ca nasofaring

28
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KARSINOMA NASOFARING OLEH : KADEK AYU ASTRI NOVITASARI, S.Kep 14.901.0951 PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI 2015

Upload: ayuri-ajaa-dechh

Post on 14-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

this is about ca nasofaring

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KARSINOMA NASOFARING

OLEH :KADEK AYU ASTRI NOVITASARI, S.Kep14.901.0951

PROGRAM STUDI PROFESI NERSSTIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI2015

A. KONSEP DASAR PENYAKIT1. PengertianKarsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia (Efiaty & Nurbaiti, 2001). 2. EtiologiKaitan Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap tinggal disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengaktifkan virus ini, dibutuhkan suatu mediator kebiasaan untuk mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak, merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga menimbulkan Ca Nasofaring. Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya Ca Nasofaring :a. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamineb. Keadaan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidupc. Sering kontak dengan zat karsinogen (benzopyrenen, benzoantrance, gas kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan)d. Ras dan keturunan (Malaysia, Indonesia)e. Radang kronis nasofaringf. Profil HLA

3. Patofisiologi

Kerusakan pada kulit kepalRangsangan AlopeciaAnoreksiaStomatitis Iritasi mukosa mulut Resiko perubahan membran mukosa oral Konstipasi Kerusakan integritas kulit Merusak sel-sel epitel kulit Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Mual, muntah Iritasi traktus GI Resiko Infeksi Immunosupresi Leukosit, Trombosit, EritrositGangguan pembuluh sel darah merah Perangsangan elektrik zona pencetus kemoreseptor di ventrikel IV otak Supresi sumsum tulang Indikasi kemoterapi Nyeri AkutKelenjar melekat pada otot dan sulit digerakkanMenembus kelenjar dan mengenai otak dibawahnyaBenjolan massa pada leher bagian sampingGangguan pendengaranPenyumbatan muara tubaPenekanan pada tuba eustaciusMetastase sel-sel kanker ke kelenjar getah bening melalui aliran limfePertumbuhan & perkembangan sel-sel kanker di kelenjar getah beningKarsinoma nasofaringPertumbuhan sel abnormalVirus Epstein BarrGeografisJenis kelaminPekerjaanInfeksiGaya hidupMakanan diawetkanGenetik

Gangguan citra tubuh

4. Klasifikasi a. Menurut bentuk dan cara tumbuh :1) Ulseratif2) Eksofilik: Tumbuh keluar seperti polip3) Endofilik: Tumbuh di bawah mukosa, agar sedikit lebih tinggi dari jaringan sekitar (creeping tumor)b. Klasifikasi Histopatologi menurut WHO 1) Tipe WHO 1 a) Karsinoma sel skuamosa (KSS)b) Deferensiasi baik sampai sedangc) Sering eksofilik (tumbuh di permukaan)2) Tipe WHO 2a) Karsinoma non keratinisasi (KNK)b) Paling banyak variasinyac) Menyerupai karsinoma transisional3) Tipe WHO 3a) Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD)b) Seperti antara lain : limfoepitelioma, karsinoma anaplastik, Clear Cell Carsinoma, varian sel spindlec) Lebih radiosensitive, prognosis lebih baikd) Indonesia Cina5. Penentuan Stadium TUMOR SIZE (T)

TTumor primer

T0Tidak tampak tumor

T1Tumor terbatas pada satu lokasi saja

T2Tumor terdapat pada dua lokasi atau lebih tetapi masih terbatas pada rongga nasofaring

T3Tumor telah keluar dari rongga nasofaring

T4Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau saraf-saraf otak

TxTumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap

REGIONAL LIMFE NODES (N)

N0Tidak ada pembesaran

N1Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih bisa digerakkan

N2Terdapat pembesaran kontralateral/bilateral dan masih dapat digerakkan

N3Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontralateral maupun bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar

METASTASE JAUH (M)

M0Tidak ada metastase jauh

M1Metastase jauh

a. Stadium I: T1, N0, dan M0b. Stadium II: T2, N0 dan M0c. Stadium III: T1/T2/T3 dan N1 dan M0 atau T3 dan N0 dan M0d. Stadium IV: T4 dan N0/N1 dan M0 atau T1/T2/T3/T4 dan N2/N3 dan M0 atau T1/T2/T3/T4 dan N0/N1/N2/N3 dan M1

