bupati kotabaru nomor 03 tahun 2013 perizinan dan...

26
BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam praktek good governance, pelayanan publik perizinan merupakan wujud pelayanan pemerintah kepada masyarakatnya, dalam hal ini birokrat pemerintah daerah harus menunjukkan sebagai pelayan masyarakat sehingga masyarakat dalam melakukan urusannya merasa dilayani dan dipermudah; b. bahwa dalam tata kelola pemerintahan yang baik, pemerintah daerah Kabupaten Kotabaru harus transparan dalam menginformasikan syarat, prosedur, biaya dan waktu penyelesaian setiap jenis perizinan dan non perizinan yang akan diurus oleh masyarakat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);

Upload: trinhtu

Post on 31-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BUPATI KOTABARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU

NOMOR 03 TAHUN 2013

TENTANG

PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIKPERIZINAN DAN NON PERIZINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU,

Menimbang : a. bahwa dalam praktek good governance, pelayananpublik perizinan merupakan wujud pelayananpemerintah kepada masyarakatnya, dalam hal inibirokrat pemerintah daerah harus menunjukkansebagai pelayan masyarakat sehingga masyarakatdalam melakukan urusannya merasa dilayani dandipermudah;

b. bahwa dalam tata kelola pemerintahan yang baik,pemerintah daerah Kabupaten Kotabaru harustransparan dalam menginformasikan syarat,prosedur, biaya dan waktu penyelesaian setiap jenisperizinan dan non perizinan yang akan diurus olehmasyarakat;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud pada huruf a dan huruf b, perlumenetapkan Peraturan Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentangPenetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II diKalimantan sebagai Undang-Undang (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 1820);

- 2 –

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentangPeradilan Tata Usaha Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1986 Nomor 77)sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhirdengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009tentang Perubahan Kedua Atas Undang-UndangNomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata UsahaNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 160, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5079);

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggara Negara yang Bersih dan BebasKorupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3851);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 TentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhirdengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008tentang Perubahan Kedua Atas Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 Tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentangPengesahan Internasional Covenant on Economic,Social and Culture Rights (Kovenan Internasionaltentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya)(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4557);

7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentangKeterbukaan Informasi Publik (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4846);

8. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentangOmbudsman Republik Indonesia (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 139,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4899);

9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentangPelayanan Publik (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 112, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

- 3 -

10.Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentangKearsipan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 152, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5071);

11.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5234);

12.Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3175);

13.Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran SertaMasyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3866);

14.Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005tentang Pedoman Penyusunan dan PenerapanStandar Pelayanan Minimal (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4585);

15.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005tentang Pedoman Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4593);

16.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antaraPemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi danPemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4737);

17.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007tentang Organisasi Perangkat Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4741);

18.Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5149);

- 4 –

19.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan PelayananTerpadu Satu Pintu (Berita Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 484);

20.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun2011 tentang Pedoman Fasilitasi Pengaduan diLingkungan Kementerian Dalam Negeri danPemerintahan Daerah (Berita Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 484);

21.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 694);

22.Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negaradan Reformasi Birokrasi Nomor 36 Tahun 2012tentang Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapandan Penerapan Standar Pelayanan;

23.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 05Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil diLingkungan Pemerintah Dati II Kotabaru (LembaranDaerah Kabupaten Kotabaru Dati II Kotabaru Tahun1991 Nomor 02 Seri C);

24.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 19Tahun 2007 Urusan Pemerintahan yang MenjadiKewenangan Pemerintahan Daerah KabupatenKotabaru (Lembaran Daerah Kabupaten KotabaruTahun 2007 Nomor 19);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTABARU

dan

BUPATI KOTABARU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAANPELAYANAN PUBLIK PERIZINAN DAN NON PERIZINAN.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotabaru.

2. Bupati adalah Bupati Kotabaru.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati besertaperangkat daerah sebagai unsur penyelenggarapemerintahan daerah.

- 5 -

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yangselanjutnya disingkat DPRD adalah DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotabaru.

5. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu danPenanaman Modal yang selanjutnya disingkatBPPTPM adalah Badan Pelayanan PerizinanTerpadu dan Penanaman Modal KabupatenKotabaru yang menangani pelayanan publikperizinan berdasarkan wewenang yang diberikanoleh Bupati.

