blok 13 kesehatan jiwa anak

Upload: angelin-rittho-papayungan

Post on 11-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan jiwa anak

TRANSCRIPT

  • 5/21/2018 Blok 13 Kesehatan Jiwa Anak

    1/9

    Gangguan Kesehatan Jiwa pada Anak dan Faktor Pengaruh

    1

    Carissa Putri Crisdayani C9 102012446

    Gangguan Kesehatan Jiwa pada Anak dan Faktor Pengaruh

    Carissa Putri Crisdayani

    102012446

    C9

    Email :[email protected]

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

    Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

    Abstrak

    Ada berbagai gangguan kesehatan mental yang dapat terjadi saat masa kanak-kanak

    misalnya depresi dan gangguan makan. Beberapa gangguan terutama mempengaruhi

    perolaku sehingga menyebabkan anak mengganggu orang lain termasuk guru, teman sebaya,

    dan anggota keluarga. Gangguan ini disebut juga gangguan perilaku disruptif, yaitu meliputi

    gangguan perilaku, gangguan pemusatan perhatian, dan gangguan perilaku menentang.

    Kata kunci: gangguan, kesehatan mental, anak

    Abstract

    There are a variety of mental health disorders that can occur when childhood such as

    depression and eating disorders. Some disorder primarily affects children, causing perolaku

    disturb other people, including teachers, peers, and family members. This disorder is also

    called disruptive behavior disorders, which include conduct disorder, attention deficit

    disorder, and conduct disorder oppose.Keywords: mental health, child, disorder

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 5/21/2018 Blok 13 Kesehatan Jiwa Anak

    2/9

    Gangguan Kesehatan Jiwa pada Anak dan Faktor Pengaruh

    2

    Carissa Putri Crisdayani C9 102012446

    I. PEMBAHASAN

    Tingkah Laku

    Tingkah laku anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Gangguan perilaku

    yang berasal dari anak sendiri maupun dari lingkungannya akan saling mempengaruhi.2

    Faktor internal yang mempengaruhi antara lain adalah penyebab yang diturunkan dan

    penyebab yang diperoleh. Penyebab yang diturunkan berupa sifat dan kepribadian yang dapat

    diturunkan dari orang tua pada anaknya. Karena anak memiliki ciri dan sifat ini, maka hal

    tertentu mungkin menimbulkan stres pada anak yang bersangkutan namun tidak pada anak

    yang lain. Penyebab yang diperoleh saat anak berkembang antara lain adalah gangguan otak

    seperti trauma kepala, ensefalitis, neoplasma, dan lainnya yang dapat menyebabkan

    perubahan kepribadian. Selain itu juga dapat disebabkan sindroma otak organik yang

    menyebabkan anak dapat menjadi hiperkinetik, gelisah, cenderung untuk merusak dan

    melakukan kekejaman.2

    Faktor eksternal seringkali lebih menentukan dibanding faktor internal. Oleh karena

    lingkungan dapat diubah, maka dengna demikian gangguan perilaku dapat diubah ataudicegah. Lingkungan terdekat yang berpengaruh pada anak adalah orang tua. Sikap orang tua

    terhadap anak merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak

    ituu. Perkawinan yang tidak bahagia atau perceraian dapat menimbulkan kebingungan pada

    anak. Bila orang tua hidup rukun, maka sering mereka tidak konsekuen dalam mengatur

    disiplin dan bertengkar di depan anak. Sebaliknya, disiplin yang dipertahankan secara kaku

    dapat menimbulkan frustasi yang hebat. Disiplin harus dipertahankan dengan bijaksana,

    jangna sampai seakan-akan ada dua blok di rumah, yaitu orang tua di satu pihak dan anak-

    anak di lain pihak. Kadang-kadang dengan kata-kata yang lemah lembut, ibu atau ayah dapat

    menolong anak-anak terhadap pendapat atau tuntutan salh satu orang tua yang lain

    mengenai hal-hal yang tidak prinsipil dalm suasana penuh pengertian tanpa perasaan menganatau kalah. Kepribadian orang tua juga sangat penting, misalnya ibu yang psikopatik tidak

    dapat mengadakan hubungan anak-orang tua yang baik sehingga kepribadian anak akan

    terganggu. Orang tua seperti ini cenderung menolak terhadap anaknya. Sikap penolakan dari

    orang tua terhadap anak membuat anak tersebut menjadi agresif. Ia memiliki hasrat untuk

