case 15 urinalisa

46
CASE “Urin Berwarna Kuning” Rini usia 18 tahun adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran tingkat I. Sudah tiga hari Rini merasa kurang enak badan namun karena kesibukannya Rini tidak memeriksakan diri ke dokter, Rini hanya mengkonsumsi multivitamin dosis tinggi untuk meningkatkan stamina tubuhnya. Selama ia mengkonsumsi multivitamin dosis tinggi tersebut ia memperhatikan bahwa pada saat buang air kecil urinya berwarna kuning padahal ia merasa telah minum air putih dengan jumlah yang cukup. Pada saat BAK dia tidak merasa nyeri dan volume urinnya tidak berkurang. Rini penasaran dengan hal tersebut, dia bertanya – tanya mengapa urinnya berwarna kuning? Rinipun berinisiatip menghentikan konsumsi multivitamin tersebut, dan ternyata urinnya tidak lagi berwarna kuning. Rini mencoba untuk mencari jawaban hal tersebut di beberapa buku dan juga internet, kemudian iapun paham kalau tubuhnya terdapat sistem organ yang berfungsi mengatur urin termasuk jumlah (volume urin), warna urin dsb, termasuk bagaimana berkemih. 1 | Page

Upload: via-arsita-dewi

Post on 04-Apr-2016

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jujiagsajd

TRANSCRIPT

Page 1: Case 15 Urinalisa

CASE“Urin Berwarna Kuning”

Rini usia 18 tahun adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran tingkat I. Sudah tiga hari Rini

merasa kurang enak badan namun karena kesibukannya Rini tidak memeriksakan diri ke dokter,

Rini hanya mengkonsumsi multivitamin dosis tinggi untuk meningkatkan stamina tubuhnya.

Selama ia mengkonsumsi multivitamin dosis tinggi tersebut ia memperhatikan bahwa pada saat

buang air kecil urinya berwarna kuning padahal ia merasa telah minum air putih dengan jumlah

yang cukup. Pada saat BAK dia tidak merasa nyeri dan volume urinnya tidak berkurang.

Rini penasaran dengan hal tersebut, dia bertanya – tanya mengapa urinnya berwarna

kuning? Rinipun berinisiatip menghentikan konsumsi multivitamin tersebut, dan ternyata urinnya

tidak lagi berwarna kuning.

Rini mencoba untuk mencari jawaban hal tersebut di beberapa buku dan juga internet,

kemudian iapun paham kalau tubuhnya terdapat sistem organ yang berfungsi mengatur urin

termasuk jumlah (volume urin), warna urin dsb, termasuk bagaimana berkemih.

1 | P a g e

Page 2: Case 15 Urinalisa

2 | P a g e

Page 3: Case 15 Urinalisa

TERMINOLOGI

MultivitaminSejumlah zat organic yang saling tidak berhubungan terdapat dalam makanan dalam

jumlah kecil untuk fungsi metabolic normal tubuh.

Urin Cairan yang diekskresikan oleh ginjal disimpan dalam kandung kemih =, dan dikeluarkan

melalui uretra.

PROBLEMS1. Mengapa warna urin berubah berwarna kuning saat mengkonsumsi multivitamin

2. Bagaimana urin diproses didalam ginjal

3. Apasaja komposisi didalam urin?

4. Bagaimana cara ginjal bekerja

HIPOTESISUrin berwarna kuning saat mengkonsumsi multivitamin disebabkan, karena multivitamin larut

dalam air, sedang air dan multivitamin yang berlebih bagi tubuh akan dikeluarkan melalui urin,

sehingga multivitamin yang larut dalam air tersebut ikut terbuat bersama urin dan menyebabkan

urin berwarna kuning.

3 | P a g e

Page 4: Case 15 Urinalisa

MEKANISME

MEKANISME UMUM

MEKANISME KERJA GINJAL

4 | P a g e

Page 5: Case 15 Urinalisa

I DON’T KNOW1. Evaluasi Fungsi Ginjal

2. Sistem Urin

3. Pemeriksaan Urin

LEARNING ISSUE1. Evaluasi Fungsi Ginjal

a. Anatomi ginjal

b. Fungsi ginjal

c. Pembentukan urin dan hormone yang mempengaruhinya

5 | P a g e

Page 6: Case 15 Urinalisa

d. Labaratorium untuk pemeriksaan fungsi ginjal

2. Sistem Urin

a. Definisi

b. Specimen urin

c. Komposisi urin

d. Sifat dan fisik urin

3. Pemeriksaan Urin

a. Pemeriksaan Makroskopis

b. Pemeriksaan Mikroskopis

c. Pemeriksaan Kimiawi

6 | P a g e

Page 7: Case 15 Urinalisa

ANATOMI GINJALNefron adalah satuan fungsional ginjal.

Setiap ginjal terdiri dari sekitar satu juta satuan fungsional berukuran mikroskopik yang

dikenal sebagai nefron, yang disatukan satu sama lain oleh jaringan ikat. Karena fungsi primer

ginjal adalah menghasilkan urin dan, ketika melaksanakannya, mempertahankan stabilitas

komposisi CES, nefron adalah satuan terkecil yang mampu membentuk urin.

