99 - ppi kebijakan ppi

41
1 PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG NOMOR : 99/PER/RSI-SA/I/2014 TENTANG KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG TINDAKAN Nama Jabatan Tandatangan Tanggal Disiapkan Dr. Ridha Wahyutomo, SpMKK Ketua KPPI 4 Januari 2014 Diperiksa Dr. H. Makmur Santosa, MARS Direktur Pelayanan 9 Januari 2014 Disetujui Dr. H. Masyhudi AM, M. Kes Direktur Utama 11 Januari 2014

Upload: nur-chamimah

Post on 28-Jan-2016

270 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

hj

TRANSCRIPT

1

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

NOMOR : 99/PER/RSI-SA/I/2014

TENTANG

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

TINDAKAN Nama Jabatan Tandatangan Tanggal

Disiapkan Dr. Ridha Wahyutomo, SpMKK Ketua KPPI 4 Januari 2014

Diperiksa Dr. H. Makmur Santosa, MARS Direktur Pelayanan

9 Januari 2014

Disetujui Dr. H. Masyhudi AM, M. Kes Direktur Utama

11 Januari 2014

2

Bismillaahirrahmaanirrohiim

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

NOMOR : 99/PER/RSI-SA/I/2014

TENTANG

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

Menimbang :

a. bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehata kepada masyarakat memiliki peran

yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

b. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan mutu pelayanan

kesehatan yang prima dan profesional, khsusunya dalam upaya

pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit

diperlukan adanya suatu kebijakan.

c. bahwa Kebijakan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit

Islam Sultan Agung ditetapkan dengan Peraturan Direksi.

Mengingat : 1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor

270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan

dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan

Lainnya.

2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 382/Menkes/SK/III/

2008 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di

Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

HK.07.06/III/2371/09 tentang Ijin Penyelenggaraan Rumah Sakit Islam

Sultan Agung Semarang.

4. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Di Indonesia, Dirjen P2M &

Penyehatan Lingkungan Dan Diejen Pelayanan Medik Depkes R1, 2002

5. Buku Pedoman dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Lainnya, DEPKES RI, 2007.

6. Buku Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di

Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, DEPKES RI, 2007

3

7. Surat Keputusan RSI Sultan Agung nomor : 99/PER/RSI-SA/I/2014

Tentang Kebijakan Pengendalian Infeksi Nosokomial Rumah Sakit Islam

Sultan Agung Semarang

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Kebijakan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit Islam

Sultan sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan ini.

KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, sampai ada

ketetapan selanjutnya

KETIGA : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini

maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Semarang

Tanggal : 09 Rabiul Awwal 1435.H

11 Januari 2014.M

RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

Dr. H. Masyhudi AM, M. Kes

Direktur Utama

Tembusan Yth :

1. Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

2. Unit terkait

3. Arsip

4

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

NOMOR : 99/PER/RSI-SA/I/2014

TANGGAL : 11 JANUARI 2014

KEBIJAKAN KEBERSIHAN TANGAN

PENGERTIAN :

Kebersihan Tangan adalah suatu prosedur tindakan membersihkan tangan dengan

menggunakan sabun / antiseptik dibawah air mengalir atau dengan menggunakan

handrub berbasis alkohol.

TUJUAN :

adalah untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi

jumlah mikroorganisme sementara.

KEBIJAKAN :

Kebersihan tangan harus dilakukan dengan benar sesuai standar WHO yaitu 6

langkah, baik menggunakan Handrub maupun sabun dibawah air mengalir.

Waktu melakukan kebersihan tangan (The Five Moments for Hand Hygiene)

adalah :

1. Sebelum kontak dengan pasien

2. Sebelum melakukan tindakan aseptic

3. Setelah terkena cairan tubuh pasien

4. Setelah kontak dengan pasien

5. Setelah kontak dengan lingkungan pasien

KEBIJAKAN - KEBIJAKAN LAIN :

1. Diantara kontak pasien satu dengan yang lain

2. Bila tangan kotor

3. Sebelum memakai sarung tangan

4. Segera setelah melepas sarung tangan

5. Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkomsumsi makanan

6. Segera setelah membersihkan sekresi hidung

7. Sesudah ke kamar kecil

8. Segera setelah tiba di rumah sakit

9. Sebelum meninggalkan rumah sakit

5

TEHNIK PENGERINGAN TANGAN SETELAH MELAKUKAN KEBERSIHAN TANGAN

MENGGUNAKAN SABUN DIBAWAH AIR MENGALIR

1. Keringkan dari punggungg tangan ke dalam dan sebaliknya menggunakan

handuk kertas untuk membantu mengangkat bakteri.

2. Keringkan sekitar kuku dan ke dalam

3. Kerjakan di antara jari – jari tangan dengan handuk kertas.

JENIS - JENIS KEBERSIHAN TANGAN :

1. Kebersihan Tangan Sosial / Rutin

Yaitu kebersihan tangan yang dilakukan secara prosedural baik sebelum atau

sesudah melakukan tindakan dengan menggunakan sabun PH netral dibawah

air mengalir.

2. Kebersihan Tangan Prosedural

Yaitu kebersihan tangan yang dilakukan secara prosedural baik sebelum atau

sesudah melakukan tindakan dengan menggunakan sabun antiseptic dengan

kandungan chlorhexidin 2% dibawah air mengalir jika tangan terlihat kotor,

atau terkena cairan tubuh pasien, atau menggunakan handrub berbasis

alkohol jika tangan tidak terlihat kotor / tidak terkena cairan tubuh pasien.

3. Kebersihan Tangan dengan Handrub.

Yaitu kebersihan tangan yang dilakukan secara prosedural baik sebelum atau

sesudah melakukan tindakan medis dengan menggunakan handrub berbasis

alkohol , jika tangan tidak terlihat kotor atau tidak terkena cairan tubuh

pasien.

4. Kebersihan Tangan Pembedahan

a. kebersihan tangan bedah / scrubbing adalah proses menghilangkan /

menghancurkan mikroorganisme flora residen (AORN, 2009).

b. Tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dimana mencuci tangan

dibawah aliran air dari batas ujung jari sampai kesiku / 1/3 bawah lengan

atas dengan menggunakan bahan-bahan pencuci tangan (sabun

desinfektan /chlorhexidin 4 %, handrub).

Tujuan :

1. Mencegah infeksi silang.

2. Membebaskan kuman dan mencegah kontaminasi tangan selama

pembedahan.

3. Cost Effectif.

6

KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

PENGERTIAN :

Antibiotika adalah obat yang diberikan kepada pasien yang menderita infeksi

bakteri. Pemberian antibiotika yang tidak tepat dapat menimbulkan pemborosan

dan juga menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotika tertentu.

TUJUAN :

Untuk memberikan antibiotik yang rasional berdasarkan therapy empiric / sesaat

dan pertimbangan cost effective.

KEBIJAKAN :

Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi bekerjasama dengan Farmasi dan

terapi dalam :

1. Membuat Standar Terapi Rumah Sakit dan Formularium Rumah Sakit yang

mengacu pada aturan penggunaan antibiotik.

2. Pemantauan terhadap pola kepekaan/daya sensitivitas mikroba di setiap unit

perawatan di rumah sakit.

3. Pemantauan penggunaan antibiotika.

4. Penyediaan informasi yang teratur mengenai penggunaan obat melalui

program konsultasi obat dan pemberian informasi obat.

5. Jenis-jenis antibiotika yang digunakan di RSI Sultan Agung adalah antibiotika

yang sudah masuk dalam daftar formularium obat yang telah ditetapkan oleh

Direktur rumah sakit.

Di dalam penggunaan antibiotic rasional melalui prinsip 4 Tepat 1 waspada :

1. Tepat pasien

2. Tepat dosis

3. Tepat waktu pemberian

4. Tepat jenis

5. Waspada terhadap efek samping yang mungkin timbul

7

KEBIJAKAN PENGGUNAAN DISINFEKTAN

PENGERTIAN :

Disinfektan adalah suatu proses untuk menghilangkan/memusnahkan

mikroorganisme, bacteri, parasit, fungi dan sejumlah spora pada peralatan medis

/ objek dengan menggunakan cairan disinfekatan.

TUJUAN :

untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial, sehingga diharapkan alat – alat

bersih, terhindar bakteri sehingga aman untuk digunakan pasien, selain itu

untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial bisa juga dengan membiasakan

melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

KEBIJAKAN :

1. Instalasi Farmasi RSI Sultan Agung bertanggungjawab terhadap penyediaan

desinfektan dan antiseptic dalam memberikan pelayanan kesehatan.

