bp-01

8
  Semnaskan_UGM / Biologi P erikanan (BP-01) - 189 Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014 SEBARAN UKURAN DAN HUBUNGAN PANJANG-BERAT IKAN FAMILI ENGRAULIDAE DI PERAIRAN ESTUARI INDRAGIRI, RIAU Herlan* dan Asyari  1 Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum *e-mail: [email protected] Abstrak Data dan informasi sebaran ukuran dan pola pertumbuhan ikan famili Engraulidae yang merupakan ikan ekonomis penting dan sumber benih belum banyak diketahui dan diperlukan sebagai bahan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan agar pemanfaatannya dapat dipertahankan dalam  jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran ukuran panjang dan hubungan panjang-berat ikan-ikan dari famili Engraulidae di perairan estuari Indragiri, untuk dijadikan bahan acuan dalam pengelolaan sumber daya perikanan. Penelitian dilakukan di perairan estuari Indragiri Provinsi Riau, pada bulan Maret-Oktober 2011. Pengumpulan ikan contoh diperoleh dengan melakukan percobaan penangkapan, menggunakan alat tangkap mini trawl  yang ditarik dengan kapal. Parameter yang diamati: ukuran panjang dan berat. Stasiun pengamatan sebanyak 11 lokasi ditentukan secara purposif yang dianggap mewakili tipe habitat perairan. Hasil tangkapan ikan, yaitu: ikan biang ( Setipinna breviceps) 1.174 ekor, ikan putih ( Setipinna taty ) 796 ekor, ikan bulu ayam ( Coilia sp.) 3.829 ekor dan ikan bilis (Thryssa setirostris) 13 ekor. Bervariasinya nilai b pada setiap spesies ikan dipengaruhi: spesies ikan, musim dan waktu penangkapan. Kata kunci: estuari, salinitas, ukuran Pengantar Perairan estuari merupakan daerah pantai semi tertutup yang penting bagi kehidupan ikhtiofauna ikan yang berfungsi sebagai daerah pemijahan, asuhan dan tempat mencari makan. Estuari merupakan ekosistim yang khas dan kompleks dengan berbagai tipe habitat. Heterogenitas habitat menjadikan daerah ini kaya dengan sumberdaya perairan dengan komponen terbesarnya fauna ikan (Zahid et al ., 2011). Di pantai timur Sumatera terdapat beberapa sungai besar bermuara dan terkoneksi dengan laut membentuk ekosistem perairan estuari. Tipe estuari daratan pesisir yang paling umum dijumpai terbentuk karena kenaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai di bagian pantai yang landai (Bengen, 2002). Ancaman degradasi lingkungan perairan estuari akibat aktivitas pemanfaatan daratan di sepanjang aliran sungai dan rawa pasang surut daratan untuk berbagai kepentingan, pada akhir-akhir ini sangat berkembang. Dilaporkan sekitar 2 juta hektar lahan rawa pasang surut di sepanjang pantai timur Sumatera (Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung), di bagian pesisir barat dan selatan Kalimantan telah direklamasi untuk berbagai kepentingan (Notohadiprawira, 1994). Aktivitas tersebut dapat dipastikan berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan perairan dan selanjutnya terhadap sediaan sumberdaya ikan. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau melaporkan bahwa hasil tangkapan dari laut termasuk kawasan estuari dan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir dalam kurun waktu 9 tahun terjadi penurunan 6,7%. Hasil tangkapan pada tahun 1999 berjumlah 37.311 ton dan tahun 2007 turun menjadi 34.780 ton, penurunan jumlah hasil tangkapan ini diduga terjadi karena pencemaran, pendangkalan dan tangkap lebih (Anonim, 2007). Perairan estuari Indragiri merupakan sentra perikanan tangkap di Kabupaten Indragiri Hilir. Kepadatan stok sumber daya ikan di estuari ini mencapai 2.544 kg/ km 2  terdiri dari 79 jenis biota, yaitu: ikan, udang, kepiting, sotong dan teripang (Rupawan et al ., 2011). Data dan informasi mengenai sebaran ukuran dan pola pertumbuhan ikan dari famili Engraulidae yang merupakan ikan ekonomis penting dan sumber benih di perairan estuari sungai Indragiri belum banyak diketahui dan diperlukan sebagai bahan kebijakan BP-01

