bu wurlina
TRANSCRIPT
1
Penyakit Reproduksi dan Patologi pada Kambing dan Domba
1. Pendahuluan
Kambing dan domba betina mencapai pubertas pada umur 5-7 bulan.Panjang
siklus berahi kambing dan domba antara 18-22 hari atau dengan rata-rata 21 hari
dengan lama berahi 24-48 jam. Kambing dan domba mengalami ovulasi menjelang
akhir estrus atau sekitar 24-26 jam setelah berahi. Tiap ovulasi kambing dan domba
mengovulasikan 1-3 sel telur. Kambing dan domba mengalami partus atau
melahirkan selama 150 hari usia kebuntingan.
Kambing dan domba betina mulai dikawinkan umur 12 bulan. Kambing dan
domba mencapai pubertas pada umur 4-6 bulan ditandai dengan mulainya proses
permatogenesis. Proses spermatogenesis merupakan proses produksi spermatozoa di
dalam testis pada bagian tubuli seminiferi Kambing dan domba menghasilkan semen
dengan volume 0,8 – 1,2 ml per ejakulasi. Konsentrasi spermatozoa mencapai 2000-
3000 juta per ml dengan motilitas progressive 60-80% dan abnormalitas mencapai 5-
20% .
Penyakit reproduksi domba dan kambing adalah salah satu masalah kesehatan
utama pada kambing dan domba . Penyakit ini biasanya tampak melalui terjadinya
infertilitas , siklus reproduksi yang tidak teratur, aborsi , mumifikasi janin dan
kematian fetus ketika dilahirkan. Selain agen infeksi sebagai penyebab penyakit
2
reproduksi , ada beberepa penyebab lain yang berpengaruh dalam gangguan
reproduksi yaitu kondisi non infeksi seperti toksisitas , faktor keturunan , metabolik
dan masalah gizi , faktor fisik, dll , yang memungkinkan memiliki dampak yang
signifikan terhadap produktivitas secara keseluruhan hewan.
Masalah yang timbul terkait dengan gangguan/penyakit reproduksi domba dan
kambing yaitu kerugian ekonomis ( penurunan produksi susu dan penurunan kualitas
daging. Masalah utama dari gangguan reproduksi adalah aborsi, penurunan produksi
susu, mastitis , infeksi rahim , kematian fetus. Beberapa masalah utama dari
gangguan reproduksi berhubungan dengan penyakit sistemik yang menurunkan kerja
dari fisiologis hewan , sementara yang lain secara khusus menyebabkan kematian
janin , aborsi atau infertilitas pejantan . Meskipun , ada sejumlah faktor yang
mempengaruhi proses reproduksi normal, agen infeksius merupakan sumber
penyebab utama dari kerugian ekonomi yang signifikan.
2. Penyakit reproduksi
2.1 . Brucellosis
Brucellosis pada domba dan kambing disebabkan terutama oleh bakteri yang
dikenal sebagai Brucella melitensis meskipun Brucella abortus juga dapat
menyebabkan brucellosis klinis . Brucella ovis merupakan penyebab epididimitis
domba tetapi juga sebagai penyebab aborsi dan infertilitas.Brucellosis adalah
penyakit yang juga dapat menyerang manusia . Brucella melitensis dapat
3
menyebabkan penyakit pada manusia ( undulant atau Malta fever ) yang ditandai
dengan demam intermiten, depresi, kelelahan, otot dan nyeri sendi sedangkan ,
Brucella abortus menyebabkan penyakit ringan . Radang tulang / nyeri merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada brucellosis manusia.
Sumber infeksi adalah doe dan eweyang terinfeksi. Jaringan yang terinfeksi
termasuk plasenta , cairan plasenta , uterus. Inhalasi merupakan penularan yang
paling utama pada rute infeksi pada kambing dan domba tetapi infeksi juga dapat
melalui pakan yang terkontaminasi bakteri ini dan penetrasi bakteri melalui selaput
lendir mata. Bakteri dapat bertahan dalam uterus selama sekitar 5 bulan setelah
abortus. Daerah penggembalaan komunal dan sumber air serta kebersihan yang buruk
mendukung cepatnya penyebaran dari penyakit ini.
Pengendalian brucellosis lebih mudah dan lebih tepat daripada pengobatan .
