buletin interaksi ppi jepang - februari 2010
DESCRIPTION
Buletin Interaksi PPI Jepang Edisi ke-5 Bulan Februari 2010TRANSCRIPT
INFO DARI:PPI Pusat
PPI Daerah
PPI JepangBULETIN BULANAN
Interaksi
Edisi 05/ Februari 2010
Discussion ----------n
oita- r--- e-- p-- o-C oo C m &m nu on itica
----------n
oita- r--- e-- p-- o-C oo C m &m nu on itica
Masih dengan semangat INTERAKSI (Integrity, Teamwork, Action, Solidarity), kami berharap
buletin ini bisa menjadi media untuk saling merasakan keberadaan satu sama lain. Dengan
begitu, rasa kepemilikan terhadap organisasi kita, PPI Jepang, yang bisa membawa pada
perbaikan PPI Jepang serta memberikan kontribusi nyata kepada negara kita, Indonesia
tercinta.
Kami pun sadar buletin ini belum sempurna. Untuk itu, kami akan selalu setia mengharapkan
berbagai saran dan kritik dari para pembaca demi Buletin PPIJ yang lebih baik.
2Dari Redaksi
REDAKSIPENGARAHFarid Triawan
Pemimpin RedaksiMochamad Asri
Kontributor BeritaYudhoFarid TriawanMochamad AsriEndrianto DjajadiAtus SyahbudinFuad Kadir
EditorRodiyan Gibran SentanuPandji PrawisudhaAsep Ridwan
DesignerDeby Mardiansah
Email : [[email protected]]
Redaksi menerima pertanyaan, saran, dan kritik dari pembaca. Untuk setiap email yang masuk mohon mencantumkan nama, instansi (sekolah/tempat bekerja) dan kota tempat tinggal.
© Copyright PPI Jepang 2009© Copyright PPI Jepang 2010
Hormat Kami,
Tim Redaksi
Assalamualaikum Wr.Wb.
Salam Sejahtera Rekan-rekan PPI Jepang
Sedikit demi sedikit, perlahan-lahan PPI Jepang mulai
bergerak membenahi segala aspek keorganisasiannya,
baik itu internal maupun eksternal. Di bulan kedua
tahun 2010 ini, PPI Jepang kembali hadir di tengah
rekan-rekan dengan buletin edisi 05 sebagai wujud
pelayanan PPI Jepang periode 2009-2010
Pada buletin kali ini, sepak terjang tim PPI Hokkaido
dalam festival salju kota Sapporo, hiruk pikuk usaha
teman-teman PPI Ehime dalam memperkenalkan
budaya Indonesia di Stasiun TV Nankai, serta profil
teman dan alumni PPIJ menjadi berita utama.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada rekan-rekan Korda dan
Komsat. Dengan dukungan dan kerjasama antara tim
redaksi serta pengurus PPI Korda dan Komsat, buletin
PPIJ bisa kembali terbit menyapa seluruh anggota PPI
Jepang dari ujung utara, Hokkaido, hingga ujung
selatan, Okinawa. Sambil terus melakukan perbaikan
dari segi design,isi, maupun keragaman berita, kami
akan terus berusaha memberikan yang terbaik bagi
para pembaca.
3 Daftar Isi
DAFTAR ISI
© Copyright PPI Jepang 2010
[Profil Anggota] Agung Bramantya : Mengulik Ultrasonik Pendeteksi Fluida Cerdik
[Profil Alumni] Taruna Ikrar : Sekrup Sains Dunia
[Seri Kehidupan di Jepang] Bila Ada yang Meninggal di Jepang
Pingsut : Indonesia no Janken
[Berita Alumni] Reuni Almuni Jepang di Indonesia
Gatotkaca, Idola di Sekai Gifu Festival
Hanoman Duta, Persembahan Indonesia untuk Dunia
Press Release Dialog Antar Organisasi
Assessing In-Delay-sia versus Ja-Punctual
Kritik dan Saran
4Hanoman Duta
Hanoman Duta, Persembahan Indonesia Bagi Dunia
Udara dingin kota Sapporo tidak mengurangi semangat tim pemahat patung salju asal Indonesia yang
mengikuti kompetisi patung salju ke 61 yang berlangsung antara tanggal 3 sampai dengan 8 Februari 2010 di
Odori Koen, kota Sapporo. Tim Indonesia yang beranggotakan 4 personil antara lain Agustono Gentari, Bambang
Supriyanto, Giri Subagio, dan Awan Simatupang tidak gentar bersaing dengan 13 (tiga belas) kompetitor mereka
dari berbagai belahan dunia antara lain dari Amerika Serikat, Singapura, Thailand, New Zealand, Hawaii, Belanda,
Polandia, RRC, Russia, Finlandia, Korea, Swedia dan Hongkong.
Tim Indonesia dalam kejuaraan kali ini menampilkan tema pahatan berjudul Hanoman Duta�, tema ini selain
identik dengan tema-tema klasik yang ditampilkan oleh Indonesia dalam berbagai pagelaran seni Internasional
juga memiliki simbolisme tertentu. Menurut koordinator pemahat, Agustono Guntari, karya patung salju yang
menggambarkan Rahwana yang sedang bertarung dengan Hanoman memang sengaja dipilih karena merupakan
simbol yang sudah mendunia sebagai persembahan kepada masyarakat internasional yang sengaja datang dari
berbagai penjuru dunia untuk menyaksikan festival ini dan sekaligus menginspirasikan perjuangan Indonesia
yang kembali dapat berpartisipasi dalam festival tahun ini. Indonesia sebelumnya pernah menjadi juara umum
pada festival yang sama pada tahun 1987, 1995 dan 1996.
Tantangan yang dihadapi oleh tim Indonesia beraneka ragam mulai dari media latihan yang digunakan selama
di Indonesia sampai dengan ekstrimnya cuaca dingin yang harus dihadapi selama kompetisi berlangsung. Untuk
latihan selama berada di Jakarta, tim menemukan solusi kreatif yakni melalui penggunaan styrofoam sebagai
media pahatan. Mereka juga tiba 1 hari lebih awal dari jadwal untuk melakukan adaptasi bagi tim sebelum mulai
Back to Daftar Isi© Copyright PPI Jepang 2010
pertandingan.