Upload: putri-nilam-sari

Post on 02-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BP-01

TRANSCRIPT

  • Semnaskan_UGM / Biologi Perikanan (BP-01) - 189

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    SEBARAN UKURAN DAN HUBUNGAN PANJANG-BERAT IKAN FAMILI ENGRAULIDAE DI PERAIRAN ESTUARI INDRAGIRI, RIAU

    Herlan* dan Asyari

    1Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum

    *e-mail: [email protected] Abstrak Data dan informasi sebaran ukuran dan pola pertumbuhan ikan famili Engraulidae yang merupakan ikan ekonomis penting dan sumber benih belum banyak diketahui dan diperlukan sebagai bahan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan agar pemanfaatannya dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran ukuran panjang dan hubungan panjang-berat ikan-ikan dari famili Engraulidae di perairan estuari Indragiri, untuk dijadikan bahan acuan dalam pengelolaan sumber daya perikanan. Penelitian dilakukan di perairan estuari Indragiri Provinsi Riau, pada bulan Maret-Oktober 2011. Pengumpulan ikan contoh diperoleh dengan melakukan percobaan penangkapan, menggunakan alat tangkap mini trawl yang ditarik dengan kapal. Parameter yang diamati: ukuran panjang dan berat. Stasiun pengamatan sebanyak 11 lokasi ditentukan secara purposif yang dianggap mewakili tipe habitat perairan. Hasil tangkapan ikan, yaitu: ikan biang (Setipinna breviceps) 1.174 ekor, ikan putih (Setipinna taty) 796 ekor, ikan bulu ayam (Coilia sp.) 3.829 ekor dan ikan bilis (Thryssa setirostris) 13 ekor. Bervariasinya nilai b pada setiap spesies ikan dipengaruhi: spesies ikan, musim dan waktu penangkapan. Kata kunci: estuari, salinitas, ukuran Pengantar Perairan estuari merupakan daerah pantai semi tertutup yang penting bagi kehidupan ikhtiofauna ikan yang berfungsi sebagai daerah pemijahan, asuhan dan tempat mencari makan. Estuari merupakan ekosistim yang khas dan kompleks dengan berbagai tipe habitat. Heterogenitas habitat menjadikan daerah ini kaya dengan sumberdaya perairan dengan komponen terbesarnya fauna ikan (Zahid et al., 2011). Di pantai timur Sumatera terdapat beberapa sungai besar bermuara dan terkoneksi dengan laut membentuk ekosistem perairan estuari. Tipe estuari daratan pesisir yang paling umum dijumpai terbentuk karena kenaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai di bagian pantai yang landai (Bengen, 2002). Ancaman degradasi lingkungan perairan estuari akibat aktivitas pemanfaatan daratan di sepanjang aliran sungai dan rawa pasang surut daratan untuk berbagai kepentingan, pada akhir-akhir ini sangat berkembang. Dilaporkan sekitar 2 juta hektar lahan rawa pasang surut di sepanjang pantai timur Sumatera (Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung), di bagian pesisir barat dan selatan Kalimantan telah direklamasi untuk berbagai kepentingan (Notohadiprawira, 1994). Aktivitas tersebut dapat dipastikan berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan perairan dan selanjutnya terhadap sediaan sumberdaya ikan. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau melaporkan bahwa hasil tangkapan dari laut termasuk kawasan estuari dan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir dalam kurun waktu 9 tahun terjadi penurunan 6,7%. Hasil tangkapan pada tahun 1999 berjumlah 37.311 ton dan tahun 2007 turun menjadi 34.780 ton, penurunan jumlah hasil tangkapan ini diduga terjadi karena pencemaran, pendangkalan dan tangkap lebih (Anonim, 2007). Perairan estuari Indragiri merupakan sentra perikanan tangkap di Kabupaten Indragiri Hilir. Kepadatan stok sumber daya ikan di estuari ini mencapai 2.544 kg/ km

