ca mammae.docx

53
BAB I STATUS PASIEN I. Identitas Pasien a. Nama : Ny. S b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Umur : 63 tahun d. Pekerjaan : IRT e. Pendidikan : SMP f. Alamat : RT 23 Pakuan Baru g. Tanggal periksa : 24 September 2014 II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan- keluarga a. Status Perkawinan : Menikah b. Jumlah anak : 3 orang c. Status ekonomi keluarga : cukup d. Kondisi Rumah : Pasien tinggal dirumah permanen dengan ukuran 10 X 20 m 2 , lantai terbuat dari semen dengan dinding terbuat dari semen dan sebagian terbuat dari kayu, dan beratap seng. Didalam rumah tersebut terdapat ruang tamu dengan 3 jendela dengan masing-masing berukuran 60x80 cm 2 , dan terdapat ventilasi disetiap jendela dan pintu masuk menuju rumah, masing-masing berukuran 20x30cm 2 . Terdapat 4 kamar tidur dengan 1

Upload: arnanda-putra

Post on 21-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB ISTATUS PASIEN

I. Identitas Pasiena. Nama: Ny. Sb. Jenis Kelamin: Perempuanc. Umur: 63 tahund. Pekerjaan: IRTe. Pendidikan: SMPf. Alamat: RT 23 Pakuan Barug. Tanggal periksa: 24 September 2014

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluargaa. Status Perkawinan: Menikahb. Jumlah anak: 3 orangc. Status ekonomi keluarga: cukupd. Kondisi Rumah: Pasien tinggal dirumah permanen dengan ukuran 10 X 20 m2, lantai terbuat dari semen dengan dinding terbuat dari semen dan sebagian terbuat dari kayu, dan beratap seng. Didalam rumah tersebut terdapat ruang tamu dengan 3 jendela dengan masing-masing berukuran 60x80 cm2, dan terdapat ventilasi disetiap jendela dan pintu masuk menuju rumah, masing-masing berukuran 20x30cm2. Terdapat 4 kamar tidur dengan kamarnya berukuran antara 4x4m2, kamar tersebut memiliki jendela pada tiap kamar dan ventilasi udara. Wc menggunakan wc jongkok. Sumber air berasal dari PDAM

e. Kondisi Lingkungan Keluarga: Pasien tinggal bersama 3 orang anak dan menantunya dan 3 orang cucu pasien. 1 orang anaknya sudah menikah dan tinggal dirumah bersama pasien. Pasien sudah tidak bekerja lagi sehingga untuk kebutuhan belanja sehari-hari pasien di biayai oleh anak-anaknya, sedangkan suami pasien sudah meninggal + 6 tahun yang lalu. Biaya berobat ditanggung oleh BPJS.

III. Aspek Psikologis di Keluarga: Secara psikologis pasien tidak bermasalah. Pasien dikenal sebagai seorang ibu yang perhatian dan penyayang dengan anak dan cucunya.

IV. Keluhan Utama: Pasien datang berobat kepuskesmas dengan keluhan terdapat benjolan pada payudara sebelah kiri sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu.

V. Keluhan Tambahan:Mudah lelah, Nafsu makan menurun.

Riwayat Penyakit Sekarang:Sejak 2 tahun yang lalu pasien mengeluh ada benjolan pada payudara kiri. Benjolan sebesar telur puyuh semakin lama semakin membesar, tidak bisa digerakkan, padat/keras, keluar cairan dari puting payudara tidak ada dan tidak terasa nyeri.Sejak 8 bulan yang lalu pasien merasakan payudara kiri tampak membesar dan berwarna merah, dan terasa nyeri yang hilang timbul. Benjolan terasa padat/keras, terasa melekat dikulit, benjolan susah untuk digerakkan, keluar cairan dari puting (-), kulit tampak agak mengkerut. Kemudian pasien berobat dengan dokter didekat rumah pasien namun tidak ada perubahan. Sejak 2 minggu ini pasien mengeluh badan terasa lemah dan meriang dan dirasakan memberat sejak seminggu terakhir. Pasien mengaku nafsu makan berkurang dan susah tidur. Sehingga pasien berobat ke Puskesmas dan dirujuk ke RS Abdul Manap.

VI. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga : Tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya Riwayat diabetes mellitus disangkal Riwayat hipertensi disangkal Riwayat penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama disangkal Adik ibu pasien pernah terdapat benjolan pada payudara sama seperti pasien dan telah meninggal.

VII. Riwayat haid pasien Menarche: 12 tahun haid teratur : 1 bulan sekali lama haid: 7 hari Menoupause : Lupa

VIII. Pemeriksaan Fisik:Keadaan Umum1. Keadaan sakit: tampak sakit sedang2. Kesadaran: compos mentis3. Suhu: 37C4. Nadi: 110 kali/menit5. Tekanan Darah: 130/80 mmHg6. Pernafasan: 20 kali/menit7. Berat badan: 42 KgTinggi badan : 155 cm

Pemeriksaan Organ1. KepalaBentuk : normocephalEkspresi: biasaSimetri: simetris2. MataExopthalmus/enophtal: (-)Kelopak : normalConjungtiva: anemis (-/-)Sklera: ikterik (-/-)Kornea: normalPupil: bulat, isokor, reflex cahaya +/+Lensa: normal, keruh (-)3. Hidung: tak ada kelainan4. Telinga : tak ada kelainan5. Mulut: tak ada kelainan6. LeherKGB: tak ada pembesaranKel.tiroid: tak ada pembesaran7. ThoraxInspeksi: Terdapat benjolan pada payudara kiri, bekas luka (-)Perkusi: sonor +/+Palpasi: pengembangan dada simetris +/+ Fremitus (+) normalAuskultasi:Cor: S1 S2 reguler, bising jantung (-)Pulmo: vesikuler +/+, suara tambahan ronkhi (-), wheezing (-)

8. Abdomen: Inspeksi : datar, venektasi (-), jaringan parut (-) Auskultasi : bisung usus (+) normal Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba Perkusi: timpani

9. Ekstremitas : Reflek fisiologis +/+, Reflek Patologis -/-, Edema (-), akral hangatStatus Lokalis :Regio mammae sinistra :Inspeksi : Tampak massa padat pada mammae sinitra, retraksi (+), peau dorange (+), abses (-), darah (-). Tampak benjolan pada axila sinistra

Palpasi : Teraba massa 7x8 cm, terfiksir, konsistensi keras, permukaan tidak rata, batas tegas pada mammae sinistra,immobile, NT (+)

Axiillaris Sinistra :Inspeksi : Tampak benjolan pada axila sinistra

Palpasi : Teraba massa 2x3 cm, konsistensi keras, permukaan rata, tidak terfiksasi.

