documentbp

37
BAB I PENDAHULUAN Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru. Bronkopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. Bronkopneumonia didefinisikan sebagai peradangan akut dari parenkim paru pada bagian distal bronkiolus terminalis dan meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli. 1 Menuru t Rikes das 2!, pneumonia merup akan penya kit penyeb ab kemat ian kedua setelah diare pada balita sehingga menjadi permasalahan utama pada kesehatan anak. Pneu mon ia men jadi penyumbang angka mor biditas dan mortal ita s yang "ukup tinggi. Menurut #urvei $emografi %esehatan &ndonesia. Prevalensi Pneumonia Balita di &ndonesia meningkat dari !,'( pada tahun 22 menjadi 11,2( pada tahun 2!. 1 $i &ndonesia sendiri selain penuemonia, anemia merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang menjadi perhatian di &ndonesia. Prevelensi anemia di negara  berkembang masih tinggi. )nemia defisiensi besi memiliki dampak negatif terhadap tumbuh kembang ana k. #el ain itu anemia def isi ens i bes i juga dapa t me nimbulk an kompli kas i sepert i men urunkan day a tahan tubuh ter hada p inf eks i. )ne mi a adal ah keadaan kadar hemoglobin *+b kurang dari batas normal sesuai usia *bayi dan anak. #ebagai patokan, menurut + adalah apabila +b /11 g0d pada anak umur ' bulan -' tahun, dan +b / 12 gr0d pada anak ' tahun. Pada anak sering kali terjadi anemia hipokrom mikrositer. #e"ara teori, anemia hipokrom mikrositer dapat disebabkan oleh defisiensi besi ataupun penyakit thallasemia. 3 BAB II 1

Upload: widyakamrul

Post on 05-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bronkopneumonia

TRANSCRIPT

Page 1: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 1/37

BAB I

PENDAHULUAN

Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru. Bronkopneumonia

disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri,

virus, jamur dan benda-benda asing. Bronkopneumonia didefinisikan sebagai peradangan

akut dari parenkim paru pada bagian distal bronkiolus terminalis dan meliputi bronkiolus

respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli.1

Menurut Rikesdas 2!, pneumonia merupakan penyakit penyebab kematian

kedua setelah diare pada balita sehingga menjadi permasalahan utama pada kesehatan

anak. Pneumonia menjadi penyumbang angka morbiditas dan mortalitas yang "ukuptinggi. Menurut #urvei $emografi %esehatan &ndonesia. Prevalensi Pneumonia Balita di

&ndonesia meningkat dari !,'( pada tahun 22 menjadi 11,2( pada tahun 2!.1

$i &ndonesia sendiri selain penuemonia, anemia merupakan salah satu masalah

kesehatan terbesar yang menjadi perhatian di &ndonesia. Prevelensi anemia di negara

 berkembang masih tinggi. )nemia defisiensi besi memiliki dampak negatif terhadap

tumbuh kembang anak. #elain itu anemia defisiensi besi juga dapat menimbulkan

komplikasi seperti menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. )nemia adalahkeadaan kadar hemoglobin *+b kurang dari batas normal sesuai usia *bayi dan anak.

#ebagai patokan, menurut + adalah apabila +b /11 g0d pada anak umur ' bulan -'

tahun, dan +b / 12 gr0d pada anak ' tahun. Pada anak sering kali terjadi anemia

hipokrom mikrositer. #e"ara teori, anemia hipokrom mikrositer dapat disebabkan oleh

defisiensi besi ataupun penyakit thallasemia.3

BAB II

1

Page 2: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 2/37

LAPORAN KASUS

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK 

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH

STATUS PASIEN KASUS INama Mahasiswa : Ayesha Rianda Pem!im!in" : d# Kiana Kamima$ S%#A

NIM : &'&#(&#&)) Tanda *an"an:

IDENTITAS PASIEN

 4ama 5 By. M) 6enis %elamin 5 aki-laki

7mur 5 11 bulan ' hari #uku Bangsa 5 #unda

8empat 0 tanggal lahir 5 6akarta, 29 ktober 21: )gama 5 &slam

)lamat 5 %P. aru $oyong, ;akung Pendidikan 5 -6akarta 8imur

Oan" *+a , -a.i

Ayah: I!+ : 4ama 5 8n. )

7mur 5 9! tahun

)lamat 5 %P. aru $oyong, ;akung6akarta 8imur 

Pekerjaan 5 %arya<an bagian instalasi

Penghasilan5 Rp. 2..,Pendidikan 5 #M% 

#uku Bangsa 5 #unda

)gama 5 &slam

 4ama 5 4y. R 

7mur 5 23 tahun

)lamat 5 %P. aru $oyong, ;akung6akarta 8imur 

Pekerjaan 5 &bu rumah tangga

Penghasilan5 -Pendidikan 5 #M% 

#uku Bangsa 5 6a<a-Batak 

)gama 5 &slam

+ubungan dengan orang tua 5 Pasien merupakan anak kandung

I# RI-A/AT PEN/AKIT

A# ANAMNESIS

$ilakukan se"ara alloanamnesis dengan 4y. R *ibu kandung pasien dan 8n. ) *ayah

kandung pasien.

okasi 5 Bangsal lantai =& 8imur, kamar '118anggal 0 <aktu 5 9 #eptember 21> pukul >.: &B

8anggal masuk 5 9 #eptember 21> pukul 2. &B

%eluhan utama 5 #esak nafas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit%eluhan tambahan 5 Batuk, demam, pilek 

A# RI-A/AT PEN/AKIT SEKARANG 5Bayi M) datang ke &?$ R#7$ Budhi )sih diantar oleh ibunya dengan keluhan sesak 

nafas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. &bu pasien merasa nafas anaknya menjadi

lebih sering dan lebih dangkal dari biasanya. Menurut ibunya saat sedang sesak "uping

2

Page 3: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 3/37

hidung pasien tidak tampak kembang kempis, bibir tidak tampak kebiruan, tidak 

membaik dengan perubahan posisi.&bu pasien mengatakan bah<a pasien juga mengalami batuk dan pilek sejak : hari

sebelum masuk rumah sakit. Batuk berdahak dan sulit untuk dikeluarkan sehingga ibu

 pasien tidak mengetahui sifat dari dahak tersebut. Batuk dirasakan semakin berat sejak 

a<al mun"ul. ;airan dari hidung ber<arna putih, banyak, dan tidak memberat pada pagi

hari. Ri<ayat bersin-bersin lebih dari 1 kali saat pagi hari disangkal. &bu pasien

menyangkal adanya ri<ayat tersedak sebelum pasien batuk.

&bu pasien mengatakan 1 hari sebelum masuk rumah sakit anaknya mengalami

demam. $emam mun"ul mendadak, tinggi, menetap dan saat dirumah tidak dilakukan

 pengukuran dengan termometer.

Pasien tidak mengalami diare, B)B berdarah, muntah ataupun kejang. #elama

sakit pasien menjadi re<el dan agak sulit menyusui. #elama ini dari hasil %M# nya

 pasien tidak pernah mengalami penurunan berat badan selama 9 bulan berturut-turut.

#ore hari sebelum ke &?$ R#7$ Budhi )sih pasien sudah berobat ke klinik untuk di uap

dan diberi obat berupa puyer dan sirup namun ibu pasien tidak mengetahui nama obat

tersebut. $an menurut ibu pasien, pasien masih sesak pada malam harinya sehingga

 pasien diba<a ke &?$ R#7$ Budhi )sih. Pada saat di &?$ didapatkan suhu 9@,3°; dan

laju nafas 'A0menit.

B# RI-A/AT KEHAMILAN , KELAHIRAN

KEHAMILAN

Morbiditas kehamilan 8idak ada

Pera<atan antenatal Rutin kontrol ke Bidan 1 bulan sekali,

imunisasi 88 *

KELAHIRAN

8empat persalinan Rumah bersalin

Penolong persalinan $okter  

;ara persalinan#; a0i ri<ayat #; sebelumnya

Penyulit 5 -

Masa gestasi ;ukup Bulan

%eadaan bayi

Berat lahir 5 9> gram

Panjang lahir 5 >1 "m

ingkar kepala 5 *tidak tahu

angsung menangis *

%emerahan * 4ilai )P?)R 5 *tidak tahu

%elainan ba<aan 5 tidak ada

3

Page 4: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 4/37

Kesim%+.an iwaya* 0ehami.an,0e.ahian :  4eonatus ;ukup Bulan C #esuai Masa

%ehamilan

D# RI-A/AT PERKEMBANGAN

Pertumbuhan gigi & 5 7mur 3 bulan *4ormal5 >-3 bulan

?angguan perkembangan mental 5 8idak adaPsikomotor 

8engkurap 5 7mur : bulan *4ormal5 9-: bulan

$uduk 5 7mur @ bulan *4ormal5 '-3 bulan

Berdiri 5 7mur 11 bulan *4ormal5 3-12 bulan

Berjalan 5 Belum bisa *4ormal5 19 bulan

Bi"ara 5 7mur 1 bulan *4ormal5 3-12 bulan

Perkembangan pubertasRambut pubis 5 -

Kesim%+.an iwaya* %e*+m!+han dan %e0em!an"an : baik *sesuai usia

E# RI-A/AT MAKANAN

Um+

1!+.an2ASI B+ah , Bis0+i* B+!+ S+s+ Nasi Tim

C 2 - - -

2 C : - - -

: C ' - - -

' C @ -

@ C 1

1 -12

%esulitan makan 5 menurut pengakuan ibunya pasien sebelumnya tidak sulit makan.