KBRI Tokyo sejak seminggu sebelumnya telah menyebarluaskan keikutsertaan Tim Indonesia dalam Festival
Patung Salju ke Sapporo ke 61 kepada seluruh masyarakat Indonesia yang bermukim di Hokkaido. Komunitas
Indonesia di Sapporo menyambut dengan antusias partisipasi tim Indonesia dalam acara tahunan yang dihadiri
oleh sekitar 2 juta orang dari seluruh dunia. Asosiasi persahabatan Indonesia-Jepang dan masyarakat Indonesia
yang bermukim di Sapporo menyatakan kebanggaannya bahwa tim Indonesia kembali bisa ikut serta setelah
absen pada tahun sebelumnya. Tim Indonesia sendiri terdiri dari berbagai macam latar belakang antara lain
asosiasi pematung Indonesia, hotel dan swasta.
Festival yang berakhir pada tanggal 8 Februari 2010 memilih Thailand sebagai juara utama, dan Indonesia
menempati posisi keenam dari 14 (empat belas) negara setelah Finlandia (tempat kelima), Rusia (tempat
keempat), Hongkong (tempat ketiga), dan New Zealand (tempat kedua). Koordinator tim mengungkapkan
bahwa fokus utama tim dalam festival kali ini adalah untuk memperluas pergaulan internasional dan juga untuk
mengukuhkan citra Indonesia di panggung internasional sebagai bangsa yang memiliki seniman pemahat
berbakat.
5
Back to Daftar Isi
Hanoman Duta
© Copyright PPI Jepang 2010
6
Back to Daftar Isi
Press Release
Press Release Dialog Antar Organisasi
Masyakarat Indonesia di Jepang yang jumlahnya mencapai 24.858 orang (per Desember 2006) dan
terus meningkat dari tahun ke tahun tentunya membutuhkan wadah untuk menjalin kebersamaan
dalam beragam bentuk organisasi kemasyarakatan. Untuk mengembangkan persatuan,
menghilangkan ekslusivisme, dan memperkuat jaringan komunikasi di antara berbagai elemen bangsa
yang terangkum dalam berbagai organisasi kemasyaratan, Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang
diwakili Komisariat Nagoya (PPIJ Nagoya) bersama dengan Working Group for Technology Transfer
(WGTT), dan didukung penuh oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia serta Garuda Indonesia,
tergerak untuk merintis terciptanya dialog antar organisasi kemasyarakatan Indonesia yang ada di
Jepang.
Acara yang dikemas dalam bentuk Dialog Antar Organisasi dilaksanakan pada hari Minggu tanggal
24 Januari di Nagoya University dan diikuti oleh 8 organisasi kemasyarakatan Indonesia di Jepang,
yaitu: Persatuan Pelajar Indonesia Jepang (PPIJ), Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Jepang,
Working Group for Technology Transfer (WGTT) Jepang, Institute for Science and Technology Studies
(ISTECS) Jepang, Persaudaraan Muslim Indonesia Jepang (PMIJ), Ikatan Persaudaraan Trainee
Indonesia Jepang (IPTIJ), Forum Lingkar Pena (FLP) Jepang dan Forum Silaturahim Muslimah
(FAHIMA) Jepang. Di dalam forum ini, masing-masing ketua maupun perwakilan organisasi
memaparkan visi, misi, dan program kerja serta kemungkinan untuk bersinergi dengan organisasi yang
lain. Acara ini dihadiri pula oleh beberapa organisasi Jepang pemerhati masyarakat Indonesia.
Wakil Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Bapak Ronni P. Yuliantoro dalam sambutannya
mengapresiasi kegiatan dialog lintas organisasi ini untuk menyatukan berbagai elemen bangsa di
Jepang sehingga dapat tercapai harmonisasi secara keseluruhan antar organisasi masyarakat. Dengan
begitu, akan membawa manfaat yang lebih besar baik bagi bangsa Indonesia maupun bagi hubungan
antara Indonesia dan Jepang. Acara juga diisi ceramah umum oleh Dr. Hisanori Kato, senior researcher
pada Centre of Asian Studies Jakarta serta pengajar di Ohtani University Osaka, yang menjelaskan
bahwa keberagaman bangsa Indonesia tercermin dalam berbagai identitas organisasi Indonesia di
Jepang. Untuk itu diperlukan adanya common ground untuk menyatukan aspirasi seluruh ormas.
Pada sesi akhir diskusi panel, seluruh organisasi telah sepakat pada kesimpulan bahwa dibutuhkan
adanya suatu forum komunikasi lintas organisasi untuk memperlancar arus informasi. Kemudian
kerjasama antar organisasi juga dapat dijajaki pada program yang bertema sejenis, misalkan program
beasiswa atau lomba karya tulis. Acara dialog ini juga dapat diselenggarakan untuk tahun berikutnya
dengan hasil yang lebih nyata, berupa kerangka kerjasama atau program kegiatan bersama. Untuk itu,
organisasi kemasyakatan KMII Jepang menyatakan kesediaannya untuk menjadi koordinator
pelaksana dalam acara tahun depan. Hasil dialog juga tertuang dalam bentuk MoU (nota kesepahaman)
antar organisasi kemasyarakatan.
Nagoya, 25 Januari 2010
Ketua Panitia Dialog Antar Organisasi : M. Faisal Artjan
Wakil Ketua : Dodik Kurniawan
Mengetahui Ketua PPI Jepang : Farid Triawan
© Copyright PPI Jepang 2010
7 Press Release
Back to Daftar Isi © Copyright PPI Jepang 2010
8Manajemen
Back to Daftar Isi
Assessing In-Delay-sia versus Ja-Punctual
Last week, Japan’s Minister of Economy, Trade and Industry, Masayuki Naoshima, visited Indonesia
as part of his international duties for a bilateral meeting between the two countries.
Naoshima arrived at Indonesia’s energy ministry headquarter on Jl. Medan Merdeka Selatan,
Jakarta after meeting President Susilo Bambang Yudhoyono at the State Palace.
He was scheduled to meet Indonesia’s Energy and Mineral Resources Minister Darwin Zahedy Saleh
to discuss fundamental energy issues between Japan and Indonesia at 14:30 p.m. at Darwin’s office on
the second floor. The meeting was scheduled to be held for 30 minutes, but after 30 minutes of waiting
the host had not appeared.
Naoshima and his entourage finally decided to leave the ministry office because at 15:00 p.m.,
Naoshima had another meeting with Industry Minister MS Hidayat. Naoshima reportedly left with an
upset expression on his face. He was disappointed that he had failed to meet Minister Darwin.
I have been living in Japan for almost three years. In the beginning, I was shocked when I learned
about the values and principles of the Japanese.