2. Instalasi Farmasi mempunyai kegiatan perencanaan, pengadaan, pembuatan,

Penyusunan dan penyaluran desinfektan/antiseptic ke unit pemakai/pengguna

dalam pelayanan kesehatan di rumah sakir.

3. Dalam pemilihan Desinfektan harus memenuhi sifat – sifat zat kimia yang akan

digunakan seperti konsentrasi, bentuk formulasi dan kepekaan

mikroorganisme terhadap kerja zat kimia serta lingkungan desinfektan

digunakan.

4. Setiap ada vendor masuk / penawaran disinfektan, akan dilakukan uji laborat

di RSI Sultan Agung.

DAFTAR DESINFEKTAN DAN ANTISEPTIK YANG TERSEDIA

DI RS ISLAM SULTAN AGUNG

No Nama Isi Keterangan

1 Alkohol 70% Alkohol Untuk semua tujuan kulit

2 Alkohol 96% Alkohol Untuk semua tujuan kulit

3 Betadhin Pvidon lodida 10% Antiseptik kulit dan luka

4 Isodin Antiseptik kulit dan luka

5 Lodine povidon 10% Setara dengan 1% Iodium Antiseptik kulit dan luka

6 Poli Aid - Chlorhixide

- Gluconate

- Sulution

- Cetrimide B.P 15%

- B.P 7 ½ %

- Cuci tangan basah

- Antiseptik mencuci alat-alat

- sebelum disterilkan.

- Membersihkan alat-alat karet dan

kateter sebelum disterilkan

7 Avagard Chlorhexidine Gluconate 4% - Antiseptik kulit sebelum dan

- sesudah operasi.

- Sabun cuci tangan Higienis

8

8 Bayclin Klorin 0, 5% Desinfeksi linen di laundry

9 Hand Saniter (DETTOL) - Alkohol Denat

- Aqua, PEG/PPG17/6 Copolymer

- propylene glaycol

- Acrylates/ C 10-30Alkyl acrylate

- Crosspolymer, Tetrahydroxypropyl

- Ethylenediamine, parfum,

limonene

Membunuh kuman secara cepat

tanpa air.

Meninggalkan kesegaran pada

tangan.

10 3M Handrub Antiseptic 0, 5 % CHG Antiseptik kering untuk pembersih

kulit tangan

11 Anios Gel 85 Handrub Etanol (N CAS 64-17-5: 700mg/g Untuk perawatan higienik dan

desinfeksi untuk bedah dengan

menggosok tangan .

12 Softa – Man - Bahan Aktif: dalam 100 ml

Mengandung 45g etanol 100% dan

18g propanol.

- Bahan pengisi:aqua, disopropyl

Adipate, PEG-6 Caprylic/capric

Glyceride, dexpanthenol, Bisabolol,

perfume(terdiri dari Irmoneng

imalool), Allantoin.

-Antiseptik kering

-Pembersih tangan dari

kuman

13 Hibiscrub -Chlorhexidine Gluconate 4% b/v

(setara dengan chlorhexidine

Gluconate soluhon 20% b/v ph Eur.

Antiseptik kulit sebelum dan

Sesudah operasi.

14 Dermanios scrub -Chlorhexidine digluconat (CAS

No18472-51-0:40mg/g), bahan pengisi

Sabun cuci tangan higienis dan

desinfeksi bedah untuk cuci tangan.

15 Mikrozid AF 100g mikrozid AF mengandung

25g ethanol (94%), 35g 1- propanol,

bahan pengisi dan pengharum.

16 Sterilinge SA Didecyidi methylammonium chloride

(No CAS 7173-51-5:60mg/g), bahan

pengisi

Mendesinfeksi kain yang

terkontaminasi seblum dicuci, dalam

wadah perendam, dalam wadah

yang statis/dalam mesin yang

berputar.

17 Anioszym DD1 N, Nadidesil-N-methil-poli

(oksiotil)ammonium propronate

(C.A.S No94667-33-1:63 mg/g Poli

(hexamethilen biguanide),

hidrokhlorida (C.AS N0 27083-27-8:9,

6 mg/g) bahan pengisi

Pembersih yan diperkuat dan pre-

desinfeksi medikomshumenbedah,

peralatan medis dan alat endoskopy

18 Steranios 2 % Glutaraldehidda (N0 CAS 111-30-8:20

mg/g) bahan pengisi

Desinfeksi tingkat tinggi / sterilisasi

dingin untuk alat-alat medis, alat

bedah, endoskopi dan alat-alat yang

sensitif terhadap panas

9

KEBIJAKAN KETENTUAN STERILISASI

PENGERTIAN :

Sterilisasi adalah suatu proses menghilangkan / memusnahkan semua bentuk

mikroorganisme pada peralatan medis / obyek termasuk endospora yang dapat

dilakukan melalui proses fisika dan kimiawi dengan menggunakan alat sterilisator.

TUJUAN :

Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit

dan menjamin kualitas sterilisasi.

KEBIJAKAN :

1. Sterilisasi sebaiknya dilaksanakan disuatu unit tersendiri yang disebut

pelayanan sterilisasi sentral (CSSD).

2. Dekontaminasi, pembersihan, dan disinfeksi dapat dilakukan di ruangan atau

di unit pelayanan sterilisasi sentral (CSSD).

3. Tujuan pelayanan sterilisasi sentral adalah :

a. Menyediakan alat-alat medis yang steril

b. Membantu mencegah terjadinya infeksi nosokomial

c. Menjaminkualitas sterilisasi

d. Efisiensi tenaga, bahan dan alat

KLASIFIKASI DISINFEKSI

1. High Level Disinfection (HDL) / disinfeksi tingkat tinggi (DTT)Dapat membunuh

semua mikroorganisme kecuali endospora.

2. Intermmediate Level Disinfection (ILD) / disinfeksi tingkat sedang. Disinfeksi ini

akan membunuh mikroorganisme bakteri, fungi, virus, namun tidak

mempunyai aktifitas membunuh spora

3. Low Level Disinfection (LLD) / disinfeksi tingkat rendah disinfeksi ini tidak daya

untuk membunuh mikroorganisme fungi, bakteri, virus

PERSYARATAN PELAYANAN STERILISASI SENTRAL

1. Bagan organisasi yang jelas, menggambarkan alur tanggung jawab dan

komunikasi dengan unit-unit yang memerlukan pelayanan sterilisasi.

2. Unit sterilisasi harus dipimpin oleh seorang yang memahami tentang seluruh

prosedur pemrosesan alat.

3. Ada prosedur tertulis mengenai proses dekontaminasi, pencucian,

pengemasan, dan sterilisasi semua alat medis.

4. Ada loket terpisah antara penerimaan alat medis kotor dan penyerahan alat

medis steril.

10

5. Ada ruangan tempat penyimpanan alat kotor, bersih dan peralatan steril yang

terpisah

6. Harus mempunyai tekanan positif �aliran udara dari dalam keluar.

7. Kelembaban harus dijaga 20-23 o c.

8. Upayakan tidak ada pipa, kabel yg menonjol untuk menghindari timbunan

kuman

9. Hanya petugas penyimpanan barang yang boleh masuk.Distribusi stok barang

dengan Sistem FIFO.

10. Ada meja kerja yang cukup memadai (stainless steel) untuk memproses alat

medis dan alat-alat tenun / linen.

11. Udara dari ruangan kotor tidak mengalir ke ruangan bersih.

12. Lantai dan dinding mudah dibersihkan.

13. Ada tempat kebersihan tangan dengan air mengalir.

14. Kualitas air baik.

15. Mesin sterilisator diperiksa secara teratur.Sebaiknya memiliki dua pintu depan

dan belakang.

16. Tersedia Alat Pelindung Diri.

17. Ada pemeriksaan secara berkala dengan indikator fisik, kimiawi,

mikrobiologik terhadap alat yang disterilkan.

18. Jadual dan tata kerja diatur sedemikian rupa agar unit sterilisasi dapat

berfungsi di luar jam kerja.

KRITERIA STERILAN YANG IDEAL

1. Daya bunuh yang kuat.

2. Daya penetrasi yang baik.

3. Aman / tidak toksik.

4. Bisa digunakan untuk semua alat indicator.

5. Proses cepat.

PENGEMASAN

1. Kegiatan pra sterilisasi untuk menjaga keamanan dan efektifitas alat-alat

medis pada saat digunakan untuk perawatan pasien.

