buletin ppi dunia no 3/2015

49
Buletin PPIDunia Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015 Website: http://ppidunia.org | Facebook & Fanpage: OISAA PPI Dunia | Twitter: @oisaa Simposium Internasional PPI Dunia 2015 di Singapura Opini: Masyarakat Ekonomi ASEAN Audiensi PPI Dunia ke RRI, LPDP dan Kemristek DIKTI Sains: Sel Surya Organik Serba-serbi: Nadi Guna Khairi

Upload: ppi-dunia

Post on 23-Jul-2016

227 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Biro Pers PPI Dunia

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Buletin

PPI Dunia

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Website: http://ppidunia.org | Facebook & Fanpage: OISAA PPI Dunia | Twitter: @oisaa

Simposium Internasional PPI Dunia 2015 di Singapura

Opini: Masyarakat Ekonomi ASEAN

Audiensi PPI Dunia ke RRI, LPDP dan Kemristek DIKTI

Sains: Sel Surya Organik

Serba-serbi: Nadi Guna Khairi

Page 2: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Daftar Isi

Daftar Isi

Salam Redaksi

Lintas Peristiwa:

Aksi Damai Mahasiswa Mesir: Tuntutan Pelengseran

Atdikbud

Liputan Khusus:

Simposium Internasional PPI Dunia 2015 di

Singapura

Indahnya Hari Raya Pelajar Indonesia di

Perantauan

Seputar PPI:

Audiensi PPI dan RRI

Audiensi PPI Dunia dengan DIKTI

PPI Dunia Tegaskan Siap Kerjasama dengan LPDP

Opini:

ASEAN Economic Community: Bagaimana Langkah

ke Depannya

Sains:

Sel Surya Organik: Mewujudkan Energi Bersih dan

Murah untuk Dunia

Serba-serbi:

Nadi Guna Khairi, Belajar Disiplin dengan Kuliah

sambil Bekerja

Pojok Sastra

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Hal | 2

TIM REDAKSI:

Pemimpin Redaksi:

Ahmad Almaududy Amri

(PPI Autralia)

Editor:

Dewi Anggrayni (PPI

Malaysia)

Sekretaris Redaksi:

Mohammad Agus

Aufiya (PPI India)

Redaktur Pelaksana:

Puteri Komarudin (PPI

Australia)

Layouter:

Retno Widyastuti (PPI

Taiwan)

Kontributor Liputan:

Fitrah Alfaizi (PPI

Mesir), Vincent Maudy

(PPI Singapura), M.

Nafid (HPMI Yordania),

Kadafi (Tunisia), Anggi

(Filipina) Jessica &

Dhini (Permias), Desi

Utami (PPI Jepang),

Agus (Thailand)

Page 3: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Salam Redaksi Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur senantiasa kita haturkan kepada Allah SWT karena atas izinnya PPI Dunia Periode 2014-2015 dapat menerbitkan buletin edisi III.

Sejalan dengan dua edisi sebelumnya, buletin PPI Dunia kali ini diharapkan dapat menjadi sarana informasi bagi pelajar Indonesia untuk mengetahui perkembangan kegiatan PPI Negara di berbagai kawasan di Dunia.

Buletin ini memuat berbagai informasi terkait audiensi PPI Dunia ke beberapa instansi pemerintah di Indonesia, antara lain: Kementerian Ristek dan Dikti, Radio Republik Indonesia dan LPDP.

Selain itu, buletin ketiga ini juga memuat informasi terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN. Hal ini juga sejalan dengan Simposium PPI Dunia di Singapura yang akan mengangkat tema yang sama.

Audiensi PPI Dunia dengan berbagai instansi telah menghasilkan beberapa kesepakatan yang positif.

Kesepakatan-kesepakatan tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi pelajar Indonesia yang memiliki concern terhadap beberapa isu antara lain mengenai konversi nilai, beasiswa DIKTI dan beasiswa LPDP. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Biro Pers yang telah berjuang untuk menginisiasi penerbitan buletin PPI Dunia. Buletin ini merupakan karya baru yang belum pernah ada di kepengurusan PPI Dunia sebelumnya. Tak lupa pula kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Dewan Presidium yang telah bekerja secara solid dalam satu tahun terakhir. Terima kasih atas pertemanan yang tulus dan kerja sama yang dinamis. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada seluruh PPI Negara yang secara konsisten telah mendukung merealisasikan agenda-agenda PPI Dunia periode 2014-2015. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan memudahkan segala aktivitas kita semua.

Salam Perhimpunan!

Ahmad Almaududy Amri Koordinator Dewan Presidium

PPI Dunia 2014-2015

Pimpinan Redaksi

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Hal | 3

Page 4: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Aksi Damai Mahasiswa Mesir: Tuntutan

Pelengseran Atdikbud

Liputan Kairo, Aksi damai Ratusan

Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di

Mesir menuntut KBRI Kairo

melengserkan Atase Pendidikan. Aksi

damai ini didasari atas penilaian

Pelajar dan Mahasiswa terhadap

kinerja KBRI Kairo dalam beberapa

kebijakannya yang dirasa kurang pas

cenderung memberatkan Pelajar dan

Mahasiswa dalam pelaksanaanya.

Aksi ini dilakukan mahasiswa Indonesia

di mesir selama dua hari, 26 dan 28

Juli 2015. Mahasiswa merasa dalam

hal pemberdayaan dan pendidikan

mahasiswa di Mesir secara keseluruhan

KBRI dalam hal ini atase pendidikan

dirasa kurang mendukung mahasiswa

Indonesia di Mesir. hal ini dibenarkan

Agususanto Chairul Anwar selaku

presiden Persatuan Pelajar Mahasiswa

Indonesia (PPMI) Mesir.

“Gerakan pelajar Indonesia ini lebih

menyorot sikap dan kebijakan Atase

Pendidikan KBRI Kairo Dr. Fahmi

Lukman, M.Hum, kami merasa atase

jauh dari kesan seorang pengayom

yang solusional. pun, mediasi yang

digagas PPMI dalam empat kali

Kenduri (Mahasiswa Indonesia di Mesir)

Masisir selalu dimentahkan sepihak

dengan alasan-alasan yang terlalu

normatif dan kaku,” Ujar Agus dalam

aksi damainya.

Menurutnya landasan pelajar

melayangkan surat petisi bersama

pemakzulan Atase Pendidikan KBRI

adalah dalam beberapa tahun

menjabat sebagai Atase Pendidikan

KBRI Kairo, belum ada sebuah

rancangan kongkrit dalam upaya

pemberdayaan Pelajar dan

Mahasiswa Indonesia yang ada di

Mesir.

“Ini terlihat jelas ketika kami

membandingkan dengan Atase

pendidikan sebelumnya yang

mempunyai rancangan kongkrit terkait

laju pemberdayaan Mahasiswa

Indonesia di Mesir, pemberdayaan

peran Senat Mahasiswa sebagai poros

keilmuan dan akademik Mahasiswa,

termasuk memperjuangkan hak-hak

beasiswa kepada pemerintah

pusat,”tandasnya.

Saat ini jumlah pelajar Indonesia di

Mesir berjumlah sekitar 3980 orang

pelajar yang tersebar di sejumlah

Universitas. Aksi yang berlangsung

selama dua hari tersebut pada

awalnya diterima oleh KBRI diruang

Bhineka Tunggal Ika sebanyak 52

orang pelajar yang menyampaikan

audiensinya.

Hal | 4

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 5: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Dalam audiensi tersebut pelajar

menyampaikan sejumlah keluhan

kepada pihak KBRI atas sikap Atase

pendidikan yang tidak mendukung

gagasan mahasiswa yang akan

mengadakan riset lapangan, malah

mematahkan semangat pelajar

“Riset itu belum terlalu penting dan sulit

untuk dilakukan” ujar Atase saat

pelajar menyampaikan aspirasinya.

Banyaknya organisasi di wilayah PPMI

Mesir yang sudah tidak mau

berhubungan dengan Atdik Kairo lagi,

karena merasa bahwa usulan atau

program yang akan disampaikan pasti

akan dimentahkan. Hal ini

menyebabkan beberapa organisasi

mahasiswa sudah enggan mengajukan

proposal apapun kepada Atase

Pendidikan.

Seterusnya mahasiswa Mesir juga

menilai Atdik minim solusi dan cendrung

apriori, lambat serta skeptis dalam

menyelesaikan masalah-masalah yang

dihadapai oleh Pelajar dan Mahasiswa

Indonesia di Mesir.

“Hal ini semisal terbengkalainya para

calon pelajar dan mahasiswa yang

terlanjur sudah berada di Mesir tanpa

mengikuti prosedural ujian masuk al-

Azhar di Indonesia, serta salah satu

kasus yang dialami Saudara Haromain

yang berasal dari lombok (KMNTB) dan

beberapa orang lainnya, yang sejak

tahun 2011 sampai saat ini belum

terdaftar di al-Azhar, padahal mereka

adalah peraih beasiswa al-Azhar

melalui Kementrian Agama Indonesia,”

ujar Agus.

Secara langsung ratusan mahasiswa

yang ikut melakukan aksi damai di

halaman KBRI Kairo mengeluhkan sikap

Atdik yang enggan untuk turun langsung

ke lapangan dalam menghadapi

permasalahan Pelajar dan Mahasisa

Indonesia di Mesir.

Dalam aksi yang sempat dihadiri

sejumlah media dari tanah air tersebut

mahasiswa menyebutkan sejumlah

kasus yang terbengkalai terpaksa

diselesaikan oleh PPI Mesir yang tidak

memiliki otoritas ataupun kewenangan

dalam mengambil kebijakan.

Aksi selanjutnya dilakukan mahasiswa

pada 28 Juli setelah sebelumnya

dijanjikan akan mendapat jawaban

dari tuntutan mahasiswa kepada KBRI

Kairo, hanya saja aksi tersebut

diamankan oleh pihak berwajib

pemerintah Mesir.

Ratusan mahasiswa Indonesia dihadang

masuk pulang kerumahnya untuk

mendapatkan hak jawab dari sejumlah

tuntutannya atas sikap tidak adil Atdik

selama menjabat sebagai wakil

mahasiswa Indonesia di Mesir.

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Hal | 5

Page 6: Buletin PPI Dunia no 3/2015

“Kami akui, bahwa landasan

kami melayangkan surat

pemberhentian Atdik terkait

dengan sikap dan kebijakannya

yang tidak tepat, dan bukan

soal yang berkenaan dengan

pelanggaran-pelanggaran

hukum yang beliau lakukan.

Kami merasa jenuh dan tidak

percaya lagi karena sulitnya

membangun komunikasi,

harapan pergantian pergantian

Atdik merupakan harga yang

tidak bisa kami tawar,” sorak

mahasiswa Indonesia yang

kecewa harus mengakhiri aksi

mereka tanpa mendapatkan

hak jawabnya.

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Hal | 6

Page 7: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Audiensi PPI Dunia ke Radio

Republik Indonesia Jakarta, Jumat, 24 Juli 2015 lalu PPI

Dunia melakukan audiensi dengan RRI

Pusat di Jakarta guna menindaklanjuti

kerja-sama yang telah terjalin selama

beberapa tahun terakhir dalam program

siaran interaktif yang melibatkan PPI

Negara sebagai narasumbernya.

***

Audiensi tersebut diterima langsung

oleh Rosarita Niken Widiastuti sebagai

Direktur Utama LPP RRI di Jakarta.

Dalam kesempatan tersebut RRI

menerima PPI dunia dengan

memperkenalkan secara langsung direksi

beserta staf yang selama ini mengelola

program acara yang melibatkan pelajar

Indonesia di luar Negara, salah satunya

melalui siaran pulang kampung.

Niken menjelaskan, sebelumnya RRI

sudah pernah bekerjasama dengan

Radio PPI Dunia namun berhenti saat

ada pergantian pengurus di Radio PPI

Dunia.

Menurutnya RRI juga pernah

bekerjasama dengan berbagai PPI

negara dalam berbagai program siaran

seperti,“Kiprah Anak Bangsa”, serta

acara-acara incidental dan hari-hari

besar.

“Kerjasama terkait siaran RRI pernah

mengundang pelajar di luar Indonesia

negara untuk mempresentasikan hasil

penelitian, saat ini acara pulang

kampunglah yang didominasi oleh pelajar-

pelajar kita yang sekolah di luar negeri,

dan juga para buruh migran (BMI),” ujar

Niken.

