ca. mammae.docx
TRANSCRIPT
LONG CASE CA. MAMMAE
Identitas Pasien
Nama : Ny. Nurmi
Umur : 60 tahun
RM : 582804
MRS : 07 Januari 2013
Kamar : Lontara 2, B.Tumor,Kamar 6 bed 3
Jaminan : Jamkesmas
Anamnesis
KU : Benjolan pada payudara kanan
AT : Disadari sejak ± 2 tahun yang lalu. Awalnya sebesar telur puyuh dan
lama kelamaan membesar seperti bola tenis. Benjolan semakin membesar dalam 3
bulan terakhir. Benjolan tidak terasa nyeri. Riw. demam tidak ada, riw. nyeri
tulang belakang dirasakan sebelum disadari adanya benjolan di payudara. Riw.
penurunan nafsu makan (-), riw. penurunan BB (+) selama 2 bulan terakhir.
G7P5A2. Riwayat haid pertama umur 13 tahun. Haid tidak teratur. Menopause usia
40 tahun. Riw. melahirkan anak pertama saat usia 26 tahun. Riw. ASI esklusif ke-
5 anaknya. Riw. pemakaian obat hormonal (pil KB dan suntik) saat umur 32 tahun
namun hanya 6 bulan. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (tante
penderita). Riwayat dilakukan operasi biopsi insisi tgl 15/01/2013. Hasil PA:
adenocarcinoma invasif ductal moderate grade
Riwayat penyakit : hipertensi (-), DM (-), penyakit jantung (-)
Riwayat operasi : payudara (-), ginekologi (-)
Riwayat penyakit dalam keluarga (hipertensi, DM, penyakit jantung, asma)
disangkal.
Pemeriksaan fisis:
Status Generalis : sakit sedang / gizi sedang / composmentis
Karnofsky : 80-90 %
Status vital :
TD : 130/80 mmhg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36.80C
Kepala : anemis (-), ikterus (-)
Leher : MT (-), NT (-)
Thorax :
I: simetris kiri = kanan
P: MT (-), NT (-)
P: sonor
A: BP vesikuler, kiri = kanan, Rh -/-, Wh -/-
BJ I/II murni reguler, murmur (-)
Abdomen:
I : datar, ikut gerak napas
A : peristaltik (+), kesan normal
P : MT (-), NT (-), hepar & lien tidak teraba
P : tympani (+)
Ekstremitas: edema (-)
Status lokalis
Regio mammae dextra
I: tampak lebih besar dari mammae sinistra , tampak massa sebesar bola tenis,
warna kulit lebih merah dari sekitarnya, ulkus (-) peau d’orange (+), retraksi
papilla (-), edema (+)
P: teraba sebuah benjolan ukuran 10.5 x 6.5 cm pada kuadran media mammae
dextra, konsistensi padat keras, mobile,tidak melekat pada dinding dada, batas
tegas, permukaan rata, melekat pada kulit, tidak ada nyeri tekan.
Terdapat pembesaran KGB (regio axilaris dextra)
I: Tidak tampak benjolan
P: Teraba pembesaran kelenjar getah bening single berukuran ± 1.5 x 0.5 cm,
konsistensi kenyal, mobile, nyeri tekan (-)
Resume
Perempuan, 60 tahun, masuk RS dengan keluhan utama tumor pada
mammae dextra yang membesar dalam 3 bulan terakhir. Berat badan dirasakan
menurun dalam 2 bulan terakhir. Ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
(tante penderita). Menarche pada umur 13 tahun. Haid tidak teratur. Menopause
pada umur 40 tahun. G7P5A2. Semua anak mendpatkan ASI eksklusif. Pada
pemeriksaan fisis pada regio mammae dextra, pada inspeksi tampak tumor pada
mammae dextra sebesar bola tennis, hiperemis (+), peau d’orange(+), edema (+).
Pada palpasi teraba sebuah benjolan dengan uuran 10,5 cm x 6,5 cm pada kuadran
media mammae dextra, konsistensi padat keras, mobile, tidak melekat pada
dinding dada, batas reguler, permukaan rata, melekat pada kulit. Pada regio
axillaris dextra, teraba pembesaran kelenjar getah bening single berukuran ± 1,5
cm x 0,5 cm, konsistensi kenyal, mobile.
Diagnosis Kerja
Ca. Mammae Dextra
cT4bN1M0 Stadium IIIB
Karnofsky 80-90%
Rencana Terapi
Kemoterapi neo adjuvant
Mastektomi Radikal Modifikasi
Radioterapi
Hormonal terapi
CARCINOMA MAMMAE
DEFINISI
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal.