2. Tanggung jawab unit pelayanan sterilisasi sentral.

SYARAT BAHAN PENGEMASAN

1. Sesuai dengan metode sterilisasi yang dipakai.

2. Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri.

3. Kuat dan tahan lama.

4. Mudah digunakan.

5. Tidak mengandung racun.

6. Segel yang baik.

11

7. Aman dan mudah dibuka.

8. Masa kadaluarsa.

PENYEGELAN KEMASAN

1. Menggunakan tipe indicator.

2. Segel harus dibuat sedemikian rupa sehingga apabila dibuka fungsi segel

menjadi hilang.

3. Harus secara rapat, menggunakan segel panas atau segel kertas.

JENIS BAHAN KEMASAN

1. Linen

2. Kertas

3. Plastik film

4. Kombinasi plastic film dan kertas.

JENIS BAHAN KEMASAN

1. Linen

- Tidak dianjurkan bahan yang di-blech.

- Bukan dari bahan kanvas / tebal & kaku.

2. Kertas

- Hanya satu kali pakai

- Harus bersifat menolak / tidak mengabsorpsi air

- Harus mempunyai sifat penghalang bakteri yang baik

- Harus bebas dari materi toksik

3. Plastik film

- Film plastic tidak dapat menyerap air (cairan/uap)

- Tidak bisa digunakan untuk sterilisasi uap

- Dikombinasikan dengan kertas pada salah satu sisinya (steripouches)

apabila untuk Sterilisasi uap.

- Polyethylene dapat menyerap Ethylene Oxide

- Bahan PVC (Polyvinyl Chloride) tidak menyerap EO � tidak

direkomendasikan untuk sterilisasi EO.

4. Kombinasi plastikfilm dan kertas

METODE STERILISASI

1. Sterilisasi dengan suhu tinggi

- Sterilisasi uap (Steam Heat)

- Sterilisasi panas kering (Dry Heat)

2. Sterilisasi dengan suhu rendah

- Ethylene Oxide

- Hydrogen Peroxide Plasma Sterilization (STERRAD)

12

- Liquid Paracetic Acid

STERILISASI UAP

1. Metode sterilisasi paling tua, aman, efektif, relative tidak mahal, bersifat non

toksik.

2. Suhu dan waktu :

- 121oc (250

o F) selama 30 menit.

- 132 oc (270

o F) selama 4 menit.

- Direkomendasikan untuk peralatan yang tahan panas dan tahan uap.

STERILISASI PANAS KERING

1. Keuntungan :

- dapat mensterilkan bahan yang tidak dapat ditembus steam

- tidak bersifat korosi, mencapai seluruh permukaan alat

2. Kelemahan :

- penetrasi panas lambat-waktu lama

- perlu suhu tinggi

- dapat merusak bahan karet

STERILISASI PANAS KERING

1. Penggunaan untuk :

minyak, serbuk halus, syringe, kaca, gelas, benda tajam

2. Suhu dan waktu :

- 170o c (340o F) selama 60 menit

- 160 oC (320o F) selama 120 menit

- 150 oC (300

o F) selama 150 menit

ETHYLENE OXIDE (ETO)

1. Untuk sterilisasi alat medis yang sensitive terhadap panas dan uap.

2. ETO tidak berwarna, mudah terbakar.

3. Suhu 29o- 65oc atau 45o - 85oc.

4. Keuntungan :

- non korosif terhadap plastic, metal, karet.

- tidak berbau

5. Kelemahan :

waktu lama (2-5jam), biaya tinggi, bersifat toksik, mutagenic, karsinogenik,

iritasi Saluran pernafasan, dalam konsentrasi tinggi dapat menimbulkan

pusing, mual, muntah.

13

KEBIJAKAN PENGGUNAAN SAFETY BOX

PENGERTIAN :

Disposible Safety Box adalah tempat kotak berwarna kuning terbuat dari bahan

kardus yang sudah standar digunakan khusus untuk pembuangan limbah benda

tajam di rumah sakit atau di pelayanan kesehatan lainnya.

Limbah terbanyak adalah limbah infeksius yang memerlukan penanganan khusus,

salah satunya adalah limbah benda tajam. Limbah benda tajam adalah semua

benda yang mempunyai permukaan tajam dan dapat melukai atau memotong

jaringan permukaan kulit atau bagian tubuh sehingga menyebabkan luka. Oleh

karena itu memerlukan tempat khusus yang mengacu pada standar internasional

yaitu Disposible Safety Box.

TUJUAN :

Disposible Safety Box sangat berguna sesuai dengan fungsinya sebagai kotak

pengaman penampungan limbah benda tajam infeksius sebelum dimusnahkan. Di

setiap pelayanan kesehatan wajib menggunakan disposible safety box untuk

pembuangan limbah benda tajam.

KEBIJAKAN :

Petugas kesehatan Rumah Sakit Islam Sultan Agung pada khususnya harus

mematuhi tentang pengelolaan limbah benda tajam dengan cara sebagai berikut :

1. Petugas kesehatan diwajibkan membuang limbah benda tajam pada tempat

yang telah disediakan yaitu safety box.

2. Petugas kesehatan tidak dianjurkan membuang limbah benda tajam

sembarangan atau bercampur dengan limbah yang lain.

3. Petugas kesehatan tidak dianjurkan melakukan penutupan ulang jarum yang

telah digunakan untuk mencegah kemungkinan terkena jarum / luka tusuk.

4. Petugas kesehatan wajib menutup / di plester tutup safety box jika sudah

terisi 2/3 (ada tanda garis merah)pada safety box.

5. Tempatkan safety box pada tempat yang aman.

6. Petugas khusus mengambil safety box tersebut yang sudah siap untuk dibawa

ke Incenerator, dan selanjutnya untuk dimusnahkan /di bakar.

PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN

Mohon membaca peringatan pengamanan berikut ini dengan seksama untuk

mencegah terjadinya tertusuk alat suntik bekas pakai dan infeksi silang.

Pencegahan yang tercantum dibawah ini menerangkan tata cara penggunaan

Disposafe Safety Box yang benar dan aman.Terdiri dari 2 bagian yaitu bagian

14

Peringatan dan bagian Pengamanan.Bacalah setiap bagian dengan teliti dan amati

”tanda seru” !

! PERINGATAN

1. Masukan alat suntik bekas pakai ke dalam disposafe safety box dengan posisi

tegak Lurus melalui lubang yang telah disediakan.

2. Dilarang menggunakan kembali alat suntik atau hanya dengan cara mengganti

Jarumnya.

3. Dilarang memisahkan, memotong, melepas jarum suntik dari alat suntiknya

atau menutup kembali jarum suntik.

4. Dilarang memegang jarum suntik yang telah digunakan tanpa proteksi yang

aman.

5. Berhati-hatilah ketika memasukan jarum suntik, menangani dan

memusnahkan Disposafe safety box untuk menghindari kecelakaan.

6. Jangan diisi melebihi batas yang telah ditentukan.

7. Jangan membongkar atau mengambil isi dari Disposafe Safety Box.

8. Jangan tarik atau pisahkan handle (pegangan tali) dari Disposafe Safety Box.

! PENGAMANAN

1. Simpanlah ditempat yang aman serta jauhkan dari jangkauan anak-anak,

orang yang Tidak berkepentingan serta hewan.

2. Perhatikan dan ikuti cara perakitan dan carapenggunaan Disposafe Safety Box.

3. Selalu masukan alat suntik bekas ke dalam Disposafe Safety Box segera setelah

pemakaian.

4. Selalu gunakan alat suntik baru yang steril untuk setiap penyuntikan.

5. Selalu musnahkan Disposafe Safety Box pada tempat pembakaran atau

dengan cara pembakaran sendiri.

CARA MERAKIT DISPOSAFE SAFETY BOX 5 LITER

1. Ambil Disposafe Safety Box yang belum terakit.

2. Buat Disposafe Safety Box menjadi bentuk seperti kotak.

3. Mulailah untuk merakit Disposafe Safety Box dari bagian bawah dengan

melipat dari bagian A ke dalam.

4. Lipat bagian B ke dalam dengan bersamaan sehingga terkunci di belakang

bagian A.