I was surprised because they are somehow so different from Indonesian values and principles. But,
as I came to know what advantages lay behind the principles, I felt very thankful to the Japanese for
teaching such great principles.
Japan, being one of the leading countries in the world, is a country that has a long history. During
that long period of time, the Japanese adopted many extraordinary values and principles which have
lasted until now. Being punctual is one of those principles.
In Japan, being punctual is a habit. Japan is a country that is concerned with well-scheduled
lifestyles. Buses, trains have fixed schedules of the times they will arrive and depart. They arrive
precisely on time, which is still rare to see in Indonesia.
Japan is said to be one of the fastest countries in the world for the rhythm of its daily life. Everything
is well-structured and well-organized. It is arguably easy to say, “I will reach there at 10:23” or “The
goods will arrive at 19:55” or “It will take three days to repair your computer” in Japan, while, in
contrast, it’s more familiar to hear, “I will reach there maybe around 13:00” or “We will try to deliver it
within a week” or “We will inform you later if we have fixed your computer” in Indonesia.
Apparently, the Japanese are confident to say the precise time when they make an appointment, while
Indonesians are still afraid to say the exact time.
This is not because Japan is an advanced country while Indonesia is still developing country. It’s
simply about principles. Japanese companies and the government have very well-known principles
which are known as “Yoyu Jikan”. “Yoyu Jikan” literally means surplus time.
© Copyright PPI Jepang 2010
9 Manajemen
Back to Daftar Isi
It’s the principle of the Japanese of allowing for extra time in case the worst happens. In other words,
they always consider allowing extra time when committing or planning something. Hence, they are
always confident enough to state the precise time and details while Indonesians are still timid.
Perhaps it was an unacceptable reason for Naoshima when Darwin said, “I’m sorry. I was late; it was
because of a traffic jam”.
Because, in the Japanese mindset, allowing extra time for the worst-case scenario is a part of being
punctual. It is stated in the Republic of Indonesia’s objective for 2030 that Indonesia is expected to be
one of the leading countries in Asia, like Japan is now.
But, it will simply be another daydream if In-Delay-sia can’t adopt the principle of being punctual
that Ja-Punctual already has.
The writer is currently studying at Tokyo Institute of Technology, Japan, in the third year of an
undergraduate course, majoring in computer science. He is also the secretary-general of the Indonesian
Student Association in Japan (PPI Jepang).
Sumber: http://www.thejakartapost.com/news/2010/01/19/assessing-indelaysia-versus-
japunctual.html
© Copyright PPI Jepang 2010
10
[Seri Kehidupan di Jepang]
Bila ada yang meninggal di Jepang
Tulisan ini tentang hal-hal yang perlu disiapkan bila ada keluarga atau teman kita yang meninggal dunia di
Jepang. Tulisan ini ditulis berdasarkan pengalaman saya ketika mengikuti proses pengurusan jenazah seorang
teman yang meninggal 1.5 tahun yang lalu dan istri seorang teman yang meninggal beberapa pekan yang lalu.
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah lokasi di mana jenazah tersebut meninggal. Prosedur di Jepang
menetapkan, bila seseorang meninggal bukan di rumah sakit, jenazah akan diserahkan ke kepolisian. Selanjutnya
polisi akan meneliti penyebab kematian tersebut apakah disebabkan karena sakit atau sebab-sebab lain, seperti
misalnya kecelakaan, pembunuhan, atau lainnya. Untuk keperluan ini, polisi akan memanggil orang-orang yang
terdekat dengan almarhum untuk dimintai keterangan.
Selanjutnya, apa yang harus kita lakukan ? Menurut pengalaman pribadi saya, ada beberapa hal yang perlu
kita lakukan.
1.Menghubungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) bidang Konsuler.
Bapak Amir Radjab Harahap, Minister Counsellor
Telp : 03-3441-4201 ext. 425, Fax : 03-3447-1697 (sumber : http://indonesianembassy.jp/)
Bila ada kematian warga negara Indonesia (WNI), bidang Konsuler KBRI ini yang bertanggung jawab untuk
berkomunikasi dengan pihak kepolisian Jepang. Bidang Konsuler ini yang menjadi penjamin bahwa jenazah
memang benar WNI. Pihak kepolisian Jepang sendiri tidak akan melepas jenazah sebelum ada wakil dari pihak
Konsuler KBRI yang datang ke kepolisian. Bidang Konsuler ini juga akan membantu membuatkan surat-surat
yang diperlukan, seperti: surat untuk mengurus pemulangan jenazah ke Indonesia dan surat untuk mengambil
jenazah di bagian kargo di Indonesia.
2.Bila jenazah beragama Islam, maka untuk warga Tokyo dan sekitarnya, kita perlu menghubungi pengurus
Keluarga Masyarakat Islam Indonesia Jepang untuk meminta bantuan dalam memandikan, mengkafani dan
menshalatkan jenazah. Untuk daerah di luar wilayah Kanto dan Kansai, dapat menghubungi pengurus pengajian
warga atau mahasiswa Indonesia setempat. Alternatif lainnya adalah menghubungi pengurus masjid terdekat.
3.Menghubungi pemberi beasiswa-bila yang meninggal berstatus mahasiswa, atau perusahaan/kantor tempat
bekerja-bila yang meninggal sudah bekerja. Hal ini diperlukan untuk memperjelas apakah institusi pemberi
beasiswa atau perusahaan/kantor tempat bekerja memberikan bantuan atau asuransi untuk jenazah. Khusus jika
yang meninggal berstatus mahasiswa atau keluarga dari mahasiswa, diharapkan menghubungi Atase Pendidikan
KBRI Tokyo untuk memberikan informasi awal mengenai kematian ini.
Bapak Edison Munaf, Atase Pendidikan
Telp. : 03-3441-4201 ext. 240, Fax :03-3447-1697 (Sumber : http://indonesianembassy.jp/)
4.Bila jenazah ingin dikuburkan di Indonesia, maka perlu menghubungi perusahaan jaza pengurusan jenazah.
Untuk warga di sekitar Tokyo, berdasarkan pengalaman sebelumnya, KBRI Tokyo biasanya menggunakan jasa
Yoshida san.
Alasan digunakannya perusahaan jasa pengurusan jenazah ini, adalah sebagai berikut:
·Perusahaan ini yang akan mengambil jenazah dari kepolisian dan membawa ke tempat di mana jenazah akan
dimandikan, dikafani dan dishalatkan. (Biasanya dilakukan di KBRI)
·Perusahaan ini menyediakan peti jenazah yang cukup tebal.
