buletin ppi dunia no 3/2015
DESCRIPTION
Biro Pers PPI DuniaTRANSCRIPT
Buletin
PPI Dunia
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Website: http://ppidunia.org | Facebook & Fanpage: OISAA PPI Dunia | Twitter: @oisaa
Simposium Internasional PPI Dunia 2015 di Singapura
Opini: Masyarakat Ekonomi ASEAN
Audiensi PPI Dunia ke RRI, LPDP dan Kemristek DIKTI
Sains: Sel Surya Organik
Serba-serbi: Nadi Guna Khairi
Daftar Isi
Daftar Isi
Salam Redaksi
Lintas Peristiwa:
Aksi Damai Mahasiswa Mesir: Tuntutan Pelengseran
Atdikbud
Liputan Khusus:
Simposium Internasional PPI Dunia 2015 di
Singapura
Indahnya Hari Raya Pelajar Indonesia di
Perantauan
Seputar PPI:
Audiensi PPI dan RRI
Audiensi PPI Dunia dengan DIKTI
PPI Dunia Tegaskan Siap Kerjasama dengan LPDP
Opini:
ASEAN Economic Community: Bagaimana Langkah
ke Depannya
Sains:
Sel Surya Organik: Mewujudkan Energi Bersih dan
Murah untuk Dunia
Serba-serbi:
Nadi Guna Khairi, Belajar Disiplin dengan Kuliah
sambil Bekerja
Pojok Sastra
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 2
TIM REDAKSI:
Pemimpin Redaksi:
Ahmad Almaududy Amri
(PPI Autralia)
Editor:
Dewi Anggrayni (PPI
Malaysia)
Sekretaris Redaksi:
Mohammad Agus
Aufiya (PPI India)
Redaktur Pelaksana:
Puteri Komarudin (PPI
Australia)
Layouter:
Retno Widyastuti (PPI
Taiwan)
Kontributor Liputan:
Fitrah Alfaizi (PPI
Mesir), Vincent Maudy
(PPI Singapura), M.
Nafid (HPMI Yordania),
Kadafi (Tunisia), Anggi
(Filipina) Jessica &
Dhini (Permias), Desi
Utami (PPI Jepang),
Agus (Thailand)
Salam Redaksi Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur senantiasa kita haturkan kepada Allah SWT karena atas izinnya PPI Dunia Periode 2014-2015 dapat menerbitkan buletin edisi III.
Sejalan dengan dua edisi sebelumnya, buletin PPI Dunia kali ini diharapkan dapat menjadi sarana informasi bagi pelajar Indonesia untuk mengetahui perkembangan kegiatan PPI Negara di berbagai kawasan di Dunia.
Buletin ini memuat berbagai informasi terkait audiensi PPI Dunia ke beberapa instansi pemerintah di Indonesia, antara lain: Kementerian Ristek dan Dikti, Radio Republik Indonesia dan LPDP.
Selain itu, buletin ketiga ini juga memuat informasi terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN. Hal ini juga sejalan dengan Simposium PPI Dunia di Singapura yang akan mengangkat tema yang sama.
Audiensi PPI Dunia dengan berbagai instansi telah menghasilkan beberapa kesepakatan yang positif.
Kesepakatan-kesepakatan tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi pelajar Indonesia yang memiliki concern terhadap beberapa isu antara lain mengenai konversi nilai, beasiswa DIKTI dan beasiswa LPDP. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Biro Pers yang telah berjuang untuk menginisiasi penerbitan buletin PPI Dunia. Buletin ini merupakan karya baru yang belum pernah ada di kepengurusan PPI Dunia sebelumnya. Tak lupa pula kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Dewan Presidium yang telah bekerja secara solid dalam satu tahun terakhir. Terima kasih atas pertemanan yang tulus dan kerja sama yang dinamis. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada seluruh PPI Negara yang secara konsisten telah mendukung merealisasikan agenda-agenda PPI Dunia periode 2014-2015. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan memudahkan segala aktivitas kita semua.
Salam Perhimpunan!
Ahmad Almaududy Amri Koordinator Dewan Presidium
PPI Dunia 2014-2015
Pimpinan Redaksi
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 3
Aksi Damai Mahasiswa Mesir: Tuntutan
Pelengseran Atdikbud
Liputan Kairo, Aksi damai Ratusan
Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di
Mesir menuntut KBRI Kairo
melengserkan Atase Pendidikan. Aksi
damai ini didasari atas penilaian
Pelajar dan Mahasiswa terhadap
kinerja KBRI Kairo dalam beberapa
kebijakannya yang dirasa kurang pas
cenderung memberatkan Pelajar dan
Mahasiswa dalam pelaksanaanya.
Aksi ini dilakukan mahasiswa Indonesia
di mesir selama dua hari, 26 dan 28
Juli 2015. Mahasiswa merasa dalam
hal pemberdayaan dan pendidikan
mahasiswa di Mesir secara keseluruhan
KBRI dalam hal ini atase pendidikan
dirasa kurang mendukung mahasiswa
Indonesia di Mesir. hal ini dibenarkan
Agususanto Chairul Anwar selaku
presiden Persatuan Pelajar Mahasiswa
Indonesia (PPMI) Mesir.
“Gerakan pelajar Indonesia ini lebih
menyorot sikap dan kebijakan Atase
Pendidikan KBRI Kairo Dr. Fahmi
Lukman, M.Hum, kami merasa atase
jauh dari kesan seorang pengayom
yang solusional. pun, mediasi yang
digagas PPMI dalam empat kali
Kenduri (Mahasiswa Indonesia di Mesir)
Masisir selalu dimentahkan sepihak
dengan alasan-alasan yang terlalu
normatif dan kaku,” Ujar Agus dalam
aksi damainya.
Menurutnya landasan pelajar
melayangkan surat petisi bersama
pemakzulan Atase Pendidikan KBRI
adalah dalam beberapa tahun
menjabat sebagai Atase Pendidikan
KBRI Kairo, belum ada sebuah
rancangan kongkrit dalam upaya
pemberdayaan Pelajar dan
Mahasiswa Indonesia yang ada di
Mesir.
“Ini terlihat jelas ketika kami
membandingkan dengan Atase
pendidikan sebelumnya yang
mempunyai rancangan kongkrit terkait
laju pemberdayaan Mahasiswa
Indonesia di Mesir, pemberdayaan
peran Senat Mahasiswa sebagai poros
keilmuan dan akademik Mahasiswa,
termasuk memperjuangkan hak-hak
beasiswa kepada pemerintah
pusat,”tandasnya.
Saat ini jumlah pelajar Indonesia di
Mesir berjumlah sekitar 3980 orang
pelajar yang tersebar di sejumlah
Universitas. Aksi yang berlangsung
selama dua hari tersebut pada
awalnya diterima oleh KBRI diruang
Bhineka Tunggal Ika sebanyak 52
orang pelajar yang menyampaikan
audiensinya.
Hal | 4
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Dalam audiensi tersebut pelajar
menyampaikan sejumlah keluhan
kepada pihak KBRI atas sikap Atase
pendidikan yang tidak mendukung
gagasan mahasiswa yang akan
mengadakan riset lapangan, malah
mematahkan semangat pelajar
“Riset itu belum terlalu penting dan sulit
untuk dilakukan” ujar Atase saat
pelajar menyampaikan aspirasinya.
Banyaknya organisasi di wilayah PPMI
Mesir yang sudah tidak mau
berhubungan dengan Atdik Kairo lagi,
karena merasa bahwa usulan atau
program yang akan disampaikan pasti
akan dimentahkan. Hal ini
menyebabkan beberapa organisasi
mahasiswa sudah enggan mengajukan
proposal apapun kepada Atase
Pendidikan.
Seterusnya mahasiswa Mesir juga
menilai Atdik minim solusi dan cendrung
apriori, lambat serta skeptis dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapai oleh Pelajar dan Mahasiswa
Indonesia di Mesir.
“Hal ini semisal terbengkalainya para
calon pelajar dan mahasiswa yang
terlanjur sudah berada di Mesir tanpa
mengikuti prosedural ujian masuk al-
Azhar di Indonesia, serta salah satu
kasus yang dialami Saudara Haromain
yang berasal dari lombok (KMNTB) dan
beberapa orang lainnya, yang sejak
tahun 2011 sampai saat ini belum
terdaftar di al-Azhar, padahal mereka
adalah peraih beasiswa al-Azhar
melalui Kementrian Agama Indonesia,”
ujar Agus.
Secara langsung ratusan mahasiswa
yang ikut melakukan aksi damai di
halaman KBRI Kairo mengeluhkan sikap
Atdik yang enggan untuk turun langsung
ke lapangan dalam menghadapi
permasalahan Pelajar dan Mahasisa
Indonesia di Mesir.
Dalam aksi yang sempat dihadiri
sejumlah media dari tanah air tersebut
mahasiswa menyebutkan sejumlah
kasus yang terbengkalai terpaksa
diselesaikan oleh PPI Mesir yang tidak
memiliki otoritas ataupun kewenangan
dalam mengambil kebijakan.
Aksi selanjutnya dilakukan mahasiswa
pada 28 Juli setelah sebelumnya
dijanjikan akan mendapat jawaban
dari tuntutan mahasiswa kepada KBRI
Kairo, hanya saja aksi tersebut
diamankan oleh pihak berwajib
pemerintah Mesir.
Ratusan mahasiswa Indonesia dihadang
masuk pulang kerumahnya untuk
mendapatkan hak jawab dari sejumlah
tuntutannya atas sikap tidak adil Atdik
selama menjabat sebagai wakil
mahasiswa Indonesia di Mesir.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 5
“Kami akui, bahwa landasan
kami melayangkan surat
pemberhentian Atdik terkait
dengan sikap dan kebijakannya
yang tidak tepat, dan bukan
soal yang berkenaan dengan
pelanggaran-pelanggaran
hukum yang beliau lakukan.
Kami merasa jenuh dan tidak
percaya lagi karena sulitnya
membangun komunikasi,
harapan pergantian pergantian
Atdik merupakan harga yang
tidak bisa kami tawar,” sorak
mahasiswa Indonesia yang
kecewa harus mengakhiri aksi
mereka tanpa mendapatkan
hak jawabnya.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 6
Audiensi PPI Dunia ke Radio
Republik Indonesia Jakarta, Jumat, 24 Juli 2015 lalu PPI
Dunia melakukan audiensi dengan RRI
Pusat di Jakarta guna menindaklanjuti
kerja-sama yang telah terjalin selama
beberapa tahun terakhir dalam program
siaran interaktif yang melibatkan PPI
Negara sebagai narasumbernya.
***
Audiensi tersebut diterima langsung
oleh Rosarita Niken Widiastuti sebagai
Direktur Utama LPP RRI di Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut RRI
menerima PPI dunia dengan
memperkenalkan secara langsung direksi
beserta staf yang selama ini mengelola
program acara yang melibatkan pelajar
Indonesia di luar Negara, salah satunya
melalui siaran pulang kampung.
Niken menjelaskan, sebelumnya RRI
sudah pernah bekerjasama dengan
Radio PPI Dunia namun berhenti saat
ada pergantian pengurus di Radio PPI
Dunia.
Menurutnya RRI juga pernah
bekerjasama dengan berbagai PPI
negara dalam berbagai program siaran
seperti,“Kiprah Anak Bangsa”, serta
acara-acara incidental dan hari-hari
besar.
“Kerjasama terkait siaran RRI pernah
mengundang pelajar di luar Indonesia
negara untuk mempresentasikan hasil
penelitian, saat ini acara pulang
kampunglah yang didominasi oleh pelajar-
pelajar kita yang sekolah di luar negeri,
dan juga para buruh migran (BMI),” ujar
Niken.
Selain itu RRI juga memiliki program
Voice of Indonesia (VOI), yang merupakan
sebuah program siaran yang menyajikan
suara WNI di luar negara. Dengan 82
stasiun RRI yang ada di wilayah Indonesia,
RRI menyapa para pendengar di setiap
sudut nusantara.
Dalam kesempatan tatap muka ini,
sejumlah delegasi PPI Negara ikut serta
dalam audiensi tersebut, di antaranya
Malaysia, Australia, Arab Saudi, Taiwan
dan sejumlah wakil PPI Negara lainnya.
