case cliff morbilli
DESCRIPTION
Morbilli case koasTRANSCRIPT
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN
Nama : Cliff Clarence Haliman TandaTangan
NIM : 11-2014-145
Dokter Pembimbing : dr.Mustari M,Sp A
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R.Y
Umur : 4 Tahun 10 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl Haji Mading RT07 RW02
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 26 Juli 2015
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Tn. S Nama Ibu : Ny. H
Umur : 38 tahun Umur : 27 tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : Karyawan swasta Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan orang tua : Anak kandung
2
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu pasien tanggal 26 Juli 2015
Keluhan utama : Demam Tinggi
Keluhan tambahan : batuk, pilek, timbul ruam.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD Tarakan dengan keluhan demam tinggi sejak 6 hari SMRS yang
dirasakan terus menerus. Pasien juga mengeluh timbulnya ruam pada seluruh tubuh disertai
batuk berdahak bening dan pilek berlendir bening. Selain itu pasien juga mengeluh matanya
merah dan ketika pagi, mata sulit dibuka.
Satu hari SMRS, OS mengeluh demam tinggi dan ruam mulai menjalar ke seluruh tubuh
disertai keluhan batuk berdahak putih, pilek berdahak putih, mata merah bersekret putih yang
dirasakan tidak ada perbaikan.
Dua hari SMRS, pasien mengatakan mulai timbul ruam kemerahan pada wajah disertai
demam yang tinggi, kedua mata merah, batuk, dan pilek dengan lendir berwarna bening.
Riwayat diare dan sulit BAB disangkal oleh pasien.
Tiga hari SMRS, pasien mengeluh demam tinggi disertai dengan mata merah yang
mengeluarkan lendir bening dan keluhan batuk disertai pilek dengan lendir bening dirasakan
makin parah daripada sebelumnya. Riwayat diare, sulit BAB dan sesak nafas disangkal oleh
pasien.
Empat hari SMRS, demam sempat turun akibat pemberian parasetamol kembali dan naik
menjadi tinggi kembali. Pasien juga mengeluh batuk disertai pilek dengan lendir berwarna
putih dan kedua mata mulai merah yang dirasakan banyak mengeluarkan lendir berwarna
bening kekuningan dan sulit dibuka ketika pagi hari. Diare dan sulit BAB disangkal oleh
pasien.
Lima hari SMRS, demam tetap dirasakan tinggi dan batuk semakin sering. Pasien juga
mengeluh pilek dan lendir berwarna putih. Diare dan sulit BAB disangkal oleh pasien.
3
Enam hari SMRS, pasien mulai mengeluh demam yang dirasakan terus menerus dan turun
jika diberikan obat parasetamol. Demam dirasakan naik kembali setelah beberapa jam
kemudian. Pasien juga mengeluh batuk dan pilek dengan lendir bening. Diare dan sulit BAB
disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.
Pasien sempat menjalani pengobatan untuk flek paru selama 6 bulan pada usia 3 tahun.
Riwayat kejang disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Di rumah pasien dan lingkungan sekitarnya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang
pasien derita.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
Perawatan antenatal : Teratur
Tempat kelahiran : Rumah Sakit
Ditolong oleh : Dokter
Cara persalinan : Sectio caesarian
Penyakit kehamilan : oligohidramnion
Masa gestasi : Cukup bulan
Berat badan lahir : 3200 gram
Panjang badan lahir : 50cm
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Langsung menangis : Langsung menangis
Kesan: Neonatus cukup bulan dan sesuai masa kehamilan
4
Corak Reproduksi:
Pasien anak ke 1 dari 2 bersaudara.
Riwayat Nutrisi
Data diambil sesuai pernyataan Ayah Pasien.
Usia 0 sampai 6 bulan: ASI ekslusif, ASI sehari sekitar 6 kali pada 4 bulan pertama. Pada
bulan ke 5 dan ke 6, menurut ayah OS, sekitar 8 kali meminum ASI.
Usia 6 bulan - 12 bulan: ASI, SF dan MP-ASI. Menggunakan makanan pendamping berupa
bubur susu, bubur wortel atau bayam, sisiran daging ayam atau hati ayam yang dilumatkan,
dan biskuit yang dilumatkan dengan susu. Dalam sehari makan 2-3 kali sebanyak ±150 ml
per kali makan. Dalam sehari pasien bisa minta cemilan biskuit 3-5 kali atau diberi pisang
atau pepaya yang dilumatkan. Biasa diberikan ASI atau SF jika pada malam hari OS masih
menangis.