6. Manifestasi KlinisSimtomatologi ditentukan oleh hubungan anatomi nasofaring terhadap hidung, tuba eustachii dan dasar tengkorak : a. Gejala hidung: 1) Gejala hidung :a) Epistaksis: rapuhnya mukosa hidung sehingga mudah terjadi perdarahanb) Sumbatan hidung : sumbatan menetap karena pertumbuhan tumor ke dalam rongga nasofaring dan menutupi koana, gejalanya : pilek kronis, ingus kental, gangguan penciuman2) Gejala telingaa) Kataralis/oklusi tuba eustachii : tumor mula-mula dofosa Rosen Muler, pertumbuhan tumor dapat menyebabkan penyumbatan muara tuba (berdengung, rasa penuh, kadang gangguan pendengaran)b) Otitis Media Serosa sampai perforasi dan gangguan pendengaran3) Gejala lanjut a) Limfadenopati servikal : melalui pembuluh limfe, sel-sel kanker dapat mencapai kelenjar limfe dan bertahan disana. Dalam kelenjar ini sel tumbuh dan berkembang biak hingga kelenjar membesar dan tampak benjolan di leher bagian samping, lama kelamaan karena tidak dirasakan kelenjar akan berkembang dan melekat pada otot sehingga sulit digerakkan.

7. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi: Pada bagian leher terdapat benjolan, terlihat pada benjolan warna kulit mengkilatb. Palpasi: Pasien saat di palpasi adanya massa yang besar, selain itu terasa nyeri apabila ditekanc. Pemeriksaan THT: 1) Otoskopi: liang telinga, membran timpani2) Rinoskopia anterior : a) Pada tumor endofilik, tak jelas kelainan di rongga hidung mungkin hanya banyak sekretb) Pada tumor eksofilik, tampak tumor di bagian belakang, rongga hidung tertututp secret mukopurulen, fenomena palatum mole negative3) Rinoskopia posterior :a) Pada tumor endofilik, tak terlihat massa mukosa nasofaring tampak agak menonjol, tak rata dan vaskularisasi meningkatb) Pada tumor eksofilik, tampak massa kemerahan4) Faringoskopi dan Laringoskopi : kadang faring menyempit karena penebalan jaringan retrofaring, reflek muntah dapat menghilang5) X-foto: tengkorak lateral, dasar tengkorak, CT Scan

8. Pemeriksaan Penunjanga. Nasofaringoskopi 1) Rinoskopi posterior dengan atau tanpa kateter2) Biopsi multiple3) Radiologi : Thorak PA, Foto tengkorak, Tomografi, CT Scan, Bone scantigraphy (bila dicurigai mestastase tulang)4) Pemeriksaan Neuro-ofalmologi : untuk mengetahui perluasan tumor ke jaringan sekitar yang menyebabkan penekanan atau infiltrasi ke saraf otak, manifestasi tergantung dari saraf yang dikenai

b. Dapat dilakukan pemeriksaan diantaranya yaitu :1) Foto tengkorak: foto bagian/potongan anteriposterior, lateral dan waters menunjukkan massa jaringan lunak di daerah nasofaring2) Foto dasar tengkorak dapat terlihat destruksi atau erosi tulang di daerah fosa serebri media3) CT scan daerah kepala dan leher terlihat adanya massa dengan terlihat adanya kesuraman. CT scan dengan kontras menunjukkan massa yang besar mengisi sisi posterior dari rongga hidung dan nasofaring dengan perluasan ke sisi kiri dalam daerah nasofaring4) Biopsi dari hidung dan mulut : Biopsi sedapat mungkin diarahkan pada tumor atau daerah yang dicurigai. Biopsi minimal dilakukan pada dua tempat (kiri dan kanan) melalui rinoskopi anterior, bila perlu dengan bantuan cermin melalui rinoskopi posterior. Bila perlu biopsy dapat diulang hingga tiga kali. Bila tiga kali biopsy hasil negatif, sedang secara klinis mencurigakan dengan karsinoma nasofaring, biopsy dapat diulang dengan anestesi umum. Biopsi melalui nasofaringoskopi dilakukan bila klien trismus atau keadaan umum kurang baik. Biopsi kelenjar getah bening leher dengan aspirasi jarum halus dilakukan bila terjadi keraguan apakah kelenjar tersebut suatu metastasis. 5) Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal untuk melihat/mendeteksi metastasis