Kesim%+.an iwaya* ma0anan : pasien tidak mengalami kesulitan makan

F# RI-A/AT IMUNISASI

Va0sin Dasa 1 +m+ 2 U.an"an 1 +m+ 2

B;? 2 bulan D D D

$8P 2 bulan : bulan ' bulan D

Polio bulan 2 bulan : bulan D

;ampak 3 bulan D D D

+epatitis B bulan 1 bulan ' bulan D

4

Page 5: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 5/37

Kesim%+.an iwaya* im+nisasi : imunisasi dasar sesuai dengan usia seharusnya

diberikan.

G# RI-A/AT KELUARGA

a# 34a0 Re%4d+0si

N4Tan""a. .ahi

1+m+2

5enis

0e.aminHid+%

Lahi

ma*iA!4*+s

Ma*i

1se!a!2

Ke*ean"an

0eseha*an

1. 22-Mei-2@ aki-laki - - - #ehat

2. 29-ktober-21: aki-laki - - - Pasien

!# Riwaya* Peni0ahan

Ayah , -a.i I!+ , -a.i

Nama 8n. ) 4y. )#Pe0awinan 0e6 1 1

Um+ saa* meni0ah 2! tahun 21 tahun

Pendidi0an *ea0himm #M% #M%  

A"ama &slam &slam

S+0+ !an"sa #unda 6a<a-Batak  

Keadaan 0eseha*an #ehat #ehat

K4san"+ini*as - -

Penya0i*$ !i.a ada - -

7# Riwaya* Penya0i* Ke.+a"a

)nggota keluarga di rumah tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien.Ri<ayat keluarga yang memiliki penyakit 8B; paru disangkal. $ari pengakuan

ibunya di dalam anggota keluarga yaitu ayah pasien merupakan perokok aktif. Pasien

kemungkinan terpapar asap rokok dari lingkungan sekitarnya.

Kesim%+.an Riwaya* Ke.+a"a : Pasien memiliki faktor resiko untuk terkena

 penyakit paru.

H# RI-A/AT PEN/AKIT /ANG PERNAH DIDERITA

Penya0i* Um+ Penya0i* Um+ Penya0i* Um+)lergi *- $ifteria *- Penyakit jantung *-

;a"ingan *- $iare *- Penyakit ginjal *-

$B$ *- %ejang *- Radang paru *-

titis *- Morbili *- 8B; *-

Parotitis *- perasi *- ain-lain *-

5

Page 6: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 6/37

Kesim%+.an Riwaya* Penya0i* yan" %enah didei*a : Pasien belum pernah

mengalami penyakit paru-paru sebelumnya.

I# RI-A/AT LINGKUNGAN PERUMAHAN

Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan kakaknya dirumah sendiri. 8otal berjumlah

: orang didalam 1 rumah. Rumah memiliki "ukup ventilasi. #etiap pagi jendela selalu

dibuka dan "ahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah. 7ntuk minum keluarga pasien

menggunakan air galon isi ulang, dan untuk kebutuhan sehari-hari menggunakan air dari

P)M. $irumah memiliki sanitasi sendiri. 8empat sampah terletak didepan rumah dan

setiap pagi sampah tersebut diangkut oleh petugas sampah. ingkungan sekitar tempat

tinggal pasien adalah perkampungan padat penduduk.

Kesim%+.an iwaya* .in"0+n"an %e+mahan :  keadaan rumah pasien baik dan

lingkungan sekitar pasien padat penduduk.

5# RI-A/AT SOSIAL EKONOMI

)yah pasien bekerja sebagai karya<an bagian instalasi dengan penghasilan

 perbulan Rp. 2..,-0bulan. Menurut ibu pasien jumlah tersebut tidak "ukup untuk 

memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. 7ntuk masalah kesehatan, pasien memiliki BP6#

kesehatan.

Kesim%+.an iwaya* s4sia. e04n4mi : kurang baik 

PEMERIKSAAN FISIK 1Tan""a. '& Se%*em!e 8&(9 am &;#&& -IB2

A# S*a*+s Genea.is

Keadaan Um+m

%esan #akit 5 Tam%a0 sa0i* sedan"$ OS *am%a0 "e.isah

%esadaran 5 ;ompos Mentis

%esan ?iEi 5 Baik  %eadaan lain 5 Anemis 1<,<2, ikterik *-, sianosis *-

Da*a An*4%4me*i

Berat Badan sekarang 5 3,> kgPanjang Badan 5 ! "m

ingkar %epala 5 :' "m

S*a*+s Gi=i

- BB 0 7 F3,>01 A 1 ( F 3> ( *?iEi baik

6

Page 7: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 7/37

- 8B 0 7 F !0!> A 1 ( F 39 ( *?iEi baik

- BB 0 8B F 3,>0@,3A 1 ( F 1' ( *?iEi baik

Berdasarkan kurva ;$; giEi anak termasuk dalam giEi baik.

Tanda Vi*a.

8ekanan $arah 5 8idak dilakukan pemeriksaan.

 4adi 5 (8& > , meni*$ 0+a*$ isi 7+0+%$ e0+a. 0anan dan 0ii$ e"+.a

 4afas 5 '? > ,meni*$ *i%e a!d4min4*h4a0a.

#uhu 5 9@,2 G;, aAilla

KEPALA : ingkar kepala5 :' "m *Menurut kurva 4aeilaus5 -2#$ - @<2,

 4ormo"ephali, ubun-ubun besar belum menutup

RAMBUT: Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah di"abut.

-A5AH : ajah simetris, tidak ada pembengkakan, luka atau jaringan parut

MATA :=isus 5 8idak dilakukan Ptosis 5 -0-

#klera ikterik 5 -0- agofthalmus 5 -0-%onjungtiva anemis 5 0 ;ekung 5 -0-

HAophthalmus 5 -0- %ornea jernih 5 0

#trabismus0 5 -0- ensa jernih 5 0 4istagmus 5 -0- Pupil 5 bulat, isokor 

Refleks "ahaya 5 R;0, R;8 0

TELINGA :

Bentuk 5 normotia 8uli 5 -0-

 4yeri tarik aurikula 5 -0- 4yeri tekan tragus 5 -0-

iang telinga 5 lapang Membran timpani 5 sulit dinilai#erumen 5 0 Refleks "ahaya 5 sulit dinilai;airan 5 -0-

HIDUNG :

Bentuk 5 simetris 4apas "uping hidung5 -0-

Se0e* : <,<$ 5enih $eviasi septum 5 -

Mukosa hiperemis 5 -0- %onka eutrofi 5 -

BIBIR 5 mukosa ber<arna merah muda, kering *-, sianosis *-

MULUT 5 trismus *-, oral hygiene baik, sudah tumbuh gigi

LIDAH 5 4ormoglotia, lidah kotor *-

TENGGOROKAN  5 Iaring hiperemis, hipertrofi tonsil sulit dinilai *-

LEHER 5 Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid

maupun %?B, tidak tampak deviasi trakea$ tidak teraba

 pembesaran tiroid maupun %?B, trakea teraba di tengah

THORAKS :

• &nspeksi 5  Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada

 pernafasan yang tertinggal, %enaasan a!d4min4*h4a0a.$ *eda%a* e*a0si

7

Page 8: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 8/37

e%i"as*i+m$ e*a0si s+!74s*ae$ e*a0si s+%as*ena..  &ktus kordis tidak 

terlihat.

