bupati kotabaru peraturan daerah kabupaten...

27
BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah; b. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka dipandang perlu untuk melakukan penyesuaian Peraturan Daerah yang berkenaan dengan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 Tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indoneia Nomor 1820);

Upload: others

Post on 09-Feb-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BUPATI KOTABARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU

NOMOR 08 TAHUN 2012

TENTANG

PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU,

Menimbang : a. bahwa pajak daerah merupakan salah satu sumberpendapatan daerah yang penting guna membiayaipelaksanaan pemerintah daerah dalam rangkameningkatkan pelayanan kepada masyarakat dankemandirian daerah;

b. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan RetribusiDaerah, maka dipandang perlu untuk melakukanpenyesuaian Peraturan Daerah yang berkenaandengan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlumenetapkan Peraturan Daerah tentang Pajak MineralBukan Logam dan Batuan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 TentangPenetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II diKalimantan sebagai Undang-undang (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, TambahanLembaran Negara Republik Indoneia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentangPeraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor2013);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang HukumAcara Pidana (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3209);

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentangPenagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, TambahanLembaran Negara Republik Nomor 3686) sebagaimanatelah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan suratPaksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3987);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dariKorupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentangPerubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lemabaran NegaraRepublik Indoneia Nomor 3984);

7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentangPengadilan Pajak (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4199);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4286);

9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4355);

10. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangtentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung JawabKeuangan Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4400);

11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004, Nomor 125, TambahanLembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telahdiubah beberapa kali terakhir dengan Undang-UndangNomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua AtasUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4844);

12. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 126, TambahanLembaran Negara Republik Indoneia Nomor (4438);

13. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang PajakDaerah dan Retribusi Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, tambahanlembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5059);

15. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentangPenanaman Modal (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 67 Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4724);

16. Undang–Undang Nomor 04 Tahun 2009 tentangPertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

17. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-Undangan(Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5234);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentangPelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum AcaraPidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3258), sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 TentangPedoman Pembinaan dan Pegawasan PenyelenggaraanPemerintah Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 165, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentangPelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineraldan Batubara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran NegaraIndonesia Nomor 5111);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentangPembinaan dan Pengawasan PenyelenggaraanPengelolaan Usaha Pertambangan Mineral danBatubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2010 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara IndonesiaNomor 5142);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentangTata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentifpemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5161);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentangJenis Pajak Daerah yang dipungut berdasarkanPenetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri olehWajib Pajak (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5179);

25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerahsebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhirdengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentangPedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (BeritaNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);

27. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 05Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil diLingkungan Pemerintah Dati II Kotabaru (LembaranDaerah Kabupaten Kotabaru Dati II Kotabaru Tahun1991 Nomor 02 Seri C);

28. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 03Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok PengelolaanKeuangan Daerah (Lembaran Daerah KabupatenKotabaru Tahun 2009 Nomor 03);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTABARU

dan

BUPATI KOTABARU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK MINERAL BUKANLOGAM DAN BATUAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotabaru.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkatdaerah sebagai unsur penyelenggara PemerintahanDaerah.

3. Bupati adalah Bupati Kotabaru.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnyadisingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan RakyatDaerah Kabupaten Kotabaru.

5. Dinas Pendapatan adalah Dinas PendapatanKabupaten Kotabaru.

6. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentudi bidang perpajakan daerah sesuai dengan PeraturanPerundang-undangan yang berlaku.

7. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yangmerupakan kesatuan baik yang melakukan usahamaupun yang tidak melakukan usaha yang meliputiperseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroanlainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerahdengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi,organisasi massa, organisasi social politik, atauorganisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetapdan bentuk badan lainnya.

8. SKIP adalah Surat Keterangan Izin Peninjauan yangdiberikan kepada perorangan atau Badan Hukum, jugakepada aparatur yang ditunjuk untuk melakukanpeninjauan atau penyelidikan umum yang merupakankegiatan awal untuk melakukan Eksplorasi dengantujuan untuk pengumpulan data, informasi danpengambilan contoh bahan galian dari permukaanbumi pada lokasi tertentu tanpa mengadakanpenggalian.

9. Bendaharawan Khusus Penerima adalahBendaharawan Khusus Penerima pada DinasPendapatan Kabupaten Kotabaru, yang berkewajibanmenerima dan menyetor hasil penerimaan PajakPengambilan Bahan Galian Mineral Bukan Logam danBatuan ke Kas Daerah.

10. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalahIuran Wajib yang dilakukan oleh orang pribadi ataubadan kepada daerah tanpa imbalan langsung yangseimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkanPeraturan Perundang-undangan yang berlaku yangdigunakan untuk membiayai penyelenggaraanPemerintahan Daerah dan pembangunan daerah.

11. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajakatas kegiatan pengambilan mineral bukan logam danbatuan, baik dari sumber alam di dalam dan/ataupermukaan bumi untuk dimanfaatkan.

12. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineralbukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud didalam peraturan perundang-undangan di bidangmineral dan batubara sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang PajakDaerah dan Retribusi Daerah.

13. Eksploitasi Bahan Galian Mineral Bukan Logam danBatuan adalah Pengambilan pemanfaatan maupunpengolahan bahan galian Mineral Bukan Logam danBatuan dari sumber alam di dalam dan/atau dipermukaan bumi.

14. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnyadisingkat SPTPD adala surat yang oleh wajib pajakdigunakan untuk melaporkan penghitungan dan/ataupembayaran pajak, objek pajak dan/aatau bukanobjek pajak, dan/atau harta dan kewajiban, menurutketentuan peraturan Peraturan Perundang-UndanganPerpajakan Daerah.

15. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkatSSPD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajakuntuk melakukan pembayaran pajak atau penyetoranpajak yang terutang ke Kas Daerah atau Pembayaranke tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.

16. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yangselanjutnya disingkat SKPDKB adalah Surat Ketetapanyang menetapkan besarnya jumlah pajak yangterutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekuranganpembayaran pokok pajak, besarnya sangsiadministrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

17. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang BayarTambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBTadalah Surat Ketetapan yang menentukan tambahanatas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

18. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yangselanjutnya disingkat SKPDLB adalah Surat Ketetapanyang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajakkarena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yangterutang atau tidak seharunya terutang.

19. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnyadisingkat SKPDN adalah Surat Ketetapan yangmenentukan jumlah pokok wajib pajak yang terutangsama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajaktidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

20. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnyadisingkat STPD adalah Surat untuk melakukantagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupabunga dan atau denda.

21. Surat Keputusan Pembetulan adalah Surat Keputusanyang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitungdan atau kekeliruan dalam penerapan ketentuantertentu dalam peraturan perundang-undanganperpajakan daerah yang terdapat dalam SKPDKB,SKPDKBT, SKPDLB, SKPDN atau SPTPD.

22. Surat keputusan Keberatan adalah Surat keputusanatas keberatan terhadap SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT,SKPDLB, SKPDN atau terhadap pemotongan ataupemotongan terhadap pihak ketiga yang diajukan olehWajib Pajak.

23. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulaidari penghitungan data objek dan subjek pajakPengambilan bahan galian mineral bukan logam danbatuan penentuan besarnya pajak yang terutangsampai kegiatan penagihan pajak serta pengawasanpenyetorannya.

24. Putusan banding adalah Putusan badan peradilanpajak atas banding terhadap surat keputusankeberatan yang diajukan oleh Wajib pajak.

25. Juru Sita adalah Pelaksana tindakan penagihan pajakyang meliputi penagihan seketika dan sekaligus,pemberitahuan surat paksa penyitaan danpenyanderaan.

26. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yangdilakukan secara teratur untuk mengumpulkan datadan informasi keuangan yang meliputi harta,kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlahharga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,yang ditutup dengan menyusun laporan keuanganberupa neraca dan laporan laba rugi untuk periodeTahun Pajak tersebut.

27. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untukmencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atauketerangan lainnya untuk menguji kepatuhanpemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan untuktujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan daerah.

28. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerahdan retribusi adalah serangkaian tindakan yangdilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yangselanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari sertamengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuattentang tindak pidana di bidang perpajakan daerahyang terjadi serta menemukan terangkanya.

29. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerahyang ditentukan oleh Bupati untuk menampungseluruh penerimaan daerah dan digunakan untukmembayar seluruh pengeluaran daerah.

BAB II

NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB PAJAK

Bagian Kesatu

Nama dan Objek Pajak

Pasal 2

Dengan Nama Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuandipungut Pajak atas setiap kegiatan pengambilan MineralBukan Logam dan Batuan.