9. Penatalaksanaan a. Radioterapi: Sebelumnya persiapan pasien dengan oral hygiene, dan apabila infeksi/kerusakan gigi harus diobati terlebih dahulu. Dosis yang diberikan 200 rad/hari sampai 6000-6600 rad untuk tumor primer, sedangkan kelenjar leher yang membesar diberi 6000 rad. Jika tidak ada pembesaran kelenjar diberikan juga radiasi efektif sebesar 4000 rad. Ini dapat diberikan pada keadaan kambuh atau pada metastasis tulang yang belum menimbulkan keadaan fraktur patologik. Radiasi dapat menyembuhkan lesi, dan mengurangi rasa nyeri. b. Kemoterapi: Sebagai terapi tambahan dan diberikan pada stadium lanjut. Biasanya dapat digabungkan dengan radiasi dengan urutan kemoterapi-radiasi-kemoterapi. Kemoterapi yang dipakai yaitu Methotrexate (50 mg IV hari 1 dan 8); Vincristin (2 mg IV hari 1); Platamin (100 mg IV hari 1); Cyclophosphamide (2x50 mg oral, hari 1 s/d 10); Bleomycin (15 mg IV hari 8). Pada kemoterapi harus dilakukan control terhadap efek samping fungsi hemopoitik, fungsi ginjal dan lain-lain.c. Operasi: Tindakan operasi berupa di seksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih.

10. Komplikasi Sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama getah bening atau darah, mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring. Yang sering adalah tulang, hati dan paru. Hal ini merupakan hasil akhir dan prognosis yang buruk. Dalam penelitian lain ditemukan bahwa karsinoma nasofaring dapat mengadakan metastase jauh, ke paru-paru dan tulang, masing-masing 20%, sedangkan ke hati 10%, otak 4%, dan tiroid 0,4%.Komplikasi lain yang bisa dialami adalah terjadinya pembesaran kelenjar getah bening pada leher dan kelumpuhan saraf kranial.

11. Pencegahan Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah dengan resiko tinggi. Memindahkan (migrasi) penduduk dari daerah dengan resiko tinggi ke tempat lainnya. Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara memasak makanan untuk mencegah akibat yang timbul daru bahan-bahan berbahaya, penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat, meningkatkan keadaan social/ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab. Melakukan tes serologic IgA-anti VCA dan IgA anti EA secara masal di massa yang akan datang bermanfaat dalam menemukan karsinoma nasofaring secara lebih dini.

12. Discharge Planning a. Konsultasikan dengan ahli gizi jenis nutrisi yang dapat diberikan ke penderitab. Hindari konsumsi alkohol dan merokokc. Keluarga berkonsultasi dengan dokter tentang penanganan selama di rumah dan tindakan apa yang harus diberikan d. Berilah dukungan kepada penderitae. Istirahat yang cukup dan hindari paparan zat-zat pemicu penyakit bertambah parah

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian a. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga, missal : ibu atau nenek dengan riwayat kanker payudarab. Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu tertentuc. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan-makanan yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan (daging, ikan).d. Golongan social ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan lingkungan dan kebiasaan hidup.e. Tanda dan gejala :1) Aktivitas Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat, adanya factor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas2) SirkulasiAkibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan darah, epistaksis/perdarahan hidung3) Integritas egoFaktor stress, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah4) EliminasiPerubahan pola defekasi konstipasi, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen5) Makanan/cairanKebiasaan diit buruk (rendah serat, aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan, perubahan berat badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor kulit6) NeurosensoriSakit kepala, tinnitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus7) Nyeri/kenyamananRasa tidak nyaman di telingasampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran8) PernapasanMerokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan9) KeamananPemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama/berlebihan, demam, ruam kulit10) SeksualitasMasalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan

11) Interaksi sosialKetidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncula. Nyeri akut b/d kompresi/destruksi jaringan sarafb. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual muntah sekunder, kemoterapi radiasic. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan peratahanan sekunder imunosupresid. Kerusakan integritas kulit b/d penurunan imunologi, efek radiasi kemoterapie. Gangguan citra tubuh b/d efek samping radioterapi : kehilangan rambutf. Konstipasi b/d iritasi mukosa GI sekunder kemoterapi

3. Rencana Tindakan a. Diagnosa: Nyeri akut b/d kompresi/destruksi jaringan sarafTujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang/terkontrol dengan kriteria hasil :1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)2) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)3) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NOINTERVENSIRASIONAL

1Kaji skala nyeri dengan PQRSTNyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan

2Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperti : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri, perubahan frekuensi jantung/pernapasan, tekanan darahMerupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami. Sakit kepala mungkin bersifat akut atau kronis. Jadi manifestasi fisiologis bisa muncul atau tidak

3Ajarkan teknik distraksi/pengalihan nyeriMengajarkan pasien pengendali nyeri dan/atau dapat mengubah mekanisme sensasi nyeri dan mengubah persepsi nyeri

4Anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenangMenurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi nyeri

5Berikan penjelasan kepada keluarga dan pasien jika nyeri tersebut muncul segera melaporkan kepada petugas kesehatanPengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat menurunkan beratnya serangan

6Kolaborasi dalam pemberian analgetikAnalgetik dapat memblok nyeri sehingga nyeri dapat berkurang

b. Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual muntah sekunder, kemoterapi radiasiTujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan tidak mengalami tanda malnutrisi dengan kriteria hasil :1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan2) Mampu mengidentifikasi sesuai kebutuhan nutrisi3) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berartiNOINTERVENSIRASIONAL

1Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukaiMengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi

2Observasi dan catat masukan makanan pasienMengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan

3Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubunganGejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ

4Timbang berat badan tiap hariMengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi

5Berikan makan sedikit dan frekuensi sering Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster

6Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral lukaMeningkatkan nafsu makan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat

7Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana cara memenuhinyaMeningkatkan pengetahuan klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukannya

8Kolaborasi dengan ahli gizi tentang rencana dietMembantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual

c. Diagnosa: Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan peratahanan sekunder imunosupresiTujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil :1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaanya3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

4) Jumlah leukosit dalam batas normal5) Menunjukkan perilaku hidup sehatNOINTERVENSIRASIONAL

1Pantau tanda dan gejala infeksiEvaluasi awal, menentukan intervensi selanjutnya

2Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkanMembatasi pemajanan terhadap bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dapat dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respon imun sangat terganggu

3Pantau suhu. Catat adanya menggigil dan takikardi dengan atau tanpa demamAdanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi atau pengobatan

4Amati eritema/cairan lukaIndikator infeksi local

5Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur/perawatan lukaMenurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri

6Berikan perawatan kulit, perianal, oral dengan cermatMenurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi

7Dorong perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalamMeningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia

8Tingkatkan masukan cairan adekuatMembantu dalam pengenceran sekret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh (mis : pernapasan & ginjal)

9Berikan penjelasan kepada keluarga dan pasien agar mencuci tangan yang baik dan benarMencegah kontaminasi bakteri

10Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasiMembedakan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan

11Berikan antiseptik topikal, antibiotik sistemik Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi lokal

d. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit b/d penurunan imunologi, efek radiasi kemoterapiTujuan & Kriteria Hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit, dengan kriteria hasil :1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi)2) Tidak ada luka/lesi pada kulit3) Perfusi jaringan baik4) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang5) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alamiNOINTERVENSIRASIONAL

1Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vascular. Perhatikan kemerahan, ekskoriasi. Observasi terhadap ekimosis, purpuraMenandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus/infeksi

2Pantau masukan cairan atau hidrasi kulit dan membran mukosaMendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi yang berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat seluler

3Inspeksi area tergantung terhadap edemaJaringan edema lebih cenderung rusak/robek

4Ubah posisi dengan sering, gerakkan pasien dengan perlahan, beri bantalan pada tonjolan tulangMenurunkan tekanan pada edema, jaringan dengan perfusi burukuntuk menurunkan iskemia. Peninggian meningkatkan aliran balik statis vena terbatas/pembentukan edema

5Selidiki keluhan gatalMeskipun dialysis mengalami masalah kulit yang berkenaan dengan uremik, gatal dapat terjadi karena kulit adalah rute ekskresi untuk produk sisa

6Pertahankan linen kering, bebas keriputMenurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit

7Anjurkan menggunakan pakaian katun longgarMencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit

e. Diagnosa Keperawatan : Gangguan citra tubuh b/d efek samping radioterapi : kehilangan rambutTujuan & Kriteria Hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan klien mampu menerima kondisi tubuhnya, dengan kriteria hasil :1) Body image positif2) Mampu mengidentifikasi kekuatan personal3) Mendeskripsikan secara aktual perubahan fungsi tubuh4) Mempertahankan interaksi sosialNOINTERVENSIRASIONAL

1Diskusikan dengan pasien atau orang terdekat bagaimana diagnosis dan pengobatan yang mempengaruhi kehidupan pribadi pasien/rumah dan aktivitas kerjaMembantu dalam memastikan masalah untuk memulai proes pemecahan masalah

2Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu, termasuk kemungkinan efek terhadap aktivitas seksual dan rasa ketertarikan/keinginan misalnya : alopecia, kecacatan bedah. Beri tahu pasien bahwa tidak semua efek samping terjadiBimbingan antisipasi dapat membantu pasien/orang terdekat memulai adaptasi pada status baru dan menyiapkan untuk beberapa efek samping, misalnya : membeli wig sebelum radiasi, jadwal waktu libur kerja sesuai indikasi

3Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai orang tuaDapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit

4Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami. Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasiMemvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi

5Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakan oleh pasien/orang terdekat Membantu merencanakan perawatan saat di rumah sakit serta setelah pulang

6Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatanMeskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek samping terapi : banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini

7Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima pada pasien dan mempertahankan kontak mataPemastian individualitas dan penerimaan penting dalam menurunkan perasaan pasien tentang ketidakamanan dan keraguan diri

8Kolaborasi :Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada)Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/orang terdekat, memberikan kontak dengan pasien lain dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau pemulihan

9Kolaborasi :Rujuk pada konseling profesional bila diindikasikanMungkin perlu untuk memulai dan mempertahankan struktur psikososial positif bila sistem pendukung pasien/orang terdekat terganggu

f. Diagnosa Keperawatan : Konstipasi b/d iritasi mukosa GI sekunder kemoterapiTujuan & Kriteria Hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan klien dapat BAB secara normal (1x), dengan kriteria hasil :1) Mempertahankan bentuk feses lunak, setiap 1-3 hari2) Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi3) Mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi 4) Feses lunak dan berbentukNOINTERVENSIRASIONAL

1Pastikan kebiasaan eliminasi umumDapat diperlukan sebagai dasar untuk evaluasi masa datang

2Kaji bising usus dan pantau/catat gerakan usus termasuk frekuensi, konsistensiMendefiniskan masalah konstipasi

3Pantau masukan dan haluaran serta berat badanKetidakadekuatan masukan cairan dapat menimbulkan konstipasi

4Dorong masukan cairan adekuat (mis ; 2000 ml/24 jam), peningkatan serat diet; latihanDapat menurunkan potensial terhadap konstipasi dengan memperbaiki konsistensi feses dan merangsang peristaltik

5Berikan makan sedikit dan sering, mempertahankan kebutuhan protein dan karbohidrat (mis; telur, sereal, sayur yang diblender)Menurunkan iritasi gaster

6Pastikan diet yang tepat : hindari makanan yang tinggi lemak (mis; mentega, makanan gorengan, kacang). Stimulan GI yang dapat meningkatkan motilitas/frekuensi defekasi

7Periksa terhadap infeksi bila pasien tidak defekasi dalam 3 hari atau distensi abdomen, kram, sakit kepalaIntervensi lanjut/perawatan usus alternative mungkin diperlukaan

8Kolaborasi :Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, mis : elektrolitKetidakseimbangan elektrolit mungkin akibat dari/pemberat untuk mengubah fungsi GI

9Kolaborasi :Berikan cairan IVMencegah dehidrasi, mengencerkan agen kemoterapi untuk menurunkan efek samping

10Kolaborasi :Pelunak feses, laksatif, enema sesuai indikasiPenggunaan profilaktif dapat mencegah komplikasi lanjut pada beberapa pasien (dengan pola defekasi buruk sebelum pengobatan atau penurunan motilitas)

4. ImplementasiImplementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat

5. EvaluasiNo DxEVALUASI

1a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)b. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)c. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

2a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuanb. Mampu mengidentifikasi sesuai kebutuhan nutrisic. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

3a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksib. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaanyac. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksid. Jumlah leukosit dalam batas normale. Menunjukkan perilaku hidup sehat

4a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi)b. Tidak ada luka/lesi pada kulitc. Perfusi jaringan baikd. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulange. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

5a. Body image positifb. Mampu mengidentifikasi kekuatan personalc. Mendeskripsikan secara aktual perubahan fungsi tubuhd. Mempertahankan interaksi sosial

6a. Mempertahankan bentuk feses lunak, setiap 1-3 harib. Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasic. Mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi d. Feses lunak dan berbentuk

DAFTAR PUSTAKA

Efiati, Nurbaiti, Jenny, Ratna. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher edisi ke 6. Jakarta : FKUINurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : MedActionSmeltzer Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed. 8. Jakarta : EGC