blm jd

41
SKENARIO V Patogenesis Infeksi Virus Seorang perempuan berusia 18 tahun mengalami sariawan kambuhan pada vermillion border atas kanan. Sariawan tersebut muncul hampir setiap bulan apabila dia banyak pikiran/ kelelahan, pada tempat yang sama. Sebelum muncul sariawan ada keluhan athralgia, myalgia, neuralgia pada daerah yang terlibat dan kadang disertai suhu tubuh subfebris. Kemudian daerah tersebut terasa gatal, panas dan kemerahan, 2 hari kemudian muncul bintil-bintil kecil yang kemudian berkembang menjadi vesikel multiple dengan diameter ± 1mm, berisi cairan bening bergerombol yang kemudian pecah membentuk ulcer dan disusul beberapa vesikel baru. Pada pemeriksaan klinis ditemukan ulcer yang pecah mengering membentuk krusta dan masih bercampur dengan vesikel-vesikel yang masih belum pecah. Lesi tersebut sembuh total dalam 2 minggu. Sepuluh tahun yang lalu penderita mengatakan bahwa dia terkena infeksi virus dengan gejala demam (fever) dan sakit kepala. Suhu badan mencapai 39ºC , muncul sariawan pada seluruh rongga mulutnya terutama pada gusi. Pada seluruh rongga mulut terdapat bintil-bintil yang mudah 1

Upload: larasatipuspitaningrum

Post on 12-Sep-2015

236 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

dmf 1 tutorial 3 sk 5

TRANSCRIPT

SKENARIO VPatogenesis Infeksi Virus

Seorang perempuan berusia 18 tahun mengalami sariawan kambuhan pada vermillion border atas kanan. Sariawan tersebut muncul hampir setiap bulan apabila dia banyak pikiran/ kelelahan, pada tempat yang sama. Sebelum muncul sariawan ada keluhan athralgia, myalgia, neuralgia pada daerah yang terlibat dan kadang disertai suhu tubuh subfebris. Kemudian daerah tersebut terasa gatal, panas dan kemerahan, 2 hari kemudian muncul bintil-bintil kecil yang kemudian berkembang menjadi vesikel multiple dengan diameter 1mm, berisi cairan bening bergerombol yang kemudian pecah membentuk ulcer dan disusul beberapa vesikel baru. Pada pemeriksaan klinis ditemukan ulcer yang pecah mengering membentuk krusta dan masih bercampur dengan vesikel-vesikel yang masih belum pecah. Lesi tersebut sembuh total dalam 2 minggu.Sepuluh tahun yang lalu penderita mengatakan bahwa dia terkena infeksi virus dengan gejala demam (fever) dan sakit kepala. Suhu badan mencapai 39C , muncul sariawan pada seluruh rongga mulutnya terutama pada gusi. Pada seluruh rongga mulut terdapat bintil-bintil yang mudah pecah dan menyatu membentuk sariawan besar. Seluruh gusi kemerahan dan sangat sakit. Kelenjar getah bening dibawah rahang sakit. Saat ini dokter menduga pasien menderita infeksi virus herpes simpleks tipe 1.

BAB IPENDAHULUAN

0. Latar Belakang

Infeksi merupakan suatu invasi dan multiplikasi mikroorganisme di jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan cedera selular local akibat metabolisme yang kompetitif, toksik, replikasi intraselular, atau respon antigen-antibodi. Infeksi dapat disebabkan oleh mikrooganisme yang bersifat pathogen. Agen yang dapat menyebabkan infeksi adalah jamur, bakteri dan virus. Virus merupakan agen infeksius yang sangat kecil. Virus adalah suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati karena ia dapat dikristalkan, sedangkan virus dikatakan benda hidup karena virus dapat memperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh inang. Virus dapat menginfeksi setiap bentuk kehidupan sehingga sering menyebabkan penyakit yang diantaranya berakibat cukup serius. Beberapa virus dapat memasukkan informasi genetiknya kedalam genom manusia kemudian menyebabkan kanker. Salah satu penyakit yang dapat disebabkan oleh virus adalah Herpes Simpleks. Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada kulit atau selaput lendir. Erupsi ini akan menghilang meskipun virusnya tetap ada dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglia (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi. Selain itu penyakit yang ditimbulkan oleh virus juga bermanifestasi menyebar dan menyebabkan infeksi pada rongga mulut. Sehingga infeksi oleh virus ini dianggap serius oleh masyarakat khususnya tenaga medis, khususnya lagi adalah dokter gigi. Untuk itu perlu untuk mengeetahui pathogenesis dari infeksi virus yang bermanifestasi dalam rongga mulut.

1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah mekanisme pathogenesis dari virus herpes simplek?2. Bagaimanakah mekanisme respon host terhadap virus herpes simplek?