Usia 1 tahun- sampai sekarang: OS makan makanan yang sama dengan orang tuanya. OS
mulai makan nasi dengan lauk pauk dan masih minum susu formula sampai 1,5 tahun.
Setelah itu OS hanya makan nasi dengan lauk pauk.
Kesan: ASI ekslusif. Tidak ada keterlambatan pemberian makanan padat dan jumlah
makanan adekuat. Selama sakit, tidak terdapat penurunan asupan sehari-hari.
Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengaku bahwa pasien telah mendapat imunisasi lengkap di puskesmas tetapi
tidak mengingat kapan saja pasien mendapat imunisasi.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama : 12 bulan
Psikomotor
5
- Tengkurap : 4 bulan - Berjalan : 15 bulan
- Duduk : 7 bulan
- Merangkak : 7 bulan - Berbicara : 12 bulan
- Berdiri : 9 bulan
Kesan: Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 24 Mei 2014
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
Status Gizi
BB: 14 kg BB koreksi: 22 kg
PB: 98 cm
BB/U : (0) – (-2)
TB/U : (-2) – (-3)
BB/TB : (0) – (-1)
BMI : 14.6 (0) – (-1)
Kesan: Gizi baik
Tanda vital : - Tekanan darah : 90/60 mmHg
- Nadi : 122 x / menit
- Suhu : 38.2 0C
- Pernapasan : 32 x / menit
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata, tidak mudah
dicabut
6
Mata : Pupil bulat isokor, injeksi konjungtiva +/+ Sekret bening
+/+, CA -/-, SI -/-
Telinga : Normotia, serumen (-), Membran timpani intak
Hidung :Tidak ada deviasi septum, sekret bening+/+,mukosa
hiperemis (+), konkha edema +/+
Mulut dan tenggorokan : sianosis(-), tidak pucat, agak kering, Lidah tidak kotor,
tremor (-) , Tonsil T1 / T1, faring tidak hiperemis
Leher : Trakea terletak di tengah, KGB tidak teraba membesar, kel.
tiroid tidak teraba membesar
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk thorax simetris pada keadaan statis-dinamis, bentuk
dada (N), retraksi sela iga (-)
Palpasi : vokal fremitus kanan kiri sama
Perkusi : sonor di kedua hemithoraks
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V linea midclavicula kiri
Perkusi :
Batas kanan : sela iga V linea sternalis kanan
Batas kiri : sela iga V,1cm sebelah media linea midklavikula kiri.
Batas atas: sela iga II linea parasternal kiri.
Auskultasi :BJ I-II reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen : Datar, supel, tidak ada pembesaran hati dan limpa, timpani,bising
usus(+) normal, nyeri tekan epigastrium(-) asites minimal (-)
Ekstremitas : akral hangat, udem (-) , CRT<2”
7
Kulit : ruam makulopapular (+) , pucat (-), sianosis (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 24 Juli 2015:
Hematologi: Elektrolit
- Hemoglobin : 13.3 g / dl Na : 130
- Hematokrit : 35.1 % K : 4.9
- Eritrosit : 4.89 juta / uL Cl : 97
- Leukosit : 11800/ mm3 Gula darah
- Trombosit : 57200 / mm3 GDS: 99mg/dl
V. RE SUME
Anak perempuan berusia 4 tahun masuk RS karena demam tinggi sejak 6 hari SMRS.