5. Tekan bagian C ke dalam sehingga bagian A dan bagian B terkunci.Lalu tekan

dari dalam untuk mendorong semua bagian yaitu A, B dan C sehingga bagian

bawah Disposafe menjadi rata.

6. Mulailah merakit bagian atas diawali dengan melipat bagian rumawi I.

7. Dilanjutkan dengan melipat bagianromawi II.

8. Lalu dilanjutkan dengan bagianromawi III.

15

9. Lalu dilanjutkan dengan memasukan bagian romawi IV ke dalam celah yang

tersedia.

10. Tekan dan pastikan bagian romawi IV telah masuk ke dalam celah yang

tersedia serta mengunci dengan sempurna.

11. Dan yang terakhir adalah dengan memasukan lidah penutup ke dalam celah

yang telah di sediakan.

12. Pastikan lidah penutup menutupi seluruh lubang apabila Disposafe Safety Box

tidak sedang digunakan.

! Hanya buka lidah penutup apabila hendak membuang alat suntik / limbah

medis tajam bekas pakai dan segera tutup kembali setelah selesai.

13. Disposafe Safety Box sekarang telah siap digunakan.

! Letakan jauh dari jangkauan anak-anak, orang yang tidak berkepentingan.

16

KEBIJAKAN PELATIHAN PPI

PENGERTIAN :

Pelatihan Pengendalian Infeksi adalah pelatihan dalam rangka untuk

meningkatkan pengetahuan khusus tentang infeksi di rumah sakit.

TUJUAN :

Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan mampu melaksanakan

pengetahuan tersebut khusus di bidang pengendalian infeksi.

KEBIJAKAN :

1. Pelatihan eksternal, meliputi seminar, workshop, simposium dll yang

dilakukan oleh instansi lain.

2. Rumah sakit mengirim karyawan yang berminat atau khusus anggota / tim PPI

untuk mengikuti pelatihan tersebut sesuai dengan kebutuhan.

3. Pelatihan internal, dikoordinir oleh bidang pengembangan staf.

4. Pelatihan dilakukan untuk seluruh karyawan dengan metode training,

sosialisasi diskusi, pelatihan di laksanakan di rumah sakit.

17

KEBIJAKAN PENGGUNAAN BAJU SERAGAM / BAJU KERJA

PENGERTIAN :

Baju seragam atau baju kerja adalah baju yang dipakai hanya pada saat bekerja di

rumah sakit.

Infeksi Nosokomial atau infeksi rumah sakit, yang saat ini disebut sebagai

Healthcare Associated Infection ( HAIS ) yaitu infeksi yang berhubungan dengan

asuhan pelayanan kesehatan, Menurut data WHO sekitar 3% - 21% atau rata-rata

9% terjadi infeksi di institusi pelayanan kesehatan.

TUJUAN :

1. Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit

2. Untuk memutus siklus penularan dan melindungi pasien, petugas kesehatan,

pengunjung dan masyarakat.

KEBIJAKAN :

Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dirancang untuk memutus siklus

penularan dan melindungi pasien, petugas kesehatan, maupun petugas non

kesehatan, pengunjung dan masyarakat.

Salah satu upaya pencegahannya adalah:

1. Baju seragam / baju kerja dipakai hanya pada saat bekerja di rumah sakit.

2. Baju seragam tidak boleh dipakai dari rumah dan segera dilepas sebelum

pulang (setelah selesai bekerja).

3. Baju seragam setiap hari harus berganti (tidak boleh dipakai 2x dalam waktu

dua hari secara berurutan).

4. Baju seragam yang terkena cairan tubuh pasien (darah, urine, atau cairan

tubuh yang lainnya) harus segera dicuci dengan menggunakan cairan

disinfektan heviklir, dengan cara dilakukan perendaman selama 15 menit.

5. Berangkat dan pulang memakai baju bebas.

18

KEBIJAKAN PENANGANAN PASIEN PENYAKIT MENULAR / IMMUNOCOMPROMESS

PENGERTIAN :

Pasien pertama datang atau pasien baru masuk dengan dasar kriteria klinis

sebelum hasil pemeriksaan laborat dapat mengkonfirmasi diagnosis untuk

mencegah kontaminasi silang sebelum diagnosis diketahui.

TUJUAN :

adalah memahami tata cara penempatan pasien, pemindahan pasien yang

dirawat di ruang isolasi, pemulangan pasien, pemulasaraan jenazah.

KEBIJAKAN :

Perawatan pasien di ruang isolasi adalah pasien yang sangat infeksius sebaiknya

ditempatkan di kamar tersendiri dengan tekanan negatif.

1. Petugas yang masuk harus dibatasi sedikit mungkin

2. Petugas harus terlatih dalam pengendalian infeksi.

3. Siapapun yang masuk kamar harus memakai APD (Alat Pelindung Diri )lengkap.

4. Siapkan sebuah troli berisi APD diluar pintu – di kamar depan (anteroom).

5. Bersihkan kamar tiap hari petugas kebersihan harus memakai APD secara

lengkap. Siapkan bahan pembersih ( desinfektan ).

6. Setiap pasien disediakan perlengkapan perawatan pasien tersendiri.

7. Barang yang digunakan untuk bersama harus di desinfeksi.

8. Perlakuan linen seperti laundry tercemar biasa.

9. Perlakuan sampah seperti sampah infeksius biasa.

10. Cuci alat makan dan minum dengan sabun dan air panas.

a. Perlindungan kesehatan petugas kesehatan di rumah sakit :

1) Pastikan ketersediaan vaksin flu dan profilaksis pasca paparan

2) Berikan edukasi kepada petugas

3) Gunakan APD

4) Bebas tugaskan bila timbul gejala

5) Hindari kontak dengan orang lain

6) Lapor kepada penanggung jawab Komite PPI

b. Panduan Untuk Pengunjung :

7) Pengunjung pasien infeksius harus mematuhi kewaspadaan

pengendalian infeksi yang ada : yaitu memakai APD lengkap bila akan

kontak, melakukan kebersihan tangan.

8) Lakukan pemantauan terhadap kontak untuk gejala infeksi serupa

9) Berikan edukasi kepada pengunjung.

19

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT

PENGERTIAN :

Limbah rumah sakit adalah sumber penularan penyakit, mengancam lingkungan,

gangguan estetika, infeksi rumah sakit. Oleh karena itu harus dilakukan

pengelolaan yang efektif dan efisiensi sebelum di buang ke lingkungan.

TUJUAN :

Pencegahan dan pengendalian infeksi bertujuan utuk melindungi pasien, petugas,

pengunjung dan masyarakat kontaminasi limbah infeksius. Untuk itu semua unit

terkait harus bertanggungjawab terhadap pencegahan dan pengendalian infeksi

dalam hal ini adalah setiap individu petugas rumah sakit, di setiap unit kerja.

Semuanya ini harus dilaksanakan secara terintegrasi.

KEBIJAKAN :

Limbah rumah sakit adalah limbah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan rumah

sakit. Jenis limbah rumah sakit adalah limbah INFEKSIUS dan NON INFEKSIUS,

limbah benda tajam, limbah zat kimia, limbah cair, limbah radio aktif.

1. Limbah Infeksius

Limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri, virus, parasit dan jamur)

dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada pejamu yang

rentan meliputi :

- Kultur dan stok agesn infeksius dari aktivitas laboratorium.

- Limbah hasil operasi atau otopsi dari pasien yang menderita penyakit

menular.

- Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bagian isolasi.

- Alat atau materi lain yang tersentuh orang yang sakit.

2. Limbah Patologis

Limbah patologis adalah limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia

meliputi :

- Organ tubuh

- Janin

- Darah

- Muntahan, urin dan cairan tubuh yang lain

- Jaringan tubuh yang tampak nyata ( anggota badan dan plasenta yang

tidak melalui penguburan ).

3. Limbah Benda Tajam

Limbah dengan materi padat yang dapat menyebabkan luka iris atau luka

tusuk meliput :

- Jarum suntik

20

- Kaca sediaan ( preparat glass )

- Infus set

- Ampul / vial obat

- Pecahan kaca dan lain-lain

4. Limbah Genotoksik

Limbah genotoksik sangat berbahaya dan bersifat mutagenik, teratogenik,

karsinogenik meliputi :

- Obat-obatan sitostatika

- Muntahan, urin/tinja pasien diterasi dengan obat-obatan sitostatik, zat

kimia, maupun radioaktif

- Formaldehid

5. Limbah Kimiawi

Yaitu limbah yang mengandung zat kimia yang berasal dari aktifitas diagnostik,

pemeliharaan kebersihan dan pemberian desinfektan meliput :

- Zat kimia fotografis

- Reagensia

- Solven dan lain-lain

6. Limbah Farmasi

Yaitu limbah yang mengandung bahan-bahan farmasi meliputi :

- Produk farmasi, obat, vaksin, serum yang sudah kadaluarsa, tumpahan

obat dan lain-lain

- Obat-obat kadaluarsa, obat yang dikembalikan oleh pasien dan limbah

yang dihasilkan selama peraciakn / produksi obat.