Susunan nefron di dalam ginjal membentuk dua daerah khusus-daerah sebelah luar yang

tampak granuler, korteks ginjal, dan daerah bagian dalam yang berupa segitiga-segitiga

bergaris-garis, piramida ginjal, yang secara kolektif disebut sebagai medula ginjal.

Setiap nefron terdiri dari komponen vaskuler dan komponen tubulus yang keduanya

secara structural dan fungsional berkaitan erat. Bagian dominan pada komponen vaskuler adalah

glomerulus, suatu berkas (tuft) kapiler berbentuk bola tempat filtrasi sebagian air dan zat terlarut

dari darah yang melewatinya. Cairan yang sudah terfiltrasi ini, yang komposisinya nyaris identik

dengan plasma, kemudian mengalir ke komponen tubulus nefron, tempat cairan tersebut

dimodifikasi oleh berbagai sistem transportasi yang mengubahnya menjadi urin.

Pada saat memasuki ginjal, arteri renalis secara sistematis terbagi-bagi untuk akhirnya

menjadi pemubuluh-pembuluh halus yang dikenal sebagai arteriol aferen, dengan setiap

pembuluh tersebut memperdarahi sebuah nefron. Arteriol aferen menyalurkan darah ke kapiler

glomerulus, yang menyatu untuk membentuk arteriol lain, arteriol eferen, tempat keluarnya

darah yang difiltrasi ke dalam komponen tubulus meninggalkan glomerulus. Arteriol eferen

adalah satu-satunya arteriol di dalam tubuh yang mendapat darah dari kapiler.

Arteriol eferen segera terbagi bagi menjadi serangkaian kapiler kedua, kapiler

peritubulus, yang memperdarahi jaringan ginjal dan penting dalam pertukaran antara sistem

tubulus dan darah selama perubahan cairan yang difiltrasi menjadi urin. Kapiler-kapiler

peritubulus menyatu untuk membentuk venula yang akhirnya mengalir ke vena renalis, tempat

darah meninggalkan ginjal.

7 | P a g e

Page 8: Case 15 Urinalisa

Komponen tubulus dari setiap nefron adalah suatu saluran berongga berisi cairan yang

terbentuk oleh satu lapisan sel epitel. Walaupun dari awal tubulus terus bersambung dan

berdekatan di bagian pangkalnya dengan glomerulus sampai ke ujungnya di pelvis ginjal, tubulus

secara artificial dibagi menjadi berbagai segmen berdasarkan perbedaan struktur dan fungsi yang

terdapat di sepanjang tubulus tersebut. Komponen tubulus berawal dari kapsul Bowman, suatu

invaginasi bedinding rangkap yang melingkupi glomerulus. Keberadaan seluruh glomerulus dan

kapsul Bowman yang terkait di korteks menyebabkan gambaran daerah korteks yang granuler.

Dari kapsul bowman, cairan yang difiltrasi mengalir kedalam tubulus proksimal, yang

seluruhnya terletak di dalam korteks dan sangat bergelung (berliku-liku) atau berbelit

disepanjang perjalanannya. Segmen berikutnya, lengkung Henle, membentuk lengkung tajam

atau berbentuk-U atau yang terbenam ke dalam medulla ginjal. Pars desendens lengkung Henle

terbenam dari korteks ke dalam medula; pars asendens berjalan kembali ke atas ke dalam

korteks. Pars asendens kembali ke darah glomerulus dari nefronnya sendiri, tempat saluran

tersebut melewati garpu yang dibentuk oleh arteriol aferen dan eferen. Di titik ini sel-sel tubulus

dan sel-sel vaskuler mengalami spesialisasi untuk membentuk aparatus jukstaglomerulus

(juxta berarti “disamping”), suatu struktur yang berperan penting dalam mengatur fungsi ginjal.

Di luar aparatus jukstaglomerulus, tubulus kembali membentuk gelungan menjadi tubulus

distal, yang seluruhnya juga terletak di korteks. Tubulus distal mengalirkan isinya ke dalam

duktus atau tubulus pengumpul, dengan satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari

delapan nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk

mengosongkan cairan isinya (yang sekarang telah berubah menjadi urin) ke dalam pelvis ginjal.

Terdapat dua jenis nefron-nefron korteks dan nefron jukstamedula-yang dibedakan

berdasarkan lokasi dan panjang sebagian strukturnya. Semua nefron berasal dari korteks, tetapi

glomerulus nefron jukstamedula terletak dilapisan dalam koterks di dekat medula. Ke dua jenis

nefron ini terutama berbeda pada lengkung Henlenya. Lengkung tajam pada nefron korteks

hanya sedikit terbenam kedalam medula. Sebaliknya lengkung nefron jukstaglomerulus terbenam

jauh ke dalam medula. Selain itu, kapiler peritubulus nefron jukstamedula membentuk lengkung

vaskuler tajam yang dikenal sebagai vasa rekta (“pembuluh lurus”), yang berjalan berdampingan

erat dengan lengkung Henle. Pada saat nefron korteks dan jukstamedula, juktus-juktus

pengumpul dari nefron korteks dan jukstamedula berjalan sejajar dengan pasr asendens dan

8 | P a g e

Page 9: Case 15 Urinalisa

desendens lengkung Henle dan vasa rekta nefron jukstamedula. Susunan pararel tubulus dan

medula. Sekitar 80% nefron pada manusia merupakan jenis korteks. Spesies dengan kemampuan

memekatkan urin yang lebih besar carpada manusia, misalnya tikus gurun, memliki proporsi

nefron jukstamedula yang lebih besar.

