ca mammae
TRANSCRIPT
DEFINISI
Dalam istilah kedokteran, semua benjolan disebut tumor. Benjolan atau ada yang jinak
dan ada yang ganas, tumor yang ganas itulah yang disebut kanker. Kanker payudara adalah
tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan
jaringan penunjangnya (Darwito, 2009).
Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit
neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Bagian payudara yang sering diserang
adalah payudara bagian kiri atas (dekat lengan) (Indrati, dkk.2005).
EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 1994 American Cancer Society (ACS) memperkirakan rata-rata wanita
Amerika yang berisiko menderita kanker payudara adalah satu banding delapan. Hal ini
dibuktikan dengan 183.000 kasus baru selama tahun 1994. Pria jarang menderita kanker
payudara, sebagai perbandingan hanya sebesar 1000 kasun baru pada tahun yang sama.
Diperkirakan bahwa 46.300 wanita dan 300 pria akan meninggal akibat penyakit ini pada tahun
1994. Angka ini mencerminkan kasus kanker payudara invasive. Kanker payudara tetap
merupakan daerah yang menjadi tempat kanker tersering wanita (Otto, 2003).
Angka kejadian kanker payudara terbesar di dunia adalah di Amerika Serikat, dan
secara spesifik dalam populasi: penduduk hawai, wanita kulit putih di Hawai, dan wanita kulit
putih di Alameda County, California Utara. Wanita kulit hitam pada umumnya memiliki insiden
kanker payudara yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita kulit putih, akan tetapi
insiden ini cenderung meningkat (Otto, 2003).
KLASIFIKASI
1. Karsinoma in situ ductal (DCIS)
Secara histologis dibagi menjadi dua subtype mayor: komedo dan nonkomedo
2. Karsinoma in situ lobular (LCIS)
Ditandai dengan proliferasi sel-sel di dalam lobus payudara. LCIS biasanya merupakan
temuan incidental, yang umumnya terletak dalam area multisenter penyakit, dan
jarang berhubungan dengan kanker invasuf. Penyakit ini terjadi lebih sering pada
wanita yang berusia lebih muda dan mungkin dianggap pertanda pramaligna untuk
terjadinya kanker payudara
3. Karsinoma ductal infiltrative
Tipe histologis yang palin umum, merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara.
Kanker ini biasanya bermetastasis ke nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk
dibandingkan dengan tipe kanker lainnya. Karsinoma ductal biasanya menyebar ke
tulang, paru, hepar atau otak.
4. Karsinoma lobular infiltrative
Jarang terjadi, merupakan 5% sampai 10% kanker payudara. Tumor ini biasanya terjadi
pada suatu area penebalan yang tidak baik pada payudara bila dibandingkan dengan
tipe ductal infiltrative.karsinoma lobular biasanya bermetastasis ke permukaan
meningeal atau tempat-tempat tidak lazim.
5. Penyakit paget
Tipe kanker payudara yang jarang terjadi. Gejala yang sering timbul adalah terbakar
dan gatal pada payudara. Massa tumor sering tidak dapat diraba dibawah putting
tempat di mana penyakit ini timbul.
6. Karsinoma inflamatori
Tipe kanker payudara yang jarang dan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari
kanker payudara lainnya. Tumor setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri; payudara
secara abnormal keras dan membesar. Kulit diatas tumor merah dan agak hitam.
Sering terjadi edema dan retraksi putting susu (Brunner & Suddart, 2002).
Pentahapan kanker payudara berdasarkan tumor, nodus, dan metastasis (Pentahapan TNM)
Tahap 0 Tis N0 M0
Tahap I T1 N0 M0
Tahap IIA T0
T1
T2
N1
N1
N0
M0
M0
Tahap IIB T2
T3
N1
N1
M0
M0
Tahap IIIA T0
T1
T2
T3
T3
N2
N2
N2
N1
N2
M0
M0
M0
M0
M0
Tahap IIIB T4
Sembarang T
Sembarang N
N3
M0
M0
Tahap IV Sembarang T Sembarang N M1
Tumor primer (T)
T0 tidak ada bukti tumor primer
Tis karsinoma in situ:karsinoma intraduktal. Karsinoma lobular insitu, atau penyakit paget
putting susu dengan atau tanpa tumor
T1 tumor ≤ 2cm dalam dimensi terbesarnya
T2 tumor > 2cm tetapi tidak > 5cm dalam dimensi terbesarnya
T3 tumor > 5cm dalam dimensi terbesarnya
T4 tumor sembarang ukuran dengan arah perluasan ke dinding dada atau kulit
Nodua limfe regional (N)
N0 tidak ada metastasis nodus limfe regional
N1 metastasi ke nodus limfe aksilaris ipsilateral (s) yang dapat degrakkan
N2 metastasisk ke nodus limfe aksilaris ipsilateral terfiksasi pada satu sama lain atau pada
struktur lainnya
N3 metastasis ke nodus limfe mamaria internal ipsilateral
Metastasis jauh (M)
M0 tidak ada metastasis yang jaun
M1 metastasis jaun (termasuk metastasis ke nodus limfe supraklavikular ipsilateral)
(Brunner & Suddart, 2002)
ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO
Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Namun, factor risiko sebagai pemicu
timbulnya kanker payudara antara lain sebagai berikut:
1. Konsumsi makanan berlemak dan berprotein tinggi, tetapi rendah serat terlalu banyak.
Makanan seperti itu mengandung zat karsinogen yang dapat merangsang
pertumbuhan sel kanker
2. Hormone tertentu yang digunakan secara berlebihan, seperti hormone penambah
gairah seksual
3. Pil kontrasepsi digunakan pada usia muda. Penelitian membuktikan bahwa usia dini
(remaja) yang memakai alat kontrasepsi oral (pil) sangat tinggi risikonya terserang
kanker payudara
4. Terapi radisi pada daerah sekitar dada dan payudara pernah dilakukan
5. Kombinasi senyawa kimia berlebihan, baik lansung maupun tidak langsung
6. Wanita terlalu banyak mengkonsumsi alcohol
7. Jenis kelamin
8. Usia
9. Riwayat kanker individu. Risiko mengalami kanker payudara pada payudara
sebelahnya meningkat hamper 1% setiap tahunnya.
10. Riwayat kanker keluarga. Anak perempuan atau saudara perempuan dari wanita
dengan kanker payudara. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker
sebelum berusia 60 tahun; risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara
terjadi pada dua orang saudara langsung
11. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun
12. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang
mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko dua kali lipat untuk
mengalami kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai anak
pertama mereka pada usia sebelum 20 tahun
13. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko
untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani
ooforektomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko sepertiganya
14. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai
perubahan epitel proliferative mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker
payudara; wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai risiko empat kali lipat untuk
mengalami penyakit ini (Brunner & Suddart, 2002).
PATOFISIOLOGI
Terlampir
MANIFESTASI KLINIS
Setelah memasuki stadium dini atau memasuki stadium lanjut, gejala serangan kanker
payudara semakin banyak seperti berikut ini:
1. Timbul rasa sakit atau nyeri pada payudara
2. Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar
3. Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan
4. Mulai timbul luka pada payudara dan putting susu seperti koreng atau eskim
5. Terkadang keluar cairan atau darah berwarna merah kehitam-hitaman dari putting
susu
Gejala klinis pada kanker payudara adalah:
1. Gejala yang paling sering terjadi
a. Masa (terutama jika keras, irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada
payudara, atau daerah aksila
b. Rabas putting payudara unilateral, persisten, spontan yang mempunyai karakter
serosaguinosa, mengandung darah, atau encer
c. Retraksi atau insersi putting susu
d. Perubahan ukuran, bentuk atau tekstur payudara (asimetris)
e. Pengerutan atau pelekukan kulit sekitarnya
f. Kulit yang bersisik di sekeliling putting susu
2. Gejala penyebaran local atau regional
a. Kemerahan, ulserasi, edema atau pelebaran vena
b. Perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk)
c. Pembesaran kelenjar getah bening aksila
3. Bukti metastasis
a. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikul dan servikal
b. Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura
c. Peningkatan alkali fosfatase, kalsium, pindai tulang positif, dan atau nyeri tulang
berkaitan dengan penyebaran ke tulang
d. Tes fungsi hati abnormal (Otto, 2003)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Secara Dini
Kemungkinan timbulnya benjolan pada payudara sebenarnya dapat diketahui
secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. Istilah ini disebut dengan sadari, yaitu
pemeriksaan payudara sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan secara berkala, yaitu satu
bulan sekali. Ini dimaksudkan agar yang bersangkutan dapat mengantisipasi secara cepat
jika ditemukan benjolan pada payudara.
Mamografi
Mamografi harus dilakukan dimulai pada usia 40 tahun. Penapisan mamografi rutin
harus dilakukan setiap 1 sampai 2 tahun sekali untuk wanita usia 40 tahun sampai 49
tahun, dan setiap tahun untuk wanita usia 50 tahun ke atas. Mamografi penapisan
digunakan untuk mendeteksi kanker pada wanita yang tidak menunjukkan gejala (Otto,
2003).