6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnyadisingkat SKPD adalah SKPD yang menanganipelayanan publik non perizinan di KabupatenKotabaru berdasarkan wewenang yang diberikanoleh Bupati.

7. Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh KepalaSKPD berdasarkan peraturan daerah atauperaturan lainnya yang merupakan bukti legalitas,menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorangatau badan untuk melakukan usaha atau kegiatantertentu.

8. Perizinan dan non perizinan adalah pemberianlegalitas kepada seseorang atau badan, baik dalambentuk izin, tanda daftar usaha, label dan lain-lainyang sejenis.

9. Pelayanan Perizinan Terpadu adalah kegiatanpenyelenggaraan perizinan dan non perizinan yangproses pengelolaannya mulai dari tahappermohonan sampai ke tahap terbitnya dokumendilakukan melalui satu tempat dan satu pintu.

10. Biaya Pelayanan adalah biaya yang dikeluarkanoleh pemohon untuk memperoleh dokumen yangbesarannya telah ditetapkan sesuai denganperaturan daerah atau peraturan perundang-undangan lainnya.

11. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebutRetribusi, adalah pungutan Daerah sebagaipembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentuyang khusus disediakan dan/atau diberikan olehPemerintah Daerah untuk kepentingan orangpribadi atau Badan.

12. Tim Teknis adalah SKPD di lingkungan PemerintahKabupaten Kotabaru yang mengelola perizinan dannon perizinan.

13. Tata Kelola Pelayanan Perizinan Terpadu adalahsuatu rangkaian proses atau tata kerja yangberkaitan satu sama lain, sehingga menunjukkanadanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangkapenyelesaian sesuatu pelayanan.

- 6 –

14. Pengaduan adalah penyampaian keluhan olehindividu, masyarakat, lembaga dan organisasikepada pemerintah sehubungan dengan adanyapelayanan atau perlakuan kebijakan pemerintahyang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

15. Ombudsman adalah lembaga negara yangmempunyai kewenangan mengawasipenyelenggaraan pelayanan publik, baik yangdiselenggarakan oleh penyelenggara negara danpemerintahan termasuk yang diselenggarakan olehbadan usaha milik negara, badan usaha milikdaerah, dan badan hukum milik negara sertabadan swasta, maupun perseorangan yang diberitugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentuyang sebagian atau seluruh dananya bersumberdari anggaran pendapatan dan belanja Negaradan/atau anggaran pendapatan dan belanjadaerah.

BAB IIASAS PENYELENGGARAAN PELAYANAN

Pasal 2

Asas penyelenggaraan pelayanan publik perizinandaerah meliputi:

a. Kepastian hukum;

b. Keterbukaan;

c. Partisipatif;

d. Akuntabilitas;

e. Kepentingan umum;

f. Profesionalisme;

g. Kesamaan hak; dan

h. Keseimbangan hak dan kewajiban.

BAB IIISISTEM PENYELENGGARAAN PELAYANAN

Pasal 3

(1) Pemberian pelayanan perizinan dan non perizinandilaksanakan oleh SKPD.

(2) Dalam rangka efisiensi penyelenggaraan pelayananpublik terhadap pemberian pelayanan yang meliputiberbagai jenis pelayanan dapat dilakukan melaluipelayanan terpadu.

(3) Untuk pemberian pelayanan pada satu tempat danmeliputi berbagai jenis pelayanan yang memilikiketerkaitan proses, diselenggarakan melaluipelayanan terpadu satu pintu.

- 7 –

Pasal 4

(1) Bupati dapat mencanangkan program untukpenyelenggaraan pelayanan Satu Pintu dan SatuAtap (One Stop Service (OSS)).

(2) Pelaksanaan program dapat dilakukan secarabertahap dengan memperhatikan pada kesiapan dankemampuan daerah.

BAB IIIORGANISASI

Pasal 5

Organisasi penyelenggara pelayanan publik perizinandibentuk secara efisien dan efektif agar mampumenyelenggarakan tugas dan fungsi pelayanan publikdengan baik, dengan fungsi sekurang-kurangnyameliputi:

a. pelaksanaan pelayanan;

b. pengelolaan pengaduan masyarakat;

c. pengelolaan informasi; dan

d. pengawasan internal.