Selain itu RRI juga memiliki program

Voice of Indonesia (VOI), yang merupakan

sebuah program siaran yang menyajikan

suara WNI di luar negara. Dengan 82

stasiun RRI yang ada di wilayah Indonesia,

RRI menyapa para pendengar di setiap

sudut nusantara.

Dalam kesempatan tatap muka ini,

sejumlah delegasi PPI Negara ikut serta

dalam audiensi tersebut, di antaranya

Malaysia, Australia, Arab Saudi, Taiwan

dan sejumlah wakil PPI Negara lainnya.

Audiensi PPI Dunia bersama RRI tersebut

dipimpin langsung oleh Ahmad Almaududy

Amri selaku koordinator PPI Dunia 2014-

2015.

Dalam kesempatan tersebut, Dudy

memaparkan sejumlah program kerja PPI

Dunia kepada RRI. Termasuk kerjasama RRI

dan PPI Dunia dalam program siaran

pulang kampung yang selama ini dikelola

dengan baik di bawah Biro Pers PPI Dunia.

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 8: Buletin PPI Dunia no 3/2015

“Sejauh ini program siaran pulang

kampung bersama RRI telah berjalan

dengan baik, daftar serta jadwal PPI

negara yang menjadi tamu dalam

talkshow telah disusun secara merata

berdasarkan kawasan PPI negara yang

ada, hal ini bertujuan agar masing-

masing PPI Negara dapat ambil bagian

untuk memperkenalkan aktifitas pelajar

di negara tersebut,” jelas Dudy.

Dudy menjelaskan, Perhimpunan

Pelajar Indonesia se-Dunia (PPI Dunia)

merupakan wadah untuk meng-

akomodasi dan mengoordinasikan

seluruh potensi organisasi perhimpunan

pelajar Indonesia di berbagai negara,

serta bersama-sama berusaha

meningkatkan kualitas sumber daya

manusia untuk kemajuan dan mendukung

pembangunan Indonesia yang

berkelanjutan.

Saat ini terdapat 46 PPI negara

yang tersebar di tiga kawasan: Asia

dan Oseania, Timur Tengah dan Afrika,

serta Amerika dan Eropa. PPI Dunia

juga akan berencana menyelengga-

rakan Simposium Internasional PPI Dunia

2015 di Singapura pada 8 – 10

Agustus 2015.

Seterusnya menyambut kesempatan

kerjasama insidentil untuk diseminasi

informasi dan juga publikasi, seperti

event/ kegiatan PPI di berbagai

Negara, isu-isu Indonesia di luar negeri.

RRI sangat menyambut baik rencana

tersebut, dan berharap segera dapat

dibuat MOU tertulis antara PPI Dunia

bersama RRI selepas symposium

mendatang.

“Banyak persoalan yang dialami

pelajar kita di luar Negara yang perlu

diketahui masyarakat di tanah air

khususnya pemerintah, dengan harapan

persoalan pelajar kita di luar Negara

akan mendapatkan solusi yang jelas,

sebut saja yang baru-baru ini terjadi

krisis di Yaman yang berpengaruh pada

nasib palajar Indonesia, ataupun kasus

terpidana mati Bali 9 di Australia baru-

baru ini, “ ujar Dudy.

Perlu dilakukan koordinasi yang

lebih baik agar kerjasama liputan untuk

kegiatan regular PPI Negara dapat

terselenggara dengan baik, dan

tentunya jika diagendakan dengan baik

akan memudahkan PPI Negara untuk

mempersiapkan materi siaran.

Menindaklanjuti sejumlah peluang

kerjasama tersebut pihak RRI berencana

akan melakukan perintisan perwakilan

kontributor RRI di luar negeri yang

berasal dari PPI Dunia, pada tahun

2016 mendatang.

“RRI dapat memberikan training

liputan berita dan news value dengan

standar khusus, kemudian akan

dilakukan seleksi dan bagi yang terpilih

bertugas seperti kontributor tetap.

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Hal | 8

Page 9: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Untuk kontributor tetap, baru bisa

dilaksanakan tahun depan karena terkait

rencana anggaran, setidaknya kami bisa

memberikan fee dengan standar rupiah

kepada kontributor,” jelas Niken.

Dalam waktu dekat di musim haji

mendatang RRI berencana akan

memberikan kesempatan kepada para

Mahasiswa Indonesia di Arab Saudi

melalui PPMI Arab Saudi sebagai

kontributor untuk berita nasional dengan

melakukan training para mahasiswa yang

berada di Madinah, Mekkah, dan Jeddah.

Terkait kerjasama dengan PPI Dunia,

banyak yang bisa dilaksanakan ke

depannya misalnya saja terkait program

Ramadhan di Negeri orang atau event-

event tertentu. Diharapkan PPI Dunia bisa

memberikan nomor kontak yang dibutuhkan

RRI sehingga nantinya berita dapat

ditampilkan di website RRI.

“Berita yang dikirimkan dan sesuai

dengan standar RRI akan ditampilkan dan

dibalas, dan untuk berita online bisa lebih

mudah ditampilkan, berupa suara, teks

dan gambar,” jelas Niken lebih lanjut.

Khusus untuk publikasi kegiatan

mahasiswa di luar negeri (PPI Dunia) dapat

berkerjasama dengan RRI Pro 2 yang

memiliki target audience remaja dan

mahasiswa di tanah air.

PPI negara/ PPI Dunia juga dapat

mengirimkan tulisan untuk feature dan

konten (siaran pers) ke website RRI dengan

mengirimkannya melalui email.

Di akhir audiensi kedua pihak berencana

akan membuat draft MoU formal antara

RRI dan PPI Dunia yang mencakup

penunjukan kontributor, Kanal aktifitas di

Pro 2 (event-event seperti 17 Agustus),

Kerjasama dengan Pro 2, pro 3 dan VOI,

Pengaturan tentang SOP dan manajemen

waktu (komunikasi), penyebarluasan

informasi tentang aplikasi “RRI Play” dan

Be Young.

MoU formal akan ditandatangani oleh

pengurus dewan presidium PPI Dunia yang

baru periode 2015 – 2016 setelah

terbentuk pada Simposium PPI Dunia

2015 tanggal 10 Agustus 2015.

Penandatanganan dapat dilakukan pada

akhir Agustus mendatang oleh kedua

belah pihak. [DA]

Hal | 9

Page 10: Buletin PPI Dunia no 3/2015

PPI DUNIA PERJUANGKAN KONVERSI

NILAI LUAR NEGERI KE KEMENTERIAN

RISTEK DAN DIKTI

[Jakarta, 28 Juli 2015] Berkuliah di luar

negeri kerap menjadi impian dan

kejaran para pelajar untuk menuntut

ilmu. Namun terkadang, nilai ijazah

yang didapatkan dari luar negeri

disalahartikan oleh instansi-instansi

pemerintah atau rekruter dalam

melamar kerja.

Sebagai contoh di Indonesia memakai

sistem 0-4.0, sedangkan di Belanda

sistem 1-10, di Malaysia dan Taiwan 0-

100 dengan standar universitas yang

berbeda-beda. Bahkan di Turki ada 2

model penilaian 0-4 dan 0-

100 Standar nilai tidak dapat

dikonversi secara linear matematis

karena standar nilai di masing-masing

negara unik dan mempunyai formula

serta kriteria masing-masing.

Di beberapa negara, apabila nilai di

konversi secara linear matematis, maka

mahasiswa dapat dinilai kurang

kompeten di dalam negeri sendiri

padahal sudah sangat kompeten di luar

negeri tersebut.

28 Juli 2015 lalu, 9 perwakilan PPI

Negara yang tergabung dalam PPI

Dunia dari PPI Australia, PPI Taiwan,

PPI Belanda, PPI Malaysia, PPMI Arab

Saudi, PPI Turki, PPI Filipina, PERMIRA

Rusia, dan PPI Italia telah melakukan

audiensi dengan agenda utama yaitu

membahas perihal penyetaraan nilai

ijazah luar negeri ke dalam negeri

yang kerap disebut "konversi nilai".

Menurut Ahmad Almaududy Amri

sebagai koordinator Persatuan Pelajar

Indonesia Dunia (PPI Dunia) periode

2014-2015 menjelaskan, audiensi ini

dilakukan kepada pihak Direktorat

Jenderal Pembelajaran dan

Kemahasiswaan Kementerian Ristek dan

DIKTI (Belmawa DIKTI) sebagai

kelanjutan dari audiensi yang telah

dilakukan pada januari lalu.

“Ini merupakan tatap muka selanjutnya

setelah sebelumnya dilakukan

pertemuan dengan pihak dikti pada

januari lalu dengan materi yang serupa,

dan hari ini pihak PPI ingin

menindaklanjuti hal-hal yang terkait

dengan konversi nilai pelajar Indonesia

yang ada belajar di luar negeri,” jelas

Dudy.

Bertempat di ruang sidang Direktorat

Belmawa DIKTI, Direktur Jenderal

Belmawa DIKTI, Intan Ahmad, menerima

audiensi PPI Dunia didampingi oleh

Direktur Pembelajaran Ibu Paristiyanti

Nurwardani dengan Ibu

Dharnita, penerimaan audiensi juga

didampingi oleh Ibu Illah Sailah selaku

Direktur Belmawa DIKTI yang baru saja

mengakhiri masa jabatannya.

Hal | 10

Page 11: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Agenda dibuka oleh Ibu Illah Sailah yang

memaparkan latar belakang mengenai

perlunya Belmawa DIKTI menanggapi

permasalahan konversi nilai. Agenda

dilanjutkan oleh presentasi mengenai

sejarah singkat upaya advokasi konversi

nilai PPI Dunia kepada Belmawa DIKTI oleh

Hariadi Aji dari tim adhoc konversi Nilai

PPI Dunia.

Dari paparan yang disampaikan pihak PPI

Dunia seperti yang dijelaskan Hariadi Aji

selaku tim adhoc konversi nilai PPI Dunia

dijelaskan bahwa pelajar Indonesia

berharap pemerintah melalui Kementerian

Ristek dan DIKTI sebaiknya mengeluarkan

Surat Keputusan (SK) Menteri yang dapat

memuat pedoman penyetaraan nilai ijazah

luar negeri.

“Mengingat pentingnya persoalan konversi

nilai ini bagi seluruh pelajar Indonesia

setelah menyelesaikan masa studinya dan

kembali ke tanah air, pihak PPI Dunia

mendesak agar pemerintah melalui

Belmawa Dikti segera membuat SK

pedoman untuk penyetaraan ijazah,” jelas

Hariadi.

Menjawab hal tersebut, Dirjen Belmawa

DIKTI, Intan Ahmad menjelaskan bahwa

Pihak Belmawa DIKTI mengapresiasi PPI

Dunia dalam upayanya mengadvokasi

perihal konversi nilai ini. Pihak Belmawa

DIKTI pun menyambut baik rencana untuk

mendukung upaya konversi nilai. Namun

dalam mengonversi nilai, pemerintah harus

berhati-hati akan masalah kewenangan

dalam mengonversi nilai.

“Jangan sampai kewenangan

mengonversi tersebut dilakukan secara

tidak semestinya. sebaiknya dibuatkan

saja pedoman mengonversi nilai untuk

umum maupun untuk instansi-instansi

rekruter,” tegas Intan saat melakukan

tatap muka dengan perwakilan PPI

Dunia.

Menjawab hal tersebut pihak PPI Dunia

menyampaikan bahwa SK Menteri Ristek

dan DIKTI sangat diperlukan guna

memberikan landasan hukum dalam

mengeluarkan pedoman konversi nilai.

“Agar pedoman yang dikeluarkan oleh

Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan

efektif dan dapat dijadikan acuan oleh

instansi lainnya, maka dibutuhkan sebuah

endorsement dari pemerintah dalam hal

ini melalui SK Menteri,” demikian

ditegaskan Koordinator PPI dunia Ahmad

Almaududy Amri.

Selanjutnya ia menekankan bahwa PPI

Dunia berkeinginan secara serius untuk

menuntaskan isu ini pada tahun 2015,

salah satu langkahnya adalah dengan

membahas isu ini pada Simposium PPI

Dunia dimana pertemuan tersebut akan

dihadiri oleh bebrapa perwakilan

pemerintah antara lain Mendikbud dan

para atase pendidikan dan budaya dari

berbagai negara.