- Termasuk sarung tangan, masker, botol / kotak yang berisi residu dan

lain-lain

7. Limbah Yang Mengandung Logam Berat

Limbah medis yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi

termasuk dalam sub kategori limbah berbahaya dan biasanya sangat toksik

meliputi :

- Limbah logam merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran (

termometer dan stetoskop )

- Tambal gigi

8. Limbah Kemasan Bertekanan

Yaitu limbah medis yang berasal dari kegiatan di instalasi kesehatan yang

memerlukan gas meliputi :

- Gas dalam tabung

- Cartridge

- Kaleng aerosol dan lain-lain

21

Kelompok Utama Yang Bresiko

1. Dokter, pegawai layanan kesehatan dan bagian pemeliharaan

2. Pasien

3. Tenaga pendukung pelayanan, misal Binatu, Cleaning service, Pengelola

limbah, masyarakat, pemulung

Aturan-aturan Tentang Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

1. Keputusan Menteri Kesehatn RI No. 1204 / Menkes / SK / X / 2004 tentang

persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit

2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58 / MenLH / 12 / 1995 tentang

kualitas limbah ( efluen ) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau

lingkungan

3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 /MenLH / 3 / 1995 tentang

standar limbah gas ( emisi ) dari pengolahan, pemusnahan limbah medis

padat dengan insenerator

4. PP no. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3 ( Limbah Klinis, Produk

Farmasi Kadaluarsa, Peralatan Laboratorium Terkontaminasi, Kemasan,

Produk Farmasi, Limbah Laboratorium, Residu dari Proses Insenerasi )

5. Peraturan Daerah Setempat

22

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN KESEHATAN PETUGAS

PENDAHULUAN

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi rumah sakit (PPI-RS) atau Healthcare

Associated Infections (HAIs) ditujukan untuk :

1. Pasien

2. Petugas Kesehatan

3. Pengunjung / masyarakat sekitar

Semua petugas kesehatan berisiko terkena penularan penyakit infeksi saat

melakukan pekerjaannya.

PROGRAM PERLINDUNGAN KESEHATAN

1. Pemeriksaan kesehatan berkala

2. Pencegahan penularan infeksi terhadap petugas kesehatan

3. Penyediaan sarana kewaspadaan standard

4. Pemberian imunisasi / profilaksis anti virus dan vaksin flu

5. Penatalaksanaan pasca luka tusuk benda tajam bekas pakai

TUJUAN PROGRAM

1. Meningkatkan keamanan lingkungan Rumah Sakit

2. Mempertahankan kesehatan petugas

3. Mengurangi biaya perawatan

4. Mencegah timbulnya wabah

5. Mencegah tuntutan hukum

PEMERIKSAAN KESEHATAN

1. Dilakukan secara berkala

2. Khusus untuk petugas terpajan :

a. Suhu tubuh dipantau 2x/hari untuk petugas yang merawat pasien flu

burung

b. Bila timbul demam, petugas dipindah tugaskan perawatan, dan manjalani

uji diagnostic

c. Jika penyebab tidak dapat diidentifikasi, dianjurkan petugas mendapatkan

pengobatan antiviral

PEMBERIAN IMUNISASI

1. Imunisasi Hepatitis B

2. Pemberian vaksin Flu musiman yang dianjurkan WHO -� Jika kontak dengan

pasien penyakit Menular melalui udara (airborne)

3. Kadar antibody protektif perlu diperiksa 2- 4 minggu setelah vaksinasi

23

PENYEDIAAN SARANA / FASILITAS

1. Alat Pelindung Diri (APD) harus tersedia cukup diruang perawatan dan

tindakan

2. Indikasi pemakain dan cara melepaskan APD harus dipahami dengan baik oleh

Petugas.

PENYEBAB KECELAKAAN

1. Kurangnya kesadaran pekerja

2. Kualitas dan ketrampilan kerja kurang memadai

3. Meremehkan risiko kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri yang sesuai

ketentuan

PENYEBAB KECELAKAAN

1. Kondisi Berbahaya (Unsafe Condition)

- Mesin, peralatan, bahan dll.

- Lingkungan kerja.

- Proses kerja.

- Sifat pekerjaan.

- Cara kerja.

2. Perbuatan Berbahaya

- Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan.

- Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh.

- Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik.

AKIBAT LUKA TUSUK PADA NAKES

(Canada Comunicable Diseases Report 2001)

RISIKO TERINFEKSI PERSENTASI

HBV 10 – 35 %

HCV 2.7 %

HIV 0.3 %

JUNI 1997, US-CDC

56 Kasus tertular HIV pada kecelakaan kerja

52 Terpajan dengan darah

1 Terpajan dengan cairan tubuh tercampur darah

3 Terpajan langsung dengan virus di laborat

-50 Terpajan melalui lukatusuk

-5 Terpajan percikan cairan tubuh yang tercemar melalui mukosa

-1 Terpajan melalui tusukan dan percikan

24

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN TINDAKAN SAAT

TERJADI DI 11 RS, JAKARTA 2003

JENIS TINDAKAN TERPAJAN

(n=282) %

Pemasangan Infus 74 26, 2

Suntik 104 36, 9

Operasi Besar 42 14, 9

Tindakan Medis Lain 93 33

Hal – Hal Yang Harus Dilakukan Bila Petugas Terpajan

- Periksa status kesehatan petugas terpajan

- Ketahui status kesehatan sumber pajanan

- Tindakan sesuai jenis paparan

- Terapkan Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) sesuai Kebijakan Rumah Sakit

TINDAKAN PERTAMA PADA PAJANAN :

Bahan Kimia Atau Cairan Tubuh

1. MATA → Segera bilas dengan air mengalir selama 15 menit

2. KULIT → Segera bilas dengan air mengalir 1 menit

3. MULUT → Segera kumur-kumur selama 1menit

4. Segera hubungi dokter yang berwenang untuk untuk melakukan perawatan

pasca pajanan

5. Lapor ke Komite / Tim PPI, Komite K3RS atau sesuai alur Rumah Sakit

Tindakan Pasca Tertusuk Jarum Bekas

1. Cuci dengan air mengalir menggunakan sabun atau cairan antiseptic

2. Berikan cairan antiseptic pada area tertusuk /luka

3. Lapor ke tim PPI atau K3 RS / berwenang

Tindakan Pasca Tertusuk Jarum Bekas

1. Tindak Lanjut Tim PPI :

a. Tentukan status HIV, HBV, dan HCV sumber pajanan

b. Periksa status HIV, HBV, dan HCV petugas yang terpajan

c. Monitoring dengan pemeriksaan laboratorium

25

2. Tindakan Kecelakaan Kerja Tertusuk Jarum Bekas Pakai (1)

a. Bila status pasien bebas HIV, HBV, HCV dan bukan dalam inkubasi tidak

perlu tindakan khusus untuk petugas terhadap HIV, HBV, HCV, tetapi bila

petugas khawatir dapat dilakukan konseling.

b. Bila status pasien HIV, HBV, HCV positif maka tentukan status HIV, HBV,

HCV petugas kesehatan tersebut.

3. Tindakan Kecelakaan Kerja Tertusuk Jarum Bekas Pakai (2)

a. Sebelum dilakukan pre test dan post test terhadap petugas yang terpapar

harus dilkukan konseling dulu.

b. Pre test untuk mengetahui apakah petugas sudah terinfeksi sebelumnya.

c. Jika hasil pre test positif, jelas bahwa petugas sudah terinfeksi sebelumnya.

d. Jika hasil pre test negatif sementara sumber pasien positif HBV, maka

diberikan imunisasi HBV, bila pasien positif HIV Rujuk ke Tim AIDS.

