seperti itu? Kau sedang merasa cemburu?” “Lebih dari sekedar cemburu. Aku iri, sangat iri, ada perasaan

marah setiap kali aku berfikir kau dan dia sedang melakukan sesuatu. Kita tidak pernah seperti itu, aku tidak pernah bisa memeluk lenganmu, kita tidak pernah bersentuhan lama!”

Kay mulai di rasuki perasaan iba. Ia pernah merasakan semua ini dan tau bagaimana rasanya. Perasaan sakit Ivea pelan-pelan juga mulai menyakitinya. “Kita hanya akan terus saling menyakiti kalau terus bersama. Mari kita selesaikan semuanya, besok aku akan pergi dari tempat ini dan ku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi!”

“Tidak, Jangan lakukan itu. Mom, bilang…” “Kau tidak sekuat Bian, jadi berhentilah memakai namanya untuk

kau jadikan alasan atas semua tindakanmu. Kau tidak harus seperti dia karena walau bagaimanapun kau tidak akan pernah bisa menyamai Bian!”

“Karena itulah aku tidak akan menyelesaikan masalah ini dengan caranya. Aku akan menyelesaikan semuanya dengan caraku!”

Page 119: Beauty Honey

Dahi Kay berkerut caranya? “Tinggalah disini bersamaku, untuk satu minggu saja! Beri aku

kesempatan untuk mencintaimu, untuk menunjukkan kalau aku bisa melebihi istrimu. Setelah itu kau boleh memilih hidup bersamaku atau bersamanya!”

“Mana mungkin aku bisa begitu, dia…” Kata-kata Kay terhenti. Ia menatap wajah Matsuri yang berada di

belakang Ivea. Wanita itu menyentuh dan membelai kepala Ivea dengan lembut meskipun matanya tidak berpaling sedikitpun dari Kay. Ivea menengadahkan kepala dan memandangnya, tangisannya semakin menjadi-jadi karena ia mungkin baru saja tersadar dengan perbuatannya. Ivea sudah merasa kalau dirinya buruk karena sudah mencintai dua laki-laki sekaligus dan semakin buruk karena melakukan semua ini. Ia sudah berusaha merampas seorang suami dari istrinya.

“Berhentilah menangis, Eve!” Matsuri masih membelai kepalanya dan memilih duduk di sebelah Ivea. Sesekali pandangannya terpaku kepada Kay yang menatapnya dengan pandangan penuh harap. Kay ingin Matsuri mempertahankannya tapi di sisi lain Kay juga ingin menghabiskan seminggu, meskipun hanya seminggu bersama Ivea.

“Neechan, aku tidak tau kenapa aku bisa seperti ini!” Ivea berdesis. Tangan Matsuri berpindah dari kepala menuju bahu Ivea lalu

menepuknya beberapa kali. “Kau hebat, Eve. Seandainya aku bisa sepertimu.” Arata, laki-laki itu yang sedang Matsuri Maksudkan dalam hal ini. Seandainya ia bisa memohon kepada Arata seperti Ivea memohon kepad Kay. Tapi Matsuri tidak mungkin melakukannya dan ia juga sudah lama berhenti mengharapkannya. “Karena itu seharusnya kau mendapatkan keadilan yang sedang kau perjuangkan!”

Ivea berhenti menangis. Ia memandang Matsuri dengan tatapan yang luar biasa. Wanita seperti apa dia? Merelakan suaminya untuk bersama orang lain selama seminggu, bagaimana Bila Kay memutuskan untuk pergi bersama Ivea dan meninggalkannya untuk selamanya.

“Apa yang sedang Kau katakan?” Tanya Kay shock. “Kau harus memberikannya kesempatan. Aku sudah bilang, kan?

Kau harus menyelesaikan masalahmu!” “Bagaimana kalau aku meninggalkanmu karena ini?”

Page 120: Beauty Honey

“Aku sudah punya sebuah apartemen untuk menebusnya!” “Aku serius!” Kay membanting serbet yang tadi di genggamnya

dan beranjak pergi. Tapi ia merasakan tangan-tangan yang melingkupi langannya, tangan yang sangat Akrab, milik Matsuri

“Sudahlah Kay, Pertengkaran kita nanti saja di lanjutkan di kamar. Sekarang makanlah dulu!” Matsuri lalu memandang Ivea sekali lagi. “Kau yang menyiapkan semua ini kan?”

Ivea mengangguk. Ia melakukan semuanya sendiri, memasak semuanya seorang diri dan berharap semua makanannya adalah makanan terenak yang pernah di hidangkannya untuk Kay. Tapi sekarang Kay ingin pergi meninggalkannya?

“Makanlah, dia menyiapkan ini untukmu! Aku akan menunggumu di kamar!”

Page 121: Beauty Honey

Bab. 35 Kay menghembuskan nafasnya dengan perasaan masygul. Matsuri

sudah siap pergi dengan pakaian yang sama yang di kenakannya saat tiba disini. Semalam, Kay berharap ada pertengkaran di antara mereka tapi semuanya hanya tinggal harapan belaka. Setelah selesai makan malam, begitu Kay kembali kekamar Matsuri sudah tidur dengan lelap seolah-olah dia sama sekali tidak menganggap semua perkataan Ivea sebagai masalah. Sejak pagi Ivea juga tidak banyak berkata apa-apa, ia menyiapkan sarapan untuknya sendiri dan sudah siap berangkat pagi-pagi sekali. Untungnya Kay memang tidak tidur semalaman dan ia bisa menangkap kalau Matsuri ingin kabur darinya. Matsuri hanya tertawa saat Kay menanyakan hal itu.

“Kau tidak boleh pergi jauh. Tunggu aku di Candance!” Kay hanya bisa mengatakan itu.

Matsuri mengangguk, ia melepaskan kalungnya dan memberikan kunci itu kepada Kay. “Aku tau ini bukan kunci asli. Jadi ku kembalikan kepadamu dan beritau aku dimana apartemen yang kau beli? Paswordnya juga jangan lupa!”

“Kau sepertinya benar-benar berniat untuk mengambil alih apartemen itu?”

“Lalu apa lagi yang harus ku lakukan? Aku tidak mungkin pulang kerumah orang tuaku karena baru satu bulan menikah suamiku sudah pergi bersama perempuan lain, Ayahku tidak menyukaimu sejak awal, di bisa membunuhku karena ini!”

“Kau tau resikonya kan? Kau tau bagaimana perasaanku padanya dan mungkin saja aku bisa meninggalkanmu karena Ivea! Lalu kenapa kau melakukan semua ini?”

Matsuri meghela nafas. “Entahlah, Kay! Mungkin aku sedang menempatkan diriku sebagai Ivea, aku ingin di beri kesempatan dan

Page 122: Beauty Honey

dapat keadilan untuk mencintai orang yang aku cintai dengan seluruh meskipun cuma sebentar!”

“Tentu saja, Kau mengatakan itu kepada Ivea semalam.” “Kau punya ingatan yang baik!” Matsuri mengambil tas jinjingnya

yang berisi beberapa pakaian dan menepuk pipi Kay beberapa kali. “Aku pergi dulu. Aku akan menunggumu sampai Bis terakhir datang bila kau berubah fikiran. Jika tidak, aku akan kembali ke Tokyo!”

“Kau tidak punya tiket!” “Aku punya paspor dan Visa! Bukan hal yang sulit untuk

mendapatkan tiket. Aku masih punya tabungan! Sampai jumpa, itu salam bila kau berubah fikiran. Bila tidak, selamat tinggal!”

Kay menarik lengan Matsuri sehingga tubuh Matsuri terjatuh dalam pelukannya lalu membiarkan wanita itu meninggalkannya dengan lambaian yang sangat biasa. Bis terakhir jam delapan malam dan ia sudah mengetahuinya sejak dulu, Kay akan berbicara dengan Ivea hari ini dan melihat apakah ia bisa berubah fikiran hari ini juga. Matsuri bersikap lebih kejam di bandingkan Ivea, ia memberikan waktu lebih sedikit seolah-olah wanita itu tidak mengharapkan Kay kembali kepadanya. Hanya hari ini, Kay menghela nafas dan memandangi wanita yang selama ini memberikan kasih sayang yang tidak bisa di mengerti, wanita yang tidak mencintainya tapi setia mengabdi, wanita yang kelihatannya sedang mengundurkan diri dengan cara mencuri kesempatan karena kejadian semalam.

Page 123: Beauty Honey

Bab. 36 Matsuri berjalan dengan tenang menyusuri daerah yang di liputi

salju tipis. Candance Motel masih beberapa blok lagi, tapi ia tidak akan kesana. Sekarang juga, saat sebuah Bis mendatanginya Matsuri akan segera pergi. Ia meletakkan tas jinjingnya di pinggir jalan lalu mendudukinya, berharap bis pertama yang di lihatnya hari ini segera datang dan segera membawanya pergi. Udara dingin membuatnya menghembuskan asap tipis dari mulutnya. Sesampainya di Paris ia ingin mandi air hangat dan beristirahat dengan baik. Seorang laki-laki setengah baya berdiri di dekatnya. Badannya yang gemuk dan rambutnya yang mulai memutih di tutupi mantel tebal dan topi yang terbuat dari woll berwarna biru. Wajahnya yang merah memberikan sebuah senyum kepada Matsuri. Matsuri membungkuk, menunjukkan rasa hormat.

“Are you Japanese or chinese?” laki-laki itu menyapa dalam bahasa Inggris.

Siapapun yang melihat Matsuri akan sadar kalau dia adalah seorang wanita Asia dengan rambut berwarna gelap yang lurus dan kulit putih. Matsuri tersenyum senang, ia fikir orang-orang yang akan di temuinya hanya akan menggunakan bahasa Prancis. “Japanese, Sir!”

“Kalian dari Asia memiliki wajah yang hampir sama, jadi aku bingung apakah kau orang Jepang, Cina atau Korea. Kau sedang apa disini?”

“Liburan,” “Lalu mana suamimu?” “Ya? “ Matsuri terkesiap heran.”Bagaimana anda tau?” “Kau mengenakan cincin kawin. Kau sudah bersuami tapi pergi

liburan tanpa dia. Kau sedang bersama teman-temanmu? Orang-orang

Page 124: Beauty Honey

dari Negara kami sangat tidak menyukai tindakan seperti ini, tapi di Prancis sepertinya itu bukan masalah.”