Pasal 3

(1) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalahkegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam danBatuan yang meliputi :

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

j.

k.

l.

m.

n.

o.

p.

q.

asbes;

batu tulis;

batu setengah permata;

batu kapur;

batu apung;

batu permata;

bentonit;

dolomit;

feldspar;

garam batu (halite);

grafit;

granit/andesit;

gips;

kalsit;

kaolin;

leusit

magnesit;

r.

s.

t.

u.

v.

w.

x.

y.

z.

aa.

bb.

cc.

dd.

ee.

ff.

gg.

hh.

ii.

jj.

kk.

mika;

marmer;

nitrat;

opsidien;

oker;

pasir dan kerikil;

pasir kuarsa;

perlit;

phospat;

talk;

tanah serap (fullers earth);

tanah diatome;

tanah liat;

tawas (alum);

tras;

yarosif;

zeolit;

basal;

trakkit; dan

mineral bukan logam dan batuanlainnya sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan;

(2) Dikecualikan dari objek Pajak Mineral Bukan Logamdan Batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah :

a. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam danBatuan yang nyata-nyata tidak dimanfaatkansecara komersial, seperti kegiatan pengambilantanah untuk keperluan rumah tangga,pemancangan tiang listrik/telepon, penanamankabel listrik/telepon, penanaman pipa air/gas;

b. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam danBatuan yang merupakan ikutan dari kegiatanpertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkansecara komersial.

Bagian Kedua

Subjek dan Wajib Pajak

Pasal 4

(1) Subjek Pajak Mineral Bukan Logam adalah orangpribadi atau badan yang dapat mengambil mineralBukan Logam dan Batuan.

(2) Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalahorang pribadi atau Badan yang mengambil MineralBukan Logam dan Batuan.

(3) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2),wajib melaporkan kegiatan penambangan ataueksploitasi bahan galian Mineral Bukan Logam danBatuan tersebut kepada Bupati.

BAB III

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 5

Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Daerahmeliputi :

a. meninjau dan menghimpun segala informasi yangdiperlukan oleh Pemerintah Daerah yang merupakandata awal sebagai dasar penetapan Pajak daerahterhadap Objek dan Subjek Pajak Mineral BukanLogam dan Batuan.

b. untuk melakukan kegiatan dimaksud pada huruf a,diberikan SKIP oleh Bupati kepada aparatur Pelaksanayang ditunjuk.

c. penetapan dan pemungutan Pajak Mineral BukanLogam dan Batuan dilakukan oleh Dinas Pendapatan.

BAB IV

DASAR PENGENAAN, TARIF DAN CARA PENGHITUNGAN

Pasal 6

(1) Dasar Pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam danBatuan adalah Nilai Jual hasil pengambilan MineralBukan Logam dan Batuan.

(2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dihitung dengan mengalikan volume meterkubik/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasaratau harga standar masing-masing jenis MineralBukan Logam dan Batuan.

(3) Nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)adalah harga rata-rata yang berlaku di lokasisetempat di wilayah daerah yang bersangkutan.

(4) Dalam hal nilai pasar dari hasil produksi MineralBukan Logam dan Batuan sebagaimana dimaksudpada ayat (3) sulit diperoleh, digunakan hargastandar yang ditetapkan oleh instansi yangberwenang dalam bidang pertambangan mineral bukanlogam dan batuan.

Pasal 7

Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkansebesar 25 % (dua puluh lima persen).

Pasal 8

Besarnya pokok pajak Mineral Bukan Logam dan Batuanyang terutang dihitung dengan mengalikan tarifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan dasarpengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

BAB V

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 9

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutangdipungut di wilayah Daerah.

BAB VI

MASA PAJAK DAN SURAT PEMBERITAHUANPAJAK DAERAH

Pasal 10

(1) Masa Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalahjangka waktu yang lamanya sama dengan jangka waktu1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yangdiatur dengan Peraturan Bupati paling lama 3 (tiga)bulan kalender, yang menjadi dasar bagi wajib pajakuntuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajakyang terutang.

(2) Saat terutang dalam masa pajak terjadi pada saatkegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam danBatuan.

Pasal 11

(1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD.

(2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal iniharus diisi dengan jelas, benar dan lengkap sertaditandatangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya.

(3) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusdisampaikan kepada Bupati selambat-lambatnya 15(lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak.

(4) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD diaturdengan Peraturan Bupati.

BAB VII

TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK

Pasal 12

(1) Pemungutan pajak dilarang diborongkan.