Hal | 11

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 12: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Bagian akhir dari pertemuan tersebut masih saja belum mendapatkan

penyelesaian yang pasti dari pihak Belmawa DIKTI. Hanya saja pihak Belmawa

DIKTI berjanji akan membahas permasalahan ini sehingga menemukan

penyelesaian yang terbaik bagi pelajar Indoensia yang belajar di luar Negara.

Apakah itu seharusnya berbentuk produk hukum dalam hal ini SK Menteri ataukah

cukup hanya merupakan pedoman untuk umum juga untuk instansi-instansi

pemerintah lainnya? (Red)

Edisi 2 | Buletin PPI Dunia | Mei 2015 Hal | 12

Page 13: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Simposium

Internasional

PPI Dunia

2015 di

Singapura

Ahmad Almaududy Amri Koordinator PPI Dunia 2014 –

2015 menjelaskan, simposium PPI Dunia 2015

berdasarkan hasil simposium di Tokyo Jepang tahun

2014 lalu, diselenggarakan di Singapura.

“Penetapan Singapura sebagai tuan rumah Simposium

2015 merupakan hasil keputusan bersama setelah

sebelumnya Singapura menyatakan kesediaannya, dan

pelaksanaannya telah ditetapkan panitia penyelenggara

pada 7-10 Agustus ini,” jelas Dudy

Terdapat tiga poin utama yang akan dibahas dan

disahkan dalam SI PPI Dunia 2015 di Singapura

nantinya, diantaranya adalah AD/ART PPI Dunia,

Deklarasi Singapura dan peremajaan Logo PPI Dunia.

“Hingga saat ini panitia masih mempersiapkan segala

sesuatu untuk lancarnya pelaksanan acara, sejumlah

mentri nantinya akan ikut mengisi acara SI di Singapura,

salah satunya adalah mentri pendidikan Anis Baswedan,”

jelas Dudy lebih lanjut.

Waktu yang

dinanti-nanti

pelajar Indonesia

di seluruh dunia

akhirnya tiba.

Simposium PPI

Dunia merupakan

ajang bagi pelajar

Indonesia untuk

menyusun langkah

bersama dalam

memajukan

Indonesia di masa

depan dengan

bekal ilmu yang

dimiliki masing-

masing pelajar

selama sekolah di

luar Negara.

Hal | 13

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 14: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Sementara itu ketua panitia acara SI PPI Dunia

2015, Vincentia Maudy, menjelaskan pihak

panitia telah melakukan pengumpulan data

delegasi dari berbagai Negara, Sebanyak lebih

dari 100 orang delegasi PPI Negara hadir

dalam SI PPI Dunia di Singapura.

“Pihak kami telah menyiapkan segala hal yang

diperlukan para delegasi khususnya akomodasi

dan guide book untuk para delegasi dapat

dengan mudah melakukan aktivitas selama

berlangsungnya acara,” jelas Maudy.

Yang menarik dari SI di Singapura adalah

pelaksanaan Mini Olimpiade PPI Dunia. Acara ini

dilaksanakan di East Coast Park 1018 East Coast

Parkway #01-01Singapore 449877. Adapun

perlombaan yang dipertandingkan, meliputi:

Bakiak, Tarik tambang, Balap karung dan Futsal.

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

“Acara pertandingan dilaksanakan 7 Agustus

tepatnya pada pukul 18:00 SGT, pemenang lomba

akan mendapatkan piala kejuaraan SI Singapura,”

jelas Maudy.

Menurut rencana SI Singapura 2015

diselenggarakan PPI Dunia Award, kegiatan ini

merupakan ajang kompetisi antar PPI Negara yang

tergabung dalam PPI Dunia. Dua kategori yang

akan dilombakan yaitu PPI Negara terbaik dan

proker terbaik (sosial, pendidikan dan rekreasi).

Laporan yang diterima oleh dewan presidium PPI

Dunia Hingga tanggal 6 Agustus 2015, terdapat

10 PPI Negara yang mendaftar untuk mengikuti

kompetisi ini. Kesepuluh negara tersebut meliputi,

HPMI Yordania, PPI Australia, PPI Belanda, PPI

Korea Selatan (PERPIKA), PPI Malaysia, PPI Taiwan,

PPI Tiongkok, PPI Tunisia, PPI Turki, PPI Arab Saudi.

Direncanakan PPI Negara terbaik akan

mendapatkan Piala Bergilir.

Page 15: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Jadwal Kegiatan SI PPI Dunia

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Hal | 15

Page 16: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Hal | 16

Page 17: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Mimpi

Sederhana

Kartini

Indonesia di

Filipina

Yekti, begitu wanita ini akrab

disapa. Kegigihannya berhasil

menghantarkan dosen

keperawatan dari institusi

kesehatan swasta di Indonesia ini

untuk menempuh studi di Filipina.

Mewakili Asosiasi Perguruan

Tinggi Kesehatan Indonesia

(APTIKES), Ia membangun relasi

yang baik dengan Atase

Pendidikan dan Kebudayaan

Indonesia serta para petinggi

pendidikan di Filipina untuk terus

membangun kerjasama di bidang

pendidikan antara Indonesia dan

Filipina.

“Saat ini sudah ada 78 institusi

pendidikan di Indonesia yang

menjalin MOU dengan Filipina,.”

ujarnya.

Berkecimpung di beberapa

organisasi seperti APTIKES, Ikatan

Perawat Maternitas Indonesia

(IPEMI) Jawa Tengah, Persatuan

Perawat Nasional Indonesia

(PPNI) Kabupaten Cilacap, DPD

Partai Golkar Kabupaten Cilacap,

Kesatuan Perempuan Partai

Golongan Karya (KPPG)

Kabupaten Cilacap, Komite Ujian

Akhir Program D III Keperawatan

Jawa Tengah, dan Junior

Chamber Indonesia Kabupaten

Cilacap, membuat ibu dari dua

orang anak ini tetap

bersemangat dan berusaha untuk

menyeimbangkan keberadaannya

sebagai seorang wanita yang

berperan sebagai ibu dan istri.

Manila, Wanita

yang terkenal

dengan

kegigihannya ini

adalah Yekti

Ningtyastuti, S.Kp.,

M.Kep., Sp. Mat.,

“Kalau yang lain

bisa kenapa saya

tidak?” Kalimat itu

yang menjadikan

motivasi wanita

yang sedang

menempuh gelar

Doktoral

Keperawatan di

Trinity University

of Asia.

Disela kesibukannya

menyelesaikan studi Doktoralnya,

beliau juga aktif dalam kegiatan

ilmiah dan riset seperti 48th

Association of Nurses

Administrator of the Philippines

(ANSAP) Convention yang baru-

baru ini beliau ikut andil. Suatu

kebanggan bagi pelajar

Indonesia karena ada wanita

Indonesia yang berkesempatan

untuk menyampaikan hasil

penelitiannya dihadapan 1.250

direktur keperawatan dan chief

nurses seluruh perwakilan rumah

sakit dari semua provinsi di

Filipina.

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Hal | 17

Page 18: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Hadirnya beliau diantara wanita

Indonesia yang menempuh pendidikan

di Filipina memberi inspirasi yang

dibungkus dalam kesederhanaan.

Sesederhana mimpinya yang ingin

berbagi ilmu untuk kemaslahatan umat.

“Ketika saya pulang ketanah air

setelah S3 nanti, saya ingin bisa

membagikan ilmu kepada seluruh

masyarakat yang membutuhkan, tidak

hanya untuk pendidikan. Jadi cita-cita

saya hanya sederhana sekali, itu saja,

untuk kemaslahatan umat,” tutup Yekti

“Kesempatan ini menjadi satu diantara

dua pemateri dari acara tersebut yang

mengalahkan beratus jurnal ilmiah

yang telah di-submit menjadi sebuah

kebanggaan bagi saya,” tandasnya.

Ditanya tentang sosok wanita yang

menginspirasinya, wanita ini

menyebutkan Margaret Thatcher. Sosok

Margaret Thatcher inilah yang

membuat beliau semakin taft dalam

menjalankan perannya di organisasi.

“Dia menjadi motivasi saya, saya tidak

merasa puas dengan berkecimpung di

lembaga pendidikan saja. Di tahun

2010 saya ditawarkan sebagai wakil

ketua bidang pemberdayaan

perempuan di salah satu partai politik,

berharap saya bisa memperluas kiprah

saya di bidang pemberdayaan

perempuan dengan latar belakang

pendidikan yang saya miliki,”

tandasnya.

Gambar atas:

Mempresentasikan riset berjudul

“Analyzing Some Factors Related to

Breast Cancer Incident in Prof. Dr.

Margono Soekarjo’s Public Hospital

Purwokerto in 2011” dalam forum

48th Association of Nurses

Administrator of the Philippines

(ANSAP) Convention.

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Hal | 18

Page 19: Buletin PPI Dunia no 3/2015

NADI GUNA KHAIRI, BELAJAR DISIPLIN

DENGAN KULIAH SAMBIL BEKERJA

OLEH: PERMIAS (AMERIKA SERIKAT)

California. Belajar di luar negeri

tentunya tidak menjadi kesempatan

bagi setiap pelajar Indonesia. Jika

kesempatan itu berhasil didapatkan,

tentunya sang pelajar akan suka cita

menyambut kesempatan tersebut.

Namun bagaimanakah menjalani

kehidupan saat menjalankan tugas

sebagai pelajar selama belajar di

luar Negari?

Nadi Guna Khairi adalah salah

seorang pelajar Indonesia yang

belajar di California, tepatnya di

University of Redlands School of

Business. Selain menuntut ilmu, di luar

jam belajar Nadi mendapat

kesempatan bekerja full time.

Menurutnya, pilihan ini diambil untuk

melatih dirinya bisa disiplin mengatur

waktu.

“Kuliah tentunya menjadi urusan nomor

satu bagi saya, tetapi setelah jam

kuliah selesai saya putuskan untuk

bekerja. Selain mendapatkan uang

saku tambahan, saya juga bisa belajar

manajemen waktu lebih baik,” ujar

Nadi.

Pria kelahiran Jakarta ini memutuskan

untuk bekerja sambil kuliah bukan

semata-mata ingin menambah uang

saku saja, selain belajar disiplin waktu

ia dapat meringankan pengeluaran

orang tua di tanah air.

“Sebenarnya alasan nya simple,

supaya tidak membebani orang tua

lagi. Dan karena tinggal di Amerika

cuma berdua bersama kakak,

setidaknya dapat membantu bayar

uang tagihan, apalagi kuliah biaya

sendiri,” ujar Nadi.

Menurut Nadi, awalnya sangat sulit

mengatur waktu antara bekerja dan

kuliah. Tapi beruntung, supervisor di

perusahaan tempat ia bekerja

mengetahui bahwa ia sedang kuliah

dan akhirnya jadwal kerja disesuaikan

dengan jadwal kuliah.

“Tapi kuliah adalah prioritas utama

saya, meskipun saat ini saya memiliki

banyak kegiatan, tetapi tidak ada

alasan bagi saya untuk monomor-

duakan kuliah,” jelas pria yang juga

aktif dalam organisasi ini.

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 20: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Kunci utama untuk membuat semua

aktifitas menjadi mudah adalah

komunikasi. Sangat penting membangun

komunikasi yang baik dengan semua

orang. Dengan begitu tidak akan terjadi

kesalah pahaman saat kita berusaha

terbuka dan menjelaskan keadaan

sebenarnya.

“Saya terus berusaha membangun

komunikasi dengan pengajar,

pembimbing di kampus dan tentunya

dengan Manajer di tempat kerja, begitu

juga dengan teman-teman ditempat

kerja, dengan begitu mereka mengetahui

seperti apa kedaan saya yang

sebenarnya dan siap membantu,” ujar

Nadi.

Nadi mengaku bahwa tidak ada

sempurna didunia ini, bekerja sambil

kuliah tidak akan mudah, saat baru-baru

bekerja kuliah sering terganggu,

kelelahan bekerja kadang sering lupa

mengerjalan tugas kuliah.

“ Sampai dirumah langsung tidur karena

kelelahan, akhirnya lupa mengerjakan

tugas kuliah. Tapi gara gara takut ga

lulus aku jadi kebiasaan begadang

ngerjain tugas, jadi belajar disiplin.

Pokonya harus semangat,” ujar Nadi.

Selama 4 tahun bekerja ia mengaku

mulai menikmati waktu-waktu kuliah dan

bekerja, padahal awalnya sempat kerja

partime sebagai kasir, tapi sekarang

memilih untuk kerja fulltime sebagai chef.