“Kau bukan orang Prancis?” “Namaku, Makki, di ambil dari kata Mekah, aku lahir di wilayah

Mekkah dan di Negara kami sangat tidak menyukai bila ada seorang wanita yang sudah bersuami pergi tanpa mahramnya. Itu tanda ke tidak setiaan, seorang istri seharusnya terus bersama suaminya apapun keadaannya, sedang bahagia, sedang sedih, Kaya, miskin, senang, susah, atau marah. Itu resiko pernikahan kan?” laki-laki itu lalu tertawa. “Tapi budaya yang begini sudah di anggap kuno untuk zaman sekarang!”

Resiko pernikahan? Matsuri mendesah. Seharusnya ia tetap berada di sisi Kay. Bukankah selama ini dia selalu berusaha menjadi istri yang baik dengan membuang egonya jauh-jauh. Lalu kenapa saat ini Matsuri lebih memilih egonya dan meninggalkan Kay disana? Kay memintanya untuk menunggu sampai Bis terakhir datang lalu mengapa ia ingin pergi begitu saja?

“Kalian tinggal dimana?” laki-laki bernama Makki itu bertanya lagi. “Kami tinggal di Tokyo, tentu saja. Tapi selama di Paris kami

menyewa sebuah flat dan di desa ini aku dan suamiku tinggal di Villa seorang teman.”

“Jadi suamimu ada disini juga?” “Iya, dia memintaku menunggunya!” Jawab Matsuri yakin. “Tuan,

kau tau bis terakhir datang jam berapa?” “Jam lima sore!” Sebuah Bis berwarna merah darah datang dan berhenti di hadapan

mereka. Makki menawarkan kepada Matsuri untuk masuk tapi Matsuri menolak, sekali lagi ia mengatakan kepada Makki kalau suaminya meminta Matsuri untuk menunggunya. Matsuri memutuskan untuk menunggu Kay sampai Bis terakhir meskipun masih lama, meskipun ia harus merasa bosan karena ini masih pagi dan ia pasti kedinginan di tengah salju musim dingin kali ini. Ia seorang istri dan seharusnya menepati janji. Matsuri akan menunggu Kay, ia memutuskan untuk menunggu suaminya kembali kepadanya.

Makki memberikan Syal dan Topi woll yang di kenakannya kepada Matsuri, ia mengatakan kalau firasatnya bilang Matsuri akan menunggu

Page 125: Beauty Honey

lama. Mungkin Kay akan datang pada Bis terakhir, mungkin tidak akan pernah datang. Tapi Matsuri masih belum bergeming dan berharap Kay tidak membiarkannya kedinginan hari ini. Sebuah lambaian tangan Makki membuatnya tenang, laki-laki itu bahkan mengucapkan doa dalam bahasa arab sebelum pergi lalu meletakkan telapak tangannya di atas kepala Matsuri yang sudah memakai topi pemberiannya. Matsuri merasa ia mendapatkan kekuatan lain untuk menunggu sampai Kay datang padanya.

Page 126: Beauty Honey

Bab. 37 Ivea sudah putus asa, Walau bagaimanapun seharusnya ia sudah

tau kalau Kay mungkin tidak mau berbicara dengannya. Jika bukan karena Matsuri, Kay juga tidak akan tinggal disini bersamanya. Kay juga tidak mau makan dan terus-terusan mengurung diri di kamar. Sudah hampir seharian Ivea berdiri di depan pintu kamar yang terkunci dan Kay belum juga keluar hingga sekarang. Putus asa, tidak ada satupun yang bisa menggantikan perasaan itu.

“Kay, Kau masih tidak ingin bicara denganku? Aku bisa menyerah kalau begini!” Ivea mengeluh, bagaimana ia bisa menunjukkan cintanya bila Kay bahkan tidak mau menemuinya.

Pintu kamar terbuka tiba-tiba membuat Ivea hampir saja bersorak. Tapi wajah Kay sama sekali tidak seperti yang di harapkannya. Laki-laki itu memandangnya datar. “Kalau begitu menyerah saja!”

“Apa?” “Menyerahlah. Aku tidak bisa melanjutkan ini dan aku akan pergi.

Istriku menunggu di Candance!” “Kau ingin meninggalkanku disini sendirian? Ini pertama kalinya

aku kemari dan aku sama sekali tidak taun jalan pulang! Sekarang juga sudah gelap. Kenapa kau bersikap seperti ini? Kau tidak mencintaiku?” Ivea mendengus. Seharusnya ia tau itu karena sampai detik ini Kay tidak pernah mengatakan kalau ia mencintai Ivea secara langsung.

“Tentu saja!” Jawab Kay. Ivea memperbesar bola matanya tak percaya. Tentu saja? Itu berarti

Kay juga mencintainya. Lalu kenapa Kay masih berfikir untuk meninggalkannya dan pergi kepada Matsuri?

“Aku mencintaimu, Sangat!” Kay melanjutkan ucapannya. “Bahkan sampai detik ini aku masih merasakannya.”

“Lalu kenapa kau memilih kembali kepadanya? Aku ada disini”

Page 127: Beauty Honey

“Karena dia yang menemaniku selama ini. Satu tahun aku menunggumu dan kau membiarkanku selama itu? Apakah kau tidak pernah berfikir kalau aku mungkin saja sudah bersama wanita lain, aku bisa saja tidak menunggumu. Sekarang jawab pertanyaanku, kapan kau mulai merasakan perasaan itu? Saat kau mendengar kabar kalau aku akan menikah?”

“Sudah lama! Kau sendiri tau bagaimana semuanya terjadi. Sejak awal aku sudah menyadari kalau aku mencintaimu, Kau ingin menyalahkanku? Aku baru mengingatnya setelah bertemu denganmu di Jepang waktu itu! Tapi jauh sebelum aku mengingatnya aku sudah merasakannya meskipun bimbang. Kau tau betapa beratnya aku berusaha untuk menerima pernikahanmu dengan dia? Tapi aku tidak bisa, sampai detik ini aku tidak bisa!”

“Lalu katakan padaku, setelah seminggu bersamaku, apa yang akan kau lakukan?”

“Bila kau memilihku, tentu aku akan ikut kemanapun kau pergi. Tapi jika tidak, aku akan kembali ke kehidupanku yang semula.” Ivea masih terus berusaha. Melihat tatapan Kay yang tidak bisa d mengerti membuatnya benar-benar hampir menyerah. Tapi Kemudian Ivea merasakan tubuhnya sudah di tarik kedalam kamar dan berbaring di atas tempat tidur. Kay sudah berada di atasnya dengan kedua tangan yang hampir menyentuh Ivea. Refleks gadis itu berteriak jangan tapi Kay terus memaksa untuk menggerayanginya. Entah apa yang di rasakannya sekarang, takut mungkin adalah rasa yang paling dominan untuk saat ini. Kay akan menyentuhnya? Tapi mengapa Ivea tidak bisa menerimanya? Ia berusaha untuk terus menghindar dan menepis tangan Kay yang terus berusaha dan kelihatannya hal itu berhasil. Kay berhenti bergerak.

Seperti baru saja tersadar Kay menjauhi Ivea yang berada di atas ranjangnya. “Kau tidak suka? Bukankah kau ingin ku sentuh?”

Ivea menundukkan wajahnya dalam-dalam setelah memperbaiki posisinya. Ia duduk di pinggir ranjang sambil memegangi ujung sweaternya dengan tangan gemetar. “Memang, tapi aku tidak siap dengan ini.”

Page 128: Beauty Honey

“Seharusnya kau siap karena itu bisa saja terjadi selama seminggu penuh.” Kay memandang Ivea yang masih diam. “Kenapa kau menolakku? Kau tidak bisa melakukannya?”

“Aku shock, kau tidak pernah melakukan ini kepadaku. Ku fikir kau sedang memikirkan istrimu saat melakukan itu tadi, karena semuanya terlalu tiba-tiba!” Ivea berusaha menghela nafas meskipun berat. “Maafkan aku, Aku tidak bisa melakukannya.”

“Bagaimana perasaanmu? Takut? Kau mencintaiku kan?” Ivea tidak menjawab. Untuk apa Kay bertanya kalau ia sudah

mengetahuinya “Aku pergi, Istriku menungguku di candance!” “Tunggu!” Suara yang intens keluar begitu saja secara spontan dari

mulut Ivea. Walau bagaimanapun ia tidak ingin Kay pergi. “Apa hal itu sangat penting bagimu?”

“Tentu saja…” Kay mengambil tasnya yang berada di atas tempat tidur. “tidak! Walau bagaimanapun aku tidak akan bisa melakukan hal seperti itu kepadamu. Dulu tidak, sekarang juga begitu. Tapi aku kecewa kau menolak padahal kau bilang kalau kau mencintaiku. Kau tau, wanita yang sedang menungguku di sana, dia melayaniku tanpa protes, melakukannya dengan patuh setiap kali aku menginginkannya meskipun dia tau aku sedang memikirkan orang lain. Selama ini dia selalu menempatkan dirinya di posisimu, sekarang apakah kau sudah bisa merasakan bagaimana perasaannya? Berpisah denganku tentu saja bisa membuatnya bebas dari semua beban yang aku limpahkan kepadanya. Tapi aku tidak akan melepaskannya begitu saja.”

Ivea hanya terpaku memandani Kay, ia mati rasa. Tiba-tiba saja Ivea ragu kalau semua perasaannya nyata. “Tapi, berikanlah aku waktu seminggu itu agar aku bisa mengetahui bagaimana perasaanku sebenarnya.”

“Semua sudah pasti, Seandainya kau memang mencintaiku kau sudah mencariku sejak lama. Terlepas dari kau ingat atau tidak seharusnya kau tetap menyusulku ke Tokyo.”

“Aku tidak tau harus mencari kemana, mbak Tara tidak mau memberi tau keberadaanmu!”

Page 129: Beauty Honey

“Lalu, apakah Tara pada akhirnya memberi tau keberadaanku setelah kau tau kalau aku akan menikah?”

Ivea menggeleng. Tara tetap konsisten untuk tidak memberitahukan apa-apa kepadanya. Saat itu Ivea berusaha sendiri untuk menemukan Kay, mencari tau nama acara yang pernah Kay datangi di Tokyo, mencari tau melalui Event Organizer tentang siapa saja desainer yang ikut, bertanya kepada semua orang yang dia bisa, Ivea benar-benar sudah menghabiskan banyak waktu di Jepang sebelum akhirnya ia menemukan Kay bersama Matsuri berjalan bersama pada hari itu.

