bupati kotabaru peraturan daerah kabupaten...

32
1 BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG IZIN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa menara telekomunikasi sebagai salah satu infrastruktur pendukung dalam penyelenggaraan telekomunikasi harus dapat digunakan secara efisien, efektif dan bangunannya mengutamakan keamanan serta estetika lingkungan; b. bahwa seiring dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya penggunaan alat-alat telekomunikasi oleh masyarakat bertambah pula jumlah pendirian menara telekomunikasi di daerah dari berbagai operator selular; c. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 pada lampiran huruf (y) pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan memberikan izin terhadap pendirian menara telekomunikasi; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Izin Menara Telekomunikasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

Upload: phamlien

Post on 06-Jun-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BUPATI KOTABARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU

NOMOR 15 TAHUN 2012

TENTANG

IZIN MENARA TELEKOMUNIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU,

Menimbang : a. bahwa menara telekomunikasi sebagai salah satuinfrastruktur pendukung dalam penyelenggaraantelekomunikasi harus dapat digunakan secaraefisien, efektif dan bangunannya mengutamakankeamanan serta estetika lingkungan;

b. bahwa seiring dengan berkembangnya teknologi danmeningkatnya penggunaan alat-alat telekomunikasioleh masyarakat bertambah pula jumlah pendirianmenara telekomunikasi di daerah dari berbagaioperator selular;

c. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38Tahun 2007 pada lampiran huruf (y) pemerintahdaerah berwenang untuk mengatur dan memberikanizin terhadap pendirian menara telekomunikasi;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlumembentuk Peraturan Daerah tentang Izin MenaraTelekomunikasi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentangPenetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II diKalimantan sebagai Undang-Undang (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentangHukum Acara Pidana (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1981 Nomor 76, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentangLarangan Praktek Monopoli dan Persaingan UsahaTidak Sehat (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3817);

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentangTelekomunikasi (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 154, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentangBangunan Gedung (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2002 Nomor 134, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhirdengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008tentang Perubahan Kedua Atas Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentangPenanaman Modal (Lembaran Negera RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 67, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentangPenataan Ruang (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 68, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentangPelayanan Publik (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 112, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

10.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5059);

11.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5234);

3

12.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang HukumAcara Pidana (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3258) sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58Tahun 2010 tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentangPelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum AcaraPidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5145);

13.Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3980);

14.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005tentang Pedoman Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4593);

15.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antaraPemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi danPemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4737);

16.Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4761);

17.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4833);

18.Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5103);

19.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 694);

4

20.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 05Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil diLingkungan Pemerintah Dati II Kotabaru (LembaranDaerah Kabupaten Kotabaru Dati II Kotabaru Tahun1991 Nomor 02 Seri C);

21.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 07Tahun 2005 tentang Izin Gangguan (LembaranDaerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2005 Nomor07);

22.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 08Tahun 2005 tentang Izin Mendirikan Bangunan(Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2005Nomor 08);

23.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 19Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan yangMenjadi Kewenangan Pemerintahan DaerahKabupaten Kotabaru (Lembaran Daerah KabupatenKotabaru Tahun 2007 Nomor 19);

24.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 08Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum(Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2012Nomor 08, Tambahan Lembaran Daerah KabupatenKotabaru Nomor 01);

25.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 09Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu(Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2012Nomor 09, Tambahan Lembaran Daerah KabupatenKotabaru Nomor 02);

26.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 11Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang WilayahKabupaten Kotabaru Tahun 2012-2032 (LembaranDaerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2012 Nomor 11,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten KotabaruNomor 04);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTABARU

dan

BUPATI KOTABARU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN MENARATELEKOMUNIKASI.

5

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotabaru.

2. Bupati adalah Bupati Kotabaru.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati besertaperangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraPemerintahan Daerah.

4. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modalyang merupakan kesatuan, baik yang melakukanusaha maupun yang tidak melakukan usaha yangmeliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara(BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma,kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,perkumpulan, yayasan, organisasi massa,organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,lembaga dan bentuk badan lainnya termasukkontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

5. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran,pengiriman dan/atau penerimaan dari setiapinformasi dalam bentuk tanda-tanda isyarat,tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistemkawat, optik, radio, atau sitem elektromagnetiklainnya.

6. Penyelenggaraan telekomunikasi adalah kegiatanpenyediaan dan pelayanan telekomunikasisehingga memungkinkan terselenggaranyatelekomunikasi.

7. Menara telekomunikasi adalah menara yangdidirikan di atas tanah atau bangunan yangmerupakan satu kesatuan konstruksi danselanjutnya disebut bangunan menara denganstruktur fisiknya dapat berupa rangka baja yangdiikat oleh berbagai simpul atau berupa bentuktunggal tanpa simpul, dimana fungsi, desain dankonstruksinya disesuaikan sebagai saranapenunjang menempatkan perangkattelekomunikasi.

8. Penyelenggara telekomunikasi adalahperseorangan, koperasi, badan usaha milik daerah,badan usaha milik negara, badan usaha swasta,instansi pemerintah, dan instansi pertahanankeamanan negara yang menyelenggarakan kegiatantelekomunikasi.

6

9. Penyedia menara adalah perseorangan, koperasi,badan usaha milik daerah, badan usaha miliknegara, atau badan usaha swasta yang memilikidan mengelola menara telekomunikasi untukdigunakan bersama oleh penyelenggaratelekomunikasi.

10. Pengelola menara adalah badan usaha yangmengelola dan/atau mengoperasikan menara yangdimiliki oleh pihak lain.

11. Penyedia jasa konstruksi adalah orangperseorangan atau badan yang kegiatan usahanyamenyediakan layanan jasa konstruksi.

12. Izin prinsip adalah surat izin yang diberikan olehpemerintah daerah untuk menyatakan suatukegiatan secara prinsip diperkenankan untukdiselenggarakan atau beroperasi.