“Jujur aku hobi masak jadi kerjaan ini

sengaja aku pilih karena hobi, yang pasti

ini bukan cita-citaku kedepannya, setelah

selesai kuliah aku ingin membangun bisnis

yang besar di Indonesia, setidaknya saat

ini aku belajar memahami struktur

organisasi ditempat aku bekerja, mulai

dari CEO hingga supir bus, semuanya

terorganisasi dengan baik disini,”ungkap

Nadi.

Nadi menambahkan, di Amerika banyak

pelajar Indonesia yang bekerja sambil

kuliah, biasanya mereka bekerja setelah

menyelesaikan S1, setelah itu ada yang

memutuskan bekerja sambil melanjutkan

study pascasarjana.

Ketika ditanya soal aktifitas organisasi

Nadi menjawabnya dengan penuh

semangat. Ia mengaku bahwa amanah

yang diterima sebagai Sekjen PERMIAS

Nasional U.S.A dan sekaligus sebagai

presiden PERMIAS Los Angeles ini

merupakan sebuah kesematan untuk

belajar disiplin.

Nadi memang berhasil menjalankan

tugasnya dengan baik, bahkan teman

dan keluarga simpatik dengan

kemampuan pria ini dalam membagi

waktu kuliah, bekerja dan berorganisasi.

“Menurut aku sibuk itu adalah sebuah

ilusi, if you don’t have the time, you make

the time, itu prinsip aku,” jelasnya.

Hal | 20

Page 21: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Masyarakat Indonesia Gelar

“Indonesia Day 2015” di San Fransisco

San Fransisco. Pada 29 Agustus 2015

mendatang Pelajar Indonesia yang

tergabung dalam Persatuan

Mahasiswa Indonesia Amerika Serikat

(PERMIAS) bersama masyarakat

Indonesia setempat akan

menyelenggarakan pertun-jukan seni

budaya kepada masyarakat di U.SA.

Acara ini akan berlangsung di Union

Square, 333 Post Street, San Francisco,

CA 94108.

Menurut Jessica Victoria Wijaya sebagai

Chief Operasional Officers PERMIAS

San Fransisco menjelaskan, Indonesia

Day diselenggarakan untuk

memperkenalkan kebudaya Indonesia di

Amerika.

“ Dengan terselenggaranya Indonesia

Day Festival, kami tidak hanya

memperkuat relasi antara budaya

Indonesia dan Amerika, tetapi juga

relasi antar seluruh masyarakat

Indonesia di San Francisco, melingkupi

mahasiswa, organisasi seni dan budaya,

dan WNI lainnya.

Menurut Jessica kegiatan Indonesia Day

juga sebagai refreshement dan tonjakan

bagi semua warga Indonesia di San

Francisco Bay Area akan nilai-nilai

Nasionalisme sebagai warga Indonesia

yang hidup di luar negeri.

Ardi Hermawan, selaku Konsul Jendral

Republik Indonesia di San Francisco

sangat menyambut baik terlaksananya

Indonesia day 2015 mendatang,

menurutnya kegiatan ini merupakan

upaya untuk menunjukan kepada

masyarakat luas di Amerika khususnya di

wilayah San Francisco bahwa Indonesia

adalah Negara yang sangat kaya

dengan keragaman budaya, bahasa dan

juga kuliner.

“Saya meminta bantuan dukungan dan

support dari masyarakat Indonesia di

San Francisco khususnya dan di Bay Area

umumnya untuk mendukung

terlaksananya kegiatan Indonesia Day

2015, “ ujar Ardi Hermawan.

Tema utama dalam Indonesia Day 2015

mendatang Harmony in Diversity. Artinya

walaupun beragam kebudayaan yang

ada di Indonesia masyarakat Indonesia

tetap hidup dengan harmonis.

Arie Quick salah seorang WNI yang

berdomisili di San Francisco terlihat tidak

sabar menunggu berlangsungnya acara

Indonesia Day. Menurutnya ini

merupakan salah satu acara yg

ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia

di Bay Area.

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Hal | 21

Page 22: Buletin PPI Dunia no 3/2015

“Indonesian Day tidak saja menampilkan

berbagai pertunjukan seni budaya saja

tetapi juga menampilkan peragaan

busana, tarian daerah, musik dan bazar

makanan,” jelasnya.

Arie Quick adalah salah seorang WNI

yang sejak lama menetap di San

Francisco, menurutnya Indonesian Day

sempat terhenti dua tahun terakhir,

terlaksananya kembali Indonesian Day

sangat disambut antusias oleh

masyarakat Indonesia yang ada di san

Francisco.

“Kami sangat antusias dan ingin

berpartisipasi dalam acara ini,

walaupun hanya Sekedar kumpul-kumpul

bertemu teman, berfoto dan menikmati

makanan khas Indonesia. Mudah-

mudahan event ini dapat terus

dipertahankan tiap tahunnya,

setidaknya mempromosikan budaya

Indonesia,” Jelasnya.

Indonesia Day adalah event tahunan

yang sudah ada sejak 1994 lalu,

Indonesia Day 2015 adalah event ke

17, setelah sempat vakum sejak 2012.

Seperti tahun-tahun sebelumnya,

Indonesia Day selalu di adakan di Union

Square San Francisco yang merupakan

pusat turis dan perbelanjaan di San

Francisco.

Indonesia Day adalah festival yang

terjadi atas upaya dan kerjasama

semua warga Indonesia, meliputi

Konsulat Jendral Republik Indonesia di

San Francisco, Persatuan Mahasiswa

Indonesia di Amerika Serikat (PERMIAS)

di San Francisco dan juga Organisasi

Masyarakat Indonesia di Northen

California.

Festival Indonesia Day selalu di

ramaikan dengan pertunjukan yang

menampilakan grup seni budaya

Indonesia berbasis di San Francisco Bay

Area meliputi tarian, alunan lagu,

gamelan dan angklung, parade baju

daerah.

Setiap tahunnya juga festival Indonesia

Day menghadirkan artis dari Indonesia.

Tahun ini, Indonesia Day menghadirkan

Vidi Aldiano dan Angel Pieters sebagai

pengisi acara. Sedangkan yang

memandu acara adalah Ira Maya

Sopha dan Paul Amron.

Untuk pertunjukan Grup Seni Budaya

yang akan berpartisipasi dalam

Indonesia Day 2015 adalah, Gamelan

Sekar Jaya (Bali), Gadung Kasturi (Bali)

Gamelan Oka Artha Negara (Bali),

Gamelan Sari Raras (Jawa), Pusaka

Sunda (Jawa Barat), Undang Sumarna

(Jawa Barat), Harsanari Group (Jawa

Barat).

Sejumlah tokoh-tokoh besar di San

Francisco seperti Walikota, perwakilan

Gubernur Negara Bagian California

serta sejumlah kominitas masyarakat

Indonesia yang ada di U.S.A akan hadir

dalam Indonesia Day tersebut.

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Hal | 22

Page 23: Buletin PPI Dunia no 3/2015

2012 lalu sebanyak 10.000 peserta

hadir memeriahkan Indonesia Day.

Acara ini dihadiri oleh berbagai

usia. Mulai dari pelajar, ibu rumah

tagga, dan para pemimpin bisnis di

California Utarapun ikut serta

menyaksikan Indonesia Day. (Jessica)

Info lebih lanjut:

www.indonesiadaysfba.org

Facebook: Indonesia Day SF

Twitter @indonesiadaysf

Instagram @indonesiadaysf

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Hal | 23

Page 24: Buletin PPI Dunia no 3/2015

AKAR, Menaja Nilai Budaya Bangsa

dengan Mengajar Bahasa Indonesia di

U.S.A

New York City – Sejak bulan November

tahun 2014, Persatuan Mahasiswa

Indonesia di Amerika Serikat tepatnya

di Kota New York (PERMIAS NYC)

secara sukarela telah berhasil membuka

kelas Bahasa Indonesia untuk anak-

anak Indonesia yang lahir dan besar di

Amerika Serikat.

Bhima Aryateja salah seorang pengajar

menjelaskan kelas Bahasa ini diberi nama

AKAR. Merupakan sebuah kebanggaan

dapat mengajar Bahasa sendiri di luar

Negara. Ia mengaku bahwa selama

belajar di U.S.A kecintaan terhadap

tanah air semakin besar, inilah yang

menjadi alasan Bhima terlibat sebagai

pengajar Bahasa Indonesia di sela waktu

kuliahnya.

“AKAR adalah tempat bagi saya untuk

belajar secara langsung, sangat

pentingnya mengenal budaya sendiri,

mempraktekannya, dan menanamkan-nya

kepada adik adik yang berada di

NYC. Kata AKAR terinspirasi dari satu

quote Sacred Bridge Foundation yang

berbunyi, 'If you have no roots, how would

you stand up and grow?” Ujar pelajar

Documentary Filmmaking, di New York

Film Academy.

Kelas diadakan selama sekitar satu jam

setiap hari Sabtu di Masjid Al-Hikmah,

Queens, Kota New York. Ide mengadakan

kelas Bahasa Indonesia terlahir pada

perayaan 17 Agustusan di New York tahun

2014. Beberapa anggota PERMIAS NYC

menyadari bahwa anak-anak Indonesia

yang lahir dan besar di New York banyak

yang sudah merasa asing dengan bahasa

dan budaya leluhurnya.

“Sebagian dari mereka ada mengira hari

kemerdekaan Indonesia adalah 4 Juli,

yang sebetulnya itu adalah hari

kemerdekaan Amerika Serikat. Ditambah

lagi, hampir semua dari mereka berbicara

dalam bahasa Inggris sehari-harinya, baik

dengan teman maupun orang tua mereka,”

jelasnya lebih lanjut.

PERMIAS NYC melihat bahwa pada

dasarnya belajar bahasa tidak bisa luput

dari pembelajaran budaya bahasa

tersebut. Keinginan AKAR adalah untuk

generasi muda Indonesia yang lahir

dan/atau besar di luar agar tidak

melupakan jiwa ke-Indonesia-an mereka.

Awalnya sangat sulit untuk tim PERMIAS

NYC menemukan program seperti AKAR.

Bisa dibilang program ini cukup

unprecedented atau belum pernah ada

pendahulunya.

Hal | 24

Page 25: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Akar….

Biasanya, program belajar Bahasa

Indonesia ditujukan antara kepada

anak-anak Indonesia yang berbahasa

Indonesia di rumah atau orang asing

yang tidak berbahasa Indonesia.

Hampir tidak ada program yang

ditujukan khusus untuk anak-anak

Indonesia yang tidak berbahasa

Indonesia. Kalaupun ada program yang

serupa, dokumentasinya tidak dapat

ditemukan.

Fase pertama AKAR yang berjalan

sekitar tiga bulan dari bulan November

2014 sampai Januari 2015 mengikuti

kurikulum yang sepenuhnya didesain

oleh tim PERMIAS NYC. Pada fase

kedua, yang dimulai sekitar bulan

Maret tahun ini, tim PERMIAS NYC

berhasil mendapatkan buku belajar

Bahasa Indonesia untuk orang asing

yang cukup banyak membantu dalam

menyusun materi kelas. Meskipun

begitu, kurikulum yang ada tetap

ditentukan oleh tim PERMIAS NYC.

Arya Handoko salah seorang tenaga

pengajar Bahasa Indonesia AKAR

mengaku bahwa mengajar kelas

Bahasa Indonesia di negara orang itu

Arya Handoko salah seorang tenaga

pengajar Bahasa Indonesia AKAR

mengaku bahwa mengajar kelas

Bahasa Indonesia di negara orang itu

adalah sebuah kehormatan, bagi

mereka yang telah besar diluar

Negara tentunya memiliki rasa ingin

tahu yang lebih besar akan Indonesia,

sehingga nasionalisme mereka dapat

tumbuh kembali akan tanah air.

“Kesempatan untuk memperkenalkan

kebudayaan kita yang sangat kaya

dapat disalurkan dengan mengajar,

khususnya untuk generasi setelah saya

yang notabene lahir dan besar di

negara orang yang cukup jauh dari

tanah air. Selain itu, saya juga bisa

menanamkan norma-norma dan nilai

budaya Indonesia lebih mendalam di

kelas AKAR ini." Jelas Arya.

Fase pertama AKAR diakhiri dengan

perayaan berjudul Malam AKAR,

dalam fase ini murid-murid yang

sebelumnya hampir tidak bisa

berbahasa Indonesia berhasil

mementaskan drama dan lagu-lagu

sepenuhnya dalam Bahasa Indonesia.