    2 terdiri dari 79 jenis biota, yaitu: ikan, udang,

    kepiting, sotong dan teripang (Rupawan et al., 2011). Data dan informasi mengenai sebaran ukuran dan pola pertumbuhan ikan dari famili Engraulidae yang merupakan ikan ekonomis penting dan sumber benih di perairan estuari sungai Indragiri belum banyak diketahui dan diperlukan sebagai bahan kebijakan

    BP-01

  • 190 - Semnaskan_UGM / Herlan dan Asyari

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan agar pemanfaatannya dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan menganalisis sebaran ukuran panjang dan hubungan panjang-berat ikan-ikan dari famili Engraulidae di perairan estuari Indragiri Riau, untuk dijadikan bahan acuan dalam pengelolaan sumber daya perikanan. Bahan dan Metode Penelitian dilakukan di perairan estuari Indragiri Provinsi Riau, pada bulan Maret-Oktober 2011. Pengumpulan ikan contoh diperoleh dengan melakukan percobaan penangkapan (fishing experiment), menggunakan alat tangkap mini trawl yang ditarik dengan kapal. Parameter yang diamati: ukuran panjang dan berat. Stasiun pengamatan sebanyak 11 lokasi ditentukan secara purposive yang dianggap mewakili tipe habitat perairan (Gambar 1).

    Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan estuari Sungai Indragiri.

    Keterangan: 1.Terusan Mas; 2.Kuala Tanjung Lian; 3.Tanjung Lanjau; 4.Muara Sungai Merusi; 5.Sungai Buluh; 6.Kuala Sungai Indragiri; 7.Sungai Merusi; 8.Concong Dalam; 9.Sungai Majenai; 10.Sungai Perigi Raja/ Pulau Beting dan 11.Kuala Sungai Perigi Raja.

    Ikan yang tertangkap diawetkan dengan larutan formalin 10% untuk kemudian dianalisa di laboratorium Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U), Palembang. Contoh ikan diukur panjang totalnya dengan menggunakan papan ukur dengan ketelitian 0,1 cm dan ditimbang bobotnya menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 gram.

  • Semnaskan_UGM / Biologi Perikanan (BP-01) - 191

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Kualitas Air Parameter fisika-kimia air yang diamati berdasarkan APHA, 2005 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pengamatan kualitas air.

    No. Parameter Satuan Metode

    1 pH unit Tetes, Insitu

    2 Salinias ()/ ppt Insitu

    3 Oksigen terlarut mg/l Titrasi winkler

    4 Karbondioksida mg/l Titrasi PP

    5 Alkalinitas mg/l Titrasi Bromokresol

    6 Hardness mg/l Titrasi EDTA

    7 Total Phospat mg/l Vanadate dan Molibdate

    8 Nitrit mg/l Titrasi, lab.

    9 Amoniak mg/l Titrasi, lab.

    10 Kecerahan air cm Insitu

    11 Temperatur air C Insitu

    12 Kedalaman meter Insitu

    13 Total Dissolved Solid (TDS) mg/l Insitu

    14 Conductivitas (DHL) hos/cm Alat Laboratorium

    15 Turbiditas NTU Alat Laboratorium

    Analisis Data Distribusi Ukuran Panjang Pembagian kelas ukuran panjang dan bobot ikan dilakukan menurut menurut Walpole (1995). 1. Penentuan banyak kelompok ukuran dengan rumus:

    keterangan: n = jumlah kelas N = jumlah ikan

    2. Penentuan lebar kelas setiap kelas ukuran dengan rumus:

    keterangan: C = lebar kelas a = panjang atau bobot ikan maksimum b = panjang atau bobot ikan minimum n = jumlah kelas

    Hubungan Panjang-Berat Metode yang digunakan dalam menghitung hubungan panjang berat mengikuti rumus Ricker (1975) dalam Effendie (1979) yaitu sebagai berikut:

    keterangan: W = Berat ikan contoh (gram) L = Panjang total ikan contoh (mm)