Demam dirasakan terus menerus disertai batuk dan pilek dengan lendir bening. Anak tersebut
mengeluh juga kedua mata menjadi merah disertai lendir bening yang membuat ketika
bangun tidur, kedua mata sulit di buka sejak 4 hari SMRS. Batuk dan pilek dirasakan lebih
parah tetapi sesak disangkal. Dua hari SMRS timbul ruam pada wajah yang menjalar ke
badan dan 1 hari SMRS menjalar ke seluruh tubuh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Suhu
38.2 0C, injeksi konjungtiva +/+, Sekret mata +/+, sekret hidung +/+ jernih ,mukosa
hiperemis (+), konkha edema +/+, ruam makulopapular(+) pada seluruh tubuh. Dari
pemeriksaan lab didapatkan trombosit 57.200/mm3
VI. DIAGNOSIS KERJA
- Morbili dengan infeksi sekunder DHF
VII. DIAGNOSA BANDING
- Scarlet fever
8
- Demam typhoid
- Kawasaki disease
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
- IgM Dengue
- Tubex
- Ulang H2TL
IX. PENATALAKSANAAN
- KaEn 1 B 14tpm
- Panmol 3x 1 ½ cth
X. PROGNOSIS
Ad Vitam: Dubia ad Bonam
Ad Fungsionam: Dubia ad Bonam
Ad Sanationam: Dubia ad Bonam
XI. FOLLOW UP
26 Juli 2015
S: Demam sejak 1 minggu yang lalu. Demam dirasakan hilang timbul dan menurun jika
meminum paracetamol yang meningkat lagi dalam beberapa jam kemudian. Selain itu
dirasakan timbul ruam sejak 2 hari yang lalu yang berawal dari dahi menjalar sampai muka
leher dan perut. Ruam dirasakan tidak gatal maupun nyeri. Selain itu terdapat keluhan batuk
berdahak berwarna putih, pilek berlendir bening dan encer serta dirasakan lemas, pusing.
O: KU: tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
HR: 92x/menit RR:26x/menit Suhu: 39,3oC TD:100/60mmHg
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata, tidak mudah dicabut
Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis-/-, injeksi konjungtiva +/+
Telinga : Normotia, serumen (-), Membran timpani intak
Hidung : Sekret bening+/+,mukosa hiperemis (+), konkha edema +/+
Mulut : sianosis(-), tidak pucat, agak kering, Lidah tidak kotor, tremor (-) , Tonsil T1 / T1,
faring tidak hiperemis
9
Leher : Retraksi suprasternal(-), KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba
membesar
Dada :
Inspeksi : Bentuk thorax simetris pada keadaan statis-dinamis, bentuk
dada (N), retraksi sela iga (-)
Palpasi : vokal fremitus kanan kiri sama
Perkusi : sonor di kedua hemithoraks
Pulmo : Suara nafas vesicular, ronkhi-/- wheezing-/-
Cor : Bunyi jantung I-II murni regular, murmur(-), gallop(-)
Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ektremitas : akral hangat, CRT<2”
Kulit : ruam makulopapular (+) , pucat (-), sianosis (-)
Lab :
Hematologi : Elektrolit
- Hemoglobin : 13,3 g / dl Na :130
- Hematokrit : 35,1 % K :4,9
- Eritrosit : 4,89 juta / uL Cl :97
- Leukosit : 11.800/ mm3 Gula darah
- Trombosit : 57.200 / mm3 GDS: 99mg/dl
A: Morbili dengan Infeksi Sekunder
P: IVFD KAEN 1B maintenance 14tpm
Paracetamol syrup 3x1 ½ cth
Hitung jenis dan pemeriksaan darah lengkap
27 Juli 2015
10
S: Demam dirasakan tetap tinggi. Selain itu timbul keluhan sakit menelan disertai sariawan pada
bibir sehingga anak tidak mau makan. Pasien juga mengeluh mencret sebanyak 5 kali yang
tidak berampas, lendir (-) dan darah (–).
O: KU: tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
HR: 102x/menit RR: 23x/menit Suhu: 38,3oC TD: 100/60mmHg
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata, tidak mudah dicabut
Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis-/-, injeksi konjungtiva +/+
Telinga : Normotia, serumen (-), Membran timpani intak
Hidung : Sekret bening+/+,mukosa hiperemis (+), konkha edema +/+
Mulut : sianosis(-), tidak pucat, agak kering, Lidah tidak kotor, terdapat 2 ulkus berukuran
+- 1mm di bibir bagian bawah, tremor (-) , Tonsil T1 / T1, faring tidak hiperemis
Leher : Retraksi suprasternal(-), KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba
membesar
Dada :
Inspeksi : Bentuk thorax simetris pada keadaan statis-dinamis, bentuk
dada (N), retraksi sela iga (-)
Palpasi : vokal fremitus kanan kiri sama
Perkusi : sonor di kedua hemithoraks
Pulmo : Suara nafas vesicular, ronkhi-/- wheezing-/-
Cor : Bunyi jantung I-II murni regular, murmur(-), gallop(-)
Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ektremitas : akral hangat, CRT<2”
Kulit : ruam makulopapular (+) , pucat (-), sianosis (-)
Lab :
Hematologi :
- Hemoglobin : 12,8 g / dl
- Hematokrit : 34,4 %
11
- Eritrosit : 4,74 juta / uL
- Leukosit : 5300/ mm3
- Trombosit : 221000 / mm3
A: Morbili dengan infeksi sekunder
P: IVFD KAEN 1B maintenance 14tpm
Paracetamol syrup 4x1 ½ cth
Zinkid 2x 1 sachet
Cinam(ampicillin+sulbactam) 3x 250mg
Pulv batuk&pilek(amboxol+rinofed+triamcort+bricasma) 3x1 pulv
Periksa H2TL 12 jam kemudian, serologi IgM dengue dan tubex.