Kanker payudara adalah neoplasma yang ganas yang berasal dari parenkim.1
EPIDEMIOLOGI
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif
tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus
kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000
diantaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang
berkembang (Moningkey, 2000). Di Amerika Serikat, kira-kira 175.000 wanita
didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker
yang menyerang wanita.1
Untuk Indonesia sendiri, kanker payudara menempati urutan pertama pada
pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%). Angka kejadiannya 26 per
100.000 perempuan (Sistem Rumah Sakit Indonesia, 2007).2
ANATOMI
1. Morfologi dan ruang lingkup.1
Payudara wanita kedua sisi berukuran serupa, tapi tidak harus simetris.
Kelenjar mamae wanita sebagian besar terletak di anterior otot pektoralis major,
sebagian kecil dari bagian lateral inferiornya terletak didepan otot serratur
anterior. Batas superior, inferior terletak di antara sela iga ke 2-6 atau 3-7, batas
medial adalah linea parasternal , batas lateral adalah linea aksillaris anterior,
kadang kala mencapai linea aksillaris media. Beberapa kelenjar mammae
memiliki kutub latero-superior berekstensi hingga fosa aksilla, membentuk kauda
aksilar dari kelenjar mammae, disebut juga ‘eminensia aksillaris.’
2. Struktur kelenjar mamae.1
Kelenjar mamae memiliki 15-20 lobuli, tiap lobulus merupakan satu
sistem tubuli laktiferi. Tiap sistem tubuli laktiferi berawal dari papilla mamae
tersusun memancar. Sistem tubuli laktiferi dapat dibagi menjadi sinus laktiferi ,
ampulla duktus laktiferi, duktus laktiferi besar, sedang, kecil, terminal, dan asinus
serta bagian lainnya. Sebagian duktus besar menjelang ke papilla saling
beranastomosis. Maka jumlah pori muara duktus laktiferi lebih sedikit dari jumlah
lobuli laktiferi. Dari pori duktus laktiferi hingga sinus laktiferi dilapisi epitel
skuamosa berlapis, dari distal sinus laktiferi hingga duktus besar di bawah areola
dilapisi sel torak berlapis ganda, selanjutnya berbagai tingkat duktus dilapisi satu
lapis sel epitel torak, asinus dilapisi satu lapis sel sel epitel torak atau kubus.
3. Fasia yang berkaitan dengan glandula mamae.1
Glandula mamae terletak diantara lapisan superfisial dan lapisan profunda
dari fasia superfisialis subkutis. Serabut lapisan superfisial fasia superfisial dan
glandula mamae dihubungkan dengan jaringan serabut pengikat yang disebut
ligamentum cooper mamae. Posterior dari glandula mamae adalah lapisan
profunda fasia superfisialis subkutis, di anterior fasia m.pektoralis major terdapat
struktur yang longgar, disebut dengan celah posterior glandula mamae, maka
glandula mamae dapat digerakkan bebas dia atas permukaan otot pektorlis mayor.
4. Vaskularisasi.1
Vaskularisasi utama kelenjar mamae berasala dari cabang a.axillaris,
ramus perforata interkostales 1-4 dari a.mammaria interna dan ramus perforata
a.interkostalis 3-7. Cabang a.axillaris dari medial ke lateral adalah a.torakalis
superior, a.torakalis akromial, a.torakalis lateralis.
Vena dikelompokkan menjadi dua, yaitu superfisialis dan profunda. V.
superfisial terletak di subkutis, mudah tampak, bermuara ke v.mammaria interna
atau v.superfisial leher. Vena dalam berjalan seiring dengan arteri yang senama
tersebut diatas, secara terpisah bermuara ke v.axillaris, v.mammaria interna dan
v.azygos atau v.hemiazygos. Yang perlu diperhatikana adalah, v.interkostales dan
pleksus venosus vertebral saling berhubungan. Pleksus venosus vertebral tak
berkatup sehingga tekanannya rendah, merupaka jalur penting menghubungkan
v.kava superior – inferior.
5. Drainase limfe.1
Saluran limfe kelenjar mamae terutama berjalan mengikuti v.kelenjar
mamae. Drainasenya terutama melalui : (1) bagian lateral dan sentral masuk ke
kelenjar limfe fossa axillaris, (2) bagian medial masuk ke kelenjar limfe mamaria
interna. Kelenjar limfe fossa axillaris menerima sekitar 75% dari drainase limfe
kelenjar mamae, sedangkan kelenjar limfe mamaria interna hanya 20-25%. Selain
itu saluran limfe subkutis kelenjar mamae, umumnya masuk ke pleksus limfatik
subareolar.
6. Persarafan.1
Kelenjar mamae dipersarafi oleh nervi interkostales 2-6 dan 3-4 rami dari
pleksus servikalis. Sedangkan saraf yag berkaitan erat dengan terapi bedah
adalah : (1) nervus torakalis lateralis, (2) nervus torakalis medialis (3) nervus
torakalis longus dari pleksus servikalis, (4) nervus torakalis dorsalis dari pleksus
brachialis.