(2) Setiap Wajib Pajak membayar pajak yang terutangdengan dibayar sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkanperaturan perundang-undangan perpajakan.

(3) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakansendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD,SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.

Pasal 13

(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saatterutangnya pajak, Bupati dapat menerbitkan :

a. SKPDKB;

b. SKPDKBT; dan

c. SKPDN.

(2) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf aditerbitkan :

a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atauketerangan lain pajak terutang tidak atau kurangdibayar, dikenakan sanksi administrasi berupadenda sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitungdari pajak yang kurang atau terlambat dibayaruntuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluhempat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak;

b. apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangkawaktu yang ditentukan dan telah ditegur secaratertulis, dikenakan sanksi administrasi berupadenda 2 % (dua persen) sebulan dihitung dari pajakyang kurang lama 24 (dua puluh empat) bulandihitung sejak saat terutangnya pajak;

c. apabila Kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi,pajak yang terutang dihitung secara jabatan, dandikenakan sanksi administrasi berupa kenaikansebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokokpajak ditambah sanksi adminitrasi berupa bungasebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajakyang kurang atau terlambat dibayar untuk jangkawaktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulandihitung sejak saat terutangnya pajak.

(3) SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb, diterbitkan apabila ditemukan data baru atau datayang semula belum terungkap yang menyebabkanpenambahan jumlah pokok pajak yang terutang, akandikenakan sanksi administrasi berupa kenaikansebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekuranganpajak tersebut.

(4) SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf cditerbitkan apabila jumlah pajak yang terutang samabesarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidakterutang dan tidak ada kredit pajak.

(5) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalamSKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf a dan huruf b tidak atau tidaksepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yangditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPDditambah dengan sanksi administrasi berupa denda2% (dua persen) sebulan.

(6) Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimanadimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan apabila wajibpajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakanpemeriksaan.

BAB VIII

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 14

(1) Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus ataulunas.

(2) Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah melaluiBendaharawan Khusus Penerima pada DinasPendapatan Daerah atau tempat lain yang ditunjukoleh Bupati, sesuai waktu yang ditentukan dalamSPTPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.

(3) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lainyang ditunjuk, hasil penerima pajak harus disetor keKas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam ataudalam waktu yang ditentukan oleh Bupati.

(4) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2), dilakukan dengan menggunakanSSPD.

Pasal 15

(1) Bupati dapat menerbitkan STPD apabila :

a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurangdibayar;

b. dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekuranganpembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atausalah hitung;

c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupabunga dan/atau denda.

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPDsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a danhuruf b ditambah dengan sanksi administratif berupabunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untukpaling lama 15 (lima belas) bulan sejak saatterutangnya pajak.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi, dan tatacara penyampaian STPD sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 16

(1) Bupati atas permohonan Wajib Pajak setelahmemenuhi persyaratan yang ditentukan dapatmemberikan persetujuan kepada wajib pajak untukmengangsur atau menunda pembayaran pajakterutang dalam kurung waktu tertentu.

(2) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (1), ini harus dilakukan secara teratur danberturut-turut dengan dikenakan denda 2% (duapersen) sebulan dari jumlah pajak yang belum ataukurang dibayar.

(3) Penundaan pembayaran pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dikenakan denda 2% (dua persen)perbulan dari jumlah pajak yang belum atau kurangdibayar.

(4) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menundapembayaran serta tata cara pembayaran angsuran danpenundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat(2) dan ayat (3), diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 17

(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 14, diberikan tanda pembayaran dandicatat dalam buku penerimaan.

(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran daripajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdengan Peraturan Bupati.

BAB IX

TATA CARA PENAGIHAN PAJAK

Pasal 18

(1) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lainsejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihanpajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempopembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SuratTeguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang

sejenis, Wajib Pajak harus melunasi pajak yangterutang.

(3) Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain sejenissebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikeluarkan olehpejabat yang ditunjuk.

Pasal 19

(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidakdilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukandalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau suratlain sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagihdengan Surat Paksa.

(1) Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dilaksanakansesegeranya setelah lewat 21 (dua puluh satu) harisejak tanggal Surat Teguran atau surat lain yangsejenis.

Pasal 20

Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalamwaktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan SuratPaksa, Bupati segera menerbitkan Surat Perintahmelaksanakan penyitaan.