Pasal 6

Penyelenggara pelayanan publik perizinandiselengggarakan oleh BPPTPM dan penyelenggarapelayanan publik non perizinan adalah SKPD.

Pasal 7

Jenis-jenis pelayanan publik perizinan dan nonperizinan diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 8

(1) Dalam rangka menunjang pelaksanaan pelayananpublik Pemerintah Daerah membentukDinas/Badan/Kantor Pelayanan Terpadu daerah.

(2) Organisasi dan tata kerja Dinas/Badan/KantorPelayanan Terpadu sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 9

(1) SKPD dan BP2TPM dapat menyerahkan sebagiantugas penyelenggaraan pelayanan publik kepadapihak lain dalam bentuk kerjasama.

(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah badan hukum Indonesia dan berdomisili diIndonesia yang kepemilikannya sepenuhnyadipegang oleh warga negara Indonesia atau badanhukum Indonesia.

(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dilakukan dengan ketentuan :

- 8 –

a. tidak menghilangkan tanggung jawab organpemerintahan yang melekat pada SKPD danBP2TPM;

b. tidak menimbulkan beban tambahan bagimasyarakat;

c. berdasarkan perjanjian dan disesuaikan dengansifat dan jenis pelayanan yang dikelola; dan

d. sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB IVPENGELOLAAN SUMBER DAYA

Bagian KesatuUmum

Pasal 10

Pemerintah Daerah berkewajiban untuk melakukanpemenuhan aspek fisik maupun non fisik pada SKPDdan BPPTPM.

Bagian KeduaPemenuhan Aspek Fisik

Pasal 11

Pemenuhan aspek fisik SKPD dan BPPTPM berupa :

a. kemudahan akses tempat dan lokasi yang mudahdijangkau oleh masyarakat;

b. sarana bangunan yang memiliki desain pelayanandan prasarana perkantoran yang terpenuhi untukkegiatan pelayanan;

c. suasana ruangan pelayanan yang nyaman sesuaidengan kebutuhan publik; dan

d. pengembangan alat prasarana sesuai dengankemajuan teknologi termasuk peralatan kerja.

Bagian KetigaPemenuhan Aspek Non Fisik

Pasal 12

Aspek non fisik berupa :

a. diberikan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan;

b. menempatkan pejabat dan staf/tim teknis yangmemiliki kompetensi untuk :

1. mengetahui sistem dan organisasi pelayananperizinan dan non perizinan;

2. mampu menilai keefektifan sistem danorganisasi pelayanan perizinan dan nonperizinan;

- 9 -

3. mampu memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait dengan hukumperizinan; dan

4. memiliki karakter dan penampilan yangmenyenangkan untuk memberikan pelayanandalam penyelenggaraan organisasi.

c. melaksanakan dan mengikuti pendidikan, pelatihandan pengembangan keilmuan terkait pelayananpublik kepada sumber daya manusia yangditempatkan untuk melayani publik secaraberkesinambungan; dan

d. memberikan penghargaan berupa insentif kepadapelaksana kerja dengan berbasis kinerja danpencapaian.

Bagian KeempatRekruitmen dan Promosi Aparat

Pasal 13

Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan rekrutmendan promosi aparat pada SKPD dan BPPTPM secaratransparan, tidak diskriminatif dan adil, sesuai denganketentuan hukum yang berlaku.

Bagian KelimaEvaluasi Organisasi

Pasal 14

(1) SKPD dan BPPTPM wajib mengadakan evaluasikinerja aparatur pelayanan publik di lingkunganorganisasinya secara berkala dan berkelanjutan.

(2) SKPD dan BPPTPM wajib menyempurnakanstruktur organisasi, sumberdaya aparatur danprosedur penyelenggaraan pelayanan publikberdasarkan hasil evaluasi kinerja yang telahdilakukan.

(3) Hasil evaluasi kinerja dan penyempurnaan tersebutwajib dilaporkan kepada Bupati.