• Palpasi 5 ?erak napas simetris kanan dan kiri$ vo"al fremitus sama kuat$ teraba

i"tus "ordis pada &;# = linea mid"lavi"ularis kiri, denyut kuat

• Perkusi 5 #onor di kedua lapang paru, jantung dalam batas normal• )uskultasi 5  #uara napas vesikuler, reguler, 4n0i !asah 0asa1<,<2$  <heeEing

*-0-,  bunyi jantung &-&& reguler, pun"tum maksimum pada &;# = 1 "m linea

mid"lavi"ularis kiri, murmur *-, gallop *-.

ABDOMEN :

• &nspeksi 5  perut bun"it$ tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut maupun

 benjolan, roseola spot *-, kulit keriput *-, gerakan peristaltik *-

• Palpasi 5 supel, nyeri tekan *- hampir menyeluruh di regio abdomen, turgor kulit

 baik. +epar tidak teraba membesar. ien tidak teraba membesar 

• Perkusi 5 timpani pada seluruh lapang perut

• )uskultasi 5  bising usus *, frekuensi 9A 0 menit

GENITALIA 5 8idak ditemukan adanya kelainan

KGB :

Preaurikuler 5 tidak teraba membesar  

Postaurikuler 5 tidak teraba membesar  #ubmandibula 5 tidak teraba membesar  

#upraklavikula 5 tidak teraba membesar 

)Ailla 5 tidak teraba membesar  &nguinal 5 tidak teraba membesar  

ANGGOTA GERAK :

Hkstremitas 5 akral dingin pada keempat ekstremitas, ;R8/2J

STATUS NEUROLOGIS

Re.e0s Fisi4.4"is Kanan Kii

Biseps

8ri"eps

Patella

)"hiles

Re.e0s Pa*4.4"is Kanan Kii

Babinski - -

;haddo"k - -

ppenheim 8idak dilakukan 8idak dilakukan

?ordon 8idak dilakukan 8idak dilakukan

#"haeffer 8idak dilakukan 8idak dilakukan

8

Page 9: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 9/37

Rangsang meningeal

%aku kuduk -

%anan %iri

%erniK - -

aseK - -

BruEinski & - -

BruEinski && - -

KULIT 5 arna sa<o matang merata, pu"at *-, ikterik *-, sianosis *-, turgor kulit

 baik, lembab, pengisian kapiler / 2 detik, petekie *-

TULANG BELAKANG 5 Bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan *-, ruam *-

III# PEMERIKSAAN PENUN5ANG

a. aboratoriumaboratorium dari &?$ pada tanggal 23 ktober 21>5

Hema*4.4"i Hasi. Ni.ai N4ma.

eukosit 12.@ ribu0L '-1!.>

Hritrosit :.2 juta0L 9.'->.2

+emoglobin #8 ",dL 1.!C 19.1

+ematokrit 8' C 9>-:9

8rombosit ::> ribu0L 21!-:3!

M;= 9;#& L !:-12

M;+ (#) %" 29 C 91

M;+; 9.3 g0d 2@-91R$ (#9C /1:

?ula $arah #e<aktu (; m",dL >-@

 4atrium 1: mmol0 19>-1>>

%alium '#9 mm4.,L 9.'->.>

%lorida 1: mmol0 3@-13

 b. Ioto 8horaksIoto thoraA tanggal 23-ktober-21>5

9

Page 10: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 10/37

$eskripsi 5 8erdapat ber"ak infitrat pada kedua hemithoraA paru, "or baik, tulang

tulang intak 

%esan 5 Bronkopneumomia

IV# RESUME

Bayi M), usia 11 bulan datang ke &?$ R#7$ Budhi )sih diantar ibunya dengan

keluhan sesak nafas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. 4afas menjadi lebih sering

dan "epat. #esak tidak membaik dengan perubahan posisi. #elain sesak, pasien juga

mengalami batuk dan pilek : hari #MR#. Batuk berdahak dengan dahak sulit

dikeluarkan. ;airan dari hidung ber<arna putih, banyak, dan tidak memberat pada pagi

10

Page 11: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 11/37

hari. $emam mun"ul mendadak 1 hari #MR# 9@,3; diukur dengan menggunakan

thermometer dan dirasakan menetap.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,

gelisah pada tanda vital didapatkan frekuensi napas '? >,meni*$ s+h+ '$8 3 dai a>i..a$

nadi (8& >,meni*# Pada pemeriksaan hidung didapatkan sekret 0 jernih, pemeriksaan

thoraks ditemukan pernapasan abdominothorakal, tampak retraksi epigastrium dan pada

auskultasi didapatkan suara ronki basah kasar pada kedua lapang paru. Pada pemeriksaan

 penunjang didapatkan anemia hipokrom mikrositer dan dari foto thoraks didapatkan

gambaran infiltrat pada kedua lapang paru, kesan bronkopneumonia.

V# DIAGNOSIS BANDING

- Bronkopnuemonia- Bronkiolitis

- Bronkhitis )kut- 8B paru

- )nemia defisiensi besi

- 8hallasemia

VI# DIAGNOSIS KER5A

- Bronkopneumonia

- #uspe"t anemia defisiensi besi

VII# PEMERIKSAAN AN5URAN

- Pemeriksaan darah 5 ?$8, ;RP, #&, 8&B;

- 8es MantouA

VIII# PENATALAKSANAAN

A# N4n medi0a Men*4sa

- Hdukasi ibu pasien untuk memberikan minum atau makanan dengan posisi anak 

sambil di pangku atau dalam posisi duduk.

- Menghimbau agar anak dijauhkan apabila di sekitar rumahnya terdapat orang-orang

yang merokok.

- Menghimbau agar anak diimunisasi lengkap.

- Memberikan memberikan nutrisi dengan giEi yang seimbang sesuai usia. )njurkan

agar ibu membuatkan makanan yang tinggi akan kadar Eat besi seperti, hati, daging

merah dan bayam.- )njuran imunisasi +ib atau influenEa setelah pasien sembuh.

11

Page 12: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 12/37

B# Medi0a Men*4sa

Puasa

&nhalasi 4a"l > "" =entolin amp 2A1

2 9->0menit dengan masker oksigen

&=I$ %aH4 1B 9""0kgBB0jam

&nj. )mpi"ilin :A2> mg

#albutamol ,' mg :A1

)mbroAol > mg  :A1

IV# PROGNOSIS

)d =itam 5 )d Bonam

)d Iun"tionam 5 )d Bonam)d #anationam 5 $ubia )d Bonam

Tan""a. S O A P

Tan""a. S O A P

903021>

+P-1BB5 3,> kg

$emam *

Batuk *#esak nafas

 berkurang

Muntah *-

Men"ret *-B)B *

B)% *

%7 5 8ampak sakit

sedang0;ompos mentis

88= 5 4adi 5 12'A0mnt

#uhu 5 93,@ ;

RR 5 9@ A0 mnt%epala 5 4ormo"ephali

Mata 5 %onjungtiva anemis -0-

Bronkopneu

monia

)nemia

mikrositik 

hipokrom

&=I$ )sering

9""0kgBB0jam

&nj )mpi"ilin

:A2> mg

#albutamol ,'

mg  :A1

)mbroAol >

12

Page 13: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 13/37

#klera ikterik

-0-+idung 5

 4afas "uping hidung -0-, sekret

0

Mulut 5 #ianosis *-, Bibir

kering *8horaks5 #imetris, retraksi sela

iga *

Pulmo5 suara nafas vesikuler,

rhonki basah kasar 0,

<heeEing -0-;or5 B6 &-&& reguler, murmur

*-, gallop *-)bdomen 5 supel, bising usus

*

Hkstremitas 5 )kral hangat,

;R8 /2 detik 

mg  :A1

&nhalasi 4a"l

>"" =entolin

ampul 2A1

Para"etamol

1 mg  9A1

;8M ,@ mg

9A1

Ieris #yr 9A12 4asal stop

13

Page 14: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 14/37

Tan""a. S O A P

101021>

+P-2

BB5 3,' kg

?elisah *

$emam *

Batuk *#esak nafas

 berkurangMuntah *-Men"ret *-

B)B *

B)% *

%7 5 8ampak sakit

sedang0;ompos mentis88= 5

 4adi 5 1'A0mnt

#uhu 5 93,1 ;RR 5 9A0 mnt%epala 5 4ormo"ephali

Mata 5 %onjungtiva anemis -0-

#klera ikterik -0-+idung 5

 4afas "uping hidung -0-, sekret

0

Mulut 5 #ianosis *-, Bibir

kering *8horaks5 #imetris, retraksi sela

iga *

Pulmo5 suara nafas vesikuler,

rhonki basah kasar 0,

<heeEing -0-;or5 B6 &-&& reguler, murmur

*-, gallop *-

)bdomen 5 supel, bising usus

*Hkstremitas 5 )kral hangat,

;R8 /2 detik 

La! &(,(&

+b5 '.9 g0d ↓  #&5 13µ0d ↓+t5 2( ↓  8&B;5 :9> µ0d ↑M;=5 >: f ↓M;+5 1'.' f ↓R$5 13.'( ↑

