ca mammae
TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
KARSINOMA MAMMAE
PEMBIMBING
Dr.Ismairin Oesman, Sp. BOnk
Oleh :Addiemohamad Pariansha
030.04.250
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
PERIODE 30 MARET – 6 JUNI 2009
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RSUP FATMAWATI
JAKARTA
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 39 tahun
Alamat : Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Pendidikan : Tamat SLTP
Agama : Islam
No. RM : 00906492
ANAMNESA
Diambil secara autoanamnesa, tanggal 27 April 2009 jam 20.00 WIB.
Keluhan Utama : benjolan di payudara kanan 3 tahun SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Os mengeluhkan adanya benjolan di payudara kanan 3 tahun SMRS. Benjolan tunggal berbentuk
bulat tidak berkerak, ukuran 2x2 cm, konsistensi keras, permukaan licin, tidak nyeri tekan dan tidak
dapat digerakkan dari dasarnya. Benjolan berada di kuadran kiri atas payudara kanan. Os juga mengaku
timbul benjolan berbentuk bulat, 4-5 buah di ketiak kanan 2 tahun SMRS. Permukaan tidak berkerak,
nyeri tekan dan tidak dapat digerakkan dari dasarnya. Os juga mengaku keluar nanah dari benjolan di
payudara 6 bulan SMRS. Puting susu juga mulai mengkerut. Sebelumnya Os hanya mendapatkan
pengobatan alternatif. Os pertama kali dirawat di RS Fatmawati tiga bulan SMRS dengan keluhan utama
sesak. Os akhirnya datang ke poliklinik bedah onkologi 1 hari SMRS dengan keluhan benjolan tadi.
Pasien mengaku merasa sesak. Os juga merasa sakit di pundak kanan yang kemudiannya nyeri juga
dirasakan di pinggang kiri dan nyeri tulang disangkal pasien. Nafsu makan pasien saat dianamnesa agak
menurun. Nyeri perut disangkal pasien. BAK pasien lancar, berwarna kuning jernih, tidak keruh, tidak
berpasir, tidak nyeri saat BAK. BAB pasien sehari 3 kali, konsistensi lunak berkumpal, warna hitam, lendir
tidak ada, bau busuk tidak ada.
Os memiliki 3 anak. Os melahirkan anak pertama sewaktu os berusia 25 tahun. Os tidak
memberikan asi pada anak pertamanya. Os mulai memberi asi pada anak keduanya yaitu sewaktu Os
berusia 26 tahun. Siklus haid os teratur dan lama haid 7 hari. Riwayat sering makan makanan tertentu
disangkal os. Os mengaku berat badan mulai menurun tiga bulan SMRS. Riwayat DM - , Hipertensi -.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki penyakit ini.
Riwayat Hidup dan Kebiasaan
Os tidak merokok. Os tidak punya kesukaan makanan tertentu. Os jarang berolah raga.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
Kesan sakit : sakit sedang
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 55 kg
BMI : 22,9
Gizi : baik
Sikap pasien : kooperatif
Mobilisasi : aktif
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Pernafasan : 24 kali/menit
Suhu tubuh : 36,5 derajat celcius
Kepala
Bentuk : normocephali
Rambut : warna hitam berubah, distribusi merata
Mata
Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Telinga
Bentuk normotia, tidak ada sekret, tidak ada cairan keluar dari lubang telinga, tidak ada
darah keluar dari lubang telinga.
Hidung
Tidak ada deviasi septum
Mulut dan tenggorokan
Bibir kering dan tidak sianosis
Tonsil T1/T1
Faring tidak hiperemi
Leher
Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB
Ketiak
Teraba pembesaran KGB di ketiak kanan. Di ketiak kanan teraba 5 benjolan yang
berbentuk bulat, konsistensi padat, permukaan licin, nyeri tekan dan benjolan tidak dapat
digerakkan dari sekitarnya.
Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Jantung
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : abdomen datar, tidak tampak ada massa, tidak tampak pelebaran
vena, warna kulit normal, tidak hiperemis.
Palpasi : teraba lemas, tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas, tidak ada
defans muscular
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Inguinal
Tidak teraba pembesaran KGB di inguinal
Ekstremitas
Tidak ada oedem, tidak ada petechiae, tidak ada deformitas,
Tonus otot baik.
Status Lokalis
Di regio mammae desktra, kuadran kiri atas terlihat ada 4 benjolan. Tiap benjolan berbentuk
agak lonjong berukuran kira-kira 2 x 2 cm. Benjolan berwarna merah, mengeluarkan pus. Ada retraksi
papilla. Konsistensi benjolan keras, permukaan benjolan tidak rata, berbenjol-benjol. Tidak ada nyeri
tekan. Benjolan tidak dapat digerakkan dari sekitarnya. Tepi benjolan menimbul dari sekitarnya dan
berwarna kemerahan. Benjolan mengeluarkan bau busuk.