FISIOLOGIS
Fungsi faal dasar dar kelenjar mamae adalah mensekresi susu, menyusui
bayi. Fungsi lainnya adalah ciri seksual senkunder dari wanita, termasuk organ
tanda seks yang penting. Kelenjar mamae merupakan target dari berbagai hormon,
perkembangan, sekresi susu dan fungsi lainnya hanya dipengaruhi sistem
endokrin dan korteks serebri secara tak langsung. Perkembangan dan hiperplasia
duktuli glandulae mamae terutama tergantung kepada hormon gonadotropin dan
estrogen, sedangkan lobuli glanduler bergantung kepada efek bersama dari
progesteron dan estrogen dengan proporsi sesuai barulah dapat berkembang baik.1
ETIOLOGI
Etiologi kanker payudara masih belum jelas, tapi data menunjukkan
terdapat kaitan dengan faktor berikut:1
1. Riw.keluarga dan gen terkait karsinoma mammae: penelitian menemukan pada
wanita dengan saudara primer menderita karsinoma mammae, probabilitas
terkena lebih tinggi 2 -3 kali dibanding wanita tanpa riwayat keluatga.
Penelitian dewasa ini menunjukkan gen utama yang terkait dengan timbulnya
karsonoma mammae adalah BRCA-1 dan BRCA-2.
2. Reproduksi: usia menarke kecil, henti haid lanjut dan siklus haid pendek
merupakan faktor risiko tinggi karsinoma mammae. Selain itu, yang seumur
hidup tidak menikah atau belum menikah, partus pertama berusia lebih dari 30
tahun dan setelah partus belum menyusui, berisidensi relatif tinggi.
3. Kelainan kelenjar mammae: penderita kistoadenoma mammae hiperplastik
berat berinsiden lebih tinggi. Jika satu mamme sudah terkena kanker, mammae
kontralateral risikonya meningkat.
4. Penggunaan obat di masa lalu: penggunaan jangka paanjang hormon insidennya
kebih tinggi. Terdapat laporan penggunaan jangka panjang reserpin, metildopa,
analgesik trisiklik, dll. Dapat menyebabkan kadar prolaktik meninggi, berisiko
karsinogenik bagi mammae.
5. Radiasi pengion: kelenjar mammae relatif peka terhadap radiasi pengion,
paparan berlebih menyebabkan peluang kanker lebih tinggi.
6. Diet dan gizi: berbagai studi kasus-kelola menunjukkan dier tinggi lemak dan
kalori berkaitan langsung dengan timbulnya karsinoma mamme. Terdapat data
menunjukkan orang yang gemuk sesudah usia 50 tahun berpeluang lebih besar
terkena kanker mammae. Terdapat laporan, bahwa minum bir dapat
meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh, wanita yang setiap hari minum bir
tiga kali ke atas berisiko karsinoma mammae meningkat 50 – 70%. Penelitaan
lain menunjukkan diet tinggi selulosa, vitamin A dan protein kedele dapat
menurunkan insiden karsinoma.
PATOMEKANISME
1. Invasi local.1
Kanker mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor pada
mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan sekitarnya.,
ke anterior mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis hingga ke dinding toraks.
2. Metastasis kelenjar limfe regional.1
Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar limfe aksilar. Kelenjar
limfe mammaria interna juga merupakan jalur metastasis yang penting. Karena
vasa limfatik pada kelenjar mammae saling beranastomosis, ada sebagian lesi
walaupun terletak di sisi lateral, juga mungkin bermatastasis ke kelenjar limfe
mammaria interna. Metastasi di kelenjar limfe aksilar maupun mammaria interna
dapat lebih lanjut bermetastasis ke kelenjar limfe supra klavikular.
3. Metastasis hematogen.1
Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke saluran pembuluh
darah, juga dapat menginvasi masuk pembuluh darah (v.cava atau sistem
v.interkostal vertebral) hingga timbul metastasis hematogen. Lokasi tersering
metastasis, paru, tulang, pleura, dan adrenal.
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis penderita kelainan payudara harus meliputi usia, genetik dan
familial, hormonal dan riwayat reproduksi dan ginekologi, gaya hidup,
lingkungan. Factor usia paling berperan dalam menimbulkan kanker payudara.