Langkah-langkah berikut ini berguna untuk mencegah dan mengendalikan penyakit
ini . Pengujian berkala hewan , pembatasan gerak hewan dan pembelian hewan
dengan kesehatan yang diketahui serta catatan reproduksi juga dapat mencegah dan
mengurangi penyebaran penyakit brucellosis. Jika hanya satu hewan, pemusnahan
kambing atau domba yang terinfeksi yang sering dilakukan untuk mengurangi sumber
infeksi. Pasteurisasi susu dianjurkan untuk mengurangi kejadian penularan penyakit
pada manusia .
4
2.2. Abortus enzootic Ovine
Ovine abortus enzootic ( OEA ) atau klamidia aborsi disebabkan oleh bakteri
Chlamydophila abortus. Penyakit ini biasanya terjadi dalam 2-3 minggu terakhir
kehamilan dengan munculnya domba lahir mati dan plasenta yang meradang . Infeksi
pada manusia dapat disebabkan produk makanan dan minuman yang terkontaminasi
bakteri Chlamydophila abortus.
Tanda-tanda klinis dan lesi yaitu hewan yang terinfeksi tidak menunjukkan
penyakit klinis sebelum abortus. Domba yang terinfeksi mengeluarkan cairan yang
mengandung bakteri C. abortus pada saat kejadian abortus berlangsung atau pada saat
kelahiran, khususnya di plasenta dan uterus. Selama wabah, domba yang terinfeksi
tidak harus diisolasi dan tetrasiklin diberikan secara oral atau disuntikkan
2.3 . Q Fever
Hal ini disebabkan oleh infeksi riketsia dari Coxiella burnetii dan merupakan
penyakit yang banyak diderita hewan dan manusia. Terdapat dua pola yang dikenal
pada penularan penyakit ini:
o Ruminansia dapat mengalami Q fever pada saat merumput di padang rumput yang
terkontaminasi dan juga dapat dari gigitan kutu.
o susu , plasenta , dan post- partum debit yang terkontaminasi menjadi sumber
infeksi bagi manusia dan hewan lainnya.
5
Tanda-tanda klinis : hewan terinfeksi tidak menunjukkan gejala penyakit dari
awal kebuntingan sampai partus dengan kematian anak atau sampai terjadinya
abortus. Abortus lebih sering terjadi pada kambing dan dapat mencapai hingga 50 %
populasi.
Perlakuan dan kontrol : Tidak ada vaksin untuk mencegah demam Q pada
kambing. Pemberian 200 mg / ekor / hari klortetrasiklin yang dicampurkan dalam
pakan selama 19 hari atau menggunakan 20 mg / kg dari oxytetracycline long-acting
setiap 3 sampai 14 hari harus mengontrol infeksi . Pemisahan kambing atau domba
yang terinfeksi dan pembakaranatau menguburan plasenta dan uterus dari kambing
atau domba yang mengalami abortus, dapat mengurangi penyebaran agen.
2.4 . Toksoplasmosis
Toksoplasmosis disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Kucing dapat menjadi
pembawa T. gondii , ookista yang diekskresikan dalam kotoran kucing yang dianggap
sebagai sumber yang utama sebagai penyebab dari infeksi yang terjadi.
Kucing yang sering buang air besar dan mengubur kotorannya di daerah jerami dan
lumbung penyimpanan pakan. Dan domba betina dapat terinfeksi dengan menelan
makanan atau air yang terkontaminasi oleh tinja.
Tanda-tanda klinis : Pada masa kebuntingan domba betina, T. gondii dapat
menyerang dan berkembang biak di dalam plasenta dan uterus yang menyebabkan
kematian fetus, mumifikasi fetus. Abortus yang disebabkan oleh mikroorganisme ini
6
terjadi terutama pada trimester terakhir kebuntingan Manusia dapat terinfeksi oleh T.
gondii melalui konsumsi daging dan susu dari hewan yang terinfeksi toxoplasmosis.
Perlakuan dan kontrol : Tidak ada vaksin untuk penyakit ini . Sulfonamid
dapat digunakan untuk mengobati toksoplasmosis pada kambing . Klindamisin ( 12,5
mg / kg , IM , BID selama 3 minggu ) juga dianjurkan. Pengendalian toxoplasmosis
didasarkan pada manajemen pemeliharaan betina bunting yang tidak boleh kontak
secara langsung atau tidak langsung dengan kotoran kucing yang terinfeksi.