9 | P a g e

Page 10: Case 15 Urinalisa

FUNGSI GINJALFungsi ginjal

Ginjal merupakan salah satu alat yang penting untuk mempertahankan homeostasis.

Sebagai alat ekskresi metabolit tak berguna, juga mempertahankan cairan tubuh dalam

susunan kimiawi yang optimal.

Berbagai fungsi ginjal dalam homeostasis

1. Ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing

2. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit

3. Pengaturan tekanan arteri

4. Pengaturan keseimbangan asam basa

5. Pengaturan produksi eritrosit

6. Pengaturan pembentukan vit D

7. Glukoneogenesis

8. Sekresi, metabolisme dan ekskresi hormon

Fungsi ginjal dipengaruhi oleh :

Volume darah

Tekanan darah

Komposisi darah

Kelenjar adrenal

Kelenjar hipofisis

10 | P a g e

Page 11: Case 15 Urinalisa

PEMBENTUKAN URIN DAN HORMON

YANG BERPENGARUHFiltrasi

Darah mengalir dari arteri aferen masuk ke glomerulus dan terjadi penyaringan, tidak

melewatkan darah dan protein plasma. Konstituen yang di loloskan air, nutrien, elektrolit, zat

sisa. 20 % plasma yang masuk ke dalam glomerulus di filtrasi, 80% plasma yang masuk ke

glomerulus tidak di filtrasi dan keluar melalui arteri eferen

3 lapisan yang membentuk glomerulus

1. Dinding kapiler glomerulus

2. Membran basal

3. Lapisan dalam kapsula bowman

11 | P a g e

Page 12: Case 15 Urinalisa

Gaya-gaya yang berperan dalam filtrasi glomerulus

Tekanan kapiler glomerulus

Tekanan osmotik koloid plasma

Tekanan hidrostatik kapsula bowman

Pada Filtrasi ini menghasilkan urin primer, yang terdiri atas air, glukosa, asam amino, urea,

kalium.

Reabsorpsi Tubulus

Adalah perpindahan bahan secara sendiri-sendiri berlainan dari lumen tubulus ke dalam kapiler

peritubulus. Reabsorbsi tubulus ini merupakan suatu proses yang sangat selektif.

Terdapat dua jenis reabsorpsi tubulus:

Reabsorpsi aktif: perpindahan netto bahan memerlukan ATP untuk melawan gradien

elektrokimia. Contoh: Glukosa, asam amino, elektrolit

Reabsorpsi pasif: tidak memerlukan ATP pada perpindahan netto bahan, mengikuti penurunan

gradien elektrokimia. Contoh: Reabsorbsi Klorida, Reabsorbsi Air, Reabsorbsi Urea

Sekresi tubulus

12 | P a g e

Page 13: Case 15 Urinalisa

Di samping reabsorbsi, terjadi juga sekresi di tubulus kontortus distal dan tubulus pengumpul.

H, K, Amonium, Kreatinin, obat-obatan, disekresi di tubulus kontortus distal dan

tubulus pengumpul.

Sekresi ini penting untuk menjaga pH dan keseimbangan asam basa tubuh dan

pengeluaran zat-zat racun

Eksresi Urin

Ekskresi = Filtrasi – Reabsorpsi + Sekresi

Ginjal > Ureter > kandung kemih ++ > kontraksi dinding kandung kemih > sfingter

terbuka > mikturisi.

Hormon yang berperan

Ginjal

a. Hormon Eritropoetin

b. Hormon Renin

c. Hormon Kalsitriol

Urin

a. Hormon ADH

b. Hormon Aldosteron

c. Hormon Insulin

GFR

a. Hormon Nonepinefrin

b. Hormon Epinefrin

c. Hormon Endotelin

13 | P a g e

Page 14: Case 15 Urinalisa

PEMERIKSAAN FUNGSI GINJALTes dasar untuk mengukur fungsi ginjal adalah nitrogen urea darah (blood urea

nitrogen/BUN, atau kadang disebut sebagai urea) dan kreatinin. Tingkat zat fosfor, natrium

atau asam urat yang tidak normal juga dapat disebabkan oleh ginjal. BUN mengukur tingkat

nitrogen darah. Nitrogen adalah hasil buangan yang disaring oleh ginjal dan dikeluarkan dalam

urin. Tingkat BUN yang tinggi dapat disebabkan oleh makanan berprotein tinggi, dehidrasi atau

gagal ginjal atau jantung. Kreatinin adalah hasil buangan dari pencernaan protein. Tingkatnya

yang tinggi dalam darah umumnya menunjukkan masalah ginjal. Dokter sering memakai tingkat

kreatinin sebagai tanda yang paling langsung menunjukkan kemampuan ginjal untuk

mengeluarkan hasil buangan dari tubuh.