(4) Evaluasi kinerja aparatur serta penyempurnaanstruktur organisasi, sumberdaya aparatur danprosedur penyelenggaraan pelayanan publikdilakukan berdasarkan asas-asas penyelenggaraanpelayanan publik, serta indikator yang jelas danterukur sesuai peraturan perundang-undangan.

- 10 -

BAB V

KEWAJIBAN BAGI PENYELENGGARAPELAYANAN PUBLIK PERIZINAN DAN NON PERIZINAN

Bagian KesatuMenjalankan Prinsip Pelayanan Publik

Perizinan dan Non Perizinan

Pasal 15

(1) Setiap pejabat atau pelaksana kegiatan pelayananpublik perizinan dan non perizinan wajibmengutamakan prinsip-prinsip penyelenggaraanpelayanan publik.

(2) Prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi :

a. kesederhanaan;

b. kejelasan; dalam hal:

1. persyaratan teknis dan administrasi;

2. unit kerja/pejabat yang berwenang danbertanggungjawab dalam memberikanpelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaanpelayanan publik; dan

3. rincian biaya pelayanan publik dan tata carapembayaran.

c. kepastian dan tepat waktu;

d. akurasi;

e. tidak diskriminatif;

f. bertanggungjawab;

g. kejujuran;

h. kecermatan;

i. kedisiplinan, kesopanan dan keramahan; dan

j. keamanan dan kenyamanan.

Bagian KeduaStandar Pelayanan

Pasal 16

(1) SKPD dan BPPTPM wajib menyusun danmenetapkan standar pelayanan publik perizinandan non perizinan sesuai dengan sifat, jenis dankarakteristik layanan yang diselenggarakan denganmemperhatikan lingkungan, kepentingan danmasukan dari masyarakat dan pihak terkait.

- 11 -

(2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan oleh Kepala SKPD dan BPPTPMselaku embina teknis pelayanan denganmemperhatikan masukan dari masyarakat sertaaspek-aspek lain yang mendorong peningkatankualitas pelayanan.

(3) Penyelenggara pelayanan publik perizinan dan nonperizinan wajib menerapkan standar pelayananyang disusun dan ditetapkan.

Pasal 17

Penetapan standar pelayanan publik perizinan dan nonperizinan sekurang-kurangnya meliputi:

a. dasar hukum;

b. persyaratan;

c. prosedur pelayanan;

d. waktu penyelesaian;

e. biaya pelayanan;

f. produk pelayanan;

g. sarana dan prasarana;

h. kompetensi petugas pemberi pelayanan;

i. pengawasan internal;

j. penanganan pengaduan, saran dan masukan;

k. jaminan pelayanan;

l. jumlah pelaksana;

m. jaminan keamanan; dan

n. evaluasi kinerja pelaksana.

Bagian KetigaMaklumat Pelayanan

Pasal 18

(1) Penyelenggara wajib menyusun maklumatpelayanan (servis charter) sesuai dengan sifat, jenis,dan karakteristik layanan yang diselenggarakan dandipublikasikan secara jelas.

(2) Maklumat pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

a. pernyataan janji dan kesanggupan untukmelaksanakan pelayanan sesuai dengan Standarpelayanan secara konsisten; dan

b. pernyataan kesediaan untuk menerima sanksiapabila memberikan pelayanan tidak sesuaiStandar pelayanan.

- 12 -

Bagian KeempatSistem Informasi

Pasal 19

(1) SKPD dan BPPTPM wajib mengelola sisteminformasi secara efisien, efektif dan mudah diaksesdengan baik.

(2) Sistem informasi tersebut sekurang-kurangnyameliputi:

a. jenis pelayanan;

b. persyaratan dan prosedur pelayanan;

c. standar pelayanan;

d. maklumat pelayanan;

e. mekanisme pemantauan kinerja;

f. penanganan keluhan;

g. pembiayaan; dan

h. penyajian statistik kinerja pelayanan.

Bagian KelimaKearsipan

Pasal 20

Dokumen, akta dan sejenisnya yang dipergunakandalam penyelenggaraan pelayanan publik dapat berupaproduk elektronika atau hasil teknologi informasi,secara hukum dinyatakan sah berdasarkan peraturanperundang-undangan.

