bu wurlina

14
1 Penyakit Reproduksi dan Patologi pada Kambing dan Domba 1. Pendahuluan Kambing dan domba betina mencapai pubertas pada umur 5-7 bulan.Panjang siklus berahi kambing dan domba antara 18-22 hari atau dengan rata-rata 21 hari dengan lama berahi 24-48 jam . Kambing dan domba mengalami ovulasi menjelang akhir estrus atau sekitar 24-26 jam setelah berahi . Tiap ovulasi kambing dan domba mengovulasikan 1-3 sel telur . Kambing dan domba mengalami partus atau melahirkan selama 150 hari usia kebuntingan. Kambing dan domba betina mulai dikawinkan umur 12 bulan . Kambing dan domba mencapai pubertas pada umur 4-6 bulan ditandai dengan mulainya proses permatogenesis. Proses spermatogenesis merupakan proses produksi spermatozoa di dalam testis pada bagian tubuli seminiferi Kambing dan domba menghasilkan semen dengan volume 0,8 –

Upload: shelly-wulandari

Post on 28-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bu Wurlina

1

Penyakit Reproduksi dan Patologi pada Kambing dan Domba

1. Pendahuluan

Kambing dan domba betina mencapai pubertas pada umur 5-7 bulan.Panjang

siklus berahi kambing dan domba antara 18-22 hari atau dengan rata-rata 21 hari

dengan lama berahi 24-48 jam. Kambing dan domba mengalami ovulasi menjelang

akhir estrus atau sekitar 24-26 jam setelah berahi. Tiap ovulasi kambing dan domba

mengovulasikan 1-3 sel telur. Kambing dan domba mengalami partus atau

melahirkan selama 150 hari usia kebuntingan.

Kambing dan domba betina mulai dikawinkan umur 12 bulan. Kambing dan

domba mencapai pubertas pada umur 4-6 bulan ditandai dengan mulainya proses

permatogenesis. Proses spermatogenesis merupakan proses produksi spermatozoa di

dalam testis pada bagian tubuli seminiferi Kambing dan domba menghasilkan semen

dengan volume 0,8 – 1,2 ml per ejakulasi. Konsentrasi spermatozoa mencapai 2000-

3000 juta per ml dengan motilitas progressive 60-80% dan abnormalitas mencapai 5-

20% .

Penyakit reproduksi domba dan kambing adalah salah satu masalah kesehatan

utama pada kambing dan domba . Penyakit ini biasanya tampak melalui terjadinya

infertilitas , siklus reproduksi yang tidak teratur, aborsi , mumifikasi janin dan

kematian fetus ketika dilahirkan. Selain agen infeksi sebagai penyebab penyakit

Page 2: Bu Wurlina

2

reproduksi , ada beberepa penyebab lain yang berpengaruh dalam gangguan

reproduksi yaitu kondisi non infeksi seperti toksisitas , faktor keturunan , metabolik

dan masalah gizi , faktor fisik, dll , yang memungkinkan memiliki dampak yang

signifikan terhadap produktivitas secara keseluruhan hewan. 

Masalah yang timbul terkait dengan gangguan/penyakit reproduksi domba dan

kambing yaitu kerugian ekonomis ( penurunan produksi susu dan penurunan kualitas

daging. Masalah utama dari gangguan reproduksi adalah aborsi, penurunan produksi

susu, mastitis , infeksi rahim , kematian fetus. Beberapa masalah utama dari

gangguan reproduksi berhubungan dengan penyakit sistemik yang menurunkan kerja

dari fisiologis hewan , sementara yang lain secara khusus menyebabkan kematian

janin , aborsi atau infertilitas pejantan . Meskipun , ada sejumlah faktor yang

mempengaruhi proses reproduksi normal, agen infeksius merupakan sumber

penyebab utama dari kerugian ekonomi yang signifikan.

2. Penyakit reproduksi

2.1 . Brucellosis

Brucellosis pada domba dan kambing disebabkan terutama oleh bakteri yang

dikenal sebagai Brucella melitensis meskipun Brucella abortus juga dapat

menyebabkan brucellosis klinis . Brucella ovis merupakan penyebab epididimitis

domba tetapi juga sebagai penyebab aborsi dan infertilitas.Brucellosis adalah

penyakit yang juga dapat menyerang manusia . Brucella melitensis dapat

Page 3: Bu Wurlina

3

menyebabkan penyakit pada manusia ( undulant atau Malta fever ) yang ditandai

dengan demam intermiten, depresi, kelelahan, otot dan nyeri sendi sedangkan ,

Brucella abortus menyebabkan penyakit ringan . Radang tulang / nyeri merupakan

komplikasi yang sering terjadi pada brucellosis manusia.