Ginjal merupakan sistem penyaringan alami tubuh kita, melakukan banyak fungsi

penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa metabolisme dari aliran darah,

mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan menahan pH (tingkat asam-basa) pada

cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah dialirkan melalui ginjal setiap menit. Dalam ginjal

senyawa kimia yang berupa ampas disaring dan dihilangkan dari tubuh (bersama dengan air

berlebihan) sebagai urin. Tes fungsi ginjal membantu menentukan apakah ginjal kita melakukan

tugas ini sebagaimana mestinya.

Banyak masalah dapat mempengaruhi kemampuan ginjal kita dalam melakukan

tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara cepat (akut), yang lain

dapat menyebabkan penurunan yang lebih lamban (kronis). Keduanya menghasilkan

penumpukan bahan ampas yang toksik (racun) dalam darah. Serangkaian tes laboratorium yang

mengukur tingkat unsur yang seharusnya diatur oleh ginjal dapat membantu menentukan

penyebab dan tingkat masalah ginjal. Tes dilakukan pada urin dan darah.

Bila dokter mencurigai kita mempunyai masalah atau penyakit ginjal, dia akan meminta

kita melakukan tes fungsi ginjal untuk membantu diagnosis. Kemudian, tes fungsi ginjal dapat

dilakukan untuk memantau ginjal kita, agar melihat apakah kerusakan dapat menjadi lebih berat

atau pun pulih.

14 | P a g e

Page 15: Case 15 Urinalisa

TES URIN

Ada serangkaian tes pada urin untuk menilai fungsi ginjal. Sebuah tes sederhana, yang

disebut urinanalisis, sering dilakukan pada awal. Urin diperiksa secara fisik seperti warna, bau,

penampilan, dan kepadatan diperiksa secara kimia seperti protein, glukosa, dan pH. Kemudian

dilihat pada mikroskop untuk keberadaan unsur sel (sel darah merah dan putih, dll.), bakteri,

kristal, dsb. Apabila hasil tes ini menunjukkan positif, kemungkinan ada penyakit atau

penurunan pada fungsi ginjal, kemudian dapat dilakukan tes berikut:

Keluaran kreatinin (creatinine clearance). Tes ini menilai kemampuan ginjal untuk

menghilangkan senyawa yang disebut kreatinin dari darah. Kreatinin adalah bahan ampas

dari metabolisme tenaga otot, yang seharusnya disaring oleh ginjal dan dimasukkan pada

urin. Tes ini mengukur jumlah kreatinin yang dikeluarkan ke urin selama beberapa jam.

Untuk menghitung keluaran, tingkat kreatinin dalam darah juga harus diukur.

Keluaran urea. Urea adalah bahan ampas dari metabolisme protein, dan dikeluarkan

dalam urin. Seperti keluaran kreatinin, tes ini mengukur jumlah urea yang dikeluarkan ke

urin selama beberapa jam, dan juga membutuhkan pengukuran tingkat urea dalam darah.

Osmologi urin. Tes ini mengukur jumlah partikel (bibit) yang dilarutkan dalam urin,

untuk menilai kemampuan ginjal untuk mengatur kepekatan urin sebagaimana konsumsi

air meningkat atau menurun.

Keberadaan protein. Ginjal yang sehat menyaring semua protein dari darah dan

menyerapnya kembali, sehingga tingkat protein dalam urin tetap rendah. Apabila

ditemukan protein dalam urin merupakan tanda penyakit ginjal.

Tes Darah

Ada beberapa tes darah yang dapat membantu menilai fungsi ginjal:

Nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/BUN). Urea adalah produk samping dari

metabolisme protein. Bahan ampas ini dibentuk oleh hati, kemudian disaring oleh ginjal

dan dikeluarkan dalam urin oleh ginjal. Tingkat BUN dalam darah dapat menandai

masalah ginjal, tetapi karena juga dipengaruhi oleh fungsi hati, tes harus dilakukan

bersamaan dengan pengukuran kreatinin, yang lebih khusus menandai masalah ginjal.

15 | P a g e

Page 16: Case 15 Urinalisa

Kreatinin. Tes ini mengukur tingkat kreatinin dalam darah. Karena tingkat kreatinin

hanya sedikit dipengaruhi oleh fungsi hati, tingkat kreatinin yang tinggi dalam darah

lebih khusus menandai penurunan pada fungsi ginjal.

Tes lain. Pengukuran tingkat zat lain, yang seharusnya diatur oleh ginjal, dalam darah

dapat membantu menilai fungsi hati. Zat ini termasuk zat natrium, kalium, klorida,

bikarbonat, kalsium, magnesium, fosforus, protein, asam urik dan glukosa.