“Kau bisa menemukanku kan? Lalu kenapa kau tidak mencobanya lebih awal? Jika kabar itu tidak sampai ketelingamu, Kau tidak akan datang. Seperti yang ku bilang, perasaanmu kepadaku semu, sama seperti yang sekarang sedang Kau perjuangkan. Kau hanya merasa takut kehilangan karena aku akan bersama orang lain, karena pecintamu berkurang satu. Untuk memberi waktu satu minggu bukan hal yang mudah, entah apa yang akan terjadi selama seminggu dan kau masih berfikir untuk menjalani kehidupanmu seperti semula jika aku menolak? Bagaimana dengan Nathan? Dia percaya dan dia menunggu. Aku tidak ingin kita menyakiti siapa-siapa!”

“Tapi aku juga sakit, Kay!” “Sebentar, hanya sebentar sampai kau kembali kepada Nathan, ada

orang yang rela melakukan apapun untuk kebahagiaanmu disana. Aku juga memiliki Matsuri. Sekarang aku akan menyusulnya karena dia tidak memberiku banyak waktu. Kemasi barang-barangmu dan kita pulang bersama. Aku hanya punya waktu satu Jam!”

Page 130: Beauty Honey

Bab. 38 Candance Motel sangat ramai, Kay menghela nafas berat dan

melangkah ke dalamnya. Masih setengah jam lagi menjelang jam delapan malam dan Bila Matsuri benar-benar menunggunya seharusnya ia masih ada disini. Mata Kay mengangkap seseorang yang sedang menyapanya dalam bahasa Prancis dan betanya apa yang bisa dia lakukan untuk Kay, dia memperkenalkan diri sebagai pemilik Motel. Seorang wanita gemuk dengan wajah ramah.

“Tidak ada kamar Kosong tuan, Tapi dua blok dari sini ad penginapan lain. Aku bisa menyuruh anakku untuk kesana dan memesan kamar untukmu!” Katanya setelah perkenalan yang berlangsung begitu cepat.

“Tidak, bukan itu Madame. Saya ingin menanyakan seorang wanita yang check in disini tadi pagi. Saya suaminya dan dia mengatakan akan menunggu saya disini!”

Kening wanita itu berkerut tajam. “Seorang wanita? Hari ini tidak ada seorangpun yang check in ataupun check out dari Motel ini!”

“Benarkah? Mungkin dia hanya mampir untuk numpang beristirahat.”

“Kalau yang beristirahat memang ada beberapa orang. Bagaimana ciri-ciri istrimu itu?”

“Dia sangat menonjol, Madame. Seorang wanita Jepang, usianya akhir dua puluhan. Rambutnya lurus, berkulit putih. Dia juga memakai kacamata berbingkai tipis dan bening.”

“Sayang sekali, seingatku tidak ada wanita asia yang datang kemari hari ini, bahkan untuk seminggu belakangan ini. Atau dia sedang menunggumu di tempat lain?”

“Dia mengatakan akan menantiku sampai bis terakhir datang hari ini!” Kay menghela nafas berat. “Mungkin dia menunggu di pinggir

Page 131: Beauty Honey

jalan, tempat bis biasa berhenti. Aku kesana saja! Maaf mengganggu Madame!” Kay menghela nafas lalu melangkah lemah. Ia keluar dari motel dan menemui Ivea yang menunggunya.

“Bagaimana?” Tanya Ivea. “Dia tidak ada. Mungkin menunggu di tempat bis biasa berhenti.

Kita kesana saja!” Ivea mengangguk. Ada sedikit perasaan bersalah terbersit di

hatinya. Seperti yang Kay bilang, Matsuri mungkin sangat menantikan saat-saat terbebas dari Kay. Tapi Kay kelihatannya sangat kecewa dan kehilangan. “Bagaimana kalau dia sebenarnya tidak menunggu?”

Kay diam sejenak, mungkin Matsuri memang tidak menunggunya seperti yang dia harapkan. Matsuri mungkin sudah ada di paris dan tidur dengan tenang di flat yang mereka sewa. Tidak masalah, Kay akan kembali kesana dan menemuinya.

“Monsieur!” Seorang pemuda berusia belasan tahun memanggilnya lalu berlari kehadapannya. “Anda yang bernama Keith Lavoile?”

Kay mengangguk. “Ya, darimana kau tau namaku?” “Seorang wanita menitipkan ini,” Pemuda itu lalu memberikan

sebuah kunci kepada Kay. Kunci dengan bandul berbentuk sesisir pisang yang terbuat dari

plastik itu adalah kunci flat yang mereka sewa selama mereka tinggal di Paris. Pasti dari Matsuri, karena hanya Matsuri yang selalu memegang kuncinya. “Tadi kata pemilik Motel tidak ada wanita Jepang yang kemari, darimana kau mendapatkannya?”

“Aku bertemu dengan dia di pinggir jalan. Saat itu dia bertanya aku tinggal dimana dan sempat mengobrol beberapa waktu. Setelah ku bilang kalau aku tinggal di Motel ini, dia menitipkan kunci ini sebelum berangkat ke Paris dengan bis terakhir. Dia bilang Tuan Keit Lavoile akan datang kemari mencarinya. Aku tadi melihatmu bertanya kepada ibuku, jadi ku pikir kaulah orangnya karena ciri-cirimu sangat mirip dengan yang di katakannya.” Pemuda itu menghela nafas sebentar. “Dia juga berpesan kau tidak perlu mencarinya di rumah karena dia langsung ke Tokyo!”

Langsung pulang ke Tokyo? Jadi Matsuri menitipkan kunci kepada anak ini? Sangat ceroboh sekali. Bagaimana bila Kay tidak datang?

Page 132: Beauty Honey

Bagaimana kalau ia menyuruh Ivea yang masuk tadi? Atau bagaimana kalau pemuda itu tidak melihat Kay tadi. Sangat beresiko sekali. Atau Matsuri memang sengaja ingin membuat Kay sibuk? Bila Kay beruntung, ia akan mendapatkan kuncinya. Tapi bila tidak, ia harus kembali ke Paris dan mendapati tidak ada orang di rumah dan pintu flat sama sekali tidak bisa di buka. Hal itu bisa membuat Kay semakin sibuk dan semakin membuang-buang banyak waktu di Paris. Sepertinya Matsuri benar-benar ingin menjauh, ia sudah pergi nak bis terakhir. Tunggu dulu, bis terakhir?

“Tadi kau bilang bis terakhir?” tanya Kay. “Bukankah seharusnya bis terakhir datang jam delapan malam?”

“Tidak tuan, sudah setahun belakangan bis hanya datang sampai jam lima sore. Ada masalah angkutan dan juga perizinan. Jadi tidak ada bis malam lagi semenjak tahun lalu!” Pemuda itu memandangi Kay seolah-olah menunggu perkataan Kay selanjutnya. Tapi Kay tidak bertanya lagi, laki-laki itu memandangi jalanan dengan tatapan kosong. Maka pemuda itu segera minta izin kembali masuk ke Motel milik ibunya. Ivea melangkah perlahan dan mendekati Kay dalam jarak yang sangat rapat ia berharap Kay memandangnya untuk menerima ucapannya, “Aku menyesal, Kay! Kau di tinggalkan olehnya!”

Kay terbangun dari lamunannya dan berusaha tersenyum. “Dia Cuma pulang lebih dulu ke Tokyo. Aku tau dia ada dimana, mungkin di Fukoka, atau di rumah temannya di Osaka. Mungkin juga di rumah ibuku. Dia tidak akan pergi jauh!”

“Kau tidak marah? Dia sudah meninggalkanmu. Kenapa kau tidak melepaskannya padahal dia dengan sengaja menjauh darimu!”

“Dia menepati janjinya, Eve! Dia menunggu sampai bis terakhir dan dalam cuaca dingin seperti ini, tidak bisa ku banyangkan kalau dia sejak pagi berada di pinggir jalan itu dan berharap aku datang. Aku jadi merasa bersalah!”

“Apakah kau mencintainya?” Kay menghela nafas. Mencintainya? Kay sudah lama menyadari

kalau ia sangat membutuhkan Matsuri. Dia belum mencintai wanita itu, hatinya masih milik Ivea, tapi jika ia mengatakan Itu Ivea akan terus

Page 133: Beauty Honey

berharap padanya. Kay mengangguk ia bisa melihat Ivea memberikan senyum kecut dan menundukkan wajahnya. “Aku mencintanya mulai detik ini, saat aku tau kalau dia menepati janjinya, menungguku seharian di tempat terbuka dalam cuaca dingin. Dia selalu bisa memaklumiku dan dia adalah orang pertama yang membuatku merasa nyaman untuk selalu berada di dekatnya setiap waktu! Tapi sepertinya aku mengecewakannya. Mengembalikan kunci flat dan berpesan akan segera pulang Ke Tokyo menandakan kalau aku sudah melakukan kesalahan besar.”

“Lalu apa yang akan kau lakukan? Bisakah kita kembali ke Villa dan kembali menjalani rencana semula? Hanya satu minggu saja hiduplah bersamaku!”

Page 134: Beauty Honey

Bab. 39

Matsuri memandangi atap kamar itu dengan pandangan kosong. Hari ini ketika ia bangun tidur, Kay tidak ada di sampingnya seperti biasa. Tidak bisa di pungkiri kalau Matsuri sangat merasa kehilangan sejak pertama kali ia terbangun dan mengalami hal yang sama. nyaris satu minggu kehidupannya berjalan tanpa Kay. Ada perasaan yang tidak bisa di mengerti yang di rasakannya, mungkin perasaan rindu. Matsuri tidak menyangkal kalau dirinya sedang merindukan suaminya yang selalu merepotkan itu. Kay kemana? Mungkin dia sudah memilih Ivea dan memutuskan meninggalkannya. Tapi dengan bodohnya Matsuri masih menunggu disini, berharap Kay mencari dan datang kemari.

