bpjs buk
TRANSCRIPT
7/22/2019 BPJS BUK
http://slidepdf.com/reader/full/bpjs-buk 1/4
Ini hanya sebagai contoh kasus.Seorang pasien, sebut saja A, menjalaniperawatan selama lima hari di rumahsakit. Setelah dinyatakan sembuh, biayaperawatan pasien tersebut sebesar Rp 5juta rupiah. Ada juga, pasien B dengan
Kemudian contoh lain. Ada pasien sakit demam berdarahdirawat di sebuah rumah sakit. Beberapa hari menjalanipengobatan dan perawatan. Pada pukul 7 pagi, perawatmenginformasikan bahwa pasien sudah boleh pulang.Namun tetap harus menunggu dokter yang merawatnyayang direncanakan akan melakukan kunjungan pada sianghari. Hingga jam tujuh malam, dokter belum melakukankunjungan dan pemeriksaan terakhir sehingga pasientertunda kepulangannya. Akibatnya, pasien atau keluargaharus menanggung bertambahnya biaya perawatan.
INA CBGs: Untuk PelayananRumah Sakit Lebih Baik
1Buletin BUK Mei 2013
SistemTarif
RumahSakit
diagnosa yang sama dirawat pada rumah sakit lain selamasepuluh hari. Biaya pengobatan dan perawatannya sebesar Rp 6 juta. Kedua pasien tersebut mendapatkan pelayanankelas III, namun tarifnya berbeda.
Bulet ED Mei OKK.indd 1 6/28/13 7:16 PM
7/22/2019 BPJS BUK
http://slidepdf.com/reader/full/bpjs-buk 2/4
2006
2009
2010
2012
ImplementasiIN A-DRG(15 RS ve
r tikal)digu
nakan sebagaisistem pembayar an jamkesmas di PPKlan jutan
mengalamiper ubahan
men jadi IN A-CBGImplementasi danpengembangan IN ACBG pada ± 111RS
Kedua contoh diatas menggambarkan kondisi variasi tarifrumah sakit pada diagnosa penyakit dan kelas perawatanyang sama. Juga tidak efsiennya pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh rumah sakit. Bicara tentang tarif, saat inisebagain besar rumah sakit menggunakan sistem fee for services. Dimana rumah sakit mengenakan biaya pada setiappemeriksaan dan tindakan akan dikenakan biaya sesuaidengan tarif yang ada. Besarnya biaya pengobatan danperawatan tergantung pada setiap tindakan pengobatandan jasa pelayanan yang diberikan rumah sakit.
Sementara itu khusus untuk pasien jamkesmas, rumahsakit di seluruh Indonesia telah menggunakan sistem tarifprospektif secara paket. Besaran tarif sudah ditentukandidasarkan pada diagnosa penyakit. Demikian juga, tindakandan obat yang mesti digunakan telah ditentukan. Besar tarif tetap atau konstan, apapun dan berapapun tindakan
medis yang dilakukan. Sistem paket tarif ini disebut INACBGs. Pasien dapat tahu besaran dan jumlah biaya sebelumsemua pelayanan dengan didasarkan pada diagnosisatau kasus-kasus penyakit yang relatif sama. Dengan katalain, rumah sakit tidak lagi merinci tagihan berdasarkanrincian pelayanan yang diberikan, melainkan hanya denganmenyampaikan diagnosis keluar pasien dan kode DRG.
Kementerian Kesehatan telah melaksanakan sistemINA CBGs untuk program Jaminan Kesehatan Masyarakat(Jamkesmas) sejak tahun 2010. Hingga saat ini Tahun 2013,INA CBGs telah digunakan dalam klaim Jamkesmas padasebanyak 515 RS Swasta dan 747 RS Pemerintah. Tarif inidiberlakukan untuk perhitungan biaya klaim bagi jamkesmas
yang dirawat atau mendapat layanan kesehatan di rumahsakit penerima Jamkesmas.
sudah mencakup seluruh jenis perawatan pasien. Sistemini bersifat dinamis yang artinya total jumlah CBGs bisadisesuaikan berdasarkan kebutuhan sebuah negara. Selain
itu, sistem ini bisa digunakan jika terdapat perubahandalam pengkodean diagnosa dan prosedur dengan sistemklasifkasi penyakit baru.