Hasil Tes

Harus ditekankan bahwa hasil tes dapat berbeda tergantung pada alat yang dipakai pada

laboratorium yang melakukan tes dan cara penggunaannya. Laporan laboratorium yang kita

terima setelah melakukan tes menunjukkan nilai rujukan yang berlaku. Bila kita ingin dapat

komentar mengenai hasil tes, sebaiknya kita menyebut hasil tes dan nilai rujukan. Nilai rujukan

normal terdapat pada tabel di bawah ini:

Ukuran Satuan Nilai Rujukan

Kreatinin Darah U/L 60 – 150 (P)

70 – 160 (L)

Urea mg/dL 8 – 25

Natrium mmol/L 135 – 145

Klorida mmol/L 94 – 111

Kalium mmol/L 3,5 – 5,0

Nilai rendah untuk keluaran kreatinin dan urea menandai penurunan kemampuan ginjal untuk

menyaring bahan ampas ini dari darah dan menghilangkannya dalam urin. Sebagaimana keluaran

menurun, tingkat kreatinin, urea dan asam urik dalam darah meningkat. Sebaliknya, tingkat

kreatinin yang tinggi dalam darah sangat spesifik menandai penurunan pada fungsi ginjal.

Ketidakmampuan ginjal untuk mengatur kepekatan urin sebagai tanggapan pada perubahan

dalam konsumsi cairan, yang ditandai oleh tes osmologi dapat menandai penurunan pada fungsi

ginjal. Karena ginjal yang sehat tidak mengeluarkan protein pada urin, adanya protein dalam urin

juga menandai beberapa jenis penyakit ginjal.

16 | P a g e

Page 17: Case 15 Urinalisa

SISTEM URINDefinisi urin adalah cairan yang di eskresi ginjal, disimpan dalam kantung kemih dan

dikeluarkan melalui uretra.

SPESIMEN (SAMPEL) URIN

Syarat-syarat spesimen :

1. Jenisnya sesuai dengan pemeriksaan

2. Volume cukup untuk semua jenis pemeriksaan

3. Kondisi layak (segar, tidak berubah warna, steril, tidak menggumpal)

4. Antikoagulan yang digunakan sesuai

5. Ditampung di wadah yang memenuhi syarat (tabung tertutup rapat)

Cara Pengambilan Spesimen Urin

1. Punksi Suprapubik

Pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut

menggunakan semprit dan jarum steril. Desinfeksi kulit antara pusar sampai dengan

bagian genital, kemudian anastesi pada tempat tusukan. Masukkan jarum ke kandung

kemih yang sedang penuh, hisap, kemudian tamping di dalam botol dan tutup rapat.

Pemeriksaan bebas dari bakteri uretra dan perineum. Diutamakan untuk anak dan

pemeriksaan anaerobik.

2. Kateter

Bahan urin diambil melalui kateter dengan jarum dan semprit steril. Asepsi pada bagian

kateter yang akan ditusukkan. Tempat penusukkan kateter sebaiknya sedekat mungkin

dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih. Penilaian sama dengan

punksi suprapubik. Pemeriksaan ini berisiko tercemar bakteri.

3. Urin Porsi Tengah

17 | P a g e

Page 18: Case 15 Urinalisa

Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan

yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita.

Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh

menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel

dan menyebabkan kultur false-negative.

Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :

1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara

uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi

air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai

larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan

jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.

2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa

steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian

buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.

3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi

dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari

dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi,

kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang

kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.

4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter

urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah

steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.

5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar

wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan

kirim segera ke laboratorium.

Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria :

1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara

uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi

dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan

sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk

18 | P a g e

Page 19: Case 15 Urinalisa

membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya

sebelum pembersihan selesai.

2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis

dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.

3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi,

lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang

telah dipakai ke dalam tempat sampah.

4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa

mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam

wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.

5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar

wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan

kirim segera ke laboratorium.

URIN SEWAKTU

Urin sewaktu ialah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus.

Pemeriksaan urin dengan specimen ini cukup baik untuk urinalisa rutin disertai pemeriksaan

badan tanpa pendapat khusus.

URIN BERSIH (clean voided urine specimen)

Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin. Untuk pemeriksaan urinalisa

rutin diperlukan:

Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama cenderung

konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki pH lebih rendah.

Jumlah minimal 10mL.

Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri, dengan

menampung urin pada wadah yang disediakan, kecuali klien yang lemah,

mungkin memerlukan bantuan.

Spesimen harus bebas dari feses.

19 | P a g e

Page 20: Case 15 Urinalisa

Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa

dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam

suhu ruangan untuk periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah

akan lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.

URIN TAMPUNG (timed urin specimen)

Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam

jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya

disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu, seperti toluene, thymol,

dll.) yang mencegah pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin.

Yang termasuk specimen jenis ini diantaranya:

Urin postprandial (1 ½ - 3 jam setelah makan)

Urin 24 jam

Urin siang 12 jam

Urin malam 12 jam

Urin 2 jam, dll.

Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih

besar. Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:

Mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin

Menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa

Menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin,

hormone tertentu)

Komposisi Urin terdiri dari, 0.05 % Ammonia, 0.18 % Sulfat, 0.12 % Fosfat, 0.6 % Klorida, 0.01

% Magnesium, 0.15 % Kalsium, 0.6 % Kalium, 0.1 % Sodium, 0.1 % Kreatin, 0.03 % Asam

Urat, 2 % Urea.