Sejak kapan aku berharap seperti ini? Matsuri membatin. Sejak ia menunggu Kay datang dan ternyata laki-laki itu tidak menemuinya juga sampai bis terakhir tiba. Tidak ada hal lain yang bisa Matsuri lakukan selain pulang ke Tokyo, entah mengapa malam itu ia merasa sakit hati karena ketidak datangan Kay, tidak mau melihat Kay lagi dan memutuskan untuk pergi selamanya. Sepulang dari Paris ia harus mengalami hal menyedihkan, dirawat di rumah sakit karena cuaca dingin menyebabkan gangguan paru-paru meskipun tidak parah, tapi ia benar-benar harus mengurusinya sendiri. Matsuri menyesali sikap kekanak-kanakannya dan sekarang dengan setia ia masih menunggu. Ia tidak bisa kemana-mana, tidak mungkin pulang ke rumah orang tuanya maupun orang tua Kay, Matsuri tidak pernah ingin orang lain terlibat dalam masalah rumah tangganya. Tapi sampai kapan ia bisa bertahan? Dengan bodohnya Matsuri terus memasak dua buah omlet setiap pagi, lalu membuat secangkir kopi. Sampai saat ini ia terus melakukan itu berharap di suatu pagi Kay menemukannya dan datang kepadanya.

Page 135: Beauty Honey

Seandainya Kay bisa lebih cermat dan berfikir kemana Matsuri pergi, laki-laki itu pasti menemukannya sekarang. Matsuri menghela nafas berat, mungkin Kay tidak akan mencarinya seperti yang di harapkan. Ia memandangi foto prewedding yang menjadi screen saver di ponselnya lekat-lekat, Kay bahkan tidak menelponnya. Ia tersenyum getir dan berfikir untuk berhenti berharap. Hari ini Matsuri akan mencoba keluar rumah, jalan-jalan mungkin bisa menyegarkan otaknya.

Matsuri mencoba untuk lebih bersemangat, ia masuk kekamar mandi untuk beberapa lama lalu mengganti pakaiannya dengan baik. Sebuah jeans stretch skinny-fit dengan efek washing abu-abu menjadi pilihannya untuk di pasangkan dengan sweater berwarna merah danhil dengan lengan ¾. Matsuri menyanggul rambutnya di atas kepalanya lalu memakai kacamatanya. Untuk melengkapi gayanya, Matsuri memakai sandal hak tinggi berwarna merah darah dan jam tangan. Matsuri memandangi dirinya di cermin, ia merasa nyaman dengan pakaian seperti ini? Padahal dulu Matsuri sama sekali tidak pernah memakai pakaian dengan warna menonjol seperti sekarang. Dulu semua pakaian Matsuri memiliki model yang monoton karena sebagai seorang guru seharusnya ia menjadi contoh buat semua siswanya. Tapi semenjak bertemu Kay, ia merasakan banyak perubahan terhadap dirinya, pakaian Matsuri yang masih berada di tangan Kay mungkin sudah memenuhi dua lemari.

Page 136: Beauty Honey

Bab. 40

Ayo, hari ini kau harus bisa bangkit kembali! Uangmu sudah habis, kalau tidak bersemangat terus bagaimana kau bisa kerja nyona? Matsuri berbisik kepada bayangannya di cermin lalu terpaku sesaat. Ia bahkan memanggil bayangannya di cermin dengan sebutan nyonya? Sepertinya selama ini Matsuri benar-benar sudah menghayati perannya sebagai istri dengan sepenuh hati. Tapi hari ini dia harus bisa membangkitkan suasana hatinya yang lesu kembali dan setelah semuanya membaik, ia harus mencari kerja. Uang di tabungannya benar-benar menipis, harga tiket dari paris ke Tokyo benar-benar menghabiskan lebih dari setengah tabungannya yang tersisa. Matsuri melangkah keluar flat 1707 itu dan berjalan dengan santai kearah mana saja yang tdak di ketahuinya. Matsuri hanya mengikuti kata hati dan menyerahkan kepada kakinya hendak melangkah kemana.

Langit kelihatannya mendung, padahal ia sedang ingin melihat langit cerah hari ini. Matsuri sebenarnya menjadi kehilangan semangat. Tapi kakinya belum mau berhenti hingga rintik-rintik hujan mulai turun dan perlahan-lahan butiran-demi butiran jatuh dengan sangat deras. Ia memandang kesekeliling mencari tempat berteduh, beberapa orang bertumpuk di depan restoran Italia membuat Matsuri tergerak untuk melangkahkan kaki disana. Hujan yang deras ini, entah sampai kapan akan berhenti. Bunyi butiran-butiran air yang menghantam ubin dan aspal semakin memperburuk suasana hatinya. Seharusnya ia melakukan ini lebih cepat, mengapa disaat ia ingin memperbaiki suasana hatinya semesta seakan-akan tidak mendukung?

“Matsuri?” Sebuah suara memanggilnya. Seorang wanita berseragam lengkap dengan rok ketat dan kemeja biru berlengan pendek menyapanya. “Anda nona Matsuri Tokeino, kan?”

Page 137: Beauty Honey

Matsuri mengangguk bingung. Ia tidak mengenal wanita itu, sama sekali tidak pernah bertemu sebelumnya. Lalu mengapa wanita itu menyapanya. “Anda mengenal saya?”

“Tidak, saya hanya di minta untuk memanggil anda kedalam, seorang tamu melihat anda saat dia masuk dan berharap anda memenuhi undanganya.”

Diam-diam Matsuri berharap, Kay yang mengundangnya. Hanya Kay yang suka makan makanan Eropa, lalu siapa lagi. “Siapa yang mengundang, maksudnya apa dia memberi tau namanya?”

“Tuan Arata Kujou. Dia salah satu pelanggan tetap kami disini. Silahkan nona!”

Matsuri melangkah masuk kedalam restoran itu dan meningalkan beberapa orang teman yang berteduh bersama dengannya. Langkah demi langkah di jalaninya dengan perasaan yang tak menentu, apa yang harus di katakannya? Adakah kesempatan arata kembali kepadanya? Apakah ia harus memohon seperti ivea? Bagaimana bila tidak berhasil? Tapi kenyataannya Ivea berhasil, ia bisa menahan Kay selama seminggu lebih dan menjadikan laki-laki itu sebagai miliknya. Apakah Matsuri harus mencobanya kepada Arata?

“Disana, Nona. Silahkan!” Arata ada disana, duduk di pinggir jendela dan menatap hujan

deras di luar sana. Masih sama seperti yang dulu, tampan dan sangat berwibawa. Rambutnya yang lurus dan hitam membuat kulit putihnya semakin bercahaya. Matsuri membungkuk dan berterimakasih kepada wanita yang mengantarkannya lalu berjalan medekati Arata dan duduk dihadapannya. Arata memandanginya dengan kikuk dan Matsuri mencoba untuk bersikap lebih tenang, ia menyapa lebih dulu seolah-olah ialah yang mengundang Arata untuk datang.

“Apa kabarmu!” “Baik.” Jawab Arata.”Kau mau makan apa? Aku yang traktir

sebagai permintaan maafku!” Matsuri menggeleng sambil tersenyum. “Tidak usah, aku sedang

tidak berselera!” “Ada apa? Kau kelihatan berbeda sekali. Aku nyaris tidak percaya

saat melihatmu tadi.”

Page 138: Beauty Honey

“Aku berubah? Seperti apa aku di pandanganmu yang sekarang?” “Kau sangat menawan.” “Bila di bandingkan dengan istrimu?” Arata terdiam tidak tau harus menjawab seperti apa. Mana yang

lebih cantik, istrinya atau Matsuri, drinya sama sekali tidak bisa menjawab.

“Arata-san. Kalau aku memohon kepadamu untuk berikan kesempatan seminggu saja agar aku bisa mencintaimu bagaimana? Apakah kau mau meluangkan waktu denganku selama seminggu? Memberikan aku kesempatan untuk menunjukkan cintaku yang sebenarnya apakah kau bersedia?”

“Apa?” Arata terpaku sesaat. “Kau sedang mengatakan apa?” “Katakan padaku, jika aku mau melakukan apa saja bersamamu

selama seminggu apa yang akan kau lakukan?” “Matsuri, kau yang paling tau bagaimana perasaanku. Tidak bisa

ku pungkiri kalau aku juga menginginkan bisa memilikimu seutuhnya walaupun hanya sementara. Jadi seminggu adalah anugrah yang tidak terkira untukku”

“Lalu jika aku memintamu memilih antara aku dan istrimu, siapa yang kau pilih?”

“Bagaimanapun aku akan tetap kembali kepada istriku. Meskipun aku tergila-gila padamu aku tetap akan kembali kepadanya. Kau serius menanyakan hal ini?”

Matsuri menggeleng lalu tertawa. “Aku punya masalah pelik yang mirip dengan hal itu, ku fikir jawaban daimu bisa memberi pencerahan…”

“Tentang suamimu?” Matsuri mengangkat wajahnya dan menantang mata Arata yang

memandangnya. “Aku sudah dengar kabar kalau kau menikah, dengan penampilan

seperti ini bisa kupastikan dia adalah orang yang paling beruntung karena memilikimu. Kau cantik, cerdas, bijaksana, sabar, kau memiliki segala kriteria untuk menjadi istri terbaik. Seandainya aku belum menikah aku akan mengejarmu meskipun harus bertaruh nyawa! Sekarang katakan padaku, apa dia melakukan hal yang menyakitimu?”

Page 139: Beauty Honey

Matsuri menggeleng dengan wajah ceria yang di buat-buat. “Dia baik-baik saja!” Tentu saja Kay baik-baik saja. Satu-satunya orang yang sedang dalam keadaan tidak baik adalah Matsuri dan ia memutuskan untuk berhenti terlihat tidak baik-baik saja di depan orang lain.

Page 140: Beauty Honey

Bab. 41 “Kau akan mengirimkan uangnya , Kan?” Matsuri sudah tidak

memiliki sepeserpun uang lagi. Untuk hari ini mungkin ia akan menahan lapar sampai Natsuki mau mengirimkan uang kepadanya. Untungnya Natsuki berinisiatif untuk menelponnya hari ini, jika tidak Matsuri tidak tau harus mengemis kemana. Sampai detik ini tidak ada satu pekerjaanpun yang cocok. Ia sudah memandangi koran beberapa kali dan mendatangi banyak tempat yang membutuhkan lowongan. Tapi ujung-ujungnya tetap saja sulit untuk menerimanya hanya dengan sertifikat pendidik. Sekarang sudah saatnya Matsuri menurunkan standarnya.