·Perusahaan ini yang akan mengurus beacukai di Jepang utk mengeluarkan jenazah dari Jepang.
·Perusahaan ini yang akan membawa jenazah ke kargo pesawat Garuda. Bila jenazah akan diberangkatkan besok
hari maka jenazah harus sudah masuk kargo di bandara pada pukul 20:00, hari sebelumnya. Oleh karena itu,
proses memandikan, mengkafani dan menshalatkan diharapkan dapat seleseai sebelum sore hari.
·Perusahaan ini memberikan bahan pengawet dan juga ice dry sehingga jenazah akan tahan sampai 7 hari. Bila
Back to Daftar Isi
Seri Kehidupan
© Copyright PPI Jepang 2010
menggunakan jasa Yoshida san ini, keluarga di Indonesia perlu menyewa mobil ambulance untuk mengangkat
jenazah dari bandara ke rumah duka.
5.Menghubungi teman-teman yang meninggal untuk membantu dalam pengurusan jenazah, baik
mempersiapkan tempat mandi, mengkafani maupun menshalatkan.
6.Menghubungi rekan-rekan untuk mengumpulkan dana yang akan diberikan kepada keluarga jenazah. Hal ini
bisa dilakukan melalui SMS atau milis. Diusahakan untuk mengumpulkan dana sebesar 1 juta yen dalam waktu 1
pekan. Pembayaran kepada Yoshida san ini bisa dilakukan 2 tahap, yaitu tahap pertama setengah dari biaya, dan
sisanya dapat dilakukan setelah jenazah sampai di Indonesia. Hal ini dapat terlaksana bila ada orang atau
organisasi yang menjamin akan melunasi uang tersebut. Mekanisme pembayaran dan besarnya biaya
pengurusan ini perlu dinegosiasikan dengan Yoshida san. Namun dari pengalaman rekan-rekan di Fukuoka, ketika
melakukan pengurusan jenazah 5 tahun yang lalu, kita bisa menekan biaya pengurusan jenazah ini menjadi
sekitar 300,000 400,000 jika kita mau mengurus sendiri pemulangan jenazah ke Indonesia tanpa melalui jasa
pengurusan jenazah. Hal ini berdasarkan informasi seorang rekan di Fukuoka yang pernah mengurus jenazah.
7.Menghubungi keluarga terdekat dari yang meninggal baik yang berada di Jepang maupun yang ada di
Indonesia. Perlu disampaikan kepada keluarga tersebut, hal-hal yang perlu disiapkan, seperti mobil ambulance
yang akan membawa jenazah dari bendara ke rumah duka dan informasi kapan jenazah akan tiba di Indonesia.
8.Bila ada keluarga yang ditinggalkan di Jepang dan akan ikut pulang bersama jenazah, perlu dicarikan tiket
pulang. Keluarga yang ditinggal di Jepang dan akan mengantarkan jenazah ke Indonesia dan berencana akan
kembali ke Jepang lagi, perlu membuat Re-entry Permit terlebih dulu. Bila waktu tidak memungkinkan untuk pergi
ke kantor Imigrasi Jepang, dapat membuat Re-Entry Permit di Bandara dengan alasan darurat.
9.Mengurus hutang-piutang, seperti kartu kredit dan juga hal-hal penting lainnya seperti tabungan di bank,
pelunasan peminjaman rumah, pengepakan barang-barang almarhum dan menghubungi pihak keluarga di
Indonesia mengenai barang-barang tersebut, apakah akan dikirim ke Indonesia atau dihibahkan kepada teman-
teman di Jepang, atau dibuang.
Hal yang telah dijelaskan di atas adalah untuk kasus di mana jenazah akan dibawa pulang ke Indonesia.
Untuk jenazah yang akan dikuburkan di Jepang, warga yang berada di Tokyo dan sekitarnya dapat
menghubungi rekan-rekan di Mesjid Otsuka. Selanjutnya, biasanya jenazah akan dikuburkan di pemakanan
muslim di Yamanashi. Biaya pengurusan jenazah ini sekitar 320,000 yen. (Informasi ini diterima teman yang
tinggal di dekat Mesjid Otsuka).
Demikian SKJ kali ini, semoga bermanfaat.
Penulis : Endrianto Djajadi
Sumber : Milis PPI Jepang
11
Back to Daftar Isi
Seri Kehidupan
© Copyright PPI Jepang 2010
12
Back to Daftar Isi
Profil Anggota
© Copyright PPI Jepang 2010
Mengulik Ultrasonik Pendeteksi Fluida Cerdik
Teman-temannya menggurau, Muhammad Agung Bramantya disebut-sebut telah menaklukkan “the golden J
triangle”, Jawa-Jepang-Jerman.
SALAH satu ruang laboratorium di Universitas Keio, Tokyo, Jepang, telah menjadi sarang nyaman bagi
Muhammad Agung Bramantya. Setiap hari, pengajar Universitas Gadjah Mada Yogyakarta itu biasa
memanfaatkan 6-7 jam sehari untuk meneliti. Lelaki yang biasa disapa Bram itu tengah fokus pada penelitiannya,
mengembangkan metode ultrasonik untuk meneliti fluida (cairan).
Fluida yang dimonitor Bram tergolong fl uida pintar. Misalnya, MagnetoRheological atau biasa disebut Mrfluid.
“Inti dari teknologi fl uida pintar ini ialah peredam aktif. Maksudnya, peredam itu secara aktif melakukan efek
peredaman sesuai guncangan yang diterima,” jelas Bram di chat room, (28/1).
Lantaran itu, jenis fluida pintar banyak digunakan dalam sistem peredam. Misalnya dipasang dalam sistem
peredam gempa yang ditanamkan pada gedung agar tahan guncangan, ataupun sistem suspensi pada
kendaraan. Produsen mobil mewah Audi, misalnya, telah menggunakan MRfl uid untuk suspensi pada seri TT RS
ataupun Audi R-8.
“Memang fl uida pintar sangat cocok untuk guncangan-guncangan yang tidak teratur. Misalnya ketika mobil
melewati jalan yang bergelombang, tiupan angin di gedung tinggi atau jembatan,” jelas lelaki 29 tahun itu.