Urin steril sampai mencapai uretra mana sel-sel epitel lapisan uretra yang dijajah oleh batang

Gram negatif fakultatif anaerobik dan coccus. Selanjutnya untuk eliminasi dari tubuh, urin bisa

mendapatkan bau yang kuat karena aksi bakteri dan khususnya pelepasan asphyxiating amonia

20 | P a g e

Page 21: Case 15 Urinalisa

dari pemecahan urea. Pada abad pertengahan pakaian disimpan dalam garderobe (harfiah 'untuk

menjaga jubah yang') dekat dengan poros toilet karena amonia ini akan membunuh kutu. Istilah

garderobe menjadi eufemisme untuk toilet untuk alasan itu. Beberapa penyakit mengubah

kuantitas dan konsistensi urin, seperti gula sebagai konsekuensi diabetes. Beeturia, yang

mempengaruhi sekitar 10-14% dari populasi, hasil dalam ekskresi betanin setelah makan bit

(seperti bit) menghasilkan urin dengan warna pink / kemerahan. Beeturia dapat muncul dan

menghilang pada individu.

21 | P a g e

Page 22: Case 15 Urinalisa

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIKPemeriksaan makroskopik urin meliputi pemeriksaan :

1. Jumlah urin

Orang sehat dalam sehari semalam memproduksi urin sebanyak 300 – 2500 mL/24 jam,

tergantung dari jumlah intake cairan / harinya.

Poliuria : jumlah urin/24 jam lebih dari 2500 mL

Oligouria : produksi urin/24 jam antara 100 – 300 mL

Anuria : produksi urin/24 jam kurang dari 100 mL

2. Warna urin

Normalnya warna urin berwarna kuning muda oleh karna pigmen urokrom

Merah

Patologis : adanya hemoglobin, mioglobin dan bilirubin (adanya perdarahan saluran

kencing)

Non patologis : karna adanya obat obat tertentu, karna zat warna dari makanan tertentu.

Jingga

Patologis : zat warna empedu

Non patologis : karna obat obatan, pyridium,dan obat fenothiazin

Kuning

Patologis : karna urin pekat, keberadaan urobilin dan biliribin

Non patologis : banyak makan wortel,obat fenacetin,kaskara,nitrofuration

Hijau

Patologis : Keadaan biliverdin dan keberadaan bakteri pseudomonas

Non patologis : obat preparat vitamin dan obat psikoaktif

Biru

22 | P a g e

Page 23: Case 15 Urinalisa

Patologis : tidak ada

Non patologis : deurika tertentu

Coklat

Patologis keberadaan hematin asam, mioglobin, dan zat warna empedu

Non patologis : obat – obat nitrofuration dan levodopa

Hitam / hampir hitam

Patologis : keberadaan melamin, urobilin, dan methemoglobin

Non patologis : obat levodopa, kaskara, senyawa besi dan fenol

3. Kejernihan

Nomalnya urin segar jernih

Urin yang sejak dikemihkan sudah keruh dapat disebabkan oleh : banyak mengandung

fosfat, bakteri, sedimen dalam jumlah banyak, chylus dan benda benda koloid.

Urin yang semula jernih, kemudian jadi keruh, dapat disebabkan oleh : urat amorf, fosfat

amorf, karbonat. Zat zat ini dapat mengendap di urin alkali atau urin menjadi alkali.

4. Berat jenis

Normalnya berat jenis urin 1.003 – 1.030.

Berat jenis dapat di pengaruhi oleh produksi urin, komposisi urin, dan fungsi daya pekat

oleh ginjal.

5. Bau urin

Normalnya urin berbau khas

Bau buah buahan misalnya pada penderita diabetes melitus

Amoniak akibat perombakan ureum di urin dalam urin

Bau busuk misalnya pada penderita karsinoma saluran kemih

6. pH

normalnya pH urin 4.5 – 8.0

patologis apabila pH urin < 4.5 atau > 8.0

23 | P a g e

Page 24: Case 15 Urinalisa

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK1) Definisi :Pemeriksaan mikroskopik untuk menilai benda-benda padat dari tubuh dan

bukan dari tubuh dan untuk menilai sedimen urine dengan melihat adanya:

Sel dari

darah

Sel dari saluran Sel dari sal.

kemih

Silinder Kristal

Eritrosit Epitel Bakteri Hialin Urin

asam:as.urat,natrium

urat

Leukosit gepeng Fungi Granul Urin netral:calcium

oksalat

transisional Parasit Waxy Urin

alkali:ammonium-

magnesium fosfat

bulat Fibrin

oval fat bodies Eritrosit

leukosit

2) sedimen

tujuan :mengidentifikasi jenis sedimen untuk mendeteksi kelainan ginjal & saluran

kemih.

jenis:

1. organic: sel dari darah ,sel dari saluran,silinder,sel dari luar sal.kemih

2. anorganik: Kristal-kristal

3) unsure-unsur organic dalam urine

24 | P a g e

Page 25: Case 15 Urinalisa

sel epitelberinti 1,ukuran lebih besar dari leukosit, bentuknya berbeda-beda

menurut tempat asalnya:

a) sel epitel gepeng(skuamous)wanita lebih banyak dari pria, berasal dari

vulva/uretra bagian distal.

b) Sel Epitel transisionalberasal dari kandung kencing.

c) Sel Epitel yg berasal dari pelvis ginjal & tubuli lebih bulat & lebih kecil dari

skuamous.