13. Izin gangguan adalah surat izin yang diberikan olehpemerintah daerah untuk menyatakan suatukegiatan dapat menimbulkan bahaya, kerugian,dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha ataukegiatan yang telah ditentukan oleh PemerintahPusat atau Pemerintah Daerah.

14. Izin mendirikan bangunan menara yangselanjutnya disebut IMB Menara adalah surat izinyang diberikan oleh pemerintah daerah untukmenjadi dasar mendirikan bangunan menaradalam rangka pemanfaatan ruang.

15. Penangkal Petir adalah peralatan penangkal petirberupa logam runcing dengan kabel konduktoryang dialirkan kedalam bumi melalui batangpembumian dengan maksud agar arus listriknegatif yang berada di bagian bawah awan akanmenarik muatan listrik positif dari tanah sehinggatidak mengakibatkan sambaran petir mengenaibangunan yang ada di sekitarnya danmembahayakan bagi makhluk hidup di sekitarnya.

16. Pemasangan Genzet adalah izin menempatkanmesin pembangkit listrik sendiri yang tidakberhubungan dengan transmisi nasional untukmembangkitkan tenaga listrik bagi pemenuhandaya untuk transmisi menara, yang dapatmenyebabkan terganggunya ketertiban lingkungan.

17. Standar Nasional Indonesia, yang selanjutnyadisingkat SNI, adalah standar yang ditetapkan olehBadan Standarisasi Nasional dan berlaku secaranasional.

7

18. Penyidikan adalah serangkaian tindakan olehpenyidik untuk mencari serta bukti yang denganbukti itu membuat terang tindak pidana di bidangperizinan yang terjadi serta menemukantersangkanya.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Pengaturan Izin Menara Telekomunikasidimaksudkan sebagai sarana bagi pemerintahdaerah untuk:

a. mewujudkan bangunan menara yang fungsionalsesuai dengan tata ruang daerah serasi danselaras dengan lingkungannya;

b. menciptakan tertib penyelengaraan bangunanmenara;

c. menjamin keandalan teknis bangunan menaradari segi keselamatan, kesehatan dankenyamanan masyarakat sekitar;

d. mewujudkan kepastian hukum dalampenyelenggaraan bangunan menaratelekomunikasi.

(2) Izin menara telekomunikasi bertujuan untukmengendalikan menara telekomunikasi di daerahdalam bentuk mengatur, menjaga serta melindungiobjek-objek lain yang dapat terganggu olehkeberadaan menara telekomunikasi.

BAB III

MENARA TELEKOMUNIKASI

Bagian Kesatu

Penyedia Menara Telekomunikasi

Pasal 3

(1) Menara telekomunikasi dapat disediakan olehBUMN, BUMD, badan usaha swasta nasionaldan/atau koperasi.

(2) Penyedia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat penyelenggara telekomunikasi atau bukanpenyelenggara telekomunikasi.

(3) Perencanaan dan Pembangunan menara harusdikerjakan oleh penyedia jasa konstruksi nasional.

8

(4) Penyedia menara yang akan membangunan menara,diharuskan menyiapkan konstruksi bangunanmenara yang dapat menampung dan digunakanminimal oleh 2 (dua) penyelenggara telekomunikasiatau lebih.

Bagian Kedua

Penggunaan Menara Bersama

Pasal 4

Setiap bangunan menara telekomunikasi diperuntukkanuntuk digunakan secara bersama-sama oleh beberapapenyelenggara telekomunikasi.

Bagian Ketiga

Bentuk dan Desain Menara

Pasal 5

(1) Setiap pembangunan menara telekomunikasi yangmerupakan bagian dari bangunan non gedungharus memperhatikan bentuk dan desain menaratelekomunikasi.

(2) Bentuk Menara Telekomunikasi diklasifikasikanmenjadi 2 (dua) yaitu :

a. Menara Tunggal (Monopole); dan

b.Menara Rangka.

(3) Desain Menara Telekomunikasi diklasifikasikanmenjadi 2 (dua) yaitu :

a. Menara Kamuflase; dan

b.Menara Non Kamuflase.

(4) Bentuk dan desain Menara Telekomunikasisebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)didasarkan pada masterplan menaraTelekomunikasi.

(5) Ketentuan lebih lanjut tentang bentuk dan desainMenara Telekomunikasi diatur dalam PeraturanBupati.

Bagian Keempat

Penempatan Antena di Atas Gedung

Pasar 6

Penyelenggara Telekomunikasi dapat menempatkan:

a. antena di atas gedung, dengan ketinggian sampaidengan 6 (enam) meter dari permukaan atapbangunan gedung sepanjang tidak melampauiketinggian maksimum selubung bangunan gedungyang diizinkan, dan kontruksi bangunan gedungmampu mendukung beban antena; dan/atau

9

b. antena yang melekat pada bangunan lainnya sepertipapan reklame, tiang lampu penerangan jalan dansebagainya, sepanjang kontruksi bangunannyamampu mendukung beban antena.

Bagian Kelima

Kelaikan Fungsi Bangunan Menara Telekomunikasi

Pasal 7

(1) Kelaikan fungsi bangunan menara yang berdiri diatas tanah dilakukan dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) tahun.

(2) Kelaikan fungsi bangunan yang menjadi satukesatuan konstruksi dengan bangunan gedungmengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang bangunan gedung.

Bagian Keenam

Penataan Bangunan Menara Telekomunikasi

Paragraf 1

Titik Bangunan Menara Telekomunikasi

Pasal 8

(1) Penempatan titik bangunan menara telekomunikasidibagi dalam wilayah dengan memperhatikanpotensi ruang yang tersedia serta kepadatanpemakai jasa telekomunikasi denganmemperhatikan kaidah penataan ruang, tatabangunan, estetika dan keamanan lingkungan sertakebutuhan telekomunikasi pada umumnyatermasuk kebutuhan luasan area menaratelekomunikasi.