IX. Pemeriksaan PenunjangTidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

X. Diagnosis KerjaTumor Mammae Suspec Keganasan Sinistra T4 N1 Mx

XI. Diagnosis BandingFibroadenomaMastitis

XII. Manajemen.

a. Promotif : Edukasi pasien mengenai penyakitnya dan hal-hal yang dapat dilakukan penderita untuk mendeteksi dini kelainan pada payudara Memberikan edukasi kepada pasien agar mengkomsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi. Sperti makanan yang sehat, bersih, hindari pengawet serta lemak yang berlebih. Menjaga kebersihan tubuh serta lingkungan dengan cara yang tepat dan aman. Memeriksa kesehatan secara berkala ke puskesmas/Rumah Sakit

b. Preventif : Usaha untuk mencegah timbulnya kanker dengan menghilangkan dan melindungi tubuh dari faktor-faktor yang menimbulkan kanker. Contohnya menghindari karsinogen,, melakukan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) sebulan sekali dan menghindari makanan berlemak. Usaha untuk mencegah kerusakan lebih lanjut karena kanker, dengan deteksi dini dan diagnosis kanker serta pengobatan dengan segera. Mencegah timbulnya komplikasi kanker Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, istirahat cukup, serta hindari stres berkepanjangan.

c. Kuratif : Merujuk pasien ke Rumah Sakit Kota untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan dan terapi mengenai penyakitnya Tradisional Dengan merebus 10-15 daun sirsak dengan air dan air rebusan sirsak diminum

d. Rehabilitatif Keluarga memberi support kepada pasien Meningkatkan makanan bergizi dan jangan stres Jika ada keluhan, maka segera periksa ke RS/PUSKESMAS

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 PendahuluanKanker payudara merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karenanya. Berdasarkan data pathological base registration di Indonesia kanker payudara menduduki tempat kedua (11,5%) setelah kanker leher rahim. Di Indonesia diperkirakan terdapat 20.000 kasus baru kanker payudara pertahun dan lebih dari 50% kasus berada dalam stadium lanjut.1,2,3 Etiologi yang belum diketahui dengan pasti, usaha-usaha pencegahan yang sukar untuk dilakukan serta perjalanan penyakit yang sukar diduga sehingga seringkali penderita datang dalam keadaan sudah lanjut adalah beberapa masalah kanker payudara yang belum teratasi. Namun demikian usaha-usaha untuk mendeteksi dini (early detection) dapat dilakukan dengan baik dengan mengikutsertakan masyarakat melalui penyuluhan. Apabila ditemukan dalam stadium dini dan mendapat terapi yang tepat dan adekuat tingkat survival penderita kanker payudara akan meningkat. Kemajuan dalam deteksi dini yang dilengkapi dengan kemajuan terapi pada dekade-dekade akhir, baik teknik operasi, radiasi, terapi hormonal serta khemoterapi, yang didasarkan pada ketepatan penentuan stadium dan pengenalan sifat-sifat biologis kanker, semakin membawa harapan baru untuk penderita kanker payudara ini.Proses NeoplasmaSel mempunyai dua tugas utama yaitu berkerja dan berkembang biak. Hemostasis antara proliferasi sel dan kematian sel yang terprogram (apoptosis) secra normal di pertahankan untuk integritas dari jariangan. Gangguan pada proses hemostasis tersebut dapat menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau neoplasma. 1Sel neoplasma terjadi perubahan sifat, sehingga sebagian besar energi yang digunakan untuk berkembang biak. Pertumbuhan tak terkorol yang sering terjadi dengan cepat tersebut dapat megarah ke pertunbuhan jinak (binign) maupun ganas (malignan). Tumor jinak biasany tidak mengalami invasi atau tidak menyebar ke jariangan sekitarny. Tumor ganas dapat menginvasi jaringan lain dan dapat menyebar ke tempat yang jauh. Sel malignan juga bersifat resisten terhadap proses apoptosis.1Proses transformasi sel kanker terjadi melalui pengaturan proliferasi oleh beberapa jenis gen yaitu:1a. Protoonkogen dan onkogenBerfungsi mengatr proliferasi dan diferensiasi sel normal. Rangsangan faktor pertumbuhan ekstraselular diterma oleh reseptor pertumbuhan di permukaan membran (aktivasi tyrosin kinase) dan diteruskan melalui transmiter sel (guanine mucleotide-binding protein) ke dalam sitoplasma dan ke dalam inti sel. Bila kemudian terjadi ikatan dengan bahan karsinogen akan terjadi proliferasi sel abnormal yang berlebihan dan tak terkendali, dimana protoonkogen berubah menjadi onkogen.b. Anti onkogenPada sel normal terdapat keseimbangan antara anti onkogen dan onkogen. Anti onkogen tp53, Apa bila gagal berikatan dengan DNA maka kemampuan mengontrol proliferasi menjadi hilang dan proliferasi akan terus berjalan dan tidak terkendali. Inaktifasi dari tp53 dapat terjadi oleh translokasi atau delesi. c. Gen repair DNADalam keadaan normal kerusakan gen akibat fator endogen dan eksogen dapat di perbaiki melalui mekanisma excission repair DNA lession. Kegagalan mekanisme ini menimbulkan DNA yang cacat dan diturunkan pada keturuan berikutnya sebagai mutasi permanen yang potensial menjadi kanker.

d. Gen anti apoptosisPada sel normal akat terjadi apoptosis. Sedangkan pada neoplasma hal ini tidak terjadi.e. Gen anti metastasisf. ImunitasKanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Karsinoma merupakan keganasan pada payudara yang paling umum terjadi dan kanker payudara merupakan jenis kanker non kulit yang paling sering terjadi pada wanita.