Nah, untuk memonitor fluida tersebut, Bram memanfaatkan gelombang ultrasonik. Metode ini tergolong rumit,
namun hasilnya lebih presisi ketimbang metode optik yang selama ini umum diaplikasikan. “Dan nanti, akan lebih
praktis,” tambahnya.
Lantaran itu ia diganjar penghargaan Young Engineer Award di Jepang tahun lalu. Sebelumnya, Bram
dianugerahi penghargaan Fujiwara dari Universitas Keio. Dari empat penerima penghargaan tersebut, Bram
menjadi satu-satunya orang asing, tiga lainnya peneliti Jepang. Sebagai gambaran, Universitas Keio termasuk
salah satu yang prestisius di Jepang. Saking prestisiusnya, di Tokyo berkembang istilah Keio Boys untuk mengacu
pada kelompok mahasiswa yang pintar, kaya, dan gaul. Tentu saja tidak semua mahasiswa Universitas Keio
sepakat.
Pemantik
Sejak kuliah, Bram tergolong cemerlang. Dia merupakan lulusan tercepat di UGM. Meskipun begitu Bram
MUHAMMAD AGUNG BRAMANTYA
TANGGAL LAHIR
22 Maret 1981
PENDIDIKAN
• Program Doktor Jurusan Teknik Mesin
Universitas Keiko, Jepang (2008 sampai
sekarang)
• S-2 Engineering Design and Manufacture,
Universitas Malaya, Malaysia (2007)
• S-2 Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta (2005)
• S-1 Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta (2003)
PENCAPAIAN (ANTARA LAIN)
• Young Engineer Award, Japan Society of
Applied Electromagnetics and Mechanics (2009)
• Fujiwara Award (2009)
• Best Poster Prize, ERMR (2008)
• Lulusan terbaik (peringkat 1) dan tercepat (7
semester) Sarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta (2003)
Back to Daftar Isi © Copyright PPI Jepang 2010
13 Profil Anggota
mengaku bukan kutu buku. Dia masih sempat melakukan aktivitas keagamaan dan sosial. “Saya bukan sosok
kutu buku dan maniak riset, kok. Saya aktif di takmir masjid dan ormas Islam, Wahdah Islamiyah,” tulisnya.
Bram juga aktif di forum alumni SMA 1 Yogyakarta, almamaternya. Salah satu misi forum ini ialah memberikan
beasiswa bagi siswa yang kurang mampu. Bram paham betul beasiswa menjadi jalan terang bagi mereka yang
bersemangat menambah ilmu. Dia memang tergolong ‘murid beasiswa’. Studinya di Jepang berkat guyuran dana
JICA. Pun studi pascasarjana yang ia jalani di Universitas Malaya, Malaysia, juga didanai JICA.
Di Malaysia, Bram sempat tergabung dalam tim desain mobil bertenaga surya (solar car). Bram juga ngeblog,
meski tidak rutin menulis setiap hari. Blog pribadinya, www.bramantya.wordpress.com tidak melulu berisi tulisan
serius. Dia sesekali menulis mengenai kehidupan sehari-hari di Jepang, perenungannya, sampai hobi
masakmemasak yang ia kerjakan bersama keluarga. Suami Dora Viala Fudholi itu termasuk rajin
mendokumentasikan makanan sedap hasil resep andalan keluarga.
Di blog itu, dia juga mengisahkan penggalan perjalanan ke Dresden, Jerman, saat menghadiri seminar
internasional ERMR (Electrorheological Fluids and Magnetorheological), Agustus 2008. Bram mengaku peristiwa
itu menjadi momen penting perjalanan keilmuannya. Di sana ia memenangi Best Poster Prize setelah
menyisihkan sekitar 110 ilmuwan dari lima benua yang mempresentasikan karya mereka. Teman-temannya
lantas menggurau, Bram disebut telah menaklukkan the golden J triangle, Jawa-Jepang-Jerman. “Hehehehe,
ada-ada saja,” tulisnya. Bram juga menambahkan, momen di Dresden-lah yang memantik rentetan prestasi
berikutnya. Kemenangannya saat itu telah menarik perhatian ilmuwan lain sehingga Universitas Keio
menempatkan Bram di antara empat mahasiswa Keio lainnya sebagai peraih Fujiwara. Akibatnya, penelitian
Bram mudah mendapatkan dana.
Kolaborasi Meneliti di Jepang, lanjut Bram, dimanjakan fasilitas dan dibiasakan kerja sama tim. Di sana,
penelitian sudah biasa dikerjakan secara berkelompok. “Justru momen penting dalam proses penelitian saya
terjadi ketika ada sinergi ide dan keahlian dari anggota riset,” kata Bram. Menurutnya, ketika riset menemui jalan
buntu, para senpai (alumni atau senior) bisa dihubungi untuk berbagi saran. “Misalnya saat mendesain test-cell
khusus ultrasonik untuk meneliti fl uida pintar. Parameter yang harus diperhatikan sangat kompleks. Awalnya
saya memiliki konsep desain sendiri tapi hasilnya enggak bagus setelah uji coba berulang kali,” ceritanya. Jalan
riset yang mulai buntu itu lantas terbuka kembali setelah Bram rembugan dengan anggota riset lainnya selama
satu bulan. “Ternyata hasilnya bisa optimal,” kisah Bram.
Riset itu makin efi sien ketika sejumlah senpai turun tangan. Pengalaman itu membawa Bram pada
pemahaman bahwa semangat bekerja sama merupakan hal yang paling ditekankan di Jepang. “Ada dua hal lain
yang terasa betul sangat ditekankan di sini. Yaitu disiplin dan kerja keras,” tegasnya. Bram lalu mencontohkan
budaya sejumlah perusahaan Jepang. “Coba saja perhatikan mereka. Terminologi yang muncul misalnya kaizen
(perbaikan terus-menerus sekecil apa pun)dan JIT (just in time),” lanjutnya.
Lantaran itu Bram makin disiplin. Sifat kerja kerasnya juga makin terpupuk. Semua itu menjadi modal Bram
untuk kembali ke Yogyakarta tahun depan. Penelitian mengenai pengembangan metode ultrasonik untuk meneliti
fl uida pintar itu pun akan ia boyong ke Tanah Air. “Tentu saja ada beberapa penyesuaian, beradaptasi dengan
situasi dan kondisi di Tanah Air, terutama di UGM. Saya rasa keberadaan saya di Lab Dinamika Fluida UGM cukup
bisa dijadikan modal awal,” tekad Bram. (M-2)
Sumber: http://www.wahdah.or.id/wis/images/stories/Jogja%20Bram%20penghargaan.pdf
14Profil Alumni
Sekrup Sains Dunia
Di Indonesia, karier dokter Taruna Ikrar cuma sampai pegawai tidak tetap (PTT). Di Amerika Serikat, ia
tergabung dalam tim ilmuwan elite sebagai investigator otak manusia. Sica HarumW" ATJH-JAUH dari Indo-I
nesia ke Amerika Serikat, Taruna Ikrar I menorehkan jejak pen-ir ting pada dunia kedokteran internasional. Dialah
pemegang paten metode pemetaan otak manusia-dipatenkan 2009.