(2) Wilayah persebaran titik menara telekomunikasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbagimenjadi beberapa Sub Satuan WilayahPengembangan (SSWP).

(3) Pembagian Sub Satuan Wilayah Pengembangan(SSWP) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) denganmempertimbangkan pembagian sistem perkotaandan perdesaan.

(4) Bupati menunjuk dinas terkait untukmelaksanakan pembagian Sub Satuan WilayahPengembangan (SSWP) sebagaimana dimaksud padaayat (2).

10

(5) Pembagian Sub Satuan Wilayah Pengembangan(SSWP) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diaturlebih lanjut dalam Peraturan Bupati denganmengkoordinasikannya kepada para stakehoulderyang terkait.

Paragraf 2

Lokasi Penempatan Bangunan Menara

Pasal 9

(1) Dalam penentuan lokasi pembangunan menarawajib tunduk pada :

a. rencana tata ruang wilayah daerah;

b. rencana detail tata ruang wilayah daerah;

c. rencana tata bangunan dan lingkungan; dan

d.aspek keamanan dan kepentingan umum.

(2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud padaayat (1) belum mengatur mengenai penentuan lokasipembangunann menara, maka penentuannyaberdasarkan pada rekomendasi dari tim penilaiperizinan menara telekomunikasi daerah dengantetap memperhatikan pedoman bidang penataanruang.

Bagian Ketujuh

Pendirian Bangunan Menara Pada KawasanPermukiman

Pasal 10

(1) Pembangunan menara pada kawasan permukimanharus disertai data teknis bahwa menara tersebutmemang harus ditempatkan pada kawasandimaksud.

(2) Pembangunan menara sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus mendapat persetujuan tertulis dariwarga setempat.

Bagian Kedelapan

Zona Bebas Menara

Pasal 11

(1) Pemerintah daerah menetapkan lokasi-lokasi yangdianggap penting untuk tidak ada bangunanmenara yang selanjutnya disebut zona bebasmenara.

(2) Zona-zona sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dalam rencana tata ruang wilayah daerah,dan/atau rencana detail tata ruang wilayah daerahdan/atau rencana tata bangunan dan lingkunganyang bersangkutan.

11

(3) Penetapan zona sebagaimana dimaksud pada ayat(1) tidak membatasi hak masyarakat untukmendapatkan layanan telekomunikasi pada zonatersebut.

(4) Dalam hal rencana rencana tata ruang wilayahdaerah, rencana detail tata ruang wilayah daerah,dan/atau rencana tata bangunan dan lingkungansebagaimana dimaksud pada ayat (2) belummengatur mengenai zona bebas menara, makapenentuan lokasi berdasarkan pada rekomendasidari tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat(2).

Bagian Kesembilan

Tim Penilai Perizinan Menara Telekomunikasi Daerah

Pasal 12

(1) Bupati membentuk tim penilai perizinan menaratelekomunikasi daerah yang selanjutnya disebutTP2MTD.

(2) TP2MTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berjumlah ganjil terdiri atas Satuan Kerja PerangkatDaerah dan Bagian di Lingkungan SekretariatDaerah yang terkait.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunankeanggotaan, uraian tugas, dan mekanismepelaksanaan tugas TP2MTD ditetapkan oleh Bupati.

BAB IV

PERSYARATAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Bagian Kesatu

Pasal 13

(1) Setiap menara telekomunikasi harus memenuhipersyaratan administratif dan persyaratan teknissesuai dengan fungsi bangunan menara.

(2) Persyaratan administratif menara telekomunikasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputipersyaratan status hak atas tanah, statuskepemilikan bangunan menara, rekomendasi dariinstansi berwenang, izin prinsip, izin gangguan danIMB menara.

(3) Persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan tatabangunan dan persyaratan keandalan bangunanmenara dan sarana pendukung menara.

12

Bagian Kedua

Persyaratan Administratif

Paragraf 1

Status Hak Tanah dan Bangunan

Pasal 14

(1) Status hak atas tanah harus jelas dan dapatdibuktikan secara otentik dalam bentuk aktanotaris.

(2) Terhadap adanya gugatan status hak atas tanahdikemudian hari, pemberi izin tidak dalam kapasitasketerlibatan atas keputusan pemberian izin.

Pasal 15

(1) Status hak atas bangunan menara adalah orangatau badan yang bertanggungjawab penuh atasbangunan menara.

(2) Bentuk status sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berupa :

a. perseorangan harus dibuktikan dengan identitaskependudukan; atau

b.badan harus dibuktikan dengan akta pendirianusaha.

Paragraf 2

Rekomendasi Instansi Berwenang

Pasal 16

(1) Apabila pembangunan menara yang berada dikawasan yang sifat dan peruntukannya memilikikarakteristik tertentu, harus mendapat rekomendasidari instansi terkait.

(2) Instansi yang berwenang memberikan rekomendasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Satuan Kerja Perangkat Daerah yangmempunyai tugas di bidang telekomunikasikhusus untuk :

1. Pembangunan menara yang berada dikawasan Bandar udara/pelabuhan;

2. Pembangunan menara yang berada dikawasan keselamatan operasi penerbangan(KKOP); dan/atau

3. Pembangunan menara yang ketinggiannyalebih dari 92 m (sembilan puluh dua meter)dari permukaan tanah.

b. Pejabat yang berwenang khusus untukpembangunan menara yang berada di kawasanhutan lindung/milik negara;

13

c. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mempunyaitugas di bidang cagar budaya dan instansi yangterkait khusus untuk pembangunan menara yangberada di kawasan cagar budaya;

d. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mempunyaitugas di bidang pariwisata khusus untukpembangunan menara yang berada di kawasanpariwisata.

(3) Rekomendasi untuk kawasan yang karenafungsinya memiliki atau memerlukan tingkatkeamanan dan kerahasiaan tinggi mengikutiketentuan peraturan perundang-undangan bidangpertahanan dan keamanan negara.