Di regio aksila dekstra, terlihat ada 5 benjolan. Tiap benjolan berbentuk agak bulat berukuran
kira-kira 2 x 2 cm. Benjolan berwarna merah, tidak mengeluarkan pus. Konsistensi benjolan keras,
permukaan benjolan tidak rata, berbenjol-benjol. Ada nyeri tekan. Benjolan tidak dapat digerakkan dari
sekitarnya.
RESUME
Wanita, 39 tahun, keluhan ada 4 benjolan di payudara kanannya 3 tahun SMRS. Benjolan bulat,
berukuran 2x2 cm, permukaan licin, tidak nyeri tekan dan tidak dapat digerakkan dari sekitarnya.
Benjolan belum pernah diangkat atau dioperasi. Ada retraksi papilla. Mengeluarkan pus 6 bulan SMRS.
Ada nyeri dirasakan di pundak dan pinggang. Keluhan sesak +. Terdapat juga 5 benjolan di aksilla. Nyeri
+.
TINJAUAN PUSTAKA
KARSINOMA MAMMA
EMBRIOLOGI
ANATOMI
Setiap payudara terdiri dari 15-20 lobus; tiap lobus terdiri dari beberapa lobulus kelenjar. Lobulus-
lobulus kelenjar bermuara ke papilla mammae melalui ductus lactiferus. Ligamentum Cooper adalah jaringan
ikat yang berada di antara lobulus-lobulus sampai ke dermis untuk memperkuat struktur payudara. Kuadran atas
terluar payudara berisi lebih banyak jaringan dibandingkan kuadran payudara lainnya.
Vaskularisasi dan inervasi payudara
Vaskularisasi payudara oleh:
1. Arteri perforantes anterior cabang dari A. mamaria intema
2. Cabang lateral A. intarcostalis posterior
3. A. torasica superior dan A. torasica lateralis cabang dari A. aksilaris
4. Cabang pektoral dari A. torakoakromialis
Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena:
1. Cabang perforantes V. Mamaria interna
2. Cabang V. Aksilaris
3. Vena-vena kecil yang bermuara pada V. Interkostalis. Vena interkostalis bermuara pada V. Vertebralis, kemudian
bermuara pada V. Azygos. Melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru. Pleksus vena
vertebralis Batson yang terletak di tulang belakang dan memanjang dari tulang tengkorak sampai ke sakrum,
dapat menjadi jalur metastasis kanker payudara ke tulang belakang, tulang tengkorak kepala, tulang panggul
dan sistem saraf pusat.
Batas-batas penyaliran limfe di payudara tidak berbatas jelas dan ada bermacam-macam variasi letak kelenjar
limfe aksila. Enam kelompok kelenjar limfe yang dikenal adalah:
1. Kelompok vena aksila (lateral)
2. Kelompok mamaria eksternal (anterior atau pektoral)
3. Kelompok skapular (posterior atau subskapular)
4. Kelompok sternal
5. Kelompok subklavikular (apikal)
6. Kelompok interpektoral (kelompok Rotter).
Persarafan oleh cabang kutaneus lateral nervus interkostal ketiga sampai keenam memberikan persarafan
sensoris payudara (cabang mamaria lateral) dan dinding dada anterolateral. Nervus interkostobrakial adalah cabang
kutaneus lateral nervus interkostal kedua dan dapat terlihat saat diseksi aksila. Reseksi nervus intercostobrakial
dapat menyebabkan hilangnya rasa raba bagian medial lengan atas.
DEFINISI
Karsinoma mamma adalah pertumbuhan sel-sel dari jaringan payudara yang tidak terkontrol. Karsinoma
payudara mengacu pada tumor maligna yang berasal dari sel-sel di payudara. Maligna berarti memiliki potensi
membahayakan kehidupan.
INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah karsinoma
serviks uterus. Di negara maju karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat pertama. Persentase
karsinoma payudara sekitar 33 persen dari seluruh kanker pada wanita. Menurut WHO 8-9% wanita akan
mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui
pada wanita. Kurva insidens usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang sekali ditemukan
pada wanita usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun. Insidens karsinoma
payudara pada lelaki hanya 1 % dari kejadian pada wanita.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESlKO
Faktor risiko kanker payudara ialah:
- Umur lebih dari 30 tahun
- Anak pertama lahir pada usia ibu lebih dari 35 tahun
- Tidak kawin
- Menarche dibawah 12 tahun
- Menopause lebih dari 55 tahun
- Pernah operasi tumor jinak payudara
- Mendapat terapi hormonal yang lama
- Adanya kanker payudara kontralateral
- Adanya riwayat ginekolog
- Adanya riwayat radiasi dada.