4. Tindakan Kecelakaan Kerja Tertusuk Jarum Bekas Pakai (3)

a. Berikan dukungan kepada petugas yang terpapar

b. Bila hasil pre test HIV pasien negatif petugas tetap di konseling

c. Pemeriksaan ulang dilakukan, 6 minggu, 3 bulan dan 6 bulan

d. Dapat minum obat ARV untukmemperkecil risiko penularan, jika luka

tusuk < 4 jam

ALUR LUKA TUSUK JARUM/ PAPARAN CAIRAN TUBUH

Tertusuk jarum Terpajan cairan

Terkontaminasi tubuh

↓ ↓

Cuci dgn air → Segera lapor ← Cuci dgn air

Mengalir atasan mengalir

Buat laporan

Infestigasi lapangan � Tim PPI

Petugas dan Sumber

Periksa darah HCV, HBV, HIV

Perawatan & pengawasan dokter

PPP ( PROPILAKSIS PASCA PAJANAN UNTUK HEPATITIS B

26

Vaksinasi dan respon

antibody dari petugas

kesehatan

Status infeksi sumber pajanan

HBsAG + positif HBsAG negatif Tidak tahu/sarana pemeriksaan (-)

Belum di vaksinasi 1 dosis HBlg + seri

vaksinasi hepatitis B

Seri vaksinasi

hepatitis B

Seri vaksinasi hepatitis B sumber

pajanan yang berisiko tinggi →obati

seperti pada HBsAG positif

Pernah di vaksinasi

Diketahui sebagai

responder

Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP

Diketahui sebagai non

responder

1 dosis HBlg +

ulangan serivaksinasi

hepatitis B atau 2

dosis HBlg

Tidak perlu PPP Sumber pajanan berisiko

tinggi→obat seperti pada HBsAg

positif

Tidak diketahui status

respon antibodinya

Anti-HBs terpajan→

√cukup – tidak perlu

PPP

√tidak cukup – 1

dosis HBlg + vaksin

boster

Tidak perlu PPP Anti- HBs terpajan →

√cukup – tidak perlu PPP

√tidak cukup – 1

PROFILAKSIS PASCA PAJANAN HIV/AIDS

� Jenis pajanan potensial

o Darah

o Cairan Semen / cairan Vagina

o Cairan Sinovial / pleura / periakardial / peritoneal / amnion

� Obat ARV harus diberikan dalam waktu <4jam

RESIKO SEROKONVERSI+

Pajanan darah/cairan tubuh dalam jumlah besar ditandai :

• Luka Dalam

• Darah terlihat jelas

• Akibat tertusuk jarum

• Pajanan → Pasien dalam stadium AIDS

27

Alu

r P

PP

pa

da

pa

jan

an

HIV

Ka

teg

ori

Pa

jan

an

(K

P)

Su

mb

er

pa

jan

an

be

rup

a d

ara

h,

ca

ira

n b

erd

ara

h,

ata

u b

ah

an

lain

ya

ng

be

rpo

ten

si m

en

ula

rka

n i

nfe

ksi

(O

PIM

), a

tau

ala

t k

ese

ha

tan

ya

ng

te

rce

ma

r d

ari

sa

lah

ba

ha

n t

ers

eb

ut

?

Tid

ak

Ya

Ta

k P

erl

u

PP

P

OP

IM

Da

rah

ata

u c

air

an

be

rda

rah

Ma

cam

pa

jan

an

ya

ng

terj

ad

i

Pa

jan

an

pe

rku

tan

eu

s K

uli

t y

an

g u

tuh

K

uli

t y

an

g t

ak

utu

h a

tau

sela

pu

t m

uk

osa

Se

be

rap

a B

era

t ?

T

ak

pe

rlu

PP

P

Vo

lum

e ?

Leb

ih B

era

t

(Ja

rum

be

sar

be

rsa

lura

n,

tusu

ka

n d

ala

m,

da

rah

terl

iha

t,

jaru

m b

ek

as

Tid

ak

Be

rat

(Ja

rum

so

lid

ata

u g

ore

san

sup

erf

icia

l)

Ba

ny

ak

(Be

be

rap

a t

ete

s p

erc

ika

n

da

rah

ba

ny

ak

da

n/a

tau

da

lam

wa

ktu

la

ma

)

Se

dik

it

(sa

tu t

ete

s d

ala

m w

ak

tu

sin

gk

at)

KP

1

KP

K

P 2

K

P 3

28

PENGOBATAN PROFILAKSIS PASCA PAJANAN

Kategori

Pajanan

(KP)

Kategori Sumber Pajanan (KS HIV) Rekomendasi Pengobatan

1 1 ( Rendah ) Obat Tidak Dianjurkan

Risiko Toksisitas Obat > Dari Rsiko

Terinfeksi HIV

1 2 ( Tinggi ) Pertimbangan AZT + 3TC + Indinavir

Pajanan Memiliki Risiko Yang Dipertimbangkan

2 1 (rendah ) Dianjurkan AZT + 3TC + Indinavir

Kebanyakan Pajanan Masuk Dalam Kategori Ini

2

3

2

1 atau 2

Dianjurkan AZT + 3TC + Indinavir atau

nelfinavir

Anjuran Pengobatan 4 Minggu Dengan Dosis :

AZT : 3 Kali Sehari @200 mg, atau 2 Kali SEhari @300 mg

3TC : 2 Kali Sehari @150 mg

Indinavir : 3 Kali Sehari @800 mg 1 jam Sebelum Makan Atau 2 Jam Setelah Makan dan Banyak

Minum, Diet Rendah Lemah

29

Rekomendasi Pemberian PPP

PAJANAN SUMBER TIDAK

DIKETAHUI

SUMBER POSISTIF SUMBER POSITIF

RESIKO TINGGI

REJIMEN

Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP

Mukosa/ kulit

tidak utuh

Pertinbangkan

rejimen 2 obat

Berikan rjimen 2

obat

Berikan rejimen 2

obat

AZT 300 mg/12

jam x 28 hari

Tusukan benda

tajam solid

Berikan rejimen 2

obat

Berikan rejimen 2

obat

Berikan rejimen 3

obat

AZT 300 mg

3TC 150 mg

Lop/r 400/100/12

jam x 28 hari

Tusukan benda

tajam berongga

Berikan rejimen 2

obat

Berikan rejimen 3

obat

Berikan rejimen 3

obat

30

KEBIJAKAN KEWASPADAAN UNIVERSAL

PENGERTIAN :

Kewaspadaan Universal adalah pedoman yang digunakan untuk mencegah

penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah atau cairan

tubuh pasien di lingkungan rumah sakit maupun sarana pelayanan kesehatan

lainnya.

TUJUAN :

Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis

cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien.

KEBIJAKAN :

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari

kewaspadaan standar.

Rumah sakit harus menyediakan Alat Pelindung Diri yang standar dan mencukupi.

Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak

tepat akan menambah cost.

JENIS –JENIS ALAT PELINDUNG DIRI meliputi :

1. Sarung tangan

2. Masker

3. Topi

4. Gaun kedap air dan gaun tidak kedap air

5. Kaca mata / Google

6. Sepatu boot

7. Sandal standar (tidak direkomendasi pakai sandal jepit)

KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN UNIVERSAL meliputi :

1. Semua petugas kesehatan harus rutin menggunakan sarana yang dapat

mencegah kontak kulit dan selaput lendir dengan darah/cairan tubuh lainnya

dari setiap pasien yang dilayani.(Penggunaan APD).

2. Petugas kesehatan harus memahami penggunaan APD yang benar / sesuai

indikasi.

3. Tangan dan bagian tubuh lain harus segera dicuci bersih bila terjadi

kontamnasi oleh darah dan cairan tubuh lainnya (Melakukan kebersihan

tangan yang benar sesuai standar WHO / The Five Moments for Hand

Hygiene).

4. Semua petugas selalu waspada terhadap tertusuk jarum, pisau , dan benda

tajam/alat lainnya selama melaksanakan tindakan, saat membersihkan, dll.

31

5. Petugas yang mengalami perlukaan yang mengeluarkan cairan misal:

menderita dermatitis basah harus menghindari kontak langsung dengan

peralatan bekas pakai pasien.

6. Semua petugas kesehatan harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

7. Petugas kesehatan harus memahami dan melaksanakan pemisahan sampah

infeksius dan non infeksius.

8. Petugas kesehatan / laundry harus memahami dan melaksanakan pemisahan

linen infeksius dan non infeksius.

9. Petugas kesehatan harus melaksanakn dekontaminasi alat kesehatan atau

linen yang terinfeksius.