    balas dendam disertai rasa tidak bahagia. Ia menjadi egois, tidak mau menurut, dan suka

    bertengkar karena ia ingin menarik perhatian lingkungannya. Ia merasa dengan bertingkah

    laku baik tidak mendapat perhatian dan kasih sayang, sehingga ia mencari jalan lain yaitu

    dengan cara menjengkelkan dan mengganggu lingkunan sekitarnya.2

    Faktor lingkungan yang lain adalah saudara. Rasa iri terhadap saudara adalah normal,

    biasanya lebih nyata pada anak pertama dan lebih besar antara anak-anak dengan jenis

    kelamin sama. Perasaan ini bertambah keras jika orang tua memperlakukan anak secara pilih

    kasih. Untuk menarik perhatian dan simpati orang tuanya anak-anak tersebut akan berlaku

    agresif dan negativistik. Selain itu, orang lain di dalam rumah juga berperan seperti nenek,

    saudara orang tua atau pelayan. Nenek pada umumnya menunjukkan sikap memanjakan

    pada cucunya.2

    Faktor eksternal berikutnya adalah hubungan anak di sekolah dengan teman dan

    gurunya. Tidak jarang seorang guru yang sifatnyat terlalu keras justru menimbulkan

    kenakalan pada murid-muridnya.2

    Faktor eksternal terakhir adalah keadaan ekonomi. Gangguan perilaku lebih sering

    didapati pada anak-anak dari golongan sosio-ekonomi tinggi atau rendah. Hal ini dapat terjadi

  • 5/21/2018 Blok 13 Kesehatan Jiwa Anak

    3/9

    Gangguan Kesehatan Jiwa pada Anak dan Faktor Pengaruh

    3

    Carissa Putri Crisdayani C9 102012446

    karena orang tua mereka terlalu sibuk dengan mencari nafkah sehingga lupa menyediakan

    waktu untuk berkomunikasi dengan baik dengan anak-anak mereka.2

    Faktor Emosi

    Pada faktor emosi, kelainan yang berhubungan dengan kasus yang didapat adalah

    depresi pada anak.3

    Depresi pada anak dapat disebabkan karena faktor sosial dan juga berkaitan dengan

    genetik. Faktor sosial yang dimaksud antara lain seperti tingkat konflik dalam keluarga,

    kekerasan dan pengabaikan yang diterima, status sosialekonomi keluarga, kematian salah

    satu anggota keluarga, dan perceraian. Penelitian terbaru mengatakan bahwa terdapat gen

    yang berhubungan dengan depresi yaitu gen MAO (Monoamine oxidase) dan 5-HTT

    (serotonin transporter gene). Selain itu juga ditemukan bahwa, anak yang lahir dari keluarga

    dengan salah satu orang tua mengalami gangguan depresi, meningkatkan kemungkinan

    depresi pada anak sebesar dua kali lipat, dan bila anak lahir dari orang tua yang keduanya

    mengalami gangguan depresi, maka risiko anak tersebut untuk menderita depresi meningkatmenjadi empat kali lipat.3,4

    Gejala-gejala depresi bervariasi sesuai tingkat usia dan perkembangan. Menurut

    Bowlby, perpisahan dari pengasuh primer setelah usia 6-7 bulan menimbulkan protes dengan

    mengangis, mencari-cari, perilaku seperti panik, dan hipermotilitas kedua tangan dan kaki.

    Hal ini diikuti dengan kecermatan bayi meneliti tiap orang dewasa yang mendekati, mencari

    pengasuhnya. Anak mengelak dari tiap orang lain. Fase terakhir meliputi apatis dimana bayi

    menjadi hipotonik dan tidak aktif, memperlihatkna ekspresi wajah sedih dan menangis

    perlahan lalu menatap langit-langit. Apabila diangkat, mereka mencari-cari wajah yang

    dikenal, mereka melekat pada orang asing namun tetap menangis dan tidak terhibur. Depresi

    anak usia sekolah ditandai dengan ekspresi wajah sedih, mudah meneteskan air mata,iritabilita, menarik diri dari minat yang biasanya menyenangkan serta mengalami gangguan

    tidur dan makan. Selain itu, setengah dari anak yang depresi juga cemas, 20-30 % mengalami

    gangguan perilaku. Terakhir adalah depresi pada remaja yang seringkali ditandai dengan