Pasal 21

Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belummelunasi utang pajaknya, setelah tanggal pelaksanaanSurat Perintah melaksanakan penyitaan, Bupatimengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangankepada Kantor Lelang Negara.

Pasal 22

Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal,jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sitamemberitahukan dengan segera secara tertulis kepadaWajib Pajak.

Pasal 23

Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untukpelaksanaan penagihan pajak daerah diatur denganPeraturan Bupati

BAB X

PENGURANGAN, KERINGANAN DANPEMBEBASAN PAJAK

Pasal 24

(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapatmemberikan pengurangan, keringanan danpembebasan pajak.

(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan danpembebasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat(1), diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XI

TATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALANPENGURANGAN KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN ATAU

PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 25

(1) Bupati karena jabatannya atas permohonan WajibPajak dapat :

a. membetulkan SKPDKB atau SKPDKBT atau STPDapabila terdapat kesalahan dalam penetapannya;

b. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajakyang tidak benar;

c. mengurangkan atau menghapuskan sanksiadministrasi berupa bunga, denda, dan kenaikanpajak yang terutang dalam hal sanksi tersebutdikarenakan karena kekhilafan Wajib Pajak ataubukan karena kesalahannya.

(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, penguranganketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksiadministrasi atas SKPDKB, SKPDKBT dan STPDsebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusdisampaikan secara tertulis oleh Wajib Pajak kepadaBupati atau Pejabat selambat-lambatnya 30 (tigapuluh) hari sejak tanggal diterima SKPDKB, SKPDKBTatau STPD dengan memberikan alasan yang jelas.

(3) Bupati atau pejabat yang ditunjuk, paling lama 3 (tiga)bulan sejak Surat Permohonan sebagaimana dimaksudpada ayat (2) diterima, sudah harus memberikankeputusan.

(4) Apabila setelah dapat lewat waktu 3 (tiga) bulansebagaimana dimaksud pada ayat (3) Bupati atauPejabat tidak memberikan keputusan, permohonan,pembatalan, pengurangan, ketetapan danpenghapusan sanksi administrasi dianggapdikabulkan.

BAB XII

KEBERATAN DAN BANDING

Pasal 26

(1) Wajib Pajak dapat megajukan keberatan hanya kepadaBupati atau Pejabat atas suatu:

a. SKPDKB;

b. SKPDKBT;

c. SKPDLB;

d. SKPDN;

(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus disampaikan secara tertulis dalamBahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas.

(3) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atasketetapan pajak secara jabatan, Wajib Pajak harusdapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajaktersebut.

(4) Permohonan keberatan harus diajukan dalam jangkawaktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal,SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB, dan SKPDN diterimaoleh Wajib Pajak kecuali apabila Wajib Pajak dapatmenunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapatdipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidakdianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidakdipertimbangkan.

(6) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajakdan pelaksanaan penagihan pajak.

(7) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat permohonankeberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diterima, sudah harus memberikan Keputusan.

(8) Keputusan Bupati atau Pejabat atas permohonankeberatan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalamayat (3) dapat berupa menerima seluruhnya atausebagian, menolak atau menambah besarnya pajakyang terutang.

(9) Apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas) bulansebagaimana dimaksud pada ayat (4) Bupati atauPejabat tidak memberikan suatu keputusan,permohonan keberatan di anggap dikabulkan.

Pasal 27

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan bandinghanya kepada Badan Penyelesaian Sangketa Pajakterhadap Keputusan Bupati mengenai keberatannya.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia,dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga)bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan darikeputusan tersebut.

(3) Pengajuan permohonan banding sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajibanmembayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

Pasal 28

Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 26 atau banding sebagaimana dimaksuddalam Pasal 27, dikabulkan sebagian atau seluruhnya,kelebihan pembayaran pajak dikembalikan denganditambah imbalan bunga 2% (dua persen) sebulan untukpaling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

BAB XIII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

Pasal 29

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonanpengembalian kelebihan pembayaran pajak kepadaBupati secara tertulis dengan menyebut sekurang-kurangnya :

a. Nama dan Alamat Wajib Pajak ;

b. Masa Pajak ;

c. Besarnya kelebihan pembayaran pajak ; dan

d. Alasan yang jelas.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)bulan sejak diterimanya permohonan pengembaliankelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud padaayat (2) dilampaui, Bupati tidak memberikankeputusan, permohonan pengembalian kelebihanpembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLBharus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu)bulan.