  • 192 - Semnaskan_UGM / Herlan dan Asyari

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    a dan b = Bilangan konstanta yang dicari dari regresi Nilai b digunakan untuk menduga pola pertumbuhan ikan yang dianalisis apakah nilai b=3 atau nilai b3. Apabila nilai b=3 menunjukkan pola pertumbuhan isometrik yaitu pertumbuhan panjang seimbang dengan pertumbuhan berat dan apabila nilai b3 menunjukkan pola pertumbuhan allometrik yaitu pertumbuhan panjang tidak seimbang dengan pertumbuhan berat. Untuk menentukan nilai b, dilakukan uji t pada selang kepercayaan 95% (, 0,05) (Steel & Torrie, 1989). Hasil dan Pembahasan Hasil Hasil tangkapan ikan famili Engraulidae didapatkan empat sepsies, yaitu: Ikan Biang (S.breviceps) 1.174 ekor, Ikan putih (S. taty) 796 ekor, Ikan Bulu Ayam (Coilia sp.) 3.829 ekor dan Ikan Bilis (T. setirostris) hanya 13 ekor sehingga tidak memungkinkan untuk dianalisis. Sebaran Ukuran Panjang 1. Ikan biang (S.breviceps) Munroe & Nizinski (1999) dalam Fishbase menyatakan S.breviceps juga banyak terdapat di Muara Sungai Rokan (Provinsi Riau). Hasil tangkapan Ikan Biang pada Maret 389 ekor, Mei 144 ekor, Juli 456 ekor dan Oktober 185 ekor. Tangkapan tertinggi terjadi pada Juli sedangkan terendah pada Mei. Sebaran ukuran panjang Ikan Biang disajikan pada Gambar 2.

    Gambar 2. Sebaran ukuran ikan biang (S.breviceps). Gambar 2 menunjukkan adanya dua kohort dimana pada Maret dan Juli sebaran frekuensi panjang didominasi ukuran 9-10 cm. Hasil tangkapan pada Mei dan Oktober didominasi ukuran 16-18 cm. 2. Ikan putih (S. taty) Hasil tangkapan Ikan putih pada Maret 372 ekor, Mei 166 ekor, Juli 206 ekor dan Oktober 52 ekor. Ikan putih merupakan ikan perairan pantai dan muara yang memiliki kebiasaan hidup bergerombol. Sebaran ukuran panjang Ikan putih disajikan pada Gambar 3.

    Gambar 3. Sebaran ukuran Ikan putih (S. taty).

    Gambar 3 menunjukkan bahwa pada Maret, Mei dan Juli sebaran frekuensi panjang didominasi ukuran 14-15 cm.

    Jum

    lah (

    ekor)

    Ukuran (cm)

    n = 1.174

    Maret

    Mei

    Jum

    lah (

    ekor)

    Ukuran (cm)

    n = 796

    MaretMeiJuliOktober

  • Semnaskan_UGM / Biologi Perikanan (BP-01) - 193

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Ikan bulu ayam (Coilia sp.) Hasil tangkapan ikan bulu ayam pada Maret 1.173 ekor, Mei 819 ekor, Juli 1.090 ekor dan Oktober 747 ekor. Tangkapan tertinggi terjadi pada Maret sedangkan terendah pada Oktober. Sebaran ukuran panjang ikan bulu ayam disajikan pada Gambar 4.

    Gambar 4. Sebaran ukuran ikan bulu ayam (Coilia sp.).

    Gambar 4 menunjukkan adanya dua kohort, dimana ikan bulu ayam yang mendominasi pada Maret dan Mei berukuran 12-13 cm. Ikan yang mendominasi hasil tangkapan pada Juli berukuran 9-10 cm. Hasil tangkapan pada Oktober didominasi ikan berukuran 13-14 cm. Hubungan Panjang-Berat 1. Ikan Biang (S. breviceps) Hasil analisis pola pertumbuhan ikan biang yaitu hubungan panjang berat bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis hubungan panjang-berat ikan biang.