Paragraf 3

Izin Prinsip

Pasal 17

(1) Izin Prinsip harus diajukan dan diperoleh sebelumdilakukan pendirian bangunan menaratelekomunikasi dan sebelum diperoleh izin-izin lainterkait dengan pendirian bangunan menaratelekomunikasi.

(2) Izin Prinsip belum dapat dijadikan dasar untukpelaksanaan kegiatan operasional menara.

(3) Izin Prinsip merupakan pertimbangan pendirianbangunan menara berdasarkan aspek teknis, politis,dan sosial budaya sebagai dasar pemberian izingangguan dan izin mendirikan bangunan menaratelekomunikasi.

Paragraf 4

Izin Gangguan

Pasal 18

(1) Izin gangguan harus diajukan dan diperoleh untukkegiatan operasional menara.

(2) Pemberian izin gangguan dikenakan retribusi.

(3) Izin gangguan dan retribusi izin gangguan mengikutiketentuan dalam peraturan yang mengatur tentangizin gangguan dan retribusi izin gangguan.

(4) Penyedia yang mendirikan bangunan menara padatitik yang telah ditentukan oleh pemerintah daerahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 tidakdikenakan retribusi izin gangguan.

14

Paragraf 5

Izin Mendirikan Bangunan Menara

Pasal 19

(1) Izin Mendirikan Bangunan Menara diberikan olehPemerintah Daerah kepada pemilik menaratelekomunikasi untuk membangun baru ataumengubah menara sesuai dengan persyaratanadministrasi dan persyaratan teknis yang berlaku.

(2) Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Menaradikenakan retribusi.

(3) Izin Mendirikan Bangunan Menara dan retribusinyamengikuti ketentuan dalam Peraturan Daerahtentang Izin Mendirikan Bangunan dan RetribusiIzin Mendirikan Bangunan.

Bagian Ketiga

Persyaratan Teknis

Paragraf 1

Tata Bangunan

Pasal 20

Persyaratan teknis tata bangunan terdiri dari :

a. gambar rencana teknis bangunan menara meliputisituasi, denah, tampak, potongan dan detail sertaperhitungan struktur;

b. rincian anggaran biaya pembangunan menara darikonsultan perencanaan yang sah;

c. rencana penempatan antena menara (callplanning); dan

d. rencana penempatan antena menara sebagaimanadimaksud pada huruf c dijadikan dasar untukpenetapan pola persebaran menara.

Paragraf 2

Kendala Bangunan Menara

Pasal 21

Persyaratan teknis berpedoman pada SNI atau standarbaku yang berlaku secara internasional serta tertuangdalam bentuk dokumen teknis sebagai berikut :

a. spesifikasi teknis pondasi menara meliputi datapenyelidikan tanah, jenis pondasi, dan jumlah titikpondasi, termasuk geoteknik tanah yangberpedoman pada peraturan perundang-undanganyang berlaku; dan

15

b. spesifikasi teknis struktur atas menara, meliputibeban tetap (beban sendiri dan beban tambahan),beban sementara (angin dan gempa), bebankhusus, beban maksimum menara yang diizinkan,sistem konstruksi, ketinggian menara dan proteksiterhadap petir.

Paragraf 3

Sarana Pendukung Menara

Pasal 22

Sarana pendukung menara telekomunikasi terdiri dari :

a. penangkal petir;

b. pentanahan (grounding);

c. catu daya atau pemasangan genzet;

d. lampu halangan penerbangan (aviation obstructionlight);

e. marka halangan penerbangan (aviation obstructionmarking); dan

f. pagar pengaman.

BAB V

PERIZINAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 23

(1) setiap orang atau badan yang mendirikan menaratelekomunikasi wajib memiliki izin.

(2) Bupati melimpahkan kewenangannya kepadaPejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah yangmempunyai tugas di bidang perizinan terpadu.

Bagian Kedua

Syarat Perizinan

Pasal 24

(1) Dalam mengajukan permohonan izin wajibmelampirkan :

a. dokumen persyaratan administratif dan teknismenara telekomunikasi;

b. kartu tanda penduduk bagi pemohon perorangan;

c. akta pendirian perusahaan beserta perubahannyayang telah disahkan oleh Departemen Hukum danHAM;

16

d. apabila pengajuan dikuasakan kepada orang lainwajib menyertakan surat diatas kertas bermateraicukup;

e. dokumen lingkungan sesuai peraturanperundang-undangan;

f. surat pernyataan tentang peruntukkan rencanapenggunaan menara secara bersama;

g. perjanjian kerja sama penggunaan menarabersama antara operator yang akanmenggunakan menara yang akan dibangundengan operator yang lain jika sudah ada dan jikabelum ada wajib menyusul untuk dilampirkandalam waktu 7 hari setelah tanggal perjanjiandibuat;

h. melampirkan bukti jenis alat penangkal petir yangdipasang berdasarkan standar keamanan secarateknis;

i. persetujuan dari warga sekitar dalam radiussesuai dengan ketinggian menara apabila menaradibangun dikawasan permukiman;

j. mengisi dan menandatangani formulirpendaftaran;

k. manandatangani fakta integritas;

l. membuat pernyataan tentang :

1) kebenaran dan sahnya dokumen yangdiajukan;

2) akan mematuhi semua ketentuan peraturanperundang-undangan; dan

3) bersedia membongkar bangunan menaradalam hal adanya kebijakan pemerintahdan/atau pemerintah daerah terkait penataanruang nasional/daerah yang bersifat resmi.

(2) Formulir pendaftaran sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf j, paling sedikit memuat :

a. nama penanggung jawab usaha/kegiatan;

b.nama perusahaan;

c. alamat perusahaan;

d.bidang usaha/kegiatan;

e. lokasi kegiatan;

f. nomor telepon perusahaan;

g. wakil perusahaan yang dapat dihubungi; dan

h.ketersediaan sarana dan prasarana teknis yangdiperlukan dalam menjalankan usaha.