“Tunggu dulu, Neechan! Kau belum jawab pertanyaanku, kenapa minta uang kepadaku sekarang?” Natsuki sejak tadi menanyakan Hal yang sama dan Matsuri masih belum tau harus memberi jawaban seperti apa.

“Aku tidak meminta, suatu saat nanti pasti ku kembalikan. Jadi kau mau pinjamkan atau tidak?”

“Lalu kemana suamimu sampai-sampai dia membiarkan istrinya mengemis seperti ini. Jangan katakan kalau dia menyuruhmu melakukan ini. Dari pada minta padaku lebih efektif meminta kepada ibunya!”

“Sudah ku bilang, dia tidak tau sama sekali tentang hal ini. Kau tidak mau meminjamkannya? Kalau tidak mau, ya sudah!” Matsuri lalu menutup telpon dari Natsuki dengan kesal. Bocah itu terlalu banyak tanya dan semua pertanyaannya membuat Matsuri tidak mampu mencari jawabannya. Jika ia masih punya uang, tidak mungkin seperti ini jadinya. Matsuri hanya punya beberapa lembar uang saja untuk ongkosnya pergi mencari kerja. Jika terus merasa kelaparan ia bisa

Page 141: Beauty Honey

mengganjal perutnya dengan air keran. Bukankah ini apartemen mahal? Bahkan air keran disini bisa di minum.

Matsuri sudah menyangka kalau hal ini akan terjadi pada hidupnya. Setelah mengundurkan diri sebagai guru ia akan mengalami hal seperti ini. Seharusnya sekarang lebih baik karena meskipun tidak punya uang Matsuri sama sekali tidak menumpang di rumah temannya di Osaka seperti dulu. Ia punya tempat tinggal sendiri, sebuah apartemen nomor 1707 yang lokasi dan paswordnya ia tebak sendiri. Bukan hal yang sulit menemukan tempat ini, hanya satu apartemen mewah yang memiliki lebih dari sepuluh lantai dan meletakkan angka yang menunjukkan lantai di urutan terakhir setelah nomor Apartemen sendiri, 17 di lantai 07. Jika Kay menggunakan tanggal dia melamar untuk memilih apartemen, maka password yang di pakai pasti tidak jauh-jauh dari itu. Hari pernikahan, atau tanggal pendaftaran pernikahan. Matsuri nyaris saja gila mencari password yang tepat dan ternyata Kay menjadikan 172205 sebagai password. 17 tanggal kelahiran Matsuri, 22 Tanggal lahir Kay dan 06 adalah bulan kelahiran mereka yang kebetulan sama. Entah apa yang mengilhami Matsuri untuk menerka angka seperti itu pada akhirnya.

Ponselnya berdering lagi. Natsuki kembali menelpon dan membuat Matsuri berdecak kesal. Untuk apa menelpon? Sudah berubah fikiran? Ia menekan tuts terima dengan lemah.

“Neechan, sudah ku transfer.” Kata Natsuki sebelum Matsuri membuka mulut untuk sekedar mengatakan halo. “Kau tau di London sekarang jam berapa? Sudah hampir pagi. Untung ada Mobile banking jadi aku tidak perlu repot membobol pintu ATM untukmu.”

Senyum Matsuri mengembang. “Benarkah? Terimakasih, sayang!” “Ya, tentu saja kau harus berterima kasih. Kau boleh tidak

menceritakan masalahmu kali ini. Tapi suatu saat nanti aku akan memaksamu mengatakannya. Mengerti?”

“Iya!” “Kalau begitu aku mau istirahat dulu. See Ya!” Dan suara Natsuki

benar-benar menghilang. Matsuri menghela nafas lega. Hari ini ia bisa makan. Secepatnya ia

akan pergi ke ATM terdekat untuk memeriksa sejumlah uang yang di

Page 142: Beauty Honey

kirim oleh Natsuki. Meskipun sudah sore, harusnya uang itu selambat-lambatnya sampai satu Jam setelah pengiriman karena tabungan Matsuri juga menggunakan Bank Internasonal seperti Natsuki. Matsuri berusaha secepat mungkin untuk mengganti pakaiannya kemudian pergi meninggalkan apartemen. Tapi malang, hujan turun lagi dengan derasnya. Matsuri kembali termenung memandangi setiap butiran hujan yang jatuh dengan keras.

Perut Matsuri berbunyi, ia sudah sangat lapar karena kemarin pagi adalah hari terakhir dirinya mengisi perut dengan makanan. Pandangan matanya sudah mulai melayang dan Matsuri sama sekali tidak mampu menahan rasa laparnya. Mungkin ia sedang menderita darah rendah sehingga tidak makan selama ini saja benar-benar sudah menguras tenaganya. Selama ini Matsuri tidak pernah terlambat makan karena mag akut yang di deritanya. Jika masih ingin terbangun dalam keadaan segar besok pagi, seharusnya ia mencari makanan sekarang juga. Matsuri memandangi rintikan hujan sekali lagi. Melawan hujan untuk kali ini seharusnya bukan masalah, ia tidak akan membiarkan dirinya kelaparan lebih lama lagi.

Matsuri memberanikan diri menerobos hujan dan melindungi kepalanya dengan tangan. Ia melangkah dari satu tempat ke tempat lain untuk berteduh. Meskipun begitu, sedikit demi sedikit tubuhnya benar-benar basah kuyup dan itu cukup untuk membuatnya flu. Februari masih musim dingin dan hujan di musim dingin benar-benar bisa membuatnya menjadi sangat menderita. Sesampainya di ATM terdekat, Matsuri juga masih harus berdiri dan mengantri. Cukup panjang sampai gilirannya tiba dan ia tidak tau harus melakukan apa dengan jumlah yang Natsuki berikan untuknya. Lima juta dolar, sangat banyak untuk persediaan makan seminggu seperti yang Matsuri minta. Ia sangat senang karena di tabungannya menyimpan cukup banyak uang, tapi juga sedih karena selain uang, ia juga harus menyimpan hutang dalam jumlah yang sama.

Page 143: Beauty Honey

Bab. 42 Matsuri bahkan belum menganti pakaiannya yang basah kuyup.

Begitu sampai di apartemen ia langsung memasak demi perutnya yang tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Tapi sekarang, ia harus memandangi dua porsi omlet dan secangkir kopi yang dia buat. Sesuap demi sesuap Matsuri memakan omlet dari piring yang ada di hadapannya sambil memandangi seporsi lagi yang berada di sisi lain meja. Untuk apa ia melakukan ini lagi? Padahal sejak dua hari yang lalu ia sudah berhenti. Mungkin Matsuri sudah mulai berharap kembali, Kay akan datang dan menemukannya disini. Matsuri menghela nafas.

Tidak mungkin, berhentilah berfikir naïf Matsuri Tokeino! Matsuri membantin dengan nada yang agak membentak. Tapi kelihatannya fikiran sama sekali tidak bisa mengalahkan sesuatu yang lain; hati. Keinginan hati untuk mengingat Kay lebih kuat dari apapun sekarang. Matsuri menyerah, ia meninggalkan sisa makanannya dan masuk ke kamar. Sebuah handuk putih bersih membungkus tubuhnya beberapa saat kemudian dan pakaiannya yang basah segera di cuci dengan mesin. Setelah mencuci pakaiannya Matsuri kembali masuk ke kamar dan langsung menuju kamar mandi yang berada di dalam ruangan itu juga. Melangkahkan kaki menyentuh lantai marmer berwarna Tan yang dingin dan menyalakan Air hangat untuk memenuhi Bathub.

Lagi-lagi ingatan tentang Kay menyerang, di Bathub untuk pertama kalinya Matsuri menyadari kalau ia sedang bercinta dengan suaminya, bukan dengan bayangan Arata, Di bathub juga Kay memberikan kunci dengan nomor apartemen ini, di Bathub Kay nyaris mengatakan kalau ia mencintai Matsuri. Matsuri merendam dirinya dengan air hangat, tapi kedua wajahnya di benamkan di antara lutut dan lengannya yang saling memeluk. Ia benar-benar membiarkan semuanya mengalir kali ini tanpa menghalang-halanginya lagi. Tapi

Page 144: Beauty Honey

hanya boleh kali ini dan setelah ia terbangun besok pagi, Kay sudah harus menghilang dari ingatannya.

Lama kelamaan Matsuri terisak. Ia menyesali pernikahannya, menyesali setiap sentuhan Kay yang mendarat di tubuhnya, menyesali dirinya yang menempatkan diri sebagai orang yang selalu mengerti dan membiarkan Ivea menjauhkannya dari suaminya. Pelan-pelan rasa benci juga timbul kepada Kay. Bagaimana bisa dia tidak pulang selama lebih dari dua minggu. Dia bahkan tidak menelpon Matsuri untuk mencarinya, Kay mungkin memang tidak pernah berfikir untuk kembali. Arata yang di bencinya saja berfikir untuk kembali kepada istrinya apapun yang terjadi, lalu mengapa Kay tidak? Kay lebih buruk dari Arata Kujou yang selama ini selalu di peranginya.

Bunyi desiran air yang terus mengalir memenuhi Bathub sudah berhasil membuat tubuh Matsuri terendam dan merasa lebih hangat. Air luber jatuh memenuhi lantai marmer lalu mengalir menuju pembuangan. Matsuri menghentikan aliran air di keran dan meraih handuk untuk kembali membungkus tubuhnya. Ia keluar dari kamar dan memakai sepasang piama katun lalu memandangi dirinya di cermin. Matanya memerah, beruntung tidak mengalami bengkak karena ia menagis tidak lama. Rambutnya masih perlu di keringkan dan handuk yang di pakainya tadi sudah sangat basah. Matsuri keluar menuju dapur untuk mengambil handuk baru. Lalu tiba-tiba semua gelap. Ia memegangi kepalanya dan merasakan sesuatu. Handuk yang di carinya sudah menyelubungi rambutnya yang basah. Mungkin jatuh dari langit! Matsuri menarik haduk itu sedikit lebih kebelakang agar matanya bisa melihat seantero ruangan untuk mencari penyebab mengapa handuk itu tiba-tiba sudah berada di kepalanya. Tapi Matsuri tidak perlu melakukan itu karena orang yang di harapkannya sekarang sudah berada di hadapannya. Keith Lavoile Fujisawa, berdiri di hadapannya dengan sebuah senyum.