    Bulan r a b t-hitung t-tabel Keterangan

    Maret 0,98 0,003 3,08 2,59 1,97 Alometrik positif

    Mei 0,99 0,005 2,92 2,62 1,98 Alometrik negatif

    Juli 0,99 0,006 2,94 3,47 1,97 Alometrik negatif

    Oktober 0,98 0,005 3,00 0,01 1,97 Isometrik

    Dari Tabel 1 terlihat adanya hubungan yang signifikan antara panjang dan bobot, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) yang mendekati 1 pada tiap bulan pengamatan (Walpole, 1995). Menurut Munroe & Nizinski (1999) dalam Fishbase, estimasi nilai b ikan S.breviceps adalah 3,08 dengan kisaran 2,86-3,30, artinya nilai b yang diperoleh selama 4 bulan pengamatan termasuk dalam kisaran estimasi. Pola pertumbuhan Ikan Biang pada Maret menunjukkan alometrik prositif, Mei dan Juli: Alometrik negatif dan Oktober: isometrik. 2. Ikan putih (S. taty) Hasil analisis pola pertumbuhan Ikan putih yaitu hubungan panjang berat bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil analisis hubungan panjang-berat ikan putih.

    Bulan r a b t-hitung t-tabel Keterangan

    Maret 0,96 0,005 2,97 0,77 1,97 Alometrik negatif

    Mei 0,99 0,004 3,13 4,59 1,97 Alometrik positif

    Juli 0,96 0,007 2,92 1,37 1,97 Alometrik negatif

    Oktober 0,95 0,009 2,86 1,05 2,01 Alometrik negatif

    Jum

    lah (

    ekor)

    Ukuran (cm)

    n = 3.892

    Maret

    Mei

    Juli

  • 194 - Semnaskan_UGM / Herlan dan Asyari

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Tabel 2 menunjukkan bahwa pada Maret pola perumbuhan alometrik negatif, Mei alometrik positif, Juli dan Oktober alometrik negatif. Munroe & Nizinski (1999) dalam Fishbase, estimasi nilai b ikan S. taty adalah 3,09 dengan kisaran 2,92-3,26. Pola pertumbuhan Ikan putih pada Maret, Juli dan Oktober menunjukkan alometrik negatif. Nilai b pada Oktober berada di luar nilai kisaran harga b. 3. Ikan bulu ayam (Coilia sp.) Hasil analisis pola pertumbuhan ikan bulu ayam yaitu hubungan panjang berat bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis hubungan panjang-berat Ikan Bulu Ayam