BAB VIPENGELOLAAN SARANA, PRASARANA

FASILITAS PELAYANAN PUBLIK PERIZINANDAN NON PERIZINAN

Pasal 21

(1) SKPD dan BPPTPM wajib mengelola fasilitaspelayanan publik secara efisien, efektif, transparan,akuntabel, serta berkesinambungan.

(2) Dalam pengelolaan, penyelenggara melaksanakaninventarisasi fasilitas pelayanan publik secarasistematis, transparan lengkap dan akurat.

(3) Aparat bertanggungjawab dalam pelaksanaan,pemeliharaan dan atau penggantian fasilitaspelayanan publik sesuai standar kesehatan dankeamanan.

Pasal 22

(1) SKPD dan BPPTPM dilarang meminjamkan fasilitasyang mengakibatkan fasilitas tidak berfungsi atautidak sesuai peruntukannya.

- 13 -

(2) Pengalihan atau pengubahan fungsi peruntukandilaksanakan berdasar ketentuan peraturanperundang-undangan.

(3) Penyelenggara yang bermaksud mengubah ataumemperbaiki fasilitas pelayanan publik, wajibmengumumkan dan atau memasang tanda-tandayang jelas di tempat yang mudah diketahui.Kelalaian memberikan tanda atau pengumumanyang mengakibatkan seseorang mendapat bahaya,menjadi tanggungjawab penyelenggara.

(4) Bentuk dan isi pengumuman sekurang-kurangnyamemuat nama kegiatan, nama penanggungjawab,waktu kegiatan dan manfaat.

BAB VIIPELAYANAN KHUSUS

Pasal 23

(1) Apabila dalam penyelenggaraan pelayanan pubikperizinan dan non perizinan, pemohon adalahpenyandang cacat, lanjut usia, wanita hamil wajibdiutamakan dalam pemberian pelayanan.

(2) Terhadap penyandang cacat, lanjut usia dan wanitahamil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan bimbingan dan pelayanan secara khusus.

Pasal 24

(1) SKPD dan BPPTPM dapat menyediakan pelayanankelas-kelas tertentu sepanjang tidak bertentangandengan peraturan perundang-undangan danstandar pelayanan.

(2) Penyediaan pelayanan kelas-kelas tertentusebagaimana dimaksud pada ayat (2) untukmemberikan kemudahan pelayanan sesuai dengankemampuan penerima.

BAB VIIIBIAYA PELAYANAN DAN RETRIBUSI

Pasal 25

(1) Penyelenggaraan pelayanan publik perizinan dannon perizinan dipungut biaya pelayanan danretribusi kepada penerima layanan sesuai denganyang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

(2) Prosedur pemungutan biaya sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan.

(3) SKPD dan BPPTPM dilarang melaksanakanpungutan pelayanan yang tidak sesuai denganperaturan perundang-undangan.

- 14 -

BAB IXPERILAKU APARAT DALAM PENYAMPAIAN LAYANAN

Pasal 26

(1) Aparat dalam menyelenggarakan pelayananberperilaku sebagai berikut:

a. adil dan tidak diskriminatif;

b. peduli, telaten, teliti, dan cermat;

c. hormat, ramah, dan tidak melecehkan;

d. bersikap tegas dan handal serta tidakmemberikan keputusan yang berlarut-larut;

e. bersikap independen;

f. tidak memberikan proses yang berbelit-belit;

g. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;

h. menjunjung tinggi nilai-nilai dan integritas sertareputasi SKPD dan BPPTPM demi menjagakehormatan institusi SKPD dan BPPTPM disetiap waktu dan tempat;

i. tidak membocorkan informasi atau dokumenyang wajib dirahasiakan;

j. terbuka dan mengambil langkah yang tepatuntuk menghindari benturan kepentingan

k. tidak menyalahgunakan sarana dan prasaranapelayanan;

l. tidak memberikan informasi yang salah ataumenyesatkan dalam menanggapi permintaaninformasi;

m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan,dan/atau kewenangan yang dimiliki;

n. sesuai dengan kepantasan umum; dan

o. profesional dan tidak menyimpang dariprosedur.

(2) Penilaian perilaku aparat dilakukan sesuai denganperaturan perundang-undangan.