Temuannya menjadi penting dalam perkembangan ilmu saraf modern. Bagaimanapun, misteri rangkaian
rahasia dari organisasi dan fungsi otak harus dipecahkan. Metode temuan Taruna berhasil menggambarkan
dinamika pada otak manusia dengan rinci.
"Sekarang kami sedang fokus pada investigasi fungsi otak manusia, serta hubungannya dengan sirkuit otak
dan berbagai jenis penyakit otak. Misalnya alzhaimer, parkinson, paralyses (kelumpuhan), serta ketergantungan
narkotika dan psikotropika," tulis Taruna melalui surat elektronik, pekan lalu. Setelah fungsional sejumlah
penyakit itu diketahui, lanjut m Taruna, barulah teknik pengobatan terbaru seperti terapi gen dan terapi sel punca
bisa diterapkan.
Untuk memahami tema besar itu, seorang investigator otak manusia dituntut memiliki keahlian yang sangat
spesifik. Antara lain memahami pencitraan pemetaan otak, laser pho-lostimulalion, sampai aspek genetika
molekuler. Lantaran itu, tidak banyak ahli di dunia yang menguasai teknik tersebut. Taruna mengaku beruntung
mampu melakukannya dengan baik.
Lentingan Taruna datang Ice AS pada 2008. Saat itu, ia baru saja kelar pendidikan di Jepang. Taruna beroleh
jalur khusus, diundang pemerintah AS untuk bergabung sebagai peneliti pasca-doktoral di Departemen Inter-
disipliner Neurosains di Universitas California, Irvine, AS.
Maklum, Taruna memiliki apa yang mereka butuhkan saat itu. Taruna ialah pakar dalam penggunaan patch
damp, paham rekayasa genetika serta memiliki keahlian klinis. Selama lima tahun di Jepang, Taruna mendapat
banyak pengalaman. Dia mendalami pe-
masangan alat pacu jantung dan pengobatan berbagai penyakit jantung. Dia juga mendalami teknik whole cell
recording, semacam teknik untuk mengetahui dinamika di dalam sel tubuh. Sebagai kardiolog. Taruna sempat
dikirim Univer-sitas Niigata ke Universitas Bologna di Italia, salah satu universitas tertua di dunia. Di sana Taruna
belajar memahami lebih jauh tentang arhythmia pada penyakit jantung.
Lantaran itu, kehadiran Taruna di AS melengkapi kekuatan tim peneliti di Universitas California. Dia menjadi
kardiolog pertama yang bergabung ke pusat penelitian otak terbesar di dunia itu-skala universitas.Tanggung
jawab Taruna bertambah sejak November 2009. Dia dipromosikan menjadi Wakil Direktur Progam Paska-
doktoral di Uni versitas California. Taruna juga dipilih mengepalai proyek penelitian pemetaan sirkuit otak dan
genotipe di laboratorium itu.
Posyandu Sebelum berkiprah di pentas dunia. Taruna lebih dulu berbakti di Puskesmas Jatinegara, Jakarta,
sejak 2000. Dokter asal Makassar ini bekerja selama tiga tahun di sana. Dia menjabat kepala puskesmas meski
saat itu statusnya ialah pegawai tidak tetap (PTT).
Di Jatinegara, Taruna mengembangkan sistem pusat pelayanan kesehatan terpadu (posyandu). Di tangan
Taruna, posyandu menjalankan tiga fungsi, yaitu untuk pendidikan dan pengaderan, kebersamaan, serta
pencegahan penyakit dan kekurangan gizi. Taruna meramu tiga fungsi utama itu di tengah-tengah rasa
kebersamaan masyarakat Jakarta yang mulai pupus. Lantaran itu posyandu ala Taruna menjadi percontohan
nasional.
"Sebagai orang yang berasal dari daerah, bisa berkarier di Jakarta sebetulnya sudah luar biasa. Apalagi bisa
merasakan kedahsyatan pengembangan diri di pusat-pusat keunggulan sains dan teknologi dunia, seperti
Jepang, Italia, dan AS," lanjut lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, itu.
Taruna mengaku siap pulang kapan pun Indonesia memanggilnya."Jika Tanah Air membutuhkan keterampilan
yang saya miliki, dengan senang hati saya akan kembali. Saya berharap mudah-mudahan bisa menjadi salah satu
Back to Daftar Isi© Copyright PPI Jepang 2010
Profil Alumni15
sekrup untuk kemajuan sains dan teknologi di Indonesia," tegas Taruna.
Diaspora
Hampir tujuh tahun, Taruna lepas dari Tanah Air. Ia, seperti halnya peneliti Indonesia di luar negeri, seperti
biji suplir yang berdiaspora tumbuh di tempat asing dengan kebaruan mereka. Namun semakin jauh
pengembaraannya dari kampung halaman, Taruna justru bertambah yakin potensi Indonesia untuk berdiri
sejajar dengan negara-negara maju di dunia.
"Kita-punya banyak keunggulan. Sumber daya alam luar biasa, penduduk terbesar keempat di dunia
dengan kualitas yang tidak kalah, plus kekayaan budaya dan adat istiadat. Tinggal bagaimana manajemennya
saja," jelas Taruna.
Niatnya membenahi Indonesia, terutama dalam membangkitkan daya saing bangsa, ber-hilir pada
organisasi Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (14) yang diresmikan pada 2009. Pada organisasi itu,
Taruna didapuk sebagai Koordinator 14 Benua Amerika. Kata Taruna, organisasi itu diharapkan bisa menjadi
jejaring bagi ilmuwan asal Indonesia yang tersebar di dunia.
Bergabung dengan 14 tidak membuat Taruna canggung. Sejak remaja, ia biasa berorganisasi. Antara
lain. Taruna sempat dipercaya sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Agung (MPA) Ikatan Senat Mahasiswa
Kedokteran Indonesia (ISMKI) periode 1993-1995. Taruna juga pernah menjabat Ketua Pengurus Besar (PB)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) 1997-1999 dan Wakil Ketua Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia
(IDI) periode 2000-2003.