Audiensi PPI Dunia bersama RRI tersebut
dipimpin langsung oleh Ahmad Almaududy
Amri selaku koordinator PPI Dunia 2014-
2015.
Dalam kesempatan tersebut, Dudy
memaparkan sejumlah program kerja PPI
Dunia kepada RRI. Termasuk kerjasama RRI
dan PPI Dunia dalam program siaran
pulang kampung yang selama ini dikelola
dengan baik di bawah Biro Pers PPI Dunia.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
“Sejauh ini program siaran pulang
kampung bersama RRI telah berjalan
dengan baik, daftar serta jadwal PPI
negara yang menjadi tamu dalam
talkshow telah disusun secara merata
berdasarkan kawasan PPI negara yang
ada, hal ini bertujuan agar masing-
masing PPI Negara dapat ambil bagian
untuk memperkenalkan aktifitas pelajar
di negara tersebut,” jelas Dudy.
Dudy menjelaskan, Perhimpunan
Pelajar Indonesia se-Dunia (PPI Dunia)
merupakan wadah untuk meng-
akomodasi dan mengoordinasikan
seluruh potensi organisasi perhimpunan
pelajar Indonesia di berbagai negara,
serta bersama-sama berusaha
meningkatkan kualitas sumber daya
manusia untuk kemajuan dan mendukung
pembangunan Indonesia yang
berkelanjutan.
Saat ini terdapat 46 PPI negara
yang tersebar di tiga kawasan: Asia
dan Oseania, Timur Tengah dan Afrika,
serta Amerika dan Eropa. PPI Dunia
juga akan berencana menyelengga-
rakan Simposium Internasional PPI Dunia
2015 di Singapura pada 8 – 10
Agustus 2015.
Seterusnya menyambut kesempatan
kerjasama insidentil untuk diseminasi
informasi dan juga publikasi, seperti
event/ kegiatan PPI di berbagai
Negara, isu-isu Indonesia di luar negeri.
RRI sangat menyambut baik rencana
tersebut, dan berharap segera dapat
dibuat MOU tertulis antara PPI Dunia
bersama RRI selepas symposium
mendatang.
“Banyak persoalan yang dialami
pelajar kita di luar Negara yang perlu
diketahui masyarakat di tanah air
khususnya pemerintah, dengan harapan
persoalan pelajar kita di luar Negara
akan mendapatkan solusi yang jelas,
sebut saja yang baru-baru ini terjadi
krisis di Yaman yang berpengaruh pada
nasib palajar Indonesia, ataupun kasus
terpidana mati Bali 9 di Australia baru-
baru ini, “ ujar Dudy.
Perlu dilakukan koordinasi yang
lebih baik agar kerjasama liputan untuk
kegiatan regular PPI Negara dapat
terselenggara dengan baik, dan
tentunya jika diagendakan dengan baik
akan memudahkan PPI Negara untuk
mempersiapkan materi siaran.
Menindaklanjuti sejumlah peluang
kerjasama tersebut pihak RRI berencana
akan melakukan perintisan perwakilan
kontributor RRI di luar negeri yang
berasal dari PPI Dunia, pada tahun
2016 mendatang.
“RRI dapat memberikan training
liputan berita dan news value dengan
standar khusus, kemudian akan
dilakukan seleksi dan bagi yang terpilih
bertugas seperti kontributor tetap.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 8
Untuk kontributor tetap, baru bisa
dilaksanakan tahun depan karena terkait
rencana anggaran, setidaknya kami bisa
memberikan fee dengan standar rupiah
kepada kontributor,” jelas Niken.
Dalam waktu dekat di musim haji
mendatang RRI berencana akan
memberikan kesempatan kepada para
Mahasiswa Indonesia di Arab Saudi
melalui PPMI Arab Saudi sebagai
kontributor untuk berita nasional dengan
melakukan training para mahasiswa yang
berada di Madinah, Mekkah, dan Jeddah.
Terkait kerjasama dengan PPI Dunia,
banyak yang bisa dilaksanakan ke
depannya misalnya saja terkait program
Ramadhan di Negeri orang atau event-
event tertentu. Diharapkan PPI Dunia bisa
memberikan nomor kontak yang dibutuhkan
RRI sehingga nantinya berita dapat
ditampilkan di website RRI.
“Berita yang dikirimkan dan sesuai
dengan standar RRI akan ditampilkan dan
dibalas, dan untuk berita online bisa lebih
mudah ditampilkan, berupa suara, teks
dan gambar,” jelas Niken lebih lanjut.
Khusus untuk publikasi kegiatan
mahasiswa di luar negeri (PPI Dunia) dapat
berkerjasama dengan RRI Pro 2 yang
memiliki target audience remaja dan
mahasiswa di tanah air.
PPI negara/ PPI Dunia juga dapat
mengirimkan tulisan untuk feature dan
konten (siaran pers) ke website RRI dengan
mengirimkannya melalui email.
Di akhir audiensi kedua pihak berencana
akan membuat draft MoU formal antara
RRI dan PPI Dunia yang mencakup
penunjukan kontributor, Kanal aktifitas di
Pro 2 (event-event seperti 17 Agustus),
Kerjasama dengan Pro 2, pro 3 dan VOI,
Pengaturan tentang SOP dan manajemen
waktu (komunikasi), penyebarluasan
informasi tentang aplikasi “RRI Play” dan
Be Young.
MoU formal akan ditandatangani oleh
pengurus dewan presidium PPI Dunia yang
baru periode 2015 – 2016 setelah
terbentuk pada Simposium PPI Dunia
2015 tanggal 10 Agustus 2015.
Penandatanganan dapat dilakukan pada
akhir Agustus mendatang oleh kedua
belah pihak. [DA]
Hal | 9
PPI DUNIA PERJUANGKAN KONVERSI
NILAI LUAR NEGERI KE KEMENTERIAN
RISTEK DAN DIKTI
[Jakarta, 28 Juli 2015] Berkuliah di luar
negeri kerap menjadi impian dan
kejaran para pelajar untuk menuntut
ilmu. Namun terkadang, nilai ijazah
yang didapatkan dari luar negeri
disalahartikan oleh instansi-instansi
pemerintah atau rekruter dalam
melamar kerja.
Sebagai contoh di Indonesia memakai
sistem 0-4.0, sedangkan di Belanda
sistem 1-10, di Malaysia dan Taiwan 0-
100 dengan standar universitas yang
berbeda-beda. Bahkan di Turki ada 2
model penilaian 0-4 dan 0-
100 Standar nilai tidak dapat
dikonversi secara linear matematis
karena standar nilai di masing-masing
negara unik dan mempunyai formula
serta kriteria masing-masing.
Di beberapa negara, apabila nilai di
konversi secara linear matematis, maka
mahasiswa dapat dinilai kurang
kompeten di dalam negeri sendiri
padahal sudah sangat kompeten di luar
negeri tersebut.
28 Juli 2015 lalu, 9 perwakilan PPI
Negara yang tergabung dalam PPI
Dunia dari PPI Australia, PPI Taiwan,
PPI Belanda, PPI Malaysia, PPMI Arab
Saudi, PPI Turki, PPI Filipina, PERMIRA
Rusia, dan PPI Italia telah melakukan
audiensi dengan agenda utama yaitu
membahas perihal penyetaraan nilai
ijazah luar negeri ke dalam negeri
yang kerap disebut "konversi nilai".
Menurut Ahmad Almaududy Amri
sebagai koordinator Persatuan Pelajar
Indonesia Dunia (PPI Dunia) periode
2014-2015 menjelaskan, audiensi ini
dilakukan kepada pihak Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementerian Ristek dan
DIKTI (Belmawa DIKTI) sebagai
kelanjutan dari audiensi yang telah
dilakukan pada januari lalu.
“Ini merupakan tatap muka selanjutnya
setelah sebelumnya dilakukan
pertemuan dengan pihak dikti pada
januari lalu dengan materi yang serupa,
dan hari ini pihak PPI ingin
menindaklanjuti hal-hal yang terkait
dengan konversi nilai pelajar Indonesia
yang ada belajar di luar negeri,” jelas
Dudy.
Bertempat di ruang sidang Direktorat
Belmawa DIKTI, Direktur Jenderal
Belmawa DIKTI, Intan Ahmad, menerima
audiensi PPI Dunia didampingi oleh
Direktur Pembelajaran Ibu Paristiyanti
Nurwardani dengan Ibu
Dharnita, penerimaan audiensi juga
didampingi oleh Ibu Illah Sailah selaku
Direktur Belmawa DIKTI yang baru saja
mengakhiri masa jabatannya.
Hal | 10
Agenda dibuka oleh Ibu Illah Sailah yang
memaparkan latar belakang mengenai
perlunya Belmawa DIKTI menanggapi
permasalahan konversi nilai. Agenda
dilanjutkan oleh presentasi mengenai
sejarah singkat upaya advokasi konversi
nilai PPI Dunia kepada Belmawa DIKTI oleh
Hariadi Aji dari tim adhoc konversi Nilai
PPI Dunia.
Dari paparan yang disampaikan pihak PPI
Dunia seperti yang dijelaskan Hariadi Aji
selaku tim adhoc konversi nilai PPI Dunia
dijelaskan bahwa pelajar Indonesia
berharap pemerintah melalui Kementerian
Ristek dan DIKTI sebaiknya mengeluarkan
Surat Keputusan (SK) Menteri yang dapat
memuat pedoman penyetaraan nilai ijazah
luar negeri.
“Mengingat pentingnya persoalan konversi
nilai ini bagi seluruh pelajar Indonesia
setelah menyelesaikan masa studinya dan
kembali ke tanah air, pihak PPI Dunia
mendesak agar pemerintah melalui
Belmawa Dikti segera membuat SK
pedoman untuk penyetaraan ijazah,” jelas
Hariadi.
Menjawab hal tersebut, Dirjen Belmawa
DIKTI, Intan Ahmad menjelaskan bahwa
Pihak Belmawa DIKTI mengapresiasi PPI
Dunia dalam upayanya mengadvokasi
perihal konversi nilai ini. Pihak Belmawa
DIKTI pun menyambut baik rencana untuk
mendukung upaya konversi nilai. Namun
dalam mengonversi nilai, pemerintah harus
berhati-hati akan masalah kewenangan
dalam mengonversi nilai.
“Jangan sampai kewenangan
mengonversi tersebut dilakukan secara
tidak semestinya. sebaiknya dibuatkan
saja pedoman mengonversi nilai untuk
umum maupun untuk instansi-instansi
rekruter,” tegas Intan saat melakukan
tatap muka dengan perwakilan PPI
Dunia.
Menjawab hal tersebut pihak PPI Dunia
menyampaikan bahwa SK Menteri Ristek
dan DIKTI sangat diperlukan guna
memberikan landasan hukum dalam
mengeluarkan pedoman konversi nilai.
“Agar pedoman yang dikeluarkan oleh
Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan
efektif dan dapat dijadikan acuan oleh
instansi lainnya, maka dibutuhkan sebuah
endorsement dari pemerintah dalam hal
ini melalui SK Menteri,” demikian
ditegaskan Koordinator PPI dunia Ahmad
Almaududy Amri.
Selanjutnya ia menekankan bahwa PPI
Dunia berkeinginan secara serius untuk
menuntaskan isu ini pada tahun 2015,
salah satu langkahnya adalah dengan
membahas isu ini pada Simposium PPI
Dunia dimana pertemuan tersebut akan
dihadiri oleh bebrapa perwakilan
pemerintah antara lain Mendikbud dan
para atase pendidikan dan budaya dari
berbagai negara.
Hal | 11
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Bagian akhir dari pertemuan tersebut masih saja belum mendapatkan
penyelesaian yang pasti dari pihak Belmawa DIKTI. Hanya saja pihak Belmawa
DIKTI berjanji akan membahas permasalahan ini sehingga menemukan
penyelesaian yang terbaik bagi pelajar Indoensia yang belajar di luar Negara.