    Bulan r a b t-hitung t-tabel Keterangan

    Maret 0,92 0,004 2,77 6,60 1,96 Alometrik negatif

    Mei 0,95 0,004 2,85 4,94 1,96 Alometrik negatif

    Juli 0,97 0,002 3,08 3,46 1,96 Alometrik positif

    Oktober 0,92 0,010 2,54 11,21 1,96 Alometrik negatif

    Dari Tabel 3 terlihat pola pertumbuhan pada Maret, Mei dan Oktober alometrik negatif, sedangan Juli alometrik positif. Menurut Munroe & Nizinski (1999) dalam Fishbase, estimasi nilai b ikan Coilia dussumieri 3,04 dengan kisaran 2,81-3,27 dan untuk Coilia lindmani 3,08 dengan kisaran 2,86-3,30. Pembahasan Sebaran Ukuran Panjang 1. Ikan biang (S. breviceps) Perbedaan jumlah hasil tangkapan pada Juli dan Mei diduga pengaruh dari kondisi perairan terutama salinitas dimana salinitas pada Juli 5-30 sedangkan Mei 0-25. Ikan biang merupakan ikan laut yang membutuhkan salinitas sehingga pada salinitas yang lebih sesuai (Mei) keberadaannya lebih melimpah. Dominasi ukuran pada Maret dan Juli 9-10 cm sedangkan Mei dan Oktober didominasi ukuran 16-18 cm menunjukkan adanya pertumbuhan (Whitehead et al., 1988). Ikan biang dengan ukuran sampai 10 cm merupakan ikan muda yang masih berada di sekitar habitat pemijahan yang bervegetasi untuk mencari makan, perlindungan dan belum mampu bergerak cepat mengikuti populasi ikan dewasa, sehingga ikan ini banyak tertangkap di estuari (Pulungan et al., 2012). 2. Ikan putih (S. taty) Tingginya hasil tangkapan pada Maret diduga pengaruh dari kondisi perairan, dimana pada saat penangkapan dilakukan sedang tidak terjadi air pasang, salinitas 5-30 dan ikan putih memiliki kebiasaan hidup bergerombol. Ikan putih dengan ukuran mencapai 15 cm merupakan ikan dewasa yang mendekati habitat pemijahan (Riede, 2004). Dominasi ukuran pada Oktober 6-7 cm, ukuran ini merupakan ikan muda yang masih menempati daerah asuhan untuk mencari makan dan perlindungan. 3. Ikan Bulu Ayam (Coilia sp.) Perbedaan hasil tangkapan Maret dan Oktober, diduga pengaruh salinitas (Riede, 2004). Kelimpahan Ikan Bulu Ayam berukuran 12-13 cm pada Maret dan Mei diduga adanya kelompok besar ikan remaja yang mencari makan dan mendekati daerah pemijahan. Coppola, et al., (1994) menyatakan bahwa pada musim kawin (Mei dan Juni) ikan bulu ayam memasuki muara. Dominasi ukuran 9-10 cm pada Juli,merupakan ikan muda yang masih berada di lingkungan estuari untuk mencari makan dan perlindungan. Dominasi ukuran 13-14 cm pada Oktober, merupakan ikan remaja yang toleransi terhadap penurunan salinitas (Effendi, 2002). Hubungan Panjang-Berat 1. Ikan biang (S. breviceps) Pola pertumbuhan Ikan Biang pada Maret menunjukkan alometrik prositif, diduga disebabkan adanya perkembangan gonad. Alometrik negatif pada Mei dan Juli diduga kondisi ikan yang selesai memijah. Dan isometrik pada Oktober diduga karena sebagian besar ikan yang diamati pada bulan-bulan tersebut dalam kondisi belum dan baru mulai matang gonad (Manik, 2009 dalam Oseanografi.lipi.go.id).

  • Semnaskan_UGM / Biologi Perikanan (BP-01) - 195

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    2. Ikan putih (S. taty) Pola pertumbuhan Ikan putih pada Maret, Juli dan Oktober menunjukkan alometrik negatif, diduga disebabkan kondisi ikan yang selesai memijah, ketersediaan makanan di perairan dan pengaruh lingkungan. Nilai b yang berada di luar kisaran harga b, memiliki bentuk tubuh di luar batas kebiasaan bentuk tubuh ikan pada umumnya (Pulungan et al., 2012). 3. Ikan bulu ayam (Coilia sp.) Nilai b yang diperoleh pada Oktober di luar kisaran, artinya memiliki bentuk tubuh di luar batas kebiasaan bentuk tubuh ikan pada umumnya. Bervariasinya nilai b pada setiap spesies ikan dipengaruhi: spesies ikan, musim dan waktu penangkapan (Effendie, 1997). Kesimpulan Ikan biang merupakan ikan laut yang membutuhkan salinitas. Ikan biang muda masih berada di sekitar habitat pemijahan untuk mencari makan, perlindungan dan tumbuh. Pola pertumbuhan berubah-ubah sesuai kondisi tubuh. Ikan putih merupakan ikan laut yang membutuhkan salinitas. Ikan putih memiliki kebiasaan hidup bergerombol. Pola pertumbuhan berubah-ubah sesuai kondisi tubuh. Ikan bulu ayam merupakan ikan laut yang membutuhkan salinitas. Musim kawin (Mei dan Juni) memasuki muara. Pola pertumbuhan berubah-ubah sesuai kondisi tubuh. Ucapan Terima Kasih Tulisan ini merupakan bagian dari kegiatan kajian stok dan bioekologi sumberdaya ikan di perairan estuari Indragiri Riau, Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U) Palembang tahun 2011. Daftar Pustaka Anonim. 2007. Statistik perikanan Provinsi Riau (1999-2007). Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi

    Riau. APHA, AWWA, & WEF, 2005. Standar methods for examination of water & wastewater. 21

    st Edition.