28 Juli 2015
S: Demam dirasakan tetap tinggi. Keluhan sakit menelan dan sariawan di mulut sudah lebih baik
dan tidak mencret. Ruam menjalar ke seluruh tubuh.
O: KU: tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
HR: 112x/menit RR: 25x/menit Suhu: 38,0oC TD: 100/60mmHg
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata, tidak mudah dicabut
Mata : Sklera ikterik -/- konjungtiva anemis-/- injeksi konjungtiva +/+
Telinga : Normotia, serumen (-), Membran timpani intak
Hidung : Sekret bening+/+, mukosa hiperemis (+), konkha edema +/+
Mulut : sianosis(-), tidak pucat, agak kering, Lidah tidak kotor, terdapat 2 ulkus berukuran
+- 1mm di bibir bagian bawah, tremor (-) , Tonsil T1 / T1, faring tidak hiperemis
Leher : Retraksi suprasternal(-), KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba
membesar
Dada :
Inspeksi : Bentuk thorax simetris pada keadaan statis-dinamis, bentuk
dada (N), retraksi sela iga (-)
Palpasi : vokal fremitus kanan kiri sama
Perkusi : sonor di kedua hemithoraks
12
Pulmo : Suara nafas vesicular, ronkhi-/- wheezing-/-
Cor : Bunyi jantung I-II murni regular, murmur(-), gallop(-)
Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ektremitas : akral hangat, CRT<2”
Kulit : ruam makulopapular (+) , pucat (-), sianosis (-)
Lab :
Hematologi : Imunoserologi:
- Hemoglobin : 11,7 g / dl - anti Salmonela IgM:+4
- Hematokrit : 34,1 % - dengue IgG: negatif
- Eritrosit : 4,40 juta / uL - dengue IgM: negatif
- Leukosit : 5137/ mm3
- Trombosit : 198100 / mm3
A: Morbili
P: IVFD KAEN 1B maintenance 14tpm
Paracetamol syrup 4x1 ½ cth
Zinkid 2x 1 sachet
Cinam(ampicillin+sulbactam) 3x 250mg
Pulv batuk&pilek(amboxol+rinofed+triamcort+bricasma) 3x1 pulv
Vitamin A 20.000 IU
29 Juli 2015
S: pasien sudah tidak demam dan tidak pilek. BAB menjadi padat, sehari satu kali dan nyeri
menelan sudah berkurang. Keluhan lemas masih dirasakan oleh pasien.