(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnyakelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (2) langsung diperhitungkan/dikompensasikan untuk melunasi terlebih dahuluutang pajak dimaksud.

(5) Pengembalian kelebihan pembiayaan pajak dilakukandalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejakditerbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan SuratPerintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajakdilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejakditerbitkan SKPDLB Bupati memberikan imbalanbunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atasketerlambatan pembayaran kelebihan pajak.

Pasal 30

Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkandengan pajak lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal29 ayat (4), pembayarannya dilakukan dengan carapemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan jugaberlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XIV

PENERIMAAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN

Pasal 31

(1) Bagi Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuanyang melakukan pembayaran diberikan tanda buktipembayaran berupa tanda setoran.

(2) Pembayaran oleh Wajib Pajak melalui BendaharawanKhusus Penerima Dinas Pendapatan atau petugas lainyang ditunjuk.

(3) Bendaharawan Khusus Penerima Dinas Pendapatanatau petugas yang ditunjuk ditetapkan denganKeputusan Bupati atas usul Kepala Dinas Pendapatan.

(4) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang diterimaoleh petugas pemungut lainnya sebagaimanadimaksud pada ayat (3), disetorkan langsung kepadaBendaharawan Khusus Penerima Dinas Pendapatan.

(5) Bagi kecamatan-kecamatan diluar ibukota Kotabarudapat menyetorkan Pajak Mineral Bukan Logam danBatuan melalui Pembantu Bendaharawan KhususPenerima pada UPTD Dinas Pendapatan.

(6) Penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) danayat (5), menggunakan formulir penyetoran yangdisediakan oleh Dinas Pendapatan.

(7) Bendaharawan khusus Penerima, menyetor PajakMineral Bukan Logam dan Batuan ke Kas Daerahpaling lambat 1(satu) hari setelah diterima.

(8) Bendaharawan Khusus Penerima berkewajibanmelaporkan penerimaan Pajak Mineral Bukan Logamdan Batuan kepada Kepala Dinas Pendapatan.

(9) Kepala Dinas Pendapatan melaporkan penerimaankepada Bupati.

Pasal 32

Semua Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam danBatuan disetorkan seluruhnya secara Bruto ke KasDaerah.

BAB XV

KEDALUARSA PENAGIHAN

Pasal 33

(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadikedaluarsa setelah melampai jangka waktu 5 (lima)tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak kecualiapabila wajib pajak melakukan tindak pidana dibidangPerpajakan Daerah.

(2) Kedaluarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tertangguh apabila :

a. diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau ;

b. ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak baiklangsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran atau Surat Paksasebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf (a),kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggalpenyampaian Surat Paksa tersebut.

(4) Pengakuan utang Pajak Secara langsung sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajakdengan kesadarannya menyatakan masih mempunyaiutang Pajak dan belum melunasinya kepadaPemerintah Daerah.

(5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf b dapat di ketahui daripengajuan permohonan angsuran atau penundaanpembayaran dan permohonan keberatan oleh WajibPajak.

Pasal 34

(1) Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karenahak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsadapat dihapuskan.

(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan PiutangPajak Kabupaten yang sudah kedaluwarsasebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata cara penghapusan piutang Pajak yang sudahkedaluwasa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XVI

PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

Pasal 35

(1) Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzetpaling sedikit Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus jutarupiah) pertahun wajib menyelenggarakan pembukuanatau pencatatan.

(2) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzetserta tata cara pembukuan atau pencatatansebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Bupati.

Pasal 36

(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untukmenguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakandaerah dalam rangka melaksanakan PeraturanDaerah.

(2) Wajib Pajak yang diperiksa wajib :

a. memperlihatkan dan atau meminjamkan buku ataucatatan, dokumen yang menjadi dasarnya dandokumen lain yang berhubungan dengan obyekpajak yang terutang ;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempatatau ruangan yang dianggap perlu dan memberibantuan guna kelancaran pemeriksaan ;

c. memberikan keterangan yang diperlukan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaanpajak diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XVII

INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 37

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Pajak dapatdiberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah.

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentifsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Bupati.

BAB XVIII

KETENTUAN KHUSUS

Pasal 38

(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihaklain yang tidak berhak, segala sesuatu yang diketahuiatau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalamrangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankanketentuan Peraturan Daerah.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlakujuga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupatiuntuk membantu dalam pelaksanaan ketentuanPeraturan Daerah.