“Makan malamnya enak Neechan! Tapi seharusnya itu menu sarapan pagi.” Kay menunjuk meja makan yang sudah berisi piring-piring kosong. Bahkan makanan yang disisakannya juga sudah lenyap.

“Utuk apa kau kemari? Seharusnya kau bersama Eve!”

Page 145: Beauty Honey

“Apa yang kau katakan ini? Aku kemari seharusnya kau senang. Aku tau kau pasti merindukanku!”

“Benarkah? Aku sudah bilang, Aku bisa hidup tanpamu! Kau sudah pergi selama dua minggu seharusnya tidak muncul lagi dihadapanku.”

“Benarkah?”Kay mengulangi kata-kata Matsuri. “Tapi kenapa kau menangis di kamar mandi Neechan? Kenapa membuat dua porsi omlet setiap hari?”

Kening Matsuri berkerut. “Apa yang kau katakan? Aku baru membuat dua porsi hari ini! Itu juga karena aku sangat lapar. Sejak kemarin aku sama sekali tidak makan apapun. Tapi sekarang kau sudah melenyapkannya!”

“Astaga, untuk apa kau berbohong? Aku ada disini mengawasimu setiap hari. Aku menemanimu saat kau tidur, aku juga melihat buku tabunganmu yang sudah menipis itu. Neechan. Aku juga melihatmu mengganti pakaian dan…”

“Kau tidak memasang kamera di tempat ini kan?” “Memangnya kenapa? Ini rumahku juga, jadi aku berhak

melakukan apa saja!” Matsuri melotot untuk menyembunyikan kebingungannya. Sial,

karena ia bersedih karna Kay dan selama ini Kay melihatnya? “Sejak kapan kau memperhatikanku?”

“Sejak kau membuka pintu 1707. Setiap sendi rumah ini ku pasangi kamera dan terhubung langsung dengan ponselku. Apartemen ini punya banyak barang mahal, setiap satu minggu sekali ada orang yang datang untuk membersihkannya, dan setiap pintu itu terbuka, ponselku akan berdering. Tapi aku baru melihatmu secara langsung seminggu belakangan ini, dan Kau tau? Aku sangat merindukanmu Neechan. Benar-benar merindukanmu!”

Matsuri terbelalak “Pergi sana!” katanya histeris sambil berjalan menuju meja makan lalu melempar piring kosong bekas omet yang ada disana kearah Kay. Nyaris saja mengenai laki-laki itu jika saja Kay tidak gesit mengelak.

“kau kenapa? Kenapa marah-marah?” “Pergi!”

Page 146: Beauty Honey

“Ini rumahku juga, Neechan!” Matsuri mengambil ancang-ancang untuk melempar piring kedua

dan memasang ekspresi wajah yang bertambah galak. “Siapa yang kau panggil Neechan? Aku bukan Neechanmu lagi! Satu lagi, ini rumahku, Aku sudah bilang akan mengambilnya jika kau meninggalkanku!”

Dan satu lagi piring kaca melayang bagaikan boomerang. Tapi kali ini Kay tidak mengelak, ia membiarkan sebuah piring menghantam kepalanya keras diiringi bunyi pecahan kaca. Selang beberapa detik bunyi teriakan menggema dari mulut Matsuri, ia pingsan saat melihat darah mengalir dengan mudahnya dari sela-sela rambut coklat Kay.

Page 147: Beauty Honey

Bab. 43 Sisa bau alkohol merebak membuat Matsuri menyentuh kepalanya

sekali lagi. Entah berapa lama ia tidak sadarkan diri, yang jelas sekarang ia merasakan pusing yang bukan kepalang. Saat membuka mata semuanya mengabur dan membuatnya ingin memejamkan mata lagi dan berbaring lebih lama. Tiba-tiba ia teringat Kay, Bagaimana dengannya? Apa Kay benar-benar kembali? Atau dirinya hanya bermimpi setelah tertidur semalaman? Matsuri berusaha sebisa mungkin bangkit dari sofa tempatnya berbaring dan melihat Kay sedang menyumbat lukanya dengan sebuah Handuk putih yang merah di nodai darah. Matsuri terkesiap, ternyata bukan mimpi.

“Kau sudah bangun?” Desis Kay. “Aku yang terluka, bagaimana bisa kau yang pingsan? Kau membiarkanku melakukan semua ini sendirian!”

Matsuri menggigit bibirnya. Dia bukan seseorang yang selemah itu sehingga bisa pingsan dengan melihat darah. Tadi, tiba-tiba saja kepalanya pusing dan mendadak kedua lututnya lemas. Stress berat dan kelaparan sudah berhasil membuatnya hilang kesadaran. Matsuri menyentuh perutnya yang mengeluarkan bunyi kecil.

“Kau benar-benar lapar?” Kay memandangnya serius. “Aku sudah bilang, kan? Aku sudah tidak makan selama dua hari.

Jadi wajar saja kalau mudah emosi!” “Aku tidak menyangka pada akhirnya tetap akan di lempar piring

oleh istriku! Ku fikir pernikahan kita tidak akan pernah begitu.” “Kau membiarkanku menunggu seharian, Kau fikir aku

bagaimana? Begitu sampai di Tokyo aku harus dirawat selama dua hari di rumah sakit dan harus mengurusi semuanya sendiri. Bagaimana bisa kau masih menganggapku sebagai istrimu? Suami macam apa kau yang sampai hati membiarkan istrinya kelaparan!”

Page 148: Beauty Honey

“Aku mencarimu kemana-mana. Kau tau betapa sulitnya? Aku baru tau kalau kau disini beberapa hari belakangan ini. Tidak ada kamera sama sekali di rumah ini. Aku berbohong hanya untuk menggodamu.” Kay memandangi Matsuri semakin serius. Matsuri terlihat agak kurus, ia baru menyadarinya belakangan ini. “Aku datang hari itu, Hanya saja sudah terlambat. Kau sudah pergi!”

Matsuri mendekat, ia membantu Kay memasang Kain kasa yang sudah di basahi antibiotik di lukanya. Melihat Matsuri dalam jarak yang dekat dengan wajah tirusnya Kay semakin merasa bersalah. Dia tidak pernah meduga kalau Matsuri akan semenderita ini saat berpisah dengannya. Tapi bukankah Matsuri yang pergi? Kay tidak pernah menyukai rencana seminggu bersama Ivea itu.

“Apa kau mulai jatuh cinta padaku?” Kata-kata apa itu? Kay Bahkan tidak menyadari apa yang sudah di ucapkannya.

“Bagaimana dengan Ivea?” Kay mendesah. Matsuri tidak mau menjawab pertanyaannya.

“Kalau saja tidak ingat dengan kata-katamu, malam itu juga aku akan menyusulmu meskipun harus jalan kaki. Tapi aku sudah menyelesaikannya, Aku tinggal disana beberapa hari saja, tidak sampai menghabiskan waktu seminggu.”

“Lalu kalian sudah melakukan apa saja?” “Mana bisa aku melakukan sesuatu kepadanya. Aku tidak pernah

bisa melakukan apapun kepada Ivea karena menyentuhnya seperti menyentuh ibunya dan itu mengingatkan aku pada kenangan buruk! Aku akan mengatakan sebuah rahasia yang hanya aku dan Bian yang tau, Aku pernah dekat dengan Bian lebih dari seorang sahabat. Saat itu hubungan kami benar-benar seperti sepasang kekasih dan Villa itu adalah tempat yang paling sering kami datangi berdua. Tapi setelah aku benar-benar jatuh cinta, dia menolak untuk menyebut hubungan kami sebagai sebuah hubungan percintaan.”

“Astaga, ternyata…” “Kau tidak perlu berekspresi seperti itu!” potong Kay dengan

sebuah penekanan khusus. “itu sudah lama sekali, saat itu adalah tahun-tahu awal kami kuliah. Cerita itu sudah basi.”

“benarkah? Lalu dengan Eve?”

Page 149: Beauty Honey

“Yang pasti aku susah menyelesaikan semua urusanku dengannya. Jadi sekarang aku boleh bilang kalau aku mencintaimu, Neechan?”

Matsuri terpaku, pandangan mereka juga saling beradu beberapa waktu. Tapi saat lengan Kay melingkar di pinggangnya Matsuri menolak dan bangkit lalu melangkah menuju dapur. “Aku mau masak lagi. Untuk hari ini biarkan aku makan sepuasnya. Oke!”

“Neechan! Mengapa tidak ada satupun dari pertanyaanku yang kau jawab? Apa pura-pura tidak tau bisa membuatmu puas?”

“Memang tidak ada yang perlu di jawab. Kenapa masih suka berbasa-basi dengan menanyakan hal-hal yang sudah kau ketahui jawabanya? Satu lagi. Sampai kapan kau akan terus memanggilku Neechan?”

Kali ini Kay tertawa, ia mendekati Matsuri yang berjalan menuju dapur lalu berusaha memeluknya lagi. Hasilnya masih sama, Matsuri menolak dengan menepis tangannya pelan. Dengan penuh konsentrasi ia mengambil bahan-bahan yang tersisa untuk membuat omlet lagi dan lagi-lagi membuat dua porsi seperti biasa. Setelah matang, dua piring Omlet di bawa ke meja makan dan di berikan kepada Kay yang duduk disana dengan perasaan tak menentu.

“Makanlah!” Kay terperangah. “Kau tidak sedang berfikir untuk melemparkan

piring ini lagi kepadaku setelah makanan buatanmu habis, Kan?” “Kau sepertinya juga makan sedikit. Selama bersamaku Kaith

Lavoile Fujisawa tidak pernah sekurus ini. Jika bukan karena memikirkan asupan gizimu, aku akan membuat ramen saja tadi. Jadi makanlah. Aku sudah kenyang, kok! Ini sengaja kumasak untukmu!”

Kay menarik lengan Matsuri sehingga wanita itu duduk di pangkuannya. Matanya terus memandangi Matsuri dengan perasaan kagum yang luar biasa. “Aku hanya bisa makan banyak kalau istriku yang masak. Selama dua minggu berpisah aku sangat kelaparan! Tapi aku tidak ingin makan ini. Honey, aku ingin memakanmu!” Kay berusaha mencium Matsuri dengan mendekatkan wajahnya tapi naas Matsuri memukul lukanya keras-keras hingga Kay berteriak kesakitan.

“Hentikan! Aku sedang tidak ingin melakukan itu sekarang!”