BAB XLARANGAN

Pasal 27

(1) Setiap aparat SKPD dan BPPTPM dilarang :

a. menyimpulkan secara sepihak hal yang menjaditanggungjawabnya terkait dengan ketidakjelasanaturan atau kurangnya pengetahuan dibidanghukum dan atau pemahaman terhadapkonstruksi bidang hukum administrasi atassebuah permohonan yang bersifat tertentudalam aturan hukum yang berlaku;

- 15 -

b. menolak permohonan secara langsung dengantidak melakukan analisis dan pengkajianterlebih dahulu;

c. menolak permohonan dengan tidak ada dasarpenjelasan berdasarkan aturan yang berlaku;

d. menyimpan dokumen permohonan dengan tidakmemberikan bukti/surat penerimaan dokumenpermohonan kepada pemohon;

e. melakukan penolakan tanpa memberikanpenetapan tertulis terhadap permohonan yangtidak lengkap persyaratannya; dan

f. menolak pengajuan permohonan kembali setelahpemohon melengkapi persyaratan yang dianggaptidak lengkap pada pengajuan permohonanpertama.

(2) Terhadap situasi dan kondisi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a pejabat wajibmemohon petunjuk dari pimpinan diatasnya untukmembuat terang suatu keadaan dan memberikanjawaban kepada pemohon.

(3) Aparat SKPD dan BPPTPM dalam memberikankeputusan fiktif negatif tata usaha negara hanyasatu kali, penolakan yang kedua dapat dilakukansetelah diterima pengajuan izin yang kedua.

BAB XIPENGAWASAN

Pasal 28

(1) Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publikdilakukan oleh Pengawas intern dan Pengawasekstern.

(2) Pengawasan intern dilakukan melalui:

a. pengawasan oleh atasan langsung sesuaiperaturan perundang-undangan; dan

b. pengawasan oleh aparat pengawasanfungsional sesuai peraturan.

(3) Pengawasan ekstern dilakukan melalui:

a. pengawasan oleh Ombudsman yang memilikifungsi dan kewenangan pengawasan sesuaidengan peraturan perundang-undangan; dan

b. pengawasan oleh masyarakat berupa laporanatau pengaduan masyarakat tentangpenyimpangan dan kelemahan dalampenyelenggaraan pelayanan publik.

- 16 -

BAB XIIPENGELOLAAN PENGADUAN

Pasal 29

(1) Masyarakat dapat menyampaikan keluhan ataupengaduan mengenai penyelenggaraan pelayananpublik kepada SKPD, BPPTPM dan atauOmbudsman.

(2) SKPD dan BPPTPM wajib menyiapkan sarana danprasarana yang layak dalam pelaksanaanpengelolaan keluhan dan pengaduan.

(3) SKPD dan BPPTPM wajib menindaklanjuti danmenanggapi setiap keluhan dan pengaduan yangberasal dari penerima pelayanan maupunrekomendasi dari Ombudsman.

Pasal 30

(1) SKPD dan BPPTPM wajib menyusun tata carapengelolaan keluhan dan pengaduan denganmengedepankan prinsip penyelesaian yang cepatdan tuntas, yang minimal meliputi:

a. prosedur pengelolaan pengaduan;

b. penentuan pejabat yang mengelola pengaduan;

c. prioritas penyelesaian pengaduan;

d. pelaporan proses dan hasil pengelolaanpengaduan kepada atasan aparat;

e. rekomendasi pengelolaan pengaduan;

f. penyampaian hasil pengelolaan pengaduankepada pihak-pihak terkait;

g. pemantauan dan evaluasi pengelolaanpengaduan; dan

h. dokumentasi dan statistik pengelolaanpengaduan.

(2) SKPD dan BPPTPM wajib menyampaikan prosedurpengajuan pengaduan pada masyarakat.

(3) SKPD dan BPPTPM wajib melaporkan tindak lanjutpengelolaan pengaduan pada akhir tahun kepadaBupati.

BAB XIIIINDEKS KEPUASAN MASYARAKAT

Pasal 31

SKPD dan BPPTPM wajib melakukan penilaian kinerjapenyelenggaraan secara periodik melalui survei indekskepuasan masyarakat sesuai dengan ketentuan yangberlaku.