2.2 Anatomi PayudaraPayudara dewasa terletak di hemithoraks kanan dan kiri dengan dasarnya terletak dari kira-kira iga kedua sampai iga keenam. Bagian medial payudara mencapai pinggir sternum dan di lateral sejajar garis aksilaris anterior. Payudara meluas ke atas melalui suatu ekor aksila berbentuk piramid. Payudara terletak di atas lapisan fascia otot pektoralis mayor pada dua pertiga superomedial dan otot seratus anterior pada sepertiga lateral bawah. Pada 15% kasus jaringan payudara meluas ke bawah garis tepi iga dan 2% melewati pinggir anterior otot latissimus dorsi.3

Payudara yang asimetri sering dijumpai diantara wanita normal dan penderita tidak begitu menyadarinya atau mungkin menerimanya sebagai variasi normal. Setengah wanita mempunyai perbedaan volume 10% antara payudara kiri dan kanan dan seperempatnya dengan perbedaan 20%. Payudara kiri selalu lebih besar dibanding yang sebelah kanan.3 Payudara terdiri dari berbagai struktur yaitu parenkim epitelial, jaringan lemak, pembuluh darah, saraf, dan saluran getah bening serta otot dan fascia. Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus. Masing masing lobus dialiri oleh sistem duktus dari sinus laktiferous (bila distensi mempunyai diameter 5 8 mm) terbuka pada nipel, dan masing-masing sinus menerima suatu duktus lobulus dengan diameter 2 mm atau kurang. Di dalam lobus terdapat 40 atau lebih lobulus. Satu lobulus mempunyai diameter 23 mm dan dapat terlihat dengan mata telanjang. Masing-masing lobulus mengandung 10 sampai 100 alveoli (acini) yang merupakan unit dasar sekretori. Payudara dibungkus oleh fascia pektoralis superfisialis yang bagian anterior dan posteriornya dihubungkan oleh ligamentum Cooper sebagai penyangga.1,3,4Vaskularisasi Payudara1,3,4a. ArteriPayudara mendapat perdarahan dari: Cabang-cabang perforantes a. mammaria interna yang memperdarahi tepi medial glandula mammae Rami pektoralis a. thorakoakromialis yang memperdarahi glandula mammae bagian dalam (deep surface) A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) yang memperdarahi bagian lateral payudaraPembuluh darah lain yang juga penting artinya meskipun tidak memperdarahi glandula mammae adalah a. thorakodorsalis. Pada tindakan radikal mastektomi perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol sehingga daerah ini dinamakan the bloody angle.b. VenaPada daerah payudara terdapat tiga grup vena yaitu: Cabang cabang perforantes v. mammaria interna Cabang-cabang v. aksilaris1) v. thorako-akromialis2) v. thorako-dorsalis3) v. thorako lateralis Vena-vena kecil yang bermuara pada v.interkostalisVena interkostalis bermuara pada v. vertebralis kemudian bermuara pada v. azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru)Persarafan Payudara1,3,4Kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan n. interkostalis sedangkan jaringan glandula mammae sendiri dipersarafi oleh sistem simpatis. Persarafan sensoris di bagian superior dan lateral berasal dari nervus supraklavikular (C3 dan C4) dari cabang lateral nervus interkostal torasik (34 ). Bagian medial payudara dipersarafi oleh cabang anterior nervus interkostal torasik. Kuadran lateral atas payudara dipersarafi terutama oleh nervus interkostobrakialis ( C8 dan T1 ) (Hughes dkk, 2000). Pada mastektomi dengan diseksi aksila n. interkostobrakialis dan n. kutaneus brakius madialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas sedapat mungkin dipertahankan agar tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut.Sistem Limfatik Payudara1,3,4a. Pembuluh getah bening Pembuluh getah bening aksila Pembuluh getah bening mamaria intena Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudarab. Kelenjar getah bening aksilaTerdapat beberapa grup kelenjar getah bening aksila: Kelenjar getah bening mammaria eksternaGrup ini dibagi dalam dua kelompok:1. Kelompok superior setinggi interkostal II-III2. Kelompok inferior setinggi interkostal IV-VI Kelenjar getah bening skapula Kelenjar getah bening sentral (central nodes)Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar aksila yang terbesar dan terbanyak jumlahnya, terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak. Beberapa di antaranya terletak sangat superfisial di bawah kulit dan fascia kira-kira pada pertengahan lipat ketiak sehingga relatif paling mudah diraba. Kelenjar getah bening interpektoral (Rotters nodes) Kelenjar getah bening v. aksilaris Kelenjar getah bening subklavikula Kelenjar getah bening prepektoral Kelenjar getah bening mammaria eksterna