Dengan semakin bertambahnya usia seseorang, insidens kanker payudara akan
meningkat. Selain factor usia, factor adanya riwayat kanker payudara dalam
keluarga juga turut andil. Sekitar 5-10 % kanker payudara terjadi akibat adanya
predisposisi genetic terhadap kelainan ini. Factor reproduksi dan hormonal juga
berperanan besar menimbulkan kelainan ini. Usia menarke yang lebih dini, yakni
dibawah 12 tahun, meningkatkan resiko kanker payudara sebanyak 3 kali,
sedangkan usia menopause yang lebih lambat, yakni diatas 55 tahun,
meningkatkan resiko kanker payudara sebanyak dua kali. Perempuan yang
melahirkan bayi aterm lahir hidup pertama kalinya pada usia diatas 35 tahun
mempunyai resiko tertinggi mengidap terkena kanker payudara. Selain itu
penggunaan kontrasepsi hormonal eksogen juga turut meningkatkan resiko kanker
payudara; penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan resikonya sebesar 1,24 kali;
penggunaan terapi sulih-hormon pasca menopause meningkatkan resiko sebesar
1,35 kali bila digunakan lebih dari 10 tahun; dan penggunaan estrogen penguat
kandungan selama kehamilan meningkatkan resiko sebesar dua kali lipat.
Sebaliknya menyusui bayi menurunkan resiko terkena kanker payudara terutama
jika masa menyusui dilakukan selama 27 – 52 minggu. Obesitas pada masa
pascamenopause meningkatkan resiko kanker payudara; sebaliknya, obesitas
pramenopause justru menurunkan resikonya. Olahraga selama 24 jam setiap
minggu menurunkan resiko sebesar 30 %. Olahraga rutin pada masa pasca
menopause juga menurunkan resiko sebesar 30-40 % , merokok terbukti
meningkatkan resiko kanker payudara. Konsumsi alcohol secara berlebihan
meningkatkan resiko kanker payudara. Wanita yang semasa kecil atau dewasa
mudanya pernah menjalani terapi penyinaran pada daerah dada, biasanya
keganasan limfoma Hodgkin maupun non Hodgkin, mereka beresiko menderita
keganasan payudara secara signifikan.3
Pada inspeksi, pasien dapat diminta untuk duduk tegak dan berbaring.
Kemudian, inspeksi dilakukan terhadap bentuk kedua payudara, warna kulit,
lekukan, retraksi palipa, adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus, dan
benjolan. Cekungan kulit (dimpling) akan terlihat lebih jelas bila pasien diminta
untuk mengangkat lengannya lurus keatas.3
Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal
tipis dipunggung, sehingga payudara terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan
ruas pertama jari telunjuk, tengah, dan manis yang digerakkan perlahan-lahan
tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara dengan alur melingkar atau zigzag.
Penilaian pada hakikatnya sama dengan penilaian tumor ditempat lain. Pada sikap
duduk benjolan yang tak teraba ketika penderita berbaring kadang lebih muda
ditemukan. Perabaan aksila pun lebih mudah dilkukan pada posisi duduk. Palpasi
juga dilakukan guna menentukan apakah benjolan melekat ke kulit dan atau
dinding dada.3
Dengan memijat halus putting susu, dapat diketahui adanya pengeluaran
cairan, berupa darah atau bukan. Pengeluaran darah dari putting payudara diluar
masa laktasi dapat disebabkan oleh berbagai kelainan, seperti karsinoma,
papilloma disalah satu duktus, dan kelainan yang disertai ektasia duktus.3
Gambaran Klinis.1
Massa Tumor
Kebanyakan pasien Ca Mammae asimtomatis, pembesaran tumor biasanya
tidak nyeri. Nyeri atau rasa tidak nyaman bukan gejala yang biasa pada Ca
Mammae, hanya 5% pasien dengan massa malignansi datang dengan nyeri
pada payudara.
Sebagian terbesar bermanifestasi sebagai massa mammae yang tidak nyeri,
sering kali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di
kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter. Konsistensi agak keras, batas tidak
tegas, permukaan tidak licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat
terfiksasi ke dinding toraks). Massa cenderung besar bertahap, dalam beberapa
bulan bertambah besar secara jelas.
Perubahan Kulit
1. Tanda Lesung : ketika tumor mengenai ligament glandula mammae,
ligament itu memendek hingga kulit setempat menjadi cekung disebut
“tanda lesung”
2. Perubahan kulit jeruk (peau d’ orange) : ketika vasa limfatik subkutis
tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit,
folikel rambut tenggelam ke bawah tampak sebagai “tanda kulit jeruk”
3. Nodul satelit kulit : ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis
masing-masing membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapat
muncul banyak nodul tersebar, secara klinis disebut “tanda satelit”
4. Invasi, ulserasi kulit : ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan
berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar,
lokasi itu dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini
disebut “tanda kembang kol”.
5. Perubahan inflamatorik : secara klinis disebut “karsinoma mammae
inflamatorik”, tampil sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna merah
bengkak, mirip peradangan, dapat disebut “tanda peradangan”. Tipe ini
sering ditemukan pada kanker mammae waktu hamil atau laktasi.
Perubahan Papila Mammae
1. Retraksi, distorsi papilla mammae : umumnya akibat tumor menginvasi
jaringan subpapilar
2. Sekret papilar (umumnya sanguineus) : sering karena karsinoma papilar
dalam duktus besar atau tumor mengenai duktus besar.