Pemeriksaan urine yang normal

o Sel epitel skuamous & transisional selalu ada ,Sel epitel bulat dari tubuli

ginjal jumlahnya sangat sedikit

Pemeriksaan Urine yang tidak normal

o Sel epitel bulat bertambah banyak kemungkinan glomerulophritis/diduga

iritasi pada permukaan selaput lendir dlm tractus urogenitalis

Oval fat bodiessel epitel yg mengalami degenerasi lemak

Pemeriksaan urine yg normal

o Tidak terdapat oval fat bodies

Pemeriksaan Urine yg tidak normal

o Terdapat OFB ,diduga sindrom nefrotiksel epitel bulat berlemak berasal

dari tubuli ginjal yang iritasi.

Leukosit nampak seperti benda bulat berbutir halus, intinya lebih jelas jika

sedimen diberi larutan as.asetat10%

Pemeriksaan Urine normal

o Tidak ditemukan

25 | P a g e

Page 26: Case 15 Urinalisa

Pemeriksaan urine yg tak normal

o Leukosit>>5 leukosit/LPB diduga ada radang purulent di bagian tractus

urogenitalis.

Eritrosit pada urine pekat mengkerut,pada urine encer membengkak,dalam

urine alkali mengecil

Pemeriksaanurine normal

o Tidak terdapat

Pemeriksaanurine tidak normal

o Eritrosit>>1 eritrosit/LPBdiduga ada radang diathesis ,trauma,

hemoragik.

Silinder dibentuk dari tubuli ginjal

Silinder hialinsilinder yg sisinya parallel &uj.bulat ,homogeny &tak

berwarna

Silinder berbutir halus:berbentuk seperti silinder hialin

Kasar:lebih pendek&tebal

Silinder lilin

Silinder fibrin

Silinder eritrosit

Silinder leukosit

Silinder lemak

Pemeriksaanurine normal

o Dengan addis count didapat silinder hialin 2000/jam

Pemeriksaan urine tak normal

o Jika ditemukan silinder lilin diduga nephritis lanjut

o Jika silinder berbutir kasardiduga ada kelainan

26 | P a g e

Page 27: Case 15 Urinalisa

4) Unsur-unsur anorganik dalam urine

Kristal2merupkan zat sampah metabolism yg normal, ada & banyaknya

ditentukan oleh jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolism &

konsentrasi urine

Pemeriksaan urine yg normal

o Kristal as. Urat ,calcium oksalat,tripel fosfat jika ditemukan normal

sebagai zat sampah metabolisme.

o Kristal dari obat-obat sulfonamida.

Pemeriksaan urine yg tak normal

o Ditemukan kristal2:cystine,leucyne,tyrosin,kolesterol,bilirubin 1, dan

hematoidin.

(Penuntun Laboratorium Klinik, R. Gandasoebrata)

27 | P a g e

Page 28: Case 15 Urinalisa

PEMERIKSAAN KIMIAWI

  Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera

dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut

disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu

dengan suhu kamar. Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin

pagi atau urin yang telah berada dalam bulibuli minimal selama 4 jam. Untuk pemeriksaan

bilirubin,urobilinogen dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar

bila kena cahaya. Bila urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang

menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein.

Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk

pemeriksaan darah samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.

Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan

protein lain seperti globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu

hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya

protein tersebut didalam urin. Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung amonium

kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan hasil positif palsu

dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-renal. Kelainan

pre-renal disebabkan karena penyakit sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai

hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi

glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung. Proteinuria karena kelainan ginjal dapat

disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis

akut atau kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-

lain

Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan denganmemakai reagens pita. Selain itu

penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara

reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain

glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan

seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara

28 | P a g e

Page 29: Case 15 Urinalisa

reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada

cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.

Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa,

fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip

palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau

benda keton melebihi 40 mg/dl.

Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena

peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk

mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing,

phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang

menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.

Benda- benda keton

Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena

aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan

reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat leblih dari 5-10 mg/dl, tetapi cara ini kurang

peka. Untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu

mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-

hidroksi-quinoline yang berlebihan.

Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa

yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan

metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini

terjadi sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat. Pemeriksaan bilirubin dalam urin

berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang

menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium

dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.

Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini

menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin

terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu

dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.

29 | P a g e

Page 30: Case 15 Urinalisa

A. Esbach

Adalah pemeriksaan kuantitatif albumin dalam urine dengan cara mencampurkan larutan asam

pikrat 1% dalam air dan larutan asam sitrat 2% dalam air dengan urine. Hasil positif di lihat

dengan adanya kekeruhan dan tingkat kekeruhan sesuai dengan kuantitatif protein.