10. Petugas kesehatan harus mampu melaksanakan kewaspadaan isolasi.

32

KEBIJAKAN SURVEILENS PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

PENGERTIAN :

Pengamatanyang sistimatis, efektif dan terus – menerus terhadap timbulnya dan

penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa

yang menyebabkan meningkatnya atau menurunannya resiko terjadinya

penyebaran penyakit :

1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda – tanda / gejala atau tidak

dalam masa inkubasi infeksi tersebut.

2. Inkubasi terjadi 2 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit, apabila,

tanda-tanda infeksi sudah timbul sebelum 2 x 24 jam sejak mulai di rawat,

maka perlu diteliti masa inkunbasi dari infeksi tersebut.

3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang

berbeda dari mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganis

penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda.

4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah

sakit.

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial :

1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang

sudah ada pada waktu masuk rumah sakit.

2. Infeksipada bayi baru lahir yang penularannya melalui placenta (seperti : tokso

plasmosis, sifilis) dan baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa

kelahiran.

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi :

1. Kolonisasi yaitu : adanya organisme mikro (pada kulit, selaput lender, luka

terbuka) yang tidak memberikan gejala dan tanda klinis.

2. Inflamasi yaitu : suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan

zatnon infeksi seperti zat kimiawi.

IFEKSI Nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain :

1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit, sehingga jumlah

dan jenis kuman penyakit

2. yang ada lebih banyak dari pada di tempat lain.

3. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh rendah, sehingga mudah tertular.

4. Di rumah sakit seringkali pasien dilakukan tindakan invasive mulai dari yang

paling sederhana seperti

33

5. pemberian obt suntikan sampai dengan tindakan yang lebih invasive

sepertitindakan operasi.

6. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap antibiotika,

akibat penggunaan berbagai macam antibiotika yang seringkali tidakrasional.

7. Adanya kontak langsung antar pasien, antar petugas ke lingkungan yang dapat

menularkan kuman pathogen.

8. Penggunaan alat / instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman.

Sumber-sumber Infeksi yang terjadin di Rumah Sasit dapat berasal dari :

1. Petugas rumah sakit.

2. Pengunjung pasien.

3. Antar pasien itu sendiri.

4. Peralatan yang dipakai di rumah sakit.

5. Lingkungan.

TUJUAN :

1. Mencegah pasien memperoleh infeksi selama dalam perawatan.

2. Mengontrol penyebaran infeksi antar pasien.

3. Mencegah terjadinya kejadian luar biasa.

4. Melindungi karyawan.

5. Meyakinkan bahwa rumah sakit adalah tempat yang aman bagi pasien

maupun karyawn.

KEBIJAKAN :

1. Infeksi Luka Infus ( ILI )

Infeksi Luka Infus adalah infeksi aliran darah akibat penggunaan alat

intravaskuler dan ditemukan organism dari kultur darah semi / quantitative

dengan tanda klinis yang jelas serta tidak disertai infeksi yang lain ( tanpa ada

organ atau jaringan yang lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi) dan /atau

dokter yang merawat menyatakan infeksi. Plebitis adalah pada daerah local

tusukan infuse ditemukan tanda-tanda merah seperti terbakar, bengkak dan

sakit bila ditekan, ulser skin sampai dengan purulent exudat, bengkak dan

mengeluarkan cairan bila ditekan.

KRITERIA INFEKSI :

a. Dengan salah satu gejala klinis seperti:

• Demam ≥ 38oc

• Menggigil

• Hipotensi

34

b. Pada pasien berumur ≤ 1 tahun paling sedikit satu dari tanda-tanda :

- Demam ≥ 38oc

- Hipotermi ≤ 37oc

- Apnoe

- Bradikardia

c. Dokter yang merawat menyatakan infeksi

POPULASI BERESIKO ILI :

a. Semua pasien yang menggunakan alat intra vascular dengan kurun waktu

24 jam

b. Lama penggunaan kateter, intra vena

c. Numerator : jumlah yang terinfeksi akibat penggunaan kateter intra

vascular

d. Denominator : jumlah hari penggunaan kateter intra vascular

Infeksi Rate:

Numerator

-------------- x 1000

Denominator

∑ kasus ILI

--------------- X 1000

∑ hari pemakain alat

Pencegahan ILI :

a. Kebersihan tangan asptik sebelum melakukan tindakan

b. Gunakan tehnik aseptic saat melakukan tindakan

c. Ganti posisi insersi, selang infuse dan dressing setiap 3 hari sekali

d. Pengecekan daerah insersi tiap penggantian shift dan sebelum

memberikan injeksi melalui intra vena (IV).

e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan Central Venous Catheter

(CVC) jika obat atau cairan diberikan dengan osmolaritas tinggi

2. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)

Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi yang terjadi akibat penggunaan alat

intra vascular pada Vena sentral seperti CVC, mahukar, Swanganz, vena/arteri

umbilical cateter, Internal – Arterial Blood Pressure (IABP) dan ditemukan

organisme dari hasil kultur darah semi atau kuantitatif dengan tanda klinis

yang jelas serta tidak terjadi infeksi yang lain (tanpa ada organ atau jaringan

35

lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi) dan atau dokter yang merawat

menyatakan infeksi.

Kriteria Infeksi :

a. Dengan salah satu gejala klinis seperti :

- Demam lebih dari atau sama dengan 38 0C

- Menggigil

- Hipotensi

b. Pasien pada berumur kurang dari atau sama dengan 1(satu) tahun paling

sedikit satu dari tanda - tanda :

Demam lebih dari atau sama dengan 38 0C

- Hipotermi kurang dari atau sama dengan 37 0C

- Apnoe

- Bradikardia

c. Dokter yang merawat menyatakan infeksi

Populasi Resiko IADP :

a. Semua pasien yang menggunakan alat vena sentral catheter dengan kurun

waktu 2 (dua) x 24 (dua puluh empat) jam

b. Lama penggunaan catheter , vena sentral, mahukar, swanganz, vena /

arteri umbilical, kateter, IABP

c. Numerator : jumlah yang terinfeksi akibat penggunaan catheter vena

sentral

d. Denominator : jumlah hari penggunaan kateter vena sentral

Infeksi Rate :

Numerator

---------------------- x 1000

Denominaror

Σ kasus IADP

----------------------X 1000

Σ hari pemasangan alat

Pencegahan IADP :

a. Lakukan kebersihan tangan aseptic sebelum melakukan tindakan

b. Gunakan tehnik aseptic saat melakukan tindakan

c. Ganti set infuse dan dressing setiap 3 (tiga) hari sekali atau setiap kali jika

diperlukan (lembab atau kotor)

36

d. Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera

mungkin jika tidak diperlukan lagi

e. Pengecekan daerah inserasi tiap penggantian shift dan sebelum

memberikan injeksi melalui kateter vena sentral.

3. Infeksi Luka Operasi (ILO)

Merupakan infeksi yang terjadi pada tempat atau daerah insisi akibat suatu

tindakan pembedahan.

Kategori Operasi :

a. Operasi Bersih

- Operasi dilakukan pada daerah / kulit yang pada kondisi pra bedah

tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus respiratorius,

traktus gastrointestinal, orofaring, traktus urinarius, atau traktus

billier.

- Operasi berencana dengan penutupan kulit primer, dengan atau tanpa

pemakaian drain tertutup.

b. Operasi Bersih Tercemar

- Operasi yang membuka traktus digesivus , traktus billier, traktus

urinarius, traktus respiratorius, sampai dengan orofaring, atau traktus

reproduksi kecuali ovarium.

- Operasi tanpa pencemaran nyata (gross spillage), seperti operasi pada

traktus billier, apendiks, vagina atau orofaring.

c. Operasi Tercemar

Operasi yang dilakukan pada kulit yang terbuka, tetapi masih dalam waktu

emas (golden periode) yaitu 6 jam.

4. Operasi Kotor atau dengan Infeksi

- Perporasi traktus digestivus, traktus urogenetalis atau traktus

respiratorius yang terinfeksi.

- Melewati daerah purulen (inflamasi bacterial).

- Luka terbuka lebih dari 6 jam setelah kejadian, terdapat jaringan luas

atau kotor.

- Dokter yang melakukan operasi menyatakan sebagai luka operasi kotor

/ terinfeksi.