Aktivis ini juga aktif dalam fase reformasi 1998. Karena itu, Taruna akrab dengan Ketua Fraksi Partai
Demokrat DPR Anas Urbaningrum sampai Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Mallarangeng. Namun,
Taruna tidak lantas terjun ke dunia politik yang ingar-bingar. Dia justru menyepi ke dunia penelitian yang
senyap. Oleh rekan aktivisnya yang kini berpolitik praktis, Taruna dilabeli dokter politik sekaligus dokter
penyakit.
"Memang kesannya kontradiktif karena sekarang saya menggeluti hal yang bersifat spesifik, sedangkan
dalam dunia aktivis dan organisasihal yang dilakukan umumnya bersifat makro. Tapi buat saya, itu
memperkaya wawasan," lanjut Taruna yang mengaku terinspirasi oleh buku Global Paradox karya John
Naisbitt.
Oktober 2009, Taruna sempat bertemu Anas dan sejumlah wakil rakyat di DPR. Pada pertemuan
nostalgia itu Taruna sempat menggelontorkan ide dan informasi terkini mengenai aspek biologi molekuler
dalam konteks global. Dalam penilaian Taruna, seorang pengambil kebijakan dituntut paham sains dan
teknologi terkini.
"Karena perang di masa depan bukan lagi perkara bom atom, senjata laras, dan panser. Tapi bagaimana
menghadapi pemanasan global, melawan senjata biologis pemusnah massal, serta melawan penyakit
menular berupa bakteri dan virus hasil mutasi yang sangat berbahaya. Contohnya swine flu, flu burung,
AIDS, dan kolera," tutup Taruna. (M-3) [email protected]
Sumber: http://bataviase.co.id/node/91943
Taruna beroleh jalur khusus, diundang pemerintah AS untuk bergabung sebagai peneliti pasca-doktoral di Departemen
Inter-disipliner Neurosains di Universitas California, Irvine, AS. Taruna sempat dikirim Univer-sitas Niigata ke Universitas
Bologna di Italia, salah satu universitas tertua di dunia. Lantaran itu, kehadiran Taruna di AS melengkapi kekuatan tim
peneliti di Universitas California. Taruna juga dipilih mengepalai proyek penelitian pemetaan sirkuit otak dan genotipe di
laboratorium itu. Di tangan Taruna, posyandu menjalankan tiga fungsi, yaitu untuk pendidikan dan pengaderan,
kebersamaan, serta pencegahan penyakit dan kekurangan gizi. Taruna meramu tiga fungsi utama itu di tengah-tengah rasa
kebersamaan masyarakat Jakarta yang mulai pupus. Apalagi bisa merasakan kedahsyatan pengembangan diri di pusat-
pusat keunggulan sains dan teknologi dunia, seperti Jepang, Italia, dan AS," lanjut lulusan Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin, Makassar, itu. Saya berharap mudah-mudahan bisa menjadi salah satu sekrup untuk kemajuan sains dan
teknologi di Indonesia," tegas Taruna. Namun semakin jauh pengembaraannya dari kampung halaman, Taruna justru
bertambah yakin potensi Indonesia untuk berdiri sejajar dengan negara-negara maju di dunia. Kata Taruna, organisasi itu
diharapkan bisa menjadi jejaring bagi ilmuwan asal Indonesia yang tersebar di dunia. Oktober 2009, Taruna sempat
bertemu Anas dan sejumlah wakil rakyat di DPR.
Back to Daftar Isi © Copyright PPI Jepang 2010
16Pingsut
“PINGSUT: INDONESIA NO JANKEN” NAIK TAYANG
DI WAKU-WAKU TV NANKAI HOUSOU
Hanya dengan menggunakan jari dan telapak tangan kita bisa menentukan siapa yang menang dan yang kalah
dalam suatu pilihan kesempatan. Hompipah dan pingsut, begitulah kita mengenal namanya di Indonesia.
Hompipah memanfaatkan telapak tangan dengan pemain lebih dari dua orang, sedangkan pingsut untuk
mengadu jari-jari dua pemain yang berlawanan berdasarkan simbol setiap jari.
Ibu jari merupakan simbol gajah, jari telunjuk menggambarkan manusia dan kelingking adalah simbol semut.
Manusia mengalahkan semut, namun manusia kalah oleh gajah, sedangkan gajah dapat dikalahkan oleh semut.
Mengapa demikian ? Alkisah bila telinga gajah dimasuki oleh semut, sang gajahpun menjadi gila atau bisa mati.
Karena gajah tidak memiliki jari, tentu dia tidak bisa mengeluarkan semut dari telinganya sendiri Sederhana
dan mudah bukan cara memainkannya ?
Nah, terkait hal tersebut, dalam rangka mempromosikan World Citizen Festival (Chikyu-jin Matsuri), 17 Januari
2010 yang diselenggarakan oleh Pemkot Matsuyama, PPI Ehime University diminta memperagakan pingsut
karena mirip-mirip dengan janken-nya Jepang. Masih ingat bukan bahwa janken bersimbolkan gunting, kertas
dan batu. Gunting digambarkan dengan jari tengah dan telunjuk membuka, kertas dengan semua jari tangan
membuka, sedangkan batu dengan tangan mengepal. Wah menarik ya bila kita bandingkan, yang terkadang juga
masih ada kesalahan jika dimainkan bergantian ..
Tiga kali pertemuan pendahuluan telah kami adakan guna menyiapkan hal-hal yang diperlukan, yakni 5, 12, dan
19 Desember 2009. Adapun pelaksanaan casting bertempat di Matsuyama International Center, 26 Desember
2009 jam 13.00. Empat warga PPI Aidai yang berpartisipasi adalah Atus Syahbudin, Agung Putra Pamungkas,
Back to Daftar Isi© Copyright PPI Jepang 2010
Pingsut17
Ahmad Shoiful dan Sanz Grifrio Limin. Sebelum pengambilan adegan berlangsung, salah seorang staf TV
memberikan sedikit penjelasan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Inggris tentang alur cerita yang diinginkan.
Pada saat itu tidak diadakan gladi kotor ataupun latihan bermain peran. Semua berjalan biasa sebagaimana
melayani pertanyaan orang asing yang ingin mengetahui tentang pingsut.