Bronkopneu

monia)nemia

mikrositik hipokrom

Makan bubur 

&=I$ )sering

9""0kgBB0jam

&nj )mpi"ilin

:A2> mg#albutamol ,'

mg  :A1

)mbroAol >

mg  :A1

&nhalasi 4a"l

>"" =entolin

ampul 2A1

Para"etamol

1 mg  9A1

;8M ,@ mg

9A1

Ieris #yr 9A1

stop

Periksa +28

Bila +b /@ ⇒

8ransfusi PR;

& 2A1""

Tan""a. S O A P

201021>

+P-9

BB5 1 kg

?elisah *

$emam *

Batuk jarang#esak *-

Muntah *-

Men"ret * 2A

%7 5 8ampak sakit

sedang0;ompos mentis88= 5

 4adi 5 12A0mnt

#uhu 5 9!,@ ;RR 5 2@A0 mnt

Bronkopneu

monia

)nemia

defisiensi

&=I$ )sering

9""0kgBB0jam&nj )mpi"ilin

:A2> mg

#albutamol ,'

14

Page 15: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 15/37

)ir *

)mpas *

endir *

$arah *-

B)% *

%epala 5 4ormo"ephali

Mata 5 %onjungtiva anemis -0-

#klera ikterik

-0-+idung 5

 4afas "uping hidung -0-,

sekret 0Mulut 5 #ianosis *-, Bibir

kering *-

8horaks5 #imetris, retraksi

sela iga *

Pulmo5 suara nafas vesikuler,

rhonki basah kasar 0,

<heeEing -0-;or5 B6 &-&& reguler, murmur

*-, gallop *-

)bdomen 5 supel, bising usus

*

Hkstremitas 5 )kral hangat,

;R8 /2 detik 

 besi mg  :A1

)mbroAol >

mg  :A1

Para"etamol

1 mg  9A1;8M ,@ mg

9A1

&nhalasi 4a"l

>"" =entolin

ampul 2A1

⇒ stop

PR; &&

15

Page 16: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 16/37

Tan""a. S O A P

901021>

+P-:

BB5 3,9 kg

$emam *

Batuk jarang

#esak *-Muntah *-

Men"ret *-B)B * 1A

sudah tidak 

men"ret

B)% *

%7 5 8ampak sakit

sedang0;ompos mentis88= 5

 4adi 5 1:A0mnt

#uhu 5 9!,3 ;RR 5 9A 0 mnt%epala 5 4ormo"ephali

Mata 5 %onjungtiva anemis

-0- #klera ikterik -0-+idung 5

 4afas "uping hidung -0-,

sekret 0

Mulut 5 #ianosis *-, Bibir

kering *-8horaks5 #imetris, retraksi

sela iga *-

Pulmo5 suara nafas vesikuler,

rhonki basah kasar 0,

<heeEing -0-;or5 B6 &-&& reguler, murmur

*-, gallop *-

)bdomen 5 supel, bising usus

*

Hkstremitas 5 )kral hangat,

;R8 /2 detik 

Bronkopneu

monia

)nemia

defisiensi

 besi

&=I$ )sering

9""0kgBB0jam&nj )mpi"ilin

:A2> mg#albutamol ,'

mg  :A1

)mbroAol >

mg  :A1

Para"etamol

1 mg  9A1

;8M ,@ mg

9A1

+28 ulang

16

Page 17: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 17/37

Tan""a. S O A P

:01021>

+P5 >

$emam *-

Batuk jarang,

keluar dahak 

 ber<arna putih#esak *-Muntah *-

Men"ret *-

B)B *

B)% *

%7 5 8ampak sakit

sedang0;ompos mentis88= 5

 4adi 5 19:A0mnt

#uhu 5 9!,1 ;RR 5 9A 0 mnt%epala 5 4ormo"ephali

Mata 5 %onjungtiva anemis

-0- #klera ikterik -0-+idung 5

 4afas "uping hidung -0-,

sekret 0

Mulut 5 #ianosis *-, Bibir

kering *-8horaks5 #imetris, retraksi

sela iga *-

Pulmo5 suara nafas vesikuler,

rhonki basah kasar 0,

<heeEing -0-;or5 B6 &-&& reguler, murmur

*-, gallop *-

)bdomen 5 supel, bising usus

*

Hkstremitas 5 )kral hangat,

;R8 /2 detik 

ab :015

Hritrosit5 !, juta0µ↑

+b5 1:,: g0d ↑

+t5 :3 (↑

M;=5 '3,' f ↓

M;+5 2,! pg↓

Bronkopneu

monia

)nemia

defisiensi

 besi

Pasien boleh

 pulang

#albutamol ,'

mg  :A1

)mbroAol >

mg  :A1

BAB III

ANALISIS KASUS

17

Page 18: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 18/37

A# ANALISIS ANAMNESIS

%asus yang akan dibahas pada makalah ini adalah mengenai pasien bernama

)n. M) berusia 11 bulan, berjenis kelamin laki-laki yang dira<at dengan diagnosis

 bronkopneumonia.

Pasien datang ke &?$ R#7$ Budhi )sih diantar oleh ibunya dengan keluhan

sesak napas 2 hari #MR#. #esak yang dialami oleh pasien terjadi bersama dengan

 batuk, pilek dan juga demam. Batuk yang dialami pasien merupakan batuk berdahak,

sulit dikeluarkan, dan semakin terasa berat. +idung pasien pun mengeluarkan sekret

 ber<arna putih. #elain itu pasien mengalami demam yang bila diukur dengan

thermometer didapatkan suhu 9@,3;. $emam dirasakan oleh pasien mun"ul

mendadak dan menetap.

$ari keluhan tersebut dapat disimpulkan terdapat beberapa masalah pada

 pasien seperti sesak napas, batuk, pilek dan demam.

a. #esak napas atau dyspnea$ispnoe atau sesak napas disebabkan karena peningkatan kerja dari

otot-otot pernapasan yang terjadi akibat stimulasi neuroreseptor yang terdapat

sepanjang traktus respiratorius atau stimulasi kemoreseptor baik sentral

maupun perifer. 7ntuk anak umur 2 bulan sampai > tahun yang datang dengan

kesulitan bernapas dan atau batuk ada beberapa hipotesis yang menjadi

kemungkinan penyebabnya, yaitu pneumonia, bronkiolitis, asma, gagal

 jantung, penyakit jantung ba<aan, efusi pleura. $ari anamnesis didapatkan

 bah<a sesak tidak berubah dengan perubahan posisi sehingga kemungkinan

sakit yang dialami pasien lebih mengarah ke traktus respiratorius.#esak nafas yang disebabkan oleh gangguan pada traktus respiratorus

dapat. Pada kasus ini ditemukan adanya gejala kesulitan bernapas yang terjadi

selama 2 hari dan baru pertama kali timbul, hal ini menunjukkan adanya

gangguan akut dari saluran pernapasan.

 b. Batuk dan pilek

Batuk dan pilek yang terjadi bersamaan dengan demam

mengindikasikan bah<a kemungkinan terjadi &#P) pada pasien. &#P) ini

18

Page 19: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 19/37

apabila dibiarkan maka dapat menimbulkan atau men"etuskan penyakit lain

seperti bronkiolitis, bronkopneumonia ataupun asma. Batuk sendiri

merupakan suatu usaha mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan

 benda asing atau mikroorganisme yang masuk ke saluran napas.

". $emam

$emam merupakan keadaan suhu tubuh di atas normal akibat

 peningkatan pengaturan suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh &-1.

$emam kasus ini kemungkinan disebabkan oleh adanya proses infeksi oleh

mikroorganisme di saluran napas. Proses terjadinya demam adalah karena

adanya suatu Eat yang dapat menyebabkan demam atau dikenal dengan

 pirogen. Pirogen terbagi atas 2 yaitu pirogen eksogen dan pirogen endogen.

Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih *monosit,

limfosit dan neutrophil oleh suatu pirogen eksogen baik berupa toksin

ataupun mediator inflamasi. #el-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan

Eat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen *&-1, &', 84I N dan &I4.

Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endothelium

hypothalamus untuk membentuk prostaglandin. Prostaglandin inilah yang

akan meningkatkan thermostat di hipotalamus dan terjadilah demam.