O: KU: tampak sakit ringan Kesadaran: Co mpos mentis
HR: 102x/menit RR: 23x/menit Suhu: 37,1oC TD: 100/60mmHg
13
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata, tidak mudah dicabut
Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis-/-, injeksi konjungtiva -/-
Telinga : Normotia, serumen (-), Membran timpani intak
Hidung : Sekret bening-/-,mukosa hiperemis (+), konkha edema -/-
Mulut : sianosis(-), tidak pucat, agak kering, Lidah tidak kotor, terdapat 1 ulkus berukuran
> 1mm di bibir bagian bawah, tremor (-) , Tonsil T1 / T1, faring tidak hiperemis
Leher : Retraksi suprasternal(-), KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba
membesar
Dada :
Inspeksi : Bentuk thorax simetris pada keadaan statis-dinamis, bentuk
dada (N), retraksi sela iga (-)
Palpasi : vokal fremitus kanan kiri sama
Perkusi : sonor di kedua hemithoraks
Pulmo : Suara nafas vesicular, ronkhi-/- wheezing-/-
Cor : Bunyi jantung I-II murni regular, murmur(-), gallop(-)
Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ektremitas : akral hangat, CRT<2”
Kulit : ruam makulopapular (+) mengering , pucat (-), sianosis (-)
Lab : -
A: Morbili
P: Paracetamol syrup 4x1 ½ cth
Zinkid 2x 1 sachet
Cinam(ampicillin+sulbactam) 3x 250mg
Pulv batuk&pilek(amboxol+rinofed+triamcort+bricasma) 3x1 pulv
14
XII. PEMBAHASAN KASUS
Campak/ Morbili
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular disebabkan oleh infeksi virus yang
umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis yang khas yaitu terdiri dari 3
stadium yang masing masing memiliki ciri khusus seperti:1-4
(I). stadium masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari.2
(II). Stadium prodromal dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enantem
pada mukosa pipi (koplik spot), faring dan peradangan mukoaa konjungtiva.2
(III). Stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar ke muka,
badan, lengan dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu badan yang meningkat,
selanjutnya menjadi hitam dan mengelupas.2
Manifestasi klinis dan diagnosis
Diagnosis campak biasanya dapat dibuat berdasarkan kelompok gejala klinis yang sangat
berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam beberapa
hari diikuti dengan timbulnya ruam yang memiliki ciri khas, yaitu dimulai dari belakang
telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh dan selanjutnya mengalami hiperpigmentasi
dan mengelupas. Pada stadium prodromal dapat ditemukan enantema di mukosa pipi yang
merupakan tanda patognomonis pada campak (koplik spot).1-5
Campak sendiri di bagi menjadi 3 yaitu fase inkubasi, fase prodromal yang ditandai dengan
koplik spot dan gejala ringan serta fase akhir dimana terdapat rash dengan panas tinggi. Fase
inkubasi biasanya 10-12 hari sebelum prodromal dan sampai 2-4 hari rash muncul. Suhu tubuh
biasanya naik sedikit pada 9-10 hari dan hilang dalam 24 jam kemudian. Pada fase inkubasi
ini pasien sudah dapat menularkan.1
Fase prodromal biasanya berlangsung 3-5 hari dan dengan karakteristik demam yang tidak
terlalu tinggi, batuk kering, koriza, dan konjungtivitis yang diawali dengan kehadiran koplik
spot, yaitu proliferasi sel endotelia dengan eksudat serosa pada mukosa pipi. Koplik spot
sendiri berwarna putih kebiruan dan terkadang berdarah.1
Ketika ruam akan muncul, demam tiba tiba meningkat dapat mencapai 40oC disertai batuk
dan koriza yang bertambah parah. Ruam akan menyebar mencapai tungkai dalam 2 hari diikuti
dengan demam yang menurun mencapai normal. Ruam merupakan makula yang berasal dari
sekitar leher dan menjalar sampai wajah dan badan.1
Ruam pada campak sendiri akan menghilang sesuai dengan awal munculnya ruam. Ketika
akan menghilang, ruam akan menghitam dan mengering lalu hilang dengan sempurna.2
Kelenjar limfe dapat ditemukan membesar pada sekitar bawah mandibular, dan pada
beberapa anak dapat ditemukan splenomegali. Pembesaran limfe mesenterik dapat
menyebabkan anak mengeluh nyeri pada perutnya dan dapat menyebabkan gejala apendisitis.1
15
Meskipun demikian, menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak
semua kasus manifestasinya sama jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengidap gizi kurang,
ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau bahkan pasien sudah meninggal sebelum
ruam timbul. Pada kasus gizi kurang juga dapat terjadi diare yang berkelanjutan,2
Jadi dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakan secara klinis, sedangkan
pemeriksaan penunjang sekedar membantu, seperti pada pemeriksaan sitologis ditemukan sel
raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi, dan pada pemeriksaan serologi didapatkan IgM
spesifik. Campak yang bermanifestasi tidak khas disebut campak atipikal.2
Pada kasus didapatkan demam sejak 6 hari SMRS dan dirasakan tinggi disertai batuk dan
koriza berlendir bening, hal ini sesuai dengan teori hanya saja pada kasus didapatkan batuk
yang juga mengeluarkan dahak tetapi sedikit hal ini disebabkan karena pasien lebih sering
menarik lendir dan menelannya. Konjungtivitis didapatkan pada 4 hari SMRS, yang menurut
teori didapatkan biasanya bersamaan dengan batuk dan koriza karena mata memiliki mukosa,
dimana virus campak sendiri menyerang mukosa dari manusia. Hal ini disebabkan menurut
penuturan orang tua pasien, tidak memperhatikan adanya mata yang memerah bilateral.