Respon yang didapatkan pun sangat

positif, baik dari para murid maupun

orang tua mereka. Murid-murid secara

aktif mengikuti kelas setiap Minggunya

dan banyak orang tua murid yang

meminta AKAR dilanjutkan ke fase

berikutnya. Kesuksesan ini juga terbukti

dari jumlah peminat mengikuti AKAR. Hal | 25

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 26: Buletin PPI Dunia no 3/2015

AKAR fase pertama memiliki target

jumlah murid sebanyak 20 orang,

namun tim PERMIAS NYC akhirnya

menerima 25 orang karena banyaknya

peminat. Pada fase kedua, jumlah

pendaftar mencapai lebih dari 40

orang, jumlah yang bahkan berada di

luar kapasitas mengajar tim PERMIAS

NYC.

Banyaknya peminat mengharuskan tim

PERMIAS NYC untuk mengakomodasi

semaksimal mungkin dengan kapasitas

tim yang sangat terbatas. Alhasil,

jumlah murid yang diterima hanya 36

orang. Semua aktivitas AKAR

dijalankan secara sukarela. Pendanaan

kelas terbagi antara kas PERMIAS NYC

dan uang saku anggota PERMIAS NYC

yang aktif dalam AKAR.

Partisipasi murid-murid pun sepenuhnya

sukarela. Kelas tidak dikenai biaya apa

pun. Syukurnya, tim PERMIAS NYC

banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak pada fase kedua

AKAR, seperti kiriman buku-buku dan

alat-alat belajar dari Atase Pendidikan

Republik Indonesia di Washington DC.

Menurut Andhini Febrina yang juga

aktif sebagai tenaga sukarela kelas

Bahasa Indonesia menjelaskan, setiap

bulannya saat ini AKAR mendapat

sumbangan dana bulanan tetap dari

berbagai pihak yang mendukung

kegiatan ini, begitu juga dengan

sumbangan buku-buku.

“Buku-buku kami dapatkan dari

masyarakat Indonesia di Kota New York.

Suport dari masyarakat Indonesia yang

ada di NYS sangat besar demi untuk

memperkenalkan keragaman budaya

Indonesia dan sekaligus melestarikan

Bahasa Indonesia kepada generasi muda

yang ada di NYC,” jelasnya.

Langkah selanjutnya yang akan PERMIAS

NYC lakukan adalah mengajak teman-

teman PERMIAS dan PPI untuk mengadopsi

program AKAR secara cuma-cuma sebagai

bentuk kontribusi untuk bangsa.

PERMIAS NYC akan menditribusikan

kurikulum serta materi pelajaran melalui

email dan juga bersedia untuk memberikan

arahan seperti apa saja yang di perlukan

saat mengajar, berapa jumlah pembimbing

yang dibutuhkan dan lain-lain dan

bagaimana cara tepat untuk dapat

menarik minat pelajar untuk cepat

memahami dan menggunakan Bahasa

Indonesia yang baik dan benar.

"AKAR merupakan salah satu wadah di

mana saya bisa berbagi pengetahuan

tentang budaya Indonesia melalui medium

bahasa kepada adik-adik di kelas.

Menjadi salah satu pengajar di kelas ini

merupakan sesuatu yang menyenangkan

untuk saya karena format kelas tidak

dibuat formal dan respon adik-adik juga

sangat baik. Saya berharap kelas ini akan

terus berlanjut dan akan terus menjadi

pegangan untuk adik-adik agar tidak lupa

akan akarnya." Jelas Dhini. (Dhini)

Hal | 26

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 27: Buletin PPI Dunia no 3/2015

PPI Australia, PPI Belanda dan Perpika

Menangkan PPI Dunia Awards 2015

Singapura. Sabtu, 8 Agustus 2015 lalu

Dewan Presidium PPI Dunia

mengumumkan hasil PPI Dunia

Awards 2015 dalam Simposium

Internasional PPI Dunia di Singapura.

Kegiatan ini bertujuan untuk

mengapresiasi PPI Negara yang telah

berupaya dalam melaksanakan

program kerja dalam mendukung

visi-misi PPI yang Negara yang

bersangkutan.

Selain itu, PPI Dunia Awards bertujuan

untuk menginspirasi pengurus PPI dari

negara lain untuk meningkatkan kualitas

dan kuantitas program kerja di masing-

masing negara.

Terdapat dua kategori PPI Dunia

Awards yaitu, PPI Negara terbaik dan

kategori program kerja PPI negara

terbaik.

Untuk program kerja terbaik akan

dibagi dalam beberapa bidang,

seperti:

1. Bidang Pendidikan/ Edukasi,

program kerja yang mendorong,

mendidik dan meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dari

anggota PPI dan masyarakat di

wilayah tersebut..

2. Bidang sosial penilaian terhadap

program kerja dimana PPI dan

anggotanya terlibat aktif dalam

membantu masyarakat.

3. Bidang rekreasional, merupakan

program kerja yang bersifat

menghibur bagi anggota PPI

maupun masyarakat sekitar.

“Delapan negara ikut serta dalam

kategori PPI Negara terbaik di

antaranya: PPI Tunisia, PPMI Arab

Saudi, PPI Australia, PERPIKA, PPI

Malaysia, PPI Taiwan, PPI Belanda, dan

PPI Turki,” jelas Retno selaku

Penanggung Jawab PPI Dunia Awards

2015.

Hal | 27

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 28: Buletin PPI Dunia no 3/2015

PPI Negara yang mendaftar sebagai

peserta bidang pendidikan terdapat 8

negara di antaranya, HPMI Yordania,

PPI Tunisia, PPMI Arab Saudi, PERPIKA,

PPI Malaysia, PPI Taiwan, PPI Belanda,

PPI Turki.

Untuk bidang sosial, dua Negara yang

mendaftar yaitu Korea (PERPIKA), dan

PPI Tiongkok. Sedangkan bidang

rekreasional terdapat 3 negara yang

mendaftar yaitu HPMI Yordania, PPI

Australia dan PERPIKA.

Setelah proses penilaian yang

dilakukan oleh 7 orang dewan juri

(terdiri dari Dewan Presidium PPI Dunia

Aktif dan alumni Dewan Presidium),

ditetapkan bahwa pemenang kategori

proker terbaik bidang rekreasional

adalah PERPIKA (Korea Selatan)

melalui prokernya “Kamsahamnida

Korea 2015: Introducing Indonesia”.

PERPIKA juga sekaligus memenangkan

kategori proker terbaik bidang sosial

melalui program Beasiswa Perpika

untuk Indonesia (BPI) dan Sepatu untuk

Indonesia.

Gregorius Rionugroho Harvianto, Ketua

PPI PERPIKA menjelaskan, program

kerja ini di dihadiri lebih dari 4.000

orang masyarakat Korea. Dalam

proker ini PERPIKA ingin

memperkenalkan kebudayaan

Indonesia kepada masyarakat Korea

dengan menampilkan sejumlah tarian

daerah dari berbagai wilayah di

Indonesia.

“Kami sangat berterimakasih kepada

Dewan Juri dan PPI Dunia yang telah

memilih kami sebagai pemenang,

berhrap kami dapat lebih semangat

menjadi agen kebudayaan Indonesia di

Korea,” ujar Rio saat mendapatkan

award dari PPI Dunia.

Sementara itu untuk kategori proker

terbaik bidang pendidikan

dimenangkan oleh PPI Belanda dengan

program “Cerita van Holland” dan

Lingkar Inspirasi. Adapun pemenang

untuk kategori PPI Negara Terbaik PPI

Dunia Awards 2015 adalah PPI

Australia. [DA, RW]

Hal | 28

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 29: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Subkhan Ngalimun Elwandi sebagai

salah seorang anggota Islamic Economic

Forum for Indonesian Development

(ISEFID) menjelaskan bahwa

pertumbuhan ekonomi dan perbaikan

tingkat kesejahteraan tidak pernah

lepas dari pembahasan semua pihak di

tanah air. Bahkan setiap tahun melalui

rencana kerja pemerintah (RKP),

Pemerintah selalu memasang proyeksi

pertumbuhan ekonomi dan target

tingkat pengangguran serta kemiskinan

yang akan dicapai.

Menurut Subkhan, pertumbuhan ekonomi

yang tinggi dan berkesinambungan

adalah necessary condition (yang mesti

harus dipenuhi) dalam meningkatkan

kesejahteraan.

“Pertumbuhan ekonomi ini ibarat kue

yang siap untuk dibagikan kepada

masyarakat. Namun, apakah kue ini

benar-benar dapat memperbaiki

kualitas hidup masayarakat, sangat

tergantung dari seberapa besar kue

yang dibagi, bagaimana kandungan

gizinya, serta bagaimana kue tersebut

didistribusikan,” ungkap Subkhan

Setiap tahun Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selalu mengadakan rapat kerja membahas Undang-undang Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (UU-APBN). UU-APBN ini nantinya akan menjadi panduan bagi pemerintah dalam menyelenggarakan roda pemerintahan pada tahun

berikutnya.

SIAPKAH INDONESIA MENYONGSONG

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN?

yang pernah menjabat sebagai kepala

bidang Anlisis Sektor Riil, Badan Kebijkan

Fiskal Departemen Keuangan RI.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi sangat

diperlukan, tapi kualitas dari

pertumbuhan dan distribusi hasil

pertumbuhan itu sendiri justru lebih

penting. Rizwanul Islam dengan vitous

circle-nya mengatakan bahwa kunci

utama agar pertumbuhan ekonomi dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

adalah apabila pertumbuhan ekonomi

tersebut diikuti dengan pertumbuhan

lapangan kerja dan pingkatan

produktivitas.

Setelah Asian financial crises, ekonomi

Indonesia mencapai puncaknya pada

tahun 2011 dengan tingkat pertumbuhan

sebesar 6,49 persen. Akan tetapi,

lambat-laun pertumbuhan ekonomi

tersebut terus mengalami pelemahan

hingga mencapai 5,01 persen pada

2014. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi

yang selama ini relatif tinggi ternyata

tidak dengan serta merta dapat

mengurangi tingkat pengangguran

secara signifikan.

Hal | 29

Page 30: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Setiap tahun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),

jumlah pengangguran terbuka memang mengalami penurunan,

namun pengurangan ini tidak begitu signifikan sehingga tingkat

pengangguran masih relatif tinggi.

“Bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan

ASEAN, tingkat pengangguran Indonesia (5,94%) menduduki

peringkat kedua tertinggi, hanya sedikit di bawah Filipina

(6,6%),” Jelas Subkhan lebih lanjut.

Kondisi ini memang cukup ironis di mana dalam kurun waktu

2011-2014 ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 5,87

persen, sementara itu tingkat pengangguran hanya bisa turun

sebesar 0,62 persentage point (dari 6,56 persen menjadi 5,94

persen).

Dengan fakta yang ada saat ini, kondisi perekonomian Indonesia

masih dalam situasi yang memerlukan pembenahan dari segala

sektor, lalu siapkah Indonesia menyongsong datangnya MEA yang

sudah di depan mata?

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015 Hal | 30

Page 31: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Di Timur Tengah Nur Arifin, sebagai salah seorang

pelajar Master dari King Fahd University of

Petroleum and Mineral (KFUPM) menjelaskan

pengetahuannya mengenai MEA.

Menurutnya MEA, merupakan gabungan antar

negara-negara ASEAN untuk membentuk pasar

yang bebas dan kompetitif antar negara ASEAN

melalui bentuk kesetaraan hak-hak antar negara

ASEAN.

Dampak dari upaya penggabungan ini untuk

Indonesia tentunya tidak sepenuhnya positif, ia

menambahkan terdapat keuntungan dan

kerugiannya, adapun keuntugannya kita bisa

mendapat hak yang sama di ASEAN.

“ Misalnya saat kita ingin bekerja dinegara

manapun bisa mendapatkan hak-hak yang sama,

baik dari segi gaji, tunjangan, namun tentunya

akan ada kerugian juga yang akan diterima ketika

Indonesia belum siap menghadapi MEA, pekerja-

pekerja asing menyerbu Indonesia dan produk-

produk kita belum tentu bisa bersaing, akhirnya

Indonesia akan terjajah di negeri sendiri,” tuturnya.

Sebagai pelajar untuk menghadapi tantangan

MEA ini, hal yang harus dilakukan ialah dengan

menggunakanlah ilmu yang kita dapat untuk

membangun Indonesia, bisa dengan membuka

lapangan pekerjaan dalam industri kreatif, serta

bekerja sebaik mungkin dalam bidang yang sesuai

dengan passion serta keahlian yang dimiliki.