Page 150: Beauty Honey

Bab. 44

Matsuri tampak sibuk menggandeng kedua putri kembarnya menuju ke Chinamons Gallery di pusat kota Tokyo. Kedua anak itu sangat manis, tapi walau bagaimanapun Matsuri tetap saja kewalahan karena harus membawa makan siang untuk Kay dengan perut yang mulai membesar sambil terus menggandeng si kembar. Sorena dan Lenera berontak melepaskan diri dari gandengan ibunya lalu berlarian lebih dulu menuju pintu galeri yang terbuat dari kaca dan masuk kesana tanpa perduli dengan teriakan ibunya.

Kedua anak itu benar-benar sudah membuat ibunya stress seharian ini. Pagi-pagi ketika bangun tidur Sorena dan Lenera sudah menangis karena ayahnya berangkat kerja tanpa membangunkan mereka, lalu sampai siang hari mereka hanya mengatakan “ingin bertemu ayah” tanpa perduli dengan ibunya yang kerepotan membersihkan rumah. Sorena dan Lenera juga akan menangis sekencang-kecangnya setiap kali Matsuri menyuruhnya diam dan pada akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan rumahnya dan membawa kedua anak kembar itu kepada ayahnya.

Matsuri membuka pintu galeri dengan nafas terengah-engah dan langsung masuk ke ruangan pribadi Kay. Ia bisa menghembuskan nafas lega saat melihat kedua anaknya sudah berada dalam pelukan ayahnya. Ada orang lain disana, Ivea Karta yang menyambutnya dengan senyuman da sebuah pelukan sambil bertanya tentang kabarnya. Matsuri membalas pelukannya sesaat lalu meletakkan kotak-kotak makan siang di atas meja dan segera duduk sambil bersandar di sofa. Matsuri masih berusaha mengatur nafasnya dengan tangan memegangi perutnya yang agaknya membuat Matsuri kesulitan bernafas.

Page 151: Beauty Honey

“Kau sangat lelah kelihatannya, Neechan?” Ivea duduk di sebelahnya setelah memberikan sebotol air mineral dari dalam tasnya. “Mungkin karena kau sedang hamil, jadi mudah lelah.”

Matsuri meraih minum yang di tawarkan lalu meneguknya sekali saja. “Seandainya tidak sedang hamil aku juga tetap akan begini. Kau tau bagaimana sulitnya punya kedua anak ini?” Ia meletakkan botol air mineral di atas meja. “Kapan kau sampai?”

“Tadi malam. Jadi aku berkunjung kesini sebentar setelah ini aku harus segera kembali kehotel karena suamiku bisa mengamuk kalau aku ingkar janji. Aku harus makan siang dengannya!”

“Semenjak menikah Nathan sepertinya sangat pemarah!” Kay mulai ikut campur.

“Ayah juga seperti itu. Tidak sadar juga?” kata Matsuri. Ia mulai beraksi memisah-misahkan kota makan siang yang tadi di bawanya di atas meja. Jam makan siang sudah tiba dan Matsuri tidak mau anak-anaknya terlambat makan. “Semua laki-laki tidak akan sebaik pada awal-awal menikah setelah mereka punya anak! Jadi, Eve. Fikir-fikirlah dulu untuk punya banyak anak sepertiku. Nikmati dulu pernikahan kalian selagi masih muda.”

Ivea tertawa lalu mengemasi barang-barangnya. Ia memandangi keluarga bahagia itu dan merasa ada yang kurang. Anak sulung Kay tidak ada. “O, Ya. Linea mana? Makan siang keluarga seperti ini kenapa dia tidak datang?”

“Ibunya memaksa Linea untuk masuk Asrama.” Jawab Kay. “Dan anak itu berangkat ke Osaka dengan senang hati. Seharusnya dia membiarkan Linea sekolah di Tokyo agar dia punya teman untuk bantu-bantu membereskan rumah!”

“Kenapa kau tidak sewa pembantu saja Neechan? Aku juga sangat sibuk dan menyerahkan semua pekerjaan rumah ke pambantu. Atau seorang Nany untuk Sorena dan Lenera juga bisa.”

“Dia tidak mau!” Kay menyerobot setelah Matsuri nyaris saja menjawab. Wanita tu kembali menutup mulutnya dan konsentrasi pada pekerjaannya.

“Kenapa? Semuanya bisa lebih praktis kalau begitu. Punya satu anak kecil saja rumah akan selalu berantakan. Apalagi dua orang, lebih-

Page 152: Beauty Honey

lebih kau sedang hamil sekarang dan sebaiknya berusaha untuk tidak kelelahan!”

Matsuri menghela nafas sejenak untuk memikirkan jawabannya. “Aku ini ibu rumah tangga, meskipun lelah kebahagiaanku ada disana. Kau makan saja dulu disini,biar aku yang menelpon suamimu!”

Ivea menggeleng lalu berdiri dari duduknya. “Aku baru menikah, mana mungkin ku biarkan suamiku makan sendirian. Aku pergi dulu. Sampai jumpa!”

Kay berdiri dan mengantarkan Ivea keluar galeri sambil menggendong kedua putrinya di kiri kanan. Semenjak kedua putri manjanya ini semakin aktif, Kay tidak perlu lagi olahraga di Gym karena Sorena dan Lenera Lavoile Fujisawa cukup banyak menghabiskan energi ayahnya untuk bermain-main dengan mereka. Setelah Ivea pergi, Kay kembali kedalam ruangannya dan memandangi Matsuri dengan sebuah senyum. Ia berharap wanita itu memandangnya. Kening Matsuri berkerut melihat suaminya yang kembali tanpa Sorena dan Lenera dan memandanginya dengan tatapan aneh.

“Mana si kembar?” tanyanya. “Di bawa Eve. Nanti sore di antar ke apartemen.” Jawab Kay lalu

mendekat kepada Matsuri dan merangkulnya. “Duduklah di pangkuan Ayah, Bu!”

“kandungan Ibu sudah hampir enam bulan, pasti sangat berat!” “Bukan masalah, Cepatlah!” Matsuri berpindah ke pangkuan Kay, sesekali ia melirik ke pintu

yang terbuka. “Bagaimana kalau ada yang masuk?” “Semua pegawai sedang makan siang!” Matsuri tersenyum. Ia kemudian memandangi wajah Kay dengan

serius. “Si kembar seharusnya makan dulu baru pergi dengan Eve! Ibu sudah menyiapkan makanan mereka!”

“Mereka di iming-imingi es krim! Jadi mana bisa menolak. Sudahlah, bukan masalah! Mereka sudah sering pergi dengan Eve. Sekarang saatnya kita berdua. Sudah lama sekali kita tidak berbulan madu, ayah sangat merindukan Ibu tersayang!”

“Astaga. Ayah masih bisa bergairah dengan perut yang besar seperti ini?"

Page 153: Beauty Honey

Kay mengangguk mesra. “Tentu saja. Ibu malah semakin seksi dengan perut besar itu! Kita lakukan saja sekarang, mumpung Galeri kosong.”

Matsuri tertawa terbahak-bahak lalu berusaha menenangkan diri dan memegangi perutnya. “Baiklah, tapi hanya sekali karena ibu harus makan siang. Anakmu di dalam pasti sangat kelaparan. Aku juga harus segera pergi karena ada janji dengan Kent soal pekerjaannya yang baru itu!”

“Janji dengan Kent di undur sampai sore saja, Ini usaha untuk memperlancar persalinan. Mudah-mudahan bisa kembar lagi ya? Kali ini laki-laki!”

“Mana mungkin. ibu rasa perempuan lagi. Bian bilang dulu Ayah seorang Playboy, jadi terima saja kalau semua anak Ayah perempuan. Karma itu berlaku, sayang! Jadi berhentilah berfikir untuk terus menambah anak karena Ayah akan kesulitan menjaga semua anak perempuan kita!”

Page 154: Beauty Honey

Whisper Seharusnya Kay sudah berada di pesawat menuju ke Indonesia, tapi hari

ini harus di undur karena mendapat telpon dari sekolah Sachi kalau anak itu kolaps lagi. Sachi bukan orang yang lemah, pingsan bukan kegiatan rutin meskipun ia selalu membawa obat kemana-mana. Pasti sudah terjadi sesuatu sehingga adik bungsunya itu sampai tidak sadarkan diri, tadi gurunya bilang kalau Sachi di temukan dalam keadaan pingsan di kelas. Malam-malam begini? Apa saja yang di lakukan oleh gurunya sehingga seorang siswa lepas dari pengawasan? Siapa namanya? Matsuri Tokeino. Kay menghela nafas berat sambil terus berusaha meelpon Yoshiki yang entah sudah sampai mana.

“Moshi-moshi?” Suara itu, akhirnya Yoshi mengangkat telponnya juga. “Aku sebentar lagi sampai, sekarang masih di taksi. Kau sudah sampai dimana?”

“Aku baru masuk ke lingkungan Asrama.” “Sachi mungkin di Klinik sekolah, Yang menelponmu tadi siapa?” “Seorang guru, perempuan, namanya Matsuri Tokeino. Katanya

pengawas asrama. Lalu apa saja kerjanya sehingga Sachi bisa di temukan dalam keadaan pingsan malam-malam begini?”

“Nanti kalau sudah bertemu dengan gurunya baru marah-marah. Percuma kalau marah kepadaku karena aku juga tidak tau masalahnya. Eh, Ya. Aku sudah sampai, telponnya ku tutup dulu!”

Kay segera menyelipkan ponsel itu kembali ke sakunya dan terus menyelusuri koridor untuk menemukan Sachi Fujisawa. Baru pindah ke Indonesia membuat Kay harus menjalani banyak penyesuaian yang rumit, semua itu sudah menjadi fikirannya selama setahun belakangan dan kejadian ini menambah beban fikirannya lagi. Langkah demi langkah terus melaju menuju klinik sekolah, satu-satunya ruangan yang jendelanya menyala di luar gedung asrama. Ruangan itu ada di ujung koridor, Kay bisa melihat dua orang

Page 155: Beauty Honey

anak laki-laki berada di depan klinik sana. Salah satu di antaranya pernah Kay lihat, tapi dia tidak ingat dimana. Begitu sampai di depan mereka Kay segera menyapa kedua pemuda itu dengan ekspresi cemas.