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) adalah :

a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagaisaksi atau saksi ahli dalam sidang pengadilan;

b. Pejabat atau tenaga ahli yang memberikanketerangan kepada pihak lain yang ditetapkan olehBupati.

(4) Untuk kepentingan daerah, Bupati berwenangmemberikan ijin tertulis kepada Pejabat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan tenaga-tenaga ahlisebagaimana dimaksud pada ayat (2), supayamemberikan keterangan, memperlihatkan buktitertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihakyang ditunjuknya.

BAB XIX

PENYIDIKAN

Pasal 39

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkunganPemerintah Kabupaten diberi wewenang khusussebagai penyidik untuk melakukan penyidik tindakpidana di bidang Perpajakan Daerah sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun1981 Tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat(1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan menelitiketerangan atau laporan berkenaan dengan tindakpidana di bidang perpajakan daerah agarketerangan atau laporan tersebut menjadi lengkapdan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keteranganmengenai orang pribadi atau Badan tentangkebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungandengan tindak pidana perpajakan daerah tersebut;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orangpribadi atau badan sehubungan dengan tindakpidana di bidang perpajakan daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dandokumen-dokumen lain berkenan dengan tindakpidana di bidang perpajakan daerah;

e. melakukan penggeledaahan untuk mendapatbahan bukti pembukuan pencatatan, dandokumen-dokumen lain, serta melakukanpenyitaan terhadap bahan bukti tersebut ;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangkapelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah ;

g. menyuruh berhenti melarang seseorangmeninggalkan ruangan atau tempat pada saatpemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksaidentitas orang lain atau dokumen yang dibawasebagaimana dimaksud pada huruf c ;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindakpidana perpajakan daerah ;

i. memanggil orang untuk mendengar keterangannyadan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ;

j. menghentikan penyidikan ;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untukkelancaran penyidikan tindak pidana di bidangperpajakan daerah menurut hukum yang dapatdipertanggung jawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memberitahukan dimulainya penyidikan danmenyampaikan hasil penyidikannya kepada PenuntutUmum, melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara RepublikIndonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang HukumAcara Pidana.

BAB XX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 40

(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidakmenyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidakbenar atau tidak lengkap atau melampirkanketerangan yang tidak benar sehingga merugikanKeuangan Daerah dapat dipidana dengan pidanakurungan paling lama 2 (dua) tahun dan atau bungapaling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang.

(2) Wajib Pajak yang sengaja tidak menyampaikan SPTPDatau mengisi tidak benar atau tidak lengkap ataumelampirkan keterangan tidak benar sehinggamerugikan keuangan daerah dapat dipidana denganpenjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau dendapaling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yangterutang.

Pasal 41

Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntutsetelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saatterutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atauberakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya TahunPajak yang bersangkutan.

Pasal 42

(1) Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhikewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksuddalam Pasal 36 ayat (1) dan ayat (2) dipidana denganpidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dandenda paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat jutarupiah).

(2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhikewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidakdipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksuddalam Pasal 36 ayat (1) dan ayat (2) dipidana denganpidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan dendapaling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukanatas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.

(4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalahmenyangkut kepentingan pribadi seseorang atauBadan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan tindakpidana pengaduan.

Pasal 43

Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dan Pasal42 ayat (1) dan ayat (2) merupakan penerimaan negara.

BAB XXI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 44

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, pajak yang masihterutang sepanjang tidak diatur dalam Peraturan daerahini masih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima)tahun terhitung sejak saat terutang.

BAB XXII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 45

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka PeraturanDaerah Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pajak Pengambilandan Pengolahan Bahan Galian Golongan C (LembaranDaerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2008 Nomor 05)beserta peraturan pelaksananya yang bertentangandengan Peraturan Daerah ini dicabut dan dinyatakan tidakberlaku.

Pasal 46

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah inisepanjang mengenai pelaksanaannya diatur denganPeraturan Bupati.

Pasal 47

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Daerah KabupatenKotabaru.

Ditetapkan di Kotabaru

pada tanggal 21 Mei 2012

BUPATI KOTABARU,

H. IRHAMI RIDJANI

Diundangkan di Kotabaru

pada tanggal 21 Mei 2012

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTABARU,

H. SURIANSYAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2012 NOMOR 08