Jadilah orang besar.

Bicara tentang Masyarakat

Ekonomi Asean (MEA) tentunya

masih banyak yang harus

dipersiapkan bangsa

Indonesia menghadapi

tantangan ini. Untuk

menghadapi tantangan ini

diperlukan wawasan yang

luas mengenai sejauh mana

masyarakat memahami MEA

yang sudah berada di depan

mata.

Mahasiswa merupakan salah

satu asset bangsa yang akan

menjadi generasi penerus

bangsa Indonesia

kedepannya. Keterlibatan

mahasiswa melalui pemikiran

juga keilmuannya akan sangat

memberikan kontribusi

kepada pembangunan

bangsa Indonesia

kedepannya.

Bagaimanakah sejumlah

pelajar Indonesia memahami

MEA secara keseluruhan?

Berikut akan dilaporkan

sejumlah wawancara bersama

pelajar Indonesia yang

tergabung dalam organisasi

Persatuan Pelajar Indonesia

Dunia.

PPI BERBICARA MASALAH MEA

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 32: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Kegiatan yang berlangsung dari 21

Maret s.d 20 juni 2015 lalu ini

bertempat di ruangan kelas Sekolah

Indonesia Bangkok (SIB) KBRI dan diikuti

18 peserta yang berasal dari kalangan

mahasiswa maupun staf KBRI.

Saat itu yang bertindak sebagai

instruktur adalah Ms. Zuraidah Nasution

yang merupakan PhD student dari

Kasetsart university. Kesediaan Zuraidah

untuk menjadi instruktur tentunya

didorong oleh rasa kepedulian sekaligus

untuk membangkitkan semangat

masyarakat Indonesia yang ada di

Thailand khsususnya para pelajar dalam

meningkatkan kemampuan

berbahasanya lebih baik lagi.

“ Bahasa Inggris merupakan Bahasa

komunikasi internasional, jika kita ingin

maju dan mampu bersaing tentunya

harus memiliki kemampuan berbahasa

inggris yang lebih baik, dengan begitu

masyarakat Indonesia dapat bersaing

lebih luas lagi secara global,” tegas

Zuraidah.

Hadirnya program ini juga diharapkan

dapat membantu kebutuhan mahasiswa

Indonesia yang berada di Thailand

terhadap penguasaan bahasa Inggris

dalam kegiatan pendidikan, penelitian,

dan publikasi ilmiah.

Berbeda dengan pandangan pelajar

Indonesia di Thailand, menurutnya hal

yang harus dipersiapkan dalam

menghadapi MEA adalah kemampuan

berbahasa Inggris. Bahasa Inggris

merupakan bahasa internasional utama

masyarakat dunia dalam berkomunikasi,

termasuk untuk urusan diplomasi,

pendidikan, bisnis, dagang, ekonomi,

politik dan sosial budaya..

Dalam cetak biru ASEAN Economy

Community (AEC), disepakati bahasa

bisnis antar sesama negara ASEAN

adalah bahasa Inggris. Melihat

kerasnya persaingan di pasar bebas

ASEAN nanti, maka penguasaan bahasa

Inggris merupakan hal yang mutlak.

Persatuan Pelajar Indonesia di Thailand

(Permitha) telah menangkap persoalan

ini sebagai permasalahan mendasar

yang harus disikapi. Melalui

Departemen SDM-nya, Permitha telah

meluncurkan program English for

academic writing untuk mencoba

memahami situasi ini dan berusaha untuk

meningkatkan kemampuan pelajar yang

berada di Thailand pada khususnya dan

masyarakat Indonesia yang ada di

Thailand pada umumnya dalam

penguasaan bahasa Inggris.

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015 Hal | 32

Page 33: Buletin PPI Dunia no 3/2015

ASEAN ECONOMIC

COMMUNITY:

BAGAIMANA LANGKAH

KE DEPANNYA?

Oleh: Subkhan Ngalimun Elwardi

(Ketua Umum PPI Malaysia)

Edisi 3| Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 34: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Sejak ASEAN berdiri negara-negara

anggota ASEAN telah berhasil

mentransformasikan ekonomi mereka

menuju pertumbuhan ekonomi yang

tinggi. Menurut World Eonmic Outlook

(IMF, 2014) pada tahun 2013 produk

domestik bruto (PDB) ASEAN mencapai

USD 2,4 trilion dan memberikan

kontribusi sebesar 3,3 persen kepada

ekonomi dunia. Bahkan dalam periode

2007-2013 pertumbuhan ekonomi

ASEAN (keculai Brunei Darussalam)

secara rata-rata lebih tinggi dibanding

pertumbuhan ekonomi dunia.

Kondisi ini membuat ekonomi ASEAN

mampu bertahan ketika ekonomi dunia

mengalami gejolak pada akhir tahun

2000-an. Kinerja ekonomi yang kuat

menjadikan seluruh negara anggota

ASEAN mampu meningkatkan standar

hidup masyarakatnya secara signifikan.

Namun demikian, tingkat kesenjangan

sosial dan tingkat pengangguran di

pasar tenaga kerja masih relatif tinggi.

Pada akhir tahun 2015 ini, ASEAN akan

memasuki milestone baru dalam kancah

perdagangan dunia yaitu Masyarakat

Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic

Community) yang merupakan salah sau

dari tiga pilar ASEAN Community

(ASEAN Economic Community, ASEAN

Political-Security Community, dan ASEAN

Socio-Cultural Community). Tujuan utama

dari AEC adalah terbentuknya pasar

global yang terintegrasi dan kompetitif

yang dibangun atas dasar prinsip

pembangunan ekonomi dan

kesejahteraan sosial yang merata.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

ini merefleksikan tantangan ekonomi

yang dihadapi oleh negara-negara

anggota ASEAN termasuk di dalam

membangun ketahanan terhadap

ancaman volatilitas ekonomi global,

mempertahankan pasar yang

kompetitif sejalan dengan makin

besarnya pengaruh Cina dan India,

mendorong penciptaan tenaga kerja

yang produktif, dan memitigasi

tingginya tingkat kesenjangan sosial

(inequality).

Apakah MEA ini dapat memberikan

dampak sosial yang positif di

wilayah ASEAN atau tidak, sangat

tergantung pada bagaimana

pengaruhnya terhadap pasar

tenaga kerja (labor market) baik

secara langsung maupun tidak

langsung serta bagaimana setiap

negara menyikapi dampak tersebut.

Secara langsung MEA akan

mempengaruhi pasar tenaga kerja

di kawasan ASEAN melalui makin

bebasnya aliran tenaga kerja

terlatih antarnegara, dan secara

tidak langsung melalui liberalisasi

perdagangan dan investasi.

Bagi Indonesia, MEA ini merupakan

peluang yang sangat besar apabila

dapat dimanfaatkan dengan sebaik-

baiknya. Pertumbuhan ekonomi yang

positif dan berada pada kisaran 5-

6 per tahun dapat menjadi modal

dasar bagi pemerintah Indonesia

dalam menghadapi pasar bebas

ASEAN ini.

Edis

i 3 |

Bu

leti

n P

PI D

un

ia |

Agu

stu

s 2

01

5

Page 35: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Demographic dividend yang berupa

makin besarnya jumlah penduduk

kelas menengah ke atas, serta makin

bertambahnya jumlah tenaga kerja

terlatih dan terdidik juga menjadi

nilai lebih bagi Indonesia untuk ikut

berkompetisi dalam globally

integrated market. Negara Indonesia

juga memiliki natural endowment

yang dapat dimanfaatkan secara

optimal yang meliputi: posisi

geografis yang strategis, sumber

daya alam yang melipah serta

tradisi, budaya dan masyarakat

yang beraneka ragam.

Menurut McKinsey Report, lima belas

tahun ke depan ekonomi Indonesia

diperkirakan menduduki peringkat

ketujuh dunia, tenaga kerja terlatih

dan terdidik mencapai 113 juta

orang, jumlah penduduk kelas

menengah ke atas diperkirakan

sebesar 135 juta orang, dan market

opportunity untuk jasa, produk

pertanian serta pendidikan

mencapai 1,8 triliun dolar. Hal ini

menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki potensi (sebagai negara

terbesar di wilayah ASEAN) untuk

menguasi pasar ASEAN. Namun

sebaliknya, apabila demographic

dividend ini tidak dapat

dimanfaatkan dengan sebaik-bainya

maka Indonesia hanya akan menjadi

pasar tujuan bagi produk-produk

dari negara lainnya.

Karena pelaksanaan MEA sudah di

ambang mata dan tidak dapat

ditunda lagi, maka menjadi tugas

kita bersama untuk mempersiapkan

langkah-langkah ke depan. Minimal

ada tiga langkah yang perlu

dipersiapkan dalam menghadapi

MEA sehingga kita dapat bersaing

dengan negara-negara lain yaitu: (1)

menjaga dan meningkatkan kualitas

pertumbuhan ekonomi, (2)

meningkatkan produktivitas tenaga

kerja (labor productivity), dan (3)

koordinasi kebijakan fiskal dan

moneter yang lebih pro-poor dan pro

job.

Untuk menjaga dan meningkatkan

kualitas pertumbuhan ekonomi,

beberapa langkah yang dapat

dilakukan meliputi:

• Pembangunan infrasruktur

terutama untuk meningkatkan

kelancaran arus barang dan jasa

(Jalan, Pelabuhan,Transportasi

dll),

• Peningkatan iklim investasi dan

iklim usaha, terutama terkait

dengan peningkatan kemudahan

berusaha,

• Peningkatan konektvitas antar

wilayah dan antar daerah,

terutama untuk menghubungkan

sentra produksi dengan sentra

pemasaran,

• Meningkatkan investasi di sektor-

sektor dan industri yang padat

pekerja,

Edis

i 2 |

Bu

leti

n P

PI D

un

ia |

Mei

20

15

Page 36: Buletin PPI Dunia no 3/2015

• Mendorong usaha kecil dan

menengah, terutama yang

berpotensi menyerap tenaga

kerja dengan ketrampilan

rendah,

• Memberikan insentif bagi

perusahaan yang

mempekerjakan tenaga kerja

dalam jumlah besar (tergolong

industri padat pekerja), dan

• Mensinergikan program-

program pusat dengan daerah

Sementara itu, peningkatan

produktivitas tenaga kerja dapat

ditempuh antara lain melelui:

• Menyelaraskan keterampilan

pekerja dengan kebutuhan

dunia usaha,

• Memperkuat relevansi sistem

pendidikan untuk meningkatkan

kesiapan pasar tenaga kerja,

• Memberikan pelatihan kejuruan

berbasis permintaan (demand-

based vocational training),

program akreditasi dan kerja

sama dengan sektor swasta,

• (Ekstra kurikuler pre-vocational)

program keterampilan untuk

memastikan kesiapan kerja bagi

para sarjana/lulusan,

• Perlu praktek-praktek kerja

yang bertanggung jawab,

seperti inovasi dalam organisasi

kerja

pembelajaran terus-menerus di tempat

kerja, hubungan yang baik antara

pekerja dan manajemen,

• Melibatkan karyawan dalam

pengambilan keputusan terkait

dengan pergantian karyawan,

peningkatan produktivitas dan hasil

yang lebih baik, dan

• Kepatuhan terhadap standar

perburuhan

Terkait dengan koordinasi kebijakan,

otoritas fiskal dan otoritas moneter dapat

mengambil langkah-langkah antara lain:

• Ekspansi ekonomi yang dapat

mendorong penciptaan lapangan

kerja

• Perlu adanya ekspansi untuk

pendidikan dasar dan pendidikan

menengah bagi rumah tangga miskin

• Belanja dan bantuan sosial yang

berpihak pada masyarakat miskin

• Memperbaiki mekanisme redistribusi

pendapatan misanya dengan

menerapkan pajak progressif (bagi

orang kaya), dan lump-sum (subsidi)

untuk masyarakat miskin

• Meningkatkan produktivitas

masyarakat miskin dengan

mempermudah akses ke pendidikan,

fasilitas kesehatan & gizi yang lebih

baik

• Meningkatkan kemudahan akses

masyarakat miskin terhadap ekonomi

Edis

i 3 |

Bu

leti

n P

PI D

un

ia |

Agu

stu

s 2

01

5

Hal | 36

Page 37: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Indahnya Hari Raya Pelajar Indonesia di Perantauan

Lebaran kali ini mungkin terasa berbeda

dari lebaran biasanya. Tahun ini lebaran

sejumlah pelajar Indonesia yag belajar

di luar negara terpaksa merayakan

idulfitri dengan berjauhan dari sanak

saudara, bahkan mungkin sangat jauh

dari jamuan khas hari raya khas tanah

air yang menggoda selera.