Apakah itu seharusnya berbentuk produk hukum dalam hal ini SK Menteri ataukah
cukup hanya merupakan pedoman untuk umum juga untuk instansi-instansi
pemerintah lainnya? (Red)
Edisi 2 | Buletin PPI Dunia | Mei 2015 Hal | 12
Simposium
Internasional
PPI Dunia
2015 di
Singapura
Ahmad Almaududy Amri Koordinator PPI Dunia 2014 –
2015 menjelaskan, simposium PPI Dunia 2015
berdasarkan hasil simposium di Tokyo Jepang tahun
2014 lalu, diselenggarakan di Singapura.
“Penetapan Singapura sebagai tuan rumah Simposium
2015 merupakan hasil keputusan bersama setelah
sebelumnya Singapura menyatakan kesediaannya, dan
pelaksanaannya telah ditetapkan panitia penyelenggara
pada 7-10 Agustus ini,” jelas Dudy
Terdapat tiga poin utama yang akan dibahas dan
disahkan dalam SI PPI Dunia 2015 di Singapura
nantinya, diantaranya adalah AD/ART PPI Dunia,
Deklarasi Singapura dan peremajaan Logo PPI Dunia.
“Hingga saat ini panitia masih mempersiapkan segala
sesuatu untuk lancarnya pelaksanan acara, sejumlah
mentri nantinya akan ikut mengisi acara SI di Singapura,
salah satunya adalah mentri pendidikan Anis Baswedan,”
jelas Dudy lebih lanjut.
Waktu yang
dinanti-nanti
pelajar Indonesia
di seluruh dunia
akhirnya tiba.
Simposium PPI
Dunia merupakan
ajang bagi pelajar
Indonesia untuk
menyusun langkah
bersama dalam
memajukan
Indonesia di masa
depan dengan
bekal ilmu yang
dimiliki masing-
masing pelajar
selama sekolah di
luar Negara.
Hal | 13
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Sementara itu ketua panitia acara SI PPI Dunia
2015, Vincentia Maudy, menjelaskan pihak
panitia telah melakukan pengumpulan data
delegasi dari berbagai Negara, Sebanyak lebih
dari 100 orang delegasi PPI Negara hadir
dalam SI PPI Dunia di Singapura.
“Pihak kami telah menyiapkan segala hal yang
diperlukan para delegasi khususnya akomodasi
dan guide book untuk para delegasi dapat
dengan mudah melakukan aktivitas selama
berlangsungnya acara,” jelas Maudy.
Yang menarik dari SI di Singapura adalah
pelaksanaan Mini Olimpiade PPI Dunia. Acara ini
dilaksanakan di East Coast Park 1018 East Coast
Parkway #01-01Singapore 449877. Adapun
perlombaan yang dipertandingkan, meliputi:
Bakiak, Tarik tambang, Balap karung dan Futsal.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
“Acara pertandingan dilaksanakan 7 Agustus
tepatnya pada pukul 18:00 SGT, pemenang lomba
akan mendapatkan piala kejuaraan SI Singapura,”
jelas Maudy.
Menurut rencana SI Singapura 2015
diselenggarakan PPI Dunia Award, kegiatan ini
merupakan ajang kompetisi antar PPI Negara yang
tergabung dalam PPI Dunia. Dua kategori yang
akan dilombakan yaitu PPI Negara terbaik dan
proker terbaik (sosial, pendidikan dan rekreasi).
Laporan yang diterima oleh dewan presidium PPI
Dunia Hingga tanggal 6 Agustus 2015, terdapat
10 PPI Negara yang mendaftar untuk mengikuti
kompetisi ini. Kesepuluh negara tersebut meliputi,
HPMI Yordania, PPI Australia, PPI Belanda, PPI
Korea Selatan (PERPIKA), PPI Malaysia, PPI Taiwan,
PPI Tiongkok, PPI Tunisia, PPI Turki, PPI Arab Saudi.
Direncanakan PPI Negara terbaik akan
mendapatkan Piala Bergilir.
Jadwal Kegiatan SI PPI Dunia
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 15
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 16
Mimpi
Sederhana
Kartini
Indonesia di
Filipina
Yekti, begitu wanita ini akrab
disapa. Kegigihannya berhasil
menghantarkan dosen
keperawatan dari institusi
kesehatan swasta di Indonesia ini
untuk menempuh studi di Filipina.
Mewakili Asosiasi Perguruan
Tinggi Kesehatan Indonesia
(APTIKES), Ia membangun relasi
yang baik dengan Atase
Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia serta para petinggi
pendidikan di Filipina untuk terus
membangun kerjasama di bidang
pendidikan antara Indonesia dan
Filipina.
“Saat ini sudah ada 78 institusi
pendidikan di Indonesia yang
menjalin MOU dengan Filipina,.”
ujarnya.
Berkecimpung di beberapa
organisasi seperti APTIKES, Ikatan
Perawat Maternitas Indonesia
(IPEMI) Jawa Tengah, Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) Kabupaten Cilacap, DPD
Partai Golkar Kabupaten Cilacap,
Kesatuan Perempuan Partai
Golongan Karya (KPPG)
Kabupaten Cilacap, Komite Ujian
Akhir Program D III Keperawatan
Jawa Tengah, dan Junior
Chamber Indonesia Kabupaten
Cilacap, membuat ibu dari dua
orang anak ini tetap
bersemangat dan berusaha untuk
menyeimbangkan keberadaannya
sebagai seorang wanita yang
berperan sebagai ibu dan istri.
Manila, Wanita
yang terkenal
dengan
kegigihannya ini
adalah Yekti
Ningtyastuti, S.Kp.,
M.Kep., Sp. Mat.,
“Kalau yang lain
bisa kenapa saya
tidak?” Kalimat itu
yang menjadikan
motivasi wanita
yang sedang
menempuh gelar
Doktoral
Keperawatan di
Trinity University
of Asia.
Disela kesibukannya
menyelesaikan studi Doktoralnya,
beliau juga aktif dalam kegiatan
ilmiah dan riset seperti 48th
Association of Nurses
Administrator of the Philippines
(ANSAP) Convention yang baru-
baru ini beliau ikut andil. Suatu
kebanggan bagi pelajar
Indonesia karena ada wanita
Indonesia yang berkesempatan
untuk menyampaikan hasil
penelitiannya dihadapan 1.250
direktur keperawatan dan chief
nurses seluruh perwakilan rumah
sakit dari semua provinsi di
Filipina.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 17
Hadirnya beliau diantara wanita
Indonesia yang menempuh pendidikan
di Filipina memberi inspirasi yang
dibungkus dalam kesederhanaan.
Sesederhana mimpinya yang ingin
berbagi ilmu untuk kemaslahatan umat.
“Ketika saya pulang ketanah air
setelah S3 nanti, saya ingin bisa
membagikan ilmu kepada seluruh
masyarakat yang membutuhkan, tidak
hanya untuk pendidikan. Jadi cita-cita
saya hanya sederhana sekali, itu saja,
untuk kemaslahatan umat,” tutup Yekti
“Kesempatan ini menjadi satu diantara
dua pemateri dari acara tersebut yang
mengalahkan beratus jurnal ilmiah
yang telah di-submit menjadi sebuah
kebanggaan bagi saya,” tandasnya.
Ditanya tentang sosok wanita yang
menginspirasinya, wanita ini
menyebutkan Margaret Thatcher. Sosok
Margaret Thatcher inilah yang
membuat beliau semakin taft dalam
menjalankan perannya di organisasi.
“Dia menjadi motivasi saya, saya tidak
merasa puas dengan berkecimpung di
lembaga pendidikan saja. Di tahun
2010 saya ditawarkan sebagai wakil
ketua bidang pemberdayaan
perempuan di salah satu partai politik,
berharap saya bisa memperluas kiprah
saya di bidang pemberdayaan
perempuan dengan latar belakang
pendidikan yang saya miliki,”
tandasnya.
Gambar atas:
Mempresentasikan riset berjudul
“Analyzing Some Factors Related to
Breast Cancer Incident in Prof. Dr.
Margono Soekarjo’s Public Hospital
Purwokerto in 2011” dalam forum
48th Association of Nurses
Administrator of the Philippines
(ANSAP) Convention.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 18
NADI GUNA KHAIRI, BELAJAR DISIPLIN
DENGAN KULIAH SAMBIL BEKERJA
OLEH: PERMIAS (AMERIKA SERIKAT)
California. Belajar di luar negeri
tentunya tidak menjadi kesempatan
bagi setiap pelajar Indonesia. Jika
kesempatan itu berhasil didapatkan,
tentunya sang pelajar akan suka cita
menyambut kesempatan tersebut.
Namun bagaimanakah menjalani
kehidupan saat menjalankan tugas
sebagai pelajar selama belajar di
luar Negari?
Nadi Guna Khairi adalah salah
seorang pelajar Indonesia yang
belajar di California, tepatnya di
University of Redlands School of
Business. Selain menuntut ilmu, di luar
jam belajar Nadi mendapat
kesempatan bekerja full time.
Menurutnya, pilihan ini diambil untuk
melatih dirinya bisa disiplin mengatur
waktu.
“Kuliah tentunya menjadi urusan nomor
satu bagi saya, tetapi setelah jam
kuliah selesai saya putuskan untuk
bekerja. Selain mendapatkan uang
saku tambahan, saya juga bisa belajar
manajemen waktu lebih baik,” ujar
Nadi.
Pria kelahiran Jakarta ini memutuskan
untuk bekerja sambil kuliah bukan
semata-mata ingin menambah uang
saku saja, selain belajar disiplin waktu
ia dapat meringankan pengeluaran
orang tua di tanah air.
“Sebenarnya alasan nya simple,
supaya tidak membebani orang tua
lagi. Dan karena tinggal di Amerika
cuma berdua bersama kakak,
setidaknya dapat membantu bayar
uang tagihan, apalagi kuliah biaya
sendiri,” ujar Nadi.
Menurut Nadi, awalnya sangat sulit
mengatur waktu antara bekerja dan
kuliah. Tapi beruntung, supervisor di
perusahaan tempat ia bekerja
mengetahui bahwa ia sedang kuliah
dan akhirnya jadwal kerja disesuaikan
dengan jadwal kuliah.
“Tapi kuliah adalah prioritas utama
saya, meskipun saat ini saya memiliki
banyak kegiatan, tetapi tidak ada
alasan bagi saya untuk monomor-
duakan kuliah,” jelas pria yang juga
aktif dalam organisasi ini.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Kunci utama untuk membuat semua
aktifitas menjadi mudah adalah
komunikasi. Sangat penting membangun
komunikasi yang baik dengan semua
orang. Dengan begitu tidak akan terjadi
kesalah pahaman saat kita berusaha
terbuka dan menjelaskan keadaan
sebenarnya.
“Saya terus berusaha membangun
komunikasi dengan pengajar,
pembimbing di kampus dan tentunya
dengan Manajer di tempat kerja, begitu
juga dengan teman-teman ditempat
kerja, dengan begitu mereka mengetahui
seperti apa kedaan saya yang
sebenarnya dan siap membantu,” ujar
Nadi.
Nadi mengaku bahwa tidak ada
sempurna didunia ini, bekerja sambil
kuliah tidak akan mudah, saat baru-baru
bekerja kuliah sering terganggu,
kelelahan bekerja kadang sering lupa
mengerjalan tugas kuliah.
“ Sampai dirumah langsung tidur karena
kelelahan, akhirnya lupa mengerjakan
tugas kuliah. Tapi gara gara takut ga
lulus aku jadi kebiasaan begadang
ngerjain tugas, jadi belajar disiplin.
Pokonya harus semangat,” ujar Nadi.
Selama 4 tahun bekerja ia mengaku
mulai menikmati waktu-waktu kuliah dan
bekerja, padahal awalnya sempat kerja
partime sebagai kasir, tapi sekarang
memilih untuk kerja fulltime sebagai chef.
“Jujur aku hobi masak jadi kerjaan ini
sengaja aku pilih karena hobi, yang pasti
ini bukan cita-citaku kedepannya, setelah
selesai kuliah aku ingin membangun bisnis
yang besar di Indonesia, setidaknya saat
ini aku belajar memahami struktur
organisasi ditempat aku bekerja, mulai
dari CEO hingga supir bus, semuanya
terorganisasi dengan baik disini,”ungkap
Nadi.