- Adanya riwayat keluarga yang mendapat kanker payudara
Dari faktor risiko tersebut di atas, riwayat keluarga serta usia menjadi faktor terpenting. Riwayat keluarga yang
pernah mengalami kanker payudara meningkatkan resiko berkembangnya penyakit ini. Para peneliti juga
menemukan bahwa kerusakan dua gen yaitu BRCA1 dan BRCA2 dapat meningkatkan risiko wanita terkena
kanker sampai 85%. Hal yang menarik, faktor genetik hanya berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara
dan ini menunjukkan bahwa faktor risiko lainnya memainkan peranan penting. Pentingnya faktor usia sebagai
faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78% kanker payudara terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50
tahun dan hanya 6% pada pasien yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya kanker
adalah 64 tahun. Studi juga mengevaluasi peranan faktor gaya hidup dalam perkembangan kanker payudara
yang meliputi pestisida, konsumsi alkohol, kegemukan, asupan lemak serta kurangnya olah fisik.
GAMBARAN KLINIS
Tanda dan gejala. Keluhan utama biasanya adalah adanya benjolan di payudara. Keluhan lain yang mungkin
diungkapkan pasien misalnya rasa sakit di payudara; adanya cairan yang keluar dari puting susu (nipple
discharge); adanya retraksi puting susu; adanya ekzema atau krusta sekitar areola; adanya perubahan pada kulit
seperti dimpling, kemerahan, ulserasi. venectasi atau adanya peau d'orange; perubahan warna kulit. Keluhan
adanya benjolan ketiak dan edema lengan mungkin menunjukkan adanya pembesaran kelenjar getah bening
aksila; atau ke!uhan adanya tanda metastasis jauh misalnya nyeri tulang (vertebra, femur), rasa penuh di ulu
hati, batuk, sesak, sakit kepala hebat, dan lain-lain.
DIAGNOSIS
Dalam menegakkan diagnosis karsinoma mamma diperlukan:
A. Anamnesis
Anamnesis yang lengkap meliputi keluhan-keluhan yang terjadi, perjalanan penyakit, keluhan tambahan, faktor
risiko tinggi dan tanda-tanda umum keganasan yang berhubungan dengan berat badan dan nafsu makan.
B. Pemeriksaan fisik
C. Pemeriksaan penunjang
D. Pemeriksaan histopatologi
A. Anamnesis
Anamnesis didahului pencatatan identitas penderita yang lengkap. Keluhan penderita dicatat selengkap
mungkin. Adanya tumor atau benjolan harus ditentukan sejak berapa lama, cepat atau tidak membesar, disertai
rasa sakit atau tidak. Biasanya tumor pada proses keganasan mempunyai ciri batas yang ireguler, tanpa ada rasa
nyeri dan tumbuh progresif cepat membesar.
Selain itu, ditanyakan kepada pasien pengaruh siklus menstruasi terhadap keluhan tumor dan
perubahan ukuran tumor; kawin atau tidak; jumlah anak, usia saat melahirkan anak pertama, disusukan atau
tidak; riwayat penyakit kanker dalam keluarga; obat-obatan yang pernah dipakai terutama yang bersifat
hormonal; riwayat obstetri-ginekologi; apakah pernah mendapat radiasi di dinding dada.
B. Pemeriksaan Fisik
Karena payudara dipengaruhi siklus hormonal seperti estrogen dan progesteron, sebaiknya pemeriksaan
payudara dilakukan di saat pengaruh hormonal seminim mungkin, yaitu sekitar satu minggu atau sepuluh hari
setelah menstruasi. Teknik pemeriksaan payudara:
1. Pasien duduk (tegak)
Penderita duduk dengan tangan bebas ke samping, pemeriksa berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang
sama tinggi. Pada inspeksi dilihat simetris payudara kiri dan kanan; kelainan papilla; letak dan bentuknya;
adanya retraksi puting susu; adanya kelainan kulit, tanda-tanda radang, peau d'orange, dimpling; ulserasi dan
lain-lain.
2. Posisi berbaring
Pasien diminta berbaring dan bahu atau punggung diganjal dengan bantai kecil agar payudara tersebar rata di
atas lapangan dada. Palpasi dilakukan dengan menggunakan falangs distal dan medial jari II, III, IV dan dikerjakan
secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga ke-2 sampai ke distal setinggi iga ke-6; termasuk daerah sentral
subareolar dan papil. Dapat juga sistematisasi ini dilakukan sentrifugal berakhir di daerah papil. Terakhir
diadakan pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan menekan daerah sekitar papil. Perabaan yang halus akan
lebih teliti daripada dengan rabaan tekanan keras. Rabaan halus akan dapat membedakan kepadatan massa
payudara.