    halusinasi dan delusi serta keputus-asaan. Gejala depresi ini biasanya berlangsung selama

    beberapa hari atau minggu bila ditangani, namun jika tidak dapat berlangsung hingga 6 bulan

    atau hitungan tahun. Anak yang pernah mengalami depresi memiliki keccenderungan untuk

    mengalami depresi lagi (relaps).3-5

    Depresi dapat didiagnosis dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan wawancara

    terstruktur atau angket, yaitu test inventaris depresi anak, skala depresi anak, skala nilai diri

    depresi, dan pusat penelitian epidemiologi skala depresi untuk anak yang telah terbukti dapatmendeteksi depresi pada anak dan remaja. Metode kedua adalah dengan mengukur disfungsi

    fisologis dan neuroendokrin. Selama depresi, terjadi hipoglikemi akibat insulin. Pada anak

    prapubertas juga terjadi peningkatan hormon pertumbuhan yang lebih tinggi, yang mencapai

    puncak saat tidur.3-5

    Prevalensi dari depresi mayor diperkirakan 2% pada anak dan 4-8% pada remaja.

    Dengan perbandingan 1:1 pada anak laki-laki dan perempuan dan 1:2 pada remaja laki-laki

    dan remaja perempuan. Resiko deperesi meningkat ketika anak sudah melewati masa

    pubertas dan insiden pada umur 18 diperkirakan 20%.6

    Depresi dapat ditangani dengan pemberian obat antidepresan dan berbagai terapi

    psikologis. Antidepresan trisiklik (imipramin, desipramin, amoxapin) bermanfaat dalam

  • 5/21/2018 Blok 13 Kesehatan Jiwa Anak

    4/9

    Gangguan Kesehatan Jiwa pada Anak dan Faktor Pengaruh

    4

    Carissa Putri Crisdayani C9 102012446

    memperbaiki gejala, selain itu telah dikembangkan obat lain yang lebih aman seperti

    trazodon dan fluoksetin yang memiliki efek samping lebih kecil dan lebih aman. Penangan

    psikoterapi penting bagi anak-anak terutama yang mengalami gangguan ganda, gangguan

    kecemasan, dan gangguan perilaku. Terapi bermain dan berbagai terapi percakapan juga

    penting dalam perbaikan gejala serta gangguan suasana hati. Cognitive behavioral theraphy

    (CBT) merupakan bentuk intervensi terhadap depresi yang paling efektif. Terapi ini bertujuan

    untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dan meningkatkan kompetensi

    sosial anak. Terapi lain yang juga cukup efektif adalah terapi relaksasi. Penelitian yang

    dilakukan dalam waktu 6-9 bulan menunjukkan bahwa terapi relaksasi dan CBT memiliki

    hasil yang seimbang, meskipun di awal penelitian, CBT menunjukkan efektivitas yang lebih

    tinggi.3,5

    Faktor Kognitif

    Pada faktor kognitif, kelainan yang berhubungan dengan kasus yang didapat adalah

    retardasi mental dan ADD (Attention Deficit Disorder).

    7-9

    Menurut WHO, retardasi mental atau intellectual disabilityadalah kemampuan mental

    yang tidak mencukupi. Menurut Batshaw, retardasi mental adalah keadaan yang ditandai

    dengan fungsi kecerdasan umum yang berada di bawah rata-rata disertai gangguan fungsi

    adaptif paling sedikit 2 yaitu misalnya komunikasi, menolong diri sendiri, berumah tangga,

    sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan, yang mulai timbul sebelum 18 tahun.8,9

    Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya

    dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ (Intelligence Quotient). IQ merupakan

    hasil pembagian antara umur mental yang didapat dari hasil tes dengan umur berdasarkan

    perhitungan tanggal lahir dikali seratus persen. Fungsi intelektual di bawah normal apabila IQ

    di bawah 70. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa karena cara

    berpikirnya terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingatnya lemah, pengertian bahasa danberhitungnya juga sangat lemah. Pada penderita retardasi mental juga terjadi gangguan

    perilaku berupa kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar karena tingkah

    lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.7-10

    Retardasi mental diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan yaitu retardasi mental

    borderline (IQ 70-79), retardasi mental ringan (IQ 52-69), retardasi mental sedang (IQ 36-