B# ANALISIS PEMERIKSAAN FISIK 

$ari hasil pemeriksaan fisik didapatkan bah<a status giEi pasien baik dari

BB07, 8B07 dan BB08B baik. +al ini menunjukkan bah<a status giEi masa

lampau dan status giEi masa sekarang baik. $ari hasil pemeriksaan didapatkan

 bah<a pernapasan pasien meningkat, kemudan juga terdapat retraksi otot-otot

 pernapasan. +al ini mengkonfirmasi sesak yang didapatkan dari hasil anamnesis.

$ari pemeriksaan juga terdapat ronki basah kasar. Ronki basah merupakan suaranapas tambahan berupa vibrasi terputus-putus akibat getaran yang terjadi karena

"airan dalam jalan napas dilalui oleh udara. Ronki basah kasar mengindikasikan

adanya "airan di saluran napas, misalnya pada bronkopneumonia.

3# ANALISIS PEMERIKSAAN PENUN5ANG

19

Page 20: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 20/37

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kesan anemia

hipokrom mikrositer. )nemia ini dapat disebabkan oleh karena defisiensi besi dan

thallasemia. $i &ndonesia angka kejadian anemia defisiensi besi "ukup sering. Pada

anak yang berusia 1-2 tahun, anemia jenis ini terjadi karena kurangnya asupan

makanan yang mengandung Eat besi, malabsorbsi dan kebutuhan meningkat karena

infeksi menahun atau berulang.

$ari hasil pemeriksaan rontgen thoraA didapatkan gambaran ber"ak infiltrat di

kedua hemithoraA paru. +al ini menunjang diagnosis bronkopneumonia.

$iagnosis bronkopneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik serta pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan

tanda sesak napas seperti peningkatan frekuensi napas pada saat pertama datang dan

 juga retraksi epigastrium. Pada hasil rontgen yang mengarah kearah

 bronkopneumonia.

BAB IV

TIN5AUAN PUSTAKA

PNEUMONIA

). $efinisi

20

Page 21: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 21/37

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis adalah peradangan pada

 parenkim paru yang melibatkan bronkus0bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk 

 ber"ak-ber"ak *pat"hy distribution. %onsolidasi ber"ak berpusat disekitar bronkus

yang mengalami peradangan multifokal dan biasanya bilateral. %onsolidasi

 pneumonia yang tersebar *pat"hy ini biasanya mengikuti suatu bronkitis atau

 bronkiolitis. #ebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme dan sebagian ke"il

disebabkan oleh hal lain *aspirasi, radiasi, dll.1,2

B. Hpidemiologi

Menurut Rikesdas 2!, pneumonia merupakan penyakit penyebab kematian

kedua setelah diare pada balita sehingga menjadi permasalahan utama pada kesehatan

anak. prevalens pneumonia *berdasarkan pengakuan pernah didiagnosis pneumonia

oleh tenagakesehatan dalam sebulan terakhir sebelum survei pada bayi di &ndonesia adalah

,!'( dengan rentang antar provinsi sebesar -19,2(. Prevalensi tertinggi adalah

 provinsi ?orontalo *19,2( dan Bali *12,3(, sedangkan provinsi lainnya di ba<ah

1(. #edangkan prevalensi pada anak balita *1-: tahun adalah 1,( dengan

rentang antar provinsi sebesar ,1( - 1:,@(. #eperti pada bayi, prevalensi tertinggi

adalah provinsi ?orontalo *13,3( dan Bali *19,2( sedangkan provinsi lainnya di

 ba<ah 1(. Menurut #urvei $emografi %esehatan &ndonesia. Prevalensi Pneumonia

Balita di &ndonesia meningkat dari !,'( pada tahun 22 menjadi 11,2( pada tahun

2!.9 

;. Htiologialaupun sebagian besar kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme,

namun ada beberapa penyebab lain yang berasal dari non infeksius seperti aspirasi

makanan atau asam lambung, benda asing, reaksi hipersensitivitas, radiasi dan obat-

obatan. Penyebab pneumonia seseorang sering susah ditentukan karena kultur 

langsung dari jaringan paru sangat invasif dan sangat jarang dilakukan. %ultur yang

dilakukan pada spe"imen dari saluran nafas atas atau sputum seringkali tidak akurat

dalam menentukan penyebab pneumonia.:

7sia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada

 perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spe"trum etiologi,

gambaran klinis, dan strategi pengobatan. Mikroorganisme penyebab pada neonates

21

Page 22: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 22/37

dan bayi ke"il meliputi #trepto"o""us grup B dan bakteri ?ram negative seperti H.

"olli, Pseudomonas sp atau %lebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan anak balita,

sering disebabkan oleh #trepto"o""us pneumoniae *pneumo"o""us, +aemophillus

influenEae tipe B, dan #taphylo"o""us aureus.2 $i 4egara maju, pneumonia lebih

sering disebabkan oleh virus di samping disebabkan oleh bakteri, atau "ampuran.

=irus terbanyak adalah Respiration #yn"ytial =irus, Rhinovirus, dan parainfluenEa. 2

#e"ara klinis, pneumonia bakteri sulit dibedakan dengan pneumonia virus. $emikian

 juga dengan pemeriksaan radiologis dan laboratorium, biasanya tidak dapat

menunjukkan etiologi.2

Usia E*i4.4"i yan" sein" E*i4.4"i yan" aan"

Lahi 6 8& hai

 

Ba0*ei Ba0*ei

 E.colli  Bakteri anaerob

Streptococcus grup B  Streptococcus grup D

 Listeria monocytogenes  Haemophillus influenza

 Streptococcus pneumonie

Vi+s

CMV 

 HMV 

' mi""+ '

!+.an

Ba0*ei Ba0*ei

Clamydia trachomatis  Bordetella pertusis

Streptococcus

 pneumoniae

 Haemophillus influenza tipe

 B

Vi+s  Moraxella catharalis Adenovirus  Staphylococcus aureus

 Influenza Vi+s

 Parainfluenza 1!" CMV 

) !+.an 9

*ah+n

Ba0*ei Ba0*ei

Clamydia pneumonia  Haemophillus influenza tipe

 B

 #ycoplasma

 pneumoniae

 Moraxella catharalis

Streptococcus

 pneumoniae

 Staphylococcus aureus

Vi+s Neisseia menin"i*ides

 Adenovirus Vi+s

 $inovirus Varisela Zoster 

 Influenza

 Parainfluenza

9 *ah+n emaa Ba0*ei Ba0*ei

Clamydia pneumonia  Haemophillus influenza

22

Page 23: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 23/37

 #ycoplasma pneumoniae

 egionella sp

Streptococcus

 pneumoniae

 Staphylococcus aureus

Vi+s

 !deno"irus #pstein$Barr 

 %ino"irus

Varisela zoster 

 &nfluenza

 'arainfluenza

$. Iaktor resiko

)nak yang sehat dapat mela<an infeksi dengan pertahanan natural yang ada,

 pada anak dengan sistem imun yang terganggu memiliki resiko tinggi untuk terjangkit

 pneumonia. #istem imun yang buruk dapat diakibatkan karena giEi buruk, terutama

 pada bayi yang tidak diberi )#& eksklusif. Penyakit dasar seperti infeksi +&=

simptomatik dan "ampak, juga meningkatkan resiko. Beberapa faktor lingkungan

yang dapat membuat anak menjadi rentan terjangkit pneumonia, yaitu polusi udara di

ruangan tertutup, tinggal di rumah yang padat, dan orang tua yang merokok.:

H. Patofisiologi

#aluran napas ba<ah normalnya adalah steril yang dijaga oleh mekanisme

 pertahanan fisiologis termasuk bersihan mukosiliar, dan sekresi immunoglobulin )*&g), dan pembersihan jalan napas dengan batuk. Mekanisme pertahanan imunologis

 paru yang membatasi invasi organism pathogen adalah makrofag yang ada pada

alveoli dan brokiolus, &g), dan imunoglobin yang lain. )da beberapa faktor yang

mempengaruhi infeksi paru diantaranya trauma, anestesi, dan aspirasi.>

Pneumonia virus biasanya berasal dari persebaran infeksi sepanjang jalan

napas, berhubungan dengan kerusakan langsung epitel pernapasan, yang berakibatkan

 pada obstruksi jalan napas akibat edema, sekresi abnormal, dan debris seluler. %aliber 

ke"il pada jalan napas bayi muda membuat sangat rentan terjadinya infeksi berat.