3. Menetapkan keadaan tumor
Lokasi tumor menurut kwadran di payudara
Ukuran tumor, konsistensi, permukaan, batas-batas tumor tegas atau tidak tegas, jumlah tumor.
Mobilisasi tumor terhadap jaringan payudara sekitar, kulit, musculus pectoralis dan dinding dada.
4. Memeriksa kelenjar limfe regional
Aksila:
Kelompok kelenjar limfe yang diraba adalah:
- mammaria eksterna; di bagian anterior dan di bawah tepi musculus pektoralis aksila
- subskapularis di posterior aksila
- sentral di bagian pusat aksila
- apikal di ujung atas fossa aksilaris
Pada perabaan ditentukan besar, konsistensi, jumlah dan ada tidaknya fiksasi satu sama lain.
Supra dan infraklavikula serta leher utama, bagian bawah dipalpasi dengan cermat dan teliti.
5. Organ lain yang ikut diperiksa adalah hepar, lien untuk mencari metastasis jauh, juga tulang-tulang utama, dan
tulang belakang.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Mammografi dapat menemukan benjolan kecil. Tanda mikrokalsifikasi tidak jelas untuk kanker. Bila secara klinis
dicurigai ada tumor dan pada mammografi tidak ditemukan apa-apa, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan
biopsi sebab sering karsinoma tidak tampak pada mammogram. Sebaliknya bila mammografi positif dan secara
teraba tumor, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pungsi atau biopsi di tempat yang ditunjukkan oleh foto
tersebut. Mammografi pada masa premenopause umumnya tidak bermanfaat karena gambaran kanker di
antara jaringan kelenjar kurang tampak.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi hanya dapat membedakan lesi solid dan kistik.
3. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitologi pada sediaan yang diperoleh dari pungsi dengan jarum halus (FNAB = fine needle aspiration
biopsy) dapat dipakai apakah akan disiapkan pembedahan dengan sediaan beku atau akan dilanjutkan dengan
pemeriksaan lain atau langsung dilakukan ekstirpasi.
4. Core biopsy
Sediaan jaringan untuk pemeriksaan histologi dapat diperoleh secara pungsi jarum besar yang menghasilkan
suatu silinder jaringan yang cukup untuk pemeriksaan termasuk biokimia. Teknik ini disebut core biopsy.
Digunakan pendekatan secara stereofaksi USG atau pencitraan lain yang juga digunakan pada FNAB.
5. Pemeriksaan lain seperti foto Rontgen dada, bone scanning atau bone survey dan USG abdomen dilakukan
untuk mencari jauhnya ekstensi tumor atau mencari metastasis jauh. Pemeriksaan ini hanya dilakukan bila
diperlukan (atas indikasi).
6. Pemeriksaan laboratorium juga dapat melihat kemungkinan adanya metastasis misalnya alkali fosfatase.
TERAPI
Sebelum merencanakan terapi karsinoma mamma, diagnosis klinis dan histopatologik, serta tingkat
penyebarannya harus dipastikan dahulu. Diagnosis klinis harus sama dengan diagnosis histopatologik. Bila
keduanya berbeda, harus ditentukan yang mana yang keliru. Rencana terapi mempertimbangkan manfaat dan
mudarat setiap tindakan yang akan diambil.
Bila bertujuan kuratif, tindakan radikal yang berkonsekuensi mutilasi harus dikerjakan demi
kesembuhan. Akan tetapi, bila tindakannya paliatif, alasan nonkuratif menentukan terapi yang dipilih.
Untuk mendapat diagnosa histologi, dilakukan biopsi sehingga biopsi dianggap sebagai tindakan
pertama pada pembedahan mamma. Dengan sediaan beku, hasil pemeriksaan histopatologi dapat diperoleh
dalam waktu 15 menit. Bila pemeriksaan menunjukkan tanda tumor jinak, operasi diselesaikan. Namun, bila
pemeriksaan menunjukkan tumor ganas, operasi dapat dilanjutkan dengan tindakan bedah kuratif. Bedah kuratif
yang mungkin dilakukan adalah mastektomi radikal dan bedah konservatif adalah eksisi tumor luas.
Terapi kuratif dilakukan jika tumor terbatas pada payudara dan tidak ada infiltrasi ke dinding dada dan
kulit mamma, atau infiltrasi dari kelenjar limfe ke struktur sekitarnya. Tumor disebut mampu-angkat (operable)
jika dengan tindak bedah radikal seluruh tumor dan penyebarannya di kelenjar limfe dapat dikeluarkan.
