ca mammae
DESCRIPTION
asdfadsfTRANSCRIPT
Kanker Payudara pada Wanita dan Penatalaksanaannya
Ginatri Florinda Gultom
102011155
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510
Email: [email protected]
Pendahuluan
Sekitar dua abad yang lalu, penyakit infeksi menduduki urutan pertama sebagai penyakit
yang menyebabkan kematian. Sejak pertengahan abad 19, seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta peningkatan kualitas hidup manusia maka pola penyakit juga
berubah. Penyakit pembuluh darah dan kanker mulai menggeser kedudukan penyakit infeksi.1
Cara terbaik untuk menghadapi masalah kanker adalah dengan pencegahan atau
setidaknya dengan deteksi dini. Sayangnya pasien kanker sering datang ke dokter dengan kondisi
yang sudah parah (stadium lanjut), karena pada stadium dini belum dirasakan gejala yang
mengkhawatirkan. Untuk kasus demikian keberhasilan penyembuhan tergantung pada
keberhasilan penanganan selanjutnya.
Salah satu cara untuk menjalankan program penemuan dini penyakit kanker secara
terpadu, adalah dengan menimbulkan motivasi sudah berhasil maka diagnosis dini dapat
dilakukan oleh tenaga medis. Tujuan akhir penemuan dini penyakit kanker adalah untuk
memperbaiki angka kematian hidup serta angka penyembuhan sehingga harapan hidup penderita
kanker yang ditemukan pada stadium dini menjadi lebih baik.
Kanker hingga saat ini merupakan salah satu penyakit yang ditakuti, karena banyak orang
yang mengidap kanker berakhir dengan kematian. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa
penderita-penderita yang datang ke dokter atau rumah sakit sering kali dalam keadaan terlambat,
sehingga penyakit sudah stadium lanjut. Oleh karena itu dokter atau rumah sakit tidak dapat
berbuat banyak terhadap penderita-penderita kanker. Sampai saat ini umumnya hanya penderita
kanker pada stadium dini yang dapat disembuhkan.1
1
Anamnesis
Anamnesis yang pertama dilakukan adalah menanyakan identitas pasien. Pada pasien di
kasus ini seorang wanita berusia 55 tahun. Kemudian menanyakan keluhan utama ibu, sejak
kapan dirasakan, dimana dirasakan dan apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasinya. Pada
pasien Ca mammaae keluhan umum yang dikeluhkan pasien adalah adanya benjolan pada
payudara kirinya yang semakin membesar sejak 1 tahun yang lalu. Menurut pasien, awalnya
benjolan tersebut hanya berukuran sebesar 2 cm, akan tetapi semakin membesar dan terasa sakit.
Setelah diketahui keluhan utama, dapat ditanyakan riwayat penyakit sekarang, gejala-gejala yang
timbul menyertai penyakit tersebut, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat pengobatan.2
Mengetahui riwayat menstruasi, data ini perlu dikaji untuk mengetahui usia menarche,
siklus haid, lama haid, ganguan dalam haid, umur menopause. Riwayat perkawinan untuk
mengetahui usia saat menikah, berapa kali menikah, lama pernikahan dan status pernikahan.
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas laktasi dan pemakaian metode kontrasepsi. Riwayat
pribadinya juga ditanyakan seperti kebiasaan makan dan minumnya, merokok, atau olahraga
yang teratur atau tidak.2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pertama kali adalah melihat keadaan umum pasien,
kemudian kesadaran pasien, dan memeriksa tanda-tanda vital pasien. Pemeriksaan fisik pada
bagian tubuh pasien, khusunya pada bagian payudara pasien dan daerah sekitar payudara. Dilihat
kelainan-kelainan yang ada di payudara pasien tersebut. Dan diketahui status lokalis, didapatkan
benjolan pada kuadran lateral atas dari payudara kiri berukuran 4x3 cm, konsistensi keras, batas
tidak tegas, melekat pada kulit, terdapat retraksi papil, nyeri tekan positif dan terdapat
pembesaran KGB aksila dan infraklavikularis sinistra.2
Pemeriksaan Penunjang
Terdapat berbagai macam cara untuk mendiagnosa kanker payudara dan untuk
menentukan apakah sudah ada metastasis ke organ lain. Beberapa tes juga berguna untuk
menentukan pengobatan yang paling efektif untuk pasien. Kebanyakan pada tipe kanker, biopsi
(mengambil sedikit jaringan untuk diteliti dibawah mikroskop, dilakukan oleh ahli patologi)
2
adalah jalan satu-satunya untuk menentukan secara pasti diagnosis kanker. Apabila biopsy tidak
mungkin dilakukan, dokter akan mengusulkan tes lain untuk membantu diagnosa.1
Tes diagnosa kanker payudara biasanya dimulai apabila wanita atau dokter menemukan
suatu massa atau pengerasan yang tidak normal (suatu titik kecil dari kalsium, biasanya dilihat
pada saat X-ray), pada screening mammogram. Atau bisa juga suatu yang tidak normal di
payudara wanita ditemukan pada pemeriksaan klinis atau pemeriksaan sendiri. Beberapa tes
mungkin dilakukan untuk memastikan diagnosa dari kanker payudara. Tidak pada semua orang
akan dilakukan seluruh test dibawah ini:1
- Diagnostic mammography
Sama dengan screening mammography hanya pada test ini lebih banyak gambar yang bisa
diambil. Biasanya digunakan pada wanita dengan tanda-tanda, diantaranya puting mengeluarkan
cairan atau ada benjolan baru. Diagnostic mammography bisa juga digunakan apabila sesuatu
yang mencurigakan ditemukan pada saat screening mammogram.