Nadi menambahkan, di Amerika banyak
pelajar Indonesia yang bekerja sambil
kuliah, biasanya mereka bekerja setelah
menyelesaikan S1, setelah itu ada yang
memutuskan bekerja sambil melanjutkan
study pascasarjana.
Ketika ditanya soal aktifitas organisasi
Nadi menjawabnya dengan penuh
semangat. Ia mengaku bahwa amanah
yang diterima sebagai Sekjen PERMIAS
Nasional U.S.A dan sekaligus sebagai
presiden PERMIAS Los Angeles ini
merupakan sebuah kesematan untuk
belajar disiplin.
Nadi memang berhasil menjalankan
tugasnya dengan baik, bahkan teman
dan keluarga simpatik dengan
kemampuan pria ini dalam membagi
waktu kuliah, bekerja dan berorganisasi.
“Menurut aku sibuk itu adalah sebuah
ilusi, if you don’t have the time, you make
the time, itu prinsip aku,” jelasnya.
Hal | 20
Masyarakat Indonesia Gelar
“Indonesia Day 2015” di San Fransisco
San Fransisco. Pada 29 Agustus 2015
mendatang Pelajar Indonesia yang
tergabung dalam Persatuan
Mahasiswa Indonesia Amerika Serikat
(PERMIAS) bersama masyarakat
Indonesia setempat akan
menyelenggarakan pertun-jukan seni
budaya kepada masyarakat di U.SA.
Acara ini akan berlangsung di Union
Square, 333 Post Street, San Francisco,
CA 94108.
Menurut Jessica Victoria Wijaya sebagai
Chief Operasional Officers PERMIAS
San Fransisco menjelaskan, Indonesia
Day diselenggarakan untuk
memperkenalkan kebudaya Indonesia di
Amerika.
“ Dengan terselenggaranya Indonesia
Day Festival, kami tidak hanya
memperkuat relasi antara budaya
Indonesia dan Amerika, tetapi juga
relasi antar seluruh masyarakat
Indonesia di San Francisco, melingkupi
mahasiswa, organisasi seni dan budaya,
dan WNI lainnya.
Menurut Jessica kegiatan Indonesia Day
juga sebagai refreshement dan tonjakan
bagi semua warga Indonesia di San
Francisco Bay Area akan nilai-nilai
Nasionalisme sebagai warga Indonesia
yang hidup di luar negeri.
Ardi Hermawan, selaku Konsul Jendral
Republik Indonesia di San Francisco
sangat menyambut baik terlaksananya
Indonesia day 2015 mendatang,
menurutnya kegiatan ini merupakan
upaya untuk menunjukan kepada
masyarakat luas di Amerika khususnya di
wilayah San Francisco bahwa Indonesia
adalah Negara yang sangat kaya
dengan keragaman budaya, bahasa dan
juga kuliner.
“Saya meminta bantuan dukungan dan
support dari masyarakat Indonesia di
San Francisco khususnya dan di Bay Area
umumnya untuk mendukung
terlaksananya kegiatan Indonesia Day
2015, “ ujar Ardi Hermawan.
Tema utama dalam Indonesia Day 2015
mendatang Harmony in Diversity. Artinya
walaupun beragam kebudayaan yang
ada di Indonesia masyarakat Indonesia
tetap hidup dengan harmonis.
Arie Quick salah seorang WNI yang
berdomisili di San Francisco terlihat tidak
sabar menunggu berlangsungnya acara
Indonesia Day. Menurutnya ini
merupakan salah satu acara yg
ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia
di Bay Area.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 21
“Indonesian Day tidak saja menampilkan
berbagai pertunjukan seni budaya saja
tetapi juga menampilkan peragaan
busana, tarian daerah, musik dan bazar
makanan,” jelasnya.
Arie Quick adalah salah seorang WNI
yang sejak lama menetap di San
Francisco, menurutnya Indonesian Day
sempat terhenti dua tahun terakhir,
terlaksananya kembali Indonesian Day
sangat disambut antusias oleh
masyarakat Indonesia yang ada di san
Francisco.
“Kami sangat antusias dan ingin
berpartisipasi dalam acara ini,
walaupun hanya Sekedar kumpul-kumpul
bertemu teman, berfoto dan menikmati
makanan khas Indonesia. Mudah-
mudahan event ini dapat terus
dipertahankan tiap tahunnya,
setidaknya mempromosikan budaya
Indonesia,” Jelasnya.
Indonesia Day adalah event tahunan
yang sudah ada sejak 1994 lalu,
Indonesia Day 2015 adalah event ke
17, setelah sempat vakum sejak 2012.
Seperti tahun-tahun sebelumnya,
Indonesia Day selalu di adakan di Union
Square San Francisco yang merupakan
pusat turis dan perbelanjaan di San
Francisco.
Indonesia Day adalah festival yang
terjadi atas upaya dan kerjasama
semua warga Indonesia, meliputi
Konsulat Jendral Republik Indonesia di
San Francisco, Persatuan Mahasiswa
Indonesia di Amerika Serikat (PERMIAS)
di San Francisco dan juga Organisasi
Masyarakat Indonesia di Northen
California.
Festival Indonesia Day selalu di
ramaikan dengan pertunjukan yang
menampilakan grup seni budaya
Indonesia berbasis di San Francisco Bay
Area meliputi tarian, alunan lagu,
gamelan dan angklung, parade baju
daerah.
Setiap tahunnya juga festival Indonesia
Day menghadirkan artis dari Indonesia.
Tahun ini, Indonesia Day menghadirkan
Vidi Aldiano dan Angel Pieters sebagai
pengisi acara. Sedangkan yang
memandu acara adalah Ira Maya
Sopha dan Paul Amron.
Untuk pertunjukan Grup Seni Budaya
yang akan berpartisipasi dalam
Indonesia Day 2015 adalah, Gamelan
Sekar Jaya (Bali), Gadung Kasturi (Bali)
Gamelan Oka Artha Negara (Bali),
Gamelan Sari Raras (Jawa), Pusaka
Sunda (Jawa Barat), Undang Sumarna
(Jawa Barat), Harsanari Group (Jawa
Barat).
Sejumlah tokoh-tokoh besar di San
Francisco seperti Walikota, perwakilan
Gubernur Negara Bagian California
serta sejumlah kominitas masyarakat
Indonesia yang ada di U.S.A akan hadir
dalam Indonesia Day tersebut.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 22
2012 lalu sebanyak 10.000 peserta
hadir memeriahkan Indonesia Day.
Acara ini dihadiri oleh berbagai
usia. Mulai dari pelajar, ibu rumah
tagga, dan para pemimpin bisnis di
California Utarapun ikut serta
menyaksikan Indonesia Day. (Jessica)
Info lebih lanjut:
www.indonesiadaysfba.org
Facebook: Indonesia Day SF
Twitter @indonesiadaysf
Instagram @indonesiadaysf
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 23
AKAR, Menaja Nilai Budaya Bangsa
dengan Mengajar Bahasa Indonesia di
U.S.A
New York City – Sejak bulan November
tahun 2014, Persatuan Mahasiswa
Indonesia di Amerika Serikat tepatnya
di Kota New York (PERMIAS NYC)
secara sukarela telah berhasil membuka
kelas Bahasa Indonesia untuk anak-
anak Indonesia yang lahir dan besar di
Amerika Serikat.
Bhima Aryateja salah seorang pengajar
menjelaskan kelas Bahasa ini diberi nama
AKAR. Merupakan sebuah kebanggaan
dapat mengajar Bahasa sendiri di luar
Negara. Ia mengaku bahwa selama
belajar di U.S.A kecintaan terhadap
tanah air semakin besar, inilah yang
menjadi alasan Bhima terlibat sebagai
pengajar Bahasa Indonesia di sela waktu
kuliahnya.
“AKAR adalah tempat bagi saya untuk
belajar secara langsung, sangat
pentingnya mengenal budaya sendiri,
mempraktekannya, dan menanamkan-nya
kepada adik adik yang berada di
NYC. Kata AKAR terinspirasi dari satu
quote Sacred Bridge Foundation yang
berbunyi, 'If you have no roots, how would
you stand up and grow?” Ujar pelajar
Documentary Filmmaking, di New York
Film Academy.
Kelas diadakan selama sekitar satu jam
setiap hari Sabtu di Masjid Al-Hikmah,
Queens, Kota New York. Ide mengadakan
kelas Bahasa Indonesia terlahir pada
perayaan 17 Agustusan di New York tahun
2014. Beberapa anggota PERMIAS NYC
menyadari bahwa anak-anak Indonesia
yang lahir dan besar di New York banyak
yang sudah merasa asing dengan bahasa
dan budaya leluhurnya.
“Sebagian dari mereka ada mengira hari
kemerdekaan Indonesia adalah 4 Juli,
yang sebetulnya itu adalah hari
kemerdekaan Amerika Serikat. Ditambah
lagi, hampir semua dari mereka berbicara
dalam bahasa Inggris sehari-harinya, baik
dengan teman maupun orang tua mereka,”
jelasnya lebih lanjut.
PERMIAS NYC melihat bahwa pada
dasarnya belajar bahasa tidak bisa luput
dari pembelajaran budaya bahasa
tersebut. Keinginan AKAR adalah untuk
generasi muda Indonesia yang lahir
dan/atau besar di luar agar tidak
melupakan jiwa ke-Indonesia-an mereka.
Awalnya sangat sulit untuk tim PERMIAS
NYC menemukan program seperti AKAR.
Bisa dibilang program ini cukup
unprecedented atau belum pernah ada
pendahulunya.
Hal | 24
Akar….
Biasanya, program belajar Bahasa
Indonesia ditujukan antara kepada
anak-anak Indonesia yang berbahasa
Indonesia di rumah atau orang asing
yang tidak berbahasa Indonesia.
Hampir tidak ada program yang
ditujukan khusus untuk anak-anak
Indonesia yang tidak berbahasa
Indonesia. Kalaupun ada program yang
serupa, dokumentasinya tidak dapat
ditemukan.
Fase pertama AKAR yang berjalan
sekitar tiga bulan dari bulan November
2014 sampai Januari 2015 mengikuti
kurikulum yang sepenuhnya didesain
oleh tim PERMIAS NYC. Pada fase
kedua, yang dimulai sekitar bulan
Maret tahun ini, tim PERMIAS NYC
berhasil mendapatkan buku belajar
Bahasa Indonesia untuk orang asing
yang cukup banyak membantu dalam
menyusun materi kelas. Meskipun
begitu, kurikulum yang ada tetap
ditentukan oleh tim PERMIAS NYC.
Arya Handoko salah seorang tenaga
pengajar Bahasa Indonesia AKAR
mengaku bahwa mengajar kelas
Bahasa Indonesia di negara orang itu
Arya Handoko salah seorang tenaga
pengajar Bahasa Indonesia AKAR
mengaku bahwa mengajar kelas
Bahasa Indonesia di negara orang itu
adalah sebuah kehormatan, bagi
mereka yang telah besar diluar
Negara tentunya memiliki rasa ingin
tahu yang lebih besar akan Indonesia,
sehingga nasionalisme mereka dapat
tumbuh kembali akan tanah air.
“Kesempatan untuk memperkenalkan
kebudayaan kita yang sangat kaya
dapat disalurkan dengan mengajar,
khususnya untuk generasi setelah saya
yang notabene lahir dan besar di
negara orang yang cukup jauh dari
tanah air. Selain itu, saya juga bisa
menanamkan norma-norma dan nilai
budaya Indonesia lebih mendalam di
kelas AKAR ini." Jelas Arya.
Fase pertama AKAR diakhiri dengan
perayaan berjudul Malam AKAR,
dalam fase ini murid-murid yang
sebelumnya hampir tidak bisa
berbahasa Indonesia berhasil
mementaskan drama dan lagu-lagu
sepenuhnya dalam Bahasa Indonesia.