Stadium Klinis berdasarkan sistem TNM UICC / AJC 2002 adalah:
Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium IIA : T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB : T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA : T0 N2 M0
T1 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IIIB : T4 N0 M0
T4 N1 M0
N4 N2 M0
Stadium IIIC : Any T N3 M0
Stadium IV : Any T Any N M1
T = ukuran tumor primer
Ukuran T secara klinis, radiologis dan mikroskopis adalah sama.
Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai
TO : Tidak terdapat tumor primer
Tis : Karsinoma in situ
Tis (DCIS) : Ductal carsinoma in situ
Tis (LCIS) : Lobular carsinoma in situ
Tis (Paget's) : Penyakit Paget pada puting tanpa adanya tumor
Catatan : Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan
sesuai dengan ukuran tumornya.
T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2 cm atau
kurang
T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm
T1 b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm
T1 c : Tumor dengan u!curan lebih dari 1 cm sampai 2 cn-,
T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari
2 cm sampai 5 cm
T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm
T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke
dinding dada atau kulit
T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis
T4b : Edema (termasuk peau d'orange), ulserasi, nodul satelit
pada kulit yang terbatas pada satu payudara
T4c : Mencakup kedua hal diatas
T4d : Mastitis karsinomatosa
N = Kelenjar getah bening regional
Nx : Kelenjar regional tidak bisa dinilai
N0 : Tidak terdapat metastasis KGB
N1 : Metastasis ke KGB aksila ipsilateral yang mobil
N2 : Metastasis ke KGB aksila terfiksir, berkongomerasi, atau
adanya pembesaran KGB mamaria interna ipsilateral
tanpa adanya metastasis ke KGB aksila
N2a : Metastasis pada KGB aksila terfiksir atau
berkonglomerasi atau nielekaa ke struktur lain
N2b : Metastasis hanya pada KGB mamaria internal ipsilateral
secara klinis dan tidak terdapat pada KGB aksila
N3 : Metastasis pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan
atau tanpa metastasis KGB aksila atau klinis terdapat
metastasis pada KGB mamaria interna ipsiliateral klinis
dan metastasis pada KB aksila; atau metastasis pada
KGB supraklavikula ipsilateral suskes atau dengan atau
tanpa metastasis pada KGB aksila / mamaria interna
N3a : Metastasis ke KGB infraklavikular ipsilateral
N3b : Metastasis ke KGB mamaria interna dan KGB ipsilateral
N3c : Metastasis ke KGB supraklavikula
Catatan : terdeteksi secara klinis = terdeteksi dengan pemeriksaan
fisik atau secara imaging (di luar limfoscintigrafi)
M = metastasis jauh
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai
MO : Tidak terdapat metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh
Berdasarkan gambaran histopatologi karsinoma mamma dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Carsinoma in situ. Sel kanker dinyatakan in situ atau invasif tergantung apakah sel kanker tersebut telah
mengivasi membran basal. Menurut Broder definisi carsinoma in situ pada karsinoma mamma adalah tidak
adanya invasi sel ke stroma dan pembatas struktur lain sekitarnya seperti duktus dan alveolus.
Lobular Carcinoma In Situ (LCIS). LCIS berasal dari ujung duktus lobular dan hanya terjadi pada payudara
wanita. Karakteristik LCIS adalah adanya distensi dan distorsi ujung duktus lobular karena sel kanker. Sel kanker
umumnya tampak besar tetapi memiliki ratio sel inti-sitoplasma yang normal. Umur saat diagnosa LCIS antara
44-47 tahun. LCIS memiliki predileksi ras, yaitu 12 kali lebih banyak terjadi pada wanita kulit putih dibanding
wanita Afrika-Amerika. Karsinoma payudara invasif dapat terjadi pada 25-35 persen wanita yang terkena LCIS.
Oleh karena itu, LCIS dianggap meningkatkan faktor resiko terkena kanker payudara dan bukan prekursor
anatomis.
Ductal Carsinoma In Situ (DCIS). DCIS lebih sering terjadi pada wanita, tetapi dapat pula terjadi pada
pria (5 persen dari kanker payudara pada pria). DCIS memiliki resiko tinggi untuk berlanjut menjadi !canker
invasif (5 kali lebih besar). Secara histologis, DCIS ditandai o;eh adarya proliferasi epitel yang membatasi duktus
minor. Karsinoma invasif sering teijadi di payudara ipsilateral, umumnya di kuadran yang sama dengan tempat
DCIS ditemukan, sehingga DCIS dianggap prekursor anatomi karsinoma ductal invasif.