- 17 -

BAB XIVPERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 32

(1) Peran serta masyarakat diwujudkan dalam bentukpengawasan masyarakat.

(2) Pengawasan terhadap pelayanan publik dilakukanoleh perseorangan, masyarakat, LSM dan atauOmbudsman.

BAB XVPENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 33

(1) Penyelesaian sengketa dapat dilakukan denganmusyawarah mufakat.

(2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud padaayat (1) tidak tercapai maka Masyarakat dapatmenggugat atau menuntut SKPD dan BPPTPM atauAparat melalui Peradilan Tata Usaha Negara atauperadilan umum.

BAB XVISANKSI

Pasal 34

Aparat yang melanggar kewajiban dan atau larangansebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah inidikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB XVIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 35

Penyusunan dan pelaksanaan standar pelayanan,maklumat pelayanan, sistem informasi, dan tata carapengelolaan pengaduan sebagaimana diatur dalamPeraturan Daerah ini harus dipenuhi selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak Peraturan Daerah iniberlaku.

BAB XVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 36

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah inisepanjang mengenai pelaksanaannya ditetapkandengan Peraturan Bupati.

- 18 –

Pasal 37

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Daerah KabupatenKotabaru.

Ditetapkan di Kotabarupada tanggal 03 Januari 2013

BUPATI KOTABARU,

ttd

H. IRHAMI RIDJANI

Diundangkan di Kotabarupada tanggal 03 Januari 2013

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTABARU,

ttd

H. SURIANSYAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARUTAHUN 2013 NOMOR 03

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU

NOMOR 03 TAHUN 2013

TENTANG

PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK PERIZINANDAN NON PERIZINAN

UMUM

Pelayanan publik perizinan merupakan bagian dari tata kelolapemerintahan. Perizinan sendiri dimaksudkan sebagai instrumen darihukum administrasi pada jalinan hubungan antara penguasa dan rakyatdalam kedudukan yang setara. Hubungan tersebut berupa peranpenguasa untuk mengatur rakyatnya dilegalisasi dengan melaluiperaturan perundang-undangan, dimana kedua belah pihak tunduk padatatanan norma yang disepakati sebagai suatu ketertiban dalamkehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan memperhatikan kondisi wilayah Kabupaten Kotabaruuntuk tata kelola pemerintahan pada bidang pelayanan publik perizinanharus tersentralisasi pada satu tempat yang aksesnya mudah untukdijangkau. Ibukota tentunya menjadi tempat yang satu-satunya sentralbagi pelayanan administratif sehingga tidak menimbulkan suatuketidakseimbangan dengan wilayah administratif lainnya dalamKabupaten Kotabaru.

Selama ini tata kelola pemerintahan pada bidang pelayanan publikperizinan di Kabupaten Kotabaru belum terdapat peraturan daerah yangmenjadi induk bagi pelayanan perizinan setempat. Pengaturan izinbersifat parsial dalam peraturan daerah tentang izin pada jenis-jenisperizinan sesuai dengan sifat dan peruntukkannya. Tentunya fokus yangdikemukakan dalam latar belakang ini tertuju pada “pelayanan” organpemerintahan di Kabupaten Kotabaru. Bentuk pengorganisasianpelayanan dan norma-norma pelayanan yang menjadi acuan bagisegenap aparatur pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pelayanansangat diperlukan untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik(Good Governance).

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf adimaksudkan adanya peraturan perundang-undangan yangmenjamin terselenggaranya pelayanan publik sesuai dengankebutuhan dan rasa keadilan masyarakat.

- 2 -

Huruf bdimaksudkan bahwa setiap penerima pelayanan dapat denganmudah mengakses dan memperoleh informasi mengenaipelayanan yang diinginkan.

Huruf cdimaksudkan untuk mendorong peranserta masyarakat dalampenyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikanaspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

Huruf ddimaksudkan bahwa proses penyelenggaraan pelayanan publikharus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Huruf edimaksudkan bahwa dalam pemberian pelayanan publik tidakboleh mengutamakan kepentingan pribadi dan/atau golongan

Huruf fdimaksudkan bahwa aparat penyelenggara pelayanan harusmemiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugasnya.