3. Perubahan eksematoid : merupakan manifestasi spesifik dari kanker
eksematoid (Paget’s Disease). Klinis tampak areola, papilla mammae
tererosi, berkrusta, sekret, deskuamasi, sangat mirip eksim.
Pembesaran Kelenjar Limfe Regional
Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter atau multipel, pada
awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau adhesi dengan
jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe
supraklavikular juga dapat menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan
adalah ada sebagian sangat kecil pasien kanker mammae hanya tampil dengan
limfadenopati aksilar tapi tak teraba massa mammae, kami menyebutnya
sebagai karsinoma mammae tipe tersembunyi.
STAGING CA. MAMMAE (American Joint Committee on Cancer).4
Primary Tumor (T)
Tx : tumor primer tidak dapat dinilai
T0 : tidak ada bukti tumor primer
Tis : Carcinoma in situ Tis (DCIS) : Ductal Carcinoma in Situ
Tis (LCIS) : Lobular Carcinoma in Situ
Tis (Paget’s) :Paget’s Disease pada putting,
Penyakit Paget dari puting tidak terkait dengan karsinoma invasif dan / atau
karsinoma in situ (DCIS dan / atau LCIS) dalam parenkim payudara yang
mendasarinya. Karsinoma di parenkim payudara berhubungan dengan
penyakit Paget dikategorikan berdasarkan ukuran dan karakteristik dari
penyakit parenkim, meskipun adanya penyakit Paget masih perlu dicatat.
T1 : tumor ≤ 20 mm pada dimensi terbesarnya
T1mi : tumor ≤ 1 mm
T1a : tumor > 1 mm tapi ≤ 5 mm
T1b : tumor > 5 mm tapi ≤ 10 mm
T1c : tumor > 10 mm tapi ≤ 20 mm
T2 : tumor > 20 mm tapi ≤ 50 mm
T3 : tumor > 50 mm
T4 : tumor dengan ukuran berapapun dengan ekstensi langsung pada
dinding dada dan/ atau pada kulit (ulserasi atau nodul kulit).
Invasi pada dermis saja tidak dikualifikasi ke dalam T4.
T4a : ekstensi pada dinding dada, tidak termasuk invasi/ perlekatan
pada otot pektoralis major
T4b : ulserasi dan/ atau nodul satelit ipsilateral dan/ atau edema
(termasuk peau d’orange) pada kulit, yang tidak termasuk dalam
kriteria untuk karsinoma inflamatori
T4c : T4a & T4b
T4d : karsinoma inflamatori
Regional Lymph Nodes (N) klinis
Nx : kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai (misalnya,
sudah pernah dilakukan pengangkatan sebelumnya)
N0 : tidak ada metastase kelenjar getah bening regional
N1 : metastase ke kelenjar getah bening axillary level I, II ipsilateral
yang dapat digerakkan
N2 : metastase pada kelenjar getah bening axillary level I, II ipsilateral
yang secara klinis terfiksasi; atau secara klinis ditemukan nodul
internal mammary ipsilateral jika secara klinis tidak ditemukan
bukti adanya metastase ke kelenjar getah bening axillary
N2a : metastase pada kelenjar getah bening lainnya atau pada jaringan
lainnya.
N2b : metastase ditemukan secara klinis ipsilateral pada nodul internal
mamma dan tidak adanya bukti metastase kelenjar getah bening
level I, II
N3 : metastase pada kelenjar getah bening ipsilateral infraklavikular
(aksilari level III) dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah
bening aksilari level I, II; atau secara klinis ditemukan kelenjar
getah bening internal mamma ipsilateral dengan bukti secara klinis
metastase nodul aksilari level I, II; atau metastase ipsilateral nodul
supraklavikular dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah
bening aksilari atau internal mamma
N3a : metastase pada kelenjar getah bening supraklavikular ipsilateral
N3b : metastase pada kelenjar getah bening internal mamma ipsilateral
dan kelenjar getah bening aksilari
N3c : metastase pda kelenjar getah bening supraklavikular
Distant Metastase (M)
M0 : tidak ada bukti metastase jauh baik secara klinis ataupun
radiologik
cM0(i+) : tidak ada bukti metastase jauh baik secara klinis maupun
radiologic, tetapi ditemukan deposit sel tumor secara
molekular atau secara mikroskopik pada pembuluh darah,
sumsum tulang, atau jaringan non regional lainnya yang
tidak lebih dari 0,2 mm pada pasien tanpa adanya tanda
atau gejala metastase
M1 : ditemukan metastase jauh yang ditentukan secara klinis
dan radiologik dan/ atau terbukti secara histologis lebih dari
0,2 mm.