Metastasis Kanker Payudara1,3Metastasis kanker payudara dapat terjadi melalui dua jalan:a. Metastasis melalui sistem venaMelalui sistem vena kanker payudara dapat bermetastasis ke paru-paru, vertebra, dan organ-organ lain. V. mammaria interna merupakan jalan utama metastasis kanker payudara ke paru-paru melalui sistem vena sedangkan metastasis ke vertebra terjadi melalui vena-vena kecil yang bermuara ke v.interkostalis yang selanjutnya bermuara ke dalam v. vertebralis.b. Metastasis melalui sistem limfeMetastasis melalui sistem limfe pertama kali akan mengenai KGB regional terutama KGB aksila. KGB sentral (central nodes) merupakan KGB aksila yang paling sering (90%) terkena metastasis sedangkan KGB mammaria eksterna adalah yang paling jarang terkena. Kanker payudara juga dapat bermetastasis ke KGB aksila kontralateral tapi jalannya masih belum jelas, diduga melalui deep lymphatic fascial plexus di bawah payudara kontralateral melalui kolateral limfatik. Jalur ini menjelaskan mengapa bisa terjadi metastasis ke kelenjar aksila kontralateral tanpa metastasis ke payudara kontralateral. Metastasis ke KGB supraklavikula dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penyebaran langsung yaitu melalui kelenjar subklavikula tanpa melalui sentinel nodes. Penyebaran tidak langsung melalui sentinel nodes yang terletak di sekitar grand central limfatik terminus yang menyebabkan stasis aliran limfe sehingga terjadi aliran balik menuju ke KGB supraklavikula. Metastasis ke hepar selain melalui sistem vena dapat juga terjadi melalui sistem limfe. Keadaan ini dapat terjadi bila tumor primer terletak di tepi medial bagian bawah payudara dan terjadi metastasis ke kelenjar preperikardial. Selanjutnya terjadi stasis aliran limfe yang berakibat adanya aliran balik limfe ke hepar.2. 3 Etiologi Kanker PayudaraKanker payudara merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau beberapa gen. Dua di antaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang paling berpengaruh disebut dengan BRCA-1 (pada lokus 17q21), yang lainnya adalah gen p53 (pada lokus 17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2 yang terletak pada kromosom 13. Gen keempat yang juga terlibat adalah gen reseptor androgen pada kromosom Y. Mutasi gen ini berhubungan dengan insiden kanker payudara pada pria. Etiologi kanker payudara masih belum diketahui dengan pasti hingga sekarang namun yang paling diyakini sebagai penyebab adalah paparan terhadap mutagen. Mutagen ini bisa berupa mutagen endogen yaitu radikal bebas seperti lipid peroksidase dan malondyaldehida (MDA) juga mutagen eksogen yaitu radiasi. Virus juga diduga sebagai penyebab namun belum dapat dibuktikan pada manusia.5,7Meskipun penyebab pasti kanker payudara belum diketahui, berbagai penelitian dan pengumpulan bukti-bukti epidemiologi telah dilakukan untuk mencari tahu faktor-faktor yang meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Berbagai faktor seperti usia, keturunan, hormon dan diet diduga berpengaruh terhadap variasi insiden kanker paudara di berbagai populasi.a. UsiaKanker payudara jarang dijumpai pada usia di bawah 30 tahun tapi insidennya meningkat tajam hingga usia sekitar 50 tahun (30,35%). Setelah usia 50 tahun frekuensinya tetap meningkat tapi perlahan. Perbedaan insiden berdasarkan usia ini diinterpretasikan sebagai efek dari hormon ovarium pada perkembangan penyakit.1,2,3,5,6b. Geografi Insiden kanker payudara sangat bervariasi di antara negara-negara diseluruh dunia. Angka kejadian kanker payudara di Amerika Utara sekitar lima kali lebih tinggi daripada di Jepang. Bahkan di dalam satu negara insiden kanker payudara berbeda-beda. Misalnya di Israel, keturunan Jews mempunyai risiko empat kali lebih tinggi daripada non-Jews dan di Italia terdapat perbedaan angka kejadian sekitar dua kali lipat antara daerah utara dan selatan. Variasi geografis ini lebih disebabkan oleh faktor lingkungan daripada genetik karena penduduk yang bermigrasi dari negara berisiko rendah ke negara berisiko tinggi mengalami peningkatan frekuensi kanker payudara.1,6c. Jenis kelaminHanya 1 % angka kejadian kanker payudara pada laki-laki.1d. Menstruasi Menarche pada usia dini dan menopause yang terlambat dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Menarche sebelum usia 12 tahun mempunyai risiko kanker payudara 20% lebih besar dari menarche setelah usia 15 tahun. Risiko kanker payudara berkurang sekitar setengahnya jika menopause terjadi sebelum usia 45 tahun dibandingkan jika menopause terjadi setelah usia 55 tahun. Efek dari menarche dini dan menopause terlambat ini menunjukkan pengaruh dari jumlah siklus menstruasi yang dialami perempuan seumur hidupnya terhadap risiko terkena kanker payudara, dengan demikian risiko akan berkurang jika perempuan mengalami amenore berkepanjangan.1,2,3,5e. Reproduksi Status reproduksi juga mempengaruhi risiko terkena kanker payudara. Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullipara) atau yang pertama kali melahirkan anak pada usia lebih dari 31 tahun mempunyai risiko tiga hingga empat kali lebih besar dibandingkan perempuan yang melahirkan anak pertamanya sebelum berusia 18 tahun. Wanita yang mempunyai banyak anak (multipara) diasosiasikan dengan berkurangnya risiko kanker payudara, tentunya setelah memperhitungkan usia saat melahirkan anak pertama. Menyusui lebih lama juga dianggap dapat menurunkan risiko kanker payudara.1,2,3,5,6f. Diet Perbedaan insiden kanker payudara di berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa diet mungkin memegang peranan penting dalam perkembangan kanker payudara. Bukti-bukti yang ada menyebutkan bahwa tingginya konsumsi kalori, lemak, daging dan alkohol dapat meningkatkan risiko sedangkan tingginya konsumsi serat, sayur, buah, vitamin dan phytoestrogens dapat menurunkan risiko. Diet di negara-negara Barat biasanya mengandung lemak dan gula yang tinggi sedangkan di Asia dan negara yang belum berkembang dietnya lebih banyak mengandung vitamin dan serat. Wanita-wanita dari negara Barat mempunyai risiko terkena kanker payudara enam kali lebih tinggi dibandingkan wanita-wanita Asia dan negara berkembang lainnya. Risiko ini akan berubah jika penduduk dari negara berisiko rendah migrasi ke negara berisiko tinggi dan mengadaptasi pola makan di negara tersebut. Meskipun demikian pengaruh diet pada insiden kanker payudara tampaknya terjadi pada usia muda seperti anak-anak dan remaja. Tidak ada data yang membuktikan bahwa perubahan pola makan dari diet tinggi lemak ke diet rendah lemak pada usia pertengahan dan tua dapat menurunkan risiko kanker payudara.1,2,3,5,6g. Ukuran tubuhUkuran tubuh yang mencerminkan status gizi dan pola makan dengan sendirinya dapat mempengaruhi risiko terkena kanker payudara. Usia terjadinya menarche sangat dipengaruhi oleh ukuran tubuh dengan demikian gizi pada masa anak-anak akan mempengaruhi pada usia berapa menarche terjadi. Tinggi badan yang lebih yang juga ditentukan oleh keadaan nutrisi diteliti dapat sedikit meningkatkan risiko kanker payudara terutama setelah menopause. Pada usia dewasa, tubuh yang kurus dapat meningkatkan risiko kanker payudara sebelum menopause sedangkan obesitas dapat meningkatkan risiko sesudah menopause. Lemak tubuh adalah situs konversi androstenedione menjadi oestradiol, satu-satunya sumber endogenik estrogen setelah menopause, mungkin inilah yang memediasi efek berat badan terhadap risiko kanker payudara pada wanita post-menopause.1,2,3,5,6h. Riwayat keluargaInsiden orang-orang dalam satu keluarga besar terkena kanker payudara terjadi pada sekitar 18% kasus, 5% di antaranya benar-benar diwarisi secara familial berdasarkan analisis pedigree. Dengan demikian individu yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara berisiko tinggi untuk terkena kanker payudara. Tingginya risiko ini dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang menderita kanker payudara, sejak usia berapa mereka menderita kanker dan hubungan mereka terhadap individu tersebut. Risiko kanker payudara meningkat kira-kira dua kali pada anak perempuan yang ibunya menderita kanker dan pada wanita yang saudara perempuannya menderita kanker. Kanker familial ini cenderung terjadi pada usia lebih muda dan bilateral. Peningkatan risiko sebagian besar disebabkan oleh pewarisan gen-gen yang mempredisposisi kanker payudara. Pada keluarga berisiko tinggi, dengan empat atau lebih anggota keluarga terkena kanker payudara, 33% di antaranya mengalami mutasi BRCA-1. Suatu studi populasi menemukan mutasi BRCA-1 pada 12 dari 193 wanita (6,2%) yang terkena kanker payudara sebelum usia 35 tahun dan pada 15 dari 208 wanita (7,2%) dengan riwayat kanker payudara pada anggota keluarga tingkat pertama (first-degree relatives). Kanker payudara familial juga sering berhubungan dengan keganasan pada organ lain seperti colon, ovarium dan uterus.1,2,3,5,6i. HormonFaktor menstruasi dan reproduksi yang telah dijelaskan sebelumnya menunjukkan peran hormon seks dalam perkembangan kanker payudara. Hormon seks mempengaruhi proliferasi sel-sel dan jaringan payudara serta meningkatkan karsinogenesis payudara pada hewan percobaan, namun bukti-bukti epidemiologisnya pada manusia masih merupakan konflik. Mungkin hal ini disebabkan oleh kesulitan dalam pengukurannya. Sebuah studi populasi pada wanita postmenopause yang berasal dari negara berisiko tinggi menunjukkan level serum oestradiol rata-rata sekitar 20% lebih tinggi daripada wanita-wanita yang berasal dari negara berisiko rendah. Studi case-control lain menunjukkan wanita dengan kanker payudara mempunyai level progesterone yang lebih tinggi dari kelompok kontrol pada analisis yang terbatas pada saat ovulasi. Prolactin adalah mitogen dalam jaringan payudara dan merupakan hormon yang penting untuk perkembangan tumor payudara pada hewan percobaan tapi perannya pada kanker payudara manusia belum jelas. Meskipun demikian terdapat bukti-bukti yang meyakinkan bahwa level prolaktin dipengaruhi oleh sejumlah even yang juga mempengaruhi risiko kanker payudara.Selain hormon seks endogen, hormon seks eksogen seperti terapi pengganti hormon dan kontrasepsi oral juga dianggap berpengaruh terhadap risiko kanker payudara. Terapi pengganti hormon meningkatkan risiko kanker payudara pada orang-orang yang baru atau sedang menggunakan (dalam jangka waktu lima tahun). Risiko meningkat sekitar 2% untuk setiap satu tahun penggunaan. Kontrasepsi oral juga dikatakan dapat meningkatkan risiko bila digunakan jangka panjang. Pada penelitian terbukti kontrasepsi oral hanya sedikit meningkatkan risiko kanker payudara yaitu sebesar 1,24% pada orang yang sedang menggunakan dan sebesar 1,16% pada orang yang telah berhenti menggunakan 1-4 tahun sebelumnya.1,2,3,5,62. 