1.3. Tujuan 1. Mampu memahami dan menjelaskan mekanisme pathogenesis dari virus herpes simplek2. Mampu memahami dan menjelaskan mekanisme respon host terhadap virus herpes simplek

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Virus

I. Pengertian VirusVirus merupakan agen infeksius yang sangat kecil. Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati karena ia dapat dikristalka, sedangkan virus dikatakan benda hidup, karena virus dapat memperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh inang.Virus merupakan organisme non-seluler, karena ia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan tidak bisa membelah diri sendiri. Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Partikel virus secara keseluruhan ketika berada di luar inang yang terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi oleh protein dikenal dengan nama virion. Virion tidak melakukan aktivitas biosinteis dan reproduksi. Pada saat virion memasuki sel inang, baru kemudian akan terjadi proses reproduksi. Virus ketika memasuki sel inang akan mengambil alih aktivitas inang untuk menghasilkan komponen-komponen pembentuk virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen. Berdasarkan sifat hidupnya maka virus dimasukan sebagai parasit obligat, karena keberlangsungan hidupnya sangat tergandung pada materi genetic inang.

II. Struktur Virus Partikel virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk maupun komposisi kimiawinya. Bentuk-bentuk virus yang sudah diketahui ada yang serupa bola, berbentuk kotak, berbentuk batang, dan ada yang seperti hurut T. Struktur utama virus adalah asam nukleat yang dapat berupa RNA (Ribonucleic acid) atau DNA (Deoxyribonucleic acid) dan tak pernah keduanya. Asam nukleat ini dikelilingi oleh subunit protein yang disebut kapsomer. Susunan kapsomer-kapsomer tersebut membentuk mantel dinamakan kapsid. Kapid dan asam nukleat Virus dinamakan nukleokapsid. Beberapa virus memiliki struktur yang lebih kompleks seperti adanya pembungkus khusus berupa membran. Membran yang menyusun virus ini merupakan membran lipid bilayer dan protein, biasanya glikoprotein. Beberapa virus memiliki struktur yang lebih kompleks lagi. Virus yang strukturnya paling rumit adalah virus bakteriofage. Misalnya bakteriofage T4 yang menyerang bakteri Escherichia coli, memiliki ekor yang merupakan struktur kompleks. Ekor T4 disusun oleh lebih dari 20 macam protein dan kepalanya disusun oleh beberapa protein lainnya.

III. Reproduksi virusVirus dapat memperbanyak diri bila partikel virus menginfeksi inang untuk mensintesa semua komponen yang diperlukan dan membentuk lebih banyak partikel virus. Komponen-komponen tersebut kemudian dirakit menjadi bentuk struktur virus dan partikel virus yang baru dibentuk itu harus keluar dari sel inang untuk dapat menginfeksi kembali sel-sel lain. Berdasarkan tahap akhir setelah partikel virus berada dalam sel inang akan terjadi dua kemungkinan ada yang mengalami siklus litik (sel inang pecah dan partikel virus keluar) dan ada yang permanen tetap dalam DNA sel inang berupa siklus lisogenik. Tahapan reproduksi virus secara umum dilakukan dalam tujuh langkah, yaitu: 1) Adsorpsi (penempelan) dari partikel virus (virion) pada sel inang yang sesuai. 2) Penetrasi (injeksi)dari virion atau asam nukelat virus ke dalam sel inang. 3) Tahap awal replikasi (Eklipse) dari asam nukleat virus, dalam peristiwa ini mesin bioseintesa sel inang diambil alih untuk memulai sintesa asam nukleat virus, enzim-enzim spesifik virus mulai dihasilkan dalam tahap ini. 4) Replikasi dari asam nukleat virus 5) Sintesa dari protein sub unit dari mantel virus 6) Perakitan dari asam nukleat dan protein sub unit (dan komponen membran pada virus bermembran) kedalam partikel virus. 7) Pelapasan partikel virus yang matang dari sel (lisis).

B. Herpes simplekHerpes simplek adalah infeksi yang disebabkan virus herpes simplex, dengan variasi gejala klinik, dari yang ringan berupa lesi mukokutaneus sampai dengan infeksi deseminated yang mematikan. Infeksi HSV banyak tersebar pada manusia, jarang menimbulkan kasus kasus yang berat, namun variasi klinisnya berupa neonatal herpetika, kelainan ada kulit dan mukosa serta kerusakan pada mata, susunan saraf pusat dan infeksi berulang pada genetalia sangat menarik perhatian medik sekarang. Meskipun kedua tipe antigenik yaitu HSV-1 lebih sering dengan manifestasi infeksi kulit dan mukosa di daerah di atas pinggang, sedang HSV-2 lebih dominan dengan infeksi pada genetalia dan neonatus, namun kemiripan DNA nya mencapai lebih dari 50%. Perbedaan juga terjadi pada proses replikasi yang sequensial yang berakibat mempunyai respon imun yang berbeda. Akibatnya antibodi yang satu tidak akan melindungi infeksi virus sejenis, meskipun beberapa peneliti menyatakan adanya cross imunnity antar kedua HSV. Hampir semua virus HHV menimbulkan latensi setelah infeksi primer, virus mampu di reaktivasi lewat beberapa jalur dan berarti juga secara periodik mampu menularkan virusnya ke orang lain. Reaktifasi disebabkan karena stress, sinar matahari, demam, namun pada beberapa keadaan, terjadi reaktivasi tanpa pemicu yang jelas. Bukti adanya latensi dikemukakan dengan adanya ekspresi RNA yang terkait dengan beberapa gangglion tertentu, misalnya trigeminal. Respon imun yang defisien dianggap sebagai penyebab reaktifasi.Imunoglobulin lebih mengatur latensinya daripada reaktifasinya. Penyebab penyakit ini adalah Herpes simplex virus, double stranded, enveloped DNA virus, ada 2 type yaitu HSV-1 dan HSV-2, virus ini termasuk family Herpesviridae, subfamily Alpha herpes viridae. Penularan HSV-1 melalui kontak dengan saliva penderita, sedangkan HSV-2 melalui hubungan sexual atau bayi ditulari oleh ibunya. Manifestasi klnik yang tampak akan sesuai dengan tahapan dan status infeksi.