Respon yang didapatkan pun sangat
positif, baik dari para murid maupun
orang tua mereka. Murid-murid secara
aktif mengikuti kelas setiap Minggunya
dan banyak orang tua murid yang
meminta AKAR dilanjutkan ke fase
berikutnya. Kesuksesan ini juga terbukti
dari jumlah peminat mengikuti AKAR. Hal | 25
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
AKAR fase pertama memiliki target
jumlah murid sebanyak 20 orang,
namun tim PERMIAS NYC akhirnya
menerima 25 orang karena banyaknya
peminat. Pada fase kedua, jumlah
pendaftar mencapai lebih dari 40
orang, jumlah yang bahkan berada di
luar kapasitas mengajar tim PERMIAS
NYC.
Banyaknya peminat mengharuskan tim
PERMIAS NYC untuk mengakomodasi
semaksimal mungkin dengan kapasitas
tim yang sangat terbatas. Alhasil,
jumlah murid yang diterima hanya 36
orang. Semua aktivitas AKAR
dijalankan secara sukarela. Pendanaan
kelas terbagi antara kas PERMIAS NYC
dan uang saku anggota PERMIAS NYC
yang aktif dalam AKAR.
Partisipasi murid-murid pun sepenuhnya
sukarela. Kelas tidak dikenai biaya apa
pun. Syukurnya, tim PERMIAS NYC
banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak pada fase kedua
AKAR, seperti kiriman buku-buku dan
alat-alat belajar dari Atase Pendidikan
Republik Indonesia di Washington DC.
Menurut Andhini Febrina yang juga
aktif sebagai tenaga sukarela kelas
Bahasa Indonesia menjelaskan, setiap
bulannya saat ini AKAR mendapat
sumbangan dana bulanan tetap dari
berbagai pihak yang mendukung
kegiatan ini, begitu juga dengan
sumbangan buku-buku.
“Buku-buku kami dapatkan dari
masyarakat Indonesia di Kota New York.
Suport dari masyarakat Indonesia yang
ada di NYS sangat besar demi untuk
memperkenalkan keragaman budaya
Indonesia dan sekaligus melestarikan
Bahasa Indonesia kepada generasi muda
yang ada di NYC,” jelasnya.
Langkah selanjutnya yang akan PERMIAS
NYC lakukan adalah mengajak teman-
teman PERMIAS dan PPI untuk mengadopsi
program AKAR secara cuma-cuma sebagai
bentuk kontribusi untuk bangsa.
PERMIAS NYC akan menditribusikan
kurikulum serta materi pelajaran melalui
email dan juga bersedia untuk memberikan
arahan seperti apa saja yang di perlukan
saat mengajar, berapa jumlah pembimbing
yang dibutuhkan dan lain-lain dan
bagaimana cara tepat untuk dapat
menarik minat pelajar untuk cepat
memahami dan menggunakan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
"AKAR merupakan salah satu wadah di
mana saya bisa berbagi pengetahuan
tentang budaya Indonesia melalui medium
bahasa kepada adik-adik di kelas.
Menjadi salah satu pengajar di kelas ini
merupakan sesuatu yang menyenangkan
untuk saya karena format kelas tidak
dibuat formal dan respon adik-adik juga
sangat baik. Saya berharap kelas ini akan
terus berlanjut dan akan terus menjadi
pegangan untuk adik-adik agar tidak lupa
akan akarnya." Jelas Dhini. (Dhini)
Hal | 26
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
PPI Australia, PPI Belanda dan Perpika
Menangkan PPI Dunia Awards 2015
Singapura. Sabtu, 8 Agustus 2015 lalu
Dewan Presidium PPI Dunia
mengumumkan hasil PPI Dunia
Awards 2015 dalam Simposium
Internasional PPI Dunia di Singapura.
Kegiatan ini bertujuan untuk
mengapresiasi PPI Negara yang telah
berupaya dalam melaksanakan
program kerja dalam mendukung
visi-misi PPI yang Negara yang
bersangkutan.
Selain itu, PPI Dunia Awards bertujuan
untuk menginspirasi pengurus PPI dari
negara lain untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas program kerja di masing-
masing negara.
Terdapat dua kategori PPI Dunia
Awards yaitu, PPI Negara terbaik dan
kategori program kerja PPI negara
terbaik.
Untuk program kerja terbaik akan
dibagi dalam beberapa bidang,
seperti:
1. Bidang Pendidikan/ Edukasi,
program kerja yang mendorong,
mendidik dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dari
anggota PPI dan masyarakat di
wilayah tersebut..
2. Bidang sosial penilaian terhadap
program kerja dimana PPI dan
anggotanya terlibat aktif dalam
membantu masyarakat.
3. Bidang rekreasional, merupakan
program kerja yang bersifat
menghibur bagi anggota PPI
maupun masyarakat sekitar.
“Delapan negara ikut serta dalam
kategori PPI Negara terbaik di
antaranya: PPI Tunisia, PPMI Arab
Saudi, PPI Australia, PERPIKA, PPI
Malaysia, PPI Taiwan, PPI Belanda, dan
PPI Turki,” jelas Retno selaku
Penanggung Jawab PPI Dunia Awards
2015.
Hal | 27
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
PPI Negara yang mendaftar sebagai
peserta bidang pendidikan terdapat 8
negara di antaranya, HPMI Yordania,
PPI Tunisia, PPMI Arab Saudi, PERPIKA,
PPI Malaysia, PPI Taiwan, PPI Belanda,
PPI Turki.
Untuk bidang sosial, dua Negara yang
mendaftar yaitu Korea (PERPIKA), dan
PPI Tiongkok. Sedangkan bidang
rekreasional terdapat 3 negara yang
mendaftar yaitu HPMI Yordania, PPI
Australia dan PERPIKA.
Setelah proses penilaian yang
dilakukan oleh 7 orang dewan juri
(terdiri dari Dewan Presidium PPI Dunia
Aktif dan alumni Dewan Presidium),
ditetapkan bahwa pemenang kategori
proker terbaik bidang rekreasional
adalah PERPIKA (Korea Selatan)
melalui prokernya “Kamsahamnida
Korea 2015: Introducing Indonesia”.
PERPIKA juga sekaligus memenangkan
kategori proker terbaik bidang sosial
melalui program Beasiswa Perpika
untuk Indonesia (BPI) dan Sepatu untuk
Indonesia.
Gregorius Rionugroho Harvianto, Ketua
PPI PERPIKA menjelaskan, program
kerja ini di dihadiri lebih dari 4.000
orang masyarakat Korea. Dalam
proker ini PERPIKA ingin
memperkenalkan kebudayaan
Indonesia kepada masyarakat Korea
dengan menampilkan sejumlah tarian
daerah dari berbagai wilayah di
Indonesia.
“Kami sangat berterimakasih kepada
Dewan Juri dan PPI Dunia yang telah
memilih kami sebagai pemenang,
berhrap kami dapat lebih semangat
menjadi agen kebudayaan Indonesia di
Korea,” ujar Rio saat mendapatkan
award dari PPI Dunia.
Sementara itu untuk kategori proker
terbaik bidang pendidikan
dimenangkan oleh PPI Belanda dengan
program “Cerita van Holland” dan
Lingkar Inspirasi. Adapun pemenang
untuk kategori PPI Negara Terbaik PPI
Dunia Awards 2015 adalah PPI
Australia. [DA, RW]
Hal | 28
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Subkhan Ngalimun Elwandi sebagai
salah seorang anggota Islamic Economic
Forum for Indonesian Development
(ISEFID) menjelaskan bahwa
pertumbuhan ekonomi dan perbaikan
tingkat kesejahteraan tidak pernah
lepas dari pembahasan semua pihak di
tanah air. Bahkan setiap tahun melalui
rencana kerja pemerintah (RKP),
Pemerintah selalu memasang proyeksi
pertumbuhan ekonomi dan target
tingkat pengangguran serta kemiskinan
yang akan dicapai.
Menurut Subkhan, pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan berkesinambungan
adalah necessary condition (yang mesti
harus dipenuhi) dalam meningkatkan
kesejahteraan.
“Pertumbuhan ekonomi ini ibarat kue
yang siap untuk dibagikan kepada
masyarakat. Namun, apakah kue ini
benar-benar dapat memperbaiki
kualitas hidup masayarakat, sangat
tergantung dari seberapa besar kue
yang dibagi, bagaimana kandungan
gizinya, serta bagaimana kue tersebut
didistribusikan,” ungkap Subkhan
Setiap tahun Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selalu mengadakan rapat kerja membahas Undang-undang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (UU-APBN). UU-APBN ini nantinya akan menjadi panduan bagi pemerintah dalam menyelenggarakan roda pemerintahan pada tahun
berikutnya.
SIAPKAH INDONESIA MENYONGSONG
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN?
yang pernah menjabat sebagai kepala
bidang Anlisis Sektor Riil, Badan Kebijkan
Fiskal Departemen Keuangan RI.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi sangat
diperlukan, tapi kualitas dari
pertumbuhan dan distribusi hasil
pertumbuhan itu sendiri justru lebih
penting. Rizwanul Islam dengan vitous
circle-nya mengatakan bahwa kunci
utama agar pertumbuhan ekonomi dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
adalah apabila pertumbuhan ekonomi
tersebut diikuti dengan pertumbuhan
lapangan kerja dan pingkatan
produktivitas.
Setelah Asian financial crises, ekonomi
Indonesia mencapai puncaknya pada
tahun 2011 dengan tingkat pertumbuhan
sebesar 6,49 persen. Akan tetapi,
lambat-laun pertumbuhan ekonomi
tersebut terus mengalami pelemahan
hingga mencapai 5,01 persen pada
2014. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi
yang selama ini relatif tinggi ternyata
tidak dengan serta merta dapat
mengurangi tingkat pengangguran
secara signifikan.
Hal | 29
Setiap tahun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
jumlah pengangguran terbuka memang mengalami penurunan,
namun pengurangan ini tidak begitu signifikan sehingga tingkat
pengangguran masih relatif tinggi.
“Bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan
ASEAN, tingkat pengangguran Indonesia (5,94%) menduduki
peringkat kedua tertinggi, hanya sedikit di bawah Filipina
(6,6%),” Jelas Subkhan lebih lanjut.
Kondisi ini memang cukup ironis di mana dalam kurun waktu
2011-2014 ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 5,87
persen, sementara itu tingkat pengangguran hanya bisa turun
sebesar 0,62 persentage point (dari 6,56 persen menjadi 5,94
persen).
Dengan fakta yang ada saat ini, kondisi perekonomian Indonesia
masih dalam situasi yang memerlukan pembenahan dari segala
sektor, lalu siapkah Indonesia menyongsong datangnya MEA yang
sudah di depan mata?
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015 Hal | 30
Di Timur Tengah Nur Arifin, sebagai salah seorang
pelajar Master dari King Fahd University of
Petroleum and Mineral (KFUPM) menjelaskan
pengetahuannya mengenai MEA.
Menurutnya MEA, merupakan gabungan antar
negara-negara ASEAN untuk membentuk pasar
yang bebas dan kompetitif antar negara ASEAN
melalui bentuk kesetaraan hak-hak antar negara
ASEAN.
Dampak dari upaya penggabungan ini untuk
Indonesia tentunya tidak sepenuhnya positif, ia
menambahkan terdapat keuntungan dan
kerugiannya, adapun keuntugannya kita bisa
mendapat hak yang sama di ASEAN.
“ Misalnya saat kita ingin bekerja dinegara
manapun bisa mendapatkan hak-hak yang sama,
baik dari segi gaji, tunjangan, namun tentunya
akan ada kerugian juga yang akan diterima ketika
Indonesia belum siap menghadapi MEA, pekerja-
pekerja asing menyerbu Indonesia dan produk-
produk kita belum tentu bisa bersaing, akhirnya
Indonesia akan terjajah di negeri sendiri,” tuturnya.
Sebagai pelajar untuk menghadapi tantangan
MEA ini, hal yang harus dilakukan ialah dengan
menggunakanlah ilmu yang kita dapat untuk
membangun Indonesia, bisa dengan membuka
lapangan pekerjaan dalam industri kreatif, serta
bekerja sebaik mungkin dalam bidang yang sesuai
dengan passion serta keahlian yang dimiliki.
Jadilah orang besar.