Sebelum timbul ruam, gejala konjungtivitis dan batuk serta koriza didapatkan lebih parah dari
sebelumnya dan mulai timbul rash seperti yang digambarkan pada hari ke 3 SMRS dan hari ke
2 SMRS.1
Anamnesis
- Adanya demam tinggi terus menerus 38,5oC atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan,
mata merah dan silau bila terkena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare.3,4
- Pada hari 4-5 demam timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi
dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam.3,4
- Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga anak mengalami sesak
napas atau dehidrasi. Adanya kulit kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi) dapat
merupakan tanda penyembuhan3,4
Pemeriksaan Fisik
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium:1-5
- Stadium prodromal: berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang diikuti dengan
batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda
patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak koplik
- Stadium erupsi: ditandai dengan timbulnya ruam maculopapular yang bertahan selama 5-
6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar
ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstremitas.
16
- Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang
sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan
menghilang setelah 1-2 minggu.
Pada kasus, pasien mengeluh demam yang diiringi dengan batuk dan pilek dengan sputum
bening selama 4 hari sebelum ruam timbul. Gejala ini merupakan stadium prodromal. Hanya
mata merah dikeluhkan tidak bersamaan dengan timbulnya demam seperti pada teori. Hal ini
disebabkan karena orang tua pasien tidak memperhatikan mata pasien sehingga terdapat
ketidak tahuan gejala. Setelah itu, 2 hari SMRS merupakan pertama kalinya timbul ruam yang
menandakan stadium erupsi. Ruam timbul mulai dari belakang kepala yang menjalar keesokan
harinya ke wajah, leher dan ekstremitas sesuai dengan teori. Stadium penyembuhan sendiri
timbul 3 hari setelah erupsi seluruh tubuh. Lesi tidak gatal sehingga sesuai dengan teori yang
didapatkan. Lesi juga hilang mengering sesuai dengan lokasi pertama timbul.1-3
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan pengukuran suhu 38,2oC dan keesokan harinya
mencapai 39oC yang menandakan infeksi dengan keluhan batuk, koriza dan konjungtivitis
yang diikuti ruam ini adalah Morbili. Gejala yang timbul sangan mirip dengan teori yang ada.
Akan tetapi, kelenjar limfe submandibular dan pembesaran limfe tidak ditemukan pada pasien
ini seperti yang disebutkan pada teori.2
Pemeriksaan Penunjang
- Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
Didapatkan trombositopenia pada sebagian kecil kasus.6
- Pemeriksaan untuk komplikasi:2-4
a. Ensefalopati dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar elektrolit darah, dan
analisis gas darah. Ditemukan peningkatan protein dan sedikit limfositosis.
b. Enteritis: feses lengkap
c. Bronkopneumonia: dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah
Pada pemeriksaan penunjang pada kasusm didapatkan trombosit yang sangat rendah yaitu
57.200 /mm3 yang menandakan infeksi morbili pada sebagian anak, akan tetapi dipikirkan
infeksi sekunder DHF atau typhoid sehingga perlu dilakukan pemeriksaan hematologi rutin
dan serologi yang didapatkan serologi dengue negatif sehingga bisa disingkirkan. Sedangkan
tubex yang dperiksakan menunjukan hasil +4 yang merupakan suatu hasil yang meragukan,
akan tetapi pada orang Indonesia, tubex +4 tidak dapat dikatakan positif mengingat banyaknya
Salmonella enteridis yang menyebabkan tubex positif.6-8
17
Pengobatan
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan
kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif,
ekspektoran dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan penyulit,
pasien perlu rawat inap. Di bangsal isolasi pernafasan, pasien diperbaiki keadaan umum
dengan cara pemberian nutrisi adekuat dan pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan.vitamin
A 100.000 diberikan satu kali jika anak berusia 6 bulan sampai 1 tahun dan jika berusia di atas
1 tahun maka diberikan 200.000 IU, apabila terdapat malnutrisi dilanjutakan 1500 IU tiap
hari.1-5
Sebaiknya, pada penyakit campak diberikan antibiotik yang adekuat untuk menceah dari
bronkopneumonia dan otitis media.1
Apabila timbul penyulit:1-5
a. Bronkopneumonia diberikan ampisilin 100mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis secara
intravena dikombinasi dengan kloramfenikol 75mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis
sampai gejala sesak berkurang dan pasien minum obat peroral. Antibiotik diberikan sampai
3 hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberculin dilakukan
setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberculin biasanya
negatif pada anak saat menderita campak. Gangguan raksi delayed hypersensitivity
disebabkan oleh sel T-limfosit yang terganggu fungsinya.