BAB IIIPEMBAHASAN

STEP I1. Vermilion border kanan atas bagian bewarna merah pada bibir;bagian yang bewarna merah dan terpajan pada bibir atas dan bawah2. Krusta eksudat yang mengering pada kulit; pengeringan cairan (serum, exudate purulent, atau darah) yang mongering dan mengeras pada permukaan kulit.3. Sariawan lesi yang terbentuk di rongga mulut, berbentuk cekung; suatu kelainan pada selaput lender mulut berupa luka pada mulut yang berbentuk bercak berwarna putih kekuningan dengan permukaan agak cekung. 4. Vesicle multiple bintil-bintil yang terlokalisasi kemudian membentuk ulser; tonjolan epidermis kecil, berbatas tegas yang mengandung cairan.5. Athralgia Nyeri pada sendi yang disebabkan oleh cidera bisa juga infeksi mikroorganisme6. Ulcer luka terbuka karena hilangnya epitel akibat adanya peradangan dan disertai hilangnya jaringan ikat dibawahnya.7. Myalgia nyeri yang terjadi pada otot 8. Subfebris keadaan dimana suhu tubuh mendekati demam (37-38C)9. Neuralgia nyeri pada saraf10. Virus herpes simplek type 1 salah satu jenis virus herpes dengan manifestasi infeksi kulit dan mukosa di daerah di atas pinggang.STEP II1. a. Apa hubungan antara suhu tubuh dengan sariawan yang diderita pasien?b. Apa yang menyebabkan gusi kemerahan dan sangat sakit ?c. Mengapa di daerah yang mengalami sariawan terasa panas?d. Mengapa sebelum sariawan terjadi keluhan athralgia,myalgia, dan neuralgia?e. Mengapa kelenjar getah bening pada rahang terasa sakit?2. a. Bagaimana proses terbentuknya bintil kecil hingga terbentuk vesikle ?b. Mengapa bintil kecil mudah pecah?c. Bagaimana proses terbentuknya ulcer ?3. a. Apakah kasus pasien 10 tahun lalu berhubungan dengan diagnosa sekarang?b. Apa hubungan sariawan dan psikologis pasien ?c. Bagaimana proses penyakit yang awalnya sariawan hingga menjadi herpes simplek type 1?STEP III

1. a.Terjadinya peningkatan suhu tubuh adalah salah satu tanda sistemik terjadinya inflamasi. Deman terjadi karena adanya suatu zat yang disebut pirogen. Ketika terjadi jejas, maka leukosit akan menghasilkan sitokin sebagai respon terhadap infeksi ataupun cedera imun yanhg kemudian akan dilepaskan secara sistemik. Sitokin ini berupa TNF, IL-1 dan IL-6. Sitokin ini akan memproduksi PGE local, pirogen ini akan menuju pusat pengaturan tubuh yaitu hipotalamus, di hipotalamus pirogen akan menghambat neuron yang peka terhadap panas, hal tersebut merupakan stimulus kepada neuron yang peka terhadap dingin. Sehingga hipotalamus berusaha menaikkan suhu tubuh.

b. Gusi terasa sangat sakit karena pada daerah tersebut terjadi sariawan. Sariawan merupakan suatu kelainan pada mukosa berupa luka pada mulut yang berbentuk bercak berwarna putih kekuningan dengan permukaan agak cekung. Hal ini terjadi karena adanya degenerasi epitel serta jaringan dibawahnya, disekitar daerah tersebut terdapat ujung saraf sensoris yang dapat merasakan nyeri apabila diberikan rangsangan, seperti kemasukan makanan, gesekan mekanis, dan menyikat gigi.

c. Daerah disekitar sariawan terasa panas karena hal tersebut merupakan salah satu tanda terjadinya inflamasi yaitu kalor. Pada daerah ini terjadi pengingkatan vaskularisasi selain itu banyak terjadi perlawanan terhadap mikroorganisme oleh sel-sel radang, sehingga banyak terjadi metabolism didaeah tersebut. Salah satu hasil dari metabolism adalah kalor, sehingga didaerah tersebut terasa lebih panas dari daerah yang lain.