17

Bagian Ketiga

Mekanisme Perizinan

Pasal 25

(1) Permohonan izin diajukan secara tertulis, ditujukankepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk melaluiSatuan Kerja Perangkat Daerah yang mempunyaitugas di bidang perizinan terpadu.

(2) Permohonan dan lampiran dokumen diperiksa olehTP2MTD.

(3) Bentuk surat permohonan dan tata cara pengajuanizin diatur dalam Peraturan Bupati.

Bagian Keempat

Jangka Waktu Penyelesaian Perizinan

Pasal 26

(1) Proses pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalamPasal 25 ayat (2) paling lama diselesaikan dalamkurun waktu 5 (lima) hari kerja terhitung sejaktanggal diterimanya pengajuan permohonan izin.

(2) Apabila dalam pemeriksaan ditemukanketidaklengkapan dokumen, Ketua TP2MTD melaluiSatuan Kerja Perangkat Daerah bidang perizinanterpadu wajib memberitahukan kepada pemohonizin selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejakberakhirnya masa pemeriksaan.

(3) Pemohon izin dalam kurun waktu 3 (tiga) hari sejakmenerima pemberitahuan harus sudah melengkapikekurangan atau ketertinggalan dokumen.

(4) Pemeriksaan lanjutan dilakukan selama 3 (tiga) harisejak batas akhir dari kurun waktu melengkapidokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 27

(1) Apabila dalam pemeriksaan lanjutan ditemukankejanggalan atau ketidakjelasan dokumen yangdilampirkan, TP2MTD wajib melakukan pembuktiankualifikasi dokumen dan atau meneliti secaralangsung kepada objek yang terkait dengandokumen yang dianggap janggal atau tidak jelaskeabsahannya.

(2) Pembuktian kualifikasi dokumen sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 5(lima) hari kerja sejak ditemukannya kejangggalanatau ketidakjelasan dokumen dan dibuatkan BeritaAcara hasil pemerikasaan dan melakukanpembuktian langsung.

18

(3) Apabila terbukti dari pemeriksaan langsung ataspembuktian kualifikasi dokumen terjadipelanggaran hukum, proses dihentikan dandibuatkan berita acara sebagaimana hasil temuandalam proses pembuktian langsung.

(4) TP2MTD berhak melanjutkan hasil temuannyadengan menyerahkan hasil temuan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) kepada Penyidik PegawaiNegeri Sipil (PPNS) Bidang Perizinan.

(5) Penyidik Pegawai Negeri Sipil berkewajiban untukmenindaklanjuti hasil temuan dan memprosesnyasesuai dengan jabatan dan kewengannya yangdimilikinya.

Pasal 28

(1) Izin prinsip diterbitkan paling lama 5 (lima) harikerja terhitung sejak batas akhir waktupemeriksaan lanjutan dan selama tidak adapembuktian kualifikasi dokumen dan dinyatakandokumen telah selesai diperiksa dan sesuai sertadapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

(2) TP2MTD wajib membuat berita acara hasilpemeriksaan sebagai dasar dikeluarkannya izinprinsip dan izin lainnya oleh Bupati atau pejabatyang ditunjuk.

(3) Izin gangguan dan Izin Mendirikan BangunanMenara penyelesaiannya mengikuti waktu yangditentukan dalam peraturan yang mengatur tentangIzin Gangguan dan Izin Mendirikan Bangunan.

(4) Dalam penyelesaian izin sebagaimana dimaksudpada ayat (3) tidak perlu lagi mengajukanpersyaratan sebagaimana disebutkan dalamperaturan tentang Izin Gangguan dan IzinMendirikan Bangunan, tapi cukup denganperolehan Izin Prinsip yang telah diberikan terlebihdahulu sebelum izin lainnya.

Bagian Kelima

Masa Berlaku Izin

Pasal 29

(1) Masa berlaku Izin Prinsip adalah 6 (enam) bulanterhitung sejak tanggal ditetapkan dan dapatdiperpanjang.

(2) Izin Gangguan dan Izin Mendirikan BangunanMenara masa berlakunya mengikuti ketentuandalam peraturan tentang Izin Gangguan dan IzinMendirikan Bangunan.

19

Bagian Keenam

Perubahan Izin

Pasal 30

(1) Setiap pemegang izin menara wajib mengajukanpermohonan perubahan izin dalam hal melakukanperubahan yang berdampak pada bertambah/berkurangnya bangunan dan/atau peningkatangangguan dari sebelumnya sebagai akibat dari :

a. perubahan sarana usaha;

b.penambahan kapasitas usaha; dan/atau

c. perluasan lahan dan bangunan usaha.

(2) Dalam hal terjadi perubahan penggunaan ruang disekitar lokasi usahanya setelah diterbitkan IzinGangguan dan tidak menimbulkan gangguanlingkungan/masyarakat sekitar, pemegang izintidak wajib mengajukan permohonan perubahanIzin Gangguan.

(3) Dalam hal terjadi penambahan atau penguranganbangunan di sekitar lokasi usahanya setelahditerbitkan Izin Gangguan pemegang izin wajibmengajukan permohonan perubahan IMB Menara.

BAB VI

STANDAR PELAYANAN PERIZINAN MENARA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 31

(1) Pelayanan perizinan menara mengedepankan hakdan kewajiban antara pemohon izin danpejabat/petugas pelaksana bidang perizinan.

(2) Satuan Kerja Perangkat Daerah Bidang PerizinanPelayanan Terpadu wajib membuat standarpelayanan minimal dalam perizinan menara.

(3) Dalam membuat standar pelayanan minimalberpegang pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Tata Perilaku Penyelenggaraa Pelayanan

Pasal 32

Tata perilaku penyelenggara pelayanan perizinanmenara diatur dalam peraturan daerah tentang standarpelayanan publik.

20

BAB VII

HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu

Hak dan Kewajiban Pemohon Izin

Pasal 33

(1) Pemohon izin berhak atas pelayanan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 32.