    American Public Health Association 800 I Steet, NW. Washington DC, page: 4-108 4-149. Bengen, D. G. 2002. Ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut serta pengelolaan terpadu dan

    berkelanjutan. Makalah Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. PKSSPL-IPB. Bogor 2001.

    Coppola, S. R., W. Fischer, L. Garibaldi, N. Scialabba & K. E. Carpenter. 1994. SPECIESDAB: Global

    species database for fishery purposes. User's manual. FAO Computerized Information Series (Fisheries). No.9. Rome, FAO. 103p.

    Effendie, H. 2002. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Kanisius.

    Yogyakarta. 258 hal. Effendie, M .I. 1979. Metoda biologi perikanan.Yayasan Dewi Sri Bogor. 112 hal. _________. 1997. Metoda biologi perikanan.Yayasan Dewi Sri Bogor. 112 hal. Manik. 2009. Hubungan panjang-berat dan faktor kondisi ikan layang (Decapterus ruselli) dari Perairan

    Sekitar Teluk Likupang Sulawesi Utara. Diakses www.oseanografi.lipi.go.id tanggal 30 April 2014.

  • 196 - Semnaskan_UGM / Herlan dan Asyari

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Munroe, T. A. & M. Nizinski, 1999. Engraulidae. Anchovies. p. 1698-1706. In K.E. Carpenter and V.H. Niem (eds.) FAO species identification guide for fishery purposes. The living marine resources of the WCP. Vol.3. Batoid fishes, chimaeras and bony fishes part 1 (Elopidae to Linophrynidae). FAO, Rome.

    Notohadiprawira, T. 1994. Pengembangan lahan rawa pasang surut untuk tujuan pertanian. Makalah

    Pertemuan Teknis Kegiatan Pengkajian Tahapan Pengembangan Rawa pasang Surut. Badan Litbang PU. Bandung 1994.

    Pulungan, C. P., I. J., Zakaria, Sukendi & Mansyurdin, 2012. Sebaran ukuran, hubungan panjang-berat

    dan faktor kondisi ikan pantau janggut (Esomus metallicus AHL) di Sungai Tenayan dan Tapung Mati, Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vo.17 (2): 60-70. www.ejournal.unri.ac.id Diakses tanggal 26 April 2013.

    Riede, K. 2004. Global register of migratory species - from global to regional scales. Final Report of the

    R&D-Projekt 808 05 081. Federal Agency for Nature Conservation, Bonn, Germany. 329 p. Rupawan, Asyari, Herlan, A. H. Rais, T. N. M. Wulandari, S. Suryaningrat, M. Abidin, A. Saiyani &

    Ardiansyah. 2011. Kajian stok dan bioekologi sumberdaya ikan di perairan estuari Sungai Indragiri Riau. Laporan Teknis Riset Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum, Palembang.

    Steel, R. G. H. & J. H. Torrie. 1989. Prinsip dan prosedur statistika: suatu pendekatan biometrik

    (Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri), edisi kedua. Gramedia. Jakarta. 748 p. Walpole, R. E. 1995. Pengantar statistika (Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri). Edisi Ketiga. PT

    Gramedia. Jakarta. 515 p. Whitehead, P. J. P., G. J. Nelson & T. Wongratana. 1988. FAO Catalogue. Vol.7. Clupeoid fishes of the

    world (Suborder Clupeoidei). An annotated and illustrated catalogue of the herrings, sardines, pilchards, sprats, shads, anchovies al wolf-herrings. FAO Fish. Rome: FAO. Synop. 125 (7/2): 305-579.

    Zahid, A., C. P. H. Simanjuntak, M. F. Rahardjo & Sulistiono. 2011. Ikhtiofauna ekosistem estuari

    Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Ikhtiologi Indonesia 11 (1): 77-85. Tanya Jawab Penanya : Khoirul Fatah Pertanyaan : Apa penyebab adanya perbedaan hasil tangkapan ikan Biang pada bulan Mei dan Juli? Jawaban : Perbedaan hasil tangkapan sebagai pengaruh dari kondisi perairan terutama salinitas.