Patologik N (pN)
pNx : kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai
(misalnya sudah diangkat sebelumnya)
pN0 : ada metastasis getah bening regional simpul diidentifikasi
secara histologis Catatan: kelompok sel Terisolasi tumor
(ITC) didefinisikan sebagai kelompok kecil sel tidak lebih
besar dari 0,2 mm, atau sel tumor tunggal, atau sekelompok
kurang dari 200 sel dalam histologis tunggal penampang.
ITC dapat terdeteksi oleh histologi rutin atau oleh
imunohistokimia (IHC) metode. Nodul mengandung ITC
hanya dikecualikan dari jumlah node jumlah positif untuk
tujuan klasifikasi N tetapi harus dimasukkan dalam jumlah
total node dievaluasi
pN0 (i-) :ada simpul getah bening regional metastasis histologis,
negatif IHC
pN0 (i +) :sel-sel ganas di kelenjar getah bening regional (s) tidak
lebih besar dari 0,2 mm (dideteksi oleh H & E atau IHC
termasuk ITC)
pN0 (mol-) :ada simpul getah bening regional metastasis histologis,
temuan molekul negatif (RT-PCR)
pN0 (mol +) : temuan molekul Positif (RT-PCR), tapi tidak ada simpul
getah bening regional metastasis terdeteksi oleh
micrometastases histologi atau IHC
pN1mi : micrometastases (lebih besar dari 0,2 mm dan / atau lebih
dari 200 sel, tetapi tidak lebih besar dari 2,0 mm) pN1a
Metastasis di 1-3 Kelenjar getah bening aksila, setidaknya
satu metastasis lebih besar dari 2,0 mm Metastasis
pN1mi : micrometastases (lebih besar dari 0,2 mm dan / atau lebih
dari 200 sel, tetapi tidak lebih besar dari 2,0 mm)
Metastasis
pN1a : metastase pada kelenjar getah bening aksilari 1-3, salah
satu metastasis lebih dari 2 mm
pN1b : metastasis pada nodul internal mamma dengan
mikrometastasis atau makrometastasis ditemukan dengan
biopsy sentinel kelenjar getah bening tetapi tidak
ditemukan secara klinis
pN1c : metastase pada kelenjar getah bening aksilari 1-3 dan pada
kelenjar getah bening internal mamma dengan
mikrometastasis atau makrometastasis ditemukan dengan
biopsy sentinel kelenjar getah bening tetapi tidak
ditemukan secara klinis
pN2 : metastasis pada kelenjar getah bening aksilari 4-9; atau
secara klinis ditemukan kelenjar getah bening internal
mamma tanpa adanya metastasis kelenjar getah bening
aksila
pN2a : metastasis pada kelenjar getah bening 4-9, salah satu
deposit tumor lebih dari 2mm
pN2b : Metastasis secara klinis terdeteksi di kelenjar getah bening
internal mammae tanpa adanya metastasis kelenjar getah
bening aksila
pN3 : metastasis pada 10 atau lebih kelenjar getah bening aksila,
atau infraklavikula (tingkat III aksila) kelenjar getah
bening, atau dalam klinis terdeteksi ipsilateral kelenjar
getah bening internal mammae di hadapan dari satu atau
lebih tingkat positif I, II kelenjar getah bening aksila, atau
lebih dari tiga kelenjar getah bening aksila dan di kelenjar
getah bening internal mammae dengan micrometastases
atau macrometastases terdeteksi oleh kelenjar getah bening
sentinel biopsi tetapi tidak klinis terdeteksi, atau getah
bening supraklavikula ipsilateral
pN3a : metastasis di 10 atau lebih kelenjar getah bening aksila
(setidaknya satu deposit tumor lebih besar dari 2,0 mm),
atau metastasis ke infraklavikula (tingkat III getah bening
aksila) node metastasis
pN3b : di klinis terdeteksi ipsilateral kelenjar getah bening
internal mammae dalam kehadiran satu atau lebih kelenjar
getah bening aksila positif, atau lebih dari tiga kelenjar
getah bening aksila dan di internal mammae kelenjar getah
bening dengan micrometastases atau macrometastases
terdeteksi oleh sentinel biopsi kelenjar getah bening tetapi
tidak Metastasis klinis terdeteksi
pN3c : metastasis di kelenjar getah bening supraklavikula
ipsilateral
ANATOMIC STAGE/ PROGNOSTIC GROUP
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I A T1 N0 M0
Stage I B T0 N1mi M0
T1 N1mi M0
Stage II A T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stage II B T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage III A T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage III B T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stage III C T berapapun N3 M0
Stage IV T berapapun N berapapun M1
Penatalaksanaan.5
a. Terapi bedah/Mastektomi
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium
III disebut kanker mammae operable. Pola operasi yang sering dipakai adalah
(Wan Desen, 2008):
1. Mastektomi Radikal
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan mempopulerkan
operasi radikal kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit
berjarak minimal 3 cm dari tumor, seluruh kelenjar mammae,
m.pectoralis mayor, m.pectoralis minor, dan jaringan limfatik dan
lemak subscapular, aksilar secara kontinyu enblok reseksi.