(2) Apabila dalam mengajukan permohonan izin,pejabat dan/atau petugas tidak memperlakukanpemohon sebagaimana ketentuan yang berlaku,pemohon berhak dan berkewajiban untuk :

a. menyampaikan pengaduan kepadapenyelenggara pelayanan; dan

b. mendapatkan penyelesaian atas pengaduan yangdiajukan sesuai mekanisme yang berlaku.

c. memperoleh kompensasi apabila terbuktikebenarannya; dan

d. memberikan saran untu perbaikan pelayanan.

(3) Apabila pengaduan yang dilakukan oleh pemohonizin tidak mendapatkan penyelesaian sebagaimanamestinya, pemohon dapat melaporkannya kepadapihak Komisi Pelayanan Publik dan BadanPengawas Internal Kabupaten.

(4) Pemohon izin wajib mentaati semua ketentuan yangtelah diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Kewajiban Penyedia/Pengelola Menara

Pasal 34

Penyedia dan/atau pengelola menara berkewajibanuntuk :

a. melakukan pemeriksaan berkala minimal dalambatas waktu satu tahun terhadap bangunan danfasilitas sarana pendukungnya;

b. melakukan uji ulang kekuatan stuktur bangunanmenara telekomunikasi minimal setiap 3 (tiga)tahun melalui konsultan jasa pengujian bangunanatau instansi pemerintah yang membidangi ujikelayakan bangunan;

c. melakukan langkah-langkah penanganan gangguanyang muncul atas kegiatan usahanya dengan segeradan dinyatakan secara jelas dalam dokumenlingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

21

d. mengasuransikan dan membayar tanggungan premiasuransi jiwa dan harta benda warga yangrumahnya berada dalam jarak ketinggian menara;

e. menunjang program kesehatan masyarakat padalingkungan menara dengan memberikan kontribusipada pelayanan puskesmas setempat berupaasupan vitamin penunjang daya tahan tubuh;

f. memberikan ganti kerugian secara langsung kepadaseseorang yang bukan penerima jaminan asuransiyang mengalami kerugian akibat patah,roboh/ambruk bangunan menara atau terkena aruslistrik akibat sambaran petir yang berimbas padalingkungan sekitar menara;

g. melakukan konsolidasi dengan warga minimal 1(satu) kali dalam 1 tahun terkait dengan keberadaanmenara;

h. memelihara kebersihan dan ketertiban lingkungansekitar menara;

i. membayar retribusi sesuai dengan kebijakanpemerintah daerah yang diatur dalam peraturandaerah tentang retribusi daerah;

j. memasang identitas menara berupa papanpengumuman ditembok menara yang berisi tulisan :

1) nama penyedia menara dan identitas perizinanmenara:

2) lokasi dan koordinat menara;

3) tinggi menara;

4) tahun pembuatan/pemasangan menara;

5) penyedia jasa konstruksi;

6) beban maksimum menara; dan

7) nomor telpon/Hp pengawas dari penyedia menaradan pengawas dari Tim Pengendalian MenaraTelekomunikasi Daerah.

Pasal 35

Penyedia wajib melakukan perbaikan strukturbangunan menara atau pembangunan ulang menaradalam hal :

a. keadaan khusus berupa darurat/pasca bencanaalam dan/atau perubahan struktur alam; dan/atau

b. terjadi kemiringan atau menara dalam keadaan labil.

22

Bagian Ketiga

Hak dan Kewajiban Masyarakat

Paragraf 1

Warga Yang Tinggal Dalam Jarak Ketinggian Menara

Pasal 36

Warga yang tinggal dalam jarak ketinggian menaraberhak untuk:

a. mendapatkan bukti berupa surat jaminan asuransijiwa dan harta benda serta hal lainnya sebagaimanadimaksud pada Pasal 35.

b. apabila warga berkeinginan mengundangpemilik/penyedia menara dalam hal rapat wargayang berkaitan langsung dengan keberadaanmenara, untuk hal tersebut :

1) undangan warga kepada penyedia,dikoordinasikan dengan Kepala Desa/Lurahsetempat.

2) Kepala Desa/Lurah setempat wajibmemberitahukan kepada Tim PengendalianMenara Telekomunikasi Daerah.

Paragraf 2

Kewajiban Warga Sekitar Menara

Pasal 37

Warga yang tinggal disekitar menara berkewajibanuntuk :

a. turut serta menjaga dan mengamankan menara dariancaman tindakan yang membahayakan keberadaanmenara;

b. menjauhkan anak-anak untuk tidak bermaindisekitar menara;

c. melaporkan perihal yang penting terkait bangunanmenara kepada pejabat berwenang; dan

d. tidak melakukan tindakan anarkis dalam persoalankesepakatan kompensansi dan harus berdasarkandiplomasi dan kewajaran serta berdasarkan jalurhukum yang sah jika terjadi pelanggaran hukumdalam perjanjian yang telah disepakati.

BAB VIII

PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Pasal 38

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengendalianterhadap perizianan Menara Telekomunikasi didaerah.

23

(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikenakan pungutan retribusi Pengendalian MenaraTelekomunikasi.

(3) Bupati membentuk tim pengendalian menaraTelekomunikasi daerah yang selanjutnya disebutTPMTD terdiri dari pejabat dari dinas terkait danKepala desa/lurah setempat untuk melakukanpengendalian terhadap keberadaan menaraTelekomunikasi di daerah termasuk pengawasan danpemeriksaan berkala.

(4) Pengawasan dan pemeriksaan berkala dilakukanminimal 1 (satu) kali dalam setahun dalam rangkameningkatkan rasa aman, nyaman, dan tenterambagi masyarakat di sekitar lokasi bangunan menara.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunankeanggotaan, uraian tugas, dan mekanismepelaksanaan tugas TPMTD ditetapkan oleh Bupati.