Bicara tentang Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) tentunya
masih banyak yang harus
dipersiapkan bangsa
Indonesia menghadapi
tantangan ini. Untuk
menghadapi tantangan ini
diperlukan wawasan yang
luas mengenai sejauh mana
masyarakat memahami MEA
yang sudah berada di depan
mata.
Mahasiswa merupakan salah
satu asset bangsa yang akan
menjadi generasi penerus
bangsa Indonesia
kedepannya. Keterlibatan
mahasiswa melalui pemikiran
juga keilmuannya akan sangat
memberikan kontribusi
kepada pembangunan
bangsa Indonesia
kedepannya.
Bagaimanakah sejumlah
pelajar Indonesia memahami
MEA secara keseluruhan?
Berikut akan dilaporkan
sejumlah wawancara bersama
pelajar Indonesia yang
tergabung dalam organisasi
Persatuan Pelajar Indonesia
Dunia.
PPI BERBICARA MASALAH MEA
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Kegiatan yang berlangsung dari 21
Maret s.d 20 juni 2015 lalu ini
bertempat di ruangan kelas Sekolah
Indonesia Bangkok (SIB) KBRI dan diikuti
18 peserta yang berasal dari kalangan
mahasiswa maupun staf KBRI.
Saat itu yang bertindak sebagai
instruktur adalah Ms. Zuraidah Nasution
yang merupakan PhD student dari
Kasetsart university. Kesediaan Zuraidah
untuk menjadi instruktur tentunya
didorong oleh rasa kepedulian sekaligus
untuk membangkitkan semangat
masyarakat Indonesia yang ada di
Thailand khsususnya para pelajar dalam
meningkatkan kemampuan
berbahasanya lebih baik lagi.
“ Bahasa Inggris merupakan Bahasa
komunikasi internasional, jika kita ingin
maju dan mampu bersaing tentunya
harus memiliki kemampuan berbahasa
inggris yang lebih baik, dengan begitu
masyarakat Indonesia dapat bersaing
lebih luas lagi secara global,” tegas
Zuraidah.
Hadirnya program ini juga diharapkan
dapat membantu kebutuhan mahasiswa
Indonesia yang berada di Thailand
terhadap penguasaan bahasa Inggris
dalam kegiatan pendidikan, penelitian,
dan publikasi ilmiah.
Berbeda dengan pandangan pelajar
Indonesia di Thailand, menurutnya hal
yang harus dipersiapkan dalam
menghadapi MEA adalah kemampuan
berbahasa Inggris. Bahasa Inggris
merupakan bahasa internasional utama
masyarakat dunia dalam berkomunikasi,
termasuk untuk urusan diplomasi,
pendidikan, bisnis, dagang, ekonomi,
politik dan sosial budaya..
Dalam cetak biru ASEAN Economy
Community (AEC), disepakati bahasa
bisnis antar sesama negara ASEAN
adalah bahasa Inggris. Melihat
kerasnya persaingan di pasar bebas
ASEAN nanti, maka penguasaan bahasa
Inggris merupakan hal yang mutlak.
Persatuan Pelajar Indonesia di Thailand
(Permitha) telah menangkap persoalan
ini sebagai permasalahan mendasar
yang harus disikapi. Melalui
Departemen SDM-nya, Permitha telah
meluncurkan program English for
academic writing untuk mencoba
memahami situasi ini dan berusaha untuk
meningkatkan kemampuan pelajar yang
berada di Thailand pada khususnya dan
masyarakat Indonesia yang ada di
Thailand pada umumnya dalam
penguasaan bahasa Inggris.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015 Hal | 32
ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY:
BAGAIMANA LANGKAH
KE DEPANNYA?
Oleh: Subkhan Ngalimun Elwardi
(Ketua Umum PPI Malaysia)
Edisi 3| Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Sejak ASEAN berdiri negara-negara
anggota ASEAN telah berhasil
mentransformasikan ekonomi mereka
menuju pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Menurut World Eonmic Outlook
(IMF, 2014) pada tahun 2013 produk
domestik bruto (PDB) ASEAN mencapai
USD 2,4 trilion dan memberikan
kontribusi sebesar 3,3 persen kepada
ekonomi dunia. Bahkan dalam periode
2007-2013 pertumbuhan ekonomi
ASEAN (keculai Brunei Darussalam)
secara rata-rata lebih tinggi dibanding
pertumbuhan ekonomi dunia.
Kondisi ini membuat ekonomi ASEAN
mampu bertahan ketika ekonomi dunia
mengalami gejolak pada akhir tahun
2000-an. Kinerja ekonomi yang kuat
menjadikan seluruh negara anggota
ASEAN mampu meningkatkan standar
hidup masyarakatnya secara signifikan.
Namun demikian, tingkat kesenjangan
sosial dan tingkat pengangguran di
pasar tenaga kerja masih relatif tinggi.
Pada akhir tahun 2015 ini, ASEAN akan
memasuki milestone baru dalam kancah
perdagangan dunia yaitu Masyarakat
Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic
Community) yang merupakan salah sau
dari tiga pilar ASEAN Community
(ASEAN Economic Community, ASEAN
Political-Security Community, dan ASEAN
Socio-Cultural Community). Tujuan utama
dari AEC adalah terbentuknya pasar
global yang terintegrasi dan kompetitif
yang dibangun atas dasar prinsip
pembangunan ekonomi dan
kesejahteraan sosial yang merata.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
ini merefleksikan tantangan ekonomi
yang dihadapi oleh negara-negara
anggota ASEAN termasuk di dalam
membangun ketahanan terhadap
ancaman volatilitas ekonomi global,
mempertahankan pasar yang
kompetitif sejalan dengan makin
besarnya pengaruh Cina dan India,
mendorong penciptaan tenaga kerja
yang produktif, dan memitigasi
tingginya tingkat kesenjangan sosial
(inequality).
Apakah MEA ini dapat memberikan
dampak sosial yang positif di
wilayah ASEAN atau tidak, sangat
tergantung pada bagaimana
pengaruhnya terhadap pasar
tenaga kerja (labor market) baik
secara langsung maupun tidak
langsung serta bagaimana setiap
negara menyikapi dampak tersebut.
Secara langsung MEA akan
mempengaruhi pasar tenaga kerja
di kawasan ASEAN melalui makin
bebasnya aliran tenaga kerja
terlatih antarnegara, dan secara
tidak langsung melalui liberalisasi
perdagangan dan investasi.
Bagi Indonesia, MEA ini merupakan
peluang yang sangat besar apabila
dapat dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya. Pertumbuhan ekonomi yang
positif dan berada pada kisaran 5-
6 per tahun dapat menjadi modal
dasar bagi pemerintah Indonesia
dalam menghadapi pasar bebas
ASEAN ini.
Edis
i 3 |
Bu
leti
n P
PI D
un
ia |
Agu
stu
s 2
01
5
Demographic dividend yang berupa
makin besarnya jumlah penduduk
kelas menengah ke atas, serta makin
bertambahnya jumlah tenaga kerja
terlatih dan terdidik juga menjadi
nilai lebih bagi Indonesia untuk ikut
berkompetisi dalam globally
integrated market. Negara Indonesia
juga memiliki natural endowment
yang dapat dimanfaatkan secara
optimal yang meliputi: posisi
geografis yang strategis, sumber
daya alam yang melipah serta
tradisi, budaya dan masyarakat
yang beraneka ragam.
Menurut McKinsey Report, lima belas
tahun ke depan ekonomi Indonesia
diperkirakan menduduki peringkat
ketujuh dunia, tenaga kerja terlatih
dan terdidik mencapai 113 juta
orang, jumlah penduduk kelas
menengah ke atas diperkirakan
sebesar 135 juta orang, dan market
opportunity untuk jasa, produk
pertanian serta pendidikan
mencapai 1,8 triliun dolar. Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia
memiliki potensi (sebagai negara
terbesar di wilayah ASEAN) untuk
menguasi pasar ASEAN. Namun
sebaliknya, apabila demographic
dividend ini tidak dapat
dimanfaatkan dengan sebaik-bainya
maka Indonesia hanya akan menjadi
pasar tujuan bagi produk-produk
dari negara lainnya.
Karena pelaksanaan MEA sudah di
ambang mata dan tidak dapat
ditunda lagi, maka menjadi tugas
kita bersama untuk mempersiapkan
langkah-langkah ke depan. Minimal
ada tiga langkah yang perlu
dipersiapkan dalam menghadapi
MEA sehingga kita dapat bersaing
dengan negara-negara lain yaitu: (1)
menjaga dan meningkatkan kualitas
pertumbuhan ekonomi, (2)
meningkatkan produktivitas tenaga
kerja (labor productivity), dan (3)
koordinasi kebijakan fiskal dan
moneter yang lebih pro-poor dan pro
job.
Untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas pertumbuhan ekonomi,
beberapa langkah yang dapat
dilakukan meliputi:
• Pembangunan infrasruktur
terutama untuk meningkatkan
kelancaran arus barang dan jasa
(Jalan, Pelabuhan,Transportasi
dll),
• Peningkatan iklim investasi dan
iklim usaha, terutama terkait
dengan peningkatan kemudahan
berusaha,
• Peningkatan konektvitas antar
wilayah dan antar daerah,
terutama untuk menghubungkan
sentra produksi dengan sentra
pemasaran,
• Meningkatkan investasi di sektor-
sektor dan industri yang padat
pekerja,
Edis
i 2 |
Bu
leti
n P
PI D
un
ia |
Mei
20
15
• Mendorong usaha kecil dan
menengah, terutama yang
berpotensi menyerap tenaga
kerja dengan ketrampilan
rendah,
• Memberikan insentif bagi
perusahaan yang
mempekerjakan tenaga kerja
dalam jumlah besar (tergolong
industri padat pekerja), dan
• Mensinergikan program-
program pusat dengan daerah
Sementara itu, peningkatan
produktivitas tenaga kerja dapat
ditempuh antara lain melelui:
• Menyelaraskan keterampilan
pekerja dengan kebutuhan
dunia usaha,
• Memperkuat relevansi sistem
pendidikan untuk meningkatkan
kesiapan pasar tenaga kerja,
• Memberikan pelatihan kejuruan
berbasis permintaan (demand-
based vocational training),
program akreditasi dan kerja
sama dengan sektor swasta,
• (Ekstra kurikuler pre-vocational)
program keterampilan untuk
memastikan kesiapan kerja bagi
para sarjana/lulusan,
• Perlu praktek-praktek kerja
yang bertanggung jawab,
seperti inovasi dalam organisasi
kerja
pembelajaran terus-menerus di tempat
kerja, hubungan yang baik antara
pekerja dan manajemen,
• Melibatkan karyawan dalam
pengambilan keputusan terkait
dengan pergantian karyawan,
peningkatan produktivitas dan hasil
yang lebih baik, dan
• Kepatuhan terhadap standar
perburuhan
Terkait dengan koordinasi kebijakan,
otoritas fiskal dan otoritas moneter dapat
mengambil langkah-langkah antara lain:
• Ekspansi ekonomi yang dapat
mendorong penciptaan lapangan
kerja
• Perlu adanya ekspansi untuk
pendidikan dasar dan pendidikan
menengah bagi rumah tangga miskin
• Belanja dan bantuan sosial yang
berpihak pada masyarakat miskin
• Memperbaiki mekanisme redistribusi
pendapatan misanya dengan
menerapkan pajak progressif (bagi
orang kaya), dan lump-sum (subsidi)
untuk masyarakat miskin
• Meningkatkan produktivitas
masyarakat miskin dengan
mempermudah akses ke pendidikan,
fasilitas kesehatan & gizi yang lebih
baik
• Meningkatkan kemudahan akses
masyarakat miskin terhadap ekonomi
Edis
i 3 |
Bu
leti
n P
PI D
un
ia |
Agu
stu
s 2
01
5
Hal | 36
Indahnya Hari Raya Pelajar Indonesia di Perantauan
Lebaran kali ini mungkin terasa berbeda
dari lebaran biasanya. Tahun ini lebaran
sejumlah pelajar Indonesia yag belajar
di luar negara terpaksa merayakan
idulfitri dengan berjauhan dari sanak
saudara, bahkan mungkin sangat jauh
dari jamuan khas hari raya khas tanah
air yang menggoda selera.