d. Terjadinya nyeri yang dirasakan pada sendi, saraf dan otot dapat terjadi karena adanya luka pada daerah disekitar sendi dan otot, luka tersebut dapat menekan ujung saraf sensoris sehingga tubuh mempresepsikannya sebagai nyeri.e. Pembesaran kelenjar getah bening disebabkan karena adanayn inflamasi yang disebabkan karena adanya infeksi dari kuman. Infeksi yang dimulai dengan masuknya kuman patogen ke dalam tubuh, direspons oleh sistem kekebalan yang berlapis. Di lapis depan berjajar komponen normal tubuh seperti kulit, selaput lendir, flora normal dan berbagai sel. Di pusat pertahanan, terdapat kelenjar limfe yang memproduksi dua limfosit yaitu limfosit T dan limfosit B. Kelenjar limfe tersusun secara regional menjaga kawasan tertentu. Karena itu mereka disebut juga sentinel node (sentinal adalah penjaga dan node adalah kelenjar limfe). Sentinel node kepala dan muka, terdapat di leher; payudara dan tangan, ketiak; kaki, lipat paha dan sebagainya. Dalam melawan mikroorganisme itu salah satu tugas lapis pertama adalah membawa sampel kuman ke limfosit untuk identifikasi dan penghancurannya. Kemudian limfe atau cairan getah bening akan membawa sel T dan sel B, ke daerah beradang. Dalam usahanya kelenjar limfe regional akan meningkatkan aktivitasnya hingga membesar. Ciri-ciri pembesaran kelenjar limfe dalam mengatasi infeksi adalah sakit. Karena itu bila pembesaran kelenjar limfe regional dengan nyeri dan disertai tanda-tanda infeksi di daerah itu. Akibatnya terjadi pembengkakan yang terasa nyeri jika ditekan dan terasa berfluktuasi. 2. a. Infasi oleh virus akan mengaibatkan inflamasi. Inflamaasi tersebut akan menimbulkan respon imun. Respon imun akan memfagosit virus sehingga terdapat sisa-sisa proses fagositosis yang terlokalisir, berisi cairan plasma, netrofil yang mati dan mikroorganisme yang mati yang berada dibawah lapisan epitel membetuk vesikel.b. Dinding vesikle tipis akan membuat vesikle mudah pecah lalu membentuk ulcer.Penyebab lain : dinding tipis maka jika kita berbicara akan menimbulkan daya pada vesikle tersebut, sehingga akan membuat vesicle mudah pecah. Selain itu gesekan mekanik saat kita makan ataupun menggosok gigi juga dapat memicu pecahnya vesikel.

c. Pecahnya multi vesikle yang terlokalisasi lalu terbentuk ulcer.

3. a. Berhubungan. Virus herpes puncak akut terjadi pada usia 5-6 tahun dan puncak kedua di usia 20 tahun. Jadi VHS ada 2 fase yang berkelanjutan. Anak-anak banyak terkena virus herpes tapi tidak langsung menjadi akut karena itu disebabkan oleh beberapa faktor-faktor pendukung seperti stress,dll. Selain itu penyakit herpes simplek bersifat laten. Yaitu dapat terjadi infeksi rekuren apabila agen penginfeksi terstimulasi. b. Berkaitan dengan stress. Dan ada juga faktor lain : demam, pemaparan cahaya, obat-obatan, makanan,penularan. Pada usia tersebut terjadi peningkatan hormon seksual dan juga faktor stress dapat meningkatka hormon cortizol yang menyebabkan homeostasis terganggu yang menimbulkan trigger sehingga terjadi infeksi recurenc. 10 tahun lalu sudah terkena virus herpes jadi sekitar usia 8 tahun, infeksi awal tersebut di dukung adanya faktor-faktor yang mengakibatkan vrus menjadi rekuren. Pada infeksi pertama tubuh belum meiliki antibodi, seiring berjalannya waktu tubuh akan memiliki antibodi lalu virus ditangkal dengan antobodi untuk menghentikan virus sementara.

STEP IV

Herpes Simpleks

Faktor PredisposisiFaktor Utama

Stres, demam, dll.Virus

Patogenesis Masuk melalui Epitel Rongga Mulut

Gambaran Klinis Inflamasi (respon tubuh)

STEP V1. Mampu memahami dan menjelaskan mekanisme pathogenesis dari virus herpes simplek2. Mampu memahami dan menjelaskan mekanisme respon host terhadap virus herpes simplek