- Ultrasound (USG)
Suatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan gelombang bunyi dengan frekuensi
tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada payudara. Gelombang bunyi yang tinggi ini
bisa membedakan suatu massa yang padat, yang kemungkinan kanker, dan kista yang berisi
cairan, yang kemungkinannya bukan kanker.
- Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan magnetic, bukan X-ray, untuk memproduksi gambaran detail dari tubuh.
Apabila seorang wanita telah didiagnosa mempunyai kanker maka untuk memeriksa payudara
lainnya dapat digunakan MRI. Tetapi ini tidaklah mutlak karena dapat digunakan untuk screening
saja. Menurut American Cancer Society (ACS), wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena
kanker payudara, seperti pada wanita dengan mutasi gen BRCA atau banyak anggota keluarganya
terkena kanker payudara, sebaliknya juga mendapatkan MRI, bersamaan dengan mammografi.
MRI biasanya lebih baik dalam melihat suatu kumpulan masa yang kecil pada payudara yang
mungkin tidak terlihat pada saat USG atau mammogram. Khususnya pada wanita yang
mempunyai jaringan payudara yang padat. Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan pada yang
terlihat pada saat MRI bukan kanker, atau bahkan MRI tidak dapat menunjukkan suatu jaringan
yang padat itu sebagai in situ breast cancer maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsi.1
3
- Biopsi
Suatu tes bisa saja menunjukkan kemungkinan adanya kanker tapi hanya biopsi yang bisa
memberikan diagnosis secara pasti. Sampel yang diambil dari biopsy, dianalisa oleh ahli patologi
(dokter spesialis yang ahli dalam menterjemahkan tes-tes laboratorium dan mengevaluasi sel,
jaringan, dan organ untuk menentukan penyakit).
Image guided biopsy digunakan ketika suatu benjolan yang mencurigkan tidak teraba. Itu
dapat dilakukan dengan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB, menggunakan jarum kecil untuk
mengambil sampel jaringan). Stereotactic Core Biopsy (menggunakan X-ray untuk menentukan
jaringan yang akan diambil) atau Vacuum – Assisted Biopsy (menggunakan jarum yang tebal
untuk mengambil beberapa macam jaringan inti yang luas).1
Dalam melakukan prosedur ini, jarum biopsy untuk menuju area yang dimaksud, dibantu
oleh mammografi, USG atau MRI. Metal klip kecil dapat diletakkan pada bagian dari payudara
yang akan dilakukan biopsy. Dalam kasus ini apabila jaringan itu membuktikan adanya kanker,
maka segera diadakan operasi tambahan. Keuntungan teknik ini adalah bahwa pasien hanya
butuh sekali operasi untuk menentukkan pengobatan dan menentukkan stadium.1
Apabila didiagnosa kanker, operasi lanjutan mungkin diperlukan untuk mendapatkan
clear margin area (area jaringan disekitar tumor dimana dipastikan sudah bersih dari sel kanker)
kemungkinan, sekalian mengambil jaringan kelenjar getah bening. Jaringan yang didapat dari
biopsy juga akan dites oleh dokter untuk menentukan pengobatan. Tes itu untuk melihat ciri-ciri
tumor apakah tumor itu invasif (biasanya menyebar) atau in situ (biasanya tidak menyebar),
ductal (dalam saluran susu) atau lobular (dalam kelenjar susu), grade (seberapa besar perbedaan
kanker itu dari sel sehat) dan apakah sel kanker telah menjalar ke pembuluh darah atau pembuluh
getah bening. Receptor Estrogen (ER) dan Receptor Progestron (PR) tes. Apabila diketahui
positif mengandung receptor ini [ER (+) dan PR (+)], kanker ini berkembangnya karena hormon-
hormon tersebut. Biasanya diadakan terapi hormon. Tes HER2 neu. (C-erb2). Adanya protein
HER2 yang berlebihan. Rata-rata pada 25% penderita kanker. Dengan mengetahui status HER2
(positif atau negatif), maka dapat ditentukan apakah pasien akan diterapi dengan menggunakan
obat yang disebut trastuzumab (HERCEPTIN) atau tidak. Genetic Desription of the Tumor. Tes
dengan melihat unsur biologi dari tumor, untuk memahami lebih dalam mengenai kanker
payudara. Oncotype DX adalah tes untuk mengukur resiko seberapa jauh kekambuhannya.1
4
- Tumor marker test
Untuk melihat apakah ada suatu jenis zat kimia yang ditemukan pada darah, urin atau
jaringan tubuh. Dengan adanya jumlah tumor marker yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari
nilai normalnya, mengindikasikan adanya suatu proses yang tidak normal di dalam tubuh akibat
kanker. Pada kanker payudara tumor marker yang biasanya dilakukan adalah CA 15.3 dengan
mengambil sampel darah. Pada standar PRODIA tumor marker tidak boleh melebihi angka 30.
- Tes-tes lain yang biasa dilakukan untuk kanker payudara adalah foto thorax untuk
mengetahui apakah sudah ada penyebaran ke paru-paru, bonescan untuk mengetahui apakah
kanker sudah menyebar ke tulang. Computed Tomography (CT atau CAT) Scan untuk melihat
secara detail letak tumor. Positron Emission Tomograpy (PET) Scan untuk melihat apakah
kanker sudah menyebar. Dalam PET scan, cairan glukosa yang mengandung radioaktif disuntikan
pada pasien. Sel kanker akan menyerap lebih cepat cairan glukosa tersebut dibandingkan sel
normal. Sehingga akan terlihat warna kontras pada PET scan. PET scan biasanya digunakan
sebagai pelengkap data dari hasil CT –scan, MRI, dan pemeriksaan secara fisik.1
Gejala Klinis
Wanita dengan kanker payudara, bisa jadi mengalami gejala-gejala berikut. Kadang
meskipun di tubuhnya telah tumbuh kanker dia tidak merasakan gejala apapun. Atau boleh juga
ditubuhnya menunjukkan gejala tersebut tetapi bukan karena kanker payudara, tetapi akibat
kondisi medis lain. Adapun tanda-tanda atau gejalanya antara lain:1,3
- Ada bejolan yang keras di payudara
- Bentuk umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-
mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan
perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
- Puting berubah(bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus), mengeluarkan
cairan atau darah.
- Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), bewarna merah muda atau
kecoklat-coklatan sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk, mengkerut,
atau timbul borok pada payudara. Borok itu semakin lama akan semakin membesar dan
mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah
berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain pendarahan pada puting susu, rasa sakit atau nyeri pada
5
umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul
metastase ke tulang-tulang, kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak,
bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.1,3
- Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk,
benjolan-benjolan kecil. Ada luka di payudara yang sulit sembuh.
- Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak
- Terasa sakit atau nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tetapi tetap harus
diwaspadai)
- Terasa sangat gatal di daerah sekitar puting
- Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal tidak terasa
sakit. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara.
Pentahapan Kanker Payudara dibagi menjadi 4, yaitu:1
- Tahap I
Terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe dan tidak terdeteksi
adanya metastasis.
- Tahap II
Terdiri atas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dan tidak terdeteksi
adanya metastasis.
- Tahap III
Terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm atau tumor dengan sembarang ukuran yang
menginvasi kulit atau dinding dengan nodus limfe terfiksasi positif dalam area klavikular dan
tanpa bukti adanya metastasis.
- Tahap IV
Terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran dengan nodus limfe normal atau kankerosa
dan adanya metastasis jauh.
Diagnosis Kerja
Ca mammae sinistra
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.Kanker
bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat
6
pada payudara. Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat
kanker. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini
sedangkan di Eropa lebih dari 165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien
mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 – 30 bulan. Kanker
payudara menduduki tempat nomor dua dari insiden semua tipe kanker di Indonesia.1,4
Neoplasma ini 90 % berasal dari epitel ductus lactiferus dan sisanya 10% dari epitel
duktus terminal. Pertumbuhan tumor dimulai pada duktus kemudian meluas pada jaringan stroma
yang sering disertai pembentukan jaringan ikat padat, klasifikasi dan reaksi radang. Kemudian
tumor mengadakan invasi membentuk konfigurasi jari ke arah fasia dan membuat perlengketan,
sedang ke arah kulit menimbulkan kongestif pembuluh getah bening yang membuat gambaran
kulit mirip dengan kulit jeruk (Peau d’orange) yang lambat laun dapat ulserasi pada kulit.
Diagnosis Banding
Duktal Karsinoma in situ (DCIS)
Ini adalah tipe kanker payudara non-invasif paling umum. DCIS berarti sel-sel kanker
berada di dalam duktus dan belum menyebar keluar dinding duktus ke jaringan payudara
disekitarnya. Sekitar 1 dari 5 kasus baru kanker payudara adalah DCIS. Hampir semua wanita
dengan kanker pada tahap awal ini dapat disembuhkan. Sebuah mamografi seringkali adalah cara
terbaik untuk deteksi dini DCIS. Ketika terdiagnosa DCIS, ahli patologi biasanya akan mencari
area dari sel-sel kanker yang telah mati, disebut nekrosis tumor dalam sample jaringan. Bila
nekrosis ditemukan, maka tumor agaknya lebih bersifat agresif. Istilah comedocarsinoma kadang
digunakan untuk menjelaskan DCIS dengan nekrosis.1,3
Lobular karsinoma in situ (LCIS)
Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan sebagai tipe
kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak
berkembang melewati dinding lobulus. Kebanyakan ahli kanker berpendapat bahwa LCIS sendiri
sering tidak menjadi kanker invasive, tetapi wanita dengan kondisi ini memiliki resiko lebih
tinggi untuk berkembang menjadi kanker payudara invasive pada payudara yang sama atau
berbeda. Untuk itu, mamografi rutin sangat disarankan. Invasif (atau infiltrating) Duktal
Karsinoma (IDC): Ini adalah kanker payudara paling umum dijumpai. Bermula dari duktus,
7
menerobos dinding duktus, dan berkembang ke dalam jaringan lemak payudara. Pada titik ini, itu
mungkin menyebar (bermetastasis) ke organ tubuh lainnya melalui sistem getah bening dan aliran
darah. Sekitar 8 dari 10 kanker payudara invasive adalah jenis ini. Invasif (infiltrating)
Lobular Karsinoma (ILC): kanker ini dimulai dalam lobulus. Seperti IDC, ia dapat menyebar
(bermetastasis) ke bagian lain dari tubuh. Sekitar 1 dari 10 kanker payudara invasif adalah
dari jenis ini. ILC lebih sulit terdeteksi melalui mammogram daripada IDC.1,3
Etiologi
Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab
kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain.
Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara
adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen.5
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu:
- Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel, chrom, arsen,
arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.
- Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan radionukleide.
- Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno virus,
herpes virus), EB virus.
- Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker.
- Kelemahan genetic sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya kanker.
Epidemiologi
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu
20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang yang didiagnosis
setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di
negara yang sedang berkemban. Di Amerika Serikat, kira-kira 175.000 wanita didiagnosis
menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita.
Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000
orang di antaranya meninggal setiap tahunnya.4,6
Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak sesudah kanker leher rahim di
Indonesia. Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah.
8
Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus
yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut. Data dari
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality
Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan penyebab penyakit menunjukkan
peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8.4,6
Faktor resiko
Faktor resiko pada ca mammae dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: faktor yang
dapat diubah seperti riwayat kehamilan, riwayat menyusui, oral kontrasepsi, hormonal
replacement, alcohol, obesitas dan trauma. Sedangkan faktor yang tidak dapat diubah antara lain:
riwayat keluarga yang menderita kanker, genetik, status menstruasi (menarche dan menopause),
riwayat tumor jinak dan kanker sebelumnya, tidak menikah, tidak pernah melahirkan anak.1,6,7
Faktor-faktor resiko ca mamma yaitu:1,6,7
a. Riwayat pribadi tentang ca mammae. Risiko mengalami ca mammae pada payudara
sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.
b. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari wanita
dengan ca mammae. Sekitar 5 hingga 10% ca mammae berkaitan dengan nutrisi herediter
spesifik. Perempuan lebih besar kemungkinannya membawa gen kerentanan kanker
payudara jika mereka mengidap kanker payudara sebelum menopause, mengidap ca
mammae bilateral, mengidap kanker terkait lain (misal, kanker ovarium), memiliki
riwayat keluarga yang signifikan (yaitu banyak anggota keluarga terjangkit sebelum
menopause), atau berasal dari kelompok etnik tertentu.
c. Menarche dini adalah salah satu risiko ca mammae yang meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun. Keadaan ini berarti peredaran hormon
sudah dimulai pada umur yang muda dan menyebabkan peningkatan pertukaran zat
hormon.
d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang mempunyai
anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko 2 kali lipat untuk mengalami ca
mammae dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada usia
sebelum 20 tahun.
9
e. Tidak pernah menyusui. Pada perempuan yang tidak pernah menyusui, kelenjar susu tidak
pernah dirangsang untuk mengeluarkan air susu, sehingga dapat dikatakan bahwa
pemberian ASI pada anak selama mungkin dapat mengurangi risiko ca mammae.
f. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko untuk
mengalami ca mammae. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani ooforektomi
bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko sepertiganya. Keadaan ini berarti
peredaran hormon akan berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama, kelenjar susu
akan berada di bawah pengaruh hormon lebih lama.
g. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai
perubahan epitel proliferatif mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami ca
mammae, wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai risiko empat kali lipat untuk
mengalami penyakit ini. Lesi jinak payudara yang mempunyai risiko menjadi kanker
ganas dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu yang tidak beresiko (non-proliferatif)
yaitu kista, fibroadenoma. Resiko kecil (proliferatif tanpa atypa) yaitu florid hiperplasia,
papiloma intraduktal dan adenosis sklerosing. Resiko sedang (atypical hiperplasia) yaitu
atypical duct hyperplasia, atypical lobus hyperplasia.
h. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun
beresiko hampir dua kali lipat.
i. Obesitas. Wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunya angka kematian lebih
tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang terlambat. Selain itu
korelasi makanan berlemak dengan ca mammae itu antara lain dibuktikan oleh tingginya
kadar estrogen yang juga diproduksi dalam makanan tinggi lemak. Diketahui, hormon
estrogen yang juga diproduksi dalam ovarium ini karena suatu hal dapat menimbulkan
efek karsinogenik.
j. Pemakaian kontrasepsi oral secara terus menerus lebih dari 7 tahun meningkatkan resiko
terjadinya ca mammae.
k. Trauma terus menerus, pemakaian bra yang terlalu ketat dan menekan jaringan payudara
terus-menerus dalam waktu lama merupakan salah satu resiko ca mammae.
l. Terapi penggantian hormon. Wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan estrogen
suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang (lebih dari 10-15 tahun) dapat
mengalami peningkatan resiko. Sementara penambahan progesteron terhadap penggantian
10
estrogen meningkatkan insiden kanker endometrium, hal ini tidak menurunkan resiko ca
mammae.
m. Alkohol. Sedikit peningkatan resiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol
bahkan hanya dengan sekali minum dalam sehari. Resikonya dua kali lipat diantara
wanita yang minum alkohol tiga kali sehari. Di negara dimana minuman anggur
dikonsumsi secara teratur angkanya sedikit lebih tinggi.
n. Faktor usia. Pentingnya faktor usia sebagai faktor resiko diperkuat oleh data bahwa 78%
ca mammae terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada
pasien yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya kanker adalah
usia 62 tahun.
Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu
perubahan dalam bahan genetik sel yang memicu sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan
genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang berupa bahan kimia,
virus, radiasi atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap
suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau behan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Pada tahap promosi, suatu sel yang
telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi
tidak akan terpengaruh oleh promosi.3,7
Pada ca mammae terjadi proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau
lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hiperplasia sel dengan perkembangan sel-sel
atipikal. Sel-sel ini kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu tujuh tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat dipalpasi (kira-kira berdiameter 1 cm) pada ukuran itu, sekitar 25% ca mammae
sudah mengalami metastasis.3,7
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi
pembedahaan, kemoterapi, terapi radiasi, dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi).