Di Tunisia tradisi hari raya tidak semarak

sperti disejumlah negara-negara yang

memiliki penduduk dominan beragama

Islam, ramadhan di Tunisia terkesan penuh

kesunyian. Seperti yang di tuturkan Nafidh

salah seorang pelajar Indonesia yang

belajar di Tunisia.

“Sungguh sangat terasa jargon lebaran

sederhana tanpa pesta yang meriah,

Tunisia sebuah Negara wilayah Arab

Barat yang terletak di benua Afrika juga

tak mengenal kemeriahan idul fittri, tidak

ada kemeriahan takbir keliling, kelezatan

opor ayam atau pun halal bi halal

berkeliling dari rumah ke rumah,” ujar

Nafidh.

KBRI Tunis selaku “Ayah” bagi mahasiswa

rantau di Tunis memang menyediakan

miniature suasana lebaran berupa

takbiran bersama di malam ied, salat ied

bersama di wisma duta dan juga

kemeriahan hidangan lebaran.

Tetapi ternyata tidak semua mahasiswa

yang memilih kemeriahan tersebut.

Seperti yang dilakukan Nafidh bersama

tiga pelajar lainnya. mereka memilih

backpacker selama Ramadhan ke wilayah

selatan, Kota Kairouan. Kota yang konon

menjadi tonggak penyebaran islam di

wilayah Afrika dan tersambung hingga

wilayah eropa sana. Jarak dari kota Tunis

sekitar 160 KM. Dua jam perjalanan

ditempuh dengan bus dari Terminal Bab

Alioua, Tunis. Kami berangkat hari ketiga

Romadhon, Sabtu (27/106/2015).

“Niat kami ingin menghafal quran sambil

melacak jejak sejarah kota yang didirikan

pada tahun 50 H oleh sahabat Uqbah Ibn

Nafi’. Kabar yang kami terima disana

ada pesantren yang konon tetap eksis

hingga sekarang. Karena tak mudah

mempertahankan lembaga bernuansa

islam seperti pesantren ini,” ujarnya.

Namanya Pesantren Darul Quran,

Kairouan. Didirikan pada tahun 1968,

pra-revolusi Tunisia (Revolusi Negara

Tunisia terjadi pada tahun 2011.

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015 Hal | 37

Page 38: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Sebelum revolusi lembaga berirama

agama akan segera dimarginalkan).

Didirikan oleh seorang ulama Kairouan

ternama Syeh Abdurrahman Khlif.

Disinilah kami habiskan ibadah

ramadhan tahun ini.

Letaknya pun cukup strategis di jantung

kota Kairouan, dekat dengan Medina

Al Atiqoh (kota tua). Cukup dengan

berjalan kaki sekitar lima menit maka

kita akan sampai di ikon kota ini, Jami’

Uqbah. Sungguh kenikmatan mana lagi

yang kau dustakan?!

Ramadhan tahun ini di Tunisia

ditunaikan selama 29 hari dengan

cuaca diatas 40ºC. Menurut keterangan

warga setempat, kota ini lah kota

terpanas di Bumi El Khodro, Tunisia.

Dan akhirnya ramadhanpun usai. Di

malam hari 16 Juli 2015, pada pukul

sembilan kurang seperempat, suara

meriam dari Jami’ Uqbah menggema

di langit kota Kairouan.

“Setelah tiga kali ditembakan, tanda

puasa kami benar-benar berahir. Kami

pun langsung menuju ke Jami’ Uqbah

untuk solat isya bersama.

Pemandangan yang sangat berbeda

dengan tanah air, setelah salam Sang

Imam akan memimpin jamaah untuk

takbiran bersama kemudian

melanjutkannya dengan doa. Di Tunisia,

lagi-lagi kesunyian menyapa kami

mahasiswa rantau. Sang imam hanya

bedoa ala kadarnya tanpa gema

takbir yang membahana. Dan istilah

malam takbiran pun tak dikenal di

Negara ini.

Takbiran hanya digemakan pas

sebelum solat tied dimulai. Itu pun

hanya takbiran datar tanpa nada

seperti di Indonesia,” ungkap

Nahfidh lagi.

Dan akhirnya waktu yang

dinantipun tiba, sholat Ied

dilaksanakan pada hari Jumat

(17/07/2015) Pukul 06.00 CET

(waktu eropa tengah) Solat ied

kami laksanakan dengan hidmat di

halaman Jami’ tertua di kawasan

Arab Barat. Syeh Thoyyib selaku

imam besar Jami’ Uqbah memimpin

jalannya solat sekaligus sebagai

khotib. Setelah solat maka lebaran

benar-benar berahir tak ada acara

makan-makan hidangan lebaran

pun tak ada acara berkeliling ke

rumah tetangga, tak ada salam-

salaman, tak ada ketupat atau

bahkan petasan. Lebaran dalam

kesunyian.

Edis

i 3 |

Bu

leti

n P

PI D

un

ia |

Agu

stu

s 2

01

5

Hal | 38

Page 39: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Indahnya Hari Raya….

Tak jauh berbeda di Jepang, hal

yang wajar jika tinggal di Jepang

harus dihadapkan dengan sedikitnya

komunitas islam. Hal inilah yang

membuat suasana Ramadhan dan Idul

fitri tidak sehangat di tanah air.

“ Di Jepang kami jauh dari hiruk pikuk

dan suasana yang hangat, tidak ada

siaran TV yang berlomba-lomba

menyiarkan siaran yang menjadi

tanda memeriahnya Ramadhan dan

Idul Fitri di Indonesia,” ujar Desi salah

seorang pelajar master dari

Hokkaido University.

Menurut Desi, sebagai kaum minoritas

muslim Indonesia dari 1000 orang

penduduk yang ada di kota Hokkaido

tentunya tidak banyak yang bisa

dilakukan untuk membuat ramadhan

ataupun hari raya menjadi meriah

seperti di tanah air.

“ Ramadhan dan lebaran tahun ini

dating pada saat musim panas. Tidak

ada yang bisa dilakukan selain

mensyukuri apapun yang kami

rasakan saat berjauhan dari keluarga

dan mengulang kata-kata bahwa

kebahagiaan itu letaknya di rasa

syukur, Alhamdulillah masih bertemu

dengan ramadhan,”ujarnya.

Kota Sapporo merupakan jantung Provinsi

Hokkaido. Kampus Hokkaido University

berada dikota ini, semenjak 8 tahun

terakhir di lingkungan kampus ini sudah

berdiri Masjid Sapporo yang dapat

menampung sekitar 200 jamaah.

Selama ramadhan, sholat taraweh di

masjid ini dipimpin imam asal Mesir. Sholat

tarawih tahun ini setidaknya satu Juz

dibaca oleh imam yang terangkum dalam

11 rokaat. Di Jepang saat musim panas

tiba, durasi siang akan terasa lebih

panjang.

“Inilah yang membuat jadwal puasa

banyak berbeda dengan di Indonesia,

waktu imsa’ jatuh pada pukul 1.30 pagi,

sedangkan buka puasa jatuh pada pukul

19.15 petang, jadi sekitar 17,5 jam puasa

di Hokkaido,” ujar Desi.

Tidak terasa 30 hari berlalu dengan cepat,

musim panas tahun ini terasa jauh lebih

sejuk hawanya dibandingkan dengan

musim panas sebelumnya, Alhamdulillah.

Lebaran yang ditunggupun tiba, walau

tidak ada kehebohan berbelanja baju

baru, siap-siap obor untuk takbir keliling,

menata kue kering berbaris rapi di ruang

tamu, tapi khidmad merayakan

kemenangan Ramadhan jelas tak kalah di

negeri Sakura.

Page 40: Buletin PPI Dunia no 3/2015

“Kami melaksanakan sholat idul fitri

1436 H di sebuah taman yang tidak

jauh dari Masjid, lebih dari 300 orang

jama’ah dari berbagai bangsa hari

Jumat 17 Juli 2015 melaksanakan

sholat Ied dengan khidmad, dan setelah

melaksankan sholat jama’ahpun

bersalam-salaman dengan muslim yang

lain,” ungkap Desi.

Terasa suasana haru yang mendalam,

walau jauh dari kampung halaman,

ada banyak hal yang harus disyukuri di

sini, merayakan hari besar tanpa orang

tersayang, bukan berarti harus

bersedih bukan. Keterbatasan-

keterbatasan di negeri orang,

Alhamdulillah, diberi kesempatan

merayakan hari besar bersama

saudara dari enam benua, Asia,

Amerika utara, Amerika selatan, Eropa,

dan Afrika, dan Australia.

Menurut Desi suasana hari raya dan

halal bihalal dengan sesama muslim di

Hokkaido pada tahun 1436 H kali ini

terasa indah dengan jamun dari salah

seorang pasangan muslim warga

Negara Jepang. Dan ternyata dari

1000 penduduk Jepang jumlah muslim

hanya terdapat 20 orang saja.

“ Masya allah, jalan dakwah masih

sangat luas. Lagi lagi, saya menjadi

paham, bahwa kebahagiaan letaknya

ada di rasa syukur, Alhamdulillah saya

masih bisa berhari raya dengan sesame

muslim lainnya meskipun tidak berada

ditengah keluarga tercinta di tanah air,”

ungkapnya. (Ds/Nfd)

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 41: Buletin PPI Dunia no 3/2015

PPI Dunia Tegaskan Siap

Kerja sama dengan LPDP

Pada hari Rabu tanggal 29 Juli 2015

bertempat di Gedung Maramis,

Kementerian Keuangan Republik

Indonesia di Jakarta, Perhimpunan

Pelajar Indonesia se-Dunia (PPI Dunia)

telah melangsungkan audiensi dengan

Direktur Utama, Lembaga Pengelola

Dana Pendidikan (LPDP) Bapak Eko

Prasetyo.

Dalam kesempatan tersebut PPI Dunia

yang diwakili oleh 7 negara yaitu, PPI

Australia, PPI Malaysia, PPI Taiwan,

PPMI Arab Saudi, PPI Filipina, PPI Turki

dan PERMIRA Rusia.

Perwakilan PPI dalam pertemuan

tersebut menyampaikan beberapa

agenda kerja sama sekaligus meminta

klarifikasi terkait pengalihan beasiswa

DIKTI ke LPDP dan daftar Universitas

yang diterima oleh beasiswa LPDP.

Agenda kerja sama yang sempat di

bahas dalam pertemuan tersebut

diantaranya adalah LPDP roadshow

atau world tour, pertimbangan aktivis

Hal | 41

PPI meraih beasiswa LPDP, program TOP

UP, Beasiswa 3T untuk program strata

satu (S1).

Koordinator PPI Dunia periode 2014-

2015, Ahmad Almaududy Amri (Dudy)

menyampaikan pentingnya penghargaan

dari pemerintah kepada para aktivis PPI

yang mendikasikan waktunya untuk

berkarya bagi Indonesia di luar negeri,

salah satu bentuknya adalah dengan

mempertimbangkan para pengurus untuk

mendapatkan beasiswa LPDP.

Dudy juga menjelaskan bahwa PPI Dunia

siap memfasilitasi LPDP untuk untuk

melakukan roadshow atau world tour

untuk mensosialisasikan beasiswa LPDP.

Dudy menegaskan bahwa agenda ini

penting mengingat banyaknya pelajar

S1 dan S2 Indonesia di luar negeri yang

berkeinginan untuk melanjutkan studi ke

jenjang yang lebih tinggi lagi namun

tidak mendapatkan informasi yang

cukup mengenai beasiswa yang

diberikan pemerintah Indonesia termasuk

LPDP.

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 42: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

G D . M A R A M I S , L P D P

FOTO BERSAMA DIREKTUR UTAMA LPDP

Page 43: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Menanggapi concern PPI Dunia

tersebut, Direktur utama LPDP Eko

Prasetyo menyambut baik usulan PPI

Dunia untuk memberikan penghargaan

kepada pengurus PPI dan akan

mendiskusikannya secara internal.

“Komponen keaktifan di organisasi

sebenarnya sudah masuk sebagai salah

satu konsiderasi dalam penerimaan

beasiswa LPDP namun yang mengatur

secara khusus untuk pengurus PPI yang

berkarya di luar negeri sejauh ini

memang belum ada,” ungkapnya.