STEP VII1. Mekanisme pathogenesis dari virus herpes simplek

VIRUS HERPES SIMPLEKS (VHS)Virus pathogen yang menyerang beberapa lokasi tubuh. Terdapat dua virus dengan antigen yang berbeda. VHS 1 : penyebaran melalui sekresi oral, menyebabkan penyakit di atas pinggang termasuk lesi di mulut, muka, dan mata. VHS 2 : penyebaran melalui sekresi genital, menyebabkan penyakit di bawah pinggang termasuk ulkus genital dan infeksi herpes pada neonatus.Penyebaran virus pada mulanya melalui kontak langsung dengan sekresi yang terinfeksi atau lesi yang terbuka. Lesi VHS berupa erupsi vesicular kulit dan membrane mukosa yang berulang dan menimbulkan rasa nyeri.( Pringgoutomo, 2006:123-124)PEMBENTUKAN VESIKELReplikasi virus herpes simpleks dalam sel epidermis dan dermis menghasilkan kerusakan sel dan inflamasi. Secara klinis tampak lesi vesikular di atas kulit eritem dan secara mikroskopis dijumpai multinucleated giant cells, nekrosis sel setempat dan degenerasi balon pada sel yang terinfeksi. Infeksi virus menyebabkan degenerasi balon dengan kromatin yang padat di dalam inti sel, diikuti degenerasi selular inti sel parabasal dan sel intermediate. Sel yang terinfeksi kehilangan kontak dengan plasma membran dan membentuk multinucleated giant cells. Bila sel mengalami lisis akan terlihat sebagai vesikel pada lapisan epidermis dan dermis. Cairan vesikel mengandung depris sel, sel-sel inflamasi, dan multinucleated giant cell. Pada lapisan subdermis terjadi respon inflamasi yang intens dan penyembuhan pada kulit di mulai dengan vesikel menjadi pustul dan akhirnya menjadi krusta. Pada mukosa tidak terbentuk krusta tetapi mudah menjadi ulkus dangkal. Pada infeksi inisial penyebaran infeksi virus dapat melalui sistem limfatik ke limfonodi regional. (Bandem,2006:2-4)PATOLOGI:Penyakit VHS primer terjadi pada lokasi mula inokulasi virus, seperti orofaring, mukosa genital, atau kulit. Pada lokasi tersebut virus menginfeksi sel epitel, menghasilkan progeni virus dan merusak sel yang terinfeksi. Kerusakan sel basal di epitel squamosa, merusak intregitas epitel dan menuju terbentuknya vesikel. Penyakit ini terkadang menyerang otak, mata, hati, paru, dan organ lain. Virus menginfeksi ujung saraf sensorik di mukosa oral dan genital naik ke akson dan membentuk infeksi laten di neuron sensorik ganglion terkait. Dari waktu ke waktu reaktifasi virus timbul dan virus turun melalui saraf ke sisi epitel yang dipersarafi ganglion terkait menimbulkan terkait menimbulkan infeksi pada sel epitel. .( Pringgoutomo, 2006:123-124)Tiga tempat untuk latensi virus herpes: saraf, epitel, dan limfoid.Latensi diklasifikasikan menjadi dua fase: A. Fase dinamis: virus masih terjadi multiplikasi pada sel laten yang terinfeksi, sehingga sel mengandung sejumlah virus infeksi. B. Fase statis: tidak terjadi infeksi produktif pada sel laten yang terinfeksi.Fase laten virus dapat dipertahankan dengan mengontrol respon imun spesifik atau dengan adanya hubungan antara virus dan sel-sel laten yang terinfeksi. Reaktivasi virus tegantung pada keadaan stres, parturisi, transport, superinfeksi dari virus lain, iritasi lokal pada kulit, dan penggunaan cyclophosphamide. (Thiry,1986: 809-819)

TIPE INFEKSI VIRUSVirus Herpes Simpleks (HSV) lazim ada pada manusia dan mempunyai berbagai manifestasi klinis yang melibatkan kulit, membrana mukosa, mata, sistem saraf sentral, dan saluran genital. Virus ini juga menyebabkan penyakit sistemik menyeluruh. Manifestasi penyakit sebagian besar ditentukan oleh kemampuan imun hospes. Dua strain virus dikenali : HSV-1 biasanya menginfeksi kulit dan membrana mukosa diatas pinggang. HSV-2 terutama menginfeksi genitalia dan neonatus.Dua tipe infeksi yang diketahui :1. Infeksi primer adalah pengalaman pertama hospes rentan dengan virus, yang pada kebanyakan keadaan merupakan infeksi subklinis; yang lain biasanya merupakan lesi superfisial lokal disertai dengan berbagai tingkat reaksi sistemik. Pada bayi baru lahir dan bayi malnutrisi berat, infeksi sistemik serius, sering tanpa lesi superfisial, dapat terjadi. Sirkulasi antibodi dan respon seluler berkembang pada kasus neonatus.2. Lesi herpes berulang menggambarkan reaktivasi infeksi laten pada hospes imun dengan sirkulasi antibodi. Reaktivasi menyertai rangsangan nonspesifik demikian seperti perubahan dalam lingkungan eksternal (misal, dingin, sinar ultra violet) atau lingkungan internal (misal, menstruasi, demam atau stres emosi). Lesi cenderung terlokalisasi dan biasanya tidak disertai dengan reaksi sistemik. Infeksi virus dapat terjadi pada tidak adanya kumat klinis, menimbulkan pelepasan virus tidak bergejala. (Arvin,2000:1089)

Setelah infeksi akut, HSV akan menginfeksi ujung saraf sensoris, bermigrasi ke ganglia sensoris regional, dan masuk ke babak laten di dalam neuron yang terinfeksi. Pengaktifan ulang dari virus dan kekambuhan klinis berkembang pada sekitar 40% orang yang mengidap virus laten. Kekambuhan sering kali dipicu oleh sinar matahari, panas, stress, trauma (prosedur gigi), atau imunosupresi. Mekanisme kekebalan normal diperlukan untuk menghilangkan pengaktifan ulang dari HSV. Pengekuaran virus yang tanpa disertai gejala ke dalam saliva pada keadaan tidak adalesi mulut, terjadi pada 10% populasi, kapanpun juga.( Langlais,2015:162)