b. Enteritis diberikan cairan intravena bila terdapat dehidrasi
c. Otitis media diberikan cotrimoxazole dengan dosis trimetropim 4mg/kgBB/hari dibagi
dalam 2 dosis
d. Ensefalopati perlu reduksi pemberian cairan hingga ¾ kebutuhan untuk mengurangi edem
otak dan diberikan kortikosteroid dexamethasone dengan dosis 1-2mg/kgBB dilanjutkan
0,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik. Perlu dilakukan
koreksi elektrolit dan gangguan gas darah. Berikan oksigen 2L/menit.
Pengobatan yang didapat pada kasus adalah Paracetamol syrup 4x1 ½ cth yang berguna
sebagai antipiretik, Zinkid 2x 1 sachet untuk sintesis protein,pertumbuhan sel, fungsi imun dan
transport air dan elektrolit usus, Cinam(ampicillin+sulbactam) 3x 250mg untuk mencegah
infeksi sekunder. Pulv batuk & pilek (amboxol + rinofed + triamcort + bricasma) 3x1 pulv
untuk penanganan simptomatis dan yang terakhir adalah vitamin A 20.000 IU untuk membantu
perbaikan mukosa dan penguatan imun selular.1-5
Indikasi rawat
Pasien dirawat di ruang isolasi bila:3
- Hiperpireksia (suhu>39oC)
- Dehidrasi
18
- Kejang
- Asupan oral sulit
- Adanya komplikasi
Faktor resiko terjadinya komplikasi
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.1-5
- Diare dapat diikuti dehidrasi
- Otitis media
- Laringotrakeobronkitis (croup)
- Bronkopneumonia
- Ensefalitis akut, terjadi pada 2-10/10.000 kasus dengan angka kematian10-15%
- Subacute Sclerosing panencephalitis: suatu proses degenerative susunan saraf pusat
dengan gejala karakteristik terjadi deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti
dengan kejang. Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap, timbul beberapa tahun setelah
infeksi dan merupakan salah satu komplikasi campak awitan lambat. Terjadi pada 1/25.000
kasus, menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal.
19
Daftar Pustaka
1. Maldonado Y. Measles. In: Behrman, Kliegman,Jenson. Nelson textbook of pediatric. 17th
ed. Philadelphia: Saunder; 2007.h.1026-30.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar infeksi dan pediatric tropis. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2008. h.109-21.
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman pelayanan medis jilid 1. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2011. h.33-5.
4. RSCM. Draft panduan pelayanan medis departemen ilmu kesehatan anak RSCM. Jakarta:
RSCM;2007.h.171-4.
5. Centers for disease control and prevention. Epidemiology and prevention of vaccine
preventable disease.13th ed. Atlanta: CDC;2015.h.209-30.
6. Conte JE. Manual of antibiotics and infection disease: treatment and prevention.Philadelphia:
Lippincot William and Wilkins:2012.p.228.
7. SanbornWR,VieuJF, Kadirman IL,AzizA,Atas,et Al. Salmonellosis in Indonesia.Cambridge
press 2011;82(22):143-52. Diunduh dari ncbi.nlm.nih.gov pada tanggal 2 Agustus 2015.
8. Karen HK,Sooka A, Letsoalo ME,Hoylan G,Chaignat CL, et Al. Sensitivity and specificity
of typhoid fever rapi antibody tests for laboratory diagnosis at two sub-Saharan African sites.
Diunduh dari www.who.int