Invasive breast carcinoma. Karsinoma invasif berasal dari lobulus atau ductus. Secara histologis, 80
persen karsinoma payudara invasif adalah karsinoma duktal invasif tanpa gambaran khusus (no special type =
NST). Karsinoma ini umumnya memiliki prognosis lebih buruk darlpada karsinoma dengan gambaran khusus.
Klasifikasi kanker payudara invasif menurut Foete dan Stewart adalah sebagai berikut:
I. Penyakit Paget pada papilla mamma
II.Karsinoma duktal invasif
III. Karsinoma lobular invasif
IV. Kanker yang jarang (kistik adenoid, sel skuamous, apokrin)
Seluruh kanker payudara kecuali tipe medulare harus dibuat gradasi histologisnya. Sistem gradasi
histologis yang direkomendasikan adalah menurut "The Nottingham combined histologic grade" (menurut
Flston-Ellis yang merupakan modifikasi dari Bloom-Richardson). Gradasinya adalah sebagai berikut:
Gx : Grading tidak dapat dinilai
G1 : Low grade
G2 : Intermediate grade
G3 : High grade
Jenis-jenis pengobatan karsinoma mamma adalah:
1. Operasi
Jenis-jenis operasi untuk terapi adalah:
- Radical Mastectomy (Halstead and Meyer Radical Mastectomy) Pada Radical Mastectomy diangkat seluruh
kelenjar payudara, kompleks papilla dan areola mamma, musculus pectoralis major dan minor, kulit dan kelenjar
limfe level I, II dan III. Nervus thoracalis longus dan nervus thcracodorsalis juga direseksi.
Komplikasi mastektomi radikal dan diseksi kelenjar limfe aksila biasanya terdiri atas hematoma, infeksi luka, dan
seroma. Seroma adalali komplikasi paling sering dan dilaporkan terjadi pada 30 persen kasus. Pemasangan
penyalir isap (closed-system suction drainage) dilakukan untuk mencegah seroma yang terdiri atas cairan luka
dan limfe. Cairan yang disalir pada hari pertama bisa mencapai beberapa ratus ml limfe jernih. Penyalir isap
dipertahankan sampai prodiksi drainage dibawah 30 ml per hari. Mobilisasi ekstemitas yang bersangkutan harus
diperhatikan untuk menceaah kontraktur. Kadang terdapat mati rasa kulit ketiak dan bagian medial IPngan atas
akibat cedera nervus interkostobrakialis yang tak dapat dihindari. Kelumipuhan musculus seratus anterior akibat
cedera nervus torakalis longus menyebabkan. skapula alata yang memang harus dicegah. Kerusakan nervus
torakodorsalis mengakibatkan kelumpuhan musculus latissimus dorsi. Saraf pehtoralis, baik untuk muscullas
pectorali major dan minor, harus ditangani dengan hati-hati pada bedah radikal yang dimodifikasi.
- Modified Radical Mastectomy. Modified Radical Mastectomy menurut Madden mempertahankan musculus
pectoralis major dan minor, walaupun teknik ini hanya memungkinkan diseksi kelenjar limfe level I dan II.
Modified Radical Mastectomy menurut Patey dan Dyson mempertahankan musculus pectoralis major, nervus
thoracalis longus dan thoraco dorsalis. Namun, musculus pectoralis minor diangkat sehingga dapat dilakukan
diseksi kelenjar limfe level I, II dan III.
- Total (simple) Mastectomy. Total Mastectomy mengangkat seluruh kelenjar payudara, kompleks papilla dan
areola mamma dan kulit.
- Extended Simple Mastectomy (Simple Mastectomy yang diperluas). Pada Extended Simple Mastectomy seluruh
kelenjar payudara, kompleks papilla dan areola mamma, kulit dan pengangkatan kelenjar limfe level I.
- Skin-sparing Mastectomy. Skin-sparing mastectomy mengangkat seluruh kelenjar payudara, kompleks papilla
dan areola mamma, dan kulit hanya 1 cm dari tempat yang di eksisisi. Kemungkinan terjadi rekurensi kurang dari
2 persen bila skin-sparing mastectomy dilakukan pada kanker T1-T3.
2. Radiasi.
Radiasi dapat bersifat primer, adjuvant dan paliatif.
3. Kemoterapi.
Kemoterapi yang dipakai harus kombinasi beoarapa obat. Kombinasi obat yang dipakai adalah:
- siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluoraurasil (CMF)
- siklofosfamid, adraimisin (adriablastin), dan 5-fluorourasil (FAC), CEF
- Taxane + Doxorubicin
- Capecetebin
4. Hormonal terapi
- Ablatif: bilateral ovorektomi
- Additif: Tamoxifen
- Optional :
* Aromatase inhibitor
* GnRh (Gonadotropin Releasing Hormone)
Kanker payudara stadium 0
Pada kanker payudara stadium 0 dapat dilakukan Breast Conservation Surgery atau Simple Mastectomy.