    51), retardasi mental berat (IQ 20-35), dan retardasi mental sangat berat (IQ

  • 5/21/2018 Blok 13 Kesehatan Jiwa Anak

    5/9

    Gangguan Kesehatan Jiwa pada Anak dan Faktor Pengaruh

    5

    Carissa Putri Crisdayani C9 102012446

    anak masuk sekolah dan tidak naik kelas berkali-kali. Pada tingkat ini, anak dapat diajar

    untuk baca tulis bahkan sampai kelas 4-6 SD / SMA dan juga dapat diajarkan keterampilan

    untuk bekal hidup. Namun, ia kurang tahan terhadap stres sehingga harus tetap mendapat

    bimbingan keluarga. Pada retardasi mental sedang (sekitar 12 % penderita retardasi mental),

    mereka hanya mampu dilatih, namun tidak mampu dididik. Biasanya hanya mampu mencapai

    kelas 2 SD, namun ia dapat dilatih keterampilan sehingga dapat berguna sebagai bekal hidup.Dalam kehidupan kerjanya, ia perlu mendapat bimbingan dan pengawasan. Selanjutnya pada

    retardasi mental berat (7% dari penderita retardasi mental), dapat didiagnosis secara dini

    karena terdapat gejala fisik dan keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa sejak awal.

    Mereka hanya dapat dilatih higiene dasar dan bahasa sederhana. Kelompok ini membutuhkan

    bimbingan dan pengawasan seumur hidup. Terakhir adalah kelompok retardasi mental sangat

    berat (1% penderita retardasi mental). Kelompok ini sangat mudah didiagnosis karena gejala

    mental dan fisik sangat jelas serta kemampuan bahasanya sangat minimal. Dalam seluruh

    kehidupannya membutuhkan bantuan orang sekitar.7-10

    Pemeriksaan untuk menunjang diagnosis retardasi mental antara lain adalah

    kromosomal kariotipe, elektroensefalogram, Cranial Computed Tomography (CT) scan atau

    Magnetic Resonance Imaging (MRI), titer virus untuk infeksi kongenital, serum asam urat,laktat dan piruvat darah, plasma asam lemak rantai sangat panjang, serum seng, logam berat

    dalam darah, serum tembaga dan seruloplasmin, serum asam amino/asam organik, plasma

    amonia, dan analisa enzim lisosom pada leukosit/biopsi kulit.7-9

    Pentalaksanaan bagi penderita retardasi mental terutama adalah secara non-

    farmakologis. Konseling pada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan

    tujuan membantu mereka dalam megnatasi frustasi karena memiliki anak dengan retardasi

    mental. Selain itu, juga untuk menenangkan dan menyadari bahwa hal tersebut buknalah

    salah mereka, namun adalah salah bila mereka tidak mau berusaha mengatasi keadaaan anak

    itu. Konseling juga bertujuan agar orang tua mengetahui bahwa sampai sekarang belum ada

    obat yang dapat membuat anak pandai, hanya ada obat yang membantu pertukaran zat sel

    otak, tetapi biarpun anak tersebut meminum obat semacam itu banyak dan lama, ia tidak akan

    maju kalau tidak belajar melalui latihan dan pendidikan.7-10

    Pendidikan anak retardasi mental secara umum adalah mempergunakan dan

    mengambangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada, memperbaiki sifat yang salah, dan

    mengajarkan keahlian agar anak tersebut dapat mencari nafkah kelak. Latihan ini lebih sukar

    daripada pada anak biasa karena mereka mudah tertarik pada hal lain. Oleh karena itu,

    diperlukan permainan yang konkrit dan melibatkan banyak panca indera. Latihan di rumah

    dapat berupa cara makan sendiri, berpakaian sendiri, dan kebersihan badan. Di sekolah yang

    penting adalah perkembangan rasa sosial. Latihan teknis diberikan sesuai minat, jenis

    kelamin, dan kedudukan sosial, sedangkan pada latihan moral diberikan pendidikan

    mengenai disiplin dengan prinsip reward and punishment. Orang-orang di sekitar anak,juga harus memberi contoh baik agar dapat menjadi teladan bagi anak tersebut.7-10

    Prevalensi dari retardasi mental tergantung dari definisi, metode pemastian, dan

    populasi. Berdasarkan statistik, 2,5% dari populasi memiliki retardasi mental, dan 85%

    diantaranya mengalami retardasi mental ringan.6

    ADD adalah suatu kelainan neurobiologis yang membuat seseorang sulit untuk

    mengatur perilakunya dan memusatkan perhatiannya pada suatu hal. Hal ini biasanya

    terdeteksi mulai dari masa kecil seseorang dan berlanjut hingga dewasa.10

    Diagnosis ADD didasarkan pada adanya kompleks perilaku yang menjadi karakteristik

    seorang anak seperti tidak perhatian, mudah menarik diri, dan impulsif hingga ke tahapan

    perilakunya menghalangi kemampuannya menjalankan fungsi sosial dan akademik.