)telektasis, edema interstisial, dan gangguan ventilasi-perfusi menyebabkan

hipoksemia yang sering berhubungan dengan obstruksi jalan napas. &nfeksi virus juga

dapat menyebabkan infeksi sekunder akibat bakteri karena mengganggu mekanisme

 pertahanan normal pasien, mengubah sekresi, dan mengubah flora bakteri.>

23

Page 24: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 24/37

Pneumonia bakteri lebih sering terjadi bila organism saluran napas berkoloni

 pada trakea dan men"apai paru, tetapi pneumonia juga dapat berakibat dari

 penyebaran langsung ke jaringan paru setelah bakteremia. %etika infeksi bakteri telah

men"apai parenkim paru, proses patologis dapat bervariasi tergantung dari

organismnya.>

• M. pneumoniae menempel pada epitel pernapasan, menghambat kerja siliar, dan

menyebabkan destruksi sel dan respon inflamasi terhadap submukosa. %etika

infeksi berlangsung, debris sel yang terlepas, sel inflamasi, dan mu"us

menyebabkan obstruksi jalan napas, dan infeksi tersebar sepanjang "abang

 bronkus, seperti pada pneumonia virus.>• #. pneumoniae menyebabkan edema lo"al yang menunjang proliferasi organism

dan penyebarannya ke bagian paru yang berdekatan.>

• &nfeksi #trepto"o""us grup ) pada saluran napas ba<ah mengakibatkan infeksi

yang lebih difus dengan pneumonia interstisial. Patologinya termasuk nekrosis

mukosa trakeobronkial, pembentukan eksudat dalam jumlah besar, edema,

 perdarahan lo"al, dengan penjalaran ke septum interalveolar dan melibatkan

 pembuluh limfatik dan meningkatkan keterlibatan pleura.>

• #. aureus bermanifestasi pada bronkopneumonia, dimana lebih sering unilateral

dan di"irikan dengan adanya area nekrosis perdarahan yang luas dan kavitas

irregular dari parenkim paru, menyebabkan pneumotokel, empiema, atau fistula

 bronkopulmonar.>

)da : stadium yang terjadi saat mikroorganisme masuk ke dalam alveoli, yaitu5• #tadium &0+iperemia *: C 12 jam pertama0kongesti

Pada stadium &, disebut hyperemia karena menga"u pada respon

 peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. +al ini

ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat

infeksi. +iperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan darisel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan "edera jaringan. Mediator-mediator 

tersebut men"akup histamin dan prostaglandin. $egranulasi sel mast juga

mengaktifkan jalur komplemen. %omplemen bekerja sama dengan histamin dan

 prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan

 permeabilitas kapiler paru. +al ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke

24

Page 25: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 25/37

dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler 

dan alveolus. Penimbunan "airan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan

 jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan

gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan

saturasi oksigen hemoglobin.1

• #tadium &&0+epatisasi Merah *:@ jam berikutnya

Pada stadium &&, disebut hepatisasi merah karena terjadi se<aktu alveolus

terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu

*host sebagai bagian dari reaksi peradangan. obus yang terkena menjadi padat

oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan "airan sehingga <arna

 paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara

alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak,stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama :@ jam.1

• #tadium &&&0+epatisasi %elabu *9 C @ hari

Pada stadium &&&0hepatisasi kelabu yang terjadi se<aktu sel-sel darah putih

mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin

terakumulasi di seluruh daerah yang "edera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.

Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat

karena berisi fibrin dan leukosit, <arna merah menjadi pu"at kelabu dan kapiler 

darah tidak lagi mengalami kongesti.1

•  #tadium &=0Resolusi *! C 11 hari

Pada stadium &=0resolusi yang terjadi se<aktu respon imun dan

 peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh

makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.1

25

Page 26: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 26/37

F.

Manifestasi klinis

Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak 

adalah imaturitas anatomi dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas,

gejala klinis yang umumnya tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan

prosedur diagnostic invasif, etiologi non infeksi yang relative sering, dan factor

patogenesis.

Gambran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-

ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:2

• Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malasise, penurunan

nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare; kadang-

kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulomoner.2

• Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,

napas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis.2

Pneumonia virus dan bakteri sering didahului oleh beberapa hari gejala infeksi

saluran pernapasan atas, seperti rhinitis dan batuk. Pada pneumonia virus, biasanya

26

Page 27: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 27/37

ada demam, temperaturnya lebih rendah daripada pneumonia bacterial. Takipnu

merupakan manifestasi klinis yang paling tetap pada pneumonia. Peningkatan kerja

pernapasan dihubungkan oleh retraksi interkostal, subkostal, dan suprasternal, napas

cuping hidungm dan penggunaan otot tambahan. Infeksi yang berat dapat

menimbulkan sianosis dan lelah bernapas, terutama pada bayi. Pada auskultasi

mungkin dapat ditemukan mengi dan ronki, tetapi sangat sulit untuk melokalisasi

sumber suara pada anak yang sangat muda dengan dada yang bergema. Sering susah

membedakan secara klinis antara pneumonia virus dengan Mycoplasma and bakteri

pathogen lainnya.5

Pneumonia bacterial pada orang dewasa dan anak yang lebih besar biasanya

diawali dengan tiba-tiba menggigil dan diikuti dengan demam tinggi, batuk, dan nyeri

dada. Gejala lain yang dapat terlihat seperti mengantuk dengan periode gelisah yang

intermiten, napas cepat, ansietas, dan kadang-kadang delirium. Sianosis mungkin ada.

Banyak anak-anak, memposisikan diri pada bagian yang sakit untuk mengurangi

nyeri pleuritik dan memperbaiki pernapasan, dengan berbaring ke satu sisi dengan

lutut ditarik ke arah dada.5

Pada pemeriksaan fisik tergantung pada stadium pneumonia. Pada permulaan

sakit, suara napas hilang, ronki biasanya terdengar dan tersebar pada lapang paru

yang sakit. Dengan perkembangan peningkatan konsolidasi atau komplikasi

pneumonia seperti efusi, empiema, dan piopneumothoraks, redup pada perkusi.

Didapatkan dada yang sakit tertinggal saat bernapas. Distensi abdominal mungkin

terlihat karena dilatasi gaster dari udara yang tertelan atau ileus. Nyeri abdomen biasa

didapatkan pada pneumonia lobus inferoior. Hepar mungkin terlihat membesar akibat

penurunan diafragma karena hiperventilasi paru.5

Pada bayi, mungkin didapatkan gejala prodormal infeksi saluran napas atas

dan kehilangan napsu makan, yang menyebabkan timbulnya demam mendadak,

gelisah, dan distress pernapasan. Bayi akan tampak sakit, dengan manifestasi distress

pernapasan berupa ngorok, napas cuping hidung, retraksi supraklavikula, interkostal,

dan subkosta, takipnu, takikardi, air hunger, dan sering sianosis. Hasil pemeriksaan

fisik dapat menyesatkan, terutama pada bayi dengan temuan sedikit tidak cocok 

27

Page 28: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 28/37

dengan derajat takipnu. Beberapa bayi dengan pneumonia bacterial dapat mengalami

gangguan pencernaan seberti muntah, anoreksia, diare, dan distensi abdominal karena

ileus. Progress gejala yang cepat merupakan cirri dari pneumonia bacterial.5

G. Pemeriksaan penunjang

FOTO THORAKS

Foto thoraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya

direkomendasikan pada pneumonia berat dan dirawat. Kadang bercak sudah

ditemukan sebelum adanya gejala klinis dan resolusi infiltrate membutuhkan waktu

yang lebih lama.

Pada pemeriksaan foto thoraks memperlihatkan adanya infiltrate yang

mendukung diagnosis pneumonia, dapat juga memperlihatkan komplikasi seperti

efusi pleura atau empiema. Pneumonia virus biasanya dicirikan oleh hiperinflasi

dengan infiltrate interstisial bilateral dan penebalan peribronkial. Pada infeksi

bacterial dapat terlihat infiltrate alveolar berupa konsolidasi segmen/lobus, air

bronchogram, bronkopneumonia. Hanya gambaran foto thoraks saja tidak diagnostic,

dan harus memikirkan kelainan klinis lainnya. Foto thoraks ulangan dapat dilakukan

 jika gejala klinis menetap, penyakit memburuk, atau untuk tindak lanjut, dan tidak 

diperlukan untuk membuktikan kesembuhan.2,5

Secara umum gambaran foto thoraks terdiri atas:2

• Infiltrat intersisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,

peribronchial cuffing dan hiperaerasi.2

• Infiltrat alveolar, merupakan konsilidai paru dengan air bronchogram.

Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut pneumonia lobaris atau terlihat

sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis, berbatas tidak 

terlalu tefas, dan menyerupai lesi tumor paru, dikenal sebagai round pneumonia.2

• Bronkopneumonia ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,

berupa bercak – bercak infiltrate yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,

disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.2

DARAH PERIFER LENGKAP

Hitung leukosit dapat berguna dalam membedakan pneumonia virus atau

bacterial. Pada pneumonia virus, leukosit dapat normal atau meningkat tetapi

28

Page 29: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 29/37

biasanya tidak lebih dari 20,000/mm3, dengan dominan limfosit. Pneumonia bacterial

seing berhubungan dengan peningkatan leukosit, dengan kisaran 15,000 –

40,000/mm3, dan dominan granulosit. Efusi pleura besar, konsolidasi lobus, dan

demam tinggi pada permulaan penyakit dapat dicurigai etiologinya bakteri.5 

Pneumonia atipikal yang disebabkan oleh C. pneumoniae atau M. pneumoniae

sulit dibedakan dari pneumonia pneumococcus berdasarkan radiologi dan

laboratorium, dan walaupun pneumonia pneumococcus dikaitkan dengan peningkatan

leukosit, LED, dan CRP, terdapat tumpang tindih.5

Efusi pleura merupakan cairan eksudat dengan PMN berkisar antara 300-

100.000/mm3, protein > 2,5 g/dL, dan glukosa relative lebih rendah daripada glukosa

darah.2

PEMERIKSAAN SEROLOGIS

Diagnosis definitive infeksi virus adalah isolasi virus atau deteksi dengan genom

virus atau antigen pada secret saluran napas. Pertumbuhan virus saluran napas dengan

kultur konvensional biasanya membutuhkan 5-10 hari, walaupun dengan kultur shell

vial dapat mengurangi waktu penyelesaian menjadi 2-3 hari. Tes DNA atau RNA

terpercaya untuk mendeteksi cepat RSV, parainfluenza, influenza, dan adenovirus

sangat akurat. teknik serologi dapat juga digunakan untuk diagnosis infeksi virus

terapi biasanya membutuhkan pemeriksaan contoh serum saat akut dan konvalesen

untuk melihat peningkatan antibody spesifik virus. Teknik diagnostic ini melelahkan,

lama, dan secara klinis tidak berguna karena biasanya infeksi sembuh saat hasilnya

 jadi. Titer ASO dapat digunakan untuk diagnosis pneumonia streptococcus grup A.5 

Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara

faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri

superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan

infeksi bakteri superfisialis daripada infeksi bakteri profunda. CRP kadang digunakan

untuk evaluasi respons terhadap terapi antibiotik 2.

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIS

29

Page 30: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 30/37

Diagnosis definitive infeksi bacterial memerulukan isolasi organism dari

darah, cairan pleura, atau paru. Kultur sputum sangat sedikit bernilai pada diagnosis

pneumonia pada anak. Kultur darah positif hanya 10% pada anak dengan pneumonia

pneumococcus.5 Specimen yang memenuhi syarat adalah sputum yang mengandung

25 leukosit dan kurang dari 40 sel epitel/lapangan pada pemeriksaan mikroskopis

dengan pembesaran kecil.2

H. Diagnosis

WHO mengembangkan pedoman diagnosis secara sederhana. Gejala klinis

sederhana tersebut meliputi nafas cepat, sesak nafas dan berbagai tanda bahaya agar

anak segera dirujuk ke pelayanan kesehatan. Nafas cepat ini dihitung dalam 1 menit

dan keadaan pasien dalam kondisi tenang. Sesak nafas dinilai dengan melihat adanya

tarikan dinding dada bagian bawah kedalaman ketika menarik nafas (retraksi

epigastrium). Tanda bahaya anak berusia 2 bulan – 5 tahun adalah tidak dapat minum,

kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk; tanda bahaya bayi dibawah 2 bulan adalah

malas minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi, dan demam/ badan terasa

dingin. Berikut ini adalah kalsifikasi pneumonia berdasarkan perdoman tersebut:2

BAYI DAN ANAK BERUSIA 2 BULAN – 5 TAHUN

• Pneumonia berato Bila ada sesak nafas

o Harus dirawat dan diberikan antibiotik 

• Pnenumonia

o Bila tidak ada sesak nafas

o Ada nafas cepat dengan laju napas

> 50 x/ menit untuk usia 2 bulan – 1tahun

> 40 x/ menit untuk anak >1 tahun – 5 tahun

o Tidak perlu rawat inap, diberikan antibiotik oral

• Bukan pneumonia

o Bila tidak ada nafas cepat sesak nafas

o Tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik, hanya diberikan

pengobatan simtomatis.

BAYI BERUSIA DI BAWAH 2 BULAN

30

Page 31: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 31/37

Pada bayi berusia di bawah usia 2 bulan, perjalanan penyakitmya lebih bervariasi,

mudah terjadi komplikasi dan sering menyebabkan kematian. Klasifikasi pneumonia

pada kelompok usia ini adalah sebagai berikut:

• Pneumonia

o Bila ada nafas cepat ( > 60x/ menit) atau sesak nafaso Harus dirawat dan diberikan antibiotik 

• Bukan pneumonia

o Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas

o Tidak perlu rawat, cukup diberika pengobatan simtomatis

I. Penatalaksanaan

Sebagian besar pneumonia anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi terutama

berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distress pernapasan, tidak mau makan dan minum, atau ada penyakit mendasari, komplikasi, dan umur.2

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan kausal dan suportif (cairan

intravena, oksigen, koreksi asam basa, elektrolit, dan gula darah, antipiretik/analgetik,

antitusif, fidioterapi dada). Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat

dilakukan sehingga pemilihannya berdasarkan pengalaman empiris.2,6

Biasanya pasien dengan pneumonia bacterial memperlihatkan respon terhadap

terapi dengan perbaikan gejala (demam, batuk, takipnu, nyeri dada) dengan 48-96 jam

dari inisiasi antibiotik. Bukti radiologis memperlihatkan keterlambatan perbaikan

dibanding dengan klinisnya. Factor yang harus dipertimbangkan ketika pasien tidak 

ada perbaikan dengan antibiotik yang tepat: 1) komplikasi, seperti empiema, 2)

bakteri resisten, 3) etiologi non bacterial seperti virus dan aspirasi, 4) obstruksi

bronkus dari lesi endobronkus, benda asing, dan mucus, 5) penyakit yang mendasari,

seperti imunodefisiensi, diskinesia siliar, fibrosis kistik, sekuestrasi pulmonal, 6)

penyebab non infeksius.5

• Pneumonia rawat jalan

Dapat diberikan obat lini pertama secara oral, misalnya amoksisilin 25

mg/kgBB atau kotrimoksazol 4 amg/kgBB – 20 mg/kgBB suflametoksazol.

Makrolid (eritromisin atau makrolid baru) dapat digunakan sebagai alternated

beta laktam.2

31

Page 32: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 32/37

• Pneumonia rawat inap

Anak dirawat apabila mengalami pneumonia sedang sampai berat dengan

gejala berupa distress pernapasan dan hipoksemia, bayi umur kurang dari 3-6

bulan, anak yang dicurigai terinfeksi dengan pathogen dengan virulensi tinggu

(misalnya community associated methicillin-resistent Staphylococcus aureus

(CA-MRSA)), anak yang butuh perhatian khusus, gagal dengan terapi antibiotik 

sebelumnya, pneumonia rekuren, ada kelainan yang mendasar (imundefisiensi,

penyakit paru krinik).6,7

Obat lini pertama digunakan beta laktam dan kloramfenikol. Bagi yang

tidak responsive dapat diberikan gentamisin, amikasin, sefalosporin. Terapi

diberikan selama 7-10 hari. Pada neonates dan bayi kecil, antibiotik intravena

harus dimulai segera dengan antibiotik spectrum luas, sepertibeta

laktam/klavulanat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga. Pada

balita dan anak yang besar, direkomendasikan dengan beta laktam dengan/atau

tanpa klavulanat. Jika berat dapat dikombinasi dengan makrolid intravena atau

sefalosporin generasi tiga. Jika sudah stabil dapat diganti ke obat oral.2

J. Komplikasi

Komplikasi pneumonia biasanya berakibat pada penyebaran langsung infeksi

bateri ke rongga toraks (efusi pleura, empiema, perikarditis) atau bakteriemi dan

penyebaran hematogen. Meningitis, arthritis supuratif, dan osteomielitis jarang. S.

aureus, S. pneumonia, dan S. pyogenes merupakan penyebab tersering efusi

parapneumonik dan empiema. Pengobatannya tergantung dengan stadiumnya. USG

dan CT scan sangat membantu menentukan stadium empiema. Terapinya dengan

antibiotik, drainase dengan thorakostomi.4

K. PencegahanPencegahan pneumonia pada anak merupakan hal penting dalam mengurangi

angka kematian. Imunisasi melawan Hib, pneumokokus, campak dan pertusis

merupakan cara yang paling efektif. Nutrisi yang adekuat memperbaiki pertahanan

natural anak, dimulai dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama

kehidupan. Hal tersebut juga dapat mengurangi masa sakit. Mengatasi factor

32

Page 33: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 33/37

lingkungan seperti polusi di ruangan tertutup dan mendukung kebersihan pada rumah

yang padat. Pada anak yang terinfeksi HIV, antibiotik kotrimoksazol diberikan setiap

hari untuk menurunkan resiko terjangkit pneumonia.5,7,8

L. PrognosisSecara keseluruhan prognosisnya adalah baik. Hampir semua kasus yang

disebabkan oleh virus dapat sembuh tanpa pengobatan, bakteri patogen dan

organisme atipikal memberikan respon terhadap terapi antimikroba. The United

Nations Children's Fund (UNICEF) 3 juta anak meninggal di seluruh dunia karena

pneumonia, kematian ini terjadi pada anak yang memiliki kondisi khusus yang

menyertai saat terkena pneumonia seperti chronic lung disease of prematurity,

penyakit jantung bawaan, dan imunosupresi.8

ANEMIA DEFISIENSI BESI

A. Definisi

Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari batas normal

sesuai usia (bayi dan anak). Sebagai patokan, menurut WHO adalah apabila Hb

<11 g/dL pada anak umur 6 bulan -6 tahun, dan Hb < 12 gr/dL pada anak > 6

tahun.

B. Epidemiologi

Di Negara berkembang prevalensi anemia defisensi besi masih tinggi.

Pada anak sekolah dasar umur 7-13 tahun di Jakarta (1999) didapatkan 50% dari

seluruh anak penderita anemi adalah ADB. ADB memiliki dampak negative

terhadap tumbuh kembang anak. ADB dapat mengakibatkan komplikasi ringan

seperti kelainan kuku (koilonikia), atrofi papil lidah dan stomatitis sedangkan

komplikasi yang lebih berat dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh

terhadap infeksi, gangguan prestasi belajar yang dapat berlangsung lama dan

menetap.9 

C. Manifestasi klinis

33

Page 34: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 34/37

Anamnesis- Pucat yang berlangsung lama (kronik)- Gejala komplikasi, antara lain lemas, sariawan, gangguan prestasi belajar,

menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi, dan gangguan prilaku.- Faktor predisposisi dan faktor penyebab.9 

Pemeriksaan Fisik - Pucat tanpa tanda-tanda perdarahan, seperti petekie, ekimosis atau hematoma dan

tidak disertai hepatomegali.- Limpa kadang sedikit membesar, tetapi pada umumnya tidak teraba.- Dapat ditemukan adanya koilinikia, stomatitis angularis.

Pemeriksaan Penunjang- Darah tepi lengkap, mCV, MCH, MCHC. Kadar Hb rendah dengan penurunan nilai

MCV dan MCHC. Jumlah eritrosit umumnya normal tetapi terkadang menurun.

Jumlah leukosiit dan hitung jenis biasanya normal kecuali disertai infeksi.- Sediaan Apus Darah Tepi: Gambaran eritrosit mikrositik hipokrom-

Kadar besi/ ferritin rendah dan peningkatan TIBC (total iron binding capacity) serummenunjukkan adanya anemia defisiensi besi.

- Pewarnaan besi pada jaringan sum-sum tulang.- Pemeriksaan lain untuk mengetahui factor predisposisi dan factor penyebab dilakukan

sesuai dengan prioritas, antara lain: pemeriksaan darah samar feses untuk melihat

perdaraan gastrointestinal dan pemeriksaan parasitology untuk infestasi parasite.9

34

Page 35: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 35/37

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

penunjang. Diagnosis pasti ditegakkan melalui pemeriksaan kadar besi/ ferritin serum

yang rendah dan pewarnaan besi jaringan sumsum tulang. Tetapi apabila sarana dan

biaya terbatas, maka diagnosis kemungkinan ADB ditegakkan hanya be faktor

rdasarkan adanya riwayat faktor predisposisi dan faktor penyebab, pada pemeriksaan

fisik terdapat pucat tanpa perdarahan dan responsive terhadap pemberian zat besi.9

Tatalaksana

- Pengobatan sudah harus dimulai pada stadium dini ( pada stadium deplesi besi) .- Tata laksana etiologis.- Tatalaksana dengan menggunakan preparat besi, dan pada kondisi tertentu terkadang

memerlukan transfuse darah.

Pemberian zat besi

- Besi dapat diberikan secara oral atau parenteral berupa besi elemental dengan dosis 3-

5 mg/kg, dibagi dalam 2 dosis, segera dan sesudah makan. Pemberian oral ferosulfas

merupakan cara yang paling mudah.- Evaluasi hasil pengobatan dengan pemeriksaan Hb dan retikulosit.

Transfusi Darah

- Transfusi darah dilakukan bila kadar Hb ≤6 gr/dL atau kadar Hb ≥ 6 gr/dL disertai

lemah, gagal jantung, infeksi berat. Diberikan dalam bentuk PRC.

Pencegahan

i. Pendidikan gizi- Menjelaskan mengenai makanan yang kaya akan kandungan zat besi seperti ikan, hati

dan daging.- Menjelaskan bahwa ASI dan susu sapi mengandung sedikit kandungan zat besi

sehingga anak-anak rentan terkena anemia defisiensi besi. Sehingga perlu diberikan

makanan tambahan sesuai dengan usia.9

35

Page 36: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 36/37

ii. Pemberian suplemen

- Pencegahan primer: Pemberian ASI saja setelah usia 6 bulan dapat menyebabkan

defisiensi besi sehingga dibutuhkan suplementasi.- Pencegahan sekunder: Bayi yang memiliki1 atau lebih faktor resiko seperti yang

tercantum pada table harus menjalani skrinin ADB. Skrining meliputi pemeriksaan

darah tepi lengkap, feritin dalam serum dan saturasi transferrin.9

DAFTAR PUSTAKA

1. Pneumonia. )vailable at5 5

http500repository.usu.a".id0bitstream0129:>'!@302990:0;hapter(2&&.pdf .

)""essed5 4ov 9, 21:.

2. #aid M. Pneumonia. &n5 Buku )jar Respirologi )nak. 1st ed. 6akarta5 Badan Penerbit

&$)&O 2@.

9. %ementerian %esehatan &ndoneisa. Pneumonia Balita. Buletin 6endela Hpidemiologi

21O 95 1-9.

:. #andora 86, #e"tish 8;. ;ommunity )"Kuired Pneumonia. &n5 4elson 8eAtbook of 

Pediatri"s. 13th ed. Philadelphia5 #aunders HlsevierO 211.>. +. Pneumonia. )vailable at5

http500<<<.<ho.int0media"entre0fa"tsheets0fs9910en0. )""essed5 4ov 9, 21:

36

Page 37: Documentbp

7/17/2019 bp

http://slidepdf.com/reader/full/bp563db837550346aa9a91a622 37/37

'. ;lini"al Pra"ti"e ?uideline "ommittee Malaysia. ;lini"al Pra"ti"e ?uidelines on

Pneumonia and Respiratory 8ra"t &nfe"tions in ;hildren.5 )vailable at5

<<<.a"admed.org.my0vie<file."fmQfileidF2:. )""essed5 4ov :, 21:

!. Bradley 6.#., Byington ;.., #hah #.#, )lverson B., ;arter H.R., +arrison ;., %aplan

#.., Ma"e #.H., M";ra"ken 6r ?.+., Moore M.R., #t Peter #.$., #to"k<ell 6.)., and

#<anson 6.8. 211. 8he Management of ;ommunity-)"Kuired Pneumonia in &nfants

and ;hildren lder than 9 Months of )ge 5 ;lini"al Pra"ti"e ?uidelines by the

Pediatri" &nfe"tious $iseases #o"iety and the &nfe"tious $iseases #o"iety of )meri"a.

;lin &nfe"t $is. >9 *!5 '1!-'9.@. Bennett 46. Pediatri" Pneumonia. )vailable at5

http500emedi"ine.meds"ape."om0arti"le03'!@22-overvie<a<2aab'b2b>aa. )""essed5

 4ov :, 21:

3. )nemia $efisiensi Besi. $alam5 #astroasmoro # *editor. Panduan Pelayanan Medis

$epartemen &lmu Penyakit )nak R#;M. 6akartaO R#;M5 2!.p. 12!-9