BAB IX

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 39

(1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk berhakmemberikan sanksi terhadap penyedia/pengelolamenara yang tidak mematuhi kewajibansebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dan Pasal 35.

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum;

d. pemutusan aliran listrik;

e. penutupan lokasi;

f. pembatalan izin;

g. pencabutan izin;

h. pembokaran bangunan; dan

i. pemulihan fungsi ruang.

(3) Tata cara pemberian sanksi diatur dalam PeraturanBupati.

Pasal 40

Pejabat/petugas yang tidak melaksanakan ketentuansebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah inidikenakan sanksi administratif sesuai dengan PeraturanPerundang-undangan yang berlaku.

24

Pasal 41

Penyedia/pengelola menara yang tidak mengoperasikanmenaranya sebagaimana mestinya dalam waktu 3 (tiga)tahun, harus melakukan pembokaran bangunan danpemulihan fungsi ruang kecuali ada permohonanpenundaan operasional dalan kurun waktu dimaksud.

BAB X

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 42

(1) Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerahini dapat dilakukan oleh Penyidik Pengawai NegeriSipil (PPNS).

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud padaayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan, danmeneliti keterangan atau laporan berkenaandengan tindak pidana, agar keterangan ataulaporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, mengumpulkan, dan menelitiketerangan mengenai orang pribadi atau badantentang kebenaran perbuatan yang dilakukansehubungan dengan tindak pidana;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orangpribadi atau badan sehubungan dengan tindakpidana;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dandokumen-dokumen lain berkenaan dengantindak pidana;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkanbahan bukti pembukuan, pencatatan dandokumen-dokumen lain, serta melakukanpenyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangkapelaksanaan penyidikan tindak pidana;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarangseseorang meninggalkan ruangan atau tempatpada saat pemeriksaan berlangsung danmemeriksa identitas orang dan/atau dokumenyang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf(e);

h. memotret seseorang yang berkaitan dengantindak pidana;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannyadan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

25

j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untukkelancaran penyidikan tindak pidana menuruthukum yang bertanggung jawab.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memberitahukan dimulainya penyidik danmenyampaikan hasil penyidikannya kepadaPenuntut Umum, melalui penyidik Pejabat PolisiNegara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuanyang diatur dalam Kitab Undang-Undang HukumAcara Pidana.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 43

(1) Barang siapa melanggar ketentuan Pasal 23 ayat (1)dalam Peraturan Daerah ini diancam pidanakurungan maksimal selama 6 (enam) bulan ataudenda sebesar-besarnya Rp 50.000.000,- (lima puluhjuta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah pelanggaran.

(3) Denda dimaksud ayat (1) berdasarkan putusanpengadilan harus disetorkan ke kas Negara.

Pasal 44

Diancam hukum pemidanaan, sebagaimana diaturdalam peraturan perundang-undangan tindak pidanaumum dan atau khusus terhadap barang siapa yangmelakukan tindakan sebagai berikut :

a. penyedia/pengelola menara melanggar ketentuansebagaimana dimaksud Pasal 35;

b. pemalsuan data yang wajib dilampirkan untukpengajuan permohonan izin menara telekomunikasiatau laporan pemeriksaan;

c. penggelapan atas dokumen yang sudah diserahkansebagai persyaratan pengajuan izin;

d. melakukan/pembocoran rahasia atau dokumen yangmenurut peraturan perundang-undangan wajibdirahasiakan;

e. memberikan informasi yang menyesatkan;

f. menyalahgunakan kewenangan jabatan danpemanfaatan sarana dan prasarana pelayanan; dan

g. menerima dan/atau memberi uang atau barang yangberkaitan dengan pelayanan dan pemberian izinsebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.

26

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 45

Terhadap menara yang sudah berdiri sebelumdiberlakukan ketentuan Peraturan Daerah ini, palinglambat 3 (tiga) bulan wajib mengikuti ketentuansebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 46

(1) Izin Prinsip, Izin Gangguan, dan IMB Menara yangditerbitkan sebelum diundangkannya PeraturanDaerah ini, dinyatakan masih tetap berlaku danwajib menyesuaikan dengan Peraturan Daerah inipaling lambat dalam kurun waktu 6 bulan.

(2) Izin Prinsip yang diterbitkan sebelum berlakunyaPeraturan Daerah ini sudah habis masa berlakunyadan belum dilaksanakan pembangunan menara,wajib diperpanjang masa berlakunya sesuai denganketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(3) Izin Prinsip Menara yang diterbitkan sebelumberlakunya Peraturan Daerah ini, sudah habis masaberlakunya, dan sudah dilaksanakan pembangunanmenara tidak perlu diperpanjang masa berlakunya.

Pasal 47

(1) Permohonan Izin Prinsip, Izin Gangguan, dan IMBMenara yang diajukan sebelum berlakunyaPeraturan Daerah ini dan sudah dibahas dan/ataudiadakan cek lapangan oleh Tim, tata cara penolakandan pemberian izinya dilaksanakan sesuai denganketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Permohonan Izin Prinsip, Izin Gangguan, dan IMBMenara yang diajukan sebelum berlakunyaPeraturan Daerah ini dan belum diadakan ceklapangan oleh Tim, kepada pemohon izin diharuskanuntuk menyesuaikan ketentuan dalam PeraturanDaerah ini.

(3) Ketentuan mengenai penolakan atau pemberian IzinPrinsip, Izin Gangguan, dan IMB Menarasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalamPeraturan Daerah ini.

27

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 48

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah inisepanjang mengenai pelaksanaannya ditetapkandengan Peraturan Bupati.

Pasal 49

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah inidengan penempatannya dalam Lembaran DaerahKabupaten Kotabaru.