Terkait dengan agenda roadshow, ia

menyampaikan bahwa ide ini sangatlah

positif, namun mengingat biaya yang

harus dikeluarkan cukup banyak maka

harus dipikirkan dengan matang lagi

usulan tersebut.

Bapak Eko memberikan wacana bahwa

pengurus PPI dan penerima beasiswa

LPDP di Negara terkait dapat

berkolaborasi untuk menyebarluskan

informasi ini di bawah arahan LPDP.

PPI Dunia dalam audiensi tersebut juga

mengklarifikasi beberapa hal antara

lain terkait pengalihan beasiswa DIKTI

ke LPDP dan daftar Universitas yang

diterima oleh beasiswa LPDP.

Menanggapi hal tersebut, LPDP

menyampaikan bahwa diskusi mengenai

pengalihan beasiswa DIKTI ke LPDP

masih dalam pembahsan oleh pihak-

pihak terkait dan ia menuturkan akan

siap mengelola jika pengalihan tersebut

terjadi.

“LPDP perlu diberikan waktu yang

cukup untuk menata sistem serta

anggaran yang memadai untuk

menampung calon penerima beasiswa

yang lebih banyak lagi,” tegasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa dosen

dapat juga mengajukan beasiswa LPDP

mengingat jumlah penerima beasiswa

tersebut cukup sigifikan yaitu mencapai

3000 penerima dalam satu tahun.

Terkait dengan daftar universitas,

ditgaskan bahwa daftar tersebut

merupakan produk murni dari tim

seleksi yang mempertimbangkan

beberapa referensi yang

mengeluarkan daftar ranking

universitas dunia seperti QS World

Universities Ranking dan Times Higher

Education. Daftar tersebut juga selalu

di update setiap tahunnya.

Pada kesempatan audiensi Dudy selaku

coordinator PPI Dunia 2014-2015

menyampaikan undangan resmi

sebagai pembicara pada Simposium

Internasional PPI Dunia kepda Dirut

LPDP. Simposium ini akan diadakan di

Singapura pada 8-9 Agustus 2015.

Menjawab undangan tersebut pihak

LPDP menyatakan bersedia memenuhi

undangan tersebut sebagai bukti

kesiapan LPDP untuk dapat bekerja

sama dengan PPI Dunia.

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Hal | 43

Page 44: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Sel Surya Organik: Mewujudkan Energi Bersih dan

Murah untuk Dunia

Oleh: Muhamad Doris Caniago

Ada dua tantangan besar yang

dihadapi dunia saat ini, yang pertama

adalah semakin berkurangnya sumber

daya energi fosil dan yang kedua,

adalah perubahan iklim. Semenjak

revolusi industri, pemanfaatan energi

fosil, batubara dan minyak bumi, telah

memperburuk siklus iklim di dunia.

Muhamad Doris adalah salah seorang

research assistant di group riset Organic

Electronic, Universiti Malaya, yang

sedang aktif melakukan penelitian

mengenai sel surya organik.

Menurutnya, apabila dibandingkan

2000 tahun sebelum dimulainya revolusi

industri, tercatat bahwa sejak 150 tahun

terakhir, temperatur permukaan bumi

meningkat lebih cepat seiring dengan

bertambahnya kadar karbondioksida di

atmosfir bumi, seperti yang ditunjukkan

pada Gambar-1.

“Hal ini sudah seharusnya menjadi

perhatian penting kita bersama untuk

mencari alternatif pemanfaatan energi

yang tidak mengancam kelangsungan

makhluk hidup dibumi,” tutur Doris.

Dari kajian yang telah ia pelajari

terdapat beberapa energi alternatif

yang masih belum dioptimalkan

pemanfaatannya, salah satunya

adalah energi matahari.

Doris menjelaskan, dalam aplikasinya,

energi matahari yang dapat

dimanfaatkan terbagi dua, yakni

pertama solar thermal, dengan cara

memanfaatkan panas yang

dipancarkan dan solar cell, yang

memanfaatkan radiasi cahaya yang

dipancarkan matahari.

Hal | 44

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 45: Buletin PPI Dunia no 3/2015

meramalkan bahwa sel surya,

suatu hari nanti, akan menjadi

sumber energi yang utama.

Dalam satu jam pancaran

sinar matahari yang diterima

permukaan bumi dapat

menghasilkan energi sebanyak

120.000 terawatt. Energi ini

setara dengan 9000 kali

energi yang diperlukan

diseluruh dunia saat ini, yakni

hanya sebesar 13 tera-watt.

“Bisa kita bayangkan

andaikan saja kita dapat

memanfaatkan 0.05 % energi

yang dipancarkan matahari,

maka semua persoalan energi

diseluruh dunia dapat

terselesaikan,” ungkap pria

berdarah minang ini lebih

lanjut.

Akan tetapi, yang menjadi

tantangan saat ini adalah

menemukan cara yang efektif

untuk mengambil energi dari

cahaya matahari dan

mengkonversinya menjadi

energi listrik dengan harga

yang lebih murah dan

memanfaatkan bahan-bahan

yang mudah didapat di

permukaan bumi.

Hal | 45 Edisi 2 | Buletin PPI Dunia | Mei 2015

Gambar-1. Temperatur bumi dan

peningkatan karbondioksida di atmosfir.

(http://www.ncdc.noaa.gov/indicators/)

Pada mulanya tidak banyak orang

tertarik untuk mengembangkan energi

matahari sampai pada tahun 1954 di

laboratorium Bell Labs, tiga peneliti

yang terdiri dari Gerald Pearson, Daryl

Chapin dan Calvin Fuller menemukan sel

surya berbasis Silikon dengan effisiensi

4 %, yang tak lama kemudian

efisiensinya meningkat menjadi 11 %.

Silikon menjadi material pertama di

dunia yang dapat mengubah cahaya

matahari menjadi listrik.

Namun, harga sel surya berbahan

Silikon ketika itu cukup mahal, $ 1000

per watt. Peningkatan efisiensi sel surya

silikon menjadi perhatian sebuah surat

kabar harian New York Times, yang

Edis

i 3 |

Bu

leti

n P

PI D

un

ia |

Agu

stu

s 2

01

5

Page 46: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Gambar-2. Rekor effisiensi

berbagai jenis sel surya yang

pernah dibukukan.

(National Renewable Energy

Laboratory, 2014)

Sel surya sejak pertama kali

ditemukan telah membukukan

sejumlah rekor nilai efisiensi.

Dimulai dari berbahan dasar

Silikon dalam bentuk monokristal

maupun polikristal, berlapis

tunggal maupun multi lapis

bahkan hingga memanfaatkan

teknologi lapisan tipis.

Menurut Doris, sel surya yang ada

di pasaran saat ini, hingga 98 %,

masih didominasi oleh sel surya

berbahan dasar inorganik dimana

sel surya Silikon mendominasi 90

%.

Bahkan, sebagian sel surya

inorganik dibuat menggunakan

material “tanah jarang” yang

harganya relatif mahal ketimbang

Silikon.

Rekor efisiensi tertinggi yang

pernah dibukukan oleh sel surya

Silikon adalah sebesar 25 %,

Gambar-2. Meskipun sel surya

Silikon memiliki efisiensi yang tinggi,

proses produksi sel surya jenis ini

masih menjadi kendala akibat dari

tahapan proses yang relatif rumit.

Oleh karenanya, diperlukan suatu

material atau proses lain yang

dapat mengatasi dua tantangan

diatas, yakni, penggunaan material

yang mudah didapat dan

berlimpah serta ongkos produksi

yang relatif murah dan proses

fabrikasi yang sederhana.

Edis

i 3 |

Bu

leti

n P

PI D

un

ia |

Agu

stu

s 2

01

5

Page 47: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Gambar-3. Mekanisme transfer muatan

listrik, pasangan electron-hole, didalam sel

surya organic

(http://www.photonics.com/images/Web/Ar

ticles/2012/2/1/Figure2_4.jpg)

Akhir-akhir ini, sel surya jenis lain yang

berbasis bahan organik telah menjadi pusat

perhatian sejumlah penelitian di beberapa

laboratorium di dunia. Sedikit berbeda

dengan sel surya inorganik dimana pada sel

surya berbahan organik, proses transfer

muatan listrik tidak terjadi secara langsung,

akan tetapi melibatkan proses penciptaan

pasangan elektron-hole yang kemudian

elektron dan hole dipisahkan menuju

electroda seperti yang digambarkan oleh

bagan Gambar-3.

Di samping itu, sel surya berbahan organik

relatif mudah didapat, ramah lingkungan,

mudah diproduksi secara massal, dan proses

fabrikasi yang murah. Lebih lanjut Doris

menjelaskan, besaran efisiensi sel surya

organik belum dapat menyamai nilai

efisiensi sel surya inorganik.

Sel surya organik, relatif

mudah di produksi karena

menggunakan larutan cairan

dimana larutan ini dapat kita

gunakan sebagai tinta. Tinta

ini tak ubahnya seperti tinta

yang kita gunakan pada

teknik mencetak dokumen

maupun pada metode “roll to

roll printing” yakni, pada

proses yang dapat kita jumpai

dalam mencetak koran

ataupun majalah sehingga

proses produksi sebuah sel

surya dapat menjadi lebih

cepat dan relatif murah.

Kendati sel surya organik ini

sedang menjadi primadona

sebagai generasi masa depan

sel surya, beberapa kendala

masih perlu diatasi seperti

“life time” yang perlu

diperpanjang, dan nilai

efisiensi yang perlu

ditingkatkan, dimana saat ini

baru membukukan efisiensi

sekitar 10%. Apabila dua

kendala ini dapat

diselesaikan, tidak diragukan

lagi, sel surya organik akan

membanjiri pasar sel surya di

dunia.

Oleh: Muhamad Doris

(Research Assistant at Low

Dimensional Materials Research

Centre, Department of Physics,

University Malaya)

Edis

i 3 |

Bu

leti

n P

PI D

un

ia |

Agu

stu

s 2

01

5

Hal | 47

Page 48: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Pojok Sastra

Takdirku

Ketika aku harus terbaring di sini

Merenungi waktu

Mengantarkanku dalam dalam

ilusi

Sejenak beristirahat dari riuh

kehidupan

Ketika aku harus diam sendiri

Mendengarkan apa yang tak

jelas.

menghibur hati dalam risau

asa rebah tanpa daya

Ketika sadarku merasuki kalbu

Hamba yang tanpa daya

Menerima sejarah tertulis

Memerankan lakon duka

Lara…..dan..sengsara

Amelia, 2015

Aku Ada

Dalam diam, dalam semua perbuatan yang sungguh

tidak perlu digegap gempitakan oleh suara. Dalam

setiap hela napas yang jelas nampak betapa aku

mencintai kamu.

Dalam setiap tatapan mata dan kecupan kecil yang

istimewa bagiku. Dalam setiap kesempatan untukku

menjadi yang satu-satunya bagimu.

Dalam setiap kesempatan melindungimu dari apa-apa

saja, dalam setiap di mana aku jelas bisa menjadi

yang kau andalkan.

Dalam setiap sandaran yang kau cari saat kau

kelelahan, aku selalu ada.

Dalam setiap kalimat sederhana yang tanpa sengaja

aku ucapkan, justru adalah tempat yang paling jelas

menyatakan betapa aku memujamu.

Dalam setiap sikap posesif yang tidak pernah bisa

kamu fahami, aku ada. Melindungimu mati-matian

dengan caraku yang mungkin selalu gagal kamu

mengerti.

Dalam setiap pertengkaran di mana aku gagal

memberitahumu dengan lugas betapa aku cemburu.

Betapa aku tidak ingin kamu dimiliki orang lain. Betapa

aku ingin kamu hanya menjadi milikku.

Dalam setiap hembusan angin, hanya namamu yang

sungguh bergema dalam setiap ruang di pikiranku.

Dalam setiap penolakan dan pembuanganmu atas

diriku, dan setiap kebodohan yang aku lakukan;

terlunta-lunta kembali kepadamu. Seperti seekor anak

kucing yang telah dibuang jauh tapi tetap bisa kembali

menemukan jalan pulang. Menyedihkan

Dalam setiap ketiadaan, aku ada.

Cynthia Darongke, 22 November 2014

Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015

Page 49: Buletin PPI Dunia no 3/2015

Upcoming Events PPI Negara: