blok 13
DESCRIPTION
............................................TRANSCRIPT
Inkontinensia Urin pada Geriatri dalam Kasus
Michelle linardi102012021Inkontinensia Urin pada Geriatri dalam Kasus
skenarioNy A 70 tahun diantar anaknya yang paling kecil ( anak ke -8) berobat ke poli geriatri dengan keluhan tidak dapat menahan kencing sehingga sering ngompol sebelum sampai WC , jalan tidak bisa cepat, harus pelan-pelan, nyeri sendi lututnya untuk berjalan dan takut jatuh karenja pernah terjatuh. Kadang saat tertawa, batuk juga ngompol. Karena tidak dapat menahan kencingnya ibu merasa sangat tidak nayaman, malu sehingga segan/ tidak mau keluar rumah, padahal sebelumnya ibu sanat aktif dalam pergaulan. Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis sebelumnya tidak ada.Rumusan masalahNy. A , 70 tahun dengan riwayat memiliki banyak anak mengalami kesulitan menahan kencing dan nyeri lutut.
Identifikasi masalahGeriatri : berkenaan dengan orang tua atau penuaan
HipotesisNy A mengalami kesulitan menahan kencing karena inkontinensia urin tipe campuran.
AnamnesisIndentitas
Keluhan utama yaitu pasien mengalami kesulitan menahan kencing. Pelengkap: pasien mengalami nyeri sendi lutut.
Melalui anamnesis :karakteristik inkontinensiaproblem medik dan medikasi yang sedang dijalani, gejala gejala lain yang sangat menganggudampak inkontinensia urin terhadap kualitas hidup pasien dan orang yang merawatnya.
Pemeriksaan fisikCompos mentis, sakit umum ringan, TB 150 cm, BB 60 kg, Nadi 65 kali per menit, RR 20 kali per menit, TD 130/80, Suhu 37 O C.
Pemeriksaan fisik lebih ditekankan pada pemeriksaan abdomen, rektum, genital, dan evaluasi persyarafan lumbosakral.Pemeriksaan penunjangPencatatan aktivitas berkemih ( bladder record atau voiding diary) jenis dan beratnya IU serta evaluasi respon terapi.
urinanalysis dapat memberikan informasi tentang adanya infeksi, sumbatan akibat batu saluran kemih atau tumor.
Pemeriksaan residu urin pasca miksi baik dengan kateter maupun dengan ultrasonografi dapat membantu menentukan ada tidaknya obstruksi saluran kemih. UrodinamikUroflowmetri : mengukur kecepatan aliranSistometri : menggambarkan kontraktur detrusorSistometri video : menunjukkan kebocoran urin saat mengedan pada pasien dengan inkontinensia stres
Flowmetri tekanan uretra : mengukur tekanan uretra dan kandung kemih saat istirahat dan selama berkemih
Differential diagnosisInkontinensia UrgensiPengeluaran urin involunter yang disebabkan oleh dorongan dan keinginan mendadak untuk berkemih. Hal ini berkaitan dengan kontraksi detrusor secara involunter. Tipe sensorikTipe motorik
Differential diagnosisInkontinensia Strespeningkatan tekanan intraabdomendisebabkan oleh kelemahan dasar panggul dan kurangnya dukungan sfingter vesikouretra. Gejalanya adalah keluarnya urin pada saat tekanan intra abdomen meningkat dan seringnya berkemih.
Differential diagnosisInkontinensia OverflowTerdapat penetesan urin yang sering atau berupa inkontinensia dorongan atau tekanan. Kandung kemih yang kurang aktif, obstruksi jalan keluar kandung kemih (seperti tumor, hipertrofi prostat), obat-obatan (seperti diuretik).
Inkontinensia FungsionalImobilitas, defisit kognitif, atau daya kembang kandung kemih yang buruk. Working diagnosisInkontinensia urin campuran gabungan gejala IU urgensi dan IU stres. Terjadi disfungsi detrusor (motorik atau sensorik) dan berhubungan dengan aktivitas sfingter uretra. Hal ini berarti terjadi pengeluaran urin yang tidak disengaja yang berkaitan dengan urgensi dan juga dengan batuk dan bersin.
etiologi1) kegagalan menyimpan urin pada kandung kemih akibat hiperaktif atau menurunnya kapasitas kandung kemih atau lemahnya tahanan saluran keluar 2.) kegagalan pengosongan kandung kemih akibat lemahnya kontraksi otot detrusor atau meningkatnya tahanan aliran keluar.
Dalam kasus :Banyak melahirkanMenopauseUsia lanjut
Letak vesika urinaria dan uterus
Diafragma pelvis
epidemiologiSuatu penelitian epidemiologik yang dilakukan oleh Iosif dan Bekasy (1984) pada wanita pasca menopause,
50 % wanita sehat yang berusia 61 tahun mengeluh tentang masalah urogenital. 29 % mengakui pernah menderita inkontinensia urin, sedangkan 70 % dari kelompok Inkontinensia yang terjadi berhubungan dengan defisiensi estrogen. Perempuan : laki-laki = 1.5 : 1.
Gejala klinisInkontinensia urgensi : kontraksi otot detrusor yang tidak terkontrol menyebabkan kebocoran urine, kandung kemih yang hiperaktif atau ketidakstabilan detrusor.a. Disfungsi neurologisb. Sistititis, Uretritis, diverkulitisc. Obstruksi pintu keluar kandung kemih
Inkontinensia stres : urine keluar tanpa kontraksi detrusora. Tonus otot panggul yang burukb. Defisiensi sfingter uretra; kongenital atau didapatc. Kelebihan berat badan
Inkontinensia kombinasi : kombinas gejala poin A dan B diatas
patofisiologi
tatalaksanaterapi non farmakologis meliputi terapi suportif non spesifik ( edukasi, manipulasi lingkungan, pakaian dan pads tertentu), intervensi tingkah laku ( latihan otot dasar panggul, latihan kandung kemih, penjadwalan berkemih, latihan kebiasaan) terapi medikamentosa operasi dan pemakaian kateter. Terapi medikamentosaAntikoligernik Oksibutinin ,Tolterodin
antispasmodik oxybutinin chloride
agonis adregenik alfa Pseudoephedrine Hydrochloride
Tricylic antidepressant imipramine
Efek samping : mulut kering, mata kabur, peningkatan tekanan bola mata, konstipasi, deliriumkateterTerdapat 3 cara pemakaiaan kateter yaitu : kateter eksternal ( kateter kondom). Kateterisasi intermiten, dan kateterisasi kronik dan menetap. Tindakan operasi Teknik pembedahan yang bertujuan untuk merusak struktur detrusor seperti transeksi terbuka kandung kemih, transeksi endoskopik, injeksi penol periureter dan sistolis telah banyak digunakan. Teknik pembedahan yang paling sering digunakan adalah ileosistopkasti dan miektomi detrusor.
Komplikasi Meningkatkan efek samping dari penggunaan obat-obatanMeningkatkan peluang infeksi karena pajanan urin terus-menerusKomplikasi bedah seperti perdarahan, kerusakan sekitar pembuluh darah dan nervus.
PrognosisBAIKInkontinensia urin mempunyai kemungkinan yang besaruntuk disembuhkan, terutama pada penderita denganmobilitas dan status mental yang cukup baik. Bahkanbila tidak dapat diobati sempurna, inkontinensiaselalu dapat diupayakan lebih baik, sehingga kualitashidup penderita dapat ditingkatkan dan meringankanbeban yang ditanggung oleh mereka yang merawatpenderita.
Promotif dan preventifMenjaga diri agar terhindar dari penyakit yang dapat menyebabkannya.Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lainMakan tinggi serat agar terhindari dari sembelit.Berhenti mengkonsumsi alkohol.Mengurangi konsumsi caffeine dan minuman bersoda.Menjadi pribadi yang aktif secara fisik dan rutin berolahraga Mengontrol berat badan agar tidak menjadi kegemukan.Jangan menahan-nahan keinginan untuk BAK.Untuk wanita: jangan terlalu sering hamil dan melahirkan.
kesimpulanHipotesis diterima bahwa Ny. A mengalami kesulitan menahan kencing karena 1`inkontinensia campuran. Hal ini disebabkan karena usia lanjut, menopause dan persalinan pervaginam yang sering. Inkontinensia dapat diobati secara non medikamentosa, medikamentosa, kateter maupun operasi. Prognosis untuk gangguan ini baik apabila dilakukan pengobatan sesuai dengan jenis inkontinensianya.