Ditetapkan di Kotabarupada tanggal 13 Juli 2012

BUPATI KOTABARU,

H. IRHAMI RIDJANI

Diundangkan di Kotabarupada tanggal 13 Juli 2012

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTABARU,

H. SURIANSYAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2012 NOMOR 15

28

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARUNOMOR 15 TAHUN 2012

TENTANG

IZIN MENARA TELEKOMUNIKASI

I. UMUM

Pendirian menara telekomunikasi di Kabupaten Kotabarumerupakan bagian dari pertumbuhan industri telekomunikasi ditingkat Nasional dan menjadi bagian dari perkembangan daerahKabupaten kotabaru khusunya untuk berbagai kepentinganpenunjang pertumbuhan diberbagai sektor pembangunan dan secarakhusus sebagai penunjang pertumbuhan sektor ekonomi diKabupaten Kotabaru.

Penggunaan operator seluler bagi masyarakat adalah hal yangtidak dapat ditiadakan seiring dengan kemajuan teknologi dewasa ini,semua aktivitas masyarakat telah mulai ketergantungan denganoperasional seluler, dan sebagai implikasinya berdirilah menara-menara operator seluler di daerah sebagai sarana pendukungpertelekomunikasian di daerah.

Keberadaan menara di daerah bukanlah tanpa mengakibatkanimplikasi bagi berbagai bidang lainnya, jika bangunan-bangunanmenara yang ada tidak diatur dengan baik keberadaannya danmeperhitungkan berbagai aspek lainnya seperti perhubungan udaradan keselamatan warga sekitar yang berada disekitar menarademikian pula aspek estetika penataan ruang di daerah.

Perlakuan yang tidak seimbang antara pemenuhan kepentinganindustri telekomunikasi dengan mendirikan bangunan menara padatitik-titik yang tidak dapat dihindari ditengah hunian warga dapatmenimbulkan gejala konfrontatif dengan warga sekitar, keseimbanganhak dan kewajiban merupakan langkah yang tepat untukmenghindari konflik dalam pembangunan di daerah.

Pemerintah daerah selaku organ pemerintah berkewajibanuntuk mengatur dan menata daerahnya sehingga terbinakenyamanan dan ketertiban dalam nuansa pembangunan yangdinamis, oleh karena itu diperlukan sebuah aturan hukum yangmenjadi payung bagi pembangunan pertelekomunikasian di daerahkhususnya pendirian bangunan menara telekomunikasi.

Melalui peraturan daerah di bidang perizinan menaratelekomunikasi pemerintah daerah mengendalikan dan menciptakankeseimbangan hak dan kewajiban dari semua pihak baik itustakehoulder maupun masyarakat luas.

29

Pada prinsipnya, materi Peraturan daerah ini pengaturan secaraumum mengenai pendirian bangunan menara yang ada didalamnyaterkait dengan aspek bangunan menara seperti kelaikan fungsimenara, pengelolaan menara, penggunaan menara bersama, zonalarangan pembangunan menara dan bidang perizinannya yaitumengatur mengenai mekanisme, persyaratan, masa berlakunyaperizinan menara, tata cara perubahan perizinan menara, hak,kewajiban, dan larangan pemohon izin, jangka waktu penyelesaianperizinan menara.

Pertimbangan Pokok mengenai diaturnya hal tersebut adalahdalam rangka memberikan efektivitas dan efesiensi penerapanPeraturan Daerah ini jika kelak sudah diberlakukan. Diharapkan,begitu Peraturan Daerah ini disetujui menjadi Peraturan Daerah dandiundangkan dalam Lembaran daerah, maka Peraturan Daerahtersebut segera dilaksanakan.

Secara substansi, setiap penyedia atau pengelola menara,menara harus dilengkapi Izin Gangguan dan IMB menara, bagipenyedia atau pengelola yang tidak mematuhi peraturan daerah inidikenakan sanksi pidana dan/atau denda, selain itu jugadikemukakan sanksi berupa peringatan tertulis, penghentiansementara kegiatan, penghentian sementara pelayanan umum,penutupan lokasi, pencabutan perizinan, pembatan perizinan,pembokaran bangunan, pemutusan aliran listrik, dan/ataupemulihan fungsi ruang.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Peraturan Menkominfo No. 02/PER/M.KOMINFO/03/2008(BNNo.7646 hal 17B-20B) tentang Pedoman Pembanguan danPenggunaan Menara Bersama Telekomunikasi, yangmensyaratkan antara lain bahwa penyedia menara, pengelolamenara atau kontraktor menara adalah badan usahaIndonesia yang seluruh modalnya atau kepemilikansahamnya harus dimiliki oleh pelaku usaha dalam negeri.

Pasal 4

Penggunaan secara bersama peruntukan sebuah menaraakan memberikan kepastian usaha bagi investortelekomunikasi selain itu akan memberikan suatu efesiensidan efektivitas serta menghidari terjadinya persaingan usahayang dapat membawa implikasi pada pendirian menarasecara tidak tertib dan berlebihan dan menjadikan penataanruang daerah tidak teratur dan bertentangan denganperaturan perundangan-undangan dibidang penataan ruang.

30

Pasal 5

Cukup jelas

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

31

Pasal 22

Pengamanan terhadap bahaya petir melalui system penangkalpetir merupakan kemampuan bangunan menara untukmelindungi semua bagian bangunan menara, termasukmanusia di sekitarnya terhadap bahaya sambaran petir.Sistem Penangkal petir merupakan isntalasi penangkal pentiryang harus dipasang pada setiap bangunan menara yangkarena letak, sifat geografis, bentuk, dan penggunaannyamempunyai resiko terkena sambaran petir.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Misalnya dalam lokasi pendirian menara yang sudah memilikiizin, pemegang izin akan menambah alat dan semacamnyadan alat tersebut tidak menimbulkan gangguan, makapemegang izin tidak diwajibkan mengajukan perubahan IzinGangguan. Tetapi, apabuila penambahan alat dansemacamnya tersebut (misalnya genset) dan dapatmenimbulkan gangguan baru, maka pemegang izin wajibmengajukan perubahan Izin Gangguan.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

32

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 06