4 Diagnosis Kanker Payudaraa. AnamnesisAnamnesis dimulai dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap dilanjutkan dengan keluhan utama. Keluhan utama penderita dapat berupa: adanya benjolan pada payudara; rasa nyeri; keluar cairan dari puting susu; retraksi puting susu; adanya ekzema di sekitar areola; keluhan kulit berupa dimpling, venektasi, ulserasi atau adanya peau dorange; adanya benjolan di ketiak; edema lengan dan tanda metastasis jauh misalnya nyeri tulang (vertebrae, femur), rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak, dan sakit kepala hebat.1,2,5,7Benjolan payudara dapat dideteksi pada 90% pasien dengan kanker payudara dan merupakan tanda yang paling umum. Benjolan kanker cenderung soliter, unilateral, padat, keras, ireguler, tidak dapat digerakkan (nonmobile), cepat membesar dan tidak nyeri. Cairan yang keluar secara spontan dari puting susu (nipple discharge) adalah tanda kedua yang paling umum dari kanker payudara. Karakter nipple discharge dapat membantu menegakkan diagnosis. Cairan seperti susu menandakan galaktore, cairan purulen disebabkan oleh infeksi, dan cairan multiwarna atau lengket menandakan ektasia duktus (comedomastitis). Cairan serous, serosanguinus, berdarah atau seperti air mungkin menandakan papiloma (80%) atau karsinoma intraduktal (20%).5Selain itu juga perlu ditanyakan mengenai pengaruh siklus menstruasi terhadap keluhan tumor; menstruasi pertama pada usia berapa; bila sudah menopause, pada usia berapa; usia saat pertama kali melahirkan anak; menyusui atau tidak; riwayat kanker payudara atau kanker lainnya dalam keluarga; riwayat pemakaian obat-obat hormonal; riwayat operasi tumor payudara atau tumor ginekologik; dan riwayat radiasi di daerah dada. Faktor-faktor risiko ini perlu ditanyakan agar dokter dapat mempertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan mamografi pada penderita yang berisiko tinggi, dan bagi pasien agar lebih waspada dan rutin melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Keluhan pasien di organ lain yang berhubungan dengan metastasis perlu ditanyakan seperti batuk, sesak, rasa penuh di ulu hati, nyeri tulang, dan sakit kepala hebat. Tanda-tanda umum tentang nafsu makan dan penurunan berat badan juga perlu ditanyakan.1,2b. Pemeriksaan FisikPada status generalis, selain tanda vital perlu juga diperiksa performance status penderita. Karena payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain estrogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan saat pengaruh hormon ini seminimal mungkin, yaitu setelah lebih kurang satu minggu dari hari pertama menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, ketepatan pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi.Teknik pemeriksaan1,3,9Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka1. Posisi tegak (duduk)Lengan penderita jatuh bebas di samping tubuh, pemeriksa berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada inspeksi dilihat simetri payudara kiri dan kanan; perubahan kulit berupa peau dorange, kemerahan, dimpling, edema, ulserasi dan nodul satelit; kelainan puting susu seperti retraksi, erosi, krusta dan adanya discharge. 2. Posisi berbaringPenderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di atas lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung diganjal dengan bantal kecil terutama pada penderita yang payudaranya besar. Palpasi dilakukan dengan mempergunakan falang distal dan falang medial jari II, III dan IV yang dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga kedua sampai ke distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan daerah sentral subareolar dan papil. Palpasi juga dapat dilakukan dari tepi ke sentral (sentrifugal) berakhir di daerah papil. Terakhir diadakan pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan menekan daerah sekitar papil. Pemeriksaan dengan rabaan halus akan lebih teliti daripada dengan rabaan kuat karena rabaan halus akan dapat membedakan kepadatan massa payudara.Pada pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor berdasarkan kuadran payudara (lateral atas, lateral bawah, medial atas, medial bawah, dan daerah sentral), ukuran tumor (diameter terbesar), konsistensi, permukaan, bentuk dan batas-batas tumor, jumlah tumor serta mobilitasnya terhadap jaringan sekitar payudara, kulit, m.pektoralis dan dinding dada. 3. Pemeriksaan kelenjar getah bening regional AksilaSebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa aksila jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih banyak yang dapat dicapai. Pada pemeriksaan aksila kanan tangan kanan penderita diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan/bahu kanan pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa. Diraba kelompok KGB mammari eksterna di bagian anterior dan di bawah tepi m.pektoralis aksila; KGB subskapularis di posterior aksila; KGB sentral di bagian pusat aksila; dan KGB apikal di ujung atas fossa aksilaris. Pada perabaan ditentukan ukuran, konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya. Supra dan infraklavikula serta leher utama, bagian bawah dipalpasi dengan cermat dan teliti.Selain payudara dan KGB, organ lain yang ikut diperiksa adalah paru, tulang, hepar, dan otak untuk mencari metastase jauh.c. Pemeriksaan Penunjang1. MammografiMammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft tissue technic yang dapat mendeteksi 85% kanker payudara. Meskipun 15% kanker payudara tidak bisa divisualisasikan dengan mammografi, 45% kanker payudara dapat dilihat pada mammografi sebelum mereka dapat diraba. Adanya proses keganasan akan memberikan tandatanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, mikrokalsifikasi, deposit kalsium baik dalam pola mulberrry atau curvilinear, dan distorsi duktus mamaria. Tanda-tanda sekunder berupa bertambahnya vaskularisasi, adanya bridge of tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur. Mammografi sangat baik digunakan untuk diagnosis dini dan skrining, hanya saja untuk skrining harganya mahal sehingga dianjurkan penggunaan yang selektif yaitu untuk wanita-wanita dengan risiko tinggi. Sensitifitas mammografi sekitar 75% dan sensitifitasnya hampir 90%.5Ultrasonografi berguna terutama untuk membedakan lesi padat atau kistik juga untuk memandu FNAB dan core-needle biopsy. Mammografi dan USG payudara dilakukan pada tumor yang berukuran < 3cm.Pemeriksaan termografi ditemukan oleh Lawson tahun 1956. Dengan menggunakan sinar infra merah pemeriksaan ini memanfaatkan perbedaan suhu di mana suhu kanker payudara lebih tinggi dibanding jaringan sekitarnya.Xerografi merupakan pemeriksaan yang menggunakan sistem pencitraan foto elektrik. Ketepatannya mencapai 95,3% dengan false positive 5%.Scintimamografi merupakan teknik pemeriksaan radionuklir menggunakan radioisotop Tc 99m. Sensitifitasnya dalam menilai aktifitas sel kanker payudara cukup tinggi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi lesi yang multipel dan adanya keterlibatan KGB regional. 2. Pemeriksaan histopatologi jaringan (gold standard)Pemeriksaan histologi jaringan merupakan cara untuk menegakkan diagnosis pasti kanker payudara. Bahan pemeriksaan dapat diambil melalui biopsi eksisional (untuk ukuran tumor < 3cm) atau biopsi insisional (untuk tumor operabel dengan ukuran > 3cm sebelum operasi definitif dan untuk tumor yang inoperabel) yang kemudian diperiksa potong beku atau PA. Untuk biopsi kelainan yang tidak dapat diraba seperti temuan pada mammografi dapat dilakukan ultrasound atau stereotactic core biopsy yaitu pungsi dengan jarum besar yang akan menghasilkan suatu silinder jaringan yang cukup untuk pemeriksaan termasuk teknik biokimia.1,2,53. Pemeriksaan sitologiPemeriksaan sitopatologi dilakukan dengan FNAB (fine needle aspiration biopsy). Sensitivitasnya dalam mendiagnosis keganasan dilaporkan sebesar 90-95% bila tepat cara pengambilan dan diekspertise oleh ahlinya.1,24. Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah dilakukan sesuai dengan perkiraan metastasis misalnya alkali fosfatase dan liver function tests untuk metastasis ke hepar atau kadar kalsium dan fosfor untuk metastase tulang.1,2,55. Pemeriksaan metastase jauhPemeriksaan lain seperti foto thoraks, bone scanning dan/atau bone survey, USG abdomen, dan CT scan dilakukan untuk mencari metastasis jauh. Pemeriksaan yang direkomendasikan oleh PERABOI adalah foto thoraks dan USG abdomen sedangkan bone scanning dan/atau bone survey (bila sitologi dan/atau klinis sangat mencurigakan pada lesi > 5cm) dan CT scan dilakukan atas indikasi.Metastasis di parenkim paru pada foto rontgen memperlihatkan gambaran coin lesion yang multipel dengan ukuran yang bermacam-macam. Metastasis dapat pula mengenai pleura yang akan menimbulkan efusi pleura. Metastasis ke tulang vertebra akan terlihat pada foto rontgen sebagai gambaran osteolitik/destruksi yang dapat menyebabkan fraktur patologis.1,26. Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker) dan imunohistokimiaPemeriksaan kadar CEA dan CA 27.29 (CA 15-3) mungkin berguna untuk memantau respon terhadap terapi pada penyakit yang sudah lanjut. Pemeriksaan imunohistokimia seperti ER, PR, c-erb-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, dan p53 bersifat situasional.52.5 Klasifikasi Kanker PayudaraKlasifikasi TNM kanker payudara (AJCC 1992)Tx: tumor primer tidak dapat ditentukan.To: tidak terbukti adanya tumor primer.Tis: - kanker in situ. - Kanker intraduktal atau lobular in situ. - Penyakit paget pada papilla tanpa teraba tumor.T1: Tumor < 2 cm. T1a tumor < 0,5 cm. T1b tumor 0,5 1 cm. T1c tumor 1 2 cm.T2: Tumor 2 5 cm.T3: Tumor > 5 cm.T4: Berapapun ukuran tumor, dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot interkostal, otot seratus anterior. Tidak termasuk otot pektoralis.T4a melekat pada dinding dada.T4b edema, peau dorange, ulserasi kulit, nodul satelit pada daerah payudara yang sama.T4c T4a dan T4b.T4d karsinoma inflamatoir = mastitis karsinomatosis.Nx: pembesaran kelenjar regional tak dapat ditentukan.No: tidak teraba kelenjar aksila.N1: teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat.N2: teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.N3: terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral.