Sumber infeksi adalah doe dan eweyang terinfeksi. Jaringan yang terinfeksi

termasuk plasenta , cairan plasenta , uterus. Inhalasi merupakan penularan yang

paling utama pada rute infeksi pada kambing dan domba tetapi infeksi juga dapat

melalui pakan yang terkontaminasi bakteri ini dan penetrasi bakteri melalui selaput

lendir mata. Bakteri dapat bertahan dalam uterus selama sekitar 5 bulan setelah

abortus. Daerah penggembalaan komunal dan sumber air serta kebersihan yang buruk

mendukung cepatnya penyebaran dari penyakit ini.

Pengendalian brucellosis lebih mudah dan lebih tepat daripada pengobatan .

Langkah-langkah berikut ini berguna untuk mencegah dan mengendalikan penyakit

ini . Pengujian berkala hewan , pembatasan gerak hewan dan pembelian hewan

dengan kesehatan yang diketahui serta catatan reproduksi juga dapat mencegah dan

mengurangi penyebaran penyakit brucellosis. Jika hanya satu hewan, pemusnahan

kambing atau domba yang terinfeksi yang sering dilakukan untuk mengurangi sumber

infeksi.  Pasteurisasi susu dianjurkan untuk mengurangi kejadian penularan penyakit

pada manusia .

Page 4: Bu Wurlina

4

2.2. Abortus enzootic Ovine

Ovine abortus enzootic ( OEA ) atau klamidia aborsi disebabkan oleh bakteri

Chlamydophila abortus. Penyakit ini biasanya terjadi dalam 2-3 minggu terakhir

kehamilan dengan munculnya domba lahir mati dan plasenta yang meradang . Infeksi

pada manusia dapat disebabkan produk makanan dan minuman yang terkontaminasi

bakteri Chlamydophila abortus.

Tanda-tanda klinis dan lesi yaitu hewan yang terinfeksi tidak menunjukkan

penyakit klinis sebelum abortus. Domba yang terinfeksi mengeluarkan cairan yang

mengandung bakteri C. abortus pada saat kejadian abortus berlangsung atau pada saat

kelahiran, khususnya di plasenta dan uterus. Selama wabah, domba yang terinfeksi

tidak harus diisolasi dan tetrasiklin diberikan secara oral atau disuntikkan

2.3 . Q Fever

Hal ini disebabkan oleh infeksi riketsia dari Coxiella burnetii dan merupakan

penyakit yang banyak diderita hewan dan manusia. Terdapat dua pola yang dikenal

pada penularan penyakit ini:

o Ruminansia dapat mengalami Q fever pada saat merumput di padang rumput yang

terkontaminasi dan juga dapat dari gigitan kutu.

o susu , plasenta , dan post- partum debit yang terkontaminasi menjadi sumber

infeksi bagi manusia dan hewan lainnya.

Page 5: Bu Wurlina

5

Tanda-tanda klinis : hewan terinfeksi tidak menunjukkan gejala penyakit dari

awal kebuntingan sampai partus dengan kematian anak atau sampai terjadinya

abortus. Abortus lebih sering terjadi pada kambing dan dapat mencapai hingga 50 %

populasi.

          Perlakuan dan kontrol : Tidak ada vaksin untuk mencegah demam Q pada

kambing. Pemberian 200 mg / ekor / hari klortetrasiklin yang dicampurkan dalam

pakan selama 19 hari atau menggunakan 20 mg / kg dari oxytetracycline long-acting

setiap 3 sampai 14 hari harus mengontrol infeksi . Pemisahan kambing atau domba

yang terinfeksi dan pembakaranatau menguburan plasenta dan uterus dari kambing

atau domba yang mengalami abortus, dapat mengurangi penyebaran agen.

2.4 . Toksoplasmosis

Toksoplasmosis disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Kucing dapat menjadi

pembawa T. gondii , ookista yang diekskresikan dalam kotoran kucing yang dianggap

sebagai sumber yang utama sebagai penyebab dari infeksi yang terjadi.

Kucing yang sering buang air besar dan mengubur kotorannya di daerah jerami dan

lumbung penyimpanan pakan. Dan domba betina dapat terinfeksi dengan menelan

makanan atau air yang terkontaminasi oleh tinja.

Tanda-tanda klinis : Pada masa kebuntingan domba betina, T. gondii dapat

menyerang dan berkembang biak di dalam plasenta dan uterus yang menyebabkan

kematian fetus, mumifikasi fetus. Abortus yang disebabkan oleh mikroorganisme ini

Page 6: Bu Wurlina

6

terjadi terutama pada trimester terakhir kebuntingan Manusia dapat terinfeksi oleh T.

gondii melalui konsumsi daging dan susu dari hewan yang terinfeksi toxoplasmosis.

Perlakuan dan kontrol : Tidak ada vaksin untuk penyakit ini . Sulfonamid

dapat digunakan untuk mengobati toksoplasmosis pada kambing . Klindamisin ( 12,5

mg / kg , IM , BID selama 3 minggu ) juga dianjurkan. Pengendalian toxoplasmosis

didasarkan pada manajemen pemeliharaan betina bunting yang tidak boleh kontak

secara langsung atau tidak langsung dengan kotoran kucing yang terinfeksi.