Huruf gdimaksudkan bahwa dalam pemberian pelayanan publik tidakdiskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama,golongan, gender dan status ekonomi.

Huruf hdimaksudkan bahwa pemenuhan hak harus sebanding dengankewajiban yang harus dilaksanakan baik oleh pemberi maupunpenerima layanan.

Pasal 3

Ayat (1)Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Pelayanan Satu Pintu merupakan sistem layanan dimanamasyarakat hanya dilayani dan hanya berhubungan dengancustomer service, tidak berhungan dengan yang memprosesperijinan (back office). Pada pelayanan satu pintu proses perijinandan non perijinan harus transparan dalam hal prosedur, waktupenyelesaian, biaya dan syarat-syarat yang harus dipenuhi.Contohnya adalah pelayanan STNK, BPKB dan pelayanan perijinan.

Pasal 4

Ayat (1)Pelayanan Satu Pintu merupakan sistem yang paling ideal denganbanyak kelebihan. Melalui sistem ini seluruh proses perijinan dannon perizinan dilakukan melalui satu pintu dan melalui sistem iniprosedur bersifat transparan, waktu penyelesaian, biaya dansyarat-syarat yang harus dipenuhi jelas diketahui oleh setiappemohon izin.

- 3 -

Ayat (2)Pelaksanaan program dapat dilaksanakan setelah sarana danprasarana, pendanaan, aparatur pelaksana dan sosialisasi kepadamasyarakat/SKPD sudah terpenuhi dan dilaksanakan.

Pasal 5Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Pasal 6Cukup jelas.

Pasal 7Cukup jelas.

Pasal 8Ayat (1)

Dinas/Badan/Kantor Pelayanan Terpadu merupakan peralihanbentuk dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dengan tetapmenempatkan pejabat/staf yang telah ada dengan menyesuaikanpada struktur dan tata kerja organisasi.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 9Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 10Cukup jelas.

Pasal 11Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Pasal 12Huruf a

Cukup jelas.

- 4 -

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Pasal 13Cukup jelas.

Pasal 14Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 15Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf aprosedur tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudahdilaksanakan.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cpelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurunwaktu yang telah ditentukan.

Huruf d

produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dansah.

Huruf etidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender danstatus ekonomi.

Huruf fpimpinan penyelenggara atau pejabat yang ditunjukbertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan danpenyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayananpublik.

Huruf gCukup jelas.

- 5 -

Huruf hhati-hati, teliti dan telaten.

Huruf iAparat penyelenggara pelayanan harus disiplin, sopan, ramah,dan memberikan pelayanan dengan ikhlas, sehingga penerimapelayanan merasa dihargai hak-haknya.

Huruf jproses dan produk dapat memberikan rasa aman, nyaman dankepastian hukum.

Pasal 16Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 17Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf gCukup jelas.

Huruf hCukup jelas.

Huruf iCukup jelas.

Huruf jCukup jelas.

Huruf kCukup jelas.

Huruf lCukup jelas.

Huruf mCukup jelas.

Huruf nCukup jelas.

- 6 -

Pasal 18Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “secara jelas” adalah mudah dilihat, mudahdibaca dan mudah diakses.

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Pasal 19Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf gCukup jelas.

Huruf hCukup jelas.

Pasal 20Cukup jelas.

Pasal 21Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 22Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

- 7 -

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 23Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 24Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 25Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 26Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 27Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 28Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

- 8 -

Pasal 29Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 30Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 31Cukup jelas.

Pasal 32Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Pengawasan oleh perseorangan, masyarakat dan LSM dilakukanmelalui pemberian informasi mengenai pelanggaran peraturanmengenai pelayanan publik kepada pimpinan Penyelenggara, aparatpengawas fungsional, instansi terkait, dan atau Ombudsman.Pengawasan oleh Ombudsman dilakukan dengan melaporkankepada pimpinan Penyelenggara dan/atau institusi penegak hukumuntuk ditindaklanjuti.

Pasal 33Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 34Cukup jelas.

Pasal 35Cukup jelas.

Pasal 36Cukup jelas.

Pasal 37Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARUNOMOR 03