Infeksi Primer , biasanya sub klinik; pada beberapa penderita ada pembentukan vesikel diikuti ulserasi mulut dan bibir yang terasa sakit, pendarahan dan peradangan gusi, limfadenopati leher, demam, dan malaise ( gingivostomatitis herpetik). Jaringan yang terkelupas dari vesikel menunjukkan sel epitel multinukleus dan sel dengan kromatin yang tersebar. Pasien sembuh cepat, tetapi dapat mengalami serangan kembali, sering kali disebabkan oleh penyakit yang tidak berkaitan atau terkena sinar matahari.Infeksi rekuren, disebabkan oleh reaktivasi virus yang tidak terbasmi saat infeksi primer, dan tetap hidup di dalam nervus trigeminal dan ganglia. Ulserasi intra oral bisa saja berkembang, tetapi tanda pasti infeksi rekuren ialah adanya cold sore berkrusta, berulserasi di bibir(herpes labialis). (Lawyer, 2002:26-27)

skema patologi infeksi virus.(Adolf, 2010:3-4)Secara garis besar mekanisme patogenesis dari HSV dapat dilihat pada skema diatas. Seperti pada skema diatas bahwa aktivitas invasi virus HSV diawali dengan dilakukannya adhesive antara membran virus dengan membran dari sel host. Dimana aktivitas adhesive adalah peran interaksi antara glikoprotein yang dimiliki virus dengan reseptor yang dimiliki oleh membran sel host. Glikoprotein yang dimiliki virus terdiri dari glikoprotein B(gB), gC,gD,gE,gH,dan gI. Dari masing-masing glikoprotein terbsebut memiliki fungsi yang spesifik terhadap terjadinya fusi antara membran sel virus dan membran sel host. Untuk glikoprotein gB,gC,gD,dan gH berfungsi dalam membentuk ikatan pertama yang kontak dengan reseptor membran sel host. Kemudian gB berfungsi dalam meleburkan membran dari sel host sehingga terjadi fusi diantara keduanya. Untuk gC,gE, dan gI berfungsi sebagai proteksi sistem imun. Fungsi dari gC adalah membentuk ikatan dengan komplemen khususnya C3 sehingga menghambat aktivitasnya memberi sinyal kepada antibodi, sedangkan gE,gI berperan dalam mengelabuhi antibodi dalam mengenali antigen. Setelah terjadi fusi antara membran virus dan membran host ketika nukleokapsid berinfiltrasi kedalam sitoplasma dan kemudia menuju ke inti sel host, beberapa protein dari lapisan tegumen yakni protein ikut mendapingi pergerakannya hingga ke inti sel host. Protein berfungsi dalam membantu fase awal terjadinya transkripsi antara DNA virus dan DNA sel host. Dan juga berfungsi menghasilkan protein . Fungsi protein ini adalah untuk mantu regulasi replikasi DNA. Sedangkan protein memiliki peran sebagai protein akhir yang membantu pembentukkan komponen strutur virus. Setelah melalui mekanisme yang kompleks tampak di bagan bahwasanya mekanisme virion ketika keluar dari sel host adalah berjalan menuju ganglion saraf dan berdormant disana sehingga dsebut virus laten. Atau menuju ke sel disekitarnya dan kembali melakukan replikasi. Virus laten ini akan terkativasi oleh faktor-faktor diatas dan akan dikirim balik ke tempat infeksi awal atau justru menuju central nervous system (CNS) sehingga penjalaran dari virus tersebut menuju ke seluruh saraf di wajah. Itulah mengapa pada penderita herpes simplex khususnya HSV 1 yang manifestasi laten dari virusnya pada ganglion trigeminal gejala yang dirasakan adalah neuralgia (nyeri saraf) dan mylagia(nyeri otot) pada regio wajah dan biasnya rasa yang dirasakan menyebar. Pada reseptor host juga mengandung antiglikoprotein yang berfungsi sebagai mediator aktivasi dari sistem imun dari host tersebut. Untuk sistem imun yang berperan adalah sistem imun humoral dan seluler. Meskipun demikian sistem imun humoral sangat rendah aktivitasnya dalam melawan infeksi virus tersebut. Untuk imunoglobulin yang berperan dalam protektiv infeksi virus herpes simplek adalah IgG(imunoglobulin G) dan IgM(imunoglobulin M). Untuk IgM adalah imunoglobulin yang pertama kali dibentuk ketika ada antigen, sedangkan pada IgG adalah imunoglobulin yang terbentuk terhadap adanya paparan kedua dari antigen yang sama. IgG ini merupakan imunoglobulin utama pada sistem tubuh. (Adolf, 2010:3-4)GAMBARAN KLINIS :Infeksi VHS pada orang dewasa tersering berupa kelompok lesi ulkus vesikuler yang nyeri di kulit dan mukosa. Lesi berlangsung 1-2 minggu, kemudian mereda. Infeksi VHS pada neonatus mulai 5-7 hari setelah kelahiran, bayi gelisah, lesu, dan dijumpai erupsi vesicular mukokutaneus. Infeksi menyebar ke berbagai organ termasuk otak. Bayi menjadi ikterik, pernafasan terkekan, dan koma. Meskipun pengobatan dengan aciklovir sering efektif, namun angka kematiannya tetap tinggi. (Pringgoutomo,2006:123-124)2. Mampu memahami dan menjelaskan mekanisme respon host terhadap virus herpes simplek

REAKSI PERADANGAN TERHADAP VIRUSVirus secara alamiah merupakan mikroorganisme yang paling kecil, yang tidak tampak dengan mikroskop biasa tetapi dapat dipelajari dengan mikroskop electron.Partikel virus disebut VIRION, terdiri atas central core dari material genetic yang mengandung baik asam ribonukleik (RNA) maupun asam deoksiribonukleik (DNA) dan dikelilingi oleh kapsul protein yang disebut kapsid.Dalam diri partikel virus tidak ada mekanisme kehidupan maupun replikasi dan kehidupannya semata-mata tergantung pada sel hospes (sel pejamu dan proses metabolisme sel pejamu tersebut dapat dikontrol dan digunakan oleh virus.Jika virus menyerang suatu sel maka akan terjadi sintesis protein dari sel secara normal dan selanjutnya dapat menyebabkan degenerasi serta kematian sel, dan akhirnya terjadi pelepasan partikel virus yang dapat menyerang sel lainlagi. Selanjutnya akan terjadi sintesis protein virus dan replikasi DNA/RNA virus sehingga protein dan material genetic virus akan membentuk partikel virus yang kemudian akan terlepas dan menyerang sel baru lagi.(Sudiono, 2012:104)

RESPON IMUN TERHADAP VIRUSVirus merupakan organisme obligat, umumnya terdiri atas potongan DNA/RNA yang diselubungi mantel dari protein atau lipoprotein. Respon imun terhadap protein virus melibatkan sel T dan sel B. Antigen virus yang menginduksi antibody dapat menetralkan virus sel T dan sitotoksik yang spesifik merupakan imunitas paling efisienpada imunitas proteksi terhadap virus. Virus merupakan obligat intraselular yang berkembang biak di dalam sel, sering menggunakan mesin sintesis asam nukleat dan protein pejamu. Dengan reseptor permukaan sel virus masuk kedalam sel dan dapat menimbulkan kerusakan pada sel dan penyakit melalui beberapa mekanisme. Hal tersebut disebabkan oleeh replikasi virus yang mengganggu sintesis protein dan fungsi sel normal serta efek sitopatik virus. Virus nonsitopatik dapat menimbulkan infeksi laten dan DNA virus menetap dalam sel pejamu dan memproduksi protein yang dapat atau tidak mengganggu fungsi sel. (Baratawidjaja,2010:412-422)

Virus adalah mikroorganisme obligat intraselular dan saat masuk ke dalam sel epitel, pertama kali direspon tubuh pejamu melalui barier mekanis, misalnya pada genitalia wanita, dengan adanya mukus, flora normal dan glikokaliks. Sekresi tersebut mengandung pula komplemen dan IgM alamiah yang akan mengurangi jumlah sel yang terinfeksi akan tetapi bila virus dapat menembus pertahanan ini tubuh berespon dengan stimulasi respon imun alamiah lainnya. (Bandem, 2006:2-4)Ketika terjadi jejas, maka leukosit akan menghasilkan sitokin sebagai respon terhadap infeksi ataupun cedera imun yanhg kemudian akan dilepaskan secara sistemik. Sitokin ini berupa TNF, IL-1 dan IL-6. Sitokin ini akan memproduksi PGE lokal yang berfungsi sebagai pusat pengatur suhu tubuh (termoregulator) pada hipotalamus sehingga akan menghasilkan demam. (Robbins, 2007:63)

MEKANISME VIRUS MENGHINDARI RESPON IMUNVirus dapat menghindarkan diri dari pengawasan sistem imun melalui berbagai mekanisme berikut :1. Virus merubah antigen (mutasi)Antigen yang merupakan sasaran antibody atau sel T berjumlah sangat besar yang terdiri atas galur yang berbeda genetiknya. Variasi antigen tersebut menjadikan virus dapat menjadi resisten terhadap respon imun yang ditimbulkan oleh infeksi terdahulu, misalnya pendemi influenza. Juga ditemukan sejumlah besar epitope virus rino sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan vaksinasi spesifik terhadap virus tersebut. HIV-I yang merupakan penyebab AIDS juga menunjukkan sejumlah variasi antigen.2. Beberapa virus menghambat presentasi antigen protein sitosolik yang berhubungan dengan molekul MHCI. Akibatnya, sel terinfeksi virustidak dapat dikenal dan dibunuh sel CD8+/CTL. Sel NK mungkin masih akan dapat membunuh sel terinfeksi dengan virus teradaptasi tersebut, mengingat sel NK dapat diaktifkan tanpa bantuan molekul MHC-1.3. Beberapa jenis virus memproduksi molekul yang mencegah imunitas nonspesifik dan spesifik. Virus pox menjadi molekul yang dapat mengikat beberapa sitokin seperti IFN-, TNF, IL-1 dan IL-18 dan kemokin dan molekul-molekul tersebut dilepas oleh sel terinfeksi. Protein-protein yang mengikat sitokin sitokin yang dilepas berfungsi sebagai antagonis sitokin. Virus sitomegaluh mempproduksi molekul yang homolog dengan protein MHC-I dan dapat berfngsi kompetitif untuk mengikat dan mempresentasikan antigen peptida. 4. Virus dapat menginfeksi, membunuh atau mengaktifkan sel imunokompeten5. HIV dapat tetap hidup dengan infeksi dan mengeleminasi sel T CD4+ yang merupakn sel kunci regulator respon imun terhadap antigen protein. (Baratawidjaja,2010:412-422)

