bukuajar karsinologi 2010

34
PENGANTAR KARSINOLOGI Agung Budiharjo Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Upload: bayu-dhiyan-purnama

Post on 29-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BukuAjar karsinologi 2010

PENGANTAR

KARSINOLOGIAgung Budiharjo

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 2: BukuAjar karsinologi 2010

PENDAHULUANUdang merupakan salah satu produk perikanan

yang saat ini nilai ekonominya cukup tinggi.

Sementara itu, wilayah Indonesia merupakan

salah satu daerah sebaran yang penting untuk

berbagai jenis udang, baik udang air tawar,

maupun udang air laut. Apabila sektor ini

digarap dengan serius, maka akan menjadi

sumber devisa yang penting.

A. Ruang Lingkup Karsinologi

Berbagai aspek kehidupan crustacea,

khususnya udang secara khusus dipelajari

dalam satu bidang ilmu tersendiri yang

diberi nama karsinologi. Dalam ilmu ini,

kajian yang dipelajari cukup luas yang

berkaitan dengan kehidupan udang, misalnya

mengenai biologi, distribusi, ekologi,

serta budidaya.

Anggota crustacea sebenarnya tidak hanya

mencakup kelompok udang saja. Beberapa

contoh anggota crustacea yang lain adalah

kepiting, udang-udang mikroskopis, dan

udang udang kecil. Namun demikian, dalam

studi ini yang akan dikaji lebih banyak

adalah dari kelompok udang yang bernilai

ekonomi cukup tinggi serta cukup familiar

di masyarakat. Sebagai contoh adalah udang

galah (Macrobrachium rosenberghii), udang

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 3: BukuAjar karsinologi 2010

windu (Penaeus monodon), dan udang

planktonik (Artemia salina).

B. Nilai Penting Studi Udang

Studi tentang udang merupakan salah satu

kajian yang sangat menarik. Hal ini terkait

dengan potensi udang secara ekonomi yang

sangat tinggi.

Salah satu hal yang dapat mendukung

keberhasilan budidaya udang adalah adanya

keterampilan dan pemahaman yang benar

tentang udang itu sendiri. Aspek aspek

kehidupan udang merupakan hal yang mutlak

diketahui sebagai dasar dari pengembangan

usaha budidaya tersebut. Selain itu, juga

diperlukan berbagai macam riset ataupun

inovasi-inovasi baru sehingga dapat

mengoptimalkan produksi.

Saat ini inovasi teknologi budidaya udang,

tidak hanya terfokuskan pada usaha

pembesaran saja. Akan tetapi, beberapa

aspek lainnya yang secara langsung

berkaitan dengan keberhasilan usaha

budidaya juga perlu dikembangkan. Sebagai

contoh, inovasi tentang pakan, teknologi

untuk menciptakan kondisi lingkungan yang

ideal, terobosan untuk memperoleh bibit

unggul, serta upaya antisipasi terhadap

penyakit.

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 4: BukuAjar karsinologi 2010

C. Udang dan Potensi Ekonominya

Sampai saat ini, ekspor udang merupakan

salah satu andalan untuk memperoleh devisa

negara dari sektor non-migas. Ekspor udang

juga merupakan salah satu produk yang nilai

daya saing internasional cukup tinggi.

Berdasarkan data statistik, nilai ekspor

udang dari Indonesia dari tahun ke tahun

terus meningkat. Pada tahun 2004 ekspor

udang dari Indonesia mencapai lebih dari

1,5 milliar US dollar. Padahal angka

tersebut sebenarnya jauh lebih kecil

apabila dibandingkan dengan pasar dunia

yang ada.

Di sisi lain, potensi lahan yang dimiliki

wilayah Indonesia baru sebagian kecil yang

dimanfaatkan untuk budidaya udang. Oleh

karena itu, peluang sektor budidaya udang

masih sangat terbuka.

Sebagai gambaran, untuk udang air tawar

yang dikenal dengan nama baby lobster

(Macrobrachium rosenberghii) memiliki

potensi ekonomi yang sangat menjanjikan.

Dari jumlah tersebut sebenarnya pasar

memerlukan sekitar 5,7 juta ton per hari.

Namun sayangnya, produksi sebesar itu belum

bisa dipenuhi semuanya. Dengan perhitungan

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 5: BukuAjar karsinologi 2010

bahwa udang galah ukuran 15-20 cm dihargai

sekitar Rp 65.000 per kg, maka sebenarnya

usaha budidaya udang ini sangatlah

menjanjikan secara ekonomis.

BAGIAN SATU

BAB IBIOLOGI UDANG

A. Morfologi dan Anatomi

Sebagian besar anggota crustacea habitatnya

adalah akuatik. Sedikit sekali yang hidup

terrestrial. Habitat yang akuatik sangat

memerlukan berbagai organ yang harus sesuai

dengan cara hidupnya.

1. Morfologi dan Anatomi Udang

Bentuk tubuh udang relatif khas.

Tubuh dapat dibedakan antara bagian

kepala, dada, dan perut. Antara

bagian kepala dan dada bersatu dan

disebut cephalothorax.

Pada bagian cephalothorax ini

diselubungi oleh satu cangkang yang

disebut carapace. Pada ujung

anterior kepala terdapat bagian

keras dan runcing yang disebut

rostrum. Di dekat pangkal rostrum

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 6: BukuAjar karsinologi 2010

terdapat sepasang mata yang tampak

menonjol. Di dekat mulut, terdapat

berbagai organ, antara lain antenna,

antennula, dan beberapa alat mulut.

Di bagian ventral cephalothorax

terdapat beberapa pasang kaki yang

berfungsi untuk berjalan sehingga

disebut kaki jalan atau periopod.

Pada bagian perut (abdomen) terdapat

beberapa lembar cangkang. Pada

bagian ventral abdomen terdapat

beberapa pasang kaki yang berfungsi

untuk berenang sehingga disebut kaki

renang atau pleopod.

Pada bagian ujung posterior tubuh

terdapat struktur yang cukup keras

dan runcing yang disebut telson. Di

dekat telson terdapat sepasang

uropod yang digunakan untuk

mendayung tubuh saat berenang.

Secara umum morfologi udang, baik

udang kecil maupun besar, udang

mikroskopis, serta udang air tawar

dan udang air laut, bentuk dasarnya

tidak jauh berbeda. Namun demikian,

ada beberapa jenis yang memiliki

ciri ciri tertentu yang menjadi ciri

khasnya dan berbeda dengan jenis

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 7: BukuAjar karsinologi 2010

yang lain. Sebagai contoh adalah

udang yang dalam bahasa inggris

disebut prawn dan shrimp. Secara

umum antara prawn dan shrimp hampir

serupa. Gambaran morfologi udang

secara umum adalah sebagai berikut.

a. Prawn dan Shrimp

Antara prawn dan shrimp secara

fisik hampir serupa, dan sulit

dibedakan. Namun, apabila

diperhatikan lebih teliti pada

ruas kedua maka perbedaan

tersebut dapat terlihat.

Pada segmen kedua abdomen

tubuhnya, pada shrimp terlihat

adanya pelat yang meng-

overlapping segmen di depan

dan segmen di belakangnya.

Sementara itu, pada prawn,

terlihat bahwa pada segmen

kedua abdomennya, pelatnya

hanya meng-overlapping segmen

di belakangnya saja.

b. Udang Mikroskopis

Udang mikroskopis jumlahnya

sangat banyak. Biasanya,

udang-udang ini dimasukkan

dalam kelompok zooplankton

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 8: BukuAjar karsinologi 2010

karena ukurannya yang kecil,

dan sering disebut udang

planktonik. Dari sekian banyak

jenis udang planktonik yang

ada, beberapa di antaranya

memiliki nilai ekonomi yang

penting, misalnya Daphnia dan

Artemia.

Artemia merupakan udang yang

menjadi salah satu pakan alami

yang saat ini dianggap sangat

ideal. Artemia merupakan pakan

alami yang baik untuk berbagai

jenis hewan budidaya, misalnya

udang dan ikan.

Saat ini budidaya Artemia juga

merupakan salah satu budidaya

yang sangat penting. Bahkan

penelitian mengenai artemia

juga telah berkembang pesat.

Hal tersebut mengingat bahwa

Artemia merupakan pakan alami

yang sampai saat ini belum

tergantikan oleh pakan alami

lainnya.

2. Kepiting

Kepiting atau dikenal dengan nama

crabs merupakan anggota crustacea

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 9: BukuAjar karsinologi 2010

yang sebagain besar anggotanya hidup

terrestrial. Walaupun tidak sebanyak

anggota udang-udangan, namun

beberapa anggota dari kepiting ada

yang bernilai ekonomis, misalanya

kepiting bakau (Scylla sp), serta

sebagian besar kepiting laut atau

rajungan.

Siklus Hidup

Antara kepiting jantan dan betina

dapat jelas dibedakan. Pada umur

yang sama, kepiting betina tampak

lebih besar daripada kepiting

jantan. Secara umum siklus hidup

kepiting hampir sama dengan kelompok

udang, serta mengalami beberapa

tahap metamorfosis. Sebagai contoh,

siklus hidup kepiting biru (blue

crabs) sebagai berikut. Setelah

telur menetas maka akan terbentuk

zoea. Zoea ini akan berkembang

menjadi megalops. Selanjutnya dari

megalops berkembang menjadi

juvenile. Dari tahap juvenile ini

akan berkembang menjadi kepiting

muda, dan selanjutnya berkembang

menjdi kepiting dewasa, baik jantan

maupun betina.

Reproduksi

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 10: BukuAjar karsinologi 2010

Pada umumnya kepiting yang hidup di

perairan tropis berkembang biak pada

bulan maret-juli dan oktober-

november. Kepiting betina siap kawin

hanya sekali tiap periode, yaitu

saat baru saja molting dan tubuhnya

lunak, sedangkan kepiting jantan

dapat kawin beberapa kali.

Setelah terjadi perkawinan, kepiting

betina akan bermigrasi ke air yang

salinitasnya lebih tinggi. Dalam

satu kali perkawinan, kepiting

betina dapat menghasilkan lebih dari

2 juta telur. Namun demikian,

peluang untuk bertahan hidup menjadi

dewasa hanya 1/1.000.000 saja.

Pada saat menetas tubuhnya hanya

berukuran kurang dari 0,1 mm, namun

dalam 2 bulan dapat berkembang

menjadi lebih dari 10 kali ukuran

tubuhnya semula.

Pertumbuhan dan Molting

Seperti crustacea yang lain,

kepiting juga mengalami proses

molting. Pada masa sampai dengan

megalops, molting terjadi setiap 3

hari sekali. Pada masa juvenile,

proses molting dapat terjadi setiap

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 11: BukuAjar karsinologi 2010

10-14 hari sekali. Setelah dewasa,

biasanya molting semakin jarang dan

hanya terjadi setiap 20-50 hari

sekali.

B. Struktur dan Fungsi

Struktur tubuh udang tidak terlalu rumit.

Ada beberapa struktur pada tubuh udang.

1. Kepala

2. Dada

3. Perut

4. Telson

5. Rostrum

6. Mata

7. Antenule

8. Antennae

9. Sisik antenna

10.Maksila

11.Mandibula

12.Pereiopod

13.Pleopod

14.Uropod

15.Brood chamber

16.Spermatheca

17.Penis

Organ dalam dari tubuh udang ada

beberapa. Beberapa yang penting, antara

lain sebagai berikut.

1. Glandula hijau

2. Otak

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 12: BukuAjar karsinologi 2010

3. Mulut

4. Esophagus

5. Intestinum

6. Lambung

7. Kelenjar pencernaan

8. Cardiac stomach

9. Jaringan system saraf

10.Jaringan system pembuluh darah

11.Testis/Ovarium

12.Ostium

C. Cara Hidup

1. Pola Kehidupan

Ada beberapa cara hidup udang,

antara lain sebagai berikut. Ada

yang hidup sessils atau berada di

dasar (misalnya cirripedia), hidup

melayang (misalnya artemia), serta

ada yang hidup yang selalu bergerak

aktif (misalnya udang Penaeus). Ada

sebagian kecil udang yang hidup

sebagai parasit ikan.

Sebagian besar kelompok udang hidup

bebas . Ada yang bersifat soliter,

misalnya uadng karang dan lobster,

namun ada yang menyukai hidup

bersama kelompoknya, misalnya

Macrobrachium rosenberghii.

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 13: BukuAjar karsinologi 2010

2. Aktivitas

Pada umumnya udang udang yang

berukuran besar lebih banyak aktif

pada malam hari, atau bersifat

nokturnal. Oleh karena itu, udang

akan lebih banyak bergerak dan makan

pada saat malam hari. Sebagian kecil

udang, terutama yang berukuran kecil

yang aktif pada siang hari.

Aktivitas pada malam hari tersebut

terkait beberapa faktor, antara lain

menghindari predator, menghindari

kompetisi ruang dan makanan dengan

hewan lain.

Pada umumnya, pada siang hari udang

menyukai tempat yang ada

perlindungannya, misalnya ranting-

ranting, batu-batuan, dan beberapa

bagian perairan lainnya.

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 14: BukuAjar karsinologi 2010

BAB IISIKLUS HIDUP

Dalam siklus hidupnya udang mengalami

beberapa fase kehidupan. Dari mulai telur

sampai dewasa akan mengalami banyak perubahan

struktur tubuh. Lama siklus tiap jenis tidak

sama, ada yang hanya beberapa hari, namun ada

yang sampai lebih dari 5 tahun.

A. Molting

Molting merupakan suatu peristiwa lepasnya

cangkang luar yang lama, untuk kemudian akan

berganti cangkang yang baru. Frekuensi

molting yang dialami anggota crustacea

bervariasi, misalnya untuk udang galah

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 15: BukuAjar karsinologi 2010

(Macrobrachium rosenberghii) bisa berlangsung

25 kali sepanjang hidupnya. Untuk udang galah

yang dewasa biasanya rata rata molting

terjadi sekali dalam setahun.

Bagi crustacea, peristiwa molting merupakan

suatu kerja yang sangat keras dan menguras

banyak energi. Itulah sebabnya crustacea yang

baru saja melakukan molting akan kehabisan

energi dan perlu waktu beberapa saat untuk

memulihkan kondisinya.

Cangkang crustacea sebagian besar tersusun

atas khitin. Salah satu sumber khitin untuk

cangkang yang baru adalah berasal dari

cangkang yang lama. Itulah sebabnya mengapa

crustacea yang baru saja melakukan molting

akan memakan sebagian cangkangnya yang lama.

Sementara itu, sumber khitin yang lain

berasal dari air laut. Untuk crustacea yang

baru saja molting dan cangkang masih lunak

akan mengabsorbsi air laut dalam jumlah

besar. Proses absorbsi ini akan berlangsung

sampai cangkang mengeras.

Molting terjadi karena cangkang yang lama

sudah tidak mampu memuat tubuh crustacea yang

terus tumbuh. Padahal cangkang ini kaku dan

tidak fleksibel sehingga pada periode

tertentu harus diganti cangkang baru yang

sesuai. Beberapa faktor yang mempengaruhi

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 16: BukuAjar karsinologi 2010

proses molting, antara lain sebagai berikut.

1. Suhu air, crustacea khusunya udang

akan tumbuh lebih cepat pada kondisi

perairan yang hangat dibandingkan yang

dingin.

2. Suplai makanan, apabila makanan

melimpah dengan kecukupan gizi dan

nutrisi yang cukup maka udang akan

tumbuh lebih cepat.

3. Salinitas, pada masa awal

pertumbuhannya udang akan tumbuh lebih

cepat apabila hidup di tempat yang

salinitasnya lebih tinggi. Namun,

setelah dewasa salinitas yang optimal

bergantung pada jenisnya.

4. Ketersediaan tempat berlindung, udang

membutuhkan tempat berlindung, sehingga

apabila tidak ada tempat berlindung

maka gerakan terlalu berlebihan

sehingga pertumbuhan lebih lambat,

apabila dibandingkan dengan perairan

yang banyak terdapat tempat berlindung.

5. Tipe dasar perairan, setiap jenis

udang membutuhkan dasar perairan yang

tipenya berbeda beda. Apabila tipe

dasar perairan tidak sesuai maka

pertumbuhan juga terhambat.

6. Kedalaman air, udang memerlukan

kedalaman tertentu untuk pertumbuhan

optimalnya. Perbedaan kedalaman akan

mempengaruhi pertumbuhannya.

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 17: BukuAjar karsinologi 2010

7. Jenis kelamin, pada umumnya udang

jantang tumbuh lebih cepat daripada

udang betina.

Selama masa hidupnya udang akan mengalami

beberapa kali molting, bergantung jenisnya.

Namnun demikian, secara umum proses molting

paling sering terjadi pada masa

perkembangannya. Hal ini karena pada

masa`tersebut pertambahan ukuran tubuh sangat

cepat.

B. Fase Kehidupan

Secara umum siklus hidup udang (shrimps)

hampir sama. Perteluran selalu terjadi di

laut yang lokasinya dekat dengan pantai.

Dari beberapa penelitian rata-rata berkisar

0-5 km dari garis pantai, bergantung dari

kondisi perairannya. Pada umumnya seekor

shrimps dewasa yang sehat dalam usia

produktif dapat menghasilkan 500.000 sampai

1.000.000 telur dalam sekali masa kawin.

Proses perkawinan udang berlangsung hanya

saat udang betina baru saja mengalami

molting, dan cangkangnya masih lunak. Dalam

proses perkawinannya shrimps jantan akan

mentransfer satu paket sperma yang disebut

spermatophore, yang akan diberikan kepada

shrimps betina. Sperma ini kemudian akan

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 18: BukuAjar karsinologi 2010

membuahi sel telur dari udang betina. Telur

yang telah mengalamai fertilisasi akan

terus disimpan oleh udang betina, dan

diletakkan dintara kaki renangnya sampai

saatnya menetas.

C. Telur

1. Morfologi Telur

Telur berbentuk bulat, dengan ukuran

rata-rata berdiameter 0,1-0,4 mm.

Telur berwarna kuning transparan.

2. Perkembangan Telur

Telur yang sudah dibuahi tetap

disimpan dalam brood chamber. Warna

telur tersebut adalah oranye cerah.

Selanjutnya sejalan dengan

bertambahnya hari warna telur

berubah menjadi oranye pekat,

kemudian berangsur angsur menjadi

cokelat. Kurang lebih 2-3 hari

sebelum menetas telur akan berubah

warna menjadi abu-abu.

3. Lama Inkubasi

Lama inkubasi telur untuk Penaeus

monodon rata rata berkisar 10-12

sesudah fertilisasi, atau kurang

lebih 20-21 setelah perteluran.

4. Penetasan

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 19: BukuAjar karsinologi 2010

Setelah masa inkubasi selesai, telur

akan menetas. Dalam perkembangannya,

anakan udang akan mengalami berbagai

fase kehidupan berupa metamorfosis.

Fase fase kehidupan udang secara

umum dapat dibagi dalam beberapa

tahap, yaitu fase larva, post-larva,

juvenile, udang muda, sub-adult, dan

udang dewasa (adult). Untuk fase

larva, dapat dibedakan menjadi tahap

nauplius, protozoea, dan mysis.

D. Nauplius

Fase nauplius adalah sesaat setelah telur

udang menetas. Pada fase ini nauplius

belum mampu mengambil makanan dari luar,

namun masih memanfaatkan cadangan makanan

yang terdapat dalam kuning telurnya.

Ukuran tubuhnya sangat kecil. Untuk

nauplius Penaeus monodon panjangnya

berkisar 0,3 mm saat lahir, dan akan

berkembang pesat sampai panjang 1 mm saat

masuk fase protozoea. Fase ini

berlangsung pada waktu 24-36 jam setelah

menetasnya telur.

Nauplius udang biasanya masih berada di

perairan dengan salinitas yang tinggi,

yaitu sekitar 30 ppm. Kemampuan renangnya

masih sangat rendah sehingga sering

digolongkan dalam kelompok oceanic

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 20: BukuAjar karsinologi 2010

plankton.

E. Protozoea

Setelah fase naulius terlewati, maka

udang masuk ke fase protozoea. Fase ini

ditandai dengan habisnya cadangan makanan

sehingga mulai makan fitoplankton

(bersifat herbivorous) yang ada di

sekitarnya. Ukuran tubuh berkisar dari 1

mm – 2,5 mm. Secara lebih detail, fase

ini dibedakan lagi menjadi 3 tahap

kehidupan. Ketiga tahap tersebut adalah

protozoea 1 (ukuran tubuh lk 1 mm),

protozoea 2 (ukuran tubuh 2 mm), dan

protozoea 3 (ukuran tubuh 2,5 mm).

Pada fase nauplius, bagian perut dan

bagian mulut mulai berkembang. Fase ini

masih sering dikelompokkan dalam oceanic

plankton.

F. Mysis

Selewat tahap protozoea, maka fase

kehidupan berikutnya adalah mysis. Fase

ini ditandai berkembangnya bagian mulut

dan perut, serta mulai bersifat

carnivorous karena sudah mulai makan

zooplankton. Selain itu, pada fase ini

mulai terjadi perkembangan legs (kaki)

dan antennae. Pada fase ini umumnya udang

berukuran 3-5 mm. Fase ini dapat

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 21: BukuAjar karsinologi 2010

dibedakan menjadi tahap mysis 1, mysis 2,

dan mysis 3.

Fase nauplius, protozoea, dan mysis

merupakan fase larva. Bergantung jenis

udangnya lama fase larva bervariasi,

yaitu berkisar 15-40 hari. Pada udang

galah fase larva berlangsung selama lk 30

hari. Selama masa larva tersebut cara

berenangnya dengan posisi ekor di bagian

depan. Habitat larva adalah periaran

dengan salinitas sekitar 30 ppm. Selama

masa larva umumnya terjadi molting

sekitar 11 kali.

G. Postlarva

Setelah masa larva selesai maka udang

masuk dalam tahap post-larva. Beberapa

hal dari fase ini yang menyolok yang

membedakan dengan masa larva adalah cara

berenangnya dengan orientasi bagian

kepala berada di depan. Bentuk tubuh

post-larva sudah menyerupai miniatur

udang dengan warna transparan. Kaki jalan

dan kaki renangnya sudah berkembang.

Ukuran tubuh post-larva umumnya berkisar

4-6 mm.

Pada fase post larva, beberapa jenis

mulai bermigrasi mencari perairan yang

salinitasnya lebih endah bahkan banyak

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 22: BukuAjar karsinologi 2010

yang akhirnya hidup di air tawar.

Orientasi hidup umumnya mulai ke dasar

perairan. Sifat hidup juga berubah

menjadi bersifat omnivorous. Makananya

mulai bervariasi, antara lain cacing,

plankton, molllusca, dan invertebrate

lainnya. Satu hal yang penting adalah

pada fase ini sifat kanibalnya cukup

tinggi.

H. Juvenil

Fase juvenil ini merupakan peralihan dari

fase post-larva ke fase udang muda (sub-

adult). Pada fase ini warna tubuh umumnya

berwarna hijau kebiruan (blue-green).

Pada fase ini pertumbuhan sangat cepat.

Pada fase ini udang galah dapat tumbuh

sampai 6,25 cm per bulan.

Secara umum pada fase juvenil bentuk

tubuh mirip dengan udang dewasa, namun

perbedaannya pada bagian rostrum

proporsinya lebih panjang. Pada fase ini

kira kira udang Penaeus monodon berukuran

sampai dengan 11 cm. Untuk udang udang

yang hidup di air payau, biasanya hidup

di perairan pantai, untuk kemudian akan

selewat fase ini akan berpindah ke

perairan yang lebih dalam.

I. Sub-adult

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 23: BukuAjar karsinologi 2010

Fase udang muda atau sub-adult umumnya

berwarna cokelat. Bentuk tubuh sudah

persis dengan udang dewasa, namun

perbedaanya adalah organ reproduksinya

belum sempurna sehingga belum berfungsi.

Pada fase ini antara udang jantan dan

betina mulai dapat dibedakan dengan

jelas.

Pada fase ini udang mulai berpindah

tempat ke perairan yang lebih dalam.

Pertumbuhan pada fase ini masih cukup

tinggi, walaupun sudah berkurang apabila

dibandingkan dengan fase juvenil.

J. Adult

Fase ini sudah sempurna struktur

tubuhnya. Ukuran tubuh udang galah dan

prawn tiger berkisar 12,5 sampai 20 cm.

Jenis kelamin sudah jelas bedanya. Chela

udang jantan lebih besar daripada chela

udang betina. Untuk udang air tawar akan

mulai hidup pada perairan yang

salinitasnya sangat rendah, sementara

untuk udang air laut biasanya juga berada

pada perairan dengan salinitas yang agak

tinggi. Biasanya dapat ditemui sampai

sekitar 10 km dari pantai.

Udang dewasa sudah siap untuk kawin.

Salah sati tanda bahwa udang betina siap

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 24: BukuAjar karsinologi 2010

kawin adalah apabila mulai muncul warna

cerah pada ovarium di bagian ventral

tubuh di antara kaki jalan.

BAB III

KEANEKARAGAMAN

A. Sistematika

Crustacea merupakan salah satu anggota

dari arthrophoda yang sebagian anggotanya

hidup akuatik. Sebagian besar masyarakat

mengenal anggota crustacea sebagai

kelompok udang dan kepiting.

1. Crustacea

Pada saat ini lebih kurang 42.000

spesies anggota crustacean telah

diidentifikasi. Sebaran anggota

crustacea cukup luas, mulai dari

habitat air laut, tawar, dan

terrestrial. Namun demikian hanya

sedikit yang hidup terrestrial, dan

sebagian besar crustacea teradaptasi

hidup akuatik.

2. Keanekaragaman Crustacea

Secara umum, crustacea dikelompokkan

menjadi 6 kelompok besar, yaitu

kelas branchiopoda, ostracoda,

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 25: BukuAjar karsinologi 2010

copepoda, branchiura, cirripedia,

dan malacostraca.

Kelas Branchiopoda

Anggota dari kelas ini berukuran

sangat kecil. Umumnya hidup pada

habitat perairan tawar. Hewan

anggota branchiopoda memiliki

ciri penting, yaitu bangunan

seperti sisir di dekat mulutnya.

Alat ini berfungsi pada saat

mengambil makanan, mengingat

bahwa cara makan hewan ini adalah

filter feeding. Contoh yang cukup

popular adalah Artemia salina dan

Daphnia sp.

Kelas Ostracoda

Anggota dari kelas ostracoda

dapat ditemui baik di air tawar

maupun air laut. Crustacea

kelompok ini ukuranya kecil. Ciri

khas yang dimiliki adalah adanya

carapace yang berbentuk bivalvia

dan menyelubungi seluruh

tubuhnya. Pada bagian anterior

tubuhnya terdapat antennae,

antenullae, dan adanya bristle

pada tungkai thoracic.

Sebagian besar anggota ostracoda

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 26: BukuAjar karsinologi 2010

makan dengan cara filter feeder,

serta mampu membuat aliran air

sehingga partikel yang terikutkan

dapat ditangkap dengan bristle-

nya. Contoh dari ostracoda adalaj

Gigantocypris sp.

Kelas Copepoda

Kelas copepoda memiliki anggota

yang hidupnya di laut. Kelompok

ini sebagian besar berukuran

kecil sehingga digolongkan dalam

kelompok crustacean planktonik.

Di laut jumlahnya dapat sangat

banyak, bahkan dalam 1 meter

kubik air laut jumlah copepoda

yang ada dapat mencapai lebih

dari 1 juta. Anggota kelompok

copepoda juga merupakan salah

satu mata rantai yang penting

dalam rantai makanan di perairan

laut. Sebagian dari copepoda

bersifat ektoparasit. Beberapa

parasit telah sangat berkembang

baik menyesuaikan diri dengan

host-nya sehingga kadang sulit

dikenali lagi sebagai crustacea

karena cirri utamanya telah

sangat mereduksi.

Bentuk tubuh copepoda pendek dan

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 27: BukuAjar karsinologi 2010

silindris. Seperti halnya

crustacea lain, copepoda juga

bersegmen, kepala dan dada

bersatu menjadi chepalothorax.

Pada bagian anterior terdapat

antenulla yang panjang dan

antennae yang pendek.

Anggota copepoda memiliki

struktur seperti bulu yang sangat

berperan dalam pengaturan

buoyancynya, dan penting untuk

pergerakan naik turun di

perairan. Telur yang telah

dibuahi disimpan dalam ovisacs

yang dimiliki oleh copepoda

betina. Contohnya adalah

Salmincola sp.

Kelas Branchiura

Hewan-hewan yang termasuk kelas

branchiura memiliki bentuk tubuh

yang pipih. Sebagian besar dari

anggota branchiura bersifat

parasit pada ikan. Untuk

branchiura parasit, tubuhnya

sudah sangat mereduksi, misalnya

mata mereduksi, antenna sangat

kecil, abdomen kecil dan tidak

jelas segmennya, serta tidak

memiliki insang. Contohnya adalah

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 28: BukuAjar karsinologi 2010

Argulus foliaceus.

Kelas Cirripedia

Anggota cirripedia sering dikenal

juga dengan nama barnacles.

Sebagian besar anggotanya hidup

sebagai parasit serta memiliki

bentuk tubuh yang berbeda dengan

crustacean lainnya, dan semuanya

memiliki habitat di laut.

Barnacles banyak ditemui hidup

sebagai parasit pada ikan, penyu,

dan paus. Contohnya adalah Cypris

sp.

Kelas Malacostraca

Lebih kurang dua pertiga dari

spesies anggota crustacea

merupakan anggota dari kelas

malacostraca. Contoh dari

malacostraca adalah udang galah

(Macrobrachium rosenberghii).

Ukuran udang ini bervariasi, dari

yang hanya beberapa mm saja yang

yang lebih dari 30 cm. Habitatnya

beragam, ada yang di air tawar,

air laut, maupun air payau.

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 29: BukuAjar karsinologi 2010

B. Klasifikasi Udang

1. Ciri Umum

Pada umumnya crustacea hidup

akuatik, khusus pada udang semuanya

hidup akuatik dan bernapas

menggunakan insang. Pada tubuh udang

tedapat 5 pasang appendages, yang

terdiri atas antenna pertama

(antenulles), antenna kedua

(antennae), mandibula, maksilla

pertama (maxilulles), dan maksila

kedua (maxillae). Tubuh dapat dengan

jelas dibedakan menjadi kepala,

dada, dan perut. Pada bagian ujung

posterior terdapat telson dan di

pangkalnya terdapat anus. Antara

udang betina dan jantan dapat

dibedakan.

2. Keanekaragaman Udang

Keanekaragaman udang sangat tinggi.

Untuk jenis jenis yang bernilai

ekonomi, terutama yang saat banyak

dibudidayakan sebagian besar dapat

ditemui di berbagai perairan di

Indonesia. Beberapa jenis udang yang

ada, baik meliputi shrimp maupun

prawn, secara sederhana dapat

dikelompokkan menjadi sebagai

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 30: BukuAjar karsinologi 2010

berikut.

Udang udang berikut dikelompokkan

dalam sub-ordo (decapoda) natantia.

Sub-ordo ini anggotanya

dikelompokkan menjadi 2 infra-ordo,

yaitu penaeidea dan caridea.

a. Infra-ordo Penaeidea

Anggota dari infra-ordo ini

dikelompokkan menjadi 2 super-

familia, yaitu penaeoidea dan

sergestoidea.

Super-familia penaeoidea

Anggotanya dikelompokkan menjadi

beberapa familia, yaitu sebagai

berikut.

Familia solenoceridae

(Solenocera africana,

Hidropenaeus lucasii,

Haliporoides sibogae)

Familia aristaeidae

(Aristeus varidens,

Aristaeomorpha foliacea)

Familia penaeidae

(Metapenaeus elegans,

Metapenueopsis goodei,

Penaeus monodon)

Familia sicyoniidae

(Sicyonia cristata, Sicyinia

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 31: BukuAjar karsinologi 2010

typical, Sicyonia

brevirostris)

Super-familia sergestoidea

anggotanya dikelompokkan dalam

satu familia, yaitu sebagai

berikut.

Familia sergestidae (Acetes

intermedius,

Sergestes lucens)

b. Infra-ordo Caridea

Anggota dari infra-ordo ini

dikelompokkan menjadi beberapa

super-familia, yaitu sebagai

berikut.

Super-familia oplophoroidea

Familia nematocarciroidae

(Nematocarcinus africanus)

Familia atyidae (Atyia

pilipes, caridina edulis,

Paratyia compressa)

Super-familia pasiphaeroidea

Familia phasipaeidae

(Glyphus gracilis, Phasipaea

sivado)

Super-familia bresiloidea

Familia rhynchocinetidae

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 32: BukuAjar karsinologi 2010

(Lipkius holtuisi,

Rhynchocinetes typus)

Super-familia palaemonoidea

Familia campylonotidae

(Campilonotu srathbunal)

Familia palaemonidae

(Cryphios caementarius,

Macrobrachium rosenberghii,

Palaemon elegans)

Super-familia alpheoidea

Familia alpheidae

(Alpheus digitalis,

Alpheussublucanus)

Familia ogyrididae (Ogyrides

orientalis)

Familia hippolitidae (Eualus

macilenthus, Spirontocarius

spinus)

Familia processidae

(Processa adulis)

Super-familia pandaloidea

Familia pandalidae

(Pandalopsis dispar)

Super-familia crangonoidea

Familia crangonidae

(Crangon nigricauda)

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013

Page 33: BukuAjar karsinologi 2010

Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013