Pengelompokan ini dilakukan dengan menggunakankode-kode tertentu yang terdiri dari 14.500 kode diagnosa(ICD – 10) dan 7.500 kode prosedur/tindakan (ICD – 9 CM).Mengombinasikan ribuan kode diagnosa dan prosedur tersebut, tidak mungkin dilakukan secara manual. Untuk itudiperlukan sebuah perangkat lunak yang disebut grouper.Grouper ini menggabungkan sekitar 23.000 kode ke dalambanyak kelompok atau group yang terdiri dari 23 MDC(Major Diagnostic Category), terdiri pula dari 1077 kode INADRG yang terbagi menjadi 789 kode untuk rawat inap dan
288 kode untuk rawat jalan.Tahun 2011 National Casemix Center Kemenkes melihat
adanya ketidakcocokan tarif INA CBGs bagi rumahsakit, kemudian dilakukan evaluasi secara berkala danmenghasilkan tarif sesuai dengan Kepmenkes Nomor 440 tahun 2012 tentang Penetapan Tarif Rumah SakitBerdasarkan Indonesia Case Based Groups (INA-CBGs).
Bahwa tarif INA CBG dibagi menjadi empat regionalterdiri dari regional 1 daerah Jawa dan Bali, regional 2Sumatera, Regional 3 daerah Kalimantan, Sulawesi danNusa Tenggara Barat (NTB) dan regional 4 daerah NusaTenggara Timur (NTT), Maluku, Maluku Utara, Papua danPapua Barat. Sekaligus menjelaskan tarif INA CBG dalam
setiap regional menurut tipe dan kelas rumah sakit, terdiridari tarif Rumah Sakit Umum dan Khusus Kelas A, Kelas BPendidikan, Kelas B Non Pendidikan, Kelas C dan Kelas D,Tarif RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Tarif RSABHarapan Kita Jakarta, Tarif RSJP Harapan Kita Jakarta danTarif RS Kanker Dharmais Jakarta, Tarif RS Khusus StrokeNasional Bukittinggi, Tarif RSKO Jakarta dan Tarif RSPIProf. Dr. Sulianti Saroso Jakarta.
Kemudian adanya penambahan pada 7 kelompok CBGs
baru yang dibayarkan terpisah, yaitu kasus kronik, kasus sub
kronik, prosedur mahal, obat mahal, pemeriksaan mahal
dan prosthesis/implant yang mahal. Tentunya setiap periode
tertentu dilakukan perubahan dari segi metodologinya dan
akan melibatkan banyak pihak. Nantinya juga tarif akandigunakan untuk kelas III, II, dan I.
Standar nasional inilah yang digunakan untuk
2Buletin BUK Mei 2013
Implementasi Casemix di Indonesia
Sekilastentang
INA CBGs
INA CBGs merupakan kelanjutan dariaplikasi Indonesia Diagnosis RelatedGroups (INA DRGs). Aplikasi INA CBGsmenggantikan fungsi dari aplikasi INADRG yang saat itu digunakan pada Tahun2008. Dalam persiapan penggunaan INACBG dilakukan pembuatan software
entry data dan migrasi data, serta membuat surat edaranmengenai implementasi INA-CBGs.
Sistem yang baru ini dijalankan dengan meng-gunakangrouper dari United Nation University Internasional Institutefor Global Health (UNU - IIGH). Universal Grouper artinya
Bulet ED Mei OKK.indd 2 6/28/13 7:16 PM
7/22/2019 BPJS BUK
http://slidepdf.com/reader/full/bpjs-buk 3/4
pengelolaan tarif Jamkesmas, maka penerapan INA CBGs
ini mengharuskan rumah sakit untuk melakukan kendali
mutu, kendali biaya dan akses. Sehingga rumah sakit bisa
lebih efsien terhadap biaya perawatan yang diberikankepada pasien, tanpa mengurangi mutu pelayanan. Dengan
demikian, tarif dapat diprediksi dan keuntungan yang
diperoleh rumah sakit pun dapat lebih pasti.