“Sachi dimana?” “Ada di dalam!” Salah satu di antara kedua pemuda itu menjawab. Kay

bisa mengingat pemuda ini, Teman Sachi yang sering datang ke apartemen saat libur sekolah. Namanya Natsuki. “Dia sedang tidur, tapi Sensei menunggu Nichan di dalam!”

Kay menepuk lengan Natsuki dan menunduk kepada temannya yang seorang lagi sambil mengucapkan terimakasih lalu bergegas masuk kedalam klinik. Sebuah tirai berwarna biru langit tersampir rapat dan Kay menduga kalau Sachi mungkin ada disana. Ia memandangi seantero ruangan mencari seseorang yang bernama Matsuri Tokeino, tapi tidak ada siapapun di sana. Kay menyibak tirai yang berada di hadapannya dan akhirnya ia melihat Sachi Fujisawa tertidur dengan nyenyak. Seorang perempuan berkacamata dengan piama dan sweater berwarnya kuningnya duduk bersandar di sebuah kursi, dia juga tertidur. Matsuri Tokeino. Hidungnya memerah menandakan kalau dirinya sedang terjangkit flu, wajahnya yang agak pucat juga semakin menambah keyakinan Kay kalau Matsuri Tokeino sedang tidak sehat.

Tangan Kay terjulur, berusaha untuk membangunkan wanita itu dengan kinestetik. Tapi ia mengurungkan niatnya karena mengganggu orang yang sedang sakit adalah sesuatu yang tidak di sukainya. Apalagi flu adalah penyakit menular dan dia sama sekali tidak suka jika harus tertular flu dari wanita itu.

Matsuri Tokeino bergerak saat kaki Kay menyenyentuh kakinya secara tidak sengaja. Wanita itu membuka matanya dan memandangi Kay lama. Setelah kesadarannya benar-benar pulih, ia bangkit dari kursinya dan membungkukkan tubuhnya hormat kepada Kay sambil mengucapkan salam. Kata-katanya sangat teratur dan tegas.

“Anda wali Sachi yang saya telpon tadi?” Kay mengangguk. Ia melupakan rencananya untuk marah-marah.

“Bagaimana keadaan Sachi?” “Hanya demam biasa. Tapi bukan hanya demamnya yang jadi masalah.

Natsuki dan Ken menemukan Sachi di sekolah dalam keadaan basah. Mereka bilang, sachi menelpon mereka dan mengatakan kalau dia lupa jalan kembali ke asrama. Sepertinya Alzheimernya semakin parah.”

Page 156: Beauty Honey

Kay tidak bisa mengatakan apa-apa. Selama ini dirinya tidak begitu mengikuti perkembangan Sachi lagi, semenjak tinggal di Indonesia Kay hanya berfikir tentang kerja dan kerja sehingga dirinya sama sekali tidak tau sudah seberapa parah penyakit Sachi yang satu itu.

“Di bawa pulang saja bisa?” tiba-tiba Yoshiki menyela. Kay bahkan tidak menyadari kapan Yoshi datang dan berdiri di dekatnya.

Ia begitu terpesona pada hal-hal yang sama sekali tidak di ketahui. Pandangan Kay sekali lagi menoleh kepada Matsuri, wanita itu terus berbicara dengan Yoshi sambil tersenyum beberapa kali. Kelihatannya dia dan Yoshi sudah sangat saling mengenal sehingga kenyamanan seperti itu bisa di lihat dengan jelas. Berbeda dengan perilaku dan kata-kata resmi yang di ucapkannya saat berbicara dengan Kay.

“Kalau begitu tunggu disini dulu, akan saya urus izinnya!” Suara Matsuri Tokeino yang tegas terdengar lagi.

Dengan gerakan yang tangkas Matsuri memanggil Natsuki dan Kay dapat mendengar kalau wanita itu memarahi Natsuki karena memanggilnya Neechan di sekolah. Kay mengerjapkan mata beberapa kali. Ia baru mengingat kalau Matsuri dan Natsuki memiliki nama keluarga yang sama; Tokeino. Tapi Matsuri tidak se-charming Natsuki. Natsuki adalah pemuda yang penuh gaya dan mengecat rambutnya dengan warna-warna cerah yang selalu berganti setiap tahun ajaran baru. Belum lagi Hadphone yang melingkari lehernya menandakan kalau anak itu sangat Update soal mode meskipun terkurung di dalam asrama. Tubuh tegap hasil olahraga ketat juga menambah nilai menarik pada diri Natsuki yang membuatnya terlihat semakin tampan. Sedangkan Matsuri yang berdiri kokoh dengan tegasnya berpenampilan sangat biasa, dengan kacamata dan rambut lurus yang di jepit alakadarnya, ia bertindak penuh wibawa. Tubuhnya sangat padat cendrung gemuk, mungkin kegiatan di asrama membuatnya tidak suka berolah raga. Meskipun wajahnya dan Natsuki sangat mirip, Matsuri cendrung menggambarkan kalau dirinya adalah seorang kutu buku.

“Ehmm!” Yoshi berdehem keras. Kay langsung menoleh dan memandangi Yoshi yang juga

memandanginya curiga. “Ada apa?” “Kau sedang melihat apa?” “Tidak ada, Aku tidak melihat apa-apa!”

Page 157: Beauty Honey

Yoshi mengangguk-angguk kecil, tapi Kay tau kalau dia tidak percaya. Yoshi melirik kearah pintu dan Kay juga melakukan hal yang sama. Matsuri sudah tidak ada disana entah sejak kapan.

“Makanya aku heran, disana tidak ada apa-apa tapi kenapa terus melihat kesana?” Lanjut Yoshi. Pandangannya mendesak Kay untuk menyerah dan itu selalu jadi senjatanya. “Kau tidak sedang jatuh cinta…”

“Tidak!” potong Kay tegas. “Aku cuma memperhatikannya karena dia sedikit, yah berbeda!”

Yoshi tersenyum. “Tentu saja dia berbeda. Dia hidup di lingkungan seperti apa dan dirimu seperti apa? Dilingkungannya sangat banyak perempuan baik-baik seperti dia sedangkan di lingkunganmu sangat sulit menemukan orang yang seperti Matsuri. Alangkah baiknya kalau suatu saat kau menikah dengan wanita seperti dia.”

“Dia terlalu dewasa untukku! Mungkin usianya sebaya denganmu, mana mungkin menikah denganku.”

“Dia seumuran denganmu, Kay! Sarjana Pendidikan di Todai dan mendapat nilai cumlaude. Begitu masuk ke sekolah ini langsung di daulat sebagai guru berprestasi. Tegas, tapi terpavorit karena sebelumnya di sekolah ini guru muda sama sekali tidak ada. Lagi pula aku tidak mengatakan kalau kau menikah dengan dia, tapi menikah dengan yang seperti dia. Coba perhatikan kata seperti yang ku ucapkan tadi, ya!”

Kay menelan ludah. Entah mengapa ia merasa kalau Yoshi sudah berhasil mengorek perasaannya yang Kay sendiri tidak ketahui. Kata-katanya selalu bisa mendesak dengan baik dan dia sangat cocok menjadi seorang pengacara. Kay memandangi Jam tangannya, Lebih baik ia menunggu di mobil yang di sewanya untuk menghindari terror dari Yoshiki lebih lanjut.

“Aku keluar saja. Nanti Sachi bawa ke mobilku. Aku bawa mobil sewaan!” Yoshi mengangguk masih dengan senyumnya yang seolah-olah

mengetahui kalau dirinya sedang menghindar. Kay keluar dari klinik dengan langkah cepat menyusuri koridor yang tidak begitu gelap. Keadaan seperti ini membuat sekolah yang sepi menjadi kelihatan sangat menyeramkan karena pendaran cahaya yang terlihat seperti lilin mendekatinya dengan langkah yang sama cepatnya. Tanpa sadar Kay menabrak sesuatu, sebuah suara mengaduh kecil mengganggu konsentrasinya dan Kay segera memperhatikan lilin yang terguling. Beruntung benda itu masih menyala. Kay berusah meraih lilin itu dan mengembalikannya ke dalam tabung plastik berbentuk mangkok yang

Page 158: Beauty Honey

sudah berisi lelehan lilin lalu menerangi seseorang. Matsuri Tokeino masih terpaku di lantai sambil meraba-raba mencari kacamatanya. Kay melihat wajahnya yang di terangi cahaya lilin aromatherapi yang beraroma mawar. Suasana mengerikan berubah seketika dan sangat drastis. Kay terkesima saat wajahnya dan Matsuri Tokeino begitu dekat. Ia terlena selama dua tarikan nafas lalu kembali terbangun dan mengambil kacamata Matsuri yang berada di dekat tembok. Matsuri mengambilnya dan berterima kasih.

“Apa kau benar-benar tidak bisa melihat tanpa itu Sensei?” tanya Kay setelah keduanya berdiri.

“Tidak juga. Hanya saja dengan kacamata lebih jelas. Tapi mataku tidak begitu parah. Anda mau kemana? Sudah mau pulang?”

“Saya menunggu di mobil saja! Yoshi masih di klinik!” “Kalau begitu saya ke klinik dulu, permisi!” Matsuri tersenyum. Tanpa sadar Kay menarik lengannya, Spontan dan tiba-tiba. Kay sama

sekali tidak mengerti apa yang terjadi padanya. Saat melihat tatapan heran Matsuri, ia melepaskan tangannya dan berusha mencari penjelasan yag tepat atas perilakuny.a “Sensei, kau lebih cantik tanpa kacamata!” Kay menggigit lidahnya kuat. Kenapa yang keluar dari mulutnya selalu kata-kata penuh godaan seperti itu?

“Kalau anda mengatakan itu maka saya pikir saya akan selalu mengenakannya!” wanita itu menjawab dengan pandangan tidak suka lalu berbalik dan melangkah semakin menjauh.

Kay berusaha mengumpulkan indranya kembali lalu berhenti memandangi Matsuri lagi. Melihat wanita itu membuatnya merasa seolah-olah wanita itu adalah orang yang sangat di kenalnya. Mungkin wanita itu akan sering di temuinya di masa depan, kita selalu merasa akrab dengan orang-orang yang ada di masa depan kita pada saat bertemu mereka untuk yang pertama kali, Kan? Entahlah, yang pasti Kay harus segera pulang dan minum obat, berada dalam jarak yang dekat dengan Matsuri Tokeino bisa saja membuatnya terserang flu besok pagi.