Mx: metastase jauh tidak dapat ditentukan.M0: tidak ada metastase jauh.M1: terdapat metastase jauh, termasuk ke kelenjar supraklavikula.Stadium kanker payudaraStadium I : tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2 cm, tidak terfiksasi pada kulit atau otot pektoralis, tanpa dugaan metastase aksila.Stadium II : tumor dengan diameter < 2 cm dengan metastase aksila atau tumor dengan diameter 2 5 cm dengan/ tanpa metastase aksila.Stadium IIIa : tumor dengan diameter > 5 cm tapi masih bebas dari jaringan sekitarnya dengan/ tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama lain ; atau tumor dengan metastasis aksila yang melekat.Stadium IIIb : tumor dengan metastase infra atau supraklavikula atau tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding thoraks.Stadium IV : tumor yang telah mengadakan metastasis jauh.2.6 Diagnosis Banding Tumor Payudara 1a. FibroadenomaFibroadenoma adalah suatu tumor jinak dan merupakan golongan terbesar dari tumor payudara yaitu 45,28%-50% di RS Dr. Soetomo (Sukardja). Fibroadenoma mammae (FAM) ini secara klinis diketahui sebagai tumor di payudara dengan konsistensi padat kenyal, dapat digerakkan dari jaringan sekitarnya, berbentuk bulat lonjong dan berbatas tegas. Pertumbuhannya lambat, tidak ada perubahan pada kulit, dan tidak disertai rasa nyeri. FAM terdapat pada usia muda yaitu 15-30 tahun, dapat dijumpai bilateral atau multipel (15%). Sebagai tumor jinak, tidak ada metastase regional dan jauh, pengobatannya cukup dengan eksisi tumornya.b. Penyakit fibrokistikFibrocystic disease (FCD) biasanya multipel dan bilateral, disertai rasa nyeri terutama menjelang haid. Ukurannya dapat berubah, terasa lebih besar, penuh dan nyeri menjelang haid dan akan mengecil serta nyeri berkurang setelah haid selesai. Hal ini terjadi karena FCD dipengaruhi oleh keseimbangan hormonal. Tumor jenis ini umumnya tidak berbatas tegas kecuali kista soliter. Konsistensinya padat kenyal, dapat pula kistik. Jenis yang padat kadang-kadang sukar dibedakan dengan kanker payudara dini. Kelainan ini dapat juga dijumpai tanpa massa tumor yang nyata hingga jaringan payudara teraba padat, permukaan granular. Pengobatan FCD umumnya adalah medikamentosa simptomatis. Namun apabila medikamentosa tidak menghilangkan keluhan nyerinya dan ditemukan pada usia pertengahan sampai tua diperlukan terapi operatif.c. Cystosarcoma philloidesGambaran klinis Cystosarcoma philloides dapat seperti FAM yang besar. Bentuknya bulat lonjong, permukaan berbenjol, batas tegas, ukuran bisa mencapai 20-30 cm. Konsistensinya dapat padat kenyal tapi ada bagian yang kisteus. Walaupun ukurannya besar tidak ada perlekatan ke dasar atau kulit. Kulit payudara tegang, berkilat dan tampak venektasi. Cystosarcoma philloides tidak bermetastase karena ini adalah kelainan jinak tapi sejumlah kecil (27%) ditemukan dalam bentuk ganas yang disebut malignant cystosarcoma philloides. Pengobatannya adalah simple mastectomy untuk mencegah residif. Pada orang muda atau belum berkeluarga dapat dipertimbangkan untuk mastekstomi subkutan.d. GalactoceleGalaktokel bukan kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru melainkan suatu massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya duktus laktiferus pada ibu-ibu yang sedang atau baru selesai masa laktasi. Tumor ini berbatas tegas, bulat dan kisteus karena berisi air susu yang mengental.e. MastitisMastitis adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara yang biasanya terdapat pada wanita yang sedang menyusui. Ditemukan tanda-tanda radang dan sering sudah menjadi abses. 2.7 Terapi Kanker PayudaraBatasan stadium yang masih operable/kurabel adalah stadium IIIa. Sedangkan terapi pada stadium IIIb dan IV tidak lagi mastektomi, melainkan pengobatan paliatif.Tindakan operatif tergantung pada stadium kanker, yaitu :1. Pada stadium I dan II lakukan mastektomi radikal atau modifikasi mastektomi radikal. Setelah itu periksa KGB, bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional dan kemoterapi ajuvan. Dapat pula dilakukan mastektomi simplek yang harus diikuti radiasi tumor bed dan daerah KGB regional. Pada T2N1 dilakukan mastektomi radikal dan radiasi lokal didaerah tumor bed dan KGB regional. Untuk setiap tumor yang terletak pada kuadran sentral atau medial payudara harus dilakukan radiasi pada rantai KGB regional.2. Pada stadium IIIa lakukan mastektomi radikal ditambah kemoterapi adjuvant, atau mastektomi simpleks ditambah radioterapi pada tumor bed dan KGB regional.