Manfaat bagi Rumah Sakit mendapat pembiayaan
berdasarkan kepada beban kerja sebenarnya, dapat
meningkatkan mutu dan efsiensi pelayanan Rumah Sakit,
dokter atau klinisi dapat memberikan pengobatan yangtepat untuk kualitas pelayanan lebih baik berdasarkan
derajat keparahan, meningkatkan komunikasi antar
spesialisasi atau multidisiplin ilmu agar perawatan dapat
secara komprehensif serta dapat memonitor QA dengan
cara yang lebih objektif, perencanaan budget anggaran
pembiayaan dan belanja yang lebih akurat, dapat
mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan oleh
masing-masing klinisi, keadilan (equity) yang lebih baik
dalam pengalokasian budget anggaran, dan mendukung
sistem perawatan pasien dengan menerapkan Clinical
Pathway.
Kemudian manfaat bagi penyandang dana Pemerintah(provider)dapat meningkatkan efsiensi dalam pengalokasian
anggaran pembiayaan kesehatan, dengan anggaran
pembiayaan yang efisien, equity terhadap masyarakat
luas akan akan terjangkau, secara kualitas pelayanan yang
diberikan akan lebih baik sehingga meningkatkan kepuasan
pasien dan provider/Pemerintah, dan penghitungan tarif
pelayanan lebih objektif serta berdasarkan kepada biaya
yang sebenarnya.
3Buletin BUK Mei 2013
Oktober 2010
Januari 2013
2013
Januari 2014
Implementasi INA-CGBmenggunakan UNU Grouper
UpdatingINA-CBG tarif
Launcing Tarif INA-CBG2012 mll SK Menkes
440/MENKES/SK/XII/2012
Updating Tarif INA-CBG danpersiapan JKN
ImplementasiINA-CBG dalam JKN
2011
Tahapan Implementasi dan Pengembangan INA-CBG
ManfaatPenggunaan
INA CBGs
Sistem Casemix INA CBGs merupakan
suatu pengklasifkasian dari episode
perawatan pasien yang dirancang
untuk menciptakan kelas-kelas yang
relatif homogen dalam hal sumber daya
yang digunakan dan berisikan pasien-
pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis. Case BaseGroups (CBGs), yaitu cara pembayaran perawatan pasien
berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang
relatif sama. Rumah Sakit akan mendapatkan pembayaran
berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh suatu
kelompok diagnosis.
Dalam pembayaran menggunakan sistem INA CBGs, baik
Rumah Sakit maupun pihak pembayar tidak lagi merinci
tagihan berdasarkan rincian pelayanan yang diberikan,
melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis keluar
pasien dan kode DRG (Disease Related Group). Besarnya
penggantian biaya untuk diagnosis tersebut telah disepakati
bersama antara provider/asuransi atau ditetapkan oleh
pemerintah sebelumnya. Perkiraan waktu lama perawatan
(length of stay) yang akan dijalani oleh pasien juga sudah
diperkirakan sebelumnya disesuaikan dengan jenis diagnosis
maupun kasus penyakitnya.
Bukan hanya dari segi pembayaran, tentu masih banyak
lagi manfaat dengan penggunaan sistem INA CBGs. Bagi
pasien, adanya kepastian dalam pelayanan dengan prioritas
pengobatan berdasarkan derajat keparahan, dengan
adanya batasan pada lama rawat (length of stay) pasien
mendapatkan perhatian lebih dalam tindakan medis dari
para petugas rumah sakit karena berapapun lama rawat
yang dilakukan biayanya sudah ditentukan, dan mengurangi
pemeriksaan serta penggunaan alat medis yang berlebihanoleh tenaga medis sehingga mengurangi resiko yang
dihadapi pasien.
EvaluasiTarif
INA CBGs
Kementerian Kesehatan melalui
National Casemix Center (NCC) akan
terus mengevaluasi tarif INA CBG,
terutama dalam rangka pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
2014 yang hanya tinggal menghitung
beberapa hari lagi.
Tarif yang berlaku tahun ini merupakan tarif baru yangdimulai pada tanggal 01 Januari 2013 yaitu tarif pelayanankesehatan di ruang perawatan kelas III rumah sakit yangberlaku untuk rumah sakit umum dan rumah sakit khususmilik Pemerintah dan Swasta yang bekerjasama denganprogram Jamkesmas. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes
Nomor 440 Tahun 2012.