Klasifikasi SSI :

a. Infeksi Isisional Superfisial

Infeksi pada luka insisi (kulit dan subcutan), terjadi dalam 30 hari setelah

operasi, dan bila terdapat salah satu dari kriteria dibawah ini :

- Keluar cairan purulen dari luka insisi

37

- Kultur positip dari cairan yang keluar atau jaringan yang diambil secara

aseptic

- Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi : nyeri, bengak, kemerahan,

kecuali bila hasil kultur negatif.

- Dokter yang menangani mengatakan infeksi.

b. Infeksi Insisional Dalam

Infeksi pada kulit insisi, terjadi dalam 30 hari pasca bedah atau sampai

1tahun bila ada implant dan bila terdapat paling tidak satu keadaan

dibawah ini :

- Keluar cairan purulen dari luka insisi, tapi bukan berasal dari rongga /

organ.

- Secara spontan mengalami dehisens atau dengan sengaja dibuka oleh

ahli bedah dan paling sedikit

- Satu dari tanda berikut : demam (>30 0C), nyeri lokal, kecuali hasil

kultur negatife.

- Ditemukan abses atau bukti lain adanya infeksi yang mengenai luka

inisi pada pemeriksaan langsung ( waktu pembedahan ulang), dwngan

pemeriksaan histopatologis atau radiologis.

- Dokter yang menangani mengatakan terjadi infeksi.

c. Infeksi organ/rongga

Infeksi yanf terjasi dalam 30 hari pasca operasi atau 1 tahun bila ada

impian dan bila terdapat paling sedikit menunjukan satu gejala berikut:

- Drainase purulen dari drain yang dipaang melalui luka inisi ke dalam

rongga/organ.

- Ditemukan organism melalui aseptic kultur dari organ/rongga

- Ditemukan abses atau tanda infeksi lainnya yang mengenai

organ/rongga, pada waktu pemeriksaan

- langsung saat pembedahan ulang dengan pemeriksaan histopatologis

atau radiologis.

- Dokter yang menangani mengatakn infeksi organ/rongga.

Populasi beresiko SSI :

1. Semua pasien yang dilakukan tindakan pembedahan

2. Numerator : jumlah kasus SSI

3. Denominator : jumlah pasien yang dilakukan opersi

38

Infeksi rate :

Numerator

---------------------- x 100

Denominaror

Σ kasus Infeksi

----------------------X 100

Σ kasus operasi

Pencegahan ILO :

1) Pra bedah

a. Persiapan pasien sebelum operasi

- Jika ditemukan ada tanda – tanda infeksi, sembuhkan

terlebihdahulu infeksinya sebelum hari opersi elektif dan

perlu tunda hari opersi sampai tidak ada infeksi

- Jangan mencukur rambut, pencukuran hany dilakukan bila

daerah sekitar operasi terdapat rambut yang dapat

mengganggu jalannya operasi (pencukuran dilakuakn 1 jam

sebelum operasi dengan menggunakan alat cukur elektrik).

- Kendalikan kadar gula darah pada pasien diabetes dan hindari

kadar gula yang terlalu rendah sebelum operasi

- Sarankan pasien untuk berhenti meroko, minimum 30 (tiga

puluh) hati sebelum hari elektif opersi

- Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung

chlorhexidine 2% minimla 1 jam sebelum opersi elektif

- Usahakan sesingkat mungkin hari rawat inap sebelum operasi

dan waktu cukup untu persiapan operasi yang memadai

b. Antiseptic tangan dan lengan untuk tim bedah

- Kuku harus pendek jangan memakai kuku palsu

- Lakukan cuci tangan bedah (sugrial scrub) dengan caiaran anti

septic yang mengandung chlorhexidine 4% setelah cuci

tangan, tangan harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan

dari tubuh supaya air mengalir dari ujung ke siku, keringkan

tangan dengan handuk steril pakai gaun dansarung tangan

steril

c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi

Anjurakan tim bedah agar melaporkan jika memunyai tanda dan

gejala penyakit infeksi dan segera melaporkan ke petugas

pelayanan kesehatan karyawan.

39

d. Profilaksis anti mikroba

- Pemberian profilaksis anti mikroba hanya bila diindikasikan

dan pilihlah jenis anti mikroba yang paing efektis terhadap

patigen yang umum yang mnyebabkan ILO pada operasi jenis

tersebut atau sesuia dengan rekomendasi.

- Berikan dosis profilaksasi awal melaui intra vena 1 (satu) jam

sebelum operasi, sehingga pada saat operasi dimulai

konsentrasi bakterida pada serm dan jarum jaringan maksimal

konsentrasinya. Pertahakan kadarnya dalam serum dan

jaringan selama berlangsung operasi dan maksimum sampai

beberapa jam insisi ditutup.

- Jangan menggunakan vancomycin secra rutin untuk prolaksis

anti mikroba.

2) Intra bedah

i. Ventilasi

• Pertahakan tekanalebih positif dalam kamar bedah

dibandingkan dengan koridor dan ruangan di

sekitarnya

• Semua ydara harus disaring, baik udara segar

maupaun udara hasil resirkulasi.

• Jangan menggunakan fogging dan sinar ultra violet di

kamar operasi untuk mencegah infeksi ILO

• Pintu kamar bedah harus selalu ditutup, kecuali bila

dibutuhkan untuk lewatnya peralatan, petugas dan

pasien.batasi jumlah orang masuk dalam kamar bedah

a. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan

• Bila tampak darah atau cairan tubuh lainnya pada

permukaan peralatan, lantai gunakan desinfeksi

chlorine untuk membersihkannya sebelum opersi

dimulai

• Tidak perlu mengadakan pembersihan khusus atau

penutup kamar bedah setelah selesai operasi kotor

• Pel dan keringakan lantai kamar bedah dengn

menggunakan larutan detergen normal.

b. Sterillisasi instrumen kamar bedah

• Sterilkan semua intrumen bedah sesuai petunjuk

• Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang

harus digunakan segera seperti instrument yang jatuh

saat operasi belangsung. Jangan melaksanakan

sterilisasi kilat dengan alas an kepraktisan, untuk

40

menghemat pembelian instrument baru atau untuk

menghemat waktu.

c. Pakaian bedah dan drape

• Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila

memasuki kamar operasi saat operasi berjalan, atau

instrument steril sedang dalam keadaan terbuka. Pakai

masker bedah selama operasi berlangsung.

• Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut di kepala

• Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO

• Bagi anggota ti bedah yang telah cuci tangan bedah

pakai gaun dan sarung tangan steril

• Gunakan gaun dan drape yang kedap air

• Ganti gaun bila tampak kotor, terkontaminasi percikan

cairan tubuh pasien.

d. Teknik aseotik dan bedah

• Lakukan teknik aseptic saat melakukan pemasangan

intravaculer (CVP), kateter anastesi spinal atau epidural

atau bila menuang atau menyiapkan obat-obatan steril.

• Siapkan peralatan dan larutan steril sesaat sebelum

digunakan

• Perlakukan jaringan dengan lembut, lakukan

hemostatis yang efektif, minimalkan jaringan mati atau

ruang kosong ( dead space) pada lokasi operasi

• Bila diperlukan drainase, gunakan drain penghisap

tertutup, letakan drain pada insisi yang terpisahkan dari

insisi bedah, lepas drain sesegara mungkin bila

draintidak dibuthkan lagi.

3. Paska Bedah :

• Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi

segera lakuakn penggantian verband

• Lakukan mobilisasi sedini mungkin

• Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk

mengkonsumsi makanan yang bergizi

4. Infeksi Saluran Kemih

a. Masuknya kuman yang terdapat di meatus uretra bagian distal ke dalam

kandung kemih saat pemasangan kateter.

b. Kuman bermigrasi sepanjang permukaaan luar kateter di mukosa

periuretra atau sepanjang permukaan dalam kateter setelah terjadi

41

kontaminasi pada kantong penampung urine atau sambungan antara

kantong penampung dengan selang drainase.

Kriteria Diagnosa ISK :

a. Adanya bukti / tanda infeksi sebagai akibat dari pemasangan kateter > 48

jam

b. Adanya pyuria > 10 leucosit/LBP sedimen urine atau > 10 leucosit / ml atau

>3 leucosit/LBP

c. dari urine tanpa dilakukan sentrifus

d. Nitrit dan / atau leucosit esterase positif debfab cari celup (dipstick)

e. Terdapat koloni mikroorganisme pada hasil pemeriksaan urine kultur > 10