    Kegelisahan sering terjadi, tetapi bukan penyerta yang penting dalam sindrom ini. ADD jugadiikuti dengan dengan ketidakmampuan belajar dan perilaku agresif atau melawan.3,10

  • 5/21/2018 Blok 13 Kesehatan Jiwa Anak

    6/9

    Gangguan Kesehatan Jiwa pada Anak dan Faktor Pengaruh

    6

    Carissa Putri Crisdayani C9 102012446

    Manifestasi klinis biasanya terlihat jelas oleh guru di sekolah. Anak tidak dapat

    memusatkan perhatiannya yang ditunjukkan dengan kegagalan menyelesaikan tugas begitu

    dimulai, gagal menangkap arahan, dan membuat kesalahan karena tidak perhatian bukannya

    karena kurang pemahaman akan materi yang disajikan. Selain terlihat dalam kehidupannya di

    sekolah, anak juga tidak mampu untuk fokus terhadap hal yang ia inginkan. Anak ADD juga

    gagal menjadi pendengar yang baik, membenci pekerjaan yang membutuhkan cara pikir,belajar menjadi salah satu musuhnya, sering lupa, sering gelisah, suka kegiatan yang

    menantang dan selalu ingin menguasai lingkungannya. Ia tidak mau menuruti perintah atau

    dipaksa. Ia ingin agar orang lain menuruti kemauannya.3,10

    Studi prevalensi global menyatakan bahwa 5-10% anak umur sekolah mengalami

    ADD. Bila dilakukan pemeriksaan fisik, akan diperoleh hasil yang normal walaupun

    mungkin ada kesan imaturitas neurologis. Pencitraan kranium dan pemeriksaan

    elektroensefalografi tidak bermanfaat dalam mendiagnosis atau mengobati ADD maupun

    bentuk disfungsi sekolah lain. Tes kognitif dapat membantu untuk mengkonfirmasi anak-

    anak dengan kesulitan konsentrasi dan impulsivitas. Tes ini dilakukan dengan meminta anak

    untuk menekan suatu tombol setiap kali huruf atau angka tertentu muncul pada monitor.

    Anaka-anak dengan kemampuan fokus yang rendah, akan menghasilkan banyak error ofomission yaitu anak tidak menekan tombol meskipun huruf tersebut telah muncul.

    Sedangkan anak dengan impulsivitas memberikan hasil sebaliknya. Meskipun huruf atau

    angka tersebut belum tampil di monitor, ia terus menekan tombol yang diminta.10

    Seiring dengan bertambahnya usia, anak dengan ADD mengalami maturasi neurologis

    yang menyebabkan perbaikan gejala. Namun, remaja yang telah menderita ADD sejak masa

    awal sekolah, sering terus menunjukkan disfungsi sekolah, harga diri rendah, dan

    ketidaksesuaian sosial serta seringkali mendapat pengobatan terus menerus.10

    Penatalaksanaan secara farmakologi dilakukan dengan pemberian stimulan sistem saraf

    pusat. Stimulan sistem saraf pusat diberikan karena telah dibuktikan bahwa obat jenis ini

    memiliki efektivitas terbaik dengan efek samping paling ringan. Obat-obat jenis ini antara

    lain adalah metilfenidat (Ritalin, Ritalin-SR, Concerta, Metadate CD, Metadate ER),

    dextroamfetamin, dan kombinasi garam amfetamin (Adderall, Adderall XR). Catatan yang

    ada menunjukkan keamanan yang sangat baik dari konsumsi obat-obat ini untuk konsumsi

    jangka pendek dengan sediaan lepas lambat. Namun begitu, sekarang telah dibuat sediaan

    lepas lambat yang hanya perlu diminum sekali sehari sehingga meningkatkan kenyamnan

    bagi pasien dan mengurangi risiko efek samping yang mungkin timbul. Kelebihan dari

    sediaan lepas lambat untuk anak-anak adalah penggunaan satu dosis pada pagi hari akan

    memberikan efek sepanjang hari sehingga anak tersebut tidak akan mengalami gangguan

    ADD sepanjang hari dan juga pelepasan obat yang terjadi secara lambat membuat dosis yang

    diterima tubuh setiap waktu terbagi secara rata dan mengurangi efek samping jika pelepasan

    obat terjadi secara cepat. Khusus untuk anak-anak, obat ADD yang sering digunakan adalahdextroamfetamin (anak usia tiga tahun ke atas) dan metilfenidat (anak usia enam tahun ke

    atas).3,10

    Selain penatalaksanaan secara farmakologis, penatalaksanaan yang lebih diutamakan

    pada anak-anak adalah penatalaksanaan secara non-farmakologis. Terapi non-farmakologis

    ini dilakukan melalui pelatihan kepada orang tua dengan anak ADD, intervensi perilaku anak

    di sekolah dan di rumah, dan terapi kelompok. Anak-anak yang diberi terapi farmakologis,

    harus diberi pengertian mengenai tujuan dari pengobatan tersebut dan diberi kesempatan

    untuk mengungkapkan perasaannya mengnai terapi tersebut. Hal ini bertujuan agar anak

    tidak merasa bahwa ia meminum obat karena ia tidak waras melainkan karena obat tersebut

    membantunya mengatasi situasi dengan lebih baik. Selain itu, diperlukan kerja sama dari

    orang tua dan guru untuk merawat anak ADD. Anak ADD sebaiknya diberi hadiah rewardbila ia dapat mencapai harapan/target yang ditetapkan guru atau orang tua walaupun

  • 5/21/2018 Blok 13 Kesehatan Jiwa Anak

    7/9

    Gangguan Kesehatan Jiwa pada Anak dan Faktor Pengaruh

    7

    Carissa Putri Crisdayani C9 102012446

    sebenarnya anak ADD tidak dengan kemampuannya sendiri mengurangi gejala-gejala dari

    ADD. Perlu disadari setiap orang tua bahwa anak ADD juga mengalami pertumbuhan

    menjadi dewasa sehingga dalam pertumbuha itu juga terjadi perkembangan diri anak, salah

    satunya adalah kepercayaan diri. Sehingga dengan pemberian hadiah tersebut, anak akan

    merasa bahwa dirinya mampu dan berharga. Terapi kelompok merupakan hal yang sangat

    penting untuk memperhalus keterampilan sosial dan meningkatkan kepercayaan diri anakADD terutama karena mereka mengalami kesulitan dalam pendidikan dan pergaulan di

    sekolah. Mula-mula, anak diajak untuk mengerjakan suatu tugas secara berpasangan dan

    secara perlahan-lahan ditingkatkanuntuk melakukan proyek dalam suatu grup. Dalam terapi

    ini anak diajarkan untuk mengikuti instruksi, menunggu, dan memperhatikan. Kemudian,

    anak-anak akan dipuji jika mereka berhasil melakukannya.3,10

    Faktor Perilaku

    Pada faktor perilaku, kelainan yang berhubungan dengan kasus yang didapat adalah

    hiperaktivitas dan perilaku menantang.11

    Hiperaktivitas biasa digunakan untuk menggambarkan anak yang muda yang sangat

    aktif, terlalu menuruti kata hati, kurang dapat berkonsentrasi dan sulit diatur. Gejala

    hiperaktif pada masa bayi antara laina dalah terus menerus menangis atau berteriak, hanya

    sedikit memerlukan tidur atau mempunyai pola tidur yang tidak teratur, sulit tidur, dan

    terbangun terus menerus, sakit perut, sulit makan, mudah marah dan tidak suka dipeluk,

    mudah bangun setiap kali mendengar suara, mempunyai air liur berlebihan dan sangat

    kehausan, serta terkadang membenturkan kepala secara terus-menerus atau menggoyang-

    goyangkan tempat tidur ayunannya. Pada anak yang lebih besar sekitar, gejala hiperaktif

    antara lain adalah terus menerus gelisah atau tidak betah berdiam diri atau duduk walaupun

    dalam waktu singkat, sering bersikap agresif, sering berganti dari satu hal ke hal lain, kurang

    dapat berkonsentrasi dan tidak pernah menyelesaikan apa yang dikerjakan, bereaksiberlebihan terhadap hal sepele, mempunyai masalah tidur, sulit belajar memakai pakaian

    sendiri, rendah diri, sulit berbagi, mencampuri segala hal, terlambat bicara atau bicara terus

    menerus, melakukan berbagai hal berbahaya tanpa takut, dan tidak suka perubahan.11

    Penyebab hiperaktif antara lain dapat dipengaruhi keturunan, kesehatan ibu, kehamilan

    dan kelahiran, faktor lingkungan serta kekurangan asam lemak esensial dan zat gizi.