Pada stadium yang lebih lanjut, lakukan tindakan paliatif dengan tujuan :1. Mempertahankan kualitas hidup pasien agar tetap baik/ tinggi dan menggangap bahwa kematian adalah proses yang normal.2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.3. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.Perawatan paliatif pun dilakukan berdasarkan stadium, yaitu :1. Pada stadium IIIb dilakukan biopsi insisi, dilanjutkan radiasi. Bila residu tidak ada, tunggu. Bila relaps, tambahkan dengan pengobatan hormonal dan kemoterapi.. Namun bila residu setelah radiasi tetap ada, langsung diberikan pengobatan hormonal sebagai berikut :a. Pada pasien menopause dilakukan ooforektomi.b. Pada pasien sudah 1-5 tahun menopause periksa efek estrogen. Bila positif, lakukan seperti (a). Bila negatif, lakukan seperti (c). Observasi selama 6-8 minggu. Bila respon baik, teruskan terapi, tetapi bila respon negatif dilakukan kemoterapi dengan CMF (CAF) minimal 12 siklus selama 6 minggu.c. Pada pasien pascamenopause lakukan terapi hormonal inhibitif/ aditif.2. Pada stadium IV.a. Pada pasien premenopause dilakukan ooforektomi bilateral. Bila respon positif berikan aminoglutetimid tamofen. Bila relaps/ respon negatif, berikan kemoterapi CMF/ CAF.b. Pada pasien sudah 1-5 tahun menopause periksa efek estrogen. Efek estrogen dapat diperiksa dengan estrogen/ progesteron reseptor (ER/ PR). Bila positif lakukan seperti (a). bila negatif, lakukan seperti (c).c. Pada pasien pascamenopause berikan obat-obat hormonal seperti tamoksifen, estrogen, progesteron, atau kortikosteroid.