2. Mastektomi radikal modifikasi
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan
m.pektoralis mayor dan minor (model Auchincloss) atau
mempertahankan m.pektoralis mayor, mereseksi m.pektoralis minor
(model Patey). Pola operasi ini memiliki kelebihan antara lain memacu
pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar limfe
aksilar superior.
3. Mastektomi total
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan
kelenjar limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ
atau pasien lanjut usia.
4. Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar
Secara umum ini disebut dengan operasi konservasi mammae.
Biasanya dibuat dua insisi terpisah di mammae dan aksila.
Mastektomi segmental bertujuan mereseksi sebagian jaringan kelenjar
mammae normal di tepi tumor, di bawah mikroskop taka da invasi
tumor tempat irisan. Lingkup diseksi kelenjar limfe aksilar biasanya
juga mencakup jaringan aksila dan kelenjar limfe aksilar kelompok
tengah.
5. Mastektomi segmental plus biopsy kelenjar limfe sentinel
Metode reseksi segmental sama dengan di atas, kelenjar limfe
sentinel adalah terminal pertama metastasis limfogen dari karsinoma
mammae, saat operasi dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat
mengangkat kelenjar limfe sentinel, dibiopsi, bila patologik negative
maka operasi dihentikan, bila positif makan dilakukan diseksi kelenjar
limfe aksilar.
Untuk terapi kanker mammae terdapat banyak pilihan pola operasi, yang mana
yang terbaik masih controversial. Secara umum dikatakan harus berdasarkan
stadium penyakit dengan syarat dapat mereseksi tuntas tumor, kemudian baru
memikirkan sedapat mungkin konservasi fungsi dan kontur mammae.
b. Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel
kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Efek pengobatan ini tubuh
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi
hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak
hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh
obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi. Obat yang diberikan adalah
kombinasi Cyclophosphamide, Metotrexate dan 5-Fluorouracyl selama 6 bulan.
d. Terapi hormonal
Terapi hormonal diberikan jika penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh,
biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih
lama. Terapi hormonal paliatif dilakukan pada penderita pramenopause, dengan
cara ovarektomy bilateral atau dengan pemberian anti estrogen seperti Tamoksifen
atau Aminoglutemid. Estrogen tidak dapat diberikan karena efek sampingnya
terlalu berat.
Penatalaksanaan karsinoma payudara berdasarkan klasifikasinya, yaitu
(PERABOI, 2003):
1. Kanker payudara stadium 0
Dilakukan : BCS
Mastektomi simple
Terapi devinitive pada TO tergantung pada pemeriksaan blok paraffin,
lokasi didasarkan pada hasil pemeriksaan imaging.
Indikasi BCS :
- T : 3 cm
- Pasien menginginkan mempertahankan payudaranya
Syarat BCS (Breast Conserving Surgery):
Keinginan penderita setelah dilakukan inform consent
Penderita dapat melakukan control rutin setelah pengobatan
Tumor tidak terletak sentral
Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik
untuk kosmetik pasca BCS.
Mamografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi/tanda
keganasan lain yang difus (luas)
Tumor tidak multiple
Belum pernah terapi radiasi di dada
Tidak menderita penyakit LE atau penyakit kolagen
Terdapat sarana radioterapi yang memadai
2. Kanker payudara stadium dini/operable
Dilakukan: BCS (harus memenuhi syarat di atas)
Mastektomi radikal
Mastektomi radikal modifikasi
Terapi adjuvant:
Dibedakan pada keadaan: Node (-), node (+)
Pemberian tergantung dari:
- Node (+)/(-)
- ER/PR
- Usia pemenopause atau post menopause
Dapat berupa: radiasi, kemoterapi, dan hormonal terapi.
Terapi adjuvant pada NODE NEGATIVE (KGB histopatologi
negative):
Menopausal status Hormoal receptor High Risk
Pre menopause ER (+)/PR(+)
ER (-)/PR(-)
Ke + Tam/Ov
Ke
Post menopause ER (+)/PR(+)
ER(-)/PR(-)
Tam + Kemo
Ke
Old age ER (+)/PR(+)
ER (-)/PR(-)
Tam + Kemo
Ke
Terapi adjuvant pada NODE positive (KGB histopatologi positif):
Menopausal status Hormonal receptor High Risk
Pre menopausal ER (+)/PR(-)
ER (-) and PR (-)
Ke + Tam/Ov
Ke
Post menopausal ER (+)/PR(+)
ER(-)/PR(-)
Ke + Tam
Ke
Old age ER (+)/PR(+)
ER (-) and PR (-)
Tam + Kem
Ke
Kelompok resiko tinggi:
Umur
ER/PR negative
Tumor progresif (vascular, lymph invasion)
High Thymidin Index
Terapi adjuvant:
Radiasi. Diberikan apabila ditemukan keadaan sbb:
- Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)
- Tepi sayatan dekat (T > T2) tidak bebas tumor
- Tumor sentral/medial
- KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
Acuan pemberian radiasi sbb:
Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan aksila beserta
supraklavikula, kecuali:
- Pada keadaan T < cn = “0” style=””> pN, maka tidak
dilakukan radiasi pada KGB aksila supraklavikula.