Terapi definitif pada TO tergantung pada pemeriksaan blok parafin, lokasi didasarkan pada hasil Pemeriksaan
imaging.
Indikasi Breast Conservation Surgery adalah:
T 3 cm
Os ingin mempertahankan payudaranya
Syarat Breast Conservation Surgery adalah:
Keinginan penderita setelah dilakukan informed consent
Penderita dapat melakukari control rutin setelah pengobatan
Tumor tidak terletak sentral
Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik untuk kosmetik pasca BCS
Mammografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi atau tanda keganasan lain yang difus (luas)
Tumor tidak multipel
Belum pernah diterapi radiasi di dada
Tidak menderita penyakit LE atau penyakit kolagen
Terdapat sarana radioterapi yang memadai
Kanker payudara stadium dini / operabel
Pada kanker payudara stadium dini atau operabel dapat dilakukan Breast Conservation Surgery, Radical
Mastectomy atau Modified Radical Mastectomy. Breast Conservationg Surgery dilakukan bila memenuhi syarat
diatas.
Terapi ajuvan yang diperlukan dapat berupa radiasi, kemoterapi atau hormonal terapi. Terapi ajuvan
diberikan tergantung ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening, ada tidaknya reseptor estrogen atau
progesteron dan tergantung usia premenopause atau postmenupause. Kelompok beresiko tinggi adalah bila
penderita berusia di bawah 40 tahun, jenis high grade, reseptor estrogen atau progesteron negatif, tumor
progresif (invasif ke pembuluh limfe dan pembuluh darah) dan memiliki indeks timidin tinggi (high thymidin
index).
Terapi ajuvan radiasi diberikan pada keadaan sebagai berikut:
- setelah tindakan Breast Conservation Surgery
- Tumor sentral atau medial
- KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
Acuan pemberian radiasi sebagai berikut:
- Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan aksila beserta supraklavikula), kecuali:
Pada keadaan T lebih kecil dari T2 bila cN = 0 dan pN, tidak dilakukan radiasi pada KGB aksila
supraklavikula.
Pada keadaan tumor di medial atau sentral diberikan tambahan radiasi pada kelenjar limfe mamaria
interna.
Dosis lokoregional profilaksis adalah 50 Gy, booster dilakukan sebagai berikut:
Pada potensial terjadi residif ditambahkan 10 Gy (misalnya tepi sayatan dekat tumor atau post BCS)
Bila terdapat massa tumor atau residu post op (mikroskopik atau makroskopik), diberikan booster
dengan dosis 20 Gy kecuali pada aksila 15 Gy
Terapi ajuvan kemoterapi yang digunakan adalah kombinasi CAF (CEF), CMF, AC. Kemoterapi ajuvan
dilakukan 6 siklus. Kemoterapi paliatif diberikan 12 siklus. Kemoterapi neoadjuvant diberikan 3 siklus pra terapi
primer ditambah 3 siklus pasca terapi primer.
Terapi ajuvan hormonal ada dua macam, yaitu:
Additif dengan pemberian tamoxifen
Ablatif dengan melakukan bilateral ooforektomi
Dasar pemberian terapi hormonal adalah:
1. Pemeriksaan reseptor (ER + PR +, ER + PR -, ER - PR +)
2. Status hormonal
- Additif dilakukan apabila ER - PR +, ER + PR -, ER - PR +. Pada wanita menopause tidak dilakukan pemeriksaan ER
dan PR.
- Ablasi dilakukan apabila tidak dilakukan pemeriksaan reseptor, premenopause, menopause 1-5 tahun dengan
efek estrogen (+) dan perjalanan penyakit slow growing dan intermediate growing.
Kanker payudara lokal lanjut (locally advanced)
1. Operable Locally Advanced. Dapat dilakukan gabungan Simple Mastectomy atau Modified Radical Mastectomy,
radiasi kuratif, kemoterapi ajuvan dan hormonal terapi.
2. Inoperable Locally Advanced. Dapat dilakukan:
* Gabungan radiasi kuratif, kemoterapi dan hormonal terapi
* Gabungan radiasi, operasi, kemoterapi dan hormonal terapi
* Gabungan kemoterapi neo ajuvan, operasi, kemoterapi, radiasi dan hormonal terapi
Kanker payudara lanjut metastase jauh
Pada kanker payudara lanjut metastase jauh sifat terapi bersifat paliatif. Terapi sistemik merupakan
terapi primer (kemoterapi dan hormonal terapi). Terapi lokoregional (radiasi dan bedah) dilakukan bila perlu.