2.8 Prognosis Kanker Payudara 5Prognosis kanker payudara ditentukan oleh :1. Staging (TNM).Semakin dini semakin baik prognosanya.Stadium I: 5 10 tahun80 90 % II:50 70 % III:11 20 % IV:0 % 0:96,2 %2. Jenis histopatologi keganasan.

2.9 Pencegahan 1,2,6,9Kanker payudara tergolong dalam keganasan yang dapat didiagnosis secara dini. American Cancer Society (ACS) merekomendasikan usaha untuk melakukan diagnosis dini yaitu dengan:a. Periksa payudara sendiri (SADARI) atau breast-self examinationPenelitian menunjukkan 85% dari kasus kanker payudara diketahui atau ditemukan lebih dulu oleh penderita. Oleh karena itu penting bagi wanita untuk mengetahui cara memeriksa payudara yang benar agar bila ada suatu kelainan dapat diketahui segera. SADARI sebaiknya mulai biasa dilakukan pada usia sekitar 20 tahun, minimal sekali sebulan. SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari hari pertama menstruasi terakhir. Untuk wanita yang sudah menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan.

b. Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau clinical breast examinationPemeriksaan oleh dokter secara lege artis sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun untuk wanita berusia 20-40 tahun dan setiap tahun untuk wanita berusia lebih dari 40 tahun.c. MammografiWanita berusia 35-39 tahun sebaiknya melakukan satu kali baseline mammography. Wanita berusia 40-49 tahn sebaiknya melakukan mammografi setiap 2 tahun dan wanita berusia lebih dari 50 tahun sebaiknya melakukan mammografi setiap tahun.Cara melakukan SADARI 8,9Tahap 1:Berdiri di depan cermin. Lihat kedua payudara, perhatikan apakah kedua payudara simetris dan kalau ada sesuatu yang tidak biasa seperti perubahan dalam bentuk payudara, urat yang menonjol, perubahan warna atau bentuk lain dari biasanya dan lihat apakah terdapat perubahan pada puting, terjadi kerutan, cawak atau pengelupasan kulit.

Kemudian perlahan-lahan angkatlah kedua lengan ke atas sambil memerhatikan apakah kedua payudara tetap simetris. Tetap dalam posisi berdiri, gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan dengan cara merabanya, dan sebaliknya untuk payudara kiri. Angkat tangan kiri Anda. Gunakan tiga atau empat empat jari tangan kanan untuk merasakan payudara sebelah kiri dengan teliti dan menyeluruh. Dimulai dari ujung bagian luar, tekan dengan bagian jari-jari yang pipih dalam gerakan melingkar kecil, bergerak perlahan-lahan di sekitar payudara. Anda dapat memulai pada bagian ujung luar payudara dan secara perlahan-lahan bergerak ke bagian puting, atau sebaliknya. Yakinlah untuk meraba semua bagian payudara dan termasuk daerah sekitar payudara dan ketiak, termasuk bagian ketiak itu sendiri. Dekap tangan Anda di belakang kepala dan tekan tangan Anda ke depan. Kemudian, tekan tangan Anda erat pada pinggul dan sedikit menunduk ke depan cermin ketika Anda menarik punggung dan sikut ke depan. Ini akan melengkapi bagian pemeriksaan payudara di depan cermin. Tahap 2:Rasakan adanya perubahan dengan cara berbaring. Letakkan bantal kecil di bawah bahu kanan, lengan kanan di bawah kepala. Periksa payudara kanan dengan tangan kiri dengan meratakan jari-jari secara mendatar untuk merasakan adanya benjolan. Periksa pula lipatan lengan, batas luar payudara, dan ke seluruh payudara.

Tahap 3:Perhatikan tanda-tanda perdarahan atau keluarnya cairan dari putting susu. Caranya dengan memencet puting susu dan melihat apakah ada darah atau cairan yang keluar.Tahap 4:Lakukan hal serupa pada payudara sebelah kiri, yaitu dengan meletakkan tangan kiri di bawah kepala, lalu gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara sebelah kiri. Bila Anda mendapati adanya kejanggalan, segeralah periksakan diri ke dokter.

BAB IIIANALISA KASUS Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitarPasien tinggal dirumah permanen dengan ukuran 10 X 20 m2, lantai terbuat dari semen dengan dinding terbuat dari semen dan sebagian terbuat dari kayu, dan beratap seng. Didalam rumah tersebut terdapat ruang tamu dengan 3 jendela dengan masing-masing berukuran 60x80 cm2, dan terdapat ventilasi disetiap jendela dan pintu masuk menuju rumah, masing-masing berukuran 20x30cm2. Terdapat 4 kamar tidur dengan kamarnya berukuran antara 4x4m2, kamar tersebut memiliki jendela pada tiap kamar dan ventilasi udara. Wc menggunakan wc jongkok. Sumber air berasal dari PDAM

Tidak ada hubungan antara penyakit pasien dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga Penyakit ini mempunyai hubungan dengan keluarga. Keluarga pasien yaitu adik ibu pasien pernah mempunyai penyakit yang sama dengan pasien dan telah meninggalAnalisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini. Kemungkinan yang menjadi faktor penyebab penyakit pasien adalah: Usia > 30 Tahun Diet Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan, adik/ kakak.

Analisis untuk mengurangi paparanPasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya dan hal-hal yang dapat dilakukan penderita untuk mendeteksi dini kelainan pada payudara, mengkomsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi. Seperti makanan yang sehat, bersih, hindari pengawet serta lemak yang berlebih, menjaga kebersihan tubuh serta lingkungan dengan cara yang tepat dan aman, memeriksa kesehatan dan pengobatan dengan segera ke Rumah Sakit. Dan lakukan pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, istirahat cukup, serta hindari stres berkepanjangan.

DAFTAR PUSTAKA1. Ramli, Muchlis. Kanker Payudara. Soelarto Reksoprodjo dkk (editor). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Edisi Pertama. Binarupa Aksara. 1995. Hlm: 342-364. 2. Albar, Zafiral Azdi dkk (editor). Protokol PERABOI 2003. PERABOI. Jakarta. Edisi Pertama. 2004. Hlm: 2-15. 3. Asrul. Hubungan antara Besar Tumor dan Tipe Histologi Kanker Payudara dengan Adanya Metastase pada Kelenjar Getah Bening Aksila. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003. Available from: http://www.usu.ac.id. 4. Manuaba, Tjakra W. Payudara. R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong (editor). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. EGC. 2004. Hlm: 387-402.5. Haskell, Charles M. and Dennis A. Casciato. Breast Cancer. Dennis A. Casciato and Berry B. Lowitz (editors). Manual on Clinical Oncology. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. 2000. Page: 11. 6. Souhami, Robert L. Et al (editors). Oxford Textbook of Oncology. 2nd Ed. Oxford Press. Page: 110-1167. Makhoul, Issam. Breast Cancer: Overview. 2006 Available from: http://www.emedicine.com. 8. Yuliana. Deteksi Dini Efektif Melacak Kanker Payudara. Available from: http://www.info-sehat.com.9. Toward Optimized Practice (TOP) Program. Guideline for the Early Detection of Breast Cancer. Available from: http://www.albertadoctors.org.

DOKUMENTASI

6