- Pada keadaan tumor dimedial/sentral diberikan tambahan radiasi pada
mamaria interna
Dosis lokoreginal profilaksis adalah 50Gy, booster dilakukan sbb:
- Pada potensial terjadi residif ditambahkan 10 GY (misalnya tepi sayatan
dekat tumor atau post BCS)
- Pada terdapat masa tumor atau residu post OP (mikroskopik atau
makroskopik) maka diberikan boster dengan dosis 20 GY kecuali pada aksila
15 GY.
Kemoterapi
Kemoterapi : kombinasi CAF (CEF), CMF,AC
Kemoterapi adjuvant : 6 siklus
Kemoterapi paliatif : 12 siklusKemoterapi neoadjuvant :
3 siklus praterapi primer ditambah
3 siklus pasca terapi primer
o Kombinasi CAFDosis C : Cyclophosfamide 500 mg/m2
hari1 A : Adriamycin = Doxorubin 50 mg/M2 hari 1 F : 5
Fluoro Uracil 500 mg/m 2 hari 1Interval : 3 minggu.
o Kombinasi CEFDosis C : Cyclophosfamide 500mg/m2 hari
1 E : Epirubicin 50 mg /m2 hari 1F : 5 Fluoro Uracil
500mg/M2 hari 1Interval : 3 minggu.
o Kombinasi CMFDosis C : Cyclophosfamide 100 mg/m2
hari 1 s/d 14 M : Metotrexate 40mg/m2 IV hari 1 & 8F : %
Fluoro Uracil 500 mg /m2 IV hari 1 & 8 Interval : 4
minggu.
o Kombinasi ACDosis A : Adriamycin C : Cyclophosfamide
o Optional : Kombinasi Taxan + Doxorubycin
Capecitabine
Gemcitabine Hormonal terapi
Hormonal Terapi
Macam terapi hormonal
1. Additive : pemberian tamoxifen
2. Ablative : bilateral oophorectomi (ovarektomi bilateral)
3. Dasar pemberian :
1. Pemberian reseptor ER+ PR +; ER+ PR - ; ER – PR +
2. Status hormonal
Additive : apabila ER- PR +
ER+ PR- (menopause tanpa pemeriksaan ER & PR)
ER – PR +
Ablasi : apabila, tanpa pemeriksaan reseptor, premenopause, menopause 1-5
tahun dengan efek estrogen (+), perjalanan penyakit slow growing &
intermediated growing.
3. Kanker payudara locally advanced (local lanjut)
Operable Locally advanced
Simple mastektomi/MRM + radiasi kuratif + kemoterapi
adjuvant + hormonal terapi
Inoperable Locally advanced
Radiasi kuratif + kemoterapi + hormonal terapi
Radiasi + operasi + kemoterapi + hormonal terapi
Kemoterapi neoadjuvant + operasi + kemoterapi + radiasi +
hormonal terapi.
4. Kanker payudara lanjut metastase jauh
Prinsip:
Sifat terapi paliatif
Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan
hormonal terapi)
Terapi lokoregional (radiasi & bedah)
Setelah operasi, penanganan selanjutnya disebut adjuvant therapy
yang terdiri dari terapi radiasi, kemoterapi dan hormonal terapi.
Yang tujuannya adalah untuk membunuh sel kanker yang mungkin
masih tertinggal pada saat operasi.
Prognosis
Prognosis kanker payudara tergantung dari :6
Besarnya tumor primer.
Banyaknya/besarnya kelenjar axilla yang positf.
Fiksasi ke dasar dari tumor primer.
Tipe histologis tumor/invasi ke pembuluh darah.
Tingkatan tumor anaplastik.
Umur/keadaan menstruasi.
Kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dosen Wan. Karsinoma Mammae. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 366, 372-73
2. Available from:
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1060-jika-tidak-
dikendalikan-26-juta-orang-di-dunia-menderita-anker-.html [citied on
January 23rd 2013].
3. Sjamsuhidajat R, dkk. Payudara. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007. Hal. 471-97
4. Breast Cancer Staging dalam American Joint Committee on Cancer. 7th
edition. 2009
5. Stephan, Pam. 2009. Stages of Breast Cancer-The TNM system. 2010.
6. Singletary, SE., Connolly, James. 2006. Breast Cancer Staging. USA. CA
Cancer Journal, 56: 37-47.