    Walaupun belum ditemukan gen yang menyebabkan seorang anak menjadi hiperaktif, namun

    sebagian besar anak hiperaktif memiliki sedikitnya 1 sanak keluarga yang juga hiperaktif.

    Hiperaktif biasanya terjadi pada anak laki-laki berambut pirang dan bermata biru. Anak

    hiperaktif biasa lahir dari keluarga dengan riwayat alergi dari pihak ibu seperti hay fever,

    asma, eksim, atau migarin. Masalah yang terjadi selama kehamilan seperti alergi dan stressserta komplikasi sewaktu proses kelahiran juga berperan dalam hal ini. Kondisi lingkungan

    yang tercemar zat kimia seperti timah atau nitrat dalam air, pestisida, dan zat kimia lain juga

    dapat menyebabkan anak menjadi hiperaktif. Hasil penelitian di Inggris dan Amerika juga

    menunjukkan bahwa anak dengan kekurangan asam lemak esensial berat dan zat besi seperti

    seng, magnesium, dan vitamin B12 cenderung bersikap hiperaktif.11

    Terapi nonfarmakologis yang diperlukan anak hiperaktif adalah dengan

    memperlakukannya dengan tegas namun tidak kasar. Hukuman terus menerus hanya akan

    memperparah hiperaktifnya. Anak hiperaktif tetap memerlukan kasih sayang sama seperti

    anak normal lainnya namun orang tua dan lingkungan harus lebih sabar untuk membantu

    memperbaiki anak tersebut.11

  • 5/21/2018 Blok 13 Kesehatan Jiwa Anak

    8/9

    Gangguan Kesehatan Jiwa pada Anak dan Faktor Pengaruh

    8

    Carissa Putri Crisdayani C9 102012446

    Terapi farmakologis yang dapat diberikan untuk anak hiperaktif adalah klonidin dan

    guanfasin. Kedua obat ini dapat memperbaiki mood, mengurnagi tingkat keaktifan, dan

    menunjang adaptasi sosial. Dosis yang dapat diberikan mulai dari 0,05 mg hingga 0,3 mg per

    hari dalam dosis yang dibagi. Kedua obat ini dapat juga dikombinasi dengan metilfenidat

    (Ritalin). Dalam memberi obat ini, sebaiknya dokter menjelaskan kepada keluarga pasien

    bahwa efek dari kombinasi obat ini belum melalui kontrol percobaan.11

    Salah satu kelainan perilaku menantang adalah oppositional defiant disorder (ODD)

    atau gangguan pemberontak oposisi. ODD adalah pola berkelanjutan dari ketidaktaatan,

    perilaku suka menantang terhadap figur otoritas yang melampaui batas perilaku anak normal.

    Gangguan ini ditandai dengan anak yang memiliki kecenderungan untuk terus menerus

    marah atau berdebat.3,12

    Hingga saat ini belum diketahui penyebab ODD secara jelas. Kemungkinan

    penyebabnya adalah kombinasi faktor biologis, psikologis, dan sosial. Faktor yang paling

    berpengaruh adalah pola asuh dari orang tua yang terlalu keras sehingga anak berusaha untuk

    menentang dan hal ini juga terjadi untuk figur otoritas lainnya. Faktor ini terutamaberpengaruh pada masa awal perkembangan anak. Di masa akhir anak-anak menuju remaja,

    faktor yang berpengaruh antara lain adalah trauma lingkungan dan ketidakmampuan kronik

    seperti keterlambatan mental yang memicu hal ini timbul untuk menutupi ketiakmampuan,

    kecemasan, dan kehilangan harga diri anak.3,12

    Gejala ODD biasanya muncul sebelum seorang anak berusia 8 tahun. Namun dapat

    juga berkembang pada usia yang lebih lanjut atau sebelum masa remaja awal. Ketika perilaku