Di Tunisia tradisi hari raya tidak semarak
sperti disejumlah negara-negara yang
memiliki penduduk dominan beragama
Islam, ramadhan di Tunisia terkesan penuh
kesunyian. Seperti yang di tuturkan Nafidh
salah seorang pelajar Indonesia yang
belajar di Tunisia.
“Sungguh sangat terasa jargon lebaran
sederhana tanpa pesta yang meriah,
Tunisia sebuah Negara wilayah Arab
Barat yang terletak di benua Afrika juga
tak mengenal kemeriahan idul fittri, tidak
ada kemeriahan takbir keliling, kelezatan
opor ayam atau pun halal bi halal
berkeliling dari rumah ke rumah,” ujar
Nafidh.
KBRI Tunis selaku “Ayah” bagi mahasiswa
rantau di Tunis memang menyediakan
miniature suasana lebaran berupa
takbiran bersama di malam ied, salat ied
bersama di wisma duta dan juga
kemeriahan hidangan lebaran.
Tetapi ternyata tidak semua mahasiswa
yang memilih kemeriahan tersebut.
Seperti yang dilakukan Nafidh bersama
tiga pelajar lainnya. mereka memilih
backpacker selama Ramadhan ke wilayah
selatan, Kota Kairouan. Kota yang konon
menjadi tonggak penyebaran islam di
wilayah Afrika dan tersambung hingga
wilayah eropa sana. Jarak dari kota Tunis
sekitar 160 KM. Dua jam perjalanan
ditempuh dengan bus dari Terminal Bab
Alioua, Tunis. Kami berangkat hari ketiga
Romadhon, Sabtu (27/106/2015).
“Niat kami ingin menghafal quran sambil
melacak jejak sejarah kota yang didirikan
pada tahun 50 H oleh sahabat Uqbah Ibn
Nafi’. Kabar yang kami terima disana
ada pesantren yang konon tetap eksis
hingga sekarang. Karena tak mudah
mempertahankan lembaga bernuansa
islam seperti pesantren ini,” ujarnya.
Namanya Pesantren Darul Quran,
Kairouan. Didirikan pada tahun 1968,
pra-revolusi Tunisia (Revolusi Negara
Tunisia terjadi pada tahun 2011.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015 Hal | 37
Sebelum revolusi lembaga berirama
agama akan segera dimarginalkan).
Didirikan oleh seorang ulama Kairouan
ternama Syeh Abdurrahman Khlif.
Disinilah kami habiskan ibadah
ramadhan tahun ini.
Letaknya pun cukup strategis di jantung
kota Kairouan, dekat dengan Medina
Al Atiqoh (kota tua). Cukup dengan
berjalan kaki sekitar lima menit maka
kita akan sampai di ikon kota ini, Jami’
Uqbah. Sungguh kenikmatan mana lagi
yang kau dustakan?!
Ramadhan tahun ini di Tunisia
ditunaikan selama 29 hari dengan
cuaca diatas 40ºC. Menurut keterangan
warga setempat, kota ini lah kota
terpanas di Bumi El Khodro, Tunisia.
Dan akhirnya ramadhanpun usai. Di
malam hari 16 Juli 2015, pada pukul
sembilan kurang seperempat, suara
meriam dari Jami’ Uqbah menggema
di langit kota Kairouan.
“Setelah tiga kali ditembakan, tanda
puasa kami benar-benar berahir. Kami
pun langsung menuju ke Jami’ Uqbah
untuk solat isya bersama.
Pemandangan yang sangat berbeda
dengan tanah air, setelah salam Sang
Imam akan memimpin jamaah untuk
takbiran bersama kemudian
melanjutkannya dengan doa. Di Tunisia,
lagi-lagi kesunyian menyapa kami
mahasiswa rantau. Sang imam hanya
bedoa ala kadarnya tanpa gema
takbir yang membahana. Dan istilah
malam takbiran pun tak dikenal di
Negara ini.
Takbiran hanya digemakan pas
sebelum solat tied dimulai. Itu pun
hanya takbiran datar tanpa nada
seperti di Indonesia,” ungkap
Nahfidh lagi.
Dan akhirnya waktu yang
dinantipun tiba, sholat Ied
dilaksanakan pada hari Jumat
(17/07/2015) Pukul 06.00 CET
(waktu eropa tengah) Solat ied
kami laksanakan dengan hidmat di
halaman Jami’ tertua di kawasan
Arab Barat. Syeh Thoyyib selaku
imam besar Jami’ Uqbah memimpin
jalannya solat sekaligus sebagai
khotib. Setelah solat maka lebaran
benar-benar berahir tak ada acara
makan-makan hidangan lebaran
pun tak ada acara berkeliling ke
rumah tetangga, tak ada salam-
salaman, tak ada ketupat atau
bahkan petasan. Lebaran dalam
kesunyian.
Edis
i 3 |
Bu
leti
n P
PI D
un
ia |
Agu
stu
s 2
01
5
Hal | 38
Indahnya Hari Raya….
Tak jauh berbeda di Jepang, hal
yang wajar jika tinggal di Jepang
harus dihadapkan dengan sedikitnya
komunitas islam. Hal inilah yang
membuat suasana Ramadhan dan Idul
fitri tidak sehangat di tanah air.
“ Di Jepang kami jauh dari hiruk pikuk
dan suasana yang hangat, tidak ada
siaran TV yang berlomba-lomba
menyiarkan siaran yang menjadi
tanda memeriahnya Ramadhan dan
Idul Fitri di Indonesia,” ujar Desi salah
seorang pelajar master dari
Hokkaido University.
Menurut Desi, sebagai kaum minoritas
muslim Indonesia dari 1000 orang
penduduk yang ada di kota Hokkaido
tentunya tidak banyak yang bisa
dilakukan untuk membuat ramadhan
ataupun hari raya menjadi meriah
seperti di tanah air.
“ Ramadhan dan lebaran tahun ini
dating pada saat musim panas. Tidak
ada yang bisa dilakukan selain
mensyukuri apapun yang kami
rasakan saat berjauhan dari keluarga
dan mengulang kata-kata bahwa
kebahagiaan itu letaknya di rasa
syukur, Alhamdulillah masih bertemu
dengan ramadhan,”ujarnya.
Kota Sapporo merupakan jantung Provinsi
Hokkaido. Kampus Hokkaido University
berada dikota ini, semenjak 8 tahun
terakhir di lingkungan kampus ini sudah
berdiri Masjid Sapporo yang dapat
menampung sekitar 200 jamaah.
Selama ramadhan, sholat taraweh di
masjid ini dipimpin imam asal Mesir. Sholat
tarawih tahun ini setidaknya satu Juz
dibaca oleh imam yang terangkum dalam
11 rokaat. Di Jepang saat musim panas
tiba, durasi siang akan terasa lebih
panjang.
“Inilah yang membuat jadwal puasa
banyak berbeda dengan di Indonesia,
waktu imsa’ jatuh pada pukul 1.30 pagi,
sedangkan buka puasa jatuh pada pukul
19.15 petang, jadi sekitar 17,5 jam puasa
di Hokkaido,” ujar Desi.
Tidak terasa 30 hari berlalu dengan cepat,
musim panas tahun ini terasa jauh lebih
sejuk hawanya dibandingkan dengan
musim panas sebelumnya, Alhamdulillah.
Lebaran yang ditunggupun tiba, walau
tidak ada kehebohan berbelanja baju
baru, siap-siap obor untuk takbir keliling,
menata kue kering berbaris rapi di ruang
tamu, tapi khidmad merayakan
kemenangan Ramadhan jelas tak kalah di
negeri Sakura.
“Kami melaksanakan sholat idul fitri
1436 H di sebuah taman yang tidak
jauh dari Masjid, lebih dari 300 orang
jama’ah dari berbagai bangsa hari
Jumat 17 Juli 2015 melaksanakan
sholat Ied dengan khidmad, dan setelah
melaksankan sholat jama’ahpun
bersalam-salaman dengan muslim yang
lain,” ungkap Desi.
Terasa suasana haru yang mendalam,
walau jauh dari kampung halaman,
ada banyak hal yang harus disyukuri di
sini, merayakan hari besar tanpa orang
tersayang, bukan berarti harus
bersedih bukan. Keterbatasan-
keterbatasan di negeri orang,
Alhamdulillah, diberi kesempatan
merayakan hari besar bersama
saudara dari enam benua, Asia,
Amerika utara, Amerika selatan, Eropa,
dan Afrika, dan Australia.
Menurut Desi suasana hari raya dan
halal bihalal dengan sesama muslim di
Hokkaido pada tahun 1436 H kali ini
terasa indah dengan jamun dari salah
seorang pasangan muslim warga
Negara Jepang. Dan ternyata dari
1000 penduduk Jepang jumlah muslim
hanya terdapat 20 orang saja.
“ Masya allah, jalan dakwah masih
sangat luas. Lagi lagi, saya menjadi
paham, bahwa kebahagiaan letaknya
ada di rasa syukur, Alhamdulillah saya
masih bisa berhari raya dengan sesame
muslim lainnya meskipun tidak berada
ditengah keluarga tercinta di tanah air,”
ungkapnya. (Ds/Nfd)
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
PPI Dunia Tegaskan Siap
Kerja sama dengan LPDP
Pada hari Rabu tanggal 29 Juli 2015
bertempat di Gedung Maramis,
Kementerian Keuangan Republik
Indonesia di Jakarta, Perhimpunan
Pelajar Indonesia se-Dunia (PPI Dunia)
telah melangsungkan audiensi dengan
Direktur Utama, Lembaga Pengelola
Dana Pendidikan (LPDP) Bapak Eko
Prasetyo.
Dalam kesempatan tersebut PPI Dunia
yang diwakili oleh 7 negara yaitu, PPI
Australia, PPI Malaysia, PPI Taiwan,
PPMI Arab Saudi, PPI Filipina, PPI Turki
dan PERMIRA Rusia.
Perwakilan PPI dalam pertemuan
tersebut menyampaikan beberapa
agenda kerja sama sekaligus meminta
klarifikasi terkait pengalihan beasiswa
DIKTI ke LPDP dan daftar Universitas
yang diterima oleh beasiswa LPDP.
Agenda kerja sama yang sempat di
bahas dalam pertemuan tersebut
diantaranya adalah LPDP roadshow
atau world tour, pertimbangan aktivis
Hal | 41
PPI meraih beasiswa LPDP, program TOP
UP, Beasiswa 3T untuk program strata
satu (S1).
Koordinator PPI Dunia periode 2014-
2015, Ahmad Almaududy Amri (Dudy)
menyampaikan pentingnya penghargaan
dari pemerintah kepada para aktivis PPI
yang mendikasikan waktunya untuk
berkarya bagi Indonesia di luar negeri,
salah satu bentuknya adalah dengan
mempertimbangkan para pengurus untuk
mendapatkan beasiswa LPDP.
Dudy juga menjelaskan bahwa PPI Dunia
siap memfasilitasi LPDP untuk untuk
melakukan roadshow atau world tour
untuk mensosialisasikan beasiswa LPDP.
Dudy menegaskan bahwa agenda ini
penting mengingat banyaknya pelajar
S1 dan S2 Indonesia di luar negeri yang
berkeinginan untuk melanjutkan studi ke
jenjang yang lebih tinggi lagi namun
tidak mendapatkan informasi yang
cukup mengenai beasiswa yang
diberikan pemerintah Indonesia termasuk
LPDP.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
G D . M A R A M I S , L P D P
FOTO BERSAMA DIREKTUR UTAMA LPDP
Menanggapi concern PPI Dunia
tersebut, Direktur utama LPDP Eko
Prasetyo menyambut baik usulan PPI
Dunia untuk memberikan penghargaan
kepada pengurus PPI dan akan
mendiskusikannya secara internal.
“Komponen keaktifan di organisasi
sebenarnya sudah masuk sebagai salah
satu konsiderasi dalam penerimaan
beasiswa LPDP namun yang mengatur
secara khusus untuk pengurus PPI yang
berkarya di luar negeri sejauh ini
memang belum ada,” ungkapnya.