11
Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan penyakit
serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi
dilakukan secara individual.6,7
- Pembedahaan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang
dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan
kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy),
mengangkat sebagaian payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh
payudara (mastectomy). Untuk meningkatan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan
terapi tambahan seperti radiasi, hormone, atau kemoterapi.6,7
- Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel
kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
- Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka horman dan dapat dipakai
sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
- Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak
dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi dapat digunakan secara tunggal atau
dikombinasikan. Salah satu diantaranya Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang
diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja.
- Terapi Imunologi
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau
HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus
dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, dapat menjadi pilihan
terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan
trastuzumab.
Mengobati pasien pada tahap akhir penyakit, banyak obat anti kanker yang telah diteliti
untuk membantu 50% pasien yang mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki
harapan. Meskipun demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu memperpanjang hidup pada
pasien, diantaranya adalah kombinasi trastuzumab dengan capecitabine. Fokus terapi pada kanker
12
tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter berupaya untuk memperpanjang serta
memperbaiki kualitas hidup pasien melalui terapi hormon, terapi radiasi, dan kemoterapi. Pada
pasien kanker payudara dengan HER2 positif, trastuzumab memberikan harapan untuk
pengobatan kanker payudara yang dipicu oleh HER2.6,7
Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika saluran
limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat. Jika
nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan aksilaris harus mengambil
alih fungsi mereka. Apabila mereka diinstruksikan dengan cermat dan didorong untuk
meninggikan, memasase dan melatih lengan yang sakit selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal
ini akan membantu mencegah perubahan bentuk tubuh dan mencegah kemungkinan terbukanya
pembengkakan yang menyulitkan.6,7
Sindroma Paraneoplastik adalah sekumpulan gejala yang bukan disebabkan oleh
tumornya sendiri, tetapi oleh zat-zat yang dihasilkan oleh kanker. Beberapa zat yang dapat
dihasilkan oleh tumor adalah hormone, sitokinese, dan berbagai protein lainnya. Zat-zat tersebut
mempengerahui organ atau jaringan melalui efek kimianya. Bagaimana tepatnya kanker
mengenai sisi yang jauh belum sepenuhnya dimengerti. Beberapa kanker mengeluarkan zat ke
dalam aliran darah yang merusak jaringan yang jauh melalui suatu reaksi autoimun. Kanker
lainnya mengeluarkan zat yang secara langsung mempengaruhi fungsi dari organ yang berbeda
atau merusak jaringan. Bisa terjadi kadar gula darah yang rendah, diare, dan tekanan darah
tinggi.6,7
Pencegahan
Pencegahan kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).7
- Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran payudara
kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri dan
kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari
puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut.
- Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala dan
kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih mudah untuk
13
menemukan perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara,
terutama pada payudara bagian bawah.
- Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin, tekan
bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara.
- Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri payudara
kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil) di sekeliling
payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu. Tekan
secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit. Lakukan hal yang sama
terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan
tangan kiri. Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.
- Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting susu.
Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.
- Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan
kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan
posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal yang
sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat
lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.
Setelah melakukan Sadari secara rutin untuk mendeteksi dini adanya kanker payudara,
dapat jika melakukan pencegahan dengan menghindari faktor-faktor resiko terkenanya kanker
payudara, seperti dengan tidak menggunakan alat kontrasepsi pil kb dan lainnya.7
Prognosis
Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal seperti
karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik, level stress, imunitas, keinginan untuk
hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk
menentukan prognosis penyakit ini.7
Kesimpulan
Wanita berusia 55 tahun yang datang dengan benjolan di payudara kirinya menderita
kanker payudara. Kanker payudara adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
14
cepat dan tidak terkendali. Semakin sedikit faktor resiko, kemungkinan terkena kanker payudara
juga semakin kecil. Pendeteksian dini kanker payudara meningkatkan prognosis.
Daftar Pustaka
1. Isselbacher KJ, Braunwald E, Martin JB. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam harrison.
Volume 4. Edisi 13. Jakarta: Erlangga, 2010.h.1012-5.
2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga, 2007.h.1-17.
3. Robbins SL, Cotran RS. Buku ajar patologi. Jakarta: EGC, 2007.h.796-801.
4. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga, 2005.h.340-1.
5. De Jong, Wim. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC, 2005.h.459-78.
6. Rasjidi I. Buku ajar onkologi klinik. Jakarta: EGC, 2013.h. 133-56.
7. Desen W. Onkologis klinis. Jakarta: FKUI, 2008.h.369-82.
15