Ultrasonografi
USG digunakan bersama dengan mammografi untuk membedakan kista yang berisi
cairan dengan jenis lesi lainnya (Brunner & Suddart, 2002).
Diagnosis jaringan
Kanker payudara dapat didiagnosis berdasarkan evaluasi sitologis (sel) atau histologi
(jaringan). Pemeriksaan jaringan akan memberikan diagnosis yang tepat
1. Aspirasi jarum halus (AJH) untuk sitology dilakukan dengan mudah jika masa dapat
dipalpasi
2. Biopsy jarum inti (core needle biopsy) menentukan inti jaringan dari masa yang utama
3. Biopsy insisional dilakukan jika masa berukuran besar, dan hanya melibatkan
pengangkatan sebagian masa
4. Biopsy eksisional meliputi pengangkatan seluruh masa dan batas jaringan yang normal
di sekitarnya. Masa yang tidak dapat dipalpasi yang dideteksi dengan mamografi juga
dapat diangkat dengan biopsy eksisional (biopsy lokalisasi jarum) (Otto, 2003).
PENATALAKSANAAN MEDIS
Pencegahan kanker payudara
1. Berhenti merokok, mengurangi asupan alcohol
2. Olahraga, mengurangi asupan lemak, menurunkan berat badan
3. Vitamin E (α-tokoferol); antioksidan; studi masih campur aduk akan tetapi ada
kecenderungan kuat kea rah penurunan resiko dengan pemberian suplemen, terutama
pada wanita pascamenopause
4. Serat: mengubah enzim mikroba usus dan menurunkan jumlah estrogen yang
direabsorbsi dari usus, juga menghasilkan fitoestrogen yang berkompetisi untuk
mendapat tempat pengikatan reseptos estrogen.
5. Modulator reseptor estrogen selektif:
a. Tamoksifen: disetujui di tahun 1998 untuk pencegahan primer kanker payudara
pada pasien berisiko tinggi; jelas menurunkan risiko, tetapi meningkatkan risiko
kanker endometrium.
b. Raloksifen: studi retrospektif terkini menemukan 75% penurunan risiko kanker
payudara invasive pada wanita yang mengkonsumsi raloksifen untuk osteoporosis
selama minimal 3 tahun.
6. Mastektomi profilaksis mengurangi risiko kanker payudara sampai 90% pada wanita
berisiko tinggi (brasher, 2007).
Pembedahan
1. Lumpektomi: dilakukan bila tumor kecil dan jelas tidak ada keterlibatan aksilaris;
hasilnya jelas memperlihatkan ketahanan hidup yang sama dengan mastektomi,
bahkan bila nodus aksilaris ternyata positif. Tumor diangkat dan bagian terbesar
payudara tidak diangkat.
2. Mastektomi radikal yang dimodifikasi: mempertahankan otot pektoralis dengan
perbaikan kosmetik disbanding mastektomi radikal; dilakukan untuk kanker stadium II
sampai III bila tidak ada fiksasi ke otot. Seluruh payudara diangkat bersama kelenjar
getah bening aksila dan tepi otot pektoralis mayor. Otot pektoralis mayornya sendiri
tidak diangkat. Otot pektoralis minor dapat diangkat atau tidak.
3. Mastektomi total (mastektomi sederhana): tanpa diseksi aksilaris; dilakukan untuk CIS,
pengangkatn profilaksis payudara kontralateral, kekambuhan local setelah
lumpektomi, dan paliasi tumor yang besar. Yang diangkat seluruh jaringan payudara,
termasuk kompleks putting susu dan aerola mamae dan tepi otot pektoralis mayor
diangkat. Tidak dilakukan diseksi kelenjar getah bening aksila. Dinding titaks tidak
diangkat.
4. Mastektomi radikal: payudara diangkat en bloc (seluruhnya), bersama dengan semua
nodus aksilaris dan kedua otot pektoralis; dilakukan bila tumor terfiksasi ke otot
pektoralis atau bila terdapat keterlibatan aksilaris yang besar
5. Kuadranektomi, seluruh kuadran payudara yang mengandung tumor diangkat bersama
kulit dan tepi otot pektoralis mayor (Otto, 2003; Brasher, 2007)
Radiasi
1. Iradiasi local setelah pembedahan menurunkan risiko kekambuhan local
2. Lapoan terkini menyatakan bahwa radiasi juga memperbaiki ketahanan hidup jangka
panjang pada kanker nodus positif maupun nodus negative (brasher, 2007).