Bahwa berdasarkan indeks harga konsumen yangdikeluarkan dari BPS, ada penetapan regionalisasi tarif.
Bulet ED Mei OKK.indd 3 6/28/13 7:16 PM
7/22/2019 BPJS BUK
http://slidepdf.com/reader/full/bpjs-buk 4/4
Untuk RS Umum dan Khusus kelas A, B Pendidikan, BNon-Pendidikan, C dan D dijabarkan pada empat regional,yaitu regional I daerah Jawa dan Bali, regional II daerahSumatera, regional III untuk daerah Kalimantan, Sulawesidan Nusa Tenggara Barat (NTB), dan regional IV daerahNusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Maluku Utara, Papuadan Papua Barat. Dengan pertimbangan tertentu, setiapwilayah dapat menambahkan sesuai dengan kemampuanwilayahnya.
Tarif yang akan diberlakukan saat JKN sudahdiprogramkan sejak dua tahun yang lalu dan bulan Juli
2013 harus sudah diproduksi tarif baru untuk tahun
2014. Perubahan tarif untuk JKN dilakukan mengingat
ada konsekuensi biaya dari aktivitas yang dilakukan. Jadi
harus sudah disiapkan tarif untuk JKN, salah satunya tujuh
kelompok khusus dengan pembayaran terpisah. Kemudian
tahun 2014 akan ada perubahan tarif baru yang akan dibuat
oleh NCC dan ditetapkan oleh Kemenkes.
Perubahan juga menyangkut pada data costing, jika
yang sebelumnya data costing berasal dari 100 rumah
sakit. Kemudian untuk persiapan JKN 2014, data costing
rumah sakit Pemerintah dan Swasta diperluas menjadi
161 rumah sakit dari berbagai kelas dan wilayah. Dengan
perbaikan ini, diharapkan tarif INA CBG akan lebih baik
dari sisi metodologi maupun data yang digunakan, sesuai
dengan kebutuhan rumah sakit.
Tips Rumah Sakit Gunakan INA CBGs 1. Menata ulang perencanaan dan belanja RS seperti
alokasi belanja untuk pegawai, operasional daninvestasi.
2. Membangun kesadaran untuk pelayanan yangkompetitif yang esien dan bermutu.
3. Menata ulang dan membangun sistem remunerasi.4. Mengendalikan dan mengeliminasi KTD (kejadian
tidak diharapkan) dengan program KeselamatanPasien RS.
5. Menata ulang sistem pelayanan rekam medik danadministrasi klaim.
6. Discharged planning system.7. Mengidentifikasi dan mengeliminasi pelayanan
(medik dan non medik) yang tidak esien.8. Kaji ulang proses pelayanan agar lebih esien dan
bermutu.9. Kaji ulang SOP pelayanan misalnya LOS, pemeriksaan
penunjang, penggunaan obat dan bahan habispakai.
10. Standarisasi obat dan AMHP dengan formularium
dan gunakan obat generik.11. Bijak dalam menggunakan sumber daya rumah
sakit.12. Mengurangi variasi pelayanan dengan Clinical
pathway.13. Memperbaiki mutu penulisan rekam medik.
Bagian Hukormas,
Sekretaris Direktorat JenderalBina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.Telp/Fax : 021- 5277734e-mail: [email protected]
Pembina Direktur Jenderal Bina Upaya KesehatanPemimpin Redaksi Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Upaya KesehatanWakil Pemimpin Redaksi Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan HumasRedaktur Pelaksana Anjari (Kepala Subbagian Humas)Kontributor Et Ekawat, SH MH, Ani Mindo Ch, SE, Auliyana Zahrawani SKM,
Desi Syetani S.Sos, Inu Wisnujat, S.Kom.Sekretaris Denny Sugarna, Meidina Terianawat, ST
Layout Rachmat Fathoni, S.Sos.
Redaks i
4Buletin BUK Mei 2013
1400
1200
1000
800
600
400
200
0 Tahun 2009 Tahun 2012 Tahun 2013
310 426 515
635 718 747
RS Swasta
RS Pemerintah
RS Indonesia yang gunakan INA CBGs
Bulet ED Mei OKK indd 4 6/28/13 7:16 PM