“Piiiiiiiiiiingsut ! Horeee … aku yang menang ……. “
Tiga minggu kemudian, tepatnya 14 Januari 2010 TV Nankai Housou menayangan hasil casting dalam program
waku-waku. Program tersebut berdurasi sekitar 5 menit dengan jam tayang 21.54-22.00 dan rebroadcasting 16
Januari 2010 jam 13.55-14.00.
Segenap keluarga besar PPI Ehime University tentu berharap semoga melalui pengenalan budaya nusantara ini,
walaupun hanya sederhana dan berdurasi sangat pendek akan mampu memupuk pemahaman masyarakat
internasional terhadap kekayaan warisan budaya Indonesia yang ujung-ujungnya hubungan kerja sama yang
baik dan saling menguntungkan dapat terwujud.
Catatan Redaksi: TV Nankai Housou atau yang biasa dikenal sebagai RNB, adalah jaringan siaran televisi dan radio
Jepang yang bermarkas di Matsuyama, provinsi Ehime, dan tergabung dalam Nippon News Network (NNN) untuk
televisi, dan Japan Radio Network (JRN) serta National Radio Network (NRN) untuk radio. Bagi rekan yang ingin
melihat rekaman siaran program “Pingsut: Indonesia no Janken” ini, silakan meluncur ke http://tv.ppijepang.org
Back to Daftar Isi © Copyright PPI Jepang 2010
18Berita Alumni
Reuni Alumni JepangBy: Fuad Kadir
Berkat Rahmat Tuhan YME, pada tanggal 23 Januari 2010 akhirnya reuni sekaligus silaturahmi
antara alumni Jepang dapat terlaksana. Peserta yang hadir sekitar 30 orang. Mulai dari lobby JAC sambil
coffe break, ramah tamah ataupun temu kangen nuansanya terasa sekali. Semisal ada teman sekamar
yang baru bertemu lagi setelah 20 tahun.
Kami cukup terkejut sekaligus bahagia karena beberapa senpai dari PERSADA datang (Hideki san,
k a n g A n i s ) , a d a j u g a d a r i P P I N a g o y a, k a n g G u n a w a n d a n d a r i B a l i ,
kang Nugroho. Ada juga member baru yang sebelumnya belum masuk milis, yaitu kang Alwi (Sanken),
kang Djono (Muji) dan kang Asep (Hyatt). Selamat bergabung, semua email diatas sudah di link..
Santai tapi serius, itulah yang bisa menggambarkan suasana perkenalan para peserta. Setelah
semua perkenalan selesai, akhirnya diputuskan bersama-sama di floor untuk membuat suatu wadah
organisasi. Melaluia hasil voting2 secara demokrasi, diputuskan nama organisasi tersebut adalah KAJI =
Komunitas Alumni Jepang di Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih atas masukan dari Hideki san yang sudah berpengalaman di
organisasi PERSADA. Tujuan KAJI adalah turut serta berperan dalam membantu memajukan bangsa.
Adapun detail visi / misi akan dibahas pada pertemuan KAJI ke-2 nanti 20 Maret..
Sekaligus 3 presentasi dari member KAJI adalah:
1. Kang Ali Mufid, Peluang Bisnis di Sepeda Motor
2. Kang Djono, Philosophy MUJI
3. Kang Sigit, Generasi yang Terbuang....
Back to Daftar Isi© Copyright PPI Jepang 2010
Berita Alumni19
Kiri - Kanan di belakang: Christy, Sarjono, Iko, Rickwan, Bertrand, Gunawan, Dony, Sigit, Ali Mufid,,
Agus Pitoyo, kang Bagus Mahawan, kang Eka, kang Soni, kang Eko, Hafeizh, Arif Garuda, Arief HIS,
Nugroho, Anis, Alwi, Hasan, Dodi, Asep.
Kiri - Kanan Duduk: Afra, Neneng, Mariko san, Hideki san, Fuad, Arif, Kaori san, Yasmine dan Djono.
(PS: Febby pulang duluan karena sudah ada janji).
O K , s e m o g a s e m u a s e h a t d a n s u k s e s s e l a l u . Te r i m a k a s i h p a r t i s i p a s i
dari semua teman2, termasuk juga host Mariko san. Selamat hari libur.
KAJI memang ruuuar biasaaaa.....
Fuad A. Kadir
Back to Daftar Isi © Copyright PPI Jepang 2010
20Gatotkaca
Gatotkaca, Idola di Sekai Gifu Festival
Sekai Gifu Festival tanggal 31 Januari 2010 merupakan kegiatan pertukaran budaya di kota Sekahogi,
provinsi Gifu. Beberapa negara dan organisasi tampil dalam acara ini, di antaranya Brazil, Cina, Irlandia, Kanada,
Unesco, Gifu Perfecture Youth Association, dan tak terkecuali Indonesia yang diwakili oleh Bu Yuni, Mas Taufik dan
Mas Aldi dari PPI Gifu. Gatotkaca, musik dari Bali, tari Minang, dan wayang kulit ikut menyemarakkan gerai
Indonesia dan berhasil menarik perhatian penonton, bahkan ucapan 買Xラマツ シアン� (selamat
siang) pun dengan lancar diucapkan oleh pengunjung yang rata-rata adalah siswa SD Jepang, setelah diajarkan
oleh tim Indonesia. Sang Gatotkaca kembali menjadi idola dan banyak pengunjung yang meminta foto bersama.
Link:http://ppi-gifu.org/berita_kegiatan.htm
Back to Daftar Isi© Copyright PPI Jepang 2010
Saran, Kritik, dan Isi Berita
Kami sebagai Tim Redaksi Buletin PPI-Jepang sangat mengharapkan saran ataupun kritik
dari para pembaca untuk memperbaiki kualitas buletin ini. Silahkan kirimkan langsung
melalui email ke [email protected].
Selain itu, kami juga menerima berbagai berita tentang kegiatan anggota PPI-Jepang di
mana pun berada. Kami berharap dengan saling menginformasikan kegiatan masing-
masing, bisa menjadi bahan masukan untuk rekan-rekan yang lainnya. Selain itu, media ini
juga bermanfaat untuk mempererat tali silaturahmi di antara anggota PPI-Jepang dari
ujung utara, Hokkaido, sampai ujung selatan, Okinawa.
Demi PPI-Jepang yang lebih baik!
Kritik dan Saran
Kritik dan Saran21
Back to Daftar Isi © Copyright PPI Jepang 2010
22
Presented by
© Copyright PPI Jepang 2010