Terapi endokrin (manipulasi hormone)
1. Digunakan sebagai terapi adjuvant setelah pembedahan untuk wanita pra dan pasca
menopause dengan tumor ER atau PR prositif; digunakan bersama terapi sitotoksik
pada penyakit nodus positif
2. Meningkatkan ketahanan hidup dan ketahanan bebas penyakit dan menurunkan risiko
penyakit pada payudara kontralateral
3. Tamiksifen: bila digunakan pada kanker payudara ER positif yang dapat dioperasi;
tamoksifen yang dikonsumsi selama 5 tahun menghasilkan penurunan 50% angka
kekambhan pertahun dan penurunan 28% angka kematian per tahun dan dapat
menurunkan risiko kekambuhan pada payudara kontralateral. Juga memperlambat
progresi tumor pada penyakit lanjut. Sebaliknya meningkatkan risiko kanker
endometrium dan penyakit tromboemboli.
4. Raloksifen mungkin memiliki efek anti tumor yang sebanding dengan risiko kanker
endometrium yang lebih rendah; studi masih terus dilakukan
5. Manipulasi hormone lain: agonis hormone pelepas hormone luteinizing (LHRH), ablasi
ovarium. Progestin, inhibitor aromatase, androgen (Brasher, 2007).
Kemoterapi
1. Kemoterapi adjuvant secara bermakna memperbaiki daya tahan terhadap penyakit
dalam jangka panjang pada wanita pra dan pasca menopause sampai usia 70 tahun
yang memiliki penyakit nodus positif fan nodus negative
2. Sebagian besar pasien menerima kombinasi kemoterapi yang mengandung antrasiklin;
ditambah taksan untuk penyakit yang bermetastasis
3. Kemoterapi dosis tinggi ditambah dukungan factor stimulasi koloni-granulosit
(granulocyte-colony stimulating factof, G-CSF) dan sel benih (stem cell) darah ternyata
efektif dan aman sebagai regimen rawat jalan untuk pasien tertentu
4. Kemoterapi praoperasi dapat menyusutkan tumor dan membuat lumpektomi sebagai
pilihan pembedahan pada beberapa pasien yang memiliki tumor primer yang relative
besar sebelum kemoterapi (Brasher, 2007).
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a. Identitas
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya
ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
d. Pengkajian fisik meliputi :
- Keadaan umum
- Tingkah laku
- TTV
- BB dan TB
- Pengkajian head to toe
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Daerah dada
Abdomen
Genetalia eksterna
Anus
Ekstremita
e. Riwayat kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan
yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
2. Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk
RS.
3. Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.
4. Personal hygiene
5. Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari
6. Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
Dikaji sebelum dan pada saat di RS
7. Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual
8. Status psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh,
merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping yang negatif.
9. Status social
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat lain.
Kegiatan keagamaan. Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.
f. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit
meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar
X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
II. ANALISA DATA
Data EtiologiDiagnose
keperawatan
DS:
Laporan isyarat
Mengekspresikan
perilaku
Focus menyempit
Indikasi nyeri yang
dapat diamati
Prubahan posisi untuk
menghindari nyeri
Gangguan tidur
Melaporkan nyeri
secara verbal
DO:
Klien Nampak meringis
Klien Nampak sesak
Nampak luka diperban
pada payudara
sebelah kiri
Perubahan RR
Perubahan TD
Perubahan Nadi
Ca mammae
↓
Mendesak sel-sel normal
↓
Mendesak sel saraf
↓
Interupsi sel syaraf
↓
Nyeri akut
Nyeri akut
DS:
Gelisah
Ca mammae
↓
Ansietas
Kontak mata yang
buruk
Khawatir
Ketakutan
DO:
Peningkatan TD
Peningkatan nadi
Peningkatan RR
Proliferasi tak terkendali (semakin
ganas)
↓
Metastasis
↓
Mastektomi
↓
Gangguan citra tubuh
↓
Ansietas
DS:
Respon nonverbal thd
perubahan actual
pada tubuh
Kehilangan bagian
tubuh
Perubahan actual
pada struktur
Ketakutan terhadap
reaksi orang lain
Perasaan negative
tentang tubuh
DO:
Ca mammae
↓
Proliferasi tak terkendali (semakin
ganas)
↓
Metastasis
↓
Mastektomi
↓
Gangguan citra tubuh
Gangguan citra
tubuh
DS:
DO:
Penyakit kronis
Prosedur invasive
Kerusakan jaringan
Ca mammae
↓
Mendesak sel-sel normal
↓
Mendesak pembuluh darah
↓
Aliran darah terhambat
↓
Hipoksia
↓
Risiko infeksi
Nekrosis jaringan
↓
Keluar cairan (darah)
↓
Port de entri bakteri
↓
Risiko infeksi
DO:
Kerusakan jaringan
Ca mammae
↓
Mendesak sel-sel normal
↓
Menekan jaringan sekitar payudara
↓
Konsistensi payudara ↑
↓
Ukuran payudara abnormal
↓
Muncul benjolan
↓
Mendesak jaringan keluar
↓
Perfusi jaringan terganggu
↓
Ulkus
↓
Kerusakan integritas kulit
Kerusakan
integritas kulit
Prioritas diagnose
1. Nyeri akut
2. Kerusakan integritas kulit
3. Ansietas
4. Risiko infeksi
5. Gangguan citra tubuh
III. PLANNING
NoDiagnose
KeperawatanTujuan & KH Intervensi
1 Nyeri akut Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24
jam nyeri klien berkurang
KH:
1. Klien menyatakan
nyeri berkurang
2. Nyeri tekan tidak ada
3. Ekspresi wajah tenang
dan rileks
4. Luka sembuh dengan
baik
1. Kaji karakteristik nyeri,
skala nyeri, sifat nyeri,
lokasi dan penyebaran
2. Beri posisi yang nyaman
untuk mengurnagi nyeri
3. Kurangi aktivitas yang
dapat meningkatkan nyeri
4. Ajarkan teknik relaksasi
napas dalam
5. Kolaborasi : pemberian
analgesic sesuai indikasi
2 Kerusakan
integritas kulit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 7x24
jam integritas kulit
membaik
KH:
1. Terjadi penyembuhan
luka yang baik
2. Luka bebas dari
drainase, purulent
atau eritema
1. Obsrvasi balutan / luka
setelah dilakukan
perawatan luka
2. Drainase
3. quasi edema, kemerahan
dan insisi pada mammae,
4. tempatkan pada posisi
semi fowler pada sisi
puggung yang tidak sakit,
5. injeksi dibagian yang tidak
sakit,
6. kosongkan drain secara
periodic
3 Ansietas Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
1. Tentukan pengalaman
klien sebelumnya terhadap
penyakit yang dideritanya.
jam kecemasan klien
berkurang
KH:
1. Klien lebih rileks
2. Klien dapat
beristirahat dengan
tenang
2. Berikan informasi tentang
prognosis secara akurat.
3. Beri kesempatan pada
klien untuk
mengekspresikan rasa
marah, takut, konfrontasi.
Beri informasi dengan
emosi wajar dan ekspresi
yang sesuai.
4. Jelaskan pengobatan,
tujuan dan efek samping.
Bantu klien
mempersiapkan diri dalam
pengobatan.
5. Catat koping yang tidak
efektif seperti kurang
interaksi sosial, ketidak
berdayaan dll.
6. Anjurkan untuk
mengembangkan interaksi
dengan support system.
7. Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman.
8. Pertahankan kontak
dengan klien, bicara dan
sentuhlah dengan wajar.
4 Risiko infeksi Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam risiko infeksi berkurang
1. KH:
Tidak terdapat tanda-
1. Kaji tanda-tanda infeksi
dan monitor TTV
2. Lakukan pencucian tangan
dengan baik dan
perawatan luka aseptic
3. Instruksikan keluarga dan
tanda infeksi (TTV
dalam rentang normal,
tidak ada peningkatan
leukosit, tidak ada
drainase purulen)
2. Peningkatan
penyembuhan luka
dengan benar
orang lain untuk mencuci
tangan sebelum mendekati
pasien
4. Lihat insisi dan balutan
5. Kolaborasi: berikan terapi
antibiotic sesuai program
5 Gangguan citra
tubuh
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 7x24
jam citra tubuh membaik
KH:
1. Kepercayaan diri
pasien akan
kondisinya sedikit
meningkat
1. Anjurkan pasien untuk
mengungkapkan
perasaannya tentang
diagnosa carsinoma
mammae, pengobatannya
dan dampak yang
diharapkan atas gaya
hidup,
2. evaluasi perasaan pasien
atas kehilangan mammae
pada aktifitas sexual,
hubungan dan citra
tubuhnya,
3. berikan kesempatan pasien
terhadap rasa berduka atas
kehilangan mammae,
4. izinkan pasien
mengungkapkan perasaan
negatifnya.