2.5. Campylobacter (Vibriosis)
Agen penyebab adalah Campylobacter fetus subsp. fetus (agen utama). C.
jejuni adalah bakteri yang secara umum berada dalam saluran pencernaan anjing, juga
dapat menyebabkan abortus pada domba. Fetus yang mati, jaringan dan semua
discharge merupakan sumber utama infeksi. Saluran pencernaan mungkin merupakan
reservoir jangka panjang dalam abortus dari domba.
Tanda-tanda klinis dan lesi: Tanda-tanda klinis utama yang berhubungan
dengan organ reproduksi infeksi termasuk abortus dan kematian fetus pada saat
kebuntingan.
Perlakuan dan kontrol: Vaksin Ovine dapat digunakan tetepi harus digunakan
sebelum terinfeksi. Vaksin tersebut mungkin tidak dapat memproteksi untuk semua
strain. Antibiotik (oxytetracycline) dapat diambil sebagai tindakan pencegahan
selama kebuntingan. Menghindarakan kontaminasi pakan dan air untuk domba
bunting dari domba yang terinfeksi serta fetus, plasentanya. Petugas yang menangani
7
domba yang abortus atau hewan yang menderita diare harus mengenakan sarung
tangan pelindung dan mencuci tangan dengan hati-hati setelah penanganan. Makanan
harus dimasak dengan baik untuk mengendalikan infeksi terhadap manusia.
2.6. Salmonellosis
Manifestasi dari salmonellosis tergantung pada jenis agen penyebab:
1. Salmonella enterica serotipe Montevideo.
Infeksi S. montevideo dapat mengakibatkan aborsi lebih dari 25% dari
populasi. Aborsi dapat terjadi sepanjang paruh kedua kehamilan. Dalam banyak
kasus fetus dari kejadian abortus tidak ditemukan, namun tanda pertama dari kejadian
ini adalah adanya discharge merah dari vagina dan sisi-sisi flanks pada domba. Ketika
abortus terjadi selama pertengahan kebuntingan, fetus mati keluar dalam konsi
normal, tetapi plasenta keluar dalam kondisi meradang. Ketika abortus terjadi selama
kebuntingan lanjut, fetus yang dikeluarkan dalam keadaan busuk.
2. Salmonella enterica serotipe Dublin.
Wabah S. dublin juga dapat mengakibatkan abortus dalam proporsi yang
tinggi dari populasi domba. Infeksi S. dublin sering mengakibatkan penyakit sistemik
dan diare profus di samping abortus. Domba bunting kemungkinan mati karena
penyakit sistemik sebelum terjadi abortus.
Perlakuan dan kontrol : Management kejadian abortus salmonella : Infeksi
terjadi beberapa minggu sebelum domba abortus, sehingga pada saat salmonellosis
8
telah diidentifikasi, kemungkinan akan terjadi penyebaran ke seluruh populasi.
Namun demikian , tindakan pencegahan harus diambil untuk meminimalkan tingkat
infeksi dan mencegah penyebaran seluruh ke populasi. Beberapa upaya pencegahan
yaitu dengan mengisolasi domba yang abortus dari populasi. Produk dari abortus
harus dimusnahkan. Tindakan pencegahan higienis harus diambil untuk menghindari
penyebaran kontaminasi pada pakaian atau peralatan untuk kelompok domba
lain. Sebagian biotipe S. montevideo sensitif terhadap berbagai antibiotik long acting,
salah satunya yaitu penggunaan oxytetracycline sebagai upaya pengobatan.
Pengobatan kadang-kadang perlu diulang setelah 7 - 10 hari .
Ada beberapa sumber infeksi , termasuk pakan yang terkontaminasi , hewan
pembawa , burung liar , air yang terkontaminasi. Sedikit yang bisa dilakukan untuk
menghindari beberapa dari sumber-sumber infeksi tersebut, tetapi dapat dengan
dengan membalik palung pakan dapat mengurangi kontaminasi oleh burung.
Pemberian antibiotik juga dapat sebagai upaya pencegahan dalam meminimalkan
infeksi.
Efek Terhadap Manusia / Pencegahan : Berbagai spesies salmonella dapat
menginfeksi manusia dan menyebabkan diare dan penyakit tifus. Oleh karena itu,
penting untuk memakai pelindung ( karet , lateks , plastik ) sarung tangan saat
menangani hewan yang mengalami diare ataupun abortus. Cuci tangan setelah
memegang hewan .
9
Tabel 1. Penyakit reproduksi lain pada kambing dan domba