BAB IVKESIMPULAN

Virus merupakan parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Salah satu contoh penyakit yang dapat disebabkan oleh virus adalah Herpes simpleks.Herpes simpleks memiliki dua fase infeksi, yaitu infeksi primer dan infeksi sekunder. Infeksi primer terjadi saat pertama kali tubuh terkena infeksi virus herpes. Sedangkan infeksi sekunder terjadi karena virus herpes bersifat laten, yaitu dapat aktif kembali apabila terkena rangsangan. Selama proses inaktif, virus ini bersembunyi didalam ganglion trigeminus. Apabila suatu saat host memiliki sistem imun yang buruk, atau karena faktor lain maka virus ini dapat aktif kembali. Virus herpes simpleks memiliki dua tipe, tipe I dan tipe II. Tipe I penyebaran melalui sekresi oral, menyebabkan penyakit di atas pinggang termasuk lesi di mulut, muka, dan mata. Tipe II penyebaran melalui sekresi genital, menyebabkan penyakit di bawah pinggang termasuk ulkus genital dan infeksi herpes pada neonatus.

Hasil PlenoInfeksi Virus Jaringan Lunak Rongg Mulut

1. Apakah penyakit lain yang ditimbulkan oleh virus, seperti Rubella dan Toksoplasma juga bisa terjadi infeksi rcurent/infeksi sekunder seperti pada Harpes Simpleks? (pertanyaan untuk kelompok tutorial 7)2. Kenapa pada saat terjadi infeksi recurrent hanya mengenai rongga mulut? Padalah nerveus trigeminus sebagai tempat virus tersebut inaktif mempunyai tiga cabang. (pertanyaan untuk kelompok tutorial 5)3. Ulser merupakan kumpulan vesikel yang pecah. apakah pecahnya sebuah vesikel(1vesikel) sudah bisa disebut sebagai ulser?(pertanyaan untuk kelompok tutorial 6)

Jawaban

1. Ya. Penyakit yang disebabkan oleh virus selain virus Herpes Simpleks juga dapat terjadi infeksi sekunder. Seperti Rubella dan Toksoplasma. Pada infeksi penyakit yang disebabka oleh virus sangat mungkin terjadi infeksi sekunder, karena virus sangat sukar dibasmi dalam tubuh host. Pengobatan dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan, namun virus yg inaktif akan tetap ada. Sehingga apabila suatu saat host terkena jejas atau rangsangan maka virus tersebut dapat mengalamai reaktivasi.2. Pada saat infeksi primer virus akan menempelkan diri pada sel inang sebagai awal proses replikasi. Pada virus Herpes simpleks tipe I infeksi terjadi pada rongga mulut. Dimana rongga mulut ini banyak dipersyarafi oleh nervus maksilaris dan mandibularis (cabang dari nervus trigeminus). saat proses inaktif, virus akan bersembunyi dalam nervus trigeminus. apabila ada trigger/rangsangan, virus akan kembali aktif dan kembali menyerang daerah awal karena pada infeksi primer terjadi kecocokan reseptor pada host dan virus. Oleh karena itu pada saat infeksi sekunder virus akan lebih mudah menyerang daerah yang diserang pertamakali.

3. Satu vesikel yang pecah belum bisa dikatakan ulser. Namun apabila satu vesikel yang pecah, maka sangat mungkin akan menginduksi jaringan disekitarnya untuk terbentuk vesikel. Sehingga akan terbentuk multiple vesikel yang mudah pecah dan membentuk ulser.

DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Behrman Klirgman. 2000. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.Bandem, Ary W dan Pudjiati, Satiti R. 2006. Jurnal Patogenesis dan Respon Imun Tubuh terhadap Infeksi Virus Herpes Simpleks. N0.4 Vol.19. Jurnal Kedokteran dan Farmasi; Dexa Media.Baratawidjaja, K dan Rengganis, I. 2010. Imunologi Dasar Edisi 10. Jakarta: FKUILanglais R. 2015. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang Sering Ditemukan. Jakarta: EGCLawyer, William, dkk. 2002. Buku Pintar Patologi. Alih bahasa : drg.Agus Djaya. untuk Kedokteran Gigi. Jakarta : EGCMitaart, Adolf H. 2010. Jurnal Infeksi Herpes Pada Pasien Imunokompeten. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Sam Ratulangi ManadoPringgoutomo, S. dkk. 2006. Buku Ajar Patologi I (Umum) Edisi ke 1. Jakarta: Sagung SetoRobbins, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Ed. 7, Vol. 1. Jakarta : EGCSudiono, J. 2012. Ilmu Patologi. Jakarta: EGCThiry, E, dkk. 1986. Pathogenesis, Latency, and Reactivation of Infections by Herpesviruses. Paris: Science and Technology of The Official International Epizootiology.

25