Rekonstruksi mamma
Bila dilakukan pengangkatan mamma, pertimbangkan kemungkinan rekonstruksi mamma dengan
implantasi prostesis atau cangkok flap muskulokutan. Implantasi prostesis atau rekonstuksi mamma secara
cangkok dapat dilakukan sekaligus dengan bedah kuratif atau beberapa waktu setelah penyinaran, kemoterapi
ajuvan, atau rehabilitasi penderita selesai. Jika hal ini tidak mungkin atau tidak dipilih, usahakan prostesis
eksterna, yaitu prostesis buatan yang disangga oleh kutang. Bentuk dan beratnya disesuaikan dengan bentuk
dan berat payudara di sisi lain.
PROGNOSIS
Prognosis karsinoma mamma ditentukan oleh:
1. Staging TNM
Semakin dini stadium saat karsinoma mamma ditemukan, semakin baik prognosisnya:
2. Jenis histopatologi keganasan
Karsinoma in situ memiliki prognosis yang baik dibandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif. Suatu kanker
payudara yang disertai gambaran peradangan, disebut mastitis karsinomatosa, mempunyai prognosis yang
sangat buruk. Harapan hidup 2 tahun hanya kurang lebih 5 persen. Tepat tidaknya tindakan terapi yang diambil
berdasarkan staging sangat. mempengaruhi prognosis.
PENCEGAHAN
Mencegah karsinoma mamma dapat dimulai dari menghindarkan faktor penyebab, kemudian juga
menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan pengobatan kuratif. Untuk menemukan kasus dini, American
Cancer Society menganjurkan wanita melakukan upaya sebagai berikut:
- wanita > 20 tahun agar melakukan Periksa Payudara Sendiri (SADARI) tiap bulan
- wanita 20-40 tahun agar tiap 3 tahun memeriksakan diri ke dokter
- wanita > 40 tahun agar tiap 1 tahun memeriksakan diri ke dokter
- wanita 35-40 tahun agar dilakukan base line mammografi
- wanita < 50 tahun agar konsul ke dokter untuk kepentingan mammografi
- wanita > 50 tahun agar tiap tahun melakukan mammografi
Pemeriksaan payudara sendiri oleh seorang wanita sebulan sekali sekitar hari ke 7-10 dari hari
menstruasi pertama dapat dianjurkan. Hal ini dikarenakan sekitar hari 7-10 dari hari menstruasi pertama
pengaruh hormonal estrogen progesteron sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu dalam keadaan
tidak oedem atau tidak membengkak sehingga lebih mudah meraba adanya tumor atau kelainan. Pemeriksaan
dapat dilakukan waktu mandi atau waktu lain di depan cermin.
Teknik SADARI
1. Berdiri di depan cermin dengan badan bagian atas terbuka (dada terbuka)
- Dengan posisi lengan ke bawah (di pinggang): bandingkan payudara kanan dan kiri, besarnya dan simetrisnya
- Daerah puting susu dilihat sama besar atau tinggi.
- Dengan lengan di atas kepala: bandingkan payudara kanan dan kiri, besarnya dan simetrisnya. Kadang-kadang
dalam gerakan lengan ke atas dapat dilihat bayangan tumor di bawah kulit ikut bergerak.
2. Berbaring
Sebaiknya pada bagian payudara yang diperiksa bahu sisi tersebut diganjal sedikit dengan bantal agar semua
payudara jatuh rata di atas lapangan dada. Dengan jari II-IV bagian tengah dan kaudal dilakukan perabaan
seluruh payudara secafa sistematis; dari atas ke bawah dari papilla ke tepi. Wanita di atas 40 tahun dianjurkan
melakukan SADARI setiap bulan.
Pemeriksaan mammografi dapat dideteksi lesi-lesi kecil 2-4 mm yang secara klinis tidak bisa diketahui.
Pemeriksaan mass-screening memerlukan biaya yang besar dibandingkan hasil yang didapat sehingga mulai
ditinggalkan. Oleh karena itu, mammografi dianjurkan pada wanita yang mempunyai faktor risiko tinggi.
Orang sehat di keluarga dengan risiko tinggi terjadinya karsinoma payudara atas dasar mengidap mutasi
onkogen, seperti BRCA 1, BRCA 2 atau CHEK dapat mempertimbangkan mastektomi bilateral preventif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat, R dan Wim de Jong: Buku Ajar Ilmu Bedah.
2. Frank W. Sabiston & Spencer Surgery Of the chest.
3. Manfred Kaufmann: Atlas Of Breast Surgery.
4. www.virtualcancer.com
5. www.healthblog.net