PEMERIKSAAN pH URINE

Prinsip :

Perubahan warna pada kertas lakmus bila dalam keadaan keasaman tertentu

Hasil :

1. Reaksi urine asam : jika lakmus biru berubah jadi merah

2. Reaksi urine basa : jika lakmus merah berubah jadi biru

3. Reaksi urine netral : jika lakmus merah / biru , tidak berubah warna

B. PEMERIKSAAN PROTEIN

Pemanasan dengan Asam Asetat:

1. Masukkan urin yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 tabung penuh.

2. Dengan memegang tabung reaksi tersebut pada ujung bawah, lapisan atas urin itu dipanasi

diatas nyala api sampai mendidih selama 30 menit.

3. Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urine itu, dengan membandingkan jernihnya

dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan, mungkin ia di sebabkan oleh

protein, tetapi mungkin juga disebabkan oleh kalsium pospat/kalsium karbonat.

4. Kemudian teteskan kedalam urine yang masih panas itu 3-5 tetes lart. Asam asetat 6%. Jika

kekeruhan itu tetap/bertambah keruh berarti tes protein Positif.

5. Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih & kemudian berilah penilaian semi

kuantitatif kepada hasilnya.

Penilaian Hasil:

1. - : tidak ada kekeruhan.

2. + : kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05%).

3. ++ : kekeruhan mudah di lihat & nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut (0,05-0,2%).

30 | P a g e

Page 31: Case 15 Urinalisa

4. +++ : urine jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%).

5. ++++ : sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%).

C. PEMERIKSAAN REDUKSI

Tujuan :

Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urine .

Reagensia : (spt : benedict, fehling, nylander).

Penilaian Hasil :

1. Dinyatakan negative (-) apabila tidak ada perubahan warna, tetap biru sedikit kehijauan (tidak

ada glukosa).

2. Positif 1 (+) : warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5-1% glukosa).

3. Positif 2 (++) : warna kuning keruh (terdapat 1-1,5% glukosa).

4. Posistif 3 (+++) : warna jingga, seperti lumpur keruh (2-3,5% glukosa).

5. Positif 4 (++++) : merah keruh (> 3,5% glukosa).

Normal : urine reduksi negative.

Reduksi positif dalam urine menunjukkan adanya hiperglikemia di atas 170 mg%, karena nilai

ambang batas ginjal untuk absorbs glukosa adalah 170 mg%.

Reduksi positif di sertai hiperglikemia menandakan adanya penyakit diabetes mellitus.

D. PEMERIKSAAN BILIRUBIN

Dapat menggunakan reaksi diazo (dengan tablet atau dipstick), atau uji Fouchet (Harison spot

test) dengan feri klorida asam (FeCl2).

Uji bilirubinuria dengan reaksi diazo banyak dipakai karena lebih praktis dan lebih sensitif. Di

antara dua macam uji diazo, uji tablet (mis. tablet Ictotest) lebih sensitif daripada dipstick.

Reaksi diazo.

1. Kumpulkan spesimen urin pagi atau urine sewaktu/acak (random).

2. Celupkan stik reagen (dipstick) atau tablet Ictotest. Tunggu 30 detik, lalu bandingkan

warnanya dengan bagian warna pada botol reagen.

Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih di anjurkan untuk memperkecil kesalahan

31 | P a g e

Page 32: Case 15 Urinalisa

dalam pembacaan secara visual.

Uji Fouchet

1. Ke dalam 12 ml urin, tambahkan 3 ml barium klorida dan 3 tetes ammonium sulfat jenuh.

2. Centrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3500 rpm.

3. Buang supernatant, tambahkan 2 tetes larutan Fouchet pada endapan.

Amati perubahan warna yang terjadi.

Reaksi negatif jika tidak tampak perubahan warna.

Reaksi positif jika terjadi perubahan warna : hijau atau biru.

Pengujian harus di lakukan dalam waktu 1 jam, dan urin harus di hindarkan dari pancaran sinar

matahari (sinar ultraviolet) langsung agar bilirubin tidak teroksidasi menjadi biliverdin.

Nilai Rujukan

Normal : negatif (kurang dari 0.5mg/dl)

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium :

Uji dengan reaksi Diazo.

- Reaksi negatif palsu terjadi bila urin mengandung banyak asam askorbat (vitamin C), kadar

nitrit dalam urine meningkat, asam urat tinggi, serta bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin

akibat spesimen urin terkena sinar matahari (ultraviolet) langsung.

- Hasil positif palsu dapat dijumpai pada pemakaian obat yang menyebabkan urine menjadi

berwarna merah.

Uji Fouchet

- Reaksi negative palsu terjadi bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat penundaan

pemeriksaan.

- Reaksi positif palsu oleh adanya metabolit aspirin, urobilin atau indikan, urobilinogen.

32 | P a g e

Page 33: Case 15 Urinalisa

DAFTAR PUSTAKA

Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC

www.google.com (gambar)

www.jurnalkedokteran.com

Guyton and Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sherwood, Lauralee. 2007. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC.

www.fk.unair.ac.id

Handout Lab Activity Departemen Patologi Klinik UPN “Veteran” Jakarta

id.shvoong.com

33 | P a g e