    ODD berkembang, tanda-tanda cenderung mulai secara bertahap dan kemudian memburuk

    dari bulan ke bulan hingga tahun ke tahun. Namun pada ODD tampak gejala yang konsisten

    yang berlangsung selama minimal enam bulan dan mengganggu keluarga, lingkungan rumah

    serta sekolah. Gejala ODD natara lain adalah sering marah, berdebat dengan orang dewasa,menolak untuk mematuhi peraturan, secara sengaja membuat jengkel orang lain,

    menyakahkan orang lain atas kesalahan sendiri, mudah jengkel, pendendam, agresif terhadap

    teman sebaya, sulit mempertahankan persahabatan serta masalah akademik.3,12

    Estimasi prevalensi dari ODD beragam sesuai dari karakter metodologi. Survey terkini

    menggunakan kriteria dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder fourth

    editionmenunjukan 5%. Perbandingan pria dan wanita diperkirakan 3:1 sampai 5:1. ODD

    biasanya disertai kondisi lain seperti depresi, gangguan belajar dan komunikasi, serta

    ADD/ADHD. Jika tidak dilakukan terapi, maka ODD dapat bertambah parah hingga

    penyalahgunaan obat atau kenakalan yang parah. Cara paling efektif untuk mengatasi ODD

    adalah dengan terapi perilaku. Terapi perilaku untuk anak dan remaja berfokus padabagaimana mencegah perilaku atau pikiran yang buruk. Dalam terapi perilaku, terapis

    mendorong anak untuk mencoba perilaku baru dan menjaga agar tidak ada intervensi dari

    luar yang mengatur cara anak bertindak. Setelah itu, orang tua anak juga diajarkan untuk

    memberikan pujian pada anak untuk tiap perbuatan positifnya sehingga tidak hanya berfokus

    pada perbautan negatif anak. Selain itu, pujian yang diberikan juga akan meningkatkan

    kepatuhan anak, membangun harga diri anak dan memperkuat ikatan antara anak dengan

    pengasuh dalam hal ini orang tuanya.3,12

  • 5/21/2018 Blok 13 Kesehatan Jiwa Anak

    9/9

    Gangguan Kesehatan Jiwa pada Anak dan Faktor Pengaruh

    9

    Carissa Putri Crisdayani C9 102012446

    II. PENUTUP

    Gangguan kesehatan mental pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan

    memiliki manifestasi klinik yang beragam.

    Daftar Pustaka

    1. Wijaya A. Kelainan jiwa pada amsa anak-anak. Maret 2013. Diunduh dari

    http://medicastore.com/penyakit/978/Kelainan_Jiwa_Pada_Masa_Kanak-kanak.html. 14

    Desember 2013.

    2.

    Hassan R, Alatas H. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika Jakarta; 2007.p.64-6.

    3.

    Sadock BJ, Sadock VA. Synopsis of Psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry.

    Ed. 10. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.h. 527-1266.

    4.

    Videbeck SL. Buku ajar kesehatan jiwa. Hany A, editor. Jakarta: EGC; 2008.h. 393-401.

    5. Behrman RE, Kliegman RM, Alvin. Nelson: ilmu kesehatan anak. Wahab AS, editor.

    Jakarta: EGC; 2004.h. 106-7.6. Walter HJ, DeMaso DR. Mood disorder, in : Kliegman RM, Stanton BF, Schor NF, Geme

    JW, Behrman RE. Nelson textbook of pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Elsevier;

    2011.p.82.

    7. Semiun Y. Kesehatan mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2010..h. 47-296.

    8. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Ranuh ING, editor. Jakarta: EGC; 2005.h. 191-

    201.

    9. Sunaryo. Psikologi. Ester M, editor. Jakarta: EGC; 2006.h. 182-5.

    10.Behrman RE, Kliegman RM. Nelson esensi pediatri. Wahab S, editor. Jakarta: EGC;

    2010.h. 52-61.

    11.

    Thompson J. Toddlercare: pedoman merawat balita. Ciracas: PT Gelora Aksara Pratama;

    2009.h. 88-9.

    12.Judarwanto W. Oppositional Defiant Disorder (ODD), anak pemarah dan pemberontak.

    April 2012. Diunduh dari http://growupclinic.com/2012/04/28/oppositional-defiant-

    disorder-odd-sosok-anak-pemarah-dan-pemberontak/. 14 Desember 2013.