2.5. Campylobacter (Vibriosis)

            Agen penyebab adalah Campylobacter fetus subsp. fetus (agen utama). C.

jejuni adalah bakteri yang secara umum berada dalam saluran pencernaan anjing, juga

dapat menyebabkan abortus pada domba. Fetus yang mati, jaringan dan semua

discharge merupakan sumber utama infeksi. Saluran pencernaan mungkin merupakan

reservoir jangka panjang dalam abortus dari domba.

Tanda-tanda klinis dan lesi: Tanda-tanda klinis utama yang berhubungan

dengan organ reproduksi infeksi termasuk abortus dan kematian fetus pada saat

kebuntingan.

Perlakuan dan kontrol: Vaksin Ovine dapat digunakan tetepi harus digunakan

sebelum terinfeksi. Vaksin tersebut mungkin tidak dapat memproteksi untuk semua

strain. Antibiotik (oxytetracycline) dapat diambil sebagai tindakan pencegahan

selama kebuntingan. Menghindarakan kontaminasi pakan dan air untuk domba

bunting dari domba yang terinfeksi serta fetus, plasentanya. Petugas yang menangani

Page 7: Bu Wurlina

7

domba yang abortus atau hewan yang menderita diare harus mengenakan sarung

tangan pelindung dan mencuci tangan dengan hati-hati setelah penanganan. Makanan

harus dimasak dengan baik untuk mengendalikan infeksi terhadap manusia.

2.6. Salmonellosis

Manifestasi dari salmonellosis tergantung pada jenis agen penyebab:

1. Salmonella enterica serotipe Montevideo.

Infeksi S. montevideo dapat mengakibatkan aborsi lebih dari 25% dari

populasi. Aborsi dapat terjadi sepanjang paruh kedua kehamilan. Dalam banyak

kasus fetus dari kejadian abortus tidak ditemukan, namun tanda pertama dari kejadian

ini adalah adanya discharge merah dari vagina dan sisi-sisi flanks pada domba. Ketika

abortus terjadi selama pertengahan kebuntingan, fetus mati keluar dalam konsi

normal, tetapi plasenta keluar dalam kondisi meradang. Ketika abortus terjadi selama

kebuntingan lanjut, fetus yang dikeluarkan dalam keadaan busuk.

2. Salmonella enterica serotipe Dublin.

Wabah S. dublin juga dapat mengakibatkan abortus dalam proporsi yang

tinggi dari populasi domba. Infeksi S. dublin sering mengakibatkan penyakit sistemik

dan diare profus di samping abortus. Domba bunting kemungkinan mati karena

penyakit sistemik sebelum terjadi abortus.  

Perlakuan dan kontrol : Management kejadian abortus salmonella : Infeksi

terjadi beberapa minggu sebelum domba abortus, sehingga pada saat salmonellosis

Page 8: Bu Wurlina

8

telah diidentifikasi, kemungkinan akan terjadi penyebaran ke seluruh populasi.

Namun demikian , tindakan pencegahan harus diambil untuk meminimalkan tingkat

infeksi dan mencegah penyebaran seluruh ke populasi. Beberapa upaya pencegahan

yaitu dengan mengisolasi domba yang abortus dari populasi. Produk dari abortus

harus dimusnahkan. Tindakan pencegahan higienis harus diambil untuk menghindari

penyebaran kontaminasi pada pakaian atau peralatan untuk kelompok domba

lain. Sebagian biotipe S. montevideo sensitif terhadap berbagai antibiotik long acting,

salah satunya yaitu penggunaan oxytetracycline sebagai upaya pengobatan.

Pengobatan kadang-kadang perlu diulang setelah 7 - 10 hari .

Ada beberapa sumber infeksi , termasuk pakan yang terkontaminasi , hewan

pembawa , burung liar , air yang terkontaminasi. Sedikit yang bisa dilakukan untuk

menghindari beberapa dari sumber-sumber infeksi tersebut, tetapi dapat dengan

dengan membalik palung pakan dapat mengurangi kontaminasi oleh burung.

Pemberian antibiotik juga dapat sebagai upaya pencegahan dalam meminimalkan

infeksi.

Efek Terhadap Manusia / Pencegahan : Berbagai spesies salmonella dapat

menginfeksi manusia dan menyebabkan diare dan penyakit tifus. Oleh karena itu,

penting untuk memakai pelindung ( karet , lateks , plastik ) sarung tangan saat

menangani hewan yang mengalami diare ataupun abortus. Cuci tangan setelah

memegang hewan .

Page 9: Bu Wurlina

9

Tabel 1. Penyakit reproduksi lain pada kambing dan domba