Terkait dengan agenda roadshow, ia
menyampaikan bahwa ide ini sangatlah
positif, namun mengingat biaya yang
harus dikeluarkan cukup banyak maka
harus dipikirkan dengan matang lagi
usulan tersebut.
Bapak Eko memberikan wacana bahwa
pengurus PPI dan penerima beasiswa
LPDP di Negara terkait dapat
berkolaborasi untuk menyebarluskan
informasi ini di bawah arahan LPDP.
PPI Dunia dalam audiensi tersebut juga
mengklarifikasi beberapa hal antara
lain terkait pengalihan beasiswa DIKTI
ke LPDP dan daftar Universitas yang
diterima oleh beasiswa LPDP.
Menanggapi hal tersebut, LPDP
menyampaikan bahwa diskusi mengenai
pengalihan beasiswa DIKTI ke LPDP
masih dalam pembahsan oleh pihak-
pihak terkait dan ia menuturkan akan
siap mengelola jika pengalihan tersebut
terjadi.
“LPDP perlu diberikan waktu yang
cukup untuk menata sistem serta
anggaran yang memadai untuk
menampung calon penerima beasiswa
yang lebih banyak lagi,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa dosen
dapat juga mengajukan beasiswa LPDP
mengingat jumlah penerima beasiswa
tersebut cukup sigifikan yaitu mencapai
3000 penerima dalam satu tahun.
Terkait dengan daftar universitas,
ditgaskan bahwa daftar tersebut
merupakan produk murni dari tim
seleksi yang mempertimbangkan
beberapa referensi yang
mengeluarkan daftar ranking
universitas dunia seperti QS World
Universities Ranking dan Times Higher
Education. Daftar tersebut juga selalu
di update setiap tahunnya.
Pada kesempatan audiensi Dudy selaku
coordinator PPI Dunia 2014-2015
menyampaikan undangan resmi
sebagai pembicara pada Simposium
Internasional PPI Dunia kepda Dirut
LPDP. Simposium ini akan diadakan di
Singapura pada 8-9 Agustus 2015.
Menjawab undangan tersebut pihak
LPDP menyatakan bersedia memenuhi
undangan tersebut sebagai bukti
kesiapan LPDP untuk dapat bekerja
sama dengan PPI Dunia.
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Hal | 43
Sel Surya Organik: Mewujudkan Energi Bersih dan
Murah untuk Dunia
Oleh: Muhamad Doris Caniago
Ada dua tantangan besar yang
dihadapi dunia saat ini, yang pertama
adalah semakin berkurangnya sumber
daya energi fosil dan yang kedua,
adalah perubahan iklim. Semenjak
revolusi industri, pemanfaatan energi
fosil, batubara dan minyak bumi, telah
memperburuk siklus iklim di dunia.
Muhamad Doris adalah salah seorang
research assistant di group riset Organic
Electronic, Universiti Malaya, yang
sedang aktif melakukan penelitian
mengenai sel surya organik.
Menurutnya, apabila dibandingkan
2000 tahun sebelum dimulainya revolusi
industri, tercatat bahwa sejak 150 tahun
terakhir, temperatur permukaan bumi
meningkat lebih cepat seiring dengan
bertambahnya kadar karbondioksida di
atmosfir bumi, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar-1.
“Hal ini sudah seharusnya menjadi
perhatian penting kita bersama untuk
mencari alternatif pemanfaatan energi
yang tidak mengancam kelangsungan
makhluk hidup dibumi,” tutur Doris.
Dari kajian yang telah ia pelajari
terdapat beberapa energi alternatif
yang masih belum dioptimalkan
pemanfaatannya, salah satunya
adalah energi matahari.
Doris menjelaskan, dalam aplikasinya,
energi matahari yang dapat
dimanfaatkan terbagi dua, yakni
pertama solar thermal, dengan cara
memanfaatkan panas yang
dipancarkan dan solar cell, yang
memanfaatkan radiasi cahaya yang
dipancarkan matahari.
Hal | 44
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
meramalkan bahwa sel surya,
suatu hari nanti, akan menjadi
sumber energi yang utama.
Dalam satu jam pancaran
sinar matahari yang diterima
permukaan bumi dapat
menghasilkan energi sebanyak
120.000 terawatt. Energi ini
setara dengan 9000 kali
energi yang diperlukan
diseluruh dunia saat ini, yakni
hanya sebesar 13 tera-watt.
“Bisa kita bayangkan
andaikan saja kita dapat
memanfaatkan 0.05 % energi
yang dipancarkan matahari,
maka semua persoalan energi
diseluruh dunia dapat
terselesaikan,” ungkap pria
berdarah minang ini lebih
lanjut.
Akan tetapi, yang menjadi
tantangan saat ini adalah
menemukan cara yang efektif
untuk mengambil energi dari
cahaya matahari dan
mengkonversinya menjadi
energi listrik dengan harga
yang lebih murah dan
memanfaatkan bahan-bahan
yang mudah didapat di
permukaan bumi.
Hal | 45 Edisi 2 | Buletin PPI Dunia | Mei 2015
Gambar-1. Temperatur bumi dan
peningkatan karbondioksida di atmosfir.
(http://www.ncdc.noaa.gov/indicators/)
Pada mulanya tidak banyak orang
tertarik untuk mengembangkan energi
matahari sampai pada tahun 1954 di
laboratorium Bell Labs, tiga peneliti
yang terdiri dari Gerald Pearson, Daryl
Chapin dan Calvin Fuller menemukan sel
surya berbasis Silikon dengan effisiensi
4 %, yang tak lama kemudian
efisiensinya meningkat menjadi 11 %.
Silikon menjadi material pertama di
dunia yang dapat mengubah cahaya
matahari menjadi listrik.
Namun, harga sel surya berbahan
Silikon ketika itu cukup mahal, $ 1000
per watt. Peningkatan efisiensi sel surya
silikon menjadi perhatian sebuah surat
kabar harian New York Times, yang
Edis
i 3 |
Bu
leti
n P
PI D
un
ia |
Agu
stu
s 2
01
5
Gambar-2. Rekor effisiensi
berbagai jenis sel surya yang
pernah dibukukan.
(National Renewable Energy
Laboratory, 2014)
Sel surya sejak pertama kali
ditemukan telah membukukan
sejumlah rekor nilai efisiensi.
Dimulai dari berbahan dasar
Silikon dalam bentuk monokristal
maupun polikristal, berlapis
tunggal maupun multi lapis
bahkan hingga memanfaatkan
teknologi lapisan tipis.
Menurut Doris, sel surya yang ada
di pasaran saat ini, hingga 98 %,
masih didominasi oleh sel surya
berbahan dasar inorganik dimana
sel surya Silikon mendominasi 90
%.
Bahkan, sebagian sel surya
inorganik dibuat menggunakan
material “tanah jarang” yang
harganya relatif mahal ketimbang
Silikon.
Rekor efisiensi tertinggi yang
pernah dibukukan oleh sel surya
Silikon adalah sebesar 25 %,
Gambar-2. Meskipun sel surya
Silikon memiliki efisiensi yang tinggi,
proses produksi sel surya jenis ini
masih menjadi kendala akibat dari
tahapan proses yang relatif rumit.
Oleh karenanya, diperlukan suatu
material atau proses lain yang
dapat mengatasi dua tantangan
diatas, yakni, penggunaan material
yang mudah didapat dan
berlimpah serta ongkos produksi
yang relatif murah dan proses
fabrikasi yang sederhana.
Edis
i 3 |
Bu
leti
n P
PI D
un
ia |
Agu
stu
s 2
01
5
Gambar-3. Mekanisme transfer muatan
listrik, pasangan electron-hole, didalam sel
surya organic
(http://www.photonics.com/images/Web/Ar
ticles/2012/2/1/Figure2_4.jpg)
Akhir-akhir ini, sel surya jenis lain yang
berbasis bahan organik telah menjadi pusat
perhatian sejumlah penelitian di beberapa
laboratorium di dunia. Sedikit berbeda
dengan sel surya inorganik dimana pada sel
surya berbahan organik, proses transfer
muatan listrik tidak terjadi secara langsung,
akan tetapi melibatkan proses penciptaan
pasangan elektron-hole yang kemudian
elektron dan hole dipisahkan menuju
electroda seperti yang digambarkan oleh
bagan Gambar-3.
Di samping itu, sel surya berbahan organik
relatif mudah didapat, ramah lingkungan,
mudah diproduksi secara massal, dan proses
fabrikasi yang murah. Lebih lanjut Doris
menjelaskan, besaran efisiensi sel surya
organik belum dapat menyamai nilai
efisiensi sel surya inorganik.
Sel surya organik, relatif
mudah di produksi karena
menggunakan larutan cairan
dimana larutan ini dapat kita
gunakan sebagai tinta. Tinta
ini tak ubahnya seperti tinta
yang kita gunakan pada
teknik mencetak dokumen
maupun pada metode “roll to
roll printing” yakni, pada
proses yang dapat kita jumpai
dalam mencetak koran
ataupun majalah sehingga
proses produksi sebuah sel
surya dapat menjadi lebih
cepat dan relatif murah.
Kendati sel surya organik ini
sedang menjadi primadona
sebagai generasi masa depan
sel surya, beberapa kendala
masih perlu diatasi seperti
“life time” yang perlu
diperpanjang, dan nilai
efisiensi yang perlu
ditingkatkan, dimana saat ini
baru membukukan efisiensi
sekitar 10%. Apabila dua
kendala ini dapat
diselesaikan, tidak diragukan
lagi, sel surya organik akan
membanjiri pasar sel surya di
dunia.
Oleh: Muhamad Doris
(Research Assistant at Low
Dimensional Materials Research
Centre, Department of Physics,
University Malaya)
Edis
i 3 |
Bu
leti
n P
PI D
un
ia |
Agu
stu
s 2
01
5
Hal | 47
Pojok Sastra
Takdirku
Ketika aku harus terbaring di sini
Merenungi waktu
Mengantarkanku dalam dalam
ilusi
Sejenak beristirahat dari riuh
kehidupan
Ketika aku harus diam sendiri
Mendengarkan apa yang tak
jelas.
menghibur hati dalam risau
asa rebah tanpa daya
Ketika sadarku merasuki kalbu
Hamba yang tanpa daya
Menerima sejarah tertulis
Memerankan lakon duka
Lara…..dan..sengsara
Amelia, 2015
Aku Ada
Dalam diam, dalam semua perbuatan yang sungguh
tidak perlu digegap gempitakan oleh suara. Dalam
setiap hela napas yang jelas nampak betapa aku
mencintai kamu.
Dalam setiap tatapan mata dan kecupan kecil yang
istimewa bagiku. Dalam setiap kesempatan untukku
menjadi yang satu-satunya bagimu.
Dalam setiap kesempatan melindungimu dari apa-apa
saja, dalam setiap di mana aku jelas bisa menjadi
yang kau andalkan.
Dalam setiap sandaran yang kau cari saat kau
kelelahan, aku selalu ada.
Dalam setiap kalimat sederhana yang tanpa sengaja
aku ucapkan, justru adalah tempat yang paling jelas
menyatakan betapa aku memujamu.
Dalam setiap sikap posesif yang tidak pernah bisa
kamu fahami, aku ada. Melindungimu mati-matian
dengan caraku yang mungkin selalu gagal kamu
mengerti.
Dalam setiap pertengkaran di mana aku gagal
memberitahumu dengan lugas betapa aku cemburu.
Betapa aku tidak ingin kamu dimiliki orang lain. Betapa
aku ingin kamu hanya menjadi milikku.
Dalam setiap hembusan angin, hanya namamu yang
sungguh bergema dalam setiap ruang di pikiranku.
Dalam setiap penolakan dan pembuanganmu atas
diriku, dan setiap kebodohan yang aku lakukan;
terlunta-lunta kembali kepadamu. Seperti seekor anak
kucing yang telah dibuang jauh tapi tetap bisa kembali
menemukan jalan pulang. Menyedihkan
Dalam setiap ketiadaan, aku ada.
Cynthia Darongke, 22 November 2014
Edisi 3 | Buletin PPI Dunia | Agustus 2015
Upcoming Events PPI Negara: